Kak fitra AKPER PEMKAB MUNA

34
DOSEN : Ns FITRI NINGSIH, S.Kep TUGAS : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “GIGITAN ULAR” OLEH KELOMPOK VI: FITRAWATI WAODE YUL SARTIKA IRWANA PUJI ASTUTI MUH.ASWIN AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2011/2012

Transcript of Kak fitra AKPER PEMKAB MUNA

DOSEN : Ns FITRI NINGSIH, S.KepTUGAS : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “GIGITAN ULAR”

OLEH

KELOMPOK VI:

FITRAWATIWAODE YUL SARTIKA

IRWANAPUJI ASTUTIMUH.ASWIN

AKADEMI KEPERAWATANPEMERINTAH KABUPATEN MUNA

2011/2012

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Askep ini tepat

pada waktunya. Askep ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‘’

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT‘’. Adapun askep ini membahas mengenai

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “GIGITAN

ULAR”.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah

mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun

menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan

senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan askep ini.

Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi

mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah

Kabupaten Muna.

Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak

terima kasih.

Raha, September 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………………….

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang …………………………………………….............

B. Rumusan Masalah……………………………………....................

C. Tujuan …………………………………………............................

D. Manfaat………………………………………………...................

BAB II : PEMBAHASAN

1. KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian ………………………………………………......

B. Etiologi..............................……………………………….....

C. Patofisiologi……………………………………………… ...

D. Manifestasi Klinis……………………………………….......

E. Komplikasi ............................................................................

F. Penyimpangan KDM……………………………….............

G. Pemeriksaan Penunjang..........................................................

H. Terapi .....................................................................................

2. KONSEP ASKEP

A. Pengkajian ……………………………………..………........

B. Diagnosa………………………………………………….....

C. Perencanaan……………………………………………........

D. Implementasi ..........................................................................

E. Evaluasi ..................................................................................

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………........

B. Saran……………………………………………….…….........

DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera

ditanganidapat menyebabkan kematian .Banyak kasus gigitan ular yang berakibat fatal telah tercatat di berbagai

wilayah di indonesia dalam beberapa dkd terakhir ini fakta ini mengakibatkan image yang buruk mengenai ular. Banyak yang menganggap bahwa semua ular berbisa, sehingga kebanyakan orang akan takut saat berjumpa dengan ular. Faktanya, hanya ular berbisa dan hanya sebagian dari kelompok ular tersebut yang mematikan bagi manusia.

Oleh karenanya, kami menekankan pentingnya pengenalan jenis-jenis ular baik yang berbisa maupun tidak.

Ada 3 familli ular berbisa, yaitu: elapidae, hidropidae, dan viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema, dan pendarahan, banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang tergigit, sedangkan beberapa bisa elapidae tidaak terdapat lagi di lokasi gigitan dalam waktu delapan jam.

Untuk sementara waktu bisa akan terakumulasi dengan kadar yang tinggi dalam kelenjar getah bening, jika tidak di lakukan tindakan pertolongan pertama, dalam waktu 2 jam setelah gigitan akan terdeteksi dalam plasma dan urin dengan kadar tinggi` 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan, sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah di lakukan.

B. Rumusan Masalah

1. apakah defenisi dari gigtan ular ?2. bagaimanakah konsep penyakit pada klien dengan gigitan ular ?3. bagaimanakah konsep askep pada klien dengan gigitan ular ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana proses gigitan ular, serta mengetahui apa yang yang menjadi konsep penyakit yang terjadi pada klien yang terkena gigitan ular, serta dapat mengaplikasakanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami klien dengan gigitan ular,

D. Manfaat

Semoga dapat Membantu meningkatkan pengetahuan kami tentang keperawatan gawat darurat, khususnya yang berhubungan dengan proses asuhan keperawatan dalam bentuk KGD yang mengulas tentang gigitan ular. Sehingga kami dapat mengaplikasikanya dalam masyarakat yang berhubungan dengan keperawatan.

BAB IIPEMBAHASAN

ASKEP GADAR DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN : “GIGITAN ULAR”

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera

ditanganidapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang

digigit ular atau diduga digigit ular

2. Anatomi fisiologi kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 %

berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9

meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari

letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium

minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada

telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu .

Kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang

merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal

dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan

ikat.

Anatomi kulit

a. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.Terdiri dari epitel

berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.Tebal

epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak

tangan dan kaki.Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan

kulit.Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari

lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :

1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.

2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal

telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya

ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula

keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel

Langerhans.

4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berSSSkas filament yang dinamakan

tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk

mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada

tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum

dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut

sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan

bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis

diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,

usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.

Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan

sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan

alergen (sel Langerhans).

b. Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai

“True Skin”.Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan

menghubungkannya dengan jaringan subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling tebal

pada telapak kaki sekitar 3 mm.

Dermis terdiri dari dua lapisan :

Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan

bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,

kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.

Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin

berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak

mempunyai banyak keriput.Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah.

Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar

sebasea dan kelenjar keringat.Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat

epidermis di dalam dermis.

Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,

menahan shearing forces dan respon inflamasi.

c. Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan

lemak.Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar

dengan jaringan di bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di

tubuh dan keadaan nutrisi individu.Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk

regenerasi.

Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,

cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

 

Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya

adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier

infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan

metabolisme.Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari

elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme

patogen.Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon

rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan

ujung jari.

Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan

elektrolit.Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami

proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan

mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh

darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian

tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara

mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada

temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian

akan mempertahankan panas.

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis

tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,

ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan  pembentukan vitamin

D.

3. Etiologi

Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae

4. Patofisiologi

Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut

bersifat

a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena

paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan,

kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.

b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya

atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu

sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis:

luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM,

hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.

c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan

mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan

hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.

d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot

jantung.

e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat

terganggunya kardiovaskuler.

f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan

pada tempat patukan

g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

5. Manifestasi Klinis

Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun

yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya :

Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna

Rasa sakit di seluruh persendian tubuh

Mulut terasa kering

Pusing, mata berkunang – kunang

Demam, menggigil

Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa

pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah

Reaksi emosi yang kuaat

Penglihatan kembar/kabur, mengantuk

Pingsan

Mual dan atau muntah dan diare

Rasa sakit atau berat didada dan perut

Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki

Sukar bernafas dan berkeringat banyak

Kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham.

6. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi

perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.

a. Perawatan di Lapangan

Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk

mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering

penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada

memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap

dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.

Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency

life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi

ABC (Airway, Breathing, Circulation).]

Pertolongan Pertama :

1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit

dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka

habis.

2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani

secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area

yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang

tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.

3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk

penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa

keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini

telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin

tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin

alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.

4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat

menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar

untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.

5) Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas,

dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu

jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.

6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang

mengigit kemungkinan berbisa.

7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan

aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak

berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis

ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan

sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah

mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat

mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang

salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau

bahkan fatal.

8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat

darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang

bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga

menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari

atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi

kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.

9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek

mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi

dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid

Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke

bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan

kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan

tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini

membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi

juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang

signifikan terdapat di sana.

7. Komplikasi

Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper.

Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi

kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi

kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau

komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. [5] Perpanjangan

blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.

Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe

cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis terjadi

dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang

dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian

umumnya pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala

demam, sakit kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan penurunan daya

tahan, muncul 1 – 2 minggu setelah pemberian antivenin. Presipitasi dari kompleks

antigen-immunoglobulin G (IgG) pada kulit, sendi, dan ginjal bertanggung jawab atas

timbulnya arthralgia, urtikaria, dan glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8

vial antivenin harus diberikan pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari

antihistamin dan steroid.

8. Penyimpangan KDM

9. Pemeriksaan Penunjangpemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah

lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan penentuan gula darh, BUM dan elektrolit

10. Terapi Dimana proses terapi/pengobatan yaitu : Pemberian antibiotik dan diuretika untuk mempertahankan di uresis Pemberian sedase atau analsesit untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik Hidrokortison 100 mg/iv Adrenalin 0,2 mg 9untuk anak dosis di kurangi) dan pada penyakit jantung

pemberianya harus hati-hati Pemberian serum anti bisa

B. Konsep Asuhan Keperawatan1. Pengumpulan Dataa. Biodata

Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa,

diagnosa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. medical record, dan alamat.

Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan

hubungan dengan klien.

b. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

RSMRS

- Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit

yang sama ketika klien masuk rumah sakit.

Keluhan utama : Nyeri

Riwayat keluhan utama

P : nyeri

Q : Terus menerus

R : seluruh persendian,dada, dan perut

S : 4(0-5)

T : saat beraktifitas

Riwayat kesehatan dahulu

- Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya.

- Riwayat pemakaian obat-obatan

b. Pengkajian primer

Airwaya. Pengkajian Primer

1) Airway

Jalan napas bersih

Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi

Tidak ada jejas badan daerah dada

2) Breathing

- Peningkatan frekunsi napas

- Napas dangkal

- Distress pernapasan

- Kelemahan otot pernapasan

- Kesulitan bernapas : sianosis

3) Circulation

Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia

Sakit kepala

Pingsan

berkeringat banyak

Reaksi emosi yang kuat

Pusing, mata berkunang – kunang

4) Disability

Dapat terjadi penurunan kesadaran

Triase : merah

Tindakan gawat darurat

a. Gangguan pola napas b/d kelumpuhan / kelemahan otot-otot pernapasan

1. Jika terjadi henti nafas lakukan langkah (Breathing), lakukan bantuan

pernafasan dengan cara mouth to mouth atau dengan ambu bag

2. Terapi oksigen

3. Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong

4. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau

PEEP

5. Pemantauan hemodinamik/jantung

b. Penurunan curah jantung b/d kerusakan otot jantung akibat toksin yang bersifat

kardiotoksin dan cytotoksin

1) Jika terjadi henti jantung lakukan langkah C (Circulation), pijat jantung luar

bergantian dengan bantuan pernafasan. Frekuensi 15 kali kompresi jantung : 2

kali hembusan ambu bag

2) Kaji / pantau tekanan darah

3) Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat

frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra

4) Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrahatkan korban, kepanikan akan

menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat penyebaran

ke tubuh, terkadang, pasien pinsan dan panic karena kaget

5) Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien hindari

situasi stress

d. Pengkajian Sekunder 1) Pengumpulan Data

Aktivitas / Istrahat

Gejala : a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas

b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal

Tanda ; Klien nampak lemah

Makanan dan Cairan

Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah

Tanda ; Klien nampak mual dan muntah

Nyeri dan Kenyamanan

Gejala : Rasa sakit di seluruh persendian tubuh

Rasa sakit atau berat didada dan perut

Pusing, mata berkunang – kunang

Tanda ; Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular

Tanda-tanda tusukan gigi

Integritas ego

Gejala : Klien mengatakan takut dengan keadaannya

Tanda ; Reaksi emosi yang kuat, kaget

e. pengkajian psikososial

Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya

seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.

f. pemeriksaan penunjang

pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah

lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan

penentuan gula darh, BUM dan elektrolit

2) Pengelompokan Data

Data Subyektif

a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas

b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal

c. Klien mengatakan merasa mual dan muntah

d. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh

e. Rasa sakit atau berat didada dan perut

f. Pusing, mata berkunang – kunang

g. Klien mengatakan takut dengan keadaannya

Data Obyektif

a. Klien nampak lemah

b. Peningkatan frekuensi napas

c. Napas dangkal

d. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu, retraksi

e. Kesulitan bernapas : sianosis

f. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia

g. Sakit kapala

h. Pingsan

i. Berkeringat banyak

j. Reaksi emosi yang kuat

k. Pusing, mata berkunang - kunang

l. Reaksi emosi yang kuat, kaget

m. Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular

n. Ekspresi wajah meringis

o. Tanda-tanda tusukan gigi

p. Klien nampak mual dan muntah

3) Analisa Data

symptom Etiologi problem

DS: Bisa ular mengandung toksin yang Gangguan pola

DO:

- Peningkatan frekunsi napas

- Napas dangkal

- Distress pernapasan :

pernapasan cuping hidung,

takipneu, retraksi

- Menggunakan otot-otot

pernapasan

- Kesulitan bernapas :

sianosis

bersifat neurotoksin

Merangsang saraf perifer atau

sentral

Menyebabkan paralise otot otot

lurik

Kelumpuhan / kelemahan otot otot

pernapasan

Kompensasi tubuh dengan cara

napas yang dalam dan cepat

Sesak

Gangguan pola napas

napas

Penurunan curah jantung :

gelisah, letargi, takikardia

Sakit kepala

Pingsan

berkeringat banyak

Reaksi emosi yang kuat

Pusing, mata berkunang –

kunang

Bisa ular yang mengadung toksin

yang bersifat kardiotoksin dan

cytotoksin

Mengakibatkan terganggunya otot

otot jantung

Kerusakan otot jantung

Penurunan curah jantung

Penurunan curah

jantung

Ds :

Klien mengatakan rasa sakit di

seluruh persendian tubuh

Klien mengatakan rasa sakit

atau berat didada dan perut

Klien mengatakan pusing, mata

berkunang – kunang

Gigitan ular berbisa yang

mengandung toksin

Merangsang saraf saraf seluruh

tubuh

Merangsang pengeluaran bradikin,

Nyeri

Do :

Nampak pembengkakan pada

luka gigitan ular

Ekspresi wajah meringis

prostaglandin

Impuls di sampaikan ke SSP bagian

korteks serebri

Thalamus

Nyeri dipersepsikan

4) Perioritas masalah:

1. Gangguan pola napas

2. Penurunan curah jantung

3. nyeri

2. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan pola napas b/d kelumpuhan/kelemahan otot-otot pernapasan

b. Penurunan curah jantung b/d kerusakan otot jantung akibat toksin yang bersifat

kardiotoksin dan cytotoksin

c. Neri b/d gigitan ular

3. Rencana tindakan keperawatan

c. Gangguan pola napas b/d kelumpuhan / kelemahan otot-otot pernapasan

1. Kaji tingkat sesak klien

R/: menentukan intervensi selanjutnya

2. Terapi oksigen

R/: pemberian oksigen mengurani sesak dan memberi rasanyaman pada klien

3. Pemantauan hemodinamik/jantung

R/:

d. Penurunan curah jantung b/d kerusakan otot jantung akibat toksin yang bersifat

kardiotoksin dan cytotoksin

Tujuan:

Setelah di beri asuhan keperawatan penurunan curah jantung dapat teratasi.

Kriteria hasil:

Klien tidak gelisah, letargi, dan takikardia

1) Kaji / pantau tekanan darah

R/: menentukan intervensi selanjutnya

2) Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat

frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra

R:/ mengetahuiv tingkatan penurunan curahh jantung klien

3) Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrahatkan korban, kepanikan akan

menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat penyebaran

ke tubuh, terkadang, pasien pinsan dan panic karena kaget

R/: menghindarkan klien dari kondisi stress yyang menghambat pemulihan

4) Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang

R/: membantu pasien hindari situasi stress

e. Nyeri berhubungan dengan gigitan ular

Tujuan:

Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat

berkurang dengan kriteria :

Klien melaporkan tidak nyeri lagi

Ekspresi wajah tidak meringis

Intervensi

1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri

R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan

dalam menentukan tindakan selanjutnya

2) Atur posisi klien senyaman mungkin

R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul

3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi

R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak

klien untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan

4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup

R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang

cukup sehingga mengurangi itensitas nyeri

5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri

4. Implementasi dan Evaluasi

DX Hari/

tgl

jam Implementasi Hari/

tgl

Jam Evaluasi

1 1) Kaji tingkat sesak

klien

Haasil:

2

3 1)Mengkaji skala

nyeri, frekuensi,dan

lokasi

Hasil:

-nyeri klien

berkurang

2) mengatur posisi

klien senyaman

mungkin.

Hasil:

-posisi klien dapat

dirubah setiap saat.

3)mengajarkan klien

tehnik relaksasi dan

distraksi

Hasil:

S:

- klien

mengatakan

nyerinya sudah

berkurang

O:

- klien

nampak istrahat

dengan tenang

A:

- masalah

teratasi sebagian

P:

- intervensi

-klien dapat

mengikuti instruksi

perawat

4)menciptakan

lingkungan yang

aman dan tenang dan

anjurkan klien

beristrahat yang

cukup

Hasil:

-klien bisa istrahat

dengan tenang

karena pengunjung

disaran agar tidak

ribut dalam ruangan

di pertahankan

S:

- klien

mengatakan

sudah bisa

menerima dan

memahami

anjuran perawat

O:

- klien

nampak terlihat

lega

A:

- masalah

belum teratasi

P:

- intervensi

dilanjutkan

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera

ditanganidapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang

digigit ular atau diduga digigit ular.

Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae

Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun

yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya yaitu :

Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna, Rasa sakit di seluruh persendian

tubuh, Mulut terasa kering, Pusing, mata berkunang – kunang, Demam, menggigil,

Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa

pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah, Reaksi emosi yang kuaat,

Penglihatan kembar/kabur, mengantuk, Pingsan, Mual dan atau muntah dan diare,

Rasa sakit atau berat didada dan perut,Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya

pada tungkai/kaki, Sukar bernafas dan berkeringat banyak, Kesulitan menelan serta

kaku di daerah leher dan geraham.

B. Saran

Diharapkan semoga dengan Askep Gangguan Intergumen Pada Klien Dengan

Gigitan Ular ini yang merupakan bagian dari Keperawatan Dawat darurat dapat

bermanfaat bagi kami dan teman-teman dalam melaksanakan asuhan keperawatan,

sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang gangguan yang berhubungan

dengan gangguan intergumen pada klien yang terkena gigtan ular, Dalam rangka

mengatasi masalah resiko pada klien dengan gigitan ular maka tugas perawat yang

utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gigitan

ular.

Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari

kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami

butuhkan, baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Badan pendidikan dan latihan wanadri.2005. teknik dasar hidup di alam bebasSartono, 1999, racun dan keracunan. Jakarta: EGChttp://www.searo.who.int/een/sektion10/ sektion/17.htm