Kajian Standar Kompetensi Guru _16 Maret 2010

download Kajian Standar Kompetensi Guru _16 Maret 2010

of 32

Transcript of Kajian Standar Kompetensi Guru _16 Maret 2010

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

KAJIAN STANDAR KOMPETENSI GURU

MAKALAH KELOMPOK :Disampaikan untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Standarisasi dan Profesionalisasi Guru, yang dibimbing oleh Prof. Dr. Udin Syaefudin Saud Ph.D.

Gambar 1. Grafik hasil Informal survey yang dilakukan Harvad University, di Amerika Serikat untuk mengetahui Apa yang paling diharapkan dan dibutuhkan oleh para orang tua, terhadap pendidikan publik. (November 2001).

Disusun Oleh : Arman, Enci, Suwendi, dan Endang

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA MARET 2010

1

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

KATA PENGHANTARSyukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Ilahirobi, dengan selesainya menyusunan makalah ini. Terimkasih yang tak terhinga, penulis haturkan kepada Prof. Dr. Udin Syaefudin Saud Ph.D, yang telah membimbing kami dalam mempelajari mata kuliah Standarisasi dan

Profesionalisasi Guru. Selama penyusunan makalah ini, penulis memperoleh manfaat dan bahan pelajaran banyak, yang kelak bisa diterapkan di lapangan untuk memperbaiki mutu pendidikan, terutama mutu pendidikan non formal yang sehari-hari penulis geluti. Terimkasih banyak penulis sampaikan pada seluruh teman angkatan VI Program Pasca Sarjana (S3) Uninus, yang menjadi teman dalam berdiskusi dan mendalami berbagai bidang ke ilmuan baik di dalam atau di luar kelas. Akhirnya penulis harapkan adanya manfaat dari penulisan makalah ini, bagi diri sendiri dan bagi siapa saja yang punya perhatian besar pada upaya perbaikan kinerja birokrasi di Negri Indonesia Tercinta ini.

Terimkasih

Arman , Suwendi, , Suwendi, Endang Maret 2007

2

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

KAJIAN STANDAR KOMPETENSI GURU

A. RASIONALA.1. Mengapa penggunaan standar itu perlu sekali, baik bagi siswa atau guru? Mengapa perlu standar pengukuran bagi siswa?. Pada kahir tahun

ajaran, biasanya dibeberapa sekolah diadakan samenan atau pesta kenaikan kelas. Berbagai hiburan dan kreatifitas biasanya disajikan pada malam hiburan tersebut. Para orang tua hadir, tokoh masyarakat, pejabat lokal dan lain-lain akan hadir untuk menyaksikan kreatifitas dan penampilan siswa di panggung. Siswa-siswa saling bergantian membawakan keterampilanya, seperti baca puisi, main drama, menyanyi, main musik, dan lain-lain keterampilan. Pada kahir pertunjukan atau di tengah-tengah pertunjukan, biasanya kepala sekolah atau guru, membacakan rangking dari anak didiknya. Rangking tersebut dibacakan berurutan untuk setiap kelas, dan pada kahirnya dibacakan siapa anak yang paling cerdas di sekolah tersebut. hiburan dilanjutkan kembali. Di sudut ruangan tempat hiburan, ada seorang anak menangis tersedu-sedu. Ia sangat malu pada orang tua dan seluruh temannya. Ia mendapatkan rangking 25 dari 35 siswa yang ada di kelasnya. Ia menyesali diri kenapa ia mendapat rengking 25 padahal ia merasa bisa mengikuti pelajaran, dan bisa mengikuti ujian atau test yang dilakukan di kelasnya. Apakah anak itu bodoh?. Apakah anak itu benar-benar tidak bisa mengikuti pelajarannya di dalam kelas? Apakah anak itu kurang rajin belajar di rumahnya?, apakah perhatian orang tua terhadap anaknya kurang baik, sehingga ia mendapat rangking 25/35?. Mengapa harus rangking 25, padahal anak tersebut bisa mengerjakan semua test dan ujian dengan baik?. Sebenarnya anak tersebut adalah korban dari system evaluasi yang menggunakan Comparative Evaluation Methode. Cara ini adalah cara evaluasi Setelah pembacaan rangking, biasanya

3

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

tradisionil yang sudah puluhan tahun di tinggalkan di Amerika Serikat. Cara ini dianggap tidak cocok lagi, tidak Sama karena hasilKemampuan anak harusnya di ukur dan dibandingkan dengan standar yang sudah ditentukan, bukan dibandingkan dengan kemampuan anak lain. Standar, menjadi ukuran seberapa banyak anak bisa menyelesaikan pelajaran. Apakah anak bisa dinyatakan lulus atau tidak, tergantung seberapa banyak kemampuan anak menguasai mata pelajaran tertentu yang sudah ditentukan.

evaluasinya artinya

samar, 1?

menunjukan sekali tidak

kompetensi nyata yang dimiliki oleh siswa. Apa rangking emnggambarkan kompetensi yang dimiliki oleh anak pemilik rangking 1 tersebut. Comparative Evaluation Methode ,

menimbulkan efek yang kurang baik bagi perkembangan Pshycologi anak didik. Seperti kasus di atas, semangat belajar anak langsung drop, hanya karena tidak masuk dalam rangking atas. Padahal anak tersebut sudah memiliki kemampuan menguasai mata pelajaran yang disampaikan guru.

Di sinalah pentingnya standar. Kemampuan anak di ukur dan dibandingkan dengan standar yang sudah ditentukan, bukan dibandingkan dengan kemampuan anak lain. Standar, menjadi ukuran seberapa banyak anak bisa menyelesaikan pelajaran. Apakah anak bisa dinyatakan lulus atau tidak, tergantung seberapa banyak kemampuan anak menguasai mata pelajaran tertentu yang sudah ditentukan. Begitupun kemampuan guru dalam mengajar. Seharusnya memiliki standar tertentu, yang bisa dirujuk oleh setiap guru. Setiap guru bidang studi tertentu, bisa mengukur kemampuan dirinya sendiri. Siapa yang dinyatakan guru teladan atau guru berprestasi?. Merekalah yang mampu melakukan tugasnya dan mendekati standar kompetensi guru yang sudah ditentukan. Mengapa guru harus memiliki standar?. Prestasi anak belajar, sangat dipengaruhi oleh standar guru. Bagaimana bisa menghasilkan anak didik yang cerdas dan memenuhi standar tinggi, jika gurunya tidak punya standar dan kompetensi?.

4

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

Pada tanggal 4 Mei 2007, mentri Pendidikan, Bambang Sudibiyo, menetapkan Peraturan Mentri No. 16, tahun 2007, tentang Standarisasi Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Pada makalah ini akanPrestasi belajar anak, sangat dipengaruhi oleh standar guru. Bagaimana bisa menghasilkan anak didik yang cerdas dan memenuhi standar tinggi, jika gurunya tidak punya standar dan kompetensi?.

dilakukan kajian terhadap permen tersebut. Kajian akan dilakukan berdasarkan beberapa teori yang diperoleh dari sebuah buku : The

Leaders Guide to Standars, yang dikarang oleh Douglas B. Reeves, pada tahun 2002. Buku ini menjadi acuan dalam pengaplikasian standar pendidikan di Amerika Serikat.Beberapa masalah dan kendala yang berhubungan dengan profesi dan standarisasi kompetensi guru : 1. Tidak jelasnya definisi keguruan, tugas dan frofesi guru. 2. Ada kesan siapa saja boleh jadi guru. 3. Sangat beragamnya kualifikasi guru, sehingga sangat menyulitkan proses generalisasi guru. 4. PGRI belum berperan sebagai pendorong profesionalisme guru, seperti halnya IDI pada profesi dokter. 5. Harapan masyarakat terhadap guru sangat cepat berubah, lebih cepat dari perubahan kualitas dan profesionalisme guru. 6. Komitmen pemerintah dan anggaran pendidikan di Indonesia masih relatif lebih kecil jika dibandingkan negara lain. 7. Sistem penggajihan guru, tidak mendorong perubahan profesionalisme guru. 8. Kurangnya sosialisasi pemerintah terhadap kebijakan yang sudah dibuatnya, termasuk permen 16, tahun 2007.

A.2. Apa masalah riil yang dijumpai di lapangan, sehubungan dengan profesi dan standar kompetnesi guru? Prof. Udin Syaefudin Saud, dalam bukunya Pengembangan Profesi Guru, menyatakan bahwa ada beberapa kendala yang berhubungan dengan profesi dan standar kompetensi guru, yaitu : 1. Masih ada kekurang jelasasan tentang a). Definisi profesi keguruan; b). Bidang garapannya yang khas bagi guru; c). Tingkat belum keakhlian sejelas yang profesi dituntut dari pemegang profesi guru. Profesi keguruan kedokteran. Kedokteran memiliki bidang tugas dan tingkat keahlian yang sangat jelas. . 2. Pada saat ini ada kesan siapa saja boleh menjadi guru, asal bisa tulis, baca dan berhitung, serta ada kemauan untuk

berbagai dengan orang lain. Dimana-mana bermunculan guru kontrak, untuk menutupi kekurangan guru di desa-desa dan perkampungan. Kondisi ini tentu5

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

akan menurunkan kualitas pembelajaran, karena selayaknya untuk jadi guru memerlukan penguasaan pedagogik, metodologi, dan penguasaan bahan pelajaran, serta memenuhi standar kompetensi seperti yang ditegaskan pada permen 16 tahun 2007. 3. Beberapa tahun yang lalu (di jaman kemerdekaan), belum ada standar kompetensi guru untuk level pendidikan tertentu, sehingga kualifikasi guru sangat beragam, mulai dari guru lulusan SMP sampai dengan lulusan S3, sehingga sangat menyulitkan generalisasi utuh tentang profesi guru. Bandingnkan dengan profesi kedokteran, yang keanggotaannya hanya dokter, dengan kulifikasi kompetensi dan tugas yang sangat jelas. Jarang ada dokter yang menyambi dengan pekerjaan lain. Ia berpegang teguh dengan bangga terhadap profesinya sebagai dokter. 4. PGRI yang mengatasnamakan perhimpunan guru, cenderung bergerak di antara pemerintah dan guru. PGRI belum menjadi lembaga yang mampu menegakan profesi guru yang profesional. Harusnya PGRI bergerak aktif melindungi dan meningkatkan profesianlisme guru. Kadang kala PGRI digunakan juga sebaga kendaraan politik oleh beberapa pihak, sehingga makin jauh dari peran yang semestinya, memajukan profesi guru. 5. Meningkatnya harapan masyarakat dan orang tua terhadap guru, terutama bagi para orang tua yang sangat sibuk bekerja. Mereka mengharapkan pendidikan yang penuh bagi anaknya di sekolah, karena orang tuanya tidak memiliki waktu yang banyak untuk mendidik anaknya. Guru diharapkan mampu mencerdaskan anak, serta menambah ketakwaan dan memperbaiki etika dan perilaku anak. Masalahnya penambahan harapan orang tua terhadap guru lebih cepat dari pada peningkatan mutu guru itu sendiri, sehinga terjadi gap yang besar antar keduanya. Di dalam beberap jurnal (internet), dikemukakan adanya beberapa masalah yang berhubungan adalah : 1. Karena biaya pendidikan di indonesia rendah. Biaya rendah ini tentu akan menyebabkan minimnya sarana dan prasarana pendidikan. Biaya rendah menyebabkan gajih guru rendah, sehingga motivasi mengajar juga rendah, dengan implementasi standar kompetensi guru, diantaranya

6

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

atau banyak guru yang terpaksa mencari kerja tambahan, sehingga stand kompetensi guru makin sulit dicapai. 2. Komitmen pemerintah terhadap pendidikan rendah. Dalam UU pendidikan nasional kita dijelasakan bahwa pendidikan untuk mensejahterakan dan mencerdeskan masyarakat. Harusnya mencerdaskan dulu baru mensejahtrakan anak. Komitmen 20% alokasi budget paa saat ini, sudah termasuk biaya pendidikan formal, nonformal dan informal, dan termasuk biaya pendidikan yang dikelola oleh departemen agama juga. Semua biaya pendidikan diambil dari alokasi 20%. Itulah sebabnya biaya pendidikan tetap kecil dan terbatas. 3. Sistem pengajihan guru di indonesia di dasarkan pada golongan atau masa kerja, tidak didasarkan pada prestasi kerja. Guru yang berprestasi tinggi memiliki gajih yang sama dengan guru yang berprestasi biasa saja, kondisi seperti ini akan mengurangi semangat guru untuk meningkatkan prestasi kerjanya. Tidak adak sangsi yang jelas bagi guru yang mengabaikan tugas dan kewajibannya sebagai guru. Seharusnya. gajih dan kontrak kerja guru didasarkan pada prestasi dan kepuasan pelanggan, supaya setiap guru berlomba untuk bekerja baik dan berprestasi. Seharusnya, hanya guru yang berprestasi dan disukai pelangganlah yang kontraknya akan diperpanjang, seperti yang terjadi di beberapa sekolah swasta seperti Alazhar, Binnus dll. Pada saat ini tidak adak guru yang diberhentikan, karena melalaikan tugasnya. 4. Masih rendahnya sosialisasi pemerintah tentang isi permen 16 tahun 2007, kepada para guru, sehingga banyak sekali guru yang tidak mengenal dan paham akan isi permen tersebut. A.3. Mengapa masalah tersebut sangat penting diatasi? 1. Jika standar kompetensi guru tidak bisa dilaksanakan dengan baik, maka hasil kelulusan siswa kita akan jauh dari standar yang sudah ditentukan. Artinya mutu pendidikan di Indonesia semakin rendah, dan semakin tertingal oleh negaranegara lain. 2. Jika definisi profesi dan tugas guru tidak diperjelas, maka pekerjaan guru tidak akan fokus, dan target pencapaian mutu akan semakin jauh dari yang7

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

diharapkan, dan semakin jauh dari harapan pelanggan. Jika ini terjadi maka lambat alaun kepercyaaan masyarakat pada guru akan semakin pudar. 3. Jika tidak ada standar kualifikasi guru, maka kompetensi guru akan semakin beragam, dan akhirnya menghasilkan mutu pendidikan yang sangat beragam juga. Kondisi ini akan sangat menyulitkan proses pembangunan di Indonesia. 4. Harusnya peran PGRI atau lembaga Profesi guru, bekerja fokus pada peningkatan mutu dan profesionalisme guru, seperti yang dilakukan oleh IDI, yang mampu dan berwenang untuk memecat dan mencabut hak izin prkatek bagi dokter yang melanggar kode etik dokter. Harusnya PGRI memiliki kewenangan seperti IDI, yang mampu mencabut hak izin sebagai guru, jika kualitas dan standar profesional guru ingin ditingkatkan. 5. Jika komitmen pemerintah pada bidang pendidikan rendah, maka mutu pembelajaran yang ada di Indonesia juga akan rendah. Para guru akan sibuk mencari pekerjaan sambilan, untuk menambah penghasilan keluarga, sehingga waktu mengajar dan melayani siswa akan semakin sedikit, dan akhirnya mutu pendidikan akan semakin rendah. 6. Jika system penggajihan dan perekrutan guru tidak dirubah, maka motivasi guru akan tetap rendah. Para guru tidak akan termotivasi untuk bekerja baik dan berprestasi, jika hasil usahanya tidak terhargai dan tidak berkorelasi dengan gajih dan kesejahtraan hidupnya. 7. Perlu ada sosialisasi yang gencar tentang isi permen 16 tahun 2007, agar para guru paham tentang standar minimal bagi setiap guru, sesuai dengan bidang studinya. Jika ini tidak dilakukan maka implementasi standar kompetensi guru ini akan jauh dari apa yang diharpkan oleh kepemen tersebut. Ini sangat memerlukan kontrol untuk pengaplikasian permen tersebut. 8. Setiap guru dan sekolah, harusnya terlibat aktif dalam mengkaji isi permen 16 tahun 2007 tersebut, dan secara berthap mencoba mengaplikasikannya ke dalam bentuk nyata di lapangan. Kalau ini tidak dilakukan, maka permen tersebut hanya menjadi kertas bisu yang tidak bermakna, dan standar kompetensi guru, hanya sebagai jargon saja.

8

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

B. KONSEP DASAR DAN TEORI TENTANG STANDAR

KOMPETENSI GURU1. Konsep tentang Mutu Pendidikan Dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan mutu memiliki pengertian sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran. Secara ringkas dapat disebutkan beberapa kata kunci Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku seseorang. Menurut Lefrancois, kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar Kompetensi diartikan oleh Cowell, sebagai suatu keterampilan/kemahiran yang bersifat aktif. (Aktif = Menguasai minimal kompetensi, menerapkan dan mengembangkannya) pengertian mutu, yaitu: sesuai standar (fitness to standard), sesuai penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use), sesuai perkembangan kebutuhan (fitness to latent requirements), requirements). yaitu jika dan sesuai lingkungan global (fitness to global environmental Adapun yang dimaksud satu aspek dalam mutu sesuai dengan standar pendidikan, salah pengelolaan pendidikan itu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Garvin seperti dikutip Gaspersz mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik suatu mutu, yaitu: (1) kinerja (performance), (2) feature, (3) kehandalan (reliability), (4) konfirmasi (conformance), (5) durability, (6) kompetensi pelayanan (servitability), (7) estetika (aestetics), dan (8) kualitas yang dipersepsikan pelanggan yang bersifat subjektif.

Dalam pandangan masyarakat umum sering dijumpai bahwa mutu sekolah atau keunggulan sekolah dapat dilihat dari ukuran fisik sekolah, seperti gedung dan jumlah ekstra kurikuler yang disediakan. Ada pula masyarakat yang berpendapat bahwa kualitas sekolah dapat dilihat dari jumlah lulusan sekolah tersebut yang diterima di jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk dapat memahami kualitas9

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

pendidikan formal di sekolah, perlu kiranya melihat pendidikan formal di sekolah sebagai suatu sistem. Selanjutnya mutu sistem tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses yang berlangsung hingga membuahkan hasil. Perjalanan pembangunan pendidikan dasar di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan pihak luar negeri baik secara bilateral maupun multilateral, termasuk dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Sejak tahun 1970-an, lembaga-lembaga donor mulai aktif berpartisipasi dalam pengembangan program-program pendidikan, khususnya yang terkait dengan peningkatan mutu pembelajaran, good governance, dan peningkatan-peningkatan kapasitas manajemen sekolah. Cukup banyak program inovatif yang mendapat bantuan atau dikembangkan oleh lembaga-lembaga donor seperti misalnya UNESCO, UNICEF, USAID, AUSAID, JICA dll.

2. Konsep tentang Kompetensi Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku seseorang. Menurut Lefrancois, kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori perubahan cara dan menyebabkan untuk terjadinya melakukan yang terjadi apabila kapasitas satu pasti akan Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku

sesuatu. Apabila individu sukses mempelajari melakukan tersebut tidak pekerjaaan sudah tampak kompleks dari sebelumnya, maka pada diri individu perubahan kompetensi kompetensi. Perubahan

selanjutnya tidak ada kepentingan atau kesempatan untuk melakukannya. Dengan demikian bisa diartikan bahwa kompetensi adalah berlangsung lama yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu. Kompetensi diartikan oleh Cowell, sebagai suatu keterampilan/kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan mulai dari tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan dengan10

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar, yang lazimnya terdiri dari: (1) penguasan minimal kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, dan (3) penambahan penyempurnaan atau pengembangan terhadap kompetensi atau keterampilan.6 Ketiga proses tersebut dapat terus berlanjut selama masih ada kesempatan untuk melakukan penyempurnaan atau pengembangan kompetensinya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tertentu.

3. Kompetensi Guru Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 dinyatakan bahwa : Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pada penelitian ini hanya akan dikaji dua kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik seorang guru ditandai dengan kemampuannya menyelenggarakan proses pembelajaran yang bermutu, serta sikap dan tindakan yang dapat dijadikan teladan. Guru juga perlu11

Guru sebagai pedagok perlu meningkatkan kompetensinya melalui aktivitas kolaboratif dengan kolega, menjalin kerjasama dengan orang tua, memberdayakan sumber-sumber yang terdapat di masyarakat, melakukan penelitian sederhana.

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

memiliki kompetensi profesional yaitu selalu meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Guru pendidikan dasar perlu memiliki kemampuan memantau atas kemajuan belajar siswanya sebagai bagian dari kompetensi pedagogik dengan menggunakan berbagai teknik asesmen alternatif seperti pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, potofolio, memajangkan karya siswanya. Guru sebagai pedagok perlu meningkatkan kompetensinya melalui aktivitas kolaboratif dengan kolega, menjalin kerjasama dengan orang tua, memberdayakan sumber-sumber yang terdapat di masyarakat, melakukan penelitian sederhana Diaz, Pelletier, dan Provenzo mengatakan bahwa guru harus senantiasa berusaha memperbaiki kinerjanya dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran dan senantiasa mengikuti perubahan.Dalam membelajarkan siswa, menurut Cruicksank, Jenkins, dan Metcalf, guru perlu menguasai pemanfaatan ICT untuk kebutuhan belajarnya. Kegiatan belajar dan pembelajaran perlu dikelola dengan baik. Menurut Tight mengelola pembelajaran adalah rangkaian agar dapat dan menerima, kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada siswa menanggapi, bahan menguasai, mengembangkan Kompetensi agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial

pelajaran dan merupakan sebuah cara dan proses hubungan timbal balik antara siswa dengan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Batasan tersebut selaras dengan pendapat Tim Wollonggong bahwa mengelola pembelajaran merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan kebutuhan siswa, sehingga terjadi proses belajar.Batasan mengelola pembelajaran secara lebih sederhana dikemukakan Crowl bahwa mengelola pembelajaran sebagai perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan mengelola pembelajaran seorang guru melakukan suatu proses perubahan positif pada tingkah laku siswa yang ditandai12

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

dengan berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan, kecakapan dan kompetensi serta aspek lain pada diri siswa, sedangkan perubahan tingkah laku adalah keadaan lebih meningkat dari keterampilan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan aspirasi. Pada proses pembelajaran interaktif, perlu diusahakan adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa dan antar siswa sendiri. Proses pembelajaran inspiratif yang diselenggarakan hendaknya dapat mendorong semangat untuk

belajar dan timbulnya inspirasi pada peserta didik untuk memunculkan ide baru, mengembangkan inisiatif dan kreativitas. juga Proses pembelajaran agar dapat mengemmudah percobaan diusahakan

Prof. Udin S. Saud, mengatakan bahwa kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh setiap guru adalah sebagai berikut : 1. Guru dan dosen harus mengusai subtasni keilmuan sesuai dengan bidang pekerjaanya. 2. Guru dan dosen harus menguasai ilmu pedagogi dan andragogi untuk memperoleh hasil yang maksimal. 3. Guru harus menguasi metodologi pembelajaran. 4. Guru harus menguasai ICT (Information, communication and technology). Guru seharusnya menguasai berbagai teknologi untuk sumber dan media berkomunikasi. Contoh email, internet, dan lain-lain.

mengarahkan siswa untuk mencari pemecahan bangkan menyerah, untuk masalah, tidak melakukan semangat

menjawabkeingintahuannya.

Proses pembelajaran harus dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat dalam setiap peristiwa belajar yang sedang dilakukan. Pembelajaran guru harus aktif dimaksudkan suasana siswa

bahwa dalam proses pembelajaran menciptakan rupa sedemikian sehingga

aktif

bertanya,

mempertanyakan,

dan

mengemukakan gagasan. Belajar harus merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan hanya proses pasif yang hanya menerima penjelasan dari guru tentang pengetahuan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Vygotsky bahwa ada keterkaitan antara bahasa dan pikiran.

13

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

Dengan aktif berbicara (diskusi) siswa lebih mengerti konsep atau materi yang dipelajari. Siswa perlu keterlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kelelahan dan kebosanan. Siswa yang lebih banyak duduk diam akan menghambat perkembangan motorik, akademik, dan kreativitasnya. Selanjutnya, pembelajaran kreatif Aktif = Guru harus mengupayakan agar seluruh siswa aktif dalam keseluruhan proses belajar. Mereka harus aktif mengamati, aktif bicara, aktif menganalisa dan aktif dalam merumuskan kesimpulan. Kreatif = guru harus kreatif merancang berbagai jenis kegiatan belajar, dengan memanfaatkan seluruh panca indra siswa, sehinga setiap anggota belajar bisa mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan kemampuannya, sehingga akan dihasilkan siswa yang kreatif juga. Efektif = Belajar yang efektif adalah belajar yang mampu mengembangkan seluruh potensi anakdan mampu menumbuhkan daya kreatif siswa. Mereka memiliki kemampuan pengetauan, sikap dan keterampilan. Menyenangkan = Belajar yang di sukai anak dan tidak menimbulkan beban belajar. Belajar yang mampu membangkitkan motivasi anak untuk terus belajar.

Guru harus mampu mengembangkan : Pembelajaran Model PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Learning By Doing

artinya memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk berkreasi. Peran aktif generasi siswa yang dalam akan kreatif, proses artinya pembelajaran menghasilkan

generasi yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan belajar yang memenuhi kemampuan kegiatan-kegiatan beragam berbagai siswa. sehingga tingkat Menurut

Semiawan, kreativitas adalah suatu kondisi, sikap, atau keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir tak mungkin dirumuskan secara tuntas Adapun pembelajaran yang efektif terujud karena pembelajaran yang dilaksanakan dapat menumbuhkan daya kreatif bagi siswa sehingga

dapat membekali siswa dengan berbagai kemampuan. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kemampuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa pengetahuan14

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

yang bersifat verbalisme namun dharapkan berupa kemampuan yang lebih bermakna. Artinya pembelajaran dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri siswa sehingga menghasilkan kemampuan yang beragam. Belajar yang efektif dapat dicapai dengan tindakan nyata (learning by doing) dan untuk siswa kelas rendah SD dapat dikemas dengan bermain. Bermain dan bereksplorasi dapat membantu perkembangan otak, berbahasa, bernalar, dan bersosialisasi. Pembelajaran yang menyenangkan memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif yang tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa selama proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Berdasarkan uraian di atas dapat dideskripsikan bahwa dalam pembelajaran aktif, interaktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), siswa terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka melalui berbuat atau melakukan dan mencipta. Dalam pembelajaran tersebut, guru menggunakan berbagai sumber belajar dan berbagai metode, siswa. sehingga kegiatan pembelajaran yang tercipta dapat membangkitkan semangat siswa dan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri

Dalam Kuliah Standarisasi dan Profesionalisasi pendidikan, pada tanggal 16 Januari 2010, Prof. Udin S. Saud, mengatakan bahwa kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh setiap guru adalah sebagai berikut : 1. Guru dan dosen harus mengusai subtasni keilmuan sesuai dengan bidang pekerjaanya. 2. Guru dan dosen harus menguasai ilmu pedagogi dan andragogi untuk memperoleh hasil yang maksimal. 3. Guru harus menguasi metodologi pembelajaran. 4. Guru harus menguasai ICT (Information, communication and technology). Guru seharusnya menguasai berbagai teknologi untuk sumber dan media berkomunikasi. Contoh email, internet, dan lain-lain.

15

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

4. Cara mengukur performance pembelajaranAda dua cara yang paling umum digunakan orang untuk mengukur performace seseorang. Satu, dengan cara membandingkan langsung dengan sesama pesaingnya. Contoh, pada perlombaan lari, orang yang duluan mencapai finis, ia akan mendapatkan mendali emas, sementara orang berikutnya akan mendapatkan mendali perak, walaupun ia telat beberapa detik dari pelari nomor satu. Ukuran performancenya jelas, Siapa yang duluan sampai di garis finish. Dua, dengan menggunakan standar dan kriteria tertentu. Contoh, pada pelatihan pilot, peserta yang dinyatakan lulus adalah peserta yang telah memenuhi kriteri tertentu, sperti, mampu mengendalikan pesawat dengan bai, mampu mengenal iklim dan cuaca dengan baik, memahami semua tombol dan isntrumen dalam pesawat tersebut, dan lain-lain. Cara pengukuran nomor dua ini, tidak membandingkan dengan peserta lainnya, tetapi langsung dibandingkan dengan standar yang sudah ditentukan. Hakekat penggunaan standar dalam pengukuran performance, ini adalah : 1. Aturannya jelas dan terukur (fair). Siapa yang memiliki performance bagus atau jelek, merupakan gambaran sejauhmana ia memenuhi standar yang sudah di tetapkan. Aturannya sangat objektive, bukan ditentukan oleh orang luar. 2. Aturan standar ini harusnya konsisten. Siapa saja yang diukur harus menggunakan standar yang konsistent. 3. Penggunaan standar itu sarat dengan nilai, seperti : Nilai kejujuran, nilai kerjasama, dan nilai keterbukaan. 4. Memberikan gambaran yang jelas dan nyata. Dengan adanya standar, para orang tua dan stakeholder, akan mendapat gambaran yang jelas tentang standar guru yang ada di sekolah tesebut, standar kualitas sekolah, dan standar kelulusan yang di targetkan oleh sekolah tersebut. Kemampuan siswa seperti apa yang ditargetkan setelah menempuh pendidikan dengan waktu tertentu. Jadi penggunaan standar ini bisa menghindari dari kualitas samar seperti yang sering diukur dengan rangking. 5. Penggunaan standar ini bisa meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. Guru yang memiliki standar tertentu, akan melakukan proses ajar-mengajar16

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

dengan standar proses tertentu. Siswa dan guru memiliki tujuan belajar dan ukuran hasil yang sama-sama di pahami, sehingga proses belajar dan mengajar menjadi lebih efektif. Ada tiga hal penting yang harus menjadi bahanpertimbangan ketika kita akan mengukur efektifitas proses pembelajaran, yaitu : 1. Performance siswa didik; 2). Proses mengajar guru; 3). Sikap, prilaku dan kepemimpinan guru.

5. Perbedaan Standar Dan Nilai.Apakah standar dan nilai itu berbeda?. Mari kita lihat apa perbedaan antara standar dan nilai. No 1 2. Standar Berlau untuksiapa saja dan fokus pada kemampuan siswa Standar itu tetap, tidak berubah. Standar itu berlaku untuk semua, tanpa pilih kasih. Standar itu mendorong adanya kerjasama antar siswa/peserta Standar itu mengukur tingkat kemampuan anak (tingkat kompetensi anak) Standar itu membukan wahana dan tantangan Standar itu berorientasi pada pencarian penyebab. Contoh : Faktor apa yang bisa mendorong keberhasilan belajar? Nilai (Norm) Berlaku bagi siswa yang memenangkan persaingan di dalam kelas Nilai, akan berubah tergantung rata-rata kecerdasan anak didik, atau tergantung penilaian guru (sifatnya subjektif). Nilai itu mendorong adanya persaingan antar siswa/peserta. Nilai, mengukur kecapatan anak belajar. Kecepatan itu ditentukan oleh persaingan antar anak. Nilai itu bisa membunuh motivasi anak didik/peserta. Nilai berorientasi pada akibat dan dampak. Apa yang akan di dapat jika anak menjadi rangking pertama.

3. 4.

5 6

Kunci suskses penerapan standar adalah adanya assessment terhadap kemampuan awal dari para siswa. Reeves (2002), menyatakan bahwa : 1. Assessment adalah kunci untuk mempengaruhi segala faktor dari

performance kelas. Bagimana guru bisa membangun kelas yang kondusif untuk belajar jika ia tidak memahami karakter siswa di dalam kelas, dan memahami apa kebutuhan kelas.

17

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

2. Assessment terhadap performance kelas adalah cara terbaik untuk mengkaji kemampuan siswa. Untuk bisa mengkaji kemampuan anak didik, guru harus melakukan kajian dan mengenal performance kelas secara keseluruhan. Kerjasama kelas harus dibangun, karena itu adalah sumber keberhasilan belajar siswa. Mereka bisa saling bantu dalam mengusai mata pelajaran di kelas. 3. Guru sebagai leader di kelas, seharusnya mampu membangun kerjasama untuk assessment pembelajaran dan evaluasi. Murid bukan objek yang hanya menerima pelajaran dari guru, tetpai sebagai mitra yang harus aktif menentukan apa yang perlu dipelajari, bagaimana cara belajar yang efektif dan disenangi, dan bagaimana menguasai berbagai kompetensi secara efektif. 4. Guru harus fokus pada pengembangan profesi dan asessment mutu pembelajaran. Ini sebenarnya fungsi dari guru, mengkaji berbagai faktor, sehingga ia bisa melakukan fungsinya sebagai leader di kelas dengan efektif, dan menghasilkan mutu pembelajaran yang betul-betul bermutu.

Aturan yang tidak boleh ditawar oleh kepala sekolah dan guru yang ingin berperan sebagai leader yang baik di dalam kelas: 1. Ciptakan lingkungan yang mendukung untuk bekerjasama. Kerjasama murid dengan murid lainnya. Kerjasama guru dengan murid. Kerjasama guru dengan guru lainnya. 2. Betul-betul harus fair terhadap semua murid. Contoh, jika ia tidak bisa, harus bilang tidak bisa, lalu bersama-sama siswa mencari tahu dan belajar bersama, atau bertanya pada guru lain yang dianggap bisa. 3. Jangan hanya bicara, tetapi harus aktif melakukan pengkajian di dalam kelas (effective Classroom observation). 4. Harus bekerjasama dengan guru-guru lainnya untuk meningkatkan profesional guru, melalui regular meeting. Pertemua rutin antar guru ini adalah penting untuk saling tukar pengalaman, dan saling belajar mengenai hasil kajian proses ajar dan belajar.

18

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

Selanjutnya Reeves (2002), menyatakan bahwa ada sepuluh tahapan yang harus dilakukan oleh guru dalam mengkreat standar berbasis assessment: 1. Pull the weed before planting the Flower (Cabuti rumputnya, sebelum menanam bunga), ini mengandung makna bahwa guru harus membuang dulu segala hambatan belajar, sebelum mulai melakukan proses ajar dan belajar. Untuk memahami hambatan belajar, tentu harus melalui asessment. 2. Identify the primary standar. Identifikasi standar mana yang paling penting, karena tidak bisa setiap standar di identifikasi. Ini memerlukan waktu yang sangat banyak. Contoh, standar sikap anak yang lebih menyukai proses pembelajarn bahasa inggris. Guru, melihat bahwa yang terpenting anak senang untuk belajar. Jadi standar suka lebih prioritas dibanding standar bisa.. 3. Guru harus memapu mengembangkan skenario pembelajaran di dalam kelas. Di dalam pembelajaran orang dewasa bisanya dikenal dengan petlap proses. Guru harus memahami dan mempersipakan urutan proses pembelajaran aktif ang melibatkan semua siswa untuk belajar bersama. 4. Develope Perfomance Task. dilakukan oleh siswa? 5. Develope Scoring Guide. Harusnya guru mampu mengembangkan skor dan kriteri keberhasilan belajar, untuk mengukur performance hasil belajar. Sudah sejauhmana anak mampu belajar. 6. Create an exemplary Assignment. Perbaikan terus menerus. 7. Get Feddback. Selayaknya guru membuka kesempatan pada siswa untuk mengutarakan pendapatnya tentang proses belajar yang sudah dilakukan. Apakah ada proses yang harus diperbaiki? 8. Clarify and enrich the assessment. Perjelas hasil assessment (kajian), dan kembangkan mejadi model pembelajaran yang efektif. 9. The Acid Test. Kembangkan sistem test yang partisipatif dan melibatkan para siswa. 10. Sharing with Colleagues (Tukar pengalaman dengan sesama guru) Guru harus mengembangkan alat untuk mengukur kemampuan belajar siswa. Contoh : Apa yang sudah bisa

19

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

6. Standar Kompetensi Guru dan Kepala Sekolah Untuk Membangun Komunikasi dengan Para Orang Tua, Pejabat Setempat dan Para Pembuat Kebijakan.Mutu Lulusan sebuah sekolah adalah tanggung jawab semua pihak, sehingga perlu ada standar kompetensi bagi kepala sekolah dan guru, untuk mampu berhubungan dengan para orang tua, dengan tokoh komunitas orang tua, dan politisi di sekitar sekolah tersebut Kepala sekolah dan guru perlu mengetahui dengan jelas, apa yang paling diharapkan oleh orang tua terhdapa pendidikan anaknya?; Apa yang ingin orang tua tau tentang sekolahnya?; Bagaimana orang tua bisa belajar dari kepala sekolah dan guru anak didiknya?; Kepala sekolah dan guru seharusnya mampu menyelenggarakan kegiatan tertentu yang melibatkan orang tua, pemerintah setempat dan para pembuat kebijkana. Kegiatan itu sangat penting untuk menggalang kerjasama yang harmonis, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut, sehingga hasilnya sesuai dengan harapan banyak pihak.

Gambar 1. Grafik hasil Informal survey yang dilakukan Harvad di Amerika Serikat untuk mengetahui Apa yang paling diharapkan dan dibutuhkan oleh para orang tua, terhadap pendidikan publik. (November 2001).

Value (nilai) yang paling diharapkan oleh para orang tua pada Gambar 1., adalah nilai demokrasi, saling menghargai antar sesama manusia, dan toleransi antar20

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

budaya. Ketiga nilai tersebut sanat penting diwujudkan agar anak senang untuk belajar. Jika anak senang untuk belajar, anak akan memiliki kecerdasan inteletual, kecerdasan emosi yang tinggi. 7. Diperlukan Standar Kompetensi Guru dan Kepala Sekolah dalam

Pengelolaan Data, sebaga Dasar Pembuatan Keputusan.Efektifitas pengelolaan manejemen sekolah dan manejemen kelas sangat

ditentukan oleh kualitas pengelolaan data. Kepala sekolah dan guru harus memiliki kompetensi dasar untuk manajemen pengelolaan data, sebagai dasar dalam membuat keputusan. Reeves (2002), menjelaskan ada tujuh langkah dalam pembuatan keputusan yang berbasis data : 1. Treasure Hunt (Berburu harta karun) 2. Data analysis and strenght Finder (Analisa data) 3. Need Analysis (Analisis Kebutuhan) 4. Goal Setting and Goal review (Merumuskan Goal dan Review-nya) 5. Identify Specific Strategy (Identifikasi strategi yang spesipik) 6. Determine Result Indicator for Targeted Strategies (Rumuskan Indikator keberhasilan) 7. Action Plan, Schedlue and Review. (Buat Rencana aksi, jadwal kegiatan dan standar proses evaluasinya) Bagaimana cara menggunakan data dalam rangkaikan pembuatan keputusan strategis :

Need Analysis

Goal Statement

Strrategies

Action Steps.

Result Indicator

21

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

C. STRATEGI UNTUK IMPLEMENTASI STANDAR PENDIDIKAN.Untuk menerapkan standar pendidikan diperlukan tiga strategi dasar, yaitu : 1. Menumbuhkan rasa memiliki di antara stakeholder sekolah (menyamakan persepsi di antara : Para tua, tokoh masyarakat, pejabat lokal, DPR pembuat kebijakan, private sector (perusahaan) dan lain-lain. Hal lain yang perlu di bahas dan dilakukan oleh para stakeholder adalah : penelitian dan pengkajian, pendampingan untuk sukses, keterbukaan dalam penggunaan waktu dan uang, menumbuhkan kewibawaan pemimpin dan mempertajam fokus program. 2. Menumbuhkan Akuntabilitas Pendidikan. Untuk bisa menumbuhkan

akuntabilitas pendidikan diperlukan beberapa tahap kegiatan : a). Identifikasi apa yang harus kepala sekolah dan guru ketahui; b). Buat ukuran dari karateristik dan kebiasaan pemimpin yang dianggap baik.; c). Kembangkan kriteria kepemimpinan yang dianggap penting; d). Kembangkan hubungan antara kebijakan dan kepemimpinan; e). Kembangkan kepemimpinan dengan kualitas mutu anak didik.

3. Mengkaji Performance Kepemimpinan.

Tahapan yang harus dilakukan

adalah : a). Bangun kriteri untuk pengkajian kepemimpinan; b).Hubungkan dan gunakan hasil pengkajian kepemimpinan untuk membuat merancang strategi yang efektif; c). Gunakan hasil kajian kepemimpinan untuk meningkatkan performance organisasi; d). Jadikan hasil penelitian di sekolah sebagai bahan pembuatan kebijijakan pendidikan di tingkat DPRD dan DPR.

Ada lima tahapan strategik yang sudah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki standar profesi guru : 1. Penetapan peraturan yang dijadikan dasar hukum bagi legalitas guru yang professional, termasuk permen no. 16 tahun 2007, tentang kualifikasi dan standarisasi profesi guru.22

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

2. Peningkatan kompetensi guru dan jabatan melalui pelatihan dan atau pendidikan lanjut untuk memenuhi syarat sebagai guru yang professional. 3. Memberlakukan sertifikat guru dalam proses pendidikan sebagai persyaratan guru yang professional.\ 4. Pengangkatan guru baru yang memnuhi syarat formal guru yang professional secara bertahap. 5. Pemberian tunjangan profesi bagi guru yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.

23

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

D. PEMBAHASANPembahasan akan dilakukan dengan cara membandingkan langsug antara isi dari permen 16 tahun 2007 tentang standar kompetensi guru, dengan konsep yang ada di dalam buku The Leaders Guide to Stndars, di tambah dengan beberapa pengalaman di lapangan. Kualifikasi Akademik yang terdapat pada lampiran permen tersebut, menjelaskan bahwa Setiap guru harus memiliki standar pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya, seperti berikut ini : 1. Guru paud harus D IV atau S1 pendidikan PAUD. 2. Guru SD/MI, harus D IV atau S1 PGSD. 3. Guru SMP dan SMA/SMK harus D IV atau S1 sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. 4. Jika bidang tersebut belum dikembangkan di Perguruan Tinggi, maka kualifikasi akademik guru didasarkan pada uji kelayakan. Kualifikasi akademik adalah merupakan prosedur administratif yang memang sudah di syaratkan oleh pihak pemerintah, dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal guru, maka akan semakin tinggi kompetensi guru tersebut, yang akhirnya bisa meningkatkan kompetensi dan mutu lulusan. Apakah seperti itu realitasnya di lapangan?. Tentu ini memerlukan pengkajian lebih lanjut, karena selain Pendidikan Formal, pengalaman lapangan bisa juga meningkatkan kompetensi guru. Melalui pendidikan formal, kompetensi guru akan meningkatkan, jika perguruan tinggi yang dirujuk adalah perguruan tinggi yang memiliki kualitas baik dan bermutu, bukan perguruan tinggi yang asal lulus dan menyerahkan gelar saja. Jadi harusnya perguruan tinggi yang betul-betul terakreditasi, seperti yang disyratkan dalam permen 16 tahun 2007 tersebut. Kenyataan ini juga menarik untuk di kaji di lapangan.

24

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

Sekarang mari kita analisa dan kaji bersama-sama tentang Kompetensi Guru yang ada di dalam permen tersebut, kita bandingkan dengan kondisi nyata di lapangan dan KONSEP yang ada pada buku acuan (The Leader Guid to Standars). No1

Permen 16/2007 Atau Kebijakan LainPenilaian kompetensi guru, pada saat ini dilakukan dengan proses sertifikasi guru dengan system fortopolio (Permen 18 tahun 2007), yang menggambarkan : Kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengjar, perencanaan dan pelaksanaan mengajar, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, pengembangan profesi, keikut sertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi dan penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, orang tua dan masyarakat. (Permen 16/2007), point 17 (Kompetensi sosial).

Konsep dan Teori (Reves, 2002)Penilaian performance harus didasarkan pada standar tertentu yang sudah ditentukan. Penilaian bukan didasarkan atas perbandingan dengan guru lain. Hal ini sangat penting untuk mendorong munculnya kerjasama antar sesama guru. Hakekat Standar adalah Kooperative. Sumber ilmu adalah sharing pengalaman antar guru sejawat.

Realita di LapanganNuansa kooperative, masih dikalahkan dengan nuansa persaingan antar guru. Penyebab : 1. Persaingan untuk menjadi kepala sekolah 2. Penilaian oleh atasan bukan oleh sesama guru /sejawat. 3. Jenjang profesi guru belum belum seteratur jenjang peneliti.

2

Mutu Lulusan sebuah sekolah adalah tanggung jawab semua pihak, sehingga perlu ada standar kompetensi bagi kepala sekolah dan guru, untuk mampu berhubungan dengan para orang tua, dengan tokoh komunitas orang tua, dan politisi di sekitar sekolah tersebut, untuk membangun kesepahaman dan berbagi tanggung jawab.

3

Guru dan sekolah, harus mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta

Pengalaman pribadi penulis, kerjasama guru dengan para pejabat dan pembuatan kebijakan belum pernah terlihat. Pada perayaan akhir tahun (Samen) belum pernah ada anggota Guru, sebaiknya melakukan kajian- DPR yang hadir kajian di kelas dan sekolahnya dan dalam acara dikomunikasikan dengan para tersebut. pemegang kebijakan. Kepala sekolah dan guru perlu Pada kenyataannya mengetahui dengan jelas, apa yang orang tua hanya paling diharapkan oleh orang tua diundang pada terhadap pendidikan anaknya?; Apa akhir tahun, ketika yang ingin orang tua tau tentang anak akan sekolahnya?; Bagaimana orang tua bisa menerima raport. belajar dari kepala sekolah dan guru 25

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

4.

5

anak didiknya?; Kerjasama yang harmonis, sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut, sehingga hasilnya sesuai dengan harapan banyak pihak (Reves, 2002) 23.3 Guru melakukan Guru, sebaiknya melakukan kajianpenelitian tindakan kelas kajian di kelas dan sekolahnya dan untuk meningkatkan dikomunikasikan dengan para keprofesionalan. pemegang kebijakan dan teman sejawatnya. 23.4 Mengikuti kemajuan Diperlukan Standar Kompetensi Guru jaman dengan belajar dari dan Kepala Sekolah dalam berbagai sumber. Pengelolaan Data, sebaga Dasar Pembuatan Keputusan. 24.2 Memanfaatkan teknologi informasi dan Menumbuhkan Akuntabilitas komunikasi untuk Pendidikan. Untuk bisa menumbuhkan pengembangan diri. akuntabilitas pendidikan diperlukan beberapa tahap kegiatan : a). Identifikasi apa yang harus kepala sekolah dan guru ketahui; b). Buat ukuran dari karateristik dan kebiasaan pemimpin yang dianggap baik.; c). Kembangkan kriteria kepemimpinan yang dianggap penting; d). Kembangkan hubungan antara kebijakan dan kepemimpinan; e). Kembangkan kepemimpinan dengan kualitas mutu anak didik.

didik. (Kepmen 16/2007. Poin 17.3 (Kompetensi sosial guru)

Sementara banyak orang tua yang berpikir, bahwa pendidikan adalah tanggung jawab guru dan sekolah. Perlu kajian berapa banyak guru yang suka melakukan kajian kelas.?? Kaji : Berapa persen guru yang menggunakan internet sebagai sumber informasi dan ilmu ?

6

15.1. Memahamai kode Guru dan kepala sekolah harus Sampai sekarang etik guru guru belum berusaha untuk memasukan berbagai memiliki lembaga 15.2 Menerapkan kode nilai ke dalam kepemimpinannya. yang memange etik profesi guru. kode etik guru. Lebih banyak bertanya MENGAPA Baru lembaga IDI 15.3 Berprilaku sesuai daripada BAGAIAMAN?. (Reeves, (Kedokteran) yang dengan kode etik guru. sudah memiliki 2007 : 251-258). kode etik.

26

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

Berbagai alternatif yang bisa dilakukan oleh guru-guru dan kepala sekolah, dalam mengaplikasikan standar kompetensi guru, sekaligus meningkatkan kesejahtraan guru : 1. Bersama-sama guru disekolahnya melakukan kajian mendalam tentang berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, sehingga dijumpai berbagai peluang yang bisa dikembangkan oleh para guru, dalam rangka meningkatkan propesionalisme dan kesejahtraan guru. 2. Melakukan berbagai macam kajian kelas, terutama pengalaman dalam mengaplikasikan standar kompetensi guru dan menuliskannya dalam berbagai jurnal, surat kabar atau berbagai media, atau membuat buku yang bisa dijual oleh para guru. Kegiatan ini selain untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru, juga bisa menghasilkan uang atau royaliti dari pembuatan buku. Semakin banyak guru yang menulis jurnal dan buku, maka akan semakin banyak ilmu yang bisa dipelajari oleh guru tersebut dan guru-guru yang lainnya. 3. Menterjemahkan sain yang ada di sekolah menjadi sumber ide yang inovatif untuk mengembangkan kewirausahaan di sekolah. Bersama-sama dengan siswa dan para orang tua, guru bisa membuat projek, yang dimulai dari projek yang sederhana. Khusus bagi sekolah-sekolah yang ada di pedesaan, bisa mengembangkan kewirausahaan di bidang pertanian, perikan dan peternakan. Sumber ilmu bisa di akses dari internet atau bekerjasama dengan para PPL, atau dinas yang ada di sekitar sekolah. Kegiatan ini selain mencerdaskan siswa, juga membuka peluang usaha bagi para guru.Kewira usahaan ini bisa dikembangkan pada bidang-bidang tertentu yang menjadi ciri khas daerah tersebut, misalkan industri batik, kesenian daerah dan lain-lain. Siswa bisa dilibatkan dalam projek tersebut, sekaligus praktek lapangan dalam rangka memahami mata pelajaran kelas. Jika ini dilakukan maka akan menghasilkan lulusan yang berjiwa kewirausaan tinggi. Semua pengalaman mengembangkan kewira usahaan bisa dibuat buku, dan laku untuk dijual. Sekali lagi sekolah menjadi sumber penelitian, sumber ilmu dan sumber uang. Kegiatan ini jauh berguna dan jauh menhasilkan uang, dibanding mengojeg. 4. Mengadakan lokakarya atau workshop, yang mengundang guru-guru dari sekolah lain atau berbagai pihak yang peduli dengan pendidikan. Pembiayaan27

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

workshop bisa didanai oleh berbagai sponsor seperti gramedia, gunung agung, dan berbagai penerbit. Kegiatan seminar, selain untuk menambah ilmu pengetahuan, juga bisa menghasilkan uang bagi para guru, terutama bagi guruguru yang ada di perkotaan. 5. Pada awal tahun atau acara kenaikan kelas, mengundang pemda, dan para pembuat kebijakan untuk menyampaikan berbagai hasil kajian para guru atau siswa, sekaligus untuk menyamakan persepsi tentang mutu pembelajaran dan hambatan dalam mencapai mutu dan standar pendidikan. 6. Mengundang semua stake holder yang peduli dengan pendidikan, dan membuat rencana akasi yang bisa dialkukan bersama-sama semua stake holder untuk mencapai mutu pendidikan. Setiap stake holder bisa menyumbangkan ide, pikiran dan uang untuk kemajuan sekolah tersebut. 7. Para guru dan Kepala sekolah mengundang pengawas untuk mendiskusikan peran yang diharapkan dari pengawas untuk meningkatkan mutu dan kesejahtraan para guru. Meminta para pengawas untuk membimbing dalam memahami autran dan berbagai kebijkan pemerintah, dan memfasilitasi berbagai peluang yang bisa digunakan untuk meningkatkan profesional guru dan kesejahtraan guru. Serta menyepakati barbagai hal aturan yang bisa dilakukan untuk memperbaiki mutu pembelajaran di sekolah tersebut. 8. Gunakan analisa SWOT untuk meningkatkan potensi dan profesionalisme guru serta untuk meningkatkan kesejahtraan guru.

28

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

Berikut adalah model yang bisa digunakan untuk mengkaji dan mengaplikasikan permen 16 tahun 2007, kedalam bentuk kegiatan nyata.,

Mutu Lulusan tinggi : Cerdas, ber-etikan, beriman, bertqwa dan terampil . (Susuai dengan standar mutu lulusan

Guru-guru yang mimiliki standar kompetensi, sesuai permen No. 16 tahun 2007.

Kelompok guru yang memiliki jiwa kewirausahaan, haus akan informasi, dan menterjemahkan sain menjadi projek kewira usahaan.

Kelompok guru yang suka melaukan action research di kelasnya dan mengkaji berbagai kebijakan pemerintah.

Kelompok guru yang memiliki motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu lulusan

Pengawas yang datang secara reguler untuk membimbing para guru.

Forum guru yang secara reguler melakukan workshop hasil kajian kelas

Para stakeholder (Orang tua, tokoh ,masyarakat, Pemda, DPRD, Private Sektor di sekitar sekolah yang mendukung, mutu sekolah dan kesejahtraan guru.

29

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

KESIMPULAN

Jika dibandingkan dengan

konsep dan teori, permen 16 tahun 2007 tentang

kualifikasi dan standar kompetensi guru, sudah memiliki banyak persamaan. Artinya penyusunan permen tersebut sudah mempertimbangkan dengan masak berbagai rujukan teori yang sudah terbukti baik digunakan di negara maju. Permen 16/2007, tersebut belum secara tegas mendorong adanya kerjasama guru dengan para stakeholder sekolah, seperti orang tua, tokoh masyarakat, Pemda, Pembuat kebijakan, private sektor, dan lain-lain yang bisa diajak untuk berbagi peran dan tanggung jawab dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Permen 16/2007, belum memasukan penilaian kolega sesama gur, kedalam pointer penilaian sertifikasi guru. Hal ini penting untuk meningkatkan kerjasama antar guru, dan mereduksi persaingan tidak sehat antar sesama guru. Belum kebijakan pemerintah yang mengatur tentang Tingkatan Profesi Guru, seperti yang sudah terjadi pada profesi kedokteran dan peneliti. Yang ada pada saat ini adanya perebutan jabatan kepala sekolah, yang bisa menimbulkan persaingan kurang sehat di antara sesama guru. Hambatan utama dalam penerapan kualifikasi dan standar kompetensi guru tersebut adalah keterbatasan dana yang dimiliki Indonesia, sehingga aplikasi di lapangan harus bertahap dan perlu waktu yang cukup lama. Hambatan lainnya adalah system pendidikan di Indonesia belum memberikan lahan yang subur untuk tumbuhnya kerjasama antar guru, untuk memperbaiki kompetensi dan profesionalisme guru. Diperlukan guru yang kreatif untuk mengkaji berbagai kebijakan pemerintah, dan mencari peluang untuk meningkatkan propesionalisme guru, dan kesejahtraan guru, melalui berbagai kegiatan yang tidak melanggar kebijakan.

30

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 1989. Komunikasi dan pembangunan : Perspektif Kritis. LP3ES. Jakarta. Goleman, Daniel. 2002. The New Leader : Transforming the art of leadership into the science of results. Litle Brown Press. London. Gibson, L, James et all. 1996. Organisasi (Edisi Kedelapan). Heathfield, M, Susan. (2009). Secret of leasership. (Online). Tersedia: (http://74.125.153.132/search?q=cache:http://humanresources.about.com/od/l eadership/a/leader_success.htm). (3 maret 2010). Nugroho, Siswono. (2009). (online). Tersedia : http://www.siswonugroho.com/2008/10/24/20-ciri-kepemimpinan -yang-gagalbelajarlah-dari-kesalahan-dan-segera-perbaiki-kepemimpinan-anda-untukmencegah-kebangkrutan-usaha-anda-2.html. (3 Maret 2010). Reeves, B, Douglas. 2002. The Leaderss Guide to Standars. Jossey Bass. San Franciso. Amerika Serikat. Hughes, L, Richard et all. 2009. Leadership : Enhancing the Leasson of Experience. MC Graw Hill. San Francisco. Amerika Serikat. Ricard, Deny. (2001). 12 Major Causes of Failure in Leadership. (Online). Tersedia: http://www.1000advices.com/guru/leadership_failure_12c_rd.html. (2 Maret 2010). Scott, C. 2008. Jika anda Ingin menjadi Manusia Seutuhnya, Inilah Pedomannya. Diva Press. Jogyakarta. Sambon, Mark. (2009). Failure of Leadership. (online). Tersedia: http://www.marksanborn.com/blog/failure-of-leadership/) (1 Maret 2010). Thomas, Bill. (2004), Five power Keys for leadership success. (Online). Tersedia: http://www.healthstatus.com/articles/5_Power_Keys_For_Leadership_Succes s.htm (4 Maret 2010). Satria (2009), Lima kata kunci (keyword) rahasiah kepemimpinan. (Online). Tersedia : http://mbok-pahing.com/?pg=articles&article=16165. (4 2010)Fs. Yulk, Gary. 2007. Kepimpinan dalam organisasi. PT. Indeks. Jakarta.

Maret

31

S3 Uninus Angkatan VI/ Kajian standar kompetensi guru.doc

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peremendiknas 16 Tahun 2007

32