KAJIAN SISTEM PENGEMASAN BUNGA MAWAR POTONG (Rosa ...
Transcript of KAJIAN SISTEM PENGEMASAN BUNGA MAWAR POTONG (Rosa ...
KAJIAN SISTEM PENGEMASAN BUNGA MAWAR POTONG
(Rosa hybrida) SELAMA PENYIMPANAN UNTUK
MEMPERPANJANG MASA PAJANGAN
DESY NOFRIATI
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005
ABSTRAK
DESY NOFRIATI. F051030111. Kajian Sistem Pengemasan Bunga Mawar
Potong (Rosa hybrida) Selama Penyimpanan Untuk Memperpanjang Masa
Pajangan. Dibimbing oleh ROKHANI HASBULLAH dan SUROSO.
Bunga mawar potong banyak diminati karena memiliki kharisma tersendiri dan
penampilan fisik yang menarik. Penampilan bunga mawar potong yang indah, anggun
dan harum menyebabkan bunga potong ini dikenal dengan sebutan ratu segala bunga.
Bunga mawar sangat mudah rusak, kerusakan terjadi baik pada saat pemetikan,
pengangkutan maupun penyimpanan. Untuk mempertahankan kesegaran dan
mendapatkan mutu bunga potong mawar yang baik diperlukan penanganan pascapanen
seperti perendaman bunga dalam larutan pengawet (pulsing) serta penyimpanan dengan
kemasan pada suhu rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi
larutan pengawet dan model kemasan yang optimum selama penyimpanan dan
menentukan perubahan mutu bunga selama masa pajangan .
Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama penentuan laju respirasi dan
komposisi larutan pengawet (pulsing), tahap kedua penentuan model kemasan yang
terbaik dalam memperpanjang kesegaran bunga mawar potong dan menentukan
perubahan mutu bunga mawar potong selama masa pajangan yang terdiri dari bent neck,
kelayuan, penyusutan panjang dan diameter tangkai, kadar air bunga, dan warna.
Larutan pengawet (pulsing) dengan komposisi 3% sukrosa + 25% glyserin + 300
ppm Na-Benzoat + 375 ppm asam sitrat menghasilkan peningkatan laju konsumsi O2
terkecil selama penyimpanan sehingga dapat menjaga kesegaran bunga dan menekan
kelayuan sebesar 2.5% pada hari ke-3 masa pajangan.
Kemasan kotak karton berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik
polipropilen merupakan model kemasan yang memberikan hasil terbaik selama
penyimpanan, yakni dapat menjaga kesegaran bunga hingga 10-11 hari, pada hari ke-5
masa pajangan persentase bent neck 62.5.0%, kelayuan 25.0%, penyusutan panjang
tangkai 0.40 cm dan penyusutan diameter tangkai 0.33 mm, perubahan diameter
mahkota bunga mencapai 6.3 cm dan warna masih dapat dipertahankan pada kisaran
merah cerah pada hari ke-3 masa pajangan atau hari ke-8 setelah pemanenan.
Berdasarkan uji organoleptik terhadap penampakan bunga secara visual, bunga
yang disimpan dengan kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik
polipropilen masih dapat diterima keindahannya hingga hari ke-5 masa pajangan atau
hari ke-10 setelah pemanenan. Masa pajang bunga mawar dapat diperpanjang selama 1-
3 hari dibandingkan bunga mawar yang tanpa perlakuan setelah pemanenan.
KAJIAN SISTEM PENGEMASAN BUNGA MAWAR POTONG
(Rosa hybrida) SELAMA PENYIMPANAN UNTUK
MEMPERPANJANG MASA PAJANGAN
DESY NOFRIATI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Pasca Panen
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005
PRAKATA
“Sesungguhnya segala sesuatu telah tercatat di Lauh Mahfuzh-Nya”. Puji syukur
dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan kasih sayang-Nya serta
kehendak-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2004 ini adalah bunga mawar
potong, dengan judul Kajian Sistem Pengemasan Bunga Mawar Potong (Rosa hybrida)
Selama Penyimpanan Untuk Memperpanjang Masa Pajangan.
Terima kasih kepada Bapak. Dr. Rokhani Hasbullah, MSi dan Dr. Suroso,
M.Agr sebagai dosen pembimbing atas ketulusannya dalam memberi ilmu pengetahuan
yang dimiliki. Semoga ilmu yang telah diberikan menjadi amal kebaikan di sisi Allah
SWT.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua tercinta, Idham Nursi
dan Ibunda Yunidar Cayo atas doa dan keikhlasan serta kesabaran dan juga semangat
yang telah dicurahkan. Terima kasih kepada adinda tersayang (Adik dan Meidia) atas
doa dan kesetiaan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi cinta kasih kita.
Ucapan terima kasih turut penulis sampaikan kepada Bapak Sulyaden di Lab
TPPHP dan rekan-rekan TPP 2003 (Pak Erdi, Mbak Dian, Pak Hidayat, Meilan, Mbak
Endang, Atik, Kak Icut, Mbak Ana, Ira, Muhdar, fahrul, Pak Theis, dan Pak Khaidir).
TPP 2002 (Sholihati, Pak Suparno, Pak Endrico, Uni Wilda, TPP 2004 (Asri, Yani,
Mala, Adnan, Pak ismail, Bayu, Mbak Rina, Mbak Ana, tesy).Teman-teman di
HIMMPAS dan Forum Wacana, nurma dan adek-adek di Tarbiyah club yang turut
memberi semangat kepada penulis serta pihak-pihak lain yang telah membantu yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermamfaat.
Bogor, Juli 2005
Desy Nofriati
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditi hortikultura berupa tanaman hias bunga potong memiliki potensi yang
besar untuk dikembangkan mengingat keadaan alam Indonesia yang subur. Mawar
merupakan salah satu komoditas florikultura yang penting untuk agribisnis. Sebagai
tanaman hias, bunga mawar potong mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bunga mawar
potong banyak diminati karena memiliki kharisma tersendiri dan penampilan fisik yang
menarik. Penampilan bunga mawar potong yang indah, anggun dan harum
menyebabkan bunga potong ini dikenal dengan sebutan ratu segala bunga.
Kondisi ekonomi dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan ke-indahan
membuat konsumsi tanaman hias terus meningkat pesat. Perkembangan pembangunan
hotel, kawasan perumahan, perkantoran dan industri pariwisata mendorong peningkatan
permintaan tanaman hias baik sebagai bunga potong maupun tanaman pot
(Siswoputranto,1990). Lebih lanjut Soerojo (1991) me-nambahkan bahwa kebutuhan
tanaman hias di dalam negeri cenderung meningkat dan memiliki prospek yang sangat
baik.
Peningkatan permintaan bunga potong ini dirasakan oleh Indonesia sejak tahun
1986 – 1991 dengan ekspor komoditas bunga potong meningkat dari 476 kg
menjadi 4881 kg. Nilai Ekspor komoditas bunga potong Indonesia sampai Februari
2004 mencapai US$ 162 850 dengan berat bersih 40 533 kg (BPS, 2004). Di
Indonesia permintaan bunga mawar cenderung meningkat terutama di kota-kota besar
seperti kota Jakarta menyerap bunga terbesar dengan omzet dan peredaran uang yang
mencapai Rp. 25,8 M/tahun. Permintaan bunga mawar tidak kurang dari 20 000
kuntum/ hari. Data BPS pada tahun 2002 menunjukkan bahwa produksi bunga mawar
potong Indonesia mencapai 55 708 137 tangkai.
Setelah pemanenan, mawar memiliki masa kesegaran selama 4-5 hari.
Pendeknya umur kesegaran mawar disebabkan karena mawar memiliki kandungan air
tinggi. Hal ini merupakan kendala utama yang dihadapai oleh produk hasil pertanian
yang menyebabkan umur simpan produk menjadi pendek. Bunga potong yang
dipasarkan harus mempunyai kualitas yang baik diantaranya mempunyai masa
kesegaran yang cukup panjang. Sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh penanganan
pascapanen, seperti perlakuan pulsing dengan pemberian larutan perendam sebagai
pengawet segera setelah bunga dipanen sebelum pengangkutan dan penyimpanan.
Fungsi pulsing, adalah untuk memperpanjang umur kesegaran dan meningkatkan
kemekaran kuncup bunga (Halevy et al., 1981).
Bunga mawar sangat mudah rusak dan layu. Kerusakan terjadi baik pada saat
pemetikan, pengangkutan maupun penyimpanan. Untuk mempertahankan kesegaran
dan mendapatkan mutu bunga mawar potong yang baik setelah diberi larutan pengawet,
maka penanganan selama penyimpanan sebelum masa peragaan harus diperhatikan.
Kerusakan dapat terjadi secara mekanis dan karena penguapan yang selalu terjadi
selama pengangkutan atau penyimpanan. Untuk mendapatkan bunga mawar dengan
masa simpan yang lama serta mengurangi persentase kerusakan harus memperhatikan
penanganan sejak pemanenan, pengemasan dan penyimpanan sebelum tiba ke
konsumen. Tingkat kehilangan hasil bunga potong sangat tinggi yaitu 2–25 persen di
negara maju, dan 20–50 persen di negara berkembang, apabila penanganannya kurang
memadai (Kader, 1992).
Pada kondisi tropis, penyimpanan bunga mawar harus pada suhu rendah agar
bunga tersebut tidak cepat layu. Mengingat biaya yang cukup tinggi untuk membuat
suhu mendekati 0oC, maka perlu dicari alternatif penyimpanan pada suhu yang lebih
tinggi, tetapi mampu mencapai masa simpan yang cukup lama (Reid dan Lukaszewki,
1988). Penyimpanan suhu rendah dengan teknik atmosfer termodifikasi diharapkan
dapat diperoleh kondisi yang optimum sehingga dapat mempertahankan kesegaran
bunga potong selama masa peragaan. Penyimpanan dengan teknik atmosfer
termodifikasi merupakan penyimpanan produk hasil pertanian dengan lingkungan udara
yang mempunyai komposisi gas berbeda dengan udara normal, yaitu sesuai dengan
pengaturan kosentrasi gas O2 dan CO2 yang diinginkan sehubungan dengan proses
kegiatan respirasi yang akan berlangsung.
Menurut Soesarsono (1981), penyimpanan dengan atmosfer termodifikasi pada
bunga potong dilakukan dengan membungkus bunga dengan plastik kedap air seperti
poliethilen atau pembungkus lain yang mempunyai permeabilitas tertentu terhadap O2
dan CO2 sehingga respirasi dapat dihambat. Penyimpanan dengan sistem atmosfer
termodifikasi akan lebih efektif bila dilakukan bersamaan dengan penyimpanan pada
suhu rendah.
Selama masa pengakutan atau penyimpanan bunga mawar potong sering
dikemas dengan film plastik dan dimasukkan ke dalam kotak karton. Oleh karena itu
perlu dikaji penggunaan kemasan karton yang dikombinasikan dengan film plastik
untuk mempertahankan kesegaran bunga selama penyimpanan sehingga dapat
mempertahankan mutu bunga selama masa pajangan.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan perlakuan pasca panen
yang paling tepat dalam upaya memperpanjang kesegaran bunga potong mawar selama
masa pajangan.
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. menentukan komposisi larutan pengawet yang digunakan sebelum penyimpanan
bunga mawar potong
2. menentukan model kemasan untuk penyimpanan bunga mawar potong
3. mengamati perubahan mutu bunga mawar potong selama masa pajangan
4. menentukan masa pajangan bunga mawar potong
TINJAUAN PUSTAKA
Bunga Potong
Bunga adalah bagian dari tumbuhan berbiji dan berfungsi sebagai alat
reproduksi yang mempunyai empat bagian utama, yaitu sepal (daun kelopak), petal
(daun mahkota), pistil (putik), dan stamen (benang sari). Daun kelopak merupakan
bagian bunga yang terletak pada lingkaran terluar dan berwarna hijau, sedangkan daun
mahkota merupakan bagian bunga yang biasanya berwarna cerah. Benang sari dan
putik merupakan organ reproduksi yang biasanya bergabung dengan daun mahkota dan
daun kelopak.
Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai rangkaian bunga untuk
berbagai keperluan dalam daur hidup manusia dan mempunyai nilai ekonomi. Bunga
potong terdiri dari dari bunga potong anggrek dan bunga potong non anggrek.
Berdasarkan tempat tumbuhnya, bunga dibagi menjadi dua kelompok yaitu bunga
dataran tinggi seperti krisan, gladiol, mawar, gerbera, anyelir, dan bunga dataran rendah
seperti anggrek, sedap malam dan melati (Balithi, 1995).
Setiap jenis bunga yang memiliki warna dan bentuk yang menarik dapat
dipotong, tetapi tidak semua bunga yang dipotong bernilai ekonomis atau dapat
diperjualbelikan. Menurut Rismunandar (1995), bunga potong yang memiliki
persyaratan sebagai berikut :
1. Warna indah, bersih dan tidak bernoda, serta bau tidak terlalu menyengat
2. Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong
3. Tangkai bunga cukup panjang dan kuat
4. Bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan
5. Bunga dihasilkan dari tanaman yang subur dan mudah berbunga tanpa
mengenal musim
Warna bunga potong yang dikehendaki adalah warna yang indah, ceria, bersih dan
tidak bernoda. Warna bunga potong merah dan biru memiliki prospek pengembangan
yang sangat baik. Warna-warna ini tetap akan disukai pada masa yang akan datang.
Konsumen bunga potong dari Eropa dan Amerika kurang menyukai bunga dengan bau
wangi yang menyengat, tetapi cenderung menyukai bau wangi dan lembut. Sebaliknya,
konsumen Asia lebih menyukai bunga dengan wangi yang semerbak.
Keteguhan bunga potong adalah sifat yang tidak cepat layu selama pengiriman,
penyimpanan dan pemajangannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keteguhan adalah
saat yang tepat untuk melakukan pemotongan, kecepatan pengiriman, sistim
pengemasan dan suasana keragaan (Rismunandar,1991).
Momentum pemotongan atau saat yang tepat untuk melakukan pemotongan
bunga ditentukan oleh faktor-faktor berikut : (1) bentuk bunga, (2) waktu pemotongan:
pagi, sore atau siang dan (3) kondisi lingkungan saat pemetikan cerah, basah atau hujan
(Balithi, 2004).
Bunga Mawar
Mawar (Rosa hybrida) merupakan bunga yang sangat digemari. Mawar berasal
dari Asia Tengah dan tersebar hingga ke belahan selatan bumi. Pemerintah Belanda
mendatangkan mawar ke Indonesia dari benua Eropa. Mawar mempunyai 125 spesies,
95 spesies berasal dari Asia, 18 spesies dari Amerika dan sisanya dari Eropa dan Afrika.
Klasifikasi bunga mawar menurut Sukarno dan Nampiah (1995) adalah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathopyta
Subdivisi : Anggiospermae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa hybrida
Tanaman mawar umumnya merupakan tanaman perdu, batangnya berduri
dengan tinggi tanaman antara 0.3 sampai 0.5 meter. Berakar tunggang dengan banyak
cabang akar seperti serat dan akar rambut yang menyerupai benang. Daun mawar
merupakan daun majemuk dengan 3 atau 5 berselang dan bersirip ganjil. Bunga ada
yang tunggal dan ada pula yang tersusun indah dalam bentuk payung dengan perhiasan
bunga setiap lingkaran 4-5 helai. Warna bunga bervariasi dari putih, merah, merah
muda dan ungu muda. Buah mawar adalah buah yang di dalamnya terdapat biji
(Kartapraja,1995).
Tanaman mawar membutuhkan cahaya matahari penuh untuk pertumbuhan.
Apabila kekurangan cahaya, tanaman akan kurang produktif untuk berbunga dan
mempunyai batang yang tidak kokoh. Suhu optimum untuk pertumbuhan bunga mawar
adalah 15,6 - 23,9oC (Edmon and Bailey, 1975), sedangkan menurut Hardjoko (1999),
mawar dapat tumbuh dengan baik pada suhu diatas 30oC asalkan kelembabannya cukup
tinggi yaitu antara 60-80%.
Menurut Sukarno dan Nampiah (1995), jenis mawar ditinjau dari sifat
penampilannya dibagi menjadi lima kelompok yaitu (1) hybrid tea, sering digunakan
untuk potong berbunga tunggal, berukuran lebih besar, susunan bunga kompak dan
padat dengan tangkai bunga yang panjang, (2) floribunda, tangkainya agak panjang dan
bunganya terdapat dalam rangkaian yang besar, (3) polyantha , dalam satu rangkai
bunganya kecil-kecil (baby rose), (4) grandiflora, merupakan gabungan sifat-sifat
hybrid tea dan floribunda. Jenis ini sering digunakan sebagai bunga potong atau
tanaman taman, (5) climbing rose, merupakan mawar rambat dengan beragam bunga
tunggal atau rangkap.
Menurut Hardjoko (1999), mawar dipanen setelah berumur 4-5 bulan tergantung
dari varietas dan tingkat pertumbuhannya. Mawar dapat dipanen bila seluruh kelopak
bunga telah membuka semua 1 atau 2 mahkota telah membuka. Ditambahkan oleh
Murtiningsih dan Sutater (1995) bahwa kesegaran bunga akan lebih lama jika dipanen
pada stadia tumbuh yang tepat. Mawar bila dipanen pada stadia mekar penuh
kesegarannya tidak akan bertahan lama dan cepat layu dan sebaliknya bila dipanen
terlalu awal dapat menyebabkan kuncup bunga akan gagal mekar.
Mawar termasuk golongan bunga yang mudah kehilangan air, maka sebaiknya
memanen bunga mawar dilakukan pada pagi hari. Kandungan karbohidrat yang rendah
dapat diperbaiki dengan larutan pengawet yang mengandung gula. Tidak dianjurkan
panen pada saat suhu tinggi (siang hari). Demikian pula bila bunga dalam keadaan
basah karena embun, air hujan atau sebab lainnya, sebaiknya panen ditunda hingga tidak
basah lagi. Bunga yang basah mudah terserang jamur penyebab penyakit lainnya.
(Murtiningsih dan Sutater,1995). Menurut Widyawan dan Prahastuti (1994) pemanenan
sebaiknya dilakukan sekitar jam 06.00 sampai 08.00 atau jam 16.00 sampai 17.00. Pada
jam tersebut penghisapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak
dari pada penguapannya.
Standarisasi bunga mawar sangat penting karena kualitas bunga mawar sangat
menentukan harga jual. Persyaratan mutu untuk ekspor umumnya lebih tinggi, sesuai
dengan syarat yang ditetapkan oleh pembeli luar negeri. Syarat mutu untuk bunga
mawar potong menurut Badan Standarisasi Nasional adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Syarat mutu bunga mawar potong (SNI - 4492 - 1998)
Jenis Mutu Satuan Persyaratan
AA A B C
Panjang tangkai
- tipe standar
- tipe spray
cm
cm
>65
>55
54 - 55
46 - 55
40 - 54
35 - 45
25 - 39
< 35
Diameter kuncup
Kuncup ½ mekar
- tipe standar
- tipe spray
cm
cm
>2.5
>1.5
>2.5
>1.5
>2.5
>1.5
>2.0
>1.2
Jumlah kuntum bunga
½ mekar pertangkai
- tipe spray
kuntum
>6
>6
>6
dapat kurang
dari
>6
Benda asing/kotoran % 0 0 0 <5
Kesegaran bunga - Segar segar segar segar
Keseragaman kultivar - Seragam seragam seragam seragam
Warna bunga - Seragam seragam seragam seragam
Keadaan minimum
Tangkai bunga
- kuat/lurus,
tidak pecah,
tidak
bercabang
kuat/lurus,
tidak
pecah,
tidak
bercabang
kuat/lurus,
tidak
pecah,
tidak
bercabang
Kurang
kuat/lurus,
tidak pecah,
tidak
bercabang Daun pada 2/3 bagian
tangkai
- lengkap dan
sehat
lengkap
dan sehat
lengkap
dan sehat
kurang
lengkap dan
sehat
Kerusakan dan cacat % 0 0 0 <5
Keberadaan air % 0 0 0 <5
Organisme penganggu % 0 0 0 <5
Toleransi % 3 5 10 <15
Keterangan : AA (kualitas ekspor)
Tipe spray : dalam satu tangkai terdapat enam kuntum bunga kecil
Tipe standar : dalam satu tangkai hanya terdapat satu bunga besar
Pemanenan dan Fisiologi Pasca Panen
Pemanenan bunga berarti pemisahan bunga dari induknya, dan hal ini berarti
bunga tidak lagi mendapatkan air dan makanan dari induknya, sedangkan bunga
tersebut masih melakukan aktivitas transpirasi dan respirasi yang memerlukan air dan
makanan. Durkin (1979) menyatakan bunga mawar yang masih menempel pada
induknya dan mendapatkan air dan makanan dari induknya akan mengakhiri periode
kesegarannya dengan pengguguran mahkota. Sedangkan pada mawar yang telah
dipotong periode kesegaran akan diakhiri dengan kelayuan. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kehilangan air pada waktu panen dan terhambatnya penyerapan air oleh
udara yang memasuki tangkai pada waktu panen pada bagian yang dipotong.
Bunga yang dipanen pada kondisi yang tepat sudah mempunyai cadangan
makanan berupa karbohidrat hasil sintesa yang disimpan pada tangkai atau organ
lainnya (Hardenburg,1990). Faktor yang mempengaruhi kesegaran bunga setelah
pemanenan adalah sebagai berikut :
1. Waktu yang tepat. Waktu pemetikan yang tepat adalah pagi hari sebelum
matahari bersinar atau sore hari setelah matahari terbenam (Balithi, 2004).
Bunga yang dipanen pada saat matahari penuh akan cepat layu karena tingginya
respirasi.
2. Stadia pemetikan yang tepat. Pemetikan bunga sebaiknya dilakukan pada umur
atau tingkat kematangan yang tepat (Hardenburg,1990) dan sudah berwarna.
Bunga yang masih kuncup lebih mudah ditangani dan kurang rentan terhadap
kerusakan dan kondisi lingkungan yang merusak seperti etilen dan suhu tinggi
(Halevy dan Mayak,1979). Namun bila dipanen terlalu muda akan menyebabkan
bunga tidak mampu mekar sempurna (Yayasan Bunga Nusantara, 1987) dan
menyebabkan pembengkokkan tangkai (bent neck) (Torre et al., 2000;
Direktoray Bina Produksi Hortikultura,1991; Salinger,1985; Hasek,1980).
Mayak dan Halevy (1979) menyimpulkan bahwa ada tiga faktor yang
mempengaruhi kehilangan air pada jaringan leher (neck) yaitu : 1) tingkat
transpirasi yang berhubungan dengan adanya daun pada pucuk bunga dan
kemampuan stomata untuk menutup sebagai reaksi terhadap kekurangan air, 2)
tingkat penyerapan dan transportasi air, dan 3) kemampuan organ lain pada
pucuk bunga untuk melengkapi persediaan air yang persediaannya terbatas.
3. Cara pemetikan yang benar. Pemetikan dilakukan dengan cara memotong
tangkai bunga 2/3 bagian dari panjang seluruhnya, tepat diatas mata tunas.
Pemotongan sebaiknya menggunakan gunting atau pisau yang tajam atau
pemangkas yang tajam dan bersih.
4. Perlakuan selanjutnya. Pada umumnya langkah-langkah penanganan bunga
potong secara keseluruhan meliputi pemanenan, grading, pengikatan (bunching),
penggunaan larutan pengawet, pengepakan, pendinginan, penyimpanan,
penanganan selama pemasaran. Sistem pengelolaan yang baik hendaknya dapat
memilih langkah yang dapat memaksimalkan periode kesegaran bunga dan
menekan biaya yang diperlukan.
Penurunan mutu bunga segar dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut; (1)
ketidakmampuan pembuluh batang untuk mengabsorbsi air yang disebabkan oleh
adanya hambatan dari bakteri, jamur atau mikroorganisme lainnya, (2) kehilangan air
yang terlalu banyak akibat suhu lingkungan yang tinggi, (3) kadar karbohidrat yang
rendah karena kondisi penyimpanan yang kurang memadai untuk mendukung respirasi,
(4) penyakit atau serangga dan (5) gas etilen yang dihasilkan oleh jaringan yang rusak
atau membusuk.
Respirasi pada bunga potong berhubungan dengan penggunaan cadangan
karbohidrat. Respirasi yang berlangsung cepat akan mengurangi cadangan karbohidrat
sehingga menyebabkan kelayuan. Pada suhu rendah enzim-enzim yang berperan dalam
proses respirasi dapat diperlambat aktivitasnya (Prince et al., 1988).
Tujuan penanganan pasca panen bunga potong menurut Yayasan Bunga
Nusantara (1987) adalah sebagai berikut :
1. Memperkecil respirasi dan transpirasi
2. Mencegah infeksi dan luka
3. Memelihara estetika dan penampakkan
4. Memperoleh harga yang tinggi
Untuk menghambat penguapan dapat dilakukan pembungkusan dengan plastik
seperti polietilen. Bahan-bahan yang dapat menyerap air yang berlebihan seperti kertas
dapat ditambahkan (Widjandi,1981). Dua hal yang menentukan ketahanan simpan
bunga potong yaitu faktor genetik dan kondisi eksternal selama penyimpanan seperti
suhu, kelembaban udara (RH), cahaya, dan sirkulasi udara. Bunga dengan kualitas
rendah seperti bunga terlipat, patah, tergores atau luka fisik lainnya dapat merangsang
produksi etilen, kehilangan air dan infeksi jasad renik (Murtiningsih dan Sutater,1995).
Menurut Ichimura et al.,(1998) bunga mawar potong akan lebih panjang
kesegarannya apabila disimpan pada suhu rendah. Masa pajangan bunga mawar potong
bisa dipertahankan sampai 15.5 hari apabila disimpan pada kelembaban udara (RH) ±
70% dan sebelumnya bunga mawar potong direndam dalam larutan pengawet.
Larutan Pengawet
Pengawetan bunga potong bertujuan untuk memperpanjang umur pajangan
bunga. Cara ini dilakukan untuk memperlambat proses metabolisme pada bunga potong
yang mengarah pada pelayuan. Teknik pengawetan bunga potong umumnya dilakukan
adalah penggunaan larutan pengawet sebagai larutan perendam pada bunga potong
segar.
Penggunaan zat pengawet guna menanggulangi kerusak dapat diterapkan pada
penanganan bunga potong. Menurut Muhajir et al.,(1999), zat pengawet yang digunakan
berfungsi sebagai penyedia karbohidrat, penghambat pertumbuhan mikroba yang dapat
menyumbat pembuluh tangkai dan senyawa pengasaman.
Larutan pengawet digunakan pada empat macam perlakuan yaitu conditioning,
pulsing, bud opening, dan holding (Halevy dan Mayak,1979). Conditioning digunakan
untuk mengembalikan ukuran bunga setelah mengalami kekurangan air selama
perjalanan dengan cara merendam dalam air (Roger,1973) Perlakuan bud opening
dilakukan jika bunga dipanen pada tahap lebih awal dari masa panennya. Pulsing
merupakan perlakuan dalam jangka waktu pendek sebelum pengiriman. Larutan holding
merupakan larutan tempat dicelupnya bunga sampai terjual atau digunakan oleh
konsumen untuk dirangkai dalam vas (Halevy dan Mayak, 1979). Menurut Kader
(1992), pulsing adalah larutan dengan kadar sukrosa tinggi. Larutan ini digunakan pada
saat bunga baru dipanen. Holding adalah larutan dengan kadar sukrosa rendah yang
digunakan selama masa pajangan.
Larutan pengawet merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang kesegaran
bunga potong. Tiga hal yang dilakukan berkenaan dengan pengawetan, yaitu
menambahkan nutrisi, membuat pH air kurang dari tujuh, dan menghambat
pertumbuhan jasad renik pembusuk (Amiarsi et al., 2002).
Gula berperan bagi kesegaran kuncup bunga, karena gula merupakan
karbohidrat yang berguna dalam pertumbuhan dan pemekaran kuncup. Penambahan
gula juga dapat menunda kelayuan. Air bergerak secara osmosis ke mahkota bunga
sehingga mahkota mempunyai turgor yang tinggi dan kesegaran yang lama, sehubungan
dengan banyaknya kandungan air. Sumber gula lain seperti laktosa dan maltosa hanya
dapat digunakan apabila kosentrasinya rendah (Halevy dan Mayak, 1979). Sumber gula
berupa glyserin dapat digunakan sebagai sumber makanan. Glyserin mempunyai
kelarutan terhadap air yang tinggi dan memberikan kelembaban pada bahan. Selain itu,
glyserin dapat dimanfaatkan sebagai plastisizer karena dapat mengurangi kekuatan
ikatan hydrogen internal pada ikatan intermolekul, sehingga mampu meningkatkan
mobilitas dan fleksibilitas rantai polimer, sehingga mampu meningkatkan mobilitas dan
fleksibelitas rantai polimer (Aryani, 2002).
Bunga mawar potong yang direndam ke dalam glyserin 10% dan sukrosa 6%
selama 24 jam dapat memberikan penyusutan bobot paling kecil yaitu 58.86% dengan
penyusutan diameter bunga mawar terkecil 21.47% dan kadar air bunga 4.41% (basis
basah) (Aryani, 2002). Menurut Luqman, (1992) larutan sukrosa 6% dapat
mempertahankan kesegaran dan keharuman bunga. Larutan gula kurang dari 6% tidak
menghasilkan energi yang optimal untuk kelangsungan hidup bunga, sehingga daya
tahan dan kesegaran serta aromanya bertahan lebih singkat. Selanjutnya, penggunaan
sukrosa lebih dari 6% mempunyai potensial osmotik yang lebih kecil dari cairan
didalam sel sehingga tidak dapat melewati membran sel. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya plasmolisis yaitu cairan di dalam sel akan keluar.
Pada pH 3.5 - 4.5 bunga secara maksimum menyerap air. Pada kondisi tersebut
timbulnya lendir pada permukaan tangkai bunga dapat dihambat, sehingga penyerapan
air oleh tangkai bunga tidak terganggu (Halevy dan Mayak, 1979). Penyerapan air
tersebut penting untuk menggantikan air yang hilang akibat penguapan pada permukaan
bunga. Jika tidak terdapat air, maka bunga akan cepat layu. Untuk mencapai kondisi ini
perlu ditambahkan asam sitrat sebagai penurun pH dan mengurangi penyumbatan pada
batang. Asam sitrat digunakan untuk menaikkan larutan pulsing pada sel-sel tanaman.
Durkin (1979) menyatakan bahwa asam sitrat adalah senyawa penurun pH yang paling
umum dipakai pada larutan pulsing dan sangat efektif untuk digunakan pada mawar.
Dalam kasus yang lain, asam tartarat dan asam glikolat dapat digunakan untuk
menurunkan pH bersamaan dengan gula.
Menurut Michael dan Reid (1992) pulsing memerlukan sukrosa 2 -20% dengan
waktu tertentu (10 menit, suhu 21oC; 20 jam, suhu 2
oC). Pulsing dengan larutan yang
mengandung 20 ppm AgNO3 + 5% sukrosa + 320 ppm asam sitrat dapat
mempertahankan kesegaran bunga mawar potong selama masa pajangan (8.0 - 9.3 hari)
(Amiarsi et al., 2002).
Pada larutan pulsing perlu ditambahkan zat pengawet yang berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan mikroba pada batang. Menurut Winarno (1984), asam
benzoate (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya dan
sering digunakan pada bahan yang asam. Bahan ini digunakan untuk mencegah
pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada pH 2.5-4.0. Garam benzoate
memiliki kelarutan yang lebih besar dibandingkan dengan asamnya, karena itu
penggunaan Na-benzoat lebih umum digunakan. Wang dan baker (1979) menyatakan
bahwa benzoate pada larutan pulsing berfungsi sebagai antioksidan dan dapat
mengurangi produksi etilen.
Kualitas air yang digunakan dalam larutan pengawet mempunyai pengaruh
penting dalam menjaga kualitas bunga. Idealnya air yang digunakan adalah air yang
murni dan bersih (Salinger,1985). Air suling lebih baik digunakan daripada air kran
dengan atau tanpa pengawet (Sacalis,1993). Air yang digunakan hendaknya tidak
mengandung padatan terlarut lebih dari 200 ppm.
Kelayuan
Layu adalah terkulai atau mengkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis
karena menurunnya tegangan turgor. Mayak (1990), menyatakan bahwa kelayuan
berhubungan dengan penurunan potensial air pada jaringan. Potensial air pada mahkota
bunga cenderung tetap sampai puncak kemekarannya, dan setelah itu menurun drastis.
Ini merupakan salah satu indikasi terjadinya kelainan fisiologis.
Kelayuan erat kaitannya dengan penguapan air dari permukaan bunga
(transpirasi). Transpirasi yang lebih besar dari penyerapan air mengakibatkan
kekurangan air untuk mempertahankan kesegaran. Kelayuan akan ditandai dengan tidak
adanya lagi tegangan permukaan mahkota sehingga mahkota tersebut cendrung lemas
kearah bawah (Arimbawa,1997). Selain itu, kelayuan dapat terjadi karena bunga sudah
mekar sempurna dan terlalu banyak kehilangan air. Tanda-tanda lain bunga layu yaitu
mulai menggulungnya mahkota kearah luar, dan dikatakan layu kalau mahkota benar-
benar sudah jatuh ke bawah karena sama sekali sudah tidak ada ketegaran mahkota
(Ekowati,1997).
Kelayuan erat kaitannya dengan pembengkokkan batang (bent neck) dan
kerontokkan mahkota. Bent neck merupakan salah satu kerusakan fisik pada bunga
mawar potong sebagai akibat hilangnya air dalam jaringan tangkai bunga yang dapat
mengidentikasikan bahwa bunga tersebut telah hilang kesegarannya.
Menurut Burdett (1970) dalam Torre et al.,(2000), hilangnya tekanan turgor
berpengaruh berkurangnya pembentukan lignin pada tangkai bunga sehingga tangkai
kehilangan ketegarannya, kemudian menyebabkan tangkai membengkok dan seiring
bertambahnya masa pajangan tangkai bunga akan terkulai. Bent neck akan menghambat
aliran air ke mahkota bunga sebagai akibat dari tersumbatnya pembuluh tangkai
sehingga tidak ada lagi ketegaran pada mahkota bunga sehingga kerontokkan mahkota
tidak dapat dicegah (Ekowati, 1997). Kehilangan air yang melebihi 10% dari berat
komoditi mengakibatkan kelayuan yang serius (Sacharow et. al.,1970 dalam Widjandi
et al.,1989).
Penyimpanan dengan Atmosfer Termodifikasi
Penyimpanan dengan teknik atmosfer termodifikasi adalah penyimpanan produk
hasil pertanian dengan lingkungan udara yang mempunyai komposisi gas berbeda
dengan udara normal melalui penggunaan film plastik pengemas. Kosentrasi gas O2 dan
CO2 di dalam kemasan berubah sehubungan dengan proses kegiatan pernafasan produk
hasil pertanian yang dikemas.
Penggunaan teknik atmosfer termodifikasi dalam penyimpanan dan
pengangkutan bunga semakin popular digunakan untuk menggantikan penyimpanan
suhu dingin. Kandungan oksigen yang rendah disekitar bunga akan menghambat proses
respirasi dan menurunkan tingkat kerusakan bunga. Meningkatnya kandungan CO2
dilingkungan bunga akan menurunkan laju respirasi, proses oksidasi dan menurunkan
pengaruh etilen, namun jumlah yang tinggi mungkin akan meracuni bunga itu sendiri
(Soekartawi,1996).
Menurut Widjandi (1981), penyimpanan dengan atmosfer termodifikasi pada
bunga potong dilakukan dengan membungkus bunga dengan plastik kedap air seperti
polietilen atau pembungkus lain yang mempunyai permeabilitas tertentu terhadap O2
dan CO2 sehingga respirasi dapat dihambat.
Menurut penelitian Corbineau dan Meudou (1988) dalam Neni Suswatini
(1995), penyimpanan bunga mawar dengan teknik atmosfer termodifikasi 5–
10% CO2 dan 1–3% O2 dengan suhu 0oC dapat mempertahankan kesegarannya selama
3–4 minggu (Tabel 2). Tetapi bunga mawar yang digunakan adalah bunga mawar yang
tumbuh didaerah sub tropis sehingga tahan disimpan pada suhu 0oC.
Tabel 2. Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer pada suhu
rendah (Corbineuau dan Meudon, 1988)
Jenis CO2
(%)
O2 (%) Suhu
(oC)
Daya Simpan
(minggu) Freesra 10 21 1 - 2 3
Carnation 5 1-3 0-1 4
Gladiol 5 1-3 1,5 3
Lili 10-15 21 1 3
Mawar 5-10 1-3 0 3-4
Tulip 5 21 1 1,5
Kosentrasi gas optimum untuk penyimpanan bunga mawar pada suhu 10oC
adalah 2 persen O2 dan 10 persen CO2 selama 7 hari dapat mempertahankan kesegaran
bunga selama 6,76 hari (Ekowati,1997). Menurut Rini (2002), bunga mawar potong
yang disimpan dalam ruang pendingin (5-6oC) dengan kosentrasi gas O2 2% dan CO2
7.5% dapat mempertahankan kesegaran bunga selama masa pajangan hingga 5.33 hari.
Pengaturan komposisi udara selama penyimpanan atau pengangkutan akan
memperlambat proses-proses metabolisme, kelayuan dan perkembangan
mikroorganisme (Peleg, 1985). Zagory dan Kader (1988), menyatakan bahwa komposisi
udara yang optimal dalam penyimpanan dapat menurunkan laju respirasi tanpa
menimbulkan kerusakan akibat metabolisme pada produk yang disimpan. Prince dan
Tayama (1988), menyatakan bahwa pada daerah yang dingin, pendinginan selain
mengurangi respirasi, juga menghambat biosintesa etilen dan mengurangi kehilangan
air. Suhu pendinginan tergantung jenis bunga.
Perlu dilakukan pra-pendinginan segera seelah panen. Sebab meskipun bunga
potong sudah disimpan dalam ruang pendinginan dengan suhu optimum, penurunan
suhu bunga berjalan cukup lambat sehingga proses metabolisme masih tetap tinggi.
Akibatnya laju produksi etilen masih tinggi, sehingga terjadi akumulasi etilen. Menurut
Muctadi (1992), metode yang cocok untuk bunga mawar adalah dengan hydro cooling.
Cara yang termudah adalah dengan metode spray atau penyemprotan keseluruh
permukaan bunga segera setelah panen.
Manfaat yang dapat diperoleh dari peyimpanan dengan teknik modifikasi
atmosfer adalah (1) kosentrasi O2 yang rendah dapat menurunkan laju respirasi dan
oksidasi substrat sehingga umur komoditas akan lebih panjang, perombakan khlorofil
tertunda dan produksi etilen rendah, (2) kandungan CO2 dalam sel yang tinggi
menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis seperti penurunan reaksi-reaksi sintesis
pematangan (misalnya zat warna), penghambatan sintesis khlorofil, (3) adanya interaksi
antara O2, CO2 dan suhu rendah dapat mengurangi susut bobot (Pantastico, 1986).
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas memungkinkan terjadinya kondisi
atmosfer termodifikasi serta dapat melindungi dan mengawetkan produk yang disimpan
disamping produk yang disimpan menjadi lebih menarik. Film kemasan memberikan
lingkungan yang berbeda pada produk yang disimpan karena laju perembesan O2 ke
dalam kemasan dan CO2 keluar kemasan sebagai akibat proses respirasi, berbeda-beda
tergantung dari jenis dan sifat kemasan yang digunakan. Film plastik memberikan
perlindungan pula terhadap kehilangan air pada produk sehingga sampai waktu yang
lama produk akan tetap kelihatan segar.
Laju penyerapan gas tergantung dari struktur film permeabel, ketebalan, luas
permukaan, suhu, dan perbedaan kandungan gas antara bagian dalam dan luar kemasan.
Parameter produk yang mempengaruhi laju penyerapan gas antara lain berat produk
yang dikemas, laju kegiatan pernafasan, dan volume bebas dalam kemasan. Laju
kegiatan pernafasan yang dikemas merupakan parameter penting untuk menentukan
langkah-langkah optimasi selanjutnya, yaitu untuk mendapatkan lingkungan yang cocok
dalam mempertahankan kesegaran.
Rokhani, et al., 2000 menyebutkan, kosentrasi gas pada kondisi ke-setimbangan
(steady state) dapat dicapai apabila film plastik yang digunakan permeabel terhadap gas
O2, CO2 dan N2. Koefisien permeabilitas plastik polipropilen dan polietilen dapat
meningkat seiring dengan peningkatan suhu penyimpanan. Penyimpanan buah segar
dan sayur-sayuran di dalam kemasan plastik mensyaratkan spesifik permeability film
kemasan yang digunakan.
Tabel 3. Koefisien permeabilitas, energi aktivasi dan rasio permeabilitas film
plastik (Rokhani, et al., 2000)
Film Kemasan
T
(oC)
Koefisien Permeabilitas
( ml.mm/m2.hari. atm)
T
(oC)
Energi Aktivasi
(kJ/mol)
Rasio
Permea-
bilitas
O2
CO2
O2
CO2
Polipropilen
Polietilen-strech wrap
Polietilen-low density a)
Polipropilen-oriented (PP) b)
Polivinil klorida (TPM-87) c)
Polietilen-low density d)
25
25
25
21
25
25
8.58 x 101
2.05 x 102
2.07 x 102
3.90 x 101
6.73 x 101
2.78 x 102
1.73 x 102
8.28 x 102
9.03 x 102
1.13 x 102
3.85 x 101
1.42 x 103
8-26
8-26
0-25
-
0-22
-
14.0
20.7
42.6
-
38.4
43.1
29.4
25.2
38.9
-
39.3
34.3
2.0
4.0
4.4
3.9
5.7
5.1 a) Mannaperuma ang Singh (1989)
b) Geeson et al., (1985) pada 21 oC
c) Hasil perhitungan Rokhani (1992) d) Hasil perhitungan Ex ate al., (1993)
Berdasarkan penelitian Gunadnya (1993) terhadap polietilen densitas rendah,
polipropilen, strech film, dan white strech film dengan ketebalan 0.99, 0.61, 0.57 dan
0.58 mil, koefisien permeabilitas beberapa film telah diketahui, dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Koefisien permeabilitas film kemasan hasil perhitungan
dan penetapan dalam ml.mil/m2. jam (Gunadnya, 1993)
Jenis film kemasan 10oC
a) 15
oC
a) 24
oC
b)
O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2
Polietilen densitas- - - - - 1002 3600
rendah
Polipropilen 265 364 294 430 229 656
Strech film 342 888 473 748 4143 6226
White strech film 226 442 291 412 1464 1470
a) hasil perhitungan
b) hasil penetapan
Komposisi udara diruang penyimpanan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap sifat-sifat bahan segar yang disimpan. Kandungan oksigen, karbondioksida dan
etilen saling mempengaruhi metabolisme komoditas. Agar tujuan penyimpanan bahan
segar tercapai, perlu melakukan modifikasi komposisi udara disekitar komoditas
tersebut. Modifikasi komposisi udara dilakukan dengan menurunkan kadar oksigen dan
atau meningkatkan kandungan karbondioksida dapat dilakukan dengan pengemasan
bahan segar dengan film plastik atau bahan lain (Rokhani,1996)
Model matematik untuk pengemasan sistem atmosfer termodifikasi (MAP)
dinyatakan dalam persamaan Hayakawa et al., 1975 ;Mannaperuma and Singh, 1990;
Exama et al., 1993; Fisman et al., 1995; Rokhani et al., 2001):
(1)
Dalam kondisi keseimbangan, konsentrasi gas O2 dan CO2 dapat ditentukan dengan
persamaan berikut :
(2)
(3)
xs adalah konsentrasi gas kesetimbangan, (y) merupakan konsentrasi gas diluar
kemasan, (W) berat bahan dan (R) laju respirasi. Berdasarkan persamaan 2 dan 3
WRxyb
AP
dt
dxV
111 RPA
Wbyx s
222 RPA
Wbyx s
konsentrasi gas kesetimbangan dapat ditunjukan dengan persamaan berikut (Rokhani et
al., 2001) :
(4)
(5)
Dimana : xs = konsentrasi gas kesetimbangan, desimal
xo
= konsentrasi gas awal, desimal
P = permeabilitas film plastik, m2/jam
A = luas permukaan, m2
b = ketebalan film plastik, m
t = waktu, jam
V = volume kemasan, m3
subskrip 1 dan 2 masing-masing menyatakan gas O2 dan CO2
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan O2 dan CO2 dalam
kemasan atmosfer termodifikasi antara lain suhu, kelembaban, permeabilitas kemasan,
ketebalan, luas permukaan, jenis dan jumlah bahan (Rokhani et al., 2001).
Pertimbangan lain yang diperlukan untuk mendesain kemasan yaitu :1) ukuran
dan bentuk kemasan harus disesuaikan dengan cara penanganan dan pemasaran bahan
yang dikemas, 2) bahan kemasan tidak mengandung bahan kimia yang dapat bereaksi
dengan bahan yang dikemas, 3) biaya kemasan sesuai dengan harga bahan yang
dikemas.
Operasi penanganan produk setelah pengemasan perlu dipertimbangkan juga
dalam menentukan jenis kemasan. Jika produk harus diberi perlakuan pra pendinginan
dan disimpan dalam RH tinggi, maka kemasan yang digunakan adalah kemasan yang
tidak menyerap air. Kemasan juga harus menyediakan ventilasi yang cukup untuk
membuang panas yang dihasilkan oleh produk selama penyimpanan, khususnya pada
kondisi bukan penyimpanan dingin. Menurut Ekowati (1997), bunga mawar potong
selama penyimpanan pada suhu 10oC dikemas dengan plastik LDPE dan polipropilen
dapat mempertahankan kesegaran bunga selama 9-10 hari.
t
bV
PAxxxtx ss exp
111
0
1
t
bV
PAxxxtx ss exp
222
0
2
Kemasan Karton
Secara umum kemasan untuk buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga dapat
digolongkan menjadi dua yaitu kemasan fleksibel dan kemasan kaku (rigid packaging).
Kemasan fleksibel biasa digunakan untuk kemasan dalam dan berfungsi untuk
membungkus produk dan tidak melindungi produk dari tekanan dan tumpukan.
Contohnya adalah karung plastik, kantong dari polipropilen, kantong plastik, dan plastik
film. Film plastik yang banyak digunakan sebagai kemasan adalah jenis LDPE.
Kemasan kaku biasa digunakan sebagai kemasan luar dan dapat melindungi
produk dari benturan, tekanan, tumpukan dan penanganan yang kasar. Contohnya yang
umum dipakai untuk bunga adalah kotak karton bergelombang yang terbuat dari
fibreboard.
Menurut FPI (2004), kemasan kotak karton (corrugated box) dibuat dari karton
bergelombang yang memiliki tiga daya tahan dalam melindungi produk di dalamnya
yaitu kotak karton memiliki ketahanan jebol, daya tahan susun dan daya tahan air.
Ketahanan jebol dan daya tahan susun dari kotak karton sangat tergantung pada kualitas
bahan yang digunakan. Sedangkan daya tahan air dapat ditingkatkan dengan
menambahkan lapisan lilin pada permukaan kotak karton, baik pada bagian dalam
maupun pada bagian luar sesuai kebutuhan. Kotak karton mempunyai bobot yang ringan
sehingga akan mempermudah pembongkaran dan dinding kotaknya yang halus
dibandingkan peti kayu menyebabkan gesekan antara komoditi dengan dinding kotak
tidak berakibat buruk.
Kemasan karton yang dilipat dapat digunakan untuk pemasaran eceran. Untuk
penyimpanan dan pengangkutan kecenderungan meningkat ke arah penggunaan karton
tebal bergelombang (corrugated cardboard) lapis majemuk atau lapis tunggal Gambar
1.
Gambar 1. Kemasan karton tebal dengan sistem
staple pada karton tebal satu lapis
Menurut Edmond et al., (1975), proses-proses yang perlu diperhatikan sebelum
mengemas bunga potong antara lain proses respirasi, tranpirasi, dan laju pembelahan
sel. Untuk mempertahankan mutu bunga potong, diusahakan proses-proses biologis ini
berlangsung lambat dengan cara mengusahakan volume kemasan relatif kecil, tidak ada
bahan penyerap air dan kemasan bersifat kedap gas.
Dalam keadaan sehari-hari kemasan bunga potong bisa berupa kotak karton
walaupun masih terbatas pada penggunaan kotak karton bekas karena biayanya lebih
murah jika dibandingkan dengan penggunaan kotak karton baru. Berdasarkan penelitian
Widjandi et al.,(1989), kemasan yang cocok untuk anggrek yaitu memiliki lubang
sirkulasi udara. Lubang didisain sedemikian rupa sehingga aliran udara atau uap air
mengalir sempurna. Selain itu besar lubang perlu disesuaikan dengan kenyamanan dan
kemudahan selama penanganan.
Pengemasan bunga potong, selain untuk tujuan pengawetan, juga bertujuan
untuk menunjang kelancaran transportasi, distribusi dan juga sebagai alat persaingan
pemasaran. Dengan menggunakan kemasan yang baik, bunga akan lebih awet atau
tahan selama perjalanan menuju lokasi pemasaran.
Secara umum bentuk dan ukuran kemasan karton untuk bunga potong seperti
anggrek dan mawar mengikuti stadarisasi kemasan karton untuk keperluan ekspor
(Widjandi et al.,1989). Bentuk dan ukuran kemasan karton untuk bunga potong dapat
dilihat pada Gambar 2 berikut :
Gambar 2. Bentuk kemasan bunga potong
Ukuran kemasan kotak karton yang sering digunakan untuk bunga potong dapat dilihat
pada Tabel 5, 6, dan 7 :
Tabel 5. Kotak karton untuk kemasan bunga potong
No. Kemasan Dimensi dalam (cm) Dimensi luar (cm) Kapasitas
p l t p l t muat
1. E-1 100 25 10 101 26 11 60 - 80
2. E-2 69 24 8 70 26 9 40
3. D-1 60 15 7 61 15.5 7.5 20
4. D-2 100 40 40 101.5 41 41 600
5. I-1 88.5 38.5 30 90 40 31 600
6. I- 2 100 41 11 101 42 14 600
7. K-1 78 39 14.5 80 40 15 -
Keterangan :
E-1 = kemasan anggrek untuk ekspor
E-2 = kemasan anggrek untuk ekspor
D-1 = kemasan anggrek dan bunga potong lainnya untuk dalam negeri
dan transpor antar pulau
D-2 = kemasan krisan untuk transport antar pulau
I-1 = kemasan krisan impor dari Malaysia
I-2 = kemasan anyelir impor dari New Zealand
K-1 = kemasan bunga potong segar yang diproduksi PT. Guru
Indonesia
Kapasitas muat dihitung dalam satuan tangkai
p = panjang
l = lebar
t = tinggi
Kemasan karton yang efisien adalah kemasan yang dapat memberikan
perlindungan menyeluruh secara optimal. Efisien diartikan sebagai kemasan karton
yang memiliki volume relatif kecil tapi bisa diisi lebih banyak dan tidak terjadi
kerusakan secara fisik (FPI, 2004).
Tabel 6. Luas dan volume masing-masing kemasan
No. Kemasan Dimensi dalam Dimensi luar Perbandingan
Luas Volume Luas Volume (cm3/cm
2)
(cm2) (cm
3) (cm
2) (cm
3) Dalam Luar
1. E-1 7 500 25 000 8 046 28 886 3.33 3.59
2. E-2 4 800 13 248 5 176 14 460 2.76 2.79
3. D-1 2 850 6 300 3 038 7 091 2.21 2.33
4. D-2 19 200 160 000 20 008 170 622 8.33 8.53
5. I-1 14 435 102 218 15 260 111 600 7.08 7.31
6. I- 2 11 302 45 100 11 916 50 904 3.99 4.27
7. K-1 9 477 44 109 10 000 48 000 4.65 4.80
Tabel 7. Besar lubang ventilasi untuk masing-masing kemasan
No. Kemasan Dimensi Jumlah Luas Persentase lubang
lubang (cm) lubang lubang (cm2) terhadap
Luas Volume
1. E-1 Ø = 2.0 12 37.70 0.503 0.151
2. E-2 Ø = 2.2 4 15.21 0.317 0.115
3. D-1 Ø = 2.5 4 19.63 0.689 0.312
4. D-2 Ø = 5.5 4 143.03 0.745 0.089
5. I-1 Ø = 2.0 8 121.13 0.839 0.119
6. I- 2 Ø =3.0 8 56.55 0.500 0.125
Keterangan :
- Persen lubang dihitung terhadap dimensi dalam
- Pesen lubang terhadap luas dihitung dalam % (cm2/cm
2)
- Persen lubang terhadap volume dihitung dalam % (cm2/cm
3)
- Untuk kemasan K-1 tidak terdapat lubang ventilasi
Menurut Arimbawa (1997), bunga mawar yang dikemas dengan film plastik
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perkembangan kelayuan selama masa
pajangan hal ini dimungkinkan karena bunga mawar tersebut
dimasukkan dalam kemasan sekunder (kotak kardus) yang memiliki sirkulasi udara
yang baik selama masa pengangkutan.
Untuk mempertahankan mutu bunga mawar selama masa pajangan perlu
dilakukan perlakuan kemasan karton yang dikombinasikan dengan film plastik
(Ekowati, 1997).
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan
Hasil Pertanian (TPPHP), Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
IPB. Penelitian dimulai bulan Desember sampai Mei 2005.
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga mawar potong
(Rosa hybrida) varietas Melano berwarna merah yang diperoleh dari kebun mawar
Saung Krisna PT. Adhi Loji Cipanas, air dingin sebagai pre-cooling dan air suling
sebagai bahan perendaman bunga selama dalam perjalanan menuju laboratorium.
Bahan lain adalah formula pengawet yang terdiri dari sukrosa, glyserin, Na-benzoat dan
asam sitrat yang berfungsi sebagai pulsing sebelum bunga potong mawar disimpan
dalam ruang pendingin (10oC).
Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kotak kaca ukuran 20 x
20 x 40 cm3, lemari pendingin untuk penyimpanan suhu rendah. Gas Analiyzer
Shimadzu untuk mengukur kosentrasi O2 dan CO2, Chromameter Minolta CR–200
untuk mengukur warna, timbangan, jangka sorong, penggaris, busur, gunting bunga dan
kardus ukuran 60 x 15 x 7 cm3.
Prosedur Penelitian
Bunga mawar (Rosa hybrida) berwarna merah yang diperoleh dari kebun
bunga mawar di daerah Cipanas yang dipetik pada umur panen 2-3 mahkota bunga
telah keluar. Setelah pemanenan, tangkai bunga dipotong sepanjang 40 cm kemudian
bunga segera diberi perlakuan pre-cooling dengan metode hydro cooling yang dilakukan
dengan menyemprotkan (spraying) air dingin pada seluruh bagian bunga mawar potong.
Pre-cooling ini merupakan pendinginan yang dilakukan sebelum bunga mawar potong
diangkut atau disimpan. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menurunkan panas lapang,
menurunkan kepekaan bunga terhadap serangan mikroba, mengurangi jumlah air yang
hilang dan memudahkan pemindahan kedalam ruang penyimpanan dingin atau sistem
transportasi. Bunga yang telah mendapat perlakuan pre-cooling diikat (bunching) dalam
setiap ikatan terdapat 20 tangkai bunga. Setelah pengikatan, bunga dikemas dengan
kertas pembungkus yang berbentuk kerucut. Selama pengangkutan bunga dari lapang ke
laboratotium bunga mawar potong dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air suling.
(a) (b)
Gambar 3. (a) bunga mawar sebagai bahan percobaan,(b) penanganan
bunga mawar pada saat pengangkutan
Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu :
Tahap pertama: Penentuan laju respirasi dan komposisi zat larutan pengawet (
pulsing) dan laju respirasi bunga.
Tahap pertama ini bertujuan untuk menentukan komposisi larutan pengawet
(pulsing) yang paling baik sehingga memberi masa pajangan bunga (vase life) yang
lebih lama setelah penyimpanan. Bunga mawar dipotong pada pagi hari dari tanaman
induknya, selanjutnya bunga direndam dalam larutan pulsing. Larutan pulsing terdiri
dari natrium benzoat 300 ppm, asam sitrat 375 ppm (sampai pH larutan pulsing sekitar
3.5-4.5), sukrosa dengan tingkat kosentrasi 3%, 6% dan glyserin dengan tingkat
kosentrasi 10%, 25% selama 24 jam.
Kemudian bunga potong mawar sebanyak 10 tangkai dimasukkan ke dalam
kotak kaca berukuran 20 x 20 x 40 cm3, ujung tangkai bunga dipotong ± 1 cm untuk
menghilangkan jaringan yang busuk kemudian ditutup rapat. Bagian sambungan
tutupnya dilapisi lilin dan vaselin untuk mencegah kebocoran antara tutup dengan
dinding kaca, sehingga tidak terjadi sirkulasi gas masuk dan keluar. Kemudian
dimasukkan ke dalam ruang pendingin dengan suhu 10oC, RH 70–90% sebanyak dua
kali ulangan. Sebagai kontrol dilakukan perlakuan bunga mawar potong yang tidak
direndam dalam larutan pengawet.
Kosentrasi gas dalam kotak kaca diukur untuk mengetahui laju respirasi bunga
selama penyimpanan sehingga diketahui kosentrasi gas optimum selama penyimpanan.
Pengukuran konsentrasi gas dilakukan melalui lubang yang telah dibuat pada kotak
kaca dan dihubungkan dengan selang penghubung untuk pengukuran komposisi gas
dalam wadah dengan menggunakan alat gas analyzer. Pengukuran komposisi dilakukan
setiap hari selama 5 hari dan pada hari pertama pengukuran dilakukan setiap 3 jam. Laju
respirasi ditetapkan sebagai laju produksi CO2 dan laju konsumsi O2 dalam ml/kg.jam.
Setelah masa penyimpanan, bunga dikeluarkan dari kotak kaca dan dipajang untuk
mengetahui lama masa pajangan, kelayuan dan untuk mendapatkan derajat
pembengkokan leher bunga (bent neck). Pemajangan dilakukan sampai bunga layu atau
sudah tidak layak lagi untuk dipajang. Bagan alir tahap pertama dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Diagram alir proses penelitian tahap I
Tahap kedua : Pengemasan bunga mawar potong.
Tahap kedua ini bertujuan untuk menentukan model kemasan bunga mawar.
Penelitian ini terdiri dari 7 perlakuan model kemasan selama penyimpanan yaitu :
V1T1 = kardus berventilasi dengan diameter 2,5 cm terbuka
V1T2 = kardus berventilasi dengan diameter 2,5 cm ditutup plastik polietilen
Penyeragaman ukuran
Perendaman dalam larutan pulsing selama 12 jam : (sukrosa 3% + glyserin10%), (sukrosa 3% + 25% glyserin)
(sukrosa 6% + glyserin 10%), (sukrosa 6% + 25% glyserin)
(Na-benzoat 300 ppm + asam sitrat 375 ppm)
Penyimpanan dalam chamber
T = 10oC, RH 70 – 90%
(selama 5 hari)
Pemajangan di suhu ruang
T = ± 25oC, RH 65 - 80%
(penentuan kelayuan dan bent neck)
Bunga mawar potong
Bunga mawar segar
(panjang 40 cm)
10 tangkai bunga ditimbang
Pengukuran laju respirasi
V1T3 = kardus berventilasi dengan diameter 2,5 cm ditutup plastik polipropilen
V2T1 = kardus berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka
V2T2 = kardus berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polietilen
V3T3 = kardus berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen
K = tanpa ventilasi
Bunga mawar potong direndam dalam larutan pulsing terpilih selama 24 jam,
dimasukkan ke dalam kemasan sebanyak 20 tangkai untuk masing-masing perlakuan
kemasan. Bunga diikat per 10 tangkai dan ujung dibalut dengan kapas yang telah
dibasahi dengan air aquades untuk menjaga kelembaban bunga dalam kemasan. Bunga
dalam kemasan disusun saling menyilang untuk menghindari kerusakan fisik bunga
mawar. Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ketebalan satu gelombang
ukuran 60 x 15 x 7 cm3 yang dibuat ventilasi dan dikombinasikan dengan plastik
polietilen dan polipropilen untuk menutupi ventilasi yang berperan sebagai
pengkondisian udara termodifikasi. Untuk setiap kardus dibuat ventilasi, diameter
ventilasi terdiri dari 2 variasi yaitu 2,5 cm dan 3.5 cm. Penutup kardus dibuat lubang
yang dihubungkan dengan selang untuk pengukuran laju respirasi bunga selama dalam
kemasan kardus.
Bunga yang telah dikemas disimpan di dalam ruang pendingin dengan suhu
10oC selama 5 hari. Pengukuran konsentrasi gas dalam kardus dilakukan melalui lubang
yang telah disediakan yang dilakukan setiap 6 jam sekali selama 5 hari. Penentuan
model kemasan terbaik ditunjukkan dengan kosentrasi gas dalam kemasan yang
mendekati komposisi gas O2 dan CO2 optimum untuk bunga mawar. Setelah masa
penyimpanan berakhir, bunga dikeluarkan dari kotak kemasan untuk selanjutnya
dipajang pada suhu ruang ± 25oC-27
oC RH 65-80%. Penentuan perubahan mutu bunga
dilakukan selama masa pajangan.
Penentuan mutu bunga mawar potong dilakukan untuk mendapatkan perlakuan
kemasan terbaik yang dapat memberikan penampakkan visual bunga yang lebih baik
selama masa pajangan. Penentuan mutu bunga mawar potong selama masa pajangan
meliputi pengukuran penyusutan panjang tangkai, penyusutan diameter tangkai dan
bunga, warna, bent neck, kelayuan, kadar air, dan susut bobot. Bagan alir tahap
pengemasan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram alir proses penelitian tahap II
Penyeragaman ukuran
(panjang 40 cm)
Perendaman dalam larutan pulsing terpilih selama 12 jam :
Penyimpanan
T = 10oC, RH 70-90% (selama 5 hari)
Pengemasan dalam karton berventilasi
dengan diameter :
V1T1= 2,5 cm terbuka
V1T2= 2,5 cm ditutup plastik polietilen
V1T3= 2,5 cm ditutup plastik polipropilen
V2T1= 3.5 cm terbuka
V2T2= 3.5 cm ditutup plastik polietilen
V2T3= 3.5 cm ditutup plastik polipropilen
K1 = tanpa ventilasi
Pengamatan perubahan mutu bunga
(setiap hari sampai bunga layu)
Bunga mawar potong
20 tangkai bunga ditimbang
Pengukuran konsentrasi gas CO2 dan O2
Pemajangan di suhu ruang
T = ± 25oC, RH 65-80%
Pengamatan dan Analisis
Pengamatan dan pengujian mutu bunga potong mawar setelah penyimpan
meliputi :
1. Parameter fisik : a. panjang tangkai
b. diameter tangkai
c. Diameter mahkota bunga
d. bent neck
e. kelayuan
f. warna
g. kadar air
2. Parameter fisiologi: laju respirasi
3. Uji organoleptik yang meliputi warna, keharuman, kesegaran mahkota, bent
neck dan penampakan keseluruhan.
Masa pajangan dihitung mulai dari bunga dikeluarkan dari penyimpanan sampai
layu sedangkan masa kesegaran dihitung berdasarkan pada waktu bunga di panen
sampai bunga mengalami kelayuan atau berdasarkan atas penjumlahan masa
penyimpanan dengan masa pajangan. Waktu pengamatan berbeda dengan waktu
pengamatan untuk komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran karena, bunga setelah
dikeluarkan dari penyimpanan tidak langsung dikonsumsi dalam arti dimakan
melainkan untuk dinikmati keindahannya. Oleh karena itu waktu pengamatannya adalah
setelah waktu penyimpanan berakhir. Pengamatan terhadap parameter mutu dilakukan
setiap hari.
Pengamatan dan pengujian dilakukan pada keadaan awal sebelum dilakukan
penyimpanan, kemudian setiap hari setelah masa penyimpanan berakhir (selama masa
peragaan). Pengamatan dihentikan apabila bunga sudah layu.
Panjang tangkai
Panjang tangkai bunga diukur dengan menggunakan mistar secara tegak lurus
dari bawah kelopak bunga sampai ke ujung tangkai. Pengukuran dilakukan sebanyak 3
kali dan diambil rata-ratanya. Perhitungan penyusutan panjang tangkai adalah sebagai
berikut :
T1
penyusutan (%) = x 100%
T2
Keterangan : T1 = panjang awal tangkai (cm)
T2 = panjang akhir tangkai (cm)
Pengukuran diameter mahkota,panjang dan diameter tangkai
Pengukuran diameter mahkota bunga, panjang dan diameter tangkai dilakukan
terhadap bunga potong mawar sebelum penyimpanan dan selama masa pajangan.
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan atau penyusutan yang terjadi
karena proses metabolisme bunga selama masa pajangan. Pengukuran dilakukan
menggunakan jangka sorong untuk diameter mahkota bunga dan penyusutan diameter
tangkai bunga dan dilakukan pengukuran pada tiga titik yang berbeda, yaitu bagian
bawah, tengah dan atas tangkai, kemudian dirata-ratakan. Perhitungan penyusutan
panjang dan diameter tangkai bunga adalah sebagai berikut :
D1
penyusutan (%) = x 100 %
D0
Keterangan : D1 = Diameter akhir tangkai atau bunga (cm)
D0 = Diameter awal tangkai atau bunga (cm)
Bent neck
Bent neck adalah terjadinya pembengkokkan tangkai pengamatan ini diamati
secara visual. Berdasarkan syarat mutu bunga mawar potong terhadap keadaan tangkai
bunga, maka tangkai bunga yang masuk mutu adalah tangkai yang kuat dan lurus. Oleh
karena itu setiap bagian tangkai yang telah membengkok dikatagorikan sebagai tangkai
yang tidak lurus atau mengalami bent neck. Bagian bunga mawar yang paling lemah
adalah leher bunga, pembengkokkan itu disebabkan karena ada pembuluh pada tangkai
yang tersumbat.
Bent neck diamati mulai sebelum penyimpanan dilanjutkan setiap hari setelah
keluar dari penyimpanan. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan persentase
bent neck adalah :
Σ bunga yang mengalami bent neck
Bent neck (%) = x 100%
Σ sampel
Kelayuan
Kelayuan diamati secara visual mulai sebelum penyimpanan dan dilanjutkan
setiap hari setelah keluar dari penyimpanan. Kelayuan ditandai dengan mulainya
menggulung mahkota kearah luar dan dikatakan layu apabila mahkota benar-benar
sudah jatuh kebawah karena sama sekali sudah tidak ada ketegaran mahkota. Persamaan
yang digunakan untuk perhitungan kelayuan adalah :
Σ bunga yang mengalami kelayuan
Kelayuan (%) = x 100%
Σ sampel
Warna
Penampakan pada bunga mawar yang diamati adalah warna mahkota bunga.
Warna bunga diukur dengan menggunakan alat chromameter (Monolta CR-200) dengan
sistem L a b. Pengukuran dilakukan dengan cara menempelkan alat sensor pada bahan
dan menembakkan sinar pada permukaan bahan. Nilai hunter L menunjukkan warna
kromatik campuran merah hijau yang lainnya bergerak dari positif (0 sampai 100) untuk
warna merah sampai negative (0 sampai 80) untuk warna hijau. Nilai hunter b
menunjukkan warna kromatik campuran kuning sampai negative (0 sampai 70) untuk
warna biru.
Menurut Mohsenin (1984), metode Munsell merupakan metode berdasarkan tiga
notasi Munsell yaitu Hueo (hijau, merah, biru, kuning),value (nilai L atau kecerahan
yang bergerak dari dark atau gelap sampai light/bright atau cerah dan Chroma (saturasi
atau tingkatan kandungan warna yang bergerak dari weak atau muda sampai
vivid/strong atau tua). Nilai dari notasi tersebut kemudian diplotkan dalam Munsell
color chart (Gambar 5). Pengukuran warna bunga mawar potong dilakukan pada 2
sampel untuk setiap kemasan dan setiap sampel yang ditembak pada 3 titik yang
berbeda.
Gambar 6. Munsell color chart (L a b color chart)
Kadar air (AOAC, 1984)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menimbang berat sampel awal (1 -2
gram). Sampel dicacah (mahkota, kelopak bunga, tangkai dan daun) dan ditimbang,
kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan. Pengeringan dilakukan pada
suhu 105oC. Pengeringan dilakukan hingga dicapai bobot yang stabil yang berarti semua
air bebas telah dilepaskan dari bahan. Untuk mengetahui bobot akhir dilakukan
penimbangan dengan terlebih dahulu mendinginkan bahan dalam desikator. Perhitungan
kadar air adalah sebagai berikut :
kadar air (%) = berat awal (W0) – berat akhir (W1) x 100%
berat awal (W0)
Keterangan : W0 = berat awal sebelum dikeringkan (gram)
W1 = berat akhir bahan sesudah dikeringkan (gram)
Pengukuran laju respirasi
Laju respirasi dihitung dengan mengetahui berat bahan, volume bebas wadah
dan perbedaan kosentrasi setelah waktu tertentu. Mannapperuma (1989), menyatakan
persamaan laju respirasi sistim tertutup pada suhu tertentu dengan satuan ml/kg-jam
seperti pada persamaan berikut :
(6)
(7)
Keterangan : R = laju respirasi, ml/kg-jam
x = kosentrasi gas, desimal
t = waktu, jam
W = berat komoditas, kg
V = volume kemasan , ml
subskrip 1 dan 2 masing-masing menyatakan gas O2 dan
CO2
Pengukuran laju respirasi dengan menggunakan alat gas Analyzer Shimadzu
yang dinyatakan dalam ml gas (CO2, O2)/kg bahan.jam.
Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik merupakan persepsi konsumen terhadap bunga yang
diuji yang dilakukan secara visual (Soekarto, 1993). Bunga yang diuji adalah
keseluruhan perlakuan yang terdiri dari 20 tangkai bunga per vas pajangan dan masing-
masing 2 ulangan yang diperagakan kepada 10 panelis. Panelis yang digunakan adalah
panelis semi terlatih. Pengujian dilakukan setiap hari setelah bunga keluar dari
penyimpanan. Uji yang digunakan adalah uji hedonik dengan parameter mutu
penampakan, warna, aroma dan kegemaran. Skala hedoniknya mempunyai kisaran dari
1 sampai 5, berurutan mulai dari 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (netral), 4
(suka) dan 5 (sangat suka).
dt
dx
W
VR 1
1
dt
dx
W
VR 2
2
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Analisis
data menggunakan metode Analisis of Variant (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji
Duncan apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan. Uji ANOVA dapat
dilakukan hanya jika syarat ANOVA terpenuhi, yaitu aditif (variable respon harus
berupa penjumlahan), bebas (setiap data memiliki peluang yang sama untuk muncul
dalam setiap pengumpulan data untuk setiap ulangan), distribusi data normal (data yang
digunakan memiliki nilai tengah dan simpangan baku), dan ragam homogen (sebaran
data tidak terlalu jauh).
Model matematis dari rancangan percobaan ini dikutip dari Matjik dan
Sumertaya (2000).
Yijk = µ + Ai + ε k(i)
Keterangan :
Yik = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i yang terjadi karena pengaruh taraf
ke-i faktor A
µ = Rata-rata sebenarnya
A = Model kemasan
Ai = Pengaruh perlakuan ke-i
εk(i) = Pengaruh galat dari perlakuan ke-i pada ulangan yang ke-k dan diamati
pada waktu ke-j
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Larutan Pengawet (Pulsing) terhadap Respirasi dan Mutu Bunga
Penurunan kosentrasi O2 dan CO2 merupakan bukti bahwa bunga mawar masih
melakukan proses respirasi setelah dipotong dari tanaman induknya, hal ini juga
diungkapkan oleh Soekartawi (1996). Dengan berlangsungnya proses ini cadangan
makanan dalam bunga akan menurun dan menaikkan suhu lingkungan sehingga akan
menyebabkan bunga cepat mengalami kelayuan.
Penggunaan larutan pengawet (pulsing) dengan komposisi 3% sukrosa + 25%
glyserin + 300 ppm Na-Benzoat + 375 ppm asam sitrat menghasilkan peningkatan laju
konsumsi O2 terkecil selama penyimpanan pada suhu 10oC dengan laju produksi CO2
yang lebih rendah dibandingkan perlakuan yang lain. Gambar 7 menunjukkan grafik
konsumsi O2 bunga mawar potong selama penyimpanan.
Gambar 7. Konsumsi O2 bunga mawar potong selama penyimpanan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5
Waktu (hari)
Laj
u r
esp
iras
i (m
l /kg
.jam
)
3%sukrosa+10%glyserin
3%sukrosa+25%glyserin
6%sukrosa+10%glyserin
6%sukrosa+25%glyserin
Kontrol
Gambar 7 menunjukkan laju penurunan produksi gas O2 hingga hari ke-5 penyimpanan
sebesar 12.8-4.8 ml/kg.jam. Analisis nilai sidik ragam pengaruh perlakuan larutan
pengawet terhadap laju konsumsi O2 bunga mawar potong selama penyimpanan
menunjukkan ada perbedaan laju respirasi antar perlakuan (Lampiran 12).
Gambar 8. Produksi CO2 bunga mawar potong selama penyimpanan
Selama penyimpanan pada suhu 10oC, secara umum terjadi lonjakan produksi
CO2 pada hari ke-3 (Gambar 8). Laju peningkatan produksi CO2 pada larutan pengawet
(pulsing) dengan komposisi 3% sukrosa + 25% glyserin + 300 ppm Na-Benzoat + 375
ppm asam sitrat sebesar sebesar 33.8-41.1 ml/kg.jam lebih rendah dari pada perlakuan
lainnya. Larutan pengawet (pulsing) 6% sukrosa + 25% glyserin + 300 ppm Na-Benzoat
+ 375 ppm asam sitrat menunjukkan lonjakan produksi CO2 terbesar yaitu 68.3
ml/kg.jam diantara semua perlakuan. Secara umum pemberian larutan pengawet
(pulsing) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap laju produksi CO2. Hal ini
dapat dilihat pada hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan larutan pengawet
terhadap laju produksi CO2 bunga mawar potong selama penyimpanan (Lampiran 10).
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5
Waktu (hari)
La
ju r
es
pir
as
i (m
l /k
g.j
am
)
3%sukrosa+10%glyserin
3%sukrosa+25%glyserin
6%sukrosa+10%glyserin
6%sukrosa+25%glyserin
Kontrol
Hingga hari ke-5 penyimpanan perlakuan pulsing dengan komposisi 3% sukrosa
+ 25% glyserin + 300 ppm Na-Benzoat + 375 ppm asam sitrat menunjukkan laju
peningkatan produksi CO2 yang lebih kecil dibandingkan perlakuan yang lain yaitu
sebesar 6.4 ml CO2/kg.jam (Gambar 8).
Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa secara umum larutan pengawet (pulsing)
nyata memperlambat proses metabolisme bunga selama masa penyimpanan. Hal ini
disebabkan karena tersedianya air dan karbohidrat dalam larutan tersebut sebagai
cadangan bahan makanan yang dibutuhkan untuk kebutuhan respirasi. Nelson (1981),
mengemukakan bahwa bunga walaupun telah dipotong dari tangkainya masih
melakukan aktivitas metabolisme. Oleh karena itu untuk menjaga kesegaran bunga
diperlukan persediaan karbohidrat yang cukup.
Ketersediaan cadangan bahan makanan yang cukup dapat menekan persentase
kelayuan selama penyimpanan sehingga masa kesegaran bunga dapat diperpanjang
setelah penyimpanan atau selama masa pajangan .
Tabel 8. Pengaruh perlakuan larutan pengawet terhadap persentase
jumlah kelayuan bunga mawar potong pada hari ke-3 masa
pajangan
Perlakuan Kelayuan (%)
3 % sukrosa + 25 % glyserin
6 % sukrosa + 25 % glyserin
3 % sukrosa + 10 % glyserin
6 % sukrosa + 10 % glyserin
Kontrol
2.5 a
15.0 b
7.5 a
25.0 c
30.0 c
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05
Tabel 8 menunjukkan bahwa bunga mawar potong yang tidak diberi perlakuan
pulsing (kontrol) mengalami jumlah kelayuan yang lebih banyak sebesar 30 % pada hari
ke-3 masa pajangan daripada bunga mawar potong yang diberi perlakuan pulsing
sebelumnya. Kelayuan menunjukkan menurunnya masa kesegaran bunga, masa
kesegaran ini dihitung sejak bunga dipanen hingga menjadi layu yaitu terkulainya atau
berkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis sebagai akibat menurunnya tegangan
turgor (Amiarsi et al., 2002).
Larutan pengawet (pulsing) yang terdiri atas komponen air, gula, germisida dan
senyawa mineral dapat memperpanjang masa kesegaran atau memperkecil kelayuan
yang terjadi selama masa pajangan. Kelayuan berhubungan dengan penyerapan air yang
dilakukan oleh bunga potong selama proses metabolisme baik pada proses transpirasi
maupun pada respirasi. Ketersediaan komponen air pada larutan pengawet dapat
menjaga kesegaran karena untuk mempertahankan kesegaran bunga, jumlah air yang
dibutuhkan minimal setara dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk proses
metabolisme. Selain itu ketersediaan air juga berperan dalam menjaga tekanan turgor
dari sel jaringan yang dipotong.
Bunga dengan komposisi larutan pengawet 3% sukrosa + 25% glyserin + 300
ppm Na-Benzoat + 375 ppm asam sitrat menunjukkan persentase kelayuan terkecil
sebesar 28.3% dibandingkan perlakuan yang lainnya selama masa pajangan. Hal ini
dimungkinkan karena 3% sukrosa sebagai sumber energi dan substrat respirasi,
terkonsumsi lebih cepat oleh bunga potong mawar dibadingkan kosentrasi sukrosa yang
lebih besar dari 3%. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan Tirtosoekoetjo (1996) yang
menyebutkan bunga mawar jenis Cerry Brandy yang direndam dalam larutan sukrosa
3% selama 60 menit dan disimpan pada suhu 1-5oC dapat mengurangi kelayuan bunga
sehingga bunga masih bisa dipertahankan kesegarannya hingga 17 hari. Larutan
sukrosa yang lebih dari 3% tidak menghasilkan energi yang optimal untuk
kelangsungan hidup bunga, sehingga daya kesegaran bertahan lebih singkat. Pengunaan
sukrosa yang lebih dari 3% mempunyai potensial osmotik yang lebih kecil dari cairan
didalam sel sehingga tidak dapat melewati membran sel. Hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya plasmolisis dimana cairan di dalam sel akan keluar.
Secara keseluruhan nilai Respiratory Quotient (RQ) bunga mawar potong
dengan komposisi larutan pengawet 3% sukrosa + 25% glyserin + 300 ppm Na-Benzoat
+ 375 ppm asam sitrat selama 5 hari penyimpanan berkisar 1-1.14 (Lampiran 1). Hal
ini menunjukkan bahwa gula dan asam-asam organik me-rupakan substrat utama yang
digunakan dalam proses respirasi bunga mawar potong.
Model Kemasan Bunga Mawar potong
Model kemasan kotak kardus yang digunakan selama penyimpanan dapat dilihat
pada Gambar 9. Model kemasan yang didesain diharapkan dapat memberikan efek
atmosfer termodifikasi (MA) sehingga dapat memperpanjang masa simpan bunga.
Gambar 9. Kemasan kotak kardus diameter ventilasi 3.5 cm
ditutup polipropilen
Komposisi gas di dalam kemasan menunjukkan suatu perubahan menuju kondisi
kesetimbangan (steady state). Berdasarkan data pada tabel 9, dengan menggunakan
persamaan (4) dan (5) dapat ditentukan konsentrasi gas O2 dan CO2 di dalam kemasan
selama penyimpanan seperti diperlihatkan pada
Gambar 10.
23.1
Tabel 9. Nilai peubah untuk menentukan konsentrasi gas di dalam kemasan *
Peubah
Simbol
Nilai
Satuan O2 CO2
Berat bahan
Respirasi
Koefisien permeabilitas
Volume bebas
Luas permukaan
Ketebalan film plastik
Permeabilitas film plastik
W
R
K
V
A
b
P
0.22
22
916.5
6300
0.006
0.015
2291.2
0.22
41
946.6
6300
0.006
0.015
2366.6
kg
ml/kg.jam
ml/jam
ml
m2
mm
ml.mil/m2.jam
* menggunakan film Polipropilen
18.5
19.0
19.5
20.0
20.5
21.0
21.5
0 1 2 3 4 5
Waktu (hari)
Ko
ns
en
tra
si G
as
O2
,(%
)
D. 2.5 cm; PE D. 3.5 cm; PP D. 2.5 cm; PE D. 3.5 cm; PP
(a)
Gambar 10. Konsentrasi gas di dalam kemasan bunga mawar potong pada
penyimpanan suhu 10oC. Tanda dot plot menunjukan
konsentrasi gas berdasarkan pengukuran dan tanda dot plot
dengan garis menunjukan konsentrasi gas hasil perhitungan Keterangan :(a) Konsentrasi gas O2, (b) konsentrasi gas CO2
Berdasarkan Gambar 10, konsentrasi gas O2 pada kemasan berventilasi dengan
diameter 2.5 cm dan ditutup plastik polietilen bergerak dari kondisi awal 21% menurun
berkisar 19.0%-19.1% ml/kg.jam, konsentrasi gas O2 pada kemasan berventilasi dengan
diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen berkisar 20.4%-20.5%. Sedangkan
untuk konsentrasi gas CO2 mengalami peningkatan dari 0.03% pada awal pengemasan
menjadi berkisar 2.00%-2.24% untuk kemasan berventilasi dengan diameter 2.5 cm dan
ditutup plastik polietilen dan 0.97%-0.98% untuk kemasan berventilasi dengan diameter
3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen. Tabel 10 menunjukkan komposisi gas dalam
kondisi kesetimbangan pada berbagai model kemasan.
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
0 1 2 3 4 5
Waktu (hari)
Ko
ns
en
tra
si G
as
CO
2, (%
) D. 2.5 cm; PE D. 3.5 cm; PP D. 2.5 cm; PE D. 3.5 cm; PP
(b)
Tabel 10. Konsentrasi O2 dan CO2 dalam kemasan pada kondisi kesetimbangan
Kemasan
Konsentrasi Gas (%)
Data Eksperimen Data Perhitungan
O2 CO2 O2 CO2
Diameter 2.5 cm; PP
20.3
0.14
19.9
1.92
Diameter 2.5 cm; PE 20.3 0.13 19.1 2.24
Diameter 3.5 cm; PP 20.6 0.16 20.5 0.98
Diameter 3.5 cm; PE 20.1 0.15 19.9 1.15
Berdasarkan Tabel 10, konsentrasi gas O2 dan CO2 pada kemasan berventilasi
dan ditutup film plastik menunjukkan perubahan menuju kondisi kesetimbangan. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan kemasan kotak karton dengan ventilasi yang ditutup
film plastik jenis polietilen dan polipropilen dapat memberikan efek modified
atmosphere di dalam kemasan. Efek atmosfer termodifikasi tersebut yaitu dengan
menurunkan kandungan O2 dan me-ningkatkan kandungan CO2 di dalam kemasan
sehingga laju respirasi produk yang dikemas dapat ditekan. Dengan demikian
diharapkan kesegaran bunga mawar dapat dipertahankan dan masa pajangan bunga
mawar setelah disimpan akan lebih lama.
Hasil perhitungan terhadap konsentrasi gas diperoleh bahwa konsentrasi gas di
dalam kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen
mendekati konsentrasi gas eksperimen dengan asumsi kemasan karton yang digunakan
kedap udara sehingga perembesan gas dari dan keluar kemasan hanya melalui ventilasi
yang ditutup dengan film plastik. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan berventilasi
dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen merupakan model kemasan
terbaik untuk pengemasan bunga mawar potong yang dapat memberikan efek atmosfer
termodifikasi sehingga dapat menciptakan kandungan oksigen yang rendah disekitar
bunga dan menghambat proses respirasi. Penghambatan proses respirasi akan
memperlambat aktivitas metabolisme bunga sehingga kelayuan dapat ditunda.
Pada jam ke-72 (Lampiran 2) konsentrasi gas O2 dan CO2 berdasarkan
perhitungan pada kemasan berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup plastik
polipropilen adalah 19.9% O2 dan 1.93% CO2. Konsentrasi gas pada kemasan dengan
ventilasi yang berdiameter 2.5 cm ditutup plastik polietilen adalah 19.1% O2 dan 2.25%
CO2. Konsentrasi gas O2 pada kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup
plastik polipropilen adalah 20.5%, CO2 0.98% sedangkan konsentrasi gas O2 pada
kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polietilen 19.9% dan
gas CO2 1.15%.
Berdasarkan analisis sidik ragam pengaruh model kemasan terhadap jumlah
persentase bunga yang mengalami kelayuan pada masing-masing model kemasan
menunjukkan perbedaan yang nyata. Perbedaan ini dimungkinkan karena penggunaan
film plastik dan ventilasi sebagai sirkulasi udara dengan luas yang berbeda akan
memberikan lingkungan yang berbeda pada bunga mawar potong yang disimpan. Hal
ini terkait dengan laju perembesan O2 kedalam kemasan dan CO2 keluar kemasan
sebagai akibat proses respirasi yang berlangsung berbeda tergantung dari jenis dan sifat
kemasan yang digunakan.
Laju penyerapan gas ditentukan dari permeabilitas plastik, ketebalan, luas
permukaan, suhu dan perbedaan kandungan gas pada bagian dalam dan luar kemasan.
Pada penelitian ini membuktikan bahwa model kemasan yang mengkombinasikan
penggunaan ventilasi dengan diameter yang berbeda dan ditutup dengan film plastik
yang berbeda merupakan upaya memodifikasi atmosfer dalam kemasan menjadi lebih
efektif.
Dengan menggunakan persamaan 4 - 5 dapat diketahui beberapa parameter yang
menentukan model kemasan terbaik untuk penyimpanan bunga mawar potong.
Kemasan dengan menggunakan kotak karton yang diberi ventilasi dengan diameter
yang berbeda dan ditutup dengan film plastik yang berbeda disimulasikan ke dalam
persamaan dengan cara trial dan error. Kotak karton dengan dimeter ventilasi 3.5 cm
ditutup plastik polipropilen dapat mencapai kondisi optimum yang lebih cepat dan hasil
yang diperoleh mendekati data eksperimen. Komposisi gas optimum untuk bunga
mawar yang direkomendasikan yaitu 2-4 % O2 dan 9-11% CO2.
Kemasan yang berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen
dan kemasan berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup plastik polietilen dapat
dipilih sebagai model kemasan yang dapat menekan kerusakan bunga hal ini disebabkan
kemasan dapat menciptakan komposisi gas yang baik untuk menjaga kesegaran bunga
selama penyimpanan yaitu dengan menekan konsumsi O2 dan meningkatkan produksi
CO2.
Penggunaan film plastik sebagai penutup ventilasi dengan luasan berbeda dan
permeable terhadap gas O2 dapat menciptakan kandungan oksigen yang rendah disekitar
bunga sehingga menghambat proses respirasi. Penghambatan proses respirasi akan
memperlambat aktivitas metabolisme bunga sehingga kelayuan dapat ditunda. Hal ini
sesuai dengan pendapat Widjandi (1981), yang menyatakan bahwa penyimpanan
dengan atmosfer termodifikasi pada bunga potong yang dilakukan dengan membungkus
bunga dengan plastik kedap air seperti polietilen atau pembungkus lain yang
mempunyai permeabilitas tertentu terhadap O2 dan CO2 dapat menghambat laju
respirasi.
Dengan memasukkan konsentrasi gas O2 dan CO2 bunga mawar pada kondisi
kesetimbangan ke dalam persamaan (4 dan 5) Rokhani et al., (2001), tentang perubahan
konsentrasi gas dalam kemasan sistem atmosfir termodifikasi, diperoleh model
kemasan yang lebih baik untuk penyimpanan bunga mawar potong. Parameter yang
menentukan model kemasan adalah permeabilitas efektif (K), yang terdiri atas
permeabilitas plastik (P), luasan (A) dan ketebalan film plastik (b) yang direkomendasi
dari penelitian sebelumnya.
Plastik Polipropilen dengan permeabilitas 2291.2 ml.mil/ m2.jam (O2) dan
2366.6 ml.mil/ m2.jam (CO2), luas permukaan 6.0.10-3
m2, dan ketebalan 0.015 mm.
berdasarkan hasil simulasi konsentrasi gas hitung dapat mendekati kondisi optimum
penyimpanan bunga mawar potong 1.9%-2.0% O2..
Penelitian sebelumnya yang dicobakan pada bunga anggrek menunjukkan hasil
yang sesuai, bahwa kemasan yang cocok untuk bunga potong yaitu memiliki lubang
sirkulasi udara. Lubang didesain sedemikian rupa sehingga aliran udara atau uap air
mengalir sempurna (Widjandi et al., 1989).
Berdasarkan pengamatan secara visual selama penyimpanan, terdapat
pengembunan uap air pada permukaan plastik polietilen yang digunakan untuk
menutupi ventilasi baik yang berdiameter 2.5 cm maupun 3.5 cm pada hari ke-2 hal ini
berbeda dengan plastik polipropilen. Terjadinya pengembunan ini menunjukkan adanya
air yang dihasilkan oleh proses respirasi. Pengembunan uap air lebih banyak pada
plastik polietilen dibandingkan pada plastik polipropilen hal ini disebabkan laju
transmisi (perembesan) uap air polietilen lebih rendah daripada polipropilen.
Gambar 11. Pengembunan uap air pada plastik polietilen
Pengembunan uap air yang berlebihan pada kemasan akan mempercepat
kerusakan akibat mikroorganisme. Arimbawa (1997), menyatakan bahwa bunga mawar
setelah dipetik masih berpeluang terkontaminasi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme
seperti bakteri dapat menyebabkan kelayuan pada bunga mawar.
Pengaruh Model Kemasan terhadap Mutu Bunga Mawar Selama Masa Pajangan
Bent neck
Salah satu pengamatan yang dilakukan terhadap fisik bunga mawar potong
adalah terjadinya bent neck (pembengkokan leher bunga). Bagian bunga mawar yang
paling lemah adalah leher bunga. Pembengkokokan ini terjadi disebabkan karena
pembuluh tangkai tersumbat. Berdasarkan analisis sidik ragam pengaruh
perlakuan kemasan terhadap bent neck selam masa pajangan menunjukkan perbedaan
yang nyata (Lampiran 3).
Gambar 12. Persentase jumlah bent neck pada berbagai perlakuan
kemasan selama masa pajangan (vase life)
Pengamatan dilakukan pada awal penyimpanan dan dilanjutkan setiap hari
setelah penyimpanan. Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa pada hari ke-5 masa
pajangan kemasan yang berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik
polietilen dan kemasan tanpa ventilasi mengalami bent neck terbanyak mencapai 100%.
Sedangkan untuk kemasan yang berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik
polipropilen mengalami bent neck 62.5% lebih kecil dibandingkan dengan model
kemasan yang lain. Kemasan dengan diameter ventilasi 2.5 cm di- tutup plastik
polipropilen mengalami bent neck sebesar 60.0%. Berdasarkan uji beda rataan
menunjukkan jumlah persentase bent neck yang berbeda nyata antara model kemasan
(Tabel 11).
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
0 1 2 3 4 5 6
waktu (hari)
Ju
mla
h B
en
t n
ec
k (
%)
D.2.5 cm ; terbuka
D.2.5 cm ; Polietilen
D.2.5 cm ; Polipropilen
D.3.5 cm ; terbuka
D.3.5 cm ; Polietilen
D.3.5 cm ; Polipropilen
Tanpa ventilasi
Tabel 11. Persentase jumlah Bent neck dan derajat Bent neck pada hari ke-5
masa pajangan
Kemasan
Jumlah
Bent neck (%)
Derajat
Bent neck (°)
Keterangan
D. 2.5 cm; terbuka
D. 2.5 cm; PE
D. 2.5 cm; PP
D. 3.5 cm; terbuka
D. 3.5 cm; PE
D. 3.5 cm; PP
Tanpa ventilasi
67.5 ab
72.5 b
60.0 ab
65.0 ab
100.0 c
62.5 a
100.0 c
30.6
30.3
30.1
30.5
37.9
30.0
34.0
Layu
Layu
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada DMRT 0.05
Pada Tabel 11 menunjukkan derajat bent neck terbesar 37.91o
dan 34o terjadi
pada kemasan yang berventilasi dengan diameter 3.5 cm tanpa ditutup film plastik dan
pada kemasan yang tidak berventilasi. Berdasarkan pengamatan sampai pada hari ke-5
masa pajangan bunga mawar mengalami kelayuan pada derajat bent neck ≥ 34 o.
Perbedaan jumlah persentase bent neck dimungkinkan karena adanya pengaruh
perbedaan luasan ventilasi dan penggunaan plastik sebagai penutup ventilasi. Laju
perembesan uap air yang berbeda pada penggunaan plastik sebagai penutup ventilasi
akan mempengaruhi kondisi lingkungan di dalam kemasan, hal ini akan berpengaruh
pada RH penyimpanan sehingga kehilangan air dalam jaringan tangkai bunga dapat
terjadi. Menurut Burdett (1970) dalam Torre et al., (2000), hilangnya tekanan turgor
berpengaruh terhadap berkurangnya pembentukan lignin pada tangkai bunga sehingga
tangkai kehilangan ketegarannya, kemudian menyebabkan tangkai membengkok dan
seiring bertambahnya masa pajangan tangkai bunga akan terkulai. Bent neck akan
menghambat aliran air ke mahkota bunga sebagai akibat tersumbatnya pembuluh
tangkai sehingga bent neck erat kaitannya dengan kelayuan.
Kelayuan
Dari hasil pengamatan yang disajikan pada Gambar 13 terlihat bahwa kelayuan
bunga cenderung meningkat mulai hari ke-4 masa pajangan. Uji beda rataan
menunjukkan adanya perbedaan kelayuan (Tabel 12).
Gambar 13. Perubahan persentase kelayuan selama masa pajangan
Berdasarkan Gambar 13, model kemasan dengan diameter ventilasi 2.5 cm
ditutup plastik polietilen, kemasan dengan diameter ventilasi 2.5 cm ditutup plastik
polipropilen, kemasan dengan diameter ventilasi 3.5 cm ditutup dengan plastik
polietilen, 3.5 cm ditutup plastik polipropilen dan kemasan tanpa ventilasi
menunjukkan persentase kelayuan pada hari ke-5 masa pajangan masing-masing 35.0%,
20.0%, 50.0%, 25.0% dan kemasan kotak kardus yang tidak berventilasi mengalami
kelayuan terbesar yaitu 100 %. Kemasan dengan ventilasi yang berdiameter 2.5 cm dan
ditutup plastik polietilen mengalami kelayuan terkecil sebesar 20.0 % hal ini tidak
berbeda nyata dengan kemasan 3.5 cm yang ditutup dengan plastik polipropilen.
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (hari)
Ju
mla
h k
ela
yu
an
(%
)
D. 2.5 cm ; terbuka
D. 2.5 cm ; Polietilen
D. 2.5 cm ; Polipropilen
D. 3.5 cm ; terbuka
D. 3.5 cm ; Polietilen
D. 3.5 cm ; Polipropilen
Tanpa ventilasi
Tabel 12. Pengaruh model kemasan terhadap kelayuan bunga mawar
potong pada hari ke-5 masa pajangan
Kemasan Jumlah kelayuan
(%)
D. 2.5 cm; PE
D. 2.5 cm; PP
D. 3.5 cm; PE
D. 3.5 cm; PP
Tanpa ventilasi
32.5 b
20.0 a
50.0 c
25.0 a
100.0 d
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada DMRT 0.05
Pada uji sidik ragam (Lampiran 4) model kemasan berpengaruh nyata terhadap
kelayuan bunga mawar selama masa pajangan. Hal ini mungkin disebabkan karena
pengemasan sekunder (kotak karton) dengan ventilasi dapat memberikan sirkulasi udara
yang baik sehingga kelembaban dapat terjaga, dengan demikian dapat menghambat
penurunan potensial air pada jaringan sel selama penyimpanan dan film plastik yang
menutupi dapat memodifikasi gas dalam kemasan sehingga kesegaran bunga dapat
dipertahankan selama masa pajangan.
Penyusutan Panjang dan Diameter Tangkai
Penyusutan diameter dan panjang tangkai dapat terjadi selama masa pajangan
hal ini terkait dengan penurunan potensial air pada jaringan tangkai sebagai akibat
terjadinya penguapan air dari bahan dan penggunaan larutan pengawet sebelum
penyimpanan. Gambar 14 menunjukkan perubahan penyusutan panjang tangkai dan
Gambar 15 menunjukkan diameter tangkai selama masa pajangan.
Gambar 14. Perubahan penyusutan panjang tangkai bunga
Gambar 15. Perubahan penyusutan diameter tangkai bunga
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
0 1 2 3 4 5 6Waktu (hari)
Pe
ny
us
uta
n p
an
jan
g t
an
gk
ai (c
m)
D. 2.5 cm ; terbuka
D. 2.5 cm ; Polietilen
D. 2.5 cm ; Polipropilen
D. 3.5 cm ; terbuka
D.3.5 cm ; Polietilen
D. 3.5 cm ; Polipropilen
Tanpa ventilasi
0.0
0.4
0.8
1.2
1.6
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (hari)
Pe
ny
us
uta
n d
iam
ete
r ta
ng
ka
i (m
m) D. 2.5 cm ; terbuka
D. 2.5 cm ; Polietilen
D. 2.5 cm ; Polipropilen
D. 3.5 cm ; terbuka
D.3.5 cm ; Polietilen
D. 3.5 cm ; Polipropilen
Tanpa ventilasi
Pada Gambar 14 menunjukkan bahwa penyusutan panjang tangkai cenderung
mengalami peningkatan selama masa pajangan. Pada hari ke-5 masa pajangan,
penyusutan terbesar terjadi pada bunga mawar dalam kemasan dengan diameter
ventilasi 3.5 cm ditutup polietilen yaitu sebesar 0.86 cm. Penyusutan ini lebih besar
dibandingkan pada kemasan yang berdiameter ventilasi 3.5 cm ditutup plastik
polipropilen yaitu sebesar 0.4 cm dan kemasan yang berdiameter ventilasi 2.5 cm
ditutup plastik polietilen yaitu sebesar 0.61 cm.
Analisis sidik ragam (Lampiran 6), menunjukkan bahwa selama masa pajangan
pengaruh model kemasan terhadap penyusutan diameter tangkai berbeda nyata.
Berdasarkan Gambar 15, penyusutan diameter tangkai bunga mawar selama masa
pajangan pada kemasan dengan diameter ventilasi 2.5 mm ditutup plastik polietilen dan
kemasan dengan diameter ventilasi 3.5 mm ditutup polipropilen lebih kecil yaitu
masing 0.33 mm dan 0.35 mm dari pada kontrol 0.53 mm dan kemasan diameter
ventilasi 2.5 cm ditutup polipropilen 0.50 mm. Model kemasan dengan penyusutan
panjang dan diameter tangkai terkecil dapat dianggap sebagai model kemasan yang
terbaik untuk pengemasan bunga mawar selama penyimpanan.
Penyusutan panjang dan diameter tangkai terkait dengan kelayuan bunga.
Penyusutan terjadi seiring dengan kelayuan yang terjadi pada bunga selama masa
pajangan. Bunga dengan kemasan kotak karton dengan diameter ventilasi 3.5 cm dan
ditutup plastik polipropilen mengalami kelayuan yang rendah sebesar 25.0 % dan
penyusutan panjang tangkai, diameter tangkai terkecil yaitu 0.4 cm, 0.33 mm hingga
hari ke-5 masa pajangan.
Perlakuan larutan pengawet sebelum bunga mawar disimpan yang berperan
sebagai penyedia makanan cadangan diduga dapat naik secara optimal ke pembuluh
jaringan sesuai potensi air jaringan yang cukup sehingga dapat mengurangi penyusutan
panjang dan diameter tangkai bunga mawar.
Diameter Mahkota Bunga
Pengamatan diameter mahkota bunga dimaksudkan untuk melihat apakah terjadi
pertambahan diameter mahkota bunga setelah penyimpanan. Perubahan diameter bunga
juga dipengaruhi oleh laju respirasi bunga pada saat penyimpanan.
Pengamatan perubahan diameter dilakukan sebelum penyimpanan dan dilanjutkan
setiap hari selama masa pajangan hingga bunga mengalami kelayuan. Perubahan
diameter mahkota bunga dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Perubahan diameter mahkota bunga mawar potong
selama masa pajangan
Pada Gambar 16 menunjukkan bahwa, diameter mahkota bunga mawar potong
cenderung bertambah selama masa pajangan. Analisis sidik ragam (Lampiran 5) tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata antara pengaruh model kemasan terhadap
perubahan diameter mahkota bunga. Tabel 13 dapat dilihat perubahan diameter mahkota
.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (hari)
Dia
me
ter
ma
hk
ota
bu
ng
a (
cm
)
D. 2.5 cm ; terbuka
D. 2.5 cm ; Polietilen
D. 2.5 cm ; Polipropilen
D. 3.5 cm ; terbuka
D.3.5 cm ; Polietilen
D. 3.5 cm ; Polipropilen
Tanpa ventilasi
Tabel 13. Perubahan diameter mahkota bunga
Kemasan
Diameter
mahkota bunga (cm)
D. 2.5 cm; terbuka
D. 2.5 cm; PE
D. 2.5 cm; PP
D. 3.5 cm; terbuka
D. 3.5 cm; PE
D. 3.5 cm; PP
Tanpa ventilasi
5.3
ab
6.8 a
6.5
a
6.9 a
7.6 b
6.3 ab
7.3 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada DMRT 0.05
Kemekaran bunga ditunjukkan dengan peningkatan diameter bunga sampai
maksimum dan selanjutnya menurun sampai bunga menjadi layu. Secara fisiologi,
kemekaran bunga dapat menunjukkan bahwa jaringan bunga masih aktif melakukan
metabolisme dan aktivitas ini akan menurun setelah bunga mencapai mekar penuh.
Oksigen dan karbohidrat berperan penting dalam kemekaran bunga. Energi hasil
respirasi yang terhimpun dalam bentuk ATP digunakan untuk proses esensial
pemekaran ( Zagory dan kader, 1988) dalam Arimbawa (1997).
Perbedaan luasan ventilasi sebagai sirkulasi udara dan plastik merupakan suatu
upaya memberi efek atmosfir termodifikasi dalam kemasan terutama menekan
konsumsi gas O2 pada saat penyimpanan sehingga hal ini akan berperan dalam
mempengaruhi lama hari mekar penuh dan diameter mahkota bunga. Hal ini
dimungkinkan karena kemekaran ditentukan oleh ketersediaan energi bagi bunga untuk
melakukan aktivitas metabolisme selama masa pajangan .
Kadar Air
Kadar air bunga mawar segar adalah 80 % - 90 %, dengan demikian air
merupakan komponen utama yang terdapat di dalam jaringan sel. Ketersediaan air pada
saat setelah dipanen akan mempengaruhi kesegaran bunga sehingga ketersediaan air erat
kaitannya dengan bent neck dan kelayuan bunga. Perubahan kadar air bunga mawar
selama masa pajangan dapat dilihat pada Gambar 17.
60,0
65,0
70,0
75,0
80,0
85,0
90,0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (hari)
Kad
ar
Air
(%
bb
)
D. 2.5 cm ; terbukaD. 2.5 cm ; PolietilenD. 2.5 cm ; PolipropilenD. 3.5 cm ; terbukaD.3.5 cm ; PolietilenD. 3.5 cm ; PolipropilenTanpa ventilasi
Gambar 17. Perubahan kadar air bunga mawar potong selama
masa pajangan.
Pada Gambar 17 terlihat bahwa kadar air bunga selama masa pajangan
cenderung menurun. Secara umum kadar air menurun pada hari ke-2 pajangan, dan
berdasarkan analisis sidik ragam uji beda rataan (Lampiran 8) perlakuan model kemasan
berpengaruh secara nyata terhadap penurunan kadar air bunga selama penyimpanan.
Pada hari ke-5 masa pajangan, kadar air bunga mawar yang dikemas dengan kemasan
berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup film plastik polipropilen, kemasan
berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup film plastik polietilen dan kemasan
berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup plastik polipropilen lebih tinggi
dibandingkan kemasan dengan model lain masing-masing 74.31%, 73.91% dan 73.30%
(Tabel 14). Menurunnya kadar air bunga dapat menjadi faktor penyebab bent neck dan
kelayuan.
Tabel 14. Perubahan kadar air bunga mawar pada hari ke-5
masa pajangan
Kemasan
Kadar Air (% bb )
D. 2.5 cm; terbuka
D. 2.5 cm; PE
D. 2.5 cm; PP
D. 3.5 cm; terbuka
D. 3.5 cm; PE
D. 3.5 cm; PP
Tanpa ventilasi
69.3 a
73.9 d
73.3 c
73.0 c
71.9 b
74.3 d
68.9 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Ketersediaan air pada bunga mawar selama masa pajangan akan menentukan
bent neck dan kelayuan (Torre et al., 2001). Penyerapan air yang dilakukan oleh bunga
potong berhubungan dengan proses metabolisme, yaitu proses transpirasi dan respirasi.
Untuk mempertahankan kesegaran bunga, jumlah air yang dibutuhkan minimal setara
dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk proses metabolisme (Amiarsi et al., 2003).
Penurunan kadar air yang kecil dimungkinkan untuk tetap menjaga tekanan turgor dari
jaringan sel bunga mawar potong. Menurunnya kadar air akan menyebabkan tekanan
turgor jaringan sel bunga menurun sehingga bunga akan terkulai dan tangkai bunga
akan mengerut. Penggunaan larutan pengawet (pulsing) sebelum bunga disimpan dapat
menjadi cadangan air dalam jaringan sehingga bunga memiliki potensi air yang cukup
selama masa pajangan.
Warna
Warna bunga mawar potong selama masa pajangan hingga hari ke-3 secara
visual telah menunjukkan perubahan. Perubahan warna dalam rentang warna merah
terang hingga menjadi merah gelap (memudar) selama masa pajangan. Pengukuran
warna dengan alat khromameter menunjukkan perubahan nilai warna bunga mawar
dengan pergerakan angka positif (+). Warna pada bunga mawar tersusun atas empat
warna yang dominan yaitu merah, biru, kuning, dan putih. Dari warna-warna tersebut
warna merah merupakan warna yang dominan pada bunga mawar, sedangkan warna
yang lain sebagai penyelaras yaitu warna biru memberi kesan gelap, warna kuning
menimbulkan efek menyala (terang) dan warna putih memberikan kecerahan. Nilai
hunter a (+) dan hunter b (+) menandakan bunga mawar masih dalam kisaran warna
merah seperti terlihat pada Gambar 18. Analisis ragam untuk warna chroma
menunjukkan perbedaan secara nyata (Lampiran 9).
Selama masa pajangan, perubahan warna antar perlakuan kemasan dapat terlihat
jelas secara visual pada hari ke-4. Sedangkan dengan alat chromameter perubahan
warna telah terjadi pada hari ke-3 pajangan (Tabel 15).
Tabel 15. Perubahan warna bunga mawar selama masa pajangan
Hari ke-
Kemasan
a
b
Chroma
Perubahan
warna
Warna
0
D.2.5 cm; terbuka
42.3 32.2 53.1 0.5YR - 10 R Merah cerah
D.2.5 cm; PE 37.4 29.3 47.5 2 YR - 2 YR Merah cerah
D.2.5 cm; PP
42.6 31.0 52.7 3.5 YR - 5YR Merah cerah
D.3.5 cm; terbuka
38.3 30.3 48.8 4 YR - 51YR Merah cerah
D.3.5 cm; PE
39.3 32.9 51.3 4.9YR - 5YR Merah kuat
D.3.5 cm; PP 45.4 33.2 56.2 4.5YR - 5 YR Merah terang
Tanpa ventilasi
34.7 28.8 45.1 4 YR - 5 YR Merah kuat
3
D.2.5 cm; terbuka
44.3 25.3 51.1 1.6YR - 10 R Merah kuat
D.2.5 cm; PE 39.4 25.4 46.9 0.1 YR - 10 R Merah cerah
D.2.5 cm; PP
34.8 25.0 42.9 5 YR Merah kuat
D.3.5 cm; terbuka
47.8 28.9 55.9 0.9 YR - 10R Merah kuat
D.3.5 cm; PE
52.7 25.1 49.5 0.1YR - 10R Merah kuat
D.3.5 cm; PP 39.8 26.1 47.6 4.7YR - 5 YR Merah cerah
Tanpa ventilasi 37.2 25.9 45.4 4.9 YR - 5 YR Merah kuat
Berdasarkan Tabel 15, pada hari ke-3 pajangan kemasan dengan ventilasi
berdiameter 2.5 cm dan 3.5 cm tanpa ditutup film plastik dan kemasan yang tidak
berventilasi mengalami perubahan kecerahan warna menjadi merah kuat cenderung
gelap (pudar). Sedangkan pada model kemasan yang lain memiliki perubahan warna
yang hampir sama yaitu mulai dari merah terang sampai merah kuat (agak gelap).
Gambar 18. Perubahan warna (chroma) bunga pada kemasan tanpa ventilasi
Gambar 19. Perubahan warna (chroma) bunga pada kemasan dengan
ventilasi 3.5 cm; polipropilen
25
27
29
31
33
35
40 45 50 55 60
Chroma
L
1 hr 2hr
3 hr
4 hr
5 hr
terang
kuat
cerah
25
27
29
31
33
35
37
40 45 50 55 60 65
Chroma
L
1hr
2 hr 3 hr 4 hr
5 hr
6 hr
terang cerah
kuat
Organoleptik
Dari hasil uji organoleptik menunjukkan perlakuan kemasan berpengaruh
terhadap proses memperpanjang kesegaran bunga mawar potong, dengan dapat di-
pertahankannya warna merah, kesegaran mahkota, dan mengurangi jumlah bent neck
(pembengkokan leher bunga).
Berdasarkan sidik ragam terhadap skor mutu hedonik bent neck, warna, dan
penampakan keseluruhan diperoleh bahwa perlakuan model kemasan berpengaruh nyata
terhadap skor tersebut hingga hari ke-3 masa pajangan (Lampiran 13, 15, 21).
Sedangkan skor keharuman, dan kesegaran mahkota bunga mawar potong, diperoleh
bahwa perlakuan model kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap kedua skor hedonik
tersebut (Lampiran 17, 20). Hal ini diduga terjadi disebabkan oleh kesulitan panelis
dalam memberi skor setiap pengamatan visual dengan baik dan teliti karena, sebagian
dari panelis belum terbiasa melakukan organoleptik untuk pengamatan bunga potong.
Pengamatan visual bunga potong juga dipengaruhi oleh kondisi emosi panelis pada saat
pengamatan. Secara umum bunga potong dinilai atas dasar rasa keindahan oleh karena
itu pengujian organoleptik bunga mawar potong menghendaki adanya kondisi emosi
yang baik pada saat melakukan pengamatan.
Gambar 20. Uji organoleptik perlakuan model kemasan terhadap
skor hedonik warna
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu (hari)
Sk
or
wa
rna
D. 2.5 cm ; terbuka
D. 2.5 cm ; PolietilenD. 2.5 cm ; Polipropilen
D. 3.5 cm ; terbukaD.3.5 cm ; Polietilen
D. 3.5 cm ; PolipropilenTanpa ventilasi
Gambar 21. Uji organoleptik perlakuan model kemasan terhadap
skor hedonik Bent neck
Gambar 22. Uji organoleptik perlakuan model kemasan terhadap
skor hedonik penampakan keseluruhan
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu (hari)
Sk
or
Be
nt
ne
ck
D.2.5 cm; terbuka
D.2.5 cm; Polietilen
D.2.5 cm; Polipropilen
D.3.5 cm; terbuka
D.3.5 cm; Polietilen
D.3.5 cm; Polipropilen
Tanpa ventilasi
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu (hari)
Pen
am
pakan
keselu
ru
han
D. 2.5 cm ; terbuka
D. 2.5 cm ; Polietilen
D. 2.5 cm ; Polipropilen
D. 3.5 cm ; terbuka
D.3.5 cm ; Polietilen
D. 3.5 cm ; Polipropilen
Tanpa ventilasi
Batas penerimaan
Batas penerimaan
Nilai rata-rata skor hedonik warna hingga hari ke-3 masa pajangan menunjukkan
bahwa bunga mawar potong yang dikemas dalam kotak karton berventilasi dengan
diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen memiliki skor tertinggi sebesar 3.5
(suka) dan diikuti oleh bunga mawar dengan perlakuan kemasan berventilasi dengan
diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polietilen yaitu sebesar 3.5 (suka).
Tabel 16. Pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik
warna bunga mawar potong pada hari ke-3
masa pajangan
Kemasan Skor Hedonik
D.2.5 cm; terbuka
D.2.5 cm; PE
D.2.5 cm; PP
D.3.5 cm; terbuka
D.3.5 cm; PE
D.3.5 cm; PP
Tanpa kemasan
2.9 ab
3.4 b
2.9 ab
2.7 a
3.5 b
3.5 b
3.0 ab
Keterangan :Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Uji lanjut Duncan terhadap skor hedonik warna pada Tabel 16 menunjukkan
bahwa perlakuan kemasan dengan ventilasi yang berdiameter 3.5 cm berbeda nyata
dengan kemasan yang berventilasi dengan diameter 2.5 cm.
Nilai rata-rata skor hedonik bent neck hingga hari ke-3 masa pajangan
menunjukkan bahwa bunga mawar potong yang dikemas dalam kotak karton
berventilasi dengan diameter 2.5 cm dan ditutup plastik polietilen memiliki skor
tertinggi sebesar 3.6 (suka) dan diikuti oleh bunga mawar dengan perlakuan kemasan
berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen sebesar 3.4 (netral).
Uji lanjut Duncan terhadap skor hedonik bent neck pada hari ke-3 pengamatan
dapat dilihat pada Tabel 17 menunjukkan bahwa kemasan berventilasi dengan diameter
2.5 cm dan ditutup plastik polietilen dan kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm
ditutup plastik polipropilen memiliki skor tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan
dengan perlakuan kemasan lainnya.
Tabel 17. Pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik bent neck
bunga mawar potong pada hari ke-3 masa pajangan
Kemasan
Skor Hedonik
D.2.5 cm; terbuka
D.2.5 cm; PE
D.2.5 cm; PP
D.3.5 cm; terbuka
D.3.5 cm; PE
D.3.5 cm; PP
Tanpa kemasan
2.3 a
3.6 c
3.1 bc
3.2 bc
3.3 bc
3.4 c
2.7 ab
Keterangan :Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf
yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Nilai rata-rata skor hedonik pada hari ke-3 pengamatan terhadap penampakan
keseluruhan menunjukkan bahwa bunga mawar potong yang dikemas dalam kotak
karton berventilasi dengan diameter 2.5 cm dan ditutup plastik polietilen memiliki skor
tertinggi sebesar 3.5 (suka) dan diikuti oleh bunga mawar dengan perlakuan kemasan
berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen sebesar 3.3 (netral).
Berdasarkan Gambar 22 bunga yang dikemas dengan kotak karton berventilasi tanpa
ditutup film plastik dan kemasan tanpa ventilasi menunjukkan adanya penolakan oleh
panelis mulai hari ke-2 masa pajangan.
Uji lanjut Duncan terhadap skor hedonik penampakan keseluruhan bunga mawar
potong hingga hari ke-3 pengamatan pada Tabel 18 menunjukkan bahwa kemasan
berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen memiliki skor
tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kemasan lainnya.
Tabel 18. Pengaruh perlakuan kemasan tererhadap organoleptik
penampakan keseluruhan bunga mawar potong pada
hari ke-3 masa pajangan
Kemasan
Skor Hedonik
D.2.5 cm; terbuka
D.2.5 cm; PE
D.2.5 cm; PP
D.3.5 cm; terbuka
D.3.5 cm; PE
D.3.5 cm; PP
Tanpa kemasan
2.4 a
3.5 c
3.2 bc
3.0 abc
2.9 ab
3.3 bc
2.9 bc
Keterangan :Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf
yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Nilai rata-rata skor hedonik keharuman pada hari ke-3 menunjukkan bahwa
bunga mawar potong yang dikemas dalam kotak karton berventilasi dengan diameter
3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen memiliki skor tertinggi sebesar 3.4. Selama
masa pajangan skor tertinggi keharuman terdapat pada hari ke-2 panjangan dengan nilai
rata-rata skor keharuman 4.8 (sangat suka) (Lampiran 18). Uji lanjut Duncan terhadap
skor hedonik keharuman bunga mawar potong hingga hari ke-3 pengamatan
menunjukkan bahwa kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik
polipropilen memiliki skor tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan
kemasan lainnya.
Nilai rata-rata skor hedonik kesegaran mahkota hingga hari ke-3 menunjukkan
bahwa bunga mawar potong yang dikemas dalam kotak karton berventilasi dengan
diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen memiliki skor tertinggi sebesar 3.2 dan
diikuti oleh bunga mawar dengan perlakuan kemasan berventilasi dengan diameter 2.5
cm ditutup plastik polietilen sebesar 3.1 (netral).
Selama masa pajangan skor tertinggi kesegaran mahkota bunga pada hari ke-2
panjangan dengan nilai rata-rata skor kesegaran mahkota 4.3 (suka) pada kemasan
berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polietilen dan 4.2 (suka) pada
kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik poliepropilen
(Lampiran 20). Terhadap kesegaran mahkota bunga, panelis telah menyatakan
penolakan pada kemasan dengan ventilasi berdiameter 2.5 tanpa ditutup film plastik
pada hari ke-2, hal ini lebih cepat dibandingkan kemasan tanpa ventilasi. Hal ini dapat
disebabkan persediaan potensi air pada jaringan bunga yang dikemas dengan kotak
karton berventilasi dengan diameter 2.5 cm lebih cepat menurun karena proses
transpirasi. Kotak karton berventilasi yang tidak ditutup memungkinkan udara
lingkungan dapat dengan mudah merembes ke dalam kemasan sehingga kelembaban
kemasan semakin meningkat akibatnya transpirasi pada semua jaringan cepat
meningkat.
Tabel 19. Pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik
kesegaran mahkota bunga mawar potong pada hari ke-3
masa pajangan
Kemasan
Skor Hedonik
D.2.5 cm; terbuka
D.2.5 cm; PE
D.2.5 cm; PP
D.3.5 cm; terbuka
D.3.5 cm; PE
D.3.5 cm; PP
Tanpa kemasan
2.3 a
3.1 ab
2.9 ab
2.9 ab
3.0 ab
3.2 b
2.7 ab
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf
yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Secara umum, berdasarkan uji organoleptik selama masa pajangan panelis
masih dapat menerima kondisi bunga mawar potong sampai pada hari ke-4 dan 5 untuk
perlakuan kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen.
Namun, pada hari ke-6 pajangan panelis menunjukkan penolakan penerimaan
penampakan bunga mawar meskipun pada perlakuan kemasan dengan diameter 3.5 cm
ditutup plastik polipropilen tidak mengalami kelayuan. Penolakan tersebut disebabkan
warna bunga memudar dan telah ada warna kehitaman pada bagian pnggir mahkota
bunga. Munculnya warna kehitaman tersebut memberi kesan mahkota bunga seperti
terbakar. Hal ini diduga efek dari penggunaan larutan pengawet sebelum penyimpanan
dimana pada saat transpirasi terus berlangsung selama masa pajangan sehingga bunga
akan kehilangan air dalam jumlah yang cukup banyak. Sementara, penggunaan larutan
sukrosa sebelum penyimpanan mempunyai potensial osmotik yang lebih kecil dari
cairan yang tersedia di dalam sel sehingga tidak dapat melewati membran sel. Hal ini
akan mengakibatkan terjadinya plasmolisis dimana cairan di dalam sel akan keluar (
Kholil, 1992).
Perubahan warna pada mahkota ataupun pada daun bunga mawar menjadi coklat
atau kehitaman mungkin disebabkan karena oksidasi flavon, leucoantosianin, adanya
senyawa fenol dan akumulasi tannin pada sel tanaman (Singleton, 1972) dalam
Aryani (2002). Faktor lain yang menentukan perubahan warna adalah terjadinya
perubahan pH vakuola. Peningkatan pH dapat disebabkan karena terjadinya pemecahan
protein dan pelepasan ammonia dalam sel tanaman.
Karbohidrat merupakan senyawa utama untuk aktivitas metabolisme bunga
selama masa pajangan. Jika cadangan karbohidrat dalam jaringan menipis maka, terjadi
hidrolisis protein menjadi polipeptida dan asam amino sehingga terjadi peningkatan
ammonia. Hal ini terjadi untuk memenuhi kebutuhan energi yang digunakan untuk
proses metabolisme. Namun demikian, proses ini menyebabkan terbentuknya produk
oksidatif yang dapat mengakibatkan munculnya perubahan warna pada jaringan sel
bunga.
Gambar 23. Bunga mawar potong pada kemasan berventilasi
(diameter 3.5 cm; polipropilen )
Gambar 24. Bunga mawar potong pada kemasan berventilasi
(diameter 2.5 cm; polipropilen )
Tanpa ventilasi
Tanpa ventilasi
Masa Kesegaran
Masa kesegaran bunga merupakan komponen utama penentu kualitas bunga
mawar potong. Masa pajangan merupakan masa bunga mampu mempertahankan
kesegarannya setelah bunga mengalami penyimpanan. Amiarsi et al., (2002)
menyatakan bahwa masa kesegaran bunga dihitung sejak bunga di panen hingga
menjadi layu atau terkulainya atau berkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis,
karena menurunya tegangan turgor. Dengan demikian dapat dinyatakan proses
penyimpanan bunga mawar ditambah dengan lamanya waktu bunga masih layak pajang
merupakan masa kesegaran bunga.
Persentase jumlah bunga segar dan penampakan bunga secara keseluruhan pada
masa pajangan dapat digunakan sebagai penentuan masa kesegaran. Persentase bunga
segar ditentukan atas dasar persentase jumlah kelayuan bunga mawar potong yang
dikemas dengan kotak karton berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik
polipropilen menunjukkan kelayuan terkecil yaitu 37.5% hingga hari ke-6 masa
pajangan pada suhu ruang pemajangan ± 25 oC, RH 60 - 80 %. Hal ini berarti bunga
segar pada model kemasan tersebut dapat dipertahankan sebesar 62.5%. Gambar 22
menunjukkan penampakan keseluruhan bunga dengan kemasan kotak karton
berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen masih dapat
diterima oleh panelis pada hari 5-6 masa pajangan lebih panjang 1-3 hari dari bunga
mawar yang tanpa diberi perlakuan setelah pemanenan.
Dengan demikian berdasarkan persentase jumlah bunga segar dan penampakan
keseluruhan masa kesegaran bunga mawar potong adalah 10 - 11 hari. Masa kesegaran
ini lebih panjang dari penelitian Ekowati, (1997) dimana bunga memiliki kesegaran 9 -
10 hari dan penelitian Amiarsi et al., (2003) dengan masa kesegaran 9 hari.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan perendaman bunga mawar dalam larutan pengawet (pulsing) sebelum
penyimpanan dapat mempertahankan kesegaran bunga sehingga masa pajangan
bunga mawar dapat diperpanjang selama 6 hari
2. Pulsing dengan komposisi 3% sukrosa + 25% glyserin + 300 ppm Na-benzoat +
375 ppm asam sitrat terpilih sebagai larutan pengawet yang memberikan hasil
terbaik dengan menekan persentase kelayuan sebesar 2.5% pada hari ke-5 masa
pajangan. Hal ini berarti masa kesegaran bunga dapat dipertahankan sebesar 97.5%.
3. Model kemasan menggunakan kotak karton berukuran 60 x 15 x 7 cm3 dengan
ventilasi berdiameter 3.5 cm dan ditutup film plastik jenis polipropilen dapat
memberikan efek modifikasi atmosfer mendekati hasil perhitungan, pada kondisi
steady state diperoleh konsentrasi gas 20.6% O2 dan 0.16% CO2, sedangkan
konsentrasi gas hasil perhitungan 20.5% O2 dan 0.98% CO2.
4. Penyimpanan bunga mawar potong menggunakan kemasan kotak karton
berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen dapat menjaga
kesegaran bunga selama 10-11 hari dan dapat mengurangi penurunan kualitas bunga
selama masa pajangan dibandingkan bunga yang disimpan dalam kotak karton tanpa
ventilasi.
5. Perlakuan kemasan tersebut dapat mempertahankan warna bunga, menekan bent
neck 37.5%, penyusutan panjang tangkai 0.4 cm, penyusutan diameter tangkai 0.4
mm dan mengurangi kelayuan 25% hingga hari ke-5 (suhu ruang pajangan ± 25 oC,
RH 60 - 80 %) sehingga masa pajangan dapat diperpanjang selama 6-7 hari atau
lebih panjang 1-3 hari dibandingkan dengan bunga mawar potong tanpa perlakuan
setelah pemanenan.
Saran
Penentuan model kemasan ditentukan oleh nilai permeabilitas film plastik,
karton pengemas dan laju respirasi produk. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat
perlu dilakukan pengukuran permeabilitas karton pengemas dan laju respirasi pada
kondisi MA dengan menggunakan alat khromatografi gas.
Untuk mengetahui struktur fisik perubahan jaringan sel bunga selama masa
pajangan perlu dilakukan pengamatan secara mikroskopis.
DAFTAR PUSTAKA
Amiarsi, D., Yulianingsih, Murtiningsih, dan Sjaifullah. 2002. Penggunaan larutan
perendaman pulsing untuk mempertahankan kesegaran bunga mawar potong
Idole dalam suhu ruangan. J. Horti 12 (3) : 178- 183
Amiarsi, D., Yulianingsih, W.Broto dan Sjaifullah. 2003. Pengaruh larutan pulsing
dalam pengemasan dan pengangkutan bunga mawar potong. J. Horti 13 (4) :
285- 291
Arimbawa, I. G. R. 1997. Perlakuan Fisik dan Kimia Untuk Memperpanjang Kesegaran
Bunga Potong. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB. Bogor.
Aryani, D. 2002. Pengaruh Kosentrasi Sukrosa dan Glyserin Pada Larutan Pulsing
Terhadap Penampakan Mawar Kering. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian.
Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
BPS. 2002, Buletin Statistik Produksi Tanaman Hias Indonesia. Badan Pusat Statistik.
Jakarta.
BPS. 2004. Buletin Statistik Perdagangan Indonesia (Ekspor). Badan Pusat Statistik.
Jakarta.
Balithi. 1995. Mawar. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta.
Balithi. 2004. Teknologi Agribisnis Tanaman Hias. Balai Penelitian Tanaman Hias.
Jakarta
Burdett, A. N. 1970. The cause of bent neck in cut roses. J. Am. Soc. Hortic. Sci. 95 :
427 - 431
Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 1992. Vademekum Pasca Panen Hortikultura.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Jakarta.
Durkin. 1979. Senescene and postharvest physiology of cut flower. J. Hortic.Rev. 3 : 61
- 113
Durkin, D. J. and Roy A. Larson. 1995. Introduction to Floriculture. Vol II. Academic
Press Inc. New York.
Edmond dan Bailey, J. 1975. fundamental of Horticulture. Mc. Graw Hill Book
Company. New York.
Ekowati, I. 1997. Penentuan Jenis Film Kemasan Bunga Mawar Tineke Dengan Teknik
Atmosfer Termodifikasi. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas
Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Exama, A., Arul, J., Lencki, R. W., Lee, L. Z. and Taoupin, C. 1993. Suitability of
plastic films for modified atmosphere packaging of fruits and vegetables. J.
Food Science. 54 (6) : 1365-1370.
FPI. 2004. Kemasan Karton. Federasi Pengemasan Indonesia. Jakarta.
Geeson. J, D. Browne, K. M., Maddison, K. Stepherd J., and Guaraldi, F., 1985.
Modified atmosphere packaging to extend the self life of tomatoes. J. Food
Technology. 20 : 339-349
Gunadnya. 1993. Pengkajian Penyimpanan Salak Segar dalam Kemasan Film dengan
Modifikasi Atmosfer. Thesis. Jurusan Teknologi Pasca Panen. IPB. Bogor.
Hall, C. W., R. E. Hardenburg, dan Er. B. Pantastico. 1979. Pengemasan untuk
Konsumen dengan Plastik. Penerjemah Kamariyani. Fisiologi Pasca Panen.
Gajah Mada university Press. Yogyakarta.
Halevy, A. H. dan S. Mayak. 1979. Senescene and postharvest phyisiology of cut
flower. J.Hortic. Rev 1: 204 -236.
Halevy, A. H. dan S. Mayak. 1981. Senescene and postharvest phyisiology of cut flower
Part.2. J.Hortic. Rev 3: 39 -143.
Hardenburg, R. E., A. E. Watada, and Chien Yi Wang. 1990. The Commercial Storage
of Fruits, vegetables, and Nursery Stocks. United States Departement of
Agriculture. Agricultural Reseacrh service. Betsville. Md. USA.
Hardjoko, B. 1999. Mawar. PT. elex Media Komputindo. Gramedia. Jakarta.
Ichimura, K., K. Kojima, R. Goto. 1999. Effect of temperature, 8-
hydroxyquinoline sulphate and sucrose on the vase life of cut flowers.
J.postharvest biology and technology. 15 : 33 - 40.
Kader, A. A. 1992. Postharvest Biology and Technology : Technology of Horticultural
Crops. University of California. Devision of Agriculture and Natural
Resources.
Kartapradja, R. 1995. Botani dan Ekologi Mawar. Balai Penelitian Tanaman Hias.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Luqman. 1992. Bunga Potong Tinjauan Literatur. dalam Widyawan, R. dan Prahastuti,
S. 1994. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. LIPI. Jakarta.
Mayak, S. 1990. Senescene of cut flower. Hortic. Sci 22 (5) : 863 - 865.
Mannapperuma, J. D. and Sinngh, R. P. and Kader, A. A. 1989. Design of polymeric
packages for modified atmosphere storage of fresh produce. Presented at the
Fifth International Controlled Atmosphere Research Conference. Wenatchee.
WA. USA. June 14-16. 1989.
Michael and Reid, M. S. 1992. Postharvest Handling System Ornamental Crops. in.
Postharvest Technology of Horticulture Crops. Edited by A. A. Kader.
University of California.Nat. Resources Publication.
Muchtadi, D. 1992. Fisiologi Pasca Panen Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan. PAU. IPB.
Bogor.
Muhajir, I. dan Dondy ASB. 1999. Pendinginan awal dan komposisi larutan perendam
pada bunga mawar potong. J. Horti. 9 (2) : 137 - 145.
Murtiningsih, W dan T. Sutater. 1995. Pasca Panen Bunga Mawar. Balai Penelitian
Tanaman Hias. Jakarta.
Nelson,P.V.1981.Greenhouse operational and management Reston Publishing Company
Inc., Aprentice Hall Company, Reston, Virginia
Pantastico, Er. B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penangangan dan Pemamfaatan Buah-
Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan. UGM Press.
Yogyakarta.
Peleg, K. 1985. Produce Handling, Packaging and Distribution. Departement of
Agricultural Engineering Technology. Institute of Technology Haifa. Israel.
Prince, T. A. dan H. K. Tayama. 1988. Refrigerated Storage and Fresh Cut Flower
Longevity. The Ohio State University. Departemen of Horticultural. USA.
Reid, B. S. and T. A. Lukaszewski. 1988. Postharvest and Handling of Cut Flowers.
University of California. Davis. California.
Rismunandar. 1991. Budidaya Aneka Jenis Bunga Potong. Swadaya. Jakarta
Rismunandar. 1995. BudidayaBungapotong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Roger, M. N. 1973 .An Histotical and Critical Review of Postharvest Physiology
Research on Cut Flower. Hortic. Sci 8 : 189 - 194.
Rokhani, H. 1992. Modified atmospheric packaging of fruits and vegetables research
instrumentation. Trainning report in Department of Agricultural Engineering
University of California Davis, CA.
Rokhani, H. 1996. Rancang Bangun Sistim Pencampuran Gas dan Pengukuran Laju
Respirasi pada Penyimpanan Hortikultura Secara Atmosfir Terkendali. Tesis.
Program Studi Keteknikan Pertanian. IPB. Bogor.
Rokhani. H, Gardjito, Atjeng M. Syarif and T, Akinaga. 2000. Gas permeability
characteristics of plastic films packaging of fresh produce. J.of the Society of
Agricultural Structures. 31 (2) : 84. Japan.
Rokhani. H, Sutrisno, S, Kawasaki., 2001. Using permeable tube channels for modified
atmosphere storage of ‘Irwin’ mango. J.of the Society of Agricultutral
Structure 32 (3) : 8. Japan.
Rukmana, R. 1995. Mawar. Seri Bunga Potong. Kanisius. Yogyakarta.
Sacalis, J. N. 1993. Cut Flower Prolonging Freshness Postproduction Care and
Handling. Ball Publishing Batavia. Illnois.
Salinger, J. P. 1985. Commercial Flower Growing. Butterworths Horticultural Books.
New Zealand.
Siswoputranto, L. L. D. 1990. Keragaan Hasil - Hasil Penelitian Hortikultura. Prosiding.
Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi. Ciawi, Jawa Barat, 6 - 9 Agustus
1990
Soekartawi. 1996. Manajemen Agribisnis Bunga Potong. Universitas Indonesia. Jakarta.
Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bina Aksara. Jakarta.
Soerojo, R. 1991. Kebijaksanaan Pengembangan Tanaman Hias di Indonesia. Prosiding.
Seminar Tanaman Hias. Cipanas, Jawa Barat. 29 Agustus 1991.
Son, K. C., H. J. Byoun, and J. H. Lim. 1994. Effect of sucrose or aluminium sulfate in
the preservative solutions on photosyntesis, respiration and transpiration of cut
roses leaf. J. of the Korean Society for Horticultural Science. College of
Agriculture. Kon Kuk University Seoul. Korea p 133 - 701.
Sukarno dan Nampiah. 1995. Mawar. Penebar Swadaya Masyarakat. Jakarta.
Suswatini, N. 1995. Modifikasi Atmosfer dan Suhu Penyimpanan untuk penghambatan
Perkembangan Bercak Pestiola sp pada Bunga Potong Krisan . Tesis. Jurusan
Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB.
Tirtosoekotjo, M.S. 1996. Peranan larutan sukrosa terhadap kesegaran bunga mawars
selama penyimpanan suhu dingin. J. Horti. 6 (1) : 100 - 104.
Torre, S., T. Fjeld. 2001. Water loss and postharvest characteristics of cut roses grown
at high or moderate relative air humidity. J. Sci. Hortic. 89 : 217 - 226
Wang and Baker. 1979. Senescene and Postharvest Physiolgy of Cut Flower. dalam
Durkin. 3 : 61 - 113.
Widyawan, R. dan Prahastuti, S. 1994. Bunga Potong Tinjauan Literatur. Pusat
Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. LIPI. Jakarta.
Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. pt. Gramedia. Jakrta.
Widjandi, S. 1981. Penyimpanan Buah-Buahan, Sayur-Sayuran dan Bunga-Bungaan.
Terjemahan. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. FATETA. IPB. Bogor.
Widjandi, S., S. Wiraatmaja, Erliza, S. Krisnani, dan I. Ade. 1989. Studi Kemasan
Bunga-Bungaan Segar. Makalah. Studi Kemasan Buah-Buahan, Sayur-Sayuran
dan Bunga-Bungaan Segar yang Bernilai Ekonomis Tinggi Dalam Rangka
Meningkatkan Ekspor Non Migas. LPPM IPB. Bogor.
Yayasan Bunga Nusantara. 1987. Budidaya Tanaman Berbunga Indah. Yayasan Bunga
Nusantara dan Dirjen Pertanian Tanaman Pangan. Jakarta.
Zagory and A. A. Kader. 1988. Modified atmosphere packaging of fresh products. J. of
Food Tech 42 (9) : 70.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Laju respirasi (ml /kg.jam) bunga mawar potong selama
5 hari penyimpanan
1.1. Laju produksi CO2
Hari
ke-
3%sukrosa+
10%glyserin
3%sukrosa+
25%glyserin
6%sukrosa+
10%glyserin
6%sukrosa+
25%glyserin Kontrol
1 72.9 26.6 23.5 41.0 12.6
2 76.3 33.8 38.4 47.1 22.8
3 44.7 41.1 40.5 68.3 45.6
4 40.5 12.8 43.6 34.1 24.0
5 4.6 6.4 38.4 10.2 17.7
1.2. Laju Konsumsi O2
Hari
ke-
3%sukrosa+
10%glyserin
3%sukrosa+
25%glyserin
6%sukrosa+1
0%glyserin
6%sukrosa+
25%glyserin Kontrol
1 72.9 26.6 47.8 32.8 12.6
2 56.7 25.3 31.2 32.8 12.6
3 33.5 24.1 24.9 22.5 10.1
4 33.1 12.8 22.1 18.4 8.8
5 6.9 4.8 18.0 10.9 7.6
1.3. Ratio question (RQ)
Hari ke-
(3%sukrosa+
10%glyserin)
(3%sukrosa+
25%glyserin)
(6%sukrosa+
10%glyserin)
(6%sukrosa+
25%glyserin) (Kontrol)
1 1 0.1 0.4 1.2 1 2 1.3 1.1 1.2 1.4 1.8
3 1.3 1.7 1.6 3.0 4.5
4 1.2 5 09 1.8 2.7
5 0.6 5.3 0.1 0.9 2.3
Lampiran 2. Kosentrasi gas (CO2 dan O2) dalam perlakuan kemasan
2.1. Data eksperimen
Jam ke-
D25; PP D25; PE D35; PP D35; PE
O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2
0 21.0 0.03 21.0 0.03 21.0 0.03 21.0 0.03
6 20.8 0.01 20.7 0.10 20.8 0.09 20.8 0.09
12 20.8 0.01 20.7 0.11 20.8 0.09 20.8 0.09
18 20.8 0.01 20.7 0.11 20.8 0.09 20.8 0.09
24 20.7 0.01 20.7 0.11 20.8 0.09 20.7 0.09
30 20.6 0.12 20.5 0.12 20.7 0.10 20.4 0.10
36 20.6 0.12 20.5 0.12 20.7 0.10 20.4 0.11
42 20.5 0.13 20.5 0.12 20.7 0.14 20.4 0.11
48 20.5 0.13 20.4 0.12 20.7 0.14 20.3 0.12
54 20.4 0.13 20.4 0.13 20.6 0.14 20.2 0.12
60 20.4 0.13 20.4 0.13 20.6 0.14 20.2 0.15
66 20.3 0.14 20.3 0.13 20.6 0.16 20.1 0.15
72 20.3 0.14 20.3 0.13 20.6 0.16 20.1 0.15
78 20.3 0.15 20.2 0.14 20.6 0.16 20.1 0.16
84 20.3 0.15 20.2 0.14 20.6 0.16 20.1 0.16
90 20.0 0.15 20.0 0.14 20.6 0.17 19.8 0.17
96 20.0 0.15 20.0 0.14 20.5 0.17 19.0 0.17
102 19.0 0.20 20.0 0.15 20.4 0.20 19.8 0.18
108 19.0 0.20 20.0 0.15 20.4 0.20 19.8 0.18
114 19.0 0.20 20.0 0.21 20.4 0.23 19.7 0.19 120 19.0 0.20 20.0 0.21 20.4 0.23 19.7 0.19
Keterangan :
D25 = diameter ventilasi 2.5 cm
D35 = diameter ventilasi 3.5 cm
PP = film plastik jenis polipropilen
PE = film plastik jenis polietilen
2.2. Data perhitungan
D25; PP D25; PE D35; PP D35; PE
Jam ke-
O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2
0 21.0 0.03 21.0 0.03 21.0 0.03 21.0 0.03
6 20.6 0.72 20.6 0.74 20.7 0.60 20.6 0.63
12 20.3 1.16 20.3 1.23 20.6 0.83 20.4 0.91
18 20.2 1.44 19.9 1.56 20.5 0.92 20.3 1.07
24 20.1 1.62 19.7 1.79 20.5 0.95 20.1 1.10
30 20.1 1.73 19.6 1.95 20.5 0.97 20.1 1.13
36 20.0 1.80 19.5 2.05 20.5 0.98 20.0 1.14
42 20.0 1.85 19.4 2.12 20.5 0.98 20.0 1.15
48 20.0 1.88 19.3 2.17 20.5 0.98 20.0 1.15
54 19.9 1.90 19.2 2.21 20.5 0.98 20.0 1.15
60 19.9 1.91 19.1 2.23 20.5 0.98 19.9 1.15
66 19.9 1.92 19.1 2.25 20.5 0.98 19.9 1.15
72 19.9 1.92 19.1 2.26 20.4 0.98 19.9 1.15
78 19.9 1.93 19.0 2.26 20.4 0.98 19.9 1.15
84 19.9 1.93 19.0 2.27 20.4 0.98 19.9 1.15
90 19.9 1.93 18.9 2.27 20.4 0.98 19.9 1.15
96 19.9 1.93 18.9 2.27 20.4 0.98 19.9 1.15
102 19.9 1.93 18.9 2.28 20.4 0.98 19.9 1.15
108 19.9 1.93 18.9 2.28 20.4 0.98 19.9 1.15
114 19.9 1.93 18.9 2.28 20.4 0.98 19.95 1.15
120 19.9 1.93 18.9 2.28 20.4 0.98 19.95 1.15
Keterangan :
D25 = diameter ventilasi 2.5 cm
D35 = diameter ventilasi 3.5 cm
PP = film plastik jenis polipropilen
PE = film plastik jenis polietilen
Lampiran 3. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap
persentase jumlah Bent neck bunga mawar potong selama
masa pajangan
3.1. Tabel Anova
Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F hitung Peluang
Kemasan
Hari
Galat
Total
803.582
62622.338
2030.455
245644.182
6
6
36
49
133.930
10437.056
56.402
2.375
185.049
0.049*
0.000**
Keterangan :
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
( P<0.01)
3.2. Uji beda rataan
Kemasan
Masa Pajangan hari ke- (%)
0 1 2 3 4 5 6
D.2.5 cm; terbuka
D.2.5 cm; PE
D.2.5 cm; PP
D.3.5 cn; terbuka
D.3.5 cm; PE
D.3.5 cm; PP
Tanpa ventilasi
7.5 a
7.5 a
2.5 a
0.0 a
7.5 a
12.5 a
2.5 a
10.0 a
10..0 a
12.5 a
7.5 a
15.0 a
12.5 a
10.0 a
42.5 a
37.5 a
42.5 a
57.5 a
57.5 a
50.0 a
50.0 a
57.5 ab
52.5 a
55.0 ab
57.5 ab
62.5 bf
55.0 ab
55.0 ab
67.5 bc
72.5 c
60.0 a
65.0ab
65.0 ab
62.5ab
95.0 d
67.5 ab
72.5 b
60.0 ab
65.0 ab
100.0 c
62.5 a
100.0 c
100.0 a
75.0 a
75.0 a
65.0 a
100.0 a
62.0 a
100.0 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Lampiran 4. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap
persentase jumlah kelayuan bunga mawar potong selama
masa pajangan
4.1. Tabel Anova
Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F hitung Peluang
Kemasan
Hari
Galat
Total
7065.25
46654.45
9067.53
105705.63
6
6
36
49
1177.54
7775.74
251.87
4.675
30.871
0.001*
0.000**
Keterangan :
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
( P <0.01)
4.2. Uji beda rataan
Kemasan
Masa Pajangan hari ke- (%)
0 1 2 3 4 5 6
D.2.5 cm; terbuka
D.2.5 cm; PE
D.2.5 cm; PP
D.3.5 cn; terbuka
D.3.5 cm; PE
D.3.5 cm; PP
Tanpa ventilasi
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
2.5 a
2.5 a
2.5 a
5.0 a
5.0 a
15.0 e
0.0 a
10.0 d
7.5 cd
5.0 bc
2.5 ab
10.0 c
60.0 c
32.5 b
20.0 a
30.0 ab
50.0 c
25.0 ab
100 d
100.0 b
90.0 ab
85.0 ab
87.5 ab
100.0 b
37.5 a
100.0 b
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Lampiran 5. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap
perubahan diameter mahkota bunga mawar potong selama
masa pajangan
5.1. Tabel Anova
Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F hitung Peluang
Kemasan
Hari
Galat
Total
2402.208
1391.100
8191.625
15931.871
6
6
36
49
400.368
231.850
227.545
1.760
1.019
0.135tn
0.429tn
Keterangan :
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
( P <0.01)
5.2. Uji beda rataan
Kemasan Diameter mahkota bunga (cm)
Diameter 2.5 cm;tanpa plastik
Diameter 2.5 cm;polietilen
Diameter 2.5 cm;polipropilen
Diameter 3.5 cm;tanpa palstik
Diameter 3.5 cm;polietilen
Diameter 3.5 cm;polipropilen
Tanpa ventilasi
6.7 ± 16.4 a
13.7 ± 36.8 b
6.1 ± 16.9 a
6.0 ±17.0 a
0.1 ± 22.9 ab
6.5 ± 16.5 a
6.2 ± 16.8 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Lampiran 6. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap
penyusutan diameter tangkai bunga mawar potong
selama masa pajangan
6.1. Tabel Anova
Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F hitung Peluang
Kemasan
Hari
Galat
Total
0.306
1.988
1.470
12.638
6
6
36
49
0.051
0.331
0.041
1.251
8.112
0.000**
0.304tn
Keterangan :
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
( P <0.01)
6.2. Uji perbandingan nilai tengah
Kemasan
Penyusutan diameter
tangkai bunga (mm)
Diameter 2.5 cm;tanpa plastik
Diameter 2.5 cm;polietilen
Diameter 2.5 cm;polipropilen
Diameter 3.5 cm;tanpa plastik
Diameter 3.5 cm;polietilen
Diameter 3.5 cm;polipropilen
Tanpa ventilasi
0.1 ± 0.5 a
0.1 ± 0.4 a
0.3 ± 0.6 a
0.3 ±0.6 a
0.3 ± 0.6 a
0.1 ± 0.5 a
0.2 ± 0.5 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Lampiran 7. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap
penyusutan panjang tangkai bunga mawar potong
selama masa pajangan
7.1. Tabel Anova
Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F hitung Peluang
emasan
Hari
Galat
Total
0.679
2.616
2.298
10.471
6
6
36
49
0.113
0.436
0.066
1.724
6.639
0.144tn
0.000**
Keterangan :
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
( P <0.01)
7.2. Uji beda rataan
Kemasan
Masa Pajangan hari ke- (%)
0 1 2 3 4 5 6
D.2.5 cm; terbuka
D.2.5 cm; PE
D.2.5 cm; PP
D.3.5 cn; terbuka
D.3.5 cm; PE
D.3.5 cm; PP
Tanpa ventilasi
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.06 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.06 a
0.00 a
0.00a
0.23 ab
0.02 a
0.26 ab
0.31 ab
0.47 ab
0.17 ab
0.06 ab
0.38 a
0.21 a
0.23 a
0.43 a
0.86 bc
0.40 a
0.44 ab
0.48 a
0.61 abc
0.83 bc
1.04 c
0.86 bc
0.40 a
0.44 ab
0.40 a
0.61 d
0.83 c
1.34 f
1.03 e
0.40 ab
0.44 bc
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Lampiran 8. Analisis sidik ragam uji beda rataan pengaruh perlakuan kemasan
terhadap perubahan kadar air bunga mawar potong selama masa pajangan
Kemasan
Masa Pajangan hari ke-
0 1 2 3 4 5 6
D. 2.5 cm; terbuka
D. 2.5 cm; PE
D. 2.5 cm; PP
D. 3.5 cn; terbuka
D. 3.5 cm; PE
D. 3.5 cm; PP
Tanpa ventilasi
78.9 a
78.7 a
77.8 a
78.9 b
78.9 ab
79.1 b
83.3 c
78.0 c
77.7 b
77.9 c
77.6 b
78.1 c
78.5 d
76.3 a
75.1 a
75.6 c
76.4 e
77.5 g
77.4 f
76.5 b
75.8 d
72.4 a
75.2 e
74.9 de
77.1 f
73.2 b
75.5 c
74.7 d
71.6 a
74.6 e
74.3 d
76.7 f
72.4 b
75.0 c
74.2 d
69.3 a
73.9 d
73.3 c
73.0 c
71.9 b
74.3 d
68.9 a
-
73.1 c
-
72.9 b
-
70.8 a
-
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Lampiran 9. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap chroma
bunga mawar potong selama masa pajangan
9.1. Tabel Anova
Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F hitung Peluang
Kemasan
Hari
Galat
Total
209.076
473.555
426.914
136903.544
6
6
36
49
34.846
78.926
11.859
2.938
6.656
0.019*
0.000**
Keterangan :
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
( P <0.01)
9.2. Uji perbandingan nilai tengah
Perlakuan Kemasan Chroma
Diameter 2.5 cm; tanpa plastik
Diameter 2.5 cm; polietilen
Diameter 2.5 cm; polipropilen
Diameter 3.5 cm; polietilen
Diameter 3.5 cm; polipropilen
Diameter 3.5 cm; tanpa plastik
Tanpa ventilasi
47.0 ± 52.2 a
47.9 ± 53.1 ab
48.5 ± 53.8 abc
50.1 ± 55.4 bcd
51.4 ± 56.7 bcd
52.1 ± 57.4 cd
52.7 ± 58.0 d
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Lampiran 10. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan pengawet terhadap
laju respirasi (ml. CO2/ kg.jam) bunga mawar potong
selama penyimpanan.
Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F hitung Peluang
Perlakuan
Hari
Galat
Total
2102.897
3214.481
3642.055
1379479.271
4
4
16
25
525.724
803.620
227.628
2.310
3.350
0.102tn
0.030*
Keterangan :
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
( P <0.01)
Lampiran 11. Uji beda rataan pengaruh perlakuan larutan pengawet terhadap jumlah
kelayuan bunga mawar potong selama masa pajangan (persen)
Perlakuan Masa Pajangan hari ke-
0 1 2 3 4 5
3% sukrosa + 25% glyserin
6% sukrosa + 25% glyserin
3% sukrosa + 10% glyserin
6% sukrosa + 10% glyserin
Tanpa larutan pengawet
0.0 a
7.5 b
0.0 a
0.0 a
15.0 c
2.5 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
22..5 b
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
22.5 b
2.5 a
15.0 b
7.5 a
25.0 c
30.0 c
30.0 a
25.0 a
20.0 a
40.0 a
30.0 a
42.5 a
45.0 a
50.0 a
50.0 a
45.0 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05
Lampiran 12. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan pengawet terhadap laju
respirasi (ml. O2/ kg.jam) bunga mawar potong
selama penyimpanan.
Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F hitung Peluang
Perlakuan
Hari
Galat
Total
2563.359
2508.277
1317.842
21327.303
4
4
16
25
640.640
627.069
82.365
7.780
7.613
0.001*
0.001*
Keterangan :
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01)
Lampiran 13. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik
Bent neck bunga mawar potong selama masa pajangan
Masa
Pajangan
Hari ke-
Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F hitung Peluang
0
1
2
3
4
5
6
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
2.771
26.014
28.086
1045.000
7.236
18.871
17.479
1062.000
2.771
26.014
28.086
1045.000
12.250
15.300
20.750
721.000
10.300
11.218
12.557
643.250
135.771
3.089
16.586
336.250
138.486
1.500
3.800
247.000
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
0.462
2.890
0.462
0.520
1.206
2.097
0.324
0.462
2.890
0.520
2.042
1.700
0.384
1.717
1.246
0.233
22.629
0.343
0.307
23.081
0.167
0.070
0.888
5.557
3.726
6.478
0.888
5.557
5.313
4.424
7.382
5.360
73.67
1.118
327.992
2.368
0.510tn
0.000**
0.004*
0.000**
0.510tn
0.000**
0.000**
0.000**
0.000**
0.000**
0.000**
0.367tn
0.000**
0.025*
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
( P <0.01)
Lampiran 14. Uji beda rataan pengaruh perlakuan kemasan terhadap
organoleptik Bent neck bunga mawar potong
selama masa pajangan
Kemasan
Masa Pajangan hari ke-
0 1 2 3 4 5 6
11.1
12.1
13.1
21.1
22.1
23.1
K1
3.9 a
3.9 a
3.7 a
3.8 a
3.9 a
3.8 a
3.3 a
3.9 abc
4.0 bc
3.4 ab
3.6 ab
4.4 c
3.9 bc
3.4 a
3.9 a
3.9 a
3.7 a
3.8 a
3.9 a
3.8 a
3.3 a
2.3 a
3.6 c
3.1 bc
3.2 bc
3.3 bc
3.4 c
2.7 ab
2.3 a
3.3 a
3.4 c
3.3 c
2.6 ab
2.9 bc
2.7 ab
0.0 a
2.7 b
2.8 b
2.7 b
0.0 a
2.9 b
0.0 a
0.0 a
2.9 b
0.0 a
2.9 c
0.0 a
3.0 c
2.6 b
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada DMRT 0.05
Keterangan : Kemasan :
11.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm terbuka
12.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PE
13.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PP
21.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka
22.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PE
23.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PP
K1 : tanpa berventilasi
Lampiran 15. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik
warna bunga mawar potong selama masa pajangan
Hari
ke-
Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F hitung Peluang
0
1
2
3
4
5
6
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
9.086
37.557
20.343
1179.000
44.093
103.943
25.907
1573.500
3.786
17.857
15.143
1040.000
6.336
10.789
23.736
741.750
3.436
10.157
13.493
829.500
169.571
2.604
12.071
409.250
138.486
1.500
3.800
247.000
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
1.514
4.173
0.377
7.349
11.549
0.480
0.631
1.984
0.280
1.056
1.199
0.440
0.573
1.129
0.250
28.262
0.289
0.224
23.081
0.167
0.070
4.020
11.077
15.318
24.073
2.250
7.075
2.402
2.727
2.292
4.517
126.426
1.294
327.992
2.368
0.002*
0.000**
0.000**
0.000**
0.052*
0.000**
0.039**
0.011**
0.048*
0.000**
0.000**
0.262tn
0.000**
0.025*
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
( P <0.01)
Lampiran 16. Uji beda rataan pengaruh perlakuan kemasan terhadap
organoleptik warna bunga mawar potong selama masa pajangan
Kemasan
Masa Pajangan hari ke-
0 1 2 3 4 5 6
11.1
12.1
13.1
21.1
22.1
23.1
K1
3.9 b
4.2 bc
4.0 b
3.9 b
4.6 c
4.0 b
3.3 a
3.2 a
3.7 ab
4.2 bc
3.7 ab
5.2 dc
5.7 a
4.3 bc
3.2 a
3.8 b
3.8 b
3.8 b
3.8 b
4.0 b
3.9 b
2.9 ab
3.4 b
2.9 ab
2.7 a
3.5 b
3.5 b
3.0 ab
2.9 a
3.3 ab
3.5 b
3.5 b
3.3 ab
3.5 b
3.6 b
0.0 a
3.1 b
3.1 b
3.3 b
0.0 a
2.9 b
0.0 a
2.9 b
2.9 b
0.0 a
2.9 c
0.0 a
3.0 c
2.6 b
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada DMRT 0.05
Keterangan : Kemasan :
11.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm terbuka
12.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PE
13.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PP
21.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka
22.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PE
23.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PP
K1 : tanpa berventilasi
Lampiran 17. Pengaruh perlakuan kemasan terhadap terhadap organoleptik
keharuman bunga mawar potong selama masa pajangan
Hari ke- Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F hitung Peluang
0
1
2
3
4
5
6
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
3.371
16.800
21.200
1022.000
1.150
10.514
12.136
1379.000
3.786
19.786
14.714
1041.500
2.036
9.286
15.464
782.500
1.450
6.371
12.479
829.500
192.536
7.986
15.464
472.500
139.343
4.629
32.371
308.343
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
0.562
4.755
0.393
0.192
1.168
0.225
0.631
2.198
0.272
0.339
1.032
0.286
0.242
0.708
0.231
32.089
0.887
0.286
23.224
0.514
0.599
1.431
4.755
0.853
5.198
2.316
8.068
1.185
3.603
1.046
3.064
112.053
3.098
38.741
0.858
0.220tn
0.000**
0.535tn
0.000**
0.046*
0.000**
0.328tn
0.001*
0.406tn
0.005**
0.000**
0.005*
0.000**
0.568tn
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
( P <0.01)
Lampiran 18. Uji beda rataan pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik
keharuman bunga mawar potong selama masa pajangan
Kemasan
Masa Pajangan hari ke-
0 1 2 3 4 5 6
11.1
12.1
13.1
21.1
22.1
23.1
K1
3.8 a
3.6 a
4.0 a
3.7 a
4.1 a
3.5 a
3.5 a
4.2 a
4.3 a
4.4 a
4.6 a
4.4 a
4.5 a
4.3 a
3.2 a
3.8 b
3.8 b
3.8 b
4.8 b
4.0 b
3.9 b
3.0 a
3.4 a
3.4 a
2.7 a
3.3 a
3.4 ab
3.0 a
3.4 ab
3.4 ab
3.6 abc
3.5 ab
3.3 ab
3.1 a
3.4 ab
0.0 a
3.4 b
3.3 b
3.3 b
0.0 a
3.3 b
0.0 a
0.0 a
3.1 b
0.7 a
2.6 a
0.0 a
3.2 b
0.0 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada DMRT 0.05
Keterangan : Kemasan :
11.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm terbuka
12.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PE
13.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PP
21.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka
22.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PE
23.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PP
K1 : tanpa berventilasi
Lampiran 19. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik
kesegaran mahkota bunga mawar potong selama masa pajangan
Hari
ke-
Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F hitung Peluang
0
1
2
3
4
5
6
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
13.543
61.200
31.600
1028.000
4.621
17.343
14.307
1124.500
10.543
27.661
16.314
826.750
5.193
13.486
36.164
632.000
2.693
8.161
21.164
589.250
146.771
2.914
12.086
354.000
122.143
7.271
22.429
265.000
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
2.257
6.800
0.585
0.770
1.927
0.265
1.757
3.073
0.302
0.865
1.498
0.670
0.449
0.907
0.392
24.462
0.324
0.224
20.357
0.808
0.415
3.857
11.620
2.907
7.273
5.816
10.173
1.292
2.237
1.145
2.314
109.298
1.447
49.013
1.945
0.003*
0.000**
0.016*
0.000**
0.000**
0.000**
0.276tn
0.033*
0.349tn
0.028*
0.000**
0.192tn
0.000**
0.065tn
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
( P <0.01)
Lampiran 20. Uji beda rataan pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik
kesegaran mahkota bunga mawar potong selama masa pajangan
Kemasan
Masa Pajangan hari ke-
0 1 2 3 4 5 6
11.1
12.1
13.1
21.1
22.1
23.1
K1
3.1 a
3.8 a
3.6 a
3.6 a
4.5 b
3.7 a
3.1 a
3.6 a
3.9 abc
3.6 ab
4.1 bc
4.3 a
4.2 c
3.6 a
2.5 a
3.0 bc
3.3 b
3.4 bc
4.0 bc
3.9 c
3.1 b
2.3 a
3.1 ab
2.9 ab
2.9 ab
3.0 ab
3.2 ab
2.7 ab
2.3 a
2.8 a
2.9 a
2.8 a
2.9 a
2.9 a
2.9 a
0.0 a
3.0 c
2.9 bc
2.5 b
0.0 a
3.2 c
0.0 a
0.0 a
2.4 b
0.6 a
3.0 a
0.0 b
2.9 b
0.0 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada DMRT 0.05
Keterangan : Kemasan :
11.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm terbuka
12.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PE
13.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PP
21.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka
22.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PE
23.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PP
K1 : tanpa berventilasi
Lampiran 21. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik
penampakan keseluruhan bunga mawar potong selama masa pajangan
Hari
ke-
Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
F
hitung
Peluang
0
1
2
3
4
5
6
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
Perlakuan
Panelis
Galat
Total
9.771
34.929
29.371
1003.000
7.839
19.271
15.679
1092.000
11.336
11.429
14.521
793.000
8.500
11.789
20.786
692.250
11.971
6.443
21.957
688.500
149.086
5.718
23.557
372.250
101.371
6.871
36.629
253.000
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
6
9
54
70
1.629
3.881
0.544
1.315
2.141
0.290
1.889
1.270
0.269
1.417
1.310
0.385
1.995
0.716
0.407
24.848
0.635
0.436
16.895
0.763
0.678
2.994
7.135
4.531
7.375
7.026
4.722
3.680
3.403
4.907
1.761
56.958
1.456
24.908
1.126
0.013*
0.000**
0.001*
0.000**
0.000**
0.000**
0.004*
0.002*
0.000**
0.098tn
0.000**
0.188n
0.000**
0.361tn
tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
( P <0.01)
Lampiran 22. Uji beda rataan pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik
penampakan keseluruhan bunga mawar potong selama masa pajangan
Kemasan
Masa Pajangan hari ke-
0 1 2 3 4 5 6
11.1
12.1
13.1
21.1
22.1
23.1
K1
3.3 a
3.8 ab
3.4 a
3.8 ab
4.3 b
3.8 ab
3.1 a
3.4 a
3.8 ab
3.6 a
3.9 abc
4.3 bc
4.4 c
3.6 a
2.4 a
3.3 bc
3.3 b
3.4 bc
4.4 bc
3.8 c
3.3 b
2.4 a
3.5 c
3.2 bc
3.2 ab
3.0 abc
3.3 bc
2.9 ab
2.6 ab
3.3 c
3.5 c
2.8 a
3.4 c
3.1 bc
2.3 a
0.0 a
2.5 b
2.7 bc
3.2 c
0.0 a
3.1 c
0.0 a
0.0 a
2.3 c
1.0 b
2.5 c
0.0 a
2.9 c
0.0 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada DMRT 0.05
Keterangan : Kemasan :
11.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm terbuka
12.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PE
13.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PP
21.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka
22.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PE
23.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PP
K1 : tanpa berventilasi
Lampiran 23. Formulir uji organoleptik
PENGUJIAN ORGANOLEPTIK
Nama :
Tanggal :
Hari ke- :
Produk : BUNGA MAWAR POTONG (Rosa hybrida)
Petunjuk : Ujilah produk berikut dengan memberi tanda (√ ) pada kolom
yang sesuai dengan persepsi anda. Terima kasih.
WARNA
Kode Sangat
suka
Suka Netral Tidak
suka
Sangat tidak
suka
KEHARUMAN
Kode Sangat
suka
Suka Netral Tidak
suka
Sangat tidak
suka
KESEGARAN
MAHKOTA
Kode Sangat
suka
Suka Netral Tidak
suka
Sangat tidak
suka
(Bent neck)
Kode Sangat
suka
Suka Netral Tidak
suka
Sangat tidak
suka
PENAMPAKAN
KESELURUHAN
Kode Sangat
suka
Suka Netral Tidak
suka
Sangat tidak
suka
Lampiran 24. Bunga mawar perlakuan terbaik pada hari ke-0 masa pajangan
Lampiran 25. Bunga mawar kemasan diameter 3.5 cm; PP pada hari ke-3
Lampiran 26. Bunga mawar potong pada hari ke-4 masa pajangan
a. Kemasan ventilasi; diameter 2.5 cm ; tanpa plastik
b. Kemasan ventilasi; diameter 2.5 cm; polietilen
Pengamatan hari
ke -4
Tanpa ventilasi
Pengamatan
hari ke-4
Tanpa ventilasi
Pengamatan
hari ke-4
c. Kemasan ventilasi; diameter 3.5 cm;polietilen
d. Kemasan ventilasi ; diameter 3.5 cm;polipropilen
Lampiran 27. Bent neck
Tanpa ventilasi
Pengamatan
hari ke-4
Tanpa ventilasi
Pengamatan
hari ke-4
. a. Bunga mawar yang mengalami bent neck
b. penentuan derajat bent neck
Lampiran 28. Pengukuran laju repirasi
Lampiran 29. Chromameter untuk mengukur warna