Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

40
KAJIAN USULAN KAWASAN RESERVAT IKAN AIR TAWAR DI KABUPATEN TULANG BAWANG Oleh: Indra Gumay Yudha, M.Si. (Staf Pengajar PS Budidaya Perairan, Fak. Pertanian, Univ. Lampung) Email: [email protected] 1. LETAK GEOGRAFIS Kabupaten Tulang Bawang secara geografis terletak pada 3º45’LS-4º40’LS dan 104º55’BT-105º55’BT dengan luas wilayah mencapai 7.770,84 km 2 dan beribu kota kabupaten Menggala. Kabupaten ini dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara. Berdasarkan Perda No.07 tahun 2005, wilayah Kabupaten Tulang Bawang dimekarkan menjadi 24 kecamatan dan 240 kampung/kelurahan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah agraris, dimana mata pencaharian pokok penduduknya adalah di sektor pertanian. 2. POTENSI RAWA DI DAS TULANG BAWANG Di wilayah Kabupaten Tulang Bawang terdapat areal lahan basah (wetland) yang cukup luas, yaitu hamparan rawa-rawa air tawar di sepanjang DAS Tulang Bawang bagian hilir. Menurut Karizal (2006), lahan rawa ini merupakan tipe ekosistem rawa gambut yang terbesar di Propinsi Lampung dengan luas lahan mencapai lebih kurang 77.000 ha (87,9%); sedangkan di Lampung Timur luasnya hanya 11.000 ha (12,1%). Pada tahun 1990 hampir seluruh lahan gambut di Provinsi Lampung termasuk gambut sedang yang didominasi oleh hemists/mineral dan umumnya berasosiasi dengan tanah mineral bergambut. Hingga saat ini, berdasarkan data tahun 2002, komposisinya berubah: gambut sedang menyusut menjadi 23,3% (20.000 ha) dan terbentuk gambut dangkal 7,7% (6.700 ha) serta gambut sangat dangkal sekitar 69% (60.000 ha). Seluruh gambut sangat dangkal tersebut berada di Kabupaten Tulang Bawang. Rawa-rawa di DAS Tulang Bawang terhampar di areal seluas lebih kurang 86.000 ha yang terletak di antara mulut Sungai Tulang Bawang dan Kota Menggala. Pada mulanya hampir 90 persen wilayah ini terdiri dari hutan rawa gelam dan hampir 10 INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 1

description

Kajian tentang usulan reservat perikanan di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, untuk melindungi keberadaan ikan-ikan lokal yang terancam punah

Transcript of Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Page 1: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

KAJIAN USULAN KAWASAN RESERVAT IKAN AIR TAWAR DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh: Indra Gumay Yudha, M.Si.

(Staf Pengajar PS Budidaya Perairan, Fak. Pertanian, Univ. Lampung) Email: [email protected]

1. LETAK GEOGRAFIS

Kabupaten Tulang Bawang secara geografis terletak pada 3º45’LS-4º40’LS dan

104º55’BT-105º55’BT dengan luas wilayah mencapai 7.770,84 km2 dan beribu kota

kabupaten Menggala. Kabupaten ini dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan wilayah

pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara. Berdasarkan Perda No.07 tahun 2005,

wilayah Kabupaten Tulang Bawang dimekarkan menjadi 24 kecamatan dan 240

kampung/kelurahan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tulang Bawang merupakan

daerah agraris, dimana mata pencaharian pokok penduduknya adalah di sektor

pertanian.

2. POTENSI RAWA DI DAS TULANG BAWANG

Di wilayah Kabupaten Tulang Bawang terdapat areal lahan basah (wetland) yang cukup

luas, yaitu hamparan rawa-rawa air tawar di sepanjang DAS Tulang Bawang bagian

hilir. Menurut Karizal (2006), lahan rawa ini merupakan tipe ekosistem rawa gambut

yang terbesar di Propinsi Lampung dengan luas lahan mencapai lebih kurang 77.000 ha

(87,9%); sedangkan di Lampung Timur luasnya hanya 11.000 ha (12,1%). Pada tahun

1990 hampir seluruh lahan gambut di Provinsi Lampung termasuk gambut sedang yang

didominasi oleh hemists/mineral dan umumnya berasosiasi dengan tanah mineral

bergambut. Hingga saat ini, berdasarkan data tahun 2002, komposisinya berubah:

gambut sedang menyusut menjadi 23,3% (20.000 ha) dan terbentuk gambut dangkal

7,7% (6.700 ha) serta gambut sangat dangkal sekitar 69% (60.000 ha). Seluruh gambut

sangat dangkal tersebut berada di Kabupaten Tulang Bawang.

Rawa-rawa di DAS Tulang Bawang terhampar di areal seluas lebih kurang 86.000 ha

yang terletak di antara mulut Sungai Tulang Bawang dan Kota Menggala. Pada

mulanya hampir 90 persen wilayah ini terdiri dari hutan rawa gelam dan hampir 10

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

1

Page 2: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

persen berupa hutan mangrove. Karena kondisi alam yang telah menjadi sekunder,

rawa telah mengalami penurunan, baik dalam hal flora maupun faunanya. Hamparan

rawa gambut yang terdapat di Kabupaten Tulang Bawang terdiri dari beberapa rawa,

antara lain Rawa Pacing (±600 ha), Rawa Kandis (±900 ha), dan ±12.000 ha hamparan

yang tediri dari Rawa Tenuk, Rawa Bakung, Rawa Bungur, Bawang Belimbing,

Bawang Lambu, dan Bawang Purus. Menurut Thoyib (2006), secara kultural rawa-rawa

tersebut sebagian besar dikuasai oleh masyarakat adat Marga Aji, sehingga diperlukan

keterlibatan mereka dalam upaya konservasi rawa-rawa tersebut. Dalam hal kegiatan

konservasi, masyarakat adat Marga Aji sudah menyatakan kesanggupannya untuk turut

berperan serta.

3. POTENSI PERIKANAN RAWA

Rawa-rawa di DAS Tulang Bawang menyokong kehidupan sejumlah penting ikan, baik

dalam hal keanekaragamanjenis maupun jumlah hasil panennya yang telah memberikan

sumbangan yang berarti bagi penghasilan masyarakat setempat. Berdasarkan hasil

kajian yang dilakukan oleh Noor et al (1994) setidaknya terdapat 88 jenis ikan yang

terdapat di sekitar rawa-rawa di DAS Tulang Bawang tersebut. Beberapa jenis ikan

rawa yang ekonomis penting antara lain: arwana, belida, jelabat, tawes, seluang, lais,

gabus, baung, lele, gurami, dan lain-lain. Beberapa jenis ikan-ikan ini secara periodik

beruaya dari rawa ke sungai atau sebaliknya. Pada waktu air sungai meluap menggenangi

rawa di sekitarnya, beberapa jenis ikan melakukan migrasi ke rawa tersebut dan memijah

di lokasi tersebut. Lokasi ini juga merupakan lokasi bagi pembesaran anakan ikan (nursery

ground).

Bagi masyarakat setempat, keberadaan ikan-ikan rawa merupakan anugerah yang tak

ternilai dalam hal memenuhi kebutuhan gizi masyarakat ataupun sebagai penghasilan jika

dijual. Menurut Wiryawan dkk (2002), sistem DAS Tulang Bawang diperkirakan mampu

menghasilkan ikan 20-100 kg/ha/tahun, dengan 85% tangkapan berasal dari rawa-rawa.

Hasil ini merupakan 40% dari total hasil tangkapan (laut dan daratan) diperoleh dari sungai

dan rawa-rawa di Kabupaten Tulang Bawang. Sayangnya, pemanfaatan sumberdaya ini

seringkali tidak dilakukan secara bijaksana, bahkan cenderung merusak. Penggunaan

racun ataupun arus listrik untuk menangkap ikan, selain penangkapan yang berlebih

(overexploitted), diduga menjadi penyebab menurunnya produksi perikanan rawa.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

2

Page 3: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Keadaan tersebut dapat menyebabkan pemusnahan massal biota akuatik, termasuk larva

dan anak-anak ikan yang seharusnya menjadi sumber bibit untuk keberlanjutan usaha

perikanan di masa mendatang. Kecenderungan lainnya yang terjadi adalah degradasi

habitat akibat reklamasi, drainasi, konversi, pencemaran perairan, tangkap lebih, dan

tertutupnya perairan oleh eceng gondok (Eichornia crassipes) dan kiambang (Salvinia

molesta)

Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, pada tahun 2000

diketahui produksi ikan yang berasal dari rawa-rawa di Kabupaten Tulang Bawang adalah

1.384,7 ton dengan nilai produksi Rp 4.554.550.000,- ; sedangkan pada tahun 2004

produksi menurun drastis hingga 245,1 ton atau hanya 17,7% dari produksi tahun 2000.

Fakta ini menunjukkan bahwa hanya dalam kurun waktu empat tahun terjadi penurunan

produksi rata-rata 284,9 ton per tahun.

Tabel 1. Produksi dan nilai produksi perikanan rawa-rawa di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2000-2004

Tahun Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp x 1000) 2000 1.384,7 4.554.550 2001 1.009,8 4.401.198 2002 507,0 Tidak ada data 2003 240,6 1.189.340 2004 245,1 1.132.050

Sumber: Data Statistik Perikanan Provinsi Lampung, 2000-2004

Kerusakan lahan basah, termasuk rawa-rawa, juga bisa terjadi akibat pencemaran yang

kemudian menyebabkan perubahan keseimbangan ekologis lahan basah. Pencemaran

yang kerap terjadi di DAS Tulang Bawang yang berasal dari industri di bagian hulu sungai

turun berperan dalam degradasi sumberdaya ikan tersebut. Selain itu, sedimentasi rawa

dapat menyebabkan banyak kawasan rawa mengalami pendangkalan, sehingga

kemampuannya dalam menyimpan air saat musim kemarau menjadi berkurang. Hal ini

juga dialami oleh rawa-rawa di Tulang Bawang. Keadaan ini menyebabkan produksi

ikan di peraiaran rawa-rawa juga menurun.

Jenis-jenis ikan rawa ekonomis penting yang umumnya tertangkap di Kabupaten Tulang

Bawang adalah: tawes, gabus, lais, lele, toman, sepat siam, tambakan, belida, betutu,

sidat, dan lainnya. Berdasarkan data tahun 2004, diketahui bahwa ikan gabus dan

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

3

Page 4: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

tambakan merupakan ikan yang dominan tertangkap. Hasil tangkapan ini biasanya

dijual di Pasar Menggala, bahkan seringkali dijual ke Kota Bandar Lampung.

Tabel 2. Produksi ikan rawa di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2004

No. Jenis ikan yang tertangkap Jumlah (ton) Persentase (%) 1. Tawes 1.7 0.7 2. Gabus 59.5 24.3 3. Lais 24.0 9.8 4. Lele 18.6 7.6 5. Toman 8.1 3.3 6. Sepat siam 32.0 13.1 7. Tambakan 59.0 24.1 8. Belida 2.6 1.1 9. Betutu 1.9 0.8 10. Sidat 14.0 5.7 11. Ikan lainnya 23.7 9.7

Total 245.1 100 Sumber: Data Statistik Perikanan Provinsi Lampung, 2004

Gambar 1. Suasana stan ikan di Pasar Menggala pada pagi hari

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

4

Page 5: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Gambar 2. Pemasaran produk ikan olahan di Jalan Lintas Sumatera di sekitar Cakat

Nyenyek, Kabupaten Tulang Bawang

Masuknya invasive alien spesies, seperti ikan nila ataupun ikan bawal air tawar (red

paccu), dapat menyebabkan hilangnya spesies asli, dan selanjutnya menurunnya

keanekaragaman ikan yang ada. Pemasukan (introduksi) jenis ikan baru ke dalam suatu

perairan umum dapat merubah struktur populasi ikan yang ada dan dapat menimbulkan

persaingan dalam hal pakan dan daerah pemijahan serta mungkin dapat pula

menggoyahkan stabilitas, sehingga daya tangkal secara alami terhadap suatu perubahan

akan terganggu dan populasi ikan di daerah tersebut mudah terserang penyakit. Ikan

yang diintroduksi juga dapat berperan sebagai vektor atau pembawa penyakit. Oleh

karena itu, usaha introduksi suatu jenis ikan baru ke dalam suatu perairan yang tadinya

tidak terdapat ikan tersebut harus direncanakan dan dikaji secara mendalam agar

penambahan unsur baru ke dalam stok ikan yang sudah kompleks dan sukses tidak

menyebabkan keseimbangan yang ada terganggu.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

5

Page 6: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Gambar 3. Ikan bawal air tawar dan nila yang berpotensi sebagai invasive alien

spesies banyak tertangkap di perairan umum di Tulang Bawang.

4. KERAGAAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN RAWA

Keragaan pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan rawa-rawa di Kabupaten Tulang

Bawang mengalami penurunan. Hal ini dapat diketahui dari data Dinas Kelautan dan

Perikanan tentang perkembangan rumah tangga/perusahaan perikanan (RTP) dan upaya

penangkapan tahun 2000-2004. Penurunan RTP ini kemungkinan besar disebabkan

rendahnya produksi ikan rawa-rawa. Walaupun RTP pada tahun 2004 mengalami

penurunan yang relatif kecil (13%) dari tahun 2000, namun upaya penangkapan (trip)

justru mengalami penurunan drastis. Dari 744.670 trip pada tahun 2000 menjadi hanya

66.488 trip pada tahun 2003 dan 92.856 trip pada tahun 2004. Data ini

mengindikasikan banyaknya RTP yang tidak beroperasi atau mengurangi operasi

penangkapan mereka. Banyak faktor yang menjadi penyebab penurunan operasi

penangkapan ikan, namun penyebab utama diduga karena sudah semakin menurunnya

sumberdaya ikan yang ada.

Tabel 3. Perkembangan rumah tangga/perusahaan perikanan (RTP) dan upaya penangkapan ikan (trip) di perairan rawa-rawa di Kabupaten Tulang Bawang selama 2000-2004

Tahun RTP Upaya penangkapan (trip) 2000 1.119 744.670 2001 1.419 581.025 2002 1.332 242.309 2003 1.042 66.488 2004 972 92.856

Sumber: Data Statistik Perikanan Provinsi Lampung, 2000-2004

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

6

Page 7: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Berdasarkan data tahun 2004 diketahui bahwa rumah tangga/perusahaan (RTP)

perikanan perairan rawa di Kabupaten Tulang Bawang sebagian besar masih bersifat

tradisional dan dilakukan tanpa menggunakan perahu. Sekitar 53,1% atau 516 RTP

melakukan kegiatan penangkapan ikan tanpa menggunakan perahu; sedangkan 454 RTP

(46,7%) menggunakan perahu yang tidak dilengkapi dengan motor. Tercatat hanya 2

RTP yang menggunakan perahu bermotor tempel.

Tabel 4. Jumlah rumah tangga/perusahaan perikanan rawa di Kabupaten Tulang

Bawang tahun 2004

No. Rumah Tangga/Perusahaan (RTP) Jumlah Persentase 1. Tanpa perahu 516 53.1 2. Jukung (tanpa motor) 150 15.4 3. Perahu papan kecil (tanpa motor) 192 19.8 4. Perahu papan sedang (tanpa motor) 70 7.2 5. Perahu papan besar (tanpa motor) 42 4.3 6. Perahu dg motor tempel 2 0.2

Total 972 100 Sumber: Data Statistik Perikanan Provinsi Lampung, 2004

Gambar 4. Perahu jukung yang banyak digunakan oleh masyarakat setempat untuk

menangkap ikan (Lokasi: Rawa Bakung)

Jenis-jenis alat tangkap yang digunakan sebagian besar juga masih bersifat tradisional.

Umumnya masyarakat setempat menggunakan pancing dan bubu untuk menangkap ikan

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

7

Page 8: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

di rawa-rawa. Kedua jenis alat tangkap ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan

alat tangkap lainnya. Selain biayanya murah, alat tangkap tersebut mudah dioperasikan

(praktis). Bubu yang banyak digunakan oleh masyarakat setempat umumnya terbuat

dari bambu. Bahan tersebut mudah diperoleh di sekitar tempat tinggal mereka. Cara

pengoperasiannya juga relatif mudah, yaitu dengan meletakkan bubu pada daerah

penangkapan ikan selama 2-3 hari. Ikan-ikan yang terperangkap dalam bubu tidak

mudah menemukan jalan keluar, sehingga mudah ditangkap. Jenis alat tangkap lainnya

adalah jaring insang tetap, anco, rawai dan jermal.

Tabel 5. Jenis dan jumlah alat tangkap yang digunakan dalam pemanfaatan sumber-

daya ikan rawa di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2004

No. Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit) Persentase (%) 1. Jaring insang tetap 99 7.06 2. Anco 15 1.07 3. Rawai 11 0.78 4. Pancing 560 39.94 5. Jermal 15 1.07 6. Bubu 483 34.45 7. Lainnya 219 15.62

Total 1.402 100 Sumber: Data Statistik Perikanan Provinsi Lampung, 2004

5. KONDISI SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA MASYARAKAT

Berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk 2000-2005, jumlah penduduk Kabupaten Tulang

Bawang tahun 2005 sebesar 743.945 orang. Dari jumlah penduduk tersebut, sebanyak

390.158 atau 52,44% berkelamin laki-laki; sedangkan sisanya, yaitu 47,56% atau

sebanyak 353.787 orang berkelamin perempuan. Dengan luas wilayah sebesar 777.084

ha, berarti kepadatan penduduknya mencapai 96 jiwa per km2.

Profil kependudukan di beberapa kecamatan yang menjadi kajian studi disajikan pada

Tabel 6. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Tulang Bawang Tengah;

sedangkan yang terendah adalah di Pagar Dewa.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

8

Page 9: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Tabel 6. Jumlah penduduk dan kepadatan di beberapa kecamatan lokasi studi

No. Kecamatan Luas (ha) Jumlah pddk (jiwa)

Kepadatan /km2

1. Menggala 65.998,6 49.053 74 2. Tulang Bawang Tengah 26.989 71.198 264 3. Pagar Dewa 13.328 4.459 33 4. Gedung Aji 28.622 23.026 80 5. Penawar Aji 10.950 16.936 155 6. Gedung Meneng 47.165 68.518 145

Sumber: Lampung dalam Angka 2004/2005

Mengetahui tingkat kepadatan penduduk ini sangat bermanfaat untuk dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam memprediksi tingkat intensitas penduduk terhadap

lahan. Dalam pengelolaan sumberdaya alam, termasuk juga rawa-rawa, jika di suatu

wilayah jumlah kepadatan penduduknya masih jarang, maka kemungkinan intensitas

pemanfaatan sumberdaya alamnya juga rendah. Sehubungan dengan pelaksanaan

kegiatan reservat perikanan, maka calon lokasi yang berada pada wilayah dengan

tingkat kepadatan penduduk yang rendah dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih.

Sebagai daerah agraris, sebagian besar masyarakat yang tinggal di lokasi kajian

memiliki mata pencaharian di bidang pertanian dan perkebunan. Beberapa jenis

komoditas pertanian yang ditanam oleh masyarakat adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi

jalar, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau. Kegiatan perkebunan rakyat

meliputi jenis-jenis komoditas kopi, karet, dan kelapa.

Selain kegiatan pertanian, aktivitas penangkapan dan budidaya ikan juga dilakukan.

Umumnya masyarakat membudidayakan berbagai jenis ikan, seperti nila, patin, dan lele

dumbo dalam karamba apung yang terbuat dari bambu (cage). Beberapa di antaranya

bahkan membudidayakan ikan-ikan lokal, seperti gabus, toman, dan tambakan, yang

benihnya mereka peroleh dari alam. Kegiatan perikanan ini dapat dilakukan sepanjang

tahun, namun intensitasnya menurun saat musim kemarau.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

9

Page 10: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Gambar 5. Keramba yang tidak dioperasikan saat musim kemarau

(Lokasi: Rawa Bakung, September 2006)

6. KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG RESERVAT PERIKANAN

Dari seluruh luas perairan umum yang ada di Indonesia, baru sebagian kecil saja yang

dimanfaatkan sebagai reservat yang lokasinya tersebar di beberapa daerah di Indonesia.

Pembinaan reservat yang telah dilakukan di beberapa daerah masih terbatas pada

perlindungan pada musim pemijahan atau pada waktu air surut, restocking, dan

pengendalian gulma air; sedangkan binaan untuk pengembangan kegiatan yang lain,

seperti penetapan zonasi, peningkatan fungsi dan peranan reservat masih belum

dilakukan. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya kendala dan keterbatasan yang

dihadapi oleh masing-masing daerah.

Kebijakan pemerintah dalam melakukan kegiatan reservat di berbagai daerah pada

dasarnya telah jelas dinyatakan dalam UU Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4),

yaitu:

• Ayat (3): menekankan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya, dikuasai oleh Negara dan dimanfaatkan sebesarnya-besarnya untuk

kemakmuran rakyat.

• Ayat (4): menekankan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan antara

lain berdasarkan atas prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

10

Page 11: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Adapun undang-undang dan peraturan-peraturan lainnya yang menjadi dasar dalam

pengelolaan lahan basah (termasuk rawa-rawa) untuk kegiatan reservat, antara lain

adalah:

• UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Antara lain

berisi tentang asas, tujuan dan sasaran; hak, kewajiban, dan peran masyarakat;

wewenang pemerintah; upaya pelestarian fungsi; serta tata-cara penyeselesaian

sengketa dan penyidikan kasus-kasus mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

• UU No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB mengenai

Keanekaragaman Hayati (United Nations Convention on Biological

Diversity/CBD): Mengesahkan Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman

Hayati yang antara lain berisi tentang tindakan umum bagi konservasi dan

pemanfaatan secara berkelanjutan; identifikasi dan pemantauan keanekaragaman

hayati; serta pengkajian dampak dan pengurangan dampak yang merugikan.

• UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang: Mengatur hal-hal yang

berkenaan dengan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang

(termasuk pemanfaatan ruang kawasan lindung); yang antara lain bertujuan

untuk meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan mencegah timbulnya

dampak negatif terhadap lingkungan.

• UU No. 5 Tahun 1990 tentang Pelestarian Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya: Mengatur hal-hal yang berkenaan dengan usaha perlindungan

seperti perlindungan sistem penyangga, pengawetan keanekaragaman jenis,

aktivitas apa saja yang dilarang, dan sanksi-sanksi bagi pelanggarnya.

• UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan: Mengatur hal-hal yang berkenaan

dengan pengelolaan, pemanfaatan, dan pengawasan sumberdaya ikan termasuk

habitatnya

• UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air: Undang-undang ini

menegaskan bahwa sumber daya air harus dikelola secara menyeluruh, terpadu,

dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan

sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

11

Page 12: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Sumberdaya air juga memiliki fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi

sehingga pengelolaannya harus dilakukan secara seimbang.

• PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar :

Mengatur masalah pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar, yang antara lain

meliputi: pengkajian, penelitian, pengembangan, penangkapan, perburuan,

perdagangan, peragaan, pertukaran, budidaya tanaman obat-obatan,

pemeliharaan untuk kesenangan, pengiriman dan pengangkutan, serta sanksi.

• PP No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian

Alam: antara lain berisi tentang definisi, asas, tujuan, serta kriteria Kawasan

Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; pengawetan keanekaragaman jenis

tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; serta pemanfaatan sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya (kecuali pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa serta

kegiatan kepariwisataaan di zona pemanfaatan).

• PP No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai: Antara lain berisi tentang penguasaan

sungai; fungsi sungai; wewenang dan tanggung jawab pembinaan; perencanaan

sungai, pembangunan bangunan sungai; eksploitasi dan pemeliharaan sungai dan

bangunan sungai; pembangunan, pengelolaan, dan pengamanan waduk;

pengamanan sungai dan bangunan sungai; kewajiban dan larangan; pembiayaan;

serta ketentuan pidana.

• PP No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa: Lingkup pengaturan rawa dalam Peraturan

Pemerintah ini adalah penyelenggaraan konservasi rawa yang meliputi

perlindungan, pengawetan secara lestari dan pemanfaatan rawa sebagai

ekosistem sumber air.

• Keppres No.48 Tahun 1991 mengenai Pengesahan Convention on Wetlands of

International Importance Especially as Waterfowl Habitat : Konvensi ini berisi

tentang ketentuan konservasi lahan basah dan situs-situs lahan basah yang

mempunyai kepentingan internasional. Pada pengesahan tersebut Pemerintah RI

telah mengajukan Taman Nasional Berbak di Jambi sebagai lahan basah yang

memiliki nilai penting secara internasional untuk dilindungi.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

12

Page 13: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

• Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung :

Menerangkan tentang ruang lingkup kawasan lindung; pokok kebijaksanaan

kawasan lindung (meliputi kriteria jenis-jenis kawasan lindung dan tujuan

perlindungannya); tata cara penetapan kawasan lindung; serta upaya

pengendalian kawasan lindung.

• Keppres No. 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Konvensi Internasional

mengenai Perdagangan Spesies Flora dan Fauna yang Terancam Punah

(Convention on International Trade of Endangered Species of wild Plants and

Animals/ CITES): Berisi tentang pembatasan, pelarangan, dan pemantauan

terhadap jenis flora dan fauna (terutama yang terancam punah). Konvensi ini

terdiri dari tiga lampiran; Lampiran 1 berisi tentang kategori spesies yang

terancam punah yang kemungkinan besar disebabkan karena adanya

perdagangan spesies tersebut; Lampiran II berisi tentang daftar semua spesies

yang masuk dalam kategori tidak benar-benar terancam punah, namun akan

menjadi terancam jika perdagangan spesiesnya tidak dikontrol dengan ketat; dan

Lampiran III berisi tentang kategori spesies di mana suatu negara

menganggapnya perlu untuk diatur dalam yurisdiksinya dengan tujuan

mencegah atau membatasi eksploitasi.

Sehubungan dengan kegiatan reservat di Indonesia, beberapa contoh reservat yang ada

disajikan pada Tabel 7. berikut.

Tabel 7. Beberapa contoh reservat yang ada di Indonesia

No. Provinsi/lokasi Luas (ha) Kepentingan 1. Kalimantan Timur:

• Danau Jempang • Danau Semayang • Danau Melintang • Danau Tempatung • Danau Gnayam

15.000 13.000 11.000 1.300

900

Perlindungan ikan pesut Perlindungan ikan pesut Perlindungan ikan pesut Perlindungan ikan pesut Perlindungan ikan pesut

2. Kalimantan Tengah: • Danau Lagon • Danau Rangkas • Danau Kitang • Danau Limus • Danau Bulan • Danau Bintang • Danau Botong • Danau Maso Ruyan

100 35 30 30 25 20 10 10

Perlindungan Arowana Perlindungan Arowana Perlindungan Arowana Perlindungan Arowana Perlindungan Arowana Perlindungan Arowana Perlindungan Arowana Perlindungan Arowana

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

13

Page 14: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

3. DI Aceh: • Danau Laut Air Tawar

700

Perlindungan ikan endemik

4. Sumatera Utara • Danau Toba

113.000

Perlindungan ikan batak dan remis toba

5. Sumatera Barat: • Danau Singkarak • Danau Diatas • Danau Dibawah • Danau Maninjau

11.000 3.600 1.200

900

Perlindungan ikan selusur maninjau dan bilih Perlindungan ikan selusur maninjau dan bilih Perlindungan ikan selusur maninjau dan bilih Perlindungan ikan selusur maninjau dan bilih

6. Sumatera Selatan: • Danau Ranau • Lebung Lampan • Teluk Rasau • Danau Raya • Danau Ulak Lia • Lebung Karangan

6.000 1.200

180 100 30 22

Perlindungan ikan Arowana Perlindungan ikan Arowana Perlindungan ikan Arowana Perlindungan ikan Arowana Perlindungan ikan Arowana Perlindungan ikan Arowana

7. Jambi: • Danau Kerinci

6.000

Perlindungan ikan Arowana, botia, semah dan hampal

8. Sulawesi Selatan: • Komplek Danau Tempe

15.000

Perlindungan ikan endemik

9. Sulawesi Utara: • Danau Limboto • Danau Tondano • Danau Moat

6.000 6.000

960

Perlindungan ikan Payangka Perlindungan ikan Payangka Perlindungan anguilla

10. NTB: • Danau Taliwang

856

Perlindungan ikan endemik

Sumber: Ditjen Perikanan (1997)

Beberapa daerah di Indonesia hingga saat ini telah menambah jumlah reservat yang

dimilikinya. Hal ini tidak terlepas dari peranan Departemen Kelautan dan Perikanan RI

yang terus berupaya untuk mewujudkan keberadaan kawasan konservasi di perairan

umum. Sebagai contoh, Kalimantan Timur telah menambah areal reservat dengan

sedikitnya sebelas danau yang dikonservasi. Sebelas danau yang menjadi suaka ikan itu

adalah Danau Batu Bumbun, Loa Kang, Teluk Kademba, Teluk Berduit, Teluk Selimau,

Ngayan, Danau Padam Api, Tanah Liat, Gab, Sungai Batangan Muntai, serta Danau

Jantur Malang. Dalam kondisi baik, danau reservat itu bisa menjadi tempat

perlindungan ikan pada saat kemarau ekstrem yang mengeringkan air tiga danau utama.

Reservat yang berupa cekungan dalam biasanya masih terisi air pada saat kemarau.

Di Provinsi Kalimantan Selatan setidaknya terdapat 31 daerah suaka perikanan yang

baru. Daerah suaka perikanan tersebut adalah: 2 lokasi di Tapin-di antaranya di Rawa

Muning, 1 lokasi di Hulu Sungai Selatan-yaitu di Danau Bangkau, 11 lokasi di Hulu

Sungai Tengah-di antaranya di Panalatan, 15 lokasi di Hulu Sungai Utara-di antaranya

di Banyu Hirang dan Danau Panggang, 11 di Tabalong-di antaranya di Undalan Sungai

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

14

Page 15: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Talan, dan satu lokasi di Banjar-yaitu di Alalak Padang. Selain kegiatan restocking dan

budidaya, Kalsel juga menjanjikan konservasi ikan lokal dengan manajemen

penangkapan yang lestari. Di beberapa tempat kelompok petani sudah menjalankan

manajemen penangkapan ikan dengan kaidah lestari. Saat kemarau, penangkapan di

beberapa tempat harus dicegah agar ikan-ikan tidak semuanya diambil. Pada musim

hujan terutama saat ikan memijah, masyarakat juga dilarang untuk menangkap ikan

tersebut,baik ikan indukan maupun anakannya. Di masa mendatang, konservasi ikan

lokal memang akan melibatkan masyarakat secara partisipatif untuk menjaga habitat

ikan yang menjadi sumber penghasilan masyarakat. Di beberapa tempat Sistem

Pengawasan Masyarakat (Siswamas) ini sudah berjalan. Walaupun Kalsel telah

menyiapkan program tersebut, hingga kini belum ada perangkat aturan yang bisa

dijadikan regulasi perikanan. Semua kebijakan yang terkait manajemen penangkapan

ikan masih berupa imbauan. Hanya penyetruman ikan dan penggunaan potas yang

mungkin bisa dijerat hukum; sementara menangkap ikan yang sedang memijah,

menangkap anakan ikan, dan menangkap ikan di bawah ukuran standar belum bisa

diproses. Larangan menangkap ikan lokal di daerah tertentu dan pada waktu tertentu

pun secara regulasi juga belum jelas diatur.

Di Provinsi Jambi hingga tahun 2005 terdapat 19 suaka perikanan yang ditetapkan oleh

DKP, antara lain: Danau Teluk Kenali (Kota Jambi) untuk suaka ikan baung, lambak,

betutu, dan udang; Lubuk Teluk Kayu Putih (Kabupaten Tebo) ditetapkan sebagai suaka

ikan arwana silver, botia, baung, dan lampam; Lubuk Batu Taman Ciri (Kabupaten

Merangin) dijadikan suaka ikan semah, lampam, nilem, dan sebarau; Lubuk Manik

(Kabupaten Bungo), Lubuk Sahab (Kerinci), kawasan laut Sungai Dualap (Tanjabar)

untuk suaka udang, kepiting, dan kakap; serta laut di Desa Lambur Lestari. Kenyataan

di lapangan, jumlah suaka perikanan jauh lebih besar dari yang ditetapkan, karena

banyak desa menjadikan sungai atau danau di desanya sebagai lubuk larangan.

Kawasan suaka dibagi tiga, yaitu zona inti, penyangga, dan ekonomi. Ikan di zona inti

selamanya tidak boleh ditangkap, di zona penyangga ditangkap sekali dua tahun, sedang

di zona ekonomi, ikan boleh ditangkap dua kali setahun, bahkan ada yang melelang.

Di Provinsi Lampung hingga tahun 2006 belum ada kawasan yang ditetapkan sebagai

daerah reservat di perairan umum. Mengingat rawa-rawa di sepanjang DAS Tulang

Bawang menyimpan sejumlah besar potensi ikan-ikan ekonomis penting, maka perlu

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

15

Page 16: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

dipertimbangkan adanya suatu kawasan reservat. Dalam kaitannya dengan pengelolaan

dan pemanfaatan rawa-rawa ataupun perairan umum lainnya di wilayah Provinsi

Lampung, Pemerintah Provinsi Lampung telah mengeluarkan Surat Keputusan

Gubernur No.G/132/B.III/HK/1973 tertanggal 9 Juli 1973 tentang Peraturan Pelelangan

Lebak Lebung dan Muara Sungai/Kuala Sungai dalam Daerah Propinsi Lampung. Surat

Keputusan Gubernur ini pada dasarnya bertujuan untuk melindungi sumberdaya ikan

untuk dapat dikelola dengan baik dan dimanfaatkan secara bijaksana, sehingga tidak

menimbulkan kemerosotan produksi ikan dan memperkecil income pemerintah.

Dalam SK Gubernur tersebut jga dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:

• Semua lebak lebung/muara sungai/kuala sungai dan yang sejenis yang berada

dalam daerah Provinsi Lampung yang dapat dijadikan tempat penangkapan dan

pemeliharaan ikan dikuasai langsung oleh dan dijadikan sumber penghasilan

daerah Provinsi Lampung.

• Yang ditetapkan sebagai lebak lebung/muara sungai/kuala sungai Kenegerian

adalah:

o Semua lebak lebung yang dari semula pengurusannya telah dikoordinir

oleh Kenegerian.

o Semua lebak lebung yang diusahakan oleh rakyat yang berada di sekitar

100 (seratus) meter jaraknya dari lebak lebung Kenegerian.

o Semua muara sungai/kuala sungai dalam Daerah Provinsi Lampung.

• Ijin pengusahaannya melalui pelelangan yang pelaksanaannya dilakukan oleh

suatu panitia pelelangan yang terdiri dari camat (ketua), mantri perikanan

(anggota), serta pamong desa dan staf (anggota).

• Hak penguasaan lebak lebung/muara sungai/kuala sungai untuk masa 1 (satu)

tahun.

• Pengawasan atas pengusahaan lebak lebung dilakukan oleh Dinas Perikanan dan

Camat setempat.

• Hasil pelelangan lebak lebung dipungut oleh camat sebagai bendaharawan

penerima, dengan ketentuan:

o 10% untuk administrasi dan panitia pelelangan

o 10% untuk pembinaan/pemeliharaan lebak lebung

o 30% untuk pembangunan kampung

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

16

Page 17: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

o 25% untuk Daerah Tingkat II

o 25% untuk Daerah Tingkat I

Terkait dengan pencegahan kegiatan penangkapan ikan yang merusak, khususnya

penggunaan racun dan arus listrik (strum ikan), pemerintah Kabupaten Tulang Bawang

melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Tulang Bawang telah membentuk Kelompok

Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Gattau Tejang Wilayah Menggalau, Bakung,

Gedung Aji dan Penawar dengan SK tertanggal 23 Desember 2003. Selain itu

himbauan agar masyarakat tidak melakukan illegal fishing tersebut juga kerap

dilakukan, antara lain dengan memasang papan himbauan yang tersebar di beberapa

desa. Penegakkan hukum juga dilakukan terhadap pelaku pelanggaran. Beberapa

pelaku telah diproses secara hukum.

Gambar 6. Himbauan agar masyarakat tidak menggunakan alat tangkap yang merusak

7. PENELITIAN SEBELUMNYA : KONSERVASI BURUNG AIR

Pada bulan Maret-Mei 1994 telah dilakukan penelitian oleh Noor dkk di sekitar rawa-

rawa di Kabupaten Tulang Bawang yang meliputi areal rawa Cakat Raya, Pacing,

Sungai Bakung dan Rawa Bakung, Way Pedada, rawa-rawa di sebelah tenggara Gedung

Aji, Bawang Belimbing, Bawang Lambu Purus, Rantau Kandis, dan RawaTenuk.

Penelitian ini merupakan kelanjutan survei sebelumnya (tahun 1993) untuk meneliti

koloni burung-burung air yang terdapat di sepanjang Sungai Tulang Bawang, terutama

di Rawa Pacing dan Rawa Tenuk. Penelitian yang dilakukan oleh Noor dkk (1994)

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

17

Page 18: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

bertujuan untuk menilai tingkat kepentingan kedua rawa tersebut untuk kegiatan

konservasi, khususnya yang berkaitan dengan pelestarian burung-burung air.

Berdasarkan hasil penelitian Noor dkk. (1994), disebutkan bahwa rawa-rawa di sekitar

DAS Tulang Bawang tersebut merupakan wilayah yang memenuhi kriteria Konvensi

Ramsar sebagai wilayah pelestarian lahan basah, yaitu:

1. Lokasi ini terutama merupakan contoh yang baik sebagai areal lahan basah

alami atau mendekati alami, yang khas untuk suatu wilayah biogeografi.

Rawa Pacing, Rawa Bakung, Rawa Tenuk dan Rawa Gelam sebagai satu

kesatuan ekosistem merupakan contoh yang baik dari habitat limpasan banjir

pinggir sungai dengan rawa-rawa yang ditumbuhi oleh rumput Phragmites dan

gelam (Malaleuca cajuputi) di Sumatera. Lokasi ini mungkin juga merupakan

areal yang paling penting untuk tipe rawa sejenis yang saat ini masih tersisa di

Sumatera.

2. Lokasi ini memiliki nilai penting bagi masyarakat sekitarnya dalam hal

penyediaan makanan.

Rawa-rawa di daerah penelitian memiliki nilai penting bagi masyarakat setempat

karena menghasilkan ikan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, baik

sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penambah protein.

3. Lokasi ini menyokong kehidupan sejumlah jenis atau anak jenis tumbuhan atau

hewan yang telah langka (rare), rentan (vulnerable) atau terancam kepunahan

(endangered), atau sejumlah individu dari satu atau lebih jenis-jenis tersebut.

Rawa-rawa di daerah penelitian juga menyediakan habitat penting bagi jenis-

jenis yang terancam kepunahan, rentan dan/atau langka, seperti serati hutan,

jenggot solah/bangau tongtong, lepipi/wilwo, burung jing, dan belibis batu.

4. Lokasi ini mempunyai nilai khusus dalam hal pemeliharaan genetis dan

keragaman ekologis dari wilayah tersebut karena mutu dan keanehan flora dan

faunanya.

Rawa Tenuk dan Rawa Bakung memiliki kepentingan nasional atau bahkan

internasional untuk konservasi lahan basah, karena mendukung kehidupan

sejumlah besar burung-burung air. Koloni berbiak burung air di DAS Tulang

Bawang mewakili salah satu koloni yang terbesar di Indonesia untuk burung

kuntul kecil, kuntul besar, kuntul putih, kowak maling, dan dendang/pecuk ular

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

18

Page 19: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

5. Secara tetap lokasi ini menyokong kehidupan 1% populasi dunia dari suatu

jenis atau anak jenis burung air.

Sekurangnya 53 ekor atau bahkan 81 ekor burung lepipi ditemukan di daerah

rawa Tulang Bawang. Perkiraan jumlah populasi burung ini di seluruh dunia

adalah tinggal 6000 ekor (Rose, et.al., 1994).

Selain memenuhi kriteria Konvensi Ramsar tersebut, peneliti juga menyimpulkan

bahwa setidaknya terdapat beberapa faktor penting lainnya yang menjadi pertimbangan

untuk konservasi, yaitu:

1. Merupakan habitat penting untuk berbiaknya jenis-jenis burung pemangsa,

seperti elang laut perut putih, elang bondol, Spizaetus cirrhatus, dan

Ichtyophaga ichtyaetus.

2. Merupakan habitat penting untuk perikanan

Rawa-rawa di daerah penelitian menyokong perikanan bagi penduduk setempat

dalam jumlah yang sangat banyak, baik dalam jenis maupun jumlah panen,

sehingga memberikan sumbangan yang tak ternilai bagi pendapatan penduduk

setempat. Dalam hal konservasi, peneliti menyatakan bahwa tidak terdapat

konflik antara kegiatan perikanan dan konservasi.

3. Memiliki pemandangan yang khas sebagai suatu areal lahan basah, sehingga

berpotensi sebagai daerah tujuan wisata.

Selanjutnya Noor dkk (1994) menyarankan agar Rawa Tenuk, Rawa Bakung, Rawa

Bungur, Bawang Belimbing dan Bawang Lambu Purus ditetapkan sebagai suaka

margasatwa, dan lokasi koloni berbiak burung air di Rawa Pacing dan Rantau Kandis

ditetapkan sebagai cagar alam. Langkah-langkah segera harus diambil untuk

penetapan Rawa Tenuk dan Rawa Bakung, berhubung tingginya tekanan untuk

pengembangan rawa di DAS Tulang Bawang serta gencarnya pembangunan di sekitar

Rawa Bakung dan Rawa Tenuk. Dengan mempertimbangkan kadar kegiatan yang

sedang berlangsung di daerah usulan, maka status yang dirasakan memadai adalah

suaka margasatwa. Status yang lebih ketat (cagar alam) harus ditujukan terhadap lokasi

Pacing Raya dan lokasi yang berdekatan serta koloni di Rantau Kandis untuk mencegah

timbulnya gangguan. Usulan daerah lindung tersebut merupakan ekosistem rawa yang

kompak, memanjang dari Rawa Pacing di utara sampai Rawa Tenuk di selatan dan

Bawang Belimbing di barat (Gambar 7). Usulan daerah lindung akan mencakup areal

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

19

Page 20: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

20

seluas 13.600 ha meliputi rawa limpasan banjir di Kabupaten Menggala, dengan

perincian sebagai berikut:

• Suaka margasatwa: 12.100 ha

• Cagar alam Rawa Pacing: 600 ha

• Cagar alam Rantau Kandis: 900 ha.

8. KAJIAN CALON LOKASI RESERVAT PERIKANAN

Sebelum dilakukan survei lapangan dalam rangka kegiatan Kajian Calon Kawasan

Reservat Di Kabupaten Tulang Bawang, terlebih dahulu tim berkoordinasi dengan

Dinas Kelautan dan Perikanan Tulang Bawang. Berdasarkan masukan, saran dan

informasi lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, maka survei

dilaksanakan di rawa-rawa yang terdapat di sekitar Kecamatan Gedung Aji, Menggala,

dan Pagar Dewa. Rawa Pacing (Kecamatan Gedung Aji) menjadi salah satu lokasi yang

disurvei dengan pertimbangan bahwa rawa tersebut sebelumnya telah diusulkan menjadi

kawasan cagar alam oleh Noor dkk. (1994). Rawa Bakung (Kecamatan Menggala) dan

Bawang Lambu (Kecamatan Pagar Dewa) juga disarankan oleh DKP Tulang Bawang

untuk dikaji, karena saat musim kemarau ini masih menyisakan air. Informasi lainnya

juga diperoleh tim survei bahwa sebagian besar rawa-rawa di Kabupaten Tulang

Bawang saat ini mengalami kekeringan dan berubah menjadi padang rumput yang luas.

Survei lapangan yang dilakukan pada saat musim kemarau sangat menguntungkan bagi

tim survei karena dapat diketahui kondisi perairan (kuantitas air) rawa-rawa yang

disurvei. Selain itu, akses menuju rawa-rawa juga lebih mudah dilalui oleh kendaraan

bermotor. Beberapa rawa yang telah diusulkan sebagai daerah konservasi oleh Noor,

dkk. (1994) mengalami kekeringan dan hanya tersisa sedikit air. Kondisi ini dialami

oleh Rawa Tenuk, Rawa Bakung, dan Rawa Lambu Purus; sedangkan Rawa Pacing,

Rawa Gelam, dan Rawa Meraksa yang terletak di Kecamatan Gedung Aji, masih

menyisakan air dengan kedalaman berkisar antara 0,5-1 m di beberapa tempat yang

terdalam dengan sebaran yang relatif kecil. Demikian juga halnya dengan Rawa Bungur,

Bawang Belimbing dan Bawang Purus. Semua rawa-rawa tersebut sebagian besar

arealnya berubah menjadi daratan dan ditumbuhi oleh rerumputan yang disebut rumput

suket oleh masyarakat sekitarnya.

Page 21: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

21

Gambar 7. Usulan kawasan konservasi oleh Noor, dkk. (1994)

Page 22: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Menurut Komnas Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah (2004), tipe rawa jenis ini

memang didominasi oleh herba akuatik dan mempunyai badan air yang relatif terbuka.

Rawa ini merupakan contoh rawa yang tidak berhutan. Sebagian kalangan

menggolongkan rawa herba yang tidak berhutan sebagai danau. Rawa herba/berumput

adalah kawasan yang subur dan dipercaya mempunyai keanekaragaman biota perairan

yang tinggi. Species tanaman herba yang terdapat di rawa tersebut, menurut Giesen dan

Sukotjo (1991), dapat mencapai 600 species.

RAWA TENUK RA Rawa Tenuk WRawa Tenuk Rawa Bakung

Rawa Pacing Rawa Bawang

Gambar 8. Beberapa rawa di Tulang Bawang yang mengalami kekeringan saat survei

Bagian rawa yang masih terdapat air di Rawa Tenuk, Rawa Bakung dan Rawa Bawang

adalah Way Bakung. Way Bakung merupakan sungai yang menghubungkan ketiga

rawa tersebut. Saat ini sungai tersebut masih menyisakan sedikit air dengan kualitas

yang rendah dan berlumpur, sehingga aktivitas budidaya ikan oleh masyarakat setempat

sangat berkurang. Banyak karamba ikan milik masyarakat yang tidak dioperasikan dan

hanya diletakkan di pinggir sungai.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

22

Page 23: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Kondisi yang agak berbeda ditemukan di Bawang Lambu (Kecamatan Pagar Dewa)

yang masih menyisakan sejumlah besar air. Dengan luas sekitar 50 ha, Bawang Lambu

masih menyisakan genangan air yang cukup luas dengan kedalaman air di lokasi yang

terdalam (bagian tengah) sekitar 1,5-2 m. Kondisi Bawang Lambu cukup terawat dan

tidak ditumbuhi oleh tanaman herba dan rerumputan seperti halnya di Rawa Pacing

ataupun rawa-rawa lainnya.

Gambar 9. Bawang Lambu yang masih menyisakan air cukup banyak di saat perairan

lainnya mengalami kekeringan.

Bawang Lambu yang terletak di Kampung Pagar Dewa, Kecamatan Pagar Dewa, secara

adat merupakan milik Marga Tegamoan Pagar Dewa. Pengelolaan dan pemanfaatan

ikan-ikan yang ada di Bawang Lambu mengikuti ketentuan peraturan pelelangan lebak

lebung sesuai dengan SK Gubernur No.G/132/B.III/HK/1973. Masa penguasaan

bawang oleh pemenang pelelangan berlaku selama satu tahun, yang dimulai pada bulan

Januari hingga akhir Desember. Pada tahun 2006 Bawang Lembu dilelang dengan nilai

10 juta rupiah. Berdasarkan keterangan Bpk. Zainuri, staf DKP Tulang Bawang,

pemenang lelang sebagai pihak yang memanfaatkan Bawang Lambu masih terikat

aturan dalam menangkap ikan, misalnya tidak boleh menangkap ikan dengan

menggunakan bahan beracun ataupun arus listrik. Demikian pula halnya dengan

ketentuan penangkapan ikan yang menggunakan jaring harus dilakukan 50 m dari tepi

bawang. Menurut Bpk Najamuddin, nelayan setempat yang dijumpai saat survei, hasil

perikanan yang dapat dimanfaatkan oleh pengelola bawang dapat mencapai 40-50 ton

per tahun. Jenis-jenis ikan yang dominan tertangkap adalah gabus, toman, tawes,

seluang, baung, lais, tembakang, dan sepat. Beberapa ikan hias, seperti botia, ikan

sumatera, ikan hitam, dan ikan tikus, juga kerap tertangkap. Ikan arwana (kelesau)

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

23

Page 24: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

sudah jarang tertangkap sejak tahun 1990, bahkan saat ini di Bawang Lambu diduga

sudah tidak ada lagi.

Tabel 8. Kualitas fisika kimia air Bawang Lambu (September 2006)

No Parameter Satuan Baku Mutu Hasil 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6

FISIKA Temperatur TDS TSS Kekeruhan KIMIA pH DO BOD5Phospat Sulfat Nitrat

0 C

mg/l mg/l NTU

-

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

Suhu udara ± 3

1000 400 ---

6-9 3 6 1

--- 20

30,5 25 396 120

6,08 4,8 90

0,241 50

0,435

Sumber : Baku mutu kelas III. PP. No.82 Tahun 2001 tgl 14 Desember 2001

Dari hasil analisis kualitas air Bawang Lambu (Tabel 8) diketahui bahwa kualitas air di

perairan tersebut relatif masih baik, kecuali untuk beberapa parameter nilainya melebihi

baku mutu, yaitu BOD5. Nilai BOD5 di Bawang Lambu 90 mg/l menunjukkan bahwa

setidaknya terdapat sejumlah bahan-bahan organik di perairan tersebut yang didegradasi

secara biologi yang dalam waktu 5 hari membutuhkan oksigen sebanyak 90 ppm.

Untuk suatu perairan rawa-rawa hal ini merupakan sesuatu yang alami, karena di rawa

gambut banyak terdapat materi organik.

Dari hasil pengukuran parameter biologi (plankton dan benthos) diketahui bahwa indeks

Shannon Wiener (H) untuk plankton adalah 2,3; sedangkan untuk benthos adalah 1,9.

Hal ini menunjukkan bahwa skala kategori komunitas plankton di Bawang Lambu

adalah 4 (kategori baik, mantap); sedangkan benthos memiliki skala 3 (kategori sedang,

cukup mantap).

Skoring dilakukan terhadap beberapa rawa-rawa yang dipilih sebagai calon reservat.

Skoring ini meliputi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Hasil penilaian dilakukan

dengan melihat lokasi langsung, informasi dari masyarakat sekitar, serta berdasarkan

kajian-kajian atau penelitian sebelumnya. Hasil skoring disajikan pada Tabel 9.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

24

Page 25: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Tabel 9. Skoring penentuan calon lokasi reservat

BOBOT R. Pacing R. Bakung R. Kandis B.Lambu R. Tenuk R. Meraksa NO. KRITERIA PENILAIAN (B) S SxB S SxB S SxB S SxB S SxB S SxB

1 Kondisi aktivitas penang-kapan perairan umum 2 5 10 5 10 5 10 5 10 3 10 3 6

2 Jarak dengan pemukiman terdekat: 3 5 15 5 15 5 15 3 9 3 15 3 9

3 Kerawanan/ancaman terhadap gangguan lingkungan atau pencemaran perairan: 5 3 15 3 15 3 15 5 25 1 15 1 5

4 Penetapan reservat mengganggu sistem tata air 2 5 10 5 10 5 10 5 10 5 10 5 10

5 Faktor sosial ekonomi masyarakat sekitar 2 5 10 5 10 5 10 5 10 5 10 3 6

6 Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan: 3 3 9 3 9 3 9 5 15 3 9 3 9

7 Pemanfaatan perairan bagi masyarakat dan instansi terkait 2 3 6 3 6 3 6 5 10 3 6 3 6

8 Adanya hukum adat atau peraturan daerah 3 5 15 5 15 5 15 5 15 5 15 5 15

9

Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan yang masih tunduk di bawah hukum adat (hak ulayat). 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3

10 Program pengelolaan perairan oleh pemerintah daerah 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

11 Luas perairan umum 3 3 9 3 9 3 9 3 9 3 9 3 9 12 Keberadaan spesies endemik 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

13 Keanekaragaman spesies akuatik 3 5 15 5 15 5 15 5 15 5 15 3 9

14 Kualitas perairan 3 3 9 3 9 3 9 5 15 3 9 3 9 Total Nilai (S xB) 130 130 130 150 110 100

Keterangan kriteria kesesuaian : 42 - 79 : tidak sesuai 79-116 : agak sesuai 116-153 : sesuai 153-190 : sangat sesuai

Berdasarkan hasil skoring tersebut dapat diketahui bahwa Bawang Lambu memiliki

nilai tertinggi untuk ditetapkan sebagai kawasan reservat. Lokasi lainnya adalah Rawa

Pacing, Rawa Bakung, dan Rantau Kandis. Bawang Lambu memiliki kelebihan

dibandingkan dengan rawa-rawa lainnya, karena pada saat musim kemarau panjang

masih menyisakan air dalam genangan yang cukup luas dan dalam. Selain itu, kondisi

perairan Bawang Lambu juga cukup terawat dengan tidak adanya tumbuhan herba

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

25

Page 26: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

26

ataupun rerumputan yang menutupi permukaan air. Berdasarkan informasi masyarakat

sekitar Kecamatan Gedung Aji dan staf Dinas Kelautan dan Perikanan Tulang Bawang,

Rawa Meraksa memiliki kerawanan terhadap pencemaran yang berasal dari pabrik

industri pertanian yang terletak di sekitar rawa tersebut.

Rawa Pacing dan Rantau Kandis dipilih sebagai calon kawasan reservat juga

berdasarkan pertimbangan penelitian sebelumnya, yang mengusulkan daerah tersebut

sebagai cagar alam. Apabila lokasi yang diusulkan oleh Noor dkk (1994) ditetapkan

sebagai cagar alam, maka di lokasi tersebut juga dapat diterapkan kawasan reservat

untuk perikanan. Berdasarkan informasi Kepala Desa Pacing, umumnya masyarakat

Desa Pacing setuju dengan penerapan daerah konservasi, namun masih ada kawasan

yang dapat mereka gunakan untuk kegiatan mencari ikan. Apabila kawasan reservat

perikanan di Rawa Pacing tidak menempati areal yang sama dengan kawasan

pelestarian untuk burung air, maka lahan rawa-rawa yang dapat digunakan oleh

masyarakat menjadi semakin sempit.

Walaupun pada saat survei lapangan diketahui bahwa Rawa Pacing, Rawa Bakung, dan

Rantau Kandis mengalami penyusutan air yang drastis dan hanya menyisakan genangan

air yang relatif sedikit, namun kejadian kemarau panjang ini diprediksi tidak

berlangsung sepanjang tahun. Berdasarkan informasi Kepala Desa Pacing, kekeringan

yang melanda Rawa Pacing dan sekitarnya seperti saat ini merupakan siklus lima

tahunan. Hal ini juga diperkuat dari data curah hujan di Provinsi Lampung 2001-2004

yang menunjukkan bahwa terjadinya curah hujan < 100 mm pada 4 tahun terakhir

tersebut hanya berlangsung pada bulan-bulan tertentu dan juga masih diselingi oleh

turunnya hujan.

Page 27: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang

27

Gambar 10 Usulan kawasan reservat perikanan di rawa-rawa

Kabupaten Tulang Bawang

Page 28: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

9. PERSEPSI MASYARAKAT

Pada saat dilakukan survei lapangan diperoleh beberapa informasi mengenai

permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh penduduk setempat. Beberapa

permasalahan utama adalah kegiatan illegal fishing yang berupa penangkapan ikan

dengan menggunakan arus listrik (setrum), penangkapan ikan dengan jaring berukuran

mata jaring kecil (waring), penggunaan racun untuk menangkap ikan, dan penangkapan

ikan yang berlebih

Gambar 11. Perolehan informasi dari masyarakat setempat untuk mengetahui persepsi mereka tentang keberadaan reservat perikanan

Berdasarkan hasil pengumpulan angket (kuisioner) mengenai reservat yang

diberikan kepada 35 orang peserta yang berasal dari berbagai lokasi calon reservat

dan sekitarnya, yaitu Rawa Pacing, Rawa Bakung, Bawang Lambu, Rawa Tenuk,

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 28

Page 29: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Cakat Nyenyek, dan Pasar Menggala (khususnya para pedagang ikan), diperoleh

persepsi masyarakat sebagai berikut:

• Umumnya semua responden belum pernah mendengar istilah reservat dan juga

tidak mengetahui pengertian reservat tersebut. (Catatan: Umumnya mereka telah

mengetahui istilah konservasi atau daerah pelestarian untuk perlindungan satwa

tertentu, misalnya burung air).

• Sebagian responden (68,6%) mengetahui manfaat adanya reservat (konservasi

ikan), hanya 31,4% yang tidak mengetahuinya. Responden yang mengetahui

manfaat reservat (kawasan konservasi) hanya mengetahuinya beberapa saja,

misalkan untuk perlindungan ikan-ikan yang hidup di perairan tersebut.

• Sebagian besar responden (88,6%) menyetujui pembentukan kawasan reservat di

sekitar perairan rawa-rawa Tulang Bawang, dan hanya 4 orang yang tidak

menjawab. Umumnya responden beranggapan bahwa dengan adanya kawasan

yang dilindungi, terutama dari aktivitas illegal fishing, maka produksi perikanan

dapat meningkat.

• Beberapa masukan yang diperoleh untuk pembuatan peraturan saat diterapkannya

kawasan reservat, dapat diketahui dari hasil kuisioner ini. Beberapa di antaranya

adalah:

o 71,4% responden (25 orang) setuju adanya larangan menangkap ikan dengan

semua jenis alat tangkap di sekitar zona inti. Responden yang tidak setuju

beranggapan bahwa penangkapan ikan dapat saja dilakukan di areal tersebut,

asalkan dibatasi ataupun larangan hanya diberlakukan pada alat tangkap yang

merusak saja.

o 65,7% responden setuju adanya larangan untuk melintasi zona inti dengan

perahu dengan alasan dapat mengganggu reservat; namun 24,3% responden

tidak setuju karena khawatir mereka harus memutar arah dan rute/jalur

perahu akan lebih jauh.

o 82,8% responden setuju adanya larangan berenang di sekitar zona inti.

o 65,7% responden setuju adanya larangan menjangkar kapal atau berlabuh di

sekitar zona inti.

o 68,5% responden setuju adanya larangan menarik perhatian ikan dengan

menggunakan lampu di sekitar zona inti.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 29

Page 30: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

o 100% responden setuju adanya larangan membuang sampah di sekitar

kawasan reservat dengan alasan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran.

o 100% responden setuju adanya larangan penggunaan racun dan setrum di

sekitar kawasan reservat.

• Sebanyak 28 responden (80%) bersedia mematuhi Peraturan Desa yang akan

dibuat, walaupun peraturan tersebut berisi tentang larangan-larangan di areal

reservat.

• Sebanyak 16 orang responden bersedia menjadi anggota POKMASWAS jika

ditunjuk/diminta oleh pemerintah setempat. Responden yang tidak bersedia

menjadi pengelola umumnya beralasan mempunyai aktivitas lain, kondisi

kesehatan yang tidak mendukung, ataupun karena bertempat tinggal jauh dari

lokasi calon reservat.

10. RENCANA PENGELOLAAN KAWASAN RESERVAT

10.1. Permasalahan Reservat

Dalam menyusun rencana pengelolaan reservat ada baiknya terlebih dahulu diketahui

beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan reservat. Permasalahan yang

dihadapi dalam pembinaan dan pengelolaan reservat di Indonesia sangat kompleks,

tidak hanya menyangkut masalah aspek perairan itu saja, melainkan juga aspek sosial

ekonomi masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Secara mendasar permasalahan

tersebut disebabkan oleh:

• Kecenderungan penekanan menggali sumberdaya secara kuantitatif (produksi

tinggi) dengan mengabaikan kualitasnya.

• Kurang memperhatikan faktor-faktor lingkungan dalam perencanaan dan

pengambilan keputusan.

• Kurangnya koordinasi di antara instansi yang terkait dalam memecahkan

masalah pengelolaan perairan umum dilihat dari berbagai kepentingan.

• Tidak adanya persepsi atau pengertian terhadap lingkungan perairan sebagai

suatu sumberdaya alam yang sifatnya terbatas.

• Kurangnya pengetahuan mengenai potensi sumberdaya ikan yang tersedia yang

sifatnya terbatas.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 30

Page 31: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Sebagai akibat dari keadaan tersebut, maka kemungkinan akan menimbulkan

permasalahan lingkungan sebagai berikut:

• Penurunan kualitas lingkungan perairan karena pendangkalan (siltasi),

pencemaran perairan oleh kegiatan industri, sampah kota dan rumah tangga, dan

sisa-sisa pestisida dari kegiatan pertanian yang masuk ke perairan.

• Cara pengelolaan dan pengusahaan perikanan perairan umum yang belum

rasional yang masih berdasarkan pada potensi sumberdaya ikan yang tersedia.

• Penggunaan alat-alat tangkap yang kurang terkendali, penggunaan arus listrik

dan racun, belum adanya pengaturan baik musim maupun daerah penangkapan,

menyebabkan menurunnya stok beberapa jenis ikan tertentu.

• Keasaman (pH) air yang rendah di daerah rawa.

• Terjadinya penyuburan perairan (eutrofikasi) yang merangsang terjadinya

ledakan gulma air.

• Berkembangnya hama dan penyakit ikan akibat kualitas perairan yang kurang

baik dan menurunnya daya dukung lingkungan.

Sesuai dengan permasalahan yang ada maka pengelolaan reservat diprioritaskan pada

hal-hal yang mendesak, seperti pemanfaatan sumberdaya ikan secara terkendali dengan

tetap berpedoman pada asas pelestarian sumberdaya, mencegah terjadinya pencemaran

perairan, dan pendangkalan habitat, pengendalian gulma air, meningkatkan penyuluhan

kepada masyarakat nelayan perairan umum (rawa) yang bermukim di sekitarnya.

10.2 Program Lanjutan: Pembentukan Kawasan Reservat

Proses pendiriannya kawasan reservat terdiri dari lima tahap, yaitu : 1) pengenalan

masyarakat dan sosialisasinya, 2) pelatihan, pendidikan dan pengembangan

kapasitas masyarakat, 3) pertemuan, konsultasi dan pembuatan aturan-aturan

reservat, 4) pengesahan keputusan kawasan reservat, dan 5) tahap pelaksanaan.

Proses tersebut kadang dilakukan secara paralel dalam jangka waktu yang relatif

panjang.

a. Pengenalan Masyarakat dan Sosialisasi Program

Mengingat pendirian kawasan reservat merupakan program yang relatif baru bagi

masyarakat maupun pemerintah desa, proses pengenalan dan sosialisasi masyarakat

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 31

Page 32: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

mencakup kegiatan-kegiatan yang sifatnya memperkenalkan program kepada

masyarakat sekaligus memberi peluang kepada penyelenggara program untuk

mengenal masyarakat dan kondisi sumberdaya alam di lokasi sasaran kegiatan.

Dalam hal ini, peran pendamping sangat penting melanjutkan kegiatan sosialisasi

masyarakat dan melalui pendamping akan diketahui sumberdaya alam desa secara

lebih mendalam. Pendamping lapangan berperan menjembatani komunikasi antara

masyarakat dengan berbagai pihak terkait.

Dalam proses pengenalan masyarakat juga dilakukan beberapa kegiatan penelitian

untuk mengenal lebih jauh kondisi masyarakat maupun ekologi desa. Sejumlah studi

tentang desa lokasi kegiatan reservat diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk

menentukan strategi dalam mencapai tujuannya, yaitu baseline-study, penyusunan

sejarah lingkungan desa atau eco-history dan studi-studi teknis. Studi ini dilakukan

dengan melihat dokumen-dokumen desa dan catatan-catatan lainnya serta

wawancara dengan tetua desa dan tokoh masyarakat.

Informasi yang diperoleh dari studi teknis dimanfaatkan sebagai bahan penyuluhan

kepada masyarakat desa maupun pemerintah agar mereka mengetahui

kondisi/perkembangan terakhir lingkungan desa sekaligus membuka waawasan

mengenai konsekuensi di masa yang akan datang jika tidak ada tindakan terhadap

isu-isu yang disampaikan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah proses

penyadaran masyarakat akan pentingnya melakukan pengelolaan yang baik terhadap

sumberdaya di sekitarnya.

b. Pengembangan Kapasitas Masyarakat Melalui Kegiatan Pelatihan,

Pendidikan dan Studi Banding

.Pengembangan kapasitas masyarakat dilakukan melalui kegiatan belajar bersama

seperti pengamatan saat-saat musim ikan memijah, penyuluhan dan pendidikan

umum menyangkut sumberdaya ikan lokal dan konsep reservat, habitat dan

ekosistem wilayah perairan umum, baik sungai maupun rawa, hukum dan peraturan

tentang perairan umum, pelatihan pengorganisasian kelompok dan pengelolaan

keuangan. Hal yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan kapasitas

masyarakat ini adalah melakukan kegiatan studi banding.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 32

Page 33: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Obyek studi banding dan pesertanya disesuaikan dengan konteks program yang akan

dilaksanakan. Dengan mengikuti studi banding tersebut, para peserta diharapkan

dapat melihat pengalaman-pengalaman yang dilakukan pihak lain sehingga menjadi

pertimbangan dalam merencanakan tindakan atau aksi pengelolaan di tempat

asalnya. Studi banding ini sangat strategis dalam membuka wawasan peserta tentang

perlunya pengelolaan sumberdaya perairan umum secara serius karena mereka akan

melihat contoh nyata yang belum pernah terbayangkan bagaimana suatu upaya

pengelolaan diwujudkan.

c. Pertemuan Konsultasi

Sejumlah pertemuan formal dan informal di tingkat desa difasilitasi oleh penyuluh

lapangan untuk membicarakan hal-hal khusus yang menyangkut proses pendirian

kawasan reservat perikanan. Pertemuan antar masyarakat desa merupakan forum

keterlibatan mereka dalam penyusunan peraturan desa tentang kawasan reservat.

Dalam forum tersebut peran penyuluh lapangan, kepala desa dan kelompok inti

sangat besar dalam memfasilitasi proses penyusunan peraturan bersama masyarakat.

Keterlibatan masyarakat sangat penting karena peraturan yang disusun akan

mencerminkan keinginan dan komitmen mereka.

Mengingat jumlah anggota masyarakat desa yang cukup besar dan memiliki

kesibukan dalam mencari nafkah sehari-hari, maka pertemuan-pertemuan yang

membahas peraturan kawasan reservat tersebut dikembangkan dengan strategi yang

berawal dari kelompok-kelompok kecil, seperti kelompok-kelompok kegiatan agama

ataupun dari dusun ke dusun. Di sinilah akan bisa dilihat keberhasilan peran

pendamping bersama asistennya memfasilitasi setiap kegiatan.

d. Pengesahan Keputusan Kawasan Reservat

Surat Keputusan Desa tentang Peraturan Kawasan Reservat mencerminkan

komitmen dan keinginan masyarakat desa untuk memelihara lingkungan dan

sumberdaya yang ada di sekitar pemukimannya. Untuk penguatan terhadap SK Desa

tersebut, diupayakan agar disahkan oleh Camat dan seterusnya Bupati.

Garis besar dari keputusan desa adalah : 1) Pertimbangan dan aturan hukum, serta

tujuan daerah reservat, 2) lokasi daerah reservat, 3) Tugas clan tanggung jawab dari

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 33

Page 34: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

kelompok pengelola, 4) kewajiban dan kegiatan yang diperbolehkan, 5) yang

bersifat larangan, dan 6) penetapan sanksi dan sistem pengawasan.

e. Pelaksanaan Kawasan Reservat

Aktivitas pengelolaan Kawasan Reservat dimulai dengan penentuan badan pengelola

yang akan melaksanakan pengelolaan serta menegakkan aturan yang sudah

ditetapkan. Selain itu, tanda batas telah dipasang menggunakan bahan yang mudah

dilihat dari jarak agak jauh. Titik-titik sudut batas diberi tanda berupa pelampung

berbendera yang dijangkarkan ke dasar perairan.

Kelompok pengelola dibentuk atas pertujuan aparat desa dan aktif melakukan

berbagai pertemuan, dan tugas utamanya adalah menyusun rencana pengelolaan.

Dalam rencana pengelolaan tersebut, dicantumkan berbagai rancangan kegiatan,

seperti: rencana monitoring perairan dan ikan, upaya-upaya penegakan hukum,

melanjutkan penyuluhan dan pendidikan umum kepada masyarakat. Pengelolaan

tersebut juga mencakup upaya-upaya untuk memanfaatkan kawasan reservat pada

zona selain zona inti sebagai sumber dana untuk dapat mendukung kelangsungan

upaya pengelolaan itu sendiri. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa daerah

perlindungan iersebut akan dikelola dengan baik oleh masyarakat. Berita tentang

keberadaan kawasan reservat melalui media merupakan promosi gratis untuk

mengenalkan potensi desa tersebut menjadi menarik untuk dikunjungi. Dengan

demikian, kawasan reservat sekaligus berperan sebagai cikal-bakal pengembangan

wisata dan pelestarian ikan-ikan lokal (indegenous species).

10.3 Pokok-Pokok Pengelolaan Reservat

Pokok-pokok pengelolaan reservat meliputi 3 aspek, yaitu:

a. Pengelolaan wilayah perairan dalam zonasi

Zonasi adalah pembagian wilayah perairan umum (reservat) yang didasarkan pada

keadaan fisik lingkungan serta sifat kehidupan dan penyebaran populasi ikan dalam

usaha mengatur pengelolaan sumberdaya perikanan agar sesuai dengan urutan prioritas

fungsi perairan umum. Untuk itu dikenal 4 macam zonasi, yaitu: zona inti (suaka), zona

penyangga (buffer), zona usaha dan zona bebas.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 34

Page 35: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

• Zona inti (suaka) adalah zona yang berperan sebagai wilayah pengamanan

perairan dan merupakan daerah sasaran yang dilestarikan, termasuk di dalamnya

pelestarian sumberdaya ikan dan ekosistemnya.

• Zona penyangga (buffer) adalah zona /daerah di wilayah perikanan yang

berfungsi untuk melindungi zona inti dari pengaruh-pengaruh atau gangguan

yang bersifat merusak.

• Zona usaha adalah zona di wilayah perikanan yang berfungsi sebagai ushaa

penangkapan ikan. Penangkapan ikan hanya boleh dilakukan dengan alat

tangkap yang bersifat tradisional.

• Zona bebas adalah zona di wilayah perikanan yang dimanfaatkan untuk usaha

penangkapan dan budidaya ikan serta kegiatan lainnya (pariwisata) selama

kegiatan-kegiatan tersebut tidak merusak, mencemari perairan dan mengganggu

keseimbangan lingkungan perairan.

Sebagai catatan bahwa untuk mengatur dan melaksanakan pokok-pokok pelaksanaan

reservat ini perlu ditetapkan terlebih dahulu kebiajksanaan strategi, operasi, serta

mekanisme penilaian dampak lingkungan yang sesuai dengan persyaratan utama yang

dikehendaki dalam pengembangan wilayah yang bersangkutan.

b. Pola usaha penangkapan

Karena perairan umum merupakan ekosistem terbuka, maka demi keberhasilan usaha

pembinaan reservat kiranya bentuk perikanan yang berpola kemandirian (self

sustaining) adalah yang tepat untuk ditetapkan. Prinsip perikanan mandiri adalah

bahwa optimasi produksinya disesuaikan terhadap potensi kesuburan alami perairan

yang eksploitasi produksinya adalah sedemikian rupa sehingga keseimbangan populasi

dan komposisi ikan di perairan tetap terjaga. Untuk mencapai tujuan ini maka dalam

pola usaha penangkapan ikan perlu diperhatikan pokok-pokok kebijaksanaan sebagai

berikut:

• Pemanfaatan atau penangkapan ikan pada zona-zona yang tidak terlarang diatur

dengan suatu ketentuan yang bersifat mengikat (peraturan daerah) dengan

mempertimbangkan pelestarian sumber dan azas manfaat, sehingga untuk

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 35

Page 36: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

kawasan perairan umum yang sudah ditetapkan sebagai reservat (khususnya

zona inti/suaka) tertutup bagi usaha penangkapan ikan.

• Pelarangan untuk melakukan usaha penangkapan ikan dengan bahan-bahan yang

berbahaya, seperti bahan peledak, racun, potasium, dan sebagainya, serta

peralatan berarus listrik.

• Pelarangan untuk melakukan usaha penangkapan ikan dengan peralatan aktif

maupun pasif yang secara langsung maupun tidak langsung akan mengganggu

keseimbangan lingkungan serta dapat menimbulkan masalah pertentangan

sosial, ekonomi dan budaya antar nelayan/masyarakat.

• Pelarangan untuk mengadakan usaha penangkapan ikan pada malam hari dmi

ketertiban dan keamanan serta memudahkan pengawasan.

• Pelarangan penangkapan ikan pada saat musim pemijahan (close season)

sehingga untuk sementara waktu perlu penutupan perairan dari kegiatan

penangkapan pada zona pemanfaatan.

c. Pelestarian lingkungan perairan

Didasarkan pada sifat kegiatan perikanan di perairan umum, maka hendaknya kegiatan

ini jangan sampai merusak atau mencemari perairan sehingga menjadi kendala dalam

berfungsinya perairan umum, khususnya reservat di perairan umum tersebut. Sebagai

corak kegiatan penangkapan dan budidaya ikan yang kiranya akan merusak atau

mencemari lingkungan perairan, baik langsung maupun tidak langsung, harus dapat

dicegah. Untuk itu perlu diperhatikan pokok-pokok kebijaksanaan pengelolaan perairan

umum sebagai berikut:

• Pengaturan penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan dengan peralatan statis

(termasuk di dalamnya penggunaan tumbuhan air/gulma air).

• Pelarangan untuk mengadakan penangkapan dan pembudidayaan ikan dengan

cara merubah/merusak bentuk (pinggiran) rawa yang akan dapat merusak,

mencemari dan menimbulkan pendangkalan perairan.

• Pertimbangan dan kajian mendalam terhadap introduksi jenis ikan baru.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 36

Page 37: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

• Perencanaan pemantauan reservat dan lingkungannya yang bersifat koordinatif,

meliputi beberapa hal sebagai berikut:

o Kualitas air (pH, DO, BOD, kekeruhan, kesadahan, padatan tersuspensi,

dan lain-lain).

o Perkembangan hama dan penyakit ikan.

o Perkembangan populasi ikan dan biota akuatik lainnya.

o Keanekaragaman jenis sumberdaya ikan.

o Pendangkalan habitat.

o Tingkat kehidupan dan biota air lainnya.

o Keseimbangan ekosistem akuatik

o Perkembangan gulma air.

o Predator dan kompetitor

10.4 Cara Pengelolaan Reservat

Beberapa upaya pengelolaan reservat antara lain dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

a. Pengendalian gulma air.

b. Penebaran bibit ikan lokal (restocking) untuk meningkatkan stock populasi ikan

dan produksi ikan. Restocking dilakukan terutama untuk meningkatkan jumlah

ikan lokal yang mengalami penurunan, sehingga dalam kegiatan ini diperlukan

adanya kajian khusus yang mempelajari kondisi sumberdaya ikan yang ada.

Suatu sumberdaya ikan dengan resiliensi (daya lenting) yang sangat rendah,

yaitu waktu penggandaan populasi minimum lebih dari 14 tahun, perlu

diprioritaskan untuk di-restocking. Demikian pula halnya dengan jenis ikan

dengan resiliensi rendah. Ikan-ikan yang memiliki resiliensi medium hingga

tinggi tidak menjadi prioritas untuk di-restocking, karena secara alamiah mampu

mengembangkan populasinya dalam waktu relatif cepat. Peranan BBI Menggala

dan BBI Mulya Asri di masa depan sangat diharapkan karena merupakan ujung

tombak untuk menghasilkan benih ikan lokal dari jenis-jenis yang terancam

punah, yaitu jenis ikan yang memiliki resiliensi rendah dan sangat rendah.

c. Introduksi jenis-jenis baru guna meningkatkan stock populasi yang ada atau

mengisi relung (niche) yang kosong.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 37

Page 38: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

d. Pelarangan penangkapan ikan pada daerah terlarang (zona inti/suaka) dan pada

musim pemijahan , dengan maksud untuk memberi kesempatan induk dan calon

induk untuk berkembang biak dan tumbuh secara alami.

e. Melarang penangkapan ikan dengan alat-alat dan atau zat yang dapat merusak

lingkungan perairan.

f. Mencegah pencemaran perairan.

g. Budidaya/pengembangbiakan ikan dan biota akuatik lainnya dalam kondisi yang

terkontrol.

h. Perlindungan terhadap struktur fisik lingkungan perairan.

i. Pemantauan secara berkala terhadap kualitas air.

j. Penyuluhan dan penegakan hukum (law enforcement).

11. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

• Hasil kajian ini memiliki arti penting dalam upaya pelestarian biota air, terutama

untuk jenis-jenis ikan lokal (indegenous species) di rawa-rawa Tulang Bawang

yang terus mengalami penurunan, baik jumlah maupun jenisnya.

• Kawasan yang diusulkan untuk dijadikan reservat perikanan adalah di perairan

sekitar Rawa Pacing, Rawa Bakung, Bawang Lambu dan Rantau Kandis.

• Masyarakat yang tinggal dan memiliki aktivitas yang terkait dengan rawa-rawa

Tulang Bawang pada umumnya menyetujui dan mendukung program pelestarian

ikan-ikan lokal melalui penetapan kawasan reservat.

12. REKOMENDASI

• Hasil kajian ini merupakan bahan pertimbangan bagi pemerintah setempat dalam

rangka pelestarian sumberdaya perairan, terutama ikan-ikan lokal yang saat ini

populasinya terus menurun. Pemerintah dapat menindaklanjutinya dengan

menetapan kawasan reservat melalui peraturan daerah (perda) dan

mensosialisasikannya kepada masyarakat.

• Diharapkan rencana induk (master plan) pengelolaan lahan basah rawa-rawa

Tulang Bawang dapat segera disusun sebagai panduan pengelolaan kawasan

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 38

Page 39: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

tersebut untuk jangka pendek, menengah dan panjang. Masterplan ini tentunya

dapat menampung semua aspirasi berbagai pihak, termasuk pengelolaan

kawasan reservat perikanan.

• Dalam pelaksanaan reservat Dinas Kelautan dan Perikanan harus berkoordinasi

dan bekerjasama dengan beberapa instansi pemerintah lainnya, seperti Dinas

Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pertanian, BKSDA, Bapedalda, KLH, BPN,

dan lain-lain, serta melibatkan pihak swasta dan LSM yang peduli terhadap

kelestarian lahan basah tersebut. Upaya yang sungguh-sungguh, baik dari

pemerintah, masyarakat, LSM, dan pihak terkait lainnya, sangat diharapkan

untuk saling mensinergiskan rencana pengembangan dan pelaksanaan kawasan

reservat tersebut, sehingga tujuan penetapan kawasan reservat untuk

mempertahankan dan melestarikan habitat perairan sebagai tempat berlindung,

daerah asuhan, tempat memijah, mencari makan, dan ruang bagi ikan dan biota

air lainnya, dapat tercapai.

• Keterlibatan masyarakat lokal secara aktif perlu diprioritaskan sebagai ujung

tombak pelaksanaan reservat di lokasi yang telah ditetapkan. Untuk itu

pemerintah perlu memberdayakan kelompok masyarakat pengawas

(Pokmaswas) yang ada dengan memberikan sarana yang memadai untuk

pelaksanaan pengawasan maupun pengelolaan kawasan reservat. Masyarakat

lokal juga perlu ditingkatkan pemahaman dan pengetahuan mereka melalui

penyuluhan, pelatihan, ataupun studi banding ke daerah lain yang dinilai berhasil

dalam mengembangkan kawasan reservat.

• Pengelolaan kawasan reservat juga harus diikuti dengan program pemberdayaan

masyarakat lokal melalui berbagai kegiatan ekonomi produktif, sehingga

diharapkan dapat mengurangi tekanan terhadap kawasan di sekitar reservat.

Beberapa program pemberdayaan masyarakat yang dinilai baik dapat diterapkan

di lokasi tersebut melalui pendekatan yang disesuaikan dengan nilai-nilai budaya

setempat.

• Dalam kaitannya dengan upaya pelestarian ikan-ikan lokal, terutama yang

memiliki resiliensi rendah dan sedang, maka perlu dilakukan riset terpadu yang

melibatkan berbagai pihak, seperti perguruan tinggi, Balai Riset Kelautan dan

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 39

Page 40: Kajian Reservat Perikanan di Tulang Bawang Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Perikanan (BRKP), LIPI, Kementerian Ristek, dan lain-lain tentang berbagai

aspek biota tersebut. Lebih lanjut diharapkan Balai Benih Ikan (BBI), baik lokal

maupun sentral, dapat berperan dalam mengembangbiakan jenis ikan tersebut

untuk selanjutnya di-restocking di perairan yang telah ditetapkan sebagai

reservat. Pengembangan upaya-upaya budidaya ikan lokal juga perlu dilakukan

sehingga pemanfaatan invasive alien species sebagai sumber pendapatan bagi

masyarakat dapat dihindari.

• Beberapa program yang dilakukan baik oleh Dinas Kelautan dan Perikanan,

pihak swasta (industri), LSM, maupun masyarakat setempat yang menyangkut

kegiatan stocking ikan non spesies lokal perlu dikaji ulang. Keberadaan invasive

alien species diketahui dapat menyebabkan keseimbangan ekosistem setempat

terganggu dan penurunan jenis ikan-ikan lokal secara biologi. Untuk itu perlu

dikembangkan panduan dan tata cara pencegahan, pengendalian, atau bahkan

penghilangan invasive alien species dalam ekosistem lahan basah tersebut.

• Perlu dilakukan publikasi berbagai informasi yang menyangkut keberadaan

spesies-spesies ikan lokal, baik jenis maupun jumlahnya, sehingga masyarakat

mengetahui status terkini tentang sumberdaya ikan di wilayah mereka. Hal ini

juga bermanfaat untuk menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat

setempat akan pentingnya upaya-upaya pelestariannya.

INDRA GUMAY YUDHA: Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar di Kabupaten Tulang Bawang 40