KAJIAN PENILAIAN DAMPAK KEBIJAKAN PENANGANAN … · kontroversi dampak sistemik dan nonsistemik...
Transcript of KAJIAN PENILAIAN DAMPAK KEBIJAKAN PENANGANAN … · kontroversi dampak sistemik dan nonsistemik...
KAJIAN PENILAIAN DAMPAK KEBIJAKAN PENANGANAN
KASUS BANK CENTURY DENGAN METODE PERCOBAAN
EKONOMI
OLEH
ELVHA ADITIA SIDIK
H14070031
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
ELVHA ADITIA SIDIK. Kajian Penilaian Dampak Kebijakan Penanganan
Kasus Bank Century dengan Metode Percobaan Ekonomi (dibimbing oleh
BAMBANG JUANDA).
Kontroversi terkait tindakan penyelamatan Bank Century hingga saat ini
masih menjadi pertanyaan besar. Berbagai kalangan menilai bahwa tindakan
penyelamatan merupakan tindakan yang tepat karena tindakan penutupan Bank
Century dapat menyebabkan dampak sistemik terhadap stabilitas perbankan dan
ekonomi secara keseluruhan. Hal tersebut didasarkan pada kondisi krisis yang
dialami pada saat itu. Kalangan yang lain menilai bahwa tindakan penyelamatan
Bank Century tidak tepat karena penutupan Bank Century tidak akan berdampak
sistemik disebabkan ukuran Bank Century yang relatif kecil.
Mengingat tindakan yang telah dilakukan pemerintah adalah tindakan
penyelamatan Bank Century, perdebatan antara ada dan tidak adanya dampak
sistemik akibat kebijakan penutupan Bank Century sulit dipecahkan dengan
metode ekonomi yang lain, seperti metode survei atau kajian terhadap data
sekunder. Oleh karena itu, kajian ada atau tidaknya dampak sistemik yang
ditimbulkan penutupan Bank Century menarik untuk dikaji secara ilmiah melalui
metode percobaan ekonomi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dampak kebijakan
penanganan bank bermasalah terhadap variabel ekonomi yang ditimbulkan akibat
kebijakan penanganan bank bermasalah yang dikaitkan dengan kondisi ekonomi
(kondisi krisis dan kondisi normal) dan ukuran bank bermasalah (relatif kecil
ataukah relatif sama besarnya ukuran bank bermasalah tersebut dengan bank lain
pada umumnya). Variabel ekonomi tersebut terdiri dari suku bunga deposito, total
deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, tingkat pengangguran, pertumbuhan
ekonomi, dan tingkat inflasi. Dengan demikian, diharapkan mampu menjawab
kontroversi dampak sistemik dan nonsistemik akibat kebijakan penutupan Bank
Century.
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan adalah data hasil simulasi percobaan
ekonomi. Sedangkan data sekunder yang digunakan data Statistik Perbankan
bulan November 2008, data Rasio-rasio Keuangan Pokok Perbankan tahun 2008,
data Suku Bunga Simpanan Berjangka Per tahun, dan data Suku Bunga Pinjaman
Per tahun. Data-data tersebut digunakan sebagai acuan dalam menentukan kondisi
awal percobaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok 3 Faktor dengan menggunakan analisis ragam
ANOVA. Metode analisis data tersebut digunakan untuk melihat pengaruh dan
interaksi antara ketiga faktor, yaitu kebijakan penanganan bank, kondisi ekonomi,
dan ukuran bank bermasalah terhadap respon suku bunga deposito, total deposito,
suku bunga kredit, total pinjaman, tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi,
dan tingkat inflasi.
Berdasarkan analisis ragam, interaksi antara kebijakan penanganan bank
bermasalah dan kondisi ekonomi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga
deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, dan tingkat pengangguran.
Sedangkan, interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan ukuran
bank bermasalah berpengaruh signifikan terhadap suku bunga deposito, suku
bunga kredit, total deposito, total pinjaman, dan pertumbuhan ekonomi. Namun,
interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan kondisi ekonomi dan
interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan ukuran bank
bermasalah terhadap tingkat inflasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan, kebijakan penutupan bank
bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century memiliki pengaruh yang lebih
besar pada saat kondisi krisis dibandingkan kondisi normal terhadap respon suku
bunga deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, dan tingkat pengangguran.
Selain itu, kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran besar pada saat krisis
memiliki pengaruh yang besar terhadap respon suku bunga deposito, suku bunga
kredit, total deposito, total pinjaman, dan pertumbuhan ekonomi dibandingkan
penutupan bank bermasalah berukuran kecil.
Hasil penelitian terkait kasus Bank Century dengan menggunakan metode
percobaan ekonomi menunjukkan bahwa penutupan Bank Century menyebabkan
dampak sistemik yang relatif sangat rendah. Pengaruh sistemik yang cukup besar
akan ditimbulkan jika penutupan bank bermasalah pada saat krisis tersebut
dilakukan pada bank bermasalah yang berukuran besar. Dalam kondisi normal
(tidak adannya gejolak krisis), penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti
Bank Century tidak akan menimbulkan dampak sistemik. Tekanan dan potensi
kegagalan bank sangat rendah karena stabilitas ekonomi dalam kondisi normal
masih terjaga sehingga kepercayaan nasabah terhadap perbankan tidak mengalami
penurunan.
ABSTRACT
The controversy of Century Bank rescue is still a big question. Some
people consider that the closure of Century Bank could cause systemic impact on
the stability of the banking and the economy. It is based on the crisis condition at
that time. Closure of small bank during the crisis could lead bank panics which is
shown by rush action of bank costumers. The others consider that the closure of
Century Bank would not cause systemic impact due to the size of Century Bank
which is relatively small. Based of the controversy, the closure of Century Bank
considering economic condition and bank size factor needs to be studied
scientifically against some economic variables by the economic experimental
method.
Based on economic experimental method of this research, the closure of
small troubled bank which is like Century Bank has a greater influence on the
crisis condition compared to the normal condition on the responses of deposit
rates, lending rates, total loans, and the unemployment rate. In additon, the
closure of large troubled bank compared to the small troubled bank in crisis has a
greater influenced on responses of deposit rates, lending rates, total deposits,
total loans, and economic growth.
The answering of Century Bank closure controversy by economic
experimental method suggests that the closure of Century Bank has a relatively
low systemic impact. Greater systemic impact woud be happened on the closure of
a big trouble bank in crisis. In normal condition, the closure of a small troubled
bank wouldn’t cause systemic impact because that condition dosesn’t influence
significantly to the consumer bank trust.
Keyword : closure of troubled bank, systemic impact, experimental economics
method
KAJIAN PENILAIAN DAMPAK KEBIJAKAN PENANGANAN
KASUS BANK CENTURY DENGAN METODE PERCOBAAN
EKONOMI
Oleh
ELVHA ADITIA SIDIK
H14070031
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul Skripsi : Kajian Penilaian Dampak Kebijakan Penanganan Kasus Bank
Century dengan Metode Percobaan Ekonomi
Nama : Elvha Aditia Sidik
NRP : H14070031
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS.
NIP. 19640101 198803 1 061
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2011
Elvha Aditia Sidik
H14070031
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Elvha Aditia Sidik lahir pada tanggal 3 November 1989
di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua saudara, dari
pasangan Iip Japar Sidik dan Etty Liswanty. Jenjang pendidikan penulis dilalui
tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SDN Ciriung 2 Cibinong
pada tahun 2001, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Cibinong dan lulus
pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 3 Bogor
dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan studinya ke
jenjang yang lebih tinggi. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi
seperti Unit Kegiatan Mahasisawa (UKM) Kewirausahaan Century dan
HIPOTESA. Pada tahun 2008, penulis aktif sebagai staf HRD UKM Century.
Pada tahun 2010, penulis aktif sebagai Staf Divisi Lable (Life for Academic and
Education) HIPOTESA. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif sebagai
Assisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Umum dan Tentor Matematika Bimbingan
Belajar Primagama sejak tahun 2009 hingga tahun 2011. Pada tahun 2010, penulis
juga pernah mengikuti seleksi pemilihan Mahasiswa Berprestasi tingkat
Departemen Ilmi Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, para
keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir jaman.
Penulisan skripsi yang berjudul “Kajian Penilaian Dampak Kebijakan
Penanganan Kasus Bank Century dengan Metode Percobaan Ekonomi”
merupakan pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor. Kontroversi seputar tindakan penyelamatan Bank
Century yang terjadi pada tahun 2008 sempat menimbulkan pro dan kontra terkait
ada atau tidaknya dampak sistemik jika tindakan penutupan Bank Century
dilakukan. Mengingat, kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah pada saat itu
adalah kebijakan penyelamatan. Dampak ada atau tidaknya kebijakan penutupan
Bank Century sulit dipecahkan dengan metode lain, seperti survei atau kajian data
sekunder. Berdasarkan alasan tersebut, Penulis tertarik untuk mengkajinya secara
ilmiah dengan metode Percobaan Ekonomi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
kerjasama dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS. selaku pembimbing skripsi yang selalu
memberi arahan dan bimbingan di sela-sela kesibukan beliau kepada penulis
demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Nunung Nuryartono selaku dosen penguji utama yang telah memberikan
kontribusi pemikiran, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Ranti Wiliasih, M.Si selaku dosen penguji komdik yang telah memberikan
kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Kedua orang tua penulis, Ayah Iip Japar Sidik dan Ibu Etty Liswanty atas
semua kasih sayang, dukunga, perhatian, doa, serta pengorbanannya yang tak
ternilai selama ini.
5. Adik penulis, Zelin Nurfadia Sidik dan segenap keluarga besar atas dukungan
semangat, perhatian, dan doa selama penyusunan skripsi ini.
6. Chandra Wangsa Setiadipura yang telah membantu penulis dalam pembuatan
program simulasi percobaan ekonomi.
7. Riska Nuridha Putri dan Putri Yasmin yang telah memberikan bimbingan dan
ilmunya terkait pengolahan data simulasi penelitian ini.
8. Teman satu bimbingan, Firza Fardilah, S.E. dan Meriani Puspa Wardani yang
selalu meluangkan watunya untuk berbagi ilmu, saran, serta nasihat selama
penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat penulis, Andy Inggryd, Rani Nutfitriani, Retno Priandini,
Lilih Suprianti, Ricky Setiawan, dan Adi Asrullah Daulay yang selama ini
selalu memberikan dukungan semangat, doa, serta masukan-masukan positif
kepada penulis.
10. Teman IE 44 dan IE 45, terima kasih atas dukungan dan kerja samanya dalam
membantu kelancaran simulasi ekonomi.
11. Semua Staf Tata Usaha serta para dosen Departemen Ilmu Ekonomi atas
bantuan serta ilmu yang diberikan selama penulis berkuliah.
Semoga semua bantuan dan jerih payah yang telah diberikan mendapat
imbalan dari Allah SWT. Akhirnya dengan segala kerendahan hati yang tulus,
penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-
pihak yang bersangkutan.
Bogor, Agustus 2011
Elvha Aditia Sidik
H14070031
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 7
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 9
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori-teori ............................................................................12
2.1.1. Definisi dan Fungsi Perbankan dalam Perekonomian ..............12
2.1.2. Tingkat Kesehatan Bank ...........................................................14
2.1.3. Tindakan Rush oleh Nasabah terhadap Bank ...........................18
2.1.4. Risiko Sistemik Perbankan .......................................................21
2.1.5. Penanganan Bank Bermasalah..................................................24
2.1.6. Percobaan Ekonomi ..................................................................28
2.2. Penelitian Terdahulu ...........................................................................33
2.3. Kerangka Pemikiran ...........................................................................35
2.4. Hipotesis .............................................................................................39
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Pengamatan ..........................................................40
3.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................................40
3.3. Rancangan Simulasi Percobaan ..........................................................42
3.4. Metode Analisis ..................................................................................48
3.5. Alur Berpikir Penelitian .....................................................................52
3.6. Prosedur Perlakuan Simulasi ..............................................................55
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Implikasi Kebijakan terhadap Suku Bunga Deposito .........................73
4.2. Implikasi Kebijakan terhadap Total Deposito ....................................78
4.3. Implikasi Kebijakan terhadap Suku Bunga Kredit .............................80
4.4. Implikasi Kebijakan terhadap Total Pinjaman ...................................85
4.5. Implikasi Kebijakan terhadap Tingkat Pengangguran........................90
4.6. Implikasi Kebijakan terhadap Pertumbuhan Ekonomi .......................92
4.7. Implikasi Kebijakan terhadap Tingkat Inflasi ....................................94
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .........................................................................................96
5.2. Saran ................................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................99
LAMPIRAN .....................................................................................................101
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
3.1. Kondisi Awal Bank Bermasalah Berukuran Besar ....................................47
3.2. Kondisi Awal Bank Bermasalah Berukuran Kecil ....................................48
3.3. Penjabaran Kondisi Perlakuan dalam Simulasi
Percobaan Ekonomi ...................................................................................56
4.1. Analisis Ragam Suku Bunga Deposito ......................................................73
4.2. Analisis Ragam Total Deposito .................................................................78
4.3. Analisis Ragam Suku Bunga Kredit ..........................................................81
4.4. Analisis Ragam Total Pinjaman ................................................................85
4.5. Analisis Ragam Tingkat Pengangguran.....................................................90
4.6. Analisis Ragam Pertumbuhan Ekonomi ....................................................92
4.7. Analisis Ragam Tingkat Inflasi .................................................................95
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor. Halaman
1.1. Financial Stability Index............................................................................3
1.2. Banking Pressure Index Indonesia ............................................................4
2.3. Ilustrasi Perancangan Percobaan ...............................................................29
2.4. Karakteristik Pengumpulan Data dengan
Rancangan Percobaan ................................................................................30
2.5. Kerangka Pemikiran ..................................................................................38
3.1. Gambaran Simulasi Percobaan Ekonomi ..................................................45
3.2. Kerangka Berpikir Simulasi ......................................................................52
4.1. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Deposito Per tahun (Kondisi Krisis) ..............................................74
4.2. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Deposito Per tahun (Kondisi Normal) ............................................75
4.3. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap
Suku Bunga Deposito Per tahun (Ukuran Bank Bermasalah Besar) .........77
4.4. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Deposito Per tahun (Bank Bermasalah Berukuran Kecil) ..............77
4.5. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total
Deposito (Ukuran Bank Bermasalah Besar) ..............................................79
4.6. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total
Deposito (Ukuran Bank Bermasalah Kecil) ..............................................80
4.7. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Kredit Per tahun (Kondisi Krisis)...................................................81
4.8. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Kredit Per tahun (Kondisi Normal) ................................................82
4.9. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Kredit Per tahun (Ukuran Bank Bermasalah Besar) ......................84
4.10. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Kredit Per tahun (Ukuran Bank Century Kecil) .............................84
4.11. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total
Pinjaman (Kondisi Krisis) .........................................................................86
4.12. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total
Pinjaman (Kondisi Normal) .......................................................................87
4.13. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total
Pinjaman (Ukuran Bank Bermasalah Besar) .............................................88
v
4.14. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total
Pinjaman (Ukuran Bank Bermasalah Kecil)..............................................89
4.15. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Tingkat
Pengangguran (Kondisi Krisis)..................................................................91
4.16. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Tingkat
Pengangguran (Kondisi Normal) ...............................................................92
4.17. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Ukuran Bank Bermasalah Besar) .......................93
4.18. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Ukuran Bank Century Kecil) ..............................94
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Data Hasil Percobaan .................................................................................102
2. Instruksi Percobaan Ekonomi untuk Deposan ...........................................103
3. Lembar Keputusan Deposan ......................................................................108
4. Instruksi Percobaan Ekonomi untuk Bank ................................................108
5. Lembar Keputusan Bank ...........................................................................116
6. Instruksi Percobaan Ekonomi untuk Perusahaan .......................................116
7. Lembar Keputusan Perusahaan..................................................................121
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada tanggal 21
November 2008, berdasarkan Keputusan Nomor 04/KSSK.03/2008 secara resmi
memutuskan bahwa Bank Century dinyatakan sebagai bank gagal yang
berdampak sistemik sehingga harus diselamatkan1. Dalam rapat tersebut, Komite
Koordinasi (KK) menyerahkan penanganan Bank Century kepada Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) melalui keputusan KK Nomor 01/KK.01/2008.
Dengan demikian, secara resmi penanganan Bank Century sepenuhnya dilakukan
oleh LPS sesuai Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang LPS2.
Berdasarkan data Bank Indonesia per 31 Oktober 2008, Bank Century
memenuhi kualifikasi sebagai bank gagal dengan nilai CAR (Capital Adequacy
Ratio) sebagai salah satu indikator kesehatan bank sebesar negatif 3,53 persen3.
Hal tersebut menyebabkan Bank Century mengalami gagal bayar (default) atas
kewajibannya terhadap nasabah. Berdasarkan hasil pengawasan Bank Indonesia,
Bank Century memiliki permasalahan likuiditas dan telah melakukan beberapa
kali pelanggaran terhadap GWM (Giro Wajib Minimum)4. Hal tersebut terbukti
pada tanggal 13 November 2008, Bank Century ditengarai mengalami gagal
kliring karena telat menyetor prefund (penyediaan dana oleh bank untuk
mengatasi risiko kegagalan bank dalam memenuhi kewajiban kliringnya). Dalam
kerangka stabilitas sistem perbankan, kondisi demikian dapat mengancam
1 Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Buku Putih Upaya Pemerintah dalam
Pencegahan dan Penanganan Krisis, (Jakarta : Kemenkeu, 2010), hlm 39. 2 Ibid, 38.
3 Ibid, 46.
4 Bank Indonesia, Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia, (Jakarta : Bank
Indonesia, 2010), hlm 47.
2
stabilitas perbankan secara keseluruhan sehingga perlu diselamatkan. Hasil
pengawasan Bank Indonesia juga menemukan tingkat kredit macet atau NPL
(non-performing loan) Bank Century berada di atas 5%5. Selain itu, terdapat
surat-surat berharga valas senilai US$ 65 juta di luar skim AMA (Assets
Management Agreement) yang berindikasi tidak terbayarkan (macet)6.
Permasalahan likuiditas tersebut diperparah dengan adanya penarikan Dana Pihak
Ketiga (DPK) secara besar-besaran oleh deposan (rush) akibat semakin simpang
siurnya pemberitaan seputar kinerja keuangan Bank Century yang semakin
memburuk7.
Berdasarkan keputusan rapat KSSK yang melibatkan Bank Indonesia,
Menteri Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada tanggal 23
November 2008, Bank Century perlu diselamatkan dengan dana akhir sebesar 6,7
trilliun rupiah8. Meskipun sebelumnya, likuidasi (pembubaran) Bank Century
sempat menjadi opsi pada saat rapat KSSK tanggal 20-21 November 2008. Upaya
penyelamatan Bank Century tersebut ternyata menimbulkan kontroversi pada
sejumlah kalangan dan pakar ekonomi. Kontroversi tersebut didasarkan pada
kontoversi alasan sistemik dan nonsistemik yang ditimbulkan jika dilakukan
tindakan penutupan Bank Century pada saat itu.
Salah satu latar pertimbangan dalam menetapkan Bank Century sebagai
bank gagal yang berdampak sistemik adalah kondisi makroekonomi yang pada
saat itu dihadapkan pada krisis keuangan global. Krisis keuangan global yang
terjadi di Amerika Serikat akibat permasalahan kegagalan pembayaran kredit
5 Ibid, 45.
6 Ibid, 46.
7 Ibid, 47.
8 http: xa.yimg.com/.../Brief+Analysis+Perbankan+-+Problem+Century_final.doc
3
perumahan di Amerika Serikat tidak hanya merusak sistem perbankan di Amerika
Serikat, namun telah menjalar membawa efek domino terhadap sektor keuangan
dan sektor perbankan di Eropa dan Asia, termasuk Indonesia. Dalam buku Upaya
Pemerintah dalam Pencegahan dan Penanganan Krisis yang dipublikasikan oleh
Kementerian Keuangan Republik Indonesia menjelaskan bahwa beberapa
indikator keuangan mengalami penurunan yang signifikan akibat ancaman dan
tekanan dari krisis finansial tersebut9. Hal tersebut juga tercermin pada Financial
Stability Index (FSI) sebagai indikator kestabilan sektor keuangan yang
dikeluarkan Bank Indonesia yang tercatat berada pada nilai 2,43 atau berada di
atas angka indikatif maksimum 2,0 per November 200810
(Gambar 1.1). Nilai
tersebut mengindikasikan bahwa sistem keuangan berada dalam kondisi genting.
Sumber : Bank Indonesia, 2010
Gambar 1.1. Financial Stability Index
Menurut Bank Indonesia, sejumlah kepanikan akibat krisis keuangan
global tersebut juga memberikan dampak negatif terhadap industri perbankan
Indonesia. Hal tersebut juga tercermin dari nilai Banking Pressure Index yang
9 Indikator Krisis dapat dilihat pada Gambar Kerangka Pemikiran (Gambar 2.5)
10 Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Op.Cit, 21.
4
dikeluarkan oleh Danareksa Research Institute sebagai indikator untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya krisis di sektor perbankan. Banking Pressure
Index per Oktober 2008 tercatat sebesar 0,911
(Gambar 1.2). Nilai tersebut berada
di atas nilai ambang normal yaitu sebesar 0,5 yang mengindikasikan bahwa
tekanan terhadap sistem perbankan cukup tinggi dan berpotensi terjadinya
kegagalan (default) yang sangat besar.
Sumber : Danareksa Research Institute, 2010
Gambar 1.2. Banking Pressure Index Indonesia
Di tengah kepanikan sektor keuangan dan perbankan tersebut akibat krisis
keuangan global, penutupan bank akan menimbulkan sentimen negatif pada pasar
keuangan terutama dalam kondisi pasar yang sangat rentan terhadap isu dan berita
yang dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pasar keuangan.
Penutupan sebuah bank berpotensi menimbulkan contagion effect yang akan
menyebabkan kepanikan dari para nasabah bank-bank lain terutama peer banks
(bank yang lebih kecil) untuk melakukan penarikan dana secara besar-besaran
(rush) ataupun pemindahan dana pada bank yang dipandang lebih aman (flight to
quality). Penarikan secara besar-besaran terutama pada peer banks (bank yang
11
Ibid,21.
5
lebih kecil) tersebut akan mengakibatkan bank-bank yang pada awalnya sehat
menjadi bermasalah dan mengalami masalah likuiditas. Berdasarkan data, fakta,
dan analisis Bank Indonesia, pada saat itu terdapat 23 bank yang setara atau lebih
kecil dari Bank Century serta sejumlah Bank Perkreditan Rakyat yang memiliki
permasalahan likuiditas dan juga permasalahan lain yang sama dengan Bank
Century12
. Jika Bank Century ditutup, dikhawatirkan akan mengakibatkan rush
pada 23 bank yang setara atau lebih kecil dari Bank Century serta sejumlah Bank
Perkreditan Rakyat tersebut. Berbagai pihak yang setuju terhadap tindakan
penyelamatan Bank Century berpendapat bahwa sekecil apapun ukuran bank
apabila ditutup pada saat krisis akan menurunkan kepercayaan nasabah pada
bank-bank lain serta akan berpotensi sistemik mengganggu kelancaran sistem
keuangan dan perekonomian secara keseluruhan.
Di sisi lain, sejumlah kalangan menilai bahwa tindakan penyelamatan
Bank Century melalui tindakan bail out dinilai tidak tepat karena penutupan Bank
Century diperkirakan tidak akan menimbulkan dampak sistemik pada sistem
perbankan nasional. Hal tersebut didasarkan pada relatif kecilnya Bank Century
sehingga diperkirakan tidak akan menimbulkan rush pada sistem perbankan
nasional. Sugema (2009) menyatakan relatif kecilnya Bank Century didasarkan
pada rendahnya market share Bank Century yang dapat dilihat dari jumlah
nasabah Bank Century sebesar 65 ribu orang atau sebesar 0,1% dari jumlah
nasabah perbankan di Indonesia. Selain itu, aset Bank Century hanya berjumlah
15 trilliun rupiah atau sebesar 0,3% dari total aset perbankan Indonesia. Jika
dilihat dari Dana Pihak Ketiga (DPK), total DPK yang terkumpul pada Bank
12
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Op.Cit, 46.
6
Century sekitar 10 trilliun rupiah atau tidak sampai 1% dari total simpanan
masyarakat yang tertampung pada semua bank13
. Alasan nonsistemik juga
didukung oleh Abdullah (2009) yang menyatakan bahwa Bank Century
merupakan bank yang relatif kecil dan tidak termasuk pada kategori 15 bank
sistemik (Systemically Important Bank) yang secara umum menguasai 85% aset
perbankan nasional14
. Lima belas bank yang tergolong pada kategori Systemically
Important Bank antara lain Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA, BII, Danamon, Panin,
BTN, Bank Mega, Bank Permata, Bank Niaga, Bukopin, Bank Lippo (Bank Lippo
kini bergabung dengan Bank Niaga). Nasution (2009) memiliki pendapat yang
serupa. Menurutnya, penutupan Bank Century tidak akan berdampak sistemik
karena Bank Century tidak memiliki peran yang penting dalam Pasar Uang Antar
Bank (PUAB)15
. Peranan Bank Century dalam Pasar Uang Antar Bank hanya
sekitar 0,4%.
Pro dan kontra terhadap tindakan penyelamatan Bank Century
mencerminkan suatu spekulasi publik terhadap ketidakpastian dampak yang
terjadi jika dilakukan penutupan Bank Century. Tindakan yang telah dilakukan
pemerintah adalah tindakan penyelamatan Bank Century, perdebatan antara ada
dan tidak adanya dampak sistemik akibat kebijakan penutupan Bank Century sulit
dipecahkan dengan metode ekonomi yang lain, seperti metode survei atau kajian
terhadap data sekunder. Oleh karena itu, kajian ada atau tidaknya dampak sistemik
yang ditimbulkan dikaji secara ilmiah melalui metode percobaan ekonomi.
Dengan metode percobaan ekonomi, interaksi antara para pelaku ekonomi seperti
13
Dapat diakses pada http:xa.yimg.com/.../Brief+Analysis+Perbankan+-
+Problem+Century_final.doc 14
http://us.detikfinance.com/read/2009/12/21/120517/1263532/5/burhanuddin-bank-century-tak-
termasuk-bank-sistemik 15
Dapat diakses pada http://bataviase.co.id/detailberita-10428992.html
7
bank, deposan, dan debitur (perusahaan) dalam membuat keputusan yang
menguntungkan diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai dampak
kebijakan penanganan bank bermasalah, sehingga dapat menjawab hal-hal
kontroversi seputar dampak sistemik dan nonsistemik yang ditimbulkan akibat
penutupan Bank Century.
1.2. Perumusan Masalah
Perdebatan yang terjadi antara tindakan penyelamatan dan penutupan Bank
Century pada dasarnya dilandasi oleh alasan ada atau tidaknya dampak sistemik
yang ditimbulkan. Alasan ada atau tidaknya dampak sistemik akibat kebijakan
penanganan bank bermasalah tersebut pada umumnya didasarkan pada dua faktor,
yaitu faktor kondisi ekonomi dan faktor ukuran bank bermasalah. Faktor kondisi
ekonomi adalah kondisi ekonomi yang dihadapi pada saat permasalahan
perbankan tersebut terjadi, yaitu kondisi krisis ekonomi ataukah kondisi normal
(tidak adanya gejolak krisis ekonomi). Sedangkan faktor ukuran bank bermasalah,
didasarkan pada relatif kecil atau sama besarnya bank bermasalah tersebut.
Risiko sistemik tidak hanya berpengaruh pada instabilitas sistem
perbankan nasional, namun lebih jauh berpengaruh terhadap sistem keuangan dan
perekonomian nasional. Dengan mengacu pada hal tersebut, dalam penelitian ini
akan dikaji dampak sistemik yang ditimbulkan oleh kebijakan pemerintah dalam
menangani Bank Century tersebut terhadap kinerja ekonomi. Kinerja ekonomi
yang akan dikaji dalam penelitian ini mengacu pada hal-hal berikut, antara lain :
1. Rata-rata suku bunga deposito dan rata-rata suku bunga kredit sebagai
gambaran respon dari bank,
8
2. Total deposito yang dihimpun bank sebagai gambaran respon dari deposan
(nasabah),
3. Total pinjaman yang dipinjam dari para pelaku usaha (perusahaan),
4. Tingkat pengangguran yang dipengaruhi oleh keputusan pelaku usaha
(perusahaan) dalam alokasi penggunaan tenaga kerja (penggunaan atau
pemutusan hubungan kerja (PHK)),
5. Output yang dihasilkan dari kegiatan usaha debitur (perusahaan) sebagai
representasi dari gambaran pertumbuhan ekonomi, serta
6. Tingkat inflasi yang dipengaruhi oleh perkembangan harga dari kegiatan
produksi pelaku usaha (perusahaan).
Berdasarkan pemaparan tesrsebut, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini, antara lain :
1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh kebijakan penutupan bank
bermasalah terhadap kinerja perekonomian dalam kondisi krisis dan
normal ?
2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh kebijakan penutupan bank
bermasalah terhadap kinerja perekonomian antara bank bermasalah yang
relatif kecil dengan bank bermasalah yang ukurannya relatif sama
besarnya dengan bank lain ?
3. Apakah kebijakan penutupan Bank Century sebagai bank bermasalah akan
menimbulkan dampak sistemik ?
9
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan dari penulisan skripsi ini
antara lain :
1. Mengetahui perbedaan pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah
terhadap kinerja perekonomian dalam kondisi krisis dan normal.
2. Mengetahui perbedaan pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah
terhadap kinerja perekonomian antara bank bermasalah yang relatif kecil
dengan bank bermasalah yang ukurannya relatif besar.
3. Mengetahui ada atau tidaknya dampak sistemik yang ditimbulkan jika
dilakukan kebijakan penutupan Bank Century.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain :
1. Bagi penulis, penggunaan metode percobaan ekonomi dalam penelitian ini
diharapkan dapat menjadi pembelajaran dalam memecahkan permasalahan
terkait dengan perdebatan tindakan penyelamatan dan penutupan bank
bermasalah. Mengingat kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah adalah
kebijakan penyelamatan bank, dampak dari kebijakan penutupan Bank
Century sulit dipecahkan dengan metode ekonomi lain, seperti survei atau
kajian terhadap data sekunder.
2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah keilmuan terkait kebijakan perbankan serta dapat menjadikan
penelitian ini sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya
terkait dengan permasalahan kasus bank bermasalah serupa.
10
3. Bagi pemerintah, diharapkan dapat membuat keputusan yang tepat terkait
penanganan suatu bank bermasalah dengan mempertimbangkan kondisi
ekonomi yang dialami pada saat permasalahan perbankan terjadi dan
kondisi ukuran bank bermasalah tersebut.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi oleh sejumlah asumsi tertentu.
Penjelasan mengenai asumsi-asumsi tersebut akan dijelaskan dalam metode
penelitian. Adapun runag lingkup dalam penelitian ini, antara lain :
antara lain :
1. Penentuan market share bank sebagai objek penelitian didasarkan pada
jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dimiliki bank, dimana DPK
diasumsikan hanya berasal dari deposito.
2. Dana bank diasumsikan hanya disalurkan pada penyaluran kredit pinjaman
modal kerja.
3. Deposan berperan sebagai tenaga kerja yang digunakan oleh debitur
(pelaku usaha). Penentuan deposan terkena PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja) oleh debitur akan dilakukan secara acak oleh peneliti.
4. Dalam mengkaji tingkat pengangguran, tenaga kerja keseluruhan yang
diperhitungkan diasumsikan berasal dari tenaga kerja yang dipekerjakan
oleh keseluruhan debitur (pelaku usaha) selaku pelaku percobaan dalam
penelitian ini.
11
5. Pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang dikaji berdasarkan
perkembangan output dan perkembangan harga yang dihasilkan dari
respon simulasi percobaan ekonomi.
6. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer hasil
percobaan ekonomi.
7. Peserta percobaan ekonomi berasal dari kalangan mahasiswa.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori-teori
2.1.1. Definisi dan Fungsi Perbankan dalam Perekonomian
Bank berasal dari kata Italia yaitu banco, yang artinya bangku (Hasibuan,
2008). Istilah bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir dalam kegiatan
operasionalnya melayani kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan
populer menjadi Bank. Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank Indonesia (2006) menyatakan bahwa bank merupakan lembaga perantara
keuangan yang dalam menjalankan operasinya menerima simpanan masyarakat
dalam bentuk giro, tabungan dan deposito, untuk kemudian menanamkan dana
simpanan tersebut dalam bentuk penyaluran kredit dan pembiayaan lain kepada
dunia usaha maupun bentuk portfolio asset financial, seperti surat-surat berharga
yang diterbitkan pemerintah dan bank sentral.
Bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi
sebagai lembaga intermediasi yang menjembatani kepentingan pihak yang
kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditur) dan pihak yang membutuhkan
dana (peminjam dana atau debitur). Dalam Bank Indonesia (2006), fungsi bank
sebagai lembaga intermediasi mencakup tiga hal, yaitu:
1. Sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan,
13
2. Sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk
kredit, dan
3. Melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.
Terkait dengan bank sebagai lembaga intermediasi, pihak-pihak yang
berkelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga
pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening
giro, tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan dan
preferensinya (Bank Indonesia, 2004). Di sisi lain, pihak-pihak yang kekurangan
dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank.
Hasibuan (2008) menjelaskan bahwa kredit dibagi menjadi tiga berdasarkan
tujuan penggunannya, yaitu :
1. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan
konsumsi. Kredit ini bersifat tidak produktif.
2. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang akan dipergunakan untuk menambah
modal usaha debitur. Kredit ini bersifat produkstif.
3. Kredit invetasi, yaitu kredit yang dipergunakan dalam jangka waktu yang
relatif lama.
Melalui proses intermediasi, bank sebagai lembaga intermediasi memiliki peran
penting dalam memobilisasi dana-dana masyarakat sebagai salah satu sumber
pembiayaan utama bagi dunia usaha, baik untuk investasi maupun produksi
dengan harapan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
14
2.1.2. Tingkat Kesehatan Bank
Bank Indonesia (2004) menyatakan bahwa bank dikatakan sehat jika bank
dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik dalam hal menjaga dan
memeilhara kepercayaan masyarakat, menjalankan fungsi intermediasi, membantu
kelancaran lalu lintas pembayaran, serta dapat mendukung efektifitas kebijakan
moneter. Untuk menjalankan fungsi bank dengan baik, bank harus memiliki
kriteria modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, mengelola
dengan baik dan mengoperasikan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian,
memelihara keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya
setiap saat.
Berdasarkan pasal 29 UU tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998, bank wajib memilihara tingkat
kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas
manajemen, likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas, serta aspek lain yang
berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip
kehati-hatian (Bank Indonesia, 2004).
Dalam Bank Indonesia (2004), penilaian tingkat kesehatan bank di
Indonesia secara garis besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Asset
Quality, Management, Earning, and Liquidity). Kelima faktor tersebut saling
berkaitan dan merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Secara
umum, faktor CAMEL sangat relevan dalam mengukur tingkat kesehatan semua
bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang
15
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari :
1. Permodalan (Capital)
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam
mengembangkan usaha dan menampung risiko kerugian yang mungkin dihadapi.
Penilaian tingkat kesehatan bank melalui aspek permodalan yang dimiliki oleh
bank didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Bank
Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR), yaitu kewajiban
penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank
sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR). Dendawijaya (2005) menjelaskan bahwa CAR merupakan rasio kinerja
bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang
aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang
diberikan. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap ATMR. CAR
dapat dirumuskan sebagai berikut :
.....................................(2.1)
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau CAR (Capital
Adequacy Ratio) berdasarkan standar BIS (Bank for International Settlement)
yaitu sebesar 8%. CAR dipergunakan sebagai salah satu cara untuk menghitung
apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau belum. Ketetapan
CAR sebesar 8% bertujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat kepada
perbankan, melindungi dana pihak ketiga pada bank bersangkutan, serta dalam
rangka untuk memenuhi ketetapan standar BIS Perbankan Internasional. Sanksi
bagi bank yang tidak memenuhi CAR 8% di samping diperhitungkan dalam
16
penilaian tingkat kesehatan bank, juga akan dikenakan sanksi dalam rangka
pengawasan dan pembinaan bank (Hasibuan, 2008).
2. Kualitas Aktiva (Asset)
Dalam penilaian faktor ini, hal yang dilakukan adalah menilai jenis-jenis
aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank
Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang
diklasifikasikan terhadap aktiva produktif melalui rasio Kualitas Aktiva Produktif
(KAP) dan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap
aktiva produktif yang diklasifikasikan (Hasibuan, 2008).
3. Aspek Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen sulit diukur dengan penilaian secara
kuantitatif. Baik buruknya manajemen dalam suatu bank dapat dinilai secara
kualitatif berdasarkan aturan-aturan manajemen yang telah ditetapkan. Penilaian
dalam aspek manajemen meliputi manajemen umum dan manajemen risiko
(Hasibuan, 2008). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian faktor manajemen
antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut, antara lain
manajemen umum, penerapan sistem manajemen risiko, dan kepatuhan bank
terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau
kepada pihak lainnya.
4. Aspek Rentabilitas (Earning)
Faktor rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
meningkatkan keuntungan juga untuk mangukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai bank. Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah
17
kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai.
Penilaian dalam ini meliputi rasio laba terhadap total asset (Return on Asset
(ROA)) dan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
(Hasibuan, 2008).
....................................................................(2.2)
.............................................................(2.3)
5. Aspek Likuiditas (Liquidity)
Bank dapat dikatakan likuid jika bank tersebut mampu memenuhi semua
kewajiban, khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan simpanan
masyarakat (simpanan, tabungan, dan giro) dan bank tersebut juga mampu
memenuhi permohonan kredit yang layak untuk dibiayai. Tingkat likuiditas suatu
bank dapat diukur melalui rasio keuangan Loan Deposit Ratio (LDR). LDR
adalah rasio antara jumah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima
oleh bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan suatu bank dalam
membayar penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan
kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa
jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit mampu mengimbangi kewajiban
bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali
uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya,
2005). Perhitungan LDR dapat dilakukan sebagai berikut :
.........................................................(2.4)
Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi bahwa semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal tersebut disebabkan karena
18
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Sebagian
praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari rasio LDR suatu bank
adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% - 100%
(Dendawijaya, 2005).
2.1.3. Tindakan Rush oleh Nasabah terhadap Bank
Kegiatan operasional bank sangat dipengaruhi oleh sumber dana dari
masyarakat. Oleh karena itu, kelangsungan kegiatan operasional bank sangat
dipengaruhi oleh aspek kepercayaan masyarakat terhadap bank. Menurut
Kemenkeu (2010) menjelaskan bahwa aspek kepercayaan dalam industri
perbankan sangat penting dalam menentukan keberlangsungan (going concern)
suatu bank, baik itu kepercayaan dari para deposan maupun kepercayaan dari
kreditur lainnya. Aspek kepercayaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal,
antara lain :
1. Sifat/perilaku manusia yang cenderung tidak mau ambil risiko, cenderung
reaktif dan panik apabila mendengar berita yang buruk;
2. Adanya ketidakseimbangan penyaluran informasi antara nasabah dan
pengelola bank tentang kondisi bank yang sebenarnya.
Bank Indonesia (2004) memaparkan bahwa menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap bank akan memberikan dampak negatif terhadap kelangsungan bank
bersangkutan.
Adanya ketidakseimbangan informasi antara nasabah dan pengelola bank
mengenai kondisi bank sebenarnya dapat mengakibatkan reaksi yang berlebihan
baik dari nasabah bank maupun dari para pelaku pasar. Sulitnya memperoleh
19
informasi lengkap mengenai kondisi bank menyebabkan mereka akan cenderung
mengandalkan informasi dari nasabah lainnya maupun indikator umum pasar
keuangan (seperti Surat Utang Negara (SUN), nilai tukar rupiah, kondisi
keuangan devisa, serta indeks saham). Bagi nasabah yang tidak memperoleh
informasi tersebut akan cenderung bereaksi mengikuti reaksi para pelaku pasar
dan nasabah yang lain. Reaksi-reaksi tersebut akan memicu kepanikan masyarakat
dan cenderung mendorong mereka mengambil tindakan yang irrasional
(Kemenkeu, 2010). Park (1991) mengidentifikasikan kurangnya informasi yang
diperoleh oleh masyarakat akan suatu bank akan menyebabkan kepanikan.
Bank Indonesia (2004) memaparkan bahwa keterbatasan informasi
nasabah mengenai kondisi bank dapat mengakibatkan suatu bank rentan terhadap
bank run atau penarikan dana masyarakat dari perbankan. Pemburukan kondisi
bank baik disebabkan karena kesulitan likuiditas maupun kesulitan solvabilitas
ataupun adanya rumor (berita negatif) terhadap suatu bank akan mengakibatkan
kekhawatiran dan ketidakpercayaan nasabah (Kemenkeu, 2010). Kekhawatiran
tersebut akan menyebabkan para nasabah untuk saling berlomba menarik dananya
pada bank bersangkutan karena adanya ketakutan jika penarikan dana pada bank
tersebut didahului oleh nasabah lainnya. Bahkan hal tersebut memungkinkan
mempengaruhi nasabah lainnya di lokasi yang berbeda. Adanya antrian penarikan
dana oleh para nasabah terhadap satu bank dapat memicu nasabah bank lain untuk
menarik dananya dari bank mereka. Gilbert dan Wood (1986) menyatakan bahwa
kegagalan dari suatu bank akan membuat masyarakat khawatir akan keamanan
uang mereka pada bank lain sehingga masyarakat akan berusaha untuk menarik
uang mereka dari bank tersebut. Adanya pemberitaan melalui media mengenai hal
20
tersebut akan memicu penarikan dana secara besar-besaran (rush/bank runs) pada
banyak bank, meskipun tidak ada keterkaitan antara bank bermasalah dengan bank
lainnya tersebut.
Bank Indonesia (2010) menyatakan bahwa penutupan suatu bank dalam
kondisi tidak sedang menghadapi gejolak krisis keuangan, tidak akan
menimbulkan goncangan psikologi pada nasabah bank. Namun sebaliknya, ketika
kondisi makroekonomi dihadapkan pada kondisi krisis keuangan, isu mengenai
kondisi suatu bank bermasalah bersifat sensitif terhadap psikologi pelaku pasar
dan nasabah. Di tengah kondisi psikologi pasar yang sensitif akibat gejolak krisis
keuangan, kegagalan sebuah bank dapat menular secara cepat (contagion effect),
bahkan bank dengan fundamental yang kuat juga akan terkena tindakan rush oleh
nasabahnya (Kemenkeu, 2010). Penarikan dana secara besar-besaran (rush)
tersebut akan bersifat menular (contagion) pada bank-bank lainnya secara cepat
dan mengakibatkan kepanikan. Akibatnya, bank-bank akan mengalami kesulitan
likuiditas bahkan lebih parah lagi akan mengalami kesulitan solvabilitas (self
fulfilling prophecy). Gilbert (1998) menyatakan bahwa contagion dari suatu bank
terjadi pada saat terdapat informasi negatif pada suatu bank yang menyebabkan
deposan menarik dananya dan memindahkan dananya ke bank lain meskipun
mereka tidak memiliki cukup informasi atas bank tersebut. Kaufman (1995)
mendefinisikan contagion (sistemic risk) sebagai probabilitas dimana kerugian
secara komulatif akan terjadi dari suatu peristiwa yang terjadi pada suatu series
kerugian pada rantai institusi atau pasar pada suatu sistem.
21
2.1.4. Risiko Sistemik Perbankan
Rush terhadap perbankan pada umumnya bersifat menular dan dapat
terjadi pada bank baik pada kondisi bank yang sehat maupun bank yang tidak
sehat (Bank Indonesia, 2004). Kejadian tersebut sering disebut sebagai
permasalahan perbankan yang bersifat sistemik. Kegagalan suatu bank khususnya
yang bersifat sistemik tersebut akan mengakibatkan terjadinya krisis yang dapat
mengganggu kegiatan suatu perekonomian.
Dalam Buku Putih yang berjudul Upaya Penanganan dan Pencegahan
Krisis yang ditulis oleh Tim Asistensi Sosialisasi Kebijakan Pencegahan dan
Penanganan Krisis Sistem Keuangan, Kementrian Keuangan Republik Indonesia
(2010), sistemik berasal dari kata sistem. Kerusakan sistemik berarti kerusakan
menyeluruh pada sistem yang ada. Mengacu pada definisi Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perppu) Jaringan Pengaman Sistem Keuangan
(JPSK), dampak sistemik adalah suatu kondisi sulit yang ditimbulkan oleh suatu
bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), dan atau gejolak pasar keuangan
yang apabila tidak diatasi dapat menyebabkan kegagalan sejumlah bank dan/atau
LKBB lain sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem
keuangan dan perekonomian nasional. Lembaga Internasional seperti Bank for
International Settlements dan European Central Bank menekankan dampak
sistemik mengacu pada kekacauan yang menyeluruh, bersifat tiba-tiba,
menghasilkan efek domino kekacauan finansial yang besar.
Kemenkeu (2010) menjelaskan dua kriteria umum yang digunakan Bank
Sentral untuk menentukan Systemically Important Bank (SIB), yakni :
22
1. Too big to fail. Semakin besar ukuran suatu bank (misalnya dilihat dari sisi
nilai asset, nilai transaksi, atau jumlah cabang), maka bank tersebut memiliki
dampak sistemik yang semakin tinggi. Oleh karena itu, bank tersebut tidak boleh
dibiarkan gagal.emerintah dalam Pence da
2. Too interconnected to fail. Semakin besar keterkaitan suatu bank dengan
bank atau lembaga keuangan lainnya (misalnya melalui pinjaman antar bank atau
kepemilikan), maka bank tersebut semakin tinggi dampak sistemiknya. Oleh
karena itu, bank tersebut tidak boleh dibiarkan gagal.
Bank Indonesia selaku otoritas pengaturan dan pengawasan perbankan
mengelompokkan beberapa bank besar sebagai Systemically Important Bank
(SIB) (Kemenkeu, 2010). Systemically Important Bank merupakan bank yang
memiliki ukuran yang cukup signifikan, dimana dalam keadaan normal akan
berdampak sistemik jika bank tersebut mengalami kegagalan. Dalam kondisi
normal, Systemically Important Bank tidak boleh gagal, terlebih lagi dalam
kondisi krisis. Kegagalan Systemically Important Bank akan membahayakan
sistem pembayaran, sistem keuangan, serta perekonomian nasional.
Kemenkeu (2010) memaparkan bahwa perkembangan sektor keuangan
yang semakin kompleks dan terkait satu sama lain, pertimbangan dampak
sistemik berdasarkan kategori SIB tidak dapat diterapkan, sebab kriteria umum
tersebut lazimnya digunakan dalam kondisi normal. Mengingat situasi kondisi
tahun 2008 tidak berada dalam kondisi normal, melainkan berada dalam gejolak
krisis keuangan global, aspek psikologis yang dihadapi para pelaku pasar turut
dijadikan pertimbangan tambahan dalam pengambilan kebijakan. Direktorat
Penelitian dan Pengaturan Bank (DPNP) BI menggunakan kerangka analisis
23
sistem Memorandum of Understanding (MoU) Uni Eropa 1 Juni 2008 (Bank
Indonesia, 2010). Salah satu petikan Mou Uni Eropa tersebut mengatakan :
“...in a such situation, one may also need to place more reliance on qualitative
judgements rather than on up-to-date quantitative information.”
Inti pernyataan tersebut adalah bahwa penilaian kualitatif menjadi unsur lebih
penting daripada informasi kuantitatif terkini. Terdapat empat aspek yang dipakai
MoU UE dalam menganalisis bank gagal yang ditenggarai sistemik, yaitu institusi
keuangan, pasar keuangan, sistem pembayaran, dan sektor riil. Terhadap keempat
aspek itu, BI menambah satu aspek yang lain yaitu faktor psikologis pasar.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, bank sekecil apapun jika dilakukan tindakan
penutupan pada saat krisis akan berpotensi sistemik memicu menurunkan
kepercayaan nasabah terhadap bank-bank lain.
Kemenkeu (2010) menjelaskan bahwa tidak ada kriteria bank berdampak
sistemik yang dinyatakan secara tegas dalam undang-undang. Hal tersebut
didasarkan oleh dua alasan berikut, yaitu :
1. Berpotensi menimbulkan moral hazard
Kriteria berdampak sistemik memang tidak dinyatakan eksplisit. Jika
semua bank mengetahui tentang kriteria berdampak sistemik, maka pengelola
bank cenderung secara sengaja mendorong atau mengondisikan diri masuk ke
kriteria “berdampak sistemik” agar dapat memeperoleh bantuan pemerintah demi
keuntungan-keuntungan yang tidak wajar.
2. Pengukuran Dampak Sistemik Bersifat Situasional
Dampak sistemik bisa diakibatkan banyak hal, internal maupun eksternal.
Hal yang bersifat internal umumnya berupa masalah dari dalam lembaga bank itu
sendiri. Sedangkan hal yang bersifat eksternal dapat berupa bencana alam, krisis
24
keuangan global maupun bentuk-bentuk lain yang berpengaruh terhadap sistem
keuangan. Ini yang menyebabkan dampak sistemik sulit ditentukan batasannya.
Suatu lembaga keuangan dapat dinyatakan berdampak sistemik pada situasi
tertentu, namun tidak berdampak sistemik pada situasi yang berbeda. Untuk itu
diperlukan professional judgment untuk memutuskan hal tersebut.
2.1.5. Penanganan Bank Bermasalah
Kegagalan suatu bank khususnya yang bersifat sistemik akan dapat
mengakibatkan terjadinya krisis yang dapat mengganggu kegiatan suatu
perekonomian. Crockett (1997) menyatakan bahwa stabilitas dan kesehatan sektor
perbankan sebagai bagian dari stabilitas sektor keuangan terkait erat dengan
kesehatan suatu perekonomian. Kajian yang dilakukan Lindgren (1996)
menunjukkan bahwa banyak negara yang perekonomiannya rusak sebagai akibat
tidak sehatnya sektor perbankan. Sektor keuangan, terutama di negara-negara
berkembang pada umumnya didominasi oleh lembaga perbankan. Mengingat
kondisi demikian, kondisi lembaga perbankan yang tidak sehat dan tidak
berfungsinya secara optimal, maka dapat dipastikan akan berakibat pada
terganggunya kegiatan perekonomian.
Sistem perbankan yang tidak sehat menunjukkan bahwa fungsi bank
sebagai lembaga intermediasi tidak befungsi secara optimal (Bank Indonesia,
2004). Fungsi intermediasi yang tidak optimal tersebut mengakibatkan alokasi dan
penyediaan dana dari perbankan untuk kegiatan investasi dan pembiayaan sektor-
sektor produktif dalam perekonomian menjadi terbatas. Sistem perbankan yang
tidak sehat juga akan mengakibatkan lalu lintas pembayaran yang dilakukan
25
sistem perbankan tidak lancar dan tidak berjalan efisien. Selain itu, sistem
perbankan yang tidak sehat juga akan menghambat efektifitas kebijakan moneter.
Melihat akibat yang ditimbulkan dari sistem perbankan yang tidak sehat tersebut,
maka pengaturan dan pengawasan bank dinilai sangat penting dalam upaya
menciptakan dan memelihara kesehatan sistem perbankan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undand Nomor 3 Tahun
2004, dalam hal keadaan suatu bank menurut penilaian Bank Indonesia
membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan atau
membahayakan sistem perbankan atau terjadi kesulitan perbankan yang
membahayakan perekonomian nasional, maka Bank Indonesia dapat melakukan
tindakan sebagaimana dalam undang-undang tentang perbankan yang berlaku.
Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan berdampak sistemik dan berpotensi
mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan, Bank Indonesia
dapat memberikan fasilitas pembiayaan darurat (financial safety net).
Dalam Bank Indonesia (2010), pengawas Bank Indonesia akan
memasukkan bank dalam pengawasan intensif jika permasalahan pada bank
tersebut hanya sebatas pada peningkatan NPL (non-performing loan). Pengetatan
pengawasan dilakukan dengan serangkaian arahan tindakan koreksi yang akan
direkomendasi oleh Pengawas Bank. Langkah koreksi ini dimaksudkan agar
kondisi bank mengalami pemulihan dalam waktu tidak terlalu lama sehingga
status bank dalam status pengawasan intensif pun dapat dicabut. Langkah-langkah
koreksi yang direkomendasikan BI antara lain meminta bank melaporkan hal-hal
26
tertentu, misalnya, informasi profil kredit bermasalah yang membuat bank dalam
kondisi terancam kelangsungan usahanya.
Apabila kinerja bank dalam pengawasan intensif tidak juga bergerak
memperlihatkan perbaikan, status pengawasan pun ditingkatkan lagi menjadi bank
dalam pengawasan khusus (special surveilance unit/SSU). Predikat bank SSU
pada umumnya menyebabkan ketidaknyamanan pada manajemen bank. Seperti
sudah digambarkan, bila informasi ini beredar di publik disertai rumor negatif
akan menyebabkan tindakan rush dari para nasabah. Santoso (2010) memaparkan
bahwa bank dalam pengawasan khusus pada umumnya memiliki permasalahan
yang lebih buruk yang ditandai dengan kinerja modal (CAR) bank yang berada
pada kisaran nilai kurang dari 8% disertai NPL yang lebih besar dari 5% sehingga
memungkinkan adanya permasalahan lain yaitu menurunnya tingkat profitabilitas.
Jika penanganan bank dalam pengawasan khusus tidak membuahkan hasil,
maka bank tersebut dapat dinyatakan sebagai bank gagal oleh Dewan Gubernur
Bank Indonesia. Selanjutnya diputuskan apakah bank gagal tersebut berdampak
sistemik atau tidak. Surat Keputusan Bersama (SKB) yang ditandatangani Ketua
Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Pejabat Sementara
Gubernur BI pada 22 Oktober 2009 mengatur perihal tata cara sebuah bank gagal
(sistemik atau nonsistemik) yang untuk selanjutnya akan diserahkan ke LPS.
Dalam menangani bank gagal tidak sistemik pihak LPS akan melakukan kajian
dan memutuskan apakah akan diselamatkan atau tidak. Jika biaya penyelamatan
lebih mahal dari pada melikuidasi, maka penyelesaian singkat saja, bank
diusulkan dicabut izin usahanya lalu dilikuidasi dan LPS membayar klaim atas
simpanan masyarakat.
27
Apabila LPS memutuskan bank gagal untuk diselamatkan, maka berlaku
dua perlakuan berbeda. Terhadap bank gagal nonsistemik, tindakan penyelamatan
tidak akan melibatkan pemegang saham lama. Artinya, semua biaya yang timbul
dari tindakan penyelamatan itu akan ditanggung oleh LPS. Sedangkan
penanganan bank gagal sistemik dapat dilakukan baik dengan melibatkan
pemegang saham lama atau tanpa melibatkan mereka didalamnnya. Bila
pemegang saham lama terlibat didalamnya, maka LPS mewajibkan menyetor dana
setidaknya 20% dari total biaya penyelamatan yang telah dikeluarkan LPS.
Dalam hal menangani bank gagal dalam skim apa pun, pihak LPS
mendasari tidakan tersebut berdasarkan mandat Undang-Undang No. 24 Tahun
2004 tentang LPS. Penanganan bank gagal yang dipertimbangkan untuk
diselamatkan akan diambil langkah-langkah bahwa kewenangan mengadakan
RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan pengelolaan bank sepenuhnya
diambilalih LPS. Terhadap bank gagal yang diselamatkan, LPS akan melakukan
penyertaan modal sementara (PMS). Selain itu, LPS juga dapat melakukan merger
dan konsolidasi dengan bank lain
Bank Indonesia (2010) menyatakan bahwa dalam kondisi ekonomi yang
tidak dihadapkan pada gejolak krisis keuangan, penutupan bank berjalan secara
alamiah tanpa menimbulkan goncangan psikologi nasabah bank. Namun
sebaliknya, ketika penutupan bank bermasalah dalam kondisi krisis, pendekatan
dan penanganan dilakukan secara berbeda. Dalam kondisi krisis, aspek psikologis
nasabah harus dipertimbangkan dalam kebijakan penangangan bank bermasalah.
Hal tersebut disebabkan karena kondisi krisis berpotensi mempengaruhi psikologi
28
pasar sehinga dikhawatirkan penutupan bank bermasalah tersebut akan berpotensi
sistemik mempengaruhi perbankan lain.
2.1.6. Percobaan Ekonomi
Perancangan percobaan adalah suatu uji atau sederetan uji, baik itu
menggunakan statistika deskripsi maupun statistika inferensia, yang bertujuan
untuk mengubah peubah input menjadi suatu output yang merupakan respon dari
percobaan tersebut (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Juanda (2009) menjelaskan
bahwa rancangan percobaan (experimental design) merupakan suatu metode
pengumpulan data yang efektif dalam mengkaji hubungan sebab akibat antar
peubah (variabel) tapi seringkali sulit dilakukan terutama dalam ilmu sosial atau
ilmu ekonomi. Penggunaan percobaan memungkinkan peneliti mengubah nilai
suatu peubah atau faktor yang dikaji, namun mempertahankan nilai dari faktor-
faktor lainnya, sehingga pengaruh faktor yang dikaji tersebut dapat diketahui
dengan jelas. Percobaan terkontrol memberikan suatu dasar untuk mengisolasi
faktor penyebab karena faktor lainnya dibuat (dikendalikan) sama sehingga tidak
berperan pengaruhnya. Dalam terminologi statistika tindakan ini sering disebut
“kontrol lingkungan”.
Dalam studi experimental, peneliti mengkaji pengaruh minimal satu
peubah bebas (independent variables) terhadap satu atau lebih peubah tak bebas
(dependent variables) (Juanda, 2009). Independent variables disebut juga peubah
perlakuan atau eksperimental, sedangkan dependent variables disebut juga peubah
respons atau outcome (hasil percobaan). Dalam rancangan percobaan terdiri dari
dua karakteristik, yaitu minimal terdapat dua kondisi (pada umumya lebih) atau
29
dua perlakuan yang diperbandingkan untuk menilai pengaruh dari perlakuan-
perlakuan atau kondisi tertentu (independent variables) dan peubah bebas tersebut
dimanipulasi secara langsung oleh peneliti untuk mengkaji pengaruhnya pada satu
atau lebih respon atau outcome (dependent variables).
Sumber : Juanda, 2009
Gambar 2.1. Ilustrasi Perancangan Percobaan
Juanda (2009) memaparkan bahwa data dari hasil suatu perancangan
percobaan (experimental design) dikatakan valid apabila memenuhi tiga prinsip
dasar, yaitu :
1. Ulangan
Fungsi dari ulangan antara lain menghasilkan nilai dugaan bagi galat
(kekeliruan) percobaan, meningkatkan ketepatan percobaan dengan
memperkecil simpangan baku nilai tengah perlakuan.
2. Pengacakan (randomization)
Sebelum percobaan, pengalokasian subjek ke kelompok yang akan
dicobakan ditentukan melalui pengacakan. Melalui pengacakan tersebut,
dapat dianggap bahwa subjek-subjek tersebut hanya berbeda karena faktor
kebetulan dalam peubah yang diuji. Tujuan dari pengacakan ini adalah
Input Proses Output
Peubah Tak Terkendali
Z1, Z2, Z3, ..., Zq
Peubah Terkendali
X1, X2, X3, ..., Xp
30
untuk mendapatkan dugaan tak bias bagi galat percobaan dan nilai tengah
perlakuan.
3. Pengelompokan (kontrol lingkungan)
Peneliti harus mengontrol faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi
respon (outcome). Tujuan pengendalian lingkungan adalah untuk
mengurangi galat percobaan, sehingga lebih yakin dalam menyimpulkan
bahwa perbedaan respon diakibatkan karena perbedaan perlakuan (Gambar
2.4).
Perlakuan Respon
Kontrol Lingkungan (Faktor lain diasumsikan sama) Sumber : Juanda, 2009
Gambar 2.2. Karakteristik Pengumpulan Data dengan Rancangan Percobaan
Meskipun metode percobaan ini banyak memiliki kelebihan, namun
hingga saat ini masih banyak ekonom yang memiliki keyakinan bahwa ilmu
ekonomi ridak dapat menguji hipotesis atau teorinya dengan melakukan
percobaan-percobaan di laboratorium (Davis dan Holt, 1993). Persepsi tersebut
muncul karena menganggap bahwa karakteristik yang dimiliki pelaku ekonomi
sangat beragam dan sulit untuk dikontrol sehingga sulit pula untuk mengambil
kesimpulan hubungan sebab akibat karena adanya confounding variables.
Meskipun demikian, para ekonom sepakat menganggap bahwa setiap pelaku
ekonomi bertindak rasional, artinya dalam setiap aktifitas selalu
mempertimbangkan manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkannya atau
berdasarkan struktur insentif dari aktifitas tersebut (Juanda, 2009).
31
Seiring dengan perkembangan metode percobaan ekonomi, muncul suatu
teori yang disebut induced-value theory yang dikembangkan oleh Smith (1976).
Ide dasar dari teori ini adalah bahwa penggunaan media imbalan yang tepat
memungkinkan peneliti untuk memunculkan (induce) karakteristik pelaku
ekonomi tertentu dan karakteristik bawaanya menjadi tidak berpengaruh lagi
(irrelevant). Apabila karakteristik dasar pelaku ekonomi (experimental unit) sama
atau homogen, maka peneliti dapata melakukan percobaan karena prinsip dasar
“pengendalian lingkungan sudah dilakukan”. Juanda (2009) mengemukakan
bahwa terdapat tiga syarat cukup untuk memunculkan karakteristik pelaku
ekonomi tertentu, antara lain adalah:
1. Monotonicity, yaitu pelaku percobaan harus menyukai imbalan yang lebih
besar.
2. Salience, yaitu Imbalan yang diterima pelaku tergantung dari tindakan
mereka (dan pelaku-pelaku lain) dalam percobaan sesuai aturan intitusi
yang mereka pahami.
3. Dominance, yaitu adanya dominansi kepentingan pelaku di dalam
pelaksanaan dan mengabaikan hal-hal lain.
Friedman dan Sunder (1994) mengemukakan bahwa percobaan ekonomi
dilakukan di dalam lingkungan yang terkontrol. Lingkungan ekonomi terdiri dari
para pelaku ekonomi bersama aturan yang berlaku atau institusi sebagai tempat
berinteraksi antar pelaku ekonomi. Juanda (2009) menyatakan bahwa dalam
percobaan ekonomi diberikan instruksi percobaan yang terdiri dari deskripsi
tentang ketentuan percobaan, pilihan-pilihan, dan tindakan-tindakan yang harus
dilakukan subjek penelitian (pelaku percobaan), serta aturan penentuan pemberian
32
imbalan (reward) kepada subjek, yang tergantung pada tindakan mereka. Lembar
instruksi percobaan diberikan kepada subjek penelitian pada saat percobaan akan
dilaksanakan sehingga subjek penelitian jelas memahami prosedur percobaan dan
aturan yang berlaku. Dalam instruksi percobaan juga dapat dilengkapi dengan
contoh ilustrasi yangs sederhana yang akan lebih memperjelas permasalahan bagi
subjek percobaann.
Dalam penelitian di bidang ekonomi dengan metode percobaan, kelompok
masyarakat yang seringkali menjadi subjek penelitian berasal dari kelompok
mahasiswa (Friedman and Sunder, 1994). Alasan penggunaan mahasiswa sebagai
subjek penelitian yaitu :
1. Kelompok ini dinilai paling siap untuk masuk ke dalam kelompok
eksperimen
2. Latar belakang kelompok ini berasal dari kampus, dimana dari kampus
inilah sebagian besar peneliti muncul
3. Biaya imbangan (opportunity cost) yang rendah
4. Merupakan salah satu cara untuk mengurangi pengaruh eksternal yang
dapat menjadi variabel pengganggu di dalam penelitian
Metode percobaan dalam ilmu ekonomi adalah suatu cara yang sangat baik
untuk membangkitkan data yang kualitasnya lebih baik (dan kemungkinan
biayanya lebih kecil) daripada data yang tersedia di publikasi. Metode percobaan
paling tidak memberikan cara alternatif untuk mendapatkan data (Juanda, 2009).
Untuk tujuan ilmiah, data hasil percobaan relatif mudah diinterpretasikan dalam
menyimpulkan hubungan sebab akibat.
33
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kajian terhadap kebijakan pemerintah terhadap kasus
Bank Century melalui metode percobaan ekonomi relatif masih jarang dilakukan.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Fardilah (2011) dalam skripsinya yang
berjudul “Percobaan Ekonomi Mengkaji Alternatif Kebijakan Pemerintah
terhadap Penyelamatan Bank Century”. Kajian terhadap kebijakan pemerintah
dalam penanganan kasus Bank Century dilakukan dengan membandingkan suku
bunga deposito, suku bunga pinjaman, jumlah total deposito yang dapat dihimpun
seluruh bank, persentase deposito yang ditarik, dan jumlah total pinjaman yang
dipinjam oleh debitur (pelaku usaha).
Kebijakan membantu bank bermasalah dan menutup bank bermasalah
memiliki perbedaan nyata terhadap suku bunga pinjaman, jumlah deposito,
jumlah pinjaman, dan persentase deposito yang ditarik. Dalam penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa suku bunga deposito pada kebijakan membantu bank
bermasalah lebih tinggi dibandingkan kebijakan menutup bank bermasalah.
Sebaliknya suku bunga pinjaman pada kebijakan membantu bank bermasalah
lebih rendah dibandingkan kebijakan menutup bank bermasalah. Pada kebijakan
bank bermasalah dibantu, jumlah deposito dan jumlah pinjamannya lebih besar
dibandingkan saat kebijakan bank bermasalah ditutup. Dalam penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa jumlah deposito memberikan dampak yang bertolak
belakang dengan deposito yang ditarik. Sebaliknya, deposito yang ditarik bertolak
belakang dengan kenaikan deposito, baik pada kebijakan membantu maupun
menutup bank bermasalah. Semakin besar deposito yang ditarik semakin rendah
34
jumlah deposito. Semakin besar kenaikan deposito, semakin rendah deposito yang
ditarik.
Penelitian ini memiliki perbedaan dibandingkan penelitian sebelumnya.
Perbedaan penelitian ini dibandingkan penelitian terdahulu adalah kompleksitas
bahasan baik terkait kondisi perlakuan percobaan maupun bahasan respon
percobaan yang lebih mendalam. Pembahasan respon percobaan yang lebih
mendalam tersebut terkait respon kinerja perekonomian yang meliputi tingkat
pengangguran, tingkat output nasional, serta tingkat inflasi. Selain itu, penelitian
ini mempergunakan asumsi informasi yang sempurna terkait suku bunga deposito
dan suku bunga kredit sebagai respon dari bank. Masing-masing bank, deposan,
serta pelaku usaha (perusahaan) mengetahui informasi mengenai suku bunga
deposito dan suku bunga kredit yang ditetapkan masing-masing bank agar
memungkinkan adanya persaingan antar bank dalam menentukan suku bunga
deposito dan suku bunga kredit sehingga diharapkan mampu menggambarkan
kegiatan perbankan yang sebenarnya. Perbedaan lain antara penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah adanya faktor kondisi ekonomi dan ukuran bank
bermasalah yang turut dipertimbangkan dalam masing-masing perlakuan
percobaan ekonomi.
Keterbatasan yang dimiliki penelitian sebelumnya adalah tidak adanya
persaingan antar bank dalam menentukan adanya suku bunga deposito dan suku
bunga kredit. Hal tersebut disebabkan karena informasi yang tidak sempurna
antara masing-masing bank, deposan, serta pelaku usaha (perusahaan) terkait
informasi mengenai suku bunga deposito dan suku bunga kredit yang ditetapkan
oleh masing-masing bank. Selain itu, penelitian sebelumnya tidak menghendaki
35
adanya kebebasan bagi deposan dan perusahaan dalam memilih bank sesuai
dengan preferensi suku bunga deposito dan suku bunga kredit yang ditawarkan
sehingga kurang menggambarkan prilaku pelaku ekonomi yang sebenarnya.
2.3. Kerangka Pemikiran
Suatu bank dapat dikategorikan sebagai bank bermasalah atau bank yang
teridentifikasikan tidak sehat jika tidak dapat menjalankan fungsi-fungsinya dalam
menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, tidak dapat menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi, tidak dapat membantu kelancaran lalu
lintas pembayaran, serta tidak mampu mendukung efektifitas kebijakan moneter.
Dalam penangananan suatu bank bermasalah, bank bermasalah yang
teridentifikasikan sebagai bank gagal harus dikaji lebih lanjut terkait ada atau
tidaknya risiko sistemik akibat kegagalan bank bermasalah tersebut. Risiko
sistemik tidak hanya mengacu pada dampaknya terhadap instabilitas sektor
keuangan dan perbankan, namun juga mengarah pada instabilitas sistem
perekonomian.
Dalam menetapkan suatu bank berdampak sistemik atau tidak, Bank
Sentral pada umumnya mempertimbangkan dua kriteria umum, yaitu ukuran suatu
bank yang dilihat dari nilai asset, nilai transaksi, serta jumlah cabangnya dan
besarnya keterkaitan bank tersebut dengan bank dan lembaga keuangan lainnya,
yang dapat dilihat dari pinjaman antar bank atau kepemilikan. Semakin besar
ukuran suatu bank serta besarnya keterkaitan bank tersebut dengan bank atau
lembaga keuangan lainnya, bank tersebut memiliki dampak sistemik yang tinggi.
Seiring dengan semakin mutakhirnya pengetahuan, beberapa kajian
sistemik terhadap perbankan mulai banyak memunculkan ide-ide baru.
36
Berdasarkan kajian sistemik Uni Eropa, risiko sistemik ternyata tidak cukup
hanya mempertimbangkan besarnya penguasaan aset suatu bank, tetapi harus
mempertimbangkan aspek psikologi pasar. Psikologi pasar tersebut pada
umumnya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang dialami saat permasalahan
perbankan terjadi. Pada saat kondisi ekonomi mengalami gejolak krisis, isu-isu
negatif tentang suatu perbankan dapat menyebabkan sentimen negatif terhadap
para pelaku pasar. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kepanikan sejumlah
pelaku pasar dalam sektor keuangan dan perbankan sehingga memungkinkan
kepanikan tidak hanya terjadi pada suatu lembaga keuangan yang bermasalah,
namun dapat menjalar pada lembaga keuangan yang tidak bermasalah.
Kebijakan penanganan bank bermasalah yang terdiri dari kebijakan
penyelamatan dan kebijakan penutupan bank memiliki implikasi yang berbeda
terhadap situasi dan kondisi perbankan dan perekonomian saat permasalahan
perbankan terjadi. Dalam kondisi tidak krisis, tindakan penanganan bank
bermasalah yang tergolong kecil (perannya kecil dalam totalitas sistem
perbankan) melalui tindakan penutupan (likuidasi) mungkin akan dipilih oleh
pemerintah. Hal tersebut disebabkan karena penutupan bank-bank yang secara
kuantitatif memiliki ukuran kecil tidak memungkinkan terjadinya guncangan
psikologi pelaku pasar, khususnya nasabah bank. Pada saat krisis, pendekatan dan
penanganan suatu bank bermasalah akan menjadi berbeda. Dalam kondisi krisis,
tidak hanya faktor-faktor kuantitatif saja yang mendominasi pertimbangan suatu
kebijakan penanganan bermasalah, namun faktor-faktor kualitatif terkait aspek
psikologi pasar juga perlu dipertimbangkan. Saat kondisi ekonomi dihadapkan
37
pada situasi krisis, guncangan psikologi pelaku pasar memungkinkan
mempengaruhi bank-bank lain sehingga dikhawatirkan berdampak sistemik.
Kebijakan penanganan tersebut memang diakui banyak memicu
perdebatan pada sejumlah kalangan. Oleh karena itu, perlu dikaji kebenarannya
secara ilmiah dengan metode percobaan ekonomi terkait kebijakan penanganan
bank bermasalah yang dipengaruhi oleh faktor kondisi ekonomi dan ukuran suatu
bank terhadap ada atau tidaknya dampak sistemik yang ditimbulkan terhadap
sistem perekonomian.
38
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Bank Bermasalah
Kondisi Krisis Ekonomi
1. Rupiah terdepresiasi
2. IHSG menurun secara tajam 3. Credit Default Swap meningkat
4. Cadangan devisa menurun
5. Penjualan SUN dalam jumlah besar
6. Banking Pressure Index>0,5
(adanya tekanan sistem perbankan) 7. Financial Stability Index>2,0
(sistem keuangan tidak stabil)
8. Indeks Keyakinan Konsumen pesimis
9. Tingkat Ketersediaan Lapangan
Kerja menurun
Kondisi Normal
1. Rupiah tidak terdpresiasi 2. IHSG tidak mengalami penurunan
3. Credit Default Swap tidak
mengalami peningkatan
4. Cadangan devisa tidak mengalami
penurunan
5. Kepemilikan SUN meningkat 6. Banking Pressure Index<0,5
7. Financial Stability Index<2,0
8. Indeks Keyakinan Konsumen tidak pesimis
9. Tingkat Ketersediaan Lapangan
Kerja tidak menurun
Kebijakan Penanganan Bank
Bermasalah :
1. Kebijakan Penyelamatan
Bank Bermasalah
2. Kebijakan Penutupan Bank
Bermasalah
Ukuran Bank
Bermasalah
Relatif Kecil
Dibandingkan
Bank Lain
Ukuran Bank
Bermasalah
Relatif Sama
dengan Bank
Lain
Dampak terhadap
Kinerja Perekonomian :
1. Suku Bunga
Deposito
2. Total Depsoito
3. Suku Bunga Kredit
4. Total Pinjaman
5. Tingkat
Pengenagguran
6. Pertumbuhan
Ekonomi
7. Tingkat Inflasi
39
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka hipotesis dalam
penelitian ini, antara lain :
1. Kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank
Century pada kondisi krisis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja perekonomian. Pada kondisi normal, penutupan bank tersebut tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perekonomian.
2. Kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran besar saat krisis
memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan bank bermasalah
tersebut berukuran kecil.
3. Tindakan penutupan pada Bank Century akan menyebabkan dampak
sistemik karena ditutup pada saat krisis.
40
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Pengamatan
Penelitian dengan menggunakan simulasi percobaan ekonomi
dilaksanakan pada tanggal 23 dan 24 Juli 2011 di Ruang Perpustakaan LSI,
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga, Bogor. Percobaan ekonomi
dilakukan dengan menggunakan komputer yang saling terkoneksi melalui jaringan
LAN (Local Area Network). Simulasi percobaan ekonomi dilakukan dengan
menggunakan program komputer yang telah dirancang khsusus oleh peneliti.
Dalam hal ini, peneliti tidak menggunakan responden yang berasal dari
kalangan pelaku ekonomi sebenarnya. Hal ini dilakukan karena reward yang
disediakan tidak sebanding dengan opportunity cost pelaku ekonomi sebenarnya,
sehingga dikhawatirkan para pelaku ekonomi tersebut tidak memberikan respon
yang rasional selama simulasi. Untuk itu, peneliti melibatkan 20 responden dari
kalangan mahasiwa. Kalangan mahasiswa cenderung memiliki opportunity cost
yang rendah sehingga mampu memberikan gambaran respon yang rasional selama
simulasi percobaan ekonomi.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini diperoleh dengan
cara :
1. Perolehan data primer
Data primer diperoleh dari hasil simulasi percobaan ekonomi, dimana data
primer tersebut merupakan gambaran respon dari para peserta sebagai pelaku
41
ekonomi dalam percobaan yang dapat dilihat dari lembar keputusan yang dibuat
oleh para peserta percobaan.
2. Studi literatur dan data sekunder
Data sekunder diperoleh dari kumpulan data, laporan, hasil survei, kajian
serta publikasi yang diterbitkan oleh beberapa instansi terkait seperti Bank
Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu), serta
berbagai jurnal dan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik
penelitian.
Data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Data Statistik Perbankan Indonesia bulan November 2008 yang dipublikasi
oleh Bank Indonesia.
2. Data Rasio-rasio Keuangan Pokok Perbankan tahun 2008 yang dipublikasi
oleh Bank Indonesia dalam Laporan Pengawasan Perbankan 2008.
3. Data Indeks Kepercayaan Konsumen bulan Desember 2008 dan bulan
Desember 2010 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia dalam Survei
Konsumen.
4. Kajian Stabilitas Keuangan yang dipublikasi oleh Bank Indonesia
berdasarkan data dan informasi per Desember 2008 dan per Juni 2010.
5. Data suku bunga simpanan berjangka pertahun berdasarkan kelompok bank
yang dipublikasi oleh Bank Indonesia.
6. Data suku bunga pinjaman pertahun berdasarkan kelompok bank yang
dipublikasi oleh Bank Indonesia.
7. Publikasi Bank Indonesia Edisi Januari 2010 dalam Buku Putih Upaya
Pemerintah dalam Pencegahan dan Penanganan Krisis.
42
8. Publikasi Bank Indonesia Edisi 2010 dalam buku Krisis Global dan
Penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia.
9. Publikasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam buku Penjelasan
dan Penanganan Bank Century.
3.3. Rancangan Simulasi Percobaan
Percobaan ini dikondisikan sesuai kejadian kasus Bank Century yang
sebenarnya yaitu pada bulan November 2008, oleh karena itu data-data yang
digunakan pada kondisi awal percobaan disesuaikan dengan data-data keuangan
perbankan pada bulan November 2008. Percobaan ekonomi yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan simulasi kegiatan perbankan yang telah
disederhanakan oleh peneliti dengan mengedepankan fungsi bank sebagai
lembaga intermediasi. Sebagai lembaga intermediasi, perbankan dalam penelitian
ini terfokus pada kegiatan menghimpun dana dari nasabah yang kemudian
disalurkan kepada pihak debitur untuk pembiayaan usaha . DPK dari nasabah
dalam penelitian ini diasumsikan berasal dari dana deposito. Hal ini didasarkan
pada kondisi perbankan pada tahun 2008, dimana dana deposito hingga Desember
2008 mendominasi DPK dengan pangsa 47%, diikuti oleh tabungan sebesar 28%,
dan giro sebesar 25%. Deposito yang digunakan dalam simulasi merupakan
deposito dengan jangka waktu satu bulan untuk memudahkan pengamatan respon
deposan setiap bulannya. Dalam menjalankan fungsi perbankan sebagai lembaga
intermediasi, kegiatan penyaluran dana produkstif dalam simulasi ini
direpresentasikan oleh kredit modal kerja. Hal ini terkait dengan kondisi struktur
kredit Desember 2008, dimana penyaluran kredit modal kerja mendominasi
43
tingkat penyaluran dana perbankan dengan pangsa kredit sebesar 52%, diikuti
oleh kredit konsumsi sebesar 28%, dan kredit investasi sebesar 20%
Percobaan ekonomi dalam penelitian ini melibatkan 20 orang mahasiswa,
dimana masing-masing mahasiswa berperan sebagai pelaku ekonomi dalam
percobaan ini. Dalam percobaan ini, 10 orang berperan menjadi deposan, 5 orang
sebagai bank (4 bank tidak bermasalah dan 1 bank bermasalah (Bank 5)), dan 5
orang menjadi debitur (Gambar 3.1). Bank akan membuat keputusan dalam
merubah suku bunga deposito. Hal tersebut akan direspon oleh deposan dalam
membuat keputusan untuk mendepositokan dananya pada bank. Bank juga akan
membuat keputusan dalam merubah suku bunga kredit. Hal tersebut akan
direspon oleh debitur selaku perusahaan dalam membuat keputusan untuk
meminjam kredit modal kerja.
Penentuan suku bunga deposito dan suku bunga kredit dalam penelitian ini
diasumsikan memiliki informasi yang sempurna antar bank. Hal ini dilakukan
untuk agar menggambarkan adanya persaingan antar bank seperti kegiatan
perbankan sebenarnya. Dalam kondisi sebenarnya, penentuan suku bunga
deposito dan suku bunga kredit pada dasarnya mengacu pada suku bunga yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Namun, suku bunga Bank Indonesia
tersebut terkadang tidak diikuti sepenuhnya oleh bank umum. Hal tersebut
disebabkan karena pertimbangan suku bunga Surat Utang Negara (SUN) dan suku
bunga pinjaman sebelumnya yang relatif tinggi. Oleh karena itu, bank cenderung
enggan menurunkan suku bunga meskipun acuan suku bunga Bank Indonesia
telah diturunkan.
44
Dalam penelitian ini, peranan Bank Indonesia dalam menentukan acuan
suku bunga deposito dan suku bunga kredit diabaikan untuk mengurangi
kompleksitas simulasi kegiatan perbankan. Suku deposito yang digunakan dalam
kondisi awal simulasi percobaan disesuaikan kondisi suku bunga simpanan
berjangka pertahun menurut kelompok bank umum pada tahun 2008. sebesar
10,80%. Sedangkan suku bunga kredit yang digunakan dalam kondisi awal
simulasi percobaan disesuaikan kondisi suku bunga kredit modal kerja per tahun
menurut kelompok bank umum pada tahun 2008sebesar 15,24%.
Dalam penelitian ini, kredit modal kerja yang tersalurkan kepada
perusahaan selaku pihak debitur diakumulasikan sebagai modal kerja. Akumulasi
modal tersebut dijadikan pertimbangan oleh perusahaan dalam menentukan
banyaknya tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan kegiatan produksi.
Dalam hal ini, deposan diasumsikan bekerja pada debitur (perusahaan) yang
meminjam modal kerja pada bank. Semakin besar tenaga kerja yang digunakan
oleh perusahaan, maka output yang dihasilkan akan semakin tinggi. Penggunaan
tenaga kerja yang rendah dalam penelitian ini mencerminkan tingkat
pengangguran yang tinggi. Pengangguran yang tinggi tersebut memungkinkan
deposan selaku tenaga kerja terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Berdasarkan data ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik, jumlah angkatan kerja
yang bekerja pada tahun 2008 sebesar 102.553.000 tenaga kerja16
. Total nasabah
perbankan pada tahun 2008 sebesar 6.500.000 nasabah17
. Dengan demikian,
peluang tenaga kerja yang menjadi nasabah sebesar 0,06. Dalam simulasi, jumlah
16
Badan Pusat Statistik, Keadaan Ketenagakerjaan Edisi Februari 2009, (Jakarta : Badan Pusat
Statistik, 2009), hlm 2. 17
Dapat diakses pada http : xa.yimg.com/.../Brief+Analysis+Perbankan+-
+Problem+Century_final.doc
45
deposan yang akan terkena pengacakan PHK diperoleh dengan mengalikan
peluang tenaga kerja yang menjadi nasabah sebesar 0,06 dengan jumlah total
tenaga kerja yang terkena PHK dalam simulasi.
Dalam simulasi percobaan ini, perusahaan selaku debitur kredit modal
kerja merupakan pelaku ekonomi yang melakukan kegiatan produksi. Adapun
formula ouput produksi dalam simulasi ini adalah Y = 548L0,5
. Semakin besar
tenaga kerja yang digunakan, semakin tinggi output yang dihasilkan. Output yang
dihasilkan dalam penelitian ini merupakan representasi dari analisis pertumbuhan
ekonomi. Output yang dihasilkan oleh perusahaan beserta tingkat biaya produksi
akan menentukan tingkat harga output yang akan dianalisis sebagai tingkat inflasi.
Sumber : Penulis
Gambar 3.1. Gambaran Simulasi Percobaan Ekonomi
Kebijakan penanganan bank bermasalah dalam penelitian ini meliputi
kebijakan penutupan bank bermasalah dan kebijakan penyelamatan bank
46
bermasalah. Pada kebijakan penutupan bank bermasalah, bank bermasalah akan
ditutup pemerintah pada pertengahan bulan pertama. Saldo deposan akan hangus
dan perusahaan tidak dapat meminjam kredit modal kerja pada bank. Sedangkan
pada kebijakan penyelamatan bank bermasalah, bank bermasalah akan
diselamatkan pemerintah pada pertengahan bulan pertama. Bank bermasalah
tersebut akan tetap beroperasi seperti bank lain pada umumnya. Percobaan ini
dilakukan hingga periode bulan ketiga dengan masing-masing tiga kali ulangan.
Percobaan ekonomi dalam penelitian ini mempertimbangkan dua faktor
berbeda terkait kebijakan penanganan bank bermasalah, yaitu didasarkan pada
faktor kondisi ekonomi dan faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Faktor
kondisi ekonomi terdiri dari kondisi krisis ekonomi dan kondisi normal (tidak
adanya gejolak krisis ekonomi). Kondisi normal disesuaikan pada data
pertumbuhan ekonomi pada bulan Juni 2008, sebesar 6,42%. Sedangkan kondisi
krisis digambarkan pada pertumbuhan ekonomi bulan Desember 2008 yang
mengalami penurunan akibat krisis global sebesar 5,18%.
Kondisi krisis ekonomi dalam penelitian ini akan digambarkan dengan
tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan kondisi normal serta adanya
penurunan output pada awal perlakuan percobaan. Proses random perusahaan
yang terkena penurunan output disesuaikan dengan kondisi penurunan output
pada tahun 2008 sebesar 55% dari dari total sektor lapangan usaha. Oleh karena
itu, dalam simulasi terdapat 55% perusahaan yang terkena penurunan output dari
total perusahaan seluruhnya. Hal tersebut tercermin dari adanya tiga perusahaan
dari lima perusahaan mengalami penurunan output. Penurunan output pada tiga
perusahaan tersebut diacak secara random oleh peneliti. Penurunan output tersebut
47
diikuti oleh penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan kondisi
normal. Dalam penelitian ini, perusahaan yang mengalami penurunan output
diasumsikan hanya menggunakan tenaga kerja sebanyak 25 tenaga kerja. Nilai
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kondisi normal, dimana masing-masing
perusahaan menggunakan 30 tenaga kerja.
Market share bank dalam penelitian ini diasumsikan berasal dari Dana
Pihak Ketiga (DPK) sebagai sumber dana yang dihimpun oleh bank. Oleh karena
itu, ukuran bank tersebut dalam simulasi ini didasarkan pada besarnya jumlah
Dana Pihak Ketiga yang dimiliki suatu bank pada awal percobaan. Bank
bermasalah berukuran besar memiliki pangsa kepemilikan Dana Pihak Ketiga
yang sama besarnya dengan bank lain (Tabel 3.1). Oleh karena itu, bank
bermasalah dalam percobaan ini diasumsikan menerima sumber DPK dari empat
rekening deposan berbeda.
Tabel 3.1. Kondisi Awal Bank Bermasalah Berukuran Besar Bank Kriteria DPK GWM LDR Kredit
B1 Bank Sehat
40.000.000 3.000.000 77,60% 31.040.000
B2 Bank Sehat
40.000.000 3.000.000 77,60% 31.040.000
B3 Bank Sehat
40.000.000 3.000.000 77,60% 31.040.000
B4 Bank Sehat
40.000.000 3.000.000 77,60% 31.040.000
B5 Bank Bermasalah
40.000.000 3.000.000 77,60% 31.040.000
Sumber : Penulis (Disesuaikan dengan simulasi)
Catatan : Data LDR diperoleh dari data Statistik Perbankan Indonesia 2008 yang
dipublikasi Bank Indonesia berdasarkan kinerja bank umum.
Bank bermasalah yang memiliki ukuran yang kecil dibandingkan bank lain
memiliki pangsa kepemilikan Dana Pihak Ketiga yang lebih kecil dibandingkan
bank lainnya, yaitu sebesar 0,05% (Tabel 3.2). Oleh karena itu, bank bermasalah
48
dalam percobaan ini diasumiskan menerima sumber DPK hanya dari satu
rekening deposan.
Tabel 3.2. Kondisi Awal Bank Bermasalah Berukuran Kecil
Bank Kriteria DPK GWM LDR Kredit
B1 Bank Sehat
50.000.000 3.750.000 77,60% 38.800.000
B2 Bank Sehat
50.000.000 3.750.000 77,60% 38.800.000
B3 Bank Sehat
50.000.000 3.750.000 77,60% 38.800.000
B4 Bank Sehat
40.000.000 3.000.000 77,60% 31.040.000
B5 Bank Bermasalah
10.000.000 750.000 47,59% 4.759.000
Sumber : Penulis (Disesuaikan dengan simulasi)
Catatan : Data LDR Bank 1 hingga Bank 4 diperoleh dari data Statistik Perbankan
Indonesia 2008 yang dipublikasi Bank Indonesia berdasarkan kinerja bank umum.
Sedangkan data LDR Bank 5 didasarkan dengan kondisi Bank Century ketika
bermasalah.
3.4. Metode Analisis
Model rancangan percobaan ekonomi dalam penelitian ini tergolong dalam
Rancangan Acak Kelompok. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002), percobaan
acak kelompok cukup baik digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam
mempersiapkan unit percobaan homogen dalam jumlah besar. Karena percobaan
dalam penelitian ini melihat pengaruh 3 faktor, yaitu kebijakan penanganan bank
bermasalah (kebijakan penyelamatan dan penutupan bank), kondisi ekonomi
(kondisi krisis dan normal), serta ukuran bank bermasalah (besar dan kecil), maka
rancangan percobaan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok 3 Faktor.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Yijk = µ + αi + j + k + pαij + αik + jk + ijk + εijk
49
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan pada kebijakan ke-i, bulan ke-j, dan kelompok ke-k
µ = rataan umum
αi = pengaruh kebijakan penanganan bank ke-i
j = pengaruh kondisi ekonomi ke-j
k = pengaruh ukuran bank bermasalah ke-k
p = pengaruh kelompok (ulangan) ke-p
αij = pengaruh interaksi kebijakan penanganan bank ke-i dan kondisi
ekonomi ke-j
αik = pengaruh interaksi kebijakan penanganan bank ke-i dan ukuran bank
bermasalah ke-k
jk = pengaruh interaksi kondisi ekonomi ke-j dan ukuran bank bermasalah
ke-k
ijk = pengaruh interaksi kebijakan penanganan bank ke-i, kondisi ekonomi
ke-j, dan ukuran bank bermasalah ke-k
εijk = pengaruh dari komponen acak perlakuan
i = 1, 2
j = 1, 2
k = 1, 2
p = 1, 2, 3
Rancangan percobaan di atas dianalisis dengan metode Analisis Ragam
(ANOVA). Analisis ragam adalah suatu metode untuk menguraikan keragaman
total data kita menjadi komponen-komponen yang mengukur berbagai sumber
50
keragaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan bantuan
software Minitab.
Bentuk hipotesis yang diuji dalam rancangan percobaan ini, antara lain :
1. H0 : αi = 0 (kebijakan penanganan bank tidak berpengaruh terhadap respon
yang diamati)
H1 : paling sedikit ada satu i dimana αi ≠ 0
2. H0 : j = 0 (kondisi ekonomi tidak berpengaruh terhadap respon yang
diamati)
H1 : paling sedikit ada satu j dimana j ≠ 0
3. H0 : k = 0 (kondisi ekonomi tidak berpengaruh terhadap respon yang
diamati)
H1 : paling sedikit ada satu k dimana k ≠ 0
4. H0 : p = 0 (kelompok (ulangan) tidak berpengaruh terhadap respon yang
diamati)
H1 : paling sedikit ada satu p dimana p ≠ 0
5. H0 : αij = 0 (interaksi antara kebijakan penanganan bank ke-i dan kondisi
ekonomi ke-j tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
H1 : minimal ada sepasang (i,j) dimana αij ≠ 0
6. H0 : αik = 0 (interaksi antara kebijakan penanganan bank ke-i dan ukuran
bank bermasalah ke-k tidak berpengaruh terhadap respon yang
diamati)
H1 : minimal ada sepasang (i,k) dimana αik ≠ 0
7. H0 : jk = 0 (interaksi kondisi ekonomi ke-j dan ukuran bank bermasalah ke-
k tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
51
H1 : minimal ada sepasang (j,k) dimana dimana jk ≠ 0
8. H0 : ijk = 0 (interaksi kebijakan penanganan bank ke-i, kondisi ekonomi
ke-j, dan ukuran bank bermasalah ke-k tidak berpengaruh
terhadap respon yang diamati)
H1 : minimal terdapat satu kelompok (i, j, dan k) dimana ijk ≠ 0
Untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh kebijakan penanganan bank
bermasalah dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan ukuran bank
bermasalah, analisis pengaruh tersebut dapat diamati dari hasil analisis ragam
terkait interaksi antara faktor-faktor tersebut. Untuk melihat pengaruh kebijakan
penanganan bank bermasalah dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi, dapat
dilihat hasil interaksi KEBIJAKAN*KONDISI pada analisis ragam terhadap
respon. Sedangkan untuk melihat pengaruh kebijakan penanganan bank
bermasalah dengan mempertimbankan ukuran bank bermasalah, dapat dilihat
hasil interaksi KEBIJAKAN*UKURAN pada analisis ragam terhadap respon.
Interaksi yang signifikan antara faktor tersebut terhadap respon akan ditunjukkan
oleh nilai P yang lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,10 pada analisis ragam
terhadap respon yang dikaji.
52
3.5. Alur Berpikir Penelitian
Gambar 3.2. Kerangka Berpikir Penelitian
Dalam simulasi percobaan ekonomi ini (Gambar 3.2), kebijakan
penanganan bank yang meliputi kebijakan penutupan dan penyelamatan bank
bermasalah dipengaruhi oleh faktor kondisi ekonomi dan faktor kondisi ukuran
bank bermasalah. Faktor kondisi ekonomi terdiri dari kondisi krisis dan kondisi
normal, sedangkan faktor kondisi ukuran bank bermasalah terdiri dari ukuran
bank bermasalah yang sama besarnya dengan bank lain dan ukuran bank
bermasalah lebih kecil dibandingkan bank lain. Dalam percobaan ekonomi ini,
Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah
Sistemik atau Tidak
Percobaan Ekonomi
Suku Bunga Deposito Suku Bunga Kredit
Total Deposito yang
Dihimpun Bank
Potensi Rush dan
Penutupan Bank Lain
Total Kredit yang
Disalurkan
Kondisi Krisis Ekonomi Kondisi Normal
Bank Bermasalah Ukuran Bank
Bermasalah Sama
dengan Bank Lain
Ukuran Bank
Bermasalah Lebih
Kecil dibandingkan
Bank Lain
Penutupan Bank Bermasalah Penyelamatan Bank Bermasalah
Harga Output
Ouput Produksi
Penggunaan Tenaga Kerja
53
bank dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan dalam merubah suku bunga
deposito dan suku bunga kredit dengan asumsi terdapat informasi sempurna dalam
penentuan suku bunga antar bank dalam simulasi. Melalui simulasi percobaan
ekonomi, dampak terhadap variabel ekonomi dapat diperbandingkan melalui
perlakuan kebijakan penanganan bank bermasalah dengan mempertimbangkan
kedua faktor tersebut. Variabel ekonomi yang diamati terdiri dari suku bunga
deposito, suku bunga kredit, total deposito yang dihimpun bank, ada atau tidaknya
tindakan rush dan penutupan pada bank lain, total kredit yang disalurkan, ouput
yang dihasilkan sebagai representasi dari pertumbuhan ekonomi, tingkat
pengangguran yang terjadi, serta tingkat inflasi sebagai respon dari perkembangan
harga yang terjadi.
Definisi sistemik dalam penelitian ini adalah kegagalan suatu bank
menyebabkan kepanikan nasabah yang ditandai dengan adanya tindakan rush oleh
nasabah terhadap bank lain sehingga menyebabkan bank lain mengalami
kegagalan akibat permasalahan likuiditas. Respon dari perbankan mengenai risiko
sistemik dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan tingginya suku bunga
deposito dan suku bunga kredit sebagai respon perbankan terhadap perlakuan
yang ditetapkan peneliti. Semakin tingginya prediksi kepanikan nasabah, bank
akan cenderung untuk meningkatkan suku bunga deposito untuk menarik deposan
agar tetap menyimpan dananya di bank. Kenaikan suku bunga deposito tersebut
tentu saja akan diimbangi oleh kenaikan suku bunga kredit. Hal tersebut
dipertimbangkan karena suku bunga deposito merupakan biaya yang dikeluarkan
oleh bank, sedangkan suku bunga kredit merupakan komponen pendapatan yang
54
diperoleh bank. Semakin tinggi biaya yang harus dibayarkan, maka sumber
pendapatan dana harus dioptimalkan untuk menutupi biaya tersebut.
Tingginya kepanikan nasabah dapat terlihat dari tingginya tingkat
penarikan dana nasabah pada perbankan. Semakin tinggi tingkat penarikan dana
oleh nasabah, maka jumlah dana yang dihimpun bank akan menurun. Menurunnya
jumlah dana yang dihimpun bank, akan menyebabkan bank mengalami
permasalahan likuiditas sehingga menyebabkan bank tidak dapat memenuhi
kewajibannya kepada nasabah. Hal tersebut dapat menyebabkan bank terkena
potensi penutupan selama simulasi percobaan ekonomi meskipun bank tersebut
bukanlah bank yang bermasalah. Dalam percobaan ini, bank yang terkena
penutupan ditandai dengan nilai likuiditas bank yang negatif.
Penurunan Dana Pihak Ketiga (DPK) akibat rush ataupun adanya
penutupan bank lain selama simulasi percobaan ekonomi akan menyebabkan
tingkat dana modal kerja yang disalurkan kepada perusahaan akan menurun.
Pinjaman modal kerja yang menurun akan menyebabkan penurunan modal usaha
yang dihimpun perusahaan. Semakin rendahnya modal kerja yang dimiliki
perusahaan, output perusahaan yang dihasilkan akan menurun. Rendahnya output
yang dihasilkan akan direpresentasikan oleh rendahnya tingkat pertumbuhan
ekonomi. Rendahnya output yang dihasilkan perusahaan akan diimbangi dengan
pengurangan input tenaga kerja melalui tindakan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) oleh perusahaan. Semakin tingginya tingkat Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) oleh perusahaan akibat pengurangan tenaga kerja tersebut, akan
menyebabkan tingkat pengangguran tinggi.
55
Tingginya suku bunga kredit yang ditetapkan bank menyebabkan biaya
modal yang dihadapi pelaku usaha (perusahaan) semakin tinggi. Semakin tinggi
biaya modal dan rendahnya tingkat ouput akibat rendahnya akumulasi modal
usaha akan menyebabkan biaya rata-rata produksi perusahaan semakin tinggi
sehingga akan direspon pula dengan kenaikan harga produk. Perkembangan
kenaikan harga produk akan dikaji oleh peneliti sebagai tingkat inflasi.
3.6. Prosedur Perlakuan Simulasi
Dalam simulasi percobaan ekonomi ini, kebijakan penanganan bank yang
bermasalah terdiri dari kebijakan penutupan dan penyelamatan bank bermasalah.
Masing-masing perlakuan dipengaruhi oleh faktor kondisi ekonomi dan faktor
kondisi ukuran bank bermasalah. Penjelasan terkait tindakan penanganan, kondisi
ekonomi, serta kondisi ukuran bermasalah dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Percobaan ekonomi dalam penelitian ini melibatkan delapan kombinasi
perlakuan yang berbeda didasarkan pada faktor kondisi ekonomi dan faktor
ukuran bank. Delapan kombinasi perlakuan tersebut, antara lain :
1. Perlakuan pertama, kebijakan penutupan bank bermasalah dalam kondisi krisis
dengan ukuran bank bermasalah sama besarnya dengan empat bank lain.
2. Perlakuan kedua, kebijakan penyelamatan bank bermasalah dalam kondisi
krisis dengan ukuran bank bermasalah sama besarnya dengan empat bank lain.
3. Perlakuan ketiga, kebijakan penutupan bank bermasalah dalam kondisi normal
dengan ukuran bank bermasalah sama besarnya dengan empat bank lain.
56
Tabel 3.3. Penjabaran Kondisi Perlakuan dalam Simulasi Percobaan Ekonomi
Tindakan Penanganan Penutupan bank bermasalah Pertengahan bulan pertama,
Bank Bermasalah akan
ditutup pemerintah. Saldo
deposan akan hangus dan
perusahaan tidak dapat
meminjam kredit modal
kerja pada bank.
Penyelamatan bank
bermasalah
Pertengahan bulan pertama,
Bank Bermasalah akan
diselamatkan pemerintah.
Bank tetap beroperasi seperti
bank lain pada umumnya.
Kondisi Ekonomi Kondisi Krisis 1. Indikator Banking
Pressure Index yang tinggi
mengindikasikan tekanan
terhadap sistem perbankan
cukup tinggi dan
berpotensi terjadinya
kegagalan (default) yang
sangat besar.
2. Penurunan output nasional,
sehingga menyebabkan
tingkat pengangguran
tinggi.
Kondisi Normal Tidak terjadi gejolak krisis
perbankan dan tidak terjadi
penurunan ouput.
Kondisi Ukuran Bank
Bermasalah
Sama dengan Bank Lain Market share bank sama
dengan bank lain pada
umumnya. Bank bermasalah
menerima sumber DPK dari
empat rekening deposan
berbeda.
Lebih kecil dibandingkan
bank lain
Market share bank lebih
kecil dibandingkan bank lain
pada umumnya, berkisar
0,05% dari total market share
perbankan keseluruhan.
Bank bermasalah menerima
sumber DPK hanya dari satu
rekening deposan.
Sumber : Penulis, disesuaikan sengan simulasi percobaan
4. Perlakuan keempat, kebijakan penyelamatan bank bermasalah dalam kondisi
normal dengan ukuran bank bermasalah sama besarnya dengan empat bank
lain.
57
5. Perlakuan kelima, kebijakan penutupan bank bermasalah dalam kondisi krisis
dengan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain.
6. Perlakuan keenam, kebijakan penyelamatan bank bermasalah dalam kondisi
krisis dengan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank
lain.
7. Perlakuan ketujuh, kebijakan penutupan bank bermasalah dalam kondisi
normal dengan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank
lain.
8. Perlakuan kedelapan, kebijakan penyelamatan bank bermasalah dalam kondisi
normal dengan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank
lain.
Prosedur untuk perlakuan pertama dan kelima pada umumnya sama,
namun yang membedakannya adalah faktor kondisi ukuran bank bermasalah.
Kondisi ukuran bank bermasalah ditentukan oleh peneliti pada awal percobaan.
Pada perlakuan pertama, kondisi ukuran bank bermasalah sama dengan empat
bank lain. Bank bermasalah tersebut menerima DPK dari empat rekening yang
deposan yang berbeda. Sedangkan pada perlakuan kelima, kondisi ukuran bank
bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Bank bermasalah tersebut
hanya menerima satu rekening deposan. Pada pertengahan bulan pertama, bank
bermasalah tersebut ditutup oleh Pemerintah. Kondisi ekonomi dalam perlakuan
pertama berada pada kondisi krisis ekonomi. Dalam simulasi, kondisi krisis
ekonomi digambarkan dengan adanya penurunan output dan tingginya tingkat
pengangguran dibandingkan kondisi normal pada awal percobaan. Hal ini
digambarkan dengan adanya tiga perusahaan yang akan diacak peneliti
58
menggunakan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan kondisi normal, sehingga
akan menyebabkan perusahaan tersebut terkena penurunan output pada awal
percobaan. Penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan kondisi
normal pada perusahaan tersebut menggambarkan adanya tindakan PHK oleh
perusahaan. Dalam simulasi ini, peneliti akan mengacak satu dari sepuluh deposan
yang akan terkena PHK pada bulan berikutnya. Prosedur perlakuan pertama dan
kelima, antara lain :
1. Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk berperan menjadi pelaku
ekonomi yang terdiri 10 orang menjadi deposan, 5 orang menjadi bank, dan 5
orang menjadi perusahaan.
2. Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi
percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan
instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang
jelas terhadap instruksi yang diberikan.
3. Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masing-
masing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan
selama percobaan pada lembar keputusannya setiap bulan.
4. Pada awal percobaan, peneliti mengacak tiga perusahaan yang terkena
pengurangan tenaga kerja.
5. Pada bulan pertama, deposan diasumsikan menerima upah bekerja sebesar Rp
1.000.000,00 dari bulan sebelumnya dan mendepositokan uangnya pada dua
bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. Bank
diasumsikan menerima simpanan deposito dari deposan sebagai sumber Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan meminjamkan dana tersebut sesuai proporsi LDR
59
(Loan Deposit Ratio) yang telah ditentukan oleh peneliti. Debitur
(perusahaan) diasumsikan menerima pinjaman kredit modal kerja sebagai
modal usaha untuk kegiatan produksi dari empat bank berbeda sesuai daftar
random yang telah ditentukan peneliti.
6. Pada pertengahan bulan pertama, Bank 5 sebagai bank bermasalah ditutup
oleh pemerintah. Empat bank lain diminta untuk membuat keputusan
merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik
deposan dan debitur (perusahaan).
7. Pada bulan kedua, peneliti akan mengacak deposan yang terkena PHK oleh
perusahaan pada bulan pertama. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar
upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan
bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah
bekerja.
8. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau
menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi.
Keputusan deposan tersebut akan mempengaruhi beroperasi atau tidak bank
yang bersangkutan pada bulan kedua. Bank akan terkena penutupan jika
likuiditas bank bernilai negatif.
9. Jika bank masih beroperasi, bank akan menyalurkan kredit modal kerja
kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur
(perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank
yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha
yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk
membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan
60
dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya
jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
10. Pada pertengahan bulan kedua, bank yang masih beroperasi diminta untuk
membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman
untuk menarik perhatian deposan dan debitur (perusahaan).
11. Pada bulan ketiga, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh
perusahaan pada bulan kedua. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar
upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan
bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah
bekerja.
12. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau
menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi.
Keputusan deposan tersebut mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang
bersangkutan pada bulan ketiga. Bank akan terkena penutupan jika likuiditas
bank bernilai negatif.
13. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada
debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur
(perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank
yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha
yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk
membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan
dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya
jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
61
14. Setelah tiga bulan, peserta masuk pada ulangan percobaan berikutnya dimana
peserta percobaan kembali pada bulan pertama. Kondisi awal para peseta
percobaan diacak oleh peneliti sesuai dengan perannya.
15. Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap
ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal
bulan.
16. Pada akhir percobaan (bulan ketiga pada ulangan ketiga), peserta
mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti
17. Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai
dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan.
Prosedur untuk perlakuan kedua dan keenam pada umumnya sama, namun
yang membedakannya adalah faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Kondisi
ukuran bank bermasalah ditentukan oleh peneliti pada awal percobaan. Pada
perlakuan kedua, kondisi ukuran bank bermasalah sama dengan empat bank lain.
Bank bermasalah tersebut menerima DPK dari empat rekening yang deposan yang
berbeda. Sedangkan pada perlakuan keenam, kondisi ukuran bank bermasalah
lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Pada pertengahan bulan pertama, bank
bermasalah tersebut diselamatkan oleh Pemerintah. Kondisi ekonomi dalam
perlakuan kedua berada pada kondisi krisis ekonomi. Dalam simulasi, kondisi
krisis ekonomi digambarkan dengan adanya penurunan output dan tingginya
tingkat pengangguran dibandingkan kondisi normal. Hal ini digambarkan dengan
adanya tiga perusahaan yang akan diacak peneliti menggunakan tenaga kerja lebih
sedikit dibandingkan kondisi normal, sehingga akan menyebabkan perusahaan
tersebut terkena penurunan output pada awal percobaan. Penggunaan tenaga kerja
62
yang lebih sedikit dibandingkan kondisi normal pada perusahaan tersebut
menggambarkan adanya tindakan PHK oleh perusahaan. Dalam simulasi ini,
peneliti akan mengacak satu dari sepuluh deposan yang akan terkena PHK pada
bulan berikutnya.Prosedur perlakuan kedua dan keenam, antara lain :
1. Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk berperan menjadi pelaku
ekonomi yang terdiri 10 orang menjadi deposan, 5 orang menjadi bank, dan 5
orang menjadi perusahaan.
2. Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi
percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan
instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang
jelas terhadap instruksi yang diberikan.
3. Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masing-
masing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan
selama percobaan pada lembar keputusannya setiap bulan.
4. Pada awal percobaan, peneliti mengacak tiga perusahaan yang terkena
pengurangan tenaga kerja.
5. Pada bulan pertama, deposan diasumsikan menerima upah bekerja sebesar Rp
1.000.000,00 dari bulan sebelumnya dan mendepositokan uangnya pada dua
bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. Bank
diasumsikan menerima simpanan deposito dari deposan sebagai sumber Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan meminjamkan dana tersebut sesuai proporsi LDR
(Loan Deposit Ratio) yang telah ditentukan oleh peneliti. Debitur
(perusahaan) diasumsikan menerima pinjaman kredit modal kerja sebagai
63
modal usaha untuk kegiatan produksi dari empat bank berbeda sesuai daftar
random yang telah ditentukan peneliti.
6. Pada pertengahan bulan pertama, Bank 5 sebagai bank bermasalah
diselamatkan oleh pemerintah. Lima bank beroperasi diminta untuk membuat
keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk
menarik deposan dan debitur (perusahaan).
7. Pada bulan kedua, peneliti akan mengacak deposan yang terkena PHK oleh
perusahaan pada bulan pertama. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar
upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan
bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah
bekerja.
8. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau
menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi.
Keputusan deposan tersebut akan mempengaruhi beroperasi atau tidak bank
yang bersangkutan pada bulan kedua. Bank akan terkena penutupan jika
likuiditas bank bernilai negatif.
9. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada
debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur
(perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank
yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha
yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk
membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan
dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya
jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
64
10. Pada pertengahan bulan kedua, bank yang masih beroperasi diminta untuk
membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman
untuk menarik perhatian deposan dan debitur (perusahaan).
11. Pada bulan ketiga, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh
perusahaan pada bulan kedua. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar
upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan
bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah
bekerja.
12. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau
menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi.
Keputusan deposan tersebut mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang
bersangkutan pada bulan ketiga. Bank terkena penutupan jika likuiditas bank
bernilai negatif.
13. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada
debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur
(perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank
yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha
yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk
membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan
dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya
jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
14. Setelah tiga bulan, peserta masuk pada ulangan percobaan berikutnya dimana
peserta percobaan kembali pada bulan pertama. Kondisi awal para peseta
percobaan diacak oleh peneliti sesuai dengan perannya.
65
15. Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap
ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal
bulan.
16. Pada akhir percobaan (bulan ketiga pada ulangan ketiga), peserta
mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti
17. Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai
dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan.
Prosedur untuk perlakuan ketiga dan ketujuh pada umumnya sama, namun
yang membedakannya adalah faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Kondisi
ukuran bank bermasalah ditentukan oleh peneliti pada awal percobaan. Pada
perlakuan ketiga, kondisi ukuran bank bermasalah sama dengan empat bank lain.
Bank bermasalah tersebut menerima DPK dari empat rekening yang deposan yang
berbeda. Sedangkan pada perlakuan ketujuh, kondisi ukuran bank bermasalah
lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Pada pertengahan bulan pertama, bank
bermasalah tersebut ditutup oleh Pemerintah. Kondisi ekonomi dalam perlakuan
pertama berada pada kondisi krisis normal (tidak adanya gejolak krisis) sehingga
tidak ada adanya penurunan pada awal percobaan. Prosedur perlakuan ketiga dan
ketujuh, antara lain :
1. Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk berperan menjadi pelaku
ekonomi yang terdiri 10 orang menjadi deposan, 5 orang menjadi bank, dan 5
orang menjadi perusahaan.
2. Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi
percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan
66
instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang
jelas terhadap instruksi yang diberikan.
3. Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masing-
masing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan
selama percobaan pada lembar keputusannya setiap bulan.
4. Pada bulan pertama, deposan diasumsikan menerima upah bekerja sebesar Rp
1.000.000,00 dari bulan sebelumnya dan mendepositokan uangnya pada dua
bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. Bank
diasumsikan menerima simpanan deposito dari deposan sebagai sumber Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan meminjamkan dana tersebut sesuai proporsi LDR
(Loan Deposit Ratio) yang telah ditentukan oleh peneliti. Debitur
(perusahaan) diasumsikan menerima pinjaman kredit modal kerja sebagai
modal usaha untuk kegiatan produksi dari empat bank berbeda sesuai daftar
random yang telah ditentukan peneliti.
5. Pada pertengahan bulan pertama, Bank 5 sebagai bank bermasalah ditutup
oleh pemerintah. Empat bank lain diminta untuk membuat keputusan
merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik
deposan dan debitur (perusahaan).
6. Pada bulan kedua, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh
perusahaan pada bulan pertama. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar
upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan
bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah
bekerja.
67
7. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau
menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi.
Keputusan deposan tersebut akan mempengaruhi beroperasi atau tidak bank
yang bersangkutan pada bulan kedua. Bank akan terkena penutupan jika
likuiditas bank bernilai negatif.
8. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada
debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur
(perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank
yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha
yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk
membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan
dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya
jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
9. Pada pertengahan bulan kedua, bank yang masih beroperasi diminta untuk
membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman
untuk menarik perhatian deposan dan debitur (perusahaan).
10. Pada bulan ketiga, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh
perusahaan pada bulan kedua. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar
upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan
bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah
bekerja.
11. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau
menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi.
Keputusan deposan tersebut akan mempengaruhi beroperasi atau tidak bank
68
yang bersangkutan pada bulan ketiga. Bank terkena penutupan jika likuiditas
bank bernilai negatif.
12. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada
debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur
(perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank
yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha
yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk
membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan
dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya
jumlah tenaga kerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
13. Setelah tiga bulan, peserta masuk pada ulangan percobaan berikutnya dimana
peserta percobaan akan kembali pada bulan pertama. Kondisi awal para
peseta percobaan diacak oleh peneliti sesuai dengan perannya.
14. Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap
ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal
bulan.
15. Pada akhir percobaan (bulan ketiga pada ulangan ketiga), peserta
mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti
16. Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai
dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan.
Prosedur untuk perlakuan keempat dan kedelapan pada umumnya sama,
namun yang membedakannya adalah faktor kondisi ukuran bank bermasalah.
Kondisi ukuran bank bermasalah ditentukan oleh peneliti pada awal percobaan.
Pada perlakuan keempat, kondisi ukuran bank bermasalah sama dengan empat
69
bank lain. Bank bermasalah tersebut menerima DPK dari empat rekening yang
deposan yang berbeda. Sedangkan pada perlakuan kedelapan, kondisi ukuran
bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Pada pertengahan
bulan pertama, bank bermasalah tersebut diselamatkan oleh Pemerintah. Kondisi
ekonomi dalam perlakuan keempat berada pada kondisi krisis normal (tidak
adanya gejolak krisis ekonomi) sehingga tidak ada adanya penurunan pada awal
percobaan.. Prosedur perlakuan keempat dan kedelapan, antara lain :
1. Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk berperan menjadi pelaku
ekonomi yang terdiri 10 orang menjadi deposan, 5 orang menjadi bank, dan
5 orang menjadi perusahaan.
2. Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi
percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan
instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang
jelas terhadap instruksi yang diberikan.
3. Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masing-
masing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan
selama percobaan pada lembar keputusannya setiap bulan.
4. Pada bulan pertama, deposan diasumsikan menerima upah bekerja sebesar
Rp 1.000.000,00 dari bulan sebelumnya dan mendepositokan uangnya pada
dua bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. Bank
diasumsikan menerima simpanan deposito dari deposan sebagai sumber
Dana Pihak Ketiga (DPK) dan meminjamkan dana tersebut sesuai proporsi
LDR (Loan Deposit Ratio) yang telah ditentukan oleh peneliti. Debitur
(perusahaan) diasumsikan menerima pinjaman kredit modal kerja sebagai
70
modal usaha untuk kegiatan produksi dari empat bank berbeda sesuai daftar
random yang telah ditentukan peneliti.
5. Pada pertengahan bulan pertama, Bank 5 sebagai bank bermasalah
diselamatkan oleh pemerintah. Lima bank beroperasi diminta untuk
membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga
pinjaman untuk menarik deposan dan debitur (perusahaan).
6. Pada bulan kedua, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh
perusahaan pada bulan pertama. Debitur (perusahaan) diasumsikan
membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang
diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak
menerima upah bekerja.
7. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau
menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam
simulasi. Keputusan deposan tersebut mempengaruhi beroperasi atau tidak
bank yang bersangkutan pada bulan kedua. Bank terkena penutupan jika
likuiditas bank bernilai negatif.
8. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada
debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur
(perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank
yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha
yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk
membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan
dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang digunakan serta besarnya jumlah
tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
71
9. Pada pertengahan bulan kedua, bank yang masih beroperasi diminta untuk
membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga
pinjaman untuk menarik perhatian deposan dan debitur (perusahaan).
10. Pada bulan ketiga, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh
perusahaan pada bulan kedua. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar
upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan
bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah
bekerja.
11. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau
menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam
simulasi. Keputusan deposan tersebut mempengaruhi beroperasi atau tidak
bank yang bersangkutan pada bulan ketiga. Bank terkena penutupan jika
likuiditas bank bernilai negatif.
12. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada
debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur
(perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank
yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha
yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk
membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan
dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya
jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
13. Setelah tiga bulan, peserta masuk pada ulangan percobaan berikutnya
dimana peserta percobaan akan kembali pada bulan pertama. Kondisi awal
para peseta percobaan diacak oleh peneliti sesuai dengan perannya.
72
14. Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap
ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di
awal bulan.
15. Pada akhir percobaan (bulan ketiga pada ulangan ketiga), peserta
mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti
16. Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung
sesuai dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta
percobaan.
73
IV. PEMBAHASAN
4.1. Implikasi Kebijakan terhadap Suku Bunga Deposito
Tabel 4.1. Analisis Ragam Suku Bunga Deposito Analysis of Variance for SBD, using Adjusted SS for Tests
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
KEBIJAKAN 1 16,75 0,032267 0,032267 0,032267 0,001
KONDISI 1 0,041667 0,041667 0,041667 21,63 0,000
UKURAN 1 0,000417 0,000417 0,000417 0,22 0,649
BLOK 2 0,001633 0,001633 0,000817 0,42 0,663
KEBIJAKAN*KONDISI 1 0,018150 0,018150 0,018150 9,42 0,008
KEBIJAKAN*UKURAN 1 0,011267 0,011267 0,011267 5,85 0,030
KONDISI*UKURAN 1 0,000267 0,000267 0,000267 0,14 0,715
KEBIJAKAN*KONDISI*UKURAN 1 0,001350 0,001350 0,001350 0,70 0,417
Error 14 0,026967 0,026967 0,001926
Total 23 0,133983
S = 0,0438884 R-Sq = 79,87% R-Sq(adj) = 66,93%
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
Dengan mengacu pada kasus Bank Century, dimana bank bermasalah
tersebut berukuran kecil, pengaruh kebijakan penanganan bank bermasalah
dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi memiliki implikasi berbeda terhadap
suku bunga deposito. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui analisis ragam pada
Tabel 4.1. Interaksi antara kebijakan penanganan bank dan kondisi ekonomi
(KEBIJAKAN*KONDISI) memiliki pengaruh yang signifikan. Hal tersebut
ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,008, dimana nilai tersebut lebih kecil
dibandingkan alpha sebesar 0,10. Interaksi antara kedua faktor tersebut
ditunjukkan pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
74
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.1. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Deposito Per tahun (Kondisi Krisis)
Berdasarkan Gambar 4.1, rata-rata suku bunga deposito pada saat penutupan
bank bermasalah relatif tinggi dibandingkan penyelamatan bank bermasalah pada
kondisi krisis. Pada saat krisis, isu-isu negatif terkait stabilitas perbankan seperti
penutupan bank dikhawatirkan mengurangi kepercayaan nasabah terhadap bank.
Oleh karena itu, bank berupaya meningkatkan suku bunga deposito agar deposan
tetap mendepositokan uangnya di bank dan mencegah adanya tindakan rush oleh
deposan.
Implikasi penutupan bank bermasalah pada saat krisis berbeda dengan
kondisi normal. Berdasarkan Gambar 4.2, rata-rata suku bunga deposito pada
kebijakan penutupan bank bermasalah pada kondisi normal tidak jauh berbeda
dengan pengaruh kebijakan penyelamatan bank bermasalah. Hal ini menunjukkan
bahwa penutupan bank bermasalah yang berukuran kecil tidak terlalu
mempengaruhi kepercayaan nasabah pada umumnya. Hal ini disebabkan karena
kepercayaan nasabah terhadap perbankan pada saat kondisi normal masih tetap
terjaga.
10,80
12,48
12,84
10,80
11,16 11,16
10,00
10,50
11,00
11,50
12,00
12,50
13,00
13,50
14,00
14,50
1 2 3
Su
ku
Bu
ng
a D
epoit
o P
er t
ah
un
(%
)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
75
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.2. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Deposito Per tahun (Kondisi Normal)
Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap suku
bunga deposito dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi juga dapat terlihat
dari selisih nilai suku bunga deposito antara kebijakan penutupan dan
penyelamatan bank. Pada saat krisis (Gambar 4.1), selisih suku bunga deposito
antara kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih besar dibandingkan pada
kondisi normal (Gambar 4.2). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih
besar terhadap respon suku bunga deposito terjadi pada saat kebijakan penutupan
bank dilakukan pada saat krisis. Sedangkan pada kondisi normal, hal tersebut
menunjukkan bahwa kebijakan penutupan bank tidak berpengaruh signifikan
terhadap suku bunga deposito.
Pengaruh kebijakan penanganan bank bermasalah dengan
mempertimbangkan ukuran bank bermasalah memiliki implikasi berbeda terhadap
suku bunga deposito. Hal ini ditunjukkan oleh analisis ragam pada Tabel 4.1
(halaman 73). Interaksi antara kebijakan penanganan bank dan ukuran bank
bermasalah (KEBIJAKAN*UKURAN) memiliki pengaruh yang signifikan. Hal
10,80
11,16 11,16
10,80
11,16 11,28
10,00
10,50
11,00
11,50
12,00
12,50
13,00
13,50
14,00
14,50
1 2 3
Su
ku
Bu
ng
a D
eposi
to P
e r
tah
un
(%
)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
76
tersebut ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,030, dimana nilai tersebut lebih kecil
dibandingkan alpha sebesar 0,10. Interaksi antara kedua faktor tersebut
ditunjukkan pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
Berdasarkan Gambar 4.3 dan Gambar 4.4, suku bunga deposito pada saat
krisis akibat kebijakan penutupan bank bermasalah secara umum relatif lebih
tinggi dibandingkan kebijakan penyelamatan bank. Pada saat krisis, isu-isu
negatif terkait stabilitas perbankan dapat mengurangi kepercayaan nasabah
terhadap bank. Oleh karena itu, bank berupaya meningkatkan suku bunga deposito
setinggi-tingginya agar nasabah tetap mendepositokan uangnya di bank dan
mencegah adanya tindakan rush pada bank bersangkutan. Namun, kebijakan
penutupan bank bermasalah yang berukuran besar memiliki rata-rata suku bunga
deposito lebih tinggi dibandingkan kebijakan penutupan bank bermasalah yang
berukuran kecil pada saat krisis. Tingkat suku bunga deposito lebih tinggi pada
bank bermasalah yang berukuran besar disebabkan karena bank berukuran besar
memiliki pangsa pasar yang tinggi dibandingkan bank berukuran kecil. Bank
dengan pangsa pasar yang tinggi umumnya memiliki pengaruh yang besar
terhadap kepercayaan nasabah karena merepresentasikan kredibilitas perbankan
secara keseluruhan.
Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap suku
bunga deposito dengan mempertimbangkan ukuran bank bermasalah dapat terlihat
dari selisih nilai suku bunga deposito antara kebijakan penutupan dan
penyelamatan bank. Pada bank bermasalah berukuran besar (Gambar 4.3), selisih
suku bunga deposito antara kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih besar
dibandingkan pada bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.4). Hal ini
77
menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap respon suku bunga
deposito terjadi pada saat kebijakan penutupan bank dilakukan pada bank
bermasalah berukuran besar.
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.3. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Deposito Per tahun (Ukuran Bank Bermasalah Besar)
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.4. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Deposito Per tahun (Bank Bermasalah Berukuran Kecil)
10,80
12,60
14,28
10,80 11,04
11,28
10,00
10,50
11,00
11,50
12,00
12,50
13,00
13,50
14,00
14,50
1 2 3
Su
ku
Bu
ng
a D
epoit
o P
er t
ah
un
(%
)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
10,80
12,48
12,84
10,80
11,16 11,16
10,00
10,50
11,00
11,50
12,00
12,50
13,00
13,50
14,00
14,50
1 2 3
Su
ku
Bu
ng
a D
epoit
o P
er t
ah
un
(%
)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
78
4.2. Implikasi Kebijakan terhadap Total Deposito
Tabel 4.2. Analisis Ragam Total Deposito Analysis of Variance for DEP, using Adjusted SS for Tests
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
KEBIJAKAN 1 1,97116E+16 6 1,97116E+1 1,97116E+16 31,72 0,000
KONDISI 1 5,26144E+15 5,26144E+15 5,26144E+15 8,47 0,011
UKURAN 1 1,08862E+16 1,08862E+16 1,08862E+16 17,52 0,001
BLOK 2 7,92204E+15 7,92204E+15 3,96102E+15 6,37 0,011
KEBIJAKAN*KONDISI 1 5,67327E+14 5,67327E+14 5,67327E+14 0,91 0,356
KEBIJAKAN*
UKURAN
1 6,85021E+15 6,85021E+15 6,85021E+15 11,02 0,005
KONDISI*UKURAN 1 5,50172E+14 5,50172E+14 5,50172E+14 0,89 0,363
KEBIJAKAN*KONDISI
*UKURAN
1 2,28050E+15 2,28050E+15 2,28050E+15 3,67
0,076
Error 14 8,70095E+15 8,70095E+15 6,21496E+14
Total 23 6,27305E+16
S = 24929829 R-Sq = 86,13% R-Sq(adj) = 77,21%
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.2, interaksi antara kebijakan
penanganan bank bermasalah dan ukuran bank bermasalah memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap total deposito. Hal ini tercermin dari nilai P sebesar
0,005, dimana nilai tersebut lebih kecil daripada nilai alpha sebesar 0,10. Interaksi
antara kedua faktor tersebut juga tercermin pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.
Berdasarkan Gambar 4.5 dan Gambar 4.6, kebijakan penanganan bank
bermasalah pada saat krisis dengan mempertimbangkan kondisi ukuran bank
bermasalah memiliki kecenderungan yang sama, yaitu rendahnya total deposito
pada saat dilakukan penutupan bank bermasalah dibandingkan tindakan
penyelamatan bank bermasalah. Pada saat kondisi krisis dimana tekanan terhadap
perbankan cukup tinggi, kepercayaan nasabah terhadap perbankan menurun
meskipun suku bunga deposito yang ditawarkan perbankan cukup tinggi.
79
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.5. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total
Deposito (Ukuran Bank Bermasalah Besar)
Berdasarkan Gambar 4.5 dan Gambar 4.6, selisih total deposito antara
kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran besar relatif lebih tinggi
dibandingkan selisih total deposito pada saat kebijakan penutupan bank
bermasalah berukuran kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan penutupan
bank terhadap total deposito pada bank berukuran besar memiliki pengaruh lebih
tinggi dibandingkan bank bermasalah berukuran kecil. Hal ini disebabkan karena
penutupan bank yang berukuran besar memiliki pengaruh yang lebih tinggi
terhadap penurunan kepercayaan nasabah terhadap perbankan sehingga potensi
terjadinya tindakan rush oleh nasabah cukup tinggi (Gambar 4.5).
200.000.000,00
149.785.000,00 156.926.281,33
200.000.000,00
252.296.666,67
295.066.577,33
100.000.000,00
150.000.000,00
200.000.000,00
250.000.000,00
300.000.000,00
350.000.000,00
1 2 3
Tota
l D
eposi
to (
Rp
)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
80
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.6. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total
Deposito (Ukuran Bank Bermasalah Kecil)
Berdasarkan Gambar 4.6, total deposito pada saat terjadi penutupan bank
bermasalah berukuran kecil memiliki kecenderungan peningkatan. Namun,
peningkatan tersebut relatif lebih rendah dibandingkan tindakan penyelamatan
bank. Hal tersebut mengimplikasikan bahwa penarikan deposito oleh nasabah
tidak terjadi, namun tetap terjadi penurunan kepercayaan nasabah yang tercermin
dari berkurangnya kepercayaan nasabah untuk mendepositokan uangnya ke bank.
4.3. Implikasi Kebijakan terhadap Suku Bunga Kredit
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.3, interaksi antara kebijakan
penanganan bank bermasalah dan kondisi ekonomi (KEBIJAKAN*KONDISI)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suku bunga kredit. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai P sebesar 0,042, dimana nilai tersebut lebih kecil
daripada nilai alpha sebesar 0,10. Interaksi kedua faktor tersebut tercermin oleh
Gambar 4.7 dan Gambar 4.8.
200.000.000,00
243.880.000,00
273.743.333,33
200.000.000,00
276.860.319,00
301.256.000,00
100.000.000,00
150.000.000,00
200.000.000,00
250.000.000,00
300.000.000,00
350.000.000,00
1 2 3
Tota
l D
eposi
to (
Rp
)
Bulan
Kebijakan
Penutupan
Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
81
Tabel 4.3. Analisis Ragam Suku Bunga Kredit Analysis of Variance for SBK, using Adjusted SS for Tests
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
KEBIJAKAN 1 0,045938 0,045938 0,045938 18,34 0,001
KONDISI 1 0,003504 0,003504 0,003504 1,40 0,257
UKURAN 1 0,004538 0,004538 0,004538 1,81 0,200
BLOK 2 0,010258 0,010258 0,005129 2,05 0,166
KEBIJAKAN*KONDISI 1 0,018150 0,018150 0,018150 9,42 0,008
KEBIJAKAN*UKURAN 1 0,012604 0,012604 0,012604 5,03 0,042
KONDISI*UKURAN 1 0,000337 0,000337 0,000337 0,13 0,719
KEBIJAKAN*KONDISI*UKURAN 1 0,000504 0,000504 0,000504 0,20 0,661
Error 14 0,035075 0,035075 0,002505
Total 23 0,140096
S = 0,0500535 R-Sq = 74,96% R-Sq(adj) = 58,87%
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
Berdasarkan Gambar 4.7 dan Gambar 4.8, implikasi kebijakan penanganan
bank bermasalah berukuran kecil pada saat krisis dengan mempertimbangkan
kondisi ekonomi memiliki implikasi yang berbeda terhadap suku bunga kredit.
Suku bunga kredit pada saat kebijakan penutupan bank saat krisis lebih tinggi
dibandingkan saat kebijakan penutupan bank dalam kondisi normal.
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.7. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Kredit Per tahun(Kondisi Krisis)
Pada kondisi krisis, penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti
Bank Century cenderung mengalami peningkatan suku bunga kredit. Hal ini
15,24 15,24 15,48
15,24
14,28 14,16
12,50
13,00
13,50
14,00
14,50
15,00
15,50
16,00
16,50
17,00
1 2 3
Su
ku
Bu
ng
a k
red
it P
e rt
ah
un
(%
)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
82
dilakukan untuk mengimbangi peningkatan suku bunga deposito dalam rangka
mempertahankan profit bank (Gambar 4.7).
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.8. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Kredit Per tahun(Kondisi Normal)
Sedangkan pada kondisi normal, suku bunga kredit cenderung mengalami
penurunan dan berada pada kisaran nilai yang tidak jauh berbeda pada kebijakan
penutupan bank bermasalah dan penyelamatan bank bermasalah. Hal ini
disebabkan karena masing-masing bank saling bersaing untuk dapat menarik
debitur untuk meningkatkan profit bank (Gambar 4.8).
Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap suku
bunga kredit dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dapat terlihat dari
selisih nilai suku bunga kredit antara kebijakan penutupan dan penyelamatan
bank. Pada kondisi krisis, selisih suku bunga kredit antara kebijakan penutupan
dan penyelamatan lebih besar dibandingkan pada saat kondisi normal (Gambar
4.7). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap respon suku
bunga kredit terjadi saat kebijakan penutupan bank dilakukan pada kondisi krisis.
15,24
14,76 14,64
15,24
14,88 14,88
12,50
13,00
13,50
14,00
14,50
15,00
15,50
16,00
16,50
17,00
1 2 3
Su
ku
Bu
ng
a K
red
it P
er t
ah
un
(%
)
Bulan
Kebijakan
Penutupan
Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
83
Sedangkan pada kondisi normal, kebijakan penutupan bank tidak berpengaruh
signifikan terhadap suku bunga kredit (Gambar 4.8).
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.3 (halaman 81), interaksi
kebijakan penanganan bank bermasalah dan ukuran bank bermasalah
(KEBIJAKAN*UKURAN) memiliki pengaruh yang berbeda terhadap suku bunga
kredit. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,005, dimana nilai tersebut
lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,10. Secara grafis, interaksi kedua faktor
tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4.9 dan Gambar 4.10.
Berdasarkan Gambar 4.9 dan Gambar 4.10, kebijakan penutupan bank
bermasalah pada kondisi krisis dengan mempertimbangkan ukuran bank
bermasalah memiliki kecenderungan yang sama, yaitu peningkatan suku bunga
kredit. Namun, rata-rata suku bunga kredit pada kebijakan penutupan bank
bermasalah berukuran besar (Gambar 4.9) memiliki kenaikan yang cukup tajam
dibandingkan kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil (Gambar
4.10). Hal ini disebabkan karena suku bunga deposito pada penutupan bank
bermasalah berukuran besar cukup tinggi dibandingkan penutupan bank
bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.3 dan Gambar 4.4). Tingginya suku bunga
deposito sebagai faktor biaya bagi bank harus diimbangi dengan faktor
penerimaan bank yang berasal dari suku bunga kredit. Suku bunga kredit pada
kebijakan penyelamatan mengalami penurunan karena msing-masing bank saling
bersaing untuk meningkatkan jumlah nasabah (debitur) dalam rangka
meningkatkan profit bank dan meminimalisir kerugian pada bank.
84
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.9. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Kredit Per tahun (Ukuran Bank Bemasalah Besar)
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.10. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku
Bunga Kredit Per tahun (Ukuran Bank Bermasalah Kecil)
Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap suku
bunga kredit dengan mempertimbangkan ukuran bank bermasalah dapat terlihat
dari selisih nilai suku bunga kredit antara kebijakan penutupan dan penyelamatan
bank. Pada bank bermasalah berukuran besar (Gambar 4.9), selisih suku bunga
15,24
15,60
16,44
15,24
13,80
13,20 12,50
13,00
13,50
14,00
14,50
15,00
15,50
16,00
16,50
17,00
1 2 3
Su
ku
Bu
ng
a K
red
it P
erta
hu
n (
%)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan Bank
15,24 15,24 15,48
15,24
14,28 14,16
12,50
13,00
13,50
14,00
14,50
15,00
15,50
16,00
16,50
17,00
1 2 3
Su
ku
Bu
ng
a k
red
it P
er t
ah
un
(%
)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
85
kredit antara kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih besar dibandingkan
pada bank bermasalah berukuran kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
yang lebih besar terhadap respon suku bunga kredit terjadi saat kebijakan
penutupan bank dilakukan pada bank bermasalah berukuran besar dibandingkan
bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.10).
4.4. Implikasi Kebijakan terhadap Total Pinjaman
Tabel 4.4. Analisis Ragam Total Pinjaman Analysis of Variance for PIN, using Adjusted SS for Tests
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
KEBIJAKAN 1 4,31525E+15 4,31525E+15 4,31525E+15 12,14 0,004
KONDISI 1 5,56070E+15 5,56070E+15 5,56070E+15 15,64 0,001
UKURAN 1 5,41622E+14 5,41622E+14 5,41622E+14 1,52 0,237
BLOK 2 6,74757E+15 6,74757E+15 3,37378E+15 9,49 0,002
KEBIJAKAN*KONDISI 1 3,91074E+15 3,91074E+15 3,91074E+15 11,00 0,005
KEBIJAKAN*UKURAN 1 1,45116E+15 1,45116E+15 1,45116E+15 4,08 0,063
KONDISI*UKURAN 1 9,59535E+14 9,59535E+14 9,59535E+14 2,70 0,123
KEBIJAKAN*KONDISI*
UKURAN
1 2,98121E+14 2,98121E+14 2,98121E+14 0,84 0,375
Error 14 4,97735E+15 4,97735E+15 3,55525E+14
Total 23 2,87620E+16
S = 18855372 R-Sq = 82,69% R-Sq(adj) = 71,57%
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.4, interaksi antara kebijakan
penanganan bank bermasalah dan kondisi ekonomi (KEBIJAKAN*KONDISI)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total pinjaman. Hal tersebut
ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,005, dimana nilai tersebut lebih kecil
dibandingkan nilai alpha sebesar 0,10. Interaksi kedua faktor tersebut juga
ditunjukkan secara grafis pada Gambar 4.11 dan Gambar 4.12.
Berdasarkan Gambar 4.11 dan Gambar 4.12, implikasi kebijakan
penanganan bank bermasalah berukuran kecil dengan mempertimbangkan kondisi
ekonomi memiliki implikasi yang berbeda. Secara umum, total pinjaman pada
saat kebijakan penutupan bank bermasalah saat krisis lebih rendah dibandingkan
86
pada kondisi normal. Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah
terhadap total pinjaman dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dapat
terlihat dari selisih total pinjaman antara kebijakan penutupan dan penyelamatan
bank pada masing-masing kondisi ekonomi.
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.11. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total
Pinjaman (Kondisi Krisis)
Pada saat krisis, selisih total pinjaman antara kebijakan penutupan dan
penyelamatan lebih besar dibandingkan pada saat kondisi normal. Hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap respon total pinjaman
terjadi saat kebijakan penutupan bank dilakukan saat krisis. Pada kondisi krisis,
penutupan bank bermasalah menyebabkan nilai total pinjaman yang jauh lebih
rendah dibandingkan kebijakan penyelamatan (Gambar 4.11). Hal ini disebabkan
karena tingginya suku bunga kredit pada saat kebijakan penutupan bank
dilakukan. Sedangkan pada kondisi normal, kebijakan penutupan bank tidak
berpengaruh signifikan terhadap total pinjaman (Gambar 4.12).
121.759.200,00 127.645.269,33
115.878.394,67
121.759.200,00
158.818.357,33
175.373.451,27
50.000.000,00
70.000.000,00
90.000.000,00
110.000.000,00
130.000.000,00
150.000.000,00
170.000.000,00
190.000.000,00
1 2 3
Tota
l P
inja
man
(R
p)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
87
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.12. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total
Pinjaman (Kondisi Normal)
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.4 (halaman 85), interaksi antara
kebijakan penanganan bank bermasalah dan ukuran bank bermasalah
(KEBIJAKAN*UKURAN) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total
pinjaman. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,063, dimana nilai
tersebut lebih kecil dibandingkan nilai alpha sebesar 0,10. Interaksi kedua faktor
tersebut juga ditunjukkan secara grafis pada Gambar 4.13 dan Gambar 5.14.
Berdasarkan Gambar 4.13 dan Gambar 4.14, total pinjaman pada
kebijakan penutupan bank bermasalah, baik bank bermasalah berukuran besar
maupun kecil, secara keseluruhan memiliki nilai total pinjaman yang lebih rendah
dibandingkan total pinjaman saat kebijakan penyelamatan bank dilakukan. Hal ini
disebabkan oleh rata-rata suku bunga kredit saat dilakukan penutupan bank
cenderung tinggi sehingga para debitur mengurangi jumlah pinjamannya ke bank.
Total pinjaman pada kebijakan penyelamatan dilakukan, baik pada bank
bermasalah berukuran besar maupun kecil memiliki kecenderungan mengalami
121.759.200,00
155.155.466,67 160.924.906,67
121.759.200,00
152.922.663,33 148.727.629,33
50.000.000,00
70.000.000,00
90.000.000,00
110.000.000,00
130.000.000,00
150.000.000,00
170.000.000,00
190.000.000,00
1 2 3
Tota
l P
inja
man
(R
p)
Bulan
Kebijakan Penutupan
Bank
Kebijakan
Penyelamatan Bank
88
peningkatan. Hal ini disebabkan karena suku bunga kredit pada kebijakan
penyelamatan pada kondisi tersebut cukup relatif rendah sehingga para debitur
tertarik untuk meminjam dana kepada bank.
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.13. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total
Pinjaman (Ukuran Bank Bermasalah Besar)
Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap total
pinjaman dengan mempertimbangkan ukuran bank bermasalah dapat terlihat dari
selisih total pinjaman antara kebijakan penutupan dan penyelamatan bank. Pada
bank bermasalah berukuran besar (Gambar 4.13), selisih total pinjaman antara
kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih besar dibandingkan pada bank
bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.14). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
yang lebih besar terhadap respon total pinjaman terjadi saat kebijakan penutupan
bank dilakukan pada bank bermasalah berukuran besar.
124.160.000,00
67.751.302,67
86.276.688,45
124.160.000,00
141.290.469,33
169.635.454,87
50.000.000,00
70.000.000,00
90.000.000,00
110.000.000,00
130.000.000,00
150.000.000,00
170.000.000,00
190.000.000,00
1 2 3
Tota
l P
inja
man
(R
p)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
89
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.14. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total
Pinjaman (Ukuran Bank Bermasalah Kecil)
Secara umum, total pinjaman pada saat kebijakan penutupan bank
bermasalah berukuran besar (Gambar 4.13) relatif lebih rendah dibandingkan saat
kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.14). Hal ini
disebabkan oleh rata-rata suku bunga kredit saat kebijakan penutupan bank
bermasalah berukuran besar relatif lebih tinggi dibandingkan saat kebijakan
penutupan bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.9 dan Gambar 4.10).
Berdasarkan Gambar 4.13, total pinjaman saat kebijakan penutupan bank
bermasalah berukuran besar mengalami penurunan yang signifikan pada bulan
kedua akibat tingginya suku bunga kredit dan rendahnya total dana yang
dihimpun bank sehingga dana yang mampu disalurkan kepada debitur menjadi
terbatas. Pada bulan ketiga, total pinjaman mengalami sedikit peningkatan akibat
total dana yang disalurkan kepada debitur mengalami peningkatan dibandingkan
bulan sebelumnya. Masing-masing perusahaan memprioritaskan berproduksi
sebanyak-banyaknya dengan mengajukan pinjaman setinggi-tingginya untuk
121.759.200,00 127.645.269,33
115.878.394,67
121.759.200,00
158.818.357,33
175.373.451,27
50.000.000,00
70.000.000,00
90.000.000,00
110.000.000,00
130.000.000,00
150.000.000,00
170.000.000,00
190.000.000,00
1 2 3
Tota
l P
inja
man
(R
p)
Bulan
Kebijakan
Penutupan
Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
90
memperkuat permodalan, meskipun tingkat suku bunga kredit saat itu relatif
tinggi secara umum.
Berdasarkan Gambar 4.14, total pinjaman pada kebijakan penutupan bank
bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century mengalami peningkatan pada
bulan kedua. Hal ini disebabkan karena pada bulan kedua, suku bunga kredit
belum mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan bulan
sebelumnya. Pada bulan ketiga, total pinjaman mengalami penurunan yang
signifikan akibat kenaikan suku bunga kredit pada bulan ketiga.
4.5. Implikasi Kebijakan terhadap Tingkat Pengangguran
Tabel 4.5. Analisis Ragam Tingkat Pengangguran Analysis of Variance for UN, using Adjusted SS for Tests
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
KEBIJAKAN 1 560,67 560,67 560,67 8,71 0,011
KONDISI 1 661,50 661,50 661,50 10,28 0,006
UKURAN 1 266,67 266,67 266,67 4,14 0,061
BLOK 2 480,06 480,06 240,03 3,73 0,050
KEBIJAKAN*KONDISI 1 726,00 726,00 726,00 11,28 0,005
KEBIJAKAN*UKURAN 1 96,00 96,00 96,00 1,49 0,242
KONDISI*UKURAN 1 170,67 170,67 170,67 2,65 0,126
KEBIJAKAN*KONDISI*UKURAN 1 192,67 192,67 192,67 2,99 0,106
Error 14 900,77 900,77 64,34
Total 23 4055,00
S = 8,02127 R-Sq = 77,79% R-Sq(adj) = 63,51%
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.5, interaksi antara kebijakan
penanganan bank bermasalah dan kondisi ekonomi (KEBIJAKAN*KONDISI)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,005, dimana nilai tersebut lebih kecil
dibandingkan nilai alpha sebesar 0,10. Interaksi kedua faktor tersebut ditunjukkan
pada Gambar 4.15 dan Gambar 4.16.
91
Berdasarkan Gambar 4.15 dan Gambar 4.16, kebijakan penutupan bank
bermasalah berukuran kecil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi
memiliki implikasi yang berbeda terhadap tingkat pengangguran. Tingkat
pengangguran saat kebijakan penutupan dilakukan untuk bank bermasalah saat
krisis relatif lebih tinggi (Gambar 4.15) dibandingkan tingkat pengangguran saat
kebijakan penutupan dilakukan pada saat normal (Gambar 4.16). Hal tersebut
disebabkan karena akumulasi total pinjaman sebagai modal usaha bagi para
debitur lebih rendah pada saat kebijakan penutupan bank bermasalah pada kondisi
krisis dibandingkan pada kondisi normal.
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.15. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap
Tingkat Pengangguran (Kondisi Krisis)
Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap tingkat
pengangguran dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dapat terlihat dari
selisih tingkat pengangguran antara kebijakan penutupan dan penyelamatan bank.
Pada kondisi krisis (Gambar 4.15), selisih tingkat pengangguran antara kebijakan
penutupan dan penyelamatan lebih besar dibandingkan pada saat kondisi normal
(Gambar 4.16). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap
8,39
5,72 5,72
8,39
4,00 4,00 0
5
10
15
20
25
30
1 2 3
Tin
gk
at
pen
gan
gg
ura
n (
%)
Bulan
Kebijakan
Penutupan
Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
92
respon tingkat pengangguran terjadi saat kebijakan penutupan bank dilakukan
pada kondisi krisis. Sedangkan pada kondisi normal, hal tersebut menunjukkan
bahwa kebijakan penutupan bank tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengangguran.
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.16. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap
Tingkat Pengangguran (Kondisi Normal)
4.6. Implikasi Kebijakan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Tabel 4.6. Analisis Ragam Pertumbuhan Ekonomi Analysis of Variance for OUT, using Adjusted SS for Tests
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
KEBIJAKAN 1 28370549 28370549 28370549 5,05 0,041
KONDISI 1 28317212 28317212 28317212 5,05 0,041
UKURAN 1 1256355 1256355 1256355 0,22 0,643
BLOK 2 260940 260940 130470 0,02 0,977
KEBIJAKAN*KONDISI 1 731501 731501 731501 0,13 0,723
KEBIJAKAN*UKURAN 1 22025244 22025244 22025244 3,92 0,068
KONDISI*UKURAN 1 19149511 19149511 19149511 3,41 0,086
KEBIJAKAN*KONDISI*UKURAN 1 2059292 2059292 2059292 0,37 0,554
Error 14 78573356 78573356 5612383
Total 23 180743961
S = 2369,05 R-Sq = 56,53% R-Sq(adj) = 28,58%
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.6, interaksi kebijakan
penanganan bank bermasalah dan ukuran bank bermasalah
(KEBIJAKAN*UKURAN) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
4,00 4,00 4,67
4,00 4,00 4,00 0
5
10
15
20
25
30
1 2 3
Tin
gk
at
pen
gan
gg
ura
n (
%)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
93
tingkat pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P sebesar 0,068,
dimana nilai tersebut lebih kecil daripada nilai alpha sebesar 0,10. Interaksi kedua
faktor tersebut dapat ditunjukkan oleh Gambar 4.17 dan Gambar 4.18.
Berdasarkan Gambar 4.17 dan Gambar 4.18, implikasi kebijakan
penutupan Bank Century pada saat krisis terhadap bank bermasalah berukuran
besar maupun kecil memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih
rendah dibandingkan kebijakan penyelamatan Bank Century. Hal ini disebabkan
karena tingkat pengangguran pada saat kebijakan penutupan bank lebih tinggi
dibandingkan pada saat bank bermasalah diselamatkan. Tindakan penutupan bank
bermasalah berukuran besar pada saat krisis menunjukkan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang relatif lebih rendah dibandingkan tindakan penutupan bank
bermasalah berukuran kecil pada saat krisis. Hal tersebut sesuai dengan tingginya
tingkat pengangguran pada saat kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran
besar dibandingkan bank bermasalah berukuran kecil.
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.17. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Ukuran Bank Bermasalah Besar)
6,40
6,31
6,40
6,40
6,65 6,66
5,80
5,90
6,00
6,10
6,20
6,30
6,40
6,50
6,60
6,70
1 2 3
Per
tum
bu
ha
n E
kon
om
i (%
)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan
Bank
94
Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap tingkat
pertumbuhan ekonomi dengan mempertimbangkan ukuran bank bermasalah dapat
terlihat dari selisih tingkat pertumbuhan ekonomi antara kebijakan penutupan dan
penyelamatan bank. Pada bank bermasalah berukuran besar (Gambar 4.17), selisih
tingkat pertumbuhan ekonomi antara kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih
besar dibandingkan pada bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.18). Hal
ini menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap respon tingkat tingkat
pertumbuhan ekonomi terjadi saat kebijakan penutupan bank dilakukan pada bank
bermasalah berukuran besar.
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.18. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Ukuran Bank Bermasalah Kecil)
4.7. Implikasi Kebijakan terhadap Inflasi
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.7, interaksi antara kebijakan
penanganan bank bermasalah dan kondisi ekonomi (KEBIJAKAN*KONDISI)
dan interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dengan ukuran bank
bermasalah (KEBIJAKAN*UKURAN) tidak memiliki pengaruh yang signifikan
6,40
6,53 6,55 6,40
6,59 6,65
5,80
5,90
6,00
6,10
6,20
6,30
6,40
6,50
6,60
6,70
1 2 3
Per
tum
bu
ha
n E
kon
om
i (%
)
Bulan
Kebijakan
Penutupan Bank
Kebijakan
Penyelamatan Bank
95
terhadap tingkat inflasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P masing-masing sebesar
0,456 dan 0,272, dimana kedua nilai tersebut lebih besar daripada nilai alpha
sebesar 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan penutupan bank bermasalah
pada saat krisis, baik pada bank berukuran besar maupun kecil tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi. Begitu juga pada kebijakan
penutupan bank bermasalah berukuran kecil pada kondisi krisis maupun normal
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi.
Tabel 4.7. Analisis Ragam Tingkat Inflasi Analysis of Variance for INF, using Adjusted SS for Tests
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
KEBIJAKAN 1 18028 18028 18028 0,26 0,620
KONDISI 1 115758 115758 115758 1,65 0,219
UKURAN 1 27396 27396 27396 0,39 0,542
BLOK 2 11983 11983 5992 0,09 0,918
KEBIJAKAN*KONDISI 1 41080 41080 41080 0,59 0,456
KEBIJAKAN*UKURAN 1 91576 91576 91576 1,31 0,272
KONDISI*UKURAN 1 8204 8204 8204 0,12 0,737
KEBIJAKAN*KONDISI*UKURAN 1 16139 16139 16139 0,23 0,639
Error 14 980020 980020 70001
Total 23 1310184
S = 264,578 R-Sq = 25,20% R-Sq(adj) = 0,00%
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
96
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank
Century, memiliki implikasi yang berbeda pada kondisi krisis dan normal.
Berdasarkan analisis ragam, interaksi antara kebijakan penanganan bank
bermasalah dan kondisi ekonomi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga
deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, dan tingkat pengangguran. Hasil
simulasi percobaan ekonomi menunjukkan bahwa kebijakan penutupan bank
bermasalah berukuran kecil pada kondisi krisis memiliki pengaruh terhadap
respon suku bunga deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, dan tingkat
pengangguran. Sedangkan pada kondisi normal, kebijakan penutupan bank tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perekonomian yang dikaji.
Kebijakan penutupan bank bermasalah pada saat krisis memiliki respon
yang sama, namun memiliki besaran pengaruh yang berbeda terhadap kinerja
perekonomian yang dikaji. Berdasarkan analisis ragam, interaksi antara kebijakan
penanganan bank bermasalah dan ukuran bank bermasalah berpengaruh signifikan
terhadap suku bunga deposito, suku bunga kredit, total deposito, total pinjaman,
dan pertumbuhan ekonomi. Suku bunga deposito dan suku bunga kredit relatif
tinggi pada saat kebijakan penutupan bank bermasalah dibandingkan saat
kebijakan penyelamatan bank bermasalah dilakukan. Selain itu, total pinjaman
dan pertumbuhan ekonomi cenderung relatif rendah pada kebijakan penutupan
dibandingkan kebijakan penyelamatan bank bermasalah. Namun, besaran
pengaruh yang ditimbulkan dari kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran
besar dan kecil memiliki perbedaan. Kebijakan penutupan bank bermasalah
97
berukuran besar memiliki pengaruh yang relatif lebih tinggi terhadap respon suku
bunga deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, dan pertumbuhan ekonomi
dibandingkan pada bank bermasalah berukuran kecil.
Hasil penelitian terkait kasus Bank Century dengan menggunakan metode
percobaan ekonomi menunjukkan bahwa penutupan Bank Century menyebabkan
dampak sistemik yang pengaruhnya relatif rendah. Hal ini menyimpulkan bahwa
pengaruh sistemik yang cukup besar akan ditimbulkan jika bank bermasalah
berukuran besar ditutup pada saat krisis. Dalam kondisi normal, penutupan bank
bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century tidak akan menimbulkan
dampak sistemik. Selain itu, tekanan dan potensi kegagalan bank sangat rendah
karena stabilitas ekonomi masih terjaga sehingga kepercayaan nasabah terhadap
perbankan tidak mengalami penurunan.
5.2. Saran
Berdasarakan hasil penelitian ini, beberapa saran yang diajukan penulis,
antara lain :
1. Penelitian selanjutnya diharapkan memiliki desain program simulasi yang
mampu melibatkan banyak responden (keterlibatan bank, deposan, dan
perusahaan lebih banyak), dengan harapan simulasi percobaan ekonomi
mampu menggambarkan hasil yang lebih mencerminkan realita dan mampu
dijadikan sebagai bahan pembelajaran terkait aplikasi percobaan ekonomi.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas cakupan pengaruh respon
yang lebih luas dengan melibatkan respon dari sisi permintaan terhadap
98
output. Hal ini dilakukan agar pengaruh kebijakan penanganan bank
bermasalah dapat dianalisis secara menyeluruh.
3. Dalam menilai dampak sisitemik, diharapkan pemerintah mampu
menganalisis dampak sistemik dari adanya kegagalan bank terhadap
berbagai variabel ekonomi secara keseluruhan. Dengan demikian,
pemerintah dapat merumuskan kebijakan penanganan bank bermasalah yang
tepat dengan mengacu pada besarnya dampak sistemik yang ditimbulkan
akibat kegagalan suatu bank tanpa mengundang kontroversi di tengah
masyarakat.
99
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Pengertian, fungsi, dan ruang lingkup usaha bank.
http://mokeng.wordpress.com/2008/07/04/karakteristik-perbankan/ [24
Maret 2011].
. 2009. “Century Bukan Kategori Bank Berdampak Sistemik” [Bataviase
Online]. http://bataviase.co.id/detailberita-10428992.html [24 Maret 2011].
Badan Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-
Ekonomi Indonesia. Edisi Oktober 2009. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Bank Indonesia, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan. 2009. Laporan
Pengawasan Perbankan 2008. Bank Indonesia, Jakarta.
, Humas Bank Indonesia. 2010. Krisis Global dan Penyelamatan
Sistem Perbankan Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta.
, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan. 2004. Bank Sentral
Republik Indonesia : Sebuah Pengantar. Bank Indonesia, Jakarta.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan Edisi Kedua. Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Elsaryan. 2009. “Krisis Ekonomi Global 2008 serta Dampaknya Bagi
Perekonomian Indonesia”.
http://elsaryan.wordpress.com/2009/09/08/krisis-ekonomi-global-2008-
serta-dampaknya-bagi-perekonomian-indonesia/ [09 April 2011].
Fardillah, Firza. 2011. Kajian Alternatif Kebijakan Pemerintah terhadap
Penyelamatan Bank Bermasalah dengan Percobaan Ekonomi [skripsi].
Fakultas Ekonomi dan Manajemen : Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hasibuan, Malayu. S. P. 2008. Dasar-dasar Perbankan. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Herdaru, Purnomo. 2009. “Bank Century Tak Termasuk Bank Sistemik” [Detik
Finance Online].
http://us.detikfinance.com/read/2009/12/21/120517/1263532/5/burhanuddi
n-bank-century-tak-termasuk-bank-sistemik [11 Oktober 2010]
Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press, Bogor.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Tim Asistensi Sosialisasi Kebijakan
Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan. 2010. Buku Putih
Upaya Pemerintah dalam Pencegahan dan Penanganan Krisis. Edisi
Januari 2010. Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.
100
Mankiw. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.
Matjik, A. A. Dan I. M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan Jilid I Edisi
Kedua. IPB Press, Bogor.
Pangaribuan, Haisar. 2008. “Kegagalan Suatu Bank”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, 2:119 – 134.
Rizky, Mochamad. 2009. “Krisis 2008 : Membangun Kesiapan Indonesia dalam
menghadapai Globalisasi”.
http://younganalist.blogspot.com/2009/07/krisis-2008-membangun-
kesiapan_03.html [09 April 2011].
Setiawan, Azis. 2010. “Problem Bailout Bank Century”. http :
xa.yimg.com/.../Brief+Analysis+Perbankan+-
+Problem+Century_final.doc [11 Oktober 2010].
Sugema, Iman. 2009. “Risiko Sistemis Bank Century”. http://www.madani-
ri.com/2009/09/08/risiko-sistemis-bank-century/ [11Oktober 2010].
101
LAMPIRAN
102
Lampiran 1. Data Hasil Percobaan PERLAKUAN BLN ULNGAN SBD SBK DEPOSITO PINJAMAN PHK OUTPUT HARGA
1 2 1 0,98 1,21 94.460.000 52.815.076 51 12.133 28.063
1 2 2 0,98 1,27 166.460.000 77.728.160 31 13.542 27.814
1 2 3 1,19 1,44 188.435.000 72.710.672 38 13.260 27.960
2 2 1 0,9 1,17 211.830.000 101.501.488 12 14.926 27.442
2 2 2 0,93 1,07 284.000.000 175.278.400 0 18.246 27.848
2 2 3 0,92 1,2 261.060.000 147.091.520 2 17.049 27.639
3 2 1 0,93 1,27 172.380.000 112.807.776 0 16.078 27.398
3 2 2 0,96 1,27 228.500.000 164.724.000 1 16.482 27.531
3 2 3 0,99 1,2 198.500.000 134.424.000 0 17.098 27.527
4 2 1 0,91 1,16 296.830.000 115.203.040 16 39.186 27.534
4 2 2 0,91 1,07 256.500.000 165.590.400 0 17.821 27.734
4 2 3 0,92 1,23 285.500.000 168.502.400 0 17.984 27.806
5 2 1 1,17 1,32 190.500.000 70.032.000 34 13.055 28.300
5 2 2 0,98 1,22 270.760.000 171.896.704 0 18.147 22.973
5 2 3 0,99 1,26 270.380.000 141.007.104 0 16.868 27.500
6 2 1 1,17 1,32 190.500.000 70.032.000 0 16.716 27.552
6 2 2 0,98 1,22 270.760.000 171.896.704 0 17.705 27.710
6 2 3 0,99 1,26 270.380.000 141.007.104 0 16.250 27.436
7 2 1 0,93 1,23 282.500.000 180.259.200 0 18.459 27.916
7 2 2 0,92 1,24 278.500.000 147.188.800 1 17.066 27.628
7 2 3 0,93 1,22 277.500.000 138.018.400 0 16.655 27.436
8 2 1 0,93 1,23 269.580.000 125.642.432 0 16.078 27.398
8 2 2 0,93 1,25 349.080.000 187.095.158 1 16.482 27.531
8 2 3 0,93 1,25 272.500.000 146.030.400 0 17.098 27.527
1 3 1 1,2 1,37 79.565.800 48.879.488 53 12.043 28.195
1 3 2 1,16 1,33 169.138.044 106.242.049 10 15.182 27.486
1 3 3 1,2 1,4 222.075.000 103.708.528 13 15.057 27.607
2 3 1 0,93 1,09 280.508.982 132.944.222 0 16.425 27.448
2 3 2 0,96 1,02 306.264.750 185.062.143 0 19.753 28.446
2 3 3 0,92 1,2 298.426.000 169.900.000 0 17.940 27.907
3 3 1 0,95 1,29 216.172.000 160.660.882 0 17.714 27.658
3 3 2 0,97 1,28 258.800.000 183.054.400 0 18.613 27.939
3 3 3 1,01 1,21 256.230.000 160.422.292 0 17.565 27.653
4 3 1 0,92 1,16 299.610.000 123.810.592 3 15.963 27.469
4 3 2 0,92 1,07 305.412.000 198.217.273 0 19.213 28.142
4 3 3 0,93 1,2 258.050.000 203.514.720 0 19.345 28.241
5 3 1 1,11 1,31 231.150.000 102.190.160 32 13.701 28.287
5 3 2 1,11 1,3 295.710.000 102.190.160 0 18.482 27.900
103
PERLAKUAN BLN ULNGAN SBD SBK DEPOSITO PINJAMAN PHK OUTPUT HARGA
5 3 3 0,99 1,26 294.370.000 143.254.864 0 16.918 27.573
6 3 1 0,93 1,22 293.200.000 164.699.500 0 17.809 27.778
6 3 2 0,93 1,13 303.800.000 154.662.000 0 16.538 27.464
6 3 3 0,94 1,19 306.768.000 206.758.854 0 19.315 28.176
7 3 1 0,93 1,22 243.750.000 177.305.520 0 18.371 27.849
7 3 2 0,93 1,22 234.800.000 169.004.000 0 17.977 27.816
7 3 3 0,94 1,22 297.410.000 136.465.200 2 16.570 22.664
8 3 1 0,93 1,2 307.120.000 138.303.592 0 16.672 27.481
8 3 2 0,94 1,26 308.320.000 127.747.520 0 16.257 27.429
8 3 3 0,94 1,24 307.660.000 180.131.776 0 18.450 27.880
Lampiran 2. Instruksi Percobaan Ekonomi untuk Deposan
1. Sebelum simulasi dimulai, Anda log-in terlebih dahulu pada tampilan
program simulasi berikut :
Pilih Simulasi sesuai perlakuan yang diinstruksikan peneliti, contoh
perlakuan1
Ketik Username Anda, contoh : deposan1
Ketik Password yang merupakan angka dari inisial Anda, contoh : 1
Setelah selesai. Klik login
2. Anda akan memasuki akun bulan pertama dengan asumsi sebagai berikut :
Uang yang dimiliki pada awal percobaan sebesar 30.000.000
Memiliki pengeluaran perbulan sebesar 800.000 (diasumsikan TETAP di
setiap bulannya)
Sisa Uang yang Dipegang berasal dari Uang yang Dipegang + Upah
Bekerja – Pengeluaran perbulan. Sisa Uang yang Dipegang merupakan
sejumlah uang yang Anda pegang sebelum Anda mendepositokan uang
Anda.
Suku bunga deposito perbulan pada bulan pertama dari semua bank
sebesar 0,90%
104
Menerima upah pekerja sebesar 1.000.000, Oleh karena itu Ketik
1.000.000 pada kolom upah pekerja.
Mendepositokan uang Anda masing-masing sebesar 10.000.000 pada dua
rekening bank berbeda (berdasarkan daftar random yang telah ditentukan
peneliti) dengan ketik 10.000.000 pada kolom penambahan/pengurangan
deposito pada bank tersebut. Ketik 0 pada bank lain sebagai indikasi
bahwa Anda tidak mendepositokan uang Anda pada bank tersebut.
Total uang yang Dipegang saat ini merupakan sisa uang yang Anda
pegang setelah Anda mendepositokan uang Anda pada bank. Total uang
yang Dipegang saat ini merupakan nilai uang yang akan Anda pegang
pada awal bulan berikutnya.
Total uang yang Dipegang saat ini = Uang yang Anda pegang pada awal
percobaan + Upah pekerja – Pengeluaran perbulan –
Penambahan/Pengurangan Deposito + bunga deposito
Setelah data terisi lengkap, isi lembar keputusan terlebih dahulu, lalu klik
Submit untuk melanjutkan ke bulan kedua.
3. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan
tertutup secara otomatis setelah bank menentukan suku bunga deposito bulan
berikutnya.
4. Anda akan memasuki akun bulan kedua dengan ketentuan sebagai berikut :
Uang yang Anda pegang saat ini berasal dari total uang yang Anda pegang
pada akhir bulan pertama.
Sisa Uang yang Dipegang berasal dari Uang yang Dipegang + Upah
Bekerja – Pengeluaran perbulan. Sisa Uang yang Dipegang merupakan
105
sejumlah uang yang Anda pegang sebelum Anda mendepositokan uang
Anda.
Ketik 1.000.000 pada kolom upah pekerja (jika Anda tidak terkena PHK).
Deposan yang terkena PHK akan diacak oleh peneliti setelah investor
memberikan keputusan penggunaan tenaga kerja. Ketik 0 pada kolom upah
pekerja jika Anda terkena PHK.
Buatlah keputusan pinjaman dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Anda mendepositokan uang Anda pada bank tertentu secara bebas sesuai
preferensi Anda dengan pertimbangan sebagai berikut :
Semakin tinggi suku bunga deposito, bunga deposito akan semakin
tinggi, sehingga akumulasi total uang yang Anda miliki pada akhir
simulasi akan meningkat. Namun Anda harus berhati-hati, jika
terdapat penutupan bank lain, bank lain termasuk bank Anda
berpotensi terkena penutupan, saldo deposito dan bunga deposito
Anda akan hangus. Hal tersebut akan berisiko terhadap
berkurangnya total uang yang Anda miliki pada akhir simulasi. Total
uang yang Anda miliki berpengaruh terhadap reward yang akan Anda
peroleh.
2. Saldo deposito di bank minimal 10.000.000
3. Jika Anda ingin menambah nominal deposito, ketik seberapa besar
penambahan deposito pada kolom penambahan/pengurangan deposito,
contoh penambahan deposito pada bank1
4. Jika Anda ingin menarik deposito, ketik seberapa besar deposito yang akan
Anda tarik dengan Ketik tanda minus (-) di depan nominal deposito yang
akan Anda tarik, contoh penambahan deposito pada bank 3.
5. Ingat, saldo deposito minimal di bank sebesar 10.000.000. Anda tidak
boleh menarik/mendepositokan uang Anda dimana hal tersebut
menyebabkan saldo deposito Anda bernilai kurang dari 10.000.000. Jika
saldo deposito Anda bernilai kurang dari 10.000.000, maka akan muncul
tampilan warning berikut :
106
6. Jika Anda ingin nilai deposito Anda sama dengan bulan sebelumnya, ketik
0 pada kolom penambahan/pengurangan deposito, contoh penambahan
deposito pada bank 2 dan 4.
7. Keputusan mendepositokan uang Anda tidak boleh menyebabkan Total
Uang Dipegang saat Ini bernilai negatif. Total uang yang Dipegang saat ini
merupakan sisa uang yang Anda pegang setelah Anda mendepositokan
uang Anda pada bank. Total uang yang Dipegang saat ini merupakan nilai
uang yang akan Anda pegang pada awal bulan berikutnya.
Total uang yang Dipegang saat ini = Uang yang Anda pegang pada awal
bulan kedua + Upah pekerja – Pengeluaran perbulan –
Penambahan/Pengurangan Deposito + bunga deposito
Jika hal tersebut terjadi, maka akan muncul warning pada tampilan
program Anda.
Setelah data terisi lengkap, isi Lembar keputusan lalu klik Submit untuk
melanjutkan ke bulan ketiga.
5. Kemudian akan muncul Waiting Confirmation. Tampilan akan tertutup secara
otomatis setelah bank menentukan suku bunga deposito bulan berikutnya.
6. Anda akan memasuki akun bulan ketiga dengan ketentuan sebagai berikut :
Uang yang Anda pegang saat ini berasal dari total uang yang Anda pegang
pada akhir bulan kedua.
Sisa Uang yang Dipegang berasal dari Uang yang Dipegang + Upah
Bekerja – Pengeluaran perbulan. Sisa Uang yang Dipegang merupakan
sejumlah uang yang Anda pegang sebelum Anda mendepositokan uang
Anda.
107
Ketik 1.000.000 pada kolom upah pekerja (jika Anda tidak terkena PHK).
Deposan yang terkena PHK akan diacak oleh peneliti setelah investor
memberikan keputusan penggunaan tenaga kerja. Ketik 0 pada kolom upah
pekerja jika Anda terkena PHK.
Buatlah keputusan deposito seperti instruksi sebelumnya.
Total uang yang Dipegang saat ini merupakan sisa uang yang Anda
pegang setelah Anda mendepositokan uang Anda pada bank. Total uang
yang Dipegang saat ini merupakan nilai uang yang akan diakumulasikan
untuk menentukan Nilai Uang yang Anda miliki di akhir simulasi.
Total uang yang Dipegang saat ini = Uang yang Anda pegang pada awal
bulan ketiga + Upah pekerja – Pengeluaran perbulan –
Penambahan/Pengurangan Deposito + bunga deposito
Uang yang Anda miliki pada bulan ketiga merupakan reward yang akan
dikonversi oleh peneliti. Uang yang Ada miliki pada bulan ketiga
merupakan akumulasi dari Total Uang yang Dipegang Saat Ini dan
akumulasi saldo deposito di bank.
7. Setelah data terisi lengkap, isi Lembar keputusan lalu klik Submit untuk
mengkahiri simulasi Anda sebagai deposan.
8. Uang yang Anda miliki yang Anda pada bulan ketiga akan dijadikan
pertimbangan reward oleh peneliti.
108
Lampiran 3. Lembar Keputusan Deposan
Lampiran 4. Instruksi Percobaan Ekonomi untuk Bank
1. Sebelum simulasi dimulai, Anda log-in terlebih dahulu pada tampilan
program simulasi berikut :
Pilih Simulasi sesuai perlakuan yang diinstruksikan peneliti, contoh
perlakuan1
Ketik Username Anda, contoh : bank1
Ketik Password yang merupakan angka dari inisial Anda, contoh : 1
Setelah selesai. Klik login 2. Anda akan melihat deposan dan investor mana saja yang terdaftar dalam
simulai. Klik Next untuk melanjutkan.
Nama : Perlakuan :
Inisial : Ulangan :
Bank
Penambahan/Pengurangan Deposito
Bulan Pertama Bulan Kedua Bulan Ketiga
(+) (+) (-) (+) (-)
B1
B2
B3
B4
B5
Uang yang Anda Miliki di Bulan Ketiga :
109
3. Anda memasuki akun bulan pertama dengan asumsi sebagai berikut :
Anda menerima dana deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Suku bunga deposito perbulan pada bulan pertama diasumsikan sama dari
semua bank sebesar 0,90%
Suku bunga kredit perbulan pada bulan pertama diasumsikan sama dari
semua bank sebesar 1,27%
Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 7,5% dari Total DPK merupakan
kewajiban bank yang harus dibayarkan kepada Bank Indonesia.
Anda diminta untuk mengetikan proporsi LDR (Loan-Deposit Ratio) yang
merupakan proporsi total kredit terhdaap total DPK. Ketik pada kolom
110
LDR sebesar 77,6%, namun pengecualian bagi LDR BANK 5 (sebagai
Bank Bermasalah) pada perlakuan 5 – 8 sebesar 47,59%.
Pinjaman maksimal akan disesuaikan dari total kredit yang dibagikan
secara merata kepada 5 perusahaan. Setelah mengetahui nilai pinjaman
maksimal yang akan diberikan kepada perusahaan, klik Beritahu Investor
4. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan
tertutup secara otomatis setelah investor membuat keputusan pinjaman pada
bank Anda.
Setelah perusahaan memberikan keputusan pinjaman, Bank dapat
mengetahui besaran profit yang diperoleh pada bulan pertama dengan
rumus sebagai berikut :
Profit = (Suku Bunga Kredit x Total Pinjaman yang disalurkan) – (Suku
Bunga Deposito x Total Deposito)
Setelah data lengkap, isi lembar keputusan Anda, lalu klik Submit untuk
melanjutkan.
111
Jika Anda Bank5, dengarkan instruksi dari peneliti terkait bank Anda
ditutup atau tidak. Jika Bank Anda terkena penutupan oleh pemerintah.
Klik tombol tutup bank pada tampilan program Anda.
5. Anda diminta membuat keputusan merubah suku bunga pada pertengahan
bulan kedua dengan ketentuan sebagai berikut :
Suku bunga kredit > suku bunga deposito
Semakin tinggi suku bunga deposito, maka akan menarik para deposan
untuk mendepositokan uangnya pada bank Anda. Suku bunga deposito
merupakan komponen biaya, oleh karena itu tingginya suku bunga
deposito dapat mengurangi profit Anda jika tidak diimbangi dengan
tingginya suku bunga kredit dan tingginya total pinjaman dari perusahaan.
Semakin tinggi suku bunga kredit, maka profit bank Anda akan meningkat
jika diimbangi dengan total pinjaman yang besar pula. Namun, tingginya
suku bunga kredit memungkinkan perusahaan enggan membuat keputusan
pinjaman pada bank Anda.
Anda harus berhati-hati dalam mempertimbangkan tingkat suku bunga,
karena adanya penutupan bank cukup mempengaruhi perilaku deposan dan
perusahaan. Anda juga harus mempertimbangkan keputusan suku bunga
bank lain agar deposan dan perusahaan tertarik menjadi nasabah Anda.
Suku bunga deposito dan suku bunga kredit sebesar 0% merupakan
indikasi Bank terkena penutupan.
Tentukan suku bunga deposito dan suku bunga kredit sementara dalam
waktu 30 detik. Lihat kisaran suku bunga deposito dan suku bunga kredit
dari bank lain pada kolom informasi suku bunga untuk memungkinkan
Anda dapat membuat suku bunga yang diminati oleh para deposan dan
perusahaan (jangan mengklik Submit sebelum Anda membuat keputusan
suku bunga akhir Anda). Tentukan keputusan akhir suku bunga deposito
dan suku bunga kredit pada kolom suku bunga saat ini selama 30 detik
terakhir.
112
Setelah selesai membuat keputusan akhir suku bunga pada kolom
keputusan suku bunga saat ini, Isi Lembar keputusan, lalu klik Submit
untuk melanjutkan.
6. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan
tertutup secara otomatis setelah deposan membuat keputusan deposito pada
bank Anda.
7. Anda memasuki akun bulan kedua dengan asumsi sebagai berikut :
Anda menerima dana deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 7,5% dari Total DPK merupakan
kewajiban bank yang harus dibayarkan kepada Bank Indonesia.
Dalam tampilan tersebut akan tertera kolom likuiditas, likuiditas akan
menentukan bank Anda beroperasi atau tutup. Jika likuiditas bernilai
negatif, maka bank Anda akan terkena penutupan. Klik tombol tutup bank
pada tampilan program Anda jika bank Anda ditutup.
Likuiditas = Sisa DPK di bulan pertama + total pengembalian bulan
pertama + penambahan saldo bulan kedua – total bunga deposito
bulan pertama –total bunga deposito bulan kedua
Anda diminta untuk mengetikan proporsi LDR (Loan-Deposit Ratio) yang
merupakan proporsi total kredit terhdaap total DPK. Ketik pada kolom
LDR sebesar 77,6%, namun pengecualian bagi LDR BANK 5 (sebagai
Bank Bermasalah) pada perlakuan 5 – 8 sebesar 47,59%.
113
Pinjaman maksimal akan disesuaikan dari total kredit yang dibagikan
secara merata kepada 5 perusahaan. Setelah mengetahui nilai pinjaman
maksimal yang akan diberikan kepada perusahaan, klik Beritahu Investor 8. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan
tertutup secara otomatis setelah investor membuat keputusan pinjaman pada
bank Anda.
Setelah perusahaan memberikan keputusan pinjaman, Bank dapat
mengetahui besaran profit yang diperoleh pada bulan pertama dengan
rumus sebagai berikut :
Profit = (Suku Bunga Kredit x Total Pinjaman yang disalurkan) – (Suku
Bunga Deposito x Total Deposito)
Setelah data lengkap, isi lembar keputusan Anda, lalu klik Submit untuk
melanjutkan.
114
9. Anda diminta membuat keputusan merubah suku bunga pada pertengahan
bulan kedua dengan ketentuan sebagai berikut :
Tentukan suku bunga deposito dan suku bunga kredit sementara dalam
waktu 30 detik. Lihat kisaran suku bunga deposito dan suku bunga kredit
dari bank lain untuk memungkinkan Anda dapat membuat suku bunga
yang diminati oleh para deposan dan perusahaan (jangan mengklik Submit
sebelum Anda membuat keputusan suku bunga akhir Anda). Tentukan
keputusan akhir suku bunga deposito dan suku bunga kredit pada kolom
suku bunga saat ini selama 30 detik terakhir.
Setelah selesai membuat keputusan akhir suku bunga pada kolom
keputusan suku bunga saat ini, Isi Lembar keputusan, lalu klik Submit
untuk melanjutkan.
10. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan
tertutup secara otomatis setelah deposan membuat keputusan deposito
pada bank Anda.
11. Anda memasuki akun bulan ketiga dengan asumsi sebagai berikut :
Anda menerima dana deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 7,5% dari Total DPK merupakan
kewajiban bank yang harus dibayarkan kepada Bank Indonesia.
115
Anda diminta untuk mengetikan proporsi LDR (Loan-Deposit Ratio) yang
merupakan proporsi total kredit terhdaap total DPK. Ketik pada kolom
LDR sebesar 77,6%, namun pengecualian bagi LDR BANK 5 (sebagai
Bank Bermasalah) pada perlakuan 5 – 8 sebesar 47,59%.
Setelah mengetahui nilai pinjaman maksimal yang akan diberikan kepada
perusahaan, klik Beritahu Investor 12. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan
tertutup secara otomatis setelah investor membuat keputusan pinjaman pada
bank Anda.
116
lalu klik Submit untuk mengakhiri simulasi Anda sebagai Bank.
13. Akumulasi profit yang Anda peroleh setiap bulan akan dijadikan
pertimbangan reward oleh peneliti.
Lampiran 5. Lembar Keputusan Bank
Lampiran 6. Instruksi Percobaan Ekonomi untuk Perusahaan
1. Sebelum simulasi dimulai, Anda log-in terlebih dahulu pada tampilan
program simulasi berikut :
Pilih Simulasi sesuai perlakuan yang diinstruksikan peneliti, contoh
perlakuan1
Ketik Username Anda, contoh : investor1
Ketik Password yang merupakan angka dari inisial Anda, contoh : 1
Nama : Perlakuan :
Inisial : Ulangan :
Periode Waktu Bulan 1 Bulan 2
(Tutup/Beroperasi)
Bulan 3
(Tutup/Beroperasi)
Keputusan Suku
bunga
Suku
bunga
deposito
Suku
bunga
kredit
Suku
bunga
deposito
Suku
bunga
kredit
Suku
bunga
deposito
Suku
bunga
kredit
0,90 1,27
Total Deposito
Total Pinjaman
yg disalurkan
Profit
117
Setelah selesai. Klik login
2. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan
tertutup secara otomatis setelah bank menentukan Pinjaman Maksimal untuk
Perusahaan Anda.
3. Anda akan memasuki akun bulan pertama dengan asumsi sebagai berikut :
Modal Awal yang Anda miliki sebesar 40.000.000 di setiap bulannya.
Suku bunga kredit perbulan pada bulan pertama diasumsikan sama dari
semua bank sebesar 1,27%.
Anda membuat keputusan pinjaman pada 4 bank berbeda (sesuai daftar
random yang ditentukan peneliti) dengan mengetikan besarnya pinjaman
sebesar pinjaman maksimal yang ditentukan oleh bank. Ketik 0 pada bank
lain dimana Anda tidak meminjam pada bank tersebut. Setelah selesai klik
Ajukan ke Bank.
Modal Usaha merupakan akumulasi dari akumulasi Modal Sendiri dan
Total Keputusan Pinjaman dari Bank.
118
Anda membuat keputusan penggunaan tenaga kerja dengan ketik 30 pada
kolom tenaga kerja yang digunakan. Jika perusahaan Anda terkena
penurunan output (ditentukan peneliti pada saat krisis secara random),
ketik 25 pada kolom tenaga kerja yang digunakan.
Ouput merupakan fungsi dari tenaga kerja yang digunakan. Q = f(L) =
548L0,5
. Output akan terisi secara otomatis setelah Anda melakukan
keputusan penggunaan tenaga kerja. Semakin besar tenaga kerja yang
digunakan semakin besar pula output yang dihasilkan.
Harga produk merupakan fungsi dari total biaya produksi dan output, yang
ditentukan dengan rumus Harga Produk = (1+35%) x (Total Biaya
Produksi/Output). Nilai 35% merupakan nilai mark up (proporsi profit)
yang telah ditentukan peneliti. Harga akan terisi secara otomatis.
Total Biaya Produksi merupakan akumulasi dari Biaya Input Bahan Baku,
Biaya Tenaga Kerja, dan Biaya Modal
1. Biaya Input Bahan Baku diasumsikan tetap di setiap bulannya sebesar
30.000.000
2. Upah pekerja diasumsikan tetap setiap bulannya sebesar 1.000.000 . Biaya
Tenaga Kerja ditentukan dengan rumus Tenaga Kerja yang Digunakan x
Upah pekerja. Semakin besar tenaga kerja yang digunakan, biaya tenaga
kerja semakin tinggi.
3. Biaya Modal ditentukan berdasarkan total bunga pinjaman dan
Opportunity cost dari Modal Awal. Semakin besar tingkat suku bunga
kredit dan besar pinjaman kredit, semakin besar pula biaya modal.
Opportunity Cost tersebut merupakan biaya imbangan seandainya modal
awal tersebut didepositokan pada bank yang memiliki suku bunga deposito
tertinggi.
Penerimaan diperoleh dari Output x Harga Produk
Profit ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Profit = (Harga Produk x Output) – (Biaya Input + Biaya Modal + Biaya
Tenaga Kerja)
Anda diasumsikan selalu memperoleh keuntungan
Setelah data terisi lengkap, isi Lembar Keputusan lalu klik Submit untuk
melanjutkan ke bulan kedua.
4. Kemudian akan muncul tampilanWaiting Confirmation. Tampilan akan
tertutup secara otomatis setelah bank menentukan suku bunga kredit dan
pinjaman maksimal untuk perusahaan Anda.
5. Anda akan memasuki akun bulan kedua dengan ketentuan sebagai berikut :
Modal Awal yang Anda miliki sebesar 40.000.000
119
Indikasi Bank terkena penutupan (tidak beroperasi) : Pada kolom Pinjaman
Kredit Maksimal berisi angka 0. Anda tidak dapat mengajukan pinjaman
pada bank tersebut.
Anda membuat keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih
beroperasi secara bebas dengan mengetikan besar pinjaman bank pada
kolom keputusan pinjaman sesuai preferensi Anda dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Semakin tinggi suku bunga kredit yang ditawarkan oleh Bank, semakin
besar pula biaya modal yang Anda bayarkan. Biaya modal yang tinggi
merupakan pengurang profit yang akan Anda peroleh.
2. Keputusan pinjaman tidak boleh melebihi pinjaman kredit maksimal yang
ditawarkan bank. Jika hal tersebut terjadi, akan muncul tampilan warning
berikut :
3. Ketik 0 pada bank lain dimana Anda tidak meminjam pada bank tersebut.
Setelah selesai membuat keputusan pinjaman, klik Ajukan ke Bank
Anda membuat keputusan penggunaan tenaga kerja dengan mengetikan
besar tenaga kerja yang digunakan pada kolom Tenaga Kerja yang
digunakan dengan ketentuan tenaga kerja maksimal sebagai berikut :
Tenaga Kerja yang Digunakan = [(Modal Usaha) –
30.000.000]:1.000.000
120
Keterangan = nilai 30.000.000 merupakan biaya biaya input bahan baku,
nilai 1.000.000 merupakan upah pekerja.
Setelah data terisi lengkap, isi Lembar Keputusan lalu klik Submit untuk
melanjutkan ke bulan ketiga.
6. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan
tertutup secara otomatis setelah bank menentukan suku bunga kredit dan
pinjaman maksimal untuk perusahaan Anda.
7. Anda akan memasuki akun bulan ketiga dengan ketentuan sebagai berikut :
Modal Awal yang Anda miliki sebesar 40.000.000
Anda membuat keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih
beroperasi secara bebas dengan mengetikan besar pinjaman bank pada
kolom keputusan pinjaman sesuai preferensi Anda
Anda membuat keputusan penggunaan tenaga kerja dengan mengetikan
besar tenaga kerja yang digunakan pada kolom Tenaga Kerja yang
digunakan dengan ketentuan tenaga kerja maksimal sebagai berikut :
Tenaga Kerja yang Digunakan = [(Modal Usaha) – 30.000.000]:1.000.000
Keterangan = nilai 30.000.000 merupakan biaya biaya input bahan baku, nilai
1.000.000 merupakan upah pekerja.
Profit ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
121
Profit = (Harga Produk x Output) – (Biaya Input + Biaya Modal + Biaya
Tenaga Kerja)
Anda diasumsikan selalu memperoleh keuntungan
Setelah data terisi lengkap, isi Lembar Keputusan lalu klik Submit untuk
mengakhiri simulasi Anda sebagai perusahaan.
8. Akumulasi profit yang Anda peroleh setiap bulan akan dijadikan
pertimbangan reward oleh peneliti.
Lampiran 7. Lembar Keputusan Perusahaan
Nama : Perlakuan :
Inisial : Ulangan :
Bank Keputusan Total Pinjaman
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
B1
B2
B3
B4
B5
TK yg digunakan
Ouput
Harga Produk
Profit