Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja....

62
Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Triwulan II 2013

Transcript of Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja....

Page 1: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta

Triwulan II 2013

Page 2: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

ii

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 3: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

iii

Kata Pengantar

Perekonomian Jakarta pada triwulan II 2013 tumbuh sebesar 6,30% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan I 2013. Perlambatan ini terutama disebabkan oleh melambatnya investasi dan ekspor. Sementara itu, konsumsi masih tumbuh cukup kuat sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi berada di atas 6,0%. Secara sektoral, melambatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta bersumber dari sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasionaldalam triwulan laporan sebesar 5,81% (yoy), pertumbuhan ekonomi jakarta masih lebih tinggi.

Inflasi Jakarta pada triwulan II 2013 tercatat sebesar 5,67% (yoy). Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu, karena koreksi beberapa harga komoditas hortikultura seperti seperti bawang putih, bawang merah, dan tomat sayur selama triwulan laporan. Kendati demikian, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada akhir triwulan laporan menahan penurunan inflasi lebih lanjut. Dampak kenaikan BBM tersebut diperkirakan mencapai puncaknya pada awal triwulan mendatang.

Perekonomian Jakarta pada triwulan III 2013 diprakirakan sedikit meningkat sebesar 6,2% - 6,6% (yoy), dengan inflasi berada di kisaran 8,3% - 8,7% (yoy). Relatif stabilnya perekonomian Jakarta ditopang oleh pertumbuhan ketiga sektor utama yaitu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; dan sektor pengangkutan dan komunikasi, serta akselerasi konsumsi pemerintah pada triwulan mendatang. Sementara itu, kenaikan harga BBM pada tanggal 22 Juni 2013 diprakirakan memberikan tekanan inflasi yang tinggi, khususnya pada awal triwulan III 2013. Secara keseluruhan tahun 2013, ekonomi Jakarta diprakirakan tumbuh sebesar 6,2% - 6,6% (yoy)

Uraian lebih rinci terkait perkembangan terkini dan prospek perekonomian Jakarta disajikan dalam publikasi Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi DKI Jakarta. Tujuan dari penyusunan KER triwulanan ini selain untuk memenuhi kepentingan Bank Indonesia dalam mendukung perumusan kebijakan moneter, juga diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi pembuat kebijakan publik di Jakarta.

Akhir kata, semoga kajian ini dapat memberi manfaat bagi pembangunan ekonomi di Jakarta.

Jakarta, Agustus 2013 GRUP ASESMEN EKONOMI

Wiwiek Sisto Widayat Direktur Eksekutif

Page 4: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

iv

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

v

Daftar Isi

KATA PENGANTAR

RINGKASAN UMUM

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI DKI JAKARTA

halaman iii

halaman vii

halaman viii

BAB I. EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 1

Dinamika Sisi Permintaan Perekonomian Jakarta halaman 1

Dinamika Sektor Ekonomi Utama Jakarta

Boks 1: Infrastruktur dan Daya Saing Ekonomi Jakarta

halaman 8

halaman 17

BAB II. INFLASI

Boks 2: Kenaikan Harga Properti

halaman 21

halaman 24

BAB III. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 29

Intermediasi Perbankan halaman 29

Sistem Pembayaran halaman 33

BAB IV. KEUANGAN PEMERINTAH halaman 35

Pendapatan Daerah halaman 35

Belanja Daerah

Pembiayaan Daerah

halaman 36

halaman 37

BAB V. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Ketenagakerjaan

Kesejahteraan

BAB VI. PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI

halaman 41

halaman 41

halaman 43

halaman 45

Pertumbuhan Ekonomi halaman 45

Inflasi halaman 50

Boks 3: Daya Dukung Pelabuhan Barang Jakarta halaman 51

Page 6: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

vi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 7: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

vii

Ringkasan Umum

Pada triwulan II 2013, ekonomi Jakarta tumbuh sebesar 6,3% (yoy), sedikit

melambat dibandingkan dengan triwulan I 2013. Perlambatan pertumbuhan

ekonomi terutama disebabkan oleh melambatnya investasi dan ekspor.

Sementara itu, konsumsi masih tumbuh cukup kuat sehingga mampu

menopang pertumbuhan ekonomi tetap berada di atas 6,0%. Secara

sektoral, melambatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta bersumber dari sektor

industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan.

Inflasi Jakarta pada akhir triwulan II 2013 tercatat sebesar 5,67% (yoy),

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode akhir triwulan

sebelumnya yang mencapai 5,70% (yoy). Lebih rendahnya inflasi

dipengaruhi oleh koreksi harga beberapa komoditas pangan di dua bulan

pertama pada triwulan laporan. Namun, tekanan inflasi pada akhir triwulan

mengalami peningkatan terkait dengan kenaikan BBM bersubsidi.

Penyaluran kredit perbankan di Jakarta pada akhir triwulan laporan

menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada kredit investasi.

Sedangkan pertumbuhan kredit konsumsi dan kredit modal kerja masih

mengalami perlambatan. Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat lebih tinggi

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara

risiko kredit tercatat relatif rendah. Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan

juga mengindikasikan adanya tren peningkatan.

Realisasi belanja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tercatat sebesar Rp8,02

triliun atau 17,60% dari target yang ditetapkan. Penyerapan tersebut lebih

rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal

tersebut disebabkan oleh permasalahan teknis dan proses pengadaan.

Kondisi ketenagakerjaan Provinsi DKI Jakarta menunjukkan perkembangan

membaik. Hal tersebut tercermin dari penurunan Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut

turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauh dari Garis

Kemiskinan

Perekonomian Jakarta pada triwulan III 2013 diprakirakan tumbuh sekitar

6,2% - 6,6% (yoy). Prediksi kenaikan pertumbuhan ekonomi didorong oleh

masih kuatnya konsumsi terkait dengan daya beli yang masih memadai.

Page 8: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

viii

Inflasi pada triwulan III 2013 diprakirakan sebesar 8,3% - 8,7%, meningkat

signifikan sebagai dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM bersubsidi dan

harga pangan.

Page 9: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

ix

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi DKI Jakarta

Total Total I II III IV Total I II

Ekonomi Makro Regional 

Produk Domestik Regional  Bruto (%, yoy) 6.5 6.7 6.4 6.7 6.4 6.5 6.5 6.5 6.3

Berdasarkan Sektor:

1 Pertanian 1.7 0.8 0.5 0.9 0.1 1.4 0.8 1.5 0.7

2 Pertambangan & Penggalian 1.5 8.6 ‐1.1 ‐1.1 ‐0.3 ‐0.4 ‐0.9 ‐0.4 ‐0.7

3 Industri  Pengolahan 3.6 2.4 1.5 4.0 3.3 1.9 2.4 1.9 1.5

4 Listrik, Gas, & Air Bersih 5.6 4.0 3.8 3.8 4.2 4.5 4.5 3.8 2.6

5 Konstruksi 7.1 7.9 6.2 6.2 6.6 7.8 6.9 6.5 6.3

6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 7.3 7.4 7.0 7.2 6.7 7.6 7.2 7.2 7.2

7  Pengangkutan dan Komunikasi 14.8 13.9 13.8 12.5 10.8 10.6 11.8 11.4 11.4

8 Keuangan, Persewaan, % Jasa Usaha 4.2 5.0 5.1 5.3 5.4 5.4 5.4 5.7 5.4

9 Jasa‐jasa 6.6 6.9 7.8 7.8 7.1 7.2 7.6 7.5 7.4

Berdasarkan Permintaan:

1 Konsumsi  Rumah Tangga 6.4 6.2 6.1 6.4 6.6 6.1 6.3 5.7 5.9

2 Konsumsi  Pemerintah 0.7 3.7 5.1 7.1 ‐0.4 ‐4.8 1.1 0.4 2.8

3 PMTB 8.8 8.0 8.0 11.0 7.1 8.2 9.0 5.9 5.0

4 Ekspor 7.3 12.2 8.7 6.5 4.3 5.8 6.3 5.7 4.7

5 Impor 8.1 12.7 9.5 8.5 4.3 5.3 7.0 4.3 3.2

Ekspor *)

‐ Nilai  Ekspor Non Migas  (USD Juta) 8,398 10,973 2,958 2,891 2,787 2,942 11,578 2,765 2,750

‐ Volume Ekspor Non Migas  (ribu ton) 2,202 2,793 719 768 732 833 3,053 704 731

Impor *)

‐ Nilai  Impor Non Migas  (USD Juta) 44,527 57,460 15,425 17,315 15,347 15,790 63,877 14,463 16,461

‐ Volume Impor Non Migas  (ribu ton) 24,394 27,663 7,423 7,879 7,213 7,868 30,382 7,347 11,554

Indeks Harga Konsumen 122.92 127.80 128.86 129.68 131.95 133.58 133.58 136.20 137.03

Laju Inflasi  Tahunan (%, yoy) 6.21 3.97 4.13 4.12 3.97 4.52 4.52 5.70 5.67

Dana Pihak Ketiga (Rp Tril iun)  1,198 1,417 1,411 1,478 1,511 1,630 1,630 1,636 1,708

‐ Tabungan  209 257 265 277 289 309 309 314 318

‐ Giro  328 395 361 407 393 453 453 423 465

‐ Deposito  661 766 784 794 829 868 868 900 925

Kredit (Rp Triliun)  864 1,080 1,114 1,201 1,243 1,311 1,305 1,336 1,440

‐ Modal  Kerja  454 557 574 627 645 684 684 708 749

‐ Investasi   219 286 300 321 340 357 357 364 417

‐ Konsumsi 191 237 239 253 257 270 264 265 274

Kredit UMKM (Rp Tri liun) n.a. 82 81 88 83 93 93 90 102

Loan to Deposit Ratio  (%) 72.15 76.23 78.95 81.13 82.26 80.42 80.42 81.68 84.36

NPL Gross  (%) 2.94 2.07 2.14 1.96 1.74 1.55 1.55 1.56 1.40

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS 

‐ Rata‐rata Harian Nominal  Transaksi  (Rp Tril iun) 78.5 87.2 64.4 90.3 89.9 95.6 85.0 82.0 101.5

‐ Rata‐rata Harian Volume Transaksi  (ribu) 22.5 23.3 19.8 23.3 23.6 25.9 23.2 23.9 25.2

Transaksi Kliring  (Rp Triliun)

‐ Rata‐rata Harian Nominal  Transaksi  (Rp Tril iun) 3.7 4.2 4.2 4.6 4.7 5.1 4.6 4.7 5.0

‐ Rata‐rata Harian Volume Transaksi  (ribu) 235.5 268.1 251.7 292.1 295.4 317.7 289.2 258.0 251.6

2013

Perbankan

Indikator 2010 2011 2012

Page 10: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

x

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 11: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

1

BAB I

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Pada triwulan II 2013, ekonomi Jakarta tumbuh sebesar 6,3% (yoy), sedikit

melambat dibandingkan dengan triwulan I 2013. Pertumbuhan ekonomi

Jakarta ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

nasional sebesar 5,8% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama

disebabkan oleh investasi dan ekspor khususnya investasi nonbangunan dan

ekspor nonmigas. Sementara itu, konsumsi masih tumbuh cukup kuat

sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi tetap berada di atas

6,0%. Kuatnya konsumsi terkait dengan masih terjaganya daya beli. Secara

sektoral, melambatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta bersumber dari sektor

industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan.

A. Dinamika Sisi Permintaan Perekonomian Jakarta

Konsumsi Jakarta tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan pada

triwulan II 2013 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama didukung oleh

pola musiman libur sekolah dan persiapan menjelang masa puasa. Pada

waktu tersebut berbagai event penjualan untuk menggairahkan aktivitas

belanja masyarakat dilakukan. Namun, pertumbuhan konsumsi yang lebih

tinggi pada triwulan berjalan juga terkait dengan relatif rendahnya kinerja

konsumsi pada triwulan I 2013 sebagai akibat dari banjir yang melanda

wilayah DKI Jakarta. Hal yang sama juga terjadi pada kinerja pertumbuhan

konsumsi pemerintah, yang menunjukkan perbaikan secara triwulanan terkait

dengan realisasi belanja yang rendah pada triwulan I 2013 sebagai akibat dari

keterlambatan pengesahan APBD.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2013 tercatat

sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut memberikan

kontribusi yang signifikan pada pertumbuhan produk domestik regional bruto

(PDRB) Jakarta, mengingat pangsa konsumsi rumah tangga pada PDRB Jakarta

yang besar. Namun, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II

2013 ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun

2012 yang mencapai 6,4% (yoy). Survei penjualan eceran mengonfirmasi

pertumbuhan penjualan barang eceran yang lebih baik dari triwulan

sebelumnya, meskipun juga lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan

penjualan eceran sesuai pola musiman menjelang Lebaran dalam 3 tahun

sebelumnya(Grafik I.1). Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga

pada triwulan laporan juga terkait dengan pertumbuhan konsumsi rumah

Page 12: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

2

tangga pada triwulan I 2013 yang mengalami kontraksi cukup dalam sebagai

akibat dari banjir.

Sentimen atau persepsi negatif masyarakat terhadap kondisi

perekonomian pada triwulan laporan juga memiliki andil pada

terbatasnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Survei Konsumen

(SK) Bank Indonesia menunjukkan tren penurunan persepsi masyarakat yang

cukup dalam hingga berada di bawah batas ambang optimisme (Grafik I.2).

Pesimisme terhadap kondisi perekonomian domestik saat ini tak lepas dari

dinamika pemulihan ekonomi global yang relatif lamban. Di samping itu,

perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga diperkirakan sebagai

pengaruh dari ekspektasi inflasi yang meningkat signifikan terkait dengan

proses pengambilan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Selain itu,

perlemahan nilai tukar sebagai pengaruh dari kondisi ketidakseimbangan

pada neraca perdagangan dan faktor global juga diperkirakan mendorong

pesimisme terhadap kondisi perekonomian. Mencermati dinamika

perekonomian yang terjadi sepanjang triwulan laporan, kecenderungan

pembatasan pengeluaran rumah tangga telah terlihat. Hal ini juga terindikasi

dari penyaluran kredit konsumsi yang relatif stagnan di Jakarta (Grafik I.3).

Meski demikian, level penghasilan dan ekspektasi terhadap ketersediaan

lapangan pekerjaan tetap terjaga (Grafik I.4).

Grafik I.1 Indeks Penjualan Eceran

Grafik I.2 Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik I.3 Perkembangan Kredit Konsumsi

Grafik I.4 Ekspektasi Konsumen terhadap Penghasilan dan Lapangan Kerja

0

20

40

60

80

100

120

140

160

‐50‐40‐30‐20‐100102030405060

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7

2010 2011 2012 2013

%

Indeks Penjualan Eceran (rhs) g.Indeks Penjualan Eceran (yoy)

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7

2010 2011 2012 2013

IndeksIndeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Optimis

Pesimis

0

5

10

15

20

25

30

35

0

50

100

150

200

250

300

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012 2013

%, yoyRp triliun

Nilai Kredit Konsumsi Growth Riil (%,yoy) ‐ rhs

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7

2010 2011 2012 2013

IndeksIndeks Penghasilan Konsumen

Indeks Ketersediaan Lap. KerjaOptimis

Pesimis

Page 13: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

3

Grafik I.5 Perkembangan Belanja Pemerintah Daerah

Grafik I.6 Realisasi Investasi di Jakarta (Sumber: BKPM)

Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh sebesar 2,8% (yoy) pada

triwulan II 2013. Pertumbuhan konsumsi pemerintah tersebut jauh lebih

rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal

tersebut disebabkan oleh lebih rendahnya penyerapan anggaran belanja

Pemerintah Pusat dan Daerah pada tahun berjalan. Penyerapan total

anggaran belanja Pemerintah Pusat hingga semester I 2013 baru mencapai

35,2% dengan belanja modal hanya terealisasi sebesar 18,1%, walaupun

realisasi belanja pegawai mencapai 45,9% dan belanja barang mencapai

22,2%. Realisasi belanja Pemerintah Pusat, yang sangat berpengaruh di

Jakarta sebagai ibukota pemerintahan, pada semester I 2013 ini jauh lebih

rendah dibandingkan dengan capaian pada semester I 2012 yang mencatat

penyerapan total anggaran belanja sebesar 40,7%. Salah satu faktor yang

menyebabkan penyerapan anggaran pada semester I 2012 lebih tinggi dari

semester I 2013 adalah lebih awalnya pencairan gaji ke-13 yang dilakukan

pada bulan Juni. Sedangkan pada tahun 2013, pencairan baru dilakukan pada

awal triwulan III (Juli 2013).

Dari sisi belanja Pemerintah Daerah juga terjadi penurunan

penyerapan anggaran yang cukup signifikan. Hingga akhir triwulan II

2013, realisasi belanja Provinsi DKI Jakarta hanya mencapai 17,6%, dengan

belanja modal hanya terealisasi sebesar 2,87% dari pagu APBD-P (Grafik I.6).

Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun 2012, total belanja

Provinsi DKI Jakarta telah mencapai 23,7%. Di tengah berbagai upaya yang

dilakukan Pemerintah Pusat maupun Daerah untuk mengakselerasi realisasi

belanja, masih ditemui berbagai masalah terkait dengan proses administrasi

pengadaan terutama untuk pengadaan jasa, di antaranya proses kualifikasi

vendor. Namun,secara triwulanan, kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan

laporan mengalami peningkatan yang signifikan (25,9% qtq) mengingat

realisasi anggaran pemerintah yang sangat rendah pada triwulan I 2013.

Pertumbuhan investasi di Jakarta pada triwulan II 2013 melambat

terutama di investasi nonbangunan. Pertumbuhan investasi tercatat

‐40

‐20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013

Persentase Realisasi Total Belanja Persentase Realisasi Belanja Modal

gRealisasi Belanja Daerah

0

1

1

2

2

3

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013

Juta USD/Triliun Rp

Realisasi Investasi PMA Realisasi Investasi PMDN

Page 14: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

4

sebesar 5,0% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan

pada triwulan sebelumnya sebesar 5,9%. Perlambatan pertumbuhan investasi

dipengaruhi oleh masih adanya ketidakpastian ekonomi global dan indikasi

semakin melambatnya ekonomi domestik yang berdampak pada penundaan

atau pembatalan rencana ekspansi bisnis dan investasi. Dinamika ekonomi

domestik dengan risiko perlambatan konsumsi rumah tangga menjadi salah

satu perhatian dan pertimbangan investor. Di samping itu, potensi kenaikan

suku bunga acuan sebagai dampak dari peningkatan inflasi, perlemahan mata

uang rupiah dan kebijakan menjelang Pemilu juga ditengarai memberikan

sentimen negatif terhadap kinerja pertumbuhan investasi pada triwulan

laporan. Adapun perlambatan pertumbuhan investasi nonbangunan sebagian

besar terjadi pada sektor industri manufaktur, sejalan dengan melambatnya

impor barang modal berupa mesin, peralatan serta alat angkutan (Grafik I.10).

Selain itu, rencana ekspansi produksi manufaktur lebih diarahkan ke luar

wilayah Jakarta mengingat harga lahan industri yang jauh lebih rendah dan

infrastruktur yang lebih memadai. Sementara itu, investasi bangunan relatif

stabil dengan masih terjaganya permintaan pada produk properti komersial

dan residensial. Tingkat okupansi apartemen sewa dan kondominium masih

dalam tren meningkat (Grafik I.7 dan I.8), sedangkan untuk ritel dan kantor

cenderung stabil. Dari kontak liaison diperoleh informasi terkait ekspansi dan

revitalisasi outlet ritel untuk mendukung peningkatan penjualan di wilayah

Jakarta dan sekitarnya.

Realisasi investasi dari sumber Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) pada triwulan II 2013 mengalami penurunan. Dari target total

investasi sebesar Rp59,07 triliun dalam tahun 2013, realisasi investasi di

Jakarta hingga akhir semester I 2013 diperkirakan baru mencapai Rp17,6

triliun atau sekitar 30% dari yang ditargetkan. Investasi PMDN mencapai

Rp1,3 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

maupun apabila dibandingkan dengan realisasi pada 2 tahun terakhir (Grafik

I.6). Jumlah proyek investasi PMDN juga mengalami penurunan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, realisasi investasi PMDN pada

triwulan II 2013 mengalami penurunan yang lebih dalam dibandingkan

dengan triwulan I 2013. Hal tersebut sejalan dengan penurunan indeks

ekspektasi kegiatan dunia usaha yang terjadi semenjak awal tahun 2013

sebagai pengaruh dari sentimen negatif pelaku usaha dan investor domestik

terhadap kondisi perekonomian domestik. Sementara itu, investasi dari

sumber Penanaman Modal Asing (PMA) pada triwulan laporan mengalami

peningkatan yang ditengarai sebagai dampak dari berlanjutnya kebijakan

stimulus di negara maju yang mendorong ketersediaan dana investasi.

Realisasi investasi PMA di triwulan II 2013 sebesar USD960.7 juta dengan total

jumlah proyek sebanyak 872 proyek. Investasi PMA hingga triwulan laporan

Page 15: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan I

II 2013

terfo

dian

Sing

Gra

Kine

tum

pert

eksp

TPJaInPPInKHIn

okus pada

ggap proes

apura, Bela

Tabe

afik I.7 TingkSewa di Jaka

In

erja pertum

mbuh mela

tumbuhan

por Jakarta

Transportasi, GudPerdagangan danasa Lainnyandustri Alat AngkPerumahan, KawPertambanganndustri Logam DaKonstruksiHotel dan Restorandustri Kimia Da

SingapuBelandaJepangGabungMalaysiBritish VKorea SRR ChinIndiaHongko

sektor tran

spektif di

nda dan Jep

l I.1 Realisasi

Tabel I.2

kat Okupansi arta (Sumber:ndonesia)

mbuhan ek

ambat se

pada triw

dipengaruh

dang dan Telekomn Reparasi

kutan dan Transpasan Industri dan

asar, Mesin dan 

ansar, Barang Kimi

Sektor

uraa

gan NegaraiaVirgin IslandsSelatanna

ong, RRC

Negara

nsportasi, p

Jakarta (Ta

pang (Tabel

Investasi PM

Negara Asal

Apartemen : Colliers

kspor Jaka

ebesar 4,7

wulan seb

hi oleh kon

munikasi

portasi Lainnyan Perkantoran

Elektronik

a dan Farmasi

ProyekI

2273875307795068613130

ergudangan

able I.1) da

I.2).

MA berdasarka

investasi PMA

GraKondo

arta pada

7% (yoy)

belumnya.

ndisi pereko

ProyekNilai (US

51           2558            324            10            43            39            16            38            20            13            

2012

nvestasi (US$ Ribu)2,353,241       500,026           217,529           741,256           41,606             31,526             49,974             31,859             29,627             4,834                

2012 2

n dan telek

an didomin

an Sektor di J

A di Jakarta

afik I.8Tingkaminium di Ja

Colliers Indo

triwulan I

dibandin

Perlambata

onomian gl

Investasi S$ Ribu)

Proye

2,709,949  54  245,078  722  507,488  407  169,695  13     75,083  53     31,203  45     19,271  14  203,620  40     66,453  24       9,407  20

2013 (

ProyekInves

R251         36         119         368         110         45         111         67         29         39         

2013 (Hingga Tri

komunikasi

asi oleh n

Jakarta

at Okupansi karta (Sumbeonesia)

I 2013 kem

ngkan de

an pertumb

lobal. Pemu

ekNilai Investa(US$ Ribu)

                 769,4                 249,7                 141,9                 115,3                   58,7                   27,6                   22,6                   22,4                   13,2                     9,1

(Hingga Triwulan

stasi (US$ Ribu)634,631  181,603  174,986  163,639  57,206    44,950    39,292    28,120    25,175    19,564    

iwulan II)

yang

egara

er:

mbali

ngan

buhan

ulihan

asi 

426 738 947 344 764 620 604 434 254 01 

n II)

5

Page 16: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

6

ekon

tiga t

yang

daga

ekspo

Perla

Jakar

kend

(CPO

kend

sama

China

udan

olaha

tujua

Jepan

prod

penu

terka

lapor

Graf

Graf

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

1

omi global

triwulan ter

terendah (G

ang di Asia

or produk

mbatan eks

rta maupun

daraan berm

O). Turunny

daraan berm

a juga dialam

a. Penurun

ng) baik unt

an. Turunny

an China, A

ng masih p

uk perikana

urunan eksp

ait dengan

ran.

fik I.9 PertumEksp

fik I.11 PertuBarang Ko

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2010

yoy, CMA

gTotal Volume Impor

tidak terja

akhir, pertu

Grafik I.9). M

a diprediksi

Jakarta, t

spor produk

pelabuhan

motor dan b

ya ekspor

motor yang

mi produsen

an ekspor

uk konsums

ya ekspor p

Amerika dan

prospektif. A

an oleh beb

por. Sement

harga di

mbuhan Nilai por Jakarta

mbuhan Voluonsumsi Jaka

3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

2011

gVolume Impor Barang

di seperti p

mbuhan ek

Memburukn

sebagai fa

terutama p

k Jakarta ba

lainnya ter

bagiannya, p

kendaraan

menurun d

n kendaraan

juga terjad

si langsung

produk perik

n Rusia, sed

Adanya pen

berapa nega

tara itu, pe

pasar dunia

& Volume

ume Impor arta

6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2012 2013

g Konsumsi (CMA)

prakiraan aw

kspor pada t

nya kondisi

aktor utama

pada bulan

aik yang die

rutama pada

produk per

bermotor

di sebagian

n bermotor

di pada pro

maupun seb

kanan terse

dangkan ek

ngetatan sta

ara juga dip

enurunan ek

a yang ma

Grafik I.10B

Grafik I.12B

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

1 2 3 4 5 6 7 8

2010

yoy

gTotal

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8

2010

yoy

gKontribusi 

wal. Diband

triwulan lapo

perekonom

a menurun

n akhir triw

ekspor mela

a produk m

ikanan serta

terkait den

kawasan A

lainnya sep

oduk perik

bagai bahan

but ditenga

kspor ke ne

andar mutu

perkirakan b

kspor minya

asih rendah

0 Pertumbuharang Modal

2 Pertumbuharang Modal

8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 910

2011

l Volume Impor gVolu

8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101

2011

Vol. Impor Bahan baku

dingkan de

oran merup

ian negara m

nya permin

wulan berj

lui pelabuha

manufaktur,

a minyak n

ngan penju

Asia. Hal

perti Jepang

anan (ikan

n baku mak

arai untuk p

egara Eropa

u kualitas im

berdampak

ak nabati (

h pada triw

an Volume Iml Jakarta

an Volume Iml Jakarta

011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2012

ume Impor Barang Modal (CMA)

11121 2 3 4 5 6 7 8 91011121

2012

gVolume Impor Bahan Baku (CM

Triwul

ngan

pakan

mitra

ntaan

jalan.

an di

yaitu

abati

ualan

yang

g dan

dan

kanan

pasar

dan

mpor

pada

CPO)

wulan

mpor

mpor

21 2 3 4 5 6

2013

)

2 3 4 5 6

2013

MA)

lan II 2013

Page 17: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

7

Impor Jakarta pada triwulan II 2013 mengalami perlambatan

pertumbuhan, walaupun secara nilai mengalami peningkatan cukup

signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju

pertumbuhan impor melalui Jakarta tercatat sebesar 3,2% (yoy) pada triwulan

laporan, lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan

sebelumnya (4,3%). Namun, impor secara triwulanan naik sebesar 3,7% (qtq)

atau secara nominal berdasarkan harga berlaku naik sebesar Rp9,71 triliun.

Kenaikan impor terutama terjadi untuk barang kebutuhan konsumsi dan

bahan baku industri (Grafik I.11 dan Grafik I.12). Peningkatan impor untuk

kedua jenis barang impor ini terkait dengan persiapan industri manufaktur

dan importir dalam menghadapi peningkatan permintaan menjelang Lebaran.

Meningkatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan juga memicu

peningkatan barang konsumsi. Melambatnya impor barang modal terkait

dengan terbatasnya pertumbuhan investasi dan masih memadainya kapasitas

utilisasi produksi industri manufaktur. Berdasarkan jenis golongan barang,

peningkatan impor terjadi pada komoditas bahan pangan, komponen

kendaraan bermotor dan peralatan listrik. Di sisi lain, kendaraan dan

bagiannya, besi dan baja serta bahan kimia organik mengalami penurunan.

Secara agregat, Jakarta mengalami defisit perdagangan yang lebih besar pada

triwulan II 2013 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Defisit

perdagangan pada triwulan laporan mencapai sekitar Rp15,2 triliun

(berdasarkan harga berlaku) atau sekitar dua kali lebih besar dibandingkan

dengan triwulan I 2013.

Tabel I.1 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Jakarta

Sumber: BPS DKI Jakarta, diolah

Tw I 2013 Tw II 2013PenggunaanKonsumsi Rumah Tangga 3.0 3.1Konsumsi Pemerintah 0.0 0.1PMTB 2.1 1.9Ekspor 4.1 3.3Impor 2.7 2.1Lapangan Usaha (Sektor)Pertanian 0.0 0.0Pertambangan dan Penggalian 0.0 0.0Industri Pengolahan 0.3 0.2Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.0 0.0Konstruksi 0.7 0.7Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.6 1.6Pengangkutan dan Komunikasi 1.5 1.5Keuangan, Real Estate , dan Jasa Usaha 1.6 1.5Jasa‐jasa 0.9 0.9

PDRBKontribusi/ Sumber Pertumbuhan (yoy)

Page 18: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

8

B. Dinamika Sektor Ekonomi Utama Jakarta

Dinamika pertumbuhan sisi sektoral dari perekonomian Jakarta pada

triwulan II 2013 ditopang oleh kinerja sektor perdagangan, hotel dan

restoran (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi. Adanya

peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di tengah melambatnya

perekonomian domestik menjadi faktor utama stabilnya kinerja kedua sektor

tersebut pada triwulan laporan. Pertumbuhan di ketiga sektor tersebut juga

dipengaruhi oleh terjaganya tingkat penghasilan konsumen khususnya kelas

menengah atas. Sektor PHR memberikan kontribusi terbesar kepada

perekonomian Jakarta yaitu sebesar 1,6%. Sektor pengangkutan dan

komunikasi memberikan kontribusi terbesar kedua bersama dengan sektor

jasa keuangan, persewaan dan real estate masing-masing sebesar 1,5%.

Selanjutnya, kontribusi sektor jasa lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi

Jakarta tercatat sebesar 0,9%.

Secara keseluruhan, sektor-sektor ekonomi di Jakarta tumbuh positif

kecuali sektor pertambangan yang kembali mengalami kontraksi pada

triwulan II 2013. Meskipun demikian, pada triwulan laporan tidak terdapat

sektor yang tumbuh lebih tinggi (yoy) dibandingkan dengan triwulan I 2013.

Adapun sektor yang tumbuh melambat adalah sektor primer (pertanian dan

pertambangan); sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih;

sektor konstruksi; dan sektor jasa baik jasa keuangan, real estate, dan jasa

perusahaan maupun jasa lainnya. Pelambatan di sektor industri pengolahan

sejalan dengan adanya penurunan ekspor produk manufaktur. Sektor

konstruksi tumbuh sedikit melambat terutama terkait dengan terbatasnya

realisasi proyek infrastruktur pemerintah. Adapun perlambatan di sektor jasa

sejalan dengan perlemahan kinerja perekonomian dan investasi yang

menyebabkan turunnya permintaan akan jasa.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tumbuh stabil sebesar

7,2% (yoy) pada triwulan II 2013. Stabilnya pertumbuhan sektor PHR

didukung oleh permintaan domestik yang masih cukup kuat. Selain itu pada

triwulan laporan terdapat beberapa kegiatan promosi penjualan yang

berkontribusi pada peningkatan penjualan, utamanya adalah Jakarta Fair dan

Jakarta Great Sale. Pengunjung Jakarta Fair tahun 2013 mencapai lebih dari

4,5 juta orang dengan total nilai penjualan sekitar Rp4,5 triliun. Total nilai

penjualan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan capaian baik pada tahun

2012 maupun tahun 2011 dan melampaui target untuk tahun 2013.

Penjualan terbesar pada Jakarta Fair 2013 tetap berasal dari penjualan produk

otomotif. Sementara itu, Jakarta Great Sale 2013, yang berlangsung selama

lebih kurang 1,5 bulan dalam rangka perayaan hari ulang tahun Kota Jakarta,

Page 19: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

9

juga mencatat penjualan melampaui target yaitu sebesar Rp11,8 triliun, lebih

tinggi dibandingkan dengan nilai penjualan pada tahun 2012 sebesar Rp10,7

triliun. Dalam rangka perayaan HUT kota Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta juga mengadakan Pekan Raya/Rakyat Jakarta (PRJ) dan Pekan Produk

Kreatif 2013 dengan orientasi pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Penyaluran

kredit di sektor UKM yang cukup vital di Jakarta masih dalam tren meningkat

pada triwulan laporan.

Meskipun terdapat berbagai indikator kinerja perdagangan yang

positif, ditengarai perdagangan domestik antara Jakarta dengan

kawasan lainnya tumbuh dalam level terbatas sebagai pengaruh dari

perlambatan konsumsi. Hal ini terlihat dari data bongkar muat barang di

Pelabuhan Tanjung Priok (Grafik I.13) serta hasil liaison dengan perusahaan

produk makanan jadi dan consumer goods. Melambatnya perekonomian

domestik juga memengaruhi penjualan kendaraan bermotor khususnya

motor, meskipun terlihat adanya peningkatan penjualan mobil menjelang

Lebaran (Grafik I.14). Kontak liaison salah satu distributor kendaraan

bermotor terbesar telah menurunkan target penjualan pada tahun 2013. Hal

tersebut terkait dengan perkembangan terakhir pasca-kenaikan harga BBM

bersubsidi dan inflasi yang menekan daya beli dan berpotensi menaikkan suku

bunga pinjaman. Hingga Mei 2013, target penjualan kendaraan bermotor

baru mencapai sekitar 34%.

Perkembangan pariwisata di Jakarta pada triwulan II 2013

menunjukkan adanya lonjakan yang signifikan. Lonjakan wisatawan

terlihat dari pertumbuhan jumlah pengunjung melalui Bandara Soekarno

Hatta pada masa libur sekolah. Sementara itu, tingkat okupansi hotel

berbintang di Jakarta relatif stabil dengan kenaikan tingkat okupansi pada

hotel kelas atas lebih tinggi dibandingkan hotel kelas menengah (Grafik I.15).

Peningkatan jumlah pengunjung ke Jakarta juga diimbangi oleh penambahan

jumlah kamar hotel, yang sepanjang tahun 2013 diperkirakan akan ada

tambahan sekitar 2000 unit kamar hotel di Jakarta dalam berbagai kategori.

Grafik I.13 Bongkar dan Muat Melalui Pelabuhan Tg. Priok (Sumber : BPS)

Grafik I.14 Penjualan Kendaraan Bermotor (Sumber : CEIC)

(30)

(20)

(10)

10 

20 

30 

40 

50 

60 

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5

2010 2011 2012 2013

%,yoy CMA 

g.Bongkar  g.Muat

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2010 2011 2012 2013

Unit

Penjualan Kendaraan Bermotor gPenjualan Mobil (rhs, yoy)

gPenjualan Motor (rhs, yoy)

Page 20: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

10

Sumber: BPS DKI Jakarta

Grafik I.15 Tingkat Hunian Hotel dan Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan

Sumber: BPS DKI Jakarta dan PT. Trans Jakarta

Grafik I.16 Perkembangan Jumlah Penumpang KA Jabodetabek dan

TransJakarta

Sektor pengangkutan dan komunikasi Jakarta tumbuh sebesar 11,4%

(yoy) pada triwulan II 2013. Pertumbuhan tersebut relatif stabil

dibandingkan dengan realisasi pada triwulan sebelumnya sejalan dengan

kinerja sektor PHR. Di sisi subsektor pengangkutan, peningkatan terlihat dari

jumlah penumpang transportasi publik baik dengan moda TransJakarta

maupun KRL komuter Jabodetabek (Grafik I.16). Pertumbuhan pengguna

transportasi publik yang sangat tinggi semenjak triwulan I 2013, ditengarai

dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi. Dengan

kondisi kemacetan di Jakarta yang tinggi dan harga BBM bersubsidi yang naik

hingga 44%, maka transportasi umum menjadi opsi mobilitas yang semakin

dipilih masyarakat Jakarta. Indikator proksi lain terkait dengan perkembangan

subsektor pengangkutan adalah jumlah kedatangan di Bandara Soekarno

Hatta yang mengalami peningkatan saat musim libur sekolah. Namun,

angkutan barang diperkirakan tumbuh terbatas merujuk pada data bongkar

dan muat barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok (Grafik I.13).

Sementara itu, pertumbuhan subsektor komunikasi pada triwulan

laporan cenderung stabil, didukung oleh jasa layanan data internet.

Meskipun demikian, informasi liaison mengindikasikan adanya stagnasi pada

jasa layanan telekomunikasi terkait dengan lambatnya penggunaan telpon

seluler berbasis teknologi 3G. Padahal perusahaan telekomunikasi telah

merealisasikan komitmen investasi pada sistem jaringan berbasis 3G.

Pertumbuhan yang lebih prospektif di subsektor komunikasi khususnya terjadi

pada jasa infrastruktur telekomunikasi, seperti penyediaan menara yang

tumbuh di atas 50% pada semester I/2013. Berdasarkan informasi dari kontak

liaison, kompetisi yang kuat di pasar telekomunikasi, mengharuskan

perusahaan operator telpon seluler untuk terus berekspansi dan berinovasi

memperluas jangkauan layanannya untuk mempertahankan jumlah

pelanggan.

0

10

20

30

40

50

60

70

(30)(20)(10)0 

10 20 30 40 50 60 70 80 

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2010 2011 2012 2013

%

Tingkat Okupansi Hotel Berbintang (rhs)gPengunjung melalui Bandara  Soekarno‐Hatta

(10.00)

(5.00)

0.00 

5.00 

10.00 

15.00 

20.00 

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5

2010 2011 2012 2013

Juta

Penumpang KRL Komuter Penumpang TransJakartagPengguna Tarnsportasi Publik

Page 21: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

11

Sektor jasa keuangan, real estate, dan jasa perusahaan mengalami

perlambatan pada triwulan II 2013 seiring dengan perlambatan

perekonomian. Sektor tersebut tumbuh sebesar 5,4% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2013 sebesar 5,7% (yoy).

Namun, apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012,

pertumbuhan pada triwulan laporan sedikit lebih tinggi. Aktivitas

perekonomian yang melambat membuat pelaku usaha maupun konsumen

membatasi penggunaan kredit dan lebih menggantungkan pada modal

sendiri untuk modal kerja serta investasi dalam level yang terbatas. Kondisi ini

menyebabkan kontraksi pertumbuhan subsektor jasa keuangan, yang

didorong terutama oleh penurunan kinerja perbankan dan lembaga keuangan

nonperbankan dalam penyaluran kredit (Grafik I.17 dan I.18). Secara

spesifik, pertumbuhan kredit di sektor PHR turun cukup signifikan.

Pembiayaan kredit melalui lembaga keuangan nonperbankan juga dalam tren

menurun terutama sebagai pengaruh melambatnya kredit kendaraan

bermotor. Kontak liaison mengonfirmasi kinerja pembiayaan yang lebih

rendah pada tahun 2013 dan terkait dengan hal tersebut, berbagai langkah

efisiensi ditempuh termasuk pembatasan tenaga kerja. Meskipun demikian,

secara nominal penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek di Jakarta masih

mengalami peningkatan, demikian pula dengan Loan to Deposit Ratio (LDR).

Di sisi jumlah transaksi keuangan di Jakarta juga terlihat adanya peningkatan

sesuai dengan siklus musiman masa libur sekolah.

Sementara itu, subsektor jasa real estate (persewaan) dan jasa

perusahaan ditengarai tumbuh dalam level terbatas pada triwulan

laporan, terkait dengan perlambatan konsumsi rumah tangga dan

pemerintah serta investasi. Kontak liaison perusahaan outsourcing tenaga

kerja di Jakarta mengindikasikan tren penurunan management fee sebagai

akibat dari dari semakin tingginya kompetisi dan jumlah tenaga kerja yang

menurun. Selain itu, juga terdapat tantangan dalam aktivitas usaha jasa

outsourcing yang merupakan salah satu dari jasa perusahaan cukup dominan

di Jakarta. Implementasi dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Permenakertrans) No. 19/2012 yang membatasi pekerjaan

outsourcing dirasakan sebagai salah satu penyebab menurunnya jumlah

tenaga kerja yang direkrut akibat dari pemutusan kontrak kerjasama.

Kinerja pasar modal, yang turut memengaruhi pertumbuhan sektor

jasa keuangan di Jakarta, juga menunjukkan penurunan. Hal tersebut

tercermin dari pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada

triwulan laporan. Tekanan di pasar modal pada triwulan II 2013 bersumber

dari arus keluar modal asing (capital outflow) yang dipicu sentimen terkait

rencana pengurangan stimulus moneter Bank Sentral Amerika Serikat. Selain

Page 22: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

12

perlemahan ekspor dan nilai tukar rupiah, arus keluar modal asing juga turut

menyumbang melebarnya defisit neraca perdagangan. Penyesuaian

kepemilikan non-residen di aset keuangan domestik mendorong penurunan

IHSG dan peningkatan volatilitas indeks yang cukup signifikan.1 Indeks emiten

di bidang keuangan, properti dan perdagangan mengalami kontraksi cukup

dalam (Grafik I.19). Meskipun demikian, aliran dana ke pasar modal melalui

Initial Public Offering (IPO) masih mampu mencatatkan peningkatan pada

triwulan II 2013. Jumlah IPO padatriwulan II 2013 sebesar Rp8 triliun, jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp2,2 triliun.

Dari sisi domestik, penurunan IHSG tidak direspons dengan melepas saham,

namun sebaliknya investor domestik melakukan aksi beli selektif. Hal tersebut

tercermin dari peningkatan baik frekuensi maupun nilai saham yang

diperdagangkan (Grafik I.20) yang turut mendukung kinerja industri jasa

keuangan Jakarta.

Grafik I.17 Pertumbuhan Kredit Sektor

Utama Jakarta Grafik I.18 Kinerja Lembaga Non

Perbankan

Grafik I.19 IHSG & Indeks Emiten Sektor

Utama Jakarta Grafik I.20 Nilai & Frekuensi Pedagangan

Saham

Sektor konstruksi di Jakarta mengalami perlambatan pada triwulan II

2013. Sektor konstruksi tumbuh sebesar 6,3% (yoy) atau 0,2% lebih lambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan sektor konstruksi

terlihat dari stagnannya konsumsi semen (Grafik I.21). Belum dimulainya

1 IHSG mencapai level 5.176,23 pada 20 Mei 2013 yang merupakan rekor tertingginya. Pada akhir triwulan laporan, IHSG berada di level 4818.90.

‐30%

‐20%

‐10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

 1  2  3  4  5  6  7  8  9  10 11 12  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10 11 12  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10 11 12  1  2  3  4  5  6

2010 2011 2012 2013

gTransportasi, Pergudangan, Komunikasi gIndustri Manufaktur gKonstruksi gPerdagangan Besar & Eceran

‐20

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5

2009 2010 2011 2012 2013

%, yoy

gTotal Pembiayaan LK gLeasing g.Barang Konsumsi

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012 2013

gIHSG gIndeks Emiten KeuangangIndeks Emiten Properti gIndeks Emiten Perdagangan

‐100

‐50

0

50

100

150

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 

2010 2011 2012 2013

%, yoy gFrekuensi Saham DiperdagangkangNilai Saham Diperdagangkan

Page 23: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

13

berbagai proyek pembangunan prasarana maupun sarana fisik di Jakarta yang

didanai anggaran belanja pemerintah ditengarai merupakan faktor utama

melambatnya kinerja sektor konstruksi. Meskipun anggaran proyek konstruksi

pemerintah meningkat signifikan pada tahun 2013, masih terdapat proyek

multiyear yang tertahan proses perijinan dengan instansi terkait. Informasi

tersebut didapatkan dari hasil liaison ke Gabungan Pelaksana Konstruksi

Indonesi (Gapensi) pada awal Mei 2013. Selain itu juga didapatkan informasi

terkait dengan risiko menipisnya margin keuntungan perusahaan konstruksi

sebagai dampak dari kenaikan biaya buruh (UMP), material dan transportasi

akibat dari kenaikan harga BBM. Namun hingga saat ini, kinerja emiten

perusahaan konstruksi masih sangat baik terutama perusahaan konstruksi

BUMN yang mengalami peningkatan profitabilitas cukup sigifikan pada

semester I 2013. Hal tersebut merupakan pengaruh dari masih

berlangsungnya proyek konstruksi infrastruktur yang sifatnya multiyear.

Sementara itu, pembangunan konstruksi properti komersial maupun

residensial di Jakarta relatif stabil pada triwulan II 2013. Hal ini terkait

dengan masih kuatnya permintaan akan properti komersial terutama hunian

(apartemen dan kondominium) serta suku bunga kredit properti yang relatif

rendah. Merujuk pada rilis konsultan real estate Cushman & Wakefield, sekitar

431,550 meter persegi ruang kantor sedang dalam tahap konstruksi dengan

target penyelesaian pada tahun 2013. Sedangkan untuk ruang ritel, saat ini

ada sekitar 268,400 meter persegi dalam tahap konstruksi yang juga

direncanakan akan selesai pada tahun 2013.

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik I.21 Konsumsi Semen di Jakarta

Sumber: PLN

Grafik I.22 Konsumsi Listrik di Jakarta

‐40

‐20

0

20

40

60

80

100

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2010 2011 2012 2013

%Konsumsi Semen (ribu ton)

g.Konsumsi Semen (rhs)

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012 2012

MwH

Konsumsi Listrik gKonsumsi Listrik

Page 24: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

14

Sumber: CEIC

Grafik I.23 Produksi Kendaraan Bermotor & Indeks Produksi Industri

Sumber: BPS DKI Jakarta Prov DKI Jakarta

Grafik I.24 Pertumbuhan Produksi Manufaktur Jakarta

Sektor industri mengalami perlambatan pertumbuhan cukup signifikan

sebesar 1,4% (yoy) pada triwulan II 2013. Sejalan dengan melambatnya

ekspor, pertumbuhan sektor industri di triwulan laporan mengalami

perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

1,9% (yoy). Meskipun demikian, produksi manufaktur Jakarta menunjukkan

adanya peningkatan pada triwulan laporan yang ditengarai sebagai persiapan

stok menjelang meningkatnya permintaan pada masa puasa dan Lebaran.

Peningkatan produksi industri manufaktur besar dan sedang terpantau

mengalami peningkatan sebesar 2,2% (qtq) atau 4,8% (yoy). Dibandingkan

dengan pertumbuhan Indeks Produksi Industri (IPI) nasional, maka kinerja

produksi industri manufaktur di Jakarta jauh lebih baik (Grafik I.24). Adapun

jenis industri manufaktur besar dan sedang yang mengalami kenaikan

produksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) adalah industri

kendaraan bermotor, pakaian jadi (garmen) dan peralatan listrik. Secara

tahunan dibandingkan dengan periode yang sama, maka peningkatan

tertinggi terjadi di industri kendaraan bermotor, percetakan dan media

rekaman serta bahan kimia (Tabel I.1). Kontak liaison perusahaan produsen

spare part kendaraan bermotor mengonfirmasi kapasitas utilisasi yang relatif

masih rendah terkait dengan investasi otomasi mesin beberapa tahun terakhir,

sehingga peningkatan produksi masih dimungkinkan. Sementara itu, dari hasil

liaison ke perusahaan bahan kimia dasar yang menjadi bahan baku berbagai

industri hilir, didapatkan informasi penjualan yang masih cukup baik

walaupun pertumbuhan relatif menurun dibandingkan dengan tahun 2012.

Kenaikan harga jual yang terutama disebabkan oleh kenaikan UMP dan TTL

menyebabkan penurunan penjualan. Langkah yang ditempuh pelaku usaha

untuk menekan biaya produksi adalah melakukan efisiensi energi yang

terindikasi dari konsumsi listrik yang cenderung stagnan (Grafik I.22). Terkait

dengan peningkatan produksi di industri percetakan dan media rekaman, di

tengarai telah ada belanja kampanye Pemilu 2014 pada triwulan laporan,

walaupun dalam level terbatas.

‐15

0

15

30

45

60

75

90

0

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2010 2011 2012 2013

%, yoyIndeks

Indeks Produksi Industri gPertumbuhan Produksi Kendaraan Bermotor

‐4%

‐2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013

gIPI (Nasional, yoy) gProduksi Manufaktur (qtq)

gProduksi Manufaktur (yoy)

Page 25: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

15

Industri mikro dan kecil di Jakarta juga mengalami peningkatan

produksi pada triwulan II 2013. Peningkatan produksi industri mikro dan

kecil sebesar 9,7% (qtq) atau 21,2% (yoy). Adapun jenis industri yang

mengalami pertumbuhan adalah industri makanan dan minuman, pakaian

jadi, kulit dan alas kaki serta percetakan dan media rekaman (Tabel I.2).

Pertumbuhan yang lebih tinggi dari industri mikro kecil didukung oleh faktor

pembiayaan yang salah satunya melalui penyaluran kredit modal kerja dan

UMKM di Jakarta. Peningkatan produksi makanan terutama makanan jadi,

pakaian jadi (garmen) dan produk barang kulit dan alas kaki pada triwulan

laporan diyakini untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi masyarakat

terkait dengan persiapan masa puasa dan Lebaran.

Tabel I.2 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Sumber : BPS DKI Jakarta

Tabel I.3 Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil

Sumber : BPS DKI Jakarta

Tw I Tw II Tw I Tw II

Industri  Makanan ‐3.47 1.90 ‐3.88 4.26Industri  Tekstil 0.62 ‐3.73 5.49 4.81Industri  Garmen ‐7.25 4.50 ‐2.10 ‐4.08Industri  Pencetakan & Media Rekaman 3.17 2.20 16.29 7.13Industri  Bahan Kimia ‐0.37 2.73 6.77 4.90Industri  Logam Dasar ‐2.77 ‐3.56 ‐12.28 ‐9.62Industri  Barang Logam (Non Mesin & Peralatan) ‐1.12 2.99 2.72 1.04Industri  Peralatan Listrik ‐5.77 3.62 0.49 2.06Industri  Mesin & Perlengkapan ‐5.96 ‐2.61 ‐13.41 ‐10.45Industri  Kendaraan Bermotor 3.00 4.75 7.06 9.41

Pertumbuhan qtq Pertumbuhan yoyJenis  Industri  Manufaktur 

qtq yoy

Industri  Makanan 12.09 30.66Industri  Minuman 7.98 24.16Industri  Garmen 8.83 19.05Industri  Kulit dan Alas  Kaki 4.28 15.37Industri  Percetakan & Media Rekaman 5.62 7.49Industri  Bahan Kimia ‐0.57 2.75Industri  Karet & Plastik ‐3.51 4.96Industri  Komputer & Barang Elektronik ‐4.14 24.87Industri  Peralatan Listrik ‐5.04 4.55Industri  Mesin & Perlengkapannya ‐2.74 1.44Industri  Furnitur 2.03 5.65Jasa Reparasi  & Pemasangan Mesin/Peralatan ‐4.28 6.17

Jenis  Industri  Pertumbuhan Tw II

Page 26: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

16

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 27: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

17

BOKS 1

Infrastruktur dan Daya Saing Ekonomi Jakarta

Pembangunan infrastruktur pada tahun 2013 berpotensi mendorong

perekonomian Jakarta dan menopang kesinambungan pertumbuhan

ke depan. Salah satu elemen penting dalam pembangunan perekonomian

kota (urban economy) adalah penyediaan prasarana dan sarana publik.

Infrastruktur fisik serta transportasi publik memegang peranan penting. Pada

tahun 2013 telah direncanakan berbagai proyek infrastruktur dan transportasi

publik yang diyakini dapat mendukung akselerasi dan kesinambungan

pertumbuhan ekonomi Jakarta. Berdasarkan uji elastisitas antara peningkatan

investasi dan pertumbuhan ekonomi, diperoleh hasil bahwa setiap kenaikan

1% investasi berpotensi menyumbang kenaikan pertumbuhan ekonomi

Jakarta sebesar 0,10% - 0,13%. Dengan asumsi adanya komitmen dalam

implementasi proyek investasi infrastruktur seperti yang telah direncanakan

(Tabel V.3), maka Jakarta berpotensi tumbuh lebih tinggi pada semester II

2013. Meskipun demikian, hal tersebut juga tergantung dari faktor

produktivitas infrastruktur yang dibangun terutama terkait dengan efek

pengganda pertumbuhan (multiplier effect). Adapun rencana pembangunan

infrastruktur tersebut difokuskan pada lima jenis kegiatan atau proyek sesuai

dengan visi RPJMD Provinsi DKI Jakarta, yakni pembangunan transportasi,

jalan, air bersih dan sanitasi, pusat logistik, penanggulangan banjir,

perumahan dan pasar. Dari kelima jenis kegiatan tersebut, alokasi terbesar

masih pada pembangunan jalan yang sebagian besar dana dipakai untuk

biaya pembebasan lahan.

Saat ini, pembiayaan proyek infrastruktur di Jakarta yang umumnya

merupakan proyek jangka panjang (multi-years) masih mengandalkan

dukungan pendanaan dari Pemerintah Pusat (APBN), Pemerintah

Daerah (APBD) dan sindikasi utang baik dari sumber dalam negeri

maupun luar negeri. Namun, apabila swasta (public-private partnership)

berperan lebih besar dengan dukungan insentif pemerintah, maka dapat

diprediksi pembangunan infrastruktur di Jakarta akan semakin meningkat dan

semakin besar dukungannya terhadap kinerja perekonomian. Selain faktor

pembiayaan, asumsi penting lainnya dalam implementasi investasi

infrastruktur adalah adanya komitmen stakeholder dalam mendukung

implementasi tersebut, seperti kemudahan dalam proses perijinan,

pembebasan lahan dan insentif fiskal.

Page 28: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

18

Tabel B1.1 Rencana Pembangunan Infrastruktur di Jakarta

Sumber : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Semakin meningkatnya globalisasi dan kompetisi antar kota-kota

metropolitan di kawasan Asia dalam menarik investasi, diperlukan

adanya kebijakan strategis untuk meningkatkan daya saing Jakarta.

Daya saing merupakan faktor yang tak kalah pentingnya sebagai salah satu

asumsi dasar dalam mengkaji pertumbuhan ekonomi Jakarta. Pada bulan Juli

2013, unit riset di Sekolah Kebijakan Publik (School of Public Policy), National

University of Singapore merilis peringkat daya saing 33 provinsi di Indonesia.

Secara umum, daya saing pada 14 dari 33 provinsi di Indonesia berada di atas

tingkat rata-rata nasional. Seluruh provinsi di Pulau Jawa termasuk di dalam

14 provinsi yang memiliki daya saing di atas rata-rata nasional tersebut.

Adapun aspek yang menjadi pertimbangan dalam melakukan pemeringkatan

daya saing daerah tersebut adalah sebagai berikut: stabilitas ekonomi makro,

perencanaan pemerintah dan institusi, kondisi keuangan-bisnis dan tenaga

kerja, serta kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur. Provinsi DKI

Jakarta berada di posisi peringkat pertama pada survei tersebut dengan skor

daya saing yang jauh di atas provinsi lainnya. Hal ini dipandang sebagai aset

utama Jakarta dalam melakukan promosi investasi baik ke investor asing

maupun domestik.

Kegiatan/Proyek Nilai Investasi*Periode Mulai

Periode Selesai

Transportasi MRT North‐South Tahap I, Lebak Bulus ‐ Bundaran HI 

Rp 15,7 triliun 2013 2016

a.Pengadaan Armada Busway 2013 Rp 1 triliun 2013 2014b.Peremajaan Busway Koridor 2 & 3 Rp 608 milyar 2012 2013Pembangunan Busway Koridor 13 Rp 1,4 triliun 2013 2015Pengadaan Bus Sedang Rp 500 miliar  2013 2013Jalan 6 Ruas Tol dalam kota Rp 41,17 Triliun 2013 2020Ruas JORR W2 Utara  Rp 2,2 triliun 2012 2013Ruas Akses Tol Tanjung Priok/ ATP  Rp 5,7 triliun 2012 2014Air Bersih & SanitasiFasilitas Air Bersih Rp 6,3 triliun 2013 2015Limbah Cair Rp 13,4 triliun 2013 2020Pusat LogistikPembangunan KEK Marunda Rp 6 triliun Penanggulangan BanjirJakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) Rp 1,84 triliun 2013 2017Deep tunnel Rp 16 Triliun 2013 2017Sodetan Ciliwung ke kanal Banjir Timur  Rp 500 miliar 2013 2014Perumahan dan PasarPembangunan Pasar Benhil Rp 1,08 triliun 2013 2015Rusunami Rp 9,2 triliun  2013 2017

Page 29: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

19

Tabel B1.1 Peringkat Daya Saing Wilayah

Sumber : Asian Competitiveness Institute, LKY School of Public Policy, National University of Singapore

Jakarta berpotensi untuk tumbuh tinggi dengan kebijakan strategis

yang tepat dan komitmen khususnya dalam pembangunan

infrastruktur. Dalam kaitan itu, peran Pemerintah Daerah melalui kerangka

kebijakan strategis, koordinasi kebijakan dan penawaran struktur insentif

merupakan hal yang penting. Tak kalah krusialnya adalah efektivitas alokasi

belanja di APBD yang diarahkan untuk mendukung program pembangunan

infrastruktur dan peningkatan daya saing Jakarta di masa mendatang.

Pembangunan infrastruktur baik fisik maupun sumber daya manusia diyakini

sebagai landasan untuk menjaga kesinambungan daya saing Jakarta,

mendorong akselerasi investasi dan pembangunan berkualitas terutama

dalam menghadapi integrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Daya saing perekonomian Jakarta juga dipengaruhi oleh kemudahan

dalam memulai usaha, selain kualitas infrastruktur dan faktor biaya

produksi. Survei Doing Business 2012 yang dilakukan lembaga International

Finance Corporation (IFC) – World Bank menunjukkan keunggulan Jakarta

dalam hal dukungan terhadap dunia usaha, yaitu pada jumlah prosedur dan

biaya perijinan untuk membuka usaha serta biaya untuk mencatatkan

properti. Namun, perlu adanya peningkatan kinerja dalam menyelesaikan

proses perijinan maupun registrasi atau pencatatan usaha serta properti.

Selain itu, perlu juga adanya perbaikan pada proses perijinan konstruksi.

Adapun upaya yang telah dilakukan Pemprov DKI Jakarta berupa pelayanan

perijinan satu atap perlu terus dioptimalkan dan dikembangkan dengan

layanan informasi investasi.

Ranking ProvinsiSkor Daya Saing

1 DKI Jakarta 3.20842 Jawa Timur 0.91113 Jawa Barat 0.90834 Kalimantan Timur 0.62125 Kepulauan Riau 0.38756 Jawa Tengah 0.28627 Banten 0.26498 Bali  0.13849 Riau 0.135410 Sumatera Utara 0.0246

Page 30: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

20

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 31: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan I

II 2013

BABINFL

Infla

lebih

men

bebe

teru

BBM

lanju

strat

lapo

Teka

triw

kom

pang

triwu

signf

peng

berd

seca

food

Mem

pen

paso

men

di ti

mera

rata

Indu

B II LASI

asi Jakarta pa

h rendah di

ncapai 5,70%

erapa komo

tama pada

M bersubsidi

ut. Di samp

tegis di pasa

oran.

anan inflas

wulan lapor

moditas hor

gan seperti

ulan lapora

fikan pada t

gaturan im

dampak pad

ra keseluru

ds masih ber

Sumb

mbaiknya p

urunan ha

okan komod

ningkat sejak

ngkat ecera

ah yang ter

selama 20

uk Beras C

ada akhir tr

ibandingkan

% (yoy). Leb

oditas pang

komoditas h

i selama tr

ping itu, pe

ar utama Ja

si Jakarta y

ran teruta

rtikultura.

bawang p

n setelah s

triwulan seb

mportasi h

da membaik

han inflasi k

rada pada le

Grafi

ber: BPS DKI Ja

pasokan be

arga yang c

ditas bawan

k awal triwu

an maupun

rjadi belum

011-2012. (

Cipinang re

riwulan II 20

n dengan pe

bih rendahny

gan di dua

hortikultura

riwulan lapo

erkembanga

akarta kemb

yang terca

ma diseba

Penurunan

putih, bawa

sempat men

belumnya. K

hortikultura

knya pasoka

kelompok k

evel yang ya

k II.1. Disagr

akarta

eberapa ko

cukup besa

ng merah di

ulan laporan

grosir. Mes

mampu me

(Grafik II.2).

elatif masih

013 tercatat

eriode akhir

ya inflasi dip

bulan perta

. Namun, b

oran menah

an harga b

bali mening

atat sedikit

abkan oleh

harga terjad

ang merah

ngalami lon

Kebijakan pe

yang dit

an di pasar

komoditas ya

ang cukup ti

regasi Inflasi J

omoditas p

ar. Hal ini

i Pasar Indu

n dan diikut

ski demikian

embawa tin

. Sementara

h stabil di

sebesar 5,6

r triwulan s

pengaruhi o

tama pada

bergulirnya r

han penuru

eberapa ko

gkat di peng

t lebih rend

h koreksi h

di pada beb

, dan tom

jakan kena

emerintah u

tempuh o

domestik.

ang termasu

nggi (Grafik

Jakarta

pangan di

antara lain

uk Kramat J

ti penuruna

n, penuruna

gkat harga

a itu, harga

dukung pa

67% (yoy), s

sebelumnya

leh koreksi h

triwulan lap

rencana ken

unan inflasi

omoditas pa

ghujung triw

dah pada

harga bebe

berapa komo

at sayur se

ikan harga

untuk merela

leh pemer

Meski dem

uk dalam vo

k II.1).

Jakarta dis

terlihat dar

ati yang ke

n harga jua

an harga ba

kembali ke

a beras di

anen raya

sedikit

yang

harga

poran

naikan

lebih

angan

wulan

akhir

erapa

oditas

elama

yang

aksasi

rintah

mikian,

olatile

sertai

i data

embali

l baik

wang

rata-

Pasar

yang

21

Page 32: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

22

berlangsung di sejumlah daerah sentra pemasok utama beras. (Grafik II.3).

Tekanan kenaikan harga masih terlihat pada komoditas cabai dan daging sapi

(Grafik II.4 dan Grafik II.5). Terbatasnya pasokan komoditas cabai dipengaruhi

oleh terjadinya gagal panen di sejumlah daerah sentra karena faktor cuaca,

sedangkan tingginya harga daging sapi terkait dengan permasalah kuota

impor yang masih belum teratasi pada akhir triwulan laporan.

Sumber: Tim Ketahanan Pangan Pemprov DKI Jakarta 

Sumber: Tim Ketahanan Pangan Pemprov DKI Jakarta 

Grafik II.2. Pasokan dan Harga Bawang Merah di Pasar Induk Kramat Jati

Grafik II.3. Pasokan dan Harga Beras Di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC)

Grafik II.4. Pasokan dan Harga Cabai di Pasar Kramat Induk Kramat Jati

Grafik II.5. Harga Daging Ayam, Telur Ayam, dan Daging Sapi di Jakarta

Namun, bergulirnya rencana kenaikan harga BBM bersubsidi

sepanjang triwulan laporan menyebabkan tertahannya penurunan laju

inflasi lebih lanjut. Ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan inflasi

mengalami peningkatan sebagaimana terindikasi pada hasil survei konsumen

sehingga diperkirakan turut memicu kenaikan tekanan inflasi. Sementara itu,

tren penurunan harga emas global menyebabkan deflasi emas masih terjadi

meskipun tidak sedalam koreksi yang terjadi pada periode sebelumnya.

Berlanjutnya penurunan harga emas terkait dengan dinamika ekonomi global

yang masih dibayangi tingginya ketidakpastian.

200

300

400

500

600

700

800

900

1.000

1.100

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

13131352424241313135242424242413131352424241313524242413131352424

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013

Rp/kgPasokan Bawang Merah, Rhs

Harga Bawang Merah Grosir

Harga Bawang Merah Eceran

Ton/Mgu

2.000

5.000

8.000

11.000

14.000

17.000

20.000

23.000

6.000

6.500

7.000

7.500

8.000

8.500

9.000

9.500

10.000

13131352424241313135242424242413131352424241313524242413131352424

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013

Pasokan Beras PIBC (rhs)Harga Beras GrosirHarga Beras Eceran

Ton/MguRp/Kg

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

13131352424241313135242424242413131352424241313524242413131352424

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013

Rp/kg Pasokan Cabe Merah TW (rhs)

Harga Cabe Tw Grosir

Harga Cabe Tw Eceran

Ton/Mgu

 62.000

 67.000

 72.000

 77.000

 82.000

 87.000

 92.000

 97.000

 102.000

 107.000

 10.000

 15.000

 20.000

 25.000

 30.000

 35.000

13131352424241313135242424242413131352424241313524242413131352424

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013

Rp/KgRp/Kg Daging Ayam

Telur Ayam

Daging Sapi (rhs)

Page 33: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan I

II 2013

Sumbe(diolah

Gra

0

50

100

150

200

250

1

Ind

er: BPS DKI Jakarth)

afik II.6. Eksp

2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2011

deks

Indeks Ek

ta DKI Jakarta da

pektasi Inflasi Jakarta

2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101

2012

kspektasi Harga Inf

an Bloomberg 

Masyarakat

0

1

2

3

4

5

6

7

1112 1 2 3 4 5 6

2013

% yoylasi

Sumber: BPS DKonsumen BI

Grafik II.7Em

DKI Jakarta DKI Ja

. Harga Emasmas Perhiasan

akarta dan Survei

s Global dan n di Jakarta

Inflasi

23

Page 34: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

24

Inflas

cuku

temp

perio

inflas

prop

Selain

kebu

yang

kena

prop

baik

meng

prop

prop

pemb

intern

untu

terjua

si subkelom

p signifikan

pat tinggal J

ode yang sa

si biaya tem

erti yang me

n karena ti

tuhan temp

belum dap

ikan harga

erti internas

untuk perk

galami pen

erti ini dip

erti yang

belian di aw

nasional di J

k retail yan

al melalui tr

Ke

pok biaya t

n sejak akhir

akarta men

ma tahun l

mpat tinggal

eningkat cu

Grafik B2.1

ingginya pe

pat tinggal m

pat mengimb

properti d

sional di Jak

antoran, ret

ningkatan h

perkirakan a

tengah dib

wal. Sebaga

Jakarta, dar

ng akan dis

ansaksi pem

BOK

enaikan Ha

tempat ting

r tahun 201

capai 5,45%

alu yang ha

ini diperkir

kup signifik

Inflasi Biaya

ermintaan m

maupun unt

bangi perm

i Jakarta. B

arta, harga

tail, dan ind

harga yang

akan terus

bangun saa

i contoh, be

i total 313.5

selesaikan p

mbelian di m

KS 2

arga Proper

ggal Jakarta

2. Pada tr

% (yoy), jau

anya menca

rakan dipen

kan sepanjan

a Tempat Tin

masyarakat

tuk ruang u

intaan juga

Berdasarkan

sewa prope

dustri serta

g cukup s

berlanjut

at ini telah

erdasarkan

500 meter p

pada tahun

muka.

rti

mengalam

iwulan II 20

h lebih ting

apai 2,30%

garuhi oleh

ng paro pert

ggal Jakarta

akan prop

usaha, laju p

diperkiraka

hasil surve

erti (asking b

harga jual a

ignifikan. K

mengingat

h mendapa

data lemba

persegi pem

n 2013, sek

i kenaikan

013, inflasi b

ggi dibandin

(yoy). Kena

kenaikan h

tama 2013.

erti, baik u

pasokan pro

an memeng

ei lembaga

base rental r

apartemen

Kenaikan h

sebagian b

tkan komit

ga riset pro

bangunan l

kitar 82%

Triwul

yang

biaya

gkan

aikan

harga

untuk

operti

aruhi

riset

rates)

terus

harga

besar

tmen

operti

ahan

telah

lan II 2013

Page 35: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

25

Sumber : Survei Perkembangan Properti Residensial, BI Keterangan: negatif berarti tambahan pasokan lebih rendah dari tambahan permintaan

Grafik B2.2 Excess Demand Sewa Properti Komersial Jabodetabek

Dari sisi properti residensial, peningkatan harga rumah untuk tempat tinggal

di Jakarta terutama terjadi pada rumah tinggal berukuran kecil (tipe 27-45

m²). Berdasarkan hasil survei properti residensial yang dilakukan oleh Bank

Indonesia, kenaikan harga rumah tinggal berukuran kecil pada triwulan II

2013 tercatat mencapai ±19%, jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan

harga rumah tinggal berukuran sedang (tipe 46-70 m²) dan besar

(tipe > 70 m²) yang masing-masing tercatat sebesar ±7% dan ±9%. Tingginya

kenaikan harga rumah tinggal berukuran kecil diperkirakan disebabkan oleh

masih tingginya permintaan masyarakat untuk rumah pertama, yang biasanya

merupakan rumah berukuran kecil. Selain itu, beberapa faktor lain seperti

harga tanah, harga bahan bangunan, upah buruh dan biaya perizinan

diperkirakan turut mendorong meningkatnya harga rumah tipe kecil.

Perkembangan harga yang cukup akseleratif ini perlu dicermati, khususnya

pada pemenuhan kebutuhan masyakarat berpenghasilan rendah terhadap

perumahan. Selain itu, tambahan pasokan rumah tipe kecil yang relatif

terbatas dibandingkan kebutuhannya diperkirakan dapat meningkatkan harga

rumah tipe ini lebih tinggi lagi ke depannya. Berdasarkan informasi yang

dihimpun, kemampuan pengembang untuk membangun rumah hanya sekitar

200 ribu hingga 300 ribu unit setiap tahunnya sementara kebutuhan rumah

diperkirakan mencapai lebih dari 350 ribu unit. Dalam kaitan itu, Perum

Perumnas berencana untuk membangun 15 tower rumah susun sederhana

milik (Rusunami) di wilayah Cengkareng dengan nilai investasi mencapai

Rp100 Milyar untuk setiap tower. Pembangunan rusunami tersebut akan

dimulai tahun ini dan diperkirakan selesai dalam dua tahun ke depan.

‐400,000‐350,000‐300,000‐250,000‐200,000‐150,000‐100,000‐50,000050,000100,000

‐800

‐600

‐400

‐200

0

200

400

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 M2M2

Perkantoran Ritel Apartemen (skala kiri)

Page 36: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

26

Grafik B2.3. Perkembangan Indeks Harga Rumah Jakarta 2013

Hal lain yang juga patut diwaspadai adalah perkembangan harga apartemen di Jakarta yang terus berada dalam tren yang meningkat. Hal ini sebagaimana tercermin pada rasio rent to price apartemen di Jabodetabek yang cenderung terus menurun. Kondisi ini perlu diwaspadai manakala angsuran kredit apartemen dibiayai dari hasil sewa. Jika dilihat dari sisi pembiayaan perbankan, pertumbuhan kredit yang disalurkan untuk kepemilikan apartemen di Jakarta berada dalam level yang cukup tinggi mencapai lebih dari 50% (yoy) per tahun. Pertumbuhan kredit untuk apartemen dengan luas di bawah 70 meter persegi mencapai ±110% pada Mei 2013 dan berada dalam tren yang meningkat. Tingkat pertumbuhan kredit yang tinggi tersebut patut diwaspadai, mengingat level non-performing loan (NPL) masih di atas level aman 5%.

Grafik B2.4. Rasio Rent to Price

0

5

10

15

20

25

I II*

% qtq

Kecil Sedang Besar

10111213141516171819

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012 2013

%rent to price ratio

sumber: Perkembangan Properti Komersial

Page 37: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

27

Grafik B2.5. Perkembangan Penyaluran Kredit Pemilikan Apartemen di Jakarta

Grafik B2.6. Perkembangan NPL Kredit Pemilikan Apartemen di Jakarta

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

2011 2012 2013

% yoy

KPA <70 KPA >70

10 

12 

14 

16 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

2011 2012 2013

%

KPA < 70 KPA > 70

Page 38: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

28

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 39: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

29

BAB III

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Penyaluran kredit perbankan di Jakarta pada akhir triwulan laporan

menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada kredit investasi.

Sedangkan pertumbuhan kredit konsumsi dan kredit modal kerja masih

mengalami perlambatan. Hal tersebut diperkirakan terkait dengan

melemahnya kegiatan ekonomi. Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat lebih

tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,

sementara risiko kredit tercatat relatif rendah. Dana Pihak Ketiga (DPK) di

perbankan juga mengindikasikan adanya tren peningkatan. Sementara itu,

aktivitas transaksi pembayaran tercatat mengalami peningkatan pada

triwulan laporan.

A. Intermediasi Perbankan

Kinerja perbankan Jakarta mengindikasikan kegiatan intermediasi

perbankan yang masih melambat pada triwulan II 2013 (data hingga

Mei 2013). Pertumbuhan kredit berada pada kisaran 18,8% untuk kredit

berdasarkan lokasi bank dan 22,1% untuk kredit berdasarkan lokasi

proyek, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan

berdasarkan lokasi proyek di Jakarta, pertumbuhan kredit juga meningkat

sebesar 20,5% dibandingkan triwulan sebelumnya maupun dengan periode

yang sama pada tahun 2012. Penghimpunan dana masyarakat mengalami

pertumbuhan yang meningkat menjadi sebesar 17,0% dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,0%, meskipun juga

lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama

tahun sebelumnya. Rasio kredit terhadap penghimpunan dana masyarakat

(Loan to Deposit Ratio) pada triwulan laporan sedikit meningkat (masing-

masing sebesar 84,4% berdasarkan lokasi bank dan 57,3% berdasarkan

lokasi proyek). Angka LDR tersebut masih relatif tinggi dan mengindikasikan

stabilnya dukungan perbankan pada sektor riil dan kinerja perekonomian

secara umum. Sementara risiko kredit sebagaimana tercermin pada

indikator nonperforming loan (NPL) tercatat rendah sebesar 1.4%. Angka

NPL tersebut terus mengalami penurunan dalam beberapa triwulan terakhir

yang mengindikasikan masih cukup amannya kondisi perbankan di Jakarta

saat ini.

Page 40: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

30

Tabel III.1.Beberapa Indikator Perbankan Jakarta

Dana masyarakat yang dihimpun oleh perbankan Jakarta masih

mampu tumbuh meningkat pada triwulan laporan. Indikator Dana

Pihak Ketiga (DPK) tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 17,0% (yoy),

sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mencapai 16,0% (yoy) (Grafik III.2). DPK perbankan Jakarta didominasi oleh

Deposito dengan pangsa mencapai ±50% diikuti oleh Giro (±30%) dan

Tabungan (±20%). DPK dalam bentuk Deposito mengalami pertumbuhan

sebesar 16,5% (yoy) pada triwulan II, sementara Giro dan Tabungan

tumbuh masing-masing sebesar 14,2% dan 14,9%.

Grafik III.1 LDR Perbankan Jakarta Grafik III.2 DPK Perbankan Jakarta

Penyaluran kredit perbankan Jakarta tumbuh meningkat pada

triwulan II 2013 dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit

berdasarkan lokasi bank mencapai 22,1% (yoy), meningkat 1% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara penyaluran kredit ke

proyek-proyek yang berlokasi di Jakarta juga mengalami peningkatan

menjadi sebesar 20,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

18,8% (yoy).

IV IV I II* III IV I II

DPK  Rp Miliar 1,197,604.1     1,417,266.2     1,410,500.2     1,458,754.8     1,510,724.1    1,629,584.9    1,636,099.2    1,707,248.7   

Pertumbuhan (%, yoy) 20.3                       18.3                       19.5                       21.8                       20.3                      15.0                      16.0                      17.0                     

Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 864,129.6          1,080,426.0     1,113,626.0     1,179,123.6     1,242,779.1    1,310,521.5    1,348,079.8    1,440,273.7   

Pertumbuhan (%, yoy) 21.7                       25.0                       27.4                       29.0                       21.6                      21.3                      21.1                      22.1                     

Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 697,876.8          743,686.3          762,133.0          812,056.7          843,753.0        896,902.9        905,123.4        978,576.0       

Pertumbuhan (%, yoy) 34.1                       6.6                          17.8                       19.0                       13.8                      20.6                      18.8                      20.5                     

LDR Lokasi Bank (%) 72.2                       76.2                       79.0                       80.8                       82.3                      80.4                      82.4                      84.4                     

LDR Lokasi Proyek (%) 58.3                       52.5                       54.0                       55.7                       55.9                      55.0                      55.3                      57.3                     

NPL  (%) 2.9                          2.1                          2.1                          2.0                          1.7                         1.6                         1.5                         1.4                        

Uraian Satuan20112010 2012 2013

65

70

75

80

85

50

55

60

65

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2009 2010 2011 2012 2013

%%Kredit Lokasi ProyekKredit Lokasi Bank (rhs)

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2009 2010 2011 2012 2013

%, yoyTOTAL Giro Tabungan Deposito

Page 41: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

31

Tabel III.2. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Usaha

Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan kredit terjadi pada

kredit investasi, sedangkan kredit modal kerja maupun konsumsi

melambat di triwulan II 2013. Kredit investasi tumbuh sedikit meningkat

sebesar 29,9% (yoy) di tengah terbatasnya pertumbuhan investasi terutama

yang bersumber dari PMDN. Hal ini tak lepas dari masih kuatnya

permintaan domestik. Di sisi lain, kredit modal kerja yang memiliki pangsa

terbesar di Jakarta tumbuh melambat sebesar 19,5% (yoy). Dibandingkan

dengan periode yang sama di 2012, pertumbuhan kredit modal kerja

melambat signifikan. Pertumbuhan kredit konsumsi juga mengalami

perlambatan sebesar 8,5% (yoy). Adapun pangsa kredit konsumsi konsisten

melambat selama beberapa tahun terakhir sejalan di tengah semakin

variatif dan kompetitifnya produk kredit konsumsi.

Perkembangan kredit UMKM hingga triwulan II 2013 relatif stabil.

Kredit UMKM Jakarta pada triwulan laporan tercatat tumbuh 16,2% (yoy),

sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya

yang mencapai 16,7% (yoy). Namun, penyaluran kredit UMKM secara

nominal masih mencatatkan peningkatan. Angka pertumbuhan kredit

UMKM di Jakarta lebih rendah dibandingkan angka pertumbuhan kredit

UMKM di Kawasan lainnya, walaupun secara pangsa penyaluran kredit

UMKM merupakan yang terbesar dengan pangsa mencapai kurang lebih

17%.

Grafik III.3 Perkembangan Kredit UMKM Grafik III.4 Perkembangan Kredit

IV IV I II* III IV I IIKredit Modal Kerja     Level Rp Miliar 454,032.9          556,952.6          574,258.3          621,156.4          645,458.9        683,532.3        716,822.5        749,043.8            Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 27.6                       22.7                       31.1                       34.6                       21.7                      22.7                      24.8                      19.5                          Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 8.0                          5.0                          3.1                          12.4                       3.0                         5.9                         4.9                         4.5                              Pangsa  (%) 52.5                       51.5                       51.6                       52.7                       51.9                      52.2                      53.2                      52.0                     Kredit Investasi     Level Rp Miliar 219,272.0          286,403.4          300,168.6          310,890.9          340,327.6        357,343.2        366,453.0        416,858.1            Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 13.8                       30.6                       27.0                       26.5                       27.4                      24.8                      22.1                      29.9                          Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 4.8                          7.2                          4.8                          6.3                          6.0                         5.0                         2.5                         13.8                           Pangsa  (%) 25.4                       26.5                       27.0                       26.4                       27.4                      27.3                      27.2                      28.9                     Kredit Konsumsi     Level Rp Miliar 190,824.7          237,070.0          239,198.3          247,075.8          256,992.7        269,646.0        264,804.2        274,371.8            Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 18.2                       24.2                       19.7                       19.6                       14.7                      13.7                      10.7                      8.5                             Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 4.8                          5.8                          0.9                          7.1                          1.6                         4.9                         (1.8)                       3.6                              Pangsa  (%) 22.1                       21.9                       21.5                       21.0                       20.7                      20.6                      19.6                      19.0                     

Uraian Satuan20112010 2012 2013

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

(30.00)

(20.00)

(10.00)

0.00

10.00

20.00

30.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013

Miliar Rp% yoy

Kredit UMKM (rhs) gKredit UMKM

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

 ‐

 100

 200

 300

 400

 500

 600

 700

 800

 900

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013

Triliun Rp

Penyaluran Kredit Modal Kerja gKredit Modal Kerja (Skala Kanan)

Page 42: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

32

Modal Kerja

Dilihat secara sektoral, kredit sektor dengan pangsa tertinggi, yaitu

Kredit Industri, Kredit Perdagangan, dan, Kredit Jasa Dunia Usaha

tumbuh stabil dengan kecenderungan meningkat, masing-masing

sebesar 25,6%, 20,3%, dan 20,9% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit

di ketiga sektor utama dengan pangsa kredit terbesar tersebut sangat

dipengaruhi oleh dinamika perekonomian Jakarta. Stabilnya penyaluran

kredit di ketiga sektor tersebut di tengah perlambatan pertumbuhan

ekonomi sesuai dengan ekspektasi dan secara tidak langsung memberikan

indikasi belum adanya potensi risiko yang cukup besar maupun adanya

peralihan pangsa kredit sektoral yang bersifat struktural.

Tabel III.3. Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektoral

Risiko kredit perbankan hingga triwulan II 2013 masih terjaga pada

level aman. Meskipun perekonomian domestik mulai dibayangi oleh

kondisi ketidakpastian perekonomian global, namun fundamental

IV IV I II* III IV I II*Kredit Industri     Level Rp Miliar 148,076.9          190,414.4          203,558.0          214,245.6          240,290.1        250,179.6        258,707.6       269,168.6           Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 6.1                          28.6                       36.6                       34.9                       31.9                      31.4                      27.1                     25.6                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 4.0                          4.5                          6.9                          6.3                          10.3                      4.1                         3.4                        6.8                             Pangsa  (%) 17.1                       17.6                       18.3                       18.2                       19.3                      19.1                      19.4                     19.2                    Kredit Lain‐Lain     Level Rp Miliar 211,481.9          270,907.9          253,074.0          263,921.0          268,711.9        289,799.9        278,859.6       284,275.7           Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 31.0                       28.1                       16.6                       17.9                       11.6                      7.0                         10.2                     7.7                            Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 6.4                          12.5                       (6.6)                         8.4                          (0.4)                       7.8                         (3.8)                      1.4                             Pangsa  (%) 24.5                       25.1                       22.7                       22.4                       21.6                      22.1                      20.9                     20.3                    Kredit Jasa DU     Level Rp Miliar 136,664.8          168,179.6          181,928.0          185,654.0          198,499.0        206,541.6        211,798.1       223,255.5           Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 24.6                       23.1                       28.5                       23.3                       20.8                      22.8                      16.4                     20.3                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 10.7                       2.4                          8.2                          4.0                          3.2                         4.1                         2.5                        8.7                             Pangsa  (%) 15.8                       15.6                       16.3                       15.7                       16.0                      15.8                      15.8                     15.9                    Kredit Perdagangan     Level Rp Miliar 125,553.0          144,796.1          146,772.0          167,741.0          177,108.4        200,606.3        215,800.5       202,786.7           Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 21.5                       15.3                       27.3                       38.4                       29.3                      38.5                      47.0                     20.9                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 11.1                       5.7                          1.4                          19.4                       0.2                         13.3                      7.6                        (2.1)                           Pangsa  (%) 14.5                       13.4                       13.2                       14.2                       14.3                      15.3                      16.1                     14.5                    Kredit  Pengangkutan     Level Rp Miliar 53,125.5             65,219.8             68,064.0             71,293.5             77,195.2           81,049.3           84,605.4          113,019.3           Pertumbuhan (%, y‐o‐y) (5.6)                         22.8                       22.2                       26.7                       28.6                      24.3                      24.3                     58.5                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (1.6)                         8.6                          4.4                          10.3                       2.1                         5.0                         4.4                        39.4                          Pangsa  (%) 6.1                          6.0                          6.1                          6.0                          6.2                         6.2                         6.3                        8.1                       Kredit Konstruksi     Level Rp Miliar 34,762.9             39,052.8             43,483.0             45,508.9             51,422.8           47,780.6           47,032.5          53,075.1              Pertumbuhan (%, y‐o‐y) (5.1)                         12.3                       19.9                       31.7                       32.2                      22.3                      8.2                        16.6                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (3.4)                         0.4                          11.3                       10.5                       5.9                         (7.1)                       (1.6)                      15.2                          Pangsa  (%) 4.0                          3.6                          3.9                          3.9                          4.1                         3.6                         3.5                        3.8                       Kredit Pertanian     Level Rp Miliar 46,716.9             52,509.4             54,829.0             57,429.0             58,640.5           61,453.3           61,508.9          64,319.9              Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 37.3                       12.4                       20.2                       18.9                       17.9                      17.0                      12.2                     12.0                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 5.7                          5.6                          4.4                          7.6                          (2.1)                       4.8                         0.1                        4.6                             Pangsa  (%) 5.4                          4.9                          4.9                          4.9                          4.7                         4.7                         4.6                        4.6                       Kredit  Pertambangan     Level Rp Miliar 54,992.9             76,849.0             77,179.0             82,034.9             79,746.2           90,598.1           91,158.6          98,820.7              Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 44.4                       39.7                       31.9                       29.7                       16.0                      17.9                      18.1                     20.5                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 12.1                       11.8                       0.4                          10.7                       0.3                         13.6                      0.6                        14.7                          Pangsa  (%) 6.4                          7.1                          6.9                          7.0                          6.4                         6.9                         6.8                        7.1                       Kredit  Listrik, Air, Gas     Level Rp Miliar 31,274.2             42,217.7             56,417.0             61,555.7             63,141.5           53,760.3           57,575.2          62,420.2              Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 40.4                       35.0                       81.4                       95.6                       24.1                      27.3                      2.1                        1.4                            Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 17.4                       (17.0)                      33.6                       27.1                       21.1                      (14.9)                    7.1                        (3.2)                           Pangsa  (%) 3.6                          3.9                          5.1                          5.2                          5.1                         4.1                         4.3                        4.5                         *) s.d. Mei

201220112010Uraian Satuan

Page 43: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

33

perekonomian masih cukup kuat. Hal ini berdampak pada terjaganya risiko

kredit pada level yang rendah. Secara umum rasio NPL kredit perbankan

Jakarta pada triwulan II 2013 (hingga Mei 2013) stabil pada level 1,6%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, rasio NPL kredit modal kerja, kredit

investasi, dan kredit konsumsi masing-masing sebesar 1,6%, 1,5%, dan

1,8%. Sementara secara sektoral, rasio NPL beberapa sektor yang memiliki

profil risiko yang cukup tinggi juga mengalami penurunan dan masih

berada di bawah level 5%.

Grafik III.5 NPLs Jenis Penggunaan Grafik III.6 NPLs Sektor Ekonomi

Utama

B. Sistem Pembayaran

Sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat,

rata-rata volume maupun nilai transaksi secara umum mengalami

peningkatan pada triwulan II 2013. Nilai transaksi RTGS pada triwulan II

2013 tercatat sebesar Rp101,5 triliun per hari atau sebanyak 25.244

transaksi per hari, meningkat dibandingkan volume dan nilai triwulan

sebelumnya yang masing-masing mencapai Rp82,0 triliun dengan 23.928

transaksi per hari. Rata-rata transaksi harian melalui kliring pada triwulan

laporan juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp5,0 triliun dengan

volume rata-rata 251.595 warkat. Sementara itu, meningkatnya kebutuhan

uang masyarakat memasuki masa libur sekolah, bulan puasa, dan persiapan

menjelang Lebaran menyebabkan terjadinya peningkatan outflow uang

tunai. Dengan peningkatan outflow, rata-rata arus uang tunai di Jakarta

menyebabkan terjadinya netflow negatif sebesar Rp14,9 triliun.

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5

2009 2010 2011 2012 2013

%Konsumsi Modal Kerja Investasi

Batas NPL

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

1 23 4 5 6 7 8 910111212 3 4 5 6 7 8 910111212 3 4 5 6 7 8 910111212 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5

2009 2010 2011 2012 2013

%Konstruksi

Peng., Pergd., dan Kom.

Industri Pengolahan

Perdg, Rest, dan Hotel

batas 

Page 44: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

34

Tabel III.5. Transaksi RTGS Harian

Tabel III.6. Rata-rata Harian Transaksi Kliring

Grafik III.7. Rata-rata Harian Arus Uang Tunai BI Jakarta

 I   II   III   IV   I   II   III   IV   I   II 

RTGS (Rp Miliar) 87,962     84,200     92,211     84,435     64,369     90,311     89,864     95,589     82,003     101,507  

Dari Jakarta 52,455     49,876     53,513     47,978     37,882     51,407     53,107     55,280     49,866     61,284    

       ke Jakarta(f‐t) 16,412     16,158     16,759     14,567     11,097     15,412     15,405     16,768     13,840     16,924    

       ke Luar Jakarta(f) 36,043     33,718     36,753     33,411     26,785     35,995     37,702     38,512     36,025     44,360    

Ke Jakarta 35,507     34,324     38,698     36,457     26,487     38,904     36,757     40,309     32,137     40,222    

      dari Luar Jakarta(t) 35,507     34,324     38,698     36,457     26,487     38,904     36,757     40,309     32,137     40,222    

RTGS (Volume) 23,801     22,113     24,770     22,448     19,754     23,312     23,634     25,932     23,928     25,244    

Dari Jakarta 14,764     13,721     15,488     13,780     12,196     14,815     15,258     16,799     15,516     16,505    

       ke Jakarta(f‐t) 3,279       3,059       3,452       3,249       2,763       3,274       3,336       3,779       3,319       3,597      

       ke Luar Jakarta(f) 11,485     10,662     12,037     10,531     9,433       11,541     11,921     13,020     12,197     12,908    

Ke Jakarta 9,037       8,393       9,281       8,668       7,558       8,497       8,377       9,134       8,412       8,740      

      dari Luar Jakarta(t) 9,037       8,393       9,281       8,668       7,558       8,497       8,377       9,134       8,412       8,740      

201320122011

Volume Nominal (miliar rupiah)

I 213,993                   3,415                       II 229,304                   3,604                       III 241,849                   3,743                       IV 256,895                   3,954                       I 249,729                   3,866                       II 258,233                   4,098                       III 283,837                   4,436                       IV 280,411                   4,282                       I 251,732                   4,180                       II 292,086                   4,611                       III 295,417                   4,697                       IV 317,670                   5,087                       I 258,027                   4,692                       II 251,595                   4,971                       

2013

Triwulan

2012

2011

2010

(25,000)

(20,000)

(15,000)

(10,000)

(5,000)

0

5,000

10,000

15,000

(2,000)0

2,0004,0006,0008,000

10,00012,00014,00016,00018,00020,00022,00024,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013

Rp miliarRp miliar

INFLOW OUTFLOW NET FLOW (rhs)

Page 45: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

35

BAB IV

KEUANGAN PEMERINTAH

Realisasi belanja Pemprov DKI Jakarta tercatat sebesar Rp8 triliun atau 17,6%

dari target yang ditetapkan. Penyerapan tersebut lebih rendah dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penyerapan belanja modal

yang rendah pada triwulan laporan berkontribusi terhadap rendahnya realisasi

belanja. Hal tersebut disebabkan oleh permasalahan teknis dan proses

pengadaan. Di samping itu, mundurnya pencairan gaji ke-13 PNS diperkirakan

turut memengaruhi penyerapan belanja. Sementara itu, realisasi penerimaan

pada triwulan II 2013 sebesar Rp11,1 triliun atau 26,8% dari target yang

ditetapkan.

A. Pendapatan Daerah

Realisasi pendapatan APBD DKI Jakarta pada triwulan II 2013 mencapai

26,8% atau sebesar Rp11,1 triliun. Terlambatnya pengesahan APBD

Pemprov DKI diperkirakan turut berperan dalam menyebabkan realisasi

pendapatan hingga triwulan II 2013 yang lebih rendah dibandingkan dengan

periode yang sama di 2012. Realisasi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan

pencapaian triwulan yang sama di tahun 2012 sebesar Rp14,9 triliun atau

48,66% dari total anggaran. Dari keseluruhan pendapatan APBD DKI Jakarta,

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berhasil terserap sebesar 24,3% dari total

anggaran PAD atau senilai Rp6,5 triliun. Realisasi PAD terbesar bersumber dari

Pajak daerah senilai Rp5,6 triliun (25,6%). Di sisi lain, penerimaan dari

retribusi daerah masih relatif rendah yakni Rp83,5 miliar atau baru 5,6%,

sangat jauh di bawah realisasi penerimaan dari retribusi pada triwulan II tahun

lalu yang mencapai 151%. Khusus terkait dengan kinerja penerimaan pajak

dan restribusi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengajukan tarif baru

untuk parkir jalan kepada DPRD. Kenaikan tarif diusulkan 4 kali lipat dari tarif

parkir jalan saat ini (dari Rp2,000 menjadi Rp8,000 per jam) yang diperkirakan

dapat meningkatkan peningkatan PAD dari retribusi secara signifikan.

Pendapatan restribusi daerah dari parkir tahun 2012 lalu mencapai Rp24,3

miliar, sedangkan untuk tahun ini ditargetkan mencapai Rp26,2 miliar. Jika

diberlakukan tarif baru, diperkirakan PAD dari retribusi parkir dapat melonjak

hingga dua kali lipat. Selain untuk meningkatkan pendapatan, kenaikan tarif

parkir juga untuk membatasi penggunaan kendaran bermotor pribadi dan

mendorong penggunaan parkir gedung. Rendahnya realisasi PAD juga terkait

dengan masih minimalnya pendapatan dari hasil pengelolaan kekayaan

daerah (yang dipisahkan) yang baru mencapai 23,4%.

Page 46: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

36

Sama halnya dengan penyerapan PAD, pendapatan transfer juga baru

terserap Rp4,7 triliun atau 42,2%. Turunnya pendapatan transfer berasal

dari turunnya transfer dana perimbangan

Tabel IV.1 Perkembangan Pendapatan APBD DKI Jakarta, 2011-2013

B. Belanja Daerah

Belanja APDB DKI Jakarta pada triwulan II 2013 tercatat sebesar Rp8

triliun atau 17,6% dari total anggaran belanja. Realisasi belanja tersebut

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2012 yang mencapai 29,5%

atau sebesar Rp10 triliun. Salah satu faktor realisasi belanja yang rendah

tersebut adalah mundurnya pencairan gaji ke-13 PNS yang pada tahun 2012

dilakukan pada triwulan II 2013. Realisasi belanja pada triwulan laporan

terutama didukung oleh belanja operasi sebesar Rp7,6 triliun atau 25,5% dari

total anggaran belanja operasional. Belanja operasional yang terbesar adalah

belanja barang.

Sementara itu, belanja modal baik untuk pembelian tanah, peralatan

dan mesin, gedung, jalan, dan aset tetap lainnya masih sangat kecil,

yakni sebesar 2,9% atau senilai Rp451,6 miliar. Penyerapan belanja modal

tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan serapan pada periode yang

sama di 2012. Di tengah berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat

maupun Daerah untuk mengakselerasi realisasi belanja, masih ditemui

berbagai masalah terkait dengan proses administrasi pengadaan terutama

untuk pengadaan jasa dimana proses kualifikasi vendor merupakan hal yang

krusial. Selain itu juga ditemui berbagai masalah teknis pada implementasi

program. Sejumlah SKPD juga mengembalikan dana anggaran yang tidak

Anggaran(miliar Rp)

Realisasi TW II

(miliar Rp)

Serap (%)

Anggaran(miliar Rp)

Realisasi TW II

(miliar Rp)

Serap (%)

PENDAPATAN 30,642.7 14,909.7 48.66 41,525.3 11,142.2 26.83

PAD 18,685.0 10,072.00 53.90 26,670.4 6,470.2 24.26 Pajak Daerah 15,625.0 8,240.82 52.74 21,918.0 5,619.8 25.64 Retribusi Daerah 500.0 755.20 151.04 1,500.0 83.5 5.57 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 360.0 226.01 62.78 415.2 97.0 23.37 Lain-Lain PAD 2,200.0 849.98 38.64 2,837.2 669.8 23.61

PENDAPATAN TRANSFER 10,424.6 4,837.68 46.41 11,065.5 4,672.0 42.22 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 9,111.5 211.03 2.32 9,249.0 4,167.4 45.06

Dana Bagi Hasil Pajak 8,750.0 3.54 0.04 8,692.2 3,998.6 46.00 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 151.6 46.88 30.94 255.6 94.0 36.78 Dana Alokasi Umum 209.9 160.61 76.51 301.2 75.2 24.97 Dana Alokasi Khusus - - - - - -

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 1,313.1 0.89 0.07 1,816.6 504.6 27.8 Dana Otonomi Khusus - - - - - - Dana Penyesuaian 1,313.1 - - 1,816.6 - -

Transfer Pemerintah Provinsi - - - - - - Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan - - - - - - Bagi Hasil Lainnya - - - - - -

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 1,533.1 - - 3,789.4 - - Pendapatan Hibah 1,533.1 - - 3,789.4 - - Pendapatan Dana Darurat - - - - - - Pendapatan Lainnya - - - - - -

APBD 2012 APBD 2013

U R A I A N�

Page 47: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

37

dapat diserap ke kas Pemerintah Daerah untuk digunakan keperluan lain di

semester II 2013. Diantara SKPD tersebut adalah Dinas Pekerjaan Umum,

Dinas Perumahan dan Gedung Pemda dan Dinas Pendidikan. Adapun SKPD

yang masih rendah tingkat penyerapan belanjanya hingga pertengahan Juni

2013 (di bawah 5%) adalah Dinas Perumahan dan Gedung Pemda, dan Dinas

Perhubungan. Dinas Pendidikan sendiri termasuk yang penyerapannya

tertinggi di triwulan II 2013 sebesar lebih dari 20%.

Tabel IV.2 Perkembangan Belanja APBD DKI Jakarta, 2011-2013

Pada awal triwulan laporan, Pemprov DKI Jakarta telah mengajukan

APBD Perubahan 2013 menjadi Rp50,1 triliun yang sedang dalam

tahap pembahasan. Perubahan APBD tersebut tidak terlalu besar mengingat

perubahan lebih disebabkan oleh peralihan atau penggantian kegiatan serta

adanya beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mengembalikan

anggaran belanja yang tidak terserap. Anggaran yang dikembalikan tersebut

akan digunakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam Penyertaan

Modal Pemerintah (PMP) kepada 3 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yakni Bank DKI, PT. Jakarta Propertindo, dan PD. Sarana Jaya.

C. Pembiayaan Daerah

Realisasi pembiayaan APBD Pemprov DKI Jakarta pada triwulan II 2013

sebesar Rp7,9 triliun. Realisasi tersebut sudah melebihi anggaran

pembiayaan sebesar Rp5,2 triliun atau telah terealisasi 152,1%. Tingginya

pembiayaan APBD pada triwulan II 2013 disebabkan oleh penggunaan SiLPA

sebesar Rp8,3 triliun atau 99,6% dari anggaran penggunaan SiLPA.

Anggaran(miliar Rp)

Realisasi TW II

(miliar Rp)

Serap (%)

Anggaran(miliar Rp)

Realisasi TW II

(miliar Rp)

Serap (%)

BELANJA 33,827.0 9,960.7 29.45 45,576.3 8,020.1 17.60

BELANJA OPERASI 22,823.3 9,062.01 39.71 29,735.3 7,568.5 25.45 Belanja Pegawai 11,405.9 4,826.80 42.32 12,808.9 3,168.1 24.73 Belanja Barang 10,013.2 3,360.47 33.56 13,300.7 3,608.1 27.13 Belanja Bunga 4.4 1.72 39.44 4.4 0.0 - Belanja Hibah 1,367.2 870.78 63.69 2,023.3 610.2 30.16 Belanja Bantuan Sosial 31.2 2.24 7.18 1,551.7 182.0 11.73 Belanja Bantuan Keuangan 1.4 - - 46.4 0.0 -

BELANJA MODAL 10,944.4 895.85 8.19 15,732.6 451.6 2.87 Belanja Tanah - - - 4,016.2 - - Belanja Peralatan dan Mesin - - - 5,114.8 - - Belanja Gedung dan Bangunan - - - 3,322.5 - - Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan - - - 2,425.7 - - Belanja Aset Tetap Lainnya - - - 853.3 - -

BELANJA TIDAK TERDUGA 59.4 3 5 108.4 - - Belanja Tidak Terduga 59.4 - - 108.4 - -

TRANSFER - - - - - - Bagi Hasil Pajak ke Kab/Kota/Desa - - - - - - Bagi Hasil Retribusi ke Kab/Kota/Desa - - - - - - Bagi Hasil Lainnya ke Kab/Kota/Desa - - - - - - Transfer Lainnya ke Kab/Kota/Desa - - - - - -

APBD-P 2012 APBD 2013

U R A I A N�

Page 48: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

38

Tabel IV. 3 Perkembangan Pembiayaan APBD DKI Jakarta, 2011-2013

Realisasi penerimaan pajak daerah DKI Jakarta pada triwulan II 2013

mencapai Rp5,6 triliun atau sebesar 25,6% dari target yang

ditetapkan. Pertumbuhan pajak tertinggi secara triwulanan (qtq) terdapat

pada Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah &

Bangunan (BPHTB). Namun, realisasi penyerapan Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) masih sangat kecil dibandingkan dengan target yang ditetapkan, terkait

dengan waktu jatuh tempo pembayaran PBB hingga akhir Agustus 2013.

Disamping itu, juga terlihat adanya peningkatan pajak parkir dan Pajak Bahan

Bakar-Kendaraan Bermotor (PBB-KB) yang cukup signifikan. Hal tersebut

mengindikasikan adanya peningkatan konsumsi bahan bakar dan jumlah

pergerakan kendaraan bermotor di jakarta. Apabila dibandingkan dengan

triwulan II tahun 2012, maka Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) mencatatkan

pertumbuhan yang tertinggi yang disebabkan oleh adanya kenaikan tarif di

awal triwulan laporan. Hingga semester I 2013, penerimaan pajak dari wajib

pajak di Jakarta mencapai Rp10,1 triliun atau naik 25% dibandingkan periode

yang sama di 2012. Meskipun demikian, realisasi penerimaan pajak hingga

semester I 2013 baru mencapai 46% dari target, sedangkan pada periode

yang sama di tahun lalu tercapai lebih dari 50%. Ke depan, Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta memiliki komitmen untuk meningkatkan serapan

pendapatan pajak sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kapasitas

fiskal APBD yang dapat digunakan untuk mendukung berbagai program

kegiatan seperti pembangunan rumah susun dan pembebasan lahan untuk

Ruang terbuka Hijau (RTH).

Anggaran(miliar Rp)

Realisasi TW II

(miliar Rp)

Serap (%)

Anggaran(miliar Rp)

Realisasi TW II

(miliar Rp)

Serap (%)

PEMBIAYAAN 3,184.3 6,292.36 197.61 5,170.1 7,864.6 152.12 0 0 0 0 0 0PENERIMAAN PEMBIAYAAN 5,380.6 6,415.29 119.23 8,454.6 8,314.6 98.35

Penggunaan SiLPA 3,680.6 6,415.29 174.30 8,344.6 8,314.6 99.64 Pencairan dana cadangan - - - - - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - - Penerimaan Pinjaman Daerah & Obligasi Daerah 1,700.0 - - 110.0 0.0 - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman - - - - - -

PENGELUARAN PEMBIAYAAN 2,196.3 122.93 5.60 4,403.6 450.0 10.22 Pembentukan Dana Cadangan - - - - - - Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2,131.7 118.84 5.57 4,345.4 450.0 10.36 Pembayaran Pokok Utang 11.2 4 36 58.2 0.0 - Pemberian Pinjaman Daerah 53 - - - - -

APBD-P 2012 APBD 2013

U R A I A N�

Page 49: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

39

Tabel IV. 4 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pajak di DKI Jakarta, 2013

PKB 1,093,068,857,265 1,180,720,913,250 108.02% 113.13%

BBN-KB 1,516,293,491,900 1,602,172,297,500 105.66% 107.87%

PBB-KB 210,294,173,788 246,529,641,850 117.23% 110.47%

P. HOTEL 245,952,029,763 285,902,555,399 116.24% 117.35%

P. RESTORAN 362,528,354,355 374,188,775,984 103.22% 126.76%

P. HIBURAN 89,375,343,366 100,042,561,125 111.94% 109.30%

P. REKLAME 140,931,583,166 163,533,693,979 116.04% 142.13%

PPJ 145,715,883,257 157,557,012,765 108.13% 115.70%

PAT 25,246,594,298 24,989,248,318 98.98% 96.92%

P. PARKIR 65,638,643,502 76,921,370,311 117.19% 161.90%

BPHTB 446,012,707,967 915,243,526,861 205.21% 112.72%

PBB 118,619,192,282 492,440,557,081 415.14% 0.00%

JUMLAH 4,341,057,662,645 5,620,242,154,423 129.47% 124.37%

Jenis Pajak

Persentase Kenaikan

Realisasi Tw II 2013 (yoy)

Persentase Kenaikan

Realisasi Tw II 2013 (qtq)

Realisasi Triwulan II

2013

Realisasi Triwulan I

2013

Page 50: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

40

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 51: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

41

BAB V

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan Provinsi DKI Jakarta menunjukkan perkembangan

membaik. Hal tersebut tercermin dari penurunan Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut

mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauh dari Garis

Kemiskinan.

A. Ketenagakerjaan

Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Jakarta pada semester I

2013 menurun dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Penurunan TPT tersebut disebabkan oleh berkurangnya

jumlah penganggur yaitu dari 566,5 ribu orang pada semester I 2012

menjadi 513,2 ribu orang pada semester I 2013. Sementara itu, jumlah

angkatan kerja juga mengalami penurunan namun dengan persentase

yang lebih rendah.

Tabel V.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama 2012-

2013 (ribu orang)

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

Kualitas angkatan kerja Jakarta mengalami peningkatan.

Perbaikan kualitas angkatan kerja terlihat dari meningkatnya

jumlah pekerja di sektor formal dan peningkatan kualitas

pendidikan (pendidikan tertinggi yang ditamatkan). Jumlah pekerja

di sektor formal khususnya buruh/ karyawan mengalami peningkatan

sebesar 6,7% pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Sebaliknya, jumlah pekerja di sektor informal mengalami

tendensi penurunan. Pekerja dengan tingkat pendidikan SMA juga

mengalami peningkatan, sebaliknya, pekerja dengan kualitas pendidikan

rendah (SD ke bawah dan SLTP) menurun. Berdasarkan struktur lapangan

atau sektor utama, angkatan kerja Jakarta masih lebih banyak terserap

untuk sektor tersier. Jumlah angkatan kerja Jakarta yang bekerja di sektor

tersier tercatat sebesar 3.770 ribu orang atau 81% dari total jumlah

orang yang bekerja.

2013Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I

Angkatan Kerja 5,009.8 5,143.8 5,283.2 5,368.8 5,283.2a. Bekerja 4,467.1 4,588.4 4,716.7 4,838.6 4,650.8b. Pengangguran  542.7 555.4 566.5 530.0 513.2Tingkat Partisipasi  Angkatan Kerja (TPAK, %) 67.9 69.4 70.8 71.6 68.4Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT, %) 10.8 10.8 10.7 9.9 9.9

Kegiatan Utama20122011

Page 52: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

42

Perkembangan ketenagakerjaan selama 3 tahun terakhir juga

menunjukkan semakin menurunnya pangsa tenaga kerja di sektor

primer serta sektor sekunder (industri). Dengan struktur ekonomi

yang didominasi oleh sektor tersier, terlihat peningkatan jumlah pekerja

di sektor formal yang umumnya memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi,

memperoleh pendapatan yang lebih baik serta kesempatan untuk

meningkatkan kapasitas keahlian. Tenaga kerja di sektor tersier terutama

di sektor jasa juga relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan tenaga

kerja di sektor lain. Fleksibilitas ini akan berdampak pada pasar tenaga

kerja dan tingkat pengangguran di Jakarta.

Tabel V.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama 2012-2013

(ribu orang)

Sumber: BPS DKI Jakarta

Tabel V.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan (Ribu Orang)

Sumber: BPS DKI Jakarta

TPT dengan tingkat pendidikan diploma dan universitas masih

cukup tinggi. Kendati terjadi perbaikan kondisi ketenagakerjaan yang

juga didukung dengan peningkatan kualitas, namun masih terdapat hal

yang perlu dicermati, yakni cukup tingginya TPT dengan tingkat

pendidikan diploma dan universitas. Hal tersebut, mengindikasikan masih

sulitnya mencari pekerjaan yang sesuai sekalipun calon telah memiliki

tingkat pendidikan memadai. Oleh karena itu, kesesuaian kurikulum

pendidikan dengan kualitas angkatan kerja yang dibutuhkan menjadi hal

yang penting.

Pertambahan angkatan kerja dalam beberapa tahun terakhir

merupakan dampak dari urbanisasi ke wilayah Jakarta yang

Status Pekerjaan Utama 2012 20131. Berusaha sendiri  804,05 690,132. Berusaha dibantu Buruh tidak tetap 286,10 207,863. Berusaha dibantu buruh tetap 210,46 167,054. Buruh/Karyawan 3.050,77 3.255,215. Pekerja bebas 75,18 128,666. Pekerja tidak dibayar 290,16 200,97

Jumlah 4.716,72 4.650,78

Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan

2012 2013

SD Ke Bawah  938,65 835,48SLTP 745,13 714,18SMA Umum  1.087,04 1.271,87SMA Kejuruan 818,99 759,23Diploma dan universitas 1.126,90 1.070,02

Jumlah 4.716,72 4.650,78

Page 53: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

43

semakin kuat. Urbanisasi ke Jakarta di sisi yang lain berpotensi

menimbulkan permasalahan terkait dengan peningkatan pengangguran

dan kemiskinan. Hal tersebut terutama disebabkan oleh ketidaksiapan

pekerja migran dalam mencari pekerjaan dengan keahlian yang dimiliki.

Selain itu, masalah urbanisasi yang tidak segera ditangani juga berpotensi

meningkatkan ketimpangan pendapatan di wilayah Jakarta.

Ketimpangan pendapatan lebih dipengaruhi oleh kenaikan pendapatan

yang signifikan pada golongan masyarakat berpendapatan tinggi,

sedangkan kenaikan pendapatan pada golongan masyarakat

berpendapatan rendah relatif terbatas.

B. Kesejahteraan

Perbaikan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi DKI Jakarta

ditengarai turut memengaruhi penurunan penduduk miskin2 pada

semester I 2013. Pada semester I 2013 jumlah penduduk miskin di DKI

Jakarta mencapai 354,19 ribu orang. Jumlah tersebut berkurang 9,01

ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu,

besarnya pengeluaran yang digunakan sebagai rujukan penentuan Garis

Kemiskinan (GK) tercatat sebesar Rp407.437 per kapita per bulan 3 ,

meningkat dibandingkan dengan semester I tahun lalu sebesar

Rp379.052 per kapita per bulan.

Tabel V.4 Indikator Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta

Sumber: Susenas, BPS Provinsi DKI Jakarta

Rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin

menjauhi garis kemiskinan. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya

indeks kedalaman kemiskinan Provinsi DKI Jakarta dari 0,499 pada

semester I 2012 menjadi 0,629 pada semester I 2013. Senada dengan hal

tersebut, ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin

melebar yang berarti pengeluaran penduduk miskin memiliki tingkat

variasi yang tinggi. Kondisi demikian ditunjukkan oleh indeks keparahan

2 Penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah GK. 3 Peran pengeluaran untuk komoditas makanan dalam GK yaitu sebesar 65,88%, selebihnya komoditas nonmakanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Indikator Semester I 2012 Semester II 2012 Semester I 2013Garis Kemiskinan 379,052                392,571                  407,437               a. Makanan 244,832                 253,839                  268,419                b. Bukan Makanan 134,220                 138,732                  139,018                Jumlah Penduduk Miskin (ribu orang) 363.20 366.77 354.19Persentase Penduduk Miskin 3.69 3.70 3.55Indek Kedalaman Kemiskinan 0.499 0.557 0.629Indeks Keparahan Kemiskinan 0.129 0.151 0.169

Page 54: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

44

kemiskinan yang juga mengalami kenaikan dari 0,129 (semester I 2012)

menjadi 0,169 (semester I 2013).

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 55: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

45

BAB VI

PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI

Perekonomian Jakarta pada triwulan III 2013 diprakirakan tumbuh sekitar

6,2% - 6,6%(yoy). Prediksi kenaikan pertumbuhan ekonomi didorong oleh

masih kuatnya konsumsi serta perbaikan investasi. Kuatnya konsumsi

diperkirakan terkait dengan faktor Lebaran dan pencairan gaji ke-13 PNS dan

TNI-POLRI yang akan mendukung terjaganya daya beli. Sementara itu,

perbaikan investasi didukung oleh pembangunan proyek-proyek infrastruktur.

Keseluruhan tahun 2013, perekonomian Jakarta diprakirakan tumbuh sebesar

6,2% - 6,6%.

Inflasi pada triwulan III 2013 diprakirakan sebesar 8,3% - 8,7%. Tekanan

inflasi diperkirakan berasal dari dampak lanjutan kenaikan harga BBM

bersubsidi terutama terhadap biaya transportasi. Di samping itu, risiko

kenaikan harga pangan masih cukup besar.

A. Pertumbuhan Ekonomi

Prospek ekonomi Jakarta tidak terlepas dari perkembangan ekonomi

global. Pemulihan ekonomi dunia masih berada di level terbatas pada

semester I 2013. Rilis prospek pertumbuhan ekonomi oleh lembaga

Consensus Forecast pada Juni 2013 mengindikasikan perlambatan

pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam di negara berkembang dan

emerging market. Kondisi ini membuat dilakukannya koreksi pertumbuhan

ekonomi global untuk tahun 2013 dan 2014. Sementara itu, prospek

terhadap pertumbuhan ekonomi di negara maju tidak berubah sejalan

dengan adanya indikasi stabilnya perekonomian Amerika Serikat dan

beberapa negara Eropa.

Tahun 2013, pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan emerging

market diprakirakan lebih rendah dari proyeksi awal tahun.

Perekonomian China, India dan beberapa negara ASEAN diprediksi

mengalami perlambatan. Perlambatan negara mitra dagang utama seperti

China selain disebabkan oleh melemahnya permintaan global, juga terkait

dengan overheating economy akibat pertumbuhan yang begitu tinggi selama

beberapa tahun terakhir. Beberapa negara mitra dagang Indonesia juga lebih

mendorong konsumsi dalam negeri dalam rangka menjaga aliran devisa ke

luar. Dengan kondisi tersebut, diperkirakan kinerja ekspor dan investasi di

Jakarta berpotensi untuk tetap tumbuh dalam level yang terbatas ke depan.

Adapun potensi meningkatkan ekspor dan investasi di Jakarta terutama

berasal dari Jepang, yang kebijakan stimulus fiskalnya masih berlanjut yang

terbukti mendukung perekonomian.

Page 56: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

46

Tabel VI.1. Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global

Proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2013 diperkirakan

tumbuh lebih lambat daripada perkiraan awal. Hal itu terkait dengan

kondisi perekonomian global yang belum menunjukkan perbaikan.

Perlambatan ekspor berpotensi terus berlanjut, terkait dengan lemahnya

permintaan global baik untuk komoditas manufaktur maupun sumber daya

alam. Sementara itu, investasi diprediksi stagnan yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor, utamanya persepsi terhadap kondisi perekonomian yang

melambat dan perlemahan konsumsi domestik. Konsumsi rumah tangga pada

triwulan III 2013 juga diperkirakan berada pada posisi stagnan, dan demikian

halnya dengan investasi.

Perekonomian Jakarta pada triwulan III 2013 diprakirakan tumbuh

pada kisaran 6,2% - 6,6% (yoy). Pertumbuhan ekonomi tersebut terutama

bersumber dari konsumsi domestik dan ekspor. Masih kuatnya konsumsi

domestik terkait dengan masih terjaganya daya beli yang antara lain didukung

oleh adanya pembayaran gaji ke-13. Selain itu, masih berlangsung

penyelenggaraan berbagai kegiatan berskala besar seperti Jakarta Great Sale

dan Jakarta Fair turut mendorong konsumsi rumah tangga.

Sektor industri pengolahan Jakarta diprakirakan tumbuh terbatas

pada triwulan III 2013. Pertumbuhan yang terjadi dipengaruhi oleh adanya

indikasi perbaikan ekspor manufaktur. Pertumbuhan sektor industri juga

terkait dengan peningkatan produksi untuk mengantisipasi peningkatan

permintaan pada masa puasa dan lebaran, khususnya pada industri makanan

dan minuman, pakaian jadi dan kendaraan bermotor. Permintaan akan

kendaraan bermotor baru pada masa menjelang Lebaran memberikan

dampak positif terhadap pertumbuhan industri kendaraan bermotor serta

suku cadang di Jakarta. Sementara itu, industri percetakan dan media

rekaman juga berpotensi tumbuh meningkat pada triwulan III 2013 sejalan

dengan maraknya iklan (promosi) produk konsumsi pada masa menjelang

Lebaran melalui media cetak maupun elektronik. Selain itu, peningkatan

belanja kampanye Pemilu 2014 juga turut mendukung kinerja industri

percetakan dan media rekaman di Jakarta.

2011 2012 2013 2014 2013 2014Output Dunia 3.9 3.2 3.2 3.9 –0.1 –0.1   Negara Maju 1.6 1.3 1.2 2.1 0.0 0.0   Negara Emerging  & Berkembang 6.2 5.1 5.6 6.0 –0.2 ‐0.1Sumber : Consensus Forecast, Juni 2013

YoY (%)Realisasi Proyeksi Selisih Dengan Perkiraan Mei 2013

Page 57: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

47

Meskipun demikian, perlu dicermati beberapa risiko yang dapat

berpengaruh pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Hasil Survei

Konsumen (SK) Bank Indonesia pada Juli 2013 menunjukkan masih

berlanjutnya penurunan indeks keyakinan konsumen. Pesimisme dan

kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian secara umum juga searah

dengan tren penurunan konsumsi barang kebutuhan tahan lama serta

ekspektasi dalam melakukan kegiatan usaha (Grafik VI.1). Adanya kenaikan

harga BBM bersubsidi turut memengaruhi sentimen negatif konsumen

tersebut.

Realisasi investasi di Jakarta pada triwulan III 2013 diprakirakan

tumbuh meningkat. Peningkatan terjadi baik pada investasi bangunan

maupun nonbangunan. Peningkatan investasi bangunan didukung oleh

pembangunan properti komersial terutama apartemen dan ruang kantor.

Rencana kenaikan suku bunga KPR terkait dengan kenaikan BI rate sebagai

suku bunga acuan ditengarai tidak memberikan dampak yang cukup besar

pada permintaan properti komersial. Sementara itu, investasi di properti

komersial khususnya ruang ritel diperkirakan akan stagnan sejalan dengan

terbatasnya aktivitas bisnis dan perdagangan.

Realisasi proyek pemerintah terkait infrastruktur diperkirakan juga

meningkat. Beberapa proyek besar seperti pembangunan MRT Tahap 1 dan

monorel, yang telah selesai proses kontraknya, diperkirakan dimulai pada

triwulan mendatang. Selain itu, beberapa proyek pembangunan infrastruktur

yang tengah berjalan saat ini (tol akses Tanjung Priok, jalur kereta Bandara

Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Kalibaru) masih akan terus berlanjut.

Tabel VI.2 Prospek Properti Komersial Jakarta

Sumber: Cushmann Wakefield Indonesia, diolah

Investasi nonbangunan terutama terfokus pada revitalisasi mesin

produksi di sektor industri. Kenaikan upah buruh dan TTL mendorong

pelaku usaha, terutama di sektor industri, untuk meningkatkan proses

g(qtq) g(yoy)

Okupansi 0.01% ‐1.60% ↔

Sewa Ruang Kantor Kelas A 15.90% 41.20% ↑

Penyerapan (Meter Persegi) ‐58.60% ‐52.50% ↑

g(qtq) g(yoy)

Jakarta 0.47 0.86 ↔

Lokasi Zona Primer 1.17 4.32 ↔

Lokasi Zona Sekunder 0.00 1.17 ↔

Kantor SewaQ1‐2013 Outlook  

(12 Bulan)

Retail SewaQ1‐2013 (Sewa) Outlook  

(12 Bulan)

Page 58: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

48

otomasi melalui investasi mesin-mesin yang lebih efisien. Disamping itu,

rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan kuantitas dan

kualitas pelayanan transportasi publik, antara lain melalui peremajaan moda

transportasi, diperkirakan juga berdampak positif pada kinerja investasi

nonbangunan.

Tabel VI.3 Pertumbuhan Ekonomi Jakarta– Sisi Permintaan Jakarta (%, yoy)

Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan III 2013

didukung oleh sektor PHR; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan

sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. Peningkatan kinerja

sektor PHR terutama bersumber dari subsektor perdagangan. Hal ini

dipengaruhi oleh pola musiman kenaikan konsumsi rumah tangga pada masa

puasa dan Lebaran serta tahun ajaran baru. Perdagangan Jakarta ditengarai

meningkat pada triwulan III 2013 khususnya untuk produk makanan jadi dan

pakaian jadi (garmen).

Peningkatan kinerja di sektor pengangkutan dan komunikasi juga

terkait dengan faktor Lebaran. Selama masa Lebaran terdapat lonjakan

jumlah penumpang dan barang. Hal itu mendorong penambahan armada

angkutan darat, laut, dan udara wilayah Jakarta. Peningkatan kunjungan pada

masa libur sekolah juga diperkirakan turut mendukung pertumbuhan

subsektor pengangkutan pada triwulan III 2013. Tren peningkatan arus

bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok terkait dengan kenaikan impor

yang cukup signifikan pada awal triwulan III 2013 diperkirakan turut

memberikan dampak positif pada kinerja subsektor pengangkutan. Demikian

pula dengan subsektor komunikasi mengalami peningkatan kinerja terkait

penggunaan jasa telekomunikasi yang lebih tinggi pada masa Lebaran.

Sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan tetap mendukung

pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan III 2013, walaupun

diperkirakan tumbuh melambat. Penyaluran kredit yang menurun sebagai

akibat dari perlambatan ekonomi dan kenaikan suku bunga akan

II III IV Total I II III IV Total I II III‐p Total‐p

    Konsumsi Rumah Tangga 6.3 6.1 5.9 6.2 6.1 6.4 6.6 6.1 6.3 5.7 5.9 6.3 5.9‐6.3

    Konsumsi Pemerintah 2.1 1.4 6.9 3.7 5.1 7.1 ‐0.4 ‐4.8 1.1 0.4 2.8 5.8 4.3‐4.7

    Investasi 10.1 11.2 9.3 10.0 8.0 11.0 7.1 8.2 9.0 5.9 5.0 5.4 6.1‐6.5

    Ekspor 11.0 12.2 12.4 12.2 8.7 6.5 4.3 5.8 6.3 5.7 4.7 4.7 5.3‐5.7

    Impor 12.0 13.4 12.6 12.8 9.5 8.6 4.3 5.3 7.0 4.3 3.2 3.8 4.4‐4.8

    P D R B  6.7 6.7 6.6 6.7 6.4 6.7 6.4 6.5 6.5 6.5 6.3 6.4 6.2‐6.6

Sumber: BPS DKI JakartaP Perkiraan Bank Indonesia

PDRB Sisi Permintaan

20122011 2013p2013

Page 59: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

49

berpengaruh pada pendapatan perbankan. Namun pendapatan dari fee

based diperkirakan akan tetap terjaga dengan semakin tingginya penggunaan

jasa consumer banking. Di sisi lain, pendapatan lembaga keuangan

nonperbankan berpotensi meningkat dengan adanya peningkatan penjualan

kendaraan bermotor dengan sistem kredit dan suku bunga yang kompetitif.

Tabel VI.4 Pertumbuhan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (%, yoy)

Mencermati perkembangan di atas perekonomian Jakarta keseluruhan

tahun 2013 diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,2% - 6,6% (yoy).

Sumber pertumbuhan utama masih berasal dari konsumsi domestik. Secara

sektoral, sektor PHR; sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,

real estate dan jasa perusahaan diyakini tetap memberikan kontribusi terbesar

terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta di 2013.

Grafik VI.1 Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha dan Ketepatan Pembelian Barang

Tahan Lama

Grafik VI.2 Ekspektasi Inflasi

II III IV Total I II III IV  Total I II III‐p Total‐p

1. Pertanian 1.5 1.3 ‐5.1 0.8 0.5 0.9 0.1 1.4 0.8 1.5 0.7 0.7 0.3‐0.7

2. Pertambangan dan penggalian  12.6 5.7 ‐3.0 8.6 ‐1.1 ‐1.1 ‐0.3 ‐0.4 ‐0.9 ‐0.4 ‐0.7 0.1 (0.6)‐(0.2)

3. Industri pengolahan 1.7 1.9 1.5 2.4 1.5 4.0 3.3 1.9 2.4 1.9 1.5 1.6 2.1‐2.5

4. Listrik gas dan air bersih 4.7 3.5 3.5 4.0 3.8 3.8 4.2 4.5 4.5 3.8 2.6 4.0 4.1‐4.5

5. Konstruksi 9.0 8.5 7.3 7.9 6.2 6.2 6.6 7.8 6.9 6.5 6.3 6.7 6.7‐7.1

6. Perdagangan, hotel dan restoran 7.2 7.9 7.3 7.4 7.0 7.2 6.7 7.6 7.2 7.2 7.2 7.6 7.1‐7.5

7. Pengangkutan dan komunikasi 14.4 13.4 13.6 13.9 13.7 12.5 10.8 10.6 11.8 11.4 11.4 12.0 11.6‐12.0

8. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

5.1 4.8 5.4 5.0 5.1 5.3 5.4 5.4 5.4 5.7 5.4 5.0 5.1‐5.5

9. Jasa ‐ jasa 6.5 7.3 7.4 6.9 7.8 7.8 7.1 7.2 7.6 7.5 7.4 6.8 7.0‐7.4

PDRB 6.7 6.7 6.6 6.7 6.4 6.7 6.4 6.5 6.5 6.5 6.3 6.4 6.2‐6.6

Sumber: BPS DKI JakartaP Perkiraan Bank Indonesia

2012PDRB Sisi Sektoral

2011 2013p2013

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7

2009 2010 2011 2012 2013

INDEKSEkspektasi Kegiatan Usaha 6 bln yad

Indeks Konsumsi barang‐barang kebutuhan tahan lama

100

120

140

160

180

200

220

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011 2012 2013

Indeks

Perubahan harga umum 3 bulan yad

Perubahan harga umum 6 bulan yad

Page 60: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

50

B. Inflasi

Inflasi Jakarta pada akhir triwulan III 2013 diperkirakan berada pada

kisaran 8,3% - 8,7% (yoy). Dampak lanjutan kenaikan harga BBM

bersubsidi, naiknya TTL tahap ketiga, dan biaya pendidikan terkait tahun

ajaran baru diperkirakan memberikan andil terhadap inflasi pada triwulan

mendatang. Puncak peningkatan inflasi diprediksi terjadi pada awal triwulan

III 2013. Hal tersebut juga tercermin dari meningkatnya ekspektasi inflasi pada

triwulan III 2013 (Grafik VI.2). Risiko yang perlu dicermati yaitu masih

tingginya harga beberapa komoditas bahan makanan. Hal itu terkait dengan

keterbatasan pasokan akibat penurunan produksi pangan domestik, seiring

dengan berakhirnya masa panen. Meskipun demikian, masih terdapat

optimisme masuknya sejumlah bahan pangan impor menjelang Lebaran yang

akan menstabilkan harga. Mencermati perkembangan di atas, maka secara

keseluruhan tahun 2013, inflasi Jakarta diprakirakan sebesar 8,4%-8,8%

(yoy).

Page 61: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan I

II 2013

Sem

Tanj

pola

Leba

tung

pela

(yor)

7,8 h

sekit

dari

kont

bara

paso

peti

terga

dom

pena

men

men

kem

menjak per

jung Priok

musiman

aran tahun

ggu kapal

buhan peti

) telah menc

hari, naik da

tar 65% da

pelabuhan

tainer tertah

ang (clearan

okan dan ha

kemas ya

anggunya a

mestik. Pen

ampungan

ndorong ken

ngingat adan

as di area p

Ta

Daya Duk

rtengahan

diperkirak

peningkata

2013, terja

di pelabuh

kemas Tanj

capai 110%

ari sebelumn

an dwelling

lain di kaw

han akibat

ce) yang dit

arga bebera

ang awaln

aktivitas pen

ngapalan m

sementara

naikan biay

nya denda p

pelabuhan.

abel B3.1. Wa

Sumber : S

BO

kung Pelab

Juni 2013

kan telah m

an impor m

adi penump

han Jakarta

ung Priok y

% dan dwelli

nya rata-rata

time sekita

wasan (Tab

dari panjan

tengarai turu

pa komodit

nya dari im

ngangkutan

mobil dom

a di luar

ya yang cuk

progresif da

ktu Tunggu Ka

Studi Bank Dun

KS 3

buhan Bara

3, kapasita

melewati b

menjelang m

pukan baran

a. Hal ters

yang menun

ing time (wa

a 6 hari di 2

ar 4 hari un

el B3.1). D

ngnya prose

ut memberik

tas impor (k

mpor bahk

n peti kema

mestik tela

area pel

kup tinggi

ri pengguna

apal di Pelabuh

nia Jakarta, 20

ng Jakarta

as utilisasi

batas 100%

masuknya m

ng dan pen

sebut khusu

njukkan yard

aktu sandar

2011 dan 20

tuk menyam

iperkirakan

es administ

kan dampak

kecuali maka

kan telah

as ekspor m

ah dialihka

abuhan. K

bagi impor

aan lahan p

han Tanjung P

011

di pelab

%. Seiring de

masa puasa

ningkatan w

usnya terja

d occupancy

kapal) men

012. Idealny

mai produkt

lebih dari

rasi pengel

k pada kesta

anan). Akum

berimbas

maupun dist

an ke te

Kondisi ter

tir dan eks

penyimpanan

riok

uhan

engan

a dan

waktu

adi di

y ratio

ncapai

a, yor

tivitas

3000

uaran

abilan

mulasi

pada

tribusi

empat

rsebut

sportir

n peti

51

Page 62: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Tw II 2013 (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata

Triwulan II 2013

52

Selain masalah daya dukung pelabuhan, kondisi infrastruktur jalan

pelabuhan juga sudah tidak memadai lagi. Pergerakan kendaraan di jalan

pelabuhan yang telah melebihi kapasitasnya maupun kondisi fisik jalan

pelabuhan yang mengalami kerusakan turut memperlambat proses

pengeluaran peti kemas. Kontak liaison dari industri logistik yang beroperasi

di wilayah Jakarta mengindikasikan adanya potensi risiko yang cukup besar

dari bottleneck di Pelabuhan Tanjung priok apabila tidak ditangani secara

tuntas. Pola musiman kenaikan impor barang untuk persiapan Lebaran dan

terlampauinya kapasitas terpasang di Pelabuhan Tanjung Priok perlu

diantisipasi secara dini untuk menghindari gangguan distribusi barang yang

berpotensi menyumbang inflasi. Biaya logistik di wilayah Jabodetabek sendiri

termasuk salah satu yang cukup tinggi di Indonesia mengingat kepadatan

angkutan barang (survei LPEM UI 2005).

Grafik B3.1 Penumpukan Kontainer Grafik B3.2 Kepadatan dan Kondisi Jalan

di Pelabuhan Tanjung Priok

Daya dukung pelabuhan barang Jakarta yang sudah tidak memadai

lagi perlu diantisipasi dengan perencanaan yang komprehensif. Selain

pembangunan jalan akses khusus pelabuhan dan perluasan pelabuhan ke Kali

Baru, perlu dipikirkan integrasi yang lebih baik dengan sistem dryport yang

telah dibangun di Cikarang. Pertumbuhan volume barang melalui Cikarang

Dryport sendiri sangat signifikan, yakni diatas 90% sepanjang 3 tahun

terakhir. Terkait dengan hal tersebut, dukungan dan koordinasi antar instansi

memegang peranan penting.