KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan...

99
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2012

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan...

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

TRIWULAN II-2012

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2012

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”.

Misi Bank Indonesia: “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia: “Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan”.

Visi Kantor Bank Indonesia Medan: “Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan”.

Misi Kantor Bank Indonesia Medan: “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”.

Kalender Publikasi Periode Publikasi Publikasi KER Triwulan I Pertengahan Mei KER Triwulan II Pertengahan Agustus KER Triwulan III Pertengahan November KER Triwulan IV Pertengahan Februari

Penerbit: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX Jl. Balai Kota No.4 MEDAN, 20111 Indonesia Telp : 061-4150500 ext. 8224, 8273 Fax : 061-4152777 , 061-4534760 Homepage : www.bi.go.id Email : [email protected]

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku

Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan II-2012 ini akhirnya dapat kami sajikan kepada para pembaca sekalian. Buku KER ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan II-2012 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, perbankan, keuangan daerah, dan sistem pembayaran, serta prospek ekonomi Sumut ke depan dalam rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para stakeholders Bank Indonesia.

Secara umum kondisi perekonomian Sumut pada triwulan II-2012 masih menunjukkan optimisme dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya di tengah penurunan permintaan global atas dua komoditas ekspor utama Sumatera Utara yaitu karet alam dan CPO sebagai dampak krisis ekonomi global. Ekonomi Sumut di triwulan ini tumbuh 6,29% (yoy), relatif stabil jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,32% (yoy). Tingginya angka pertumbuhan ini juga disokong oleh pembiayaan dari perbankan yang tumbuh cukup tinggi di triwulan ini yaitu sebesar 21,90% (yoy).

Sementara itu, kenaikan inflasi di Sumut hingga mencapai 5,52% (yoy) pada triwulan II-2012 patut mendapatkan perhatian agar bisa kendalikan pada level yang lebih rendah. Namun demikian kami yakin dengan koordinasi yang baik antara Bank Indonesia dengan instansi lainnya di daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah kita mampu menjaga laju inflasi pada level yang diharapkan.

Dengan memperhatikan kondisi-kondisi tersebut kami yakin perekonomian Sumut masih masih bisa tumbuh 6,50% ± 1% pada triwulan III-2012. Sementara inflasi diperkirakan masih terjaga di level 4,8% ± 1%.

Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

Nasser Atorf Direktur Eksekutif

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Daftar Isi ii

Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................. i Daftar Isi .......................................................................................................................ii Daftar Tabel .................................................................................................................. iv Daftar Grafik ................................................................................................................ v Daftar Lampiran ........................................................................................................... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................... viii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ..................................................... 1

1.1. Kondisi Umum ............................................................................................ 1 1.2. Sisi Permintaan ........................................................................................... 2 1.2.1. Konsumsi .......................................................................................... 3 1.2.2. Investasi ............................................................................................ 5 1.2.3. Ekspor dan Impor ............................................................................... 8 1.3. Sisi Penawaran ......................................................................................... ....11

1.3.1. Sektor Pertanian ............................................................................... 12 1.3.2. Sektor Industri Pengolahan ................................................................ 14 1.3.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran .............................................. 15 1.3.4. Sektor Keuangan .............................................................................. 17 1.3.5. Sektor Bangunan .............................................................................. 17 1.3.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ................................................ 18

BOKS 1 Penguatan Daya Saing Karet Alam Sumatera Utara dengan Replanting ............. 20 BOKS 2 Penguatan Optimisme Konsumen Suamtera Utara .......................................... 22 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ...................................................................... 25

2.1. Kondisi Umum ......................................................................................... 25 2.2. Inflasi Triwulanan ...................................................................................... 25

2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa .......................................... 27 2.2.2. Inflasi Menurut Kota .......................................................................... 32

2.3. Inflasi Tahunan ......................................................................................... 32 2.3.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa .......................................... 33

2.3.2. Inflasi Menurut Kota .......................................................................... 37 2.4. Faktor-Faktor Penyebab Inflasi ...................................................................... 38

BOKS 3 Stok Komoditas Daging Memadai ................................................................... 42 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ................................... 43

3.1. Kondisi Umum ......................................................................................... 43 3.2. Intermediasi Perbankan .............................................................................. 44

3.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat ....................................................... 44 3.2.2. Penyaluran Kredit ............................................................................. 46 3.2.3. Penyaluran Kredit UMKM ................................................................... 49

3.3. Stabilitas Perbankan .................................................................................. 50 3.3.1. Resiko Kredit ................................................................................... 50

3.3.2. Resiko Likuiditas ............................................................................... 51

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Daftar Isi iii

3.4. Perbankan Syariah ..................................................................................... 52 3.5. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ..................................................................... 53 3.6. Sistem Pembayaran Non Tunai .................................................................... 54

3.6.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara ......................... 54 3.6.2. Kegiatan Transaksi Kliring .................................................................. 55

3.7. Sistem Pembayaran Tunai ........................................................................... 56 3.7.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal(Inflow dan Outflow) .......................... 56

3.7.2.Temuan Uang Palsu ........................................................................... 57 3.7.3. Penyediaan Uang Layak Edar .............................................................. 57

BOKS 4 Edukasi Keuangan Dini: Olimpiade Perbankan ................................................ 59 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ............................................................... 61

BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ............................... 63

5.1. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah ...................................................... 63 5.2. Perkembangan Kesejahteraan Daerah .......................................................... 66

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH .................................................................... 68 6.1. Perkiraan Ekonomi .................................................................................... 68 6.2. Perkiraan Inflasi Daerah .............................................................................. 69

LAMPIRAN

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Daftar Isi iv

Daftar Tabel

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan ................................................ 2 1.2 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara ............................................. 7 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut ..................................................................... 10 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok Komoditi Provinsi Sumut ........................... 10 1.5 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Utama Sumut ....................................................... 10 1.6 Perkembangan Volume Ekspor Komoditi Utama Sumut .................................................. 10 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumut dari Sisi Penawaran .............................................. 14 1.8 Perkembangan Produksi Padi dan Jagung ..................................................................... 16 1.9 Indikator Kinerja Perbankan Propinsi Sumut ................................................................... 20 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Tw.IV-2011 ............................................. 26 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Tw.IV-2011 ........................................... 26 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ............................... 27 2.4. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) .......................................................... 32 2.5. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) ................................... 33 2.6. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) .......................................................... 38 2.7. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%, yoy) ............... 38

3.1. Indikator Utama Perbankan Sumut ............................................................................... 44 3.2. Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi .......................................... 48 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut ................................................................... 52 3.4. Indikator Utama BPR Sumut ........................................................................................ 53 3.5. Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara ................................................................ 54 3.6. Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara .................................................................. 55

5.1. Pemberangkatan TKI menurut Daerah Asal dan Status Pekerja (Mei 2012) ................. 65 5.2. Pemberangkatan TKI menurut Daerah Asal dan Jenis Kelamin (Mei 2012) .................. 66

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Daftar Isi v

Daftar Grafik

1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut ................................................................. 1 1.2. Struktur Perekonomian Sumut ....................................................................................... 1 1.3. Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Sumut ................................................................... 3 1.4. Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Perdagangan Eceran SPE ....................................................................................................... 3 1.5. Perkembangan Survei Konsumen Propinsi Sumut .............................................................. 5 1.6. Perkembangan Indeks NTPR Propinsi Sumut ..................................................................... 5 1.7. Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Propinsi Sumut ...................................................... 5 1.8. Perkembangan Rekening Pemerintah Daerah Sumut di Perbankan ...................................... 6 1.9. Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Sumatera Utara ...................................................... 6 1.10. Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Sumut ..................................................................... 7 1.11. Perkembangan Kredit Investasi Sumut ........................................................................... 7 1.12. Perkembangan Penjualan Semen Sumut ......................................................................... 8 1.13. Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sumut ............... 8 1.14. Impor Capital Goods Sumut ......................................................................................... 8 1.15. Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Sumut ........................................... 9 1.16. Perkembangan Nilai Ekspor Sumut ................................................................................. 9 1.17. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Utama Sumut ...................................................... 10 1.18. Perkembangan Volume Ekspor Komoditi Utama Sumut ................................................. 10 1.19. Perkembangan Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Sumut .............................. 11 1.20. Negara Tujuan Ekspor Sumut ..................................................................................... 11 1.21. Perkembangan Nilai Impor Sumut ................................................................................ 13 1.22. Pertumbuhan Volume Impor Sumut per Kategori Barang (%) .......................................... 13 1.23. Presentase Nilai Impor Sumut per Kategori Barang .......................................................... 13 1.24. Negara Asal Impor Sumut ........................................................................................... 13 1.25. Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Sumut ....... 14 1.26. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut ............................................................... 14 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumut ............................................................... 14 1.28. Perkembangan Nilai Tukar Perkebunan Rakyat (NTPR) Sumut ............................................ 14 1.29. Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut ..................................... 16 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Sumut ................................................. 16 1.31. Pertumbuhan PDRB Sektor PHR Sumut ......................................................................... 18 1.32. Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumut ................................................................. 18 1.33. Perkembangan Kredit Sektor PHR Propinsi Sumut ........................................................... 19 1.34. Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sumut ............... 21 1.35. Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Sumut .............................................................. 21 1.36. Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Sumut ............................. 21 1.37. Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumut ......................................................... 21 2.1. Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional .............................................................................. 25 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional ............................................................................. 25 2.3. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut ................................................... 27 2.4. Perkembangan Harga Cabe Merah di Kota Medan ......................................................... 28 2.5. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut ............................................................. 28 2.5. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, rokok & Tembakau di Sumut ........... 29 2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut ........... 29 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan ........................................................................ 31

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Daftar Isi vi

2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut ....... 31 2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut ............................ 32 2.11. Inflasi Kelompok Bahan Makanan .............................................................................. 33 2.12. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok & Tembakau di Sumut .......................... 34 2.13. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut ............................................ 35 2.14. Inflasi Kelompok Sandang .......................................................................................... 35 2.15. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................................... 36 2.16. Inflasi Kelompok Kesehatan ....................................................................................... 37 2.17. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ....................................... 37 2.18. Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/Jasa ........................................ 39 2.19. Disagregasi Inflasi Sumut ........................................................................................... 41 3.1. Perkembangan DPK Sumut ......................................................................................... 45 3.2. Struktur DPK Sumut ................................................................................................... 45 3.3. Perkembangan Suku Bunga DPK .................................................................................. 46 3.4. Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut ....................................................................... 46 3.5. Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan .................................................................... 46 3.6. Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumut ....................................................... 47 3.7. Perkembangan Suku Bunga, BI rate, dan Penyaluran Kredit Sumut .................................... 47 3.8. Perkembangan Kredit UMKM Sumut ............................................................................ 49 3.9. Pangsa Kredit UMKM Sumut ....................................................................................... 49 3.10. Perkembangan Penyaluran KUR Sumut ........................................................................ 49 3.11. Perkembangan Debitur KUR Sumut ............................................................................. 49 3.12. Perkembangan NPL Perbankan Sumut ......................................................................... 51 3.13. Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Sumut (%) ...................................... 53 3.14. Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Sumut (%) ........................................ 53 3.15. Perkembangan NPL BPR Sumut ................................................................................... 54 3.16. Perkembangan Cek/ BG Kosong Perbankan Sumut ........................................................ 56 3.17. Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Sumatera Utara ..................... 56 3.18. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara ............................................................. 57 4.1. Perkembangan APBD Provinsi Sumatera Utara ................................................................ 61 5.1. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ......................................................................... 63 5.2. SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja ............................................................................... 64 5.3. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan ............................................... 67 5.4. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan ............................................... 67

6.1. Indeks Ekspektasi Konsumen ....................................................................................... 68 6.2. Ekspektasi Konsumen ................................................................................................. 69

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Daftar Isi vii

Daftar Lampiran

A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha

B. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga

Konstan 2000 (qtq, %)

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank
Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank
Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Ringkasan Eksekutif

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Ringkasan Eksekutif viii

RINGKASAN EKSEKUTIF

GAMBARAN UMUM

Pada triwulan II-2012 perekonomian Provinsi Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,29% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 6,30% (yoy) walaupun masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,40% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Sumut pada triwulan laporan ditunjang oleh konsumsi dan kegiatan investasi yang tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor-sektor ekonomi andalan Sumatera Utara yaitu sektor PHR dan industri pengolahan tetap menunjukkan pertumbuhan walaupun cenderung melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor pertanian mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan datangnya musim panen pada triwulan laporan.

Provinsi Sumatera Utara mengalami tekanan inflasi yang lebih besar dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan ini, inflasi Sumut mencapai 5,52% (yoy) atau 1,51% (qtq). Peningkatan laju inflasi tersebut salah satunya dipicu oleh musim libur sekolah dan tahun ajaran baru. Ditinjau dari disagregasi inflasi, inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan II-2012 lebih banyak didominasi oleh inflasi volatile foods (7,87%), diikuti dengan inflasi inti (5,04%), dan inflasi administered prices (4,00%). Dari sisi jenis komoditas, tekanan inflasi lebih bersumber pada komoditas volatile foods khususnya cabe merah.

Fungsi intermediasi perbankan Provinsi Sumatera Utara sampai dengan triwulan II-2012 tetap menunjukkan peningkatan dengan stabilitas sistem keuangan (risiko kredit dan risiko likuiditas) yang masih terjaga. Bahkan secara tahunan, indikator pertumbuhan aset perbankan baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh secara signifikan. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik yang terlihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang masih di bawah 5%. Kegiatan intermediasi perbankan pada periode laporan juga menunjukkan peningkatan yang ditunjukkan oleh peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 85,17% pada triwulan I-2012 menjadi 91,23%. Di sisi lain jumlah transaksi sistem pembayaran tunai maupun non tunai juga menunjukkan peningkatan sejalan dengan peningkatan transaksi perekonomian.

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Ringkasan Eksekutif ix

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perekonomian

Sumut pada

triwulan II-2012

tumbuh 6,29%

(yoy)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Pada triwulan II-2012 perekonomian Provinsi Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,29% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 6,30% (yoy). Namun demikian tren pertumbuhan ekonomi mulai menunjukkan perlambatan yang diindikasikan dengan rendahnya angka pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

Dari sisi permintaan, perekonomian Sumut tumbuh relatif stabil pada triwulan II-2012. Kegiatan investasi tercatat memberikan pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan aktivitas perekonomian lainnya dari sisi permintaan. Sementara itu, kegiatan perdagangan internasional menunjukkan perlambatan seiring dengan tren penurunan harga komoditi di pasar internasional serta menurunnya permintaan ekspor komoditi utama Sumut yaitu CPO dan Karet.

Konsumsi pada triwulan II-2012 tumbuh 5,63% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,36% (yoy). Komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu konsumsi pemerintah pada triwulan laporan tumbuh sebesar 5,26% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,63% (yoy). Peningkatan ini seiring dengan mulainya realisasi anggaran pemerintah pada triwulan laporan.

Pada triwulan II-2012 kegiatan investasi tumbuh sebesar 11,67% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 8,31% (yoy). Berdasarkan informasi dari liason contact, pada triwulan laporan diketahui adanya beberapa perusahaan terutama perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan yang menyatakan akan melakukan realisasi investasinya berupa pembangunan pabrik baru, pembelian mesin, serta intensifikasi lahan.

Kegiatan transaksi perdagangan internasional berdasarkan data PDRB pada triwulan II-2012 melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kinerja ekspor dan impor tercatat masing-masing tumbuh sebesar 4,02 % dan 5,01% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 6,46% dan 5,88% (yoy). Sementara itu, net ekspor pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar -2,53% (yoy). Kendati terjadi perlambatan pada transaksi perdagangan internasional Provinsi Sumatera Utara, neraca perdagangan masih mencatatkan net ekspor sebesar 365 Juta USD.

Dari sisi penawaran, struktur perekonomian pada triwulan laporan masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor PHR. Kinerja sektor industri pengolahan dan sektor PHR tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor Pertanian menunjukkan tren yang meningkat pada triwulan laporan. Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mengalami

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Ringkasan Eksekutif x

RINGKASAN EKSEKUTIF

Inflasi Sumut pada

triwulan II-2011

sebesar 5,52%

(yoy) atau 1,51%

(qtq)

pertumbuhan yang positif dengan tumbuh sebesar 3,60% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,58% (yoy). Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX juga menunjukkan arah yang sama. Di sisi lain, kredit perbankan untuk kegiatan sektor pertanian pada triwulan laporan masih menunjukkan tren yang meningkat seiring dengan dimulainya musim tanam pada periode ini.

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II-2012 tercatat tumbuh sebesar 2,37% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 2,68% (yoy). Beberapa indikator sektor industri pengolahan seperti hasil SKDU dan indeks pertumbuhan produksi manufaktur memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan sektor industri pengolahan. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX menunjukkan arah yang sama, dimana pada triwulan laporan realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan menunjukkan tren yang menurun dengan nilai SBT sebesar 4,37 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,27.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan II-2012 tumbuh sebesar 8,29% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,80% (yoy). Kendati mengalami perlambatan, kinerja sektor PHR masih tumbuh cukup signifikan dan tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhannya selama 3 tahun terakhir sebesar 7,79%. Memasuki triwulan II-2012, kinerja sektor PHR dipicu oleh faktor musiman seiring dengan banyaknya liburan nasional serta mulai masuknya liburan tahun ajaran baru.

PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi triwulanan periode ini tercatat sebesar 1,51% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu sebesar 0,63% (qtq). Peningkatan laju inflasi tersebut salah satunya dipicu oleh musim libur sekolah dan tahun ajaran baru. Secara tahunan, inflasi Sumatera Utara juga meningkat menjadi 5,52% (yoy) dari sebelumnya sebesar 3,86% (yoy). Ditinjau dari disagregasi inflasi, inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan II-2012 lebih banyak didominasi oleh inflasi volatile foods (7,87%), diikuti dengan inflasi inti (5,04%), dan inflasi administered prices (4,00%).

Kelompok bahan makanan memiliki tingkat inflasi triwulanan yang tertinggi dibandingkan kelompok lainnya, yakni 2,82% (qtq). Komoditas bahan makanan yang memberikan andil cukup besar atas inflasi triwulan II-2012 adalah cabe merah, dencis, bawang putih, bawang merah, ikan kembung, beras, dan daging ayam ras.

Hampir seluruh kelompok barang dan jasa mengalami inflasi pada triwulan II-2012 kecuali kelompok sandang yang justru mengalami deflasi sebesar -0,43% (qtq). Sebaliknya kelompok bahan makanan yang pada triwulan I-2012 mengalami deflasi sebesar -

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Ringkasan Eksekutif xi

RINGKASAN EKSEKUTIF

Fungsi

Intermediasi

perbankan dan

transaksi sistem

pembayaran

Sumut triwulan II-

2012

menunjukkan

peningkatan.

0,27% (qtq), pada triwulan ini justru mengalami inflasi sebesar 2,82% (qtq).

Dari 4 kota di Sumatera Utara yang dihitung inflasinya, seluruh kota mengalami peningkatan laju inflasi. Inflasi triwulanan tertinggi terjadi di kota Sibolga, sebesar 2,33% (qtq), diikuti dengan inflasi kota Pematangsiantar sebesar 1,93% (qtq). Sementara itu, inflasi kota Medan dan Padangsidempuan masing-masing sebesar 1,44% (qtq) dan 1,18% (qtq).

Berbeda dengan inflasi triwulanan yang mengalami deflasi, kelompok sandang justru mengalami inflasi tahunan tertinggi dibandingkan kelompok lain. Inflasi tahunan kelompok sandang sebesar 10,74% (yoy). Sedangkan peningkatan inflasi tahunan (yoy) terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan yang meningkat dari 1,60% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 7,44% (yoy) pada triwulan II-2012. Kelompok lainnya juga mengalami peningkatan inflasi walaupun dalam level yang lebih kecil dibandingkan kelompok bahan makanan. Di sisi lain, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar justru mengalami penurunan inflasi dari 3,34% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 3,29% (yoy).

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Secara tahunan, indikator pertumbuhan aset perbankan baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh secara signifikan. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik yang terlihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang masih di bawah 5% walaupun naik tipis dari 2,37% pada triwulan I-2012 menjadi 2,47%. Angka ini juga masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata rasio NPL selama 2 tahun terakhir yang tercatat sebesar 2,80%. Kegiatan intermediasi perbankan pada periode laporan juga menunjukkan peningkatan yang ditunjukkan oleh peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 85,17% pada triwulan I-2012 menjadi 91,23%.

Total aset perbankan Sumut pada triwulan II-2012 mencapai Rp168,63 triliun, tumbuh sebesar 3,03% (qtq) atau 16,45% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp161,46 triliun (95,75%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp7,17 triliun (4,25%). Pertumbuhan ini memberikan keyakinan akan kinerja positif perbankan Sumut walaupun masih dalam tren penurunan angka pertumbuhan sejak triwulan II-2011.

Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan II-2012 tumbuh sebesar 0,56% (qtq) atau 11,71% (yoy) dengan total nilai sebesar Rp129,57 triliun, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya sebesar 1,14% (qtq). Relatif melambatnya pertumbuhan penghimpunan DPK perbankan pada periode ini diperkirakan merupakan dampak dari peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat serta tren penurunan suku bunga simpanan perbankan. Namun demikian, secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga mengalami kenaikan.

Sementara itu, penyaluran kredit perbankan di provinsi

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Ringkasan Eksekutif xii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Realisasi APBD Sumut pada triwulan II-2012mencapai 21,65%

Terjadi penurunan

tingkat

pengangguran

terbuka dan

peningkatan daya

beli petani.

Sumatera Utara justru mengalami kenaikan angka pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 2,99% (qtq) menjadi 7,72% (qtq). Demikian pula secara tahunan, kredit perbankan pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 21,90% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama 2 tahun terakhir yang tercatat sebesar 19,78%. Hal ini menunjukkan optimisme yang tinggi dari industri perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumut ke depan di tengah kontraksi perekonomian Sumut di triwulan ini.

Sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian pada awal tahun 2012, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Sumut pada triwulan II-2012 menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini ditandai oleh peningkatan volume transaksi baik tunai maupun non tunai secara tahunan.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi anggaran belanja APBD Provinsi Sumatera Utara sampai dengan 11 Juni 2012 tercatat telah mencapai 21,65% dari total Rp7,86 triliun. Tingkat realisasi tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi APBD pada periode yang sama yang mencapai 22,7% dari Rp4,5 triliun. Namun demikian secara nominal, realisasi belanja APBD pada triwulan ini mencapai Rp 1,7 triliun, masih lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada triwulan II-2011 sebesar Rp 1,5 triliun.

Masih rendahnya realisasi anggaran pada periode laporan antara lain disebabkan belum bisa direalisasikannya anggaran dana hibah dan bantuan sosial. Anggaran tersebut harus direvisi kembali karena dianggap tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 yang mewajibkan adanya verifikasi terlebih dahulu sebelum anggaran disetujui. Hingga saat ini, pemerintah provinsi Sumatera Utara sama sekali belum mencairkan anggaran ini.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Utara menunjukkan perkembangan yang semakin membaik. Beberapa indikator ketenagakerjaan dari survei yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan peningkatan. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dari Survei Konsumen pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 83,18, meningkat dibandingkan dengan indeks triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 63,81. Kondisi ketenagakerjaan yang membaik juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU).

Peningkatan indikator ini juga diikuti dengan kualitas tenaga kerja yang cukup baik yang antara lain terlihat dari besarnya porsi pengiriman TKI ke luar negeri yang bekerja di sektor formal dari Sumatera Utara yaitu sekitar 90% atau sebanyak 729 orang pada triwulan II 2012, sisanya sebanyak 10% atau sebanyak 82 orang bekerja di sektor informal.

Mengikuti membaiknya indikator ketenagakerjaan, beberapa indikator kesejahteraan juga menunjukkan hal serupa. Berdasarkan

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Ringkasan Eksekutif xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pertumbuhan

ekonomi sumut

triwulan III-2012

diproyeksikan

sebesar 6,5% ±

1% (yoy)

Inflasi triwulan

III-2012

diperkirakan

4,80%±1% (yoy)

hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, indeks penghasilan saat ini dan ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan II-2012 Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat sebesar 101,97, meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 101,79. Peningkatan NTP tersebut dapat mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan dari sisi petani.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perkiraan Ekonomi

Perekonomian Sumatera Utara tumbuh stabil sepanjang semester I, dan pada triwulan III-2012 diperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara terakselerasi menjadi 6,50%±1% (yoy). Laju pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang masih ditopang kuat oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah yang kian meningkat di semester II-2012.

Dari sisi neraca perdagangan, Sumatera Utara belum dapat berharap banyak dari pertumbuhan nilai ekspor di tengah pelemahan ekonomi negara maju yang belum membaik dan penurunan pertumbuhan ekonomi negara Cina yang juga merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor Sumatera Utara. Terlebih lagi, harga komoditas CPO dan karet yang terkoreksi, menyebabkan ekspor Sumatera Utara mengalami tekanan baik dari sisi volume maupun nilai atau harga satuannya.

Berdasarkan sisi penawaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan mendatang lebih banyak ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri meningkatkan aktivitas perdagangan secara signifikan.

Perkiraan Inflasi Daerah

Laju inflasi tahunan pada triwulan III-2012 diperkirakan berada pada kisaran 4,80%±1%. Hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX menunjukkan terdapat kecenderungan penurunan harga pada 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang. Meskipun demikian perlu dicermati pergerakan harga komoditas utama pasca Hari Raya Idul Fitri. Apabila setelah Idul Fitri kecenderungan harga tidak kembali ke level keseimbangannya (downward price rigidity), maka hal tersebut akan meningkatkan potensi tekanan inflasi.

Guna mengantisipasi kenaikan inflasi ke depan, TPID Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan merekomendasikan upaya pengendalian inflasi yang terbagi menjadi dua yaitu pengendalian jangka pendek selama satu dua bulan ke depan dan jangka menengah panjang.

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

“Kinerja Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan II-2012 relatif stabil serta masih

berada dalam tren positif walaupun lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

nasional. Indikator perekonomian sisi permintaan menunjukkan perekonomian masih ditopang

oleh tingkat konsumsi dan investasi, sedangkan dari sisi penawaran, kinerja perekonomian Sumut

tetap ditopang oleh sektor-sektor ekonomi utama“

1.1 KONDISI UMUM

Pada triwulan II-2012 perekonomian Provinsi Sumatera Utara kembali mencatatkan

pertumbuhan positif sebesar 6,29% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan I-2012

yang tumbuh sebesar 6,30% (yoy), walaupun masih di bawah pertumbuhan ekonomi

nasional sebesar 6,40% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tercatat masih lebih

tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 3 tahun terakhir. Namun

demikian tren pertumbuhan ekonomi mulai menunjukkan perlambatan semenjak triwulan III-2011

seiring dengan perlambatan perekonomian global yang mempengaruhi kinerja ekspor komoditi

utama Provinsi Sumatera Utara. Indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi juga ditunjukkan

dengan rendahnya angka pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

nasional.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Sumut pada triwulan laporan ditunjang

oleh konsumsi dan kegiatan investasi yang tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya dan tetap tumbuh positif sebagai motor perekonomian. Sementara itu, dari sisi

Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.2 Struktur Perekonomian Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

BBBAAABBB 111 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 2

Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

penawaran, sektor-sektor ekonomi andalan Sumatera Utara yaitu sektor PHR dan industri

pengolahan tetap menunjukkan pertumbuhan walaupun cenderung melambat dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor pertanian mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan datangnya musim panen pada triwulan laporan.

Sumbangan ketiga sektor ekonomi andalan tersebut tercatat sebesar 62,04% terhadap

total perekonomian secara keseluruhan atau menurun dibandingkan dengan share ketiga sektor

tersebut pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 62,91%. Komposisi ketiga sektor

ekonomi tersebut diantaranya adalah sektor pertanian (22,66%), industri pengolahan (20,47%),

dan PHR (18,90%). Besaran Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara atas

dasar harga konstan pada triwulan laporan sebesar Rp 32,9 triliun atau menurun sebesar Rp 57

miliar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

1.2 SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, perekonomian Sumut tumbuh relatif stabil pada triwulan II-

2012. Aktivitas konsumsi dan kegiatan investasi masih merupakan sektor yang dominan dalam

perekonomian Sumut. Kegiatan investasi tercatat memberikan pertumbuhan yang paling tinggi

dibandingkan dengan aktivitas perekonomian lainnya dari sisi permintaan. Sementara itu, kegiatan

perdagangan internasional menunjukkan perlambatan seiring dengan tren penurunan harga

komoditi di pasar internasional serta menurunnya permintaan ekspor komoditi utama Sumut yaitu

CPO dan Karet.

Peningkatan aktivitas konsumsi dikonfirmasi oleh peningkatan berbagai indikator aktivitas

konsumsi diantaranya Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR), Survei Konsumen (SK), jumlah

kredit perbankan sektor konsumsi, serta hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE). Tingginya aktivitas

konsumsi diperkirakan juga didukung oleh kembali pulihnya pola konsumsi masyarakat setelah

pemerintah memutuskan penundaan kenaikan harga BBM Bersubsidi pada triwulan sebelumnya.

Di sisi lain, kegiatan investasi di Sumut pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan

yang menggembirakan dan tercatat mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Sementara itu, transaksi perdagangan internasional Sumut pada triwulan

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

3 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

laporan cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya baik kegiatan ekspor

maupun impor. Secara keseluruhan, transaksi perdagangan internasional Sumut masih

mencatatkan surplus neraca perdagangan atau Net Ekspor sebesar 365 Juta USD.

1.2.1 Konsumsi

Konsumsi pada triwulan II-2012 tumbuh 5,63% (yoy), meningkat dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,36% (yoy). Komponen konsumsi rumah tangga

dan konsumsi pemerintah menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Indikator peningkatan konsumsi rumah tangga juga terlihat pada hasil Survei Penjualan Eceran (SPE)

yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX yang tumbuh sebesar 15,28%

(yoy) meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,53% (yoy).

Peningkatan aktivitas konsumsi rumah tangga juga didukung oleh mulainya tahun ajaran baru serta

banyaknya hari libur nasional pada triwulan II-2012.

Indikasi peningkatan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari hasil Survei Konsumen (SK)

pada triwulan II-2012, dimana Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat mengalami peningkatan

dari level pesimis sebesar 95,56 pada triwulan sebelumnya, kembali ke level optimis menjadi

sebesar 109,79. Optimisme konsumen cenderung meningkat pasca ditundanya kenaikan harga

BBM bersubsidi dan diperkirakan mengakibatkan pergeseran pola konsumsi pada triwulan ini.

Sementara itu, Indeks Keyakinan Ekonomi (IKE) juga memberikan arah yang sama dimana pada

triwulan II-2012 tercatat sebesar 105,4 atau mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 88,36. Indeks pembelian barang tahan lama

berdasarkan hasil Survei Konsumen juga memberikan konfirmasi terhadap tingginya tingkat

konsumsi masyarakat. Pada triwulan laporan indeks pembelian barang tahan lama tercatat sebesar

Grafik 1.3 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Perdagangan Eceran (SPE)

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 4

115,24 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih tergolong pesimis dengan

angka sebesar 86,99.

Peningkatan aktivitas konsumsi juga terkonfirmasi oleh perkembangan Nilai Tukar Petani

Perkebunan Rakyat (NTPR) di wilayah Sumut sebagai alat ukur kemampuan tukar barang-barang

(produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk

konsumsi rumah tangga. Pada triwulan laporan, NTPR berada pada indeks 100,50, sedikit

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada indeks 100,22. Di tengah

perlambatan ekspor CPO Sumut, peningkatan indeks NTPR diperkirakan ditopang oleh masih

stabilnya permintaan domestik. Sementara itu, kredit perbankan sektor konsumsi pada triwulan II-

2012 tercatat masih tumbuh sebesar 14,90% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,71% (yoy) dan diestimasikan relatif stabil sampai dengan

triwulan III-2012.

Grafik 1.5 Perkembangan Survei Konsumen Propinsi

Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Grafik 1.6 Perkembangan Indeks NTPR Propinsi Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Propinsi Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

5 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

Sementara itu konsumsi pemerintah pada triwulan laporan tumbuh sebesar 5,26% (yoy)

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,63% (yoy).

Peningkatan ini seiring dengan mulainya realisasi anggaran pemerintah pada triwulan laporan.

Perkembangan rekening pemerintah daerah di perbankan sampai dengan awal triwulan II-2012

menunjukkan tren yang menurun. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang

sama tercatat simpanan milik pemerintah daerah justru mengalami peningkatan. Hal ini

menunjukkan pada periode ini realisasi anggaran pemerintah relatif lebih baik dibandingkan

dengan tahun sebelumnya.

Dari sisi anggaran, pada tahun 2012 tercatat APBD Provinsi mengalami peningkatan yang

cukup signifikan dari sisi pendapatan dan belanja daerah. Anggaran pendapatan tercatat

mengalami peningkatan sebesar 63,6% (yoy). Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah mengalami

peningkatan sebesar 64,1% (yoy). Tingginya peningkatan APBD diperkirakan juga disebabkan

tingginya proyek-proyek infrastruktur yang terkait dengan pelaksanaan program MP3EI. Realisasi

anggaran pendapatan sampai dengan triwulan I-2012 tercatat sebesar 24,5% sedangkan realisasi

belanja daerah tercatat sebesar 8,1%.

1.2.2 Investasi

Pada triwulan II-2012 kegiatan investasi tumbuh sebesar 11,67% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 8,31% (yoy).

Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh peningkatan kegiatan investasi berupa penambahan

kapasitas utilisasi sektor swasta. Adanya perlambatan beberapa indikator kinerja investasi pada

triwulan II-2012 diperkirakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja investasi Sumut. Dari

sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 26,95% (yoy)

dengan baki debet mencapai Rp25,67 triliun, mengalami perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,26% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan kredit investasi

Grafik 1.8 Perkembangan Rekening Pemerintah Daerah Sumut di Perbankan

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 1.9 Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Sumatera Utara

Sumber : www.djpk.depkeu.go.id

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 6

Tabel 1. 2 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara

P : Jumlah Proyek ; I : Nilai Investasi Sumber : www.bkpm.go.id

tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan kredit investasi selama 3

tahun terakhirr yang tumbuh sebesar 19,61% (yoy). Pada tahun 2012, kredit investasi diperkirakan

akan tetap tumbuh seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan serta kuatnya finansial

perusahaan dalam membiayai kegiatan investasinya.

Berdasarkan informasi dari liason contact, pada triwulan laporan diketahui adanya beberapa

perusahaan terutama perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan yang menyatakan akan

melakukan realisasi investasinya berupa pembangunan pabrik baru, pembelian mesin, serta

intensifikasi lahan. Namun demikian beberapa kendala yang dikeluhkan oleh pelaku usaha terkait

dengan kegiatan investasi pada triwulan laporan diantaranya adalah maraknya sengketa lahan yang

menyebabkan pelaku usaha kesulitan atau enggan melakukan investasi berupa ekstensifikasi atau

pembukaan lahan baru. Di samping itu adanya pengalihan tanaman perkebunan dari tanaman karet

ke kelapa sawit mengakibatkan semakin berkurangnya pasokan bahan baku karet alam.

Peningkatan kegiatan investasi juga dikonfirmasi oleh data realisasi investasi PMA dan PMDN

dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah

proyek pada triwulan II-2012 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya walaupun secara nilai

proyek menunjukkan perlambatan.

Grafik 1.10 Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

7 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

Sementara itu, indikator pembangunan infrastruktur sebagai salah satu indikator tingkat

investasi menunjukkan terjadinya perlambatan terutama indikator tingkat penjualan semen. Tingkat

penjualan semen pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan sebesar -7,45% (yoy)

dengan volume penjualan sebesar 781 ribu ton. Namun demikian berdasarkan Survei Penjualan

Eceran (SPE) tingkat pembelian barang konstruksi lainnya masih tumbuh sebesar 27,74% (yoy),

mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,52%

(yoy).

Di sisi lain, impor barang modal

(capital goods) Sumut pada triwulan laporan

juga menunjukkan sedikit penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan laporan, volume impor barang

modal mengalami penurunan sebesar -4,50%

(yoy) dengan jumlah sebesar 37,18 ribu ton

atau menurun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mengalami pertumbuhan

sebesar 21,60% (yoy). Berdasarkan informasi

liason contact Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Wilayah IX diketahui bahwa kapasitas utilisasi perusahaan relatif stabil yang berada pada

kisaran 50% - 100% serta masih menunjukkan adanya optimisme untuk melakukan penambahan

kapasitas utilisasi.. Hal ini menunjukkan masih tingginya optimisme pelaku usaha terkait dengan

perkembangan ekonomi Sumut pada triwulan mendatang.

Grafik 1.12 Perkembangan Penjualan Semen Sumut

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Grafik 1.13 Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Grafik 1.14 Impor Capital Goods Sumut

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 8

1.2.3 Ekspor dan Impor

Kegiatan transaksi perdagangan internasional berdasarkan data PDRB pada triwulan

II-2012 melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kinerja

ekspor dan impor tercatat masing-masing tumbuh sebesar 4,02 % dan 5,01% (yoy), melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 6,46% dan 5,88%

(yoy). Sementara itu, net ekspor pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar -2,53% (yoy).

Kendati terjadi perlambatan pada transaksi perdagangan internasional Provinsi Sumatera Utara, neraca

perdagangan masih mencatatkan net ekspor sebesar 365 Juta USD.

Nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara tercatat mengalami penurunan sebesar -20,88% (yoy),

jauh melambat dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang masih tercatat

tumbuh positif sebesar 0,50% (yoy). Secara volume, transaksi ekspor Sumut juga menunjukkan hal

yang sama, mengalami penurunan sebesar -13,98% (yoy). Volume transaksi ekspor tersebut jauh

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 28,19% (yoy). Penurunan volume

dan nilai ekspor pada triwulan ini tidak terlepas dari turunnya permintaan eksternal terkait dengan

pelemahan perekonomian global serta tren penurunan harga komoditi internasional terutama untuk

komoditi CPO dan Karet yang merupakan komoditi ekspor andalan.

Grafik 1.15 Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Tabel 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut

Tabel 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok

Komoditi Provinsi Sumut

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

9 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

Berdasarkan kategori komoditi, kelompok barang intermediate goods (bahan baku) dan

consumption goods (barang konsumsi) mendominasi ekspor dengan persentase masing-masing

sebesar 84% dan 16%. Sementara itu, berdasarkan klasifikasi komoditi menurut SITC, komoditi

ekspor Sumut didominasi oleh komoditi manufaktur bahan makanan dan produk pertanian dengan

presentase pada triwulan laporan masing-masing sebesar 39% dan 31%. Adapun nilai ekspor Sumut

pada periode ini tercatat sebesar 2,41 Miliar USD dengan komoditi ekspor dominan CPO dan karet.

Perkembangan ekspor komoditi utama Provinsi Sumatera Utara terutama untuk komoditi

CPO menunjukkan tren yang menurun, sedangkan komoditi karet alam pada triwulan laporan mulai

menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai ekspor CPO pada triwulan

laporan tercatat mengalami penurunan sebesar -39,36% (yoy), jauh menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang masih tumbuh sebesar 41,67% (yoy). Sedangkan komoditi Karet

mengalami penurunan sebesar -25,44% (yoy), sedikit mengalami perbaikan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar -25,44% (yoy).

Sementara itu, volume ekspor terutama untuk komoditi CPO pada triwulan II-2012 tercatat

mengalami penurunan sebesar -34,49% (yoy), dari 970 ribu ton pada triwulan I-2012 menjadi sebesar

Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Utama Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 1.16 Perkembangan Volume Ekspor Komoditi Utama Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.17 Perkembangan Aktivitas Bongkar Muat di

Pelabuhan Belawan Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.18 Negara Tujuan Ekspor Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 10

695 ribu ton. Komoditi Karet pada triwulan laporan justru tumbuh sebesar 0,05% (yoy) mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami penurunan

sebesar -11,13% (yoy). Perkembangan harga internasional untuk komoditi CPO dan Karet pada

triwulan II-2012 secara rata-rata mengalami penurunan masing-masing sebesar -4,85% dan

28,78% (yoy).

Berdasarkan informasi dari liason contact Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX

diketahui bahwa pelaku usaha terutama untuk komoditi CPO masih menunjukkan optimisme terkait

dengan ekspor CPO seiring dengan mulai meningkatnya tren penjualan komoditi CPO ke pasar-pasar

baru diantaranya adalah negara-negara Afrika, Pakistan, dan Bangladesh. Di sisi lain, pelemahan

ekspor yang dipengaruhi oleh rendahnya harga internasional serta adanya kenaikan tarif Bea Keluar

ekspor CPO dari 16% menjadi 18% menyebabkan para pelaku usaha justru lebih fokus pada

pemenuhan permintaan domestik.

Sementara itu, aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Belawan masih terus meningkat

walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang melambat. Aktivitas bongkar tercatat tumbuh

sebesar 5,87% (yoy) mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 12,47% (yoy). Perlambatan aktivitas bongkar di Pelabuhan Belawan sejalan

dengan tren melemahnya impor. Aktivitas impor pada semester II-2012 diperkirakan akan

mengalami perbaikan seiring dengan adanya regulasi mengenai penetapan pintu masuk impor

komoditi hortikultura yang hanya diperbolehkan melalui 4 Pelabuhan yaitu Sumatera Utara,

Surabaya, Jakarta, dan Makasar. Sementara itu, aktivitas muat di Pelabuhan Belawan pada

triwulan laporan mengalami penurunan sebesar -15,67% (yoy), mengalami perbaikan dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar -29,99% (yoy).

Pasar ekspor Provinsi Sumatera Utara pada triwulan laporan masih didominasi oleh

negara Singapura dengan share sebesar 60%, diikuti oleh negara-negara di kawasan Eropa

(10%), Jepang (9%), Amerika Serikat (7%), Malaysia (6%), RRC (5%), dan Hongkong (3%).

Nilai impor Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan tercatat tumbuh sebesar 0,89% (yoy),

mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang

tercatat tumbuh negatif sebesar -6,26% (yoy). Secara volume, transaksi impor juga menunjukkan

perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, walaupun masih tumbuh negatif sebesar -

7,41% (yoy). Angka tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami

penurunan sebesar -12,08% (yoy). Jika dirinci menurut golongan penggunaan barang, terjadi

perlambatan volume impor untuk barang konsumsi bahan dan barang modal. Sementara itu,

kelompok barang intermediate atau bahan baku mulai menunjukkan perbaikan walaupun

pertumbuhan tahunannya masih negatif. Pertumbuhan transaksi impor, terutama dipicu oleh

perbaikan tren impor bahan baku sebagai jenis komoditi terbesar pada struktur impor Provinsi

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

11 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

Sumatera Utara. Dari struktur komoditi impor Sumut, bahan baku/penolong masih memberikan

andil yang cukup besar mencapai 78%. Sementara itu, impor barang konsumsi memiliki share

sebesar 8% terhadap total impor sedangkan impor barang modal sebesar 14%. Dilihat dari negara

asal impor, nilai impor dari Cina mencatat nilai tertinggi pada triwulan II-2012 sebesar 279 juta USD

(28,4%), diikuti oleh Malaysia sebesar 101 juta USD (10,3%), negara-negara kawasan Eropa 84

juta USD (8,6%), dan Amerika Serikat 82 juta USD (8,4%).

1.3 SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, perekonomian Provinsi Sumatera Utara tumbuh relatif stabil

pada triwulan II-2012. Struktur perekonomian pada triwulan laporan masih didominasi oleh tiga

sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor PHR. Kombinasi ketiga

sektor tersebut memberikan sumbangan sebesar 62,04%. Ketiga sektor utama tersebut masih

menjadi sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Sumut. Kinerja sektor industri pengolahan dan

sektor PHR tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, sektor Pertanian menunjukkan tren yang meningkat pada triwulan laporan.

Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Impor Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 1.16 Pertumbuhan Volume Impor Sumut per Kategori Barang (%)

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.17 Presentase Nilai Impor Sumut per

Kategori Barang

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 1.18 Negara Asal Impor Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 12

1.3.1 Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang

positif dengan tumbuh sebesar 3,60% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,58% (yoy). Walaupun demikian, pada triwulan I-2012,

kinerja sektor pertanian masih mencatatkan pertumbuhan positif seiring dengan masih

berlangsungnya musim panen pada awal triwulan II-2012. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

Grafik 1.19 Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Grafik 1.21 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Tukar Perkebunan Rakyat (NTPR) Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Tabel 1. 5 Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumut dari Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

13 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX juga menunjukkan arah yang sama,

dimana pada triwulan laporan realisasi kegiatan usaha sektor pertanian mulai menunjukkan

perbaikan yang ditunjukkan dengan nilai SBT sebesar -1,36, mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar -1,76.

Peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2012, juga mempengaruhi tingkat

kesejahteraan petani. Hal ini tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan

salah satu indikator kesejahteraan petani. Peningkatan NTP ini mengikuti tren peningkatan pada

periode-periode sebelumnya. Hal ini mencerminkan bahwa kemampuan tukar produk pertanian

yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga

mengalami peningkatan. NTP pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 101,97 meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 101,79.

Di sisi lain, kredit perbankan untuk kegiatan sektor pertanian pada triwulan laporan masih

menunjukkan tren yang meningkat seiring dengan dimulainya musim tanam pada periode ini. Kredit

perbankan sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar 47,54% (yoy) atau meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 31,02% (yoy). Hal ini memberi harapan akan prospek

kinerja sektor pertanian yang lebih baik pada tahun 2012. Sementara itu, peningkatan kinerja sektor

pertanian diperkirakan juga dipicu oleh meningkatnya kinerja sub sektor perkebunan seiring dengan

masih kuatnya permintaan domestik ditengah perlambatan ekspor komoditas perkebunan utama

provinsi Sumatera Utara. Peningkatan kinerja sub sektor perkebunan terkonfirmasi oleh

meningkatnya indeks NTPR. Indeks NTPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 100,50 meningkat

dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,22.

Berdasarkan data BPS Provinsi Sumatera Utara, produksi padi (Angka Ramalan) 2012

diproyeksikan sebesar 3,63 juta ton meningkat sebesar 0,72% (yoy) dibandingkan dengan produksi

tahun sebelumnya. Jumlah luas panen dan produktivitas tanaman padi juga diproyeksikan

mengalami peningkatan. Sementara itu, luas panen untuk komoditi jagung diproyeksikan

mengalami penurunan seiring dengan tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan

Tabel 1. 6 Perkembangan Produksi Padi dan Jagung

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 14

perkebunan. Luas panen jagung pada tahun 2012 diproyeksikan mengalami penurunan sebesar -

2,53% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan luas panen komoditi jagung

diperkirakan tidak menyebabkan penurunan produksi dikarenakan terdapat peningkatan

produktivitas yang signifikan.

Sementara itu, sebagai lanjutan program peningkatan produktivitas padi dan upaya

pencapaian taraget produksi akan didukung dengan pembuatan lahan sawah baru di daerah Nias

Selatan dan Mandailing Natal (Madina). Program lain yang diharapkan untuk mencapai program ini

adalah pembangunan infrastruktur, kelancaran distribusi pupuk bersubsidi, serta percepatan

bantuan pupuk.

1.3.2 Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II-2012 tercatat tumbuh sebesar

2,37% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 2,68% (yoy). Kinerja sektor industri tercatat juga tumbuh lebih rendah dibandingkan

dengan rata-rata pertumbuhan selama 3 tahun terakhir sebesar 3,05%. Beberapa indikator sektor

industri pengolahan seperti hasil SKDU dan indeks pertumbuhan produksi manufaktur memberikan

konfirmasi terjadinya perlambatan sektor industri pengolahan. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX menunjukkan arah

yang sama, dimana pada triwulan laporan realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan

menunjukkan tren yang menurun dengan nilai SBT sebesar 4,37 mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,27.

Pada triwulan laporan, kredit perbankan sektor industri pengolahan tercatat masih tumbuh

sebesar 11,35% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar

9,43% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan kredit sektor industri pengolahan diperkirakan dipicu

oleh tingginya kebutuhan modal kerja pelaku usaha sektor ini seiring dengan kuatnya permintaan

Grafik 1.23 Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

domestik. Di sisi lain, berdasarkan data perkembangan pertumbuhan produksi industri manufaktur

di Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan menunjukkan bahwa secara tahunan produksi

industri manufaktur besar dan sedang tumbuh sebesar 2,23% (yoy) melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,14% (yoy). Perlambatan produksi tersebut

dipicu oleh perlambatan produksi dari industri makanan, industri kertas, dan industri kimia.

Tantangan kinerja sektor industri pada tahun 2012 akan didominasi oleh permasalahan

kelangkaan pasokan gas. Pada awal tahun 2012, pasokan gas untuk industri di Sumut rata-rata

mencapai 11 juta kubik per hari jauh menurun dibandingkan periode tahun sebelumnya yang rata-

rata mencapai 17-20 juta kubik per hari. Pada dasarnya pasokan gas di wilayah Sumut

direncanakan akan terpenuhi jika pembangunan proyek terminal gas terapung atau Floating

Storage and Regasification Unit (FSRU) di Belawan terealisasi. Namun demikian, pembangunan

proyek infrastruktur tersebut akan dialihkan ke provinsi Lampung, sedangkan kebutuhan pasokan

gas di Sumut akan dipenuhi melalui pengalihan pasokan gas ke PLN kepada sektor industri di

Sumut.

Selain faktor terbatasnya pasokan gas, perkembangan kinerja sektor industri pengolahan

juga menghadapi keterbatasan pasokan listrik. Pasokan listrik mengalami penurunan sebesar 160

MW disebabkan adanya proses maintenance PLTA Asahan I . Untuk mengatasi keterbatasan

pasokan listrik, PT PLN melakukan pemadaman listrik secara bergilir untuk tegangan tinggi dan

menengah serta industri selama 1-2 jam. Kondisi ini diperkirakan terus berlangsung hingga

pertengahan Juni 2012.

Selain faktor keterbatasan infrastruktur pendukung, perkembangan sektor industri

pengolahan terutama yang berada di Kawasan Industri Medan (KIM) juga menghadapi hambatan

terkait dengan rencana perluasan lahan sebesar 50 ha. Hambatan tersebut dipicu oleh kendala izin

terkait dengan Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten (RUTRK). Permasalahan lahan di wilayah

Sumut juga menjadi salah satu faktor hambatan utama dalam percepatan pembangunan

infrastruktur terutama yang terkait dengan MP3EI.

1.3.3 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan II-2012 tumbuh sebesar

8,29% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,80%

(yoy). Kendati mengalami perlambatan, kinerja sektor PHR masih tumbuh cukup signifikan dan

tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhannya selama 3 tahun

terakhir sebesar 7,79%. Memasuki triwulan II-2012, kinerja sektor PHR dipicu oleh faktor musiman

seiring dengan banyaknya liburan nasional serta mulai masuknya liburan tahun ajaran baru.

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 16

Beberapa prompt indicator seperti perkembangan tingkat hunian hotel menunjukkan

perlambatan. Namun demikian, indikator sektor PHR lainnya yaitu nilai penjualan berdasarkan hasil

SPE dan kredit perbankan sektor PHR masih menunjukkan peningkatan. Perkembangan sub sektor

perhotelan pada triwulan laporan menunjukkan tren yang menurun. Sampai dengan akhir triwulan

II-2012 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Provinsi Sumut tercatat tumbuh sebesar

42,64% mengalami perlambatan dibandingkan dengan posisi akhir triwulan I-2012 yang tercatat

tumbuh sebesar 46,93%. Sementara itu, berdasarkan hasil SPE yang dilakukan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX sampai dengan akhir triwulan II-2012 tercatat tumbuh

sebesar 15,28% (yoy) lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan triwulan sebelumnya, dan

diperkirakan masih akan terus mengalami peningkatan pada triwulan III-2012 seiring dengan

mulainya tahun ajaran baru dan perayaan hari besar keagamaan (Puasa dan Lebaran).

Indikator aktivitas perdagangan

dapat pula dilihat dari dukungan

pembiayaan perbankan pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran yang lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Kredit sektor ini, terus

melanjutkan tren yang meningkat sejak trend-

reversal pada triwulan I-2010 dengan

mencatatkan pertumbuhan yang signifikan

sebesar 35,54% (yoy) meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 27,15% (yoy). Pada triwulan

II-2012, jumlah kredit yang disalurkan mencapai

Rp30,09 triliun.

Grafik 1.25 Pertumbuhan PDRB Sektor PHR Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Grafik 1.26 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor PHR Propinsi Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

1.3.4 Sektor Keuangan

Dari seluruh sektor, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami

pertumbuhan tertinggi pada triwulan ini yaitu sebesar 14,04% (yoy) mengalami

peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,01%

(yoy). Tingginya kinerja subsektor perbankan pada triwulan laporan sebagai salah satu subsektor

dominan diperkirakan menjadi salah satu faktor penunjang pertumbuhan sektor ini. Pada triwulan

laporan, perbankan Provinsi Sumatera Utara membukukan pertumbuhan kredit sebesar 21,90%

(yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Sementara itu,

penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan Sumut pada triwulan laporan mencatatkan

pertumbuhan sebesar 11,71% (yoy).

Demikian halnya dengan indikator kinerja perbankan Sumut lainnya, pertumbuhan

penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan penghimpunan DPK perbankan

menyebabkan tingkat LDR perbankan pada triwulan laporan tercatat sebesar 91,23% atau lebih

tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 85,17%. Kualitas

penyaluran kredit perbankan menunjukkan penurunan dengan tingkat NPL sebesar 2,47% dari

sebelumnya sebesar 2,37%. Namun demikian, kualitas penyaluran kredit masih berada dalam batas

aman dibawah 5%.

1.3.5 Sektor Bangunan

Pada triwulan II-2012, sektor bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 8,14%

(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,91% (yoy).

Peningkatan ini tercermin dari peningkatan pertumbuhan pembiayaan yang dilakukan oleh

perbankan di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi yang pada periode laporan tercatat tumbuh

20,49% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar

17,69% (yoy). Peningkatan ini juga terlihat dari pertumbuhan nilai penjualan barang konstruksi

berdasarkan hasil Survei Perdagangan Eceran Semen pada triwulan laporan tumbuh sebesar 27,74%

(yoy) meningkat dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya sebesar 20,52%

(yoy).

Tabel 1. 7 Indikator Kinerja Perbankan Propinsi Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 18

1.3.6 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pada triwulan laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat

pertumbuhan sebesar 9,00% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 8,36% (yoy). Peningkatan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi

diperkirakan juga dipicu oleh banyaknya hari libur nasional yang dikonfirmasi oleh tren peningkatan

jumlah penumpang angkutan udara pada triwulan laporan. Penumpang angkutan udara yang

masuk melalui Bandara Polonia pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 3,48% (yoy),

mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar

1,74% (yoy). Secara keseluruhan, jumlah penumpang angkutan udara maupun angkutan laut

tercatat tumbuh sebesar 2,93% (yoy) dengan jumlah penumpang sebesar 1,93 juta orang.

Dilihat dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor

pengangkutan dan komunikasi tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Namun demikian, kredit yang disalurkan perbankan pada triwulan laporan masih menunjukkan

tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Penyaluran kredit pada triwulan ini tercatat tumbuh

Grafik 1.28 Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh

Grafik 1.29 Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Grafik 1.30 Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

19 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

sebesar 47,40% (yoy) , lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 49,13% (yoy).

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

20 Penguatan Daya Saing Karet Alam Sumatera Utara Dengan Replanting | Boks 1

g

Perkebunan sudah sekian puluh tahun dikenal sebagai sub sektor utama yang

memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara.

Namun demikian seiring dengan berjalannya waktu, kondisi tanaman karet yang semakin

menua mengakibatkan penurunan produktivitas getah karet. Penurunan produktivitas

tertinggi dialami oleh perkebunan milik rakyat yang merupakan lahan dengan luas terbesar

yaitu 375.594 ha atau 68,22% dari total areal lahan tanaman karet di Sumatera Utara. Rata-

rata produksi karet perkebunan rakyat di tahun 2010 hanya mencapai 920 kg/ha/thn,

sementara perkebunan milik BUMN dan swasta masing-masing mencapai 1.343 kg/ha/thn

dan 1.560 kg/ha/thn. Menurut GAPKINDO Sumatera Utara, rata-rata umur tanaman karet

milik rakyat di Sumatera Utara sudah di atas 20 tahun.

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Untuk meningkatkan produktivitas karet ini perlu dilakukan penggantian tanaman

karet tersebut (replanting). Namun demikian pada prakteknya proses replanting ini tidak

mudah karena beberapa alasan, yaitu :

1. Keterbatasan pembiayaan.

2. Kehilangan pendapatan selama tanaman belum bisa menghasilkan.

3. Kekhawatiran mendapatkan bibit berkualitas rendah.

Program Revitalisasi Perkebunan yang ada selama ini belum menarik bagi petani,

karena petani tetap harus menyediakan agunan, sementara petani sendiri tidak memiliki dana

yang cukup untuk melakukan sertifikasi tanahnya agar dapat dijadikan agunan. Untuk

mengatasi permasalahan ini pemerintah sebaiknya dapat memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi

tanah melalui program yang ada seperti Prona dan berbagai program lainnya. Dengan

demikian petani bisa meningkatkan status kepemilikan tanahnya sehingga layak untuk

menjadi agunan.

BOKS 1 PENGUATAN DAYA SAING KARET ALAM

SUMATERA UTARA DENGAN REPLANTING

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Boks 1 | Penguatan Daya Saing Karet Alam Sumatera Utara Dengan Replanting 21

Permasalahan bibit berkualitas rendah dapat diatasi dengan meningkatkan sosialisasi

kepada petani akan pentingnya membeli bibit langsung dari lembaga yang resmi

memproduksi bibit yang berkualitas tinggi. Dengan harga yang sedikit lebih mahal, tanaman

akan memproduksi lebih banyak karet alam. Jika dimungkinkan pemerintah juga bisa

berperan dengan memberikan subsidi atas perbedaan harga bibit berkualitas tinggi dengan

bibit asalan. Dengan produktivitas karet yang tinggi diharapkan akan meningkatkan daya

saing produk karet Sumatera Utara di pasar internasional.

Di samping itu, untuk keberlanjutan replanting ke depan, petani sebaiknya memiliki

pemahaman yang memadai mengenai perencanaan keuangan. Harapannya dengan demikian

petani mampu mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk ditabung guna menutup

biaya replanting dan opportunity costs yang hilang dalam periode tanaman belum

menghasilkan. Bank Indonesia sendiri telah meluncurkan program financial inclusion yang

antara lain bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas seluruh masyarakat termasuk para

petani karet akan jasa perbankan dengan biaya yang seminimal mungkin. Dalam program

financial inclusion ini Bank Indonesia bersama dengan bank komersial lainnya telah

menggagas program Ayo Ke Bank dan produk TabunganKu yang merupakan instrumen

tabungan dengan setoran awal yang rendah tanpa mengenakan biaya administrasi kepada

nasabah.

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

22 Penguatan Optimisme Konsumen Sumatera Utara | Boks 2

g

Krisis ekonomi yang belum mereda di zona Eropa belum berdampak signifikan

terhadap konsumen di Sumatera Utara. Hingga pertengahan tahun 2012, konsumen di

Sumatera Utara masih optimis akan kondisi ekonomi Sumatera Utara, bahkan mengalami

penguatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari

peningkatan indeks ekspektasi konsumen, indeks keyakinan konsumen, dan indeks kondisi

ekonomi.

Sumber: Survei Konsumen

Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang menggambarkan keyakinan masyarakat terhadap

kondisi ekonomi saat ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu. Indeks Kondisi

Ekonomi triwulan lalu tercatat sebesar 88, meningkat menjadi 105,4 pada triwulan ini.

Sumber: Survei Konsumen

Peningkatan IKE ini didukung oleh penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat

ini serta ketepatan waktu pembelian barang tahan lama. Konsumsi masyarakat terhadap

BOKS 2 PENGUATAN OPTIMISME KONSUMEN SUMATERA

UTARA

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Boks 2 | Penguatan Optimisme Konsumen Sumatera Utara 23

kebutuhan barang tahan lama pada periode saat ini naik sebesar 1,69% menjadi BS 115.24

dengan didominasi oleh pembelian furniture (58%), kendaraan (20%), elektronik (19%), dan

perhiasan (4%).

Sumber: Survei Konsumen

Di lain sisi, hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) juga menunjukkan terjadinya

peningkatan tipis sebesar 0,83% untuk realisasi penjualan meubel di bulan Mei 2012 setelah

sebelumnya sempat mengalami penurunan. Pertumbuhan penjualan ini diperkirakan akan

semakin tinggi pada realisasi bulan Juni 2012.

Penguatan optimisme konsumen ini mencerminkan penguatan daya beli masyarakat

Sumatera Utara. Penguatan daya beli masyarakat ini juga terlihat dari peningkatan ekspektasi

penghasilan yang akan diterimanya. Berdasarkan hasil Survei Konsumen periode Juni 2012

terlihat bahwa ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan 6 bulan mendatang naik sebesar

1,69%. Peningkatan ini didorong oleh faktor kenaikan/tambahan gaji/upah (48%), kenaikan

omset (38%), tambahan perolehan pendapatan di luar gaji/omset (13%), dan lainnya (2%).

Sumber: Survei Konsumen

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

24 Penguatan Optimisme Konsumen Sumatera Utara | Boks 2

Daya beli masyarakat Sumatera Utara yang tetap terjaga ini ke depan diharapkan

dapat menopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di tengah ancaman pelambatan

ekspor komoditas Sumatera Utara sebagai dampak penurunan permintaan dunia akibat

belum adanya penyelesaian konkrit atas krisis ekonomi global.

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB II Perkembangan Inflasi Daerah

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

25 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

“ Sumatera Utara mengalami tekanan inflasi yang lebih besar dibandingkan

triwulan lalu. Pada triwulan ini, inflasi Sumut sebesar 5,52% (yoy) atau 1,51% (qtq).

Tekanan inflasi lebih bersumber pada komoditas volatile foods khususnya cabe merah“

2.1. KONDISI UMUM

Inflasi triwulanan periode ini tercatat sebesar 1,51% (qtq), lebih tinggi dibandingkan

triwulan lalu sebesar 0,63% (qtq). Peningkatan level inflasi tersebut salah satunya dipicu oleh

musim libur sekolah dan tahun ajaran baru. Secara tahunan, inflasi Sumatera Utara juga

meningkat menjadi 5,52% (yoy) dari sebelumnya sebesar 3,86% (yoy).

Ditinjau dari disagregasi inflasi, inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan II-2012

lebih banyak didominasi oleh inflasi volatile foods (7,87%), diikuti dengan inflasi inti (5,04%),

dan inflasi administered prices (4,00%).

Grafik 2.1. Inflasi Bulanan Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Sumut dan Nasional

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

2.2. INFLASI TRIWULANAN

Inflasi triwulanan Sumut pada triwulan II-2012 sebesar 1,51% (qtq), lebih tinggi

dibandingkan triwulan lalu sebesar 0,63% (qtq). Kelompok bahan makanan memiliki tingkat

inflasi triwulanan yang tertinggi dibandingkan kelompok lainnya, yakni 2,82% (qtq). Komoditas

bahan makanan yang memberikan andil cukup besar atas inflasi triwulan II-2012 adalah cabe

merah, dencis, bawang putih, bawang merah, ikan kembung, beras, dan daging ayam ras.

BBBAAABBB 222 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 26

Tabel 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Triwulan II-2012

April 2012 Mei 2012 Juni 2012

Komoditas Andil Inflasi

Komoditas Andil Inflasi

Komoditas Andil Inflasi

Rokok kretek filter 0,1448 Ketupat/ Lontong sayur 0,0821 Cabe Merah 0,3733

Daging ayam ras 0,0615 Angkutan udara 0,0709 Dencis 0,0830

Gulla pasir 0,0544 Jeruk 0,0355 Bawang Putih 0,0650

Sewa rumah 0,0333 Sewa rumah 0,0303 Bawang Merah 0,0610

Tarif gunting rambut pria

0,0256 Gula pasir 0,0275 Ketimun 0,0572

Kentang 0,0225 Cabe merah 0,0235 Kembung/Gembung 0,0567

Upah pembantu RT 0,0210 Sawi hijau 0,0165 Beras 0,0564

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi

Triwulan II-2012

April 2012 Mei 2012 Juni 2012

Komoditas Andil

Deflasi Komoditas

Andil Deflasi

Komoditas Andil

Deflasi

Dencis -0,0915 Kembung/ Gembung -0,0640 Emas Perhiasan -0,0238

Kembung/ Gembung -0,0551 Tongkol -0,0564 Tomat Buah -0,0233

Bawang merah -0,0504 Daging ayam ras -0,0562 Pisang -0,0105

Cabe merah -0,0315 Beras -0,0309 Telur Ayam Ras -0,0082

Beras -0,0275 Emas perhiasan -0,0259 Sawi Hijau -0,0076

Udang basah -0,0234 Telur ayam ras -0,0145 Pasta Gigi -0,0056

T Tongkol -0,0230 Bumbu masak jadi -0,0141 Bawal -0,0054 Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

27 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

2.2.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Hampir seluruh kelompok barang dan jasa mengalami inflasi pada triwulan II-2012

kecuali kelompok sandang yang justru mengalami deflasi sebesar -0,43% (qtq). Sebaliknya

kelompok bahan makanan yang pada triwulan I-2012 mengalami deflasi sebesar -0,27% (qtq),

pada triwulan ini justru mengalami inflasi sebesar 2,82% (qtq).

Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

a. Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 2,82% (qtq). Penyumbang utama

inflasi kelompok bahan makanan adalah subkelompok bumbu-bumbuan (25,67%). Komoditas

bumbu-bumbuan yang memberikan andil besar adalah cabe merah. Kenaikan harga cabe

merah berdasarkan Survei Pemantauan Harga mencapai 100%. Harga cabe merah besar pada

bulan Maret 2012 adalah Rp25.000 per kg dan pada akhir Juni 2012 meningkat 2 kali lipat

menjadi Rp50.000 per kg. Sementara itu, harga cabe merah keriting bahkan naik di atas 100%,

pada Maret 2012 harganya Rp13.000 per kg dan akhir Juni 2012 meningkat lebih dari 2 kali

lipat menjadi Rp28.000 per kg.

Grafik 2.4 Inflasi Triwulanan

Kelompok Bahan Makanan di Sumut

Grafik 2.5 Perkembangan Harga Cabe Merah

4,74

6,67

-1,16

6,93

-3,92

-0,97

7,91

-2,86

0,10

5,68

0,38

8,01

-0,73

-2,76

6,03

-0,01-0,27

2,82

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 28

Sumber: Survei Pemantauan Harga, Bank Indonesia

b. Kelompok Sandang

Inflasi triwulanan kelompok sandang mengalami deflasi sebesar -0,43% (qtq) setelah

triwulan sebelumnya inflasi 2,14% (qtq). Subkelompok yang memberikan andil deflasi besar

adalah barang pribadi dan sandang lainnya. Termasuk di dalam subkelompok tersebut adalah

komoditas emas perhiasan. Penurunan harga emas di pasar internasional turut mempengaruhi

penurunan level inflasi kelompok sandang. Berdasarkan hasil SPH, harga emas perhiasan 24

karat mengalami penurunan 2,72% dari Rp478.000 per gram pada Maret 2012 menjadi

Rp465.000 per gram pada Juni 2012. Sementara itu, harga emas perhiasan 22 karat menurun

1,62% dari Rp494.000 per gram pada Maret 2012 menjadi Rp486.000 per gram pada Juni

2012.

Grafik 2.5 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut

6,24

-1,38

0,57

3,64

7,22

-3,20

0,95

2,69

-0,50

3,47

1,13

4,07

-0,41

2,30

6,45

0,02

2,14

-0,43

-4

-2

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

29 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

c. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada triwulan II-2012

meningkat menjadi 2,59% (qtq) dari triwulan sebelumnya sebesar 0,60% (qtq). Subkelompok

yang memberikan andil paling besar adalah subkelompok minuman yang tidak beralkohol

(5,03%). Sementara itu, inflasi triwulanan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol

dan subkelompok makanan jadi masing-masing sebesar 3,99% (qtq) dan 1,14 (qtq).

Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut

d. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Level inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami

penurunan dari 1,54% (qtq) pada triwulan I-2012 menjadi 0,70% (qtq) pada triwulan II-2012.

Subkelompok sarana penunjang transpor memiliki tingkat inflasi yang lebih tinggi dibandingkan

subkelompok lainnya, yakni sebesar 0,90% (qtq).

Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan

Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut

1,15

4,92

2,19 2,46

1,89 1,81

2,65

2,37

2,562,31

1,22

0,89

1,43

0,50

2,38

0,00

0,60

2,59

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

Sumber: BPS, diolah

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 30

e. Kelompok Kesehatan Inflasi kelompok kesehatan relatif stabil. Pada triwulan II-2012 inflasi kelompok ini

sebesar 0,63% (qtq), sementara triwulan sebelumnya sebesar 0,64% (qtq). Subkelompok yang

memberikan andil terbesar adalah jasa perawatan dan jasmani yang mengalami inflasi 7,85%

dibandingkan triwulan lalu. Sebaliknya subkelompok perawatan jasmani dan kosmetik justru

deflasi sebesar -0,09% (qtq).

0,39

2,84

-0,02

-3,17-3,50

0,060,29

-1,61

0,660,47

2,20

-1,99

0,31

1,03

3,11

-0,02

1,54

0,70

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

31 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

Grafik 2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut

f. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Terjadi peningkatan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dari

0,67% (qtq) menjadi 0,97% (qtq). Peningkatan inflasi kelompok ini salah satunya karena

peningkatan harga sewa rumah. Komoditas sewa rumah sempat menjadi penyumbang utama

inflasi selama 2 bulan berturut-turut, April dan Mei 2012. Inflasi subkelompok biaya tempat

tinggal ini mencapai 1,70% (qtq).

Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut

2,67

3,19

1,73

0,400,040,09

1,30

0,26

1,73

0,230,09

0,56

3,30

0,63

2,39

0,00

0,640,63

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

1,16

2,74

3,12

1,16

0,56

0,06

0,64

2,91

1,67

0,21

2,642,77

0,881,02

0,74

0,01

0,670,97

0

1

1

2

2

3

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 32

g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Pada triwulan II-2012, inflasi subkelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga tercatat

sebesar 0,17% (qtq). Level inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 0,58%

(qtq). Subkelompok yang memberikan andil terbesar adalah subkelompok olahraga (0,71%).

Grafik 2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut

2.2.2. INFLASI MENURUT KOTA

Dari 4 kota di Sumatera Utara yang dihitung inflasinya, seluruh kota mengalami

peningkatan level inflasi. Inflasi triwulanan tertinggi terjadi di kota Sibolga, sebesar 2,33% (qtq),

diikuti dengan inflasi kota Pematangsiantar sebesar 1,93% (qtq). Sementara itu, inflasi kota

Medan dan Padangsidempuan masing-masing sebesar 1,44% (qtq) dan 1,18% (qtq).

Tabel 2.4. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%)

Sumber: BPS, diolah

2.3. INFLASI TAHUNAN

Secara tahunan, inflasi Sumut pada triwulan II-2012 adalah sebesar 5,52% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan lalu sebesar 3,86% (yoy).

0,01

0,84

6,33

0,190,00-0,05

8,54

-0,68

0,410,00

0,970,24

1,12

-0,18

2,63

0,010,58

0,17

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

33 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

2.3.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Berbeda dengan inflasi triwulanan yang mengalami deflasi, kelompok sandang justru

mengalami inflasi tahunan tertinggi dibandingkan kelompok lain. Inflasi tahunan kelompok

sandang sebesar 10,74% (yoy). Sedangkan peningkatan inflasi tahunan (yoy) terbesar terjadi

pada kelompok bahan makanan yang meningkat dari 1,60% (yoy) pada triwulan I-2012

menjadi 7,44% (yoy) pada triwulan II-2012. Kelompok lainnya juga mengalami peningkatan

inflasi walaupun dalam level yang lebih kecil dibandingkan kelompok bahan makanan. Di sisi

lain, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar justru mengalami penurunan inflasi

dari 3,34% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,29% (yoy).

Tabel 2.5. Inflasi Tahunan di Sumut

Menurut Kelompok Barang & Jasa (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

a. Kelompok Bahan Makanan

Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II-2012 sebesar 7,44% (yoy), meningkat

signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,60% (yoy). Inflasi tertinggi terjadi pada

subkelompok bumbu-bumbuan sebesar 35,84% (yoy), subkelompok daging dan hasil-hasilnya

sebesar 11,37% (yoy), dan subkelompok sayuran sebesar 10,65% (yoy).

Grafik 2.11. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

11,98

22,96

17,91 18,08

5,14

0,44

9,69

-0,38

3,94

10,89

3,14

14,69

13,73

4,65

10,54

1,141,6

7,44

-4

1

6

11

16

21

26

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 34

b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada triwulan II-2012

sebesar 6,00% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 3,84% (yoy). Sebagaimana

triwulan sebelumnya, subkelompok minuman yang tidak beralkohol memberikan andil terbesar

(9,14%) untuk kelompok ini.

Grafik 2.12 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

4,31

9,27

10,4111,11

10,26

8,779,279,17

9,7210,27

8,73

7,165,98

4,1

5,34,7

3,84

6,0

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

35 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Inflasi tahunan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga Sumut relatif stabil

dibandingkan beberapa triwulan terakhir. Pada triwulan II-2012, inflasi Sumut tercatat sebesar

4,57% (yoy). Subkelompok pendidikan (6,21%) kembali memberikan andil besar atas inflasi

kelompok ini, yang diperkirakan bersumber dari peningkatan biaya sekolah seiring dengan

dimulainya tahun ajaran baru

Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

d. Kelompok Sandang

Kendati secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok sandang mengalami deflasi, namun

secara tahunan kelompok sandang mengalami inflasi, walaupun dalam level yang tidak setinggi

triwulan lalu. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok sandang tercatat sebesar 10,74% (yoy),

sedikit menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 13,78% (yoy). Subkelompok yang memiliki

level inflasi tinggi adalah subkelompok sandang laki-laki sebesar 16,46% (yoy).

Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Sandang

11,8712,67

7,777,45

8,85

6,52

8,817,868,308,33

0,71,62

2,352,15

3,834,76

4,24,57

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, Sumut

16,3614,61

11,29

9,2210,30

8,398,807,81

-0,16

6,686,88

8,328,43

7,23

12,87

10,95

13,78

10,74

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, Sumut

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 36

e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar

Sama halnya dengan inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga, kelompok

perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar juga memiliki tingkat inflasi yang stabil. Pada

triwulan ini inflasi tahunan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar

3,29% (yoy). Inflasi subkelompok biaya tempat tinggal sebesar 4,86% (yoy), inflasi

subkelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 3,32% (yoy), inflasi subkelompok

perlengkapan rumah tangga sebesar 2,70% (yoy), dan inflasi subkelompok bahan bakar,

penerangan, dan air sebesar 0,52% (yoy).

Grafik 2.17 Inflasi Kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

f. Kelompok Kesehatan

Pada triwulan II-2012, inflasi kelompok kesehatan tercatat sebesar 4,09% (yoy). Level

inflasi tersebut tidak mengalami perubahan dibandingkan inflasi kelompok kesehatan pada

triwulan lalu. Subkelompok kesehatan yang level inflasinya tertinggi adalah jasa perawatan dan

jasmani, sebesar 9,26% (yoy). Sementara itu, subkelompok yang level inflasinya terendah

adalah jasa kesehatan, sebesar 0,19% (yoy).

4,26

6,69

8,638,43

7,18

4,70

2,18

3,90

5,295,46

7,567,46

6,647,5

5,51

3,563,34

3,29

0123456789

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, Sumut

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

37 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

Grafik 2.18 Inflasi Kelompok Kesehatan

g. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami sedikit

penurunan dibandingkan triwulan lalu. Terjadi penurunan dari 3,83% (yoy) pada triwulan lalu

menjadi 3,50% (yoy) pada triwulan II-2012. Subkelompok transpor mengalami tingkat inflasi

tertinggi (5,29%) dibandingkan subkelompok lainnya. Sebaliknya subkelompok komunikasi dan

pengiriman justru mengalami deflasi sebesar -1,92% (yoy).

Grafik 2.19 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan

2.3.2. INFLASI MENURUT KOTA

Tingkat inflasi keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, semuanya mengalami

peningkatan level inflasi bila dibandingkan triwulan lalu. Inflasi kota Sibolga merupakan yang

tertinggi dibandingkan kota lain, yaitu sebesar 7,12% (yoy), diikuti dengan kota

Pematangsiantar sebesar 7,11% (yoy). Sementara itu, inflasi kota Padang Sidempuan dan

Medan masing-masing sebesar 6,50% (yoy) dan 5,20% (yoy).

3,18

6,25

7,988,21

5,36

2,742,292,14

3,403,58

2,432,65

4,254,63

6,95

6,84

4,094,09

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, Sumut

1,82

3,953,81

-0,05

2,51

-6,53-6,24

-4,73

-0,60-0,19

1,721,32

0,981,52

2,41

2,57 3,833,5

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, Sumut

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 38

Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Inflasi kelompok sandang yang menjadi kelompok inflasi tertinggi di Sumatera Utara

dipicu oleh tingginya inflasi kelompok ini di kota Medan. Hal ini wajar mengingat bobot kota

Medan terhadap perhitungan inflasi Sumatera Utara merupakan yang terbesar dibandingkan 3

kota lainnya. Inflasi kota Pematangsiantar dan Sibolga lebih dipicu oleh kelompok bahan

makanan. Lain halnya dengan kota Padangsidempuan, dimana inflasi tertingginya justru

kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau.

Tabel 2.7. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

2.4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFLASI

2.4.1 Faktor Fundamental

Ekspektasi Inflasi

Masyarakat Sumut tetap optimis atas kondisi perekonomian ke depan kendati

ekspektasi harga konsumen 6 bulan yang akan datang mengalami sedikit peningkatan. Pada

triwulan II-2012, Indeks Keyakinan Konsumen sebesar 110 meningkat pesat dibandingkan

triwulan lalu sebesar 96. Optimisme ini didukung oleh peningkatan indeks ekspektasi

masyarakat terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan kondisi ekonomi 6 bulan

yang akan datang serta ketepatan waktu pembelian barang tahan lama, peningkatan

penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini. Sementara itu, ekspektasi harga

konsumen meningkat dari 170 pada triwulan lalu menjadi 171 pada triwulan ini.

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

39 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

Grafik 2.20 Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/ Jasa

Sumber: Survei Konsumen dan BPS, diolah

Guna mengantisipasi kenaikan inflasi ke depan, TPID Provinsi Sumatera Utara dan Kota

Medan merekomendasikan upaya pengendalian inflasi yang terbagi menjadi dua yaitu

pengendalian jangka pendek selama satu-dua bulan ke depan dan jangka menengah panjang.

a. Langkah pengendalian inflasi jangka pendek

Dalam jangka pendek terdapat potensi kenaikan inflasi sebagai akibat faktor musiman

berupa libur sekolah dan bulan puasa serta lebaran.

Untuk mengantisipasi kenaikan inflasi akibat liburan sekolah, TPID Provinsi Sumatera Utara

dan Kota Medan merekomendasikan agar :

1) Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara mengundang maskapai penerbangan dan

otorita bandara di Kota Medan untuk selanjutnya dihimbau agar para pengusaha

maskapai udara tidak menaikkan harga secara berlebihan.

2) Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara melakukan pengecekan kesiapan jalan dan

sarana prasarana angkutan darat dan merumuskan rekomendasi penanganan kerusakan

dan gangguan distribusi. Oleh karena itu, dibentuk tim yang terdiri dari Balai Besar Jalan

Nasional, Dinas Bina Marga, Dinas Perhubungan, Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan

Jasa Raharja.

Untuk mengantisipasi kenaikan inflasi menjelang bulan puasa dan lebaran, TPID Provinsi

Sumatera Utara dan Kota Medan merekomendasikan agar :

1) Pemko Medan melalui Disperindag Kota Medan melakukan operasi pasar, dengan

menambah cakupan komoditas serta memperluas sebaran titik operasi pasar untuk

dapat lebih menjangkau pemukiman penduduk.

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 40

2) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan melakukan pemantauan stok

ketersediaan bahan pokok seperti beras, gula pasir, tepung terigu dan minyak goreng di

gudang-gudang distributor.

3) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan mengundang para distributor beras,

gula pasir, tepung terigu, dan minyak goreng untuk selanjutnya dihimbau agar tidak

menaikkan harga secara berlebihan.

4) Bulog Divre Sumut agar melakukan percepatan penyebaran stok beras dan penyaluran

raskin di wilayah kerja Bulog Divre Sumut.

5) Bulog Divre Sumut agar memastikan kecukupan stok beras untuk mendukung

pelaksanaan operasi pasar yang diminta oleh Kepala Daerah.

b. Langkah pengendalian inflasi jangka menengah panjang

Dalam jangka menengah panjang, untuk menjaga stabilitas inflasi, Tim Kerja TPID

merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan perlu melakukan diskusi dengan

Badan Meteorologi dan Geofisika yang dapat dilakukan pada forum rapat TPID untuk

menggali informasi mengenai kondisi cuaca mendatang dan menyiapkan langkah-

langkah antisipasi atas potensi fluktuasi harga komoditas pertanian sebagai dampak

perubahan cuaca.

2) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan perlu mempertimbangkan untuk

membentuk Pusat Informasi Harga Pangan Strategis dan atau memberikan informasi

harga pangan kepada masyarakat melalui press release secara berkala. Hal tersebut

bertujuan untuk menghindari asimetris informasi harga yang dapat disalahgunakan oleh

para spekulan untuk mengambil keuntungan dengan menaikkan harga dengan tidak

wajar,

3) Pemko Medan perlu melakukan upaya percepatan penyelesaian pembangunan pasar

induk di Kota Medan untuk memperlancar arus distribusi bahan pokok dan menjaga

ketersediaannya di pasar.

4) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan agar memberikan jaminan atas ketersediaan

dan kualitas daging sapi, dengan melakukan peningkatan jumlah sapi yang dipotong di

rumah pemotongan hewan resmi dengan menertibkan pemotongan hewan yang tidak

berizin.

5) Pemerintah Kota Medan agar melakukan riset-riset yang bertemakan inflasi regional

untuk memberikan masukan ilmiah terhadap upaya pengendalian inflasi yang bersifat

strategis.

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

41 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

6) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan perlu melakukan upaya yang lebih

serius dalam pengendalian inflasi serta adanya terobosan-terobosan baru yang inovatif

dalam upaya-upaya pengendalian inflasi.

2.4.2 Faktor Non Fundamental

Disagregasi Inflasi

Inflasi volatile foods Sumatera Utara sebesar 7,87% (yoy) mendominasi inflasi Sumut

pada triwulan II-2012. Inflasi volatile foods tersebut meningkat pesat dibandingkan triwulan lalu

sebesar 1,40% (yoy). Senada dengan inflasi volatile foods, inflasi inti dan administered prices

juga meningkat dibandingkan triwulan lalu. Inflasi inti meningkat dari 4,91% pada triwulan I-

2012 menjadi 5,04% pada triwulan II-2012. Inflasi administered prices meningkat dari 3,89%

(yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 4,00% (yoy) pada triwulan II-2012.

Grafik 2.21 Disagregasi Inflasi Sumut

Sumber: BPS, diolah

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

42 Stok Komoditas Daging Memadai | Boks 3

g

Pasokan dan stok kebutuhan daging sapi/kerbau, daging ayam broiler, serta telur

ayam ras dipastikan dapat memenuhi kebutuhan daging masyarakat. Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan Prov. Sumut meyakini bahwa ketersediaan stok daging tersebut akan

surplus bila dibandingkan dengan estimasi kebutuhan.

Komoditas Perkiraan Stok Perkiraan Kebutuhan

Daging Sapi/Kerbau 10.931 - 12.803 ekor 9.018 - 9.228 ekor

Daging Ayam Broiler 812.500 - 836.875 ekor 720.500 - 722.661 ekor

Telur Ayam Ras 5.400 - 5.562 ton 4.082 - 4.204 ton

Rata-rata berat 1 ekor sapi/kerbau adalah 200 kg, maka perkiraan stok daging

sapi/kerbau adalah sebanyak 2.186,2 2.560,5 ton. Menyambut rencana swasembada

daging pada tahun 2014, maka pasokan daging sapi/kerbau tersebut saat ini sebagian besar

dapat dipenuhi sendiri, dan sebagian kecil lainnya masih diimpor dari Australia. Kebutuhan

akan daging impor dikatakan tidak dapat dihapuskan secara total karena restoran maupun

hotel-hotel berbintang umumnya masih menginginkan daging kualitas impor untuk menjaga

kualitas makanannya. Namun demikian, jumlah daging sapi impor setiap tahunnya selalu

diusahakan untuk diturunkan. Sebagai perbandingan, berat 1 ekor sapi lokal umumnya

mencapai 160 200 kg, sedangkan berat 1 ekor sapi impor bisa mencapai 800 kg bahkan

lebih.

Kebutuhan daging ayam broiler dan telur ayam ras saat ini telah dapat dipenuhi di

Sumut. Bahkan surplus atas kedua komoditas tersebut dapat disalurkan ke daerah lain seperti

Aceh dan Riau. Saat ini di Sumut terdapat 7 perusahaan pembibitan ayam. Sejauh ini pasokan

daging tidak terkendala masalah distribusi, hanya saja Pemerintah Daerah tetap perlu

waspada terhadap potensi permainan harga oleh pedagang besar yang dapat menimbulkan

kenaikan harga khususnya pada saat hari besar keagamaan.

Sumber: Disarikan dari liaison dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara

BOKS 3 STOK KOMODITAS DAGING MEMADAI

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB III Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

43 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

“ Fungsi intermediasi perbankan Provinsi Sumatera Utara sampai dengan

triwulan II-2012 tetap menunjukkan peningkatan dengan stabilitas sistem

keuangan (risiko kredit dan risiko likuiditas) yang masih terjaga. Di sisi lain

jumlah transaksi sistem pembayaran tunai maupun non tunai juga menunjukkan

peningkatan sejalan dengan peningkatan transaksi perekonomian“

A. PERBANKAN

3.1 KONDISI UMUM

Walaupun mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi di triwulan ini, namun

kinerja perbankan Sumatera Utara di triwulan II-2012 justru masih menunjukkan

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Bahkan secara tahunan, indikator

pertumbuhan aset perbankan baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR

masih tumbuh secara signifikan. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik yang terlihat dari rasio

Non Performing Loan (NPL) yang masih di bawah 5% walaupun naik tipis dari 2,37% pada

triwulan I-2012 menjadi 2,47%. Angka ini juga masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata

rasio NPL selama 2 tahun terakhir yang tercatat sebesar 2,80%. Kegiatan intermediasi perbankan

pada periode laporan juga menunjukkan peningkatan yang ditunjukkan oleh peningkatan Loan to

Deposit Ratio (LDR) dari 85,17% pada triwulan I-2012 menjadi 91,23%.

Total aset perbankan Sumut pada triwulan II-2012 mencapai Rp168,63 triliun, tumbuh

sebesar 3,03% (qtq) atau 16,45% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh

bank konvensional yaitu sebesar Rp161,46 triliun (95,75%), sedangkan sisanya merupakan aset

bank syariah yaitu sebesar Rp7,17 triliun (4,25%). Pertumbuhan ini memberikan keyakinan akan

kinerja positif perbankan Sumut walaupun masih dalam tren penurunan angka pertumbuhan sejak

triwulan II-2011.

Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan II-2012 tumbuh sebesar 0,56% (qtq)

atau 11,71% (yoy) dengan jumlah sebesar Rp129,57 triliun, lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan pada periode sebelumnya sebesar 1,14% (qtq). Pertumbuhan ini didorong oleh

kenaikan simpanan giro dan tabungan dengan persentase masing-masing sebesar 3,51% dan

2,62% (qtq). Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga untuk jenis simpanan deposito pada

periode laporan tercatat justru mengalami penurunan sebesar -2,79% (qtq). Relatif melambatnya

pertumbuhan penghimpunan DPK perbankan pada periode ini diperkirakan merupakan dampak

BBBAAABBB 333 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 44

dari peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat serta tren penurunan suku bunga simpanan

perbankan. Namun demikian, secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga mengalami

kenaikan dimana kenaikan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu sebesar 17,04% (yoy),

sedangkan deposito dan giro naik masing-masing sebesar 9,24%(yoy) dan 5,33%(yoy).

Sementara itu, penyaluran kredit perbankan di provinsi Sumatera Utara justru mengalami

kenaikan angka pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 2,99% (qtq) menjadi

7,72% (qtq). Demikian pula secara tahunan, kredit perbankan pada triwulan laporan mengalami

pertumbuhan sebesar 21,90% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan

selama 2 tahun terakhir yang tercatat sebesar 19,78%. Dari sisi jenis penggunaan, pertumbuhan

kredit tertinggi di triwulan laporan dialami oleh kredit modal kerja yaitu sebesar 10,57% (qtq).

Hal ini menunjukkan optimisme yang tinggi dari industri perbankan terhadap pertumbuhan

ekonomi Sumut ke depan di tengah kontraksi perekonomian Sumut di triwulan ini.

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN

Kegiatan intermediasi perbankan selama triwulan II-2012 menunjukkan

peningkatan yang tercermin dari tren peningkatan LDR dari 85,17% menjadi 91,23%. Tingkat

LDR pada periode laporan tercatat sebagai pencapaian LDR tertinggi selama kurun waktu 3

tahun terakhir. Rata-rata pencapaian LDR perbankan selama 3 tahun terakhir tercatat sebesar

83,54%. Tingginya pertumbuhan kredit dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan

dana pihak ketiga perbankan memberikan peranan besar dalam peningkatan LDR. Sampai

dengan triwulan II-2012, spread pertumbuhan kredit dibandingkan dengan penghimpunan

dana pihak ketiga perbankan secara tahunan tercatat sebesar 10,20 bps lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,49 bps.

3.2.1 Penghimpunan Dana Masyarakat

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut hingga triwulan II-2012 mencapai

Rp129,57 triliun, tumbuh sebesar 0,56% (qtq) melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 1,14% (qtq). Ditinjau dari strukturnya, DPK Sumut,

masih tetap didominasi oleh tabungan dan deposito dengan pangsa masing-masing sebesar

Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

45 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

42,88% dan 39,58% dari total DPK dengan nilai nominal tercatat masing-masing sebesar

Rp55,56 triliun dan Rp51,29 triliun. Berdasarkan jenisnya, peningkatan pertumbuhan DPK pada

triwulan ini didorong oleh kinerja simpanan giro dan tabungan walaupun dengan tren yang

menurun dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya. Sementara itu,

kinerja penghimpunan dana pihak ketiga dalam bentuk deposito pada periode laporan

mengalami penurunan. Tingginya aktivitas konsumsi masyarakat diperkirakan menjadi salah

satu penyebab melambatnya pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga pada periode ini.

Di sisi lain tren penurunan suku bunga acuan atau BI Rate pada triwulan II-2012 menjadi

5,75% dari posisi akhir tahun sebelumnya sebesar 6,00% telah direspon oleh perbankan

dengan menurunkan tingkat suku bunga penghimpunan dana pihak ketiga. Pada periode

triwulan II-2012, seluruh instrumen penghimpunan dana pihak ketiga perbankan (tabungan,

deposito, dan giro) mengalami penurunan. Dilihat dari rata-rata suku bunga tertimbang, selama

triwulan laporan suku bunga deposito, tabungan, dan giro mengalami penurunan masing-

masing sebesar 0,31, 0,06, dan 0,08 bps dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dengan

demikian tingkat rata-rata suku bunga tertimbang untuk deposito, tabungan, dan giro saat ini

sebesar 5,26%, 2,16%, dan 2,19%.

Di tengah tren penurunan suku bunga deposito, penghimpunan giro perbankan di

Sumut menjadi penyangga stabilnya pertumbuhan DPK. Disamping itu sifat tabungan yang lebih

likuid sehingga mudah ditarik ataupun dilakukan switching apabila diperlukan, serta fitur-fitur

dan kemudahan dalam melakukan transaksi, mampu menjadi salah satu daya tarik bagi

masyarakat untuk menyimpan dananya dalam bentuk ini. Tren penurunan suku bunga deposito

tentunya akan semakin memberikan ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga

kredit sehingga mampu menjadi penggerak peningkatan penyaluran kredit khususnya untuk

Grafik 3.1 Perkembangan DPK Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 3.2 Struktur DPK Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 46

menggerakkan sektor riil yang bersifat produktif.

3.2.2 Penyaluran Kredit

Pada triwulan II-2012 kredit perbankan di Sumatera Utara tumbuh 7,72% (qtq)

hingga mencapai Rp118,21 triliun. Dengan pertumbuhan yang positif pada triwulan ini maka

secara tahunan pertumbuhan kredit menjadi 21,90% (yoy) yang diperkirakan sebagai dampak

pertumbuhan ekonomi regional. Pertumbuhan kredit pada triwulan ini tercatat masih lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,99% (qtq).

Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan, dipicu oleh peningkatan kredit investasi dan kredit

modal kerja yang tercatat masing-masing tumbuh sebesar 7,27% dan 10,57% (qtq). Berdasarkan

jenisnya, kredit modal kerja masih mendominasi pangsa penyaluran kredit perbankan Sumut

dengan proporsi sebesar 51,60% diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi dengan pangsa

masing-masing sebesar 26,68% dan 21,72%.

Grafik 3.3 Perkembangan Suku Bunga DPK Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 3.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 3.5 Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

47 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

Secara nominal, kredit modal kerja dan kredit investasi pada triwulan laporan, masing-

masing meningkat sebesar Rp 5,83 triliun dan Rp 1,74 triliun (qtq) lebih tinggi dibandingkan

peningkatan kredit modal kerja yang tercatat meningkat sebesar Rp 900 miliar. Peningkatan kedua

komponen kredit tersebut memberikan sinyal yang positif terhadap pengembangan perekonomian

provinsi Sumatera Utara. Tingginya pertumbuhan kredit modal kerja memberikan sinyal masih

kuatnya ekspektasi para pelaku usaha mengenai peningkatan permintaan yang berimplikasi

kepada tingginya kebutuhan modal kerja. Selain itu, pertumbuhan kredit investasi juga

memberikan sinyal semakin membaiknya iklim investasi di provinsi Sumatera Utara. Hal ini

mencerminkan adanya optimisme para pelaku usaha terhadap perekonomian provinsi Sumatera

Utara di masa mendatang. Adanya tren peningkatan kredit investasi pada akhirnya akan

memberikan multiplier effect lebih besar terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di masa

mendatang.

Namun demikian, hal yang perlu diwaspadai adalah terjadinya tren peningkatan

kelonggaran tarik/undisbursed loan pada triwulan ini. Kelonggaran tarik merupakan fasilitas

pinjaman debitur yang tidak digunakan atau merupakan selisih antara plafon kredit yang

diterima oleh debitur dengan jumlah total baki debet. Pada triwulan ini, kelonggaran tarik kredit

perbankan tercatat sebesar Rp 10,95 triliun atau meningkat sebesar 32,57% (qtq). Besaran

kelonggaran tarik tersebut meningkat dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan lalu

yang tercatat sebesar 7,69% (qtq). Dilihat dari komponennya, undisbursed loan didominasi oleh

kredit modal kerja dengan share sebesar 86,58% diikuti oleh kredit investasi sebesar 13,04%.

Tingginya undisbursed loan pada sektor modal kerja diperkirakan mulai berkurang pada triwulan

III-2012 seiring dengan tingginya konsumsi masyarakat.

Pada triwulan II-2012, rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 11,31%,

Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 3.7 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Kredit Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 48

Tabel 3.2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

menurun 0,18 bps dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Relatif stabilnya BI Rate pada

level 5,75% semenjak awal tahun 2012 serta terjaganya level inflasi, nampaknya mulai direspon

oleh perbankan, dimana pada triwulan ini tren suku bunga perbankan menunjukkan penurunan.

Perkembangan kredit perbankan juga menunjukkan bahwa kredit investasi dan modal kerja

menunjukkan peningkatan yang signifikan baik secara tahunan maupun kuartalan dibandingkan

dengan pertumbuhan kredit konsumsi. Secara keseluruhan kredit investasi dan modal kerja

mencapai Rp 86,67 triliun pada akhir triwulan ini.

Berdasarkan sektor usaha, secara umum tidak terjadi perubahan struktural pada

komposisi penyaluran kredit pada triwulan II-2012. Penyaluran kredit paling besar di Provinsi

Sumatera Utara diserap oleh sektor Perdagangan sebesar 25,45%, sektor Industri Pengolahan

sebesar 19,84%, dan sektor Pertanian sebesar 13,97%. Sementara itu, baik secara triwulanan

maupun secara tahunan pertumbuhan kredit pada hampir semua sektor menunjukkan

pertumbuhan positif, kecuali kredit sektor Pertambangan yang mencatat kontraksi sebesar -

16,13% (yoy). Namun demikian, secara kuartalan kredit sektor Pertambangan pada triwulan

laporan tercatat tumbuh sebesar 4% (qtq). Dari sisi nominal kredit, peningkatan penyaluran

kredit pada sektor PHR tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar Rp3,16 triliun (qtq).

Cukup tingginya pertumbuhan kredit pada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

menjadi salah satu indikator meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan II-2012.

Secara tahunan dan kuartalan, sektor Jasa Dunia Usaha menunjukkan pertumbuhan

kredit sektoral tertinggi di Provinsi Sumatera Utara yaitu tumbuh sebesar 51,27% (yoy) atau

13,35% (qtq). Sedangkan pertumbuhan kredit sektor-sektor ekonomi utama Provinsi Sumatera

Utara seperti sektor Pertanian tercatat tumbuh signifikan seiring dengan tingginya kebutuhan

pembiayaan pada triwulan laporan untuk kegiatan tanam.

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

49 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

3.2.3 Penyaluran Kredit UMKM

Jumlah kredit UMKM pada triwulan II-2012 tercatat tumbuh sebesar 11,95% (qtq)

dengan nominal sebesar Rp30,81 triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,01% (qtq). Secara tahunan, kredit UMKM tumbuh sebesar

18,64% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar

15,81% (yoy). Share kredit UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar 26,06% dari keseluruhan

total kredit perbankan Sumut. Berdasarkan pangsa penyaluran kredit UMKM Sumut, pada triwulan

II-2012 didominasi oleh kredit menengah (Rp 500 juta – Rp 5 miliar) dengan proporsi sebesar

47,78% dari total kredit UMKM atau mencapai Rp 14,75 triliun, disusul dengan kredit skala kecil

(Rp 50 juta – Rp 500 juta) senilai Rp 10,57 triliun (34,31%), dan kredit skala mikro (dibawah Rp 50

juta) dengan baki debet sebesar Rp 5,49 triliun (17,82%).

Grafik 3.8 Perkembangan Kredit UMKM Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 3.9 Pangsa Kredit UMKM Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 3.10 Perkembangan Penyaluran KUR Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 3.11 Perkembangan Debitur KUR Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 50

Sebagai salah satu daerah yang menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan

salah satu skim kredit bagi UMKM, pada triwulan II-2012 Provinsi Sumatera Utara telah

menyalurkan KUR dengan total baki debet sebesar Rp 1,89 triliun dengan jumlah debitur sebanyak

277.339 debitur. Total baki debet penyaluran KUR Provinsi Sumatera Utara mengalami

pertumbuhan sebesar 10,82% (qtq), meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 6,81% (qtq). Sedangkan pertumbuhan jumlah debitur KUR di Provinsi Sumatera

Utara tercatat tumbuh sebesar 9,58% (qtq), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 7,08% (qtq).

Pemerintah telah berupaya untuk mempercepat penyaluran KUR dengan melakukan

penurunan suku bunga KUR Ritel (plafon lebih dari Rp 20 juta s.d. Rp 500 juta) dari semula 14%

menjadi 13%. Ketentuan tersebut berlaku untuk KUR Ritel yang perjanjian kreditnya sejak tanggal

2 Februari 2012. Namun demikian tren penurunan suku bunga perbankan yang pada triwulan

laporan secara rata-rata tertimbang tercatat sebesar 11,31% diperkirakan menjadikan KUR kurang

kompetitif. Namun demikian secara keseluruhan, adanya tren penurunan suku bunga perbankan

semakin menambah alternatif pembiayaan bagi UMKM.

Untuk mendorong peningkatan penyaluran KUR di Sumatera Utara, Pemerintah Daerah

provinsi Sumatera Utara yang didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX

berupaya untuk menjadikan BPD Sumatera Utara sebagai salah satu bank penyalur KUR di

Sumatera Utara. Upaya ini telah mendapatkan lampu hijau dengan diterbitkannya ijin untuk

menjadi salah satu BPD penyalur KUR melalui Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian Nomor : KEP-08/M.EKON/01/2012 tanggal 31 Januari 2012 tentang Penambahan

Bank Pelaksana KUR.

Selanjutnya dalam rangka meningkatkan fungsi intermediasi perbankan terutama dalam hal

penyaluran kredit UMKM, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX beserta Pemerintah Daerah

Propinsi Sumatera Utara pada triwulan II-2012 telah melakukan beberapa upaya dalam memajukan

UMKM diantaranya melalui Focus Group Discussion (FGD) pengembangan kluster ubi kayu,

pengembangan industri kreatif daur ulang kertas, serta fasilitasi percepatan implementasi resi

gudang di wilayah provinsi Sumatera Utara.

3.3 STABILITAS PERBANKAN

3.3.1 Risiko Kredit

Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit

atau Non Performing Loan (NPL) di Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan menunjukkan

kondisi yang stabil di bawah batas aman 5% walaupun sedikit mengalami kenaikan

dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL perbankan pada akhir triwulan II-2012 sebesar 2,47%,

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

51 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,37%. Meskipun

demikian, NPL perbankan pada periode ini tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan

rata-rata NPL selama 3 tahun terakhir yang tercatat sebesar 3,15%. NPL perbankan Sumut yang

selalu berada di bawah batas aman sejak tahun 2008 menunjukkan risiko kredit perbankan di

Sumut yang relatif stabil meskipun terdapat perlambatan ekonomi regional di paruh pertama

2009 sebagai dampak krisis keuangan global serta perlambatan di tahun 2012 akibat masih

belum adanya penyelesaian krisis ekonomi di Eropa.

Sebagai upaya mempertahankan stabilitas perbankan serta meningkatkan prinsip kehati-

hatian perbankan, Bank Indonesia pada triwulan II-2012 telah mengeluarkan kebijakan yang

tertuang dalam Surat Edaran Ekstern Nomor 14/10/DPNP tentang Penerapan Manajemen Resiko

pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan

Bermotor (KKB) yang berlaku mulai tanggal 15 Maret 2012. Regulasi dalam rangka

meningkatkan kehati-hatian Bank dalam pemberian KPR dan KKB serta untuk memperkuat

ketahanan sektor keuangan dilakukan melalui penetapan besaran Loan to Value (LTV) untuk

KPR dan Down Payment (DP) untuk KKB. Sampai dengan triwulan II-2012 penerapan LTV baik

untuk KPR maupun KKB tidak serta merta menurunkan tingkat penyaluran kredit di kedua

sektor tersebut. Pada triwulan laporan, kredit KPR dan KKB tercatat tumbuh masing-masing

sebesar 48,27% dan 10,26% (yoy).

3.3.2 Risiko Likuiditas

Risiko likuditas perbankan di Sumut pada triwulan II-2011 tetap terjaga. Dengan

indikator Cash Ratio (CR) yang relatif stabil di atas 3%, perbankan Sumut memiliki likuiditas

yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Pada periode ini cash ratio perbankan tercatat

sebesar 5,32%. Namun demikian, perbankan Sumut perlu memperhatikan terjadinya perubahan

preferensi masyarakat pada periode laporan dalam melakukan penempatan dana di perbankan

Grafik 3.12 Perkembangan NPL Perbankan Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 52

Tabel 3.3 Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

yang cenderung pada instrumen jangka pendek seperti tabungan dibandingkan dengan instrumen

jangka panjang berupa deposito.

Sampai dengan triwulan II-2012, pertumbuhan penghimpunan tabungan tercatat tumbuh

sebesar 17,04% (yoy) sedangkan pertumbuhan penghimpunan deposito tercatat mengalami

pertumbuhan lebih rendah sebesar 9,24% (yoy). Sementara di sisi lain, tren penurunan suku

bunga kredit pada periode ini mendorong peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit produktif

jangka panjang berupa kredit investasi. Kondisi ini, diharapkan diikuti dengan peningkatan kualitas

pengelolaan likuiditas bank guna mengantisipasi potensi mismatch likuiditas.

3.4 PERBANKAN SYARIAH

Walaupun tumbuh melambat, ekspansi usaha perbankan syariah di Provinsi Sumatera

Utara pada triwulan laporan masih menunjukkan perkembangan positif yang mengindikasikan

perkembangan perbankan syariah semakin diminati oleh masyarakat. Pertumbuhan asset

perbankan syariah tumbuh sebesar 3,46% (qtq), melambat dibandingkan pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,37% (qtq). Perkembangan penyaluran kredit

perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 10,61% (qtq), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 5,38% (qtq).

Penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada triwulan laporan sebesar Rp 5,63 triliun atau

tumbuh sebesar Rp 540 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Sementara itu, kinerja pertumbuhan penghimpunan dana perbankan syariah pada

triwulan laporan tercatat sebesar -3,28% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan

pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang mencapai 2,23% (qtq). Rendahnya

pertumbuhan penghimpunan dana perbankan syariah dibandingkan dengan penyaluran

pembiayaan menyebabkan Financing to Deposits Ratio (FDR) pada triwulan ini tercatat sebesar

127,09% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 111,14%.

Kualitas kredit perbankan syariah Sumut yang tercermin dari rasio Non Performing

Financing (NPF) tetap terjaga dengan baik pada kisaran 5,86%. Dari sisi regulasi terhadap

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

53 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

perkembangan perbankan syariah, pada triwulan I-2012 Bank Indonesia menerbitkan kebijakan

melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.14/7/DPbS tanggal 29 Februari 2012 Perihal Produk Qardh

Beragun Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah guna memitigasi potensi resiko yang

timbul bagi perbankan syariah.

3.5 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Perkembangan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Sumatera Utara pada

triwulan II-2012 masih menunjukkan perkembangan yang positif. Aset BPR pada triwulan

laporan sebesar Rp 833 miliar dengan jumlah jaringan kantor sebanyak 59 jaringan kantor. Nilai

aset BPR tercatat tumbuh sebesar 4,05% (qtq), meningkat dibandingkan periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 2,51% (qtq). Fungsi intermediasi BPR di Sumut masih menunjukkan

pertumbuhan yang positif, dimana LDR BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 105,88%

atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,17%.

Peningkatan LDR perbankan dipicu oleh pertumbuhan kredit BPR Sumut yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan DPK BPR. Penyaluran kredit BPR pada triwulan laporan

senilai Rp 600 miliar atau meningkat sebesar 17,47% (yoy) atau 7,31% (qtq). Sedangkan DPK

Grafik 3.13 Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Sumut (%)

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 3.14 Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Sumut (%)

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Tabel 3.4 Indikator Utama BPR Sumut

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 54

Tabel 3.5 Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara

Sumber : www.bi.go.id, Bank Indonesia, diolah

BPR tercatat sebesar Rp 567 miliar meningkat sebesar 5,5% (yoy) atau 2,53% (qtq)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

NPL gross BPR di Sumut pada

triwulan II-2012 tercatat sebesar 7,77%,

mengalami penurunan dibandingkan

dengan NPL pada posisi triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 8,92%.

Untuk lebih meningkatkan kinerja BPR,

Kantor Bank Indonesia mulai memfasilitasi

upaya pembentukan APEX BPR yang

berperan dalam penyatuan/pengumpulan

dana (pooling of fund), pemberian bantuan

keuangan (financial assistance), dan

dukungan teknis (technical services) dari

bank umum kepada BPR yang tergabung dalam APEX BPR dengan tujuan akhir yaitu

peningkatan fungsi intermediasi BPR.

B. SISTEM PEMBAYARAN

Sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian pada awal tahun 2012,

perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Sumut pada triwulan II-2012

menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini ditandai oleh peningkatan volume

transaksi baik tunai maupun non tunai secara tahunan.

3.6 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI

3.6.1 Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara

Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

BI-RTGS) pada triwulan II-2012 mengalami peningkatan sebesar Rp 27,46 triliun atau meningkat

15,87% (qtq) menjadi Rp200,3 triliun dari nilai transaksi pada triwulan I-2012 yang tercatat

Grafik 3.15 Perkembangan NPL BPR Sumut

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

55 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

sebesar Rp173,06 triliun. Begitu pula dengan volume transaksi RTGS yang tumbuh sebesar

12,70% (qtq) meningkat dibandingkan triwulan lalu yang mengalami penurunan sebesar -

13,87% (qtq). Volume transaksi pada triwulan laporan tercatat sebesar 252.829 transaksi.

Peningkatan transaksi RTGS di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan tingginya aktivitas

perekonomian seiring dengan peningkatan konsumsi. Tingginya aktivitas konsumsi tidak

terlepas dari libur sekolah dan beberapa hari libur lainnya pada triwulan II-2012.

Sejalan dengan peningkatan transaksi BI-RTGS, besaran rata-rata per hari nilai transaksi

pada triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp 3,23 triliun, meningkat 17,74 % (qtq) atau Rp 487

miliar bila dibandingkan dengan triwulan I-2012. Rata-rata volume transaksi per hari pada

triwulan II-2012 meningkat 14,51% (qtq) menjadi 4.078 transaksi.

3.6.2 Kegiatan Transaksi Kliring

Nilai transaksi kliring pada triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp37,42 triliun. Nilai ini

meningkat 4,51% (qtq) atau Rp 1,61 triliun bila dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang

mengalami penurunan sebesar -0,48% (qtq) dengan nilai transaksi sebesar Rp35,80 triliun.

Sementara itu, volume warkat kliring mengalami peningkatan sebesar 1,90% (qtq)

dibandingkan triwulan lalu menjadi 1.145.383 lembar warkat. Hal ini menunjukkan bahwa pada

triwulan laporan transaksi kliring Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan seiring

dengan tingginya transaksi perekonomian.

Tabel 3.6 Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara

Sumber : www.bi.go.id, Bank Indonesia, diolah

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 56

Pada triwulan II-2012, besaran rata-

rata per hari nilai transaksi kliring adalah

sebesar Rp594 miliar, dengan rata-rata

jumlah warkat yang diproses sebanyak

18.181 transaksi (warkat) per hari. Sementara

itu, jumlah penolakan cek dan bilyet giro

(Cek/BG) kosong di Provinsi Sumatera Utara

pada triwulan II-2012 tercatat sebanyak

16.837 warkat dengan nilai Rp421 miliar.

Dengan demikian rata-rata penolakan cek

dan bilyet giro per harinya sebanyak 267

warkat dengan nilai Rp 6,69 miliar. Penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong ini

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu dari segi nilai 8,71% (qtq), sedangkan dari

segi volume mengalami peningkatan sebesar 6,93% (qtq).

3.7 SISTEM PEMBAYARAN TUNAI

3.7.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow)

Perkembangan aliran uang kartal yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia di

Sumatera Utara pada triwulan II-2012 mengalami net outflow, artinya jumlah aliran uang keluar

dari Bank Indonesia lebih besar dibandingkan aliran uang masuk. Kegiatan transaksi aliran uang

kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Sumatera Utara menunjukkan posisi net outflow

sebesar Rp 305 miliar, meningkat dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang tercatat net

inflow sebesar Rp 3,16 triliun. Posisi inflow atau aliran uang kartal yang masuk ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia pada periode laporan tercatat sebesar Rp 5,99 triliun atau menurun

Grafik 3.17 Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Provinsi Sumatera Utara

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah

Grafik 3.16 Perkembangan Cek/BG Kosong Perbankan Sumut

Sumber : www.bi.go.id (statistik sistem pembayaran)

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

57 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

sebesar -15,37% (qtq), sedangkan posisi outflow atau aliran uang kartal keluar tercatat sebesar

Rp 6,29 triliun atau meningkat sebesar 60,67% (qtq).

3.7.2 Temuan Uang Palsu

Temuan uang palsu yang masuk ke sistem perbankan di Provinsi Sumatera Utara

menunjukkan kecenderungan yang meningkat seiring dengan tingginya transaksi

perekonomian. Temuan uang palsu, baik dari segi nominal maupun jumlah lembar mengalami

peningkatan. Pada triwulan II-2012 ditemukan sebanyak 609 lembar uang palsu dengan total

nilai sebesar Rp37.025.000.

Sebagaimana triwulan-triwulan sebelumnya, denominasi Rp50.000 paling banyak

dipalsukan dibandingkan pecahan lainnya, atau sebanyak 67,98% dibandingkan total temuan

uang palsu. Sementara itu jumlah temuan uang palsu Rp100.000 sebanyak 157 lembar.

Selebihnya, temuan uang palsu denominasi Rp20.000 (26 lembar), denominasi Rp10.000 (9

lembar), dan denominasi Rp5.000 (3 lembar).

3.7.3 Penyediaan Uang Layak Edar

Tabel 3.7 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara & Aceh)

Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Sumber :KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

Tabel 3.18 Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 58

Salah satu tugas pokok Bank Indonesia dalam pengedaran uang diantaranya adalah

melakukan pemusnahan atau kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang

kartal yang sudah tidak layak edar (lusuh/rusak) sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang

kartal yang diedarkan di masyarakat (clean money policy) secara berkesinambungan. Pada

triwulan II-2012 jumlah uang kartal yang telah dikenai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

atau dimusnahkan tercatat sebesar Rp 341 miliar atau sebesar 5,69% dari jumlah inflow.

Jumlah uang kartal yang dicatat sebagai PTTB tersebut menurun dibandingkan triwulan lalu

yang tercatat sebesar Rp1,86 triliun.

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Boks 4 | Edukasi Keuangan Usia Dini: Olimpiade Perbankan

g

Sebagai bagian dari upaya mewujudkan financial inclusion, edukasi keuangan usia

dini merupakan tahapan yang sangat penting karena dengan di usia dini anak-anak memiliki

kemampuan menyerap pengetahuan secara lebih optimal dan tersimpan secara permanen

dalam benaknya. Oleh karena itu Bank Indonesia bekerja sama dengan Kementerian

lebih jauh mengenai perbankan. Kegiatan ini diselenggarakan pada bulan Juni 2012 di tujuh

kota besar yaitu Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar dan Banjarmasin.

Olimpiade Perbankan di wilayah Medan dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2012

bertempat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX. Olimpiade ini dilaksanakan dalam

dua kategori yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD) dan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP). Antusiasme pelajar untuk mengikuti olimpiade ini terlihat dari banyaknya peserta yang

mendaftar yaitu sejumlah 20 peserta untuk tingkat SD dan 20 untuk tingkat SLTP. Setelah

melalui proses kompetisi yang ketat akhirnya didapatkan juara untuk masing-masing kategori

yaitu SD Negeri 060843 dan SMP Pertiwi. Kedua juara ini melanjutkan kompetisi di tingkat

nasional pada tanggal 26 Juni 2012 di Jakarta.

Kepiawaian pelajar dari Sumatera Utara dalam bidang perbankan akhirnya dibuktikan

dengan berhasilnya perwakilan dari Sumatera Utara meraih juara pertama di tingkat Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama. SMP Pertiwi dari Medan mendapatkan gelar juara setelah

menyisihkan peserta dari 6 daerah lainnya yang notabene menjadi juara di Kota Jakarta,

Bandung, Surabaya, Banjarmasin, Semarang dan Makassar. Sedangkan pemenang kedua dan

ketiga adalah SMP Negeri 3 Makassar dan SMP Negeri 01 Surabaya.

Selain olimpiade perbankan, Bank Indonesia bekerja sama dengan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Pendidikan di beberapa daerah juga mengintegrasikan

edukasi keuangan pada kurikulum sekolah. Kegiatan ini telah dilakukan di Semarang,

Bandung, Surabaya, Medan, Makassar dan Banjarmasin yang melibatkan 72 sekolah sebagai

pilot project. Di Medan pilot project ini dilaksanakan di 6 SD dan 6 SMP dengan

mengintegrasikan edukasi keuangan ini ke dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

BOKS 4 EDUKASI KEUANGAN USIA DINI : OLIMPIADE PERBANKAN

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

60 Edukasi Keuangan Dini: Olimpiade Perbankan | Boks 4

Direncanakan penanaman edukasi keuangan kepada sekolah akan terus bertambah setiap

tahun, dimana pada akhir tahun 2012, sejumlah sekolah lain juga berkesempatan untuk

mendapatkan edukasi keuangan di Bank Indonesia Jakarta. Sehingga diharapkan seluruh

siswa SD dan SMP pada akhirnya akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan

edukasi keuangan.

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

61 Perkembangan Keuangan Daerah | BAB 4

Realisasi anggaran belanja APBD Provinsi Sumatera Utara sampai dengan 11 Juni 2012

tercatat telah mencapai 21,65% dari total Rp7,86 triliun. Tingkat realisasi tersebut sedikit lebih

rendah dibandingkan realisasi APBD pada periode yang sama yang mencapai 22,7% dari Rp4,5

triliun. Namun demikian secara nominal, realisasi belanja APBD pada triwulan ini mencapai Rp

1,7 triliun, masih lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada triwulan II-2011 sebesar Rp

1,5 triliun.

Masih rendahnya realisasi anggaran pada periode laporan antara lain disebabkan belum

bisa direalisasikannya anggaran dana hibah dan bantuan sosial. Anggaran tersebut harus direvisi

kembali karena dianggap tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun

2011 yang mewajibkan adanya verifikasi terlebih dahulu sebelum anggaran disetujui. Hingga

saat ini, pemerintah provinsi Sumatera Utara sama sekali belum mencairkan anggaran ini.

Dari realisasi belanja sebesar Rp 1,70 triliun, sebagian besar digunakan untuk dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) selama dua triwulan sebesar Rp 742,7 miliar serta untuk

belanja rutin pemerintah. Sementara itu, anggaran belanja infrastruktur belum banyak

terealisasi. Realisasi proyek infrastruktur selama semester I-2012 sebagian besar hanya untuk

kegiatan pemeliharaan.

Sementara itu berdasarkan data dari Biro Keuangan Sumatera Utara, Satuan Kerja

Perangkat Daerah SKPD dengan penyerapan anggaran cukup besar antara lain Satuan Polisi

Pamong Praja (Satpol PP) sebesar Rp 5,7 miliar dari total anggaran Rp 10,3 miliar atau 56%,

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sumut Rp 2,7 miliar dari total Rp 5,17 miliar atau

Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Sumatera Utara

Sumber : www.djpk.depkeu.go.id

BBBAAABBB 444 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 4 | Perkembangan Keuangan Daerah 62

52%. Sedangkan SKPD dengan penyerapan anggaran yang relatif rendah antara lain Dinas

Pendidikan sebesar Rp 26,8 miliar dari Rp 362,8 miliar atau 7%, Dinas Tata Ruang dan

Pemukiman sebesar Rp 20 miliar dari Rp 229,4 miliar atau 8%, serta Dinas Bina Marga sebesar

Rp 65,5 miliar dari Rp 640 miliar atau 10,2%.

Dari sisi anggaran, APBD Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 ini mengalami

peningkatan yang cukup signifikan dari sisi pendapatan dan belanja daerah. Anggaran

pendapatan tercatat mengalami peningkatan sebesar 63,6%. Sementara itu, Anggaran Belanja

Daerah mengalami peningkatan sebesar 64,1%. Tingginya peningkatan APBD diperkirakan juga

disebabkan tingginya proyek-proyek infrastruktur yang terkait dengan pelaksanaan program

MP3EI. Peningkatan anggaran belanja yang lebih besar ini disebabkan karena masih besarnya

Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA) tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp720 miliar,

meningkat dibandingkan SILPA tahun 2010 yang tercatat sebesar Rp404,88 miliar.

Saat ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara sedang

melakukan pembahasan rancangan peraturan daerah mengenai perubahan APBD Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2012. APBD Perubahan ini diharapkan dapat disahkan pada pertengahan

September 2012.

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB V Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 5 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 63

“Perekonomian Sumatera Utara yang stabil didukung oleh kondisi ketenagakerjaan dan

kesejahteraan masyarakat yang meningkat“

6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Utara menunjukkan perkembangan yang

semakin membaik. Beberapa indikator ketenagakerjaan dari survei yang dilakukan Bank

Indonesia menunjukkan peningkatan. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dari Survei

Konsumen pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 83,18, meningkat dibandingkan dengan

indeks triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 63,81.

Grafik 5. 1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia, diolah

Kondisi ketenagakerjaan yang membaik juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU). Indikator Saldo Bersih Tertimbang (SBT) jumlah karyawan total pada

triwulan II-2012 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I-2012. Pada

triwulan II-2012, SBT jumlah karyawan total sebesar 5,75% mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan I-2012 sebesar 0,02%. Kontribusi terbesar pada sektor keuangan

(SBT 3,23), namun peningkatan terbesar terjadi pada sektor pengangkutan dan

komunikasi yang triwulan sebelumnya sebesar -2,09, pada triwulan II-2012 meningkat

menjadi sebesar 0,70.

BBBAAABBB 555 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

64 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan| BAB 5

Grafik 5. 2 SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja

Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia, diolah

Peningkatan indikator ini juga diikuti dengan kualitas tenaga kerja yang cukup baik

yang antara lain terlihat dari besarnya porsi pengiriman TKI ke luar negeri yang bekerja di

sektor formal dari Sumatera Utara yaitu sekitar 90% atau sebanyak 729 orang pada

triwulan II 2012, sisanya sebanyak 10% atau sebanyak 82 orang bekerja di sektor

informal. Rasio ini jauh lebih baik dibandingkan dengan rasio perbandingan TKI yang

bekerja di sektor formal dan sektor non formal secara nasional yaitu 45 : 55.

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 5 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 65

Tabel 5. 3 Pemberangkatan TKI menurut Daerah Asal dan Status Pekerja (Mei 2012)

Sumber: Ditjen Binapenta dan BNP2TKI

Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumatera Utara yang berangkat hingga

Mei 2012 tercatat sebesar 811 orang, 92% atau 746 orang di antaranya adalah

perempuan. Sumatera Utara merupakan provinsi dengan peringkat ke-9 dalam hal

pengiriman TKI, setelah provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara

Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Bali.

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

66 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan| BAB 5

Tabel 5. 4 Pemberangkatan TKI menurut Daerah Asal dan Jenis Kelamin (Mei 2012)

Sumber: Ditjen Binapenta dan BNP2TKI

6.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN

Mengikuti membaiknya indikator ketenagakerjaan, beberapa indikator

kesejahteraan juga menunjukkan hal serupa. Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang

dilaksanakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, indeks penghasilan saat ini

dan ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan lalu. Pada bulan Juni 2012, indeks penghasilan saat ini

dibandingkan 6 bulan yang lalu sebesar 118. Sementara itu, ekspektasi masyarakat atas

penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 134.

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 5 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 67

Grafik 5.1. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan

Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia, diolah

Pada triwulan II-2012, daya beli petani mengalami sedikit peningkatan

dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan II-2012 Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat sebesar

101,97, meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 101,79. Peningkatan NTP tersebut

dapat mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan dari sisi petani. NTP yang

mencerminkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan

petani untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam menghasilkan produk

pertanian. Pada triwulan I-2012, NTP tercatat sebesar 101,79.

Grafik 5.2. Nilai Tukar Petani

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Pada periode bulan Juni 2012, NTP Sumut per subsektor adalah sebagai berikut:

Nilai Tukar Petani subsektor padi & palawija (NTPP) sebesar 100,22, Nilai Tukar Petani

subsektor Hortikultura (NTPH) sebesar 110,21, Nilai Tukar Petani subsektor Tanaman

Perkebunan Rakyat (NTPR) sebesar 100,50, Nilai Tukar Petani subsektor Peternakan (NTPT)

sebesar 104,79, dan Nilai Tukar Petani subsektor Perikanan (NTN) sebesar 99,03.

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB VI Prospek Perekonomian Daerah

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

68 Prospek Perekonomian Daerah| BAB 6

menjadi 6,50%±1% dan diimbangi oleh laju inflasi yang terjaga pada kisaran 4,80%±1%

6.1. Perkiraan Ekonomi

Perekonomian Sumatera Utara tumbuh stabil sepanjang semester I dan

pada triwulan III-2012 diperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara

terakselerasi menjadi 6,50%±1% (yoy). Laju pertumbuhan ekonomi triwulan

mendatang masih ditopang kuat oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan

konsumsi pemerintah yang kian meningkat di semester II-2012.

Dari sisi neraca perdagangan, Sumatera Utara belum dapat berharap banyak

dari pertumbuhan nilai ekspor di tengah pelemahan ekonomi negara maju yang belum

membaik dan penurunan pertumbuhan ekonomi negara Cina yang juga merupakan salah

satu negara tujuan utama ekspor Sumatera Utara. Terlebih lagi, harga komoditas CPO dan

karet yang terkoreksi, menyebabkan ekspor Sumatera Utara mengalami tekanan baik dari

sisi volume maupun nilai atau harga satuannya.

Berdasarkan sisi penawaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Sumatera

Utara pada triwulan mendatang lebih banyak ditopang oleh sektor perdagangan, hotel,

dan restoran. Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri meningkatkan aktivitas

perdagangan secara signifikan.

Perkiraan tersebut juga didasarkan pada hasil Survei Konsumen yang dilakukan

oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah IX pada bulan Juli 2012 dimana ekspektasi

konsumen terhadap kondisi perekonomian mendatang meningkat seiring peningkatan

indeks ekspektasi penghasilan, ketersediaan lapangan pekerjaan, dan kondisi ekonomi

mendatang.

Grafik 6. 1 Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber: Survei Konsumen, KBI Medan

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 69

6.2. Perkiraan Inflasi Daerah

Laju inflasi tahunan pada triwulan III-2012 diperkirakan berada pada

kisaran 4,80%±1%. Hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Wilayah IX menunjukkan terdapat kecenderungan penurunan harga pada

3 bulan dan 6 bulan yang akan datang. Meskipun demikian perlu dicermati pergerakan

harga komoditas utama pasca Hari Raya Idul Fitri. Apabila setelah Idul Fitri kecenderungan

harga tidak kembali ke level keseimbangannya (downward price rigidity), maka hal

tersebut akan meningkatkan potensi tekanan inflasi.

Grafik 6. 2 Ekspektasi Konsumen

Sumber : Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX

Hal ini juga didasarkan pada hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang

menunjukkan bahwa hingga bulan Agustus 2012 terdapat kenaikan harga komoditas

volatile foods seperti daging sapi, daging ayam ras, dan beberapa komoditas sayuran.

Guna mengantisipasi kenaikan inflasi ke depan, TPID Provinsi Sumatera Utara dan Kota

Medan merekomendasikan upaya pengendalian inflasi yang terbagi menjadi dua yaitu

pengendalian jangka pendek selama satu dua bulan ke depan dan jangka menengah

panjang.

a. Langkah pengendalian inflasi jangka pendek

Dalam jangka pendek terdapat potensi kenaikan inflasi sebagai akibat faktor musiman

berupa libur sekolah dan bulan puasa serta lebaran.

Untuk mengantisipasi kenaikan inflasi akibat liburan sekolah, TPID Provinsi Sumatera

Utara dan Kota Medan merekomendasikan agar :

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

70 Prospek Perekonomian Daerah| BAB 6

1) Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara mengundang maskapai penerbangan

dan otorita bandara di Kota Medan untuk selanjutnya dihimbau agar para

pengusaha maskapai udara tidak menaikkan harga secara berlebihan.

2) Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara melakukan pengecekan kesiapan jalan

dan sarana prasarana angkutan darat dan merumuskan rekomendasi penanganan

kerusakan dan gangguan distribusi. Oleh karena itu, dibentuk tim yang terdiri dari

Balai Besar Jalan Nasional, Dinas Bina Marga, Dinas Perhubungan, Kepolisian

Daerah Sumatera Utara dan Jasa Raharja.

Untuk mengantisipasi kenaikan inflasi menjelang bulan puasa dan lebaran, TPID

Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan merekomendasikan agar :

1) Pemko Medan melalui Disperindag Kota Medan melakukan operasi pasar, dengan

menambah cakupan komoditas serta memperluas sebaran titik operasi pasar untuk

dapat lebih menjangkau pemukiman penduduk.

2) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan melakukan pemantauan stok

ketersediaan bahan pokok seperti beras, gula pasir, tepung terigu dan minyak

goreng di gudang-gudang distributor.

3) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan mengundang para distributor

beras, gula pasir, tepung terigu, dan minyak goreng untuk selanjutnya dihimbau

agar tidak menaikkan harga secara berlebihan.

4) Bulog Divre Sumut agar melakukan percepatan penyebaran stok beras dan

penyaluran raskin di wilayah kerja Bulog Divre Sumut.

5) Bulog Divre Sumut agar memastikan kecukupan stok beras untuk mendukung

pelaksanaan operasi pasar yang diminta oleh Kepala Daerah.

b. Langkah pengendalian inflasi jangka menengah panjang

Dalam jangka menengah panjang, untuk menjaga stabilitas inflasi, Tim Kerja TPID

merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan perlu melakukan diskusi

dengan Badan Meteorologi dan Geofisika yang dapat dilakukan pada forum rapat

TPID untuk menggali informasi mengenai kondisi cuaca mendatang dan

menyiapkan langkah-langkah antisipasi atas potensi fluktuasi harga komoditas

pertanian sebagai dampak perubahan cuaca.

2) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan perlu mempertimbangkan

untuk membentuk Pusat Informasi Harga Pangan Strategis dan atau memberikan

informasi harga pangan kepada masyarakat melalui press release secara berkala.

Hal tersebut bertujuan untuk menghindari asimetris informasi harga yang dapat

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 71

disalahgunakan oleh para spekulan untuk mengambil keuntungan dengan

menaikkan harga dengan tidak wajar,

3) Pemko Medan perlu melakukan upaya percepatan penyelesaian pembangunan

pasar induk di Kota Medan untuk memperlancar arus distribusi bahan pokok dan

menjaga ketersediaannya di pasar.

4) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan agar memberikan jaminan atas

ketersediaan dan kualitas daging sapi, dengan melakukan peningkatan jumlah sapi

yang dipotong di rumah pemotongan hewan resmi dengan menertibkan

pemotongan hewan yang tidak berizin.

5) Pemerintah Kota Medan agar melakukan riset-riset yang bertemakan inflasi

regional untuk memberikan masukan ilmiah terhadap upaya pengendalian inflasi

yang bersifat strategis.

6) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan perlu dilakukan upaya yang

lebih serius dalam pengendalian inflasi serta adanya terobosan-terobosan baru

yang inovatif dalam upaya-upaya pengendalian inflasi.

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Lampiran

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank
Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank
Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL...moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank