Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013
-
Upload
fairuz-azminnisa -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
description
Transcript of Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013
i
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
Triwulan IV 2013
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan VI 2013
VISI BANK INDONESIA
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional
melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil
MISI BANK INDONESIA
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan
pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang
berkesinambungan
NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA
Kepercayaan dan Integritas Profesionalisme Keunggulan Kepentingan Publik Koordinasi dan
kerjasama Tim
VISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi
pembangunan ekonomi daerah maupun nasional
MISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan,
efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung
pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
iii
...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah,
yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat...
(Salah satu dari lima tugas pokok Kantor Perwakilan Bank Indonesia)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
iv
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta
Unit Asesmen Ekonomi & Keuangan
Jl. P. Senopati No.4-6, Yogyakarta
Telp.0274-377755 Fax.0274-371707
Softcopy laporan ini dapat diunduh pada website Bank Indonesia: http://www.bi.go.id
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
v
INDIKATOR TERPILIH
I II III IV I II III IV
Ekonomi Makro Regional
Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy) 7.07 5.97 4.07 4.28 4.75 6.11 6.47 4.32
Berdasarkan Sektor
- Pertanian 10.11 0.87 4.29 (1.25) (3.90) 8.04 3.00 (2.21)
- Pertambangan & Penggalian 2.56 (0.07) 1.31 4.04 5.05 5.12 4.65 4.88
- Industri Pengolahan (3.20) (6.16) (5.34) 6.22 8.63 11.83 6.67 4.41
- Listrik, Gas, dan Air Bersih 11.42 5.96 8.65 3.01 6.73 9.31 5.98 4.21
- Konstruksi 14.42 4.93 6.72 1.12 8.08 11.14 6.59 0.85
- Perdagangan, Hotel & Restoran 8.25 6.21 3.71 8.75 7.04 7.22 6.93 3.80
- Pengangkutan dan Komunikasi 5.27 6.15 5.91 7.42 6.66 6.45 5.93 6.17
- Keuangan Persewaan & Jasa Usaha 9.83 11.89 13.14 5.35 7.44 6.06 4.44 7.05
- Jasa-jasa 6.10 17.18 4.08 1.63 5.85 (2.92) 10.20 9.62
Berdasarkan Permintaan
- Konsumsi Rumah Tangga 6.46 6.84 6.97 6.69 6.08 5.41 5.82 5.96
- Konsumsi Pemerintah 4.23 9.83 1.09 6.10 8.09 (2.43) 10.39 5.48
- PMTB 5.29 5.37 5.29 4.11 7.22 6.20 5.24 2.22
- Ekspor 7.94 7.69 7.96 7.05 7.36 6.60 5.08 6.47
- Impor 1.71 8.09 7.85 9.57 7.61 5.16 5.82 5.01
Ekspor
- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 69.18 63.74 65.84 69.92 69.91 70.26 64.35 90.08
- Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 9.74 10.08 8.82 9.06 8.50 8.96 7.61 41.61
Impor
- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 7.60 13.15 19.68 17.04 15.43 17.40 17.43 25.36
- Volume Impor Non Migas (ribu ton) 2.01 5.11 10.20 4.87 6.34 8.81 5.61 5.44
Indeks Harga Konsumen
- Kota Yogyakarta 131.04 132.23 134.05 135.72 139.38 139.71991 144.24 145.65
Laju Inflasi Tahunan
- Kota Yogyakarta (%,yoy) 3.45 4.27 3.91 4.31 6.36 5.67 7.60 7.32
Perbankan
Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar)
- Tabungan 14,710 15,658 16,464 18,663 18,207 18,904 19,909 20,661
- Giro 4,189 4,343 4,903 5,008 5,009 5,002 5,502 5,043
- Deposito 11,111 11,288 11,880 11,211 12,316 12,766 13,260 11,369
Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek
- Modal Kerja 7,244 8,138 8,390 8,996 8,755 9,499 9,861 8,849
- Konsumsi 8,436 8,663 9,177 9,651 9,804 10,139 10,382 9,035
- Investasi 2,804 2,985 3,113 3,193 3,597 4,282 4,756 4,646
Kredit UMKM (Rp Miliar)
- Modal Kerja 5,541 6,099 6,207 6,613 6,427 7,091 7,239 6,274
- Investasi 1,723 1,972 2,044 2,098 2,449 3,137 3,374 2,892
Loan to Deposit Ratio (%) 61.59 63.24 62.20 62.61 62.35 65.23 64.64 60.77
NPL Gross (%) 2.75 2.70 2.78 2.35 2.62 2.49 2.45 1.70
Sistem Pembayaran
Transaksi RTGS
- Rata-rata Net Incoming Transfer per bulan (Rp Miliar) 4,331 5,055 3,086 5,161 2,542 3,744 3,242 3,161
- Rata-rata Warkat Incoming Transfer per bulan (lembar) 4,885 5,328 5,548 6,009 5,083 5,621 5,023 5,335
Transaksi Kliring
- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 42.65 45.79 49.66 55.63 53.18 57.78 54.98 55.33
- Rata-rata Harian Volume Transaksi (lembar) 1,726 1,754 1,783 1,843 1,881 1,764 1,719 1,760
Indikator2012 2013
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
vi
Halaman ini sengaja dikosongkan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena atas rahmat dan karunia-Nya,
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Triwulan III 2013 yang
sebelumnya diterbitkan dengan judul Kajian Ekonomi Regional (KER) Daerah Istimewa Yogyakarta, dapat
hadir di tangan pembaca. Laporan ini yang kami buat dengan format baru, selain dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan intern Bank Indonesia, juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pihak ekstern
(external stakeholders) terhadap informasi perkembangan ekonomi regional, maupun perkembangan
moneter, perbankan dan sistem pembayaran, serta informasi beberapa hasil survei yang kami lakukan.
Kami berharap agar Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ini dapat
memberikan informasi yang memadai mengenai perkembangan makro perekonomian DIY terkini. Di
samping itu, laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Dinas
terkait atau stakeholders lainnya dalam mengambil kebijakan.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyediaan data dan informasi yang diperlukan. Kami juga mengharapkan kerjasama dari berbagai
stakeholders yang sudah baik selama ini dalam menyediakan data dan informasi dapat ditingkatkan di
masa depan sehingga tersedianya informasi yang terkini dari perekonomian DIY. Oleh karena itu kami
berharap agar hubungan yang lebih baik dapat terjalin di masa mendatang. Selain itu, kami juga
mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian ini, sehingga
dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa
melimpahkan ridho-Nya dan memberikan kemudahan kepada kita semua dalam mengupayakan hasil
kerja yang lebih baik.
Yogyakarta, Februari 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Arief Budi Santoso Direktur
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
viii
DAFTAR ISI
INDIKATOR TERPILIH .......................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................................. xi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................... xii
BAB 1 .................................................................................................................................................. 5
PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI................................................................................................. 5
1. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PERMINTAAN ............................................................................. 6
1.1. Konsumsi ............................................................................................................................ 6
1.2. Investasi .............................................................................................................................. 8
1.3. Perkembangan Ekspor - Impor ............................................................................................. 9
2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN ................................................................................ 12
2.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ........................................................................... 12
2.2. Sektor Industri Pengolahan ................................................................................................ 14
2.3. Sektor Pertanian ................................................................................................................ 15
2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ............................................................................... 15
2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ............................................................ 16
2.6. Bangunan ......................................................................................................................... 17
2.7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ....................................................................................... 18
2.8. Sektor Penggalian ............................................................................................................. 18
2.9. Sektor Jasa-Jasa ................................................................................................................ 18
BOKS 1 : HASIL LIAISON PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DIY TRIWULAN IV 2013 .......... 20
BAB 2 ................................................................................................................................................ 23
PERKEMBANGAN INFLASI ................................................................................................................ 23
1. Inflasi Tahunan ......................................................................................................................... 23
2. Inflasi Triwulanan ..................................................................................................................... 25
3. Inflasi Bulanan .......................................................................................................................... 26
4. Disagregasi Inflasi ..................................................................................................................... 27
5. Ekspektasi Inflasi ...................................................................................................................... 27
6. Inflasi Kota Yogyakarta dibandingkan Kota-kota di Jawa Tengah ............................................... 28
BAB 3 ................................................................................................................................................ 29
PERKEMBANGAN PERBANKAN........................................................................................................ 29
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
ix
1. Aset ......................................................................................................................................... 29
2. Intermediasi Perbankan ............................................................................................................. 29
3. Penghimpunan Dana ................................................................................................................ 30
4. Penyaluran Kredit ..................................................................................................................... 32
5. Stabilitas Sistem Perbankan ....................................................................................................... 34
5.1. Risiko Kredit ...................................................................................................................... 34
5.2. Risiko Likuiditas ................................................................................................................. 36
6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat .................................................................................... 36
6.1. Aset .................................................................................................................................. 36
6.2. Penghimpunan Dana ......................................................................................................... 37
6.3. Penyaluran dan Kualitas Kredit ........................................................................................... 37
6.4. Fungsi Intermediasi ............................................................................................................ 38
7. Perkembangan Perbankan Syariah ............................................................................................. 38
7.1. Aset Perbankan Syariah ..................................................................................................... 38
7.2. Intermediasi Perbankan Syariah .......................................................................................... 38
7.3. Penghimpunan Dana ......................................................................................................... 39
7.4. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan .................................................................................. 39
BAB 4 ................................................................................................................................................. 41
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ........................................................................................ 41
1. SISTEM PEMBAYARAN TUNAI ................................................................................................... 41
1.1. Pemusnahan Uang............................................................................................................. 42
1.2. Penukaran Uang ................................................................................................................ 43
1.3. Temuan Uang Palsu ........................................................................................................... 44
2. SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI ........................................................................................... 44
2.1. Transaksi Kliring ................................................................................................................ 44
2.2. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) .......................................... 45
BAB 5 ................................................................................................................................................. 47
KEUANGAN PEMERINTAH) ............................................................................................................... 47
1. Pendapatan Pemerintah ............................................................................................................ 47
2. Belanja Pemerintah ................................................................................................................... 48
3. Pembiayaan Pemerintah ............................................................................................................ 49
BAB 6 ................................................................................................................................................. 51
KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN ......................................................................................... 51
1. Tenaga Kerja ............................................................................................................................ 51
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
x
2. Kemiskinan .............................................................................................................................. 54
BAB 7 ................................................................................................................................................ 57
OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI .................................................................................. 57
1. PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI..................................................................................... 57
2. PERKIRAAN INFLASI .................................................................................................................. 58
L a m p i r a n.................................................................................................................................... 61
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan1 .......................................................................................... 6
Tabel 2 Negara Tujuan Ekspor Utama1.................................................................................................. 10
Tabel 3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penawaran1 ........................................................................... 12
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok Barang (% yoy) ............................................... 24
Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Per Kelompok Barang (%qtq) ............................................. 25
Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok barang (%mtm) .............................................. 26
Tabel 2.4 Tabel Disagregasi Inflasi Tahunan .......................................................................................... 27
Tabel 3.1 Indikator Perbankan ............................................................................................................ 29
Tabel 3.2 Kredit Bank Umum per Sektor Ekonomi ............................................................................... 34
Tabel 3.3 Indikator Bank Perkreditan Rakyat ........................................................................................ 37
Tabel 3.4 Indikator Perbankan Syariah ................................................................................................. 39
Tabel 4.1 Indikator Sistem Pembayaran Tunai ...................................................................................... 41
Tabel 4.2. Pemusnahan Uang .............................................................................................................. 43
Tabel 4.3 Penukaran Pecahan Uang Kecil ............................................................................................ 43
Tabel 4.4 Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai............................................................................... 45
Tabel 5.1. Realisasi Penerimaan APBD DIY, Kabupaten dan Kota ........................................................ 47
Tabel 5.2. Realisasi Belanja APBD DIY, Kabupaten dan Kota ............................................................... 48
Tabel 5.3. Realisasi Pembiayaan APBD DIY, Kabupaten dan Kota ........................................................ 49
Tabel 6.1 Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama ................................................... 53
Tabel 6.2 Indikator Status Ketenagakerjaan .......................................................................................... 54
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
xii
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi DIY dan Nasional ............................................................................... 5
Grafik 1.2 Survei Konsumen .................................................................................................................. 6
Grafik 1.3 Indeks Penjualan Riil ............................................................................................................. 6
Grafik 1.4 Penjualan Mobil .................................................................................................................... 7
Grafik 1.5 Penjualan Motor ................................................................................................................... 7
Grafik 1.6 Giro Pemerintah ................................................................................................................... 7
Grafik 1.7 Anggaran Belanja Daerah ..................................................................................................... 7
Grafik 1.7 Kredit Konsumsi Grafik ......................................................................................................... 8
Grafik 1.8 Disagregasi Kredit Konsumsi ................................................................................................. 8
Grafik 1.10 Realisasi Penanaman Modal ................................................................................................ 8
Grafik 1.11 Realisasi Anggaran Belanja Modal ....................................................................................... 8
Grafik 1.12 Kredit Investasi ................................................................................................................... 9
Grafik 1.13 Suku Bunga Kredit dan NPL ................................................................................................ 9
Grafik 1.14 Nilai Ekspor Luar Negeri .................................................................................................... 10
Grafik 1.15 Volume Ekspor Luar Negeri ............................................................................................... 10
Grafik 1.16 Nilai Ekspor Produk Tekstil ................................................................................................ 10
Grafik 1.17 Harga Tekstil Internasional ................................................................................................ 10
Grafik 1.18 Nilai Impor Luar Negeri ..................................................................................................... 11
Grafik 1.19 Volume Impor Luar Negeri ................................................................................................ 11
Grafik 1.20 Ekspor-Impor Produk Tekstil .............................................................................................. 11
Grafik 1.21 Komoditas Impor Luar Negeri ............................................................................................ 11
Grafik 1.22 Indeks Penjualan Eceran .................................................................................................... 12
Grafik 1.23 Penjualan Listrik Kel. Bisnis ................................................................................................ 12
Grafik 1.24 Kredit Subsektor Perdagangan .......................................................................................... 13
Grafik 1.25 Ekspektasi Kegiatan Usaha ................................................................................................ 13
Grafik 1.26 Perkembangan Wisatawan ................................................................................................ 13
Grafik 1.27 Tingkat Hunian Hotel ........................................................................................................ 13
Grafik 1.28 SKDU Subsektor Hotel-Restoran ........................................................................................ 13
Grafik 1.29 Kredit Sektor PHR ............................................................................................................. 13
Grafik 1.30 Penjualan Listrik Kel. Industri ............................................................................................. 14
Grafik 1.31 SKDU Sektor Industri Pengolahan ...................................................................................... 14
Grafik 1.32 Impor Bahan Baku Industri ................................................................................................ 14
Grafik 1.33 Kredit Sektor Industri ........................................................................................................ 14
Grafik 1.34 Nilai Tukar Petani .............................................................................................................. 15
Grafik 1.35 Produksi Tanaman Pangan ................................................................................................ 15
Grafik 1.36 Produksi Hortikulura ......................................................................................................... 15
Grafik 1.37 Kredit Sektor Pertanianx .................................................................................................... 15
Grafik 1.38 Penumpang Pesawat ........................................................................................................ 16
Grafik 1.39 Penumpang Kereta Api ..................................................................................................... 16
Grafik 1.40 Penumpang Pesawat ........................................................................................................ 16
Grafik 1.41 Kredit Transportasi ............................................................................................................ 16
Grafik 1.42 Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha ......................................................................................... 17
Grafik 1.43 Nilai Tambah Bruto Bank ................................................................................................... 17
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
xiii
Grafik 1.44 Kredit Properti ................................................................................................................... 17
Grafik 1.45 Kredit Sektor Konstruksi .................................................................................................... 17
Grafik 1.46 Kredit Listrik-Gas-Air Bersih ............................................................................................... 18
Grafik 1.47 Penjualan Listrik PLN .......................................................................................................... 18
Grafik 1.48 Kredit Sektor Penggalian ................................................................................................... 19
Grafik 1.49 Kredit Sektor Jasa .............................................................................................................. 19
Grafik 2.1. Inflasi Kota yogyakarta ....................................................................................................... 23
Grafik 2.2. Inflasi Yogykarta vs Inflasi Nasional ..................................................................................... 23
Grafik 2.3 Siklus Inflasi Triwulanan Kota Yogyakarta ............................................................................. 25
Grafik 2.4 Siklus Inflasi Bulanan Kota Yogyakarta ................................................................................. 25
Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen ............................................................................................... 28
Grafik 2.6. Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD & Indeks Penjualan Eceran ................................................... 28
Grafik 2.7 Inflasi Kota di Jawa Tengah & DIY ........................................................................................ 28
Grafik 3.1. LDR DIY ............................................................................................................................. 30
Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional ............................................................................................................ 30
Grafik 3.3. DPK Perbankan .................................................................................................................. 30
Grafik 3.4. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan ......................................................................................... 30
Grafik 3.5. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan DIY ..................................................................... 31
Grafik 3.6. Komposisi DPK Perbankan .................................................................................................. 31
Grafik 3.7. Komposisi DPK Menurut Gol. Pemilik .................................................................................. 32
Grafik 3.8. Komposisi Tabungan Menurut Gol. Pemilik ......................................................................... 32
Grafik 3.9. Komposisi Deposito Menurut Gol. Pemilik ........................................................................... 32
Grafik 3.10. Komposisi Giro Menurut Gol. Pemilik ................................................................................ 32
Grafik 3.11. Kredit Perbankan ............................................................................................................. 33
Grafik 3.12. Kredit Modal Kerja ........................................................................................................... 33
Grafik 3.13. Kredit Investasi ................................................................................................................. 33
Grafik 3.14. Kredit Konsumsi ............................................................................................................... 33
Grafik 3.15. Non Performing Loans DIY ................................................................................................ 35
Grafik 3.16. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan ............................................................................ 35
Grafik 3.17. NPL Kredit Bank Sektor UtamaGrafik 3.18. Kredit Bank Sektor Lainnya .............................. 36
Grafik 4.1 Aliran kas dan Pemusnahan Uang ........................................................................................ 42
Grafik 4.2 Transaksi Kliring .................................................................................................................. 45
Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS ............................................................................................................... 45
Grafik 6.1 Perkembangan TPAK di DIY ................................................................................................. 51
Grafik 6.2 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kab./Kota di DIY ......................... 52
Grafik 6.3 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional & DIY .............................................. 52
Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kab./Kota di DIY ............................. 53
Grafik 6.4 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di DIY ................................................................... 55
Grafik 7.1 Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................................................ 57
Grafik 7.2 Ekspektasi Kegiatan Usaha .................................................................................................. 57
Grafik 7.3 Ekspektasi Penghasilan ........................................................................................................ 58
Grafik 7.4 Ekspektasi Penjualan ........................................................................................................... 58
Grafik 7.5 Perkiraan Inflasi ................................................................................................................... 59
Grafik 7.6 Ekspektasi Harga ................................................................................................................. 59
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
2
Halaman ini sengaja dikosongkan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pertumbuhan ekonomi DIY triwulan IV 2013 mencapai 4,32% y.o.y lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III 2013 sebesar 6,47% y.o.y. Disisi permintaan sumber
pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara konsumsi
pemerintah, investasi dan impor melambat. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada
triwulan laporan yaitu : (i) daya beli masyarakat masih baik, (ii) peningkatan belanja konsumsi masyarakat
pada hari besar keagaamaan (Natal dan Idul Adha), (iii) peningkatan konsumsi wisatawan seiring
kenaikan jumlah kunjungan pada libur akhir tahun, (iv) membaiknya permintaan ekspor tekstil dari
Amerika dan China, sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi Amerika dan diversifikasi pasar ekspor
ke China yang dinilai cukup berhasil, hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekspor produk tekstil ke
China tujuh kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara itu pelemahan
nilai tukar diperkirakan memberikan pengaruh pada perlambatan impor serta realisasi investasi PMA di
Yogyakarta. Disisi sektoral, pertumbuhan ekonomi bersumber pada sektor pengangkutan-komunikasi,
sektor industri pengolahan dan sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan. Siklus peningkatan
kunjungan wisatawan ke DIY pada akhir tahun masih menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektoral
khususnya untuk sektor pengangkutan-komunikasi. Kenaikan permintaan produk tekstil dari Amerika
Serikat dan China memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sektor industri pengolahan meskipun
pelemahan nilai tukar dan kenaikan TDL memberikan tekanan terhadap kenaikan biaya produksi.
Perkembangan inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada triwulan IV tahun 2013 sebesar
7,32% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,60% (yoy). Inflasi
Kota Yogyakarta tahun 2013 berada dibawah laju Inflasi nasional sebesar 8,38% (yoy). Lebih
rendahnya laju inflasi Kota Yogyakarta dibandingkan laju inflasi Nasional tersebut didukung oleh
beberapa faktor yaitu (i) Respon tekanan inflasi atas kenaikan harga BBM di Yogyakarta relatif lebih
rendah, (ii) Kecukupan pasokan dan terjaganya distribusi pangan, (iii) ekspektasi konsumsi masyarakat
Yogyakarta yang relatif stabil, serta (iii) struktur nilai konsumsi Kelompok Bahan Makanan masyarakat
Kota Yogyakarta proporsinya lebih rendah dibandingkan proporsi Nasional sehingga gejolak yang terjadi
pada harga pangan pada tahun 2013 direspon lebih stabil.
Kinerja perbankan DIY pada triwulan VI-2013 masih menunjukan perlambatan
pertumbuhan. Aset perbankan DIY tumbuh 15,88% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang
sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh 20,12%. Dari sisi pasiva, pertumbuhan masih bersumber dari
kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,14% (yoy) dan di sisi aktiva pertumbuhan asset bersumber
dari pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 17,08% (yoy). Pertumbuhan DPK dan Kredit tersebut, di
bawah pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu masing-masing tumbuh 21,23%
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
2
dan 21,74%. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan menjadi lebih baik, tercermin dari Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 64,22% lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya
sebesar 62,61%. Sementara itu, kinerja kredit membaik yang tercermin dari kualitas kredit yang relatif
lebih baik, dengan rasio Non Performing Loan Gross hanya 1,97%.
Perkembangan kegiatan sistem pembayaran tunai di DIY pada triwulan IV 2013 mengalami
net outflow seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap transaksi tunai
pada libur akhir tahun. Net cash outflow rata-rata sebesar Rp63 miliar per bulan dengan adanya aliran
cash outflow dan kegiatan remise, posisi kas di KPw Bank Indonesia DIY tercatat sebesar Rp2.025 miliar
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2.654 miliar. Sementara itu, aktifitas
sistem pembayaran non tunai mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan ekonomi pada
triwulan IV 2013. Pada triwulan laporan, rata-rata harian nilai nominal kliring meningkat 0,64% q.t.q dari
Rp54,98 miliar menjadi 55,33 miliar. Demikian juga untuk transaksi yang terjadi di RTGS, rata-rata
bulanan incoming transfer RTGS pada triwulan laporan meningkat sebesar 19,70% (q.t.q) dari Rp12.756
miliar per bulan menjadi Rp15.268miliar per bulan, sementara nominal outgoing transfer per bulan
meningkat sebesar 27,26% (q.t.q). Secara keseluruhan net incoming transfer per bulan turun 2,49%
(q.t.q) dari Rp3.242 miliar per bulan menjadi Rp3.161 miliar per bulan. Pada triwulan laporan tersebut
temuan uang palsu mengalami penurunan baik dari jumlah nominal maupun jumlah lembar.
Kinerja gabungan keuangan Pemerintah Daerah se-DIY pada triwulan IV-2013 di sisi
penerimaan terealisasi dengan baik, namun belum optimal di sisi pengeluaran. Realisasi di sisi
penerimaan mencapai 101,55% atau sebesar Rp9,57 triliun, terutama bersumber dari Dana Perimbangan
dengan proporsi 53,33% dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan proporsi 25,88%. Tingginya realisasi
pendapatan sampai dengan triwulan IV-2013 terutama bersumber dari PAD yang melampaui target,
khususnya Pajak Daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Sementara itu, di sisi belanja
terealisasi sebesar 87,81% atau sebesar Rp8,42 triliun, dengan proporsi terbesar pada Belanja Tidak
Langsung sebesar 67,07%. Hal ini menyebabkan neraca APBD sampai dengan posisi akhir triwulan IV-
2013 masih surplus Rp1,15 triliun.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Agustus 2013 tercatat sebesar 68,89%, turun
dibandingkan keadaan Agustus 2012 sebesar 70,85%. Sementara itu tingkat pengangguran terbuka
di DIY pada Agustus 2013 sebesar 3,34% menurun dibandingkan Agustus 2012 sebesar 3,97%.
Berdasarkan jenis pekerjaaannya, sekitar 55,56% tenaga kerja tersebut bekerja pada sektor informal.
Sedangkan sebesar 44,44% bekerja pada kegiatan formal. Selanjutnya ditengah perekonomian yang
meningkat dan terbukanya lapangan kerja Kemiskinan DIY menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
3
Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 diperkirakan sebesar 5,3%±0,5%(yoy) lebih tinggi
dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 4,32% (yoy). Disisi Permintaan, pertumbuhan bersumber
dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara konsumsi pemerintah dan impor diperkirakan
melambat. Disisi sektoral, sumber pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor Industri Pengolahan,
Sektor Perdagangan Hotel Restoran, dan Sektor Pengangkutan. Konsumi Rumah Tangga yang
merupakan komponen utama pendorong pertumbuhan DIY diperkirakan tumbuh cukup baik pada
triwulan I 2014 dengan faktor pendorong : (i) peningkatan pendapatan masyarakat terkait realisasi
kenaikan UMP, (ii) daya beli masyarakat cukup baik yang diindikasikan masih optimisnya ekspektasi
konsumsi pada survei konsumen Bank Indonesia, serta (iii) kegiatan kampanye pemilu legislatif yang
dimulai bulan Maret.
Inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada triwulan I 2014 diperkirakan sebesar 6,02±1% yoy,
melambat dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 7,32% yoy. Faktor resiko tekanan inflasi pada
triwulan I 2014 diperkirakan berasal dari beberapa hal yaitu : (i) kebijakan Pemerintah untuk menaikkan
harga elpiji 12kg, (ii) Curah hujan di atas normal diperkirakan akan terjadi hingga akhir Februari/awal
Maret 2014, sehingga potensi terjadinya banjir akan mempengaruhi produksi pangan dan distribusi
pasokan (iii) Tekanan imported inflation diperkirakan masih berpotensi terjadi seiring dengan tekanan
nilai tukar yang masih berlanjut, (iv) potensi peningkatan konsumsi terkait penyelanggaraan kampanye
pemilu legislatif, (v) Penyesuaian harga produk manufaktur atas kenaikan UMP dan kenaikan biaya bahan
baku, serta (vi) Penyesuaian tarif sewa kos/rumah yang umumnya dilakukan pengusaha di Yogyakarta di
awal tahun.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
4
Halaman ini sengaja dikosongkan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
5
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi
BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI
Pertumbuhan ekonomi DIY triwulan IV 2013 mencapai 4,32% y.o.y lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III 2013 sebesar 6,47% y.o.y. Disisi permintaan sumber
pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara konsumsi
pemerintah, investasi dan impor melambat. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada
triwulan laporan yaitu : (i) daya beli masyarakat masih baik, (ii) peningkatan belanja konsumsi masyarakat
pada hari besar keagaamaan (Natal dan Idul Adha), (iii) peningkatan konsumsi wisatawan seiring
kenaikan jumlah kunjungan pada libur akhir tahun, (iv) membaiknya permintaan ekspor tekstil dari
Amerika dan China, sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi Amerika dan diversifikasi pasar ekspor
ke China yang dinilai cukup berhasil, hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekspor produk tekstil ke
China tujuh kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara itu pelemahan
nilai tukar diperkirakan memberikan pengaruh pada perlambatan impor serta realisasi investasi PMA di
Yogyakarta.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi DIY dan Nasional
Disisi sektoral, pertumbuhan ekonomi bersumber pada sektor pengangkutan-komunikasi,
sektor industri pengolahan dan sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan. Siklus peningkatan
kunjungan wisatawan ke DIY pada akhir tahun masih menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektoral
khususnya untuk sektor pengangkutan-komunikasi. Kenaikan permintaan produk tekstil dari Amerika
Serikat dan China memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sektor industri pengolahan meskipun
pelemahan nilai tukar dan kenaikan TDL memberikan tekanan terhadap kenaikan biaya produksi.
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Pert
umbu
han
Tahu
nan
(%)
Sumber : BPS
DIY Nasional
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
6
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PERMINTAAN
Tabel 1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan1
1.2. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV
2013. Pada triwulan laporan Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 5,96% y.o.y meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,82% y.o.y. Daya beli konsumen dan peningkatan belanja konsumsi
di hari besar keagamaan (Natal dan Idul Adha) menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi rumah
tangga. Selain itu pertumbuhan juga didukung oleh siklus peningkatan jumlah wisatawan di Yogyakarta
menjelang libur akhir tahun. Jumlah wisatawan ke DIY selama triwulan IV 2013 mencapai 1 Juta orang
dengan pertumbuhan mencapai 21,6% atau tertinggi dalam kurun waktu rata-rata 3 tahun terakhir.
Peningkatan jumlah kunjungan tersebut meningkat pada bulan Oktober dan November 2013 namun
menurun di bulan Desember terdampak banjir Jakarta1.
Grafik 1.2 Survei Konsumen
Grafik 1.3 Indeks Penjualan Riil
Meskipun tendensi konsumsi terkoreksi paska kenaikan harga BBM namun optimisme
masyarakat dalam berkonsumsi masih cukup baik yang ditunjukkan oleh Indeks Keyakinan
Konsumen DIY masih lebih dari 100. Hal tersebut dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator terpilih
yaitu pertumbuhan angka penjualan kendaraan bermotor, optimisme ekspektasi konsumsi, serta
pertumbuhan konsumsi listrik rumah tangga.
1 Berdasarkan data Statistik Kepariwisataan DIY Th 2011-2012, jumlah kunjungan wisatawan ke DIY yang berasal dari DKI
Jakarta mencapai 20-25% dari total wisatawan.
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
%Indeks
Sumber : Survei Konsumen BI
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
%Indeks
Sumber : SPE Bank Indonesia
Indeks Penjualan Riil
Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
7
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi
Grafik 1.4 Penjualan Mobil Grafik 1.5 Penjualan Motor
Sementara itu pertumbuhan Konsumsi Pemerintah mencapai 5,49% y.o.y, lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,39% y.o.y. Sumber
perlambatan ini merupakan imbas dari penyerapan anggaran belanja yang kurang optimal. Berdasarkan
data realisasi anggaran hingga akhir triwulan IV 2013 penyerapan belanja daerah oleh Pemerintah
Provinsi/Kab/Kota hanya berkisar ±88% terhadap target anggaran.
Grafik 1.6 Giro Pemerintah Grafik 1.7 Anggaran Belanja Daerah
Disisi pembiayaan perbankan, dampak kenaikan BI Rate yang direspon oleh kenaikan
Suku Bunga pinjaman mulai memberikan pengaruh pada perlambatan kredit konsumsi. Pada
akhir triwulan IV 2013 kredit konsumsi rata-rata tumbuh 9,43% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,49% (y.o.y). Kontraksi pertumbuhan kredit konsumen
terjadi pada subkelompok kredit kendaraan bermotor (Grafik 1.8).
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
100,000
110,000
120,000
130,000
140,000
150,000
160,000
170,000
180,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Chart T itle
Penjualan Mobil Pertumbuhan Tahunan (%)
8.00
8.25
8.50
8.75
9.00
1,300,000
1,350,000
1,400,000
1,450,000
1,500,000
1,550,000
1,600,000
1,650,000
1,700,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Unit Chart Title
Penjualan Sepeda Motor
Pertumbuhan Tahunan (yoy)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Sumber : Bank Indonesia
Chart Title
Outstanding Giro Pemerintah Pertumbuhan Tahunan (% yoy) % (yoy)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
I II III IV I II III IV
2012 2013
Sumber : DPPKAD Prov/Kab/Kota (Diolah)
Chart Title
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
8
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Grafik 1.7 Kredit Konsumsi Grafik Grafik 1.8 Disagregasi Kredit Konsumsi
1.3. Investasi
Pada triwulan IV 2013 pertumbuhan investasi sebesar 2,22% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,24% (y.o.y). Perlambatan ini
diperkirakan terjadi pada investasi bangunan sementara investasi non bangunan diperkirakan masih
tumbuh baik. Perlambatan pada investasi bangunan tersebut dikonfirmasi oleh menurunnya
pertumbuhan pada sektor konstruksi serta perlambatan kredit yang terkait sektor tersebut. Sementara
investasi mesin dan peralatan diperkirakan masih optimis seiring dengan peningkatan permintaan
produk-produk industri untuk pemenuhan pasar ekspor yang mulai tumbuh, khususnya pada produk
tekstil dan meubel.
Data BKPM mencatat bahwa perlambatan investasi di DIY pada triwulan IV 2013
bersumber pada investasi PMA sementara investasi PMDN tumbuh baik. Investasi PMA pada
triwulan laporan sebesar US$ 3,51 Juta menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar USS$ 14,4 Juta. Sementara nilai realisasi investasi PMDN pada triwulan laporan sebesar Rp 151
Miliar meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 10 Miliar.
Grafik 1.10 Realisasi Penanaman Modal Grafik 1.11 Realisasi Anggaran Belanja Modal
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
9500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Sumber : Bank Indonesia
Chart Title
Kredit Konsumsi Pertumbuhan Tahunan (% yoy) % (yoy)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
Chart Title
Pertumb. Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen
Pertumb. Kredit Pemilikan Kendaraan
Pertumb. Kredit Konsumsi Lain2
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
I II III IV I II III IV
2012 2013
Rp Miliar
Sumber : BKPM
Chart Title
PMA (US$ Juta) PMDN (Rp Miliar)
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV
2012 2013
Sumber : DPPKAD Prov/Kab/Kota (Diolah)
Chart Title
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
9
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi
Ditengah kebijakan moneter ketat yang ditempuh oleh Bank Sentral selama triwulan IV
2013, pertumbuhan kredit investasi di DIY masih tumbuh stabil. Kenaikan BI Rate yang direspon
oleh perbankan melalui peningkatan suku bunga kredit belum berpengaruh pada pertumbuhan kredit
investasi. Pada triwulan laporan kredit tumbuh 57,11% (y.o.y) stabil dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya sebesar 57,08% (y.o.y). Demikian halnya dengan tingkat NPL yang menunjukkan
kecenderungan menurun selama triwulan laporan.
Grafik 1.12 Kredit Investasi Grafik 1.13 Suku Bunga Kredit dan NPL
1.4. Perkembangan Ekspor - Impor
Ekspor DIY pada triwulan IV 2013 tumbuh 6,47% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,08% (y.o.y). Kenaikan tersebut terutama didorong
oleh ekspor luar negeri sementara ekspor dalam negeri relatif stabil. Tercatat nilai ekspor luar negeri DIY
pada triwulan laporan sebesar US$90,08 Juta tumbuh secara tahunan sebesar18,83% (y.o.y), lebih tinggi
dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya yang terkontraksi 2,27% (y.o.y) dengan nilai ekspor hanya
sebesar US$64 juta.
Peningkatan ekspor luar negeri terutama didorong oleh kenaikan ekspor tekstil dan
meubel. Kenaikan ekspor tekstil disebabkan oleh beberapa faktor : (i) Membaiknya perekonomian
Amerika Serikat sehingga permintaan tekstil meningkat, (ii) Depresiasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar
memberikan surplus margin kepada eksportir meskipun harga tekstil internasional cenderung menurun,
(iii) Diversifikasi pasar ekspor tekstil ke China cukup berhasil yang ditunjukkan oleh nilai ekspor yang
tumbuh hingga tujuh kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
0
10
20
30
40
50
60
70
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% yoyRp Miliar
Sumber : Bank Indonesia
Kredit Investasi Pertumbuhan Tahunan (% yoy)
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
12.00
12.50
13.00
13.50
14.00
14.50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Suku Bunga Investasi Tertimbang (%) NPL Kredit Investasi (%)
Suku Bunga (%) NPL %
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
10
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Grafik 1.14 Nilai Ekspor Luar Negeri Grafik 1.15 Volume Ekspor Luar Negeri
Grafik 1.16 Nilai Ekspor Produk Tekstil Grafik 1.17 Harga Tekstil Internasional
Berdasarkan tujuan negaranya kenaikan ekspor DIY terutama terjadi untuk Amerika
Serikat dan China, sementara ekspor ke negara tujuan utama lainnya relatif melambat.
Kenaikan ekspor produk tekstil ke China menggambarkan terbukanya pasar baru produk tekstil DIY. Hal
ini cukup menggembirakan karena secara historis ekspor tekstil DIY lebih banyak ditujukan ke Amerika
dan Uni Eropa.
Tabel 2 Negara Tujuan Ekspor Utama1
Pertumbuhan impor pada triwulan IV 2013 sedikit melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada triwulan laporan impor tumbuh 5,01% (y.o.y) sementara pada triwulan sebelumnya
tumbuh 5,81% (y.o.y). Perlambatan terjadi pada impor antar daerah, sementara impor luar negeri masih
tumbuh baik. Tercatat nilai impor luar negeri pada triwulan IV 2013 sebesar US$ 25,4 Juta tumbuh 48%
(y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 11% atau sebesar US$ 17,4%
(y.o.y).
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
I II III IV I II III IV
2012 2013
%, yoyJuta USD
Nilai Ekspor Pertumbuhan (rhs)
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
I II III IV I II III IV
2012 2013
% yoyRibu TON
SUmber : DSM Bank Indonesia
Nilai Ekspor Pertumbuhan Tahunan-rhs
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
1 2 3 4 1 2 3 4
2012 2013
Sumber : DSM - Bank Indonesia
% yoyUS$ Juta
Tho
usa
nd
s
Nilai Ekspor Tekstil (US$ Juta) Pertumbuhan Tahunan - rhs
640.00
660.00
680.00
700.00
720.00
740.00
760.00
780.00
800.00
820.00
840.00
860.00
73.00
74.00
75.00
76.00
77.00
78.00
79.00
80.00
81.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013Sumber : Bloomberg
Rp RibuUS$ Harga US$ Harga Rupiah
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
11
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi
Perlambatan impor terutama didorong oleh dampak melemahnya nilai tukar pada
triwulan IV 2013, namun perlambatan yang terjadi diredam oleh peningkatan permintaan
impor terhadap bahan baku tekstil untuk pemenuhan produksi ekspor [Grafik 19]. Bahan baku impor
tekstil pada triwulan laporan mempunyai pangsa 71% terhadap keseluruhan impor luar negeri DIY.
Grafik 1.18 Nilai Impor Luar Negeri Grafik 1.19 Volume Impor Luar Negeri
Grafik 1.20 Ekspor-Impor Produk Tekstil Grafik 1.21 Komoditas Impor Luar Negeri
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV
2012 2013
%, yoyJuta USD
Nilai Impor Pertumbuhan (rhs)
(200.00)
-
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
-
2,000.00
4,000.00
6,000.00
8,000.00
10,000.00
12,000.00
I II III IV I II III IV
2012 2013
% yoyTON
Sumber : DSM Bank Indonesia
Nilai Impor Pertumbuhan - rhs
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
-
10,000.00
20,000.00
30,000.00
40,000.00
50,000.00
60,000.00
I II III IV I II III IV
2012 2013
% yoyUS$ Juta
Sumber : DSM Bank Indonesia
Impor Tekstil Ekspor Tekstil
Pertumbuhan Impor Tekstil - rhs Pertumbuhan Ekspor Tekstil - rhs
Kayu Olahan6.76%
Barang Logam3.23%
Tekstil71.95%
Alat Listrik3.11% Barang Kulit
2.02%
Barang Kertas3.03%
Lainnya9.90%
Sumber : DSM Bank Indonesia
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
12
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN
Tabel 3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penawaran1
2.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran pada triwulan IV 2013 tumbuh 3,80% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,93% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan di Subsektor Perdagangan diperkirakan memberikan kontribusi terhadap perlambatan di
sektor PHR sementara SubSektor Hotel dan Restoran masih tumbuh stabil. Dalam triwulan laporan
tersebut walaupun daya beli masyarakat berangsur pulih pada triwulan IV 2013 paska kenaikan harga
BBM, namun belum mampu mendorong Subsektor Perdagangan tumbuh seperti rata-rata historis 3
tahun sebelumnya. Melambatnya kinerja Subsektor Perdagangan dikonfirmasi oleh beberapa prompt
indikator yaitu (i) perlambatan pada indeks penjualan riil, (ii) konsumsi listrik kelompok bisnis, (iii) kredit
sub sektor perdagangan dan (iv) indeks ekspektasi kegiatan usaha
Grafik 1.22 Indeks Penjualan Eceran Grafik 1.23 Penjualan Listrik Kel. Bisnis
Disisi lain perkembangan Subsektor Perhotelan dan Restoran diperkirakan tumbuh cukup
baik seiring dengan siklus kunjungan wisatawan pada akhir tahun. Optimisme perkembangan
pada Subsektor Hotel dan Restoran dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator yaitu : (i) jumlah
wisatawan domestik/mancanegara, (ii) tingkat hunian hotel, (iii) Indeks Realisasi Kegiatan Usaha
Subsektor Hotel-Restoran pada Survei Kegiatan Dunia Usaha.
0
5
10
15
20
25
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Index
Sumber : SPE Bank Indonesia
Indeks Penjualan Riil Pertumbuhan Tahunan - rhs
-5
0
5
10
15
20
25
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)MWh
Sumber : PLN
Penj. Listrik Bisnis Pertumbuhan Tahunan - rhs
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
13
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi
Grafik 1.24 Kredit Subsektor Perdagangan Grafik 1.25 Ekspektasi Kegiatan Usaha
Grafik 1.26 Perkembangan Wisatawan Grafik 1.27 Tingkat Hunian Hotel
Grafik 1.28 SKDU Subsektor Hotel-Restoran Grafik 1.29 Kredit Sektor PHR
Sementara dari sisi pembiayaan menunjukkan pertumbuhan yang stabil, outstanding kredit
yang disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2013 tercatat sebesar Rp 7,2 T tumbuh
43,41% (y.o.y) relatif sama dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 43,74% (y.o.y)
20
25
30
35
40
45
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Rp Miliar
Sumber : Bank Indonesia
Kredit Perdagangan Pertumbuhan Tahunan - rhs
-
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Indeks
Sumber : Bank Indonesia
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2011 2012 2013
Chart Title
Wisawatan DomestikWisatawan AsingPertumbuhan Wisdom - rhsPertumbuhan Wisman - rhs
% (yoy)orang
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% Chart Title
Bintang Non Bintang
-0.80
-0.60
-0.40
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2011 2012 2013
Sumber : SKDU Bank Indonesia
Chart TitleIndeks
0
10
20
30
40
50
60
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Rp miliar
Sumber : Bank Indonesia
Kredit PHR gPHR (rhs)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
14
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
2.2. Sektor Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan pada triwulan IV 2013 tumbuh 4,41% (y.o.y), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya 6,67% (y.o.y). Perlambatan yang terjadi pada Sektor Industri
pengolahan dipengaruhi beberapa faktor yaitu (i) meningkatnya biaya produksi terkait penyesuaian harga
TDL dan BBM, (ii) kenaikan harga bahan baku impor sebagai dampak depresiasi rupiah. Namun
perlambatan ini agak tertahan oleh membaiknya permintaan produk tekstil ke Amerika Serikat dan
China. Perlambatan yang terjadi pada sektor ini dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator yaitu : (i)
konsumsi listrik industri, (ii) menurunnya indeks realisasi kegiatan usaha dalam survei kegiatan dunia
usaha, dan (iii) Nilai impor komoditas bahan baku industri.
Grafik 1.30 Penjualan Listrik Kel. Industri Grafik 1.31 SKDU Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1.32 Impor Bahan Baku Industri Grafik 1.33 Kredit Sektor Industri
Dukungan pembiyaan perbakan terhadap sektor ini cukup baik. Outstanding kredit sektor
Industri Pengolahan pada posisi akhir bulan Desember 2013 berjumlah Rp1.472 miliar atau tumbuh
28,08% y.o.y.
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)MWh
Sumber : PLN
Penj. Listrik Bisnis Pertumbuhan Tahunan - rhs
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2011 2012 2013
Sumber : SKDU Bank Indonesia
Chart TitleIndeks
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
1 2 3 4 1 2 3 4
2011 2012
Sumber : DSM Bank Indonesia
Chart TitleImpor Bahan Baku Pertumbuhan Tahunan - rhs % (yoy)TON
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Rp miliar
Sumber : Bank Indonesia
Kredit Sektor Industri Pertumbuhan Tahunan - rhs
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
15
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi
2.3. Sektor Pertanian
Sektor Pertanian pada triwulan IV 2013 terkontraksi -2,21% (y.o.y) menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya (3% y.o.y). Penurunan terjadi pada produksi Jagung, Cabe Merah dan Bawang
Merah, sementara produksi padi masih mengalami pertumbuhan. Pada bulan Oktober 2013 produksi
cabe mengalami penurunan karena pergantian musim. Menurunnya produksi cabe dikonfirmasi oleh
peningkatan harga cabe di pasaran tradisional mengingat permintaan cabe saat ini stabil. Sementara itu
pada Desember 2013, produksi Bawang Merah di Bantul menurun karena lahan pertanian terkena banjir.
Menurunnya produksi juga pertanian dikonfirmasi oleh menurunnya Nilai Tukar Petani DIY [Grafik 1.34]
Kredit pertanian pada triwulan IV 2013 terkontraksi seiring dengan penurunan
pertumbuhan sektor pertanian. Outstanding kredit mencapai Rp 520 Miliar dengan pertumbuhan
terkontraksi 0,28% (y.o.y)
Grafik 1.34 Nilai Tukar Petani Grafik 1.35 Produksi Tanaman Pangan
Grafik 1.36 Produksi Hortikulura Grafik 1.37 Kredit Sektor Pertanianx
2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan IV 2013 tumbuh 6,17% (y.o.y), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 5,93% (y.o.y). Peningkatan ini terjadi seiring dengan pola
umum kenaikan jumlah wisatawan di DIY pada liburan akhir tahun. Jumlah wisatawan meningkat pada
bulan Oktober dan November 2013 namun tertahan pada bulan Desember 2013 karena terdampak
-2.0
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
90.00
95.00
100.00
105.00
110.00
115.00
120.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
%Indeks
Nilai Tukar Petani
Indeks Nilai Tukar Petani Pertumbuhan Tahunan (% yoy)
(100.0)
(50.0)
-
50.0
100.0
150.0
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
I II III IV I II III IV
2012 2013
TON %
Sumber : Dinas Pertanian (diolah)
Produksi Padi (ton)
Produksi Jagung
Pertumbuhan Tahunan Padi - rhs
Pertumbuhan Tahunan Jagung - rhs
(100.0)
(50.0)
-
50.0
100.0
150.0
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
I II III IV I II III IV
2012 2013
% yoyKuintal
Produksi Cabe Merah (kw) Produksi Bawang Merah (kw)
Pertumbuhan Cabe Merah - rhs Pertumbuhan Bawang Merah - rhs
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Rp miliar
Kredit Pertanian gPertanian (rhs)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
16
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
banjir Jakarta mengingat rata-rata 20-25% wisatawan DIY berasal dari Ibukota. Peningkatan sektor ini
dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator yaitu (i) peningkatan jumlah penumpang pesawat, (ii)
perkembangan penumpang kereta api, (iii) Jumlah kendaraan bermotor, serta (iv) pertumbuhan kredit
sektor transportasi.
Grafik 1.38 Penumpang Pesawat Grafik 1.39 Penumpang Kereta Api
Grafik 1.40 Penumpang Pesawat Grafik 1.41 Kredit Transportasi
Seiring dengan kenaikan sektor pengangkutan dan komunikasi, outstanding kredit yang
disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2013 turut mengalami peningkatan sebesar
18,78% (y.o.y) dengan realisasi penyaluran sebesar Rp 343 Miliar.
2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan pada triwulan IV 2013 tumbuh 7,05%
y.o.y, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,44% y.o.y Peningkatan terjadi
pada Sub Sektor Persewaan dan Jasa. Libur akhir tahun, serta peningkatan kegiatan MICE oleh
Pemerintah Daerah/Pusat di akhir tahun anggaran mendorong kinerja di sub sektor tersebut. Sementara
pada Sub Sektor Keuangan diperkirakan menurun yang ditunjukkan oleh melambatnya Nilai Tambah
Bruto bank umum di DIY [Grafik 1.23]. Hal ini sebagai dampak dari kenaikan suku bunga bank yang
meningkatkan biaya dana sementara pertumbuhan kredit mengalami perlambatan.
(70.00)
(60.00)
(50.00)
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Sumber : PT KAI
Penumpang Kereta
Pertumbuhan Tahunan - rhs
orang % yoy
(5)
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Sumber : BPS DIY
Datang Berangkat gDatang - rhs gBerangkat - rhsorang yoy %
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Sumber : POLDA DIY
Sepeda Motor Mobil gSEPEDA MOTOR gMOBIL
Unit % yoy
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Rp miliar
Sumber : Bank Indonesia
Kredit Transportasi gKredit Transportasi - rhs
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
17
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi
Pembiayaan kredit jasa dunia usaha menunjukkan penurunan, Outstanding kredit yang
disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2013 tercatat sebesar Rp 2,3 T terkontraksi
1,22% y.o.y
Grafik 1.42 Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha Grafik 1.43 Nilai Tambah Bruto Bank
2.6. Bangunan
Sektor Bangunan pada triwulan laporan tumbuh 0,85% y.o.y, lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,59% y.o.y. Faktor yang
mendorong perlambatan di sektor ini antara lain : (i) kenaikan suku bunga perbankan, (ii) pengetatan
aturan Loan to Value untuk rumah tipe > 70, serta (iii) pengetatan aturan KPR Inden. Hal tersebut juga
dikonfirmasi dari sisi pembiayaan, yang menunjukkan dukungan pembiayaan perbankan ke sektor
konstruksi melambat. Outstanding kredit untuk membiayai sektor bangunan di DIY pada posisi Desember
2013 sebesar Rp446 miliar, atau tumbuh 24,41% y.o.y
Grafik 1.44 Kredit Properti Grafik 1.45 Kredit Sektor Konstruksi
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Rp miliar
Kredit Jasa Dunia Usaha gJasa (rhs)
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
%
Sumber : Bank Indonesia
-20
0
20
40
60
80
100
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Rp miliar
Sumber : Bank Indonesia
KPR Type < 70 KPR Type > 70
gKPR Tipe<70 gKPR Tipe>70
0
20
40
60
80
100
120
140
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Rp miliar
Sumber : Bank Indonesia
Kredit Bangunan gBangunan (rhs)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
18
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
2.7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Kinerja sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada triwulan IV 2013 tumbuh 4,21% (y.o.y), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (9,30% y.o.y). Kenaikan TDL diperkirakan menjadi
pendorong perlambatan di sektor ini. Hasil liason menyatakan bahwa beberapa pelaku usaha perhotelan
di Yogyakarta melakukan efisiensi listrik terkait kenaikan TDL.
Jumlah penyaluran kredit di sektor ini relatif stabil. Outstanding kredit pada posisi akhir
Desember 2013 mencapai Rp40,19 miliar, atau terkontraksi 20,28% y.o.y.
Grafik 1.46 Kredit Listrik-Gas-Air Bersih Grafik 1.47 Penjualan Listrik PLN
2.8. Sektor Penggalian
Kinerja di sektor Penggalian pada triwulan IV 2013 tumbuh 4,88% y.o.y, relatif stabil
dibandingkan pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebesar 4,65% (y.o.y). Kegiatan usaha
sektor ini banyak didominasi oleh usaha penambangan pasir dan bahan galian C. Jumlah penyaluran
kredit di sektor ini relatif stabil. Outstanding kredit pada posisi akhir Desember 2013 mencapai Rp24,82
miliar, atau tumbuh 51,20% y.o.y.
2.9. Sektor Jasa-Jasa
Sektor Jasa-jasa pada triwulan IV 2013 tumbuh 9,62% (y.o.y), melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 10,20% (y.o.y). Perlambatan tersebut didorong oleh menurunnya
realiasasi belanja Pemda mengingat sektor ini didominasi oleh Subsektor Jasa Pemerintahan Umum.
Sebagaimana diketahui, pada triwulan IV belanja Pemda turun dibanding triwulan III.
Pembiayaan kredit sektor jasa mengalami peningkatan, outstanding kredit di sektor ini hingga
Desember 2013 mencapai Rp3,45 T, terkontraksi 3,89% y.o.y.
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Rp miliar
Sumber : Bank Indonesia
Kredit LGA gListrik (rhs)
-5
0
5
10
15
20
25
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)MWh
Sumber : PLN
Listrik (MWh) gListrik (yoy)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
19
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi
Grafik 1.48 Kredit Sektor Penggalian Grafik 1.49 Kredit Sektor Jasa
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Rp miliar
Kredit Penggalian gPenggalian (rhs)
-20
0
20
40
60
80
100
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% (yoy)Rp miliar
Kredit Sektor Jasa gPenggalian (rhs)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
20
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
BOKS 1 : HASIL LIAISON PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DIY TRIWULAN
IV 2013
Secara keseluruhan, kegiatan dunia usaha di DI Yogyakarta pada triwulan IV 2013
diindikasikan sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan terjadi
merata di hampir semua sektor terutama pada usaha yang berorientasi domestik. Sedangkan untuk
usaha yang berorientasi ekspor tetap tumbuh meskipun masih dibawah pertumbuhan rata-rata.
Grafik 1.50 Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha di DI Yogyakarta (SKDU Tw.III 2013)
Biaya Produksi
Pada tahun 2013 kenaikan biaya-biaya dinilai meningkat di atas normal karena hampir
semua komponen biaya utama seperti biaya bahan baku, biaya energi, dan biaya upah
mengalami kenaikan yang signifikan. Diakui bahwa kenaikan terbesar terjadi pada bahan baku
khususnya yang berasal dari impor. Hal ini paling dirasakan oleh pelaku usaha di sektor industri
pengolahan khususnya sub-sektor pengolahan makanan, minuman & tembakau, serta di sektor jasa-jasa
khususnya jasa kesehatan. Kenaikan biaya-biaya tersebut mendorong pelaku usaha untuk menaikkan
harga. Namun pelaku usaha mengaku prosentase kenaikan harga yang terjadi masih di bawah
prosentase kenaikan biaya. Langkah ini diambil untuk tetap mempertahankan tingkat permintaan.
Namun hal ini tentunya berdampak pada semakin tipisnya marjin yang didapat oleh pelaku usaha.
Akibatnya, pelaku usaha berencana menaikkan harga jual di awal tahun 2014 mendatang.
(30.00)
(20.00)
(10.00)
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Perkiraan Realisasi
SBT (%)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
21
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi
Permintaan Pasar
Penurunan permintaan di triwulan IV 2013 dialami oleh hampir semua sektor terutama
pada usaha yang berorientasi domestik yaitu sektor perdagangan, hotel & restoran; sektor
jasa-jasa; sektor industri pengolahan; dan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Di
sektor perdagangan, hotel & restoran khususnya sub-sektor restoran, penurunan permintaan lebih
disebabkan oleh turunnya nilai pengeluaran per-konsumen. Sedangkan untuk volume permintaan sendiri
masih mengalami pertumbuhan. Di sektor jasa-jasa khususnya sub-sektor jasa kesehatan, penurunan
disebabkan oleh menyusutnya ukuran pasar akibat adanya efisiensi yang dilakukan oleh pelanggan
korporasi. Menyusutnya ukuran pasar ini juga terjadi pada sektor industri pengolahan khususnya di sub-
sektor makanan, minuman & tembakau. Namun kali ini penyusutan ukuran pasar lebih diakibatkan
turunnya daya beli khususnya pada kalangan menengah ke bawah karena naiknya biaya hidup. Senada
dengan itu di sektor sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan khususnya sub-sektor Lembaga
Keuangan Non-Bank (LKNB), penurunan juga dipengaruhi melemahnya daya beli. Selain itu pada sub-
sektor ini kondisi ikut diperparah dengan semakin ketatnya persaingan. Sedangkan untuk pasar ekspor,
permintaan masih tetap tumbuh meskipun masih dibawah pertumbuhan rata-rata. Peningkatan
permintaan terutama dialami oleh sektor pertanian khususnya sub-sektor perkebunan yang dipengaruhi
oleh menguatnya nilai tukar US Dollar terhadap Rupiah. Kalaupun terjadi sedikit perlambatan adalah
pada ekspor dengan tujuan Kawasan Timur Tengah yang sempat mengalami ketidakstabilan politik dan
keamanan. Sedangkan di sisi lain pada sektor industri pengolahan justru mengalami penurunan ekspor
khususnya pada sub-sektor pengolahan barang kayu & hasil hutan lainnya. Penurunan ini lebih
dipengaruhi oleh turunnya permintaan ekspor terutama oleh pasar Amerika dan Eropa serta semakin
ketatnya persyaratan/kualifikasi ekspor ke negara tujuan ekspor tersebut khususnya terkait penggunaan
bahan baku kayu dan hasil hutan lainnya.
Kapasitas Utilisasi Usaha
Rata-rata kapasitas utilisasi terpakai pada dua sektor utama yaitu sektor pertanian dan
sektor industri pengolahan adalah 63,33%, lebih rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan
kapasitas utilisasi terutama dialami oleh sektor industri pengolahan, terutama sub-sektor pengolahan
barang kayu & hasil hutan lainnya. Tren penurunan kapasitas utilisasi ini telah terjadi sejak tahun 2008.
Saat ini kapasitas utilisasi dari perusahaan-perusahaan yang masih bertahan pun rata-rata tidak mencapai
40%. Sedangkan kapasitas utilisasi pada sub-sektor pengolahan makanan, minuman & tembakau masih
stabil bahkan pelaku usaha terus melakukan investasi guna meningkatkan kapasitas produksi. Di sisi lain
kapasitas utilisasi di sektor pertanian khususnya sub-sektor perkebunan masih mengalami pertumbuhan
seiring dengan meningkatnya permintaan.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
22
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Perkiraan Kondisi Usaha 2014
Pelaku Usaha optimis bahwa kegiatan usaha di tahun 2014 diperkirakan akan
mengalami peningkatan usaha meskipun di bawah pertumbuhan normal. Sektor yang
diperkirakan masih mengalami pertumbuhan positif diantaranya sektor pertanian, sektor perdagangan,
hotel & restoran dan sektor keuangan, persewaaan & jasa perusahaan. Berlawanan dengan itu, pelaku
usaha di sektor industri pengolahan justru memperkirakan akan mengalami penurunan usaha di tahun
mendatang. Pelaku Usaha di sektor pertanian dan industri pengolahan menyatakan bahwa saat ini rata-
rata kapasitas utilisasi mencapai 63,33%, lebih rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan kapasitas
utilisasi terutama dialami oleh sektor industri pengolahan, terutama sub-sektor pengolahan barang kayu
& hasil hutan lainnya. Sedangkan kapasitas utilisasi di sektor pertanian masih mengalami pertumbuhan
seiring dengan meningkatnya kegiatan usaha.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
23
Bab 2 Perkembangan Inflasi
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Perkembangan inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada tahun 2013 sebesar 7,32% (yoy)
berada dibawah laju Inflasi nasional sebesar 8,38% (yoy). Lebih rendahnya laju inflasi Kota
Yogyakarta dibandingkan laju inflasi Nasional tersebut didukung oleh beberapa faktor yaitu (i) Respon
tekanan inflasi atas kenaikan harga BBM di Yogyakarta relatif lebih rendah, (ii) Kecukupan pasokan dan
terjaganya distribusi pangan, (iii) ekspektasi konsumsi masyarakat Yogyakarta yang relatif stabil, serta (iii)
struktur nilai konsumsi Kelompok Bahan Makanan masyarakat Kota Yogyakarta proporsinya lebih rendah
dibandingkan proporsi Nasional sehingga gejolak yang terjadi pada harga pangan pada tahun 2013
direspon lebih stabil.
Sementara tekanan inflasi Kota Yogyakarta triwulan IV 2013 tercatat sebesar 0.98% qtq,
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,23% qtq, perlambatan tersebut
didorong oleh faktor kecukupan pasokan dan terkendalinya ekspektasi konsumsi rumah tangga.
Grafik 2.1. Inflasi Kota yogyakarta Grafik 2.2. Inflasi Yogykarta vs Inflasi Nasional
1. Inflasi Tahunan
Tekanan inflasi tahunan pada triwulan IV 2013 menunjukkan perlambatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompok barang, perlambatan bersumber dari Kelompok Bahan
Makanan (12,31% yoy), Kelompok Kesehatan (3,09% yoy) dan Kelompok Sandang (0,00% yoy),
sementara peningkatan inflasi terjadi pada Kelompok Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan (10,46% yoy),
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau (8,15% yoy), Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-
Bahan Bakar (5,18%) dan Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga (3,17% yoy).
Pada kelompok bahan makanan, laju inflasi mengalami perlambatan sejalan dengan
perbaikan pasokan produk tanaman pangan dan hortikultura serta meredanya kenaikan
harga-harga setelah mengalami faktor koreksi harga BBM. Pada kelompok ini perlambatan inflasi
terutama didorong oleh Subkelompok Padi-padian, Subkelompok Sayuran dan Subkelompok Ikan.
Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain : Beras, Kol, Sawi, dan Wortel.
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
(1.00)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2011 2012
% yo
y
% m
tm %
qtq
Sumber : BPS DIY
yoy mtm qtq
Grafik 2.1 Inflasi Kota Yogyakarta
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
% y
oy
Sumber : BPS DIY
Inflasi Kota Yogyakarta
Inflasi Nasional
Grafik 2.2 Inflasi Yogyakarta vs Inflasi Nasional
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
24
Bab 2 Perkembangan Inflasi
Penurunan harga beras didukung oleh peningkatan produksi padi pada triwulan IV-2013. Data Dinas
Pertanian DIY mencatat bahwa perkiraan produksi padi pada periode Oktober-Desember 2013 mencapai
120ribu ton atau tumbuh 89% yoy. Sementara stok beras Bulog sampai dengan akhir tahun 2013
mencukupi mencapai 31.900 ton.
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok Barang (% yoy)
Pada kelompok makanan jadi-minuman-rokok dan tembakau mengalami kenaikan inflasi.
Hal ini disebabkan pedagang menaikkan harga kuliner seiring dengan pola peningkatan jumlah
wisatawan yang berkunjung di akhir tahun. Pada kelompok ini, peningkatan inflasi terutama
didorong oleh Subkelompok Makanan jadi, dan Subkelompok Tembakau-Minuman Beralkohol. Adapun
komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain : Gudeg, Sate, dan Rokok. Peningkatan harga
kuliner Gudeg dan Sate lebih disebabkan karena pedagang mengambil kesempatan untuk meningkatkan
keuntungan ditengah peningkatan jumlah wisatawan sementara peningkatan harga Rokok disebabkan
oleh kenaikan harga Tembakau di Jawa Timur.
Pada kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami kenaikan inflasi.
Kenaikan tersebut sejalan musim peak seassion wisatawan yang direspon dengan kenaikan harga tiket
pesawat dan tiket kereta api pada musim libur akhir tahun.
Kelompok berikutnya yang memberikan andil tekanan inflasi cukup besar pada triwulan IV
2013 adalah Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar kenaikan inflasi tersebut didorong
oleh kenaikan TDL tahap IV yang diberlakukan pada 1 Oktober 2013.
Dalam upaya meredam tekanan inflasi triwulan IV 2013, Tim Pengendalian Inflasi DIY telah
melakukan beberapa langkah yaitu : (i) Mengintensifkan tracking dan monitoring baik harga,
pasokan, dan stok untuk setiap komoditas utama penyumbang inflasi, sehingga mampu memberikan
keyakinan kepada masyarakat bahwa pasokan kebutuhan pokok menjelang akhir tahun dapat dimonitor
dan dicukupi, (ii) Kecukupan pasokan diinformasikan kepada masyarakat melalui media massa, (iii)
I II III IV I II III IV I II III IV
U M U M / T O T A L 7.53 5.90 4.68 3.88 3.45 4.27 3.90 4.31 6.36 5.67 7.60 7.32
BAHAN MAKANAN 16.70 7.37 5.39 1.82 1.91 6.49 7.66 8.11 19.30 14.07 15.05 12.31
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 6.57 7.01 7.75 7.07 5.41 6.09 5.71 6.90 6.38 5.74 7.83 8.15
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 5.36 5.37 3.10 3.01 3.00 3.28 2.93 2.99 4.24 4.36 4.73 5.18
SANDANG 6.92 5.85 12.49 9.40 9.84 7.81 2.91 3.55 1.58 0.15 1.08 0.00
KESEHATAN 4.88 6.11 5.31 5.64 3.12 1.65 1.74 1.93 2.03 2.91 3.22 3.09
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 4.69 4.04 2.50 1.73 1.88 2.11 1.23 1.43 1.52 1.43 2.98 3.17
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 5.64 4.63 1.14 2.40 2.24 1.97 1.39 1.29 0.81 3.24 10.09 10.46
U M U M / T O T A L 7.53 5.90 4.68 3.88 3.45 4.27 3.90 4.31 6.36 5.67 7.60 7.32
BAHAN MAKANAN 3.00 1.29 0.95 0.32 0.34 1.16 1.39 1.49 3.83 2.71 2.93 2.37
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 1.35 1.46 1.62 1.48 1.14 1.29 1.21 1.48 1.34 1.21 1.67 1.76
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 1.49 1.49 0.86 0.83 0.83 0.90 0.80 0.81 1.15 1.19 1.26 1.38
SANDANG 0.35 0.30 0.67 0.51 0.54 0.42 0.16 0.19 0.08 0.01 0.05 0.00
KESEHATAN 0.25 0.32 0.28 0.29 0.16 0.09 0.09 0.10 0.10 0.15 0.16 0.15
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0.41 0.35 0.22 0.15 0.16 0.18 0.11 0.12 0.13 0.12 0.24 0.26
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 0.82 0.68 0.17 0.35 0.32 0.28 0.20 0.18 0.11 0.45 1.47 1.51
Sumber : BPS DIY
INFLASI TAHUNAN (% YOY)
ANDIL INFLASI TAHUNAN (% YOY)
2012 2013
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok Barang (% yoy)
KELOMPOK BARANG2011
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
25
Bab 2 Perkembangan Inflasi
menghimbau masyarakat untuk bijak berbelanja melalui upaya persuasif di media massa. Sementara itu
untuk lebih mengefektifkan upaya pengendalian inflasi di kab/kota, TPID DIY telah melakukan koordinasi
terhadap Pemerintah Kab/Kota untuk merintis pembentukan TPID kab/kota sesuai Instruksi Mendagri No.
027/1696/SJ tanggal 2 April 2013 tentang Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah. TPID
Kab/Kota direncanakan terealisasi sebelum semester I-2014 sehingga upaya pengendalian harga-harga di
level kab/kota dapat lebih dioptimalkan.
2. Inflasi Triwulanan
Pada triwulan IV 2013 inflasi Kota Yogyakarta tercatat sebesar 0.98% qtq, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,23% qtq. Inflasi pada triwulan IV 2013 bersumber
pada Kelompok Makanan Jadi dan Kelompok Perumahan-Listrik-Gas-Air Bersih dengan faktor
penyebabnya: (i) kenaikan tarif dasar listrik tahap ke-4 yang diberlakukan pada 1 Oktober 2013, (ii)
peningkatan konsumsi rumah tangga seiring peningkatan jumlah wisatawan pada Idul Adha, Natal dan
Tahun Baru, (iii) siklus penyerapan realisasi anggaran Pemerintah Daerah di akhir tahun, (iii)
terkendalanya produksi hortikultura karena memasuki musim hujan, serta (iv) dampak pelemahan nilai
tukar sehingga berpengaruh pada imported inflation. Berdasarkan siklus inflasi triwulanan Kota
Yogyakarta selama kurun lima tahun terakhir, inflasi triwulan IV 2013 masih mengikuti pola normalnya.
Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Per Kelompok Barang (%qtq)
Grafik 2.3 Siklus Inflasi Triwulanan Kota Yogyakarta Grafik 2.4 Siklus Inflasi Bulanan Kota Yogyakarta
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
I II III IV
Infla
si %
qtq
Sumber : BPS DIY
2009 2010 2011 2012 2013
Grafik 2.3 Siklus Inflasi Triwulanan Kota Yogyakarta
(1.00)
(0.50)
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Infl
asi
% m
tm
Sumber : BPS DIY
2010 2011 2012 2013
Grafik 2.4 Siklus Inflasi Bulanan Kota Yogyakarta
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
26
Bab 2 Perkembangan Inflasi
3. Inflasi Bulanan
Siklus inflasi Bulanan pada periode triwulan IV 2013 polanya relatif berbeda dengan siklus
inflasi umum Kota Yogyakarta 3 tahun kebelakang. Hal ini sebagai dampak penurunan daya beli
konsumen yang belum pulih sepenuhnya paska shock kenaikan harga BBM ditambah dengan dampak
kebijakan kenaikan TDL tahap IV.
Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok barang (%mtm)
Inflasi tertinggi pada triwulan IV 2013 terjadi pada bulan Oktober 2013 sebesar 0,61%
(mtm), adapun faktor pendorong inflasi Oktober 2013 yaitu : (1) meningkatnya permintaan konsumsi
masyarakat pada lebaran Idul Adha dan musim hajatan, (2) kenaikan ongkos transportasi udara karena
peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke DIY pada libur cuti bersama Idul Adha, (3) kenaikan TDL
tahap ke-4 pada 1 Oktober 2013, serta (4) kenaikan permintaan cabe merah untuk memenuhi pasokan
Jakarta sementara produksi lokal relatif tetap.
Pada bulan November 2013, Kota Yogyakarta mengalami inflasi sebesar 0,20% (mtm),
adapun faktor pendorong inflasi November 2013 yaitu : (1) kenaikan tarif dasar listrik, (2) pasokan
bawang merah berkurang karena serangan hama ulat, (3) kenaikan harga-harga makanan jadi khususnya
kuliner seiring kunjungan wisatawan.
Perkembangan inflasi terus menurun hingga pada bulan Desember 2013 tekanan inflasi
sebesar 0,17% (mtm), adapun faktor pendorong inflasi Kota Yogyakarta pada bulan Desember 2013
yaitu : (i) peningkatan permintaan konsumsi pada saat libur akhir tahun, (ii) kenaikan harga kuliner di
Kota Yogyakarta akibat peningkatan kunjungan wisatawan, (iii) pengaruh produksi hortikultura
memasuki musim penghujan, (ii) imported inflation akibat melemahnya nilai tukar.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
27
Bab 2 Perkembangan Inflasi
4. Disagregasi Inflasi
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, melambatnya inflasi tahunan pada triwulan IV
2013 didorong oleh perlambatan pada kelompok inti dan kelompok volatile food sementara
kelompok administered price meningkat. Pada triwulan laporan inflasi inti mencapai 2,93% (yoy)
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,99% (yoy). Faktor perlambatan tersebut antara
lain : (i) tingkat ekspektasi konsumsi masyarakat Kota Yogyakarta melambat yang tercermin pada hasil
Survei Konsumen Bank Indonesia, (ii) tren penurunan harga komoditas non food internasional, (iii)
penurunan harga emas, (iv) Upaya TPID DIY dalam mengelola ekspektasi pedagang dengan menerbitkan
Surat Himbauan kepada Pedagang Kuliner serta Surat Himbauan Ketua Asosiasi Pedagang Sapi Segoro
Yoso untuk tidak menaikkan harga diluar kewajaran.
Perlambatan juga ditunjukkan oleh kelompok inflasi volatile food, pada triwulan IV 2013
inflasi pada kelompok ini sebesar 2,16% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 2,66% (yoy). Faktor perlambatan tersebut antara lain : (i) banjir di Jakarta yang mempengaruhi
jumlah kunjungan wisatawan Ibukota ke Yogyakarta sehingga berdampak pada penurunan permintaan
kuliner dibandingkan kondisi historis sebelumnya, (ii) Relaksasi aturan impor kedelai sesuai Surat Edaran
Permendag No. 49/M-DAG/PER/9/2013 yang mendorong stabilitas harga kedelai di tempat petani dan
pedagang, (iii) Kecukupan stok beras Bulog sehingga operasi pasar raskin dapat dilaksanakan tepat
waktu, (iv) Upaya Pemda menjaga pasokan serta himbauan TPID kepada masyarakat terkait kecukupan
stok pangan. Sementara untuk Inflasi Administered Price mencapai 2,34% (yoy) meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,08% (yoy). Peningkatan yang terjadi pada kelompok
ini disebabkan kebijakan Pemerintah atas kenaikan TDL tahap 4 per 1 Oktober 2013.
Tabel 2.4 Tabel Disagregasi Inflasi Tahunan
5. Ekspektasi Inflasi
Pada triwulan IV 2013 tendensi konsumsi konsumen rumah tangga di DIY masih optimis
meskipun dengan tren yang menurun. Indeks Keyakinan Konsumen yang meningkat pada bulan
Oktober (129,33) dan November (130,25) kemudian terkoreksi pada bulan Desember 2013 (125,75).
Salah satu faktor yang mempengaruhi koreksi tersebut adanya indikasi masyarakat untuk menunda
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
28
Bab 2 Perkembangan Inflasi
kegiatan konsumsi di akhir tahun yang ditunjukkan oleh indeks konsumsi barang tahan lama yang
menurun pada bulan Desember 2013. Konsumen berharap terjadi penyesuaian atas penghasilan yang
diterima pada awal tahun khususnya kelompok pekerja/karyawan .
Ekspektasi konsumen terhadap kenaikan harga-harga juga menunjukkan penurunan
sejalan dengan indeks penjualan eceran yang menurun (Grafik 2.6). Disamping adanya indikasi
konsumen untuk melakukan penundaan kegiatan konsumsi hingga pada awal tahun, pelaku usaha
meresponnya dengan tidak menaikkan harga-harga pada bulan Desember 2013 dengan pertimbangan
untuk mempertahankan omzet dan kompetisi usaha.
Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 2.6. Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD & Indeks
Penjualan Eceran
6. Inflasi Kota Yogyakarta dibandingkan Kota-kota di Jawa Tengah
. Grafik 2.7 Inflasi Kota di Jawa Tengah & DIY
Pada tahun 2013 inflasi Kota-kota di Jawa Tengah relatif lebih tinggi dibandingkan inflasi
Kota Yogyakarta kecuali untuk Kota Tegal. Tekanan inflasi pangan tahun 2013 direspon lebih stabil
di Kota Yogyakarta mengingat bobot inflasi Kelompok Bahan Makanan pada SBH 2007 relatif lebih
rendah dibandingkan kota lain di Jawa Tengah. Faktor lainnya adalah respon kenaikan harga-harga paska
kenaikan harga BBM juga direspon lebih stabil dibandingkan kota-kota lain di Jawa Tengah (kec. Tegal).
Tingkat ekspektasi konsumsi masyarakat Kota Yogyakarta yang relatif stabil juga menjadi salah satu
pendorong capaian inflasi Kota Yogyakarta lebih baik dibandingkan kota Semarang, Purwokerto dan
Surakarta.
70.00
80.00
90.00
100.00
110.00
120.00
130.00
140.00
150.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Ind
eks
Sumber : Survei Konsumen BI
Indeks Keyakinan Konsumen Konsumsi Barang Tahan Lama
Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen
100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00 130.00 135.00 140.00 145.00
70.00
90.00
110.00
130.00
150.00
170.00
190.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2012 2013
Ind
eks
Sumber : Bank Indonesia
Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD Indeks Penjualan Eceran
Grafik 2.6 Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD & Indeks Penjualan Eceran
KOTA TEGALAvg. mtm : 0.47%Max. mtm : 2.38%Stdev. mtm : 0.88%Inflasi yoy : 5.80%
KOTA SEMARANGAvg. mtm : 0.66%Max. mtm : 3.50%Stdev. mtm : 1.08%Inflasiyoy : 8.19%
KOTA SURAKARTAAvg. mtm : 0.68%Max. mtm : 3.91%Stdev. mtm : 1.31%Inflasiyoy : 8.32%
PURWOKERTOAvg. mtm : 0.68%Max. mtm : 2.84%Stdev. mtm : 0.96%Inflasi yoy : 8.50%
KOTA YOGYAKARTAAvg. mtm : 0.59%Max. mtm : 2.58%Stdev. mtm : 0.80%Inflasiyoy : 7.32%
(1.00)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Semarang Surakarta Tegal Purwokerto Yogyakarta
%
Sumber : BPS
qtq yoy
Grafik 2.7 Inflasi Kota di Jawa Tengah & DIY
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
29
Bab 2 Perkembangan Inflasi
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kinerja perbankan DIY pada triwulan IV-2013 masih menunjukan perlambatan
pertumbuhan. Aset perbankan DIY tumbuh 15,88% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang
sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh 20,12%. Dari sisi pasiva, pertumbuhan masih bersumber dari
kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,14% (yoy) dan di sisi aktiva pertumbuhan asset bersumber
dari pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 17,08% (yoy). Pertumbuhan DPK dan Kredit tersebut, di
bawah pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu masing-masing tumbuh 21,23%
dan 21,74%. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan menjadi lebih baik, tercermin dari Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 64,22% lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya
sebesar 62,61%. Sementara itu, kinerja kredit membaik yang tercermin dari kualitas kredit yang relatif
lebih baik, dengan rasio Non Performing Loan Gross hanya 1,97%.
1. Aset
Pertumbuhan aset perbankan DIY pada triwulan IV-2013 melambat jika dibandingkan
dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Total aset perbankan di DIY pada triwulan
laporan mencapai Rp47,22 triliun atau tumbuh sebesar 15,88% (yoy). Menurunnya pertumbuhan aset ini
terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan penghimpunan dana di sisi pasiva secara
signifikan, sementara di sisi aktiva ekspansi penyaluran kredit juga sedikit mengalami perlambatan
pertumbuhan.
Tabel 3.1 Indikator Perbankan
2. Intermediasi Perbankan
Kegiatan intermediasi perbankan pada triwulan IV-2013 membaik. LDR perbankan DIY
mencapai 64,22%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Hal ini terutama
disebabkan oleh relatif lebih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit dibandingkan dengan
I II III IV I II III IV
1 Aset Miliar Rp 35.554 37.355 39.993 40.749 41.452 43.034 45.697 47.222
Pertumbuhan % (yoy) 22,03 21,37 24,09 20,12 16,59 15,20 14,26 15,88
2 Dana Pihak Ketiga Miliar Rp 30.011 31.289 33.246 34.882 35.533 36.672 38.670 39.816
Pertumbuhan % (yoy) 20,44 20,13 20,26 21,23 18,40 17,20 16,32 14,14
3 Kredit Miliar Rp 18.484 19.786 20.680 21.840 22.155 23.920 24.998 25.571
Pertumbuhan % (yoy) 22,87 22,50 21,24 21,74 19,86 20,89 20,88 17,08
4 Loan to Deposit Ratio % 61,59 63,24 62,20 62,61 62,35 65,23 64,64 64,22
5 Non Performing Loans (Gross) % 2,75 2,70 2,78 2,35 2,62 2,49 2,45 1,97
2012 2013No Uraian Satuan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
30
Bab 2 Perkembangan Perbankan
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pertumbuhan kredit tetap tumbuh tinggi sejalan dengan aktifitas
perekonomian yang masih tinggi, walaupun melambat.
Grafik 3.1. LDR DIY Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional
3. Penghimpunan Dana
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh lebih rendah dibandingkan periode yang
sama pada tahun sebelumnya. Total DPK yang berhasil dihimpun perbankan DIY pada triwulan IV-
2013 mencapai Rp39,82 triliun dengan angka pertumbuhan sebesar 14,14% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 21,23% (yoy). Perlambatan
pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh kondisi perekonomian yang sedang melambat
pertumbuhannya dan disisi lain pada triwulan laporan kebutuhan tunai masyarakat menghadapi Hari
Natal dan Liburan Akhir Tahun meningkat.
Grafik 3.3. DPK Perbankan Grafik 3.4. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan
61,59 63,24 62,20 62,61 62,35 65,23 64,64 64,22
30
35
40
45
50
55
60
65
I II III IV I II III IV
2012 2013
%
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV I II III IV
2012 2013
LDR Nasional* LDR DIY
%
*) s.d Februari 2013
-5
0
5
10
15
20
25
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Miliar Rp
DPK % (ytd) %(yoy)
%
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
%Miliar Rp.
DPK (lhs) Inflasi Yk (yoy) BI Rate
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
31
Bab 2 Perkembangan Inflasi
Grafik 3.5. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan DIY Grafik 3.6. Komposisi DPK Perbankan
Berdasarkan jenisnya, Deposito tumbuh paling tinggi. Deposito tumbuh 17,82% (yoy) menjadi
Rp13,21 triliun. Sedangkan, untuk Giro dan Tabungan masing-masing tumbuh sebesar 0,71% (yoy) dan
15,54 (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-
masing tumbuh 37,42% (yoy) dan 24,62% (yoy). Tingginya minat masyarakat untuk menyimpan dalam
bentuk deposito sejalan dengan adanya peningkatan BI-Rate dan Suku Bunga Perbankan.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan DIY triwulan IV-2013 didominasi oleh
Tabungan yang mencapai 54,16% dari total DPK. Pangsa tabungan sedikit mengalami peningkatan
jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 53,50%. Sementara itu,
simpanan jenis Giro pangsanya mengalami penurunan dari 14,36% menjadi 12,67%. Hal yang berbeda
terjadi pada simpanan jenis Deposito di mana pangsanya sedikit naik dari 32,14% menjadi 33,18% atau
sebesar Rp13,21 triliun.
Menurut golongan pemiliknya, komposisi total Dana Pihak Ketiga didominasi kelompok
perseorangan dengan pangsa 77,22% diikuti perusahaan non lembaga keuangan (13,12%), dan
Pemerintah Daerah (4,03%). Untuk Tabungan dan Deposito kelompok perseorangan masing-masing
menguasai sebesar 94,14% dan 70,48% dari nilai total. Sementara itu untuk simpanan jenis Giro hingga
triwulan IV-2013, pangsa terbesar berada pada kelompok Perusahaan Non Lembaga Keuangan sebesar
50,04% diikuti Perseorangan (23,08%) dan Lainnya (17,01%).
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Deposito
Giro
Tabungan
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Deposito Giro Tabungan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
32
Bab 2 Perkembangan Perbankan
Grafik 3.7. Komposisi DPK Menurut Gol. Pemilik Grafik 3.8. Komposisi Tabungan Menurut Gol. Pemilik
Grafik 3.9. Komposisi Deposito Menurut Gol. Pemilik Grafik 3.10. Komposisi Giro Menurut Gol. Pemilik
4. Penyaluran Kredit
Penyaluran kredit perbankan DIY pada Triwulan IV-2013 masih cukup tinggi, meskipun
melambat. Outstanding kredit yang disalurkan sebesar Rp25,57 triliun atau tumbuh sebesar 17,08%
(yoy). Pertumbuhan ini masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 21,74% (yoy) dengan outstanding Rp21,84 triliun. Share terbesar pertumbuhan kredit tersebut
berasal dari kredit konsumsi dengan pertumbuhan sebesar 7,79% (yoy) menjadi Rp10,40 triliun dan
kredit modal kerja yang tumbuh 14,23% (yoy) menjadi Rp10,28 triliun. Adapun kredit investasi yang
memiliki share terendah dalam struktur kredit perbankan DIY justru tumbuh sebesar 53,19% (yoy)
menjadi Rp4,89 triliun. Secara keseluruhan, pertumbuhan kredit yang melambat tersebut dipengaruhi
oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat serta kebijakan Moneter dan Makroprudensial yang lebih
ketat ditengah-tengah perekonomian yang sedang mengalami tekanan baik dari sisi eksternal maupun
internal.
Pemda4%
Persh non Lbg
keu
13%
Perseorangan77%
Lainnya6%
Persh non Lbg
keu
4%
Perseorangan94%
Lainnya2%
Pemda8%
Persh non Lbg
keu
14%
Perseorangan70%
Lainnya8%
Pemda10%
Persh non Lbg
keu
50%
Perseorangan23%
Lainnya17%
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
33
Bab 2 Perkembangan Inflasi
Grafik 3.11. Kredit Perbankan Grafik 3.12. Kredit Modal Kerja
Grafik 3.13. Kredit Investasi Grafik 3.14. Kredit Konsumsi
Secara sektoral, sebagian besar kredit perbankan DIY disalurkan kepada sektor non
tradable2. Sektor yang paling banyak menyerap kredit perbankan adalah sektor bukan lapangan usaha
(40,11%) yang sebagian besar merupakan kredit konsumsi. Peringkat berikutnya sesuai dengan struktur
ekonomi DIY adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran (26,99%). Di luar kedua sektor tersebut,
penyerapan kredit umumnya rendah. Sektor-sektor ekonomi yang memiliki pangsa kredit sekitar 5,00%
diantaranya sektor Industri Pengolahan, sektor Penyediaan Akomodasi/MaMin dan sektor Real Estate dan
Usaha Persewaan.
2 Sektor non tradable: sektor Listrik, Gas & Air, sektor Konstruksi, sektor PHR, sektor Pengangkutan & Pergudangan, sektor Jasa-jasa Dunia Usaha, sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat dan sektor Lain-lain. Sektor tradable: sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan.
-5
0
5
10
15
20
25
30
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Total Kredit yoy ytd
%
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Kredit Modal Kerja
yoy
ytd
%
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Kredit Investasi yoy ytd
%
-5
0
5
10
15
20
25
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Kredit Konsumsi yoy ytd
%
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
34
Bab 2 Perkembangan Perbankan
Tabel 3.2 Kredit Bank Umum per Sektor Ekonomi
5. Stabilitas Sistem Perbankan
Stabilitas Sistem Perbankan di DIY terjaga dengan baik. Hal ini tercermin dari non performing loan
yang relatif rendah. Di sisi lain, dari sisi likuiditas cukup baik sebagaimana dapat dilihat dari tingginya DPK
relatif terhadap kredit yang disalurkan.
5.1. Risiko Kredit
Resiko kredit bermasalah perbankan DIY pada akhir triwulan laporan masih terjaga cukup
rendah. Rasio NPL bahkan berhasil ditekan dari 2,45% pada triwulan III-2013 menjadi 1,97% pada
triwulan laporan. Rendahnya NPL mengindikasikan bahwa pengelolaan risiko pembiayaan oleh
Perbankan DIY relatif masih cukup baik.
2012
Des Des Ptumb Pangsa
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (%) (%)
1 Pertanian 486 456 -6,03 2,03
2 Perikanan 36 64 77,47 0,28
3 Pertambangan dan Penggalian 16 25 51,20 0,11
4 Industri Pengolahan 1.150 1.472 28,08 6,54
5 Listrik, Gas dan Air 50 40 -20,28 0,18
6 Konstruksi 359 447 24,41 1,98
7 Perdagangan Besar dan Eceran 4.417 6.080 37,67 26,99
8 Penyediaan Akomodasi dan MaMin 600 1.114 85,68 4,94
9 Transportasi, Pergudangan 289 344 18,78 1,53
10 Perantara Keuangan 1.102 572 -48,09 2,54
11 Real Estate, Usaha Persewaan 1.206 1.711 41,90 7,60
12 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 17 5 -68,31 0,02
13 Jasa Pendidikan 153 165 7,96 0,73
14 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 123 258 109,70 1,14
15 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 379 662 74,71 2,94
16 Jasa Perorangan Rumah Tangga 54 69 27,98 0,31
17 Badan Internasional - - - -
18 Kegiatan yang belum jelas batasannya 560 6 -98,93 0,03
19 Bukan Lapangan Usaha 8.257 9.035 9,43 40,11
TOTAL 19.252 22.526 17,00 100,00
No
2013
Uraian
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
35
Bab 2 Perkembangan Inflasi
Grafik 3.15. Non Performing Loans DIY Grafik 3.16. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan
Berdasarkan jenis penggunaan kreditnya3, Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, dan Kredit
Konsumsi mengalami penurunan NPL. Pada triwulan laporan, rasio NPL Kredit Modal Kerja turun dari
2,27% menjadi 2,09%, Kredit Investasi dari 2,82% menjadi 2,25%, sedangkan NPL Kredit Konsumsi
turun dari 1,31% menjadi 1,03%.
Sementara itu, secara sektoral, kredit di sektor Pertambangan dan Penggalian, serta sektor Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial perlu juga dicermati mengingat NPL di sektor tersebut sudah berada di
atas angka 5%.
3 Diwakili oleh Kredit Bank Umum dengan pangsa 88%.
2,0
2,2
2,4
2,6
2,8
3,0
3,2
3,4
3,6
3,8
4,0
400
420
440
460
480
500
520
540
560
580
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Nominal Rasio (rhs)
0
1
1
2
2
3
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Modal Kerja Investasi Konsumsi
-
1
2
3
4
5
6
7
I II III IV I II III IV
2012 2013
%
Industri Pengolahan
Perdagangan Besar dan Eceran
Penyediaan Akomodasi dan MaMin
Perantara Keuangan
Real Estate, Usaha Persewaan
-
2
4
6
8
10
12
14
I II III IV I II III IV
2012 2013
%
Pertanian
Konstruksi
Transportasi, Pergudangan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
36
Bab 3 Perkembangan Perbankan
Grafik 3.17. NPL Kredit Bank Sektor UtamaGrafik 3.18. Kredit Bank Sektor Lainnya
5.2. Risiko Likuiditas
Likuiditas perbankan di DIY cukup berlebih dan aman. Hal ini tercermin dari Rasio LDR yang
relatif masih rendah pada triwulan IV-2013, walaupun meningkat dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya dari sebesar 62,61% menjadi 64,22%. Kelebihan likuiditas yang dimiliki perbankan di
DIY tersebut umumnya ditempatkan pada pos-pos yang relatif aman seperti rekening antar kantor,
penempatan pada bank lain dan penempatan pada Bank Indonesia.
Dari hasil penelitian, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya LDR di DIY, antara
lain: banyak perusahaan besar di DIY yang lebih mengandalkan pembiayaan dari perusahaan induk
ataupun menggunakan dana sendiri, memperoleh sumber pembiayaan lain di luar bank, tidak semua
pelaku usaha tertarik memperoleh sumber pembiayaan di bank, dan banyak juga yang tidak ada
keinginan untuk meminjam ke bank, serta ada juga yang karena alasan bank teknis.
6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
Kegiatan usaha BPR di DIY triwulan IV-2013 mengalami pertumbuhan yang melambat
secara tahunan. Pertumbuhan aset melambat, namun LDR masih tetap tinggi, dan disisi lain NPL jauh
lebih baik. Situasi perekonomian yang sedang tumbuh melambat, dan disisi lain dihadapkan pada
permasalahan klasik, yaitu keterbatasan dan kendala dalam menghimpun dana menyebabkan ekspansi
BPR menjadi agak terbatas.
6.1. Aset
Pertumbuhan aset BPR DIY pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 24,03% (yoy) dengan
nilai Rp4,35 triliun, meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya 21,17%
(yoy). Di sisi pasiva, peningkatan aset tersebut terutama bersumber dari peningkatan DPK sebesar
15,16% (yoy) menjadi Rp2,74 triliun dan di sisi aktiva, kredit meningkat 17,48% (yoy) dengan
outstanding Rp3,04 triliun. Kedua komponen tersebut juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat.
Dari total aset BPR tersebut, sebagian besar merupakan aset BPR Konvensional. Total Aset BPR
Konvensional sebesar Rp4,08 triliun, sementara Aset BPR Syariah sebesar Rp267 miliar. Aset BPR
Konvensional tumbuh 25,03% (yoy), lebih tinggi dari Aset BPR Syariah yakni 10,64% (yoy). Namun
demikian, dengan memperhatikan keberadaan BPR Syariah yang relatif merupakan pendatang baru,
maka jumlah aset BPRS tersebut tergolong cukup baik perkembangannya.
Di sisi jaringan kantor, sampai dengan akhir triwulan laporan, jaringan BPR di DIY tercatat sebanyak
65 Kantor Pusat BPR dengan 34 Kantor Cabang dan 142 Kantor Kas. Jaringan kantor BPR tersebut
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
37
Bab 3 Perkembangan Perbankan
merambah di kelima Kabupaten/kota dan turut berkontribusi besar terhadap tingkat literacy masyarakat
terhadap sektor keuangan.
Tabel 3.3 Indikator Bank Perkreditan Rakyat
6.2. Penghimpunan Dana
Dana masyarakat yang disimpan di BPR pada triwulan IV-2013 mengalami peningkatan
sebesar 15,16% (yoy) menjadi Rp2,74 triliun. Jenis simpanan yang mendominasi pendanaan BPR
adalah Deposito dengan pangsa 67,11% atau Rp1,84 triliun, sedangkan Tabungan hanya memiliki
pangsa 32,89% atau Rp902 miliar. Suku bunga yang tinggi menjadi salah satu alasan masyarakat
memilih untuk menanamkan dananya dalam bentuk Deposito dibandingkan dengan Tabungan. Selain
itu, fitur produk Tabungan yang ditawarkan BPR memang masih belum selengkap Tabungan di Bank
Umum.
6.3. Penyaluran dan Kualitas Kredit
Kredit yang disalurkan oleh BPR pada triwulan IV-2013 mencapai Rp3,04 triliun atau naik
17,48% (yoy), namun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan yang sama pada tahun
sebelumnya. Kredit Modal Kerja dan Konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit di BPR dengan
porsi masing-masing 46,96% dan 44,96%, diikuti kredit Investasi mencapai Rp245 miliar atau 8,07%
dari total kredit. Jika dilihat dari pertumbuhannya, Kredit Modal Kerja tumbuh paling tinggi, sebesar
49,01% (yoy), sedangkan Kredit Investasi tumbuh 4,07% (yoy). Adapun kredit konsumsi tercatat
mengalami kontraksi 1,93% (yoy). Secara alami, tingginya penyaluran kredit modal kerja yang
perputarannya tinggi dan jangka waktunya relatif pendek dikarenakan dari sisi resiko relatif terjaga.
IV
qtq yoy
I Aset 2.948 3.137 3.302 3.504 3.581 3.683 3.855 4.347 100,00 12,75 24,03 1 Konvensional 2.768 2.938 3.079 3.263 3.338 3.440 3.602 4.079 93,85 13,25 25,03 2 Syariah 180 199 223 242 243 243 253 267 6,15 5,63 10,64 II Penghimpunan Dana (Deposit) 1.982 2.063 2.190 2.382 2.447 2.473 2.583 2.743 100,00 6,18 15,16 A Jenis Bank 1.982 2.063 2.190 2.382 2.447 2.473 2.583 2.743 100,00 6,18 15,16 1 Konvensional 1.847 1.914 2.019 2.193 2.255 2.279 2.379 2.530 92,26 6,35 15,39 2 Syariah 136 149 171 189 192 194 204 212 7,74 4,15 12,50 B Jenis Simpanan 1.982 2.063 2.190 2.382 2.447 2.473 2.583 2.743 100,00 6,18 15,16 1 Tabungan 587 611 646 760 752 765 801 902 32,89 12,58 18,63 2 Deposito 1.395 1.451 1.543 1.621 1.695 1.707 1.782 1.840 67,11 3,30 13,53 III Penyaluran Dana (Financing) 2.316 2.497 2.566 2.588 2.698 2.871 2.963 3.040 100,00 2,62 17,48 A Jenis Bank 2.316 2.497 2.566 2.588 2.698 2.871 2.963 3.040 100,00 2,62 17,48 1 Konvensional 2.142 2.302 2.367 2.389 2.488 2.645 2.739 2.808 92,35 2,53 17,55 2 Syariah 174 195 199 199 210 226 224 233 7,65 3,63 16,64 B Jenis Penggunaan 2.316 2.497 2.566 2.588 2.698 2.871 2.963 3.040 100,00 2,62 17,48 1 Modal Kerja 849 914 961 958 987 1.061 1.126 1.428 46,96 26,85 49,01 2 Investasi 232 258 245 236 251 252 250 245 8,07 -1,72 4,07 3 Konsumsi 1.235 1.325 1.360 1.394 1.461 1.559 1.588 1.367 44,96 -12,28 -1,93 IV Non Performing Loans (NPL) 6,01 5,77 5,86 4,82 5,82 5,78 5,79 4,01 1 Konvensional 6,05 5,76 5,86 4,81 5,63 5,61 5,48 3,90 2 Syariah 5,51 5,85 5,83 4,95 7,99 7,71 9,50 5,24
V Loan to Deposit Ratio (LDR)1 116,83 121,04 117,18 108,68 110,25 116,11 114,71 110,86
1 Konvensional 116,01 120,27 117,25 108,93 110,35 116,07 115,10 110,97 2 Syariah 128,05 130,94 116,27 105,72 109,11 116,53 110,15 109,60
IV
Posisi Pangsa (%)Petumb(%)
2013
IIII
2012
II III IIINo Uraian
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
38
Bab 3 Perkembangan Perbankan
Rasio NPL BPR di DIY menurun signifikan dari triwulan sebelumnya sebesar 5,79% menjadi 4,01%.
Rasio ini berada di dalam batas wajar, namun prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit harus terus
ditingkatkan untuk menjamin resiko kredit tetap dalam batas aman.
6.4. Fungsi Intermediasi
Peran BPR dalam melakukan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan IV-2013 sedikit
meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,. Hal tersebut tercermin
pada angka LDR yang mencapai 110,86%. Dengan tingginya LDR BPR tersebut, maka kualitas kredit
harus dijaga agar resiko-resiko yang lain juga dapat dikelola, termasuk potensi resiko likuiditas. Disisi lain
agar BPR dapat lebih ekspansif maka penghimpunan dana harus dipacu khususnya dana murah, di
samping tentunya penguatan modal.
7. Perkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan usaha Perbankan Syariah di DIY triwulan IV-2013 menunjukkan
pertumbuhan yang lebih baik. Aset tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama
pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama bersumber dari penyaluran kredit dan di sisi pasiva,
total Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh cukup tinggi meski mengalami perlambatan. Dengan demikian,
Financing to Deposit Ratio Perbankan Syariah di DIY tercatat sebesar 72,49%. Sementara itu, kualitas
kredit Perbankan Syariah di DIY masih terjaga cukup baik terlihat dari Non Performing Loan gross (NPL)
pada triwulan laporan yang berada pada angka 1,67%.
7.1. Aset Perbankan Syariah
Aset Perbankan Syariah tumbuh 28,07% (yoy), yaitu dari Rp2,87 triliun pada triwulan IV-
2012 menjadi Rp3,68 triliun pada triwulan laporan. Dari sisi pasiva, pertumbuhan aset terutama
berasal dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat 25,75% (yoy), sedangkan di sisi
aktiva berasal dari pertumbuhan pembiayaan sebesar 21,30% (yoy).
Total aset perbankan syariah di DIY terhadap total aset perbankan mencapai 7,80%. Persentase
tersebut cukup tinggi dan di atas target nasional sebesar 5,0%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
produk syariah di DIY cukup memiliki pasar.
7.2. Intermediasi Perbankan Syariah
Fungsi intermediasi perbankan Syariah yang tercermin dalam Financing to Deposit Ratio
(FDR) turun. FDR triwulan laporan sebesar 72,49%, menurun dibanding triwulan III-2013 sebesar
76,14%. Penurunan FDR tersebut antara lain disebabkan karena DPK yang dihimpun perbankan Syariah
terus meningkat tinggi, namun disisi lain laju pertumbuhan pembiayaan relatif lebih lambat. Ada
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
39
Bab 3 Perkembangan Perbankan
beberapa alasan DPK Syariah pertumbuhannnya pesat, antara lain adalah kesadaran masyarakat untuk
menyimpan uangnnya secara syariah yang terhindar dari riba cukup tinggi di DIY ini. Selain itu, fitur DPK
syariah non BPR juga memiliki keunggulan-keunggulan yang sama dengan DPK bank umum.
Tabel 3.4 Indikator Perbankan Syariah
7.3. Penghimpunan Dana
Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh Perbankan Syariah pada triwulan laporan
tercatat Rp3,08 triliun, tumbuh 25,75% (yoy). Peningkatan yang tinggi tersebut antara lain
dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap perbankan syariah yang membaik. Berdasarkan jenisnya,
komposisi dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan syariah terbesar dalam bentuk tabungan dengan
pangsa sebesar 46,05% atau Rp1,42 triliun diikuti deposito dengan pangsa 45,56% atau Rp1,40 triliun,
sisanya berupa giro dengan pangsa sebesar 9,02% atau Rp258 miliar.
7.4. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan
Pembiayaan perbankan Syariah pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp2,23 triliun, naik
21,30% (yoy). Potensi pasar yang masih sangat luas dan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
Syariah menjadi faktor peningkatan kinerja pembiayaan. Disamping itu, Bank Indonesia yang secara
konsisten mengeluarkan kebijakan untuk mengimplementasikan inisiatif strategis sesuai rencana
Pengembangan Perbankan Syariah mendorong perbankan Syariah untuk terus maju sebagai salah satu
solusi pembiayaan perbankan masyarakat, berdampingan dengan bank konvensional.
Peningkatan pembiayaan perbankan Syariah relatif masih baik kinerjanya. Non Performing Financing
(NPF) pada triwulan IV-2013 hanya sebesar 1,67%, jauh di bawah threshold 5%.
IV
qtq yoy
I Aset 2.298 2.386 2.702 2.876 2.946 3.106 3.456 3.683 100,00 6,56 28,07 1 Bank Umum Syariah 2.118 2.187 2.479 2.634 2.703 2.863 3.203 3.416 92,74 6,64 29,67 2 Bank Perkreditan Rakyat Syariah 180 199 223 242 243 243 253 267 7,26 5,63 10,64 II Penghimpunan Dana (Deposit) 1.907 1.939 2.191 2.446 2.519 2.609 2.860 3.076 100,00 7,55 25,75 A Jenis Bank 1.907 1.939 2.191 2.446 2.519 2.609 2.860 3.076 100,00 7,55 25,75 1 Bank Umum Syariah 1.772 1.791 2.020 2.257 2.327 2.415 2.656 2.864 93,10 7,81 26,86 2 Bank Perkreditan Rakyat Syariah 136 149 171 189 192 194 204 212 6,90 4,15 12,50 B Jenis Simpanan 1.907 1.939 2.191 2.446 2.519 2.609 2.860 3.076 100,63 7,55 25,75 1 Giro 155 155 246 307 211 198 221 258 9,02 16,99 -16,05 2 Tabungan 872 928 1.011 1.122 1.201 1.231 1.317 1.417 46,05 7,53 26,26 3 Deposito 881 857 934 1.017 1.106 1.180 1.322 1.401 45,56 5,99 37,84 III Penyaluran Dana (Financing) 1.516 1.685 1.756 1.838 1.822 2.051 2.178 2.230 100,00 2,40 21,30 A Jenis Bank 1.516 1.685 1.756 1.838 1.822 2.051 2.178 2.230 100,00 2,40 21,30 1 Bank Umum Syariah 1.342 1.490 1.557 1.639 1.612 1.825 1.953 1.997 89,57 2,26 21,87 2 Bank Perkreditan Rakyat Syariah 174 195 199 199 210 226 224 233 10,43 3,63 16,64 B Jenis Penggunaan 1.516 1.685 1.756 1.838 1.822 2.051 2.178 2.230 100,00 2,40 21,30 1 Modal Kerja 576 657 709 743 688 828 881 923 41,38 4,80 24,13 2 Investasi 208 240 260 250 267 292 348 307 13,76 -11,71 22,98 3 Konsumsi 732 788 787 845 867 931 950 1.000 44,86 5,34 18,32 IV Non Performing Financing (NPF) 2,64 2,36 2,05 1,54 2,24 2,60 2,15 1,67 1 Bank Umum Syariah 2,26 1,91 1,56 1,13 1,50 1,96 1,31 1,25 2 Bank Perkreditan Rakyat Syariah 5,51 5,85 5,83 4,95 7,99 7,71 9,50 5,24
V Financing to Deposit Ratio (FDR)1 79,45 86,88 80,14 75,15 72,32 78,60 76,14 72,49
1 Bank Umum Syariah 75,73 83,22 77,08 72,60 69,28 75,55 73,53 69,74 2 Bank Perkreditan Rakyat Syariah 128,05 130,94 116,27 105,72 109,11 116,53 110,15 109,60
II
2012
No UraianIIII II
IV
PosisiPangsa
(%)
Ptumb (%)
2013
IIII
42
Halaman ini sengaja dikosongkan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
41
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan kegiatan sistem pembayaran tunai di DIY pada triwulan IV 2013
mengalami net outflow seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat
terhadap transaksi tunai pada libur akhir tahun. Net cash outflow rata-rata sebesar Rp63
miliar per bulan dengan adanya aliran cash outflow dan kegiatan remise, posisi kas di KPw
Bank Indonesia DIY tercatat sebesar Rp2.025 miliar menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp2.654 miliar. Sementara itu, aktifitas sistem pembayaran non
tunai mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan ekonomi pada triwulan IV 2013.
Pada triwulan laporan, rata-rata harian nilai nominal kliring meningkat 0,64% q.t.q dari
Rp54,98 miliar menjadi 55,33 miliar. Demikian juga untuk transaksi yang terjadi di RTGS, rata-
rata bulanan incoming transfer RTGS pada triwulan laporan meningkat sebesar 19,70% (q.t.q)
dari Rp12.756 miliar per bulan menjadi Rp15.268miliar per bulan, sementara nominal
outgoing transfer per bulan meningkat sebesar 27,26% (q.t.q). Secara keseluruhan net
incoming transfer per bulan turun 2,49% (q.t.q) dari Rp3.242 miliar per bulan menjadi
Rp3.161 miliar per bulan. Pada triwulan laporan tersebut temuan uang palsu mengalami
penurunan baik dari jumlah nominal maupun jumlah lembar.
1. SISTEM PEMBAYARAN TUNAI
Tabel 4.1 Indikator Sistem Pembayaran Tunai
Pada triwulan IV 2013, rata-rata aliran uang kas masuk dan keluar mengalami
penurunan. Jumlah rata-rata cash inflow per bulan pada triwulan IV 2013 tercatat sebesar
Rp1.030 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
Rp1.921 miliar. Sementara jumlah rata-rata cash outflow sebesar Rp1.093 menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1.459 miliar. Net cash outflow yang terjadi
seiring dengan kebutuhan uang tunai selama libur akhir tahun.
Miliar Rp
I II III IV I II III IV
1 Rata-rata Cash Inflow /Bulan 1,999 928 740 1,167 1,008 1,038 1,068 1,921 1,030 -46.39
2 Rata-rata Cash Outflow /Bulan 1,308 413 716 1,118 914 612 967 1,459 1,093 -25.11
3 Rata-rata Net Cash Inflow /Bulan 691 516 23 48 93 426 101 462 -63 -113.58
Keterangan:
1) Triwulan IV 2013 dibandingkan Triwulan III 2013 (dalam %).
No Uraian Ptumb120042012 2013
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
42
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
Grafik 4.1 Aliran kas dan Pemusnahan Uang
1.1. Pemusnahan Uang
Jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di DIY yang dimusnahkan pada triwulan
IV 2013 mengalami penurunan. Dalam rangka melaksanakan clean money policy, Kantor
Perwakilan bank Indonesia DIY secara rutin melakukan kegiatan penyortiran dan peracikan
uang yang tidak layak edar. Hal ini untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di
masyarakat. Pada triwulan laporan jumlah Pemusnahan tercatat sebesar Rp441 miliar
mengalami penurunan sebesar 53,27% (q.t.q) dibandingkan jumlah Pemusnahan Uang pada
triwulan III 2013. Berdasarkan denominasinya, peningkatan jumlah lembar Pemusnahan Uang
terbesar dialami oleh denominasi Rp2.000,00 yakni mencapai 137,27% dari Rp6.932 juta
pada triwulan sebelumnya menjadi Rp16.447 juta pada triwulan laporan.
-200
0
200
400
600
800
1,000
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
I 12 II 12 III 12 IV 12 I 13 II 13 III 13
Net Inflow/Pemusnahan
Uang (Miliar Rp)
Inflow/Outflow(Miliar Rp) Aliran Masuk/Bulan
Aliran Keluar/Bulan
Net Aliran Masuk
Pemusnahan Uang
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
43
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
Tabel 4.2. Pemusnahan Uang
1.2. Penukaran Uang
Sejalan dengan telah berakhirnya perayaan Idul Fitri 2013 kegiatan penukaran
uang pecahan kecil yang dilakukan di loket KPw Bank Indonesia DIY pada triwulan IV
2013 Rp18,85 miliar, turun 73,76% (q.t.q) dari triwulan sebelumnya Rp71,81 miliar.
Penurunan kegiatan penukaran uang pecahan kecil ini terjadi baik pada uang kertas maupun
uang logam. Penukaran uang kertas turun sebesar 76% (q.t.q) dari Rp68,56 miliar menjadi
Rp16,45 miliar. Penukaran uang logam juga turun sebesar 26,45% (q.t.q) dari Rp3,24 miliar
menjadi Rp2,38 miliar. Sementara itu, perayaan Natal dan liburan akhir tahun tidak terlalu
mempengaruhi transaksi penukaran karena tidak ada lonjakan yang cukup berarti.
Tabel 4.3 Penukaran Pecahan Uang Kecil
Juta Rp
I II III IV I II III IV
100,000 410,317 12,976 9,703 20,275 266,682 174,827 268,100 68,711 -74.37
50,000 366,606 19,637 19,415 29,148 177,211 261,316 525,978 223,881 -57.44
20,000 36,824 7,370 3,656 26,097 28,160 58,737 61,861 52,893 -14.50
10,000 38,492 21,708 26,716 45,966 36,641 32,392 46,211 45,282 -2.01
5,000 20,408 15,801 15,987 30,213 22,765 22,380 32,225 30,669 -4.83
2,000 11,412 5,760 3,519 9,628 10,064 8,651 6,932 16,447 137.27
1,000 4,303 2,063 1,238 2,311 2,872 2,031 1,504 2,633 75.01
500 2 1 1.01 0.83 0.62 0.43 0.51 0.68 34.45
100 1 0.2 0.08 0.13 0.07 0.04 0.04 0.13 243.24
Total 888,365 85,316 80,235 163,638 544,396 560,335 942,811 440,515 -53.28
Keterangan:
1) Triwulan IV 2013 dibandingkan Triwulan III 2013 (dalam %).
2012 2013Ptumb1Pecahan
Juta Rp
2013
I II III IV I II III IV
16,954 23,516 90,307 17,413 19,298 23,598 68,564 16,457 -76.00
8,559 11,561 34,196 8,272 7,786 5,468 26,649 7,676 -71.19
5,102 6,766 33,884 4,834 6,082 10,931 26,518 5,004 -81.13
2.000 3,062 4,922 16,289 2,970 4,520 7,077 15,265 3,566 -76.64
232 267 5,938 1,337 910 122 132 211 59.74
1,511 1,546 1,856 495 756 1,596 3,248 2,389 -26.45
821 252 1,162 30 0 812 2,837 1,390 -51.00
376 784 313 190 448 552 306 593 93.63
211 320 276 193 177 121 - 281 #DIV/0!
102 190 105 82 132 111 105 125 19.08
18,466 25,062 92,163 17,908 20,054 25,194 71,811 18,846 -73.76
Keterangan:
1) Triwulan IV 2013 dibandingkan Triwulan III 2013 (dalam %).
Total
Pecahan
1.000
500
100
200
Uang Logam
1.000
10.000
5.000
Uang Kertas
Ptumb12012
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
44
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
1.3. Temuan Uang Palsu
Pada triwulan IV-2013, temuan uang palsu yang dilaporkan ke KPw Bank
Indonesia DIY mengalami penurunan baik dari jumlah nominal maupun dari jumlah
lembar. Jumlah nominal uang palsu turun 83,53% (q.t.q). Jumlah lembarnya turun 83,14%
(q.t.q). Hal ini sejalan dengan semakin ditingkatkannnya security features uang yang dicetak,
khususnya pecahan besar. Selain itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY selalu
meningkatan frekuensi kegiatan sosialisasi keaslian uang rupiah kepada seluruh lapisan
masyarakat. Sosialisasi dilaksanakan baik melalui media elektronik, cetak, pemasangan pamflet
dan juga sosialisasi interaktif langsung di masyarakat. Sosialisasi yang diyakini turut
memberikan peningkatan pemahaman masyarakat ciri-ciri keaslian rupiah.
2. SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI
Nilai transaksi non tunai yang dilaksanakan di KPw Bank Indonesia DIY pada
triwulan IV 2013 menunjukkan peningkatan seiring dengan perkembangan ekonomi
daerah. Dalam transaksi non tunai, Bank Indonesia selalu menjaga kelancaran sistem
pembayaran melalui pilihan instrumen kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
(BI-RTGS). Pada triwulan IV 2013, nilai transaksi Kliring dan RTGS di DIY menunjukkan
peningkatan dibandingkan triwulan III 2013.
2.1. Transaksi Kliring
Rata-rata harian transaksi kliring pada triwulan IV 2014 mengalami
peningkatan, baik nilai nominal maupun warkat kliring. Rata-rata nilai nominal kliring
per hari meningkat 0,64% q.t.q, dari Rp54,98 miliar menjadi Rp55,33 miliar pada triwulan
laporan. Sementara itu, rata-rata jumlah warkat kliring per hari meningkat 2,37% q.t.q dari
1.719 lembar menjadi 1.760 lembar pada triwulan laporan.
Dari sisi kualitas, rata-rata harian baik nilai nominal maupun warkat kliring juga
mengalami peningkatan. Rata-rata nilai nominal kliring yang ditolak per hari meningkat dari
Rp0,79 miliar menjadi Rp1,3 miliar pada triwulan laporan. Sementara itu, rata-rata warkat
kliring ditolak pada periode yang sama meningkat dari 20 lembar per hari menjadi 31 lembar
per hari. Sejumlah alasan yang dapat melatarbelakangi terjadinya penolakan kliring, antara lain
adalah tidak dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening
tutup, dan saldo tidak cukup. Selanjutnya, data kliring yang ditolak diadministrasikan oleh
Bank Indonesia pada Tata Usaha Cek Kosong (TUCK) dan Tata Usaha Daftar Hitam (TUDH).
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
45
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
Grafik 4.2 Transaksi Kliring Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS
Tabel 4.4 Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai
2.2. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)4
Nilai transaksi BI-RTGS pada triwulan IV 2013 mengalami kenaikan baik secara
nilai maupun volume. Rata-rata bulanan nominal incoming transfer naik 19,70% (q.t.q) dari
Rp12.756 miliar menjadi Rp15.268 miliar, dan juga rata-rata warkat per bulan naik sebesar
6,22% (q.t.q). Sementara itu, rata-rata bulanan nilai nominal outgoing transfer naik 27,26%
(q.t.q) dari Rp9.514 miliar menjadi Rp12.107 miliar dengan jumlah rata-rata warkat per bulan
naik 15,80% (q.t.q) menjadi 6.638 lembar. Tingginya unag yang masuk ke DIY melalui
transfer RTGS tidak terlepas dari aktifitas perekonomian DIY yang terus bertumbuh.
4 BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi bernilai Rp.100 juta atau lebih.
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
0
10
20
30
40
50
60
I 12 II 12 III 12 IV 12 I 13 II 13 III 13 IV 13
LembarMiliar Rp
Rata-rata Nominal Kliring per hari
Rata-rata Jumlah Warkat Kliring per hari
Grafik 4.2 Transaksi Kliring
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
I 12 II 12 III 12 IV 12 I 13 II 13 III 13
LembarMiliar Rp
Nominal Incoming Transfer
Nominal Outgoing Transfer
Warkat Incoming Transfer
Warkat Outgoing Transfer
Grafik 4.3 Transaksi BI-RTGS
Miliar Rp
I II III IV I II III IV
1 Rata-rata Warkat Kliring/Hari (lembar) 1,726 1,754 1,783 1,843 1,881 1,764 1,719 1,760 2.37
2 Rata-rata Warkat Ditolak/Hari (lembar) 23.44 24.39 24.49 23.83 23.00 19.33 20.16 31.76 57.53
3 Rasio (2)/(1) dalam % 1.36 1.39 1.37 1.29 1.22 1.10 1.17 1.80 53.89
4 Rata-rata Nominal Kliring/Hari 42.65 45.79 49.66 55.63 53.18 57.78 54.98 55.33 0.64
5 Rata-rata Nominal Ditolak/Hari 0.632 0.592 0.762 0.999 0.699 6.244 0.791 1.30 65
6 Rasio (5)/(4) dalam % 1.48 1.29 1.53 1.80 1.31 10.81 1.44 2.35 63.54
1 Rata-rata Warkat Outgoing Transfer /Bulan (lembar) 4,181 4,828 5,209 6,030 5,413 5,683 5,732 6,638 15.80
2 Rata-rata Warkat Incoming Transfer /Bulan (lembar) 4,885 5,328 5,548 6,009 5,083 5,344 5,023 5,335 6.22
3 Rata-rata Nominal Outgoing Transfer /Bulan 4,340 5,946 6,848 7,518 7,959 11,484 9,514 12,107 27.26
4 Rata-rata Nominal Incoming Transfer /Bulan 8,671 11,001 9,913 12,679 10,501 14,461 12,756 15,268 19.70
5 Rata-rata Net Incoming Transfer /Bulan 4,331 5,055 3,065 5,161 2,542 2,976 3,242 3,161 -2.49
Keterangan:
1) Triwulan IV 2013 dibandingkan Triwulan III 2013 (dalam %).
BI-RTGS
No Uraian2012 2013
Tabel 4.5
Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai
Kliring
Ptumb1
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
46
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
Halaman ini sengaja dikosongkan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
47
Bab 5 Keuangan Pemerinta
BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAH)
Kinerja gabungan keuangan Pemerintah Daerah se-DIY pada triwulan IV-2013 di sisi
penerimaan terealisasi dengan baik, namun belum optimal di sisi pengeluaran. Realisasi di sisi
penerimaan mencapai 101,55% atau sebesar Rp9,57 triliun, terutama bersumber dari Dana Perimbangan
dengan proporsi 53,33% dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan proporsi 25,88%. Tingginya realisasi
pendapatan sampai dengan triwulan IV-2013 terutama bersumber dari PAD yang melampaui target,
khususnya Pajak Daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Sementara itu, di sisi belanja
terealisasi sebesar 87,81% atau sebesar Rp8,42 triliun, dengan proporsi terbesar pada Belanja Tidak
Langsung sebesar 67,07%. Hal ini menyebabkan neraca APBD sampai dengan posisi akhir triwulan IV-
2013 masih surplus Rp1,15 triliun.
1. Pendapatan Pemerintah
Secara gabungan realisasi pendapatan pemerintah daerah se-DIY pada triwulan IV-2013
mencapai Rp9,57 triliun atau 101,55% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp9,43 triliun.
Komponen Dana Perimbangan terealisasi sebesar Rp5,11 triliun atau 99,73% dari yang dianggarkan,
terutama realisasi Dana Alokasi Umum sebesar Rp4,54 triliun dan selebihnya merupakan Dana Bagi Hasil
dan Dana Alokasi Khusus. Secara keseluruhan, Dana Perimbangan masih mendominasi pos penerimaan
APBD dengan proporsi 53,33% yang mengindikasikan bahwa APBD Pemerintah Daerah masih
bergantung dari transfer pemerintah pusat.
Tabel 5.1. Realisasi Penerimaan APBD DIY, Kabupaten dan Kota
) Tidak memperhitungkan belanja pemerintah pusat ke DIY yang dilakukan melalui DJA dengan jumlah ± Rp10 triliun
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
48
Bab 5 Keuangan Pemerintah
Sementara itu, sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, realisasi PAD mencapai
Rp2,48 triliun atau 112,17% dari anggaran yang ditetapkan Rp2,20 triliun. Realiasi tersebut terutama
bersumber dari Pendapatan Pajak Daerah Rp1,68 triliun dengan proporsi 67,79%, Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah Yang Sah Rp512,21 miliar (20,67%), Pendapatan Retribusi Daerah Rp192,16 miliar (7,76%)
dan Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Rp93,54 miliar (3,78%). Kenaikan
PAD tersebut terutama bersumber dari kenaikan penghimpunan pajak kendaraan bermotor.
2. Belanja Pemerintah
Realisasi Belanja Daerah pemerintah daerah di DIY sampai dengan triwulan IV-2013 masih
belum optimal, yakni 87,81% dari anggaran yang ditetapkan. Belanja daerah terealisasi Rp8,42
triliun dari anggaran sebesar Rp9,59 triliun. Realisasi tersebut terutama bersumber dari realisasi Belanja
Tidak Langsung Rp5,68 triliun atau 67,07% dari total anggaran yang ditetapkan dengan realisasi terbesar
pada belanja pegawai Rp4,28 triliun. Tingginya belanja pegawai tersebut menunjukkan bahwa
fleksibilitas fiskal daerah relatif masih terbatas.
Tabel 5.2. Realisasi Belanja APBD DIY, Kabupaten dan Kota
Sementara itu, realisasi Belanja Langsung baru mencapai Rp2,77 triliun atau 81,88% dari anggaran
yang ditetapkan sebesar Rp3,39 triliun dengan realisasi terbesar pada Belanja Barang dan Jasa sebesar
Rp1.328,63 miliar atau 47,90% dari total realisasi Belanja Langsung. Adapun Belanja Modal terealisasi
Rp982,41 miliar atau 86,22% dari nilai yang telah dianggarkan.
Untuk belanja yang sifatnya investasi, yaitu meliputi Belanja Modal, Belanja Bantuan Sosial dan
Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah DIY/Kabupaten/Kota/Desa realisasinya masih rendah.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
49
Bab 5 Keuangan Pemerinta
Belanja tersebut baru terealisasi Rp1.35 Triliun atau 87,61% dari yang dianggarkan sebesar Rp1,54
triliun.
Melihat anatomi APBD gabungan tersebut diatas, tampaknya ekspansi fiskal relatif terbatas. Oleh
sebab itu dengan keterbatasan tersebut, maka prioritas pembangunan agar ditetapkan sehingga hasilnya
lebih optimal.
3. Pembiayaan Pemerintah
Realisasi penerimaan pembiayaan tercatat Rp988,12 miliar atau 130,34% dari sumber
pembiayaan yang dianggarkan sebesar Rp758,08 miliar. Sumber penerimaan pembiayaan masih
didominasi oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya dengan proporsi 97,39%. Adapun
pengeluaran pembiayaan yang telah terealisasi adalah Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
sebesar Rp208,02 miliar, Pemberian Pinjaman Daerah Rp 9,32 miliar, dan Pembayaran Pokok Utang
dengan realisasi Rp993 juta. Secara keseluruhan, pembiayaan APBD Pemerintah Daerah se-DIY pada
triwulan IV-2013 surplus Rp1,51 triliun.
Tabel 5.3. Realisasi Pembiayaan APBD DIY, Kabupaten dan Kota
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
50
Bab 5 Keuangan Pemerintah
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
51
Bab 6 Ketenagakerjaan
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Agustus 2013 tercatat sebesar 68,89%, turun
dibandingkan keadaan Agustus 2012 sebesar 70,85%. Sementara itu tingkat pengangguran terbuka
di DIY pada Agustus 2013 sebesar 3,34% menurun dibandingkan Agustus 2012 sebesar 3,97%.
Berdasarkan jenis pekerjaaannya, sekitar 55,56% tenaga kerja tersebut bekerja pada sektor informal.
Sedangkan sebesar 44,44% bekerja pada kegiatan formal. Selanjutnya ditengah perekonomian yang
meningkat dan terbukanya lapangan kerja Kemiskinan DIY menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
1. Tenaga Kerja
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)5 di DIY pada Agustus 2013 sebesar 68,69%,
menurun jika dibandingkan Agustus 2012 sebesar 70,85% maupun kondisi Februari 2013
sebesar 69,27%. Penurunan terjadi terutama di sektor Jasa Kemasyarakatan, PHR, dan di sektor
Konstruksi, sementara di sektor pertanian meningkat. Namun demikian penurunan tersebut tidak
signifikan dan ada indikasi penurunan TPAK dimungkinkan bersifat voluntary sejalan dengan dimulainya
tahun ajaran sekolah.
Grafik 6.1 Perkembangan TPAK di DIY
Dilihat per wilayah, TPAK tertinggi adalah di Kabupaten Gunungkidul (77,38%), kemudian diikuti
oleh Kabupaten Kulonprogo (75,15%), Kabupaten Bantul (66,54%), Kabupaten Sleman (65,22%) dan
terendah Kota Yogyakarta (64,07%). Relatif lebih rendahnya TPAK di Kota Yogyakarta dan Sleman
disebabkan cukup banyak penduduk usia kerja dikedua kota tersebut yang lebih memilih untuk
meneruskan pendidikan dibandingkan memasuki dunia kerja atau terlibat dalam aktifitas produksi.
5 TPAK merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja dengan penduduk usia kerja
72.11%
68.77%
70.47%
70.85%
69.27%
68.89%
67%
68%
69%
70%
71%
72%
73%
Feb 11 Agst 11 Feb 12 Agst 12 Feb 13 Agst 13
%
Grafik 6.1 Perkembangan TPAK di DIY
Sumber : BPS DIY
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
52
Bab 6 Ketenagakerjaan
Grafik 6.2 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kab./Kota di DIY
Sementara itu, tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)6 di DIY pada Agustus 2013 sebesar
3,34%, turun dari keadaan Februari 2013 (3,80%), terutama karena meningkatnya penyerapan
tenaga kerja di sektor pertanian. Dibandingkan dengan angka pengangguran nasional (6,25%), maka
persentase angka pengangguran di DIY relatif lebih rendah (3,34%). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi DIY justru mengalami peningkatan, sementara pada periode waktu yang sama perekonomian
nasional justru melambat.
Grafik 6.3 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional & DIY
TPT di seluruh Kabupaten/Kota sepanjang 2011-2013 mengalami perkembangan yang
variatif. TPT tertinggi pada Agustus 2013 terjadi di Kota Yogyakarta sebesar 6,57%, meningkat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, hal ini sejalan dengan perlambatan yang terjadi
pada sektor PHR di triwulan III 2013. Sementara di empat kabupaten lainnya TPT justru mengalami
penurunan, dan terendah di Kabupaten Kulonprogo sebesar 2,94.
6 TPT merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja
74.27
70.76
78.59
66.34
66.97
75.15
66.54
77.38
65.22
64.07
0 20 40 60 80 100
Kulonprogo
Bantul
Gunungkidul
Sleman
Yogyakarta
%
Agustus 2013 Agustus 2012
Grafik 6.2 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Kabupaten/Kota diDIY
Sumber : BPS DIY
7.417.14
6.806.56
6.326.14
5.926.25
6.025.69
5.47
3.97 4.09 3.973.80
3.34
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Feb 10 Agst 10 Feb 11 Agst 11 Feb 12 Agst 12 Feb 13 Agst 13
%
Nasional DIY
Grafik 6.3 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY
Sumber : BPS DIY
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
53
Bab 6 Ketenagakerjaan
Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kab./Kota di DIY
Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan; dan Sektor
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi menyerap pekerja paling banyak yaitu
masing-masing sekitar 27,86% dan 25,98%. Kedua sektor tersebut merupakan sektor utama
penyerap tenaga kerja sesuai dengan struktur perekonomian DIY. Selanjutnya, sektor lain yang
penyerapan tenaga kerjanya cukup besar adalah Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
(20%) dan Sektor Industri (13,45%). Sektor-sektor tersebut pada prinsipnya merupakan pendukung
sektor PHR.
Tabel 6.1 Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
Ditinjau dari sisi status ketenagakerjaan, pekerja di DIY sebagian besar merupakan tenaga
kerja informal (tabel 6.2). Porsi pekerja informal di DIY mencapai 55,6%, terutama yang terbanyak di
sektor Pertanian dan jasa kemasyarakatan dan sosial. Namun demikian, dibandingkan dengan provinsi
lain di Indonesia pekerja di sektor formal yang mencapai 44,4% tergolong cukup tinggi.
3.91
3.6
1.92
5.42
5.03
2.94
3.46
1.77
3.38
6.57
0 1 2 3 4 5 6 7
Kulonprogo
Bantul
Gunungkidul
Sleman
Yogyakarta
%
Agustus 2013 Agustus 2012
Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota di DIY
Sumber : BPS DIY
Feb Agt Feb Agt Feb Agt
APertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan
dan Perikanan24.3% 24.0% 24.2% 26.9% 23.43% 27.86%
B Pertambangan, Penggalian dan Listrik Gas Air 1.3% 0.9% 0.2% 0.9% 1.19% 0.76%C Industri 14.2% 14.8% 15.7% 15.1% 13.36% 13.45%D Konstruksi 5.6% 7.4% 5.9% 7.1% 6.63% 5.55%
EPerdagangan, Rumah Makan, dan Jasa
Akomodasi26.0% 26.7% 27.0% 24.9% 26.77% 25.98%
F Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 4.7% 3.8% 3.9% 3.3% 3.90% 3.49%
GLembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
Persewaan dan Jasa Perusahaan2.2% 2.8% 2.8% 3.1% 3.36% 2.90%
H Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 21.8% 19.6% 20.3% 18.8% 21.36% 20.00%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Sumber : BPS DIY
J u m l a h
No Lapangan Usaha20122011
Tabel 6.1
Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
2013
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
54
Bab 6 Ketenagakerjaan
Tabel 6.2 Indikator Status Ketenagakerjaan
2. Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin DIY menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada September
2013 jumlah penduduk miskin sebesar 538,18 ribu jiwa menurun dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar 562,11 ribu jiwa. Menurunnya jumlah penduduk miskin merupakan imbas
dari membaiknya pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun sebelumnya dan upaya-upaya pro aktif
Pemda melalui program-program pengurangan kemiskinan. Berdasarkan lokasinya, jumlah penduduk
miskin di wilayah perkotaan masih lebih besar dibandingkan di wilayah pedesaan. Jumlah penduduk
miskin pada semester II 2013 di daerah perkotaan mencapai sebesar 325,53 ribu jiwa, lebih besar
dibandingkan jumlah penduduk miskin di daerah yang sebanyak 209,66 ribu jiwa.
Sementara itu garis kemiskinan pengalami peningkatan dalam kurun waktu 6 (enam) bulan
terakhir dari Rp283.454,- per kapita perbulan menjadi Rp303.483,- per kapita per bulan. Hal ini seiring
dengan dampak tekanan inflasi pada komoditas pokok yang dikonsumsi masyarakat. Garis Kemiskinan di
perkotaan dalam satu tahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 11,73% dari Rp284.549,-
per kapita per bulan menjadi Rp317.925,- per kapita pe bulan. Sementara itu Garis Kemiskinan di daerah
pedesaan mengalami kenaikan sebesar 13,97% dari Rp241.975,- per kapita per bulan menjadi
Rp275.786,- per kapita per bulan.
Kontribusi komoditi makanan terhadap garis kemiskinan lebih tinggi dibandingkan non makanan.
Kontribusi Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2013 tercatat sebesar
72,22% mengalami kenaikan dibanding September 2012 sebesar 71,50%. Hal ini sejalan dengan
tekanan inflasi volatile food yang meningkat paska kenaikan harga BBM bersubsidi.
Terkait dengan hal tersebut diatas, diperlukan upaya-upaya yang agresif dan progresif agar tingkat
kemiskinan dapat ditekan, diantaranya memberikan perhatian lebih disertai alokasi anggaran untuk
daerah-daerah miskin yang sudah terpetakan. Dalam pelaksanaanya dapat mengoptimalkan melalui
%
Feb Agt Feb Agt Feb Agt
A Formal 43.6 44.4 42.6 43.4 44.1 44.4
Berusaha dibantu Buruh Tetap 4.3 4.3 4.0 4.4 4.1 4.6 Buruh/Karyawan/Pegawai 39.3 40.1 38.6 39.1 40.1 39.9
B Informal 56.4 55.6 57.4 56.6 55.9 55.6
Berusaha Sendiri 15.3 13.9 13.8 12.7 13.7 12.9 Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar 17.5 19.3 20.5 18.8 19.7 19.6 Pekerja Bebas 8.6 8.4 7.4 8.7 9.0 7.1 Pekerja Keluarga/tak Dibayar 15.0 14.0 15.7 16.4 13.6 16.0
Keterangan :
*) Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Februari 2011 - Februari 2013
Sumber : BPS DIY
20122011
Tabel 6.2
Indikator Status Ketenagakerjaan
No Status Pekerjaan Utama2013
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
55
Bab 6 Ketenagakerjaan
sumber daya yang ada, termasuk optimalisasi dana APBN, APBD, dan sumber dana lainnya, yang dalam
pelaksanaannya dengan melibatkan Perguruan Tinggi, Swasta dan Pemerintah.
Grafik 6.4 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di DIY
586 577
561 564 565 562
550
535
17.23
16.83
16.08
16.1416.05
15.88
15.43
15.03
13.5
14
14.5
15
15.5
16
16.5
17
17.5
500
510
520
530
540
550
560
570
580
590
2009 2010 Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13
Chart Title
Jumlah
Persentase (%,rhs)
Grafik 6.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY
ribu orang %
Sumber : BPS Provinsi DIY
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
56
Bab 6 Ketenagakerjaan
Halaman ini sengaja dikosongkan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
57
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI
1. PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 diperkirakan sebesar 5,3%±0,5%(yoy) lebih tinggi
dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 4,32% (yoy). Disisi Permintaan, pertumbuhan bersumber
dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara konsumsi pemerintah dan impor diperkirakan
melambat. Disisi sektoral, sumber pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor Industri Pengolahan,
Sektor Perdagangan Hotel Restoran, dan Sektor Pengangkutan.
Grafik 7.1 Pertumbuhan Ekonomi Grafik 7.2 Ekspektasi Kegiatan Usaha
Konsumi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh masih cukup baik pada triwulan I 2014
dengan faktor pendorong : (i) peningkatan pendapatan masyarakat terkait realisasi kenaikan UMP, (ii)
daya beli masyarakat yang cukup baik yang diindikasikan masih optimisnya ekspektasi konsumsi pada
survei konsumen Bank Indonesia, serta (iii) kegiatan kampanye pemilu legislatif yang dimulai bulan Maret.
Ekspor luar negeri untuk produk tekstil diperkirakan masih tumbuh seiring dengan
semakin membaiknya kondisi perekonomian Amerika Serikat. Asosiasi Pertekstilan Nasional
memperkirakan bahwa pada tahun 2014 kenaikan ekspor tekstil akan terjadi pada negara-negara tujuan
ekspor seperti Amerika Serikat, Thailand, Jepang dan China, sementara untuk pasar Uni Eropa belum
menunjukkan peningkatan. Pelemahan nilai tukar diperkirakan sudah mulai memberikan dalam
meningkatkan daya saing produksi beberapa komoditas.
5.34
5.84
4.84
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2011 2012 2013 2014
% yoy
Sumber : Bank Indonesia
90.00
100.00
110.00
120.00
130.00
140.00
150.00
160.00
170.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2012 2013 2014
Indeks
Sumber : Bank Indonesia
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
58
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Grafik 7.3 Ekspektasi Penghasilan Grafik 7.4 Ekspektasi Penjualan
Sektor Industri Pengolahan diperkirakan tumbuh pada triwulan I-2014 dengan faktor
pendorong (i) peningkatan permintaan produk tekstil luar negeri untuk pasar Amerika dan China, serta
(ii) meningkatnya permintaan untuk produk konveksi dan industri percetakan menghadpi pemilu.
Perkembangan industri meubel diperkirakan membaik didukung oleh permintaan luar negeri yang
trennya mulai meningkat sejak Oktober 2013. Kenaikan juga diperkirakan terjadi pada sektor
Perdagangan-Hotel-Restoran, hasil liason kepada beberapa pelaku usaha menyatakan optimis bahwa
penjualan ritel akan meningkat di awal tahun seiring dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Hal
tersebut diindikasikan oleh meningkatnya ekspektasi penjualan pada survei penjualan eceran Bank
Indonesia.
2. PERKIRAAN INFLASI
Inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada triwulan I 2014 diperkirakan sebesar 6,02±1% yoy,
melambat dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 7,32% yoy. Faktor resiko tekanan inflasi pada
triwulan I 2014 diperkirakan berasal dari beberapa hal yaitu : (i) kebijakan Pemerintah untuk menaikkan
harga elpiji 12kg, (ii) Curah hujan di atas normal yang diperkirakan akan terjadi hingga akhir
Februari/awal Maret 2014, sehingga akan mempengaruhi produksi pangan dan distribusi pasokan (iii)
Tekanan imported inflation diperkirakan masih berpotensi terjadi seiring dengan tekanan nilai tukar yang
masih berlanjut, (iv) potensi peningkatan konsumsi terkait penyelanggaraan kampanye pemilu legislatif,
(v) Penyesuaian harga produk manufaktur atas kenaikan UMP dan kenaikan biaya bahan baku, serta (vi)
Penyesuaian tarif sewa kos/rumah yang umumnya dilakukan pengusaha di Yogyakarta di awal tahun.
Inflasi pada kelompok Administered Price pada triwulan I 2014 diperkirakan meningkat
terdampak kebijakan pemerintah pusat untuk menaikkan harga elpiji 12kg serta kebijakan kenaikan
biaya surcharge penerbangan 8-9%. Kenaikan harga elpiji 12 kg diperkirakan akan berdampak pada
kenaikan harga-harga makanan jadi. Selain rencana kenaikan surcharge biaya penerbangan, kenaikan
tarif angkutan udara juga berpotensi meningkat di bulan Januari 2014.
90.00 100.00 110.00 120.00 130.00 140.00 150.00 160.00 170.00 180.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2012 2013 2014
Indeks
Sumber : Bank Indonesia
90.00 100.00 110.00 120.00 130.00 140.00 150.00 160.00 170.00 180.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2012 2013 2014
Indeks
Sumber : Bank Indonesia
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
59
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Grafik 7.5 Perkiraan Inflasi Grafik 7.6 Ekspektasi Harga
Meskipun tekanan Inflasi Volatile Food diperkirakan meningkat pada awal tahun 2014
akibat terdampak bencana banjir dan gangguan distribusi, namun kebijakan pemerintah untuk
membuka peluang impor hortikultura di awal tahun diharapkan mampu meredam gejolak yang mungkin
terjadi. Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan telah
mengantisipasi kelangkaaan pasokan Hortikultura dengan menetapkan harga referensi impor untuk
Cabai Merah Keriting sebesar Rp26.300/kg, Cabai Rawit Merah sebesar Rp28.000/kg, dan Bawang
Merah sebesar Rp25.700/kg.
Inflasi Inti diperkirakan sedikit meningkat, kenaikan harga-harga pada produk manufaktur
diperkirakan akan dilakukan secara bertahap mengingat daya beli masyarakat baru pulih dari dampak
kebijakan kenaikan harga BBM pada 2013. Selanjutnya usulan Kementerian ESDM untuk menunda
kenaikan TDL pada golongan I3 dan I4 sampai dengan bulan Mei 2013 diharapkan memberikan cukup
waktu bagi pelaku usaha industri untuk tidak melakukan kenaikan harga secara bersamaan akibat
kenaikan UMP dan harga bahan baku di awal tahun. Sementara itu disisi konsumen, ekspektasi konsumsi
dan ekpektasi harga diperkirakan masih meningkat pada triwulan mendatang seiring dengan
penyesuaian gaji di awal tahun khususnya untuk kelompok pekerja/karyawan.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2011 2012 2013 2014
% yoy6.02 1%
100.00 110.00 120.00 130.00 140.00 150.00 160.00 170.00 180.00 190.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013 2014
Ind
ex
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
Ekspektasi harga 3 bln YAD Ekspektasi Konsumsi
60
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Halaman ini sengaja dikosongkan
61
L a m p i r a n
62
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Miliar Rp
I II III IV I II III IV
1 Pertanian 1,266 793 871 777 1,216 856 897 760
2 Penggalian 39 39 40 42 41 41 42 44
3 Industri Pengolahan 709 709 741 757 770 793 789 791
4 Listrik, Gas, & Air Bersih 53 54 54 55 57 59 57 57
5 Bangunan 496 509 571 742 536 566 609 748
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 1,164 1,206 1,246 1,304 1,246 1,293 1,332 1,353
7 Pengangkutan & Komunikasi 610 636 661 675 650 677 700 717
8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 576 594 616 617 619 630 644 660
9 Jasa-jasa 941 1,085 1,056 1,006 997 1,053 1,164 1,103
PDRB 5,854 5,623 5,856 5,975 6,132 5,967 6,234 6,235
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS DIY
Miliar Rp
I II III IV I II III IV
1 Konsumsi Rumahtangga 2,747 2,791 2,851 3,072 2,914 2,942 3,017 3,063
2 Konsumsi Pemerintah 1,017 1,169 1,184 1,304 1,100 1,141 1,307 1,376
3 Investasi (PMTB) 1,350 1,420 1,557 1,780 1,448 1,508 1,639 1,819
4 Lainnya 739 243 264 (181) 670 376 271 (24)
PDRB 5,854 5,623 5,856 5,975 6,132 5,967 6,234 6,235
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS DIY
PDRB DIY Triwulanan Menurut SektorAtas Dasar Harga Konstan
PDRB DIY Triwulanan Menurut PenggunaanAtas Dasar Harga Konstan
2013
20132012
No Sektor2012
No Jenis Penggunaan
63
Miliar Rp
III IV I II III IV I II III IV
1 Pertanian 1,792 1,740 2,873 1,757 1,950 1,776 2,801 2,001 2,187 1,873
2 Penggalian 92 95 91 92 96 101 100 101 105 111
3 Industri Pengolahan 1,998 1,793 1,808 1,826 1,950 2,028 2,091 2,178 2,231 2,271
4 Listrik, Gas, & Air Bersih 166 180 180 181 182 184 193 200 198 205
5 Bangunan 1,367 1,893 1,294 1,344 1,526 2,022 1,496 1,579 1,710 2,122
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 2,682 2,726 2,665 2,782 2,913 3,097 3,042 3,181 3,408 3,521
7 Pengangkutan & Komunikasi 1,177 1,193 1,156 1,208 1,257 1,282 1,235 1,287 1,417 1,462
8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 1,289 1,399 1,385 1,447 1,519 1,526 1,561 1,600 1,663 1,719
9 Jasa-jasa 2,774 2,731 2,618 3,047 2,999 2,872 2,908 3,088 3,507 3,337
PDRB 13,337 13,751 14,070 13,684 14,391 14,889 15,426 15,214 16,427 16,623 *) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS DIY
Miliar Rp
III IV I II III IV I II III IV
1 Konsumsi Rumahtangga 6,693 6,864 7,008 7,186 7,475 7,681 7,961 8,056 8,537 8,739
2 Konsumsi Pemerintah 3,470 3,704 3,132 3,637 3,801 4,203 3,612 3,775 4,574 4,848
3 Investasi (PMTB) 4,203 4,883 3,908 4,130 4,575 5,254 4,337 4,582 5,169 5,820
4 Lainnya (1,028) (1,700) 21 (1,269) (1,460) (2,250) (484) (1,199) (2,784)
PDRB 13,337 13,751 14,070 13,684 14,391 14,889 15,426 15,214 18,280 16,623 *) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS DIY
PDRB DIY Triwulanan Menurut SektorAtas Dasar Harga Berlaku
PDRB DIY Triwulanan Menurut PenggunaanAtas Dasar Harga Berlaku
2013
20132012
No Sektor2011 2012
2011No Jenis Penggunaan
64
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
IHK mtm (%) qtq (%) yoy (%)
2009b127.24 120.37 118.34 119.19 112.27 114.49 102.03 116.64 0.24 0.30 2.93
2010 151.24 126.96 124.84 125.64 114.48 119.36 107.71 125.25 0.72 1.63 7.38
2011
Januari 153.27 129.10 125.24 125.55 116.93 119.49 108.03 126.30 0.84 2.20 7.67
Februari 150.90 130.34 125.78 125.78 117.65 119.57 108.17 126.42 0.10 1.66 7.45
Maret 151.61 130.50 125.77 126.57 117.92 119.70 108.47 126.68 0.21 1.14 7.53
April 147.49 131.29 125.82 127.60 118.50 119.73 108.50 126.32 -0.28 0.02 6.96
Mei 146.45 131.65 126.24 128.36 119.79 119.66 108.61 126.48 0.13 0.05 6.95
Juni 147.54 131.72 126.33 128.56 120.16 119.60 109.18 126.81 0.26 0.10 5.90
Juli 151.27 132.72 126.90 129.51 120.17 120.94 109.47 127.95 0.90 1.29 5.37
Agustus 151.84 133.67 127.08 133.97 120.28 121.47 110.57 128.75 0.63 1.79 5.58
September 151.00 134.52 127.60 137.22 120.28 121.48 110.04 129.01 0.20 1.73 4.68
Oktober 149.32 135.11 128.28 136.27 120.91 121.40 110.11 129.06 0.04 0.87 4.43
November 151.04 135.50 128.31 137.99 120.92 121.39 110.10 129.49 0.33 0.57 4.13
Desember 154.00 135.94 128.60 137.45 120.94 121.42 110.29 130.11 0.48 0.85 3.88
2012
Januari 154.94 136.15 128.94 136.85 121.13 121.44 110.69 130.44 0.25 1.07 3.27
Februari 153.75 136.50 129.20 138.67 121.44 121.93 110.76 130.57 0.10 0.84 3.28
Maret 154.50 137.56 129.54 139.03 121.60 121.96 110.90 131.04 0.36 0.71 3.44
April 153.04 138.18 130.28 138.47 121.69 121.95 111.19 131.18 0.11 0.57 3.85
Mei 152.08 138.76 130.45 138.14 121.90 122.07 111.37 131.24 0.05 0.51 3.76
Juni 157.11 139.74 130.47 138.60 122.14 122.13 111.33 132.23 0.75 0.91 4.27
Juli 161.56 141.01 130.69 138.29 121.96 122.90 111.23 133.24 0.76 1.57 4.13
Agustus 162.53 141.71 130.89 139.20 122.20 122.89 112.14 133.80 0.42 1.95 3.92
September 162.56 142.20 131.33 141.21 122.37 122.98 111.57 134.05 0.19 1.38 3.91
Oktober 163.19 143.74 131.55 142.07 122.40 123.11 111.51 134.56 0.38 0.99 4.26
November 163.20 144.56 131.78 142.23 123.04 123.10 111.47 134.83 0.20 0.77 4.12
Desember 166.48 145.32 132.44 142.34 123.28 123.16 111.72 135.72 0.66 1.24 4.31
2013
Januari 174.27 145.63 132.85 142.48 123.26 123.13 111.46 137.02 0.96 1.83 5.05
Februari 178.80 146.13 134.43 141.89 123.71 123.65 111.51 138.29 0.93 2.57 5.91
Maret 184.31 146.34 135.03 141.23 124.07 123.81 111.80 139.38 0.79 2.70 6.36
April 180.40 146.70 135.29 140.45 124.79 123.86 111.87 138.96 -0.30 1.41 5.93
Mei 176.67 147.20 135.73 139.30 125.02 123.88 111.78 138.56 -0.28 0.19 5.58
Juni 179.21 147.76 136.16 138.80 125.69 123.88 114.93 139.72 0.84 0.24 5.66
Juli 189.15 151.03 136.78 137.63 125.99 123.84 122.78 143.33 2.58 3.15 7.57
Agustus 192.56 152.42 137.39 139.56 126.19 124.42 123.54 144.58 0.87 4.35 8.06
September 187.04 153.33 137.54 142.74 126.31 126.64 122.83 144.24 -0.24 3.23 7.60
Oktober 187.32 155.39 138.08 142.27 126.45 126.87 124.44 145.12 0.61 1.25 7.85
November 186.74 156.91 138.76 141.97 126.97 126.89 123.68 145.41 0.20 0.57 7.85
Desember 186.98 157.17 139.30 142.34 127.08 127.07 123.40 145.65 0.16 0.98 7.32
Keterangan:
a) Angka tahunan adalah angka akhir periode yang bersangkutan.
b) Sejak Juni 2008 dihitung dengan menggunakan tahun dasar 2007 = 100
Sumber: BPS DIY
Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta
Akhir Periodea Bahan
Makanan
Makanan
Jadi,
Minuman,
Rokok &
Tembakau
Perumahan,
Air, Listrik,
Gas & Bahan
Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan,
Rekreasi &
Olahraga
Transportasi
&
Komunikasi
Umum
65
Miliar Rp
I. ASET 29,135 30,779 32,229 33,923 35,554 37,355 39,993 40,749 41,452 43,034 45,697 47,222
Jenis Bank 29,135 30,779 32,229 33,923 35,554 37,355 39,993 40,749 41,452 43,034 45,697 47,222
1. Bank Umum 26,615 28,140 29,474 31,031 32,605 34,219 36,691 37,244 37,871 39,351 41,842 43,142
2. Bank Perkreditan Rakyat 2,520 2,639 2,755 2,892 2,948 3,137 3,302 3,504 3,581 3,683 3,855 4,079
Jenis Usaha Bank 29,135 30,779 32,229 33,923 35,554 37,355 39,993 40,749 41,452 43,034 45,697 47,222
1. Konvensional 27,406 28,958 32,074 31,559 33,255 34,969 37,291 37,873 38,506 39,928 42,241 43,5392. Syariah 1,729 1,821 155 2,364 2,298 2,386 2,702 2,876 2,946 3,106 3,456 3,683
II. DANA PIHAK KETIGA 24,918 26,047 27,645 28,775 30,011 31,289 33,246 34,882 35,533 36,672 38,670 39,816
Jenis Bank 24,918 26,047 27,645 28,775 30,011 31,289 33,246 34,882 35,533 36,672 38,670 39,816
1. Giro 3,501 3,727 3,628 3,644 4,189 4,343 4,903 5,008 5,009 5,002 5,502 5,043
a. Bank Umum 3,501 3,727 3,628 3,644 4,189 4,343 4,903 5,008 5,009 5,002 5,502 5,043
2. Tabungan 12,158 12,567 13,420 14,968 14,710 15,658 16,464 18,663 18,207 18,904 19,909 21,563
a. Bank Umum 11,665 12,043 12,894 14,371 14,123 15,047 15,817 17,903 17,456 18,139 19,107 20,661
b. Bank Perkreditan Rakyat 493 524 525 597 587 611 646 760 752 765 801 902
3. Deposito 9,259 9,753 10,597 10,162 11,111 11,288 11,880 11,211 12,316 12,766 13,260 13,209
a. Bank Umum 8,108 8,552 9,316 8,821 9,716 9,836 10,337 9,590 10,621 11,058 11,478 11,369
b. Bank Perkreditan Rakyat 1,151 1,200 1,281 1,341 1,395 1,451 1,543 1,621 1,695 1,707 1,782 1,840
Jenis Usaha Bank 24,918 26,047 27,645 28,775 30,011 31,289 33,246 34,882 35,533 36,672 38,670 39,816
1. Giro 3,501 3,727 3,628 3,644 4,189 4,343 4,903 5,008 5,009 5,002 5,502 5,043
a. Konvensional 3,385 3,616 3,502 3,509 4,034 4,189 4,656 4,701 4,798 4,804 5,282 4,785
b. Syariah 115 111 126 135 155 155 246 307 211 198 221 258
2. Tabungan 12,158 12,567 13,420 14,968 14,710 15,658 16,464 18,663 18,207 18,904 19,909 21,563
a. Konvensional 11,585 11,967 12,703 14,202 13,886 14,776 15,503 17,601 17,067 17,730 18,654 20,220
b. Syariah 573 600 716 766 824 883 961 1,062 1,140 1,174 1,255 1,344
3. Deposito 9,259 9,753 10,597 10,162 11,111 11,288 11,880 11,211 12,316 12,766 13,260 13,209
a. Konvensional 8,631 9,140 9,918 9,394 10,319 10,534 11,067 10,323 11,341 11,723 12,079 11,947b. Syariah 628 613 679 768 793 754 813 888 975 1,043 1,181 1,262
III. KREDIT 15,043 16,152 17,058 17,939 18,484 19,786 20,680 21,840 22,155 23,920 24,998 25,571
1. Jenis Penggunaan 15,043 16,152 17,058 17,939 18,484 19,786 20,680 21,840 22,155 23,920 24,998 25,571
Jenis Bank 15,043 16,152 17,058 17,939 18,484 19,786 20,680 21,840 22,155 23,920 24,998 25,571
a. Modal Kerja 5,707 6,303 6,434 7,277 7,244 8,138 8,390 8,996 8,755 9,499 9,861 10,277
1) Bank Umum 4,950 5,512 5,644 6,464 6,395 7,224 7,428 8,038 7,768 8,438 8,735 8,849
2) Bank Perkreditan Rakyat 757 791 789 813 849 914 961 958 987 1,061 1,126 1,428
b. Investasi 2,307 2,490 2,732 2,386 2,804 2,985 3,113 3,193 3,597 4,282 4,756 4,892
1) Bank Umum 2,113 2,289 2,532 2,176 2,572 2,728 2,869 2,957 3,346 4,030 4,506 4,646
2) Bank Perkreditan Rakyat 194 201 200 210 232 258 245 236 251 252 250 245
c. Konsumsi 7,029 7,359 7,892 8,276 8,436 8,663 9,177 9,651 9,804 10,139 10,382 10,402
1) Bank Umum 6,048 6,287 6,762 7,108 7,201 7,338 7,817 8,257 8,343 8,580 8,794 9,035
2) Bank Perkreditan Rakyat 981 1,072 1,130 1,168 1,235 1,325 1,360 1,394 1,461 1,559 1,588 1,367
Jenis Usaha Bank 15,043 16,152 17,058 17,939 18,484 19,786 20,680 21,840 22,155 23,920 24,998 25,571
a. Modal Kerja 5,707 6,303 6,434 7,277 7,244 8,138 8,390 8,996 8,755 9,499 9,861 10,277
1) Konvensional 5,308 5,849 5,955 6,785 6,754 7,572 7,776 8,347 8,162 8,770 9,089 9,467
2) Syariah 399 453 479 492 490 567 613 649 592 729 772 810
b. Investasi 2,307 2,490 2,732 2,386 2,804 2,985 3,113 3,193 3,597 4,282 4,756 4,892
1) Konvensional 2,177 2,371 2,578 2,205 2,596 2,745 2,854 2,944 3,330 3,990 4,408 4,585
2) Syariah 131 119 154 181 208 240 260 250 267 292 348 307
c. Konsumsi 7,029 7,359 7,892 8,276 8,436 8,663 9,177 9,651 9,804 10,139 10,382 10,402
1) Konvensional 6,567 6,843 7,148 7,491 7,704 7,875 8,390 8,805 8,937 9,208 9,432 9,4022) Syariah 462 516 744 786 732 788 787 845 867 931 950 1,000
II 2013 III 2013
Indikator Perbankan - DIY
I 2012 III 2011 IV 2011 I 2011 II 2011 No Uraian IV 2012 IV 2013I 2013 II 2012 III 2012
66
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
II 2013 III 2013
2. Kolektibilitas
Jenis Bank 15,043 16,152 17,058 17,939 18,484 19,786 20,680 21,840 22,155 23,920 24,998 25,571
a. Lancar 13,828 14,851 15,792 16,810 17,080 18,381 19,184 20,467 20,535 22,200 23,220 24,016
1) Bank Umum 12,028 12,928 13,808 14,739 14,904 16,028 16,769 18,004 17,994 19,495 20,428 21,098
2) Bank Perkreditan Rakyat 1,801 1,923 1,984 2,071 2,177 2,353 2,416 2,463 2,541 2,705 2,791 2,919
b. Dalam Perhatian Khusus 715 776 747 696 895 872 922 861 1,039 1,124 1,167 1,050
1) Bank Umum 715 776 747 696 895 872 922 861 1,039 1,124 1,167 1,050
c. Kurang Lancar 103 93 127 78 107 113 134 77 111 121 121 81
1) Bank Umum 63 54 94 54 70 75 98 52 61 73 77 60
2) Bank Perkreditan Rakyat 40 39 33 24 38 38 37 25 51 48 44 22
d. Diragukan 101 118 92 84 98 108 89 74 89 101 108 78
1) Bank Umum 68 84 62 57 72 80 59 52 63 68 75 56
2) Bank Perkreditan Rakyat 33 34 31 27 25 27 30 23 26 33 34 22
e. Macet 297 314 300 272 303 313 351 361 381 373 383 345
1) Bank Umum 237 245 227 202 227 235 267 284 300 288 288 267
2) Bank Perkreditan Rakyat 60 68 72 69 76 79 84 77 81 85 94 78
Jenis Usaha Bank 15,043 16,152 17,058 17,939 18,484 19,786 20,680 21,840 22,155 23,920 24,998 25,571
a. Lancar 13,828 14,851 15,792 16,810 17,080 18,381 19,184 20,467 20,535 22,200 23,220 24,016
1) Konvensional 13,722 14,733 15,669 16,666 16,916 18,197 18,997 20,278 20,342 21,991 23,016 23,796
2) Syariah 106 119 122 144 164 183 187 190 193 209 203 220
b. Dalam Perhatian Khusus 715 776 747 696 895 872 922 861 1,039 1,124 1,167 1,050
1) Konvensional 637 696 662 659 853 829 876 814 982 1,065 1,097 1,004
2) Syariah 78 80 85 37 42 43 46 47 57 59 70 45
c. Kurang Lancar 103 93 127 78 107 113 134 77 111 121 121 81
1) Konvensional 81 83 114 62 90 101 125 69 95 98 108 71
2) Syariah 21 10 13 15 18 12 9 8 17 23 13 11
d. Diragukan 101 118 92 84 98 108 89 74 89 101 108 78
1) Konvensional 94 101 86 78 87 97 81 70 81 88 99 70
2) Syariah 6 17 6 6 11 11 8 4 7 13 9 8
e. Macet 297 314 300 272 303 313 351 361 381 373 383 345
1) Konvensional 285 302 287 260 292 297 332 345 364 356 358 3272) Syariah 11 12 13 12 11 17 18 17 17 18 25 18
IV. RASIO
1. Loan to Deposit Ratio (%)
Jenis Bank 60.37 62.01 61.70 62.34 61.59 63.24 62.20 62.61 62.35 65.23 64.64 64.22
a. Bank Umum 56.33 57.92 57.81 58.68 57.68 59.16 58.33 59.24 58.81 61.55 61.06 60.77
b. Bank Perkreditan Rakyat 117.54 119.75 117.37 113.05 116.83 121.04 117.18 108.68 110.25 116.11 114.71 110.86
Jenis Usaha Bank 60.37 62.01 61.70 62.34 61.59 63.24 62.20 62.61 62.35 65.23 64.64 64.22
a. Konvensional 59.54 60.93 60.03 60.80 60.39 61.67 60.91 61.60 61.52 64.13 63.67 63.47
b. Syariah 75.28 82.20 90.49 87.39 80.70 89.01 82.20 77.25 74.17 80.80 77.89 73.92
2. Non Performing Loans
a. Nominal (Miliar Rp)
Jenis Bank 500 525 519 433 508 534 574 512 581 595 612 505
1) Bank Umum 368 383 383 313 368 390 424 387 424 429 440 383
2) Bank Perkreditan Rakyat 132 142 136 120 139 144 150 125 157 166 171 122
Jenis Usaha Bank 500 525 519 433 508 534 574 512 581 595 612 505
1) Konvensional 461 486 487 400 468 494 538 484 540 542 565 468
2) Syariah 39 39 32 33 40 40 36 28 41 53 47 37
b. Rasio (%)
Jenis Bank 3.32 3.25 3.05 2.41 2.75 2.70 2.78 2.35 2.62 2.49 2.45 1.97
1) Bank Umum 2.81 2.72 2.57 1.99 2.28 2.25 2.34 2.01 2.18 2.04 2.00 1.70
2) Bank Perkreditan Rakyat 6.82 6.87 6.43 5.47 6.01 5.77 5.86 4.82 5.82 5.78 5.79 4.01
Jenis Usaha Bank 3.32 3.25 3.05 2.41 2.75 2.70 2.78 2.35 2.62 2.49 2.45 1.97
1) Konvensional 3.28 3.23 3.11 2.43 2.74 2.72 2.83 2.41 2.64 2.47 2.46 1.992) Syariah 3.91 3.55 2.32 2.25 2.79 2.50 2.16 1.63 2.37 2.73 2.27 1.76
II-2011 IV 2012 I 2012 No Uraian III 2011 III 2012 IV 2013I 2013 IV 2011 I-2011 II 2012
67
Miliar Rp
I KANTOR PELAYANAN 1,205 1,318 1,378 1,496 1,556 1,563 1,577 1,585 1,586 1,584 1,584 1,584
1. Kantor Pusat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2. Kantor Cabang 53 53 53 53 54 55 55 55 56 54 54 54
3. Kantor Cabang Pembantu 282 287 288 289 291 292 303 311 311 311 311 311
4. Kantor Kas 123 123 124 185 185 186 187 187 187 187 187 187
5. Kas Mobil 13 13 13 8 11 11 11 11 11 11 11 11
6. Payment Point 80 80 80 81 82 82 82 82 82 82 82 82
7. Anjungan Tunai Mandiri 653 761 819 879 932 936 938 938 938 938 938 9388. Jumlah Karyawan 4,822 4,822 5,687 6,054 6,400 6,443 6,541 6,693 6,811 6,811 6,811 6,811
II ASET 26,615 28,140 29,474 31,031 32,605 34,219 36,691 37,244 37,871 39,351 41,842 43,142
III DANA PIHAK KETIGA 23,276 24,323 25,839 26,837 28,029 29,227 31,056 32,501 33,086 34,199 36,087 37,073
1. Giro 3,501 3,727 3,628 3,644 4,189 4,343 4,903 5,008 5,009 5,002 5,502 5,043
2. Tabungan 11,666 12,043 12,894 14,371 14,123 15,047 15,817 17,903 17,456 18,139 19,107 20,661
3. Deposito 8,110 8,552 9,316 8,821 9,716 9,836 10,337 9,590 10,621 11,058 11,478 11,369
IV KREDIT 13,116 14,087 14,938 15,749 16,168 17,290 18,114 19,252 19,457 21,048 22,035 22,530
1. Jenis Penggunaan 13,116 14,087 14,938 15,749 16,168 17,290 18,114 19,252 19,457 21,048 22,035 22,530
a. Modal Kerja 4,951 5,512 5,644 6,464 6,395 7,224 7,428 8,038 7,768 8,438 8,735 8,849
b. Investasi 2,116 2,289 2,532 2,176 2,572 2,728 2,869 2,957 3,346 4,030 4,506 4,646
c. Konsumsi 6,048 6,287 6,762 7,108 7,201 7,338 7,817 8,257 8,343 8,580 8,794 9,035
2. Sektor Ekonomi 13,116 14,087 14,938 15,749 16,168 17,290 18,114 19,252 19,457 21,048 22,035 22,526
a. Pertanian 187 207 205 209 248 435 438 486 482 415 426 456
b. Perikanan 20 23 27 27 28 34 34 36 41 52 58 64
c. Pertambangan dan Penggalian 8 8 16 8 9 18 20 16 19 20 24 25
d. Industri Pengolahan 719 842 828 938 944 1,020 1,092 1,150 1,118 1,252 1,338 1,472
e. Listrik, Gas dan Air 42 44 48 55 58 55 53 50 44 44 42 40
f. Konstruksi 166 226 215 229 226 268 323 359 510 450 477 447
g. Perdagangan Besar dan Eceran 2,681 2,958 3,079 3,308 3,316 4,095 4,129 4,417 4,598 5,577 5,770 6,080
h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 312 298 390 448 476 517 565 600 646 753 977 1,114
i. Transportasi, Pergudangan 120 177 180 195 207 259 285 289 296 285 298 344
j. Perantara Keuangan 642 796 842 856 942 1,080 1,133 1,102 1,058 1,226 1,223 572
k. Real Estate, Usaha Persewaan 770 750 848 815 906 1,082 1,145 1,206 1,096 1,434 1,548 1,711
l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 6 6 5 10 12 13 14 17 17 5 5 5
m. Jasa Pendidikan 124 122 121 125 141 154 154 153 164 171 167 165
n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 79 88 82 107 105 112 124 123 132 149 139 258
o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 224 263 256 265 272 331 346 379 395 561 685 662
p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 15 27 26 27 23 29 32 54 81 52 62 69
q. Badan Internasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 (70) 0 0
r. Kegiatan yang belum jelas batasannya 951 964 1,007 1,019 1,054 451 411 560 415 71 2 6
s. Bukan Lapangan Usaha 6,048 6,287 6,762 7,108 7,201 7,338 7,817 8,257 8,343 8,603 8,794 9,035
3. Kolektibilitas 13,116 14,087 14,938 15,749 16,168 17,290 18,114 19,252 19,457 21,048 22,035 22,530
a. Lancar 12,032 12,928 13,808 14,739 14,904 16,028 16,769 18,004 17,994 19,495 20,428 21,098
b. Dalam Perhatian Khusus 715 776 747 696 895 872 922 861 1,039 1,124 1,167 1,050
c. Kurang Lancar 63 54 94 54 70 75 98 52 61 73 77 60
d. Diragukan 68 84 62 57 72 80 59 52 63 68 75 56e. Macet 237 245 227 202 227 235 267 284 300 288 288 267
V RASIO
1. Non Performing Loans
a. Nominal 368 383 383 313 368 390 424 387 424 429 440 383
b. Rasio (%) 2.81 2.72 2.57 1.99 2.28 2.25 2.34 2.01 2.18 2.04 2.00 1.702. Loan to Deposit Ratio (%) 56.35 57.92 57.81 58.68 57.68 59.16 58.33 59.24 58.81 61.55 61.06 60.77
Indikator Bank Umum - DIY
III 2013 IV 2013III 2011 IV 2011 I 2012 I 2013 IV 2012 III 2012 No Uraian II 2011 I 2011 II 2013II 2012
68
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Miliar Rp
I ASET 970 1,027 1,110 1,243 1,269 1,318 1,362 1,468 1,400 1,363 1,585 1,727
II DANA PIHAK KETIGA 893 963 1,035 1,133 1,167 1,253 1,285 1,363 1,322 1,304 1,499 1,606
1. Giro 98 126 145 81 118 171 184 99 175 137 213 102
2. Tabungan 652 678 763 894 825 898 938 1,101 932 957 1,057 1,233
3. Deposito 143 159 127 158 224 185 163 162 216 211 228 271
III KREDIT 818 868 914 924 926 929 985 1,183 1,007 1,101 1,225 1,338
1. Jenis Penggunaan 818 868 914 924 926 929 985 1,183 1,007 1,101 1,225 1,338
a. Modal Kerja 437 464 483 467 463 497 505 651 475 555 671 717
b. Investasi 61 69 68 69 75 76 76 93 95 118 133 163
c. Konsumsi 320 335 363 388 389 356 403 439 437 428 421 457
2. Sektor Ekonomi 818 868 914 924 926 929 985 1,183 1,007 1,101 1,225 1,338
a. Pertanian 28 26 24 20 15 113 111 124 108 52 57 55
b. Perikanan 7 7 9 8 8 9 9 10 13 14 16 18
c. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2 1 1
d. Industri Pengolahan 45 45 42 29 41 47 64 92 60 70 79 100
e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
f. Konstruksi 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 4 5
g. Perdagangan Besar dan Eceran 167 154 163 148 133 306 303 315 289 435 539 561
h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 6 7 4 4 5 8 9 10 10 11 13 25
i. Transportasi, Pergudangan 6 6 8 8 12 13 13 17 16 19 19 23
j. Perantara Keuangan 1 1 1 1 1 6 8 7 6 1 1 11
k. Real Estate, Usaha Persewaan 2 2 2 2 2 2 3 4 4 22 21 20
l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
m. Jasa Pendidikan 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1 2 2 2 2 2 2 5 5 6 7 8
o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 4 4 4 4 4 21 21 22 22 30 38 45
p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 1 1 1 1 1 1 2 3 4 7 8 10
q. Badan Internasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
r. Kegiatan yang belum jelas batasannya 228 275 287 306 310 40 33 130 28 0 0 0
s. Bukan Lapangan Usaha 320 335 363 388 389 356 403 439 437 428 421 457
3. Kolektibilitas 818 868 914 924 926 929 985 1,183 1,007 1,101 1,225 1,338
a. Lancar 736 781 829 847 834 823 874 1,064 895 981 1,099 1,204
b. Dalam Perhatian Khusus 59 64 62 65 75 89 93 107 95 98 103 114
c. Kurang Lancar 3 3 4 1 4 4 5 2 4 8 10 7
d. Diragukan 5 4 3 2 4 4 3 1 4 2 4 2e. Macet 15 16 16 9 9 9 9 9 8 11 10 11
IV RASIO
1. Non Performing Loans
a. Nominal 23 23 23 13 17 17 18 12 17 21 23 19
b. Rasio (%) 2.76 2.67 2.55 1.35 1.85 1.84 1.83 1.00 1.69 1.95 1.87 1.432. Loan to Deposit Ratio (%) 91.67 90.14 88.33 81.57 79.39 74.13 76.67 86.77 76.14 84.39 81.74 83.27
III 2013 IV 2013III 2011 IV 2011 I 2012 I 2013 IV 2012 III 2012 No Uraian II 2011 II 2013
Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul
II 2012 I 2011
69
Miliar Rp
I ASET 862 894 854 899 1,002 1,041 1,080 1,174 1,183 1,264 1,309 1,418
II DANA PIHAK KETIGA 580 667 678 696 792 854 848 864 912 979 1,028 1,000
1. Giro 95 157 123 73 184 163 150 95 131 208 165 61
2. Tabungan 347 367 412 492 439 491 502 638 530 574 620 749
3. Deposito 138 143 143 132 169 200 197 132 251 196 242 190
III KREDIT 824 859 908 939 948 984 1,030 1,105 1,134 1,215 1,255 1,342
1. Jenis Penggunaan 824 859 908 939 948 984 1,030 1,105 1,134 1,215 1,255 1,342
a. Modal Kerja 298 310 336 335 329 407 374 397 425 442 462 490
b. Investasi 52 58 65 67 70 77 78 96 99 173 205 238
c. Konsumsi 473 491 507 537 549 500 577 611 609 600 588 614
2. Sektor Ekonomi 824 859 908 939 948 984 1,030 1,105 1,134 1,215 1,255 1,342
a. Pertanian 21 19 18 18 18 46 49 57 63 56 68 74
b. Perikanan 1 1 2 1 1 2 3 3 3 4 5 6
c. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 3 3
d. Industri Pengolahan 8 7 7 7 6 13 17 21 23 36 43 49
e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
f. Konstruksi 1 1 3 3 2 2 2 3 3 4 6 6
g. Perdagangan Besar dan Eceran 164 156 190 185 182 325 296 317 328 426 448 484
h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 2 3 3 3 5 5 5 6 7 8 10 11
i. Transportasi, Pergudangan 2 1 1 1 1 3 3 5 6 11 11 16
j. Perantara Keuangan 0 0 0 0 0 4 9 9 14 10 9 9
k. Real Estate, Usaha Persewaan 1 1 2 2 2 3 3 3 4 12 11 11
l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
m. Jasa Pendidikan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3 3 3 3 3 7 5 5 4 7 8 10
o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 6 6 7 9 8 12 13 18 20 33 39 44
p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 4 5
q. Badan Internasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
r. Kegiatan yang belum jelas batasannya 139 167 163 168 168 60 44 45 45 0 0 0
s. Bukan Lapangan Usaha 473 491 507 537 549 500 577 611 609 600 588 614
3. Kolektibilitas 824 859 908 939 948 984 1,030 1,105 1,134 1,174 1,255 1,342
a. Lancar 772 798 856 889 890 918 962 1,044 1,055 1,143 1,180 1,270
b. Dalam Perhatian Khusus 33 43 36 37 44 48 51 48 62 54 55 58
c. Kurang Lancar 3 3 2 2 2 4 3 1 2 4 4 3
d. Diragukan 5 3 3 2 3 5 2 3 5 2 3 1e. Macet 10 12 12 8 8 9 11 10 10 12 12 11
IV RASIO
1. Non Performing Loans
a. Nominal 19 19 17 12 14 18 16 13 17 18 19 14
b. Rasio (%) 2.25 2.16 1.84 1.31 1.45 1.81 1.56 1.22 1.47 1.51 1.49 1.062. Loan to Deposit Ratio (%) 142.07 128.85 133.84 134.82 119.65 115.29 121.38 127.86 124.30 124.13 122.07 134.18
Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul
III 2013 III 2013III 2011 IV 2011 I 2012 IV 2012 I 2013 III 2012 UraianNo II 2011 II 2013II 2012 I 2011
70
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Miliar Rp
I ASET 747 759 819 866 935 971 1,013 1,028 1,068 1,107 1,195 1,221
II DANA PIHAK KETIGA 686 713 770 782 888 925 958 954 1,011 1,064 1,135 1,128
1. Giro 76 79 101 118 82 113 117 148 130 102 99 60
2. Tabungan 455 471 510 588 548 596 612 713 672 704 748 871
3. Deposito 156 163 158 76 257 215 229 93 209 258 288 197
III KREDIT 587 611 642 663 669 704 737 793 812 875 910 976
1. Jenis Penggunaan 587 611 642 663 669 704 737 793 812 875 910 976
a. Modal Kerja 216 230 240 243 249 319 311 320 338 374 398 427
b. Investasi 51 56 55 55 57 59 63 75 78 96 109 126
c. Konsumsi 321 326 347 365 363 326 363 397 395 405 404 424
2. Sektor Ekonomi 587 611 642 663 669 704 737 793 812 875 910 976
a. Pertanian 28 32 33 26 21 73 77 78 83 89 95 100
b. Perikanan 3 3 3 3 3 7 7 6 5 9 10 10
c. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0 3 4 4 4 1 1 1
d. Industri Pengolahan 5 5 5 5 5 11 13 13 15 19 22 24
e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
f. Konstruksi 6 10 8 8 9 11 9 8 8 9 11 14
g. Perdagangan Besar dan Eceran 87 92 95 97 96 192 193 202 222 289 309 334
h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 1 1 1 2 2 3 2 4 3 3 3 4
i. Transportasi, Pergudangan 6 6 6 5 5 6 7 8 7 4 6 6
j. Perantara Keuangan 0 0 0 0 0 14 17 19 20 9 9 9
k. Real Estate, Usaha Persewaan 0 0 0 0 0 1 1 1 1 5 5 7
l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
m. Jasa Pendidikan 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 2
n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4
o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 2 3 3 3 4 16 16 21 22 24 27 31
p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 1 1 1 1 1 2 3 4 4 4 5 5
q. Badan Internasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
r. Kegiatan yang belum jelas batasannya 124 129 138 147 158 35 21 23 15 0 0 0
s. Bukan Lapangan Usaha 321 326 347 365 363 326 363 397 395 405 404 424
3. Kolektibilitas 587 611 642 663 669 704 737 793 812 875 910 976
a. Lancar 554 574 610 636 634 665 696 753 767 826 857 919
b. Dalam Perhatian Khusus 23 24 23 21 27 30 31 31 34 39 43 47
c. Kurang Lancar 2 7 1 1 2 1 2 2 3 1 2 2
d. Diragukan 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2e. Macet 5 6 5 4 5 4 6 5 5 6 7 6
IV RASIO
1. Non Performing Loans
a. Nominal 10 14 8 6 8 10 10 9 10 9 11 10
b. Rasio (%) 1.65 2.25 1.24 0.97 1.27 1.36 1.35 1.08 1.24 1.03 1.18 0.982. Loan to Deposit Ratio (%) 85.54 85.70 83.37 84.73 75.38 76.12 76.96 83.11 80.31 82.21 80.22 86.47
Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo
III 2013 IV 2013III 2011 IV 2011 I 2012 IV 2012 I 2013 III 2012 No Uraian II 2011 I 2011 II 2013II 2012
71
Miliar Rp
I ASET 3,855 4,120 4,011 4,426 4,872 5,036 5,398 5,850 6,136 6,427 6,807 7,211
II DANA PIHAK KETIGA 3,713 3,936 4,063 4,452 4,646 4,856 5,199 5,580 5,931 6,240 6,574 6,946
1. Giro 640 725 672 683 818 800 935 934 1,042 1,048 1,107 1,005
2. Tabungan 2,251 2,361 2,447 2,857 2,803 2,978 3,127 3,578 3,673 3,775 3,959 4,398
3. Deposito 822 850 943 911 1,025 1,078 1,136 1,068 1,215 1,417 1,508 1,543
III KREDIT 1,834 1,967 2,035 2,099 2,149 2,288 2,404 2,619 2,802 3,012 3,160 3,333
1. Jenis Penggunaan 1,834 1,967 2,035 2,099 2,149 2,288 2,404 2,619 2,802 3,012 3,160 3,333
a. Modal Kerja 729 863 868 895 908 978 997 1,094 1,209 1,221 1,304 1,405
b. Investasi 172 179 185 164 181 207 233 265 280 440 478 532
c. Konsumsi 933 924 982 1,040 1,060 1,103 1,174 1,260 1,313 1,350 1,378 1,396
2. Sektor Ekonomi 1,834 1,967 2,035 2,099 2,149 2,288 2,404 2,619 2,802 3,012 3,152 3,322
a. Pertanian 20 39 36 33 43 57 54 67 86 73 78 84
b. Perikanan 6 9 10 11 11 12 12 14 15 18 20 21
c. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 1 2 2 3 5 5 5 5
d. Industri Pengolahan 73 91 94 81 86 96 113 122 87 107 136 154
e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 1
f. Konstruksi 22 26 26 31 26 28 36 46 40 56 58 61
g. Perdagangan Besar dan Eceran 359 403 401 432 433 525 566 627 713 895 959 1,025
h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 26 30 31 24 27 33 37 49 60 67 73 76
i. Transportasi, Pergudangan 6 43 45 44 45 51 54 57 56 19 20 21
j. Perantara Keuangan 26 47 39 57 51 77 73 68 84 103 98 119
k. Real Estate, Usaha Persewaan 106 94 110 108 107 105 95 102 94 105 100 102
l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
m. Jasa Pendidikan 1 1 2 12 23 24 24 24 34 36 35 35
n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 18 17 15 14 14 18 21 24 24 33 28 30
o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 57 66 69 63 65 80 82 92 103 124 145 171
p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 4 5 3 3 2 3 3 3 12 20 24 27
q. Badan Internasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
r. Kegiatan yang belum jelas batasannya 177 172 171 147 153 72 56 60 75 0 1 0
s. Bukan Lapangan Usaha 933 924 982 1,040 1,060 1,103 1,174 1,260 1,313 1,350 1,378 1,396
3. Kolektibilitas 1,834 1,967 2,035 2,099 2,149 2,288 2,404 2,619 2,802 3,012 3,160 3,333
a. Lancar 1,652 1,780 1,845 1,928 1,944 2,079 2,192 2,433 2,543 2,744 2,897 3,105
b. Dalam Perhatian Khusus 113 114 116 120 136 138 144 136 199 205 197 179
c. Kurang Lancar 7 5 12 13 18 20 13 7 9 12 16 8
d. Diragukan 17 19 13 9 14 10 12 4 12 14 8 7e. Macet 46 49 49 29 37 42 43 39 39 37 41 33
IV RASIO
1. Non Performing Loans
a. Nominal 70 73 74 52 70 71 68 50 60 62 65 49
b. Rasio (%) 3.79 3.73 3.62 2.46 3.24 3.10 2.82 1.90 2.13 2.07 2.07 1.472. Loan to Deposit Ratio (%) 49.41 49.96 50.08 47.16 46.26 47.12 46.24 46.94 47.24 48.27 48.07 47.98
Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman
III 2013 IV 2013III 2012 I 2013 III 2011 IV 2011 I 2012 IV 2012 No Uraian II 2011 I 2011 II 2013II 2012
72
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Miliar Rp
I ASET 20,181 21,340 22,679 23,596 24,528 25,852 27,838 27,724 28,084 29,190 30,947 31,565
II DANA PIHAK KETIGA 17,405 18,043 19,293 19,774 20,536 21,339 22,767 23,740 23,911 24,612 25,853 26,393
1. Giro 2,592 2,641 2,587 2,689 2,987 3,097 3,516 3,732 3,532 3,507 3,918 3,814
2. Tabungan 7,961 8,166 8,763 9,540 9,508 10,084 10,639 11,873 11,649 12,128 12,723 13,410
3. Deposito 6,851 7,237 7,943 7,544 8,041 8,158 8,611 8,135 8,730 8,977 9,212 9,168
III KREDIT 9,052 9,782 10,439 11,124 11,475 12,384 12,959 13,553 13,704 14,846 15,485 15,542
1. Jenis Penggunaan 9,052 9,782 10,439 11,124 11,475 12,384 12,959 13,553 13,704 14,846 15,485 15,542
a. Modal Kerja 3,272 3,645 3,717 4,524 4,446 5,023 5,241 5,575 5,320 5,847 5,901 5,810
b. Investasi 1,780 1,927 2,159 1,821 2,188 2,308 2,418 2,428 2,794 3,202 3,581 3,587
c. Konsumsi 4,000 4,211 4,562 4,779 4,841 5,053 5,300 5,550 5,589 5,797 6,003 6,145
2. Sektor Ekonomi 9,052 9,782 10,439 11,124 11,475 12,384 12,959 13,553 13,704 14,846 15,485 15,542
a. Pertanian 90 90 94 112 150 145 146 160 142 144 129 142
b. Perikanan 3 4 4 4 4 4 4 4 4 7 8 9
c. Pertambangan dan Penggalian 8 7 16 8 8 12 12 7 8 11 14 15
d. Industri Pengolahan 587 694 681 817 805 852 885 902 933 1,018 1,059 1,145
e. Listrik, Gas dan Air 42 44 48 54 56 53 51 48 42 41 39 39
f. Konstruksi 135 186 176 186 187 224 273 300 456 378 398 361
g. Perdagangan Besar dan Eceran 1,905 2,153 2,229 2,446 2,471 2,746 2,770 2,956 3,048 3,532 3,516 3,676
h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 275 257 351 416 438 467 513 531 565 663 878 998
i. Transportasi, Pergudangan 101 120 120 136 143 185 207 204 211 232 242 279
j. Perantara Keuangan 614 748 801 797 890 979 1,026 999 934 1,103 1,105 425
k. Real Estate, Usaha Persewaan 662 652 733 702 794 971 1,043 1,096 993 1,290 1,411 1,572
l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 6 6 5 10 12 13 14 17 17 5 5 5
m. Jasa Pendidikan 123 120 118 112 117 128 127 125 126 131 128 126
n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 55 64 60 87 85 83 92 85 95 100 92 207
o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 155 184 173 186 192 202 215 226 227 351 437 371
p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 8 19 21 21 19 21 23 44 60 19 21 22
q. Badan Internasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
r. Kegiatan yang belum jelas batasannya 283 221 247 251 265 244 258 302 252 24 1 6
s. Bukan Lapangan Usaha 4,000 4,211 4,562 4,779 4,841 5,053 5,300 5,550 5,589 5,797 6,003 6,145
3. Kolektibilitas 9,052 9,782 10,439 11,124 11,475 12,384 12,959 13,553 13,704 14,846 15,485 15,542
a. Lancar 8,318 8,996 9,668 10,440 10,602 11,543 12,045 12,710 12,733 13,801 14,394 14,600
b. Dalam Perhatian Khusus 487 532 510 453 613 567 601 539 650 727 769 651
c. Kurang Lancar 48 35 75 37 43 46 75 40 44 48 45 40
d. Diragukan 39 57 41 42 49 57 41 42 39 48 58 44e. Macet 161 161 146 152 168 171 197 221 238 222 219 207
IV RASIO
1. Non Performing Loans
a. Nominal 248 254 262 230 259 274 312 304 320 318 322 291
b. Rasio (%) 2.74 2.60 2.51 2.07 2.26 2.22 2.41 2.24 2.34 2.14 2.08 1.872. Loan to Deposit Ratio (%) 52.01 54.21 54.11 56.26 55.88 58.04 56.92 57.09 57.31 60.32 59.90 58.89
Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta
III 2013 IV 2013III 2012 I 2013 II 2012 IV 2011 I 2012 IV 2012 No Uraian III 2011 II 2011 I 2011 II 2013
73
Miliar Rp
I ASET 2,520 2,639 2,755 2,892 2,948 3,137 3,302 3,504 3,581 3,683 3,855 4,079
II DANA PIHAK KETIGA 1,644 1,724 1,806 1,938 1,982 2,063 2,190 2,382 2,447 2,279 2,583 2,743
1. Tabungan 493 524 525 597 587 611 646 760 752 708 801 9022. Deposito 1,151 1,200 1,281 1,341 1,395 1,451 1,543 1,621 1,695 1,570 1,782 1,840
III KREDIT 1,933 2,065 2,120 2,191 2,316 2,497 2,566 2,588 2,698 2,871 2,963 3,040
1. Jenis Penggunaan 1,933 2,065 2,120 2,191 2,316 2,497 2,566 2,588 2,698 2,871 2,963 3,040
a. Modal Kerja 757 791 789 813 849 914 961 958 987 1,061 1,126 1,428
b. Investasi 194 201 200 210 232 258 245 236 251 252 250 245
c. Konsumsi 981 1,072 1,130 1,168 1,235 1,325 1,360 1,394 1,461 1,559 1,588 1,367
2. Sektor Ekonomi 1,933 2,065 2,120 2,191 2,316 2,497 2,566 2,588 2,698 2,871 2,963 3,040
a. Pertanian 32 37 39 41 45 54 64 70 84 92 87 74
b. Perikanan 3 4 5 6 6 7 7 6 7 8 8 343
c. Pertambangan 1 1 2 2 3 3 3 5 5 5 5 5
d. Industri Pengolahan 26 30 30 33 35 39 43 41 45 39 41 38
e. Listrik, Gas dan Air 1 1 1 2 2 3 3 2 2 2 1 1
f. Konstruksi 15 21 24 40 52 66 75 71 62 74 72 63
g. Perdagangan Besar dan Eceran 566 624 594 605 635 666 683 663 672 725 770 744
h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 23 19 20 22 20 21 19 20 20 20 23 28
i. Transportasi, Pergudangan 20 22 26 30 41 48 49 56 68 59 61 57
j. Perantara Keuangan 6 6 6 10 10 13 14 13 13 14 15 12
k. Real Estate, Usaha Persewaan 3 4 5 27 29 31 28 28 28 35 28 22
l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 2 2 3 4 5 6 6 6 6 6 6 6
m. Jasa Pendidikan 3 2 3 6 7 8 8 8 9 9 10 9
n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11 10 10 11 9 8 8 6 5 6 7 7
o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 128 137 139 103 94 96 92 89 87 92 90 83
p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 20 16 20 31 34 40 43 44 48 56 59 63
q. Kegiatan yang belum jelas batasannya 77 45 58 49 53 62 62 67 75 70 92 94
r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 61 70 68 19 19 16 15 17 20 23 20 24
s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 936 1,012 1,069 1,149 1,216 1,309 1,345 1,377 1,441 1,536 1,568 1,365
3. Kolektibilitas 1,933 2,065 2,120 2,191 2,316 2,497 2,566 2,588 2,698 2,871 2,963 3,040
a. Lancar 1,801 1,923 1,984 2,071 2,177 2,353 2,416 2,463 2,541 2,705 2,791 2,919
b. Kurang Lancar 40 39 33 24 38 38 37 25 51 48 44 22
c. Diragukan 33 34 31 27 25 27 30 23 26 33 34 22d. Macet 60 68 72 69 76 79 84 77 81 85 94 78
IV RASIO
1. Loan to Deposit Ratio (%) 117.54 119.75 117.37 113.05 116.83 121.04 117.18 108.68 110.25 126.00 114.71 110.86
2. Non Performing Loans
a. Nominal 132 142 136 120 139 144 150 125 157 166 171 122b. Rasio (%) 6.82 6.87 6.43 5.47 6.01 5.77 5.86 4.82 5.82 5.78 5.79 4.01
Indikator BPR - DIY
III 2013 IV 2013II 2011 IV 2011 I 2012 IV 2012 III 2012 III 2011 I 2011 II 2012 No Uraian II 2013I 2013
74
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Miliar Rp
I ASET 502 520 555 586 589 606 615 659 654 656 707 756
II DANA PIHAK KETIGA 371 375 401 425 431 433 449 490 487 407 522 549
1. Tabungan 123 125 128 142 142 144 144 169 170 143 174 1912. Deposito 249 251 273 283 289 289 306 320 317 265 348 359
III KREDIT 381 401 417 436 468 490 489 499 515 540 547 564
1. Jenis Penggunaan 381 401 417 436 468 490 489 499 515 540 547 564
a. Modal Kerja 174 184 191 193 200 201 207 201 209 213 230 174
b. Investasi 42 42 41 43 60 73 64 65 68 70 61 62
c. Konsumsi 165 175 185 199 208 217 217 233 237 257 256 327
2. Sektor Ekonomi 381 401 417 436 468 490 489 499 515 540 547 564
a. Pertanian 5 7 8 8 9 10 10 10 10 13 5 5
b. Perikanan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
c. Pertambangan 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0
d. Industri Pengolahan 10 9 9 9 11 11 11 11 12 10 9 9
e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
f. Konstruksi 2 3 4 5 17 23 26 23 25 25 13 14
g. Perdagangan Besar dan Eceran 130 135 136 135 144 141 136 128 129 151 177 114
h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1
i. Transportasi, Pergudangan 6 7 8 9 12 16 18 22 28 15 15 11
j. Perantara Keuangan 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1
k. Real Estate, Usaha Persewaan 0 0 0 1 14 16 15 14 15 15 3 2
l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
m. Jasa Pendidikan 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2 3 4
n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7 6 7 5 4 3 3 2 1 3 3 3
o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 41 47 49 47 28 26 24 21 21 24 23 21
p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 6 6 6 7 8 9 9 8 8 7 8 10
q. Kegiatan yang belum jelas batasannya 3 2 2 3 8 14 16 20 20 13 26 23
r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 9 8 7 8 10 6 5 4 3 5 3 3
s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 161 170 179 195 199 211 212 229 234 252 253 339
3. Kolektibilitas 381 401 417 436 468 490 489 499 515 540 547 564
a. Lancar 345 365 381 404 428 447 443 461 468 489 492 530
b. Kurang Lancar 10 10 9 6 12 12 10 7 14 15 15 6
c. Diragukan 9 7 7 7 7 9 10 7 8 11 10 4d. Macet 17 19 20 19 21 22 25 23 25 25 31 24
IV RASIO
1. Loan to Deposit Ratio (%) 102.61 106.83 103.97 102.57 108.66 113.26 108.81 101.85 105.60 132.59 104.89 102.67
2. Non Performing Loan
a. Nominal 36 36 36 32 40 43 45 37 46 52 55 33b. Rasio (%) 9.38 8.96 8.70 7.31 8.50 8.76 9.30 7.50 9.03 9.54 10.09 5.93
Indikator BPR - Kabupaten Bantul
II 2014 II 2015II 2011 I 2012 IV 2011 IV 2012 III 2011 I 2011 II 2012 No Uraian II 2013I 2013 III 2012
75
Miliar Rp
I ASET 179 199 213 216 237 269 291 300 331 353 361 375
II DANA PIHAK KETIGA 76 77 84 87 97 114 124 131 136 146 152 166
1. Tabungan 27 27 28 31 33 34 38 45 45 52 52 632. Deposito 49 50 56 56 64 80 86 86 91 94 100 103
III KREDIT 147 166 178 185 202 234 247 256 291 309 324 336
1. Jenis Penggunaan 147 166 178 185 202 234 247 256 291 309 324 336
a. Modal Kerja 83 93 95 94 101 117 124 128 138 145 150 158
b. Investasi 8 7 6 6 6 7 7 8 10 12 16 19
c. Konsumsi 55 66 77 85 95 111 116 121 143 151 157 160
2. Sektor Ekonomi 147 166 178 185 202 234 247 256 291 309 324 336
a. Pertanian 2 3 3 4 4 6 5 4 5 6 9 8
b. Perikanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
c. Pertambangan 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
d. Industri Pengolahan 2 4 3 3 3 3 6 5 6 4 4 4
e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
f. Konstruksi 0 0 0 0 1 3 3 2 4 4 4 4
g. Perdagangan Besar dan Eceran 73 79 78 78 81 87 89 92 94 98 98 98
h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
i. Transportasi, Pergudangan 5 4 3 3 7 7 7 6 8 8 9 10
j. Perantara Keuangan 0 0 0 0 1 3 3 2 2 3 3 2
k. Real Estate, Usaha Persewaan 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0
l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
m. Jasa Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 6 8 10 8 4 5 5 6 6 7 8 10
p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 0 1 2 2 4 7 9 9 11 16 18 21
q. Kegiatan yang belum jelas batasannya 1 0 0 0 0 0 0 5 8 8 8 12
r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 39 47 51 3 3 4 4 3 3 3 2 3
s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 17 19 25 83 92 106 112 117 140 148 155 158
3. Kolektibilitas 147 166 178 185 202 234 247 256 291 309 324 336
a. Lancar 138 156 167 175 192 223 233 244 275 291 306 322
b. Kurang Lancar 3 3 3 3 3 4 4 2 5 5 3 2
c. Diragukan 3 4 3 2 2 3 4 4 3 3 4 3d. Macet 3 3 4 5 5 5 5 6 7 9 10 9
IV RASIO
1. Loan To Deposit Ratio (%) 192.19 214.29 211.55 212.19 207.76 205.65 199.05 194.99 213.54 211.70 212.67 202.53
2. Non Performing Loan
a. Nominal 8 10 10 10 10 12 13 12 15 17 17 14b. Rasio (%) 5.70 6.13 5.77 5.55 5.15 5.01 5.39 4.73 5.23 5.57 5.39 4.19
Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul
III 2013 IV 2013I 2012 IV 2012 III 2011 I 2011 IV 2011 II 2011 II 2012 No Uraian II 2013I 2013 III 2012
76
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Miliar Rp
I ASET 161 181 183 195 194 226 244 276 264 285 313 347
II DANA PIHAK KETIGA 84 94 93 117 101 113 121 154 149 158 171 209
1. Tabungan 50 61 57 79 63 75 80 110 88 91 102 1362. Deposito 34 34 37 38 38 39 41 45 61 67 69 73
III KREDIT 138 153 155 158 172 196 215 224 226 255 271 275
1. Jenis Penggunaan 138 153 155 158 172 196 215 224 226 255 271 275
a. Modal Kerja 67 69 67 68 73 85 97 101 95 113 122 123
b. Investasi 25 22 20 19 21 23 23 20 21 23 24 26
c. Konsumsi 46 61 68 71 79 89 96 103 111 119 125 127
2. Sektor Ekonomi 138 153 155 158 172 196 215 224 226 255 271 275
a. Pertanian 9 10 11 11 13 16 17 17 17 18 18 18
b. Perikanan 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
c. Pertambangan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
d. Industri Pengolahan 4 4 4 4 4 5 7 7 8 8 7 7
e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
f. Konstruksi 5 6 6 7 8 10 17 19 7 13 14 13
g. Perdagangan Besar dan Eceran 53 49 45 45 46 50 49 49 50 51 54 55
h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 2 2 1 1 2 2 2 4 3 4 5 9
i. Transportasi, Pergudangan 1 2 2 2 3 4 4 5 5 7 7 6
j. Perantara Keuangan 6 5 5 4 5 6 7 6 6 7 7 7
k. Real Estate, Usaha Persewaan 1 2 2 2 2 2 2 1 1 8 14 11
l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
m. Jasa Pendidikan 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2 2 2 1 1 1 1 0 0 0 0 0
o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 9 8 7 6 8 8 8 8 10 13 13 14
p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
q. Kegiatan yang belum jelas batasannya 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 46 61 68 71 79 89 96 103 111 119 125 124
3. Kolektibilitas 138 153 155 158 172 196 215 224 226 255 271 275
a. Lancar 129 141 144 148 162 187 205 216 216 246 261 267
b. Kurang Lancar 3 5 2 1 1 1 1 1 3 3 2 1
c. Diragukan 2 2 3 4 1 1 1 1 1 1 2 1d. Macet 5 5 5 5 8 7 7 7 7 6 6 6
IV RASIO
1. Loan To Deposit Ratio (%) 165.36 162.42 165.56 134.81 169.64 173.69 177.18 145.38 151.90 161.17 158.98 131.41
2. Non Performing Loan
a. Nominal 10 12 10 10 10 10 9 9 11 10 10 9b. Rasio (%) 7.04 7.81 6.70 6.23 5.90 4.87 4.41 3.96 4.78 3.82 3.63 3.13
Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo
III 2013 IV 2013I 2012 IV 2012 IV 2011 II 2011 III 2011 No Uraian I 2011 II 2012 II 2013I 2013 III 2012
77
Miliar Rp
I ASET 1,290 1,332 1,379 1,446 1,468 1,539 1,625 1,714 1,755 1,777 1,830 1,900
II DANA PIHAK KETIGA 880 930 965 1,022 1,052 1,083 1,151 1,232 1,288 1,224 1,327 1,365
1. Tabungan 234 251 248 271 275 280 301 336 339 332 358 3862. Deposito 646 679 717 751 778 803 850 897 949 892 969 979
III KREDIT 942 996 1,010 1,032 1,066 1,132 1,160 1,143 1,163 1,225 1,253 1,256
1. Jenis Penggunaan 942 996 1,010 1,032 1,066 1,132 1,160 1,143 1,163 1,225 1,253 1,256
a. Modal Kerja 336 346 336 342 347 374 394 386 391 417 438 771
b. Investasi 57 57 60 65 67 80 80 80 88 94 96 87
c. Konsumsi 549 593 613 624 652 678 686 676 684 714 719 398
2. Sektor Ekonomi 942 996 1,010 1,032 1,066 1,132 1,160 1,143 1,163 1,225 1,253 1,256
a. Pertanian 14 16 16 15 16 18 19 19 18 20 24 17
b. Perikanan 1 2 2 2 2 2 2 3 3 4 4 339
c. Pertambangan 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2
d. Industri Pengolahan 9 13 12 13 13 15 16 15 17 16 17 15
e. Listrik, Gas dan Air 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
f. Konstruksi 7 12 13 16 20 24 24 22 21 27 34 26
g. Perdagangan Besar dan Eceran 201 222 218 221 230 252 274 266 273 294 304 327
h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 19 15 17 17 14 15 14 13 13 13 14 17
i. Transportasi, Pergudangan 6 9 11 12 14 16 14 16 17 18 18 15
j. Perantara Keuangan 0 0 0 1 2 1 2 1 1 2 2 1
k. Real Estate, Usaha Persewaan 1 2 2 2 6 7 5 5 5 6 6 4
l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 2 2 3 3 4 5 4 4 4 4 4 4
m. Jasa Pendidikan 2 2 2 3 4 4 4 5 5 5 5 3
n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 2
o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 61 61 58 63 49 52 50 48 46 45 42 34
p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 6 8 10 12 15 19 21 23 26 30 30 27
q. Kegiatan yang belum jelas batasannya 56 36 29 22 19 18 21 23 23 22 25 22
r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 6 8 3 5 4 4 3 6 10 11 11 11
s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 547 586 611 621 647 674 683 669 674 703 708 389
3. Kolektibilitas 942 996 1,010 1,032 1,066 1,132 1,160 1,143 1,163 1,225 1,253 1,256
a. Lancar 879 929 946 979 1,002 1,070 1,094 1,092 1,099 1,158 1,186 1,210
b. Kurang Lancar 18 17 15 10 17 17 17 10 22 19 15 7
c. Diragukan 15 16 14 10 11 11 12 9 10 13 13 8d. Macet 29 33 36 33 36 35 37 32 32 34 38 30
IV RASIO
1. Loan To Deposit Ratio (%) 106.96 107.12 104.63 100.95 101.25 104.52 100.75 92.71 90.29 100.08 94.39 91.98
2. Non Performing Loan
a. Nominal 63 67 64 52 63 63 66 51 63 66 66 46b. Rasio (%) 6.68 6.70 6.33 5.05 5.95 5.54 5.66 4.46 5.45 5.41 5.41 3.73
Indikator BPR - Kabupaten Sleman
III 2013 IV 2013IV 2012 I 2011 III 2012 I 2012 II 2011 IV 2011 III 2011 No Uraian II 2012 II 2013I 2013
78
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Miliar Rp
I ASET 388 407 426 449 459 498 526 555 578 613 644 700
II DANA PIHAK KETIGA 233 248 263 287 300 319 344 374 387 344 411 453
1. Tabungan 59 61 64 74 74 78 83 101 109 91 116 1262. Deposito 173 187 199 214 226 241 261 273 277 253 295 326
III KREDIT 325 349 361 381 408 443 456 466 503 543 568 609
1. Jenis Penggunaan 325 349 361 381 408 443 456 466 503 543 568 609
a. Modal Kerja 96 98 100 116 128 138 140 142 154 173 185 202
b. Investasi 62 73 74 77 79 75 71 62 63 53 52 52
c. Konsumsi 166 177 188 188 201 230 245 262 286 317 330 355
2. Sektor Ekonomi 325 349 361 381 408 443 456 466 503 543 568 609
a. Pertanian 1 1 1 4 4 5 12 20 33 35 31 26
b. Perikanan 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
c. Pertambangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
d. Industri Pengolahan 1 1 1 4 4 4 3 3 3 2 3 2
e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0
f. Konstruksi 0 0 1 5 6 6 6 5 6 6 7 6
g. Perdagangan Besar dan Eceran 110 139 117 127 134 136 134 128 124 130 136 149
h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 1 1 0 2 2 2 1 1 1 1 1 1
i. Transportasi, Pergudangan 1 1 2 3 4 5 6 7 9 11 12 14
j. Perantara Keuangan 0 0 0 0 3 3 3 3 3 2 2 2
k. Real Estate, Usaha Persewaan 0 0 1 1 8 7 7 6 5 5 5 5
l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
m. Jasa Pendidikan 0 0 0 1 2 2 1 1 1 1 1 1
n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0 0 0 1 2 2 3 2 1 0 0 0
o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 12 13 16 21 5 6 5 6 4 3 4 3
p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 8 2 3 6 6 5 4 4 3 2 2 3
q. Kegiatan yang belum jelas batasannya 18 6 26 17 25 29 24 19 23 26 32 36
r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 7 7 6 0 2 1 3 3 3 3 3 4
s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 166 176 185 189 199 229 242 259 282 314 327 355
3. Kolektibilitas 325 349 361 381 408 443 456 466 503 543 568 609
a. Lancar 310 332 346 365 392 426 440 451 482 521 546 589
b. Kurang Lancar 5 4 4 5 4 4 4 4 8 6 8 5
c. Diragukan 4 5 4 4 4 4 3 3 4 5 4 6d. Macet 5 8 7 7 7 9 10 9 9 10 10 9
IV RASIO
1. Loan To Deposit Ratio (%) 139.77 140.98 137.36 132.67 135.85 138.78 132.40 124.77 130.20 157.91 138.16 134.60
2. Non Performing Loan
a. Nominal 15 17 16 16 15 17 16 15 21 21 23 20b. Rasio (%) 4.64 4.89 4.30 4.15 3.80 3.85 3.60 3.30 4.18 3.89 3.99 3.27
Indikator BPR - Kota Yogyakarta
III 2013 IV 2013IV 2012 II 2012 III 2012 I 2012 III 2011 I 2011 II 2011 IV 2011 No Uraian II 2013I 2013