KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · ... Sumatera Utara merupakan terbitan rutin triwulanan yang...
Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · ... Sumatera Utara merupakan terbitan rutin triwulanan yang...
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI SUMATERA UTARA
TRIWULAN III 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
VISI DAN MISI
i
VISI DAN MISI
Visi Bank Indonesia:
“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan
nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang
stabil”
Misi Bank Indonesia:
1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan
moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi
terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan
memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung
tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola
(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-nilai Strategis:
Trust and Integrity- Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and
Teamwork
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara:
“Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas
sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran
untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang
inklusif dan berkesinambungan”
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara:
Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan
kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun jangka panjang.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
KATA PENGANTAR
ii
KATA PENGANTAR
Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Edisi periode ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan III 2015 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, stabilitas sistem keuangan, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, prospek ekonomi Sumatera Utara ke depan, serta rekomendasi kepada instansi terkait. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data realisasi investasi dari Badan Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera Utara, dan data dari instansi/lembaga terkait lainnya serta informasi dari para pelaku ekonomi utama di Sumatera Utara.
Perekonomian Sumatera Utara triwulan III 2015 tercatat 5,08% (yoy), relatif melambat dibandingkan dengan pencapaian pada periode lalu yang tercatat 5,13% (yoy). Peningkatan perekonomian Sumatera Utara didukung oleh membaiknya kinerja ekspor impor dari sisi penggunaan, serta akselerasi kinerja kategori Industri Pengolahan dan Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Begitu juga dengan tekanan inflasi yang menurun signifikan dari 7,82% (yoy)menjadi 6,62% (yoy), lebih rendah dari capaian nasional yang mencapai 6,83%.
Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2015 diperkirakan akan pulih terbatas terutama ditopang oleh meningkatnya laju realisasi investasi dan konsumsi pemerintah sesuai dengan polanya. Sementara itu, konsumsi swasta diperkirakan stabil sedangkan realisasi ekspor dan impor kembali menurun. Dari sisi permintaan, perekonomian triwulan mendatang diperkirakan akan ditopang oleh meningkatnya kinerja kategori konstruksi dan PBE, sementara kategori Industri Pengolahan dan Pertanian diperkirakan stabil. Tekanan inflasi diperkirakan tidak setinggi pola historisnya sejalan dengan kondisi permintaan yang belum pulih serta stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi. Pelaksanaan pilkada serentak diperkirakan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap inflasi. Untuk keseluruhan tahun, tekanan inflasi diperkirakan berada pada sasaran nasional yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, November 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA
Difi A. Johansyah Direktur Eksekutif
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR ISI
VISI DAN MISI ................................................................................................................................. I
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... II
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... III
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................. V
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ VIII
TABEL INDIKATOR ......................................................................................................................... IX
RINGKASAN UMUM ....................................................................................................................... X
BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL ........................................................................................... 1
1.1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM .......................................................... 2
1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN ................................................................................ 2
1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA/KATEGORI ........................................................... 7
BAB 2 INFLASI ............................................................................................................................ 19
2.1 KONDISI UMUM ....................................................................................................................... 20
2.2 DISAGREGASI INFLASI ................................................................................................................ 21
2.2.1 INFLASI VOLATILE FOODS ................................................................................................................ 21
2.2.2 INFLASI ADMINISTERED PRICES ........................................................................................................ 21
2.2.3 INFLASI INTI (CORE INFLATION) ........................................................................................................ 21
2.3 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA ........................................................................... 22
2.3.1 KELOMPOK BAHAN MAKANAN ............................................................................................................ 22
2.3.2 KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU ......................................................... 22
2.3.3 KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR .......................................................... 23
2.3.4 KELOMPOK SANDANG .................................................................................................................... 23
2.3.5 KELOMPOK KESEHATAN .................................................................................................................. 24
2.3.6 KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA .......................................................................... 24
2.3.7 KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN ........................................................... 24
2.4 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI ................................................................................................... 25
BAB 3 PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ...................... 27
3.1 RINGKASAN UMUM .................................................................................................................. 28
3.2 ANALISIS PERBANKAN DAERAH .................................................................................................... 28
3.3 KETAHANAN SEKTOR KORPORASI DAN UMKM ............................................................................... 30
3.4 KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA .......................................................................................... 31
3.5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ........................................................................................ 32
3.5.1 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI ...................................................................................................... 32
3.5.2 KINERJA SISTEM PEMBAYARAN TUNAI .................................................................................................. 33
BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH ................................................................................................ 35
4.1 REKENING APBN DI SUMATERA UTARA ........................................................................................ 36
4.2 REALISASI PENDAPATAN PEMDA DI SUMUT .................................................................................... 36
4.3 REALISASI BELANJA PEMDA DI SUMUT .......................................................................................... 37
4.4 REALISASI SURPLUS/DEFISIT ....................................................................................................... 38
4.5 REKENING PEMERINTAH DAERAH DI BANK ..................................................................................... 38
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR ISI
iv
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ...................................................................... 39
5.1 KETENAGAKERJAAN ................................................................................................................... 40
5.2 KESEJAHTERAAN ....................................................................................................................... 41
5.2.1 TINGKAT PENGHASILAN MASYARAKAT .................................................................................................. 41
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI .............................................................. 43
6.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI ............................................................................................. 44
6.2 PROSPEK INFLASI ...................................................................................................................... 45
6.3 REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH ................................................................................ 47
LAMPIRAN .................................................................................................................................... 49
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................................................ 52
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR GRAFIK
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan ............................................................................................. 2
Grafik 1.2 Persepsi Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu ............................................................. 3
Grafik 1.3 Perkembangan Nilai Tukar ..................................................................................................................... 3
Grafik 1.4 Impor Barang Konsumsi ......................................................................................................................... 3
Grafik 1.5 Survei Konsumen ................................................................................................................................... 3
Grafik 1.6 Indeks Penjualan Eceran ........................................................................................................................ 3
Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Konsumsi ............................................................................................................ 4
Grafik 1.8 Persentase Realisasi APBN di Sumatera Utara Hingga Triwulan III ........................................................ 4
Grafik 1.9 Kredit Investasi ....................................................................................................................................... 4
Grafik 1.10 Penjualan Semen .................................................................................................................................. 5
Grafik 1.11 Penjualan Barang Konstruksi ............................................................................................................... 5
Grafik 1.12 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara ........................................................................... 5
Grafik 1.13 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama .................................................................................................. 6
Grafik 1.14 Perkembangan Harga CPO dan Karet .................................................................................................. 6
Grafik 1.15 Ekspor CPO ........................................................................................................................................... 6
Grafik 1.16 Ekspor Karet ......................................................................................................................................... 6
Grafik 1.17 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut .................................................................................... 7
Grafik 1.18 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut ......................................................................................... 7
Grafik 1.19 Realisasi NTP Sumatera Utara .............................................................................................................. 8
Grafik 1.20 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara .................................................................................. 8
Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Pertanian ................................................................................................................ 9
Grafik 1.22 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate .................................................... 9
Grafik 1.23 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera Utara ................................................................................ 9
Grafik 1.24 Penyaluran Kredit Kategori PBE ........................................................................................................... 9
Grafik 1.25 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi .............................................................................................. 10
Grafik 1.26 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan ....................................................................... 10
Grafik 1.27 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan .............................................................. 10
Grafik 1.28 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara ..................................................................................... 10
Grafik 1.29 Perkembangan Ekspor Manufaktur ................................................................................................... 11
Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan ............................................................................... 11
Grafik 1.31 Openess to Trade dan Export Productivity Sumatera Utara ............................................................... 12
Grafik 1.32 Klasifikasi Teknologi Ekspor Sumut .................................................................................................... 12
Grafik 1.33 Perkembangan RCA Kategori Produk Unggulan ................................................................................. 13
Grafik 1.34 Konsentrasi Produk Ekspor ................................................................................................................ 13
Grafik 1.35 Market Positioning Produk Ekspor Provinsi Sumatera Utara ............................................................. 14
Grafik 1.36 Penetrasi Impor Produk Champions dan Underachievers; bubble size menunjukkan pangsa produk
terhadap total ekspor ........................................................................................................................................... 14
Grafik 1.43 Pertumbuhan Ekononomi Kelompok Parwisata di Provinsi Sumatera Utara .................................... 15
Grafik 1.44 Pangsa Kategori Pariwisata ................................................................................................................ 15
Grafik 1.45 Wisatawan Mancanegara vs Domestik .............................................................................................. 16
Grafik 1.46 Asal Wisatawan Mancanegara ........................................................................................................... 16
Grafik 1.47 Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara di Medan dan Batam ............................................. 16
Grafik 1.48 Dana Pelaksaan Anggaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara ................... 17
Grafik 2.1 Inflasi Sumut dan Nasional ................................................................................................................... 20
Grafik 2.2 Inflasi Kota di Sumut ............................................................................................................................ 20
Grafik 2.3 Inflasi Bulanan di Sumut ....................................................................................................................... 20
Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Sumut ..................................................................................................................... 21
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR GRAFIK
vi
Grafik 2.5 Perkembangan Nilai Tukar ................................................................................................................... 21
Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Biaya Pendidikan dan Rumah ................................................................................. 21
Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Sumut ........................................................................................ 22
Grafik 2.8 Pergerakan Harga Beras (Berbagai Kualitas) ........................................................................................ 22
Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Makanan Jadi ............................................................................................................ 23
Grafik 2.10 Pergerakan Harga Rokok Kretek ........................................................................................................ 23
Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut ........................................... 23
Grafik 2.12 Indeks Harga Properti Residensial ..................................................................................................... 23
Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Sandang di Sumut ................................................................................................... 24
Grafik 2.14 Harga Emas di Sumut ......................................................................................................................... 24
Grafik 2.15 Inflasi Kelompok Kesehatan di Sumut ................................................................................................ 24
Grafik 2.16 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga di Sumut ......................................................... 24
Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut ......................................... 24
Grafik 2.18 Pergerakan Inflasi Cabe Merah .......................................................................................................... 26
Grafik 2.19 Pergerakan Inflasi Bawang Merah ..................................................................................................... 26
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ........................................................................................................... 28
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) ............................................................................................. 28
Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK ........................................................................................................... 28
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK .......................................................................................................... 29
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit .......................................................................................................................... 29
Grafik 3.5 Perkembangan Perbankan Sumut-Nasional ........................................................................................ 29
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit .......................................................................................................................... 29
Grafik 3.7 Perkembangan Suku Bunga Kredit ....................................................................................................... 29
Grafik 3.8 Perkembangan Intermediasi Perbankan .............................................................................................. 30
Grafik 3.9 Perkembangan Risiko Kredit (NPL & NPF) ............................................................................................ 30
Grafik 3.10 Perkembangan Kredit Korporasi di Sumut ......................................................................................... 30
Grafik 3.11 Perkembangan NPL Kredit Korporasi ................................................................................................. 30
Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM di Sumut ............................................................................................. 31
Grafik 3.13 Perkembangan NPL Kredit UMKM ..................................................................................................... 31
Grafik 3.14 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut ........................................................................................ 31
Grafik 3.15 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut berdasarkan Kelompok Pendapatan ............................. 31
Grafik 3.16 Perkembangan Kredit Rumah Tangga ................................................................................................ 32
Grafik 3.17 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga ......................................................................................... 32
Grafik 3.18 Perkembangan Transaksi BI RTGS ...................................................................................................... 32
Grafik 3.19 Perkembangan Transaksi Kliring ........................................................................................................ 33
Grafik 3.20 Perkembangan Uang Kartal di Sumut ................................................................................................ 33
Grafik 3.21 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Sumut ................................................................................... 33
Grafik 4.1 Realisasi Belanja APBN di Sumatera Utara ........................................................................................... 36
Grafik 4.2 Realisasi Belanja APBN di Sumatera Utara ........................................................................................... 36
Grafik 4.3 Porsi Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah di Sumatera Utara .................................................... 37
Grafik 4.4 Porsi Realisasi Pendapatan Pemda di Sumut ....................................................................................... 37
Grafik 4.5 Realisasi Belanja Pemda di Sumut........................................................................................................ 37
Grafik 4.6 Porsi Realisasi Belanja Pemda di Sumut ............................................................................................... 37
Grafik 4.7 Defisit APBD Pemerintah Daerah di Sumatera Utara ........................................................................... 38
Grafik 4.8 Posisi Rekening Pemda di Sumatera Utara .......................................................................................... 38
Grafik 4.9 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Pemda di Sumatera Utara ..................................................... 38
Grafik 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan Sumut .............................................................................................. 40
Grafik 5.2 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ................................................................................................... 40
Grafik 5.3 Indikator Jumlah Karyawan Total ......................................................................................................... 40
Grafik 5.4 Sektor Tenaga Kerja ............................................................................................................................. 40
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR GRAFIK
vii
Grafik 5.5 Penduduk Miskin di Sumatera Utara ................................................................................................... 41
Grafik 5.6 Persentase Penduduk Miskin Provinsi se-Sumatera dan DKI Jakarta .................................................. 41
Grafik 5.7 Indeks Kedalaman & Keparahan Kemiskinan di Sumatera Utara......................................................... 42
Grafik 5.8 Penduduk Miskin di Desa dan Kota di Sumut ...................................................................................... 42
Grafik 5.9 Nilai Tukar Petani ................................................................................................................................. 42
5.3 Grafik 5.10 Indeks Penghasilan Konsumen ................................................................................................. 42
Grafik 6.1 Survey Konsumen ................................................................................................................................. 44
Grafik 6.2 Indeks Perkiraan Penjualan .................................................................................................................. 45
Grafik 6.1 Pandangan Konsumen Terhadap Perubahan Harga ............................................................................ 47
Grafik 6.2 Pandangan Pedagang Terhadap Perubahan Harga .............................................................................. 47
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Permintaan ..................................................................................... 2
Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara ............................................................................................. 5
Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama ........................................................................................................... 6
Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran ..................................................................................... 7
Tabel 1.5 Realisasi Tanaman Pangan ...................................................................................................................... 8
Tabel 1.6 Kawasan Pariwisata .............................................................................................................................. 15
Tabel 1.7 Forward dan Backward Linkage Sektor Pariwisata ............................................................................... 16
Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Triwulan III 2015 di Sumatera Utara ...................................... 20
Tabel 2.2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan III 2015 di Sumatera Utara ....... 20
Tabel 2.3 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa ......................................................................................... 22
Tabel 5.1 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha ....................................................................................... 40
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama .............................................................. 41
Tabel 6.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan .................................................................................................. 44
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
TABEL INDIKATOR
ix
TABEL INDIKATOR
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi 2012 2013 2014 2015
Total Total IV Total I II III IVp Totalp
PDRB (%,yoy) 6,45 6,08 4,81 5,23 4,82 5,13 5,08 5,0-5,4 4.8-5.2
Sisi Permintaan
Konsumsi 4,80 4,91 4,97 5,10 4,65 3,96 4,38 4,1-4,5 4,0-4,4
Konsumsi Swasta 4,73 5,05 5,08 5,20 4,69 4,35 4,58 4,3-4,7 4,6-5,0
Konsumsi Pemerintah 5,25 4,06 4,29 4,31 4,28 0,99 2,92 3,0-3,4 1,1-1,5
Pembentukan Modal Tetap Bruto* 8,62 5,14 3,25 2,93 3,23 3,07 4,84 4,7-5,1 4,0-4,4
Ekspor 4,18 3,23 1,63 4,32 10,59 12,79 11,14 10,8-11,2 12,0-12,4
Impor 3,07 0,28 -0,18 0,76 5,75 6,12 12,28 9,4-9,8 13,2-13,6
Sisi Produksi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,31 4,71 5,19 4,37 6,07 5,56 3,87 5,3-5,5 4,6-5,0
Pertambangan dan Penggalian 11,95 26,03 4,43 5,33 12,25 5,84 3,58 6,0-6,4 6,0-6,4
Industri Pengolahan 5,64 4,84 0,32 2,97 0,30 3,09 5,01 3,3-3,4 3,1-3,5
Pengadaan Listrik, Gas -3,03 -3,88 6,26 3,71 -9,82 -8,04 2,13 -0,40 -3,4-(-0,3)
Pengadaan Air 5,13 5,68 6,84 6,04 9,70 8,62 4,34 2,4-2,8 6,6-7,0
Konstruksi 6,67 7,66 8,53 6,79 8,29 6,58 5,56 6.5-6.9 6,2-6,6 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,91 5,57 5,46 6,94 4,54 5,43 4,24 5,4-5,8 4,5-,49
Transportasi dan Pergudangan 8,25 7,41 6,35 5,71 5,39 5,37 6,26 5,6-,6,0 5,7-6,1 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,75 7,81 6,50 6,48 9,21 6,86 6,18 7,0-7,4 6,9-7,3
Informasi dan Komunikasi 8,79 7,78 4,74 7,23 5,81 7,07 8,10 6,3-6,7 7,0-7,4
Jasa Keuangan 10,09 9,99 6,69 2,84 3,32 4,62 7,75 4,4-4,8 6,0-6,4
Real Estate 6,96 6,94 7,93 6,59 4,94 5,62 6,10 5,0-5,4 5,6-6,0
Jasa Perusahaan 6,04 6,68 7,46 6,76 7,24 6,84 5,01 8,0-8,4 6,0-6,4 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,53 3,34 5,19 6,92 5,32 6,31 7,04 2,6-2,8 6,0-6,4
Jasa Pendidikan 4,94 8,34 0,00 6,37 2,45 -0,25 8,14 6,6-7,0 4,3-4,7
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10,58 10,82 8,56 7,00 6,37 7,90 8,85 1,5-,19 7,6-8,0
Jasa lainnya 7,83 7,45 6,08 7,04 6,15 6,91 5,61 6,6-7,0 5,8-6,2
Inflasi IHK (%,yoy) 3,9 10,2 8,2 8,2 6,2 7,8 6,6 4.0-5.0 4.0-5.0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
p : angka proyeksi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
RINGKASAN UMUM
x
RINGKASAN UMUM
ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL
Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2015 sedikit melambat dari 5,13% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,08% (yoy). Belum pulihnya aktivitas perdagangan global serta masih lemahnya perekonomian domestik menjadi faktor perlambatan perekonomian pada triwulan laporan. Kondisi tersebut tercermin pada semakin kecilnya nilai tambah dari triwulan II ke triwulan III (qtq) dibandingkan dengan periode yang sama di beberapa tahun sebelumnya. Namun, pencapaian pada triwulan laporan tersebut masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 4,73% (yoy).
Dari sisi penggunaan, melambatnya perekonomian Sumatera Utara disebabkan oleh melambatnya aktivitas ekspor dan peningkatan konsumsi yang tidak setinggi polanya. Sementara itu, konsumsi pemerintah, investasi dan impor meningkat sesuai dengan polanya. Sementara dari sisi penawaran, Perekonomian Sumatera Utara pada periode laporan tertekan oleh melambatnya kinerja kategori utama, yaitu Kategori Pertanian, Perdagangan Besar dan Eceran, Konstruksi serta Transportasi dan Pergudangan, sementara itu untuk kategori industri pengolahan justru mengalami peningkatan.
ASESMEN INFLASI
Tekanan inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2015 menurun dan berada dibawah inflasi Nasional. Penurunan tekanan inflasi terjadi di seluruh kota sampel penghitungan IHK di Sumatera Utara dan seluruh komponen disagregasi inflasi. Penurunan inflasi terjadi seiring melimpahnya pasokan komoditas utama seperti bawang merah dan cabai merah. Selain itu, berbagai kebijakan pemerintah yang menjaga stabilnya harga BBM premium serta menurunkan tarif LPG 12 kg juga turut menjaga rendahnya tekanan inflasi. Hal tersebut juga tak lepas dari komitmen Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sumatera Utara untuk fokus dalam melaksanakan program pengendalian inflasi jangka pendek maupun menengah.
ASSESMEN PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja Perbankan Sumatera Utara pada Triwulan III 2015 semakin membaik. Hal tersebut tercermin dari akselerasi pertumbuhan kredit dan aset, serta stabilnya pertumbuhan DPK, demikian pula dengan penyaluran kredit Korporasi danUMKM. Peningkatan kinerja perbankan dan meningkatnya aktifitas masyarakat menghadapi hari besar nasional dan keagamaan serta seasonal event seperti tahun ajaran baru mendorong kenaikan aktivitas transaksi masyarakat, baik secara tunai maupun non tunai. Meski demikian, hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah masih meningkatnya risiko kredit serta terus menurunnya kinerja kredit ke rumah tangga yang dipengaruhi oleh tertahannya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
ASESMEN KEUANGAN DAERAH
Hingga triwulan III 2015, realisasi APBN di Sumatera Utara menurun dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal itu diduga terkait menurunnya perpajakan seiring penurunan kinerja ekonomi Sumatera Utara serta lambannya realisasi belanja modal terkait proyek infrastruktur pemerintah. Sementara itu, realisasi dana desa di Sumatera Utara relatif sesuai dengan pola yang ditetapkan. Di sisi lain, realisasi APBD Pemerintah Daerah di Sumatera Utara hingga triwulan laporan justru meningkat dibanding periode yang sama tahun 2014.
ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaaan dan kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara cenderung memburuk hingga triwulan laporan. Hal ini tercermin dari meningkatnya pengangguran dan kemiskinan, terutama untuk masyarakat pedesaan. Belum membaiknya harga komoditas mengakibatkan Nilai Tukar Petani (NTP) masih tertekan sehingga menahan perbaikan daya beli masyarakat. Namun, masyarakat masih yakin akan perbaikan kondisi perekonomian dan kesejahteraan hingga akhir 2015.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
RINGKASAN UMUM
xi
PROSPEK PEREKONOMIAN
Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2015 diperkirakan membaik seiring dengan
membaiknya pertumbuhan ekonomi serta tekanan inflasi yang rendah. Secara keseluruhan tahun,
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami perlambatan sementara tekanan inflasi mengalami
penurunan yang cukup signifikan.
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi yang membaik terutama ditopang oleh meningkatnya laju
realisasi investasi dan konsumsi pemerintah sesuai dengan polanya. Sementara itu, konsumsi swasta
diperkirakan stabil sedangkan realisasi ekspor dan impor kembali menurun. Sedangkan dari sisi
permintaan, perekonomian triwulan mendatang diperkirakan akan ditopang oleh meningkatnya kinerja
kategori konstruksi dan PBE, sementara kategori Industri Pengolahan dan Pertanian diperkirakan stabil
Di sisi lain, tekanan inflasi diperkirakan tidak setinggi pola historisnya sejalan dengan kondisi permintaan
yang belum pulih serta stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi. Pelaksanaan pilkada serentak
diperkirakan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap inflasi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
RINGKASAN UMUM
xii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
1
BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2015 sedikit melambat dari 5,13% (yoy) pada
triwulan lalu menjadi 5,08% (yoy). Belum pulihnya aktivitas perdagangan global serta masih
lemahnya perekonomian domestik menjadi faktor perlambatan perekonomian pada triwulan
laporan. Kondisi tersebut tercermin pada semakin kecilnya nilai tambah dari triwulan II ke triwulan III
(qtq) dibandingkan dengan periode yang sama di beberapa tahun sebelumnya. Namun, pencapaian
pada triwulan laporan tersebut masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya
mencapai 4,73% (yoy).
Sisi Penggunaan
Dari sisi penggunaan, melambatnya perekonomian Sumatera Utara disebabkan oleh melambatnya
aktivitas ekspor yang diikuti oleh peningkatan impor yang cukup signifikan. Sementara itu,
permintaan domestik membaik yang terlihat pada perbaikan konsumsi pemerintah, investasi, dan
konsumsi swasta sejalan dengan daya beli masyarakat yang masih terjaga.
Sisi Penawaran
Perekonomian Sumatera Utara pada periode laporan tertekan oleh melambatnya kinerja kategori
utama, yaitu Kategori Pertanian, Perdagangan Besar dan Eceran, Konstruksi serta Transportasi dan
Pergudangan, sementara kategori industri pengolahan justru meningkat.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
2
1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum
Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Permintaan
Pertumbuhan Ekonomi 2012 2013 2014 2015 Arah (Tw
II Tw III) Total Total IV Total I** II** III**
PDRB (%,yoy) 6,45 6,08 4,81 5,23 4,82 5,13 5,08 Menurun
Konsumsi 4,80 4,91 4,97 5,10 4,65 3,96 4,38 Akselerasi
Konsumsi Swasta 4,73 5,05 5,08 5,20 4,69 4,35 4,58 Akselerasi
Konsumsi Pemerintah 5,25 4,06 4,29 4,31 4,28 0,99 2,92 Akselerasi
Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,62 5,14 3,25 2,93 3,23 3,07 4,84 Akselerasi
Ekspor 4,18 3,23 1,63 4,32 10,59 12,79 11,14 Melambat
Impor 3,07 0,28 -0,18 0,76 5,75 6,12 12,28 Melambat
**) Angka Sangat Sementara Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Kinerja perekonomian Sumut pada triwulan III 2015
sedikit melambat dari 5,13% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi 5,08% (yoy). Secara agregat,
output riil PDRB Provinsi Sumatera Utara periode
laporan tercatat Rp112,0 triliun1. Capaian tersebut
masih lebih tinggi dibandingkan dengan capaian
nasional yang hanya sebesar 4,73% (yoy), Namun
kinerja perekonomian Sumatera Utara justru
berlawanan arah dengan pertumbuhan ekonomi
nasional yang tercatat tumbuh dari 4,67% (yoy) pada
triwulan sebelumnya.
Secara kuartalan, perekonomian Sumut mengalami
pertumbuhan sebesar 3,21% (qtq). Pertumbuhan ini
lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
kuartalan untuk triwulan yang sama pada 4 tahun
sebelumnya (2011: 3,63% (qtq), 2012: 3,99% (qtq),
2013: 3,32% (qtq), dan 2014: 3,25% (qtq)).
Melambatnya kinerja perekonomian pada triwulan
laporan tidak terlepas dari masih tertekannya harga
komoditas di pasar global. Kondisi tersebut
mengakibatkan melambatnya kegiatan ekspor. Di sisi
lain, impor meningkat tajam, sehingga kinerja sektor
eksternal memburuk. Namun demikian, peningkatan
impor khususnya dalam bentuk impor barang modal
mengindikasikan mulai bekerjanya ekonomi di dalam
negeri. Sementara kegiatan ekonomi domestik
terindikasi membaik, tercermin pada mulai
membaiknya kegiatan konsumsi masyarakat dan
investasi.
Atas Dasar Harga Konstan, tahun dasar 2010
Dari sisi lapangan usaha/kategorial, menurunnya
kinerja perekonomian terutama disumbang oleh
menurunnya kinerja kategori pertanian, Perdagangan
Besar dan Eceran (PBE), sementara kategori industri
pengolahan justru meningkat.
1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan
Dari sisi penggunaan, geliat perekonomian Sumatera
Utara mulai terlihat dalam bentuk kegiatan konsumsi
dan PMTB2. Sementara kegiatan sektor eksternal
memburuk, yang lebih terkait melonjaknya impor.
Pada triwulan III 2015, konsumsi swasta memberikan
andil sebesar 2,64% (yoy), disusul oleh PMTB sebesar
1,49% (yoy) (Grafik 1.1).
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan
Konsumsi pada triwulan laporan terakselerasi dari
3,96% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi
4,38% (yoy). Stabilnya konsumsi didorong oleh
meningkatnya realisasi konsumsi swasta maupun
pemerintah.
2 Pembentukan Modal Tetap Bruto
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
3
Adanya kegiatan (1) persiapan pelaksanaan pilkada
serentak, (2) faktor musiman (HKBN, THR/Gaji ke-13
dan libur sekolah), (3) pelaksanaan festival tahunan3
menjadi pendorong aktivitas konsumsi masyarakat ke
level yang lebih tinggi. Selain itu, terkendalinya inflasi
yang diantaranya terkait dengan kebijakan
pemerintah untuk menunda kenaikan atau bahkan
menurunkan harga bahan bakar diperkirakan mampu
mendorong pertumbuhan konsumsi swasta. Namun,
pertumbuhan konsumsi swasta masih belum pulih
yang berada pada level dibawah pertumbuhan
periode-periode sebelumnya.
Belum pulihnya pertumbuhan konsumsi swasta
tersebut diindikasikan pada masih melambatnya
perkembangan beberapa indikator konsumsi. Harga
komoditas internasional masih menurun yang
memengaruhi daya beli masyarakat Sumatera Utara
yang banyak bergantung pada sektor perkebunan.
Indeks persepsi penghasilan masyarakat dari hasil
Survei Konsumen KPw BI Provinsi Sumut dan Nilai
Tukar Petani (NTP) juga masih cenderung menurun
(lihat bab 5)
Grafik 1.2 Persepsi Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6
Bulan Yang Lalu
Demikian juga dengan impor barang konsumsi masih
terkontraksi, yaitu dari -19,2% (yoy) menjadi -33,6%
(yoy). Penurunan impor barang konsumsi terutama
pada impor makanan jadi yang menurun 62% (yoy),
setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 4% (yoy).
3 Festival Danau Toba, Tebing Tinggi Agrimart serta Karo
Festival
Grafik 1.3 Perkembangan Nilai Tukar
Grafik 1.4 Impor Barang Konsumsi
Indeks Keyakinan Konsumen juga masih
menunjukkan penurunan (Grafik 1.5), disamping
penyaluran kredit konsumsi yang cenderung tertekan
(Grafik 1.7) pada periode laporan. Di sisi lain,
pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran menunjukkan
perbaikan meski masih terkontraksi (Grafik 1.6).
Grafik 1.5 Survei Konsumen
Grafik 1.6 Indeks Penjualan Eceran
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
4
Dapat ditambahkan bahwa kebijakan pelonggaran
ketentuan Loan To Value (LTV) pada awal triwulan
laporan dari 30% menjadi 20% baik untuk kendaraan
bermotor atau properti terlihat belum mendorong
peningkatan kredit konsumsi. Kredit konsumsi
khususnya Kredit Perumahan Rakyat (KPR) pada
triwulan III 2015 melambat. Dari hasil liaison yang
dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sumut terungkap
bahwa kegiatan properti ditengarai adanya
hambatan terkait dengan gencarnya pemerintah
menertibkan kesadaran wajib pajak4.
Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Konsumsi
Di sisi Pemerintah, sebagaimana dengan polanya,
kegiatan konsumsi terakselerasi signifikan
dibandingkan periode sebelumnya. Sangat
rendahnya realisasi belanja APBD/APBN pada
semester I 2015 mendorong laju realisasi anggaran
sehingga mampu mendorong konsumsi pemerintah
hingga 2,92% (yoy) setelah pada periode lalu
mencatat pertumbuhan yang sangat rendah, yaitu
0,99% (yoy). Namun demikian, peningkatan tersebut
masih relatif rendah yang tercermin pada masih
rendahnya realisasi APBN dan APBD (lihat Bab
Keuangan Pemerintah).
Realisasi belanja pemerintah yang dibiayai dari APBN
hingga triwulan laporan tercatat 46,24% (dari pagu
APBN), sedangkan yang dibiayai oleh APBD
pemerintah daerah Sumatera Utara adalah 51,3%.
Realisasi ini lebih rendah dibandingkan dengan
periode yang sama pada beberapa tahun terakhir.
Hal ini tidak lepas dari terhambatnya proses
lelang/pengadaan terkait perubahan nomenklatur
beberapa Kementrian/ Lembaga, terhambatnya
proses pengesahan P–APBD 2015 serta belum
stabilnya kondisi politik di Sumatera Utara yang SKPD
lebih berhati-hati dalam merealisasikan anggarannya.
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara,
diolah
Grafik 1.8 Persentase Realisasi APBN di Sumatera Utara
Hingga Triwulan III
Sejalan dengan membaiknya konsumsi, kegiatan
investasi5 terakselerasi secara signifikan, dari 3,07%
(yoy) menjadi 4,84% (yoy). Meningkatnya realisasi
investasi ini tercermin dari terakselerasinya laju
kredit investasi dari -0,7% (yoy) pada periode
sebelumnya menjadi 2,8% (yoy). Peningkatan secara
signifikan ini diduga didorong oleh meningkatnya
investasi non bangunan dibandingkan investasi
bangunan.
Grafik 1.9 Kredit Investasi
Peningkatan kinerja investasi non bangunan
terkonfirmasi dari membaiknya indikator impor
barang modal dan indeks pembelian barang tahan
lama meski dalam level yang cukup terbatas. Adanya
persiapan untuk menghadapi permintaan yang sesuai
polanya akan meningkat pada semester kedua
mendorong peningkatan impor barang modal.
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
5
Meskipun demikian, peningkatan investasi non
bangunan ini diperkirakan tidak setinggi potensinya
yang diindikasikan pada tingkat utilisasi perusahaan
yang menurun. Hal ini terkait dengan masih lesunya
penjualan serta berkurangnya pasokan bahan baku.
Hal ini menyebabkan tidak sedikit pelaku usaha
menunda rencana investasi yang dilakukan6.
Investasi bangunan ditengarai membaik namun
masih dalam level yang terbatas. Hal ini didasarkan
pada berlanjutnya perbaikan penjualan semen
ditengah stabilnya indeks penjualan barang
konstruksi.
Grafik 1.10 Penjualan Semen
Grafik 1.11 Penjualan Barang Konstruksi
Investasi pada periode ini masih tumbuh terbatas.
Pertumbuhan investasi belum dapat melampaui
pertumbuhan di atas 5% di tahun 2013 atau bahkan
di 2012 yang mampu tumbuh di atas 8%. Hal ini
dikarenakan pelaku usaha yang cenderung wait and
see terkait perlambatan ekonomi yang belum
sepenuhnya pulih serta belum kondusifnya situasi
politik menjelang Pilkada serentak.
Meskipun kegiatan investasi secara agregat
mengalami peningkatan, iklim investasi di Sumatera
Utara perlu terus diperbaiki. Hal itu dikarenakan
realisasi PMA dan PMDN7 yang justru menurun
secara signifikan baik secara jumlah maupun nilai
proyek. Masih terkendalanya penyediaan energi
(listrik dan gas) diperkirakan menjadi salah satu
hambatan yang perlu diperbaiki agar minat investasi
di Sumatera Utara membaik.
Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara
Periode PMA PMDN
Proyek I (juta USD)
Proyek I (Rp miliar)
2014 I 65 122,40 15 559,50
II 117 156,34 49 2985,77
III 74 200,30 20 428,51
IV 180 71,76 73 250,09
Total 436 550,80 157 4223,86
2015 I 123 308,10 53 905,10
II 107 323,60 59 2110,10
III 101 308,20 24 82,80
P: jumlah proyek
Sumber: BKPM, diolah
Grafik 1.12 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera
Utara
Di sisi eksternal, kinerja ekspor Sumut pada periode
laporan melambat dari 12,79% (yoy) menjadi
11,14% (yoy). Hal ini terutama didorong oleh masih
lesunya permintaan mitra dagang utama seperti
Amerika Serikat, Tiongkok, India dan Euro Area pada
triwulan III 2015 yang kembali tertahan.
Data BKPM triwulan III 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
6
Grafik 1.13 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama
Kinerja manufaktur AS, Tiongkok, India dan Euro Area
sebagai mitra dagang utama menunjukkan kinerja
yang stagnan atau menurun pada triwulan III 2015.
Bahkan, manufaktur Tiongkok masih berada di fase
kontraksi.
Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama
Komoditas Pangsa
Kelapa Sawit 4,86% Karet 9,73% Kopi 4,33% Lainnya 81,09%
Sumber: Bloomberg, diolah
Grafik 1.14 Perkembangan Harga CPO dan Karet
Turunnya permintaan kelapa sawit ditengarai juga
terkait dengan intensi pemerintah negara mitra
dagang untuk melindungi industri lokal minyak
kedelai dan minyak rapeseed sebagai produk
subtitusi CPO. Dari Eropa, penurunan permintaan
CPO tertahan oleh maraknya black campign terkait
lingkungan dan kesehatan. Menurunnya permintaan
ditengah pasokan global yang cukup baik kembali
menekan harga CPO -25,9% (yoy). Selain itu, masih
cukup rendahnya harga minyak bumi turut menekan
harga CPO. Akibatnya, kinerja ekspor CPO mengalami
penurunan pada periode laporan.
Grafik 1.15 Ekspor CPO
Kinerja ekspor karet juga belum menunjukkan
perbaikan yang signifikan. Lesunya permintaan untuk
produk karet terjadi setelah efektifnya pemberlakuan
kebijakan compound rubber di Tiongkok dengan
campuran maksimal 88% per 1 Juli 2015. Tidak
sesuainya spesifikasi permesinan yang dimiliki oleh
industri di Tiongkok menyebabkan menurunnya
permintaan karet. Hal ini mendorong Tiongkok
menurunkan porsi impor karet alamnya. Selain itu,
masih berlimpahnya ketersediaan karet dunia turut
menekan harga karet dari -17,5% (yoy) pada triwulan
lalu menjadi -18,2% (yoy).
Grafik 1.16 Ekspor Karet
Penurunan kinerja ekspor juga tercermin dari
pertumbuhan bongkar di Pelabuhan Belawan yang
masih tercatat diangka kontraksi. Dalam rangka
mendorong aktivitas bongkar muat, otoritas terkait
telah memberlakukan tarif progressif yang cukup
tinggi terhadap biaya penumpukan peti kemas di
container yard sejak Mei 2015.
Aktivitas impor mengalami peningkatan yang cukup
signifikan, yaitu dari 6,12% (yoy) menjadi 12,28%
(yoy). Indikasi membaiknya aktivitas impor tercermin
pada membaiknya kategori impor barang modal dari
-70,2% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi -
18,6% (yoy) dan kategori impor bahan baku dari -
15,7% (yoy) menjadi -10,7% (yoy).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
7
Grafik 1.17 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut
Sementara itu, kinerja impor barang konsumsi relatif
stabil. Peningkatan aktivitas impor bahan baku terjadi
untuk memenuhi kebutuhan industri dalam
memenuhi kebutuhan domestik yang memang secara
polanya mengalami peningkatan. Sementara itu,
peningkatan impor barang modal terjadi seiring
dengan pola peningkatan PMTB yang meningkat
memasuki paruh kedua setiap tahunnya seiring
dengan akselerasi belanja modal, khususnya belanja
modal Pemerintah. Sementara itu, adanya
pemberlakuan bea impor belum memberikan
dampak bagi kinerja impor Sumatera Utara.
Grafik 1.18 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan
Usaha/Kategori
Melambatnya perekonomian Sumatera Utara pada
triwulan III 2015 terutama disebabkan oleh
tertahannya kinerja dua kategori utama, yaitu
Pertanian, dan kategori Perdagangan Besar dan
Eceran (PBE). Sementara itu, kategori utama lainnya,
yaitu Industri Pengolahan mengalami peningkatan
yang signifikan. Ketiga kategori tersebut
menyumbang lebih dari 75% PDRB Sumatera Utara.
Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran
Komponen PDRB Sisi Penawaran (Kategorial) 2014 2015
Arah IV 2014 I** II** III**
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,19 4,37 6,07 5,56 3,87 Melambat
Pertambangan dan Penggalian 4,43 5,33 12,25 5,84 3,58 Melambat
Industri Pengolahan 0,32 2,97 0,30 3,09 5,01 Akselerasi
Pengadaan Listrik, Gas 6,26 3,71 -9,82 -8,04 2,13 Akselerasi
Pengadaan Air 6,84 6,04 9,70 8,62 4,34 Melambat
Konstruksi 8,53 6,79 8,29 6,58 5,56 Melambat
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 5,46 6,94 4,54 5,43 4,24 Melambat
Transportasi dan Pergudangan 6,35 5,71 5,39 5,37 6,26 Akselerasi
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,50 6,48 9,21 6,86 6,18 Melambat
Informasi dan Komunikasi 4,74 7,23 5,81 7,07 8,10 Akselerasi
Jasa Keuangan 6,69 2,84 3,32 4,62 7,75 Akselerasi
Real Estate 7,93 6,59 4,94 5,62 6,10 Akselerasi
Jasa Perusahaan 7,46 6,76 7,24 6,84 5,01 Melambat
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 5,19 6,92 5,32 6,31 7,04 Akselerasi
Jasa Pendidikan 0,00 6,37 2,45 -0,25 8,14 Akselerasi
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,56 7,00 6,37 7,90 8,85 Akselerasi
Jasa lainnya 6,08 7,04 6,15 6,91 5,61 Melambat
PDRB 4.81 5.23 4,82 5,13 5,08 Melambat
**) Angka Sangat Sementara
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
8
Belum normalnya pasar global serta gangguan
produksi domestik mendorong berlanjutnya
perlambatan kinerja Kategori Pertanian. Kategori ini
melambat cukup signifikan dari 5,56% (yoy) menjadi
3,86% (yoy). Dampak dari anjloknya harga komoditas
serta lesunya permintaan ditengah terjadinya panen
raya kedua tanaman bahan pangan (beras dan cabai
merah) menjadi salah satu penyebab melambatnya
kinerja kategori pertanian pada triwulan laporan.
Dari sisi produksi, terjadi penurunan produksi yang
cukup signifikan akibat banyaknya petani perkebunan
yang alih profesi atau bahkan menjual tanaman
perkebunannya. Menurunnya kinerja subkategori
perkebunan tercermin dari menurunnya Nilai Tukar
Petani Perkebunan Rakyat (NTPR).
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.19 Realisasi NTP Sumatera Utara
Dalam mengantisipasi penurunan tingkat
pendapatan, banyak petani yang pada akhirnya
memilih untuk mengurangi penggunaan pupuk.
Penurunan penggunaan pupuk ini tercermin dari
realisasi impor pupuk yang masih terkontraksi.
Grafik 1.20 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera
Utara
Dari sisi tanaman pangan, kembali terjadinya erupsi
Gunung Sinabung memasuki akhir triwulan III 2015
dan bencana kabut asap menjadi faktor penghambat
produksi tanaman hortikultura. Menurunnya kinerja
subsektor hortikultura tercermin dari menurunnya
Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH). Akibat
menurunnya kedua subkategori utama ini, Nilai
Tukar Petani (NTP) secara umum juga mengalami
penurunan dari 98,60 menjadi 97,67.
Meskipun demikian, produksi tanaman pangan untuk
keseluruhan tahun mulai kembali normal. Hal itu
tercermin dari ARAM II 2015 yang menunjukkan
perbaikan. Kembali normalnya produksi tanaman
pangan tidak lepas dari berjalannya beberapa
program pemerintah untuk mendukung optimalnya
produksi tanaman pangan sejak awal tahun 2015.
Tabel 1.5 Realisasi Tanaman Pangan
Uraian Satuan 2012 2013 2014 2014 2014 2014 2015
ATAP ATAP ARAM I ARAM II ASEM ATAP ARAM II
PADI
Luas Panen Ha 756.099 742.968 736.790 713.254 716.654 717.318 753.996
Hasil / Hektar Ku/Ha 49 50 51 51 51 51 51
Produksi Ton 3.715.514 3.727.249 3.740.993 3.604.602 3.628.968 3.631.039 3.866.492
KEDELAI
Luas Panen Ha 5.475 3.126 3.080 4.363 5024 5.024 5.481
Hasil / Hektar Ku/Ha 10 10 12 11 11,36 11 12
Produksi Ton 5.419 3.229 3.556 4.680 5705 5.075 6.583
JAGUNG
Luas Panen Ha 243.098 211.750 202.870 199.337 200.588 200.603 242.208
Hasil / Hektar Ku/Ha 55 56 56 56 58 58 61
Produksi Ton 1.347.124 1.183.011 1.128.547 1.116.649 1.159.707 1.159.795 1.478.584
UBI KAYU
Luas Panen Ha 38.749 47.141 44.676 43.134 42.049 42.062 45.052
Hasil / Hektar Ku/Ha 302 322 330 329 329 329 332
Produksi Ton 1.171.520 1.158.221 1.476.213 1.420.658 1.328.926 1.383.346 1.495.169
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara; diolah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
9
(1) Adanya aktivitas panen di beberapa sentra
produksi (2) tercapainya realisasi beberapa program
pemerintah terkait pengembangan sarana prasarana
pertanian, dan (3) rendahnya dampak El Nino
diperkirakan menjadi faktor penahan terus
merosotnya kinerja kategori ini. Namun, masih terus
tumbuhnya penyaluran kredit kepada kategori ini
diharapkan dapat menahan laju perlambatan bahkan
mampu memperbaiki kinerja kategori ini ke depan.
Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Pertanian
Setelah sempat membaik pada triwulan lalu,
Kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE)
melambat dari 5,43% (yoy) menjadi 4,24% (yoy).
Permintaan aktivitas konsumsi yang tidak setinggi
pola historinya menekan pertumbuhan kategori ini.
Pelaksanaan beberapa event besar pada periode
laporan belum cukup kuat untuk mendorong aktivitas
perdagangan. Adanya bencana kabut asap
menurunkan daya tarik wisata yang tercermin dari
stagnannya jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara dan occupancy rate (Grafik 1.22).
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.22 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
dan Occupancy Rate
Selain itu, perlambatan kategori PBE juga terjadi
akibat adanya penurunan penjualan kendaraan
bermotor. Menurunnya distribusi pendapatan
masyarakat Sumut yang umumnya petani seiring
dengan penurunan harga komoditas mengakibatkan
dampak kebijakan pelonggaran LTV untuk uang muka
kendaraan bermotor belum terlihat.
Depresiasi nilai tukar menyebabkan harga sparepart
yang umumnya diimpor semakin melambung. Hal ini
terkonfirmasi dari kembali melambatnya kinerja
penjualan suku cadang dari -1,72% (yoy) menjadi -
4,77% (yoy).
Grafik 1.23 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera
Utara
Namun, penyaluran kredit yang masih cukup baik
(tumbuh dari 18,7%; yoy menjadi 19,8%;yoy)
diharapkan mampu menahan lebih dalamnya
perlambatan kinerja kategori ini.
Grafik 1.24 Penyaluran Kredit Kategori PBE
Kategori konstruksi secara konsisten mengalami
perlambatan sejak triwulan IV 2014. Kategori ini
kembali tumbuh melambat dari 6,58% (yoy) pada
periode lalu menjadi 5,56% (yoy) di akhir triwulan
laporan. Perlambatan kinerja kategori konstruksi ini
disebabkan oleh terbatasnya laju investasi swasta
terkait dengan semakin tingginya biaya impor dengan
impor content yang cukup tinggi seiring dengan
depresiasi nilai tukar dan perilaku wait and see
pelaku usaha terhadap perbaikan perekonomian dan
hasil Pilkada serentak. Terus menurunnya kinerja
konstruksi juga tercermin dari menurunnya
penyaluran kredit konstruksi yang justru terkontraksi
hingga -1,1% (yoy) setelah periode lalu tercatat
memiliki kinerja yang positif (Grafik 1.25).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
10
Grafik 1.25 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi
Kategori Transportasi dan Pergudangan sedikit
mengalami penurunan dari triwulan lalu. Penurunan
kategori ini disebabkan oleh menurunnya lalu lintas
barang yang tercermin dari menurunnya arus
bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan. Adanya
penerapan tarif progressif penempatan peti kemas
pada container yard di Pelabuhan Belawan belum
berdampak pada peningkatan subsektor
pergudangan seperti semestinya. Selain itu, kembali
terjadinya erupsi Gunung Sinabung serta kabut asap
turut menghambat distribusi barang. Aktvitas
perekonomian yang secara umum memang
mengalami penurunan yang menyebabkan belum
berkembangnya kinerja kategori ini.
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.26 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan
Belawan
Kekhawatiran pelaku usaha akan pemeriksaan pajak
yang menekan pertumbuhan kategori konstruksi juga
menekan kinerja kategori ini. Penyedia jasa sewa
pergudangan mengakui adanya penurunan
penyewaan pergudangan yang sangat signifikan pada
tahun 2015. Menurunnya kinerja kategori ini juga
tercermin dari penyaluran kredit pada kategori ini
yang masih terkontraksi.
Grafik 1.27 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan
Pergudangan
Meskipun demikian, adanya HKBN pada periode
laporan menyebabkan masih positifnya arus
penumpang pada pelabuhan laut maupun udara
sehingga masih menahan penurunan kinerja kategori
ini.
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.28 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara
Kategori Industri Pengolahan terus menunjukkan
pemulihan. Kategori ini tumbuh sangat signifikan
hingga 5,01% (yoy) seiring dengan membaiknya
kinerja kategori pengadaan listrik dan gas.
Peningkatan kinerja industri pengolahan pada
triwulan laporan terutama didorong oleh
membaiknya kinerja industri makanan, karet, barang
dari karet dan plastik, serta minuman seiring dengan
meningkatnya permintaan yang sesuai polanya,
meski tidak setinggi tahun sebelumnya.
Peningkatan permintaan pada periode laporan
diduga berasal dari domestik dikarenakan
permintaan luar negeri justru kembali lesu seperti
yang telah dijelaskan pada bagian ekspor. Hal ini
tercermin dari melambatnya ekspor luar negeri
produk manufaktur (Grafik 1.28).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
11
Grafik 1.29 Perkembangan Ekspor Manufaktur
Industri Pengolahan mampu menunjukkan kinerja
yang positif meski dibayangi risiko eksternal yang
cukup tinggi. Masih terkoreksinya harga komoditas
internasional, berlanjutnya perlambatan
perekonomian dunia, serta permintaan yang masih
belum cukup kuat, dapat dikompensasi oleh
permintaan domestik yang cukup kuat. Aktivitas
kategori ini yang meningkat juga tercermin dari
penyaluran kredit yang mengalami peningkatan.
Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Kategori Industri
Pengolahan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
12
Daya Saing Industri Provinsi Sumatera Utara
Keterbukaan8 Sumatera Utara terhadap pasar perdagangan berdasarkan kinerja ekspor dapat dikatakan cukup
tinggi dengan total perdagangan mencapai >70% dari output yang dihasilkan. Namun, semakin menurunnya
pangsa dari aktivitas perdagangan terhadap perekonomian menjadi hal yang perlu diperhatikan karena
menurunnya keterbukaan perdagangan dapat berpengaruh pada kapabilitas industri pada masa mendatang.
Daerah yang lebih terbuka memiliki kecenderungan untuk menangkap teknologi terbaru dari negara/daerah
lain9 dengan lebih cepat. Selain itu, keterbukaan perdagangan turut mendorong adanya efisiensi seiring
dengan kompetisi yang berasal dari pasar domestik maupun internasional. Beberapa studi justru menyatakan
bahwa keterbukaan perdagangan berpengaruh signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Seiring dengan terjadinya penurunan keterbukaan perdagangan, produktivitas ekspor juga mengalami stagnasi
pasca era commodity boom yang terjadi hingga sebelum tahun 2012. Stagnannya produktivitas ekspor
terutama disebabkan oleh menurunnya produktivitas ekspor luar negeri dan stagnannya ekspor antar daerah.
Penurunan produktivitas ini juga tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat.
Grafik 1.31 Openess to Trade dan Export Productivity Sumatera Utara
Grafik 1.32 Klasifikasi Teknologi Ekspor Sumut
Berdasarkan jumlahnya, perusahaan industri besar dan sedang di Sumatera Utara didominasi oleh Industri
Makanan, Minuman dan Tembakau (43%), Industri Kimia, Batu Bara, Karet dan Plastik (20%) serta Industri
Kayu dan Perabot Rumah Tangga (13%). Produk industri dikelompokkan berdasarkan klasifikasi United Nations
Industrial Development Organization (UNINDO, 2004) yaitu: produk berbasis sumber daya, produk industri
berteknologi rendah, produk industri berteknologi menengah dan produk industri berteknologi tinggi. Dari
hasil pengklasifikasian tersebut, produk industri di Sumatera Utara diklasifikasikan sebagai industri dengan
ketergantungan teknologi moderat dengan kapabilitas industri yang rendah. Rendahnya kapabilitas industri
Sumut disebabkan oleh dominasi produk berbasis sumber daya alam sehingga teknologi pengolahan dan nilai
tambah yang dihasilkan relatif terbatas.
Produk unggulan Sumut yang didominasi oleh produk berbasis sumber daya alam sangat bergantung pada
perkembangan industri manufaktur mitra dagang. Seiring dengan menurunnya industri manufaktur negara
mitra dagang, daya saing produk unggulan relatif mengalami penurunan di pasar global, kecuali produk
tembakau dan alkohol.
Keterbukaan dihitung berdasarkan porsi ekspor dan impor terhadap PDRB
Romer (1993), Gross dan Helpman (1992), Baro dan Sala-i-Martin (1995)
Suplemen 1
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
13
Grafik 1.33 Perkembangan RCA10 Kategori Produk Unggulan
Grafik 1.34 Konsentrasi Produk Ekspor11
Di tengah penurunan daya saing, Sumut justru memiliki tingkat konsentrasi ekspor yang cenderung meningkat
meski masih dalam level yang cukup rendah. Pelaku usaha di Sumut justru meningkatkan nilai penjualan
produk unggulan dibandingkan melakukan diversifikasi ekspor, meski secara permintaan dan harga sedang
mengalami penurunan. Suatu konsekuensi yang cukup wajar mengingat kapabilitas industri yang ada saat ini
memang cukup rendah sehingga belum memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk turunan dengan
kompleksitas teknologi yang lebih tinggi. Padahal, bagi kelompok negara berkembang, peningkatan penjualan
produk baru maupun penjualan ke pasar baru sangat kritikal untuk mendorong perkembangan ekspor dan
ketenagakerjaan dibandingkan dengan pendalaman pasar12 agar dapat bertahan di pasar global. Hal itu
didasarkan pada tantangan hambatan perdagangan yang lebih dinamis dibandingkan dengan negara maju,
baik dari sisi efisiensi penetrasi pasar, sumber daya yang lebih terbatas, kebijakan perdagangan dan lainnya.
Dengan demikian, dukungan dari pemerintah dibutuhkan agar pelaku industri mau mendobrak pasar industri
melalui produk berteknologi yang dihasilkan secara efisien agar mampu bersaing di pasaran.
Namun, hal ini perlu diwaspadai lebih lanjut mengingat pada dasarnya market positionin13g produk unggulan
Sumut sudah berada pada pada segmen achievers in diversity. Suatu kondisi tingginya tingkat kerentanan
karena tingkat permintaan yang cenderung menurun secara global. Hal ini mengindikasikan bahwa produk
unggulan Sumut sudah berada pada mature market. Dominasi industri yang ada saat ini dapat dikatakan belum
cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sudah jenuhnya pasar mendorong urgensi diversifikasi
produk, terutama untuk produk yang berada pada segmen champions dan underachievers.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
14
Grafik 1.35 Market Positioning Produk Ekspor Provinsi Sumatera Utara
Sementara itu, produk Sumut yang saat ini sudah berada dalam kluster champions lebih didominasi oleh
produk industri berbasis sumber daya. Hal menimbulkan spekulasi akan dorongan industri yang kurang
sustainabel bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Oleh karena itu, pengembangan menuju lokus industri
baru untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi berbasis industri yang lebih kuat perlu terus dilakukan. Pada
masa mendatang, Sumut memiliki ruang yang cukup baik untuk mengembangkan produk berteknologi rendah
hingga moderat, terutama untuk produk berbahan kimia dan kayu (Grafik 1.35). Tingkat permintaan secara
global bagi produk kelompok ini sedang meningkat dalam 3 tahun terakhir, namun minat pelaku pasar industri
segmen ini dikatakan cukup rendah. Produk-produk ini pada umumnya berada pada klasifikasi produk
berteknologi rendah hingga moderat namun memiliki ketergantungan teknologi yang relatif rendah.
Rendahnya ketergantungan teknologi yang dimiliki ditengah masih adanya ruang untuk melakukan impor
mengindikasikan adanya potensi permintaan dari supporting material/parts yang belum tersedia secara
domestik (Grafik 1.36).
Grafik 1.36 Penetrasi Impor Produk Champions dan Underachievers; bubble size menunjukkan pangsa produk terhadap
total ekspor
Change in world market share (%) Ave
rage
wo
rld
man
ufa
ctu
red
tra
de
gro
wth
(%
)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
15
Pariwisata sebagai Pendorong Perekonomian
Pertumbuhan sektor pariwisata Sumatera Utara masih relatif rendah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan
subklasifikasi penyediaan makan minum, transportasi dan pergudangan serta perdagangan dan reparasi yang
belum meningkat signifikan. Pangsa sektor pariwisata terhadap perekonomian Sumatera Utara secara agregat
juga relatif stagnan. Penurunan kinerja kategori pariwisata ini juga tercermin dari jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara dan occupancy rate yang menurun (Grafik 1.22). Di sisi lain, potensi pariwisata yang dimiliki oleh
Provinsi Sumatera Utara sangat besar.
Grafik 1.37 Pertumbuhan Ekononomi Kelompok Parwisata di Provinsi Sumatera Utara
Grafik 1.38 Pangsa Kategori Pariwisata
Hal ini mengingat Sumatera Utara memiliki potensi pariwisata yang cukup besar. Dalam Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS), Sumut memiliki 7 Kawasan Pengembangan Pariwisata
Nasional (KPPN), 1 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan 3 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
(tabel 1.6). Melimpahnya kekayaan pariwisata di Sumatera Utara juga dapat menggerakkan ekonomi rakyat
khususnya sektor UMKM. Jumlah UMKM di sektor pariwisata mencapai 2,5 juta usaha, dimana 62%-nya
termasuk kategori mikro, 30%-nya termasuk kategori kecil dan sisanya adalah kategori menengah.
Tabel 1.6 Kawasan Pariwisata
KPPN Nias Barat dan sekitarnya
KPPN Teluk Dalam dan sekitarnya
KPPN Medan Kota dan sekitarnya
KPPN Tangkahan-Leuser dan sekitarnya
KPPN Bukit Lawang dan sekitarnya
KPPN Danau Toba dan sekitarnya
KPPN Sibolga dan sekitarnya
DPN Medan-Toba dan sekitarnya
KSPN Toba KPPN dan sekitarnya
KSPN Tangkahan dan sekitarnya
KSPN Teluk Dalam Nias dan sekitarnya
Jumlah objek wisata yang berada di Sumatera Utara
adalah 339 objek, namun, yang sudah beroperasi secara
komersial baru 120 objek. Cukup banyaknya destinasi
wisata yang belum dikenal oleh masyarakat tidak lepas
dari beberapa kendala, di antaranya adalah:
1. Aksesabilitas yang belum optimal
2. Kurangnya kesadaran wisata dan profesionalisme
pelaku usaha pariwisata
3. Terbatasnya alokasi dana untuk pengembangan
pariwisata. Dukungan dana APBD bagi pariwisata
hanya 0,2% dengan tren menurun.
4. Sarana pendukung dan penunjang yang belum
memadai
5. Belum tersusunnya kalender event pariwisata di
daerah secara baku Sumber: Bappeda Provinsi Sumatera Utara
Gambar 1.1 Rencana Kawasan Andalan Nasional 2013-
2033
Suplemen 2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
16
6. Kurangnya promosi
7. Koordinasi antar institusi yang menangani kebudayaan dan pariwisata belum maksimal
8. Kurangnya penerbangan langsung dari pasar potensial
9. Kurangnya pengetahuan teknologi
Meski masih rendah, pangsa wisatawan mancanegara pada dasarnya terus meningkat. Wisatawan
mancanegara ini terutama berasal dari Malaysia dan Eropa. Mayoritas wisatawan mancanegara datang ke
Sumatera Utara untuk liburan (68%) dan bisnis (14%). Pengeluaran wisatawan mancanegara di Medan
didominasi oleh pengeluaran untuk Akomodasi, Transportasi dan Jasa. Masih terbatasnya jumlah wisatawan
mancanegara menjadi tantangan mengingat dampak pergerakan roda perekonomian yang cukup tinggi dari
sektor ini (Tabel 1.7). Hasil kajian Bank Indonesia menunjukkan bahwa total belanja seluruh wisatawan
mancanegara dalam setahun dapat meningkatkan output ekonomi Sumut sebesar 0,42%.
Grafik 1.39 Wisatawan Mancanegara vs Domestik Grafik 1.40 Asal Wisatawan Mancanegara
Tabel 1.7 Forward dan Backward Linkage Sektor Pariwisata
Sektor Ekonomi Forward Linkage Backward Linkage
Perdagangan 2,20 0,98
Hotel dan Restoran 0,86 1,27
Angkutan Darat 0,90 1,12
Angkutan Air 0,74 1,26
Angkutan Udara 1,28 1,46
Grafik 1.41 Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara di Medan dan Batam
Mengingat tingginya potensi pariwisata Sumatera Utara, Pemerintah telah menargetkan peningkatan aktivitas
pariwisata di Sumatera Utara. Kunjungan Wisatawan mancanegara pada tahun 2016 ditargetkan 363.357
orang, tahun 2017 ditargetkan 399.692 sedangkan tahun 2018 ditargetkan 439.661 orang. Dengan adanya
peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara ini, diharapkan kontribusi terhadap PDRB dapat meningkat
menjadi 2,31%-2,36%. Adapun langkah kebijakan yang ditempuh pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk
meningkatkan geliat industri pariwisata di antaranya adalah:
1. Meningkatkan dukungan anggaran, melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara yang meningkat setelah mengalami penurunan secara
kontinu pada 5 tahun terakhir.
16.8
22.8
12.0
11.5
11.4
19.5
9.2
11.6
0.6
0.1
13.6
2.7
20.7
4.0
5.3
13.7
6.8
12.3
3.6
1.8
B A T A M
M E D A N
Akomodasi Makanan Transportasi Belanja Kerajinan Kulit Garmen Perhiasan Jasa Hiburan Jasa Lainnya Telekomunikasi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
17
Grafik 1.42 Dana Pelaksaan Anggaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara
2. Perbaikan infrastruktur sebagai akses ke daerah wisata, di antaranya:
a. Pembangunan jalan arteri/non tol lingkar luar Danau Toba sepanjang ±248,53 km
b. Pengembangan jaringan kereta api sepanjang ±505,429 km.
1) Lintas utama: Medan – Kisaran (153,7 km), Kisaran – R. Prapat (113,9 km), Medan –
Belawan (21,7 km) dan Medan – Besitang (122,3 kM)
2) Lintas cabang: Kisaran – Tanjungbalai (20,7 km), T. Tinggi – P. Siantar (48,5 km)
c. Pengembangan 6 bandara perintis, terutama di daerah pantai barat, yaitu Bandara Sibisa-
Tobasa, Bandara Silangit-Siborong borong, Bandara FL Tobing – Sibolga, Bandara Binaka-G. Sitoli,
Bandara Lasondre – Nias Selatan dan Bandara Aek Godang-P.Sidempuan
d. Pengembangan pelabuhan lainnya, diantaranya Pelabuhan Sibolga, Pelabuhan Gunung Sitoli,
Pelabuhan Tanjung Leidong, Pelabuhan Tanjung Sarang Elang, Pelabuhan Kuala Tanjung dan
Pelabuhan Teluk Dalam Nias.
3. Membangun pusat promosi dan dagang UMKM Provinsi Sumatera Utara
4. Pengembangan kerja sama galeri-galeri produk unggulan di Sumatera Utara baik yang dikelola
pemerintah maupun UKM.
33
25
20 19 18
26
-
5
10
15
20
25
30
35
Belanja Langsung
Rp
Mili
ar
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
18
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
INFLASI
19
BAB 2 INFLASI
Tekanan inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2015 menurun dan
berada dibawah inflasi Nasional. Penurunan tekanan inflasi terjadi di seluruh kota
sampel penghitungan IHK di Sumatera Utara dan seluruh komponen disagregasi inflasi.
Penurunan inflasi terjadi seiring melimpahnya pasokan komoditas utama seperti bawang
merah dan cabai merah. Selain itu, berbagai kebijakan pemerintah yang menjaga stabilnya
harga BBM premium serta menurunkan tarif LPG 12 kg juga turut menjaga rendahnya
tekanan inflasi. Hal tersebut juga tak lepas dari komitmen Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) se-Sumatera Utara untuk fokus dalam melaksanakan program pengendalian inflasi
jangka pendek maupun menengah.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
INFLASI
20
2.1 Kondisi Umum
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.1 Inflasi Sumut dan Nasional
Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III
2015 menurun dibanding triwulan lalu sebelumnya.
Sejalan dengan inflasi Nasional, inflasi tahunan (yoy)
Sumatera Utara pada triwulan laporan menurun
signifikan dari 7,82% menjadi 6,62%. Angka tersebut
lebih rendah dibanding inflasi nasional yang
mencapai 6,83% (Grafik 2.1). Penurunan inflasi
terjadi di semua kota IHK di Sumatera Utara (Grafik
2.2).
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.2 Inflasi Kota di Sumut Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Triwulan
III 2015 di Sumatera Utara
Sumber: BPS, diolah
Secara kumulatif (ytd), inflasi Sumatera Utara hingga
bulan September 2015 adalah sebesar 1,51%, jauh
lebih rendah dibanding inflasi nasional yang
mencapai 2,24%. Secara triwulanan (qtq), inflasi
periode laporan sebesar 0,50%, jauh menurun
dibanding triwulan lalu (2,77%). Penurunan inflasi
secara triwulanan tersebut terutama disumbang oleh
penurunan harga kelompok bahan makanan seperti
cabai merah dan bawang merah (Tabel 2.1).
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.3 Inflasi Bulanan di Sumut
Inflasi bulanan di sepanjang triwulan III 2015 terus
menurun sejalan dengan membaiknya pasokan
(Grafik 2.3). Inflasi bulanan (mtm) Juli, Agustus dan
September berturut-turut sebesar 0,78%, 0,42% dan -
0,70% (Grafik 2.3). Penurunan tekanan inflasi ini
dipengaruhi membaiknya pasokan komoditas utama
terutama bawang merah dan cabai merah seiring
dengan melimpahnya pasokan (Tabel 2.2).
Tabel 2.2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan
sepanjang Triwulan III 2015 di Sumatera Utara
Sumber: BPS, diolah
Berlimpahnya pasokan bawang merah didorong
panen raya yang cukup baik di beberapa wilayah
sentra produksi bawang merah seperti di Bima (NTB),
Brebes (Jawa Tengah), Nganjuk dan Probolinggo
(Jawa Timur) yang bergeser dari Agustus dan
September menjadi bulan Juli-Agustus.
KomoditasAndil
(%, qtq)Komoditas
Andil
(%, qtq)
Angkutan Udara 0,27 Cabai Merah -0,62
Beras 0,20 Bawang Merah -0,31
Sekolah Dasar 0,16 Tomat Buah -0,07
SMA 0,10 Udang Basah -0,06
Kontrak Rumah 0,10 Minyak Goreng -0,05
KomoditasAndil
(%, mtm)Komoditas
Andil
(%, mtm)
Cabai Merah 0,14 Bawang Merah -0,11
Dencis 0,07 Tomat Buah -0,05
Angkutan Udara 0,06 Celana Pjg Jeans -0,03
Angkutan Udara 0,31 Cabai Merah -0,18
Daging Ayam Ras 0,15 Bawang Merah -0,08
Beras 0,09 Tongkol -0,03
Beras 0,09 Cabai Merah -0,43
Sekolah Dasar 0,09 Daging Ayam Ras -0,17
Kontrak Rumah 0,05 Bawang Merah -0,10
Juli
Agustus
September
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
INFLASI
21
2.2 Disagregasi Inflasi
Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok)
Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Sumut
Penurunan tekanan inflasi pada triwulan III 2015 terjadi di semua kelompok disagregasi inflasi. Penurunan terdalam terjadi di kelompok bahan makanan bergejolak (volatile foods) (Grafik 2.4)
2.2.1 Inflasi Volatile Foods
Kondisi pasokan yang cukup baik khususnya pada
akhir triwulan III 2015 mendorong penurunan inflasi
volatile foods yang cukup signifikan. Pada triwulan
laporan, inflasi VF turun dari 8,13% (yoy) menjadi
4,61% (yoy). Inflasi volatile foods cenderung tinggi di
paruh awal triwulan III 2015, dan menurun signifikan
di akhir triwulan.
Tingginya inflasi volatile foods di awal triwulan
terutama disebabkan kenaikan cabai merah terkait
siklus panen, serta kenaikan daging ayam ras.
Dampak kebijakan pemerintah terkait pengurangan
impor daging sapi membuat harga sapi melonjak
yang mendorong aksi mogok nasional pedagang sapi
selama 4 hari pada 9-12 Agustus 2015. Hal tersebut
membuat harga sapi kian melonjak sehingga
mendorong konsumen beralih ke daging ayam.
Akibatnya, harga daging ayam ras ikut terkerek naik.
Kenaikan harga daging ayam ras tersebut juga
didorong kenaikan harga day old chick (DOC) dan
pakan ayam di awal triwulan. Namun, harga daging
ayam ras kembali stabil memasuki akhir triwulan III
2015.
Penurunan tekanan inflasi di akhir triwulan laporan
terutama dipengaruhi melimpahnya pasokan
komoditas utama seperti bawang merah dan cabai
merah sebagaimana telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya.
2.2.2 Inflasi Administered Prices
Penurunan harga juga terjadi pada kelompok inflasi
harga yang diatur pemerintah (administered prices).
Meskipun menurun, tingkat inflasi pada kelompok
administered prices pada akhir triwulan laporan
masih cukup tinggi. Inflasi tahunan (yoy)
administered prices pada triwulan III 2015 tercatat
sebesar 9,36%, menurun dibanding triwulan lalu yang
mencapai 10,45%. Penurunan tersebut dipengaruhi
turunnya harga LPG 12 kg serta tidak adanya
kenaikan harga BBM premium sepanjang triwulan
laporan.
Masih tingginya angka inflasi administered prices
dipengaruhi oleh kenaikan harga angkutan udara
terkait tingginya permintaan menjelang lebaran.
Sementara itu, meski sempat naik Rp200 pada awal
Agustus, namun Pertamax kembali diturunkan Rp300
menjadi Rp9.250/liter d.r. HUT RI Ke-70.
2.2.3 Inflasi Inti (Core Inflation)
Grafik 2.5 Perkembangan Nilai Tukar
Di tengah tekanan depresiasi rupiah (Grafik 2.5),
inflasi inti masih stabil dengan kecenderungan
menurun. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh
ekspektasi masyarakat terhadap turunnya harga
barang secara umum pada triwulan III 2015 (Grafik
2.6). Realisasi inflasi inti tercatat sebesar 4,71% (yoy),
lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang
mencapai 4,82% (yoy). Kondisi ini menunjukkan
bahwa faktor fundamental tekanan harga di Sumut
masih berada dalam kisaran target inflasi
Pemerintah, yakni 4+1%.
Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Biaya Pendidikan dan Rumah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
INFLASI
22
Tekanan inflasi inti di triwulan III 2015 didorong oleh
seasonal factors terkait masa tahun ajaran baru
berupa naiknya biaya pendidikan sekolah, terutama
SD dan SMP, serta kontrak rumah (Grafik 2.6).
2.3 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa
Secara tahunan (yoy) maupun triwulanan (qtq), penurunan tekanan inflasi terjadi di hampir seluruh kelompok barang dan jasa, kecuali kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (Tabel 2.3). Kelompok Bahan Makanan bahkan mengalami deflasi sebesar 2,38% (qtq). Sementara kelompok Kesehatan secara tahunan cukup stabil dengan kecenderungan meningkat terkait dengan seasonal factor tahun ajaran baru.
Tabel 2.3 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa
Sumber: BPS, diolah
2.3.1 Kelompok Bahan Makanan
Kelompok Bahan Makanan mengalami penurunan
inflasi, baik secara triwulanan maupun secara
tahunan. Inflasi kelompok ini pada triwulan III 2015
adalah -2,38% (qtq) atau 2,63% (yoy), jauh lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat 7,41% (qtq) atau 8,77% (yoy) (Grafik 2.7).
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Sumut
Kelompok Bahan Makanan memberikan andil14
deflasi sebesar 0,59% (qtq) terhadap total inflasi
Sumatera Utara. Deflasi kelompok bahan makanan ini
terutama disumbang oleh subkelompok Bumbu-
Bumbuan (andil -0,86%; qtq) terutama komoditas
cabai merah (andil -0,62%; qtq). Aktivitas panen
komoditas cabai merah di Sumut berjalan baik seiring
dengan kondusifnya faktor cuaca dan berjalannya
beberapa program pemerintah seperti gerakan
tanam cabai kemarau serta program pendukung
lahan pertanian lainnya.
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KPw BI Sumut
Grafik 2.8 Pergerakan Harga Beras (Berbagai Kualitas)
Di sisi lain, subkelompok Padi-Padian, Umbi-Umbian
dan Hasilnya menyumbang inflasi moderat terhadap
total inflasi Sumatera Utara, dengan andil 0,21%
(qtq). Sebagian besarnya disumbang oleh komoditas
beras dengan andil 0,20% (qtq). Hasil Survei
Pemantauan Harga (SPH)15 mengkonfirmasi kenaikan
beras untuk semua kualitas (Grafik 2.8). Hal ini
diduga akibat belum adanya panen hingga bulan
Agustus sesuai pola musimannya. Selain itu,
berkurangnya pasokan beras dari provinsi lain seperti
Sulawesi Selatan maupun Jawa akibat El-Nino turut
mendorong peningkatan harga beras.
2.3.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok
dan Tembakau
Inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok,
dan Tembakau pada triwulan III 2015 tercatat
I II III I II III
Bahan Makanan -4,48 7,41 -2,38 3,83 8,77 2,63
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1,35 1,25 0,93 7,19 6,64 5,77
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 1,20 1,53 0,76 6,75 7,63 5,36
Sandang 1,37 0,61 0,49 3,06 4,10 3,71
Kesehatan 1,54 2,45 1,13 3,93 6,20 6,24
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,06 0,05 5,47 5,89 5,09 6,29
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -5,80 1,62 1,47 8,59 10,09 10,07
Umum -1,72 2,78 0,50 6,15 7,82 5,69
Kuartalan (qtq)
2015
Tahunan (yoy)
2015Kelompok
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
INFLASI
23
mengalami penurunan (Grafik 2.9). Inflasi kelompok
ini turun dari 1,25% (qtq) atau 6,64 (yoy) menjadi
0,93% (qtq) atau 5,77% (yoy). Kelompok ini memiliki
andil 0,15% (qtq) terhadap total Inflasi Sumatera
Utara pada triwulan laporan. Hal itu terutama
disumbang oleh subkelompok Makanan Jadi serta
subkelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol,
dengan andil 0,07% (qtq) dan 0,05% (qtq).
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Makanan Jadi
Sementara itu, komoditas dengan andil inflasi
terbesar dalam kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok, dan Tembakau adalah komoditas rokok kretek
dan rokok kretek filter. Tren kenaikan rokok tersebut
(Grafik 2.10) diduga merupakan langkah pengusaha
rokok dalam mengantisipasi rencana kenaikan bea
cukai rokok sebesar 27% pada tahun ini.
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KPw BI Sumut
Grafik 2.10 Pergerakan Harga Rokok Kretek
2.3.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
Bahan Bakar
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut
Baik secara triwulanan, kelompok Perumahan, Air,
Listrik, Gas dan Bahan Bakar mengalami penurunan
inflasi (Grafik 2.11). Secara tahunan (yoy), inflasi
kelompok ini turun dari 7,63% menjadi 5,36%,
demikian juga secara triwulanan (qtq) yang turun dari
1,53% menjadi 0,76%. Kelompok ini memiliki andil
0,18% (qtq) terhadap inflasi Sumatera Utara pada
triwulan laporan.
Inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
Bahan Bakar terutama disumbang oleh subkelompok
Biaya Tempat Tinggal. Subkelompok ini memiliki andil
0,15% (qtq) yang sebagian besar disumbang oleh
komoditas kontrak rumah dan sewa rumah.
Meningkatnya harga komoditas kontrak rumah
terjadi seiring dengan ekspektasi peningkatan
permintaan pada tahun ajaran baru. Hal ini
mengingat cukup banyaknya jumlah penyelenggara
pendidikan di Sumatera Utara. Selain itu, arus
urbanisasi baru yang umumnya terjadi pasca lebaran
mendorong pemilik rumah untuk menaikkan sewa
terhadap penyewa baru.
Sumber: Survei Harga Properti Residensial, KPw BI Sumut
Grafik 2.12 Indeks Harga Properti Residensial
Peningkatan biaya tempat tinggal ini juga tercermin
dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR)
yang secara triwulanan dilakukan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara
(Grafik 2.12). Kenaikan bahan bangunan dengan
impor content seiring dengan pelemahan nilai tukar,
kenaikan upah buruh bangunan seiring kenaikan
UMP, serta terbatasnya lahan pemukiman di area
perkotaan diperkirakan menjadi faktor peningkatan
biaya tempat tinggal.
2.3.4 Kelompok Sandang
Sumber: BPS, diolah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
INFLASI
24
Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Sandang di Sumut
Inflasi kelompok Sandang pada triwulan III 2015
turun dari 4,10% (qtq) atau 0,61% (yoy) di triwulan
sebelumnya menjadi 3,71% (qtq) atau 0,49% (yoy)
(Grafik 2.13). Andil inflasi kelompok ini relatif lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok lain, yaitu
0,04% (qtq).
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KPw BI Sumut
Grafik 2.14 Harga Emas di Sumut
Inflasi kelompok Sandang terutama disumbang oleh
subkelompok Sandang Wanita serta Barang Pribadi
dan Sandang Lain dengan andil 0,03% (qtq) dan
0,02% (qtq). Berdasarkan komoditas, inflasi kelompok
Sandang sebagian besar disumbang oleh kemeja
katun pendek, baju muslim, dan emas perhiasan
(Grafik 2.14) terkait meningkatnya permintaan
masyarakat menyambut Hari Raya Idul Fitri.
2.3.5 Kelompok Kesehatan
Tekanan inflasi kelompok kesehatan secara tahunan
cukup stabil, dengan kecenderungan meningkat.
Angka inflasi tahunan (yoy) komoditas ini tercatat
sedikit naik dari 6,20% menjadi 6,24%. Namun, inflasi
komoditas ini secara triwulanan (qtq) turun jauh dari
2,45% pada triwulan lalu menjadi 1,13% pada
triwulan laporan (Grafik 2.15).
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.15 Inflasi Kelompok Kesehatan di Sumut
Senada dengan kelompok Sandang, kelompok
Kesehatan menyumbang inflasi cukup kecil, dengan
andil 0,04% (qtq). Inflasi kelompok ini terutama
disumbang oleh subkelompok Perawatan Jasmani
dan Kosmetika, seperti pasta gigi, parfum dan sabun
mandi. Inflasi komoditas-komoditas tersebut diduga
terjadi sebagai akibat meningkatnya biaya
operasional perusahaan produsen akibat pemenuhan
bahan baku impor disaat nilai tukar terdepresiasi.
2.3.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah
Raga
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.16 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga di Sumut
Berbeda dengan kelompok yang lain, tekanan inflasi
kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga pada
triwulan III 2015 justru cenderung meningkat. Inflasi
kelompok ini naik dari 5,09% (yoy) atau 0,05% (qtq)
pada triwulan lalu menjadi 6,29% (yoy) atau 5,47%
(qtq) pada triwulan laporan (Grafik 2.16). Kelompok
ini memiliki andil terbesar, yakni 0,38% (qtq)
terhadap inflasi Sumatera Utara pada triwulan III
2015.
Sebagian besar inflasi kelompok ini disumbang oleh
subkelompok Pendidikan (andil 0,35%; qtq). Adapun
komoditas yang mendorong inflasi kelompok ini
adalah biaya Sekolah Dasar, SMA, dan SMP yang
berkaitan dengan masa tahun ajaran baru siswa
sekolah.
2.3.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa
Keuangan
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut
Inflasi kelompok Transportasi, Komunikasi, dan
Jasa Keuangan pada triwulan III 2015 sedikit
menurun, baik secara tahunan maupun triwulanan.
Inflasi kelompok ini turun dari 10,09% (yoy) atau
1,62% (qtq) pada triwulan II 2015 menjadi 10,07%
(yoy) atau 1,47% (qtq) laporan (Grafik 2.15).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
INFLASI
25
Kelompok ini memiliki andil cukup besar terhadap
inflasi Sumatera Utara, yakni 0,30% (qtq). Hal
tersebut sebagian besar disumbang subkelompok
Transpor (andil 0,27%; qtq), dengan komoditas
Angkutan Udara sebagai pendorong tekanan inflasi
utama. Hal tersebut berkaitan dengan peningkatan
permintaan sepanjang arus mudik dan arus balik
dalam rangka Lebaran.
2.4 Upaya Pengendalian Inflasi
Pencapaian inflasi yang rendah dan terkendali pada
triwulan III 2015 tak lepas dari peran Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sumatera
Utara. Kedepan, meski risiko inflasi diperkirakan tidak
terlalu tinggi, namun TPID Sumatera Utara tetap
berupaya untuk menguatkan koordinasi agar inflasi
dapat tetap terjaga terutama melalui rencana jangka
menengah diantaranya adalah:
1. Mengoptimalkan dukungan alokasi APBD dan
APBN untuk kegiatan pengendalian inflasi.
Langkah awal melalui penyusunan SOP pencairan
dana untuk operasi pasar pemerintah daerah.
2. Mendukung percepatan pembangunan
infrastruktur melalui kemudahan perizinan,
pengadaan lahan (pencetakan sawah baru) dan
penguatan komunikasi dengan masyarakat,
percepatan pembangunan infrastruktur
(perbaikan maupun penambahan) baik irigasi,
jalan, jembatan, lumbung pangan, maupun pabrik
es untuk hasil tangkap ikan laut dsb.
3. Membenahi tata niaga melalui optimalisasi pasar
induk Tuntungan guna meminimalkan upaya-
upaya spekulasi di daerah sekaligus membuka
ruang kerjasama antar daerah.
4. Meningkatkan pengawasan secara intensif
terhadap distribusi sarana produksi pertanian,
seperti pupuk, alat mesin pertanian, dan sarana
pertanian lainnya guna mendukung peningkatan
kapasitas produksi pangan daerah.
5. Meningkatkan produksi maupun produktivitas
tanaman pangan melalui program penanaman
cabai dan bawang merah perkotaan serta
program perluasan areal persawahan yang
melibatkan lintas instansi, yaitu Bulog,
Kementrian Pertanian dan TNI AD.
6. Meningkatkan aksesabilitas perbankan melalui
program pemberdayaan petani.
7. Melanjutkan kerjasama TPID dengan KPPU untuk
mengantisipasi terjadinya praktek monopoli.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
INFLASI
26
Tahukah anda? Inflasi Volatile Foods Berpola
Pada dasarnya, sumbangan inflasi komoditas penyumbang inflasi memiliki pola tertentu secara bulanan
mengikuti siklus produksinya. Sebagai contoh, komoditas cabai merah cenderung mengalami deflasi di awal
tahun, sementara itu, pada pertengahan tahun cenderung mengalami inflasi. Begitu juga dengan komoditas
bawang merah yang memang cenderung mengalami deflasi pada triwulan III sementara pada triwulan II
mengalami inflasi.
Grafik 2.18 Pergerakan Inflasi Cabe Merah Grafik 2.19 Pergerakan Inflasi Bawang Merah
Gambar 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Provinsi Sumatera Utara
Trivial Information
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
27
BAB 3 PERBANKAN, STABILITAS SISTEM
KEUANGAN DAN SISTEM
PEMBAYARAN
Kinerja Perbankan Sumatera Utara pada Triwulan III 2015 semakin membaik. Hal
tersebut tercermin dari akselerasi pertumbuhan kredit dan aset, serta stabilnya
pertumbuhan DPK. Di tengah risiko kredit yang terus meningkat sejak awal 2015, kinerja
kredit ke Korporasi dan UMKM masih membaik. Peningkatan kinerja perbankan dan
meningkatnya aktifitas masyarakat menghadapi hari besar nasional dan keagamaan serta
seasonal event seperti tahun ajaran baru mendorong kenaikan aktivitas transaksi
masyarakat, baik secara tunai maupun non tunai. Meski demikian, penurunan kinerja
kredit ke rumah tangga yang dipengaruhi tertahannya pertumbuhan ekonomi Sumatera
Utara pada triwulan laporan patut menjadi perhatian.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
28
3.1 Ringkasan Umum
Kinerja perbankan Sumatera Utara pada triwulan III
2015 kembali melanjutkan tren perbaikan. Hal
tersebut tercermin dari peningkatan pertumbuhan
aset dan kredit, serta stabilnya pertumbuhan Dana
Pihak Ketiga (DPK). Meski demikian, di tengah level
intermediasi (LDR) yang meningkat, persistensi
kenaikan Non Performing Loan (NPL) sejak awal 2015
perlu terus diwaspadai.
Di tengah persistensi kenaikan risiko, kinerja kredit ke
sektor korporasi dan UMKM meningkat, sementara
kredit rumah tangga melambat. Peningkatan kinerja
kredit korporasi terjadi di ketiga sektor utama.
Sementara itu, akselerasi kredit UMKM ditopang
performa kredit ke kategori perdagangan yang
meningkat, di tengah tertekannya kredit ke kategori
pertanian. Di sisi lain, tekanan kinerja kredit Rumah
Tangga dipengaruhi oleh melambatnya kredit
multiguna dan kendaraan bermotor. Meski demikian,
membaiknya kinerja kredit pemilikan rumah (KPR)
mampu menahan perlambatan kredit Rumah Tangga
yang lebih dalam.
Peningkatan kinerja perbankan menghasikan
multiplier effect pada pertumbuhan transaksi tunai
maupun non tunai. Hal tersebut terutama tercermin
dari meningkatnya transaksi kliring, baik secara
nominal maupun volume serta peningkatan
perputaran uang (inflow-outflow) di masyarakat
ditengah tertahannya kinerja perekonomian Sumut
3.2 Analisis Perbankan Daerah
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan
Di tengah tertahannya pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara pada triwulan laporan, pertumbuhan
aset perbankan meningkat signifikan. Peningkatan
aset tersebut terjadi baik di perbankan umum
maupun syariah. Aset perbankan hingga akhir
triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp255,5 triliun,
tumbuh 11,3% (yoy) akseleratif dibanding triwulan
lalu yang tumbuh 8,25% (yoy) (Grafik 3.1). Hal ini
diduga berkaitan dengan perekonomian nasional yang
tumbuh meningkat, sehingga mendorong manajemen
perbankan untuk mulai ekspansif dalam
mengembangkan asetnya di daerah potensial.
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh
relatif stabil. Hingga akhir triwulan III 2015, posisi
DPK di Perbankan Sumatera Utara tercatat sebesar
Rp191,6 triliun, dengan pertumbuhan tahunan stabil
di kisaran 9,6% (Grafik 3.2). Di saat DPK perbankan
konvensional sedikit tertahan, DPK perbankan syariah
justru tampil prima.
Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK
Pertumbuhan DPK terutama ditopang oleh
peningkatan pertumbuhan giro. Giro tumbuh
akseleratif dari 20,08% (yoy) menjadi 26,82% (yoy)
(Grafik 3.3). Peningkatan tersebut terjadi terutama
untuk rekening giro pemerintah pusat di Sumut. Hal
ini sejalan dengan belanja APBN di Sumut yang
hingga triwulan III 2015 masih terealisasi 46,24% dari
pagu. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding
realisasi periode yang sama tahun lalu yang mencapai
52,76%.
Tabungan tumbuh cukup rendah dengan tendensi
meningkat, sementara deposito melanjutkan
perlambatan. Hal tersebut sejalan dengan suku
bunga tabungan yang stabil serta suku bunga
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
29
deposito yang terus menuju titik normalnya seiring
dengan capping suku bunga, yakni sekitar 6,5%
berdasarkan rata-rata 4 tahun terakhir (Grafik 3.4).
Kombinasi akselerasi giro, membaiknya tabungan,
dan deselerasi deposito, yang masing-masing
menempati porsi 19%, 36% dan 45% dari total DPK,
menyebabkan DPK Sumatera Utara tumbuh stabil.
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit
Kredit16 pada triwulan laporan melanjutkan
peningkatan pertumbuhannya. Akselerasi
pertumbuhan terjadi baik di perbankan konvensional
maupun syariah (Grafik 3.5). Hal tersebut sejalan
dengan pertumbuhan kredit nasional, yang meningkat
dari 10,48% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi
11,09% (yoy).
16 Konsep penyaluran KREDIT dibagi menjadi dua: (1) lokasi bank
dan (2) lokasi proyek. Poin (1) mengacu pada data penyaluran
kredit oleh Bank yang ada di Sumut sementara poin (2) mengacu
pada kredit yang tersalur dari Bank daerah manapun untuk
proyek/usaha yang berlokasi di Sumut. Dalam buku ini, poin (1)
digunakan untuk mengases kinerja perbankan, sementara poin (2)
untuk mengases PDRB serta ketahanan korporasi, UMKM dan
rumah tangga. Angka nominal kredit antara dua konsep tersebut
jumlahnya sangat mungkin berbeda.
Grafik 3.6 Perkembangan Perbankan Sumut-Nasional
Pertumbuhan kredit terjadi di semua jenis
penggunaan, terutama kredit modal kerja. Dengan
porsi hingga 50% dari total kredit, Kredit Modal Kerja
tumbuh akseleratif mencapai 18% (yoy). Hal itu senada
dengan kredit konsumsi dan investasi yang juga
tumbuh membaik (Grafik 3.7), seiring dengan masih
membaiknya Konsumsi masyarakat dan Investasi
dalam PDRB Sumut triwulan III 2015.
Grafik 3.7 Perkembangan Kredit
Peningkatan pertumbuhan kredit didukung dengan
turunnya suku bunga kredit. Seiring menurunnya
cost of funds berupa penurunan suku bunga deposito,
suku bunga kredit juga mengalami penurunan.
Penurunan suku bunga tersebut terjadi di kredit
investasi dan modal kerja, sementara suku bunga
kredit konsumsi relatif stabil dengan kecenderungan
meningkat (Grafik 3.8).
Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga Kredit
Akselerasi kredit di tengah stabilnya DPK
menyebabkan meningkatnya level intermediasi. Hal
tersebut tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR)
perbankan di Sumatera Utara yang meningkat dari
93,81% menjadi 94,21% terutama berupa terutama
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
30
terjadi pada Perbankan konvensional. Sebaliknya,
akselerasi DPK yang lebih tinggi dibanding
pembiayaan di perbankan syariah menyebabkan
Financing to Deposit Ratio (FDR) turun menjadi
99,37%.
Grafik 3.9 Perkembangan Intermediasi Perbankan
Grafik 3.10 Perkembangan Risiko Kredit (NPL & NPF)
Peningkatan intermedasi perbankan senantiasa
perlu diiringi dengan peningkatan kewaspadaan
terhadap risiko kredit. Hal ini mengingat Non
Performing Loans (NPL) yang meski masih dibawah
batas aman 5%, namun cenderung meningkat.
Sementara itu, Non Performing Financing (NPF)
perbankan syariah juga masih tinggi diatas 10%, meski
mulai ada indikasi perbaikan (Grafik 3.10).
3.3 Ketahanan Sektor Korporasi dan UMKM
Kredit perbankan yang tersalur untuk sektor
korporasi17 di Sumatera Utara pada triwulan laporan
sebesar Rp129,9 triliun. Kredit korporasi di Sumut
tumbuh akseleratif dari 8,88% (yoy) di triwulan
sebelumnya menjadi 10,74% (yoy) (Grafik 3.11). Hal
tersebut sejalan dengan peningkatan pertumbuhan
kredit nasional di tengah membaiknya perekonomian
nasional.
17 Merupakan kredit modal kerja atau investasi untuk pelaku usaha
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Korporasi di Sumut
Akselerasi kredit terjadi di ketiga sektor utama di
Sumatera Utara. Kredit korporasi di Sumut sebagian
besar (84%) tersalur ke tiga kategori utama:
Perdagangan/PBE (34%), industri pengolahan (30%),
dan pertanian (20%). Di tengah melambatnya
pertumbuhan sektor pertanian dan perdagangan,
kredit di kedua sektor justru tumbuh meningkat. Hal
tersebut diperkirakan akan meningkatkan kinerja
kedua sektor tersebut pada triwulan mendatang.
Grafik 3.12 Perkembangan NPL Kredit Korporasi
Meski demikian, tren kenaikan NPL yang terus naik
sejak awal 2015 perlu makin diwaspadai. Meskipun
belum menyentuh batas aman 5%, namun kenaikan
NPL18 tersebut terjadi di ketiga sektor utama Sumut
(Grafik 3.12) seiring dengan perlambatan ekonomi
dan masih belum membaiknya harga komoditas yang
terjadi pada triwulan laporan.
Akselerasi kredit korporasi tersebut juga terjadi
untuk usaha berskala UMKM. Kredit UMKM tumbuh
9,66% (yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang
tumbuh 8,38% (yoy). Akselerasi terjadi untuk kredit
usaha mikro dan menengah, sementara kredit usaha
kecil justru melambat (Grafik 3.13).
18 NPL dalam laporan ini adalah NPL gross, yang menunjukkan
persentase kredit kolektibilitas 3 (kurang lancar), 4 (diragukan) dan
5 (macet) terhadap total outstanding kredit
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
31
Grafik 3.13 Perkembangan Kredit UMKM di Sumut
Kredit perdagangan, yang menguasai 53% dari total
kredit kepada UMKM, masih tumbuh akseleratif.
Kredit perdagangan tumbuh 11,7% (yoy), meningkat
dibanding triwulan lalu 10,73% (yoy). Di sisi lain,
sektor pertanian yang menguasai 19% dari total kredit
UMKM, justru tertekan. Hal ini sejalan dengan Nilai
Tukar Petani (NTP) yang juga menurun dibanding
triwulan lalu.
Kualitas kredit UMKM masih perlu ditingkatkan. Hal
ini tercermin dari NPL yang masih diatas 5%, dengan
kecenderungan meningkat. Kenaikan NPL kredit
UMKM tersebut terjadi di ketiga sektor utama serta di
semua jenis UMKM, kecuali kredit mikro yang relatif
membaik (Grafik 3.14).
Grafik 3.14 Perkembangan NPL Kredit UMKM
3.4 Ketahanan Sektor Rumah Tangga
Rumah tangga di Sumut cenderung mengurangi
porsi konsumsi dan meningkatkan tabungan.
Sementara itu, alokasi penghasilan untuk tabungan
relatif tetap. Hal ini tercermin dari hasil Survei
Konsumen19 di akhir periode triwulan II dan III 2015
(Grafik 3.15).
19 Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilakukan oleh
KPw BI Sumut untuk melihat keyakinan & ekspektasi konsumen
terhadap perekonomian.
Grafik 3.15 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut
Jika ditilik lebih dalam, yang mengalami penurunan
porsi konsumsi adalah kelompok pendapatan bawah
(1-3 juta) dan atas (>5 juta). Perbedaannya, kelompok
pertama porsinya bergesar ke pinjaman sementara
kelompok kedua bergeser ke tabungan. Di sisi lain,
kelompok pendapatan menengah (3-5 juta) malah
cenderung meningkatkan porsi konsumsi,
meningkatkan tabungan serta mengurangi pinjaman.
(Grafik 3.16)
Grafik 3.16 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut
berdasarkan Kelompok Pendapatan
Profil keuangan rumah tangga Sumut terhadap
pinjaman masih cukup aman. Hal ini tercermin dari
porsi cicilan pinjaman (debt service ratio/DSR) masih
dibawah 30%; rasio yang umumnya ditetapkan bank
bagi calon debitur. Hal tersebut juga mengindikasikan
bahwa kemampuan RT di Sumut untuk membayar
kembali utangnya masih terjaga.
Posisi kredit perbankan kepada sektor rumah tangga
di Sumut hingga akhir September 2015 tercatat
sebesar Rp42,4 triliun. Kredit tersebut didominasi
oleh kredit multiguna, kredit pemilikan rumah (KPR),
serta kredit kendaraan bermotor (KKB) dengan porsi
masing-masing sebesar 45%, 33%, dan 12%. Kredit
sektor rumah tangga tumbuh 6,7% (yoy), melambat
dibanding triwulan lalu yang mencapai 8,15% (yoy)
(Grafik 3.17). Perlambatan tersebut terjadi justru di
saat Konsumsi baik di PDB maupun PDRB Sumut
terakselerasi. Hal ini diduga karena, di tengah masih
terbatasnya peningkatan daya beli, masyarakat
cenderung menahan untuk melakukan konsumsi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
32
melalui pinjaman perbankan dan lebih memilih
menabung, sebagaimana tampak dalam hasil Survei
Konsumen.
Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Rumah Tangga
Kredit multiguna dan KKB melambat cukup dalam,
sementara KPR relatif membaik. Membaiknya KPR
diduga dipengaruhi oleh kebijakan pelonggaran Loan
to Value (LTV) Bank Indonesia yang berlaku efektif 18
Juni 2015. Kebijakan LTV tersebut tertuang dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.17/10/PBI/2015
tentang Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to
Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan
Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan
Bermotor. Aturan baru tersebut meliputi kenaikan
10% rasio LTV untuk kredit properti semua tipe
rumah.
Sementara itu, relaksasi kebijakan LTV berupa
penurunan 5% uang muka kredit kendaraan
bermotor belum memberikan dampak signifikan
terhadap pertumbuhan KKB hingga triwulan laporan.
Hal ini diduga seiring dengan dampak depresiasi nilai
tukar terhadap harga kendaraan bermotor yang
mengakibatkan menurunnya penjualan ritel
kendaraan bermotor domestik.
Grafik 3.18 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga
Perlambatan tersebut diiringi dengan kenaikan
risiko kredit. Hal ini tercermin dari NPL, yang meski
masih dibawah batas aman 5%, namun cenderung
meningkat. Peningkatan tersebut terjadi baik di KKB
maupun KPR, sementara NPL kredit multiguna relatif
stabil.
3.5 Perkembangan Sistem Pembayaran
3.5.1 Sistem Pembayaran Non Tunai
Transaksi perbankan di Provinsi Sumatera
Utara melalui BI RTGS20 pada triwulan III 2015
menurun baik secara nominal maupun volume
(Grafik 3.19). Secara nominal, dibanding triwulan
sebelumnya, BI RTGS turun 12,36%, dari Rp223,8
triliun menjadi Rp196,1 triliun. Begitupun secara
volume, BI RTGS turun 6,4%, dari Rp128,7 triliun
menjadi Rp120,5 triliun. Hal senada juga terjadi untuk
pertumbuhan tahunannya. Nilai nominal maupun
volume BI RTGS terkontraksi sebesar 7,51% dan
40,97%.
Grafik 3.19 Perkembangan Transaksi BI RTGS
Di sisi lain, transaksi kliring melalui SKNBI21 justru
tumbuh akseleratif, baik secara nominal maupun
volume (Grafik 3.20). Secara kuartalan, nominal dan
volume kliring meningkat lebih dari 40%. Kondisi
tersebut mencerminkan, di tengah pertumbuhan
ekonomi yang mulai membaik, preferensi masyarakat
untuk menggunakan transfer dana melalui SKNBI
meningkat dibanding melalui BI RTGS.
20 BI RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement) sistem
transfer dana elektronik yang penyelesaiannya (settlement)
dilakukan dalam waktu seketika. BI RTGS memproses High Value
Payment System (HVPS) atau transaksi pembayaran bernilai besar
(Rp.100 juta ke atas) dan bersifat segera. Transaksi HVPS mencapai
90% dari seluruh transaksi pembayaran di Indonesia.
21 SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia), berbeda dengan
BI RTGS, setelmennya periodik (netting) serta untuk transaksi
bernilai kecil (maksimal Rp.500 juta)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
33
Grafik 3.20 Perkembangan Transaksi Kliring
3.5.2 Kinerja Sistem Pembayaran Tunai
Perkembangan aliran uang kartal di
Sumatera Utara pada triwulan III 2015 mengalami
net inflow22 sebesar Rp1,5 triliun (Grafik 3.21),
berbeda dibanding triwulan sebelumnya dengan
posisi net outflow Rp819 miliar. Posisi net inflow
tersebut terjadi di wilayah kerja Medan yang
mencapai Rp3,5 triliun. Di sisi lain, net outflow justru
terjadi di wilayah kerja Pematang Siantar dan Sibolga,
masing-masing sebesar Rp1,19 triliun dan Rp805
miliar.
Grafik 3.21 Perkembangan Uang Kartal di Sumut
Fenomena tingginya aliran masuk dari wilayah sekitar
menuju Medan tersebut diduga karena meningkatnya
aktivitas penukaran uang menjelang hari Lebaran.
Selain itu, meningkatnya kebutuhan karena
pergantian tahun ajaran sekolah dan peringatan hari
raya kurban turut meningkatkan permintaan uang
masyarakat.
22 Net outflow mencerminkan jumlah uang masuk (inflow) lebih
banyak dibanding uang keluar (outflow) ke kantor BI. Perhitungan
inflow/outflow uang kartal dilakukan berdasarkan pelaporan bank
di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang berada di
Sumatera Utara yaitu KPw BI Provinsi Sumatera Utara, KPw BI
Sibolga, dan KPw BI Pematangsiantar.
Grafik 3.22 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Sumut
Di tengah total uang beredar23 yang meningkat dari
Rp13,7 triliun menjadi Rp17,9 triliun, temuan uang
rupiah tidak asli sedikit meningkat, dari 944 lembar
menjadi 965 lembar (Grafik 3.22). Bank Indonesia
terus meningkatkan koordinasi dengan berbagai
pihak, termasuk Kepolisian, dan senantiasa
melakukan sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah
(CiKUR) guna mengantisipasi penggunaan dan
peredaran uang Rupiah palsu.
Penjumlahan inflow dan outflow
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
34
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
KEUANGAN PEMERINTAH
35
BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH
Hingga triwulan III 2015, realisasi APBN di Sumatera Utara menurun dibanding periode
yang sama tahun lalu. Hal itu diduga terkait menurunnya perpajakan seiring penurunan
kinerja ekonomi Sumatera Utara serta lambannya realisasi belanja modal terkait proyek
infrastruktur pemerintah. Sementara itu, realisasi dana desa di Sumatera Utara relatif
sesuai dengan pola yang ditetapkan. Di sisi lain, realisasi APBD Pemerintah Daerah di
Sumatera Utara hingga triwulan laporan justru meningkat dibanding periode yang sama
tahun 2014.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
36
4.1 Rekening APBN di Sumatera Utara
Realisasi pendapatan APBN di Sumatera Utara
hingga akhir September 2015 tercatat sebesar
Rp13,7 triliun atau mengalami penurunan hingga
21,1% (yoy) dibandingkan dengan realisasi yang sama
tahun 2014 yang sebesar Rp17,4 triliun. Penurunan
pendapatan tersebut diantaranya akibat menurunnya
penerimaan perpajakan seiring dengan perlambatan
ekonomi.
Turunnya pendapatan tersebut berimbas pada
penyerapan belanja. Hal ini tercermin dari realisasi
belanja yang berasal dari APBN di Sumatera Utara
yang, meskipun mengalami peningkatan secara
nominal hingga akhir September 2015, namun
menurun terhadap pagunya. Hingga akhir periode
laporan, realisasi belanja APBN di Sumatera Utara
tercatat sebesar Rp9,8 triliun atau sekitar 46,2% dari
APBN. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan
dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu
yang mencapai 52,8% APBN.
Sumber: DJPK Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 4.1 Realisasi Belanja APBN di Sumatera Utara
Penurunan penyerapan belanja tersebut terjadi
pada hampir seluruh jenis belanja, kecuali belanja
pegawai yang meningkat dari 66,8% pada APBN 2014
menjadi 69,2% APBN 2015. Kondisi penurunan
penyerapan yang cukup dalam bahkan terjadi pada
belanja modal. Meskipun secara nominal meningkat
43,8% dibanding tahun lalu, namun realisasi belanja
modal justru mengalami penurunan dari 38,3% APBN
2014 menjadi hanya 28,0% APBN 2015 (Grafik 4.1)
Kondisi ini perlu mendapat perhatian, mengingat
realisasi belanja modal memberikan efek multiplier
yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara. Idealnya, realisasi belanja modal
dapat mencapai minimal 50% di akhir periode
laporan. Rendahnya belanja modal yang dananya
berasal dari APBN di Sumatera Utara tersebut lalu
diduga terkait dengan kendala klasik berupa kendala
administratif, proses maupun kompetensi SDM
dalam pelaksanaan lelang maupun pengadaan. Selain
itu, semakin tingginya biaya pemenuhan
bahan/barang modal di tengah tekanan depresiasi
nilai tukar juga diduga menjadi salah satu penyebab
relatif rendahnya belanja modal pada periode
laporan.
Sementara itu, realisasi Dana Desa yang disalurkan
di Sumatera Utara hingga akhir September 2015
telah mencapai Rp1,2 triliun atau 83,5% dari
pagunya sebesar Rp1,4 triliun. Realisasi dana desa di
Sumatera Utara tersebut sesuai dengan ketentuan
tahapan penyaluran24: 40%, 40%, 20% untuk tahap 1
sampai 3 yang masing-masing dibayarkan pada Apri,
Agustus dan Oktober.
Sumber: DJPK Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.2 Realisasi Belanja APBN di Sumatera Utara
Secara spasial, realisasi tertinggi diantaranya dicatat
oleh Kab. Nias Selatan, Kab. Deli Serdang dan Kab.
Simalungun. Kehadiran Dana Desa diharapkan dapat
membantu meningkatkan kualitas dan kesejahteraan
manusia di Sumatera Utara yang belum terlalu baik
(Grafik 4.2).
4.2 Realisasi Pendapatan Pemda di Sumut
Realisasi pendapatan pemerintah daerah (Pemda) di
Sumatera Utara25 hingga triwulan III 2015 mencapai
Rp23,21 triliun atau 71,3% dari anggaran pendapatan
201526. Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
37
realisasi periode yang sama tahun 2014 yang sebesar
Rp20,36 triliun atau 68,6% dari anggaran (Grafik 4.3).
Peningkatan pendapatan baik secara nominal
maupun persentase penyerapan terjadi di semua
komponen, terutama untuk Pendapatan yang Sah.
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.3 Porsi Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah
di Sumatera Utara
Komposisi realisasi s.d. triwulan III 2014 masih
tidak berubah banyak dari periode yang sama tahun
lalu, yaitu 84,9% ditopang oleh Transfer terutama
berupa dana perimbangan; 10,9% didapat dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta sisanya (9%)
berupa Lain-lain Pendapatan yang Sah (18,2%) (Grafik
4.4).
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.4 Porsi Realisasi Pendapatan Pemda di Sumut
Secara nominal, realisasi pajak Pemda Sumatera
Utara cenderung naik. Hingga triwulan III 2015,
penerimaan pajak terealisasi Rp1,36 triliun lebih
tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar
Rp1,2 triliun. Pemda Sumatera Utara berhasil
menjaga target penerimaan pajak sebesar 60%
hingga triwulan laporan, sama dengan realisasi
triwulan III 2014.
Sementara itu, kenaikan Transfer Pemda di
Sumatera Utara yang cukup tinggi disumbang oleh
kenaikan dana Otsus dan Penyesuaian. Realisasi
dana tersebut naik siginifikan dari Rp523 miliar
menjadi Rp2,64 triliun. Kenaikan tersebut diduga
untuk pendanaan Pilkada serentak yang akan
dilangsungkan tanggal 9 Desember 2015.
4.3 Realisasi Belanja Pemda di Sumut
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.5 Realisasi Belanja Pemda di Sumut
Realisasi belanja Pemda di Sumatera Utara hingga
triwulan laporan mencapai Rp17,25 triliun atau
51,3% dari anggaran belanja 2015. Realisasi tersebut
lebih tinggi dibanding realisasi periode yang sama
tahun 2014 yang sebesar Rp14,58 triliun atau 47,7%
dari anggaran (Grafik 4.5). Peningkatan belanja baik
secara nominal maupun persentase terjadi di belanja
pegawai, belanja barang & jasa, serta belanja bansos
& hibah. Hal sebaliknya untuk belanja modal dan
Transfer.
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.6 Porsi Realisasi Belanja Pemda di Sumut
Realisasi belanja pegawai serta barang dan jasa s.d.
triwulan III 2015 naik signifikan dibanding periode
yang sama tahun lalu. Belanja pegawai naik 10,4%
(yoy) dari Rp9,25 triliun menjadi Rp11,14 triliun.
Sementara belanja barang dan jasa naik 48,6% (yoy)
dari Rp1,95 triliun menjadi Rp2,89 triliun. Hal itu
sejalan dengan kenaikan penyerapan kedua
komponen tersebut yang naik dari 55,7% menjadi
60,1% untuk belanja pegawai serta dari 33,9% ke
45,1% untuk belanja barang & jasa.
Di sisi lain, realisasi belanja modal Pemda di Sumut
turun cukup dalam. Hingga triwulan laporan, belanja
modal terealisasi sebesar Rp1,97 triliun atau 29% dari
anggaran. Angka tersebut turun jauh dari realisasi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
38
periode yang sama tahun 2014 yang mencapai
Rp2,91 triliun atau 41,3% dari anggaran. Penurunan
tersebut sejalan dengan rendahnya realisasi proyek
pemerintah yang dipengaruhi berbagai hambatan
dalam penyerapan anggaran terkait masalah
administrasi, kompetensi SDM yang menangani
pengadaan, prasyarat tertentu dalam pelaksanaan
pekerjaan (misalnya masalah pembebasan tanah)
serta penyedia barang/jasa yang kurang memenuhi
kualifikasi.
4.4 Realisasi Surplus/Defisit
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.7 Defisit APBD Pemerintah Daerah di Sumatera Utara
Realisasi belanja yang jauh lebih rendah
menyebabkan realisasi hingga triwulan III 2015
masih mengalami surplus. Surplus tersebut sedikit
lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun lalu
(Grafik 4.7). Hingga akhir tahun 2015, realisasi APBD
diperkirakan masih akan mengalami surplus
mengingat proyeksi penyerapan belanja Pemda di
Sumut yang diperkirakan tidak sebesar perkiraan
awal.
4.5 Rekening Pemerintah Daerah di Bank
Grafik 1.8 Posisi Rekening Pemda di Sumatera Utara
Posisi simpanan Pemda di Sumatera Utara yang
ditempatkan pada perbankan pada akhir triwulan
III 2015 naik moderat 7,23% (qtq). Simpanan
dimaksud naik dari Rp11,6 triliun menjadi Rp12,4
triliun. Posisi simpanan tersebut juga lebih tinggi
dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu, yakni
tumbuh sebesar 29% (yoy). (Grafik 4.8). Kenaikan
moderat tersebut diduga mencerminkan realisasi
pendapatan yang cukup besar ditengah lambatnya
realisasi belanja.
Grafik 1.9 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Pemda
di Sumatera Utara
Seiring dengan masih cukup baiknya kondisi likuiditas
Perbankan di triwulan III 2015 terkait proses
pencairan anggaran, suku bunga giro dan deposito
yang diberikan Perbankan kepada Pemerintah
Daerah Sumatera Utara masih relatif stabil. Hal
tersebut diduga menjadi salah satu faktor masih
tumbuhnya rekening simpanan Pemda di perbankan
(Grafik 4.9).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
39
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaaan dan kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara cenderung
memburuk hingga triwulan laporan. Hal ini tercermin dari meningkatnya pengangguran
dan kemiskinan, terutama untuk masyarakat pedesaan. Belum membaiknya harga
komoditas mengakibatkan Nilai Tukar Petani (NTP) masih tertekan sehingga menahan
perbaikan daya beli masyarakat. Namun, masyarakat masih yakin akan perbaikan kondisi
perekonomian dan kesejahteraan hingga akhir 2015.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
40
5.1 Ketenagakerjaan
Jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara pada tahun
2015 sedikit meningkat (1,4%) dibanding tahun lalu.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tercatat
meningkat dari 67,07% menjadi 67,28% (Grafik 5.1).
Berdasarkan lapangan kerja utama, peningkatan
tersebut terutama berupa peningkatan kategori
Perdagangan, Rumah Makan, dan Akomodasi serta
kategori Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
(Tabel 5.1). Hal tersebut sejalan dengan kinerja
kategori perdagangan, penyediaan akomodasi dan
makan minum serta jasa-jasa dalam PDRB Sumut
yang masih tumbuh positif.
Sumber: BPS, diolah
Grafik 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan Sumut
Tabel 5.1 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Sumber: BPS, diolah
Namun, peningkatan jumlah tenaga kerja tersebut
masih dibayangi dengan tingkat pengangguran yang
meningkat. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
tahun 2015 mencapai 6,71%, jauh lebih tinggi
dibanding tahun lalu yang sebesar 6,2% (Grafik 5.1).
Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Sumut
Grafik 5.2 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Peningkatan pengangguran tersebut tercermin
dalam Survei Konsumen dan Survei Kegiatan Dunia
Usaha yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sumatera
Utara. Persepsi masyarakat/konsumen terhadap
ketersediaan lapangan kerja hingga triwulan III 2015
cenderung menurun (Grafik 5.2) Demikian pula
dengan persepsi dunia usaha. Indikator jumlah
karyawan total menunjukkan nilai Saldo Bersih
Tertimbang (SBT) negatif (Grafik 5.3) yang
mengindikasikan preferensi pelaku usaha untuk tidak
menambah jumlah karyawan, sehingga berpotensi
menghambat terserapnya peningkatan tenaga kerja.
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, KPw BI Sumut
Grafik 5.3 Indikator Jumlah Karyawan Total
Meski demikian, ekpektasi konsumen maupun
pelaku usaha kedepan akan membaik hingga akhir
2015. Hal tersebut tercermin dari Indeks
ketersediaan lapangan kerja yang meningkat dan
berada di area optimis (Grafik 5.2). Senada dengan
itu, pelaku usaha juga menunjukkan optimisme yang
ditunjukkan oleh SBT indikator jumlah karyawan
total yang meningkat dan bernilai positif di periode
mendatang.
Grafik 5.4 Sektor Tenaga Kerja
Berdasarkan sektornya, tenaga kerja terbagi menjadi
pekerja di sektor formal atau informal. Pada tahun
2015, hanya sekitar 39,9% angkatan kerja yang
bekerja pada kegiatan formal, sedangkan selebihnya
(60,1%) bekerja pada kegiatan informal. Angka
pekerja di sektor informal tersebut lebih besar
dibanding tahun lalu (57,5%). Hal tersebut
mengindikasikan kecenderungan semakin banyak
Jumlah
(000)Persen
Jumlah
(000)Persen
Pertanian 2.501 42,5% 2.462 41,3% -1,6%Perdagangan, rumah
makan dan akomodasi1.181 20,1% 1.271 21,3% 7,6%
Jasa kemasyarakatan,
sosial, dan perorangan905 15,4% 922 15,5% 1,9%
Industri 461 7,8% 450 7,5% -2,4%
Lainnya 833 14,2% 857 14,4% 2,9%
JUMLAH 5.881 100,0% 5.962 100,0% 1,4%
2014% Kenaikan/
Penurunan
2015LAPANGAN PEKERJAAN
UTAMA
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
41
tenaga kerja di Sumatera Utara yang memilih
bekerja di sektor informal (Grafik 5.4).
Berdasarkan status pekerjaannya, tenaga kerja yang
termasuk sektor formal adalah kategori berusaha
dengan dibantu buruh tetap/dibayar serta kategori
buruh/ karyawan/pegawai, sementara selebihnya
tergolong kedalam sektor informal (Tabel 5.2).
Terjadi peningkatan jumlah yang cukup besar untuk
tenaga kerja berstatus pekerja bebas, sehingga
porsinya pada tahun 2015 meningkat cukup besar.
Sebaliknya, terjadi pengurangan tenaga kerja
berstatus buruh/karyawan/pegawai hingga 4,2%
dibanding tahun lalu. Hal tersebut diduga
dipengaruhi kinerja kategori industri pengolahan
pada akhir 2014 dan awal 2015 yang cukup tertekan
sebagaimana dikonfirmasi dari hasil liason kepada
beberapa perusahaan di Sumatera Utara. Sebagian
besar menyatakan tidak berencana melakukan
penambahan tenaga kerja pada tahun ini karena
jumlahnya dianggap masih cukup untuk memenuhi
tingkat produksi saat ini.
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Sumber: BPS, diolah
5.2 Kesejahteraan
5.2.1 Tingkat Penghasilan Masyarakat
Sumber: BPS
Grafik 5.5 Penduduk Miskin di Sumatera Utara
Berbeda dengan kondisi nasional, jumlah penduduk
miskin di Sumatera Utara pada Maret 201527
mengalami kenaikan dibanding Maret 2014. Jumlah
penduduk miskin tercatat naik dari 1,28 juta jiwa
menjadi 1,46 juta jiwa, atau secara persentase naik
dari 9,38% menjadi 10,53% (Grafik 5.5). Hal tersebut
berbeda dengan kondisi nasional yang sedikit turun
dari 11,25% menjadi 11,22%. Namun, kenaikan
kemiskinan di Sumatera Utara sejalan dengan kondisi
di 16 provinsi lainnya, terutama di daerah Jawa,
Kalimantan, Maluku dan Papua. Realisasi angka
kemiskinan Maret 2015 tersebut menempatkan
Sumatera Utara di rangking 17 provinsi dengan
persentase kemiskinan tertinggi di Indonesia.
Sumber: BPS
Grafik 5.6 Persentase Penduduk Miskin Provinsi se-Sumatera dan DKI Jakarta
Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera,
hanya Provinsi Sumatera Barat dan Kepulauan Riau
yang juga mengalami kenaikan persentase
penduduk miskin (Grafik 5.6). Semakin tingginya
jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara tersebut
sejalan dengan peningkatan pengangguran Hal
tersebut terkait dengan masih tertahannya
pertumbuhan ekonomi hingga triwulan laporan serta
belum membaiknya harga komoditas yang menekan
peningkatan daya beli masyarakat.
Jumlah
(000)Persen
Jumlah
(000)Persen
Berusaha sendiri 1.077 18,3% 1.112 18,9% 3,2%Berusaha dibantu
buruh tidak tetap923 15,7% 939 16,0% 1,7%
Berusaha dibantu
buruh tetap209 3,6% 182 3,1% -12,9%
Buruh/Karyawan/
Pegawai2.291 39,0% 2.194 37,3% -4,2%
Pekerja bebas 354 6,0% 505 8,6% 42,7%
Pekerja keluarga 1.027 17,5% 1.030 17,5% 0,3%
JUMLAH 5.881 100,0% 5.962 100,0% 1,4%
Jul-05LAPANGAN
PEKERJAAN
UTAMA
Jul-05% Kenaikan/
Penurunan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
42
Sumber: BPS
Grafik 5.7 Indeks Kedalaman & Keparahan Kemiskinan di Sumatera Utara
Peningkatan persentase kemiskinan di Sumatera
Utara dibanding tahun lalu juga diikuti oleh
peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (Grafik 5.7).
Kondisi ini mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin
menjauhi garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan
pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.
Sumber: BPS
Grafik 5.8 Penduduk Miskin di Desa dan Kota di Sumut
Selama periode Maret 2014 s.d. Maret 2015,
persentase kemiskinan meningkat tajam di
pedesaan. Penduduk miskin di daerah perdesaan di
Sumatera Utara bertambah 67.100 orang menjadi
10,89% dari total penduduk desa. Sementara itu,
penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah
109.870 orang menjadi 10,16% dari total penduduk
kota (Grafik 5.6). Secara historis, persentase
penduduk miskin di desa memang selalu lebih tinggi
dibandingkan di kota. Meskipun telah mengalami
penurunan yang signifikan sejak beberapa tahun
terakhir, namun tingkat kemiskinan di desa kembali
meningkat signifikan pada Maret 2015.
Meningkatnya kemiskinan di pedesaan diduga
karena daya beli masyarakat desa yang belum
kunjung membaik. Hal tersebut tercermin dari Nilai
Tukar Petani yang makin memburuk di bawah 10028
(Grafik 5.9). Penurunan NTP terjadi baik untuk
tanaman pangan, perkebunan, maupun hortikultura.
Hal tersebut terutama dipengaruhi belum
membaiknya harga komoditas hingga triwulan III
2015.
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 5.9 Nilai Tukar Petani
Meski demikian, tingkat kemiskinan diduga akan
menurun seiring peningkatan ekspektasi
penghasilan masyarakat hingga akhir 2015. Hal ini
tercermin dari Indeks Penghasilan Konsumen yang
meningkat dari 112,7 menjadi 117,02. Ekspektasi
kedepan juga diperkirakan meningkat tercermin dari
naiknya indeks tersebut di angka 135,19. Kenaikan
ekspektasi penghasilan tersebut diduga dipengaruhi
akan membaiknya daya beli masyarakat akibat
terjaganya ekspektasi terkait tidak adanya kenaikan
harga BBM bersubsidi. Selain itu, konsumsi
masyarakat juga diperkirakan tumbuh sesuai dengan
pola musimannya, terutama menjelang perayaan
Natal dan Tahun Baru.
Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Sumut
Grafik 5.10 Indeks Penghasilan Konsumen
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI
43
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN
REKOMENDASI
Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2015 diperkirakan membaik seiring dengan membaiknya
pertumbuhan ekonomi serta tekanan inflasi yang rendah. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan
ekonomi Sumatera Utara mengalami perlambatan sementara tekanan inflasi mengalami penurunan yang
cukup signifikan.
Pertumbuhan Ekonomi
1. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi yang membaik terutama ditopang oleh meningkatnya
laju realisasi investasi dan konsumsi pemerintah sesuai dengan polanya. Sementara itu, konsumsi
swasta diperkirakan stabil sedangkan realisasi ekspor dan impor kembali menurun.
2. Dari sisi permintaan, perekonomian triwulan mendatang diperkirakan akan ditopang oleh
meningkatnya kinerja kategori konstruksi dan PBE, sementara kategori Industri Pengolahan dan
Pertanian diperkirakan stabil
Inflasi
Tekanan inflasi diperkirakan tidak setinggi pola historisnya sejalan dengan kondisi permintaan yang belum
pulih serta stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi. Pelaksanaan pilkada serentak diperkirakan tidak
memberikan dampak yang signifikan terhadap inflasi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI
44
6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Pada triwulan IV 2015 pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara diperkirakan membaik, tumbuh
pada kisaran 5,0%–5,4%. Perbaikan terutama
didorong oleh sektor domestik. Namun, perbaikan
ekonomi Sumatera Utara masih terbatas terkait
dengan perkembangan sektor luar negeri (eksternal)
yang diperkirakan belum menunjukkan perbaikan
secara signifikan. Kondisi tersebut terkait dengan
masih tingginya ketidakpastian perbaikan ekonomi
global. Dengan kondisi tersebut, harga komoditas
internasional diperkirakan belum membaik. Harga
minyak dunia diperkirakan kembali tertekan seiring
dengan cukup tingginya produksi di tengah masih
berlimpahnya pasokan di pasaran.
Dari sisi penggunaan, perekonomian periode
mendatang diperkirakan akan ditopang oleh masih
cukup baiknya permintaan domestik, terutama akibat
meningkatnya laju realisasi anggaran pemerintah
baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Namun,
belum disahkannya P-APBD 2015 Provinsi Sumatera
Utara dan kasus hukum yang menimpa beberapa
Pimpinan Daerah di Sumut menjadi faktor yang
berisiko menghambat optimalisasi realisasi belanja
Pemerintah Daerah.
Meski tidak sebaik pola di beberapa periode
sebelumnya, konsumsi swasta juga diperkirakan
cukup kuat seiring dengan seasonal event terkait
perayaan Natal dan tahun baru. Hal ini tercermin dari
Indeks Ekspektasi Konsumen dan Indeks Keyakinan
Konsumen yang mulai mengalami perbaikan pada
awal triwulan IV 2015 (Grafik 6.1). Pelaku usaha juga
menyatakan bahwa secara polanya akan terjadi
peningkatan permintaan biasanya terjadi pada akhir
tahun. Selain seasonal events, cukup kuatnya
konsumsi swasta pada periode mendatang juga akan
didorong oleh pelaksanaan pilkada serentak di
periode akhir tahun.
Grafik 6.1 Survei Konsumen
Seiring dengan masih terbatasnya perbaikan ekonomi,
kinerja investasi swasta diperkirakan masih stagnan. Pelaku
usaha cenderung wait and see terkait dengan kapasitas
utilisasi yang mengalami penurunan akibat melemahnya
permintaan dan menurunnya bahan baku29. Dari sisi
investasi bangunan, adanya kekhawatiran berlebih terkait
kepatuhan pajak yang diinisiasi pemerintah juga
menimbulkan keraguan tersendiri bagi pelaku usaha dalam
melakukan investasi.
Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan tidak sebaik
polanya meski mulai masuknya panen komoditas kelapa
sawit. Panen yang terjadi di tengah masih melimpahnya
pasokan di pasaran dikhawatirkan kembali menekan harga
komoditas pada periode mendatang. Selain itu, harga
produk substitusi yang mayoritas berbahan baku minyak
dunia juga kembali rendah sehingga menurunkan daya
saing produk unggulan, termasuk kelapa sawit.
Tabel 6.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan
Komoditas
Harga Triwulan
III 2015
(%, yoy)
Harga Triwulan IV
2015 (%, yoy)
Asumsi
Juli
Asumsi
Agustus
Kelapa Sawit -25,9 -11 -25
Karet -18,2 16 6
Kopi 5,0 -40 -38
Sumber: IMF, Edisi Juli dan Agustus
Dampak dari kembali rendahnya perkiraan harga
komoditas diharapkan dapat terkompensasi oleh
depresiasi nilai tukar. Stagnannya permintaan
diperkirakan masih berlanjut seiring dengan
terbatasnya geliat industri manufaktur negara mitra
dagang utama yang tercermin dari Purchasing
Manager Index (PMI) yang masih membaik terbatas.
Selain itu, adanya black campaign CPO di dataran
Eropa serta intensi pemerintah negara mitra dagang
utama untuk memproteksi industri dalam negeri
produk substitusi CPO seperti kedelai dan minyak
rapeseed juga turut menurunkan permintaan.
Peningkatan perdagangan domestik diharapkan
dapat menahan koreksi kinerja ekspor secara
agregat.
Aktivitas ekspor yang masih tertahan turut menekan
laju impor pada periode mendatang. Impor Sumatera
Utara yang memang didominasi oleh impor bahan
baku sangat bergantung pada kinerja Industri
Pengolahan yang secara polanya memang mengalami
Liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sumatera Utara
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI
45
penurunan pasca berlalunya puncak permintaan yang
biasanya terjadi pada triwulan III lalu.
Dari sisi lapangan usaha/kategori, kategori konstruksi
dan Perdagangan Besar dan Eceran (PBE) diharapkan
mampu menopang perekonomian pada triwulan
mendatang. Sementara itu, kinerja kategori pertanian
serta industri pengolahan diperkirakan stabil.
Meningkatnya realisasi investasi pada periode
mendatang sesuai dengan polanya diharapkan
mampu mendorong kinerja kategori konstruksi.
Namun, perbaikan realisasi investasi bangunan
diperkirakan hanya terjadi pada sektor pemerintah
sementara realisasi properti dari sektor swasta justru
masih tertahan. Kondisi ini dikhawatirkan dapat
berdampak pada tidak optimalnya peningkatan
kinerja kategori konstruksi pada periode triwulan
mendatang.
Adanya pola musiman seperti perayaan natal, libur
sekolah serta pelaksanaan pilkada serentak
memasuki akhir tahun 2015 diharapkan dapat
meningkatkan kinerja kategori Perdagangan Besar
dan Eceran. Hal ini tercermin dari membaiknya
persepsi pedagang terhadap kinerja penjualannya
pada 3 bulan yang akan datang30. Mulai meredanya
kabut asap serta erupsi Gunung Sinabung diharapkan
mendorong normalisasi kinerja kategori ini.
Grafik 6.2 Indeks Perkiraan Penjualan
Meski mulai memasuki fase panen raya kelapa sawit,
risiko eksternal yang cukup tinggi masih membayangi
kinerja kategori industri pengolahan. Perkiraan harga
komoditas serta permintaan seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya menjadi faktor dominan
stagnannya pertumbuhan industri pengolahan pada
periode mendatang.
Survey Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sumatera Utara
Telah terlewatinya puncak pola permintaan domestik
yang biasanya terjadi pada triwulan lalu juga
menyebabkan penurunan kinerja kategori industri
pengolahan. Selain itu, ekspektasi menurunnya
pasokan bahan baku terjadi seiring dengan alih
profesi petani perkebunan, pengurangan aktivitas
panen serta pengurangan penggunaan pupuk pada
periode tanam lalu menyebabkan tidak optimalnya
produktivitas tanaman pada periode mendatang. Hal
ini tentu menghambat aktivitas produksi yang
dituntut terus berjalan secara kontinu akibat sistem
pembelian yang terikat kontrak. Hambatan aktivitas
produksi juga terjadi akibat peningkatan biaya
produksi berupa kenaikan harga gas industri pada
Agustus 2015 lalu dari US$ 8,7/mmbtu menjadi
US$14,1/mmbtu.
Sementara itu, tertahannya kinerja subsektor
perkebunan maupun subsektor tanaman pangan
menjadi penyebab tertahannya kinerja kategori
pertanian. Telah masuknya masa tanam serta
masuknya periode musim penghujan menjadi faktor
risiko dalam produksi komoditas pangan.
Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera
Utara pada tahun 2015 masih mengalami
penyesuaian. Berlanjutnya koreksi harga komoditas,
lesunya volume perdagangan, serta kembali
terjadinya erupsi Gunung Sinabung menjadi faktor
utama tertahannya perekonomian pada tahun
berjalan. Perekonomian Sumatera Utara untuk
keseluruhan tahun 2015 diperkirakan sebesar 4,8%
(yoy) – 5,2% (yoy) dengan tendensi bias ke bawah.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi yang bias ke bawah
terutama didorong oleh belum adanya faktor
fundamental yang mampu mendorong
perekonomian di periode sisa tahun berjalan.
6.2 Prospek Inflasi
Tekanan inflasi pada triwulan mendatang
diperkirakan menurun, seiring dengan permintaan
yang tidak setinggi polanya. Berlanjutnya koreksi
harga komoditas unggulan diperkirakan menekan
daya beli masyarakat. Inflasi pada periode
mendatang atau keseluruhan tahun 2015
diperkirakan berada pada kisaran 3%-4% (yoy), jauh
lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu yang
mencapai 8,17% (yoy). Pencapaian ini ditunjang oleh
semakin solidnya koordinasi pengendalian inflasi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI
46
antara Bank Indonesia dengan Pemerintah melalui
Forum TPI/TPID.
Seiring dengan ditundanya kenaikan beberapa
komoditas yang diatur pemerintah seperti bahan
bakar minyak dan tarif listrik, tekanan inflasi
Administered Prices diperkirakan menurun. Koreksi
harga bahan bakar di pasar global diperkirakan masih
berlangsung hingga akhir tahun seiring dengan masih
berlimpahnya pasokan di pasaran. Di sisi produksi,
kembali normalnya aktivitas produksi Iran ditengah
masih tingginya produksi Amerika Serikat dan negara-
negara OPEC menekan harga minyak dunia. Selain
itu, peningkatan permintaan angkutan udara yang
terjadi pada akhir tahun diperkirakan tidak setinggi
polanya seiring dengan belum normalnya daya beli
masyarakat diperkirakan. Akibatnya, tekanan
kenaikan harga pada kelompok administered prices
diperkirakan akan minimal hingga akhir tahun 2015.
Penurunan tekanan inflasi juga diperkirakan terjadi
pada kelompok Volatile Foods seiring dengan lebih
rendahnya peningkatan permintaan meski kondisi
pasokan cenderung menurun. Namun, langkah
pengendalian inflasi terus dilakukan oleh TPID di
Sumatera Utara untuk mencegah kemungkinan
terjadinya peningkatan harga beberapa komoditas
pangan seperti daging ayam ras maupun tanaman
pangan.
Risiko kenaikan harga daging ayam ras akibat
kurangnya suplai disikapi dengan langkah prefentif
melalui monitoring ketersediaan yang ketat oleh TPID
setempat. Hal ini menyusul pengafkiran 2 juta ekor
bibit ayam (parent stock) pada akhir triwulan III 2015
lalu sebagaimana kesepakatan Gabungan Perusahaan
Pembibitan Unggas (GPPU) dan pemerintah beberapa
periode lalu.
Menurunnya pasokan akibat meningkatnya curah
hujan dan gangguan distribusi pada sejumlah
tanaman pangan juga menjadi risiko yang terus
dipantau. Meningkatnya curah hujan dikhawatirkan
dapat menurunkan produksi dan daya tahan serta
komoditas pangan, terutama Cabai Merah.
Sumber: BMKG Provinsi Sumatera Utara
Gambar 6.1 Perkiraan Sifat Curah Hujan Oktober 2015
Sumber: BMKG Provinsi Sumatera Utara
Gambar 6.2 Perkiraan Sifat Curah Hujan November 2015
Sumber: BMKG Provinsi Sumatera Utara
Gambar 6.3 Perkiraan Sifat Curah Hujan Desember 2015
Peningkatan harga beras yang terjadi pada periode
lalu telah ditanggapi Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) Provinsi Sumatera Utara dengan moral
suassion kepada pemilik kilang padi. Meskipun secara
polanya komoditas ini cenderung mengalami
peningkatan harga pada periode mendatang, namun
dengan adanya program ini, diharapkan tekanan
inflasi dari komoditas ini dapat tertahan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI
47
Sangat baiknya aktivitas panen pada periode lalu
diperkirakan akan mampu memenuhi kebutuhan
permintaan masyarakat ditengah resiko penurunan
suplai. Memadainya produksi tanaman pangan pada
periode lalu tidak lepas dari selesainya beberapa
program pemerintah untuk optimalisasi hasil panen,
seperti program irigasi, kesuburan tanah, dan
kegiatan tanam berteknologi tinggi. Selain itu, adanya
program atau himbauan pemerintah kepada
masyarakat seperti program tanam cabe kemarau,
himbauan untuk menanam komoditas tertentu
penyumbang inflasi serta penanaman bawang merah
di kawasan perkotaan mampu menambah
ketersediaan pasokan di pasaran.
Sementara itu, tekanan inflasi inti diperkirakan stabil
meski dibayangi risiko eksternal terkait nilai tukar.
Cenderung stabilnya inflasi inti juga tidak lepas dari
faktor permintaan yang memang diperkirakan tidak
setinggi polanya.
Langkah aktif juga terus dilakukan untuk menjaga
ekspektasi masyarakat agar inflasi berada pada level
yang stabil dan rendah. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi peningkatan ekspektasi baik pada
pedagang maupun konsumen yang berisiko dapat
meningkatkan tekanan inflasi diperiode mendatang.
Grafik 6.3 Pandangan Konsumen Terhadap Perubahan
Harga
Grafik 6.4 Pandangan Pedagang Terhadap Perubahan
Harga
6.3 Rekomendasi kepada Pemerintah Daerah
Pertumbuhan Ekonomi
Meskipun perekonomian triwulan IV 2015
diperkirakan pulih terbatas, masih terdapat faktor
risiko yang dapat menarik perekonomian Sumut
untuk kembali terkoreksi. Faktor risiko eksternal
masih menghantui tekanan perekonomian pada
periode mendatang. Dibutuhkan peran serta
Pemerintah Daerah untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi yang lebih sustainable. Beberapa langkah
dan rekomendasi yang dapat dilakukan diantaranya:
a. Percepatan persetujuan P-APBD 2015 untuk
menggenjot realisasi anggaran yang lebih optimal.
Realisasi dana pemerintah ini sangat penting
untuk memberikan stimulus perekonomian
karena memiliki multiplier effect yang cukup
tinggi bagi komponen lain dalam struktur PDRB.
b. Meningkatkan alokasi APBD bagi program
pemberdayaan petani yang dapat menunjang
pertumbuhan ekonomi. Beberapa program
tersebut diantaranya berupa sosialisasi efisiensi
produksi tanaman perkebunan, alokasi subsidi
pupuk rakyat sehingga aktivitas perkebunan
dapat kembali normal, atau bahkan penguatan
lembaga pertanian untuk meningkatkan akses
perbankan terkait permodalan.
c. Mendorong permintaan domestik melalui
aktivitas konsumsi melalui event pariwisata.
Pelaksanaan beberapa event yang sudah
direncanakan perlu dioptimalkan melalui media
pemasaran yang lebih massive dan terpusat.
d. Meningkatkan sosialisasi dan pelaksanaan
sertifikasi SDM dengan biaya dan lokasi
pelaksanaan yang terjangkau dalam menghadapi
Komunitas Ekonomi ASEAN.
e. Melakukan penyusunan kurikulum pendidikan
yang bersifat global dan disertai dengan sertifikasi
yang dibutuhkan terutama untuk sekolah
menengah kejuruan dalam mempersiapkan SDM
yang handal dan memiliki kompetensi tinggi.
f. Mempercepat pembentukan Tim Pemantauan
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara
dalam rangka mendorong perekonomian yang
lebih produktif melalui sinergi yang lebih baik
antar SKPD dan otoritas terkait dalam koridor
tugas pokok, fungsi dan wewenang masing-
masing instansi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI
48
g. Menciptakan persepsi positif terhadap iklim
investasi di Sumatera Utara kepada investor dan
masyarakat luas melalui publikasi perkembangan
kemajuan pembangunan infrastruktur melalui
media komunikasi yang lebih luas dan terpusat
dengan kredibilitas informasi yang lebih tinggi
(Regional Investor Relation Unit/RIRU).
h. Mendukung industri untuk mendobrak pasar
industri melalui produk berteknologi yang
dihasilkan secara efisien agar mampu bersaing di
pasaran.
Pengendalian Inflasi
Meskipun inflasi triwulan IV 2015 diperkirakan
menurun, namun masih perlu dilakukan beberapa
program sehingga volatilitas inflasi mendatang dapat
lebih terkendali. Beberapa langkah yang dapat
dilakukan diantarannya beberapa hal sebagai
berikut:
a. Mengoptimalkan pembangunan infrastruktur
untuk memperbaiki konektivitas dalam rangka
mendukung kelancaran distribusi barang. Hal
tersebut dapat dilakukan melalui kemudahan
perizinan, pengadaan lahan maupun penguatan
komunikasi dengan masyarakat. Hal ini juga
penting untuk meningkatkan perdagangan antar
wilayah.
b. Meningkatkan program pembentukan maupun
pengembangan kelompok tani maupun peternak
untuk mendorong peningkatan kualitas hasil
produksi pangan maupun peningkatan akses
pembiayaan perbankan.
c. Mendorong peningkatan kapasitas industri
pangan Sumut untuk meredam fluktuasi harga
pangan akibat aktivitas panen, baik dalam bentuk
kemudahan perizinan bagi investor maupun
peningkatan kapabilitas UMKM.
d. Meningkatkan pengawasan terhadap tata niaga
berbagai komoditas pangan strategis agar tercipta
kondisi persaingan usaha yang kondusif dan
menguntungkan konsumen.
e. Mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas
penyelenggaraan pasar murah agar lebih tepat
sasaran menyentuh masyarakat yang
berpenghasilan rendah terutama menjelang
perayaan hari besar keagamaan.
f. Melanjutkan program peningkatan produksi
maupun produktivitas tanaman pangan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
LAMPIRAN
49
LAMPIRAN
STRUKTUR APBD PEMERINTAH DAERAH DI SUMATERA UTARA
Miliar Rp % APBD Miliar Rp % APBD
1 Pendapatan 29.682 20.357 68,6% 32.536 23.213 71,3%
1.1 PAD 3.370 2.130 63,2% 4.013 2.531 63,1%
1.1.1 Pajak daerah 2.011 1.204 59,9% 2.265 1.359 60,0%
1.1.2 Retribusi daerah 766 406 53,0% 732 414 56,6%
1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan231 164 71,2% 214 178 83,1%
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 362 355 98,3% 802 580 72,3%
1.2 Transfer 23.382 17.289 73,9% 26.032 18.602 71,5%
1.2.1 DAPER 20.936 14.884 71,1% 22.379 15.963 71,3%
1.2.1.1 DBH 1.241 672 54,2% 1.376 1.307 94,9%
1.2.1.2 DAU 18.039 13.065 72,4% 19.008 13.211 69,5%
1.2.1.3 DAK 1.656 1.438 86,9% 1.995 1.445 72,4%
1.2.2 Otsus dan Penyesuaian 2.446 523 21,4% 3.652 2.639 72,2%
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 2.929 938 32,0% 2.492 2.080 83,5%
1.3.1 Transfer antar Pemda 2.887 17 0,6% 2.461 1.360 55,3%
1.3.2 Dana Darurat 0 0 0,0% 0 156
1.3.3 Hibah 43 6 13,1% 30 564 1850,6%
2 Belanja 30.539 14.576 47,7% 33.589 17.246 51,3%
2.1 Belanja Pegawai 16.597 9.248 55,7% 18.521 11.136 60,1%
2.2 Belanja Barang & Jasa 5.739 1.947 33,9% 6.412 2.893 45,1%
2.3 Belanja Modal 7.052 2.911 41,3% 6.797 1.968 29,0%
2.4 Belanja Bansos dan Hibah 524 224 42,7% 1.473 1.127 76,5%
2.5 Transfer 537 230 42,8% 311 106 34,0%
2.6 Belanja Lainnya1 89 17 18,7% 75 18 23,4%
Surplus/ Defisit -857 5.781 -1.053 5.9663 Pembiayaan Netto 866 687 1.060 1.264
3.1 Penerimaan, antara lain: 1.165 785 1.219 1.301
3.1.1 SiLPA TA sebelumnya 817 241 1.032 1.295
3.2 Pengeluaran, antara lain: 299 98 159 37
3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 107 0 85 24
SILPA 9 6.468 7 7.230
Keterangan
2014 2015
APBDRealisasi
APBDRealisasi
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara-diolah Keterangan: Pemerintah Daerah di Sumatera Utara adalah Gabungan 30 Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta Pemkab.Nias Barat, Pemkab.Nias Selatan dan Pemkot Gunung Sitoli tidak dimasukkan karena ketidaklengkapan data Pemerintah Daerah di Sumatera Utara adalah Gabungan 30 Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta Pemkab.Nias Barat, Pemkab.Nias Selatan dan Pemkot Gunung Sitoli tidak dimasukkan karena ketidaklengkapan data
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
LAMPIRAN
50
INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA
(dalam Triliun Rupiah)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
LAMPIRAN
51
INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA
(dalam Triliun Rupiah)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR ISTILAH
52
DAFTAR ISTILAH
Administered Price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya bahan bakar, penerangan, dan air serta transportasi ataupun harga barang/jasa yang dipengaruhi oleh ketentuan pemerintah misalnya tembakau dan minuman beralkohol. Base Effect Efek kenaikan/penurunannilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi. BEC Pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut. Barang Modal (Capital Goods) Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi, biasanya bernilai guna lebih dari 1 tahun. Bahan Baku (Raw Material) Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri. BI Rate Suku bunga referensi yang mencerminkan sikap atau arah kebijakan moneter yang ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulannya dan diumumkan kepada publik. BI-RTGS Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, merupakan proses penyelesaian akhir transaksi (settlement)
pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time
(electronically processed), di mana rekening peserta dapat didebit/ dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai
dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Ceteris paribus Semua variabel di luar sistem/model dianggap konstan. CPO (Crude Palm Oil) Minyak nabati yang dihasilkan oleh buah-buahan dari kelapa sawit. Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka (deposito). Disposable income Sejumlah uang yang dapat dapat dibelanjakan dan ditabung setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar daerah. Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah maupun valas. Terminologi FDR untuk bank syariah sementara LDR untuk bank konvensional. Harga Minyak WTI Harga minyak mentah dunia yang mengacu pada sebuah ukuran kualitas bernama West Texas Intermediate atau Texas light sweet.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR ISTILAH
53
Indeks Penjualan Barang Konstruksi Indeks yang merepresentasikan nilai penjualan dari barang-barang konstruksi. Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang dihasilkan oleh Survei Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian, baik saat ini maupun masa mendatang. Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu indeks pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan persepsi konsumen akan kondisi perekonomian pada saat ini. Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. Inflow Aliran masuk uang kartal ke Kantor Bank Indonesia. Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit Investasi Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang modal seperti pembangunan pabrik dan pembelian mesin. Kredit Modal Kerja Kredit jangka pendek atau menengah yang diberikan untuk pembiayaan/pembelian bahan baku produksi. Kredit Konsumsi Kredit bagi perorangan untuk pembiayaan barang-barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit Pemilikan Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), dan lain-lain seperti Kredit tanpa agunan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM memiliki prospek bisnis yang baik (feasible) tapi belum memiliki kemampuan mengembalikan (bankable). Dana KUR berasal dari bank pelaksana, namun dijamin sebagian besarnya oleh Pemerintah. Leading Indicators Indikator yang digunakan untuk memprediksi pergerakan atau titik balik dari suatu siklus bisnis. Liaison Suatu kegiatan pengumpulan data statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku usaha mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha. Loan to Value (LTV) Sebuah dasar atau metode yang digunakan untuk menentukan seberapa besar pinjaman yang dapat diberikan kepada debitur berdasarkan aset yang dijadikan jaminan. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) Persentase kredit/pembiayaan yang masuk dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit. Terminologi NPL untuk bank konvensional sementara NPF untuk bank syariah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR ISTILAH
54
NTP (Nilai Tukar Petani) Rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Outflow Aliran keluar uang kartal dari Kantor Bank Indonesia. Passthrough effect Efek dari perubahan kondisi ekonomi terhadap ongkos produksi yang pada akhirnya akan berdampak pada harga retail suatu produk. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja (yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Quarter on Quarter (qtq) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi triwulan tertentu terhadap posisi triwulan sebelumnya. PDRB Riil Produk Domestik Bruto Regional yang nilainya menggunakan harga konstan. Hal ini untuk menghilangkan pengaruh inflasi dalam mengukur pertumbuhan antar waktu. Seasonal event Kejadian yang terjadi secara musiman yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan cenderung terjadi berulang antar tahun. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp100 juta. SurveI Konsumen Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dilakukan secara bulanan untuk mengetahui persepsi atau tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian. Survei Penjualan Eceran Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk merefleksikan pergerakan dari penjualan eceran dan dilakukan secara bulanan. Uang Kartal Alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan dan dijamin oleh Bank Indonesia, baik berupa kertas maupun logam. Volatile Foods Komoditas yang termasuk kelompok bahan makanan, kecuali subkelompok ikan diawetkan dan bahan makanan lainnya, yang pergerakan naik turunnya harga cukup besar (volatile). Year on year (yoy) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi satu titik waktu (misal bulan atau triwulan) terhadap posisi satu titik waktu yang sama tahun sebelumnya. Pembandingan ini dilakukan untuk menghilangkan efek seasonal yang biasanya terjadi di titik waktu tertentu (misal bulan Ramadhan, tahun ajaran baru, dsb).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR ISTILAH
55
Editor
Departemen Regional 1
Divisi Asesmen dan Advisory: Budi Trisnanto
Kontributor
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara
Tim Asesmen dan Advisory: Demina R. Sitepu
Bambang Irwanto
Nur Fikriyah Dzakiyah
Ragil Misas Fuadi
Tim Data dan SEKDA: Fransiska Sihaloho
Elian Ciptono
Fadli Putra
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara
Tim Asesmen dan Advisory
Telp. 061-4150500
Fax. 061-4534760
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR ISTILAH
56