KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS...

64
KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ELEKTRODA PADA ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN ION KALSIUM SKRIPSI Ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik DELLA ARISTA FEBRIANA NIM.135061101111020 MAHARANI AUDINA AZMI NIM.135061101111015 JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS...

Page 1: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ELEKTRODA

PADA ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN ION

KALSIUM

SKRIPSI

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Teknik

DELLA ARISTA FEBRIANA

NIM.135061101111020

MAHARANI AUDINA AZMI

NIM.135061101111015

JURUSAN TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

ii

Page 3: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

IDENTITAS TIM PENGUJI

1. Dosen Penguji I

Nama : Ir. Bambang Ismuyanto, MS

NIP/NIK : 196005041986031003

Jenis Kelamin : Laki – laki

Golongan/ Pangkat : IV b/ Pembina Tk. 1

Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

Alamat Rumah : Jalan Cucak Rawun Raya 8B/ 20 Perum Sawojajar II

Malang 65141

Telp./ Faks. : (0341) 725210

Alamat e-mail : [email protected]

2. Dosen Penguji II

Nama : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, MS

NIP/NIK : 195205041980022001

Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan/ Pangkat : IV d/ Pembina Utama Madya

Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

Alamat Rumah : Jalan Terusan Dieng Nomor 55 Malang

Telp./ Faks. : (0341) 574948/ 08123301368

Alamat e-mail : [email protected]

3. Dosen Penguji III

Nama : Rama Oktavian, S.T, M.T

NIP/NIK : 198610212014041001

Jenis Kelamin : Laki – laki

Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1

Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

Alamat Rumah : Jalan Kapasari Pedukuhan 11 No. 46A Surabaya

Alamat e-mail : [email protected]

Page 4: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

ii

Page 5: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya
Page 6: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Della Arista Febriana, lahir di Sumenep pada tanggal 05 Februari 1996, merupakan

anak pertama dari Mulyadi dan Retno Utari, alumni SDN Kolor II Sumenep, SMP Negeri

1 Sumenep, SMA Negeri 1 Sumenep, lulus program sarjana Teknik Kimia Fakultas Teknik

Universitas Brawijaya 2017. Pengalaman kerja sebagai tenaga teknis pada penelitian

dengan judul “Evaluasi Air Limbah pada Instalasi Pengelolahan Air Limbah (IPAL)

Komunal” serta Hibah Penelitian Pemula (HPP) berjudul “Rekayasa Sekam Padi Menjadi

Pozzolan sebagai Bahan Semen Ramah Lingkungan dengan Perlakuan Termal”. Praktek

Kerja Lapang (PKL) di PT. Petrokimia Gresik Bagian Produksi ZA Unit Produksi Pabrik I

pada Juli 2016. Pengalaman berorganisasi sebagai staff Departemen Kesejahteraan

Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

(HMTK FT-UB) periode 2016/2017. Semifinalis di Plant Design Competition Indonesia

Chemical Engineering Challange 2016.

Malang,10 Agustus 2017

Penulis

Page 7: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Maharani Audina Azmi, lahir di Banyuwangi pada tanggal 4 Juni 1996, merupakan

anak pertama dari Nur Efendi dan Tri Yuniati, alumni SDN Cluring 4 Banyuwangi, SMP

Negeri 4 Kota Tangerang Selatanp, SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, lulus program

sarjana Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2017. Pengalaman kerja

sebagai asisten Kimia Analisis laboratorium Sains Kimia tahun 2017, tenaga teknis pada

penelitian dengan judul “Evaluasi Air Limbah pada Instalasi Pengelolahan Air Limbah

(IPAL) Komunal” serta Hibah Penelitian Pemula (HPP) berjudul “Rekayasa Sekam Padi

Menjadi Pozzolan sebagai Bahan Semen Ramah Lingkungan dengan Perlakuan Termal”.

Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Indolakto Factory Purwosari dalam departemen

Engineering pada Juli 2016. Pengalaman berorganisasi sebagai staff Departemen Advokasi

dan Kesejahteraan Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia Fakultas Teknik

Universitas Brawijaya (HMTK FT-UB) periode 2015/2016, serta staff Kesejahteraan

Mahasiswa HMTK FT-UB periode 2016/2017. Semifinalis di Plant Design Competition

Indonesia Chemical Engineering Challange 2016.

Malang,10 Agustus 2017

Penulis

Page 8: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

2

Qs. Alam Nasyrah: 5 – 6

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Maha benar Allah dengan segala firman-NYA. Alhamdulillah

segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan dalam

segala kesulitan bagi setiap hamba-NYA. Terimakasih kepada Ayah

dan Ibu tercinta atas segala dukungan dan doanya.

Kami bangga menjadi putri kalian.

Cogito, ergo sum – Aku berfikir maka aku ada

Opto, ergo sum – Aku memilih maka aku ada

Page 9: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

3

RINGKASAN

DELLA ARISTA FEBRIANA, MAHARANI AUDINA AZMI, Program Studi

Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Mei 2017, Kajian Besar

Tegangan Listrik dan Jenis Elektroda pada Elektrokoagulasi untuk Penyisihan Ion

Kalsium, Dosen Pembimbing: Bambang Ismuyanto dan Juliananda.

Elektrokoagulasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk penyisihan

polutan dalam air. Pada metode ini arus listrik dialirkan melalui elektroda sehingga pada

anoda akan terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda akan terjadi reaksi reduksi air serta

evolusi hidrogen. Anoda yang teroksidasi akan membentuk ion metal terlarut dalam air dan

membentuk metal hidroksida sebagai koagulan yang mampu menyisihkan polutan.

Elektrokoagulasi dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti jenis elektroda, tegangan,

pH awal, konsentrasi larutan, konduktivitas, temperatur, dan lain-lain. Kesadahan

merupakan parameter yang diukur dari jumlah ion kalsium dan magnesium, yang pada

konsentrasi tinggi akan menyebabkan timbulnya kerak pada peralatan pada pabrik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh besar tegangan dan jenis elektroda

dalam penyisihan ion Ca2+

pada air Sungai Brantas sintetik dengan proses elektrokoagulasi

sebagai salah satu upaya pemurnian utilitas air pabrik. Air sungai sintetik yang digunakan

berupa larutan CaCl2 dengan kondisi yang disesuaikan dengan air Sungai Brantas yaitu

pada pH 7-8 dan konsentrasi Ca2+

sebesar 200 ppm. Rangkaian elektrokoagualasi terdiri

atas power supply, kabel tembaga, penjepit elektroda, anoda dan katoda, serta larutan

elektrolit air sungai sintetik. Prosedur elektrokoagulasi dilakukan selama 120 menit dengan

variasi tegangan 20 V, 25 V, dan 30 V, serta jenis elektroda Al – Fe dan Al – C. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa semakin besar tegangan listrik yang digunakan maka

semakin besar penyisihan kesadahan ion Ca2+

. Penggunaan konfigurasi elektroda Al – C

memiliki penyisihan ion Ca2+

terbesar. Penyisihan terbesar terjadi pada tegangan 30 volt

untuk elektroda Al – C (74,54%) dan Al – Fe (71,45%). Pada tegangan 25 volt penyisihan

Ca2+

menggunakan Al – Fe (69,10%) lebih besar dibandingkan Al – C (34,78%) diduga

karena katoda ikut terlarut. Sedangkan pada tegangan 20 volt, penyisihan ion Ca2+

menggunakan elektroda Al – Fe tidak terjadi perubahan yang signifikan yaitu 2,49%.

Kata kunci: elektrokoagulasi, elektroda, tegangan, koagulan, ion Ca2+

Page 10: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

4

SUMMARY

DELLA ARISTA FEBRIANA, MAHARANI AUDINA AZMI, Chemical

Engineering Department, Faculty of Engineering, University of Brawijaya, May 2017,

Study of Potential and Electrode Materials on Electrocoagulation for Calcium Ion

Removal, Advisor: Bambang Ismuyanto and Juliananda.

Electrocoagulation is one of methods to reduce pollutants in water.

Electrocoagulation uses current channeled through electrodes so that on anode surface,

exidation occurs and on cathode surface, water reduction as well as hydrogen evolution

occur. Anode material will be oxidized into soluble metal ion which will form into metal

hydroxide as coagulant that can reduce water pollutant. Electrocoagulation is influenced

by parameters such as electrode materials, potential, initial pH, concentration,

conductivity, temperature and many more. Hardness is a parameter measured by the

amount of calcium and magnesium ions, which at high concentrations will form into crust

on equipments in chemical plants. This research was intended to know the effect of voltage

and electrode material in removal of Ca2+

ion in water by electrocoagulation process as

one of purification treatment of factory water utility. CaCl2 was used as the synthetic river

water which conditions were adapted to Sungai Brantas water at pH 7-8 and Ca2+

concentration of 200 ppm. The electrocoagulation system consisted of power supply,

copper cable, electrode clamps, anode and cathode, and synthetic river water electrolyte

solution. The electrocoagulation procedure was performed for 120 min with potential

variations of 20 V, 25 V, and 30 V, and Al – Fe and Al – C electrodes. This research

resulted that the higher potential applied, the higher the efficiency of Ca2+

hardness ion

removal. The use of Al – C configuration resulted in the highest Ca2+

ion removal

efficiency. The highest removal efficiencies was obtained when 30 V potential was used

for both use of Al – C electrode (74,54%) and Al – Fe (71,45%). At 25 Volt, the removal of

Ca2+

using Al – Fe (69.10%) was greater than Al – C (34.78%) thought to be due to

dissolved cathode. At 20 Volt, removal of Ca2+

ion using Al – Fe electrode did not change

significantly that is 2,49%.

Keywords: electrocoagulation, electrodes, voltage, coagulant, Ca2+

Page 11: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

i

PENGANTAR

Puji dan syukur kami selaku penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia, ridho,

serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan studi di Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Universitas Brawijaya. Skripsi dengan judul “KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK

DAN JENIS ELEKTRODA PADA ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN

ION KALSIUM” dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dorongan dari semua

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas

segala bimbingan dan bantuan kepada:

1. Ir. Bambang Poerwadi, MS., selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia

Universitas Brawijaya.

2. Ir. Bambang Ismuyanto, MS., selaku Dosen Pembimbing I mata kuliah

Skripsi Rekayasa Lingkungan di Program Studi Teknik Kimia Fakultas

Teknik Universitas Brawijaya yang telah membimbing dan membantu kami

dalam proses pelaksanaan skripsi.

3. Juliananda, ST., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II mata kuliah Skripsi

Rekayasa Lingkungan di Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Universitas Brawijaya yang telah membimbing dan membantu kami dalam

proses pelaksanaan skripsi.

4. AS. Dwi Saptati, ST., MT. selaku Koordinator Skripsi Program Studi Teknik

Kimia Universitas Brawijaya yang telah membimbing dan membantu kami

dalam proses pelaksanaan skripsi.

5. Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, MS., Rama Oktavian, ST., M. Sc., Wa

Ode Cakra Nirwana, ST., MT, Vivi Nurhadianty, ST., MT, dan Diah

Agustina Puspitasari, ST., MT selaku dosen program studi Teknik Kimia

Universitas Brawijaya atas bekal ilmu, wawasan serta pengalaman yang

diajarkan selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi.

Page 12: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

ii

6. Agustina Rahayu, A.Md., Evi Sulviani Nengseh,A.Md. dan Rifa Rahma, ST.,

selaku PLP Laboratorium Teknik Kimia yang telah membantu selama

penelitian skripsi.

7. Seluruh staf Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Brawijaya serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.

8. Orangtua penulis dan keluarga tercinta atas segala perhatian dan kasih sayang,

bantuan materi maupun non materi yang tak ternilai harganya dan doa-doa

yang senantiasa dipanjatkan sehingga penyusunan laporan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

9. Rekan Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia, asisten praktikum, penelitian,

kepanitiaan, serta seluruh Keluarga Besar Mahasiswa Teknik Kimia, yang

telah membantu dan memberi semangat kepada penulis.

10. Ajeng N, Antung D. P, Ari B. P, Bryan K, Eka E. R, Putri A. R, Marieta S. P,

Regina Y. S, Rizal P. K, dan Safira K, yang telah menjadi sahabat-sahabat

terdekat penulis selama berada di Teknik Kimia

11. Bening Bela Nurani dan Fitriana Apebruarin yang telah mendampingi kegiatan

kesehari-harian penulis selama belajar di Universitas Brawijaya.

12. Humaira Khoirunnisa yang telah menemani, menghibur, dan memberi

semangat pada penulis meski dalam jarak jauh.

Peulis mengharapkan saran dari semua pihak demi kebaikan penelitian ini. Demikian

laporan tugas akhir ini dibuat, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penulis

sendiri. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Malang, 10 Agustus 2017

Penulis

Page 13: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

iii

DAFTAR ISI

Halaman

PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vii

DAFTAR SIMBOL ............................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

1.3. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 3

1.4. Tujuan ............................................................................................................ 4

1.5. Manfaat .......................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5

2.1. Air Sungai Brantas ........................................................................................ 5

2.2. Kalsium .......................................................................................................... 6

2.3. Kesadahan ...................................................................................................... 6

2.3.1. Pengertian ............................................................................................ 6

2.3.2. Jenis Kesadahan ................................................................................... 7

2.3.3. Metode Penghilangan Kesadahan ........................................................ 7

2.4. Elektrokoagulasi ............................................................................................. 9

2.4.1. Mekanisme Elektrokoagulasi ............................................................. 11

2.4.2. Reaksi Elektrokoagulasi ..................................................................... 12

2.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Proses Elektrokoagulasi ....................... 14

2.5. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 18

Page 14: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

iv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 21

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................................. 21

3.2. Variabel Penelitian ....................................................................................... 21

3.2.1. Variabel Bebas ................................................................................... 21

3.2.2. Variabel Kontrol ................................................................................ 21

3.3. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................ 22

3.3.1. Alat Penelitian ................................................................................... 22

3.3.2. Bahan Penelitian ................................................................................ 22

3.4. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 23

3.4.1. Proses Pembuatan Air Sungai Sintetik (Konsentrasi Ca2+

200 ppm).. 23

3.4.2. Rangkaian Sistem Elektrokoagulasi .................................................. 23

3.4.3. Prosedur Elektrokoagulasi ................................................................. 24

3.4.4. Analisa Kesadahan ............................................................................ 25

3.4.4.1. Pembuatan larutan EDTA 0,01 M ............................................ 25

3.4.4.2. Pembuatan Larutan NaOH 1 N ................................................ 26

3.4.4.3. Pembuatan Larutan Standar CaCl2 1000 ppm .......................... 27

3.4.4.4. Titrasi Larutan Standar CaCl2 .................................................. 27

3.4.4.5. Titrasi Sampel .......................................................................... 28

3.4.5. Analisa Berat Elektroda ..................................................................... 29

3.4.6. Analisa Konduktivitas, pH, Suhu, dan Arus Listrik .......................... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 33

4.1. Pengaruh Tegangan Terhadap Penyisihan Ion Ca2+

....................................................... 34

4.2. Pengaruh Jenis Elektroda Terhadap Penyisihan Ion Ca2+

.......................................... 37

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 41

5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 41

5.2. Saran ............................................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 43

LAMPIRAN ............................................................................................................. 47

Page 15: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

v

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 2.1 Mutu air sungai Brantas 5

Tabel 2.2 Klasifikasi tingkat kesadahan 7

Tabel 2.3 Data penelitian terdahulu 18

Tabel 4.1 Data hasil penelitian penyisihan ion Ca2+

33

Tabel 4.2 Data perhitungan setelah proses elektrokoagulasi 34

Page 16: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

vi

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Mekanisme elektrokoagulasi 11

Gambar 2.2 Distribusi produk hidrolisis Al (koagulan) pada fungsi pH 15

Gambar 3.1 Diagram alir proses pembuatan air sungai sintetik 23

Gambar 3.2 Diagram alir proses pembuatan rangkaian sistem

elektrokoagulasi 24

Gambar 3.3 Rangkaian alat elektrokoagulasi 24

Gambar 3.4 Diagram alir proses elektrokoagulasi 25

Gambar 3.5 Diagram alir proses pembuatan larutan Na2EDTA 0,01 M 26

Gambar 3.6 Diagram alir pembuatan NaOH 1 N 26

Gambar 3.7 Diagram alir pembuatan larutan standar CaCl2 1000 ppm 27

Gambar 3.8 Diagram alir proses titrasi larutan standar CaCl2 28

Gambar 3.9 Diagram alir proses titrasi sampel 28

Gamnar 3.10 Diagram alir treatment elektroda 29

Gambar 3.11 Diagram alir analisa berat elektroda 30

Gambar 4.1 Pengaruh besar tegangan terhadap efisiensi penyisihan ion

Ca2+ pada konfigurasi elektroda (a) Al – C dan (b) Al - Fe 35

Gambar 4.2 Pengaruh konfigurasi elektroda (Al – C dan Al – Fe)

terhadap efisiensi penyisihan ion Ca2+

dengan besar tegangan

(a) 20 volt, (b) 25 volt, dan (c) 30 volt

38

Page 17: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran 1 Data dan Perhitungan 47

Lampiran 2 Dokumentasi 57

Lampiran 3 Riwayat Hidup 61

Page 18: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

viii

DAFTAR SIMBOL

Besaran Satuan dan Singkatan Simbol

Massa gram atau gr m

Waktu Menit t

Luas Permukaan centimeter kuadrat atau cm2 A

Konduktivitas mikro siements atau mS/cm K

Konsentrasi part per million atau ppm C

Volume mililiter atau mL V

Kuat Arus Ampere atau A I

Beda Potensial Volt atau V V

Berat gr M/cm2 W

Berat molekul gr/mol M

Jumlah elektron Z

Konstanta Faraday 96.485 C F

Page 19: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kalsium (Ca2+

) merupakan suatu logam alkali yang banyak ditemukan di bumi,

baik tanah maupun perairan. Ion kalsium memiliki peran besar dalam kehidupan

namun apabila dalam konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan beberapa masalah

lingkungan penyebab kesadahan. Kesadahan merupakan salah satu parameter kimia

yang dapat mengurangi kualitas air tanah diukur dari jumlah ion kalsium (Ca2+

) dan

magnesium (Mg2+

). Pada industri, angka kesadahan yang tinggi akan mengakibatkan

terbentuk endapan Ca2+

dan Mg2+

pada perpipaan dan peralatan, efisiensi peralatan

menurun, energi yang digunakan semakin meningkat, dan mengganggu jalan

keseluruhan proses produksi.

Utilitas dalam industri terdiri atas utilitas air, udara, energi, listrik dan steam.

Kegunaan air dalam proses industri sangat banyak yaitu sebagai utilitas pengolahan air

seperti air proses, air pendingin (cooling water), air umpan, dan air minum. Utilitas air

diperoleh dari berbagai sumber, baik sungai, laut, danau dan lain-lain.

Salah satu sungai yang melewati Kabupaten Malang adalah Sungai Brantas.

Sungai merupakan perairan yang berasal dari berbagai sumber air dan kegiatan

manusia. Hal ini mengakibatkan perubahan parameter fisika, kimia, dan biologi dalam

air Sungai Brantas, ditambah dengan kegiatan yang semakin berkembang di daerah

Sungai Brantas, seperti pemadatan pemukiman penduduk, kegiatan industri rumah

tangga, dan kegiatan pertanian. Menurut Yetti (2007), Sungai Brantas mempunyai pH

7 - 8, kandungan nitrit sebesar 3,79 mg/l, kandungan fosfat sebesar 0,5 mg/l, nilai

BOD sebesar 18,83 mg/l dan COD 39,59 mg/l. Selain itu, menurut Handayani (2001),

Sungai Brantas memiliki nilai kesadahan sebesar 222-253 mg/L. Kesadahan air Sungai

Brantas ditinjau dari ion Ca2+

sebesar 200 ppm sebagai CaCO3 (PT Petrokimia

Gresik). Perairan ini mengandung logam Ca yang cukup besar, sehingga diperlukan

teknologi pengolahan air yang efisien untuk memenuhi baku mutu nilai kesadahan air

yang akan digunakan untuk utilitas pengolahan air. Utilitas pengolahan air sebelum

masuk unit demineralisasi memiliki kesadahan total < 100 ppm. Kemudian air akan

Page 20: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

2

masuk ke unit demineralisasi hingga kesadahaannya mencapai 0 ppm.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghilangkan kesadahan yaitu

metode pemanasan, koagulasi (pengendapan kimia), ion exchange, dan

elektrokoagulasi. Proses pemanasan hanya mampu menghilangkan kesadahan

sementara yang disebabkan garam karbonat dan bikarbonat sedangkan kesadahan non

karbonat (tetap) tidak dapat dihilangkan (Said, 2001). Penggunaan metode koagulasi

membutuhkan bahan kimia tambahan yang nantinya akan dipisahkan dari air.

Sedangkan proses ion exchange biasanya digunakan untuk skala yang besar dengan

biaya yang cukup mahal dibandingkan elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi adalah

metode elektrokimia pada pengolahan air dengan proses terjadi pelepasan ion logam

dari anoda ke dalam larutan membentuk koagulan aktif, dan terjadi reaksi pelepasan

gas hidrogen pada katoda (Holt, 2005). Pada proses elektrokimia akan terjadi

pelepasan Al3+

dari anoda sehingga membentuk senyawa Aln(OH)3n berupa flok yang

mampu mengikat kontaminan, mineral, dan partikel-partikel dalam air. Flok yang

terkoagulasi akan mengendap di bagian dasar sehingga dapat dipisahkan dengan

mudah. Apabila dibandingkan dengan metode lain, proses elektrokoagulasi lebih

mudah, sederhana, dan ekonomis serta waktu reaksi yang relatif lebih singkat dengan

efisiensi yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan metode lain yang memerlukan

tambahan bahan kimia (Zhao, 2013).

Proses elektrokoagulasi dipengaruhi oleh jenis elektroda, tegangan pada

elektroda, pengadukan, dan pH. Pada saat tegangan dinaikkan maka jumlah partikel-

partikel ion dalam larutan akan semakin banyak terbentuk sehingga arus yang

mengalir dalam larutan semakin besar (Siringo-ringo, 2013). Pengaruh arus listrik

dalam elektrokoagulasi dijelaskan dalam hukum Faraday I yang menyatakan bahwa

massa zat yang timbul pada elektroda berbanding lurus dengan jumlah listrik yang

mengalir melalui larutan (Novita, 2013). Namun, pada kondisi tertentu kinerja

elektroda akan mengalami kejenuhan sehingga mengurangi efisiensi proses

elektrokoagulasi. Jenis elektroda yang digunakan dalam proses elektrokoagulasi juga

menghasilkan efisiensi yang berbeda terhadap penyisihan ion Ca2+

. Jenis limbah yang

berbeda akan menghasilkan efisiensi yang berbeda dengan elektroda yang berbeda.

Hal ini tergantung pada koagulan yang terbentuk dan kandungan logam yang akan

dihilangkan selama proses elektrokoagulasi. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian

mengenai efisiensi penyisihan ion Ca2+

dengan adanya variasi besar tegangan listrik

dan jenis elektroda untuk menurunkan kesadahan air. Aluminium dan besi merupakan

Page 21: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

3

elektroda sacrificial yang telah berhasil dan efektif dalam penghilangan kesadahan (Lu

et al, 2016).

Pada penelitian sebelumnya, Jack Lin, Graeme J. Millar dkk (2014)

menggunakan perbandingan elektroda aluminium dan besi dalam proses

elektrokoagulasi air sebagai pretreatment kesadahan sebelum masuk ke membran

reverse osmosis (RO) untuk mencegah terjadinya scalling ataupun fouling. Pada

penelitian tersebut, proses elektrokoagulasi menggunakan elektroda aluminium

mampu menghilangkan kalsium pada air hingga 100% dan magnesium 87% pada

kondisi operasi tegangan 37,9 V dengan jarak antar elektroda 3 mm. Shan Zhao,

Guohe Huang, dkk (2013) menggunakan elektroda besi dan grafit dengan konsentrasi

kesadahan awal 300 ppm dan kondisi pH 7-8, penyisihan kesadahan mencapai 85,81%

dengan pH awal sebesar 7,36, current density 5,90 mA/cm2

dan waktu reaksi selama

30,94 menit. Sanfan dan Qinlai (2013) mampu menghilangkan kesadahan hingga 80%

dengan elektroda aluminium dan besi monopolar pada tegangan 23 V, jarak antar

elektroda 1 cm dan densitas listrik 30 mA/cm2 (Pooja, 2017).

Penelitian ini menggunakan proses elektrokoagulasi untuk mengurangi

kesadahan Ca2+

dalam air dengan variabel tegangan listrik dan jenis elektroda dalam

penyisihan ion Ca2+

dalam metode elektrokoagulasi. Proses elektrokoagulasi dilakukan

dengan variasi tegangan listrik sebesar 20 V, 25 V dan 30 V dan jenis elektroda yaitu

Al – C dan Al – Fe selama 120 menit untuk mengkaji lebih lanjut terhadap penyisihan

kesadahan ion Ca2+

.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh besar tegangan listrik terhadap penyisihan kesadahan ion Ca2+

pada air dalam proses elektrokoagulasi?

2. Bagaimana pengaruh jenis elektroda terhadap penyisihan kesadahan ion Ca2+

pada

air dalam proses elektrokoagulasi?

1.3. Pembatasan Masalah

Masalah yang telah dirumuskan dibatasi sebagai berikut:

1. Kesadahan pada air akan disisihkan menggunakan proses elektrokoagulasi dengan

mengacu pada penyisihan ion Ca2+

.

Page 22: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

4

2. Sistem elektrokoagulasi menggunakan sistem batch selama 120 menit dengan

interval waktu 20 menit pada kondisi atmosferik dan temperatur ruang.

3. Sampel elektrokoagulasi yang digunakan adalah larutan CaCl2 dengan mengikuti

karakteristik kesadahan akibat ion Ca2+

pada air Sungai Brantas sebesar 200 ppm.

4. Analisa kesadahan ion Ca2+

pada sampel yang diteliti menggunakan metode tritrasi

Ethylenediaminetetraacetic Acid (EDTA).

1.4. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tegangan listrik

dan jenis elektroda terhadap efisiensi kinerja elektrokoagulasi dalam mereduksi

kesadahan air sungai sintetik yang mengandung ion Ca2+

dan menganalisis kinerja

pemakaian elektroda Al – Grafit dan Al – Besi pada proses elektrokoagulasi selama

waktu konstan proses elektrokoagulasi dengan adanya variasi tegangan listrik.

1.5. Manfaat

Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan konstribusi terhadap ilmu

pengetahuan tentang proses elektrokoagulasi untuk mengurangi kesadahan air. Selain

itu, adanya variasi tegangan listrik dan jenis elektroda yang digunakan berfungsi untuk

mengetahui kondisi operasi yang efisien pada proses elektrokoagulasi ion Ca2+

.

Page 23: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Sungai Brantas

Sungai Brantas adalah sungai terpanjang di Jawa Timur yang dari lereng

Gunung Arjuna dan Anjasmara bermuara di selat Madura. Sungai dengan panjang

±320 km ini dikelilingi oleh area padat penduduk, dengan jumlah penduduk sebesar ±

14 juta penduduk. Air Sungai Brantas digunakan oleh masyarakat untuk berbagai

kegiatan seperti kebutuhan rumah tangga, keperluan pertanian dan peternakan,

industry, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain (Handayani, 2001).

Sungai adalah perairan yang sumber airnya dapat berasal dari berbagai tempat

dan kegiatan. Buangan berbagai kegiatan manusia di sekitar sungai dapat

mempengaruhi kualitas air sungai dan merubah parameter fisika, kimia, dan biologi.

Air buangan masyarakat ke dalam Sungai Brantas dapat berupa limbah rumah tangga,

limbah industri, buangan saluran irigasi dan drainasi. (Handayani, 2001).

Keberadaan Sungai Brantas diakui sangat vital oleh masyarakat karena

merupakan pemasok bahan baku air terbesar untuk PDAM Kota Surabaya dan Malang.

Sungai Brantas merupakan salah satu sungai di Indonesia dengan tingkat pencemaran

tinggi, baik Sungai Brantas yang melewati Kota Surabaya maupun yang melewati Kota

Malang. Menerut Yetti (2007), mutu air Sungai Brantas ditunjukkan pada tabel 2.1.

Selain itu menurut Sanita (2001), sungai brantas memiliki nilai kesadahan sebesar 222-

253 mg/l.

Tabel 2. 1 Mutu Air Sungai Brantas (Yetti, 2007)

Parameter Nilai

pH 7,8

Nitrit 3,79 mg/L

Fosfat 0,5 mg/L

BOD 18,83 mg/L

COD 39,59 mg/L

Page 24: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

6

2.2 Kalsium

Kalsium dinyatakan dengan rumus kimia Ca dengan berat molekul sebesar

40,80 g/mol. Kalsium merupakan logam alkali tanah berbentuk padatan dengan

kerapatan sebesar 1,54 g/cm3. Kalsium bersifat logam karena cenderung melepaskan

elektron (pendonor elektron) dan disebut logam alkali karena oksidanya bersifat basa.

Unsur ini dapat menyebabkan iritasi ringan jika terkena kulit dan iritasi pernafasan jika

dihirup. Pada umumnya kalsium juga disebut sebagai kapur (Sciencelab, 2013).

Kalsium dalam air berasal dari mineral batu kapur, dolomit, dan sebagainya

yang terlarut dan terbawa oleh air hujan. Kalsium dalam air memiliki konsentrasi yang

beragam hingga beberapa ratus mg/l sesuai dengan asal air tersebut. Kalsium dalam

konsentrasi tinggi akan menyebabkan kerak kapur. Pembentukan kerak kapur pada

peralatan industri sangat dihindari karena mampu mempengaruhi energi yang

digunakan. Kerak kapur akan memperlambat proses perpindahan panas sehingga energi

yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi tertentu membutuhkan energi yang lebih

besar dibandingkan jika tanpa ada kerak kapur pada peralatan.

2.3 Kesadahan

2.3.1 Pengertian

Kesadahan biasa diartikan sebagai kandungan mineral yang umumnya adalah

garam yang mengandung ion kalsium (Ca2+

) dan magnesium (Mg2+

). Tanah

mengandung berbagai macam material, salah satunya adalah batuan kapur. Jika ada

kontak antara air tanah dengan batuan kapur ini, maka air tanah menjadi air sadah.

Selain itu adanya kontak antara air dengan tanah liat dan endapan yang mengandung

kalsium sulfat juga akan meningkatkan angka kesadahan dalam air. Karakteristik

tanah di setiap wilayah berbeda-beda, oleh karena itu tingkat kesadahan air juga

beragam di berbagai tempat. Air dengan kandungan kadar mineral kalsium dan

magnesium yang tinggi disebut dengan air sadah, sedangkan air dengan kandungan

mineral kalsium dan magnesium rendah disebut dengan air lunak. Salah satu metode

untuk mengetahui air sadah yaitu dengan penggunaan sabun. Penggunaan air sadah

dengan sabun tidak akan menghasilkan busa yang banyak, dan sebaliknya. Kesadahan

air biasa dinyatakan dengan konsentrasi berat per volume (w/v) atau ppm kalsium

atau magnesium. Air sadah tetap memiliki ciri yaitu tidak bisa diendapkan atau tidak

bisa menghasilkan sabun setelah dilakukan pemanasan. (Marsidi, 2001).

Page 25: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

7

Bagi tubuh, air sadah tidak memiliki tingkat bahaya tinggi, namun

penggunaan air sadah pada peralatan rumah tangga atau pabrik, air sadah dapat

menimbulkan masalah seperti pengendapan kalsium atau magnesium dalam perpipaan.

Pada industri, air umpan boiler tidak boleh mengandung kesadahan untuk menghindari

adanya pengendapan kalsium dan magnesium pada perpipaan dan dinding heat

exchanger, serta untuk menghindari penghambatan proses pemanasan (Marsidi, 2001).

Berikut merupakan klasifikasi tingkat kesadahan pada air.

Tabel 2. 2 Klasifikasi tingkat kesadahan (Bashkin, 1999)

mg/L CaCO3 Tingkat Kesadahan

< 50 Lunak

50 – 100 Lunak sedang

100 – 150 Sedikit keras

150 – 200 Sedang

200 – 300 Keras

> 300 Sangat keras

2.3.2 Jenis Kesadahan

Kesadahan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis berdasarkan anion yang

berikatan dengan kation, yaitu kesadahan tetap dan kesadahan sementara. Kesadahan

sementara dicirikan memiliki kandungan ion karbonat, contohnya pada senyawa

kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2).

Sedangkan kesadahan tetap dicirikan memiliki kandungan ion selain ion karbonat.

Ion-ion seperti SO42-, Cl-, dan NO

3- merupakan contoh ion yang mengakibatkan

kesadahan tetap. Ion tersebut dapat membentuk senyawa berupa magnesium sulfat

(MgSO4), kalsium sulfat (CaSO4), kalsium klorida (CaCl2), magnesium klorida

(MgCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), dan magnesium nitrat (Mg(NO3)2) (Sulistyani,

2012).

2.3.3 Metode Penghilangan Kesadahan

2.3.3.1. Pendidihan

Cara pemanasan air sadah hanya akan menghilangkan kesadahan

sementara. Dalam proses pemanasan, ion bikarbonat akan dipecah menjadi

karbonat, air dan karbon dioksida seperti pada persamaan reaksi berikut:

Page 26: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

8

Ca(HCO3)2 → CaCO3 + H2O + CO2

Persamaan untuk magnesium bikarbonat adalah serupa (Siregar, 2010).

2.3.3.2. Penambahan Kapur Mati

Penggunaan kapur mati (kalsium hidroksida) juga hanya

menghilangkan kesadahan sementara. Kapur harus ditambahkan pada jumlah

yang telah diperhitungkan sehingga kapur tersebut hanya cukup untuk

menetralkan bikarbonat (Siregar, 2010).

Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 →2CaCO + 2H2O

2.3.3.3. Penambahan Soda Pencuci

Soda pencuci atau natrium karbonat dapat digunakan untuk

menghilangkan baik kesadahan tetap maupun kesadahan sementara. Natrium

bikarbonat akan bereaksi dengan ion kalsium dan magnesium membentuk

garam natrium (Siregar, 2010). Berikut adalah reaksi pada air sadah yang

mengandung ion kalsium:

CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 + Na2SO4

2.3.3.4. Proses Pertukaran Ion

Proses ini dapat digunakan untuk menghilangkan baik kesadahan

tetap maupun kesadahan sementara. Air yang melewati ion exchanger akan

mengalami pertukaran ion antara ion kalsium dan magnesium dengan ion

natrium yang terdapat dalam resin. Resin yang digunakan dapat berupa resin

alami dan buatan.Resin dapat diregenerasi dengan menambahkan senyawa

garam yang mengandung ion natrium untuk menggantikan ion natrium yang

terikat pada ion kesadahan (Siregar, 2010).

2.3.3.5. Elektrokoagulasi

Elektrokoagulasi adalah proses koagulasi dengan menggunakan

prinsip elektrokimia. Pada elektrokoagulasi digunakan arus listrik dan

elektroda logam. Elektroda bersifat sebagai elektroda sacrificial yang artinya

sejumlah ion logam elektroda akan terlepas dan terjadi reaksi antara ion

logam dengan senyawa elektrolit yang digunakan, untuk membentuk flok

yang dapat mengikat kontaminan dan kemudian mengendap (Masita, 2013).

Page 27: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

9

2.4 Elektrokoagulasi

Elektrokoagulasi merupakan metode elektrokimia untuk menghilangkan

polutan pada air dimana anoda akan menjadi eletroda sacrificial dengan melepaskan

ion logam (mengalami oksidasi) ke dalam larutan. Selain itu, biasanya disertai dengan

reaksi elektrolisis dengan terbentuknya gelembung gas hidrogen pada katoda (Holt,

2005).

Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan antara proses elektrokimia dan

koagulasi. Fundamental elektrokimia yaitu dengan adanya larutan elektrolit untuk

mengalirkan listrik dengan adanya elektoda yang dialirkan dengan arus listrik. Pada

reaksinya terjadi reaksi redoks (reduksi-oksidasi) membentuk koagulan dengan adanya

transfer elektron antar elektroda dan molekul polutan dalam larutan elektrolit

(Pletcher, 1993:1). Sementara koagulasi merupakan proses destabilisasi suspensi atau

larutan yang mempengaruhi stabilitas partikel pada keadaan bebas dalam disperse.

Pada proses destabilisasi akan terbentuk flok akibat bergabungnya partikel ionik

berlawanan yang nantinya akan semakin besar dan mengendap akibat adanya gaya

gravitasi pada dasar tangki, flok yang terbentuk dalam keadaan stabil (Bratby, 1980:

21-22).

Proses utama elektrokoagulasi terdiri dari empat langkah yaitu 1) reaksi

elektrokimia pada permukaan elektroda; 2) pembentukan koagulan dalam fase

aqueous; 3) proses koagulasi polutan terlarut atau koloid pada koagulan, dan 4)

sedimentasi atau flotasi agregat. Dalam proses EC, campuran air – kontaminan dalam

tangki dibagi menjadi air yang telah diolah, flotasi agregat pada lapisan atas, dan

sedimen kaya mineral (Zhao, 2013:455). Proses elektrokoagulasi mempunyai

kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan dengan metode lain. Menurut Mollah

(2001), pertimbangan penentuan penggunaan metode elektrokoagulasi dapat dilihat

dari kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan elektrokoagulasi adalah sebagai berikut.

1. Teknologi elektrokoagulasi membutuhkan peralatan yang sederhana dan

mudah untuk dioperasikan dengan operasional yang mudah mengatasi masalah

saat running.

2. Air limbah hasil olahan elektrokoagulasi akan menjadi jernih (tidak berwarna)

dan tidak berbau.

Page 28: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

10

3. Sludge hasil proses elektrokoagulasi dalam bentuk yang stabil dan dapat

dilarutkan kembali karena mengadung oksida metal/ hidroksida.

4. Flok hasil elektrokoagulasi yang dibentuk sama dengan flok hasil koagulasi

menggunakan bahan kimia, namun berukuran lebih besar, memiliki sedikit

kandungan air, tahan terhadap asam dan mudah dipisahkan menggunakan

proses filtrasi.

5. Air hasil elektrokoagulasi memiliki kandungan TDS yang lebih rendah

dibandingkan dengan menggunakan bahan kimia.

6. Proses elektrokoagulasi memiliki keuntungan dalam menghilangkan partikel –

partikel koloid karena adanya aliran atau medan listrik yang mampu

menggerakkan partikel dengan cepat sehingga mempermudah proses koagulasi.

7. Proses elektrokoagulasi yang tidak menggunakan bahan kimia sehingga tidak

membutuhkan netralisasi sisa bahan kimia dan tidak memungkinkan

terbentuknya polutan sekunder karena adanya penambahan senyawa kimia

pada konsentrasi tinggi dalam proses koagulasi.

8. Gelembung – gelembung gas yang dibentuk selama elektrolisis akan membawa

polutan naik ke permukaan atas larutan (flotasi) sehingga mudah

terkonsentrasi, terkumpul, dan dihilangkan.

9. Proses elektrolitik dalam elektrokoagulasi dikontrol secara elektrikal tanpa ada

bagian yang bergerak sehingga perawatan (maintenance) yang dibutuhkan

rendah.

10. Teknologi elektrokoagulasi dapat dilakukan di daerah yang kekurangan listrik

karena cukup menggunakan panel surya dalam proses pengaplikasiannya.

Selain kelebihan yang telah disebutkan, teknologi elektrokoagulasi juga memiliki

kekurangan diantaranya yaitu

1. Adanya elektroda yang dikorbankan (sacrificial electrodes) yang larut dalam

larutan karena teroksidasi sehingga harus diganti secara berkala.

2. Penggunaan listrik yang mahal pada daerah tertentu.

3. Pembentukan film oksida impermeable pada katoda selama proses sehingga

mampu mengurangi efisiensi kerja elektrokoagulasi.

4. Dibutuhkan konduktivitas yang tinggi untuk memisahkan suspensi larutan.

5. Pada beberapa kasus digunakan hidroksida gelatin untuk menjaga solubilitas.

Page 29: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

11

2.4.1 Mekanisme Elektrokoagulasi

Reaktor elektrokoagulasi yang digunakan berupa sel elektrokimia yang

terdiri dari kutub anoda dan katoda. Kutub anoda berfungsi sebagai electrode

sarcrificed dengan melepaskan ion logam aktif. Pada katoda terjadi reaksi elektrolisis

menghasilkan gelembung gas hidrogen. Mekanisme elektrokoagulasi juga

dipengaruhi oleh karakteristik fisika dan kimia polutan yang akan di

elektrokoagulasi. Polutan yang terdiri dari senyawa logam ionik akan terpersipitasi

membentuk logamnya sedangkan padatan tersuspensi bermuatan akan terabsorbsi

oleh koagulan dengan muatan yang berlawanan. Koagulan dan produk elektrolisis

yang dihasilkan akan berinteraksi satu sama lain dengan polutan atau ion lain yang

ada dalam larutan polutan. Mekanisme elektrokoagulasi dapat dilihat gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Mekanisme elektrokoagulasi (Marshita, 2014)

Menurut Malakootian (2009) pada proses elektrokoagulasi memiliki tiga

tahapan utama yaitu sebagai berikut.

1. Pembentukan koagulan selama proses oksidasi yang terjadi pada anoda.

2. Destabilisasi polutan, senyawa tersuspensi dan pemecahan emulsi.

3. Kombinasi atau penggabungan partikel kecil yang tidak stabil membentuk flok.

Mekanisme destabilisasi pada proses elektrokoagulasi berupa kompresi lapisan

ganda (double-layer), adsorbsi dan netralisasi ion, terperangkapnya partikel dalam

endapan dan bergabungnya antar partikel. Proses destabilisasi kontaminan, partikel

tersuspensi, dan pemecahan emulsi secara terperinci dapat dijelaskan dalam Mollah

(2001) sebagai berikut :

Page 30: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

12

1. Kompresi difusi lapisan ganda (double-layer) di sekitar partikel bermuatan

karena adanya interaksi ion yang terbentuk dengan larutnya elektroda yang

dikorbankan (sacrificial electrode) selama proses elektrokoagulasi.

2. Netralisasi ion polutan dengan ion berlawanan hasil oksidasi elektroda.

Netralisasi ion yang saling berlawanan ini akan mengurangi tolakan elektrostatik

antar partikel sehingga gaya tarik van der Waals mendominasi yang

menyebabkan terjadinya koagulasi.

3. Pembentukan flok, flok dibentuk sebagai hasil dari koagulasi membentuk sludge

blanket yang mampu menjebak dan menggabungkan partikel koloid yang belum

kompleks (presipitasi).

Mekanisme elektrokoagulasi secara garis besar dipengaruhi oleh sifat kimia

dari larutan terutama konduktifitasnya. Sebagai tambahan yaitu karakteristik lain

seperti pH, ukuran partikel, dan konsentrasi kandungan kimia. Ada proses pemisahan

utama dalam proses elektrokoagulasi yaitu melalui flotasi dan settling atau

pengendapan. Secara keseluruhan berupa pengendapan sedangkan flotasi terjadi

karena terbentuknya gelembung-gelembung gas hidrogen yang mengangkat polutan

dalam air limbah ke permukaan. Pembentukan gas tersebut sering dipandang sebagai

komplikasi operasional yang biasanya diabaikan. Pemisahan secara flotasi dan

pengendapan yang condong berpengaruh akan dipengaruhi oleh kerapatan arus listrik

yang digunakan pada proses elektrokoagulasi (Holt, 2005).

2.4.2 Reaksi Elektrokoagulasi

Prinsip dasar dari reaksi elektrokoagulasi adalah reaksi elektrolisis dimana

listrik mampu memungkinkan terjadi reaksi kimia antar elektroda (tidak spontan).

Pada reaksi elektrolisis terjadi reaksi redoks (reduksi-oksidasi) antar elektroda. Pada

anoda terjadi reaksi oksidasi yaitu memiliki sifat dengan kecenderungan kehilangan

elektron sedangkan katoda terjadi reaksi reduksi yang cenderung untuk menarik

elektron. Pada reaksi redoks terjadi transfer elektron antar elektroda. Transfer

elektron terjadi karena adanya beda potensial antar elektroda. Suatu reaksi redoks

dapat terjadi secara spontan apabila energi bebas (gibs) bernilai negatif dan beda

potensial sel bernilai positif.

Anoda yang sering digunakan pada proses elektrokoagulasi adalah

aluminium. Pada reaksi elektrokoagulasi, anoda akan larut membentuk ion logam

Page 31: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

13

dan bereaksi dengan OH- membentuk koagulan aktif. Selain itu, juga terjadi reaksi

pembentukan oksigen pada anoda (Mollah, 2001:37).

Al(s) Al (aq) 3+

+ 3e-

E0

A = 1,66 V

(1)

2H2O 4H+

(g) + O2(g) + 4e- E

0A =

_ 1,23 V (2)

Pada reaksi katoda, pelarut air akan mengalami reduksi membentuk gas

hydrogen (H2) berupa gelembung – gelembung dalam larutan pada proses

elektrokoagulasi.

2H2O + 2e- H2 (g) + 2OH

- E

0C =

_ 0,83 V (3)

Apabila larutan mengandung ion-ion logam lain, maka ion logam tersebut akan

direduksi menjadi bentuk logamnya (Marshita, 2014).

L (aq) n+

+ ne- L(s) (4)

Pada larutan terjadi reaksi pembentukan koagulan aktif yang kemudian akan

berikatan dengan polutan yang akan dihilangkan seperti ion kalsium dengan reaksi

sebagai berikut.

Al3+

(aq) + 3H2O Al(OH)3 + 3H+ (aq) (5)

nAl(OH)3 Aln(OH)3n (6)

Berdasarkan pH pada medium larutan yang digunakan, ion seperti Al(OH)2+

,

Al2(OH)24+

dan Al(OH)4- ada dalam sistem elektrokoagulasi. Ion Ca

2+ akan

terkoagulasi dengan reaksi seperti berikut (Kabdasli, 2012).

mAl3+

+ nCa2+

+ (3m + 2n)H2O ↔ AlmCan(OH)3m+2n + (3m + 2n)H+

(7)

Pada proses elektrokoagulasi, anoda akan terlarut membentuk ion logam

sebagai elektroda yang dikorbankan (sacrificial electrode) sehingga massa anoda

berkurang, sedangkan pada katoda terbentuk film oksida (pasivasi) yang

menyebabkan massa katoda bertambah. Namun, pada beberapa penelitian dapat

dilihat bahwa katoda juga dapat terlarut. Pelarutan pada katoda terjadi apabila logam

yang digunakan sebagai katoda berupa logam pereduksi kuat seperti aluminium dan

besi. Penelitian yang dilakukan oleh Picard (2000) dengan menggunakan elektroda

aluminium dapat dilihat bahwa aluminium sebagai katoda dapat terlarut akibat ion

hidroksil dengan reaksi sebagai berikut.

2Al + 6H2O + 2OH- ↔ 2Al(OH)4

- + 3H2 (8)

Reaksi ini terjadi akibat adanya chemical attack oleh ion hidroksil yang terbentuk

selama reduksi air (pembentukan hidrogen) pada katoda. Semakin banyak H2 yang

terbentuk maka semakin banyak OH- dan semakin banyak massa katoda yang

Page 32: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

14

terlarut. Reaksi (1) hingga (7) merupakan reaksi elektrokoagulasi dengan

menggunakan anoda aluminium dan katoda inert. Potensial dari reaksi yang terjadi

tergantung pada bahan elektroda dan kondisi larutan.

2.4.3 Faktor yang mempengaruhi proses elektrokoagulasi

Ada beberapa komponen dalam proses elektrokoagulasi diantaranya

elektroda, polutan, dan potensial listrik. Penggunaan elektroda, keadaan polutan,

serta arus listrik mampu mempengaruhi proses elektrokoagulasi. Parameter yang

harus diperhatikan untuk mencapai efisiensi yang tinggi dalam proses

elektrokoagulasi adalah sebagai berikut:

1. Tegangan listrik

Pada proses elektrokoagulasi arus listrik searah mengalir melalui larutan dan

elektroda. Arus listrik mendorong sejumlah reaksi kimia tergantung pada jenis dan

sifat elektroda dan media larutan. Menurut Michael Faraday (1834) lewatnya arus 1

F mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda (anoda)

dan reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain (katoda), sesuai

dengan persamaan berikut ini:

w = I x t x M (9)

Z x F

di mana w adalah berat logam yang larut (gr M/cm2

), I adalah intensitas arus (A), t

adalah waktu (s), M adalah berat molekul logam (gr/mol), Z adalah jumlah elektron

dalam reaksi oksidasi/reduksi, dan F adalah konstanta Faraday (96.485 C). Semakin

meningkat arus listrik yang digunakan dalam proses elektrokoagulasi, efisiensi

penghilangan kesadahan akan meningkat. Pada tegangan listrik yang besar, ukuran

dan laju pembentukan flok akan semakin meningkat mempengaruhi efisiensi dalam

proses. Meningkatnya tegangan listrik akan meningkatkan jumlah logam (aluminium

atau besi) yang teroksidasi dan flok hidroksida yang terbentuk sehingga efektif dalam

mnghilangkan kesadahan dalam air (Malakootian, 2009:134).

2. Jenis Elektroda

Jenis elektroda mempengaruhi reaksi elektrokimia dalam sistem

elektrokoagulasi. Pemilihan jenis elektroda dilakukan berdasarkan polutan yang akan

disisihkan. Secara umum, aluminium lebih diunggulkan dibandingkan dengan besi

pada kebanyakan kasus apabila dilihat dari efisiensi penyisihan yang dihasilkan.

Page 33: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

15

Elektroda inert seperti logam oksida berlapis titanium digunakan sebagai katoda.

Apabila pada larutan terdapat ion kalsium dan magnesium dalam jumlah yang

signifikan elektroda inert sangat direkomendasikan. Selain itu, ada penelitian lebih

lanjut mengenai penggunaan kombinasi elektroda aluminium dan besi. Aluminium

sering digunakan dalam proses penghilangan warna polutan, sedangkan besi lebih

efektif dibandingkan dengan aluminium dalam mereduksi COD dan fenol limbah

industri. Kombinasi aluminium dan besi merupakan kombinasi yang sering

digunakan dalam proses elektrokoagulasi karena memiliki efisiensi yang tinggi

dalam mereduksi polutan (Vepsäläinen, 2012).

3. pH larutan

Elektrokoagulasi akan berjalan baik apabila berada pada rentang pH tertentu

tergantung pada polutan dalam larutan. Alkalinitas air dapat membantu proses

pembentukan flok dengan perannya memproduksi ion hidroksida pada reaksi

hidroksida koagulan. Presipitasi polutan dimulai pada nilai pH tertentu. Efisiensi

penyisihan polutan mencapai maksimum didapatkan pada pH larutan yang berbeda-

beda untuk jenis polutan yang berbeda. Berikut ini merupakan distribusi produk

hidrolisis Al (koagulan) pada fungsi pH (Gregory, 2001).

Gambar 2.2. Distribusi produk hidrolisis Al (koagulan) pada fungsi pH

(Gregory, 2001)

pH

Page 34: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

16

Fenomena perubahan pH dalam elektrokoagulasi dapat disebabkan oleh hidrasi

ion berkelanjutan. Hidrasi ion logam aluminiu dapat terjadi menurut persamaan

reaksi berikut:

Al3+

+ H2O ↔ Al(OH)2+

+ H+ pK = 4,95 (10)

Al(OH)2+

+ H2O ↔ Al(OH)2+ + H

+ pK = 5,6 (11)

Al(OH)2+ + H2O ↔ Al(OH)3 + H

+ pK = 6,7 (12)

Al(OH)3 + H2O ↔ Al(OH)4- + H

+ pK = 5,6 (13)

Reaksi (10) hingga (13) terjadi diikuti adanya pelepasan proton yang dapat

meningkatkan pH, sehingga ekuilibrium akan bergeser ke kanan. Aluminium

hidroksida memiliki kelarutan yang rendah dan dapat mengendap pada pH

intermediet. Kenaikan pH secara terus menerus mengakibatkan ion aluminat terus

terbentuk. Namun hal ini juga dapat dipengaruhi oleh adanya anion yang dapat

membentuk kompleks dengan aluminium. Anion-anion seperti fluorida, fosfat, dan

sulfat dapat meningkatkan kelarutan logam pada pH rendah. Selain itu, anion juga

dapat mempengaruhi distribusi spesies ekulibrium dan laju pengendapan hidroksida

(Gregory, 2001).

Pada proses elektrokoagulasi berlangsung terjadi perubahan pH. Perubahan pH

menghasilkan perbedaan jenis hidroksida aluminium yang terbentuk. Pada pH awal

asam (pH 2) cenderung tidak terjadi perubahan pH karena alkalinitas yang terbentuk

tidak cukup untuk meningkatkan pH. Namum, ketika pH awal diatas 3 maka pH akan

cenderung meningkat selama proses elektrokoagulasi. Apabila pH awal basa maka

pH akan semakin turun akibat terbentuk [Al(OH)4-] yang merupakan pengonsumsi

alkalnitas. Laju perubahan pH dan steady state bergantung dari konsentrasi anion

yang ada di larutan (Vepsäläinen, 2012).

4. Konduktifitas listrik larutan

Konduktifitas listrik larutan dapat diartikan sebagai kemampuan larutan untuk

menghantarkan listrik. Larutan yang memiliki konduktifitas listrik biasanya disebut

sebagai larutan elektrolit. Pada proses elektrolisis, larutan harus memiliki

konduktivitas minimum agar mampu membawa arus listrik. Peningkatan kerapatan

arus akan bertambah seiring bertambahnya konduktivitas larutan dalam kondisi

tegangan yang konstan atau pada kerapatan arus yang konstan tegangan akan

berkurang. Sehingga kebutuhan energi akan semakin berkurang pada konduktivitas

larutan yang lebih besar. Menurut Lekhlif (2014), selama proses elektrokoagulasi

adanya pembentukan senyawa koagulan Al(OH)3, Al3+

kompleks, koagulasi ion Ca2+

Page 35: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

17

pada koagulan aktif, serta pembentukan struktur ion mobilitas rendah seperti

Al(OH)4- dan Al(OH)5

- pada kondisi basa, dapat menurunkan nilai konduktivitas.

5. Waktu

Jumlah muatan yang mengalir selama proses elektrolisis sebanding dengan

jumlah waktu kontak yang digunakan. Waktu kontak antara air dan elektroda dalam

alat elektrokoagulasi mempengaruhi penurunanan kadar ion Ca2+

. Namun, lama

waktu kontak tidak selalu menghasilkan efisiensi proses elektrokoagulasi meningkat

karena kemampuan elektroda dalam mereduksi air juga mempengaruhi proses

elektrokoagulasi.

6. Jarak antar elektroda

Jarak antar elektroda mempengaruhi besarnya hambatan elektrolit. Semakin

besar jarak antar elektroda maka akan semakin besar hambatan dan semakin kecil

arus yang mengalir. Efisiensi penyisihan polutan maksimal dapat dicapai pada jarak

optimum antara anoda dan katoda.

7. Pengadukan

Pengadukan dalam elektrokoagulasi dapat dilakukan untuk menjaga

keseragaman kondisi dalam sel elektrolisis. Agitasi dalam sel elektrolisis

memberikan kecepatan pergerakan ion yang terbentuk. Peningkatan mobilitas ion

dalam larutan akan menyebabkan flok terbentuk lebih cepat sehingga waktu yang

dibutuhkan akan lebih sedikit. Pengaturan kondisi pengadukan dapat dilakukan

dengan mengatur gradien kecepatan dan lama waktu pengadukan. Apabila kecepatan

pengadukan terlalu besar akan mengakibatkan pecahnya flok sehingga dapat

mengganggu proses koagulasi (Modirshahla, 2008).

8. Suhu

Suhu berhubungan dengan jumlah elektroda yang terlarut dan persen

penyisihan polutan. Pada suhu rendah, disolusi anoda terjadi pada laju rendah namun

tidak ada penelitian yang menunjukkan konsentrasi aluminium yang terlarut dari

elektroda yang mampu menguatkan pernyataan tersebut. Pada suhu yang terlalu

tinggi, terjadi penyusutan pori gel Al(OH)3 yang menyebabkan pembentukan flok

padat terdeposit pada permukaan elektroda. Suhu yang semakin tinggi mampu

meningkatkan kelarutan aluminium. Peningkatan suhu mampu memberikan efek

positif maupun negatif terhadap efisiensi penyisihan polutan dalam larutan

tergantung pada mekanisme penyisihan polutan (Vepsäläinen, 2012).

Page 36: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

18

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3. Data Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Metodologi Hasil

1.

Malakootian,

M., Yousefi,

N (2009)

The Efficiency of

Electrocoagulation

Process Using

Aluminium

Electrodes in

Removal of

Hardness From

Water

Elektroda: 6 elektroda

Al (10x10) cm

Perbedaan Potensial:

5, 10 dan 20 volt

pH: 5,3; 7,2; dan 10,1

Interval waktu: 20, 40,

60 menit

Jarak antar elektroda:

15 mm

Efisiensi terbesar

adalah 95,6%

dengan perbedaan

potensial 20 Volt

selama 60 menit

dengan pH 10,1

2. Lin, Jack.,

Millar,

Graeme J.,

Couperthwait

e, Sara J.,

Mackinnon,

Ian D. R

(2014)

Electrocoagulation

as a Pre-treatment

to Reverse Osmosis

Units

Elektroda: 13

elektroda

aluminium/besi

Tegangan: 9,5 V; 18,9

V; 28,4 V; dan 37,9 V

Jarak antar elektroda:

3 mm

Penggunaan

elektroda aluminium

menghasilkan

penyisihan kalsium,

strontium, dan

barium hingga

100% , silika 98%,

serta magnesium

87%.

3. Goonewarde

ne, Eng.

Duleep.,

Saravanan,

S.,

Thushyanthy,

Nisanee,

Gunaalan

(2013)

Removal of Total

Hardness by Electro-

Coagulation Process

Elektroda: enam

pasang aluminium/besi

Tegangan 20 volt

Waktu 20 menit

Endapan disaring

dengan 0,45µm kertas

saring menggunakan

pompa vakum

Efisiensi penyisihan

terbesar yaitu 60%

menggunakan

pasangan elektroda

aluminium

4. Schulz, M.

C., Baygents,

J. C., Farrell,

J (2009)

Laboratory and Pilot

Testing of

Electrocoagulation

for Removing Scale

Forming Species

from Industrial

Process Waters

Elektroda: 9 elektroda

aluminium/besi 3,2 x

34 x 0,32 parallel

(skala lab), 73

elektroda

aluminium/besi 20,3 x

50,8 x 0,32 parallel

(skala pilot)

Jarak antar elektroda:

0,4 cm

Densitas arus: 0,3 – 9

mA/cm2 (skala lab) 1

– 9 mA/cm2

Penyisihan

menggunakan

elektroda aluminium

sebesar 80% untuk

silika dan 20 – 40%

untuk kalsium dan

magnesium,

sedangkan elektroda

aluminium sebesar

60% untuk silika

dan 10 – 20% untuk

kalsium dan

magnesium.

Page 37: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

19

No Peneliti Judul Metodelogi Hasil

5. Zhao, Shan.,

Huang,

Guohe.,

Cheng,

Guanhui.,

Wang,

Yafei., and

Fu, Haiyan

(2013)

Hardness, COD and

Turbidity Removals

from Produced

Water by

Electrocoagulation

Pretreatment Prior to

Reverse Osmosis

Membranes

Elektroda: parallel

plate 3 Grafit (C) dan

3 Besi (Fe)

Fe (15 x 12 x 1,3) cm

dan Grafit (15 x 12 x

1) cm

Densitas arus listrik

dari 1 hingga 10

mA/cm2

Variasi pH awal dari

pH 3 hingga 11

Waktu dari 10 hingga

50 menit

Jarak antar elektroda:

1,5 cm

Kondisi operasi pH

awal sebesar 7,36,

current density 5,90

mA/cm2

dan waktu

reaksi 30,94 menit

adalah kondisi

operasi optimum

dengan efisiensi

kesadahan, COD

dan turbiditas

masing-masing

sebesar 85,81%,

66,64%, dan

93,80%.

Tabel 2. 3. Data Penelitian Terdahulu (lanjutan)

Page 38: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

20

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 39: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan percobaan pada teknologi koagulasi untuk menyisihkan

kesadahan air, dengan memfokuskan pada variabel jenis elektroda dan tegangan listrik.

Hasil penelitian dari variabel-variabel ini akan menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif.

Data tersebut akan dibandingkan berdasarkan variasi dan perlakuan yang dilakukan untuk

mengetahui nilai efisiensi elektrokoagulasi yang paling tinggi. Metode penelitian dimulai

dengan pembuatan air sungai model yang sesuai dengan kondisi air Sungai Brantas. Air

sungai model kemudian dielektrokoagulasi pada rangkaian elektrokoagulasi menggunakan

elektroda aluminium - grafit atau aluminium - besi, serta variasi tegangan listrik. Ada dua

jenis analisis yang akan dilakukan pada percobaan ini, yaitu analisa kesadahan ion Ca2+

pada air serta perubahan berat elektroda. Analisa kesadahan air dilakukan dengan uji

titrimetri EDTA setelah proses elektrokoagulasi. Analisa berat elektroda dilakukan

sebelum dan setelah proses elektrokoagulasi untuk mengetahui seberapa besar perubahan

berat elektroda yang diakibatkan dari proses elektrokoagulasi. Data analisa berat elektroda

ini akan menentukan nilai efisiensi proses elektrokoagulasi keseluruhan.

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan penelitian skripsi ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 hingga Mei 2017

di Laboratorium Sains Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.

3.2. Variabel Penelitian

3.2.1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah:

1. Variasi elektroda yaitu elektroda Al – Grafit dan Al – Fe

2. Variasi tegangan listrik 20 V, 25 V dan 30 V

3.2.2. Variabel Kontrol

Variabel kontrol pada penelitian ini adalah:

1. Konsentrasi Ca2+

sebesar 200 ppm

2. Suhu ruang

Page 40: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

22

3. Tekanan atmosferik

4. Ukuran elektroda tercelup masing-masing 4 x 2 cm

5. Jarak antar elektroda 1,5 cm

6. Volume larutan CaCl2 95 mL

7. pH awal 7 – 8

8. Waktu elektrokoagulasi selama 2 jam dengan interval pengambilan sampel tiap

20 menit

3.3. Alat dan Bahan Penelitian

3.3.1. Alat Penelitian

1. Neraca analitik ABS/ABJ 220-4 dengan ketelitian 0,01 gram

2. Alat gelas

3. Buret

4. Statif dan klem holder

5. DC power supply Dekko PS - 305Q5, PS – 3010Q5

6. Multimeter Digital Heles UX35STR

7. Stopwatch XL - 012

8. Conductivity meter Schott Lab 960

9. pH meter Handylab pH 11

10. Oven Binder ED 53

11. Lemari asam Frontier

3.3.2. Bahan Penelitian

1. Elektroda Fe

2. Elektroda Al

3. Elektroda Grafit

4. Aquades

5. CaCl2 90% p.a

6. Na2EDTA p.a

7. NaOH 99% p.a

8. Indikator EBT C. I. 14645

9. Aseton teknis WS 90

10. HCl 37% p.a

11. KOH 85% p.a

Page 41: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

23

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Proses Pembuatan Air Sungai Sintetik (Konsentrasi Ca2+

200 ppm)

Pembuatan larutan air sungai sintetik mengandung ion kalsium sebesar 200

ppm (larutan CaCl2 555 ppm) dilakukan dengan melarutkan CaCl2(s) sebanyak

0,555 gram ke dalam aquades. Larutan CaCl2 kemudian diencerkan hingga volume

1000 mL dalam labu ukur. Berikut ini merupakan diagram alir pembuatan larutan

CaCl2 555 ppm.

Gambar 3. 1 Diagram alir proses pembuatan air sungai sintetik

3.4.2. Rangkaian Sistem Elektrokoagulasi

Rangkaian system elektrokoagulasi terdiri atas power supply, kawat, statif,

klem holder, gelas beaker yang berisi larutan CaCl2 200 ppm, dan elektroda Al – Fe

atau Al – C. Elektroda akan disambungkan dengan kawat yang terhubung dengan

power supply dengan penjepit listrik. Statif dan klem holder berfungsi sebagai

penyangga kawat untuk mengatur jarak antar elektroda sebesar 1,5 cm. Dalam

percobaan, digunakan elektroda berukuran 10 x 2 cm dengan luas kedua elektroda

yang terendam dalam larutan CaCl2 sebesar 4 x 2 cm.

0,555 gram CaCl2(s)

Pelarutan

Larutan CaCl2 555

ppm

Pengenceran, V=1000

mL

Aquades

Aquades

Page 42: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

24

Elektroda Al - Fe, Al -

C

Pemotongan,

p x l = 2 cm x 10 cm

Penyambungan ke

power supply

Rangkaian

Elektrokoagulasi

Pengaturan jarak

antar elektroda,

r = 1,5 cm

Kabel tembaga

Gambar 3. 2 Diagram alir proses pembuatan rangkaian sistem elektrokoagulasi

Gambar 3. 3 Rangkaian alat elektrokoagulasi

3.4.3. Prosedur Elektrokoagulasi

Larutan CaCl2 200 ppm sebanyak 95 mL dituang ke dalam gelas beaker 100

mL dan elektroda aluminium dan besi atau aluminium dan grafit dimasukkan ke

dalam larutan CaCl2. Power supply dihidupkan dengan voltase output 20 V.

1,5 cm

Page 43: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

25

Pengambilan sampel dilakukan setiap interval waktu 20 menit selama 120 menit

sebanyak 3 mL kemudian diencerkan hingga 250 mL dan dititrasi dengan

Na2.EDTA 0,01 M. Proses diulangi dengan memvariasikan tegangan listrik 25 V

dan 30 V. Hasil pengamatan berupa waktu dan konsentrasi kalsium diplotkan

menjadi grafik hubungan waktu dan efisiensi penghilangan ion Ca2+

.

*Prosedur diulangi dengan variabel tegangan listrik 25 V dan 30 V.

*Prosedur diulangi dengan variable jenis elektroda Al – Fe

Gambar 3. 4 Diagram alir proses elektrokoagulasi

3.4.4. Analisa Kesadahan

3.4.4.1. Pembuatan larutan EDTA 0,01 M

Pembuatan larutan Na2.EDTA 0,01 M dilakukan dengan melarutkan

serbuk Na2.EDTA dihidrat sebesar 3,723 gram menggunakan aquades.

Larutan kemudian diencerkan menggunakan aquades hingga mencapai

volume 1000 mL.

95 mL

Larutan CaCl2

Proses elektrokoagulasi

dengan elektroda Al - C,

V = 20 V

Pengambilan sampel,

V = 3 mL

Titrasi EDTA 0.01 M

Larutan berwarna biru

(titik akhir titrasi)Volume EDTA

Pengenceran V = 250

mL

Page 44: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

26

3,723 gram serbuk

Na2EDTA dihidrat

Pelarutan

1000 mL larutan

Na2EDTA dihidrat

Pengenceran, V=1000

mL

Aquades

Aquades

Gambar 3. 5 Diagram alir proses pembuatan larutan Na2EDTA 0,01 M

3.4.4.2. Pembuatan Larutan NaOH 1 N

Pembuatan larutan dilakukan dengan melarutkan NaOH sebanyak 40 gram

kemudian dilarutkan kedalam 1000 ml aquades.

40 gram NaOH

Pelarutan

1000 mL larutan

NaOH 1 N

Pengenceran, V=1000

mL

Aquades

Aquades

Gambar 3. 6 Diagram alir pembuatan larutan NaOH 1 N

Page 45: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

27

3.4.4.3. Pembuatan Larutan Standar CaCl2 1000 ppm

Pembuatan larutan standar CaCl2 1000 ppm dilakukan dengan melarutkan

sebanyak 0,2775 gram serbuk CaCl2 kemudian dilarutkan dengan aquades.

Larutan kemudian diencerkan hingga volume 100 mL.

0,2775 gram CaCl2(s)

Pelarutan

Larutan CaCl2 1000

ppm

Pengenceran, V=100

mL

Aquades

Aquades

Gambar 3. 7 Diagram alir pembuatan larutan standar CaCl2 1000 ppm

3.4.4.4. Titrasi Larutan Standar CaCl2

Proses titrasi larutan standar CaCl2 dilakukan dengan mengambil

sebanyak 10 mL dan dimasukkan dalam labu Erlenmeyer 250 mL dan

diencerkan dengan aquades hingga volume 50 mL. Larutan NaOH 1 N

ditambahkan secukupnya hingga pH larutan menjadi 12-13. Indikator EBT

sebanyak 3 tetes ditambahkan ke dalam larutan. Larutan kemudian dititrasi

dengan Na2.EDTA 0,01 M hingga berubah warna menjadi larutan warna biru.

Page 46: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

28

10 mL larutan standar

CaCl2

Pelarutan

Larutan berwarna biru

(titik akhir titrasi)

Titrasi Na2.EDTA 0,01

M

NaOH 1 N secukupnya (hingga pH

12-13)

3 tetes indikator EBT

Volume EDTA

Pengenceran, V = 50 mLDemineralized water

Gambar 3. 8 Diagram alir proses titrasi larutan standar CaCl2

3.4.4.5. Titrasi Sampel

Titrasi sampel dilakukan dengan mengencerkan 3 mL sampel pada labu

ukur hingga 250 mL. Sebanyak 50 mL larutan diambil dan dimasukkan pada

labu erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan NaOH 1 N secukupnya hingga pH

larutan menjcapai 12-13. Indikator EBT sebanyak 3 tetes ditambahkan ke

dalam larutan. Larutan kemudian dititrasi dengan Na2.EDTA 0,01 M hingga

berubah warna menjadi larutan warna biru pucat.

Gambar 3. 9 Diagram alir proses titrasi sampel

Sampel, V = 50 mL

Pelarutan

Larutan berwarna biru

(titik akhir titrasi)

Titrasi EDTA 0,01 M

NaOH 1 N secukupnya (hingga pH

12-13)

3 tetes indikator EBT

Volume EDTA

Page 47: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

29

3.4.5. Analisa Berat Elektroda

Analisa berat elektroda dilakukan untuk mengetahui perubahan masa sebelum

dan sesudah proses elektrokoagulasi, sehingga dapat diketahui efisiensi

elektrokoagulasi. Sebelum melakukan penimbangan, elektroda yang akan

digunakan melalui tahap treatment terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada

partikel dan senyawa yang mengganggu. Treatment dilakukan dengan cara

mengaliri elektroda dengan air untuk menghilangkan partikel solid pada permukaan

elektroda, perendaman dengan aseton untuk menghilangkan grease, dan

perendaman dengan HCl 1 M selama 5 menit untuk menghilangkan impurities pada

permukaan elektroda. Elektroda dikeringkan dengan menggunakan oven dengan

suhu 103-105oC selama 10-20 menit.

Elektroda

Pembilasan

Perendaman

Elektroda

Perendaman, t = 5

menit

Aseton

HCl 1 M

Aquades

Pengeringan, t = 10-20

menit

Gambar 3. 10 Diagram alir treatment elektroda

Analisa berat dilakukan dengan menimbang elektroda Al – Fe atau Al – C

yang sudah dipotong di neraca analitik. Elektroda Al – Fe atau Al – C

dimasukkan pada larutan CaCl2 dan melalui proses elektrokoagulasi. Setelah

proses elektrokoagulasi selesai elektroda diambil, melalui treatment yang sama

Page 48: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

30

dengan treatment sebelum penimbangan awal, pengeringan, kemudian masing-

masing elektroda ditimbang kembali pada neraca analitik.

Elektroda Al - C

p x l = 2 cm x 10 cm

Penimbangan

Proses

elektrokoagulasi

Pengambilan elektroda

Massa elektroda sebelum

elektrokoagulasi

Massa elektroda setelah

elektrokoagulasi

Treatment akhir

Penimbangan

Treatment awal

*Prosedur diulangi dengan variable jenis elektroda Al – Fe

Gambar 3. 11 Diagram alir analisa berat elektroda

Page 49: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

31

3.4.6. Analisa Konduktivitas, pH, Suhu, dan Arus Listrik

Analisa konduktivitas pH, suhu, dan arus listrik dilakukan dengan mengamati

setiap parameter pada interval waktu 20 menit. Sebanyak 3 mL sampel diambil

pada interval waktu 20 menit dan dianalisa nilai pH menggunakan pH meter.

Sampel yang diencerkan menjadi 250 mL kemudian diambil 40 mL untuk dianalisa

konduktivitas menggunakan conductivity meter. Suhu larutan dalam gelas beaker

diukur dengan menggunakan termometer dan arus listrik diketahui melalui layar

pada power supply.

Page 50: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

32

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 51: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Reduksi kesadahan ion Ca2+

dalam larutan CaCl2 dilakukan dengan menghubungkan

katoda dan anoda dalam proses elektrokoagulasi. Larutan CaCl2 digunakan sebagai larutan

baku dengan konduktifitas sebesar 1513 µS/cm dan pH 7 – 8. Hasil penelitian pengaruh

besar tegangan dan jenis elektroda dalam penyisihan ion Ca2+

ditunjukkan pada Tabel 4.1

dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1. Data Hasil Penelitian Penyisihan ion Ca2+

No. Elektroda Tegangan

Waktu Konduktivitas Arus

pH Suhu

(ᵒC)

Efisiensi

(menit) (µS/cm)

listrik

(A)

Penyisihan

Ca2+

(%)

1. Al - C 20 Volt 0 1987 0 7,04 27 0

20 2475 0,19 4,89 36 1,97

40 3042 0,20 4,22 38,5 1,97

60 3667 0,17 4,23 39 23,84

80 4467 0,16 4,12 40 23,84

100 3275 0,16 4,35 41 34,78

120 2742 0,13 4,50 39 34,78

2. Al - C 25 Volt 0 1900 0 7,07 27 0

20 3425 0,22 4,30 43 1,97

40 3033 0,23 4,33 48 1,97

60 2825 0,30 4,47 49,5 23,84

80 3542 0,28 4,34 50 34,78

100 3658 0,25 4,31 51 34,78

120 3233 0,18 4,23 48 34,78

3. Al - C 30 Volt 0 1897 0 7,02 27 0

20 3600 0,37 4,33 50 13,30

40 2833 0,38 4,36 62 35,17

60 3358 0,42 4,23 65 67,98

80 3317 0,31 4,07 63,5 67,98

100 3140 0,29 4,16 60 74,54

120 3287 0,26 4,17 53 74,54

Page 52: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

34

Tabel 4.1. Data Hasil Penelitian Penyisihan ion Ca2+

(Lanjutan)

No. Elektroda Tegangan Waktu Konduktivitas Arus

pH Suhu

(ᵒC)

Efisiensi

(menit) (µS/cm)

Listrik

(A)

Penyisihan

Ca (%)

4. Al - Fe 20 Volt 0 1121 0 7,15 26 0

20 6008 0,16 4,50 33,5 2,36

40 6017 0,18 4,55 36,5 2,36

60 5858 0,19 4,61 38 2,36

80 6042 0,17 4,43 40 2,36

100 5750 0,17 4,37 40 2,49

120 5650 0,16 4,55 40 2,49

5. Al - Fe 25 Volt 0 1106 0 7,06 24 0

20 1400 0,25 4,66 39 1,62

40 1325 0,25 4,93 44 1,62

60 1383 0,26 4,60 49,5 24,11

80 1442 0,26 4,30 50 35,36

100 1283 0,22 4,55 49 69,10

120 1325 0,19 4,64 41 69,10

6. Al - Fe 30 Volt 0 1003 0 7,17 26 0

20 1292 0,30 4,60 53 27,30

40 1200 0,31 4,54 57,5 32,21

60 1153 0,38 4,40 58 42,02

80 1100 0,33 4,47 56,5 42,02

100 1120 0,33 4,50 53 71,45

120 1113 0,22 4,44 49 71,45

Tabel 4.2. Data perhitungan setelah proses elektrokoagulasi

No. Elektroda

Beda

Tegangan

Antar

Elektroda

Tegangan

Penurunan

Massa

Anoda

Penurunan

Massa

Katoda

Massa

Endapan

Densitas

Arus

Listrik

(Volt) (Volt) (gram) (gram) (gram) (A/m2)

1. Al - C 0,71 20 0,1244 0,0001 0,3215 167,30

25 0,2168 0,0017 0,5431 236,24

30 0,2476 0,0019 0,8522 347,01

2. Al - Fe 0,50 20 0,1471 0,0034 0,3661 208,20

25 0,1908 0,0092 0,5000 248,90

30 0,2395 0,0111 0,6384 291,32

4.1 Pengaruh Tegangan Terhadap Penyisihan Ion Ca2+

Tegangan mempengaruhi penyisihan ion Ca2+

dalam proses elektrokoagulasi.

Tegangan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 20 V, 25 V, dan 30 V untuk

Page 53: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

35

konfigurasi elektroda Al – C dan Al – Fe. Pengaruh tegangan terhadap penyisihan ion Ca2+

dapat dilihat pada Gambar 4.1.

(a)

(b)

Gambar 4.1. Pengaruh besar tegangan terhadap penyisihan ion Ca2+

pada konfigurasi

elektroda (a) Al – C dan (b) Al – Fe

Pada Gambar 4.1 (a) dapat dilihat bahwa pada penggunaan elektroda Al – C,

tegangan 20 V dan 25 V menghasilkan persen penyisihan yang sama yaitu sebesar 34,78%,

sedangkan pada tegangan 30 V menghasilkan persen penyisihan lebih tinggi sebesar

74,54%. Selain itu, semakin besar tegangan maka waktu yang dicapai untuk memperoleh

penyisihan optimum lebih singkat. Persen penyisihan optimum pada tegangan 20 V dicapai

setelah waktu 100 menit, tegangan 25 V dicapai setelah waktu 80 menit, dan tegangan 30

V dicapai setelah waktu 60 menit. Adanya kenaikan persen penyisihan terhadap tegangan

ini dapat disebabkan karena pada tegangan yang lebih tinggi jumlah aluminium yang

teroksidasi menjadi Al3+

meningkat. Semakin banyak Al3+

yang bereaksi dengan OH- maka

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 20 40 60 80 100 120

Pen

yis

ihan

ion C

a2+

(%

)

Waktu (menit)

20 Volt

25 Volt

30 Volt

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 20 40 60 80 100 120

Pen

yis

ihan

ion C

a2+

(%

)

Waktu (menit)

20 Volt

25 Volt

30 Volt

Page 54: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

36

koagulan aktif juga semakin banyak terbentuk sehingga penyisihan ion Ca2+

semakin

meningkat. Pembentukan koagulan yang semakin meningkat ditunjukkan oleh penurunan

massa anoda dan kenaikan massa endapan pada Tabel 4.2. Menurut persamaan Arhenius,

peningkatan laju reaksi - reaksi selama proses elektrokoagulasi dan frekuensi tumbukan

antar partikel dalam larutan seperti koagulan aktif dengan ion Ca2+

menyebabkan terjadi

kenaikan suhu dalam larutan polutan sehingga laju koagulasi juga meningkat (M.R. Majdi,

2016). Kenaikan suhu selama proses elektrokoagulasi dapat ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tegangan yang semakin tinggi dapat diikuti dengan adanya kenaikan densitas arus listrik.

Kenaikan densitas arus listrik mengakibatkan densitas gelembung yang terbentuk pada

katoda semakin meningkat dengan ukuran gelembung gas yang semakin kecil sehingga

penyisihan ion Ca2+

dan flotasi sludge terjadi lebih cepat (M.R. Majdi, 2016).

Berdasarkan Gambar 4.1 (b), pada penggunaan elektroda Al – Fe, pada penggunaan

tegangan 20 V, 25 V, dan 30 V persen penyisihan semakin meningkat, yaitu berturut-turut

sebesar 2,49%, 69,10%, dan 71,45%. Persen penyisihan pada ketiga variasi tegangan ini

dicapai pada waktu setelah 100 menit. Namun, apabila dilihat dari parameter lain seperti

suhu, arus, konduktivitas, dan pH pada Tabel 4.1, waktu persen penyisihan ini bukan

merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai penyisihan optimum. Nilai parameter

yang ada masih menunjukkan adanya fluktuasi, sehingga diperlukan waktu yang lebih

lama untuk mencapai persen penyisihan optimum. Persen penyisihan yang meningkat

terhadap besar tegangan dapat disebabkan oleh jumlah Al3+

meningkat sehingga koagulan

yang terbentuk semakin banyak dan frekuensi tumbukan antara koagulan aktif dan ion Ca2+

semakin besar yang dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan suhu pada Tabel 4.1.

Berdasarkan Tabel 4.2 juga dapat diketahui bahwa semakin besar tegangan, maka

pengurangan massa anoda dan berat padatan semakin besar. Persen penyisihan ion Ca2+

yang sangat rendah pada penggunaan tegangan 20 V dapat disebabkan oleh pengaruh

konduktivitas. Ditinjau dari parameter konduktivitas, eksperimen terdahulu menyebutkan

bahwa semakin kecil tegangan akan menghasilkan konduktivitas larutan yang semakin

besar (Chen, 2000). Pada reaksi elektrokoagulasi, pembentukan senyawa koagulan

Al(OH)3, Al3+

kompleks, koagulasi ion Ca2+

pada koagulan aktif, serta pembentukan

struktur ion mobilitas rendah seperti Al(OH)4- dan Al(OH)5

- pada kondisi basa, dapat

menurunkan nilai konduktivitas (Lekhlif, 2014). Berdasarkan Tabel 4.1, pada penggunaan

elektroda Al – Fe dan tegangan 20 Volt , konduktivitas yang dihasilkan jauh lebih tinggi.

Page 55: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

37

Hal ini menandakan ion Ca2+

yang terikat pada koagulan aktif sedikit sehingga

konduktivitas meningkat dan efisiensi lebih kecil.

4.2 Pengaruh Jenis Elektroda Terhadap Penyisihan Ion Ca2+

Penyisihan ion Ca2+

dilakukan dengan proses elektrokoagulasi mengunakan katoda

yang berbeda yaitu grafit (C) dan besi (Fe). Katoda Fe dipilih karena pada proses

elektrokoagulasi treatment air industri atau limbah air, kombinasi Al – Fe sering digunakan

karena mampu menghilangkan warna, COD, fenol, dsb dengan persen penyisihan tinggi.

Sedangkan katoda C yang merupakan elektroda inert dan lebih direkomendasikan ketika

polutan mengandung kalsium dan magnesium dalam jumlah yang besar (Vepsäläinen,

2012). Untuk mengetahui pencapaian penyisihan tinggi ion Ca2+

dilakukan variasi katoda.

Data hubungan antara penyisihan ion Ca2+

dan waktu terhadap jenis elektroda yang

berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.2.

(a)

(b)

05

10152025303540

0 20 40 60 80 100 120

Pen

yis

ihan

ion C

a2+

(%

)

Waktu (menit)

Al - C

Al - Fe

0

20

40

60

80

0 20 40 60 80 100 120Pen

yis

ihan

ion C

a2+

(%

)

Waktu (menit)

Al - C

Al - Fe

Page 56: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

38

(c)

Gambar 4.2. Pengaruh konfigurasi elektroda (Al – C dan Al – Fe) terhadap penyisihan ion

Ca2+

dengan besar tegangan (a) 20 volt, (b) 25 volt, dan (c) 30 volt

Pada tegangan 20 volt Gambar 4.2 (a), konfigurasi elektroda Al – C memiliki persen

penyisihan ion Ca2+

sebesar 34,78%, sedangkan pada elektroda Al – Fe persen penyisihan

ion Ca2+

hampir tidak berubah secara signifikan dengan penyisihan optimum sebesar 2,49

%. Baik elektroda Al – C maupun Al – Fe mencapai penyisihan optimum pada t=100

menit. Elektroda Al – C memiliki beda tegangan antar elektroda yang lebih besar

dibandingkan dengan elektroda Al – Fe dilihat pada Tabel 4.2. Suatu muatan bergerak atau

berpindah dari suatu tempat ke tempat lain karena memiliki perbedaan tegangan atau

potensial listrik. Beda tegangan yang semakin besar menyebabkan ion bermuatan bergerak

dan arus yang mengalir semakin besar. Besar arus listrik menyebabkan anoda mengalami

oksidasi membentuk ion logam terlarut lebih banyak. Ion logam terlarut bergabung dengan

ion hidroksida hasil hidrolisis pada katoda membentuk koagulan. Koagulan akan berikatan

dengan ion Ca2+

dalam larutan membentuk flok. Flok akan terflotasi dan semakin besar

hingga mengendap. Massa endapan menunjukkan banyak ion Ca2+

yang berikatan dengan

koagulan.

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa semakin besar massa endapan maka semakin

besar penurunan massa anoda Al. Hal ini menunjukkan koagulan yang terbentuk dari ion

logam Al terlarut berikatan dengan ion hidroksil membentuk endapan mengikat ion Ca2+

.

Selain anoda Al, katoda juga mengalami penurunan massa. Katoda grafit (C) merupakan

elektroda inert dengan konduktivitas tinggi mirip dengan logam. Elektroda grafit (C) tidak

mengalami penurunan massa yang signifikan dibandingkan dengan aluminium (Al) dilihat

pada Tabel 4.2. Hal ini menunjukkan bahwa massa Al yang terlarut lebih banyak

dibandingkan dengan C. Namun apabila dibandingkan dengan katoda Fe, massa katoda Fe

0

20

40

60

80

0 20 40 60 80 100 120

Pen

yis

ihan

Ion C

a2+

(%

)

Waktu (menit)

Al - C

Al - Fe

Page 57: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

39

yang terlarut lebih banyak dibandingkan dengan katoda C pada tegangan yang sama. Fe

merupakan logam pereduksi kuat sehingga sangat mudah membentuk ion Fe2+

atau Fe3+

.

Ion Fe2+

atau Fe3+

mampu meningkatkan dan menurunkan persen penyisihan ion Ca2+

(Wulansari, 2013)

Pada tegangan 25 volt Gambar 4.2 (b), persen penyisihan ion Ca2+

pada konfigurasi

elektroda Al – Fe lebih besar dibandingkan dengan elektroda Al – C. Penyisihan ion Ca2+

optimum pada Al – Fe sebesar 69,10% dicapai pada t=100 menit sedangkan pada Al – C

sebesar 34,78% dicapai pada t=80 menit. Pada kondisi ini, katoda Fe mengalami

penurunan massa yang lebih besar dibandingkan pada tegangan 20 volt. Pada katoda

terjadi reaksi reduksi air membentuk H2 dan OH-. Menurut Picard (2000), katoda yang

terlarut dalam proses elektrokoagulasi terjadi karena adanya pembentukan H2.

Pembentukan H2 terjadi karena adanya dua reaksi yaitu reaksi reduksi elektrokimia itu

sendiri dan reaksi kimia. Pada reaksi kimia terjadi chemical attack pada katoda akibat ion

hidroksil. Oleh karena itu, penyisihan ion Ca2+

menggunakan katoda Fe memiliki persen

penyisihan yang lebih besar pada tegangan 25 volt. Ion logam Fe yang terlarut dari reaksi

kimia memiliki efisiensi yang sama dari ion logam terlarut dari anoda. Sehingga ion ini

mampu menaikkan persen penyisihan ion Ca2+

dengan mengikat ion hidroksida

membentuk koagulan. Besar penyisihan ion Ca2+

pada Al – Fe juga ditunjukkan dengan

densitas arus listrik pada V=25 volt selama 120 menit lebih besar yaitu 248,90 A/m2

dibandingkan dengan Al – C sebesar 236,24 A/m2

(Tabel 4.2). Densitas arus listrik yang

besar mampu membuat ion logam terlarut semakin besar sehingga meningkatkan koagulan

yang terbentuk. Semakin banyak ion Ca2+

yang berikatan dengan koagulan maka semakin

besar persen penyisihan ion Ca2+

. Sementara itu, Al – C mencapai persen penyisihan yang

sama yaitu sebesar 34,78% pada tegangan 20 volt dan 25 volt tetapi pada tegangan 25 volt

penyisihan optimal dicapai dengan waktu yang lebih singkat yaitu pada t=80 menit.

Selain meningkatkan persen penyisihan ion Ca2+

, adanya ion katoda Fe terlarut

mampu menurunkan efisiensi penyisihan ion Ca2+

pada kondisi tertentu. Pada konfigurasi

elektroda Al – Fe persen penyisihan ion Ca2+

tidak mengalami peningkatan secara

signifikan dari tegangan 25 volt dan 30 volt apabila dibandingkan dari tegangan 25 volt

dan 30 volt pada Al – C (Gambar 4.2). Kenaikan tidak signifikan terjadi karena adanya ion

katoda Fe terlarut dalam larutan menyebabkan arus listrik semakin turun. Arus listrik turun

terjadi karena hambatan semakin besar akibat jumlah muatan pada larutan semakin banyak

sehingga pertukaran ion akan semakin sulit. Dapat dilihat pada Tabel 4.1 arus listrik mulai

turun pada menit ke-80 hingga 100. Penyisihan Al – C dan Al – Fe pada tegangan 30 volt

Page 58: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

40

Gambar 4.2 (c) tidak berbeda jauh. Pada elektroda Al – Fe memiliki persen penyisihan ion

Ca2+

optimum sebesar 71,45% dicapai pada t=100 menit sedangkan elektroda Al – C

sebesar 74,54%. Persen penyisihan ion Ca2+

menggunakan elektroda Al – C sebesar

74,54% pada waktu yang lebih singkat yaitu t=60 menit.

Efisiensi penyisihan ion Ca2+

tertinggi pada konfigurasi Al – C maupun Al – Fe

terjadi pada kisaran pH 4,17 – 4,64. Perubahan pH pada Tabel 4.1 signifikan terjadi dari

menit ke-0 hingga menit ke-20 dari pH awal 7,06 hingga pH 4,54, kemudian

cenderung konstan hingga menit ke-120. Penurunan pH menunjukkan berlangsungnya

reaksi elektrokoagulasi dalam penelitian, serta reaksi pembentukan koagulan. Koagulan

hidroksida yang terbentuk pada tiap kondisi pH berbeda-beda. Berikut ini merupakan

reaksi pembentuk koagulan hidroksida yang berbeda.

Al3+

+ H2O ↔ Al(OH)2+

+ H+ (1)

Al(OH)2+

+ H2O ↔ Al(OH)2+ + H

+ (2)

Al(OH)2+ + H2O ↔ Al(OH)3 + H

+ (3)

Al(OH)3 + H2O ↔ Al(OH)4- + H

+ (4)

Pada tiap reaksi terjadi pelepasan proton (H+), sehingga proton yang terbentuk semakin

banyak dalam larutan dan mampu membuat pH larutan turun. Pada pH basah pembentukan

ion aluminat sebagai koagulan aktif cenderung lebih banyak (reaksi 4), sehingga ion

aluminat [Al(OH)4-] akan mengikat ion Ca

2+ akibat adanya gaya tarik van der waals dan

semakin banyak ion Ca2+

yang terkoagulasi. Pada penelitian ini, pH yang semakin turun

menunjukkan koagulan aktif yang terbentuk semakin bervariasi (reaksi 1 hingga 4). Oleh

karena itu, selain karena perbedaan muatan penyisihan Ca2+

terjadi karena adanya proses

presipitasi. Pada proses ini, flok – flok yang terbentuk bergabung menjadi sludge blanket

yang mampu menjebak dan menggabungkan partikel koloid yang belum kompleks.

Penyisihan ion Ca2+

terbesar pada penelitian ini terjadi pada pH rendah yaitu pH 4,17

sebesar 74,54% menggunakan elektroda Al – C (Tabel 4.1).

Page 59: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

41

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian dari proses elektrokoagulasi untuk penyisihan ion Ca2+

air sungai

Brantas dengan variasi konfigurasi elektroda Al – C dan Al – Fe serta variasi tegangan

listrik menunjukkan bahwa:

1. Tegangan listrik mempengaruhi efisiensi penyisihan kesadahan ion Ca2+

. Semakin

besar tegangan listrik maka semakin besar penyisihan ion Ca2+

. Penyisihan terbesar

pada penelitian ini terjadi pada tegangan 30 volt untuk elektroda Al – C maupun Al –

Fe. Efisiensi penyisihan pada elektroda Al – Fe bertegangan 20 volt menunjukkan

efisiensi yang sangat rendah.

2. Jenis elektroda mempengaruhi penyisihan ion Ca2+

baik elektroda inert ataupun

logam pereduksi kuat. Konfigurasi elektroda Al – C memiliki efisiensi penyisihan

ion Ca2+

terbesar. Elektroda Al – C pada 25 volt dan 30 volt memiliki efisiensi

penyisihan ion Ca2+

yang tidak berbeda jauh. Namun, pada penggunakan konfigurasi

elektroda Al – Fe tegangan 25 volt, terjadi penyisihan ion Ca2+

lebih besar apabila

dibandingkan konfigurasi elektroda Al – C bertegangan sama.

5.2. Saran

Saran untuk penelti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini adalah

1. Perlu dilakukan pengkajian dengan menggunakan luas permukaan elektroda yang

lebih besar dibandingkan dengan penelitian ini.

2. Perlu dilakukan pengukuran kandungan elektrolit dan sludge yang dihasilkan dari

proses elektrokoagulasi untuk mengetahui kinetika reaksi dalam larutan.

3. Perlu dilakukan pengkajian mengenai penggunaan elektroda ganda untuk

menghasilkan efisiensi penyisihan tinggi dalam waktu yang singkat.

4. Perlu dilakukan peninjauan mengenai efisiensi energi yang dibutuhkan dalam proses

elektrokoagulasi.

Page 60: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

42

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 61: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

43

DAFTAR PUSTAKA

Bashkin, Vladimir N., Radojevic, Misrolav. 1999. Practical Environment Analysis.

Cambridge: Royal Society of Chemistry.

Bratby, John. 1980. Coagulation and Flocculation with an Emphasis and Wastewater

Tretment. Croydon: Uplands Press Publication.

Chen, Xueming., Guohua Chen., Po Lock Yue. 2000. Separation of Pollutants from

Restaurant Wastewater by Electrocoagulation. Separation and Purification

Technology 19, Hal 65–76.

Goonewardene, Duleep Eng., Saravanan, S., Thushyanthy., Nisanee., Gunaalan, K. 2013.

Removal of Total Hardness By Electro-Coagulation Process. Sri Lanka: Water

Cooperation for Community Development.

Gregory, John., Duan, Jinming. 2001. Hydrolyzing Metal Salts as Coagulants. Pure

Applied Chemistry., Vol. 73, No. 12, pp. 2017-2026, © IUPAC.

Handayani, Sanita Trisna., Suharto, Bambang., Marsoedi. 2001. Penentuan Status Kualitas

Perairan Sungai Brantas Hulu dengan Biomonitoring Makrozoobentos: Tinjauan

dari Pencemaran Bahan Organik. BIOSAIN, Vol. 1.

Holt, P.K., Barton, G. W., Mark, M., and Mitchell, C.A. 2005. The Future for

Electrocoagulation as A Localised Water Treatment Technology. Chemosphere

59.355-367.

Lekhlif, B., L. Oudrhiri., F. Zidane., P.Drogui., J.F. Blais. 2014. Study of The

Electrocoagulation of Electroplating Industry Wastewaters Charged by Nickel (II)

and Chromium (VI). J. Mater. Environ. Sci. 5 (1) 111-120.

Lin, Jack., Millar, Graeme J., Couperthwaite, Sara J., Mackinnon, Ian D. R. 2014.

Electrocoagulation as a Pre-treatment to Reverse Osmosis Units. Ozwater ’14:

Australia’s National Water Conference and Exhibition, 29 April-01 May 2014,

Brisname Convention and Exhibition Center, Brisbane, Queensland.

Lu, Jun., Ru Wang, Zhong., Ling Liu, Yu., Tang, Qing. 2016. Removal of Cr Ions from

Aqueous Solution Using Batch Electrocoagulation: Cr Removal Mechanism and

Utilization Rate of In Situ Generated Metal Ions. Volume 104, Part A, Pages 436-

443.

Page 62: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

44

Malakootian, M., Yousefi, N. 2009. The Efficiency of Electrocoagulation Process Using

Aluminium Electrodes In Removal of Hardness From Water. Iran. Journal of

Environmental Health Science & Engineering, 6(2):131-136.

Marsidi, Ruliasih. 2001. Zeolit untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi

Lingkungan BPPT, Vol.2, No. 1, Januari 2001 : 1-10.

Masita, Dewi., Samudro, Ganjar, dan Dwi Siwi Handayani. 2013. Studi Penurunan

Konsentrasi Khromium dan Tembaga dalam Pengolahan Limbah Cair

Elektroplating Artificial dengan Metode Elektrokoagulasi. Jurnal Teknik

Lingkungan Vol 2, No 3: Jurnal Teknik Lingkungan page. 1-6.

Modirshahla, N., Behnajady, M.A., Mohammadi-Aghdam, S., 2008. Investigation of the

Effect of Different Electrodes and Their Connections on the Removal Efficiency of

4-Nitrophenol from Aqueous Solution by Electrocoagulation. Journal of Hazardous

Material 154(1-3):778-86.

Mollah, M. Yousuf A., Schennach, Robert., Parga, Jose R., Cocke, David L. 2001.

Electrocoagulation (EC) – science and applications. Journal of Hazardous Materials

B84 29-41.

M.R. Majdi, I.D., S. Nikmanesh. 2016. Kinetic and Thermodynamic Investigations on The

Electrocoagulation of Methyl Orange from Aqueous Solution Using Aluminum

Electrodes. Bulgarian Chemical Communications, Volume 48, Number 4 (pp. 628

– 635).

Novita, Sofia. 2013. Pengaruh Variasi Kuat Arus Listrik dan Waktu Pengadukan pada

Proses Elektrokoagulasi untuk Penjernihan Air Baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal.

Departemen Fisika Universitas Sumatera Utara, halaman 15.

Picard, Thibaut., Feuillade, Geneviève Cathalifaud., Mazet, Michel., Vandensteendam.

2000. Cathodic Dissolution in The Electrocoagulation Process Using Aluminium

Electrodes. Journal of Environmental Monitoring 2 (1): 77-80.

Pletcher, Derek and Frank C. Walsh. 1993. Industrial Electrochemistry 2nd

edition. UK:

Springer Science Business Media, LLC.

Pooja, Kumbhare., Salkar, V. D. 2017. Review of Studies on Hardness Removal by

Electrocoagulation. International Journal of Engineering Research and Technology.

ISSN 0974-3154 Volume 10, Number 1.

Page 63: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

45

Said, Nusa Idaman dan Ruliasih. 2001. Penghilangan Kesadahan dalam Air Minum. Pusat

Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT.

ScienceLab.com. 2013. Material Safety Data Sheet Calcium MSDS. Housten: Smith Rd,

Sciencelab.com, Inc.

Schulz, M. C., Baygents, J. C., Farrell, J. 2009. Laboratory and Pilot Testing of

Electrocoagulation for Removing Scale Forming Species from Industriall Process

Waters. Int. J. Environ. Sci. Tech., 6 (4), 521 – 526, ISSN: 1735-1472. @ IRSEN,

CEERS, IAU.

Siregar, Maya Arnita. 2010. Analisis Kesadahan Total Air Penyeduh Teh pada PT Sinar

Sosro Pabrik Deli Serdang Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Siringo-ringo, Elfridawati., Kusrijadi, Ali., dan Sunarya, Yayan. 2013. Penggunaan

Metode Elektrokoagulasi Pada Pengolahan Limbah Industri Penyamakan Kulit

Menggunakan Aluminium Sebagai Sacrificial Electrode. Jurnal Sains dan Teknologi

Kimia, Volume 4. No. 2, hal 96-107.

Standar Nasional Indonesia. 2004. Air dan Air Limbah – Bagian 12: Cara Uji Kesadahan

Total Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dengan Metode Titimetri. BSN SNI 06-

6989.12-2004.

Sulistyani., Sunarto., Fillaeli. 2012. Uji Kesadahan Air Tanah di Daerah Sekitar Pantai

Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Sains Dasar 1 (1) 33 - 38.

Vepsäläinen, Mikko. 2012. Electrocoagulation in The Treatment of Industrial Waters and

Wastewaters. Finland: VTT.

Wulansari, Rismita. 2013. Pengaruh Elektroda Grafit-Grafit, Almunium-Grafit, dan Seng-

Grafit Pada Elektrolisis Kobalt (Co2+

) dengan Pengotor Ion Seng (Zn2+

). Chem

Info Journal, Jurnal Kimia, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro

Vol 1, No 1.

Yetti, Elvi., Soedharma, Dedi., Haryadi, Sigid. 2011. Evaluasi Kualitas Air Sungai-Sungai

di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan

dan Aktivitas Masyarakat di Sekitarnya. JPSL Vol. (1) : 10-15.

Page 64: KAJIAN BESAR TEGANGAN LISTRIK DAN JENIS ...repository.ub.ac.id/1615/1/Maharani%20Audina%C2%A0Azmi...Golongan/ Pangkat : III b/ Penata Muda Tk. 1 Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

46

Zhao, Shan., Huang, Guohe., Cheng, Guanhui., Wang, Yafei., Fu, Haiyan. 2013. Hardness,

COD, and Turbidity Removals from Produced Water by Electrocoagulation

Pretreatment prior to Reverse Osmosis Membrane. Journal of Desalination 344, 454-

462.