Kado 11 Januari

3
Penyesalan Terindah Judul Buku : Namaku Kartini Bukan Siti Nurbaya Penulis : Retno Kurniawati, S.Pd. Penerbit : Abda Publisher Tahun terbit : 2014 Tebal halaman : 200 Halaman Ukuran buku : 13,5 x 21 cm ISBN : 978-602-70855-6-5 Tata Letak : Ahmad Budi Ahda, Lc. Cetakan : 1 September 2014 “Istriku mengangguk pelan sambil meneteskan air mata. Kupeluk istriku dan aku minta maaf atas kekhilafanku. Kado ulang tahun pernikahan yang begitu istemewa.............Cerpen “KADO 11 JANUARI” yakni tentang penyesalan seorang suami. Seorang suami yang menyesal, karena telah mengucapkan kata-kata kasar kepada istrinya. Sang suami tersebut berkata kasar hanya dikarenakan masalah sepele, yakni istrinya bersin di depannya. Namun sang suami sadar akan kesalahannya tersebut. Tetapi saat sang suami mau meminta maaf sang istri sudah pergi dari rumah. Sang suami mulai mencari dimanakah keberadaan sang istri. Penulis cerita menarik diatas adalah Retno Kurniawati, lahir di Tuban 19 februari 1974. Putri dari Ibu Masrijati dan almarhum Bapak Ahmad Sujadi ini meraih gelar sarjana pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dari IKIP Negeri Surabaya. Penulis yang sebenarnya bercita-cita menjadi psikolog dan jurnalis ini sudah menyadari kalau memiliki bakat menulisi sejak SD. Namun baru aktif menulis setelah mengajar di SMA Negeri 1 Jatirogo. Di sela-sela kesibukan mengajar penulis berusaha menyalurkan bakat menulisnya melalui majalah sekolah ZONA EKSPRESI ini juga penulis ingin menyebarkan “virus” menulis dan membaca kepada siswa SMA Negeri 1 Padangan. Beberapa tulisannya pernah dimuat di majalah Annida, Ummi, Horison (rubrik pengalaman guru), dan KOMPAS JATIM (rubrik MUDA). Penulis sebenarnya sudah lama berkeinginan

description

RESENSI CERPEN KADO 11 JANUARI

Transcript of Kado 11 Januari

Page 1: Kado 11 Januari

“Penyesalan Terindah “Judul Buku : Namaku Kartini Bukan Siti NurbayaPenulis : Retno Kurniawati, S.Pd.Penerbit : Abda PublisherTahun terbit : 2014Tebal halaman : 200 HalamanUkuran buku   : 13,5 x 21 cmISBN : 978-602-70855-6-5Tata Letak : Ahmad Budi Ahda, Lc.Cetakan : 1 September 2014

“Istriku mengangguk pelan sambil meneteskan air mata. Kupeluk istriku dan aku minta maaf atas kekhilafanku. Kado ulang tahun pernikahan yang begitu istemewa.............”

Cerpen “KADO 11 JANUARI” yakni tentang penyesalan seorang suami. Seorang suami yang menyesal, karena telah mengucapkan kata-kata kasar kepada istrinya. Sang suami tersebut berkata kasar hanya dikarenakan masalah sepele, yakni istrinya bersin di depannya. Namun sang suami sadar akan kesalahannya tersebut. Tetapi saat sang suami mau meminta maaf sang istri sudah pergi dari rumah. Sang suami mulai mencari dimanakah keberadaan sang istri. Penulis cerita menarik diatas adalah Retno Kurniawati, lahir di Tuban 19 februari 1974. Putri dari Ibu Masrijati dan almarhum Bapak Ahmad Sujadi ini meraih gelar sarjana pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dari IKIP Negeri Surabaya. Penulis yang sebenarnya bercita-cita menjadi psikolog dan jurnalis ini sudah menyadari kalau memiliki bakat menulisi sejak SD. Namun baru aktif menulis setelah mengajar di SMA Negeri 1 Jatirogo. Di sela-sela kesibukan mengajar penulis berusaha menyalurkan bakat menulisnya melalui majalah sekolah ZONA EKSPRESI ini juga penulis ingin menyebarkan “virus” menulis dan membaca kepada siswa SMA Negeri 1 Padangan. Beberapa tulisannya pernah dimuat di majalah Annida, Ummi, Horison (rubrik pengalaman guru), dan KOMPAS JATIM (rubrik MUDA). Penulis sebenarnya sudah lama berkeinginan untuk membukukan tulisannya, namun baru sekarang penulis mewujudkannya. Selain menulis kumpulan cerpen, penulis ingin menerbitkan kumpulan cerpen dan kumpulan puisi karya guru, siswa, dan alumni.

Salah satu cerpen dari kumcer “Namaku Kartini Bukan Siti Nurbaya” ini memiliki tema yang sangat menarik, yakni tentang seorang suami

Page 2: Kado 11 Januari

yang menyesal karena mengucapkan kata-kata kasar pada istrinya. Tema seperti ini jarang sekali diangkat oleh penulis maupun pengarang lain, baru pertama saya membaca cerpen yang memiliki ide pokok seperti ini. Selain memiliki tema yang menarik, cerpen yang satu ini juga menggunakan gaya bahasa yang sesuai, tidak datar dan tidak terlalu berlebihan. Hal yang menarik berikutnya adalah penokohan, tokoh-tokoh yang digambarkan penulis mempunyai karakter yang sangat unik. Amanat yang terkandung dalam cerpen ini pun sangat banyak, yakni salah satunya jagalah lidah kita, pepatah mengatakan lidah lebih tajam daripada pedang.

Kita semua pasti mengerti bahwa semua hal itu tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan cerpen ini. Dalam cerpen ini terdapat ulasan kejadian masa lampau yang saya kira tidak perlu, karena kurang sesuai dengan tema yang dibicarakan, seperti penggalan paragraf berikut ini, “aku pura-pura tidur siang dan ketika ibu sudah terlelap aku segera lompat dari jendala dan teman-temanku sudah menanti di bawahnya, kami bermain-main di sungai sampai puas, mencari ikan kemudian membakarnya ramai-ramai. Pencuci mulutnya biasanya kami mencari jambu airjambu biji atau bahkan pisang yang ada di sekitar sungai. Minumnya cukup air kelapa muda yang kami petik dari pohon . Kalau pemiliknya datang kami akan segera berlari tunggang langgang.” Menurut saya penggalan paragraf diatas agak menyimpang dari tema. Hal lainnya yang menurut saya kurang menarik yakni latar, kecuali latar suasana, latar yang terdapat dalam cerita ini sangat biasa. Penjilidan dan kertas yang digunakan buku ini sudah baik namun, bentuk fisik buku lainnya kurang menarik. Seperti cover, dalam cover ini terdapat gambar seorang perempuan yang merenung, dari posisi foto tersebut seharusnya foto perempuan tersebut siluet, karena fotonya mengarah ke arah cahaya. Font atau huruf dalam cerpen ini jelas namun terlalu biasa, seharusnya menggunakan font yang belum pernah atau paling tidak jarang dipergunakan. Dan yang terakhir adalah layout, layout dalam buku ini lebih menarik apabila sesuai dengan tema atau judul.

Dari segi kualitas, buku ini termasuk buku yang berkualitas karena bahasa yang digunakan penulis sangat indah dan mudah dipahami. Selain itu buku ini juga tidak menyinggung SARA (suku, ras, agama, dan antar golongan/adat istiadat), dan tidak menentang ideologi negara. Disamping itu buku ini juga tidak ketinggalan jaman, buku ini menceritakan tingkah laku kehidupan masyarakat sekarang ini, dari tingkah laku anak-anak, remaja, hingga orang tua. Oleh karena itu buku ini sangat layak dibaca oleh anak-anak, remaja, hingga orang tua. Bisa dibilang buku ini layak dibaca oleh semua kalangan. Hal itu saya buktikan sendiri, adik saya yang melihat saya membaca buku ini, sangat tertarik untuk membacanya juga,

Page 3: Kado 11 Januari

dia pun mengatakan bahwa buku ini sangat menarik. Demikian pula dengan orang tua saya, ketika mereka sedang bersantai-santai mereka pun membaca buku ini, mereka mungkin tidak berkomentar, tetapi dilihat dari seringnya mereka membaca, saya pikir mereka juga menyukainya. Mungkin itu semua karena buku ini mempunyai banyak sekalli nilai moral yang dapat diambil, salah satunya cerpen “Kado 11 Januari” satu cerpen saja kita dapat mengambil beberapa pesan yakni yang pertama jagalah setiap perkataan yang keluar dari lidah, karena lidah itu kadang-kadang tajamnya melebihi pedang. Pesan yang lainnya yakni seorang istri adalah tanggung jawab seorang suami, tanggung jawab untuk membuatnya merasa aman dan tentram, bukannya malah sebaliknya. Berikut tadi adalah beberapa amanat yang terkandung dalam buku ini, masih banyak sekali pesan moral yang dapat diambil dari buku ini.