K E M E N T E R I A N K O O R D I N AT ... -...
Transcript of K E M E N T E R I A N K O O R D I N AT ... -...
MITIGASI RISIKO
FINTECH &VIRTUAL CURRENCY
J A K A R TA , 3 0 A P R I L 2 0 1 9
K E M E N T E R I A N K O O R D I N A T O R B I D A N G P E R E K O N O M I A N R I
Darmin NasutionMenteri Koordinator Bidang Perekonomian
Kegiatan ekonomi berbasis sharing/platform economy, khususnya marketplace, fintech, dan ride sharing, telah menjadi penggerak dan showcase bagi ekonomi digital di Indonesia
AGRIBUSINESS
MARKETPLACEMembantu mengurangi asymmetric information,
menciptakan peluang ekonomi, dan mendorong inovasi
RIDE SHARING
Menjadi solusi permasalahan perkotaan macet dan
menciptakan peluang ekonomi
Sebagai enabler bagi e-commercedan berkontribusi kepada
peningkatan inklusi keuangan
FINTECH
2
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIGITAL
Tantangan pemanfaatan digital, meliputi:
Penyalahgunaan data pribadi;
Cyber crime;
Penyebaran hoax dan ujaran kebencian;
Praktik pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Perluasan marketplace dari barang tersier ke agribisnis:
\\\\t
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
3Sumber: 1Daily Social, Indonesia’s Tech Start Up Report 2018; 2startupranking.com, accessed in November 2018; 3Google and AT Kearney,2017
INDONESIA TELAH MEMILIKI 4 UNICORN DAN TERLIHAT
POTENSI CALON UNICORN LAINNYA
C E N T A U R D A N U N I C O R N I N D O N E S I A 1
START UP
Jumlah Start Up di Indonesia padabulan November 2018: 1.939
(Peringkat ke-5 terbesar)2
▪ Singapore: 654 Start Up ▪ Malaysia: 198 Start Up
PERKEMBANGAN FINTECH
2017 2018
Fintech
E-Commerce
19% dari total investasi di Asia Tenggara pada tahun 2016
USD 3,0 miliar
USD 1,4 miliar2016
Jan-Aug2017
INVESTASI START UP3
28
12
8
8
Jumlah Start Up yang Memperoleh InvestasiTahap Seed1
4
ISU FINTECH
POTENSI
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Dapat meningkatkan efisiensi dan mendorong pertumbuhan e-commerce. 40% transaksi e-commerce di Asia Tenggara akan dilakukan secara cross-border pada 20251
Sebagai solusi keterbatasan sumber pendanaan.Memungkinkan pendekatan dan sistem baru untuk menilai proposal pinjaman UKM (membangun profil pelanggan, menilai risiko kredit, dan mendeteksi penipuan dengan lebih baik dengan menggunakan sumber data alternatif)
Beberapa masalah jika fintech tidak dikelola dengan baik: tingkat bunga berlebihan seperti praktik rentenir online, penyalahgunaan data pribadi, dan tingkat Non Performing Loan (NPL) yang tinggi
I S U
Sumber: 1Frost&Sullivan, 2016
Tindak pemecahan transaksi (smurfing). Transaksi fintech yang terjadi sebagian besar kurang daribatasan threshold transaksi yang harus dilaporkan (kurang dari Rp 100 juta)
Banyaknya peringatan yang salah dalam mendeteksi tindakan pencucian uang dan terorisme. Sistemyang ada pada saat ini hanya dapat mendeteksi sebagian kecil dari sample tanpa mampu melihatgambaran secara keseluruhan (big picture) atau membuat koneksi yang ada.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
ISU VIRTUAL CURRENCY
Mekanisme transfer tidak melewatiinstitusi formal yang memiliki sistemPenerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.
Risiko pencucian uang dan pendanaanterorisme yang perlu diantisipasi darivirtual currency:
5
Pseudonimity dari mekanismetransaksi menyebabkan pelakutransaksi tidak dapat diidentifikasi.
Transaksi lebih cepat dan mudahdipindahkan, hingga ke luar negeri.
Sulit melakukan pembekuan ataupenyitaan terkaitkasus kejahatan.
Penggunaan virtual currency diminatioleh masyarakat karena berbagai hal, seperti:
Privacy pengguna,
Penghematan biaya transfer dana,
Transaksi lebih cepat,
Tidak terbatas pada regulasi suatunegara tertentu,
Alternatif investasi.
Indonesia belum memiliki regulasi yang mengatur virtual currency.
Virtual currency memiliki risiko tinggi yang dapat mengganggu stabilitas sistemkeuangan, rawan risiko penggunaan untukpencucian uang dan pendanaan terorismeserta merugikan konsumen.
PERAN PEMERINTAH DAN OTORITAS KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
AGEN PEMBANGUNAN
REGULATOR FASILITATOR AKSELERATOR
Pemerintah dan otoritas perlu memahami lanskap, ekosistem, dan dinamika industri
terlebih dahulu, sebelum mengeluarkan peraturan.
Kebijakan/peraturan perlu memberi ruang bagi inovasi
dan kepastian hukum.
SIFAT KEBIJAKAN LIGHT DYNAMIC ADAPTIVE
6
Kolaborasi dengan industri menjadi penting. Bentuk interaksi dan kolaborasi ke depan
akan berubahSentralisasi >> Desentralisasi >> Distribusi
UPAYA MITIGASI R IS IKO KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
7
Know Your Customer
Pemerintah dan Otoritas tidak dapat begeraksendiri, kolaborasi dan peran aktif dari platformfintech diperlukan.
Pemanfaatan teknologi Machine Learning dan Data Analytic.
Database sistem pengawasan fintech yang terhubungdengan penegak hukum.
Platform perlu diberi kewajiban untuk memastikan legalitastransaksi yang terjadi;Identifikasi pengguna melalui media sosial, device yang digunakan, ataupun digital wallet.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN RI
Gedung POS IbukotaJl. Lapangan Banteng Utara No.1, Lantai 6, Jakarta Pusat 10710 Telp.: 021-3857757 | Fax.: 021-3511524 |e-mail: [email protected] | [email protected]
https://www.ekon.go.idTwitter: @deputi4ekon | @Perekonomian_RI
URGENSI MENINGKATKAN PERAN PENYELENGGARA TEKNOLOGI FINANSIAL DAN VIRTUAL ASSET DALAM RANGKA MITIGASI RISIKO TPPU & TPPT DI INDONESIA
DISAMPAIKAN OLEH:Dr. DIAN EDIANA RAE WAKIL KEPALA PPATK
Pendidikan:
• Doktor Bidang Hukum Ekonomi (Cum Laude), Fakultas Hukum, UniversitasIndonesia (2003). Disertasi: Transaksi Derivatif dan Regulasi Keuangan Indonesia
• Master Hukum Bisnis, School of Law, University of Chicago, U.S.A (1992)
• Sarjana Hukum, Jurusan Hukum (Ekonomi) Internasional, UNPAD Bandung (1986)
Pekerjaan:
• Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, periode 2016 s.d sekarang
• Direktur Eksekutif / Kepala Departemen Regional 1 (Sumatera) dan Koordinator DepartemenRegional 2014-2016
• Direktur Eksekutif / Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat-Banten) diBandung (Mei 2013 – 30 November 2014)
• Kepala Kantor Perwakilan BI untuk Eropa di London (2010 – 2013)
• Direktur Departemen Internasional, Bank Indonesia (2003-2010)
Lain – Lain:
•Penulis Buku: “Transaksi Derivatif di Indonesia”
•Anggota Tim Perumus Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 dan Undang-Undang No. 23 tahun 1999
•Dosen Luar Biasa di Universitas Indonesia, Universitas Tarumanegara, Universitas 17 Agustus ’45, Universitas Borobudur
•Penulis di beberapa surat kabar seperti The Jakarta Post, Kompas, Bisnis Indonesia, Koran Tempo, Pikiran Rakyat, dll.
Macro – Payment System – Regulation/
Oversight
FinancialIntegrity
Micro –Regulation/Oversight
BANK &
NBFI
FINANCIAL INTEGRITY
PPA
TK
REPORTING PARTIES
5
FINTECH &VIRTUAL
ASSET
VIRTUAL WORLD
DECENTRALIZED
NON FACE TO FACE MEETING
VULNERABLE
CONNECTED DEPENDENT
SYSTEM COMPLEXITY
BORDERLESS (COUNTRY HOP)
SMART REGULATION
SHARED RESPONSIBILITY
RULES OF LAW AND CREATING LEGAL CLARITY
FLEXIBILITY TO ACCOMMODATE NEW TECKNOLOGY
FAIRNESS AND TRANSPARENCY
KEY PRINCIPLES FEATURES
LESS BURDENSOME FOR REGULATORS
EASY TO RUN BUSINESS
WITHOUT JEOPARDIZING INTENDED GOAL OF RULES AND REGULATION
INVESTING MORE IN POLICY EVALUATION AND SIMPLIFICATION
HOW TO PROCEED
HOW MUCH UNIFORMITY IS NECESSARY
CONVERGENCE VS REMOVAL OF REGULATORY / POLICY ARBITRAGE
MORE HARMONIZATION OR COHESION POLICY IS VITAL
TRADITIONAL TRADE AGREMEENTS ALONE WILL FAIL
PUBLIC, PRIVATE, CIVIC STAKEHOLDERS PARTNERSHIP
REKOMENDASI TEKNIS
MENETAPKAN PEER-TO-PEER LENDING, EQUITY CROWDFUNDING, PENYELENGGARA INOVASIKEUANGAN DIGITAL, DAN PENYELENGGARA JASA VIRTUAL ASSET LAINNYA SEBAGAI PIHAKPELAPOR MELALUI AMANDEMEN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANGPIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIANUANG.
LPP MENGELUARKAN PEDOMAN ATAS PENERAPAN PROGRAM APU PPT YANG JUGAMENDUKUNG PERKEMBANGAN INOVASI KEUANGAN DIGITAL ATAU TEKNOLOGI FINANSIAL(REGULATORY TECHNOLOGY)
MENETAPKAN LEMBAGA PENGAWAS DAN PENGATUR TERHADAP AKTIVITASPENYELENGGARAAN JASA VIRTUAL ASSET LAINNYA, SEPERTI ENTITAS YANG MENGELOLAJASA INITIAL COIN OFFERING
PPATK MENGELUARKAN PERATURAN DAN PEDOMAN MENGENAI TATA CARA PELAPORANTRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN BAGI PENYELENGGARA TEKFIN DANPENYELENGGARA JASA VIRTUAL ASSET
MENGKAJI KEMUNGKINAN PENYUSUNAN RUU MENGENAI FINTECH DAN CRYPTO ASSETS
PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI
KEUANGAN
10
THE MOST EFFECTIVE WEAPON AGAINST CRIME IS COOPERATION... J. Edgar Hoover
Efektivitas Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
bagi Penyelenggara Teknologi Finansial dalam Menurunkan Tingkat Kerentanan TPPU dan TPPU di Indonesia
Deputi Komisioner Internasional dan Riset
Otoritas Jasa Keuangan
Jakarta, 30 April 2019
Implikasi Financial Technology (Fintech) di Indonesia .........
Internet and Active Social Media Users in Indonesia
132.7 millionactive internetusers
106.0 millionactive social media users
132.2 mobile phonesubscriptions per100
$6,963Mest. revenue in eCommerce market in 2017$
Sources: Internet World Stats, UN Broadband Commission,Statista
Funding Challenges in Indonesia
▪ Gini Ratio Indonesia – 0.40
▪ Funding Gap – Rp.988 trillion per year
▪ National Inclusion in Funding – ± 49 million units of SME's cannot access funding by FS industry
▪ About 60% of total funding is concentrate in Java
Risiko TPPU dan TPPT pada FinTech
▪ Hasil penilaian risiko TPPU dan TPPT di Indonesia
financial technology dan penggunaan virtual asset menjadi
emerging threat di Indonesia
▪ Indeks persepsi publik APU PPT
Kerentanan perkembangan teknologi sebagai sarana pencucian uang
– 5.93 indeks
Sources: PPATK
2
Inclusive & contibutive
▪ Setiap peningkatan 20% angka inklusi
keuangan mampu mengurangi angka
pengangguran sejumlah 1,4% (World
Bank, 2013).
▪ Setiap peningkatan 1% angka inklusi
keuangan mampu meningkatkan GDP
sebesar 0,03% (World Bank 2013).
▪ Meningkatkan pertumbuhan UMKM.
Preventive Measure for AML/CFT
▪ Responsible financial innovation
that is in line with the AML/CFT
requirements in the FATF Standards.
▪ New financial and regulatory
technologies may present for
improving the effective
implementation of AML/CFT
measures.
FATF Recommendation 15 - New Technologies
3
❑ Identify and assess the ML/TF risks that may arise in relation to the development of new products and
new business practices, including new delivery mechanisms, and the use of new or developing technologies
for both new and pre-existing products.
❑ Undertake the risk assessments prior to the launch of the new products, business practices or the use of
such products, practices and technologies; and
❑ Take appropriate measures to manage and mitigate the risks.
Perkembangan FinTech Lending
4
Public-Private Partnership
Peran serta yang erat antara
pemerintah, sektor swasta, dan
akademisi mengenai inovasi
keuangan membantu dalam
mendorong pemahaman
bersama tentang perkembangan,
identifikasi isu-isu terkait, dan
memfasilitasi kolaborasi untuk
mengatasi setiap concerns.
5
Peran OJK dalam Pengembangan FinTech
6
Pengembangan
Perlindungan
OJK
Pengaturan
Perizinan
Pengawasan
▪ POJK 77/2016 tanggal 29 Desember 2016 (Peer to Peer
Lending)
▪ POJK 12/2018 tanggal 6 Agustus 2018 (Digital Banking)
▪ POJK 13/2018 tanggal 16 Agustus 2018 (Inovasi Keuangan
Digital)
▪ POJK 37/2018 tanggal 31 Desember 2018(Equity Crowdfunding)
▪ POJK 12/2017 tanggal 16 Maret 2017 (APU PPT di Sektor Jasa
Keuangan
▪ Pencatatan
▪ Pendaftaran
▪ Perizinan
▪ Prudential
▪ Market Conduct
▪ AML/CFT Compliance
6
▪ Law enforcement
▪ Claim handling
▪ Fasilitator
▪ Fintech Center
▪ Innovation Hub
▪ Edukasi dan Literasi
FinTech Untuk Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dan TPPT
7
Stakeholder memiliki kepentingan bersama untuk
mencegah penyalahgunaan sistem keuangan dari
ancaman TPPU dan TPPT dalam rangka
memperkuat integritas sistem keuangan dan
berkontribusi terhadap keselamatan dan
keamanan berbangsa dan bernegara.
1. Melawan pendanaan terorisme dan
pencucian uang sebagai tujuan bersama.
Fokus terhadap inovasi yang menghadirkan
peluang dalam rangka memitigasi risiko yang
timbul, meningkatkan efektifitas penerapan
program APU PPT
2. Inovasi yang positif dan bertanggungjawab.
Kewajiban Penerapan
Prinsip Mengenali
Pengguna Jasa (PMPJ)
Kewajiban Pelaporan
kepada PPATK
▪ Peraturan OJK telah
mewajibkan Penyelenggara
Inovasi Keuangan Digital
untuk menerapkan Program
APU PPT (Kewajiban PMPJ
dan Kewajiban Pelaporan)
▪ Namun, Penyelenggara
Inovasi Keuangan Digital
belum masuk kategori Pihak
Pelapor
Menetapkan Penyelenggara Inovasi Keuangan Digital
sebagai Pihak Pelapor dalam rezim APU PPT di Indonesia
8
Terimakasih
Jumlah Pencatatan Inovasi Keuangan Digital Batch 1
9
Urgensi Sinergitas Pemerintah denganPenyelenggara Digital Asset Dalam RangkaMitigasi Risiko TPPU dan TPPT di Indonesia
Muhammad Deivito DunggioExecutive Director of Asosiasi Blockchain Indonesia
[email protected] +62 8180 777 8261
©2019
Paparan ini dibuat sebagai sarana edukasi khusus internal, dilarang memperbanyak dan menyebarluaskan tanpa seizin Asosiasi Blockchain Indonesia
Alur transaksi menggunakan bitcoin
©2019
Paparan ini dibuat sebagai sarana edukasi khusus internal, dilarang memperbanyak dan menyebarluaskan tanpa seizin Asosiasi Blockchain Indonesia
Terus belajar, berkarya, berbagi
©2019
Paparan ini dibuat sebagai sarana edukasi khusus internal, dilarang memperbanyak dan menyebarluaskan tanpa seizin Asosiasi Blockchain Indonesia
*by Yaya J. Fanusie is the director of analysis for the Foundation for Defense of Democracies Center on Sanctions and Illicit Finance (CSIF). Yaya previously spent seven years as both an economic and
counterterrorism analyst in the CIA and Dr. Tom Robinson, the Chief Data Officer and Co-Founder of Elliptic, the global leader in cryptocurrency forensicsand anti-money laundering solutions.
*Source: https://www.elliptic.co/white-papers-and-reports/fdd-bitcoin-laundering
Transaksi tanpa perantara yang sebenarnya akan meninggalkan jejak transaksi dari alamat-alamatyang digunakan (sangat detail hingga ke nomer bitcoin yang digunakan) didalam jaringan blockchain, jejak transaksi tersebut menjadi alat bantu yang dapat digunakan aparat untuk menegakkan hukum.
Bitcoin Laundering Trends in 2013-2016*
©2019
Paparan ini dibuat sebagai sarana edukasi khusus internal, dilarang memperbanyak dan menyebarluaskan tanpa seizin Asosiasi Blockchain Indonesia
“Leopard dikenal sebagai orang baik-baikdi mata tetangganya. Selama sekitar dua
tahun, Leopard dan keluarganya juga tidakpernah ada masalah dengan warga
sekitar.”
Pelaku terormall alam sutera
©2019
Paparan ini dibuat sebagai sarana edukasi khusus internal, dilarang memperbanyak dan menyebarluaskan tanpa seizin Asosiasi Blockchain Indonesia
Regulator
Asosiasi Industri
Pelaku TPPU & TPPT
Penegak Hukum
Masyarakat
Edukasi dan kerjasama dengan regulator negara
Kementrian Perindustrian Republik Indonesia
Kementrian Komunikasi & Informatika Kementrian BUMN
Peruri Digital Business Bank Indonesia
Kamar Dagang Indonesia
Kegiatan Kami
Muhammad Deivito DunggioExecutive Director of Asosiasi Blockchain Indonesia
[email protected] +62 8180 777 8261
Terima Kasih
MENGENDUS POTENSI
TERJADINYA MONEY
LAUNDERING DAN FINACIAL
TERORRISM CRIME DALAM
INDUSTRI FINTECH
OLEH:
Dr. REDA MANTHOVANI, S.H., LL.M
UU Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang
Pasal 3: “Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa
ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau
surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana
karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah)”.
Pasal 4: “Setiap Orang yang menyembunyikan ataumenyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan,pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yangsebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinyaatau patut diduganya merupakan hasil tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)dipidana karena tindak pidana Pencucian Uangdengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh)tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00(lima miliar rupiah)”.
Pasal 5 ayat (1): “Setiap Orang yang menerima
atau menguasai penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan,
penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganyamerupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah)”.
Pasal 1 angka 1 UU Nomor 9 Tahun 2013 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak PidanaPendanaan Terorisme:
“Pendanaan Terorisme adalah segala perbuatan
dalam rangka menyediakan, mengumpulkan,
memberikan, atau meminjamkan Dana, baik
langsung maupun tidak langsung, dengan maksud
untuk digunakan dan/atau yang diketahui akandigunakan untuk melakukan kegiatan terorisme,
organisasi teroris, atau teroris”.
Pemidanaan harus memenuhi dua unsur, yaitu
adanya unsur perbuatan/aksi yang dikenal sebagai
actus reus (physical element) dan sikap batin pelaku
atau yang dikenal sebagai unsur mens rea (mental
element).
Jadi actus reus adalah merupakan elemen luar
(external element), sedangkan mens rea adalah unsur
kesalahan (fault element) atau unsur mental (mental
element).
Seseorang dapat dipidana tidak cukup hanya karena
orang itu telah melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum atau bersifat melawan
hukum. Sehingga, meskipun perbuatannya memenuhi
rumusan delik dalam peraturan perundang-undangan
dan tidak dibenarkan (an objective breach of a penal
provision) namun hal tersebut belum memenuhi syarat
untuk penjatuhan pidana (Prof. Sudarto,S.H.). Hal ini
karena harus dilihat sikap batin (niat atau maksud
tujuan) pelaku perbuatan pada saat melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau
bersifat melawan hukum tersebut.
Lantas bagaimana kita mengetahui sikap batin pelaku
perbuatan pidana? Bahwa sebagaimana asas hukum “tiada
pidana tanpa kesalahan”, maka mens rea atau sikap batin
pelaku ini diwujudkan dalam bentuk “kesalahan”.
Apakah yang dimaksud dengan kesalahan? Menurut Moeljatno[1],
orang dapat dikatakan mempunyai kesalahan, jika pada waktu
melakukan perbuatan pidana, pelaku dapat dicela oleh
masyarakat, yaitu mengapa pelaku melakukan perbuatan yang
merugikan masyarakat, padahal pelaku mampu mengetahui
makna (jelek) perbuatan tersebut, sehingga seharusnya pelaku
dapat dan bahkan harus menghindari untuk berbuat demikian.
Kesalahan sebagai hubungan antara keadaan batin dengan
perbuatannya (atau dengan suatu keadaan yang menyertai
perbuatan) yang menimbulkan celaan dari masyarakat harus
berupa kesengajaan atau kealpaan.
Moeljatno juga mengatakan bahwa ukuran perbuatan yang salah
dengan celaan dari masyarakat saja tidaklah cukup, celaan itu harus
berkaitan dengan perundang-undangan pidana. Dengan demikian,
kesalahan merupakan penilaian atas perbuatan seseorang yang
bersifat melawan hukum, sehingga akibat perbuatannya tersebut
dapat dicela. Adapun yg menjadi dasar ukuran pencelaan atas
perbuatannya bukan terletak dari dalam diri pelaku, tetapi dari luar
pelaku, yaitu masyarakat maupun aturan hukum pidana.
KUHP kita hanya mengenal 2 macam bentuk
kesalahan yang melanggar hukum pidana yaitu
kesengajaan (dolus, opzet, atau intention) dan
kealpaan/kalalaian (culpa atau negligence)
Apakah yang dimaksud dengan kesengajaan? KUHP kita tidak
memberikan definisi mengenai hal tersebut. Petunjuk untuk
mengetahui arti kesengajaan dapat dilihat dalam Memory van
Toelichthing (MvT) sewaktu Menteri Kehakiman pada waktu
mengajukan Crimineel Wetboek/wetboek van strafrecht tahun
1881 (kemudian menjadi Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
/KUHP tahun 1951), disebutkan bahwa “Pidana pada umumnya
hendaknya dijatuhkan hanya pada barang siapa melakukan
perbuatan yang dilarang, dengan dikehendaki dan diketahui”.
Berdasarkan pengertian tersebut, kesengajaan diartikan sebagai
: “menghendaki dan mengetahui” (willens en wetens). Artinya,
seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja,
harus menghendaki serta menginsafi tindakan tersebut
dan/atau akibatnya. Jadi dapatlah dikatakan, bahwa sengaja
berarti menghendaki dan mengetahui apa yang dilakukan.
Orang yang melakukan perbuatan dengan sengaja
menghendaki perbuatan itu dan disamping itu mengetahui atau
menyadari tentang apa yang dilakukan itu dan akibat yang
akan timbul daripadanya. Disini muncul lagi 2 (dua) kata kunci
baru yaitu menghendaki dan mengetahui,
Bahwa atas uraian tersebut diatas dapat disimpulkan sebagai
berikut :
• Unsur mens rea adalah sikap batin (kondisi jiwa) pelaku pada
saat melakukan perbuatan tindak pidana.
• Niat adalah bagian dari mens rea tetapi mens rea tidak bisa
ditafsirkan sebagai niat saja, karena mens rea lingkupnya
lebih luas dari niat.
• Dalam sistem hukum pidana Indonesia, kesengajaan dalam
tindak pidana dinilai berdasarkan pengetahuan pelaku
tindak pidana mengenai apa yang dilakukan dan juga
akibat dari perbuatannya tersebut walaupun akibatnya tidak
sesuai dengan tujuan yang dimaksud.
• Niat dan kesengajaan mempunyai makna yang sama dalam
sistem hukum pidana Indonesia.
TERIMAKASIH