JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS...
Transcript of JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS...
ANALISIS PENGARUH MODAL INTI, DANA PIHAK KETIGA (DPK),
SUKU BUNGA SBI, NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) DAN INFLASI
TERHADAP PEMBIAYAAN YANG DISALURKAN
(STUDI KASUS BANK MUAMALAT INDONESIA)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
AJENG SARJADYASARI
NIM : 106081002381
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/2010
Surat Pernyataan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ajeng Sarjadyasari
NIM : 106081002381
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan dibuat dengan segala akibat yang timbul kemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 06 Desember 2010
(Ajeng Sarjadyasari)
i
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Ajeng Sarjadyasari
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 22 Oktober 1988
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. Kesehatan II No. 56 Rt04/Rw09
Kav Depkes Pondok cabe, Ciputat. 15411
No. Telp : 021-70381638
Alamat E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal :
1) Tamatan TK Tunas Cipayung 1994
2) Tamatan SDN Cipayung I 2000
3) Tamatan SLTPN 1 Pamulang 2003
4) Tamatan SMAN 1 Cisauk 2006
5) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen Perbankan 2006 – 2010
ii
Abstract
This study aimed to analyze the effects of variable Core Capital, the Third
Party Funds (TPF), SBI Interest Rates, Exchange Rate Rupiah and Iinflation of
distributed Financing Case Study of Bank Muamalat Indonesia.
This study uses for seventy-three months secondary data which starts from
September 2003 to September 2009 with data utilizing the publication of Bank
Indonesia. It is also supported literature study by collecting data in accordance
with the scope of discussion. The analytical tool used in this research is Path
Analysis.
The study result shows that the variable Core Capital, the Third Party
Funds (TPF),SBI Interest Rates, Exchange Rates Rupiah and inflation
simultaneously have the effect of variables which is distributed Financing of
0.992. The test results showed partial Core Capital, the Third Party Funds
(TPF), Exchange Rate (rates) and inflation has positive and significant impact
on financing which is distributed by Bank Muamalat Indonesia, while the
variable SBI Interest Rateshas no significant impact on financing which is
distributed by the Bank Muamalat Indonesia.
Keywords: Core Capital, the Third Party Funds (TPF), Interest Rates (SBI),
Exchange Rate Rupiah, Inflation, Financing
iii
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh variabel Modal
Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan
Inflasi terhadap Pembiayaan yang disalurkan Studi Kasus Pada Bank Muamalat
Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder selama tujuh puluh tiga bulan
dari September 2003 sampai dengan September 2009 dengan memanfaatkan data-
data hasil publikasi Bank Indonesia. Serta ditunjang studi kepustakaan dengan
cara mengumpulkan data yang sesuai dengan ruang lingkup pembahasan. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Jalur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Modal Inti, Dana Pihak
Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi memiliki
pengaruh secara simultan terhadap variabel Pembiayaan yang disalurkan sebesar
0,992. Hasil pengujian secara parsial menunjukan Modal Inti, Dana Pihak Ketiga
(DPK), Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia, sedangkan
variabel Suku Bunga SBI memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia.
Kata Kunci : Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI (SBI),
Nilai Tukar Rupiah (KURS), Inflasi, Pembiayaan yang disalurkan
iv
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, taufik dan hidayahnya sehingga penyusunan
skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan
kepada Nabi muhammad saw, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah
membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang disampaikan
kepada:
1. Kedua orang tuaku yang selamanya ku sayang. Semoga semua ini lancar dan
dapat memberi kalian kebanggan. Semangat yang kalian berikan disetiap aku
merasa putus asa dan sedih. Kakak ku Mas Agi, Mas Dimas, Ka Reni dan Irin
kalian banyak membantu adikmu ini semoga aku dapat membalasnya. Keponakan
ku tersayang Daffa, anak kecil yang selalu menyemangatiku dari senyumannya.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, Pudek I Bidang Akademik Fakultas
Ekonomi dan Bisnis sekaligus Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan
arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga
kepada penulis.
4. Bapak Herni Ali HT, SE, MM Pudek III Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis sekaligus Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan
arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga
kepada penulis.
5. Bapak Amir Syariffudin, SH, MM selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima
kasih atas bimbingan, motivasi dan nasehatnya .
6. Seluruh Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak mengajarkan ilmu ekonomi dan manajemen.
v
7. Kepada Beno yang selalu membantu penulis dalam hal apapun, semoga Allah
memberikan kebahagiaan kepadanya.
8. Teman-teman FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2006 Manajemen
B dan Perbankan A yang selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan
motivasi selama masa perkuliahan. Khususnya Amira, Atin, Eka, Vina, Sesy,
Hana, Wulan, Citra, Dea, Candra, Tia, Hery, Rezi, Fadly, Dipta dan Faizal.
9. Teman-teman sepermainan Ketika SMP dan SMU hingga sampai saat ini,
khususnya Riri, Athy, Widhy, Mutiara, David, Yulia.
10. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan telah
dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih banyak atas
motivasi yang telah diberikan selama ini.
Jakarta, Oktober 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ................................................................................... i
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................... iv
Abstract ...................................................................................................... v
Abstrak ....................................................................................................... vi
Kata Pengantar .......................................................................................... vii
Daftar Isi .................................................................................................... ix
Daftar Tabel ............................................................................................... xi
Daftar Gambar .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................ 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12
A. Mengenal Bank Syariah ............................................................... 12
B. Dana Pihak Ketiga (DPK) ............................................................. 21
C. Modal Inti ..................................................................................... 22
D. Inflasi ........................................................................................... 24
E. Suku Bunga SBI............................................................................ 30
F. Nilai Tukar Rupiah ........................................................................ 33
G. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 35
H. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 40
I. Hipotesis ...................................................................................... 43
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 44
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 44
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................... 44
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 44
D. Metode Analisis ........................................................................... 45
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................... .51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 54
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................. 54
B. Penemuan dan Pembahasan ......................................................... 57
1. Analisis Deskriptif ..................................................................... 57
2. Analisis Regresi Jalur Modal Inti, DPK,Suku Bunga SBI,
Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi terhadap Pembiayaan
Pada Bank Muamalat Indonesia ................................................ 74
C. Persamaan Struktural ................................................................... 93
` D. Interpretasi .................................................................................. 112
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .............................................. 118
A. Kesimpulan ................................................................................. 118
B. Implikasi ...................................................................................... 119
Daftar Pustaka ............................................................................................ 121
Lampiran..................................................................................................... 124
viii
Daftar Tabel
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Lembaga Perbankan Syariah .............................................. 3
2.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ............................................................... 15
4.1 Modal Inti Bank Muamalat Indonesia ......................................................... 58
4.2 Dana Pihak Ketiga Bank Muamalat Indonesia ........................................... 61
4.3 Data Suku Bunga SBI ................................................................................ 63
4.4 Data Nilai Tukar Rupiah ............................................................................ 66
4.5 Inflasi ........................................................................................................ 69
4.6 Pembiayaan ............................................................................................... 72
4.7 Regresi ...................................................................................................... 74
4.8 Uji F Regresi ............................................................................................. 75
4.9 Uji t Regresi .............................................................................................. 78
4.10 Pengujian Secara Parsial terhadap Pembiayaan. ......................................... 86
4.11 Korelasi ..................................................................................................... 87
4.12 Total Pengaruh Modal Inti Terhadap Pembiayaan ...................................... 94
4.13 Total Pengaruh DPK Terhadap Pembiayaan .............................................. 96
4.14 Total Pengaruh SBI Terhadap Pembiayaan ................................................ 97
4.15 Total Pengaruh Kurs Terhadap Pembiayaan ............................................... 99
4.16 Total Pengaruh Inflasi Terhadap Pembiayaan ............................................ 100
4.17 Total Pengaruh Modal Inti DPK, SBI,
KURS & Inflasi Terhadap Pembiayaan ...................................................... 101
4.18 Regresi Setelah Trimming .......................................................................... 102
4.19 Uji F Setelah Trimming ............................................................................. 102
4.20 Uji t Setelah Trimming ............................................................................... 103
4.21 Pengujian antar variabel independen setelah trimming ................................ 104
4.22 Total Pengaruh Modal Inti Terhadap Pembiayaan setelah Trimming ........... 107
ix
4.23 Total Pengaruh DPK Terhadap Pembiayaan setelah Trimming .................... 108
4.24 Total Pengaruh KURS Terhadap Pembiayaan setelah Trimming ................ 110
4.25 Total Pengaruh Inflasi Terhadap Pembiayaan setelah Trimming ................ 111
x
Daftar Gambar
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 42
4.1 Modal inti .......................................................................................... 59
4.2 DPK .................................................................................................. 62
4.3 SBI .................................................................................................... 63
4.4 Kurs .................................................................................................. 67
4.5 Inflasi ................................................................................................ 70
4.6 Pembiayaan ....................................................................................... 73
4.7 Diagram Jalur .................................................................................... 92
4.8 Diagram Jalur Setelah Trimming........................................................ 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendirian sebuah local saving bank yang beroperasi tanpa bunga di Desa Mit
Ghamir di tepi sungai Nil, Mesir, pada tahun 1960-an telah menjadi tonggak
berdirinya lembaga perbankan Islam modern pertama, bahkan lembaga keuangan
Islam modern pertama di dunia. Pesatnya pertumbuhan bank-bank Islam telah
mengilhami bank-bank konvensional untuk meniru dan menawarkan produk-
produk bank Islam.(Zainul Arifin, 2005:5)
Kemudian berkembangnya bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh
ke Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memasukan kemungkinan berdirinya
bank syariah dalam undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang
secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan dengan dasar
operasional bagi hasil. Secara rinci UU tersebut dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip bagi hasil.
Peraturan tersebut telah dijadikan dasar hukum beroperasinya bank syariah di
Indonesia yang menandai dimulainya era dual banking system di Indonesia.
Selama periode 1992 sampai dengan 1998, hanya terdapat satu bank umum
syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) yang telah beroperasi.
2
Pada tahun 1998 dikeluarkan UU No.10 Tahun 1998, sebagai amandemen
dari UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang memberikan landasan yang
kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah sebagai bagian dari sistem
perbankan nasional. Kemudian pada tahun 1999 dikeluarkan UU No.23 tahun
1999 tentang Bank Indonesia, yang memberikan kewenangan bagi Bank
Indonesia untuk dapat menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah.
Menurut Laporan Bank Indonesia, jumlah bank syariah yang beroperasi dari
tahun 1998 meningkat cukup signifikan. Selama tahun 2009 jumlah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah mengalami
penambahan 5 Bank Umum Syariah (BUS) 26 Unit Usaha Syariah (UUS) dan
133 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), sehingga pada akhir tahun 2009
terdapat 6 BUS, 25 UUS dan 138 BPRS. Sejalan dengan hal tersebut, jaringan
kantor bank syariah, termasuk layanan syariah juga menunjukan peningkatan
menjadi 1140 kantor dan 1929 layanan syariah. Data perkembangan lembaga
perbankan syariah dari tahun 2005 sampai tahun 2009 sebagai berikut :
3
Tabel 1.1
Perkembangan Lembaga Perbankan Syariah
Sumber : Bank Indonesia
Tabel I.1 terlihat perkembangan jumlah lembaga perbankan syariah
mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ketahun.
Kinerja Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
sepanjang tahun 2009 cukup pesat dengan pertumbuhan laba mencapai 83%. Jika
pada tahun 2008 laba bank syariah hanya mencapai Rp 432 miliar, maka per
September 2009 laba bank syariah sudah mencapai Rp 791 miliar. Demikian data
Statistik Perbankan Syariah yang dikutip Detik Finance dari situs Bank Indonesia,
Selasa (2/2/2010).
Sebagaimana dengan bank konvensional, bank syariah juga memiliki peranan
sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan kelompok masyarakat
atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan
unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit). Untuk itu minat
masyarakat menyimpan dananya di bank syariah semakin besar hal ini ditandai
Kelompok Bank 2005 2006 2007 2008 2009
Bank Umum Syariah 3 3 3 5 6
Unit Usaha Syariah 19 20 26 27 25
Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah
92 105 114 131 138
Total Jumlah Kantor 550 636 711 953 1140
Jumlah layanan syariah - 456 1195 1470 1929
4
dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan syariah
dengan angka pertumbuhan sebesar 37,7%. Tingginya pertumbuhan DPK ini
disebabkan oleh ketatnya likuiditas yang memaksa pelaku usaha termasuk
lembaga keuangan untuk menahan dana mereka. Kondisi ketatnya likuiditas ini
juga mempengaruhi perilaku masyarakat yang relatif menahan konsumsi mereka,
sehingga ada kecenderungan pemeliharaan dana yang berdampak pada
peningkatan DPK perbankan syariah. Disamping itu peningkatan DPK ini
dipengaruhi pula oleh return bank syariah yang cukup bersaing seiring dengan
adanya kebijakan penurunan suku bunga diperbankan konvensional. Kemudian
dari sisi pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah selama tahun 2009
mencapai nilai Rp 46,9 triliun, bertumbuh 22,74% (yoy) mengalami perlambatan
dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan tahun 2008 sebesar 36,70%.
Walaupun demikian pertumbuhan penyaluran pembiayaan bank syariah lebih baik
dibandingkan dengan kredit yang diberikan bank konvensional nasional yang
hanya bertumbuh 9,96%. Jenis pembiayaan masih didominasi oleh murabahah
yaitu sebesar 56,8%. (Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2009)
Mohamad Hasyim Asy’ari (2004:4) menyatakan dalam tesisnya bahwa
kinerja dan kelangsungan usaha bank yang berdasarkan pada prinsip syariah
tergantung pada manajemen bank untuk menjaga kualitas terhadap penanaman
dana (pembiayaan). Kualitas penanaman dana yang baik akan menghasilkan
keuntungan, sehingga kinerja bank yang berdasarkan prinsip syariah akan
menjadi baik. Sebaliknya jika kualitas penanaman dana bank buruk maka akan
5
membawa pengaruh menurunnya kinerja bank yang pada akhirnya dapat
mengancam kelangsungan usaha bank yang berdasarkan syariah.
Memperhatikan fungsi pokok perbankan sebagai lembaga yang memiliki
fungsi intermediasi keuangan/dana dan manfaat yang besar bagi sektor riil oleh
karena itu peningkatan peranan perbankan sangat diperlukan untuk meningkatkan
volume usaha sektor riil yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembiayaan merupakan indikator utama
untuk perkembangan/pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah nasional,
sehingga perlu dikaji faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi besarnya
jumlah pembiayaan yang disalurkan kemasyarakat oleh perbankan syariah (Pratin
dan Akhyar, 2005:35)
Terkait kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan, tentunya bank
syariah menghadap faktor pendukung dan faktor penghambat yang berasal dari
internal ataupun eksternal. Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh adalah
kondisi makroekonomi.
Menurut Adiwarman Karim (2004) dalam Tony Hidayat (2007:2) pada teori
bejana berhubungan mengungkapkan bahwa kebijakan moneter konvensional
akan mempunyai pengaruh terhadap perbankan syariah misalnya tingkat suku
bunga SBI. Ari Cahyono (2009) menemukan bahwa SBI berpengaruh negatif
terhadap pembiayaan yang berarti bahwa setiap kenaikan suku bunga SBI akan
menurunkan pembiayaan.
6
Kurs atau nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara terhadap
negara lain. Oleh karena itu kurs merupakan salah satu alat pengukur kondisi
makroekonomi terhadap suatu negara, sebab menunjukan kemampuan relatif
perekonomian suatu negara terhadap negara lainnya. Pada saat ini barometer
untuk mengukur kekuatan mata uang dunia adalah US Dollar (dolar Amerika).
Rossar Maries (2008) dalam tesisnya membuktikan adanya pengaruh nilai tukar
Rupiah terhadap pembiayaan yang disalurkan bank syariah.
Inflasi menjadi salah satu indikator makroekonomi yang penting dalam
perekonomian Indonesia. Inflasi sangat mempengaruhi aktivitas pelaku ekonomi
baik itu di sektor riil ataupun di sektor keuangan seperti sektor perbankan maupun
di sektor moneter. Gejolak inflasi yang signifikan akan mengganggu kestabilan
perekonomian. Dampak adanya inflasi yang tinggi pun akan merugikan banyak
golongan masyarakat diantaranya bagi dunia usaha, sebagai produsen barang dan
jasa, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Namun bila inflasi menyebabkan naiknya
biaya produksi sehingga pada akhirnya akan merugikan produsen, maka produsen
akan enggan untuk melanjutkan produksinya. Produsen bisa menghentikan
produksinya untuk sementara waktu atau bahkan apabila tidak sanggup mengikuti
laju inflasi produsen tersebut mengalami kerugian. Sehingga akan berdampak
pada kinerja keuangannya secara umum.
Dampak inflasi lebih lanjut akan menyebabkan tingginya risiko default.
Risiko ini akan meningkatkan Non Performing Finance (NPF) perbankan syariah.
7
Jika pembiayaanya berdasarkan akad bagi hasil dimana jika pihak debitor
mengalami kerugian usaha maka kerugian ini juga ditanggung oleh bank syariah
(risk sharing) jika jenis pembiayaanya adalah akad jual beli (murabahah) maka
tingginya inflasi akan menyebabkan produk pembiayaan syariah secara umum
menjadi relatif lebih mahal. Tingginya risiko pembiayaan akan menyebabkan
berkurangnya penyaluran pembiayaan bank syariah pada sektor riil.
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuan
menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil maupun besar, dengan masa
pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupakan
masalah bank yang paling utama. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat
berbuat apa-apa, atau dengan kata lain, bank menjadi tidak berfungsi sama sekali.
Menurut Muhammad (2005:52) pembiayaan yang disalurkan bank syariah sangat
bergantung pada besaran dana yang tersedia, baik yang berasal dari pemilik
berupa modal (sendiri, termasuk cadangan) serta dana dari masyarakat luas/Dana
Pihak Ketiga (DPK). Jadi semakin besar funding suatu bank akan meningkatkan
potensi bank yang bersangkutan dalam penyediaan pembiayaan.
Permasalahan-permasalahan di atas mendorong minat penulis untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memberi pengaruh
terhadap pembiayaan yang disalurkan pada Bank Muamalat Indonesia. Dipilihnya
Bank Muamalat Indonesia sebagai objek penelitian karena didasarkan oleh
beberapa pertimbangan. Sebagaimana diketahui Bank Muamalat Indonesia adalah
bank pertama murni syariah, dengan pola Islamic Banking Concept-nya, kini telah
8
menjadi trend dunia perbankan nasional maupun internasional, Bank Muamalat
Indonesia yang menjalankan konsep bagi hasil yang fair dan nyata telah
menggerakkan sektor riil dengan teruji, yakni dikala krisis ekonomi dan moneter
melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, Bank Muamalat Indonesia telah
membuktikan ketangguhannya. Hal ini patut dibanggakan, karena disaat beberapa
bank konvensional berguguran, Bank Muamalat Indonesia luput dari likuidasi,
tidak terkena kasus BLBI, dan sama sekali tidak membebani BI sebagai bank
rekap.
Sejauh ini pertumbuhan kinerja bank syariah terbaik ini terus menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Pertumbuhan aset tercatat sebesar 19,3 persen atau
naik dari Rp 12,59 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 15,02 triliun pada tahun
2009. Selain itu, Bank Muamalat Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan Dana
Pihak Ketiga (DPK) sebesar 21,84 persen dari Rp 10,07 triliun pada tahun 2008
menjadi Rp 12,27 triliun pada tahun 2009. Pertumbuhan tersebut juga dialami
oleh pertumbuhan penyaluran pembiayaan sebesar 7,42 persen dari Rp 10,51
triliun di tahun 2008 menjadi Rp 11,29 triliun di 2009.
Penelitian dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia periode September 2003
sampai September 2009 dengan pertimbangan bahwa pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat terus mengalami peningkatan selama 6 tahun yakni
dari tahun 2003 sampai dengan 2009. Pada bulan september 2003, jumlah
pembiayaan yang telah disalurkan yaitu Rp 2,07 triliun sedangkan di akhir bulan
September 2009 sejumlah Rp 11,28 triliun.
9
Melihat hal-hal diatas maka faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran
pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia yang perkembangannya makin cepat
dengan demikian layak untuk diteliti. Jika tidak ada penelitian tentangnya
dikhawatirkan pelaksanaan penyaluran pembiayaan Bank Muamalat Indonesia ke
masyarakat yang sangat penting berkontribusi bagi perekonomian ini ketika
terjadi kendala yang menghambat penyaluran pembiayaan pada Bank Muamalat
Indonesia tidak dapat diketahui penyebab sebenarnya, sehingga tidak mampu
untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi masalah yang ada.
Tentunya hal ini sangat penting bagi jajaran manajemen dan pengurus bank
untuk tetap menjaga kualitas penanaman dana (pembiayaan) yang baik. Dalam hal
ini, peneliti mencoba mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi
penyaluran pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Maka Peneliti memilih
judul “Analisis Pengaruh Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga
SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap Pembiayaan yang
Disalurkan Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia”.
10
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI,
Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap Pembiayaan yang disalurkan.
2. Berapa pengaruh langsung dan tidak langsung Modal Inti, Dana Pihak Ketiga
(DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap
Pembiayaan yang disalurkan.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini terutama
bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga
SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap pembiayaan yang
disalurkan.
2. Menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung Modal Inti, Dana Pihak
Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi
terhadap pembiayaan yang disalurkan.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yakni
manfaat akademis maupun praktis.
1. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat
untuk:
11
a. Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.
b. Bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan pemikiran
dan bahan kajian penelitian.
2. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat:
a. Kalangan perbankan syariah sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
mengantisipasi berbagai eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi
kinerja bank syariah
b. Untuk memberikan informasi tambahan bagi investor dan masyarakat
yang berkepentingan untuk menginvestasikan dananya di perbankan
syariah.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mengenal Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan
pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah
lembaga keuangan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank
Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan syariat Islam.
(Muhammad, 2005: 1)
2. Falsafah Operasional Bank Syariah
Setiap lembaga keuangan syariah, mempunyai falsafah mencari keridhaan
Allah SWT untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat. Oleh karena
itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari
tuntunan agama, harus dihindari. (Muhammad, 2000: 63).
a. Menjauhkan diri dari unsur riba , caranya :
1) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara
pasti keberhasilan suatu usaha (QS. Luqman : 34);
2) Menghindar penggunaan sistem persentasi untuk pembebanan biaya
terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang
13
mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis hutang/simpanan
tersebut hanya karena berjalannya waktu. (QS. Ali Imran : 130);
3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang
ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh
kelebihan baik kuantitas maupun kualitas. (HR. Muslim, Bab Riba No.
1551 s/d 1567);
4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan
atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara
sukarela. (HR. Muslim, Bab Riba No. 1569 s/d 1572)
b. Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.
Dengan mengacu pada QS. Al Baqarah ayat 275 dan QS. An Nisa ayat
29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar
sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya
pertukaran antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan
muamalah berlaku prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga
akan mendorong produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus
barang/jasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan
inflasi. (Muhammad, 2005: 3)
3. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Persoalan bunga bank yang disebut sebagai riba telah menjadi bahan
perdebatan di kalangan pemikir dan fiqh Islam. Tampaknya kondisi ini tidak
akan pernah berhenti sampai disini, namun akan terus diperbincangkan dari
14
masa ke masa. Untuk mengatasi persoalan tersebut, sekarang umat Islam telah
mencoba mengembangkan paradigma perekonomian lama yang akan terus
dikembangkan dalam rangka perbaikan ekonomi umat dan peningkatan
kesejahteraan umat. Realisasinya adalah berupa operasinya bank-bank Islam
di pelosok bumi ini, dengan beroperasi tidak mendasarkan pada bunga, namun
dengan sistem bagi hasil.
Sistem bunga dan bagi hasil sekilas terlihat sama karena keduanya
memberikan keuntungan bagi pemilik dana namun memiliki perbedaan yang
sangat nyata.
Muhamad Syafi’i Antonio (hal 60:2001) membedakan sistem bunga dan
bagi hasil dilihat dari penentuan pada akad, besar persentase, pembayaran,
jumlah pembayaran, dan eksistensinya pada beberapa keyakinan/agama.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
15
Tabel 2.1
Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil
BUNGA BAGI HASIL
Akad Penentuan bunga dibuat pada
waktu akad dengan asumsi harus
selalu untung
Penetuan besarnya
rasio/nisbah bagi hasil dibuat
pada waktu akad dengan
berpedoman pada
kemungkinan untung rugi
Besar
persentase
Besarnya presentase
berdasarkan pada jumlah uang
(modal) yang dipinjamkan
Besar presentase bagi hasil
berdasarkan jumlah
keuntungan yang diperoleh
Mekanisme
pembayaran
Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa
pertimbangan apakah proyek
yang dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi
Jumlah pembagian laba
meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah
pendapatan
Jumlah Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat atau
keadaan ekonomi booming
Jumlah pembagian laba
meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah
pendapatan
Eksistensi pada
agama
Eksistensi bunga diragukan oleh
semua agama termasuk Islam
Tidak ada agama yang
meragukan bagi hasil
Sumber : Muhamad Syafi’i Antonio (hal 60:2001)
4. Pembiayaan Dalam Bank Syariah
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil. (Kasmir, 2002:93).
16
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2003:160) pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Bentuk penyaluran dana atau pembiayaan yang dilakukan bank syariah
dalam melaksanakan operasinya secara garis besar dapat dibedakan ke dalam
4 kelompok sebagai berikut :
a. Prinsip jual beli
b. Prinsip bagi hasil
c. Prinsip sewa menyewa
d. Prinsip pinjam-meminjam berdasarkan akad qardh. (Dahlan Siamat,
2005:423)
a. Dalam penerapan prinsip syariah terdapat 3 jenis prinsip jual beli yang
banyak dikembangkan oleh perbankan syariah dalam kegiatan pembiayaan
modal kerja dan produksi, yaitu ba’i al murabahah, ba’i as-salam, dan ba’i
al istishna. (Dahlan Siamat, 2005:423)
1) Murabahah adalah transaksi dimana bank menyebut jumlah
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah
sebagai pembeli. (M. Arief Mufraini, 2008:41).
17
In brief, murabahah is a sale and purchase contract by stating the
buying price of the transaction object, and the profit margin
mutually agreed by both the seller and buyer. (Adiwarman A.
Karim, 2005:113)
Menurut Heri Sudarsono (2004:62) murabahah adalah jual beli
barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati antara pihak bank dengan nasabah.
2) Salam adalah pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. (Muhammad Syafi’i
Antonio, 2001:108).
Salam is a sale and purchase transaction whereby the project or
property transaction is yet to exist. The object delivery is usually
deffered, while the payment is made in chase. The bank as a seller,
while the client a seller. At first blush, this seems to resemble a
transaction of ijon (advance selling); however, under a salam
transaction, the quantity, quality, price, and time of delivery must be
fixed and predetermined. (Adiwarman A. Karim, 2005:99)
3) Istishna pada dasarnya merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dan pembuat barang dengan pembayaran dimuka, baik dilakukan
18
dengan cara tunai, cicil, atau ditangguhkan. Untuk melaksanakan
skim istishna kontrak dilakukan di tempat pembuat barang penerima
pesanan dari pembeli. (Dahlan Siamat, 2005:426)
Isthina’s products are smiliar to salam products exept that under the
letter, payments by the bank can be made in several installments.
Islamic banking under the istishna’s scheme is usually applicable in
the financing of manufacturing and construction ventures.
(Adiwarman A. Karim, 2005:100)
b. Prinsip bagi hasil atau profit sharing dalam perbankan syariah terdiri dari
empat jenis akad, yaitu : al-mudharabah, al-musyarakah, al-muzara’ah, dan
al-musaqah. Namun yang banyak diimplementasikan dalam perbankan
syariah adalah dua prinsip bagi hasil pertama, yaitu al-mudharabah dan al-
musyarakah.
1) Musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana atau keahlian dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dari resiko akan ditanggung sesuai dengan
kesepakatan. (Muhammad Syafi’i Antonio, 2003:90).
19
Istilah lain musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Secara
etimologi syirkah berarti percampuran, yakni bercampurnya satu dari
dua harta dengan harta lainnya tanpa dapat dibedakan antar
keduanya. (Rahmat Syafei, 2001:183).
Musyarakah transactions are based upon the desire of contracting
parties to jointly increase the values of their assets. Musyarakah
encompasses all forms of business undertaking whereby two or more
parties combine resources, be it tangible or intangible assets alike.
(Adiwarman A. Karim, 2005:102)
2) Mudharabah atau qiradh secara bahasa diambil dari kata al-qhardu
yang berarti al-qath’u yang berarti potongan, sebab pemilik
memberikan potongan dari hartanya untuk diberikkan kepada
pengusaha agar menggunakan harta tersebut, dan pengusaha akan
memberikan potongan dari laba yang diperoleh, sedangkan secara
istilah mudharabah atau qiradh adalah akad kerjasama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama atau pemilik dana menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. (Heri
Sudarsono, 2004:95)
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih
dimana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada
20
pengelola dengan suatu perjanjian keuntungan. (M. Arief Mufraini,
2008:56)
Mudharabah is a form of joint venture of two or more parties
whereby the capital owner (shahib al-maal) entrusts capital to the
manager (mudharib) under a profit sharing agreement. (Adiwarman
A. Karim, 2005:103)
Secara umum mudharabah ada dua, yaitu mudharabah muthlaqah
dan mudharabah muqayyadah. Mudharabah muthlaqah yaitu bentuk
kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan
daerah bisnis. Sedangkan mudharabah muqayyadah yaitu kerjasama
antara shahibul maal dan mudharib dibatasi dalam jenis usaha,
waktu dan tempat usaha. (Heri Sudarsono, 2004:97).
c. Ijarah adalah perjanjian antara pemilik barang dan penyewa yang
membolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan
membayar sewa sesuai dengan persetujuan bersama. Persetujuan ini termasuk
pula jangka waktu pembayaran dan jumlah angsuran. (Herman Darmawi,
2006:82).
21
Basically, ijarah is defined as the right to utilize a product or service by
means of paying certain compensation. (Adiwarman A. Karim, 2005:136).
d. Bank Indonesia mendefinisikan qardh sebagai penyediaan dana atau
tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak
peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka
waktu tertentu. (Dahlan Siamat, 2005:432).
B. Dana pihak ketiga
Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank yang biasa disebut
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasional bank. Dana pihak ketiga ini relatif lebih mudah dan dominan asalkan
dapat memberikan bunga dan fasilitas yang menarik bagi masyarakat (Kasmir
2002:63). Pembagian simpanan pihak ketiga kedalam beberapa jenis
dimaksudkan agar para penyimpanan memiliki pilihan sesuai dengan tujuan
masing masing. Tiap pilihan mempunyai pertimbangan tertentu dan adanya suatu
pengharapan yang ingin diperolehnya. Pengharapan yang ingin diperoleh dapat
berupa keuntungan, kemudahan, dan keamanan (Kasmir, 2004:64).
Menurut Zainul Arifin (2002:47) Bank syariah dapat menarik Dana Pihak
Ketiga dari masyarkat dalam bentuk:
22
1. Titipan (Wadi’ah), yaitu simpanan yang dijamin keamanan dan
pengembaliannya (guaranteed deposit) tetapi tanpa memperoleh imbalan
atau keuntungan;
2. Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko (non guaranteed account)
untuk investasi umum (general investment account/mudharabah mutlaqah)
dimana bank akan membayar bagian keuntungan secara proporsional
dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut;
3. Investasi khusus (special investment account/mudharabah muqayyadah)
dimana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee;
jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil
risiko atas investasi tesebut.
C. Modal inti
Menurut Zainul Arifin (2002) secara tradisional, modal didefinisikan
sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan.
Berdasarkan nilai buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth)
yaitu selisih antara nilai buku dan aktiva dikurangi dengan nilai buku dari
kewajiban (liabilities). Pada suatu bank, sumber perolehan modal bank dapat
diperoleh dari beberapa sumber. Pada awal pendirian, modal bank diperoleh dari
para pendiri dan para pemegang saham. Pemegang saham menempatkan
modalnya pada bank dengan memperoleh hasil keuntungan di masa yang akan
datang.
23
Sri Sulad Hardanto (2006:8) modal adalah investasi dari pemegang saham
bank, dan dapat diukur dari nilai yang tercatat dineraca. Modal yang mencukupi
merupakan sumber daya yang penting bagi bank untuk memastikan solvency.
Modal bank adalah satu-satunya sumber dana yang dapat menyerap kerugian
karena tidak harus dibayar kembali.
Rimsky K Judisseno (2005:131) Modal inti adalah modal sendiri, yaitu
dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada
umumnya dana modal inti terdiri dari :
1. Modal yang disetor oleh para pemegang saham; sumber utama dari modal
perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik
menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan untuk
penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan
mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.
2. Agio saham, selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai
akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
3. Modal sumbangan, adalah modal yang diperoleh kembali dari sumbangan
saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dan harga jual apabila saham
tersebut dijual. Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima oleh
bank yang berbentuk hukum koperasi juga termasuk dalam pengertian modal
sumbangan.
24
D. Inflasi
1. Definisi Inflasi
Menurut Sadono Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga
secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode
lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga
pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Menurut
Husein Umar (2008:97) inflasi adalah tingkat kenaikan harga umum secara
terus menerus dalam periode tertentu, Menurut Muana Nanga (2005), inflasi
adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara
terus-menerus. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin
melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata
uang suatu negara. (Khalwaty, 2000:5).
Dari definisi tersebut, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu sebagai berikut:
a. Kenaikan Harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada
harga periode sebelumnya. Perbandingan tingkat harga bisa dilakukan
dengan jarak waktu yang lebih panjang: seminggu, sebulan, triwulan, dan
setahun.
b. Bersifat Umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika
kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum juga
25
mangalami kenaikan. Contohnya adalah kenaikan harga BBM, karena
BBM merupakan komoditas yang sangat strategis maka kenaikan harga
BBM akan merdampak kepada kenaikan harga komoditas lainnya. Bahkan
kenaikan BBM akan mengundang kaum buruh menuntut kenaikan upah
harian untuk memelihara daya beli mereka
c. Berlangsung Terus-Menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan
inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Oleh karena itu, perhitungan inflasi
minimal dilakukan dalam rentang waktu bulanan. Sebab dalam waktu
sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga tersebut bersifat umum dan
terus-menerus.
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berangsung secara terus-menerus
dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. (Wikipedia, 2007).
2. Jenis-jenis Inflasi
Berdasarkan derajatnya, inflasi dibedakan menjadi sebagai berikut:
26
a. Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah angka 10%
setahun.
b. Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 10%-30%
setahun.
c. Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 30%-100%
setahun.
d. Hiperinflasi (inflasi tak terkendali), terjadi apabila berada di atas 100%
setahun.
Berdasarkan kepada sumber atau penyebabnya kenaikan harga-harga
berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut:
a. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang
dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat
pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang
melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
Pengeluaran-pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi.
b. Inflasi Desakan Biaya
Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya
produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah.
Inflasi ini terurtama berlaku dalam masa perekonomian berkembang
dengan pesat ketika pengangguran adalah sangat rendah. Apabila
perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah,
27
mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji
dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerjaan baru
dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini
mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan
menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.
c. Inflasi Diimpor
Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga-harga
barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam
negeri. Inflasi ini akan ada apabila barang-barang impor yang mengalami
kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan
pengeluaran-pengeluaran perusahaan.
3. Efek Buruk Inflasi
Menurut Sadono Sukirno (2004: 338), efek-efek buruk dari inflasi yaitu
sebagai berikut :
a. Inflasi dan perkembangan ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya akan menggalakkan perkembangan
ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif
sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka
menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan
berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya
lebih banyak pengangguran akan terwujud.
28
Kenaikan harga-harga juga menimbulkan efek buruk pula ke atas
perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak
dapat bersaing di pasaran internasional, selanjutnya ekspor akan menurun.
Sebaliknya, harga-harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai
akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor relatif murah, maka lebih
banyak impor yang dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti oleh impor
yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang
asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.
b. Inflasi dan kemakmuran rakyat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi, inflasi
juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat.
c. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan
tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga.
Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang
berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.
d. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di
bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain
merupakan simpanan keuangan. Nilai riinya akan menurun apabila inflasi
berlaku.
e. Memperburuk pembagian kekayaan
29
Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi
kemerosotan dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat
keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Juga sebagian
penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan
demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan
berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang
akan menjadi semakin tidak merata
4. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi
Sadono Sukirno (2004:354) Kebijakan yang mungkin dilakukan
pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu:
a. Kebijakan fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi
pengeluaran pemerintah.
b. Kebijakan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan membatasi
kredit.
c. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat
mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi
pajak impor dan pajak atas pajak atas bahan mentah, melakukan penetapan
harga, menggalakkan pertambahan produksi dan perkembangan teknologi
30
E. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
1. Suku Bunga
Suku bunga merupakan salah satu variabel yang paling banyak diamati
dalam perekonomian. Hampir setiap hari pergerakannya dilaporkan di surat kabar.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004) Bunga adalah pembayaran yang
dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang
dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang
dipinjamkan.
Menurut Sadono Sukirno (2004:103) Suku bunga adalah Persentasi
pendapatan yang diterima oleh para penabung dari tabungan uang yang
disisihkanya. Dan merupakan persentasi pendapatan yang harus dibayar oleh para
peminjam dana.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suku
bunga adalah suatu harga atau biaya yang diberikan peminjam atau pihak yang
memiliki kekurangan dana kepada pihak yang meminjamkan dana atau memiliki
kelebihan dana atas penggunaan dana tersebut pada jarak waktu tertentu. Dengan
kata lain, orang yang diberi kesempatan meminjam harus membayar biaya atas
pinjamannya tersebut. Biaya peminjaman, diukur dalam rupiah per tahun per
Rupiah yang dipinjam, adalah suku bunga.
Jumlah pinjaman yang diberikan disebut principal dan harga yang dibayar
biasanya diekspresikan sebagai presentase dari prinsipal per unit waktu
31
(umumnya, setahun). Dalam bagian ini, dibahas dua teori penentuan suku bunga
yang paling berpengaruh yaitu: teori Fisher, yang mendasari loanable funds
theory, dan liquidity preference theory dari Keynes.
a. Pendekatan Klasik Fisher
Irving Fisher telah menganalisis penentuan tingkat suku bunga dalam
ekonomi dengan mempelajari mengapa orang-orang menabung (mengapa
mereka tidak mengkonsumsi semua sumber daya mereka) dan mengapa
orang lain yang meminjam. Di sini dibahas teori Fisher dalam konteks
sebuah perekonomian yang sangat sederhana. Perekonomian tersebut
hanya terdiri dari para individu yang melakukan konsumsi dan menabung
penghasilan berjalan mereka, perusahaan-perusahaan yang meminjam
penghasilan yang tidak dikonsumsi dan berinvestasi;suatu pasar tempat di
mana para penabung memberi pinjaman sumber daya kepada para
peminjam, dan proyek-proyek tempat perusahaan berinvestasi. Suku
bunga atas pinjaman tersebut tidak mengandung premi bagi risiko
kegagalan (default risk) karena perusahaan-perusahaan peminjam
diasumsikan akan mampu memenuhi semua kewajibannya. (Sadono
Sukirno, 2004: 204)
b. Pendekatan Keynes
Keynes menantang pandangan ekonom klasik, bahwa tingkat bunga
tidak menentukan besar kecilnya investasi maupun tabungan masyarakat.
Tabungan dan investasi menurut Keynes ditentukan dan dipengaruhi
32
secara langsung oleh tingkat pendapatan masyarakat itu sendiri. Terutama
untuk tabungan, menurut Keynes, orang akan menabung jika orang
tersebut memiliki kelebihan uang (marginal prospensity to save) yaitu
pendapatannya di atas kebutuhan konsumsinya. Sehingga Keynes yakin
bahwa bunga bukanlah faktor utama dalam menentukan tingkat tabungan
masyarakat. Demikian juga halnya dengan investasi, Keynes berkeyakinan
bahwa bunga bukanlah faktor utama dalam menentukan tingkat investasi,
walaupun diakui bahwa adalah salah satu pertimbangan untuk investasi
adalah tingkat bunga. (Rimsky K Judisseno, 2005: 83)
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat bank Indonesia atau SBI pada prinsipnya adalah surat berharga
atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh bank Indonesia sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek dan diperjualbelikan dengan
diskonto. SBI pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama
untuk menciptakan suatu instrument pasar uang yang hanya diperdagangkan
antar bank. Namun setelah dikeluarkannya kebijakan yang memperkenankan
bank-bank menerbitkan sertifikat deposito pada tahun 1971, dengan terlebih
dahulu memperoleh izin dari bank Indonesia, maka SBI tidak lagi diterbitkan
karena sertifikat deposito dianggap akan dapat menggantikan SBI. Oleh
karena itu, SBI sebenarnya hanya sempat beredar kurang lebih satu tahun.
Namun sejalan dengan berubahnya pendekatan kebijaksanaan moneter
pemerintah terutama setelah deregulasi perbankan 1 juni 1983, maka bank
33
Indonesia kembali menerbitkan SBI sebagai instrument operasi pasar terbuka,
terutama untuk tujuan kontraksi moneter.(Dahlan Siamat:2004)
F. Nilai Tukar Rupiah
Menurut Adiwarman A. Karim (2006:157) exchange rates (nilai tukar uang)
atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan
(quatation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata
uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang
domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat
harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam
berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme,
investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara, yang
melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004) Nilai Tukar valuta asing adalah
harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain.
Menurut Gregorie Mankiew (2007) Exchange rate is the rate at which a
country makes exchanges in world markets.
Menurut Kuncoro (2008) Kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang
diperlukan untuk membeli satu US$ (US Dollar).
Menurut Sadono Sukirno (2004:397) kurs (nilai tukar) valuta asing adalah
Jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang
dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
34
Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata
uang terhadap mata uang lainnya. Menurut Bank Indonesia (2003) pada dasarnya
terdapa tiga system nilai tukar, yaitu:
1. Fixed exchange rate (sistem nilai tukar tetap)
2. Managed floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang terkendali)
3. Floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang)
Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap
mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu, misalnya nilai tukar rupiah terhadap
mata uang dolar Amerika adalah Rp 8000 per dolar. Pada nilai tukar ini bank
sentral akan siap untuk menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk
mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai tukar tersebut tidak
lagi dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi atau
revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan.
Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai
dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan
demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan penawaran diatas
permintaan, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan
permintaan diatas penawaran yang ada dipasar valuta asing.
Selain kedua sistem nilai tukar tersebut diatas, terdapat variasi system nilai
tukar diantara keduanya, seperti nilai tukar mengambang terkendali. Dalam nilai
35
tukar mengambang terkendali ini, nilai tukar ditentukan sesuai dengan mekanisme
pasar sepanjang dalam intervention band yang ditetapkan bank sentral.
G. Penelitian Terdahulu
Pratin dan Akhyar Adnan (2005) meneliti tentang Analisis Hubungan
Simpanan, Modal Sendiri, Non Performing Finance, Persentase Bagi Hasil dan
Mark up Keuntungan terhadap Pembiayaan pada Perbankan Syariah Studi Kasus
pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana hubungan simpanan, modal sendiri, NPF, persentase
bagi hasil dan markup keuntungan terhadap besarnya pembiayaan pada
perbankan syariah. Perhitungan dan interpretasi dari analisis data dilakukan
dengan bantuan program aplikasi komputer. Pengujian hipotesis menggunakan
metode analisis uji-t. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini
adalah simpanan mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap
pembiayaan sementara variabel yang lain tidak mempunyai hubungan yang
signifikan.
Rosaar Maries (2008) meneliti mengenai dampak fluktuasi variabel ekonomi
makro terhadap DPK yang dihimpun dan penyaluran pembiayaan pada perbankan
syariah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur
respon yang ditimbulkan oleh fluktuasi variabel-variabel ekonomi makro terhadap
DPK yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan. Data-data yang digunakan
adalah data time series dari 2003-2007 yang berasal dari statistik perbankan
syariah dan statistik ekonomi Indonesia. Metode yang digunakan adalah vector
36
autoregression (VAR). Metode ini umumnya digunakan untuk mempelajari
dinamika variabel tertentu setelah terjadi shock atau perubahan pada
perekonomian. Analisis yang lebih ditekankan pada penelitian ini adalah impuls
response function dan varance decomposition. Kedua analisis tesebut berguna
untuk mempelajari perilaku shock suatu variabel dan variabel manakah yang
paling dominan menjelaskan variabel yang lain. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masing-masing variabel mempunyai pengaruh yang kecil terhadap DPK
yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah. Dan
masing-masing variabel ekonomi makro tidak mempunyai pengaruh yang
dominan terhadap DPK yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan.
Nurhayati Siregar (2005) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
penyaluran dana perbankan syariah. Sebagaimana pengalaman bank konvensional
ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyaluran dana yakni Dana Pihak
Ketiga (DPK), Bonus SWBI, dan Pembiayaan bermasalah/ Non Performing
Financing (NPF). Dengan menggunakan analisis regresi, penelitian ini
menunjukan bahwa variabel bonus SWBI berpengaruh positif tapi tidak
signifikan terhadap penyaluran dana. Artinya, bila bonus SWBI naik maka bank
syariah tidak membeli SWBI tetapi tetap menyalurkan dananya kemasyarakat.
Sementara variabel DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran
dana. Artinya kenaikan DPK akan menyebabkan naiknya penyaluran dana bank
syariah dan sebaliknya penyaluran dana akan turun bila jumlah DPKnya akan
turun. Variabel NPF ditemukan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
37
penyaluran dana. Artinya kenaikan NPF akan menyebabkan penyaluran dana
berkurang atau sebaliknya menurunnya jumlah NPF akan menaikan jumlah
penyaluran dana bank syariah kepada masyarakat.
Luh Gede Meydianawathi (2007) meneliti tentang Analisis Perilaku
Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002--2006).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel terhadap
penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum secara parsial dan
serempak kepada sektor UMKM di Indonesia. Metode analisis yang digunakan
adalah ordinary least square, dilanjutkan dengan uji signifikansi secara parsial
dan serempak melalui uji t dan uji F. Hasil penelitian dalam kurun waktu Januari
2002 - Pebruari 2006 memperoleh simpulan sebagai berikut. Pertama, pulihnya
kepercayaan terhadap sistem perbankan dengan adanya program penjaminan
pemerintah telah mendorong kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK). Selain itu,
program rekapitalisasi perbankan mampu mengatasi permasalahan modal dan
rentabilitas bank (yang tercermin dalam rasio CAR dan ROA) serta non
performing finance (NPFs) yang berhasil ditekan telah meningkatkan kemampuan
bank umum dalam menyalurkan kredit investasi dan modal kerja kepada sektor
UMKM di Indonesia. Kedua, secara serempak variabel-variabel DPK, ROA,
CAR, dan NPFs berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit
investasi dan kredit modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia.
Ketiga, secara parsial variabel DPK, ROA, dan CAR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum
38
kepada sektor UMKM di Indonesia. Sebaliknya, NPFs berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja Bank Muamalat
Indonesia kepada sektor ini.
Francisca (2008) meneliti tentang Pengaruh Faktor Internal Bank terhadap
Volume Kredit pada Bank yang Go Public di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh faktor internal bank untuk volume kredit
perbankan yang go public di Indonesia. Penelitian ini menggunakan faktor-faktor
internal bank sebagai variabel independen dan volume kredit sebagai variabel
dependen. Faktor-faktor internal bank diukur dengan dana pihak ketiga (X1),
rasio kecukupan modal (X2), pengembalian aset (X3) dan non performing finance
(X4). Penelitian ini menggunakan metode asosiatif. Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara penampang dan time
series bahwa dari 3 tahun mendapat laporan tahunan dari 22 bank yang listing di
Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007. Metode analisis digunakan metode
statistik yaitu regresi linear ganda, uji t dan F test. T tes digunakan untuk analisis
parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F
digunakan untuk analisis secara simultan variabel independen terhadap variabel
dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dana pihak ketiga dan laba
atas aset memiliki pengaruh positif dan signifikan untuk volume kredit, hal itu
menunjukkan, dari mulai t arithmethic> t tabel (28.885> 1.999 dan 2.583> 1.999)
dengan signifikansi 0.000 dan 0,12 yang kecil dari 0,05. Rasio kecukupan modal
(CAR) yang positif dan tidak signifikan mempengaruhi volume kredit, hal itu
39
menunjukkan dari t arithmethic> t tabel (0.727 <1.999) dengan signifikansi
0.470> 0,05. Non performing finance (NPF) telah negatif dan tidak signifikan
mempengaruhi volume kredit, hal itu menunjukkan dari t arithmethic> t tabel
(1.706 <1.999) dengan signifikansi 0.093> 0,05. Hasil uji F menunjukkan F
arithmethic> F tabel dengan signifikansi 0.000 <0,05. Dari hasil analisis, dapat
mengambil kesimpulan bahwa dana pihak ketiga, rasio kecukupan modal, laba
atas aset dan Non Performing Finance memiliki pengaruh simultan volume
kredit.
Ari Cahyono (2009) meneliti tentang Pengaruh Indikator Makroekonomi
Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Penelitian
ini bertujuan utuk menganalisa pengaruh indikator makroekonomi (suku bunga
SBI, kurs, inflasi, IHSG dan PDB) terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan
Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa indikator makroekonomi
memberikan pengaruh terhadap DPK dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri,
dimana suku bunga SBI memberikan pengaruh negatif, sedangkan inflasi, kurs,
IHSG dan PDB memberikan pengaruh yang positif. Berdasarkan penelitian
dengan metode yang sama menunjukkan bahwa PDB memberikan pengaruh
positif yang paling besar terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank
Syariah Mandiri.
40
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh data
kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data yang telah
diolah.
Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya
dengan penambahan beberapa variabel dan metode penelitian yang berbeda.
Setelah peneliti mengumpulkan beberapa jurnal, skripsi dan tesis, peneliti
mengambil beberapa variabel dari penelitian terdahulu kemudian membuat
paradigma penelitian yang berbeda dimana pada penelitian ini menggunakan path
analysis.
Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan data-
data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti merupakan
salah satu dari kelompok jenis bank umum syariah, yaitu Bank Muamalat
Indonesia. Variabel yang diteliti adalah Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK),
Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs), Inflasi dan pembiayaan yang
disalurkan (PYD). Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen
adalah Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar
Rupiah (Kurs), dan Inflasi. Sedangkan yang akan menjadi variabel endogen
adalah pembiayaan yang disalurkan (PYD).
Sumber data variabel-variabel penelitian diperoleh dari website Bank
Indonesia yakni dari Statistik Perbankan Syariah dan Statistik Keuangan
Indonesia. Data variabel suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi
41
didapatkan dari Statistik Keuangan Indonesia. Sedangkan untuk variabel modal
inti, DPK, dan pembiayaan yang disalurkan diperoleh dari Statistik Perbankan
Syariah.
Sebelum melakukan analisis, peneliti merubah variabel Modal Inti, Dana
Pihka Ketiga, SBI, Kurs dan Pembiayaan yang Disalurkan ke dalam bentuk Ln
agar angka nominal variabel tersebut tidak terlalu besar. Menurut Jonathan
Sarwono (2007) langkah awal yang diperlukan adalah menentukan struktur
persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk. Setelah
memperolah struktur persamaan dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian
menggunakan analisis jalur. Kemudian data diolah dengan menggunakan
Software SPSS 17. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, besarnya R
Square, besarnya pengaruh antara variabel independent terhadap variabel
dependent, serta pengaruh langsung dan tidak langsung. Setelah melakukan
analisis tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil
penelitian yang telah dilakukan.
Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir yang peneliti bentuk
secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini.
42
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pembiayaan
SBI
Bank Muamalat Indonesia Kebijakan Moneter
Koefisien
Determinasi
Nilai Tukar
Rupiah
Modal Inti
Interpretasi
Bank Indonesia
Analisis Jalur
Hubungan langsung dan tidak
langsung
Uji F Uji t
INFLASI DPK
43
H. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesisis yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Modal Inti,
Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (kurs)
dan Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Modal Inti, Dana
Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (kurs) dan
Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif karena dalam
penelitian ini peneliti akan menghitung seberapa besar pengaruh Modal Inti, Dana
Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap
pembiayaan yang disalurkan. Penelitian ini dilakukan pada Bank Muamalat
Indonesia periode 2003:09-2009:9.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini penulis menggunakan convience sampling, yaitu anggota
sampel yang dipilih berdasarkan kemudahan memperoleh data dan tidak
menyusahkan mengukurnya serta bersifat kooperatif. (Abdul Hamid, 2007:30).
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
berasal dari literatur-literatur/sumber lain dari dalam maupun luar Bank Muamalat
Indonesia (BMI), sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia)
dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut berupa laporan keuangan
bulanan Bank Muamalat Indonesia (BMI) periode Bulan September tahun
45
2003 hingga Bulan September tahun 2009 yang dipublikasikan di Bank
Indonesia.
2. Library Research
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan
membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari
buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini
dilakukan untuk mendapat landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis
melakukan penelitian dengan membaca, mengutip bahan-bahan yang
berkenaan dengan penelitian.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan menggunakan
Software SPSS 17.0.
Menurut Jonathan Sarwono (2007:1), teknik analisis jalur yang dikembangkan
oleh Scwall Wright di tahun 1934, bertujuan untuk menerangkan akibat langsung
dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab terhadap
variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. Analisis jalur merupakan
pengembangan dari analisis regresi, sehingga analisis regresi dapat dikatakan
sebagai bentuk khusus dari analisis jalur. Analisis jalur digunakan untuk
melukiskan dan menguji model hubungan antara variabel yang berbentuk sebab
akibat (bukan bentuk hubungan interaktif). Dengan demikian dalam model
hubungan antar variabel independen yang disebut variabel Eksogen, dan variabel
dependen yang disebut variabel Endogen.
46
Dilihat dari paradigma penelitian maka dapat diperoleh struktur linier sebagai
berikut:
Y = ρYX1X1 + ρYX2X2 + ρYX3X3 + ρYX4X4+ ρYX5X5 + ε
Dimana:
Y = Pembiayaan Yang Disalurkan
X1 = Modal Inti (MI)
X2 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
X3 = Suku Bunga SBI
X4 = Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
X5 = Inflasi
ε = Error
1. Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel
independent menjelaskan variabel dependent. Bila nilai koefisien determinasi
sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X
sama sekali. Sementara apabila R2 = 1, artinya variasi dari Y secara
keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, maka
semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi.
47
2. Uji F (Uji Secara Simultan)
Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi
tersebut. Bila nilai F hitung lebih besar dari F tabel atau tingkat signifikannya
lebih kecil dari 5% (α = 5% = 0,05) maka hal ini menunjukkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel eksogen (Dana Pihak Ketiga (DPK), Modal Inti, Suku bunga
SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi) terhadap variabel-variabel endogen
(pembiayaan yang disalurkan) secara simultan.
Untuk menghitung F hitung digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
R2 = Koefisien Determinasi
n = Jumlah pengamatan/sampel
K-1 = Jumlah variabel eksogen
Untuk menguji pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap
variabel terikat, maka digunakan kriteria sebagai berikut :
Uji F struktur :
a. Kriteria pengambilan keputusan t penelitian dengan t tabel :
1) Jika F penelitian < dari F tabel maka H0 diterima. Artinya Dana Pihak
Ketiga (DPK), Modal Inti, Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
F = ( ) ( )
1
2
2
/1
2/
−−− knR
R
48
dan Inflasi secara simultan tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
yang disalurkan.
2) Jika F penelitian > dari F tabel maka Ha diterima. Artinya Dana Pihak
Ketiga (DPK), Modal Inti, Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
dan Inflasi secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan yang
disalurkan.
b. Kriteria pengambilan keputusan probabilitas (signifikansi) dengan α 0.05:
1) Jika probabilitas > dari α 0.05 maka H0 diterima. Artinya Modal Inti,
Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
dan Inflasi secara simultan tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
yang disalurkan.
2) Jika probabilitas < dari α 0.05 maka H0 ditolak. Artinya Modal Inti,
Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
dan Inflasi secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan yang
disalurkan.
3. Uji t (Uji Secara Parsial)
Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel eksogen terhadap
variabel endogen secara parsial. Bila t hitung lebih besar atau lebih kecil dari t
tabel atau nilai signifikan lebih kecil dari 5% (α = 5% = 0,05) maka Ho ditolak
H1 diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel
eksogen terhadap variabel endogen.
49
Untuk menghitung t hitung digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
bi = koefisien variabel ke i
sb = kesalahan standar
sb adalah kesalahan standar error dari koefisien regresi dengan rumus
matematis sebagai berikut:
se adalah standar error sampel yang dirumuskan sebagai berikut:
Dimana Σ e2
dirumuskan sebagai berikut:
Untuk menguji pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap
variabel terikat, maka digunakan kriteria sebagai berikut :
Uji t struktur :
a. Kriteria pengambilan keputusan t penelitian dengan t tabel :
t hitung = sb
bi
sb =
( )n
xx
se2
3 ∑∑ −
se = 2
2
−
∑n
e
xYbYaYe ∑−∑−∑=∑22
50
1) Jika t penelitian < t tabel, maka H0 diterima. Artinya Modal Inti, Dana
Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi
secara parsial tidak berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan.
2) Jika t penelitian > t tabel, maka H0 ditolak. Artinya Modal Inti, Dana
Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi
secara parsial berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan.
b. Kriteria pengambilan keputusan probabilitas (signifikansi) dengan α 0.05:
1) Jika probabilitas > α 0.05, maka H0 diterima. Artinya Modal Inti, Dana
Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi
secara parsial tidak berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan.
2) Jika probabilitas < α 0.05, maka H0 ditolak. Artinya Modal Inti, Dana
Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi
secara parsial berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan.
4. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung
Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung
antara variabel eksogen dengan variabel endogen. Menghitung besarnya pengaruh
langsung dan pengaruh tidak langsung dapat dilakukan dengan rumus:
• Besarnya pengaruh langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen
= (Pxuxi) x (Pxuxi)
51
• Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogen terhadap variabel
endogen = (Pxuxi) x (rxuxi) x (Pxuxi)
(Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurrahman,2007:236)
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Endogen
Pembiayaan yang disalurkan (Y), Pembiayaan atau financing, adalah
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan
untuk mendukung investasi yang direncanakan. (Muhammad, 2005 : 17)
2. Variabel Eksogen
a. Modal Inti (X1)
Menurut Zainul Arifin (2002) secara tradisional, modal didefinisikan
sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu
perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal didefinisikan sebagai
kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih antara nilai buku dan aktiva
dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilities). Pada suatu bank,
sumber perolehan modal bank dapat diperoleh dari beberapa sumber. Pada
awal pendirian,modal bank diperoleh dari para pendiri dan para pemegang
saham. Pemegang saham menempatkan modalnya pada bank dengan
memperoleh hasil keuntungan di masa yang akan datang. Data Modal Inti
52
yang digunakan adalah jumlah Modal Inti pada Bank Muamalat Indonesia
periode Setember 2003 – September 2009. Data tersebut diperoleh dari
Statistik Perbankan Syariah pada situs www.bi.go.id.
b. Dana Pihak Ketiga (DPK) (X2)
Pada dasarnya dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh bank dari
masyarakat. Dana Pihak Ketiga yang ditarik bank syariah dapat berbentuk
(Zainul Arifin, 2006 : 48):
1) Titipan (wadiah) simpanan yang dijamin keamanan dan
pengembaliannya (guaranteed deposit) tetapi tanpa memperoleh
imbalan atau keuntungan.
2) Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi resiko (non guaranteed
account untuk investasi umum (general investment account/
mudharabah mutlaqah) di mana bank akan membayar bagian
keuntungan secara proporsional dengan porofolio yang didanai dengan
modal tersebut.
3) Investasi khusus (special investment account/mudharabah
muqayyadah) di mana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk
memperoleh fee. Jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor
sepenuhnya mengambil resiko atas investasi.
c. Suku Bunga SBI (X3)
Sertifikat Bank Indonesia surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan)
53
dengan sistem diskonto/bunga. Data variabel ini diambil dati statistik
ekonomi dan keuangan yang terdapat pada web resmi Bank Indonesia.
d. Nilai Tukar Rupiah (X4)
Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu
mata uang terhadap mata uang lainnya. Data variabel ini diambil dati
statistik ekonomi dan keuangan yang terdapat pada web resmi Bank
Indonesia.
e. Inflasi (X5)
Menurut Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga secara
umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode
lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga
pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Data
inflasi yang digunakan adalah perkembangan inflasi per bulan periode
september 2003 – September 2009. Data tersebut diperoleh dari situs
www.bi.go.id.
54
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H
atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawal 1412 H
atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan
Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen
pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta
pendirian Perseroan. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah
didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.
Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah
pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang
terus dikembangkan. Pada akhir tahun 1990, Indonesia dilanda krisis moneter
yang memporak porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet
(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.
Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal
setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
55
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development
Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21
Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.
Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa
yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun
waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi
laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan
terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Melalui masa-masa sulit
ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari
pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari
dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima
tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan
dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber
daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak
Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru
Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru,
(iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat
menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak
usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran
Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank
Muamalat ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya. Saat
56
ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui
275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula
oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh
Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga
merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri,
yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di
Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment
System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di
Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen
untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap
syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok
nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga
nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award
bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang
diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic
Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in
Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic
Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).
(www.bankmuamalatindonesia.com)
57
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan
Microsoft Excel 2003 dan Software SPSS 17.0 untuk dapat mengolah data dan
memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari
variabel eksogen modal inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI,
Nilai tukar Rupiah dan Inflasi. Sedangkan variabel endogen, pembiayaan yang
disalurkan. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :
a. Analisis Deskriptif Variabel Modal Inti
Menurut Zainul Arifin (2002) secara tradisional, modal didefinisikan
sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan.
Berdasarkan nilai buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net
worth) yaitu selisih antara nilai buku dan aktiva dikurangi dengan nilai buku
dari kewajiban (liabilities). Pada suatu bank, sumber perolehan modal bank
dapat diperoleh dari beberapa sumber. Pada awal pendirian, modal bank
diperoleh dari para pendiri dan para pemegang saham. Pemegang saham
menempatkan modalnya pada bank dengan memperoleh hasil keuntungan di
masa yang akan datang.
Data Modal Inti yang digunakan adalah jumlah Modal Inti pada Bank
Muamalat Indonesia periode September 2003 – September 2009. Data
tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada situs www.bi.go.id.
58
Tabel 4.1
Modal Inti
Bulan Modal Inti (dalam jutaan Rupiah)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari - 302224 372973 765562 851095 859512 980563
Februari - 285322 376121 767481 867848 878583 989389
Maret - 325355 383028 776739 778298 1031271 998632
April - 327453 351181 750805 783539 884840 1079700
Mei - 283308 674574 470658 896629 890643 1091661
Juni - 307693 681150 706304 912619 1052749 916996
Juli - 307896 686027 787165 928609 820945 918257
Agustus - 310328 692049 709445 944599 827012 921038
September 274290 302494 684892 729504 960589 836844 891893
Oktober 278208 304617 705519 727014 976579 847077 -
November 278990 307447 680417 732063 992569 856916 -
Desember 306188 314937 683308 834343 1008559 852239 -
(Sumber : data diolah)
Tabel 4.2 menunjukkan perkembangan modal inti pada Bank Muamalat
Indonesia periode September 2003 – September 2009. Pada masa penelitian
ini modal inti terendah terjadi pada bulan September 2003 yaitu sebesar Rp
274,290 milyar, sedangkan modal inti tertinggi terjadi pada bulan Mei 2009
yaitu sebesar Rp 1,091 triliun. Data modal inti tersebut terdiri atas modal
disetor, agio saham, cadangan umum dan tujuan, laba tahun lalu setelah
diperhitungkan pajak dan laba tahun berjalan telah diperhitungkan pajak
(50%).
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat
melalui grafik sebagai berikut.
59
Gambar 4.1
Modal Inti
MODAL INTI
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
Sep
-03
Jan
-04
May
-04
Sep
-04
Jan
-05
May
-05
Sep
-05
Jan
-06
May
-06
Sep
-06
Jan
-07
May
-07
Sep
-07
Jan
-08
May
-08
Sep
-08
Jan
-09
May
-09
Sep
-09
MODAL INTI
(Sumber: data diolah)
Secara keseluruhan rata-rata pertumbuhan modal inti selama periode bulan
September 2003-September 2009 mengalami peningkatan sebesar 26,67%.
Hal ini menunjukan tingginya tingkat kepercayaan pemegang saham. Namun
pada tahun 2007 hingga tahun 2008 modal inti mengalami sedikit penurunan
sebesar 2,4% yang disebabkan oleh terjadinya krisis global.
b. Analisis Deskriptif Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pada dasarnya dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh bank dari
masyarakat. Dana Pihak Ketiga yang ditarik bank syariah dapat berbentuk
(Zainul Arifin, 2006 : 48)
1) Titipan (wadiah) simpanan yang dijamin keamanan dan
pengembaliannya (guaranteed deposit) tetapi tanpa memperoleh
imbalan atau keuntungan.
60
2) Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi resiko (non guaranteed
account untuk investasi umum (general investment account/
mudharabah mutlaqah) di mana bank akan membayar bagian
keuntungan secara proporsional dengan porofolio yang didanai dengan
modal tersebut.
3) Investasi khusus (special investment account/mudharabah
muqayyadah) di mana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk
memperoleh fee. Jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor
sepenuhnya mengambil resiko atas investasi.
Data Dana Pihak Ketiga (DPK) yang digunakan adalah perkembangan
Dana Pihak Ketiga (DPK) per bulan periode Bulan September tahun 2003
hingga Bulan September tahun 2009. Data Dana Pihak Ketiga (DPK) tersebut
diperoleh dari hasil penjumlahan giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan
mudharabah, dan deposito mudharabah Bank Muamalat Indonesia yang
tercatat dalam statistik bank umum syariah (Bank Muamalat Indonesia) yang
dipublikasikan dalam situs www.bi.go.id.
61
Tabel 4.2
Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Muamalat Indonesia
Bulan Dana Pihak Ketiga (DPK) (Dalam Jutaan Rupiah)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari - 2.587.382 4.157.629 5.686.933 6.658.917 8.891.572 10.518.538
Februari - 2.258.525 4.144.197 5.432.230 7.044.726 9.003.411 10.474.555
Maret - 2.636.317 4.308.330 5.419.571 7.069.942 9.134.198 10.824.597
April - 2.739.514 4.707.415 5.545.239 7.088.711 9.317.424 10.539.425
Mei - 2.875.296 4.563.341 5.774.285 7.381.895 9.372.644 10.668.452
Juni - 2.895.683 4.793.776 5.831.903 7.523.357 9.148.712 12.379.938
Juli - 3.125.941 4.850.664 6.262.041 7.625.606 9.503.218 12.184.187
Agustus - 3.368.517 5.002.819 6.057.638 7.746.571 9.515.373 11.906.514
September 1.999.492 3.409.972 5.180.008 6.354.609 7.867.535 9.783.836 12.177.743
Oktober 2.086.091 3.611.441 5.298.525 6.621.705 7.988.500 9.783.331 -
November 2.225.538 3.674.560 5.358.973 6.665.055 8.109.464 9.765.970 -
Desember 2.508.875 4.330.564 5.824.329 6.837.431 8.230.428 10.073.953 -
(Sumber : data diolah)
Tabel 4.1 menunjukkan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) pada periode
Bulan September tahun 2003 hingga Bulan September tahun 2009. Pada masa
penelitian Dana Pihak Ketiga (DPK) terendah terjadi pada bulan September
2003 yaitu sebesar Rp 1,999 Triliun. Selama periode penelitian, Dana Pihak
Ketiga (DPK) cenderung mengalami peningkatan dari bulan ke bulan. Jumlah
Dana Pihak Ketiga (DPK) tertinggi terjadi pada bulan Juni 2009 yaitu sebesar
Rp 12,379 Triliun.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat
melalui grafik sebagai berikut.
62
DPK
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
14000000
Sep
-03
Jan
-04
May
-04
Sep
-04
Jan
-05
May
-05
Sep
-05
Jan
-06
May
-06
Sep
-06
Jan
-07
May
-07
Sep
-07
Jan
-08
May
-08
Sep
-08
Jan
-09
May
-09
Sep
-09
DPK
Gambar 4.2
Dana Pihak Ketiga (DPK)
(Sumber:data diolah)
DPK menunjukan kecenderungan yang terus meningkat, hal ini sejalan
dengan perkembangan kantor-kantor cabang Bank Muamalat Indonesia yang
semakin banyak jumlahnya sehingga semakin besar dana masyarakat atau
DPK yang dapat diserap Bank Muamalat Indonesia, hal ini tampak pada
periode 2003-2009 terjadi peningkatan DPK yang tinggi dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 31,32% pertahunnya. Kondisi ini kemungkinan dipicu
oleh minat masyarakat yang cukup tinggi dalam menempatkan dananya di
Bank Syariah, khususnya Bank Muamalat Indonesia yang telah terbukti tidak
mengalami guncangan saat terjadinya krisis.
c. Analisis Deskriptif Variabel Tingkat Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan Bank
Indonesia sebagai pengakuan atas utang yang memiliki jangka waktu pendek
antara 1-3 bulan dengan sistem diskonto/bunga.
63
Sertifikat Bank Indonesia merupakan salah satu mekanisme yang
digunakan oleh Bank Indonesia dalam mengontrol kestabilan nilai Rupiah.
Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer
yang beredar. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI
ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli
2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI
mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan
pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai
acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. Data suku bunga SBI
yang digunakan adalah perkembangan suku bunga SBI 1 bulan dibagi 12
periode September 2003 – September 2009. Data tersebut diperoleh dari situs
www.bi.go.id .
Tabel 4.3
Data Suku Bunga SBI
(
Bulan
Suku Bunga SBI
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari - 0.0066 0.0062 0.0106 0.0079 0.0067 0.0079
Februari - 0.0064 0.0062 0.0106 0.0077 0.0066 0.0073
Maret - 0.0062 0.0062 0.0106 0.0075 0.0066 0.0068
April - 0.0061 0.0064 0.0106 0.0075 0.0067 0.0063
Mei - 0.0061 0.0066 0.0104 0.0073 0.0069 0.0060
Juni - 0.0061 0.0069 0.0104 0.0071 0.0073 0.0058
Juli - 0.0061 0.0071 0.0102 0.0069 0.0077 0.0056
Agustus - 0.0061 0.008 0.0098 0.0069 0.0077 0.0055
September 0.0072 0.0062 0.0083 0.0094 0.0069 0.0081 0.0054
Oktober 0.0071 0.0062 0.0092 0.009 0.0069 0.0092 -
November 0.0071 0.0062 0.0102 0.0085 0.0069 0.0094 -
Desember 0.0069 0.0062 0.0106 0.0081 0.0067 0.0090 -
64
SBI
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
Sep-0
3
Jan-0
4
May-0
4
Sep-0
4
Jan-0
5
May-0
5
Sep-0
5
Jan-0
6
May-0
6
Sep-0
6
Jan-0
7
May-0
7
Sep-0
7
Jan-0
8
May-0
8
Sep-0
8
Jan-0
9
May-0
9
Sep-0
9
SBI
Tabel 4.3 menunjukkan fluktuasi suku bunga SBI pada periode September
2003-September 2009. Pada masa penelitian suku bunga SBI terendah terjadi
pada bulan September 2009 yaitu sebesar 0,0054. Pada tahun 2009 suku
bunga SBI cenderung mengalami penurunan dari bulan ke bulan. Tingkat
suku bunga SBI tertinggi terjadi pada Desember 2005 sampai April 2006
yaitu sebesar 0,0106.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat
melalui grafik sebagai berikut.
Gambar 4.3
Suku Bunga SBI
(Sumber:Data diolah)
65
Pada periode penelitian ini suku bunga SBI bergerak fluktuatif pada tahun
2005 stabilitas makro ekonomi mendapat tekanan, terutama dari sektor
eksternal dengan naiknya harga minyak international. Perkembangan
eksternal tersebut mendorong kebijakan kenaikan harga BBM yang
berimplikasi kepada naiknya inflasi. Hal tersebut menyebabkan tingginya
suku bunga SBI, sedangkan dari faktor internal yaitu kenaikan upah minimum
propinsi serta naiknya gaji Pegawai Negri Sipil (PNS). Pada periode
selanjutnya tingkat suku bunga SBI mengalami penurunan seiring dengan
membaiknya kondisi ekonomi. Kajian statistik Indonesia mencatat sampai
dengan tahun 2007 pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan
hingga mencapai 6,1%. Tingkat suku bunga SBI kembali mengalami kenaikan
sebagai dampak dari krisis keuangan global. Hal itu tercermin pada
perlambatan ekonomi secara signifikan karena anjloknya nilai ekspor
Indonesia. Ditahun 2009 kondisi perekonomian jauh lebih baik dari tahun
sebelumnya ekonomi tumbuh 6,5 % sementara inflasi cukup rendah dengan
volatilitas nilai tukar Rupiah yang cukup terkendali, sehingga ditahun 2009
suku bunga SBI relatif lebih rendah dari tahun sebelumnya.
d. Analisis Deskriptif Variabel Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
Menurut Kuncoro (2008), kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah
yang diperlukan untuk membeli satu US$ (US Dollar). Nilai tukar tersebut
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar atau istilah lainnya
adalah mekanisme pasar. Jika harga rupiah terhadap dollar melemah, maka
66
sebaliknya permintaan terhadap mata uang dollar akan meningkat. Hal ini
disebabkan karena investor cenderung akan melepas rupiah dan akan membeli
dollar. Kurs tersebut ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan dan kurva
penawaran dari mata uang asing tersebut. Data nilai tukar rupiah dalam
penelitian ini diwakili oleh Dollar Amerika periode September 2003-
September 2009. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id.
Tabel 4.4
Data Nilai Tukar Rupiah/$
(Sumber:data diolah)
Tabel 4.4 menunjukkan fluktuasi transaksi nilai tukar antara mata uang
rupiah dengan mata uang Dollar Amerika pada periode September 2003-
September 2009. Pada masa penelitian nilai tukar rupiah/$ terendah terjadi
pada bulan September 2003 yaitu sebesar Rp 8.389,-, sedangkan nilai tukar
Bulan
Nilai tukar rupiah/$
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari - 8441 9165 9395 9090 9291 11355
Februari - 8447 9260 9230 9160 9051 11980
Maret - 8587 9480 9075 9118 9217 11575
April - 8661 9570 8775 9083 9234 10713
Mei - 9210 9495 9220 8828 9318 10340
Juni - 9415 9713 9300 9054 9225 10225
Juli - 9168 9819 9070 9186 9118 9920
Agustus - 9328 10240 9100 9410 9153 10060
September 8389 9170 10310 9235 9137 9378 9681
Oktober 8495 9090 10090 9110 9103 10995 -
November 8537 9018 10035 9165 9376 12151 -
Desember 8447 9290 9830 9020 9419 10950 -
67
KURS
0.00
2000.00
4000.00
6000.00
8000.00
10000.00
12000.00
Sep
-03
Jan
-04
May
-04
Sep
-04
Jan
-05
May
-05
Sep
-05
Jan
-06
May
-06
Sep
-06
Jan
-07
May
-07
Sep
-07
Jan
-08
May
-08
Sep
-08
Jan
-09
May
-09
Sep
-09
KURS
rupiah/$ tertinggi terjadi pada bulan November 2008 yaitu sebesar Rp
12.151,-.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat
melalui grafik sebagai berikut.
Gambar 4.4
Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
(Sumber:data diolah)
Kenaikan harga minyak dunia ditahun 2005 juga berimbas pada
melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar. Pada periode berikutnya
pergerakan nilai tukar rupiah cenderung stabil sampai dengan tahun 2007.
ditahun 2008 nilai tukar Rupiah kembali mengalami lonjakan, hal ini
merupakan imbas dari krisis keuangan yang melanda dunia. Tahun berikutnya
nilai tukar rupiah berangsur-angsur menurun seiring dengan membaiknya
68
kondisi keuangan dunia dan perekonomian dalam negri yang diindikasikan
dengan naiknya pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%.
e. Analisis Deskriptif Variabel Inflasi
Menurut Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga secara
umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode
lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga
pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Menurut
Nanga (2005), inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum
mengalami kenaikan secara terus-menerus. Sedangkan Khalwaty (2000),
Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya
daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu
negara.
Data inflasi yang digunakan adalah perkembangan inflasi per bulan
periode September 2003-September 2009. Data tersebut diperoleh dari situs
www.bi.go.id.
69
Tabel 4.5
Inflasi
Bulan Inflasi
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari - 0.004 0.0061 0.0142 0.0052 0.0061 0.0076
Februari - 0.0038 0.006 0.0149 0.0053 0.0062 0.0072
Maret - 0.0043 0.0073 0.0131 0.0054 0.0068 0.0066
April - 0.0049 0.0068 0.0128 0.0058 0.0075 0.0061
Mei - 0.0054 0.0062 0.013 0.005 0.0087 0.005
Juni - 0.0057 0.0062 0.0129 0.0048 0.0092 0.003
Juli - 0.006 0.0065 0.0126 0.0051 0.0099 0.0023
Agustus - 0.0056 0.0069 0.0124 0.0054 0.0099 0.0023
September 0.0064 0.0052 0.0076 0.0121 0.0058 0.0101 0.0024
Oktober 0.0060 0.0052 0.0149 0.0052 0.0057 0.0098 -
November 0.0063 0.0052 0.0153 0.0044 0.0056 0.0097 -
Desember 0.0072 0.0053 0.0143 0.0055 0.0055 0.0092 -
(Sumber : data diolah)
Tabel 4.5 menunjukkan fluktuasi tingkat inflasi periode September 2003-
September 2009. Pada masa penelitian ini tingkat inflasi terendah terjadi
bulan Juli dan Agustus 2009 yaitu sebesar 0,0023, sedangkan tingkat inflasi
tertinggi terjadi pada bulan November 2005 yaitu sebesar 0,0153.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat
melalui grafik sebagai berikut.
70
Gambar 4.5
Inflasi
INFLASI
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
0.016
0.018
Sep
-03
Jan
-04
May
-04
Sep
-04
Jan
-05
May
-05
Sep
-05
Jan
-06
May
-06
Sep
-06
Jan
-07
May
-07
Sep
-07
Jan
-08
May
-08
Sep
-08
Jan
-09
May
-09
Sep
-09
INFLASI
(Sumber:data diolah)
Pada tahun 2004 hingga tahun 2005, inflasi mengalami peningkatan yang
tinggi sebesar 71,78% hal ini disebabkan oleh tingginya harga minyak dunia
yang secara langsung meningkatkan harga barang. Peningkatan inflasi juga
terjadi pada tahun 2007 hingga tahun 2008 sebesar 59,59% yang dipengaruhi
peningkatan harga minyak dunia yang akhirnya memaksa pemerintah
menaikan harga BBM pada bulan Mei 2008 memberikan kontribusi yang
sangat signifikan terhadap tingkat inflasi, walaupun efek kenaikan harga BBM
tersebut sudah tidak signifikan lagi pada bulan Juli 2008. Selain itu,
meningkatnya harga komoditas pangan dunia (kebutuhan bahan pangan impor
seperti kedelai, jagung dan terigu) sejak akhir tahun 2007 yang otomatis
meningkatkan biaya pokok produksi perusahaan juga memberikan kontribusi
71
angka inflasi yang sangat besar. Hal-hal lain seperti kelangkaan sumber energi
baik gas, maupun minyak diberbagai daerah maupun kekurangan supply
listrik yang mengharuskan terjadinya pemadaman juga berperan
meningkatkan inflasi karena mendorong peningkatan biaya produksi. Namun
secara keseluruhan, rata-rata inflasi pada bulan september 2003 sampai
dengan September 2009 sebesar 5,4%.
f. Analisis Deskriptif Pembiayaan
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
(Pasal 1) disebutkan bahwa, “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. Data pembiayaan
yang digunakan adalah jumlah pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia
periode September 2003 – September 2009. Data tersebut diperoleh dari
Statistik Perbankan Syariah pada situs www.bi.go.id .
72
Tabel 4.6
Pembiayaan
Bulan Pembiayaan (Dalam Jutaan Rupiah)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari - 2388464 4102756 6026286 7347158 8549409 10643234
Februari - 2285826 4203302 5965145 7478197 8650887 10666434
Maret - 2559563 4461497 6061194 6398974 8742830 10655895
April - 2823036 4604735 6058322 6754671 9078795 10751728
Mei - 3038989 4868004 6202061 7661509 9363432 10880987
Juni - 3353305 5051546 6511072 7302083 9221101 11135534
Juli - 3455078 5271942 6843934 7863773 9810663 11129176
Agustus - 3624744 5490191 6332761 7985839 10172241 11214152
September 2070883 3766817 5802114 6510072 8107906 10408969 11275560
Oktober 2220997 3903783 5827199 6640642 8229972 10484026 -
November 2283739 3981008 5871467 6610266 8352038 10603530 -
Desember 2363680 4182224 6054832 6626998 8474105 10517863 -
(Sumber : data diolah)
Tabel 4.5 menunjukkan perkembangan pembiayaan pada Bank Muamalat
Indonesia periode September 2003 - September 2009. Pada masa penelitian
ini jumlah pembiayaan terendah terjadi pada bulan September 2003 yaitu
sebesar Rp 2,071 triliun sedangkan jumlah pembiayaan tertinggi terjadi pada
bulan September 2009 yaitu sebesar Rp 11,275 triliun.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat
melalui grafik sebagai berikut.
73
Gambar 4.6
Pembiayaan
PYD
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
Sep-0
3
Jan-0
4
May-0
4
Sep-0
4
Jan-0
5
May-0
5
Sep-0
5
Jan-0
6
May-0
6
Sep-0
6
Jan-0
7
May-0
7
Sep-0
7
Jan-0
8
May-0
8
Sep-0
8
Jan-0
9
May-0
9
Sep-0
9
PYD
(Sumber:data diolah)
Pada gambar 4.6 pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat
Indonesia menunjukkan peningkatan, hal ini sejalan dengan peningkatan
jumlah Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh BMI selama periode
September 2003-September 2009. dengan rata-rata peningkatan sebesar
31,14% per tahunnya menunjukkan konsistensi BMI dalam menyalurkan
pembiayaan dalam mempertahankan komitmennya untuk membantu
menggerakan sector riil selain itu BMI juga bertujuan meningkatkan laba
dengan menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan.
74
2. Analisis Regresi Jalur Modal Inti, DPK, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar
Rupiah, dan Inflasi terhadap Pembiayaan Pada Bank Muamalat
Indonesia
a. Analisis Regresi
Dalam analisis ini di bagi menjadi dua bagian. Pertama, melihat pengaruh
secara gabungan dan kedua, melihat pengaruh secara parsial, sebagai berikut:
1) Melihat pengaruh Modal Inti, DPK, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar
Rupiah dan Inflasi terhadap Pembiayaan pada Bank Muamalat
Indonesia secara Gabungan.
Untuk mengetahui pengaruh Modal Inti, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar
Rupiah dan Inflasi terhadap Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia,
dilihat dari perhitungan model summary, khususnya angka R square di
bawah ini.
Tabel 4.7
Regresi
Model R Square
0,992
(Sumber : out put SPSS 17)
Besarnya angka R square (r²) adalah 0,992. angka tersebut dapat
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh nilai Modal Inti, DPK, Suku
Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi terhadap pembiayaan pada Bank
75
Muamalat Indonesia dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r² x 100%
KD = 0.992 x 100%
KD = 99,2%
Angka tersebut mengartikan bahwa pengaruh nilai Modal Inti, DPK,
Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi terhadap pembiayaan pada
Bank Muamalat Indonesia secara bersama-sama adalah 99,2%. Sedangkan
sisanya sebesar 0,8 % (100% - 99.2%) dipengaruhi oleh varibel-variabel lain
diluar model ini.
Kemudian, untuk mengetahui apakah model regresi di atas sudah benar
atau salah diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan angka F
seperti tabel berikut ini.
Tabel 4.8
Uji F Regresi
Model F Sig.
Regression 1670.609 .000a
(Sumber : out put SPSS 17)
Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan
membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel. Cara kedua
adalah membandingkan angka taraf signifikasi (sig) hasil perhitungan
dengan taraf signifikasi 0,05 (5%).
76
a) Menggunakan cara pertama atau membandingkan besarnya angka F
penelitian dengan F tabel Caranya sebagai berikut:
Pertama : menghitung F penelitian.
F penelitian dari SPSS didapatkan sebesar 1670.609.
Kedua : menghitung F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
Taraf signifikan 0,05 dan diperoleh angka F tabel sebesar 2.35.
Ketiga : Menentukan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:
Jika F penelitian > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika F penelitian < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Keempat : Mengambil Keputusan.
Dari hasil perhitungan angka F penelitian sebesar 1670.609> dari F
tabel Sebesar 2.35. Sehingga Ho di tolak dan Ha diterima, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara Modal Inti, Dana Pihak
Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi
terhadap pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Dengan
demikian, model regresi tersebut sudah benar. Kesimpulannya Jumlah
antara Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai
Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap pembiayaan pada Bank Muamalat
Indonesia Besarnya pengaruh 99,2% dan sisanya sebesar 0,8% (100%
- 99,2%) dipengaruhi oleh variabel lain di luar model regresi tersebut.
b) Menggunakan cara dengan membandingkan besarnya angka taraf
signifikansi.
77
Menggunakan cara kedua atau membandingkan besarnya angka
taraf signifikasi (sig) penelitian dengan taraf signifikasi sebesar 0,05.
Kriterianya sebagai berikut:
Jika sig penelitian <0,05maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Jika sig penelitian >0,05maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Berdasarkan perhitungan angka signifikasi sebesar 0 < 0,05 Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya, secara simultan ada pengaruh yang
signifikan antara Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga
SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap pembiayaan yang
diberikan pada Bank Muamalat Indonesia.
2) Melihat Pengaruh Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku
bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi secara parsial terhadap
pembiayaan yang diberikan pada Bank Muamalat Indonesia.
Untuk melihat besarnya variabel antara Modal Inti, Dana Pihak Ketiga
(DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap
pembiayaan yang diberikan pada Bank Muamalat Indonesia secara
sendiri-sendiri, digunakan uji t, uji t digunakan untuk menguji apakah
variabel independen terhadap variabel dependen berpengaruh signifikan
secara parsial, yang didapat dari tabel koefisien regresi statistik. Jika nilai
signifikansi atau probabilitas lebih besar atau sama dengan 0,05 maka tidak
terjadi pengaruh secara signifikan antara variabel independen terhadap
variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil atau sama
78
dengan 0,05 maka terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen.(Riduwan dan Engkos 2008:118).
Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh, digunakan angka Beta atau
Standardized Coeffecient di bawah ini.
Tabel 4.9
Uji t Regresi
(Sumber: output SPSS)
Untuk melihat apakah terdapat pengaruh variabel Modal Inti terhadap
pembiayaan yang diberikan Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai
berikut :
Besarnya pengaruh Modal Inti terhadap Pembiayaan yang disalurkan
Bank Muamalat Indonesia sebesar 0,056 atau 5,6% dianggap tidak
signifikan. Hal ini tercermin dalam angka signifikansi sebesar 0,083 yang
lebih besar dari 0,05.
Modal inti memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan
terhadap pembiayaan. Artinya, apabila terjadi kenaikan Modal inti, maka
Model
Standardized
Coefficients t Sig.
Beta
lnmi 0,056 1,762 0,083
lndpk 0,916 27,843 0,000
sbi 0,004 0,180 0,857
lnkurs 0,040 2,943 0,004
inflasi 0,049 2,155 0,035
79
jumlah Pembiayaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga
sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratin &
Akhyar Adnan (Edisi Khusus On finance,2005) yang menggunakan
metode analisis uji t, yang mengemukakan bahwa Modal inti
menunjukkan pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap
pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Hal ini berbeda karena
Ekuitas sebagai modal inti digunakan hanya sebatas untuk perhitungan
CAR (Capital Adequate Ratio) sebagai indikator kemampuan penyerapan
kerugian dan sebagai batas maksimum pemberian pembiayaan. Untuk
memperoleh tingkat CAR yang baik (memenuhi peraturan BI) bank tidak
hanya mengandalkan modal inti saja bank juga bisa mencari sumber dana
lain seperti modal pinjaman dan pinjaman subordinasi sebagai modal
pelengkap. Modal Inti hanya sebagai sandaran (perlindungan) kecil
terhadap depositor/kreditor atas penurunan nilai aset bank, bank
bergantung terutama pada kompetensi dan kehati-hatian (competency and
prudence) manajemen dan stabilitas sistem keuangan bank. Selama modal
inti masih bisa memenuhi kewajiban minimum penyediaan modal maka
suatu lembaga bank akan mengoptimalkan peran simpanan (DPK) untuk
meningkatkan pembiayaan yang disalurkan.
Untuk melihat pengaruh variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap
pembiayaan yang diberikan Bank Muamalat Indonesia, adalah sebagai
berikut:
80
Hasil Penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 27,843
dengan ketentuan, taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk)
dengan ketentuan : dk = n – 2 atau 73 – 2 = 71. dari ketentuan tersebut,
diperoleh angka t tabel sebesar 1.66660.
Karena nilai t penelitian > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya DPK (Dana Pihak Ketiga) berpengaruh
signifikan terhadap Pembiayaan yang diberikan pada Bank Muamalat
Indonesia. Besarnya pengaruh DPK terhadap pembiayaan yang diberikan
Bank Muamalat Indonesia sebesar 0.916 atau 91,6% dianggap signifikan.
Hal ini tercermin dalam angka signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil
dari 0,05.
Dana Pihak Ketiga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap Pembiayaan. Artinya, apabila terjadi kenaikan Dana Pihak
Ketiga, maka jumlah Pembiayaan juga akan mengalami kenaikan, begitu
juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurhayati siregar (2005), Pratin Dan Akyar Adnan (2005), Luh Gede
Meydianawati (2005), Fransisca (2008) yang menyatakan bahwa DPK
secara parsial memiliki pengaruh terhadap jumlah pembiayaan yang
disalurkan.
Baik giro, deposito maupun tabungan turut memberikan andil di dalam
kehidupan Perbankan, pengumpulan atas dana-dana tersebut digunakan
Perbankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan juga untuk
81
menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan yaitu memberikan
pembiayaan kepada masyarakat. (Amiranti Marsya, 2009:18).
Bank adalah sebagai organisasi (Lembaga Keuangan) yang berfungsi
untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
pada masyarakat. Jumlah dana yang dihimpun bank syariah dari
masyarakat sudah tentu berupa simpanan tabungan, deposito dan giro.
Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah
keamanan dana mereka dan mereka dapat mengambilnya sewaktu-waktu.
Semakin tinggi (besar) dana yang dihimpun bank syariah dari masyarakat
maka jumlah dana bank pun akan meningkat. Seiring dengan hal itu sesuai
dengan fungsinya bank harus menyalurkan dananya kembali ke
masyarakat dalam bentuk pembiayaan.
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel suku bunga
SBI dengan Pembiayaan, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
Hasil Penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 0,180 dengan
ketentuan, taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk) dengan
ketentuan : dk = n – 2 atau 73 – 2 = 71. dari ketentuan tersebut, diperoleh
angka t tabel sebesar 1,66660.
Karena nilai t penelitian < t tabel maka dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima dan Ha ditolak, artinya Suku bunga SBI tidak berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan yang diberikan Bank Muamalat
82
Indonesia. Besarnya pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Pembiayaan
sebesar 0,004 atau 0,4% dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermin
dalam angka signifikansi sebesar 0,857 yang lebih besar dari 0,05.
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Rossar Maries (2008)
mengenai dampak fluktuasi variabel ekonomi makro terhadap DPK dan
Pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah di Indonesia dengan data-
data yang digunakan adalah data time series dari tahun 2003-2007 yang
berasal dari statistik perbankan syariah dan statistik ekonomi keuangan
Indonesia yang menghasilkan variabel suku bunga SBI tidak signifikan
mempengaruhi pembiayaan. Dikarenakan SBI merupakan surat berharga
yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagai pengakuan atas utang yang
memiliki jangka waktu pendek antara 1-3 bulan dengan sistem
diskonto/bunga. Suku bunga SBI mengacu kepada BI rate yang
pergerakannya fluktuatif. SBI dikeluarkan dengan tujuan untuk menyerap
kelebihan likuiditas pada bank konvensional. Sedangkan Bank Indonesia
telah menyediakan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) untuk
menyerap kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah yang tidak mengenal bunga seperti bank konvensional. Sehingga
Suku bunga SBI tidak signifikan mempengaruhi penyaluran pembiayaan
pada Bank Muamalat Indonesia
83
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel nilai tukar
Rupiah dengan Pembiayaan, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
Hasil Penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 2,943, dengan
ketentuan, taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk) dengan
ketentuan : dk = n – 2 atau 73 – 2 = 71 dari ketentuan tersebut, diperoleh
angka t tabel sebesar 1.66660.
Karena nilai t penelitian > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya Nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan
terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia.
Besarnya pengaruh Nilai tukar rupiah terhadap pembiayaan yang
disalurkan sebesar 0,040 atau 4% dianggap signifikan. Hal ini tercermin
dalam angka signifikansi sebesar 0,004 yang lebih kecil dari 0,05.
Nilai tukar Rupiah/$ (kurs) memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap pembiayaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rossar Maries (2008) dan Ari Cahyono (2009) yang
menghasilkan nilai tukar rupiah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pembiayaan. Apabila kurs naik, maka suatu mata uang melemah
terhadap mata uang negara lain, sehingga produsen yang memproduksi
produk dengan bahan baku yang berasal dari impor akan menjadi lebih
mahal. Hal tersebut mengakibatkan biaya produksi menjadi meningkat,
sehingga produsen menetapkan harga jual produk tersebut menjadi lebih
84
mahal. Akibatnya permintaan terhadap barang akan mengalami penurunan
dan tidak tertutup kemungkinan adanya penggunaan barang substitusi
yang pada akhirnya akan semakin menekan permintaan. Permintaan yang
menurun akan disikapi oleh produsen dengan menurunkan pasokan
sehingga tercapai keseimbangan baru. Agar permintaan meningkat
kembali produsen perlu mengadakan inovasi dan promosi terhadap
produknya. Maka dari itu produsen membutuhkan modal dan biaya
tambahan untuk melakukan kegiatan inovasi dan promosi tersebut.
Kemudian apabila Kurs turun maka suatu mata uang akan menguat
terhadap mata uang negara lain. Produsen yang menggunakan bahan baku
impor akan menyebabkan biaya produksi menurun sehingga harga jual
stabil, dan berikut juga permintaan terhadap produk tersebut akan menjadi
stabil dan produsen tidak membutuhkan dana untuk menjaga permintaan
konsumen terhadap produknya, hal tersebut menyebabkan pembiayaan
menjadi menurun.
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel inflasi
dengan Pembiayaan, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai
berikut:
Hasil Penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 2,155 dengan
ketentuan, taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk) dengan
ketentuan : dk = n – 2 atau 73 – 2 = 71. dari ketentuan tersebut, diperoleh
angka t tabel sebesar 1,66660.
85
Karena nilai t penelitian > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya inflasi berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia. Besarnya
pengaruh inflasi terhadap pembiayaan sebesar 0,049 atau 4,9% dianggap
signifikan. Hal ini tercermin dalam angka signifikansi sebesar 0,035 <
0,05.
Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pembiayaan. Artinya, apabila inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah
Pembiayaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Cahyono (2009)
bahwa inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan. Setiap kenaikan
pada inflasi akan meningkatkan Pembiayaan. Bila inflasi naik, maka
konsep Bank Muamalat adalah Bagi hasil. Dengan konsep ini,
sesungguhnya bank dan nasabah melakukan pengikatan dalam suatu
ikatan investasi bersama, dimana laba dan rugi akan ditanggung bersama,
dimana ketika inflasi naik, maka harga akan naik. Dengan pendapatan
konsumen yang tetap maka hal tersebut akan menurunkan pendapatan
perusahaan. Sehingga produsen akan memilih bank Muamalat Indonesia
karena mendapatkan ketenangan dan keadilan dimana laba dan rugi akan
ditanggung bersama.
Sedangkan dalam kondisi inflasi turun, maka Bank Muamalat kurang
menjadi pilihan, karena nasabah biasanya lebih memilih bank
86
konvensional, karena tingkat bunga pinjaman yang rendah dan pendapatan
atau laba perusahaan akan cenderung tinggi sementara kewajiban sudah
ditetapkan di awal. Namun, sesungguhnya konsep berbagi yang diterapkan
bank syariah lebih adil dan menguntungkan kedua belah pihak dalam
berbagai kondisi
Tabel 4.10
Pengujian pengaruh secara parsial terhadap Pembiayaan Bank
Muamalat Indonesia
(Sumber : data Sekunder diolah)
Variabel Koefisien
Pengaruh Signifikansi Kesimpulan
Modal Inti 0.056 0,083 Tidak Signifikan
DPK 0,916 0,000 Signifikan
SBI 0,004 0,857 Tidak Signifikan
Kurs 0,040 0,004 Signifikan
Inflasi 0,049 0,035 Signifikan
87
b. Analisis Korelasi
Korelasi antara Modal inti, DPK, Suku Bunga SBI, Kurs, dan inflasi.
Tabel 4.11
Korelasi
Hubungan Koefisien
Korelasi Kategori Probabilitas Kesimpulan
MI dengan DPK 0,917 sangat kuat 0,000 Signifikan**
MI dengan SBI 0,271 Sangat Lemah 0,021 Tidak Signifikan
MI dengan Kurs 0,473 Cukup kuat 0,000 Signifikan**
MI dengan Inflasi 0,167 Lemah 0,158 tidak signifikan
DPK dengan SBI 0,103 Sangat Lemah 0,385 Tidak signifikan
DPK dengan Kurs 0,577 Cukup kuat 0,000 Signifikan**
DPK dengan
Inflasi 0,051 Sangat Lemah 0,666 Tidak signifikan
SBI dengan Kurs 0,102 Sangat Lemah 0,392 tidak signifikan
SBI dengan Inflasi 0.870 Sangat kuat 0,000 Signifikan**
Kurs dengan
Inflasi 0,121 Sangat Lemah 0,306 Tidak signifikan
(Sumber : out put SPSS 17)
1). Korelasi Antara Modal Inti dan DPK.
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel SBI dan
Inflasi sebesar 0,917. untuk menafsirkan angka tersebut digunakan
kriteria sebagai berikut:
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak ada)
• >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
• >0,5 – 0,75: Korelasi kuat
• >0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,917 mempunyai maksud hubungan antara variabel
Modal Inti dan DPK yang sangat kuat. Artinya jika nilai DPK mengalami
88
kenaikan maka nilai Modal Inti akan mengalami kenaikan. Korelasi dua
variabel tersebut mempunyai bersifat signifikan karena angka signifikansi
sebesar 0,000< 0,01.
2.) Korelasi Antara Modal Inti dan SBI
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak ada)
• >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
• >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
• >0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,271 mempunyai maksud hubungan antara variabel
Modal Inti dan DPK yang cukup kuat. Korelasi dua variabel tersebut
bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,021> 0,05.
3.) Korelasi Antara Modal Inti dan Kurs
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak ada)
• >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
• >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
• >0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,473 mempunyai maksud hubungan antara variabel
Modal Inti dan Kurs cukup kuat. Artinya jika nilai kurs mengalami
kenaikan maka nilai modal inti akan mengalami kenaikan. Korelasi dua
variabel tersebut mempunyai bersifat signifikan karena angka signifikansi
sebesar 0,000< 0,01.
89
4.) Korelasi Antara Modal Inti dan Inflasi
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak ada)
• >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
• >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
• >0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,167mempunyai maksud hubungan antara variabel
Modal Inti dan Inflasi sangat lemah dan searah. Korelasi dua variabel
tersebut tidak bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,158>
0,05.
5.) Korelasi Antara DPK dan SBI
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak ada)
• >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
• >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
• >0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,103 mempunyai maksud hubungan antara variabel
DPK dan SBI sangat lemah. Korelasi dua variabel tersebut tidak bersifat
signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,385> 0,05.
6.) Korelasi Antara DPK dan Kurs
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak ada)
• >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
• >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
• >0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
90
Korelasi sebesar 0,577 mempunyai maksud hubungan antara variabel
DPK dan Kurs kuat. Artinya jika nilai kurs mengalami kenaikan maka
nilai DPK akan mengalami kenaikan. Korelasi dua variabel tersebut
mempunyai bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,000<
0,01.
7.) Korelasi Antara DPK dan Inflasi
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak ada)
• >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
• >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
• >0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,051 mempunyai maksud hubungan antara variabel
DPK dan Inflasi sangat lemah. Korelasi dua variabel tersebut tidak
bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,666> 0,05.
8.) Korelasi Antara SBI dan Kurs
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak ada)
• >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
• >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
• >0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,102 mempunyai maksud hubungan antara variabel SBI
dan Kurs sangat lemah. Korelasi dua variabel tersebut tidak bersifat
signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,392> 0,05.
91
9.) Korelasi Antara SBI dan Inflasi
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak ada)
• >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
• >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
• >0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,870 mempunyai maksud hubungan antara variabel SBI
dan Inflasi sangat kuat. Artinya jika nilai SBI mengalami kenaikan maka
nilai Inflasi akan mengalami kenaikan. Korelasi dua variabel tersebut
mempunyai bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,000<
0,01.
10.) Korelasi Antara Kurs dan Inflasi
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak ada)
• >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
• >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
• >0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,121 mempunyai maksud hubungan antara variabel
Kurs dan Inflasi sangat lemah. Korelasi dua variabel tersebut tidak
bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,306 > 0,05.
92
-00,271
0,167
0,473
0,577
0,051
0,870
PYD
MI
DPK
SBI
Kurs
Inflasi
ε
0,008
(1.00-0,992)
0,916
0,056
0,004
0,040
0,049 0,121
0,102
0,103
0,917
3. Gambar Diagram Jalur
Diagram jalur dari persamaan struktur diatas adalah ditunjukkan pada
gambar 4.1 sebagai berikut :
Gambar 4.7
Diagram Jalur
93
C. Persamaan struktural
Persamaan struktural untuk diagram jalur diatas sebagai berikut :
Y = ρyx1X1 + ρyx2X2+ρyx3X3+ ρyx4X4+ρyx5X5+ ε
Y= 0,056 MI + 0,916DPK + 0,004 SBI+ 0,040 KURS+0,049 Inflasi + ε
Untuk mencari koefisien residu adalah dengan 1.00 – R square Sehingga
koefisien residu adalah.
ρyε = 1.00-0.992 = 0.008. setelah koefisien residu diperoleh, persamaan
jalurnya menjadi:
Dari hasil penelitian, diperoleh persamaan regresi yaitu
Y= 0,056 MI + 0,916DPK + 0,004 SBI+ 0,040 KURS+0,049 Inflasi +0,008 ε
Pengaruh yang diterima dari sebuah variabel eksogen, dapat secara sendiri-
sendiri maupun secara bersama-sama, bisa juga berupa pengaruh langsung dan
pengaruh tidak langsung yaitu melalui variabel independen lainnya.
a. Pengaruh Modal Inti (MI) terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank
Muamalat Indonesia.
Berdasarkan hasil tersebut, besarnya Pengaruh Modal Inti (MI) terhadap
Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia (y) adalah sebagai
berikut:
• Pengaruh langsung
= (0,056)2 = (0,056) (0,056) = 0,0003136
Y= 0,056 MI + 0,916DPK + 0,004 SBI+ 0,040 KURS+0,049 Inflasi +0,008 ε
94
• Pengaruh tidak langsung
X1 terhadap Y melalui X2
= (0,056) (0,917) (0,916) = 0,047038432
X1 terhadap Y melalui X3
= (0,056) (0,271) (0,004) = 0,000060704
X1 terhadap Y melalui X4
= (0,056) (0,473) (0,040) = 0,00105952
X1 terhadap Y melalui X5
= (0,056) (0,167) (0,049) = 0,000458248
Besarnya pengaruh total variabel Modal Inti (X1) terhadap Pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah:
= 0,0003136+ 0,047038432+ 0,000060704+ 0,00105952 + 0,000458248
= 0,048930504
Tabel 4.12
Total Pengaruh Modal Inti terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank
Muamalat Indonesia
(Sumber : data Sekunder diolah)
Secara langsung, variabel Modal Inti memberikan pengaruh sebesar
0,0003136 terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia.
Pengaruh Modal Inti Terhadap
Pembiayaan yang disalurkan
Bank Muamalat Indonesia
Besar
Pengaruh
Secara Langsung 0,0003136
Tidak Langsung 0,048616904
Total Pengaruh 0,048930504
95
Secara tidak langsung, melalui hubungannya dengan variabel DPK, Suku bunga
SBI, Kurs dan Inflasi memberikan pengaruh sebesar 0,048616904. Secara total,
variabel modal inti mempengaruhi sebesar 0,048930504.
b. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan yang Disalurkan
Bank Muamalat Indonesia.
Berdasarkan hasil tersebut, besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK)
terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah
sebagai berikut:
• Pengaruh langsung
= (0,916)2 = (0,916) (0,916)= 0,839056
• Pengaruh tidak langsung
X2 terhadap Y melalui X1
= (0,916) (0,917) (0,056) = 0,047038432
X2 terhadap Y melalui X3
= (0,916) (0,103) (0,004) = 0,000377392
X2 terhadap Y melalui X4
= (0,916) (0,577) (0,040) = 0,02114128
X2 terhadap y melalui X5
= (0,916) (0,051) (0,049) = 0.002289084
Besarnya pengaruh total variabel Dana Pihak Ketiga(X2) terhadap
Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah:
96
= 0,839056+ 0,047038432+0,000377392+0,02114128 + 0.002289084
= 0,909902188
Tabel 4.13
Total Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat Indonesia
(Sumber : data Sekunder diolah)
Secara langsung, variabel Dana Pihak Ketiga memberikan pengaruh sebesar
0,839056 terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia.
Secara tidak langsung, melalui hubungannya dengan variabel DPK, Suku bunga
SBI, Kurs dan Inflasi memberikan pengaruh sebesar 0,070846188. Secara total,
variabel modal inti mempengaruhi sebesar 0,909902188.
c. Pengaruh SBI terhadap Pembiayaan yang Disalurkan Bank Muamalat
Indonesia.
Berdasarkan hasil tersebut, besarnya pengaruh SBI terhadap Pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah sebagai berikut:
• Pengaruh langsung
= (0,004)2
= (0,004) (0,004)= 0,000016
• Pengaruh tidak langsung
X3 terhadap Y melalui X1
Pengaruh DPK Terhadap
Pembiayaan yang disalurkan
Bank Muamalat Indonesia
Besar
Pengaruh
Secara Langsung 0,839056
Tidak Langsung 0,070846188
Total Pengaruh 0,909902188
97
= (0,004) (0,271) (0,056) = 0,000060704
X3 terhadap Y melalui X2
= (0,004) (0,103) (0,916) = 0,000377392
X3 terhadap Y melalui X4
= (0,004) (0,040) (0,102) = 0,00001632
X3 terhadap Y melalui X5
= (0,004) (0,870) (0,049) = 0,00017052
Besarnya pengaruh total variabel SBI (X3) terhadap Pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah :
= 0,000016 + 0,000060704 + 0,00017052+ 0,000377392+ 0,00001632
= 0,000640936
Tabel 4.14
Total Pengaruh SBI terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat
Indonesia
(Sumber : data Sekunder diolah)
Secara langsung, variabel SBI memberikan pengaruh sebesar
0,000016terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia. Secara
tidak langsung, melalui hubungannya dengan variabel DPK, Modal inti, Kurs dan
Pengaruh SBI Terhadap
Pembiayaan yang disalurkan Bank
Muamalat Indonesia
Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,000016
Tidak Langsung 0,000624936
Total Pengaruh 0,000640936
98
Inflasi memberikan pengaruh sebesar 0,000624936. Secara total, variabel modal
inti mempengaruhi sebesar 0,000640936.
d. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (kurs) Terhadap Pembiayaan yang Disalurkan
Bank Muamalat Indonesia.
Berdasarkan hasil tersebut, besarnya Pengaruh Kurs (X4) terhadap
Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah sebagai
berikut :
• Pengaruh langsung
= (0,040)2
= (0,040) (0,040) = 0,0016
• Pengaruh tidak langsung
X4 terhadap Y melalui X1
= (0,040) (0,473) (0,056) = 0,00105952
X4 terhadap Y melalui X2
= (0,040) (0,577) (0,916) = 0,02114128
X4 terhadap Y melalui X3
= (0,040) (0,102) (0,004) = 0,00001632
X4 terhadap Y melalui X5
= (0,040) (0,121) (0,049) = 0,0002371
99
Besarnya pengaruh total variabel Kurs (X4) terhadap Pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah :
= 0,0016+ 0,00105952+ 0,02114128+ 0,00001632+ 0,00023716
= 0,02405428
Tabel 4.15
Total Pengaruh Kurs terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat
Indonesia
(Sumber : data Sekunder diolah)
Secara langsung, variabel Kurs memberikan pengaruh sebesar 0,0016
terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia. Secara tidak
langsung, melalui hubungannya dengan variabel DPK, Modal inti, SBI dan Inflasi
memberikan pengaruh sebesar 0,02245428. Secara total, variabel modal inti
mempengaruhi sebesar 0,02405428.
e. Pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat
Indonesia.
Berdasarkan hasil tersebut, besarnya Pengaruh Inflasi (X5) terhadap
Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah sebagai
berikut;
Pengaruh Kurs Terhadap
Pembiayaan yang disalurkan
Bank Muamalat Indonesia
Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,0016
Tidak Langsung 0,02245428
Total Pengaruh 0,02405428
100
• Pengaruh langsung
= (0,049)2
= (0,049) (0,049) = 0,002401
• Pengaruh tidak langsung
X5 terhadap Y melalui X1
= (0,049) (0,167) (0,056) = 0,000458248
X5 terhadap Y melalui X2
= (0,049) (0,916) 0,051) = 0,002289084
X5 terhadap Y melalui X3
= (0,049) (0,004) (0,870) = 0,00017052
X5 terhadap Y melalui X4
= (0,049) (0,040) (0,121) = 0,00023716
Besarnya pengaruh total variabel Inflasi (X5) terhadap Pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah :
= 0,002401 + 0,000458248+ 0,002289084+ 0,00017052+ 0,00023716
= 0,005556012
Tabel 4.16
Total Pengaruh Inflasi terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat
Indonesia
Pengaruh Inflasi Terhadap
Pembiayaan yang disalurkan
Bank Muamalat Indonesia
Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,002401
Tidak Langsung 0,003155012
Total Pengaruh 0,005556012
101
Secara langsung, variabel Inflasi memberikan pengaruh sebesar 0,002401
terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia. Secara tidak
langsung, melalui hubungannya dengan variabel DPK, Modal inti, SBI dan Kurs
memberikan pengaruh sebesar 0,003155012. Secara total, variabel modal inti
mempengaruhi sebesar 0,005556012.
Tabel 4.17
Total Pengaruh Modal Inti, DPK, SBI, Kurs dan Inflasi terhadap
Pembiayaan yang Disalurkan Bank Muamalat Indonesia
Variabel Pengaruh
Total Langsung Tidak Langsung
Modal Inti (X1) 0,0003136 0,048616904 0,048930504
DPK (X2) 0,839056 0,070846188 0,909902188
SBI (X3) 0,000016 0,000624936 0,000640936
Kurs (X4) 0,0016 0,02245428 0,02405428
Inflasi (X5) 0,002401 0,003155012 0,005556012
Total
pengaruh 0,8433866 0,14569732 0,98908392
Besar pengaruh variabel Residu 0,01091608 (Sumber : data Sekunder diolah)
Dikarenakan dalam model tersebut terdapat pengaruh variabel yang tidak
signifikan. Selanjutnya peneliti akan melakukan analisis jalur model trimming.
Analisis Jalur Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki
suatu model struktur bila koefisien betanya (eksogen) tidak signifikan. Dalam hal
ini peneliti menghilangkan salah satu jalur (panah) yang memiliki koefisien
betanya tidak signifikan dan yang memiliki probabilitas terbesar. Dengan
demikian pengujian selanjutnya bertujuan sebagai berikut :
102
1. Melihat pengaruh secara simultan dan parsial Modal Inti, DPK, Nilai
tukar rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan
Bank Muamalat Indonesia.
2. Melihat pengaruh langsung dan tidak langsung Modal Inti, DPK, Nilai
tukar rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan
Bank Muamalat Indonesia.
3. Melihat pengaruh total Modal Inti, DPK, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan
Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia.
Tabel 4.18
Tabel Regresi setelah trimming
Model R Square
1 .992
(Sumber : output SPSS 17)
Dari hasil output SPSS R2
(R Square) setelah trimming menunjukan sebesar
0.992 (99,2%) yang berarti bahwa variabel Modal Inti DPK, Kurs dan inflasi
berpengaruh sebesar 99,2% terhadap pembiayaan yang disalurkan bank Muamalat
Indonesia, sisanya 0,8% dipengaruhi oleh variabel lain.
Tabel 4.19
Tabel Uji F setelah trimming
Model F Sig.
Regression 2118.394 .000a
(Sumber : Output SPSS 17)
F penelitian dari SPSS didapatkan sebesar 2118,394. Taraf signifikan 0,05
dan diperoleh angka F tabel sebesar 2.51. Jika F penelitian > F tabel maka Ho
103
ditolak dan Ha diterima. Jika F penelitian < F tabel maka Ho diterima dan Ha
ditolak.
Dari hasil perhitungan angka F penelitian sebesar 2118,394 > dari F tabel
Sebesar 2.51 Sehingga Ho di tolak dan Ha diterima, dan taraf signifikansi di
peroleh 0.000 < 0.05, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara modal inti,
DPK, Kurs dan inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat
Indonesia.
Tabel 4.20
Tabel Uji t setelah trimming
Variabel Koefisien
Pengaruh Signifikansi Kesimpulan
Modal Inti 0,058 0,050 Signifikan
DPK 0,914 0,000 Signifikan
Kurs 0,040 0,004 Signifikan
Inflasi 0,052 0,000 Signifikan
(Sumber : Output SPSS 17)
Variabel Modal Inti secara parsial setelah trimming berpengaruh positif
sebesar 0.058 (5,8%) dan dianggap signifikan karena signifikansi 0.05=0.05. DPK
berpengaruh positif sebesar 0,914 (91,4%) dan dianggap signifikan, dengan taraf
signifikansi 0.000<0.05. Kurs berpengaruh positif sebesar 0,040 (4,0%) dan
dianggap signifikan dengan taraf signifikansi 0.004<0.05, dan Inflasi berpengaruh
positif dan signifikan sebesar 0.052 (5,2%) dengan signifikansi 0.000< 0.05.
104
Tabel 4.21
Pengujian Hubungan antar variabel independen setelah trimming
*Signifikan pada alfa 0.05
**Signifikan pada alfa 0.01
(Sumber : data Sekunder diolah)
Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan dalam diagram jalur setelah
trimming, dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut :
Hubungan Koefisien
Korelasi Kategori Probabilitas Kesimpulan
Modal Inti dengan DPK 0,917 sangat kuat 0,000 Signifikan**
Modal Inti dengan Kurs 0,473 cukup kuat 0,000 Signifikan**
Modal Inti dengan Inflasi 0,167 sangat lemah 0,158 Tidak Signifikan
DPK dengan Kurs 0,577 kuat 0,000 signifikan**
DPK dengan Inflasi 0,051 Sangat lemah 0,666 Tidak Signifikan
Kurs dengan Inflasi 0,121 Sangat lemah 0,306 tidak signifikan
105
Gambar 4.8
Diagram Jalur setelah trimming
Untuk mencari nilai residu diperoleh dari 100% - 99,2% = 0,8%.
Dengan demikian didapat persamaan setelah trimming adalah :
Y = 0,058 MI + 0,914 DPK + 0,040 KURS + 0,052 INFLASI + 0.008ε
0.052 0,121
0,051
0,167
0,917
0,577
0,473
PYD
MI
DPK
KURS
0.058
0,914
ε 0.008
(1.00-0.992)
0,040
INFLASI
106
Pengaruh yang diterima dari sebuah variabel eksogen, dapat secara sendiri-
sendiri maupun secara bersama-sama, bisa juga berupa pengaruh langsung dan
pengaruh tidak langsung yaitu melalui variabel independen lainnya.
a. Pengaruh Modal Inti terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat
Indonesia.
Berdasarkan hasil tersebut, besarnya Pengaruh Modal Inti (X1) terhadap
pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah sebagai
berikut:
• Pengaruh langsung
= (0,058)2 = (0,058) (0,058) = 0,003364
• Pengaruh tidak langsung
X1 terhadap Y melalui X2
= (0,058) (0,917)(0,914) = 0,048612004
X1 terhadap Y melalui X3
= (0,058) (0,473) (0,040) = 0,00109736
X1 terhadap Y melalui X4
= (0,058) (0,167) (0,052) = 0,000503672
Besarnya pengaruh total variabel Modal Inti (X1) terhadap pembiayaan
yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah:
= 0,003364 + 0,048612004 +0,00109736 + 0,000503672
=0,083853036
107
Tabel 4.22
Total Pengaruh Modal Inti terhadap Pembiayaan yang Disalurkan Bank
Muamalat Indonesiasetelah trimming
(Sumber : data Sekunder diolah)
Secara langsung, variabel Modal inti memberikan pengaruh sebesar
0,003364 terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia.
Secara tidak langsung, melalui hubungannya dengan variabel DPK, Kurs dan
Inflasi memberikan pengaruh sebesar 0,080489036. Secara total, variabel
Modal Inti mempengaruhi sebesar 0,083853036.
b. Pengaruh DPK terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat
Indonesia.
Berdasarkan hasil tersebut, besarnya Pengaruh DPK (X2) terhadap
pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah sebagai
berikut:
• Pengaruh langsung
= (0,914)2
= (0,914) (0,914) = 0,835396
• Pengaruh tidak langsung
X2 terhadap Y melalui X1
Pengaruh Modal Inti terhadap
Pembiayaan yang Disalurkan
Bank Muamalat Indonesia
Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,003364
Tidak Langsung 0,080489036
Total Pengaruh 0,083853036
108
= (0,914) (0,917) (0,058) = 0,048612004
X2 terhadap Y melalui X3
= (0,914) (0,577) (0,040) = 0,02109512
X2 terhadap Y melalui X4
= (0,914) (0,051) (0,052) = 0,002423928
Besarnya pengaruh total variabel DPK (X2) terhadap pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah:
= 0,835396 + 0,048612004+ 0,02109512 + 0,002423928
= 0,907527052
Tabel 4.23
Total Pengaruh DPK terhadap Pembiayaan
yang Disalurkan Bank Muamalat Indonesiasetelah trimming
(Sumber : data Sekunder diolah)
Secara langsung, variabel DPK memberikan pengaruh sebesar 0,835396
terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia. Secara tidak
langsung, melalui hubungannya dengan variabel Modal Inti, Kurs dan Inflasi
memberikan pengaruh sebesar 0,072131052. Secara total, variabel Modal Inti
mempengaruhi sebesar 0,907527052.
Pengaruh DPK terhadap
Pembiayaan yang Disalurkan
Bank Muamalat Indonesia
Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,835396
Tidak Langsung 0,072131052
Total Pengaruh 0,907527052
109
c. Pengaruh Kurs terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat
Indonesia.
Berdasarkan hasil tersebut, besarnya Pengaruh Kurs (X3) terhadap
pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah sebagai
berikut:
• Pengaruh langsung
= (0,040)2
= (0,040) (0,040) = 0,0016
Pengaruh tidak langsung
X3 terhadap Y melalui X1
= (0,040) (0,473) (0,058) = 0,00109736
X3 terhadap Y melalui X2
= (0,040) (0,577) (0,914) = 0,02109512
X3 terhadap Y melalui X4
= (0,040) ( 0,121) (0,052) = 0,00025168
Besarnya pengaruh total variabel Kurs (X3) terhadap pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah:
= 0,0016+ 0,00109736+ 0,02109512+0,00025168= 0,02404416
110
Tabel 4.24
Total Pengaruh Kurs terhadap Pembiayaan yang Disalurkan Bank Muamalat
Indonesia setelah trimming
(Sumber : data Sekunder diolah)
Secara langsung, variabel Kurs memberikan pengaruh sebesar 0,0016
terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia. Secara tidak
langsung, melalui hubungannya dengan variabel Modal Inti, DPK dan Inflasi
memberikan pengaruh sebesar 0,02244416. Secara total, variabel Modal Inti
mempengaruhi sebesar 0,02404416.
d. Pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat
Indonesia.
Berdasarkan hasil tersebut, besarnya Pengaruh Inflasi terhadap
pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah sebagai
berikut:
• Pengaruh langsung
= (0,052)2 = (0,052) (0,052) = 0,002704
• Pengaruh tidak langsung
X4 terhadap Y melalui X1
= (0,052) (0,167) (0,058) = 0,000503672
Pengaruh Kurs terhadap
Pembiayaan yang Disalurkan
Bank Muamalat Indonesia
Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,0016
Tidak Langsung 0,02244416
Total Pengaruh 0,02404416
111
X4 terhadap Y melalui X2
= (0,052) (0,051) (0,914) = 0,002423928
X4 terhadap Y melalui X3
= (0,052) (0,121) (0,040) = 0,00025168
Besarnya pengaruh total variabel Inflasi (X4) terhadap pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat Indonesia (Y) adalah:
= 0,002704+ 0,000503672 +0,002423928+0,00025168= 0,00588328
Tabel 4.25
Total Pengaruh Inflasi terhadap Pembiayaan yang Disalurkan Bank Muamalat
Indonesia setelah trimming
(Sumber : data Sekunder diolah)
Secara langsung, variabel Inflasi memberikan pengaruh sebesar 0,002704
terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia. Secara tidak
langsung, melalui hubungannya dengan variabel Modal Inti, DPK dan Kurs
memberikan pengaruh sebesar 0,00317928. Secara total, variabel Modal Inti
mempengaruhi sebesar 0,00588328.
Pengaruh Inflasi terhadap
Pembiayaan yang Disalurkan
Bank Muamalat Indonesia
Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,002704
Tidak Langsung 0,00317928
Total Pengaruh 0,00588328
112
D. Interpretasi
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun persamaan path analysis
sebagai berikut :
Y= 0,056MI + 0,916DPK + 0,004 SBI+ 0,040 KURS+0,049 Inflasi + 0,008ε
Hasil pengujian secara simultan, diketahui variabel Modal Inti, DPK, Suku
Bunga SBI, Kurs dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat Indonesia.
Hasil Pengujian secara parsial, variabel DPK, Kurs, dan Inflasi berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia,
sedangkan variabel modal inti dan Suku Bunga SBI tidak signifikan
mempengaruhi pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia.
Variabel Suku Bunga SBI tidak signifikan dikarenakan SBI merupakan surat
berharga yang yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagai pengakuan atas utang
yang memiliki jangka waktu pendek antara 1-3 bulan dengan sistem
diskonto/bunga. Suku bunga SBI mengacu kepada BI rate yang pergerakannya
fluktuatif. SBI dikeluarkan dengan tujuan untuk menyerap kelebihan likuiditas
pada bank konvensional. Sedangkan Bank Indonesia telah menyediakan Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia (SWBI) untuk menyerap kelebihan likuiditas pada bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah yang tidak mengenal bunga seperti bank
konvensional. Sehingga Suku bunga SBI tidak signifikan mempengaruhi
penyaluran pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Hal ini senada dengan
penelitian yang dilakukan Rossar Maries (2008) mengenai dampak fluktuasi
113
variabel ekonomi makro terhadap DPK dan Pembiayaan yang disalurkan
perbankan syariah di Indonesia dengan data-data yang digunakan adalah data time
series dari tahun 2003-2007 yang berasal dari statistik perbankan syariah dan
statistik ekonomi keuangan Indonesia yang menghasilkan variabel suku bunga
SBI tidak signifikan mempengaruhi pembiayaan.
Persamaan setelah trimming :
Y= 0,058 MI + 0,914DPK + 0,040 KURS+0,052 Inflasi + 0,008ε
Hasil pengujian secara simultan, diketahui variabel Modal Inti, DPK, kurs dan
Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pembiayaan pada Bank
Muamalat Indonesia.
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Modal Inti, DPK, kurs dan
Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pembiayaan pada
Bank Muamalat Indonesia.
Modal inti memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pembiayaan. Artinya apabila terjadi kenaikan Modal inti, maka jumlah
Pembiayaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Sebagai
lembaga keuangan masalah bank yang paling utama adalah dana. Tanpa dana
yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata lain bank tidak
dapat berfungsi sama sekali. Salah satu sumber dana bank adalah modal inti.
Modal Inti merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank sekaligus berfungsi sebagai penjaga kepercayaan masyarakat.
Salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan adalah modal inti,
114
oleh karena itu semakin besar sumber dana yang salah satunya adalah modal inti,
maka bank akan dapat meyalurkan pembiayaan dalam batas yang maksimum
yang besar juga. Hasil ini didukung dengan teori yang dikemukakan oleh
Muhammad (2005:52) bahwa dalam tataran operasional, secara umum dalam
kondisi normal, besaran / totalitas pembiayaan sangat tergantung pada besaran
dana yang tersedia baik yang berasal dari pemilik berupa modal (sendiri,
termasuk cadangan) serta dana dari masyarakat luas.
Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pembiayaan.
Artinya, apabila jumlah DPK meningkatkan maka penyaluran kredit juga akan
meningkat. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Luh Gede
Meydyanawati (2007), Francisca (2008), Arief Wibowo (2007), Nurhayati Siregar
(2005) dan Amiranti (2009) yang menyatakan bahwa dana pihak ketiga secara
parsial memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan. Baik giro, deposito
maupun tabungan turut memberikan andil di dalam kehidupan Perbankan,
pengumpulan atas dana-dana tersebut digunakan Perbankan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan juga untuk menjalankan fungsinya sebagai lembaga
keuangan yaitu memberikan pembiayaan kepada masyarakat. (Amiranti Marsya,
2009:18). Bank adalah sebagai organisasi (Lembaga Keuangan) yang berfungsi
untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali pada
masyarakat. Jumlah dana yang dihimpun bank syariah dari masyarakat sudah
tentu berupa simpanan tabungan, deposito dan giro. Pada umumnya motivasi
utama orang menitipkan dana pada bank adalah keamanan dana mereka dan
115
mereka dapat menganmbilnya sewaktu-waktu. Semakin tinggi (besar) dana yang
dihimpun bank syariah dari masyarakat maka jumlah dana bank pun akan
meningkat. Seiring dengan hal itu seesuai dengan fungsinya bank harus
menyalurkan dananya kembali ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan.
Nilai tukar Rupiah/$ (kurs) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap pembiayaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rossar Maries (2008) dan Ari Cahyono (2009) yang menghasilkan nilai tukar
rupiah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan. Apabila kurs
naik, maka suatu mata uang melemah terhadap mata uang negara lain, sehingga
produsen yang memproduksi produk dengan bahan baku yang berasal dari impor
akan menjadi lebih mahal. Hal tersebut mengakibatkan biaya produksi menjadi
meningkat, sehingga produsen menetapkan harga jual produk tersebut menjadi
lebih mahal. Akibatnya permintaan terhadap barang akan mengalami penurunan
dan tidak tertutup kemungkinan adanya penggunaan barang substitusi yang pada
akhirnya akan semakin menekan permintaan. Permintaan yang menurun akan
disikapi oleh produsen dengan menurunkan pasokan sehingga tercapai
keseimbangan baru. Agar permintaan meningkat kembali produsen perlu
mengadakan inovasi dan promosi terhadap produknya. Maka dari itu produsen
membutuhkan modal dan biaya tambahan untuk melakukan kegiatan inovasi dan
promosi tersebut. Kemudian apabila Kurs turun maka suatu mata uang akan
menguat terhadap mata uang negara lain. Produsen yang menggunakan bahan
baku impor akan menyebabkan biaya produksi menurun sehingga harga jual
116
stabil. Hal tersebut membuat permintaan konsumen terhadap produk akan
menjadi stabil dan produsen tidak membutuhkan dana untuk menjaga permintaan
konsumen terhadap produknya, hal tersebut menyebabkan pembiayaan menjadi
menurun.
Variabel Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pembiayaan. Artinya, apabila inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah
Pembiayaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Cahyono (2009) bahwa inflasi
memiliki pengaruh positif dan signifikan. Setiap kenaikan pada inflasi akan
meningkatkan Pembiayaan. Bila inflasi naik, maka konsep Bank Muamalat
adalah Bagi hasil. Dengan konsep ini, sesungguhnya bank dan nasabah
melakukan pengikatan dalam suatu ikatan investasi bersama, dimana laba dan
rugi akan ditanggung bersama, dimana ketika inflasi naik, maka harga akan naik.
Dengan pendapatan konsumen yang tetap maka hal tersebut akan menurunkan
pendapatan perusahaan. Sehingga produsen akan memilih bank Muamalat
Indonesia karena mendapatkan ketenangan dan keadilan dimana laba dan rugi
akan ditanggung bersama.
Sedangkan dalam kondisi inflasi turun, maka Bank Muamalat kurang menjadi
pilihan, karena nasabah biasanya lebih memilih bank konvensional, karena tingkat
bunga pinjaman yang rendah dan pendapatan atau laba perusahaan akan
cenderung tinggi sementara kewajiban sudah ditetapkan di awal. Namun,
117
sesungguhnya konsep berbagi yang diterapkan bank syariah lebih adil dan
menguntungkan kedua belah pihak dalam berbagai kondisi
118
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil Uji Regresi Jalur atau Path analysis, menunjukan bahwa variabel
Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar
Rupiah (Kurs) dan Inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia sebesar 0,992. Hasil
uji juga menunjukan secara parsial variabel DPK, Kurs, dan Inflasi
berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank
Muamalat Indonesia, sedangkan variabel Modal Inti dan Suku Bunga SBI
tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank
Muamalat Indonesia.
2. Hasil pengujian setelah trimming diketahui variabel Modal Inti, DPK, Kurs
dan Inflasi memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama sebesar
0,992. Hasil uji juga menunjukan secara parsial bahwa variabel Modal Inti,
DPK, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Pembiayan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia.
3. Hasil penghitungan pengaruh langsung dan tidak langsung variabel Modal
Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi
119
terhadap Pembiayaan Yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia, secara
langsung 0,843, sedangkan secara tidak langsung sebesar 0,146.
Dikarenakan terjadi trimming dengan cara membuang jalur variabel eksogen
yang tidak signifikan diperoleh pengaruh langsung Modal Inti, DPK, Kurs
dan Inflasi sebesar 0,843, sedangkan pengaruh tidak langsung sebesar 0,106.
Sehingga total pengaruh sebesar 0,949.
B. Implikasi
Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis lima
variabel eksogen yaitu Modal Inti, DPK, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah
(Kurs) dan Inflasi terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat
Indonesia pada periode 2003:9 hingga 2009:9. Agar dapat memperoleh gambaran
yang lebih mendalam serta komprehensif maka penulis menyarankan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Kepada Peneliti
a. Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan data yang lebih akurat
dengan jumlah yang lebih banyak dan dengan rentang waktu yang lebih
panjang. Penggunaan data yang lebih akuran dan dengan rentang waktu
yang lebih panjang memungkinkan hasil penelitian lebih baik.
b. Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan metode dan alat uji yang
lebih lengkap dan akurat sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid.
120
2. Kepada Perbankan Syariah
Dengan mengetahui Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki hubungan yang
signifikan dan mempengaruhi paling besar terhadap pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat Indonesia, maka pengumpulan DPK diusahakan
semaksimal mungkin, dengan berbagai strategi pengumpulan dana yang efektif
dan sesuai syariah.
3. Kepada Pemerintah
Dengan adanya korelasi yang kuat antara bank syariah dan sektor riil, maka
sudah seharusnya bahwa otoritas moneter dan pemerintah memberikan
kesempatan yang luas kepada bank syariah untuk berkembang. Dukungan
tersebut bisa dilakukan dengan dikeluarkannya undang-undang yang
mendukung bank syariah.
4. Kepada Masyarakat/ Nasabah
Dengan melihat bank syariah telah menjalankan konsep bagi hasil yang fair
dan nyata maka diharapkan kepercayaan masyarakat tetap terjaga untuk
menempatkan dananya dan melakukan pembiayaan pada bank syariah.
121
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Zainul, “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Cet 3, Pustaka Alvabet, Jakarta,
2005.
Cahyono, Ari, “Pengaruh Indikator Makroekonomi terhadap Dana Pihak Ketiga dan-
Pembiayaan Bank Syariah Mandiri”, Tesis (Magister) Program Pasca Sarja-
na Timur Tengah dan Islam Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2009.
Darmawi, Herman, “Pasar Financial Dan Lembaga-Lembaga Finansial”, PT Bumi Ak-
sara, 2006.
Francisca dan Hasan Sakti Siregar, “Pengaruh Faktor Internal Bank terhadap Volume
Kredit pada Bank yang GO PUBLIC di Indonesia”, artikel diakses tanggal
15 November 2009, dari http://www.akuntansi.usu.ac.id
Hidayat, Toni, “Pengaruh Inflasi Terhadap Kinerja Pembiayaan Perbankan Syariah, Vo-
lume Transaksi Pasar Uang Anta rank Berdasarkan Prinsip Syariah
(PUAS)dan Posisi Outstanding Sertifikat Wadiah Bank Indonesia”, Tesis
(Magister) Program Pasca Sarjana Timur Tengah dan Islam Fakultas Eko-
nomi Universitas Indonesia, 2007.
Hasim, Mohamad Asy’ari, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Bank Syariah”, Tesis (Magister) Program Pasca Sarjana Program Kekhusu-
san Ekonomi Syariah Program Kajian Timur Tengah Dan Islam Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Judisseno, Rimsky k,”Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”, PT GRamedia pus-
taka utama. Jakarta, 2005.
Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2002.
Karim, Adiwarman A, “Islamic Banking Fiqh and Finacial Analysis”, Kharisma Putra
Utama. Jakarta. 2005
Khalwaty, T, “Inflasi Dan Solusinya”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2001
Kuncoro, Mudrajad, “Dinamika Inflasi dan Kebijakan Energi Nasional”, artikel diakses
tanggal 10 November 2009, dari http://www.anggaran.depkeu. go.id
Mankiew, Gregory, “Principles of Economics (Pengantar Ekonomi Mikro)”, Edisi 3, Sa-
lemba Empat, Jakarta, 2006.
122
Marries, Rossar, “Dampak Fluktuasi Variabel Makro Terhadap Dana Pihak Ketiga Yang
Dihimpun Dan Penyaluran Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia”,
Tesis (Magister) Program Pasca Sarjana Timur Tengah dan Islam Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.
Marsya, Amiranti, “Analisis Pengaruh Variabel Internal dan Eksternal Perbankan Ter-
hadap Penawaran Kredit UMKM”. Skripsi sarjana FISIP UI, Jakarta. 2009.
Meydianawathi, Luh Gede, “Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada
Sektor UMKM di Indonesia”, Buletin Studi Ekonomi Volume 12 Nomor 2
Tahun 2007.
Mufraini, M. Arief, “Modul Perbankan Syariah”. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008.
Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, Yogyakarta : UPP AMP YKPN,
2005.
Muhammad, “Manajemen Bank Syariah”, Penerbit: UPP AMP YKPN, Yogyakarta 2000.
Nanga, Muana, “Teori, Masalah, dan Kebijakan”, Rajawali Gravindo, Jakarta, 2005.
Pratin dan Akhyar Adnan, “Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri, NPL, Prosen-
tase Bagi Hasil dan Mark up Keuntungan terhadap Pembiayaan pada Per-
bankan Syariah Studi Kasus pada Bank Muamalat Indonesia (BMI)”, SI-
NERGI Edisi Khusus on Finance, 2005.
Riduwan, Engkos Achmad Kuncoro, “Cara Menggunkan dan Memaknai Analisis Jalur
(Path Analyssis), Alfabeta, Bandung, 2008.
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdul Rahman. “Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur
Dalam Penelitian”, Pustaka Setia, Bandung :2007.
Samuelson , Paul A dan William Nordhaus. “Ilmu Makroekonomi”, Edisi Tujuh Belas,
PT. Media Global Edukasi, Jakarta. 2004.
Sarwono, Jonathan, “Analisis jalur untuk riset bisnis dengan SPSS”, Penerbit : Andi.
Yogyakarta. 2007.
Siregar, Nurhayati, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran dana
perbankan syariah.” Universitas Sumatra Utara, 2005.
Siamat,Dahlan,”Manajemen Lembaga Keuangan”,Edisi keempat,Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.
123
Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Kelima, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.
Suad, Husnan, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, edisi 3, AMP
YKPN, Yogyakarta, 2001.
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta,
2004.
Sudarsono, Heri, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi”. Eko-
nosia, Yogyakarta, 2004.
Sri, Sulad Hardanto. “Manajemen risiko bagi bank umum”. PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2006.
Syafei, Rahmat. “Fiqih Muamalat untuk IAIN STAIN PTAIS dan Umum”, Pustaka Setia.
Bandung, 2001.
Syafi’I, Muhammad Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani, Jakar-
ta,2004.
Syafi’I, Muhammad Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani, Jakar-
ta,2001.
Umar, Husein , “Strategic Management in action”. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta,
2008.
Wibowo, Arief. “Pengaruh Jumlah Penghimpunan dana Bank, Suku Bunga Kredit Modal
Kerja, dan Tingkat Laju Inflasi Terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal
Kerja pada Bank-Bank Umum di Indonesia”, Skripsi sarjana Fakultas Eko-
nomi, Universitas Islam Indonesia. 2007.
www.bi.go.id
www.wikipedia.com
www.muamalatbankindonesia.com
124
Lampiran
Modal Inti September 2003 – September 2009
Bulan Modal Inti (dalam jutaan Rupiah)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari - 302224 372973 765562 851095 859512 980563
Februari - 285322 376121 767481 867848 878583 989389
Maret - 325355 383028 776739 778298 1031271 998632
April - 327453 351181 750805 783539 884840 1079700
Mei - 283308 674574 470658 896629 890643 1091661
Juni - 307693 681150 706304 912619 1052749 916996
Juli - 307896 686027 787165 928609 820945 918257
Agustus - 310328 692049 709445 944599 827012 921038
September 274290 302494 684892 729504 960589 836844 891893
Oktober 278208 304617 705519 727014 976579 847077 -
November 278990 307447 680417 732063 992569 856916 -
Desember 306188 314937 683308 834343 1008559 852239 -
Dana Pihak Ketiga (DPK) 2003 – September 2009
Bulan Dana Pihak Ketiga (DPK) (Dalam Jutaan Rupiah)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari - 2.587.382 4.157.629 5.686.933 6.658.917 8.891.572 10.518.538
Februari - 2.258.525 4.144.197 5.432.230 7.044.726 9.003.411 10.474.555
Maret - 2.636.317 4.308.330 5.419.571 7.069.942 9.134.198 10.824.597
April - 2.739.514 4.707.415 5.545.239 7.088.711 9.317.424 10.539.425
Mei - 2.875.296 4.563.341 5.774.285 7.381.895 9.372.644 10.668.452
Juni - 2.895.683 4.793.776 5.831.903 7.523.357 9.148.712 12.379.938
Juli - 3.125.941 4.850.664 6.262.041 7.625.606 9.503.218 12.184.187
Agustus - 3.368.517 5.002.819 6.057.638 7.746.571 9.515.373 11.906.514
September 1.999.492 3.409.972 5.180.008 6.354.609 7.867.535 9.783.836 12.177.743
Oktober 2.086.091 3.611.441 5.298.525 6.621.705 7.988.500 9.783.331 -
November 2.225.538 3.674.560 5.358.973 6.665.055 8.109.464 9.765.970 -
Desember 2.508.875 4.330.564 5.824.329 6.837.431 8.230.428 10.073.953 -
125
Data Suku Bunga SBI, September 2003 – September 2009
Data Nilai Tukar Rupiah terhadap US $, September 2003 – September 2009
Bulan
Nilai tukar rupiah/$
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari - 8441 9165 9395 9090 9291 11355
Februari - 8447 9260 9230 9160 9051 11980
Maret - 8587 9480 9075 9118 9217 11575
April - 8661 9570 8775 9083 9234 10713
Mei - 9210 9495 9220 8828 9318 10340
Juni - 9415 9713 9300 9054 9225 10225
Juli - 9168 9819 9070 9186 9118 9920
Agustus - 9328 10240 9100 9410 9153 10060
September 8389 9170 10310 9235 9137 9378 9681
Oktober 8495 9090 10090 9110 9103 10995 -
November 8537 9018 10035 9165 9376 12151 -
Desember 8447 9290 9830 9020 9419 10950 -
Bulan
Suku Bunga SBI
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari - 0.0066 0.0062 0.0106 0.0079 0.0067 0.0079
Februari - 0.0064 0.0062 0.0106 0.0077 0.0066 0.0073
Maret - 0.0062 0.0062 0.0106 0.0075 0.0066 0.0068
April - 0.0061 0.0064 0.0106 0.0075 0.0067 0.0063
Mei - 0.0061 0.0066 0.0104 0.0073 0.0069 0.0060
Juni - 0.0061 0.0069 0.0104 0.0071 0.0073 0.0058
Juli - 0.0061 0.0071 0.0102 0.0069 0.0077 0.0056
Agustus - 0.0061 0.008 0.0098 0.0069 0.0077 0.0055
September 0.0072 0.0062 0.0083 0.0094 0.0069 0.0081 0.0054
Oktober 0.0071 0.0062 0.0092 0.009 0.0069 0.0092 -
November 0.0071 0.0062 0.0102 0.0085 0.0069 0.0094 -
Desember 0.0069 0.0062 0.0106 0.0081 0.0067 0.0090 -
126
Data Inflasi, September 2003 – September 2009
Pembiayaan, September 2003 – September 2009
Bulan Pembiayaan (Dalam Jutaan Rupiah)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari - 2388464 4102756 6026286 7347158 8549409 10643234
Februari - 2285826 4203302 5965145 7478197 8650887 10666434
Maret - 2559563 4461497 6061194 6398974 8742830 10655895
April - 2823036 4604735 6058322 6754671 9078795 10751728
Mei - 3038989 4868004 6202061 7661509 9363432 10880987
Juni - 3353305 5051546 6511072 7302083 9221101 11135534
Juli - 3455078 5271942 6843934 7863773 9810663 11129176
Agustus - 3624744 5490191 6332761 7985839 10172241 11214152
September 2070883 3766817 5802114 6510072 8107906 10408969 11275560
Oktober 2220997 3903783 5827199 6640642 8229972 10484026 -
November 2283739 3981008 5871467 6610266 8352038 10603530 -
Desember 2363680 4182224 6054832 6626998 8474105 10517863 -
Bulan
Inflasi
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari - 0.004 0.0061 0.0142 0.0052 0.0061 0.0076
Februari - 0.0038 0.006 0.0149 0.0053 0.0062 0.0072
Maret - 0.0043 0.0073 0.0131 0.0054 0.0068 0.0066
April - 0.0049 0.0068 0.0128 0.0058 0.0075 0.0061
Mei - 0.0054 0.0062 0.013 0.005 0.0087 0.005
Juni - 0.0057 0.0062 0.0129 0.0048 0.0092 0.003
Juli - 0.006 0.0065 0.0126 0.0051 0.0099 0.0023
Agustus - 0.0056 0.0069 0.0124 0.0054 0.0099 0.0023
September 0.0064 0.0052 0.0076 0.0121 0.0058 0.0101 0.0024
Oktober 0.0060 0.0052 0.0149 0.0052 0.0057 0.0098 -
November 0.0063 0.0052 0.0153 0.0044 0.0056 0.0097 -
Desember 0.0072 0.0053 0.0143 0.0055 0.0055 0.0092 -
127
Hasil data di LN agar tidak terjadi ketimpangan data
SBI
Nilai tukar
Rp/$
Modal
Inti Inflasi DPK PYD
2003 Sep 0.01 9.03 12.52 0.01 14.51 14.54
Okt 0.01 9.05 12.54 0.01 14.55 14.61
Nov 0.01 9.05 12.54 0.01 14.62 14.64
Des 0.01 9.04 12.63 0.01 14.74 14.68
2004 Jan 0.01 9.04 12.62 0.00 14.77 14.69
Feb 0.01 9.04 12.56 0.00 14.63 14.64
Mar 0.01 9.06 12.69 0.00 14.78 14.76
Apr 0.01 9.07 12.70 0.00 14.82 14.85
Nei 0.01 9.13 12.55 0.01 14.87 14.93
Jun 0.01 9.15 12.64 0.01 14.88 15.03
Jul 0.01 9.12 12.64 0.01 14.96 15.06
Ags 0.01 9.14 12.65 0.01 15.03 15.10
Sep 0.01 9.12 12.62 0.01 15.04 15.14
Okt 0.01 9.11 12.63 0.01 15.10 15.18
Nov 0.01 9.11 12.64 0.01 15.12 15.20
Des 0.01 9.14 12.66 0.01 15.28 15.25
2005 Jan 0.01 9.12 12.83 0.01 15.24 15.23
Feb 0.01 9.13 12.84 0.01 15.24 15.25
Mar 0.01 9.16 12.86 0.01 15.28 15.31
Apr 0.01 9.17 12.77 0.01 15.36 15.34
Nei 0.01 9.16 13.42 0.01 15.33 15.40
Jun 0.01 9.18 13.43 0.01 15.38 15.44
Jul 0.01 9.19 13.44 0.01 15.39 15.48
Ags 0.01 9.23 13.45 0.01 15.43 15.52
Sep 0.01 9.24 13.44 0.01 15.46 15.57
Okt 0.01 9.22 13.47 0.01 15.48 15.58
Nov 0.01 9.21 13.43 0.02 15.49 15.59
Des 0.01 9.19 13.43 0.01 15.58 15.62
2006 Jan 0.01 9.15 13.55 0.01 15.55 15.61
Feb 0.01 9.13 13.55 0.01 15.51 15.60
Mar 0.01 9.11 13.56 0.01 15.51 15.62
Apr 0.01 9.08 13.53 0.01 15.53 15.62
Mei 0.01 9.13 13.06 0.01 15.57 15.64
Jun 0.01 9.14 13.47 0.01 15.58 15.69
Jul 0.01 9.11 13.58 0.01 15.65 15.74
Ags 0.01 9.12 13.47 0.01 15.62 15.66
Sep 0.01 9.13 13.50 0.01 15.66 15.69
Okt 0.01 9.12 13.50 0.01 15.71 15.71
Nov 0.01 9.12 13.50 0.00 15.71 15.70
Des 0.01 9.11 13.63 0.01 15.74 15.71
128
2007 Jan 0.01 9.11 13.65 0.01 15.71 15.81
Feb 0.01 9.12 13.67 0.01 15.77 15.83
Mar 0.01 9.12 13.56 0.01 15.77 15.67
Apr 0.01 9.11 13.57 0.01 15.77 15.73
Nei 0.01 9.09 13.71 0.01 15.81 15.85
Jun 0.01 9.11 13.72 0.00 15.83 15.80
Jul 0.01 9.13 13.74 0.01 15.85 15.88
Ags 0.01 9.15 13.76 0.01 15.86 15.89
Sep 0.01 9.12 13.78 0.01 15.88 15.91
Okt 0.01 9.12 13.79 0.01 15.89 15.92
Nov 0.01 9.15 13.81 0.01 15.91 15.94
Des 0.01 9.15 13.82 0.01 15.92 15.95
2008 Jan 0.01 9.14 13.66 0.01 16.00 15.96
Feb 0.01 9.11 13.69 0.01 16.01 15.97
Mar 0.01 9.13 13.85 0.01 16.03 15.98
Apr 0.01 9.13 13.69 0.01 16.05 16.02
Nei 0.01 9.14 13.70 0.01 16.05 16.05
Jun 0.01 9.13 13.87 0.01 16.03 16.04
Jul 0.01 9.12 13.62 0.01 16.07 16.10
Ags 0.01 9.12 13.63 0.01 16.07 16.14
Sep 0.01 9.15 13.64 0.01 16.10 16.16
Okt 0.01 9.31 13.65 0.01 16.10 16.17
Nov 0.01 9.41 13.66 0.01 16.09 16.18
Des 0.01 9.30 13.66 0.01 16.13 16.17
2009 Jan 0.01 9.34 13.80 0.01 16.17 16.18
Feb 0.01 9.39 13.80 0.01 16.16 16.18
Mar 0.01 9.36 13.81 0.01 16.20 16.18
Apr 0.01 9.28 13.89 0.01 16.17 16.19
Nei 0.01 9.24 13.90 0.01 16.18 16.20
Jun 0.01 9.23 13.73 0.00 16.33 16.23
Jul 0.01 9.20 13.73 0.00 16.32 16.23
Ags 0.01 9.22 13.73 0.00 16.29 16.23
Sep 0.01 9.18 13.70 0.00 16.32 16.24
129
Lampiran output SPSS GET
FILE='I:\DATAQU~1.SAV'.
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT lnpyd
/METHOD=ENTER lnmi lndpk sbi lnkurs inflasi.
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered
Variables Re-
moved Method
1 inflasi, lndpk,
lnkurs, sbi, lnmia
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .996a .992 .991 .04410
a. Predictors: (Constant), inflasi, lndpk, lnkurs, sbi, lnmi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 16.244 5 3.249 1670.609 .000a
Residual .130 67 .002
Total 16.374 72
a. Predictors: (Constant), inflasi, lndpk, lnkurs, sbi, lnmi
b. Dependent Variable: lnpyd
130
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coef-
ficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.379 .669 -2.061 .043
lnmi .058 .033 .056 1.762 .083
lndpk .891 .032 .916 27.843 .000
sbi 1.396 7.742 .004 .180 .857
lnkurs .248 .084 .040 2.943 .004
inflasi 7.156 3.321 .049 2.155 .035
a. Dependent Variable: lnpyd
CORRELATIONS /VARIABLES=lnmi lndpk sbi lnkurs inflasi /PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
lnmi lndpk sbi lnkurs inflasi
lnmi Pearson Correlation 1 .917**
.271* .473
** .167
Sig. (2-tailed) .000 .021 .000 .158
N 73 73 73 73 73
lndpk Pearson Correlation .917**
1 .103 .577**
.051
Sig. (2-tailed) .000 .385 .000 .666
N 73 73 73 73 73
sbi Pearson Correlation .271* .103 1 .102 .870
**
Sig. (2-tailed) .021 .385 .392 .000
N 73 73 73 73 73
lnkurs Pearson Correlation .473**
.577**
.102 1 .121
Sig. (2-tailed) .000 .000 .392 .306
N 73 73 73 73 73
inflasi Pearson Correlation .167 .051 .870**
.121 1
Sig. (2-tailed) .158 .666 .000 .306
N 73 73 73 73 73
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
131
Hasil Out Put SPSS Setelah Trimming
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT lnpyd /METHOD=ENTER lnmi lndpk
lnkurs inflasi.
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered
Variables Re-
moved Method
1 inflasi, lndpk,
lnkurs, lnmia
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .996a .992 .992 .04378
a. Predictors: (Constant), inflasi, lndpk, lnkurs, lnmi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 16.244 4 4.061 2118.394 .000a
Residual .130 68 .002
Total 16.374 72
a. Predictors: (Constant), inflasi, lndpk, lnkurs, lnmi
b. Dependent Variable: lnpyd
132
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coef-
ficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.375 .664 -2.071 .042
lnmi .060 .030 .058 1.991 .050
lndpk .890 .030 .914 29.229 .000
lnkurs .247 .084 .040 2.962 .004
inflasi 7.671 1.690 .052 4.538 .000
a. Dependent Variable: lnpyd
CORRELATIONS /VARIABLES=lnmi lndpk lnkurs inflasi /PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
lnmi lndpk lnkurs inflasi
lnmi Pearson Correlation 1 .917**
.473**
.167
Sig. (2-tailed) .000 .000 .158
N 73 73 73 73
lndpk Pearson Correlation .917**
1 .577**
.051
Sig. (2-tailed) .000 .000 .666
N 73 73 73 73
lnkurs Pearson Correlation .473**
.577**
1 .121
Sig. (2-tailed) .000 .000 .306
N 73 73 73 73
inflasi Pearson Correlation .167 .051 .121 1
Sig. (2-tailed) .158 .666 .306
N 73 73 73 73
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).