JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS...
Transcript of JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS...
iii
ANALISIS KOMPARATIF PERTUMBUHAN INVESTASI REKSA
DANA SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN
UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN No 36 Tahun 2008
Oleh
Yayu Poryamah NIM 107082003310
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yayu Poryamah
No. Induk Mahasiswa : 107082003310
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisa skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang laim tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau dikemudian hari adan tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 24 Maret 2011
Yayu Poryamah
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Yayu Poryamah
Tempat, Tanggal lahir : Tangerang, 4 Februari 1989
Alamat : Jl. H.Joan Rt 02/04 No.22 Pondok Karya,
Pondok Aren Tangerang 15225
Nomor Telepon : 081808825254
II. PENDIDIKAN
1996 – 2001 : MI Al-hidayah
2001 – 2004 : SLTP Utama
2004 – 2007 : SMA Negeri 2 Ciputat
2007 – 2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Idris
2. Ibu : Poniah
3. Alamat : Jl. H.Joan Rt 02/04 No.22 Pondok Karya,
Pondok Aren Tangerang 15225
4. Telepon : 081808227169
vi
COMPARATIVE ANALYSIS THE GROWTH OF MUTUAL FUND BEFORE
AND AFTER TAX REFORM 2008
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the growth of mutual funds before
and after the implementation of tax reform 2008 (UU NO 36 Tahun 2008).This
research used window period five years before and two years after the
implementation of tax reform 2008. The sample of this research is taken from
mutual fund companies in Bapepam. Mann-Whitney test is utilized to determine
difference growth of mutual funds before and after the implementation tax reform
2008. The statistic test used SPSS 17.0. The result of this research showed there
are significant difference the growth of mutual funds before and after
implementation of tax reform 2008.
Key words: Growth Mutual Funds, Tax Reform 2008
vii
ANALISIS KOMPARATIF PERTUMBUHAN INVESTASI REKSA DANA
SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN UNDANG-UNDANG PAJAK
PENGHASILAN NOMOR 36 Tahun 2008
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang
terjadi atas penerapan UU Pajak No 36 Tahun 2008 terhadap pertumbuhan
investasi reksa dana. Penulis menggunakan periode waktu lima (5) tahun sebelum
dan dua (2) tahun setelah penerapan Undang-undang Pajak Tahun 2008. Sampel
dalam penelitian ini adalah perusahaan reksa dana yang terdaftar di Bapepam. Uji
beda Mann-Whitney digunakan untuk mengukur seberapa besar perbedaan yang
terjadi pada pertumbuhan reksa dana sebelum dan sesudah penerapan UU Pajak
No 36 Tahun 2008. Pengujian statistik menggunakan program SPSS 17. Dari hasil
penelitian diketahui terdapat perbedaan yang signifikan pada pertumbuhan
investasi reksa dana sebelum dan sesudah penerapan Undang-undang pajak No 36
Tahun 2008.
Kata kunci : Pertumbuhan Reksa Dana, UU No 36 Tahun 2008
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Komparatif Pertumbuhan Investasi Reksa Dana Sebelum dan
Sesudah Penerapan UU No 36 Tahun 2008”. Penyusunan skripsi ini dibuat
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati, saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu dan Bapakku (Idris dan Niah) tercinta, yang telah memberikan semangat,
dan dukungan baik material maupun non material serta doa dan dukungan
yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
2. Keluargaku tersayang especially for my sister (kak Ve’) dan my brother
(Dimas) terima kasih atas dukunganya.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan Bagian Akademik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
5. Ibu Rahmawati, SE., MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta selaku Dosen Pembimbing
Skripsi II yang telah mengorbankan waktu, tenaga serta pikiran yang sangat
berharga untuk memberikan perhatian, petunjuk dan dorongan yang berguna
bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.
6. Bapak Dr. Yahya Hamja, selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
7. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
8. Sahabat-sahabatku tersayang, Leni Amalia, Siti Salwah, Oki Yoiko, Wulan
Puspitasari, Nur Rahmi Prasna Paramita, Lilis Suryani, Mayuni, Raisyah
Mursyid, Jesica Mota terimakasih atas semua dukungan dan support yang
kalian berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 31 Maret 2011
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................. i
Lembar Pengesahan Skripsi.............................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ………………………… iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ………………………………… iv
Surat Pernyataan .............................................................................. v
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................... vi
Abstract .............................................................................................. vii
Abstrak .............................................................................................. viii
Kata Pengantar ................................................................................. ix
Daftar Isi ............................................................................................ x
Daftar Tabel ...................................................................................... xii
Daftar Gambar .................................................................................. xiii
Daftar Lampiran ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 7
A. Konsep Dasar Pajak ........................................................... 7
xi
1. Pengertian Pajak .......................................................... 7
2. Jenis Pajak ................................................................... 8
3. Fungsi Pajak ................................................................ 11
4. Asas Pemungutan Pajak .............................................. 12
5. Objek Pajak ................................................................. 13
B. Investasi ............................................................................. 17
C. Reksa Dana ........................................................................ 18
1. Pengertian Reksa Dana ................................................ 18
2. Karakteristik Reksa Dana ............................................ 19
3. Bentuk Hukum Reksa Dana ........................................ 20
4. Struktur Reksa Dana ................................................... 21
5. Sifat Reksa Dana ......................................................... 22
6. Nilai Aktiva Bersih (NAB) ......................................... 25
7. Manfaat Reksa Dana ................................................... 26
8. Jenis Reksa Dana ......................................................... 28
9. Mekanisme Kerja Reksa Dana .................................... 29
10. Risiko Investasi Reksa Dana ....................................... 31
D. Peraturan Perpajakan yang Mengatur Reksa Dana ........... 33
E. Keterkaitan Antar Variabel ............................................... 38
F. Kerangka Teori .................................................................. 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................... 43
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 43
B. Model Penentuan Sampel …………….………………… . 43
C. Metode Pengumpulan Data ............................................... 44
D. Metode Analisis ................................................................. 44
E. Operasional Variabel ......................................................... 46
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN MASALAH .......... 48
A. Sejarah Pasar Modal .......................................................... 50
1. Zaman Penjajahan ....................................................... 51
xii
2. Perang Dunia II ............................................................ 53
3. Orde Lama ................................................................... 56
4. Orde Baru .................................................................... 58
5. Sejarah Reksa Dana ..................................................... 56
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .......................................... 58
C. Analisis Pertumbuhan Reksa Dana ................................... 61
BAB IV KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................... 76
A. Kesimpulan ........................................................................ 76
B. Implikasi ............................................................................. 77
Daftar Pustaka ................................................................................... 78
xiii
DAFTAR TABEL
NO Keterangan Halaman
2.1 Perkembangan Kebijakan Perpajakan Reksa Dana......................... 36
2.2 Perlakuan Pajak Penghasilan Reksa Dana ...................................... 37
2.3 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 40
2.4 Kerangka Pemikiran ………….………………………………. ..... 58
4.1 Uji Peringkat Mann-Whitney ……………………………………... ..... 59
4.2 Hasil Output Mann-Whitney …………………………………. ..... 60
4.3 Jumlah Aset Reksa Dana ................................................................ 62
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Mekanisme Kerja Reksa Dana …………………………… .......... 31
4.1 Uji Dua Sisi Mann-Whitney……………………………… .......... 61
4.1 Perkembangan Nilai Aktiva Bersih ……………………… ........... 62
4.2 Grafik Inflasi Tahun 2005 ………………………………… ......... 64
4.4 Unit Penyertaan Asing .................................................................. 67
4.5 Grafik Pergerakan IHSG ............................................................... 69
4.6 Jumlah perusahaan Reksa Dana di Indonesia ……………. .......... 72
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1. Surat Izin Riset Bapepam ...................................................... 80
2. Surat Keterangan Riset Bapepam …………………………... 81
3. Data Pertumbuhan Reksa Dana ............................................. 82
4. Hasil Uji Mann-Whitney........................................................ 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Selama beberapa tahun terakhir ini, pasar modal Indonesia telah
mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pasar modal mulai
menawarkan berbagai pilihan instrumen investasi. Jumlah dan pilihan ini
semakin banyak, mulai dari yang relatif tinggi resikonya sampai pada pilihan
yang beresiko rendah. Alternatif yang semula terbatas pada saham dan
obligasi saja, kini semakin beragam.
Salah satu investasi yang paling banyak diminati adalah investasi di
reksa dana. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya pertumbuhan
reksa dana beberapa tahun terakhir ini. Pada Januari tahun 1998 jumlah reksa
dana hanya mencapai 77 dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) mencapai 4,4
Triliun. Namun, pada Desember tahun 2008 jumlah reksa dana mencapai 567
dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) mencapai 74 Triliun. Bahkan pada akhir
2009 jumlah reksa dana telah mencapai 610 dengan Nilai Aktiva Bersih
(NAB) mencapai 113 Triliun (PT Milenium Danatama Indonesia, 2010:1).
Pada tahun 1996 di Indonesia mulai diperkenalkan suatu instrumen
investasi baru yang disebut reksa dana. Pada saat itu PT Danareksa
menerbitkan sertifikat yang disebut dengan sertifikat danareksa I dan II.
Kemudian pada tahun 1995 berdiri sebuah reksa dana tertutup yaitu PT
BDNI Reksa Dana dengan menawarkan 600 juta saham dengan nilai satu
saham Rp 500 sehingga terkumpul dana sebesar Rp 300 milyar. Berdirinya
2
Reksa Dana ini merupakan cikal bakal semaraknya Reksa Dana di
Indonesia.
Pendirian Reksa Dana terus berkembang dimana pada tahun 1996
berdiri sebanyak 25 Reksa Dana terbuka dan 25 Reksa Dana ini dikelola
oleh 12 manajer investasi. Total Asset Reksa Dana yang dikenal dengan
Nilai Aktiva Bersih sebesar Rp 2,8 Triliun. Kemudian, total Nilai Aktiva
Bersih meningkat sekitar Rp 8 Triliun pada Juni 1997. Peningkatan tersebut
karena Reksa Dana mulai dikenal dan masyarakat merasakan tingkat
pengembalian yang lebih baik di bandingkan dengan instrumen lain
(Manurung, 2007:10).
Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki modal dan keinginan melakukan investasi, namun
hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, Reksa
Dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran investor lokal untuk
berinvestasi di pasar modal Indonesia (Darmadji, 2006:209). Selain
terhambat oleh waktu dan pengetahun yang terbatas, aspek perpajakan juga
menjadi pertimbangan utama masyarakat dalam berinvestasi.
Peran perpajakan menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan
masyarakat karena akan mempengaruhi imbal hasil (return) yang akan
didapatkannya. Kebijakan tersebut berupa pembebasan pajak atas bunga
obligasi yang diterima oleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima) tahun
sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha sebagaimana diatur
dalam pasal 4 ayat 3 huruf j Undang-undang Pajak Penghasilan No 17 Tahun
3
2000. Kebijakan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri
reksadana yang begitu pesat karena pembebasan pajak atas bunga obligasi
reksa dana akan menaikan hasil investasi yang akan didapatkan investor.
Tujuan pemerintah dalam memberikan fasilitas perpajakan tersebut adalah
untuk mendorong pertumbuhan investasi reksa dana.
Pertumbuhan investasi reksa dana yang semakin tumbuh dengan pesat,
perputaran dananya yang sudah mencapai puluhan triliun sehingga
pemerintah melihat terdapat potensial income dari industri reksa dana. Pada
tahun 2008, pemerintah kembali mengadakan reformasi perpajakan dengan
mensahkan Undang-undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008. Salah
satu perubahan yang terdapat dalam Undang-undang Pajak Penghasilan No
36 Tahun 2008 adalah pencabutan pembebasan pajak atas bunga obligasi
yang diterima oleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima) tahun sejak
pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.
Alasan pencabutan pembebasan pajak atas bunga obligasi reksa dana
sebagaimana tercantum dalam pasal 4 ayat 3 huruf j yang diatur dalam
Undang-undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008 adalah agar
terciptanya asas keadilan. Pemerintah menginginkan adanya perlakuan
perpajakan yang sama diantara instrumen investasi lain seperti deposito dan
tabungan. Selain itu juga, pencabutan insentif pajak penghasilan atas bunga
obligasi yang dilakukan pemerintah agar tercipta prinsip netralitas. Artinya,
setiap aktivitas yang menyebabkan peningkatan ekonomi atau penghasilan
harus dikenai pajak. Hal ini bermakna pula penerapan pajak tidak boleh
4
mempengaruhi pilihan masyarakat untuk melakukan konsumsi, produksi dan
investasi (Kuwat, 2005:5).
Tujuan dari penyempurnaan Undang-undang pajak adalah dalam
rangka ekstensifikasi dan intesifikasi pengenaan pajak yang dilakukan
dengan cara mencari objek pajak yang potensial dalam rangka menghimpun
dana dan mendorong pemulihan perekonomian (Siti Rochmah Ika,
2005:524). Namun, kebijakan pemerintah yang terkait dengan sektor
keuangan juga harus memperhatikan faktor makro ekonomi. Pemerintah
harus melihat dampak makro terhadap pemenuhan pembiayaan jangka
panjang, baik untuk investasi swasta maupun pemenuhan anggaran negara,
melalui penerbitan Surat Utang Negara (SUN).
Investor akan berpikir berulang kali untuk menanamkan investasinya di
pasar modal. Hal ini akan berdampak pada penurunan minat investor.
Akibatnya banyak investor yang lari ke luar negeri karena mereka berpikir
dengan investasi diluar negeri akan lebih menguntungkan. Pada dasarnya,
dalam berbisnis hanya mengenal keuntungan dan profesionalisme, bukan
soal nasionalisme. Maka atas dasar pemikiran tersebut, pemerintah harus
menyadari bila peraturan dan hambatan investasi di Indonesia belum
tertangani dengan baik dan perlu adanya kepastian hukum (Latief Adam
dalam Harian Ekonomi Neraca, edisi 26 Oktober 2010).
Fenomena-fenomena diatas mendorong penulis untuk melakukan
penelitian berkenaan dengan “analisis pertumbuhan investasi reksa dana
sebelum dan sesudah pelaksanaan UU Nomor 36 Tahun 2008.”
5
B. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan antara tingkat pertumbuhan investasi
Reksadana Sebelum penerapan UU PPh No.36 Tahun 2008 dan setelah
Penerapan UU PPh No.36 Tahun 2008
2. Bagaimana dampak dari Undang-undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun
2008 dan faktor lain terhadap pertumbuhan investasi reksadana
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan antara tingkat pertumbuhan
investasi Reksadana Sebelum penerapan UU PPh No.36 Tahun 2008 dan
setelah Penerapan UU PPh No.36 Tahun 2008
2. Mengetahui bagaimana dampak dari Undang-undang Pajak Penghasilan
No 36 Tahun 2008 dan faktor lain terhadap pertumbuhan investasi
reksadana
D. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti
a. Berguna untuk meerapkan pengetahuan yang telah dipelajari
b. Menambah wawasan berpikir penulis
2. Bagi Pemerintah
Membantu pemerintah untuk membuat evaluasi terhadap kebijakan
perpajakan yang telah dilakukan.
6
3. Bagi Pihak lain
a. Sebagai sumber bacaan bagi pihak yang membutuhkan tambahan
pengetahuan dan informasi tentang perpajakan Reksa Dana yang di
implementasikan di Indonesia
b. Membantu masyarakat dalam memahami tentang Reksa Dana beserta
aspek perpajakannya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pajak
1. Pengertian Pajak
Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum
dan tata cara perpajakan adalah :
“Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak
mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH pajak adalah:
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas
Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment.”
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian
secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke
sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang
dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat
pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dalam undang-undang."
b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan)
yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat
8
membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama
kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan
bermotor.
c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik
rutin maupun pembangunan.
d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila
wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat
dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
e. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas
Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara
dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).
2. Jenis Pajak
Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut
lembaga pemungutnya (Siti Resmi, 2009:7).
a. Menurut Golongan
Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) Pajak Langsung adalah pajak yang harus dipikul atau
ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan
9
atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain misalnya pajak
penghasilan (PPh), PPh yang ditanggung oleh pihak-pihak
tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.
2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Pajak tidak langsung terjadi jika suatu kegiatan, peristiwa, atau
perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak misalnya terjadi
penyerahan barang atau jasa misalnya Pajak Pertambahan Nilai
(PPN).
b. Menurut Sifat
Pajak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan
keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang
memperhatikan keadaan keadaan subjeknya contohnya Pajak
penghasilan (PPh).
2) Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan
objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa
yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memperhatian keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun
tempat tinggal contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
10
c. Menurut Lembaga Pemungut
Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan unutk membiayai rumah tangga
negara pada umumnya contohnya Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB).
2) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun pajak daerah tingkat
II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah masing-masing. Pajak provinsi meliputi Pajak
Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas Air, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan
Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Pajak kabupaten/kota
meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan
Galian Golongan C, dan Pajak Parkir.
11
3. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal
diatas maka pajak mempunyai dua fungsi (Waluyo,2008:6) yaitu:
a. Fungsi anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan
tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara
membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti
belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan
pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran
rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus
ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang
semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
b. Fungsi mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka
12
menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar
negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam
rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan
bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
4. Asas Pemungutan Pajak
Menurut Adam Smith dalam bukunya An inquiry the nature and cause
of the Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal "The Four Maxims"
menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada asas-
asas sebagai berikut (Waluyo, 2008:13):
a. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas
keadilan)
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak
dikenakan kepada orang pribadi harus sebanding dengan
kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan
manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak
menyumbangkan uang untk pengeluaran pemerintah sebanding
dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.
b. Asas Certainty (asas kepastian hukum)
Penetapan pajak itu tidak dikenakan sewenang-wenang. Oleh karena
itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya
pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu
pembayaran.
13
c. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang
tepat waktu atau asas kesenangan)
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai
dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak misalnya pada
saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan.
d. Asas Economy (asas ekonomis)
Secara ekonomis bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin,
demikian pula beban yang dipikul Wajib pajak.
5. Objek Pajak
Dalam Undang-undang pajak penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yang
menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi,uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;
b. Hadiah dari undian, pekerjaan, atau kegiatan dan penghargaan;
c. Laba usaha;
14
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya;
3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi
dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan,
badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak
yang bersangkutan; dan
5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,
atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.
15
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenai pajak;
q. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. Surplus Bank Indonesia.
16
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham
atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang
diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya; yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
17
B. Investasi
Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang
dengan harapan untuk menghasilkan arus dana masa datang dengan
jumlah yang lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi
awal (Moeljoedi, 2006:121).
Menurut Malkiel dalam Mutiara Opriani (2008:14) yang dimaksud
dengan investasi adalah :
”Method of purchasing asset in order to gain profit in the form of
reasonably predictable income (dividen,interest or rentals) and/or
appreciation over the long term.”
Seperti yang dijabarkan diatas bahwa investasi adalah sejumlah hasil
penanaman dana dalam jumlah tertentu yang sangat ditentukan oleh
kemampuan dalam memprediksi masa depan. Mengenali kebutuhan
investasi merupakan langkah awal proses investasi. Menurut Pratomo
dalam Amelia (2009:7), ada tiga hal utama yang mendasari perlunya
melakukan investasi, yaitu (1) Adanya kebutuhan masa depan atau
kebutuhan saat ini yang belum mampu untuk dipenuhi saat ini, (2) adanya
keinginan untuk menambah nilai asset yang sudah dimiliki, (3) Karena
adanya inflasi .
Ditinjau dari segi ruang lingkup usahanya, investasi dapat dibagi
menjadi dua. Pertama, investasi pada aktiva nyata atau real investment,
misalnya untuk pendirian pabrik-pabrik dan perkebunan. Kedua, investasi
pada aktiva keuangan (financial asset atau financial investment) seperti
18
pembelian surat-surat berharga baik berupa saham maupun obligasi
(Moeljoedi,2006:121).
C. Reksa Dana
1. Pengertian Reksa Dana
Reksadana adalah portfolio aset keuangan yang terdivesifikasi,
dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual
saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya
pada harga nilai aktiva bersih (Moeljoedi,2006:121).
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006:209) reksa dana adalah :
“Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
investor, untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portfolio efek oleh
manajer investasi (fund manager).”
Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1
ayat (27):
“Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio Efek oleh Manajer Investasi.”
Dari beberapa reksa dana, dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang
terkait dari definisi tersebut yaitu:
a. Adanya dana bersama dari investor
b. Dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek
c. Dana tersebut dikelola oleh manajer investasi.
19
2. Karakteristik Reksa Dana
Menurut Manurung (2007:2), Reksa Dana memiliki beberapa
karakteristik, yaitu:
a. Kumpulan dana dan pemilik, dimana pemilik reksa dana adalah
berbagai pihak yang menginvestasikan atau memasukkan dananya
ke reksa dna dengan berbagai variasi. Artinya investor dari reksa
dana dapat perorangan dan lembaga dimana pihak tersebut
melekukan investasi ke reksa dana sesuai dengan tujuan tersebut.
b. Diinvestasikan kepada efek yang dikenal dengan instrumen
investasi. Dana yang dikumpulkan dari investasi tersebut
diinvestasikan ke dalam instrument investasi seperti rekening
koran, deposito, surat utang jangka pendek yang dikenal dengan
Repurchase Agreement (REPO) commercial paper (CP) /
promissory notes (PN); surat utang jangka panjang seperti Medium
Term Notes (MTN); Obligasi dan obligasi konversi; dan efek
saham maupun ke efek berisiko tinggi seperti opsi, future dan
sebagainya. Manajer investasi melakukan investasi pada masing-
masing instrumen tersebut mempunyai besaran (sering disebut
alokasi aset) yang berbeda-beda sesuai dengan perhitungan
manajer investasi untuk mencapai tujuan investasi yaitu itngkat
pengembalian yang diharapkan.
c. Reksa dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Manajer
investasi ini dapat diperhatikan dari dua sisi yaitu sebagai lembaga
20
dan sebagai perorangan. Sebagai lembaga harus mempunyai izin
perusahaan untuk mengelola dana, dimana izin tersebut diperoleh
dari BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) bagi perusahaan
yang bergerakdan berusaha di Indonesia. Perusahaan dapat
memunyai izin mengelola Reksa Dana harus mempunnyai orang
yang mempunyai izin sebagai pengelola dana.
3. Bentuk Hukum Reksa Dana
Menurut Tjiptono Darmadji (2006:212), bentuk hukum Reksadana di
Indonesia ada dua, yakni Reksadana berbentuk Perseroan Terbatas dan
Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
a. Reksa Dana berbentuk Perseroan (corporate type)
Dalam Reksa Dana bentuk ini, perusahaan penerbit Reksa Dana
menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari
hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang
diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. Untuk
pengadministrasian dan penyimpanan portofolio ditunjuk dan
dilakukan kontrak dengan bank custodian. Penyetoran modal pada
waktu pendirian reksa dana perseroan oleh pendiri (sponsor) hanya
dimaksudkan untuk merintis pendirian reksa dana tersebut. Modal
yang wajib disetor penuh pada waktu reksa dana didirikan minimum
1% dari modal dasar reksa dana.
21
b. Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contract Type)
Reksa Dana bentuk ini merupakan ontrak antara manajer investasi
dengan bank custodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan
(UP), dimana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola
portofolio investasi kolektif dan Bank kustodian di beri wewenang
untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah lebih popular
dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan reksa dana yang
berbentuk perseroan.
Kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank
Kustodian yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai
Investor. Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi wewenang
untuk mengelola portofolio efek dan bank kustodian diberi wewenang
untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi.
4. Stuktur Reksa Dana
Suatu reksa dana terdiri dari dewan direksi (board of direction),
penasihat keuangan yang bertanggung jawab mengelola portofolio, serta
organisasi distribusi dan penjualan. Reksa dana melakukan kontrak
dengan penasihat keuangan untuk mengelola dana, biasanya dengan
perusahaan yang berspesialisasi dalam manajemen dana. Penasihat
keuangan tersebut bisa jadi anak perusahaan dari suatu perusahaan
pialang, perusahaan asuransi, perusahaan investasi atau bank.
22
Penasihat keuangan reksa dana memungut biaya konsultasi
(advisory fee). Fee ini, yang merupakan salah satu biaya terbesar dalam
pengelolaan dana, biasanya berkisar 0,4% hingga 1,5% dari rata-rata asset
reksa dana yang bersangkutan, tetapi fee tersebut akan menurun seiring
dengan meningkatnya jumlah dana yang dikelola. Selain advisory fee,
reksa dana juga menanggung biaya-biaya lain diantaranya biaya penjualan
dan pemasaran, fee jasa pengawasan dan akuntansi dan biaya-biaya yang
berhubungan dengan implementasi strategi investasi reksa dana (Fabozzi,
1999:146).
5. Sifat Reksa Dana
Bentuk hukum reksa dana menentukan sifat suatu reksa dana yang
dapat dilakukan. Berdasarkan sifat operasionalnya, reksa dana dapat
dibedakan dalam dua jenis, yaitu reksa dan tertutup (close-end investment
fund) dan reksa dana terbuka (Open-ends investment fund). Reksa dana
yang berbentuk Perseroan (PT) dapat bersifat tertutup (close-end
investment) dan terbuka (Open-ends investment). Sedangkan Reksa dan
yang berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) hanya dapat bersifat
terbuka (Open-end) (Fabozzi, 1999:146).
a. Reksa Dana Tertutup
Karakteristik reksa dana tertutup antara lain adalah hanya dapat
menjual saham reksa dana (bukan unit penyertaan sebagaimana
istilah reksa dana terbuka) kepada investor sampai batas jumlah
23
modal dasar yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar
perseroan. Apabila akan menjual saham melebihi modal dasar,
maka harus terlebih dahulu mengubah atau meningkatkan jumlah
modal dasar yang ditetapkan dalam anggaran dasarnya.
Disebut reksa dan tertutup karena reksa dana tertutup dalam
hal jumlah saham yang diterbitkan atau dalam hal menerima
masuknya pemodal baru. Selanjutanya, disebut tertutup karena
reksa dana jenis ini tidak dapat membeli saham-sahamnya yang
telah dijual kepada pemodal atau dengan kata lain, pemodal tidak
dapat menjual kembali saham-saham yang telah di beli kecuali
melalui bursa efek dengan harga berdasarkan mekanisme pasar.
Oleh karena itu, untuk memberikan peluang dan jaminan
likuiditas kepada investor, maka saham reksa dana tertutup
dicatatkan di bursa efek sehingga jual beli reksa dana dilakukan di
bursa efek. Indikator harga saham reksa dana tertutup dari nilai
aktiva bersihnya (NAB). Nilai aktiva bersih (NAB) per saham
reksa dana tertutup tidak dihitung dan diumumkan kepada
masyarakat setiap hari sebagaimana halnya unit penyertaan reksa
dana terbuka, tetapi dihitung dan diumumkan hanya satu kali
dalam seminggu.
b. Reksa Dana Terbuka
Reksa dana terbuka dapat berbentuk perseroan atau Kontrak
Investasi kolektif (KIK). Reksa dana terbuka dapat menjual unit
24
penyertaannya secara terus menerus sepanjang ada investor yang
berminat untuk membeli. Sebaliknya investor dapat menjual
kembali unit penyertaannya kepada manajer investasi kapan saja
diinginkan atau dengan kata lain reksa dana terbuka bersedia
membeli kembali unit penyertaan sesuai dengan nilai aktiva bersih
(NAB) pada saat itu. Oleh karena itu, disebut terbuka karena reksa
dana ini memungkinkan dan membuka kesempatan bagi investor
baru yang akan melakukan investasi setiap saat dengan membeli
unit-unit penyertaan reksa dana.
Demikian pula dalam hal investor yang ingin menarik kembali
investasinya, manajer investasi bersedia membeli unit penyertaan
tersebut sesuai dengan nilai aktiva bersih (NAB) yang ditetapkan
pada hari itu. Nilai aktiva bersih (NAB) dalam reksa dana terbuka
merupakan harga beli dan sekaligus harga jual bagi investor. Unit
penyertaan pada reksa dana terbuka tidak dicatatkan pada bursa
efek sebagaimana haknya dengan reksa dana tertutup karena pada
prinsipnya investor dapat menjual atau membeli langsung unit
penyertaan pada reksa dana berdasarkan nilai aktiva bersih (NAB).
Nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana terbuka diumumkan
oleh bank kustodian setiap hari. Sementara dalam reksa dana
tertutup, nilai aktiva bersih (NAB) merupakan indikator harga,
karena harga saham reksa dana tertutup sangat bergantung pada
permintaan dan penawaran di bursa efek. Harga saham reksa dana
25
tertutup selalu dibawah nilai aktiva bersih (NAB) dan keberhasilan
penjualan saham tergantung ada tidaknya investor yang akan
membelinya.
6. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Menurut Ponco Utomo (2010:25), Salah satu indikator utama
untuk menilai kinerja reksa dana adalah Nilai Aset Bersih (NAB/Net
Asset Value). Indikator ini merupakan hasil perhitungan dari nilai
investasi dan kas dipegang (yang tak terinvestasikan), dikurangi
dengan biaya-biaya serta utang dari kegiatan operasional. Aktiva atau
kekayaan reksa dana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI, Surat
berharga komersial, saham obligasi, dan efek lainnya (Darmadji,
2006:225).
Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit penyertaan merupakan
jumlah Nilai Aktiva Bersih (NAB) dibagi dengan nilai unit
penyertaan yang beredar atau (outstanding). Nilai Aktiva Bersih
(NAB) dihitung setiap hari oleh bank custodian setelah mendapat
data dari manajer investasi dan nilai tersebutlah yang kemudian setiap
hari dapat dilihat keesokan harinya di media masa. Nilai Aktiva
Bersih (NAB) pada suatu periode dapat dihitung dengan formula
sebagai berikut:
Total NAB pada periode tertentu:
Total NAB = Nilai Aktiva – Total Kewajiban
26
Nilai aktiva bersih (NAB) per unit:
7. Manfaat Reksa Dana
Manfaat yang diperoleh investor jika melakukan investasi dalam
reksa dana antara lain ( Darmadji dan Fakhrudin, 2006:210) :
a. Investor, walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar, dapat
melakukan diversifikasi investasi dalam efek, sehingga dapat
memperkecil resiko. Sebagai contoh, seorang investor dengan
dana terbatas dapat memiliki portofolio obligasi yang tidak
mungkin dilakukan jika tidak memiliki dana besar. Dengan reksa
dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar
sehingga memudahkan diversifikasi, baik untuk instrumen di
pasar modal maupun pasar uang. Artinya, investasi dilakukan
pada berbagai jenis investasi, seperti deposito, saham dan
obligasi.
b. Reksa dana memudahkan investor untuk melakukan
investasi di pasar modal. Menentukan saham-saham yang baik
untuk dibeli bukanlah perkerjaan yang mudah, namun
memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak
semua investor memiliki pengetahuan tersebut.
𝑁𝐴𝐵 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡 =Total NAB
Total UP saham yang diterbitkan
27
c. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada reksa dana
yang dikelola oleh manajer investasi professional, investor tidak
perlu repot-repot memantau kinerja investasi karena kegiatannya
tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi.
Manfaat yang diberikan reksa dana bagi pemerintah dan bursa
efek (Rodoni, 2006:177) yaitu:
a. Memobilisasi dana masyarakat, dimana reksa dana sebagai
emiten merupakan laham yang tepat bagi investasi pemodal
segala strata, baik besar maupun kecil. Investor-investor lembaga
(seperti asuransi dan yayasan dana pensiun) akan lebih percaya
kepada manajer investasi yang mengelola reksa dana.
b. Meningkatkan peranan swasta nasional dalam penghimpun
dana masyarakat. Selama ini produk reksa dana dikelola oleh
manajer investasi asing, sehingga dikhawatirkan dapat
menaikkan capital outflows yang berimplikasi pada
mengguncangnya stabilitas neraca pembayaran (balance of
payment).
c. Mendorong perdagangan surat-surat berharga di pasar
modal Indonesia sehingga dapat meningkatkan likuiditas bursa
dan kapitalis pasar (market capitalization). Tingginya transaksi
perdagangan efek dibursa akan menarik masuknya modal asing
(capital inflows) sehingga makin menguatkan neraca
pembayaran.
28
d. Dapat mengoreksi tingkat bunga, karena ada pergeseran dana
dari bank ke capital market.
8. Jenis-jenis Reksa Dana
Jenis-jenis reksa dana berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor
IV.C.3 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih
Reksa Dana Terbuka diklasifikasikan dalam empat kategori berdasarkan
investasinya:
a. Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana yang mayoritas alokasi investasinya pada efek pasar
uang, yaitu efek berjangka kurang dari satu tahun seperti SBI,
deposito dan sebagainnya. Tingkat resiko dan return relatif paling
rendah. Reksa dana ini cocok untuk jangka pendek sebagai
pelengkap tabungan atau deposito. Tidak ada biaya pembelian dan
penjualan kembali. nilai aktiva bersih (NAB) / net asset valuie
(NAV) per Unit penyertaan (UP) selalu “di reset” Rp 1000 setiap
hari.
b. Reksa Dana Pendapatan Tetap
Reksa dana yang setidaknya 80% alokasi investasinya pada utang
jangka panjang. Potensi resiko dan return lebih besar daripada
tabungan, deposito atau reksa dana pasar uang. Cocok untuk
investasi jangka menengah (kurang dari 5 tahun). Ada sebagian
29
reksa dana yang membagikan keuntungan berupa deviden secara
berkala.
c. Reksa Dana Saham
Reksa dana yang melakukan investasi sekurangnya 80% dari
portofolio efek ekuitas (saham). Dibanding reksa dana lain, potensi
resiko dan return paling tinggi dan cocok untuk jangka waktu 3
tahun atau lebih.
d. Reksa dana Campuran
Alokasi aset merupakan kombinasi antara efek ekuitas dan efek
hutang yang tidak termasuk dalam kategori di atas. Potensi resiko
dan return biasanya berada di antara reksa dana tetap dan reksa dana
saham.
9. Mekanisme Kerja Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif
Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif merupakan satu-satunya
bentuk reksa dana yang ada di Indonesia, sedang bentuk Perseroan saat
ini tidak terdapat lagi karena satu-satunya Reksa Dana Perseroan, yaitu
Reksa Dana BDNI, telah membubarkan diri (Darmadji, 2006:224).
Adapun prosedur transaksi Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Seorang investor yang ingin melakukan investasi di Reksa Dana
Kontrak Investasi Kolektif (KIK) menghubungi Manajer Investasi
yang mengeluarkan reksa dana tersebut atau agen penjualnya.
30
Pemodal dapat menanyakan langsung semua informasi mengenai
reksa dana yang dikeluarkan oleh Manajer Investasi yang
bersangkutan.
b. Setelah memutuskan untuk melakukan investasi, investor membayar
sejumlah nilai investasi ke Bank Kustodian. Kemudian bukti transfer
beserta formulir permohonan pembelian reksa dana diserahkan
kepada Manajer Investasi atau agen penjualnya.
c. Manajer Investasi akan menghubungi Bank Kustodian untuk
menerbitkan surat konfirmasi (sebagai bukti investasi yang berisi
banyaknya unit penyertaan) kepada investor.
d. Pada saat investor ingin menjual kembali investasinya dalam Reksa
Dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang telah dibeli, investor
menghubungi Manajer Investasi atau agen penjualnya dengan
menyerahkan surat konfirmasi.
e. Manajer Investasi akan memerintahkan kepada Bank Kustodian
untuk melakukan pembayaran ke rekening pemodal yang melakukan
redemption tersebut.
31
Gambar 2.1
Mekanisme kerja Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif
Pernyataan efektif Pengawasan
pengajuan pernyataan
pendaftaran
Instruksi jual/beli
penawaran umum
Konfirmasi
Permohonan pembelian/penjualan kembali Instruksi bayar/tagih
pembayaran redemption kontrak investasi kolektif
/pembayaran penjualan
Penjualan kembali (Redemption)/Dana pembeli
(Sumber: Darmadji dan Fakhrudin, 2006:224)
10. Risiko Investasi Reksadana
Kendati reksa dana dengan diversivikasinya secara teoti akan
meminimalkan resiko, akan tetapi sebagai salah satu alternative investasi
reksa dana juga memiliki beberapa resiko yang mungkin saja bisa terjadi
dan harus diwaspadai oleh para investor (Rodoni, 2006:180). Terdapat
lima hal yang bisa menimbulkan risiko reksa dana, yakni:
a. Konsultasi investasi reksa dana biasanya pada individu tertentu dan
memilih satu diantara bentuk investasi yang ada, open-end atau close-
end , atau kontrak investasi kolektif. Pilihan tersebut cocok untuk
kondisi ekonomi tertentu, akan tetapi untuk kondisi ekonomi yang
BAPEPAM
MANAJER
INVESTASI Perantara
Pedagang Efek
Investor
Bank Kustodian
Pasar Modal
Pasar Uang
32
berubah, bisa jadi yang diharapkan tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
b. Setiap reksa dana memiliki propektus ketika reksa dana tersebut
diluncurkan (masa penawaran) atau initial publid offering (IPO). Bisa
saja, prospectus tidak mencerminkan keadaan perusahaan ynag
sesungguhnya.
c. Perusahaan reksa dana diharuskan menetapkan nilai asset mereka
pada tingkat harga pasar (current market price) yang dihitung setiap
hari.
d. Asset dalam perusahaan reksa dana sebagian besar adalah sekuritas
yang memiliki hak dan klaim hukum terhadap yang menerbitkannya
dan tidak mempunyai wujud fisik.
e. Ada kemungkinan, pemodal tertentu yang menguasai sebagian asset
dapat mempengaruhi manajemen reksa dana biasanya ada orang
dalam atau yang memiliki hubungan langsung dengan reksa dana
melakukan transaksi di reksa dana tersebut.
33
D. Peraturan Perpajakan yang mengatur Reksa Dana
1. Undang-undang Nomor 17 tahun 2000, Pasal 4 ayat (3) huruf i UU
Nomor 10 tahun 1994 dirubah lagi menjadi pasal 4 ayat (3) huruf j.
Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan Reksa Dana
selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
pemberian ijin usaha.
Penjelasan tentang pasal 4 ayat (3) huruf j yang baru tersebut berbunyi
sebagai berikut :
Perusahaan Reksa Dana adalah perusahaan yang kegiatan utamanya
melakukan investasi, investasi kembali, atau jual beli sekuritas. Bagi
pemodal, khususnya pemodal kecil, perusahaan Reksa Dana merupakan
salah satu pilihan yang aman untuk menanamkan modalnya. Dalam
rangka untuk mendorong tumbuhnya perusahaan Reksa Dana, maka
bunga obligasi yang diterima oleh perusahaan Reksa Dana dikecualikan
sebagai Objek Pajak selama 5 (lima) tahun pertama sejak perusahaan
Reksa Dana tersebut didirikan atau sejak diperolehnya ijin usaha.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2002 tanggal 23 Maret 2002
tentang pajak penghasilan atas bunga dan diskonto obligasi yang
diperdagangkan dan/atau dilaporkan perdagangannya di Bursa Efek
sebagai pengganti peraturan Pemerintah Nomor 139 Tahun 2000
tentang Pajak penghasilan atas penghasilan dari obligasi yang di
perdagangkan di Bursa Efek
Dalam pasal 5 huruf c menerangkan bahwa atas bunga, diskonto obligasi
yang diterima atau diperoleh wajib pajak Reksa dana yang terdaftar pada
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) selama 5 (lima) tahun
34
pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha tidak dikenakan
pemotongan pajak penghasilan yang bersifat final.
3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia,
Nomor:538/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember Tentang Tata cara
pelaksanaan pemotongan Pajak Penghasilan atas Penghasilan
Obligasi yang di perdagangkan di Bursa Efek
Dalam pasal 4 huruf c menyebutkan bahwa dikecualikan dari pemotongan
pajak penghasilan atas bunga obligasi bagi reksa dana yang terdaftar pada
Bapepam selama 5 tahun sejak pendirian perusahaan/pemebrian izin
usaha. Lebih lanjut dalam pasal 5 ayat (2) dijelaskan juga bahwa
pengenaan pajak penghasilan akan dikenakan atas bunga obligasi yang
diterima Reksa Dana yang terdaftar di Bapepam, setelah 5 tahun sejak
pendirian perusahaan, dan tidak bersifat final.
4. Peraturan pemerintah Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Pajak
Penghasilan atas penghasilan berupa Bunga Obligasi
Pasal 3 huruf d
Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) adalah:
a. Bunga dari Obligasi dengan kupon sebesar:
1) 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa
kepemilikan Obligasi; dan
2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan
persetujuan penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap dari jumlah bruto bunga sesuai
dengan masa kepemilikan Obligasi,
b. Diskonto dari Obligasi dengan kupon sebesar:
1) 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
35
usaha tetap dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas
harga perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan;; dan
2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan
persetujuan penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap dari selisih lebih harga jual atau
nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi, tidak termasuk
bunga berjalan;,
c. Diskonto dari Obligasi tanpa bunga sebesar:
1) 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas
harga perolehan Obligasi; dan
2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan
persetujuan penghindaran pajak berganda bagi wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap dari selisih lebih harga jual atau
nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi,
d. Bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh
Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan sebesar:
1) 0% (nol persen) untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010;
2) 5% (lima persen) untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013;
dan
3) 15% (lima belas persen) untuk tahun 2014 dan seterusnya.
36
Tabel 2.1
Perkembangan Kebijakan Perpajakan atas reksa Dana
Perubahan
Berkenan
dengan:
UU
No.7/1991
UU
No.10/1994
UU
No.17/2000
UU
No.36/2008
Penghasilan
yang tidak
termasuk
objek
pajak Reksa
Dana (RD)
Pasal 4 ayat
(3)
huruf J
Pasal 4 ayat
(3)
huruf J
Pasal 4 ayat
(3)
huruf J
-
Jenis
Penghasilan
yang tidak
termasuk
objek pajak
Reksa Dana
(RD)
1.Dividen
dari PT.
yang
didirikan
di
Indonesia
2.Bunga
obligasi
3.Keuntung
an dari
penjualan
atau
pengalihan
sekuritas
Bunga
obligasi
yang
diterima
atau
diperoleh
perusahaan
RD
Bunga
obligasi
yang
diterima
atau
diperoleh
perusahaan
RD
selama 5
tahun
pertama
sejak
pendirian
perusahaan
atau
pemberian
ijin
usaha
Tidak ada
Sumber : Undang-undang Pajak penghasilan
37
Tabel 2.2
Perlakuan Pajak penghasilan atas Reksa Dana
Reksa Dana Tertutup
Reksa Dana Terbuka
Sumber: Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-18/PJ.42/1996, Tgl. 30-04-1996
38
E. Keterkaitan antar Variabel dan pengembangan hipotesis
Kebijakan pajak merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
minat investor untuk berinvestasi. Penelitian Amelia (2009) menunjukan
terdapat korelasi negatif kuat dan signifikan antara tolok ukur kebijakan pajak
dengan penurunan minat investor dalam berinvestasi di reksa dana. Maka,
untuk meningkatkan minat investasi investor dalam menginvestasikan
dananya di reksa dana, perlu adanya kebijakan pajak yang tidak memberatkan
para investor reksa dana.
Penelitian Daniel Berrgsteller dan James Poterba (2000) menunjukan
pajak sangat mempengaruhi investor dalam memilih jenis reksa dana yang
akan dibeli. Perlakuan pajak terhadap penghasilan yang diperoleh dari reksa
dana juga harus memenuhi asas keadilan. Penelitian Indriyanto Kuwat (2005)
yang menguji tentang perlakuan pajak reksa dana ditinjau dari prinsip
netralitas dan revenue adequacy menunjukan bahwa penerapan tarif final atas
pajak penghasilan reksa dana merupakan praktik yang menyimpang dan
kurang memenuhi asas keadilan. Sehingga mempengaruhi minat investor
dalam berinvestasi pada instrumen investasi reksa dana.
Hasil temuan Ria Nurhafiza (2009) yang meneliti tentang analisis
pengenaan pajak reksa dana sebelum dan sesudah penerapan UU Nomor 7
Tahun 2000, dalam temuannya menunjukan terdapat pengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan investasi sebelum dan sesudah penrapan UU Nomor 17
Tahun 2000. Setelah adanya pelaksanaan UU Nomor 17 Tahun 2000 tingkat
pertumbuhan investasi reksa dana mengalami penurunan sebesar 44,5%
39
setelah sebelumnya investasi reksa dana mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat pada tahun 2002.
Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ho : µ = 0 atau Tidak terdapat perbedaan Pertumbuhan investasi reksa dana
sebelum dan sesudah Pelaksanaan UU pajak penghasilan
Nomor 36 Tahun 2008
Ha : µ ≠ 0 atau Terdapat perbedaan Pertumbuhan investasi reksa dana
sebelum dan sesudah Pelaksanaan UU pajak penghasilan
Nomor 36 Tahun 2008
µ = rata-rata pertumbuhan investasi reksa dana
40
Tabel 2.3
Tabel Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Metodologi Hasil
Amelia
( 2009 )
Korelasi
kebijakan
pajak Reksa
Dana dan
minat
investor
dalam
berinvestasi
di Reksa
Dana
1. Pajak
Reksa
Dana
(x)
2.Minat
Investor
Terhadap
Reksa Dana
(Y)
Kuantitatif
dengan
pendekatan
pearson
correlation
Terdapat
korelasi
negatif, kuat
dan signifikan
antara
kebijakan
pajak reksa
dana dengan
penurunan
minat investor
dalam
berinvestasi di
reksa dana.
Ria
Nurhafiza
( 2009 )
Pengaruh
kebijakan
pajak Reksa
Dana
terhadap
pertumbuhan
Reksa Dana
sebelum
pelaksanaan
UU pajak
penghasilan
Nomor 17
tahun 2000
dan sesudah
pelaksanaan
UU pajak
penghasilan
Nomor 17
tahun 2000
1.Pajak Reksa
dana (X)
2.Pertumbuhan
investasi
Reksa dana
sebelum dan
sesudah
pelaksanaan
Undang-
undang No
17 Tahun
2000 (Y)
a. Metode
penentua
n sampel
convenie
nce
sampling
b. Menggun
akan
analisis
deskriptif
dengan
uji
statistic
non
parametri
c dengan
alat uji
wilcoxon
Berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
investasi
reksadana pada
saat sebelum
dan sesudah
penerapan
Undang-
undang No 17
Tahun 2000
Bersambung ke halaman 41,,,,
41
Sumber: diolah dari berbagai sumber
Peneliti Judul Variabel Metodologi Hasil
Ariesta
Hapsari
(2008)
Dasar
Kebijakan
pemerintah
dalam hal
pencabutan
fasilitas
pajak
panghasilan
pasal 4 ayat
3 huruf j (X)
Impilikasi
terhadap
pertumbuhan
reksa dana
(Y)
1.Dasar
Kebijakan
pemerintah
dalam hal
pencabutan
fasilitas pajak
panghasilan
pasa 4 ayat 3
huruf j (X)
2.Impilikasi
terhadap
pertumbuhan
reksa dana
(Y)
Kualitatif
deskriptif
Kebijakan
pemerintah
dalam
pemberian
Pemberian
insentif pajak
sangat
berpengaruh
kuat terhadap
minat investor
untuk
berinvestasi di
reksa dana.
Kuwat
Indriyanto
(2005)
Perlakuan
Pajak
Penghasilan
Reksa dana
dari asas
keadilan dan
Revenue
adequacy
1.Perlakuan
Pajak
Penghasilan
(X)
2.Reksadana(Y)
Kualitatif
deskriptif
Penerapan
tarif final
merupakan
praktik yang
menyimpang
dan kurang
memenuhi
asas keadilan.
Daniel
bergsteler,
James
Poterba
(2000)
Do after tax
return affect
mutual fund
inflows?
1.Mutual
funds(X1)
2.Income
Taxation (X2)
3.Tax and
portfolio
choice;After
tax-return (Y)
Pengujian
data
menggunakan
metode
regresi
Pajak sangat
mempengaruhi
investor dalam
memilih jenis
reksa dana
yang akan di
beli.
( Lanjutan ) Tabel 2.3
42
F. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang
pengenaan pajak Reksa Dana terhadap pertumbuhan Reksa Dana yang
merupakan kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.4
Skema Kerangka Pemikiran
Mann-Whitney U-Test
UU Nomor 36 Tahun 2008
Pertumbuhan investasi Reksa
Dana
Sebelum penerapan UU
Nomor 36 Taahun 2008
Setelah penerapan UU Nomor
36 Tahun 2008
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penelitian akan dilakukan dengan
pengambilan data-data sekunder dari berbagai sumber. Sejalan dengan
permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini, fokus utama pengambilan
data dilakukan di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Adapun
masalah yang diteliti adalah analisis pertumbuhan investasi Reksa Dana
sebelum penerapan UU No.36 Tahun 2008 dan setelah penerapan UU
No.36 Tahun 2008.
B. Model Penentuan Sampel
Model penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2009:122). Metode ini digunakan penulis selain untuk memperkecil
kesalahan dalam proses pemilihan sampel, juga karena berdasarkan
pertimbangan mengenai kelengkapan data, kejelasan data, dan ketersediaan data
yang akan dikumpulkan. Data yang akan dipilih dalam penelitian ini
diperoleh dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
44
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses untuk keperluan
penelitian. Dalam penyusunan skripsi ini beberapa metode untuk
mengumpulkan data dan informasi. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dapat
diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini
dilakukan dengan mengolah data yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti yang diperoleh dari Bapepam. Penelitian juga dilakukan dengan
membaca literatur yang ada, buku, jurnal dan berbagai sumber yang
berhubungan dengan topik skripsi yang dibahas.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Dengan menjabarkan
data yang diperoleh melalui observasi lapangan dengan menggunakan
analisis statistik melalui suatu bentuk pengujian untuk melihat apakah
terdapat perbedaan pertumbuhan investasi reksa dana sebelum
pelaksanaan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 dan sesudah Pelaksanaan UU
PPh Nomor 36 Tahun 2008. Adapun bentuk pengujian yang digunakan
adalah dengan menggunakan uji statistik nonparametris. Uji statistik
nonparametris digunakan bila datanya berbentuk nominal atau ordinal,
dan tidak berlandaskan asumsi bahwa distribusi harus normal.
45
Data-data yang didapatkan satu persatu dipaparkan dan diuraikan
sejalan dengan pemikiran penelitian ini :
1. Menguji perbedaan pertumbuhan investasi reksadana sebelum dan
sesudah penerapan Undang-undang pajak penghasilan No 36 Tahun
2008 dengan window period diambil lima tahun sebelum (2004, 2005,
2006, 2007, 2008) dan dua tahun setelah (2009, 2010) berlakunya
Undang-undang No.36 Tahun 2008.
2. Menjelaskan perkembangan investasi reksadana pada periode 2004-
2010
Pengujian Hipotesis
Mann-Whitney merupakan salah satu alat uji yang digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif dua sampel yang independen bila datanya
berbentuk ordinal. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
statistik Nonparametris karena data yang diuji berbentuk nominal atau
ordinal dan tidak berlandaskan data harus normal (sugiyono, 2009:293).
Proses pengambilan keputusan diantaranya:
1. Hipotesis
Ho : Tidak terdapat perbedaan Pertumbuhan investasi reksa
dana sebelum dan sesudah Pelaksanaan UU pajak
penghasilan Nomor 36 Tahun 2008
Ha : Terdapat perbedaan Pertumbuhan investasi reksa dana
sebelum dan sesudah Pelaksanaan UU pajak penghasilan
Nomor 36 Tahun 2008 berbeda secara nyata
46
2. Dasar pengambilan keputusan
Dengan membandingkan angka z hitung pada tabel test statistic
dan z tabel
Jika Zh < Ztabel maka Ho ditolak
Jika Zh > Ztabel maka Ho diterima
3. Keputusan:
Dengan membandingkan angka Z hitung pada tabel test statistic
dan Z tabel.
Jika Zh < Ztabel dengan resiko kekeliruan 5%. Artinya, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan (Wahyono, 2009:198) antara
pertumbuhan investasi reksa dana padaa saat sebelum dan sesudah
penerapan UU No.36 Tahun 2008.
E. Operasional Variabel
Operasional adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa
yang harus diamati dana bagaimana mengukur suatu variabel atau konsep
(Dominicius, 2009:1) sedangkan variabel adalah cara yang dimiliki oleh
objek yang menjadi perhatian peneliti.
Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
47
1. UU Nomor 36 Tahun 2008 (X1)
Suatu kebijakan pemerintah atas pembebanan pajak terhadap reksa
dana yang sebelumnya tidak dibebankan atau bebas pajak. Adanya
penerapan UU Nomor 36 Tahun 2008 yang mengatur tentang
pengecualian pajak atas bunga obligasi reksa dana sejak 5 tahun
pendirian, diterapkan pemerintah atas asas keadilan dan dalam
rangka peningkatan pendapatan negara dari sektor pajak. Dimana
atas pengenaan pajak tersebut diharapkan akan menambah
pendapatan bagi negara.
2. Pertumbuhan investasi Reksa Dana (Y1)
Suatu perubahan yang mungkin terjadi akibat adanya kebijakan
pemerintah atas pembebanan pajak reksa dana. Perubahan yang
dimaksud adalah kemungkinan terjadinya peningkatan atau
penurunan pertumbuhan investasi reksa dana pada tiap periodenya.
48
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
A. Sejarah Pasar Modal
Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan
obligasi dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan
oleh Verreniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek
telah berlangsung sejak 1880. Pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse
Effectenbueurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat Asia,
bursa Batavia tersebut merupakan yang tertua ke-empat setelah Bombay,
Hongkong, dan Tokyo.
1. Zaman Penjajahan
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah colonial Belanda mulai
membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai
salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah
dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-
orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya jauh sangat
lebih tinggi dari penghasilan pajak pribumi.
Atas dasar itulah maka pemerintahan colonial pada waktu itu
mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka
akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang terletak di
Batavi (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama
49
Vereniging voor de Effectenhandel (bursa efek) dan langsung
memulai perdagangan.
Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar)
yaitu : Fa.Dunlop & Kolf, Gijselman & Steup, Fa Monod & Co, Fa.
Adree Witansi & Co, Fa.AW.Deeleman, Fa. H. Jul Joostensz; Fa.
Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co;
Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa.
Gebroeders.
Efek yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi
perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi
yang diterbitkan Pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham
perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor
administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya.
Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat
sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat
tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus
1925 di Semarang resmi didirikan bursa. Anggota bursa di Surabaya
waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. V.
Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster.
Sedangkan anggota bursa di Semarang waktu itu adalah : Fa.
Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa.
Companien & Co, serta Fa.P.H.Soeters &Co. Perkembangan pasar
modal waktu itu cukup menggembirakan yang terlihat dari nilai efek
50
yang tercatat yang mencapai NIF 1,4 milyar (jika indeks demgan harga
beras yang disubsidi pada tahun 1982, nilainya + Rp 7 triliun ) yang
berasal dari 250 macam efek.
2. Perang Dunia II
Pada permulaan tahun 1939 keadaan suhu politik di Eropa menghangat
dengan memuncaknya kekuasaan Adolf Hitler. Melihat keadaan ini,
pemerintah Hindia Belanda mengambil kebijaksanaan untuk
memusatkan perdagangan Efek-nya di Batavia serta menutup bursa
efek di Surabaya dan di Semarang.
Namun pada tanggal 17 Mei 1940 secara keseluruhan kegiatan
perdagangan efek ditutup dan dikeluarkan peraturan yang menyatakan
bahwa semua efek-efek harus disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh
Pemerintah Hindia Belanda. Penutupan ketiga bursa efek tersebut
sangat mengganggu likuiditas efek, menyulitkan para pemilik efek, dan
berakibat pula pada penutupan kantor-kantor pialang serta pemutusan
hubungan kerja.
Selain itu juga mengakibatkan banyak perusahaan dan
perseorangan enggan menanam modal di Indonesia. Dengan demikian,
dapat dikatakan, pecahnya Perang Dunia II menandai berakhirnya
aktivitas pasar modal pada zaman penjajahan Belanda.
51
3. Orde Lama
Setahun setelah pemerintahan Belanda mengakui kedaulatan RI,
tepatnya pada tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan
oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar
Modal Indonesia.
Didahului dengan diterbitkannya Undang-undang Darurat No.
13 tanggal 1 September 1951, yang kelak ditetapkankan sebagai
Undang-undang No. 15 tahun 1952 tentang Bursa, pemerintah RI
membuka kembali Bursa Efek di Jakarta pada tanggal 31 Juni 1952,
setelah terhenti selama 12 tahun. Adapun penyelenggaraannya
diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek
(PPUE) yang terdiri dari tiga bank negara dan beberapa makelar Efek
lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat.
Sejak itu Bursa Efek berkembang dengan pesat, meskipun Efek
yang diperdagangkan adalah Efek yang dikeluarkan sebelum Perang
Dunia II. Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara
mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955,
dan 1956. Para pembeli obligasi banyak warga negara Belanda, baik
perorangan maupun badan hukum. Semua anggota diperbolehkan
melakukan transaksi arbitrase dengan luar negeri terutama dengan
Amsterdam.
52
Masa Konfrontasi
Namun keadaan ini hanya berlangsung sampai pada tahun 1958,
karena mulai saat itu terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan
di Bursa. Hal ini diakibatkan politik konfrontasi yang dilancarkan
pemerintah RI terhadap Belanda sehingga mengganggu hubungan
ekonomi kedua negara dan mengakibatkan banyak warga negara
Belanda meninggalkan Indonesia.
Perkembangan tersebut makin parah sejalan dengan
memburuknya hubungan Republik Indonesia dengan Belanda
mengenai sengketa Irian Jaya dan memuncaknya aksi pengambil-
alihan semua perusahaan Belanda di Indonesia, sesuai dengan
Undang-undang Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958.
Kemudian disusul dengan instruksi dari Badan Nasionalisasi
Perusahaan Belanda (BANAS) pada tahun 1960, yaitu larangan bagi
Bursa Efek Indonesia untuk memperdagangkan semua Efek dari
perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, termasuk semua
Efek yang bernominasi mata uang Belanda, makin memperparah
perdagangan Efek di Indonesia.
Tingkat inflasi pada waktu itu yang cukup tinggi ketika itu,
makin menggoncang dan mengurangi kepercayaan masyarakat
terhadap pasar uang dan pasar modal, juga terhadap mata uang rupiah
yang mencapai puncaknya pada tahun 1966. Penurunan ini
mengakibatkan nilai nominal saham dan obligasi menjadi rendah,
53
sehingga tidak menarik lagi bagi investor. Hal ini merupakan pasang
surut Pasar Modal Indonesia pada zaman Orde Lama.
4. Orde baru
Langkah demi langkah diambil oleh pemerintah Orde Baru untuk
mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap nilai mata uang rupiah.
Disamping pengerahan dana dari masyarakat melalui tabungan dan
deposito, pemerintah terus mengadakan persiapan khusus untuk
membentuk Pasar Modal.
Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26
Juli 1968, di BI di bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM)
Pasar Modal. Hasil penelitian tim menyatakan bahwa benih dari PM di
Indonesia sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak tahun 1952,
tetapi karena situasi politik dan masyarakat masih awam tentang pasar
modal, maka pertumbuhan Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958
s/d 1976 mengalami kemunduran.
Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan
surat keputusan Kep-Menkeu No. Kep-25/MK/IV/1/72 tanggal 13
Januari 1972 tim dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuk Bapepam
(Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa. Bapepam
bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh Gubernur
Bank Sentral.
54
Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat kesungguhan dan
intensitas untuk membentuk kembali PU dan PM. Selain sebagai
pembantu menteri keuangan, Bapepam juga menjalankan fungsi ganda
yaitu sebagai pengawas dan pengelola bursa efek.
Pada tanggal 10 Agustus 1977 berdasarkan kepres RI No. 52
tahun 1976 pasar modal diaktifkan kembali dan go publik-nya
beberapa perusahaan. Pada jaman orde baru inilah perkembangan PM
dapat di bagi menjadi 2, yaitu tahun 1977 sampai dengan 1987 dan
tahun 1987 sampai dengan sekarang.
Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 s/d 1987
mengalami kelesuan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas
kepada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana dari bursa
efek. Fasilitas-fasilitas yang telah diberikan antara lain fasilitas
perpajakan untuk merangsang masyarakat agar mau terjun dan aktif di
Pasar Modal. Tersendatnya perkembangan pasar modal selama
periode itu disebabkan oleh beberapa masalah antara lain mengenai
prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan
fluktuasi harga saham dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi masalah itu pemerintah mengeluarkan
berbagai deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar
modal, yaitu Paket Kebijaksanaan Desember 1987, Paket
Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember
1988.
55
a. Pakdes 87
Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi
saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya
dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek.
Selain itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing untuk
membeli efek maksimal 49% dari total emisi.Pakdes 87 juga
menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan
memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang
belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
b. Pakto 88
Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankkan, namun mempunyai
dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan
tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan
pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif
terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya
kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang
sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal.
c. Pakdes 88
Pakdes 88 pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh
pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk
menyelenggarakan bursa. Karena tiga kebijaksanaan inilah pasar
modal menjadi aktif untuk periode 1988 hingga sekarang.
56
5. Sejarah Reksa Dana
Reksa dana yang pertama kali bernama Massachusetts Investors
Trust yang diterbitkan tanggal 21 Maret 1924, yang hanya dalam waktu
setahun telah memiliki sebanyak 200 investor reksa dana dengan total aset
senilai US$ 392.000. Pada tahun 1929 sewaktu bursa saham jatuh maka
pertumbuhan industri reksa dana ini menjadi melambat. Menanggapi
jatuhnya bursa maka Kongres Amerika mengeluarkan Undang-undang
Surat Berharga 1933 (Securities Act of 1933) dan Undang-undang Bursa
Saham 1934 (Securities Exchange Act of 1934).
Berdasarkan peraturan tersebut maka reksa dana wajib didaftarkan
pada Securities and Exchange Commission atau biasa disebut SEC yaitu
sebuah komisi di Amerika yang menangani perdagangan surat berharga
dan pasar modal. Selain itu pula, penerbit reksa dana wajib untuk
menyediakan prospektus yang memuat informasi guna keterbukaan
informasi reksa dana, juga termasuk surat berharga yang menjadi objek
kelolaan, informasi mengenai manajer investasi yang menerbitkan reksa
dana.
Securities and Exchange Commission (SEC) juga terlibat dalam
perancangan Undang-undang Perusahaan Investasi tahun 1940 yang
menjadi acuan bagi ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi untuk setiap
pendaftaran reksa dana hingga hari ini. Dengan pulihnya kepercayaan
pasar terhadap bursa saham, reksadana mulai tumbuh dan berkembang.
Hingga akhir tahun 1960 diperkirakan telah ada sekitar 270 reksa dana
57
dengan dana kelolaan sebesar 48 triliun US Dollar. Reksa dana indeks
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1976 oleh John Bogle dengan
nama First Index Investment Trust, yang sekarang bernama Vanguard 500
Index Fund yang merupakan reksa dana dengan dana kelolaan terbesar
yang mencapai 100 triliun US Dollar.
Salah satu kontributor terbesar dari pertumbuhan reksa dana di
Amerika yaitu dengan adanya ketentuan mengenai rekening pensiun
perorangan (individual retirement account - IRA), yang menambahkan
ketentuan kedalam Internal Revenue Code ( peraturan perpajakan di
Amerika) yang mengizinkan perorangan (termasuk mereka yang sudah
memiliki program pensiun perusahaan) untuk menyisihkan sebesar 4.000
US $ setahun.
58
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Tabel 4.1
Uji peringkat Mann-Whitney test
Tahun Total NAB Keterangan Peringkat
Jan - Juni 2004 486.654.327.772.112.40 Sebelum 6
Juli – Des 2004 589.830.058.599.262.10 Sebelum 11
Jan - Juni 2005 583.790.904.392.968.00 Sebelum 10
Juli – Des 2005 268.400.710.217.958.97 Sebelum 3
Jan - Juni 2006 184.065.521.658.863.70 Sebelum 1
Juli – Des 2006 257.583.170.892.725.62 Sebelum 2
Jan - Juni 2007 360.627.900.177.250.00 Sebelum 4
Juli – Des 2007 493.263.951.722.125.94 Sebelum 7
Jan - Juni 2008 563.735.640.733.762.60 Sebelum 9
Juli – Des 2008 479.740.532.030.354.40 Sebelum 5
Jan - Juni 2009 493.936.728.652.953.56 Sesudah 8
Juli – Des 2009 633.099.440.031.234.10 Sesudah 12
Jan - Juni 2010 797.590.634.585.309.60 Sesudah 14
Juli – Des 2010 757.080.803.562.471.90 Sesudah 13
Dari hasil uji peringkat Mann-Whitney test menunjukkan bahwa
pertumbuhan reksa dana pada periode sebelum penerapan Undang-undang
No 36 Tahun 2008 terlihat pada periode Januari sampai Juni 2006
merupakan Rank pertumbuhan yang paling kecil dibandingkan dengan
periode-periode sebelumnya. Hal ini terjadi sebagai imbas dari adanya
redemption besar-besaran yang dilakukan oleh investor pada tahun 2005.
Namun, pada periode sebelum penerapan Undang-undang Nomor 36 Tahun
2008 pertumbuhan pada periode Juli sampai Desember 2004 merupakan
rank tertinggi dibandingkan dengan periode-periode setelahnya. Hal ini
terjadi karena didukung oleh situasi ekonomi yang relatif stabil dan
kondusif bagi perkembangan investasi reksa dana.
59
Berdasarkan tabel uji peringkat Mann-Whitney test menunjukan
bahwa pada periode setelah penerapan Undang-undang No 36 Tahun 2008
yaitu tahun 2009 dan 2010 menunjukkan jumlah Nilai Aktiva Bersih (NAB)
yang terus meningkat. Rank tertinggi pada periode setelah penerapan
Undang-undang No 36 Tahun 2008 terjadi pada periode Januari sampai Juni
2010. Hal ini terjadi karena didukung oleh situasi ekonomi yang relatif
stabil dan kondusif bagi perkembangan reksa dana yang terlihat dari kinerja
IHSG dan tingkat suku bunga yang semakin membaik sehingga
menciptakan alternatif ekonomi yang kondusif.
Tabel 4.2
Hasil Mean Rank Mann-Whitney
Ranks
Keterangan N Mean Rank Sum of Ranks
Total
NAB
Sebelum 10 5.80 58.00
Sesudah 4 11.75 47.00
Total 14
Dari output Rank, dapat dilihat bahwa nilai mean untuk sebelum
penerapan Undang-undang pajak Nomor 36 Tahun 2008 lebih kecil
daripada nilai mean setelah penerapan Undang-undang Pajak Nomor 36
Tahun 2008 yaitu didapat 5,80 < 11,75.
60
Tabel 4.3
Hasil Output Mann-Whitney test
Test Statisticsb
Total NAB
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 58.000
Z -2.404
Asymp. Sig. (2-tailed) .016
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.014a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Keterangan
Dari Nilai uji Mann-Whitney U, dapat dilihat pada output Test Statistikb
dimana nilai statistik uji z yaitu -2,404. Untuk tingkat kepercayaan 95%
didapat nilai z tabel adalah ±1,96. Karena z hitung terletak didaerah Ho
ditolak maka keputusannya adalah menolak Ho atau terdapat perbedaan
pertumbuhan investasi sebelum dan sesudah pelaksanaan Undang-undang
pajak penghasilan No.36 Tahun 2008. Pada output Test Statistikb
didapat nilai
Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,016. Nilai Asymp-Sig(2-tailed) lebih kecil dari
0,05. Maka, dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan
pertumbuhan investasi reksadana sebelum dan sesudah penerapan Undang-
undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008.
61
Gambar 4.1
Uji dua sisi Mann-Whitney
Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak
-2,404 -1,96 0 1,96
C. Analisis Pertumbuhan Investasi Reksa Dana
Dalam menganalisis perbedaan yang terjadi pada pertumbuhan investasi
reksa dana sebelum pelaksanaan UU Pajak Nomor 36 Tahun 2008 dan
sesudah pelaksanaan UU Pajak Nomor 36 Tahun 2008, penelitian ini
menggunakan data mengenai jumlah Nilai Aktiva Bersih (NAB). Salah satu
indikator utama untuk menilai kinerja reksa dana adalah dengan Nilai Aktiva
Bersih (NAB). Indikator ini merupakan hasil perhitungan dari nilai investasi
dan kas dipegang (yang tak terinvestasikan) dikurangi dengan biaya-biaya
serta utang-utang dari kegiatan operasional (Ponco Utomo, 2010:25). Kinerja
reksa dana berhasil menorehkan prestasi yang sangat mengesankan. Dalam
beberapa tahun terakhir ini pertumbuhan investasi reksa dana mengalami
suatu lonjakan yang cukup signifikan dilihat dari jumlah dana yang dikelola.
62
Berikut tabel perkembangan jumlah total aset reksa dana di Indonesia
tahun 2004 – 2010 :
Tabel 4.3
Jumlah Total Aset Reksa Dana
(dalam triliun)
Aset Reksa
Dana 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jan-
april
2010
Pasar Uang 123.019 98.065 30.365 58.968 51.927 45.226 49.666
Pendapatan
Tetap 907.837 590.885 182.328 290.895 190.497 160.131 52.700
Saham 10.544 57.160 63.145 224.094 364.168 363.338 108.796
Terproteksi 6.150 91.069 142.964 260.808 365.623 175.010
Campuran 37.766 86.083 70.584 131.604 152.939 147.734 4.4051
Indeks 154 4.782 1.810 975 675
Syariah 14.118 34.525 10.830
ETF 582 7.205 9.408 1.545
Total 1.079.166 838.343 437.645 853.889 1.043.472 1.126.96
0
443.273
Sumber : diolah penulis
Gambar 4.2
Grafik Perkembangan NAB (2004-2010)
Sumber: diolah penulis
-20,000,000,000,000.00 40,000,000,000,000.00 60,000,000,000,000.00 80,000,000,000,000.00
100,000,000,000,000.00 120,000,000,000,000.00 140,000,000,000,000.00 160,000,000,000,000.00 180,000,000,000,000.00 200,000,000,000,000.00
Jan
uar
i-2
00
4
Jun
i-2
00
4
No
v-0
4
Ap
r-0
5
Sep
-05
Feb
ruar
i-2
00
6
Juli
-20
06
Des
emb
er-2
00
6
Mei
-20
07
Okt
ob
er-2
00
7
Mar
et -
20
08
Agu
stu
s-2
00
8
Jan
uar
i-2
00
9
Jun
i-2
00
9
No
v-0
9
Ap
r-1
0
Sep
-10
Total NAB
Total NAB
Sesudah
Sebelum
63
Pada tahun 2004, pertumbuhan investasi reksa dana mulai
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari total aset kelolaan reksa
dana yang mencapai Rp 104 Triliun dan mencapai puncaknya pada
bulan Februari 2005 dengan total aset yang dikelola mencapai Rp 113
triliun. Terjadinya peningkatan ini karena didukung oleh situasi
ekonomi yang relatif stabil dan kondusif bagi perkembangan reksa
dana dan semakin banyaknya jumlah Wakil Agen Penjual Reksa
Dana (WAPRD) serta penggunaan media elektronik seperti Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar ke seluruh penjuru tanah air
sebagai salah satu sarana untuk melayani lebih banyak investor reksa
dana (Kurnia, 2005:13).
Terjadi penurunan yang sangat drastis pada pertumbuhan
investasi reksadana pada bulan Maret 2005. Hal ini terjadi karena
adanya redemption atau pencairan besar-besaran yang dilakukan oleh
investor atas reksa dananya yang disebabkan adanya penurunan harga
obligasi. Penurunan ini seiring dengan kondisi perekonomian
Indonesia yang kurang mendukung. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa indikator ekonomi makro Indonesia pada periode Januari
sampai dengan September 2005 yang menunjukan pergerakan yang
relatif menurun. Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar US
yang mencapai level Rp 12000 terjadi akibat naiknya harga minyak
dunia yang mencapai level tertinggi di US$71 per barel pada akhir
Agustus 2005 (Kurnia, 2005:14).
64
Kondisi ini menyebabkan semakin melonjaknya beban negara
atas subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga memaksa
pemerintah Indonesia menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
dalam negeri. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar
80% telah menyebabkan ekspektasi inflasi semakin naik tajam,
dimana pada awal Januari inflasi berada di level 1,42% dan di akhir
Oktober mencapai 15,65%. Untuk meredam inflasi Bank Indonesia
sebagai otoritas moneter telah menaikan suku bunga SBI sekitar 258
bp dimana pada bulan Januari 2005 mencapai 11%.
Gambar 4.3
Inflasi tahun 2005
Sumber: Bapepam.go.id
Peningkatan suku bunga akibat inflasi ini menurunkan harga
obligasi termasuk Obligasi Pemerintah (Surat Utang Negara) yang
menjadi mayoritas portofolio Reksa Dana, khususnya Reksa Dana
Pendapatan Tetap. Ekspektasi inflasi membuat penurunan harga
obligasi semakin tajam yang tercermin dari meningkatnya yield
obligasi. Selain itu juga, kenaikan tingkat suku bunga deposito dan
65
valas menjadikan harga obligasi turun sehingga kurang diminati
investor. Dampak selanjutnya adalah return reksa dana pendapatan
tetap menjadi berkurang dan bahkan negatif, sehingga mendorong
investor reksa dana melakukan redemption.
Dalam keadaan seperti ini, investor berlomba-lomba melakukan
redemption karena mereka beranggapan makin lambat redemption
akan semakin rugi sehingga timbulah massive redemption. Dengan
terjadinya massive redemption secara besar-besaran, maka
pertumbuhan investasi reksa dana mengalami penurunan yang sangat
signifikan yaitu sebesar 74%.
Selama tahun 2006, industri reksa dana mulai menunjukan
tanda-tanda kearah kebangkitan setelah sempat mengalami
keterpurukan akibat massive redemption yang terjadi pada tahun
2005. Hal itu terlihat dari pertumbuhan total Nilai Aktiva Bersih
(NAB) reksa dana sampai dengan akhir tahun 2006 yang telah
mencapai angka Rp 51,62 triliun mengalami kenaikan sebesar 78%.
Jika dibandingkan posisi total Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada akhir
tahun 2005 sebesar 29 triliun. Kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa kepercayaan investor terhadap reksa dana yang sudah mulai
pulih.
Peningkatan yang terjadi pada pertumbuhan investasi reksa
dana karena adanya upaya pemerintah guna meningkatkan
66
pertumbuhan investasi reksa dana yang sempat mengalami
penurunan. Adapun upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan
cara melakukan sosialisasi kepada para pemain saham atas Undang-
undang pajak No.17 Tahun 2000. Hal ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan pemahaman investor mengenai reksa dana.
Pada awal tahun 2007, pertumbuhan investasi reksa dana
mengalami peningkatan sebesar 79,1%. Peningkatan yang terjadi
tidak berbeda jauh dengan peningkatan yang terjadi pada tahun 2006.
Hal tersebut dikarenakan kinerja reksa dana relatif bagus. Pada level
ekonomi makro , BI rate turun dari 9,75% menjadi 9,5% dan total
aset kelolaan reksa dana baru mencapai Rp 51,65 triliun pada awal
tahun 2007. Setelah BI memangkas BI rate menjadi 8% pada
Desember 2007, jumlahnya sudah mencapai Rp 91,2 milyar
(www.danareksa-research.com). Berdasarkan pengamatan para
manajer investasi, peningkatan dana kelolaan industri reksa dana itu
terjadi karena adanya perpindahan dana masyarakat dari produk
simpanan perbankan ke pasar modal.
Pada tahun 2008, kinerja reksa dana mengalami penurunan
sebesar 25,47% yaitu mencapai Rp73,4 triliun pada akhir tahun 2008,
setelah sebelumnya mencapai Rp 92,1 triliun pada akhir tahun 2007.
Hal ini terjadi karena adanya rencana pemerintah yang akan
mencabut insentif pajak atas bunga obligasi reksa dana. Rencana
ekstensifikasi pajak penghasilan terhadap reksa dana ini akan
67
berpengaruh langsung terhadap investor dana manajer investasi
sebagai pengelola reksa dana.
Dampak atas ekstensifikasi pajak penghasilan atas reksa dana
ini bagi investor adalah adanya tarif efektif yang semakin tinggi
sehingga akan mengurangi hasil return yang akan diperoleh investor.
Selain mengurangi return yang akan diperoleh investor, ekstensifikasi
ini juga menimbulkan adanya pajak berganda atau dikenakan dua kali
yaitu ketika transaksi di bursa dan ketika memperoleh return sebagai
hasil redemption.
Berikut adalah grafik kepemilikan unit penyertaan reksa dana
yang di miliki oleh pihak asing dan domestik pada periode 2008
sampai 2010:
Gambar 4.5
Pemegang Unit penyertaan Asing dan Domestik
( Periode 2008 - 2010)
Sumber : diolah penulis
0200000400000600000800000
Jan
uar
i 20
08
Ap
r-0
8
Juli
20
08
Feb
ruar
i 20
09
Mei
20
09
Agu
stu
s 2
00
9
No
pem
ber
20
09
Mar
et 2
01
0
Jun
i 20
10
Sep
-10
Tota
l Pe
nye
rtaa
n
periode
Asing Domestik
68
Tahun 2008 merupakan tahun dimana Undang-undang pajak
Nomor 36 Tahun 2008 disahkan. Namun, hal ini tidak terlalu
berimplikasi negatif terhadap minat investor asing untuk berinvestasi
di reksa dana. Dari grafik di atas terlihat kepemilikan unit penyertaan
asing cukup stabil . Faktor pajak dapat mempengaruhi investor untuk
memilih jenis investasi apa yang akan dibeli (Bergsteller, 2002:412).
Namun, minat investor asing untuk berinvestasi di reksa dana tidak
terlalu terpengaruh oleh kebijakan pajak yang akan diberlakukan
pemerintah. Sebab tarif pajak penghasilan bunga obligasi untuk
periode 2009 dan 2010 masih 0%. Selain itu, faktor lain yang
berpengaruh terhadap minat investor untuk berinvestasi di reksa dana
adalah kondisi perekonomian suatu negara. Motivasi investor dalam
portfolio investment terhadap profit adalah dalam jangka pendek saja.
Sehingga sangat dipengaruhi oleh faktor jangka pendek misalnya
tingkat suku bunga (interest rate) dan perilaku kebijakan (Sarwedi,
2002:23).
Pada tahun 2009, reksa dana kembali mengalami peningkatan
sebesar 49,4% yaitu mencapai Rp 110 Triliun pada Desember 2009
setelah sebelumnya mencapai Rp 73,63 triliun pada Januari 2009.
Hal ini terjadi karena adanya penguatan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang telah berhasil melakukan big rebound
69
hingga 89,74% dari level tertingginya tahun lalu yang diiringi juga
dengan penguatan reksa dana berbasis saham.
Reksa dana saham Indonesia berhasil mencetak pertumbuhan
Nilai Aktiva Bersih (NAB) hingga 48,9% untuk periode Januari
sampai Mei 2009 dari posisi Rp 19,854 triliun pada bulan Januari
2009 menjadi 29,568 triliun pada bulan Mei 2009. Pertumbuhan
investasi reksa dana pada tahun ini berhasil mengungguli performa
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dimana Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) sepanjang Januari sampai Mei 2009 hanya
berhasil naik sebesar 33,36%, sedangkan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
reksa dana saham berhasil tumbuh hingga 53% (Ponco Utomo,
2010:26).
Berikut adalah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) selama periode 2008-2009, yaitu:
Gambar 4.6
Grafik Pergerakan IHSG 2008-2009
Sumber: Bapepam.go.id
70
Pertumbuhan pesat reksa dana Exchange Traded Fund
(ETF) saham dan Exchange Traded Fund (ETF) pendapatan tetap
berhasil membukukan pertumbuhan yang cukup signifikan.
Pertumbuhan pesat reksa dana Exchange Traded Fund (ETF)
saham tidak terlepas dari meningkatnya IHSG di Indonesia selama
paruh tahun pertama 2009. Exchange Traded Fund (ETF) saham
berhasil tumbuh sebesar 40% dari Rp 42,46 triliun pada Januari
2009 menjadi 59,46 triliun pada bulan Mei 2009.
Pada tahun 2010 pertumbuhan investasi reksa dana terus
mengalami peningkatan tiap periodenya. Hal ini terjadi karena
kondisi makro ekonomi Indonesia yang stabil dan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang naik signifikan sebesar 42,86%.
Selain didukung kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
juga didukung suku bunga yang relatif rendah sehingga
menciptakan alternatif investasi yang kondusif. Hal ini terlihat
dari naiknya total jumlah dana kelolaan dari Januari hingga
November naik 61,58 triliun, dari total dana kelolaan per Januari
2010 sebesar Rp 186,331 triliun menjadi Rp 124,75 triliun per
November 2010.
Pertumbuhan reksa dana yang begitu pesat, selain
ditopang oleh kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
pertumbuhan investasi reksa dana juga ditopang oleh
pertumbuhan makro ekonomi Indonesia yang positif seperti suku
71
bunga rendah, inflasi terkendali dan cadangan devisa meningkat.
Hal ini menyebabkan kinerja reksa dana terproteksi mencatatkan
kinerja luar biasa dengan total dana kelolaan sebesar Rp 41
triliun per November 2010.
Penerapan UU pajak No.36 Tahun 2008 yang dibarengi
oleh Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2009 yang menetapkan
tarif pajak penghasilan atas penghasilan reksa dana secara
bertahap. Dimana pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010
tarif pajak atas bunga obligasi reksa dana sebesar 0%, untuk tahun
2011 sampai tahun 2013 tarif pajak atas bunga obligasi reksa dana
yang berlaku adalah 5% serta 15% untuk tahun 2014 dan
seterusnya. Penetapan tarif secara bertahap ini memacu para
manajer investasi untuk terus melakukan inovasi terhadap
produk-produk reksa dananya, sehingga investor menjadi lebih
tertarik menanamkan dananya di instrumen investasi reksa dana.
Berikut adalah grafik jumlah perusahaan reksa dana yang
terdaftar di Bapepam tahun 2004-2010:
72
Gambar 4.6
Jumlah Perusahaan Reksa Dana di Indonesia
Sumber: diolah penulis
Pertumbuhan investasi reksa dana dapat mengalami
pertumbuhan yang terus meningkat karena adanya kebijakan
pemerintah yang membantu mempertahankan pertumbuhan
investasi reksa dana agar tetap meningkat dan kondisi pasar yang
terus membaik. Adanya perubahan Undang-undang pajak
penghasilan No 36 Tahun 2008 merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan investasi reksa dana di
Indonesia.
Pertumbuhan investasi reksa dana juga terpengaruh oleh
keadaan makro ekonomi Indonesia, kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dan tingkat suku bunga. Hal ini terlihat dari
semakin meningkatnya pertumbuhan Investasi reksadana sebesar
57,09% rata-rata pertumbuhan investasi reksadana sebelum dan
383342
403
473
566 574551
0
100
200
300
400
500
600
700
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
jumlah perusahaan reksa …
Sebelum
Sesudah
73
sesudah penerapan undang-undang pajak penghasilan No 36
Tahun 2008 yaitu dengan jumlah rata-rata Nilai Aktiva Bersih
(NAB) pada periode 2004-2008 sebesar Rp
71,128,211,969,956.40 dan rata-rata Nilai Aktiva Bersih (NAB)
periode 2009-2010 sebesar Rp 111,737,816,951,332.00. Hal ini
terjadi karena kondisi makro ekonomi yang relatif stabil serta
didukung oleh tingkat suku bunga dan kinerja Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang semakin baik pada periode 2009
dan 2010.
Selain itu, tingkat pertumbuhan investasi reksa dana juga
dipengaruhi oleh kinerja pengelola pasar modal dalam
mensosialisasikan produk-produk reksa dana serta menciptakan
inovasi baru dalam mengemas produk-produk reksa dana
sehingga lebih menarik investor untuk berinvestasi di reksa dana.
Terdapat beberapa faktor pendukung lainnya yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan investasi reksa dana. Beberapa
faktor pendukung tersebut diantaranya (Ria Nurhafiza, 2009:66)
sebagai berikut:
a) Kebijakan Bank Indonesia dalam mengendalikan tingkat suku
bunga yang terus disesuaikan dengan laju inflasi yang terjadi.
Adanya penurunan tingkat suku bunga akan berkorelasi
negatif terhadap harga produk pasar modal termasuk obligasi
dan saham.
74
b) Nilai tukar Rupiah yang tetap terjaga stabil terhadap Dolar.
Dengan semakin baiknya sentimen dan persepsi asing
terhadap kinerja perekonomian dan stabilitas politik dalam
negeri. Maka, Bank Indonesia memiliki ruang untuk
menurunkan suku bunga tanpa memberikan pengaruh yang
berarti terhadap nilai tukar.
c) Sentimen dan persepsi asing terhadap Indonesia yang semakin
membaik adalah faktor pendukung dan terus mengalirnya
dana asing masuk ke pasar uang dan pasar modal Indonesia.
Walaupn diperkirakan dana asing ini adalah hot money yang
hanya mengincar return tinggi dan mudah sekali untuk profit
taking hingga saat dana asing ini keluar akan memberikan
dampak negatif. Namun dana asing ini terbukti telah
mendorong kenaikan indeks saham dan obligasi.
d) Semakin berkembangnya pemahaman investor terhadap
produk reksa dana. Investor telah banyak belajar mengenai
resiko yang dimiliki oleh produk investasi reksa dana.
e) Semakin berkembangnya bisnis financial planning dan wealth
management yang telah membantu memberikan edukasi dan
promosi terutama kepada investor pemula untuk mulai
mencoba melakukan investasi di reksa dana.
75
Penerapan UU pajak Nomor 36 Tahun 2008 merupakan
upaya pemerintah dalam melakukan ekstensifikasi di bidang
perpajakan untuk menambah sumber pendapatan negara dari
sektor pajak. Namun penerapan UU pajak Nomor 36 Tahun 2008
sebagai upaya menambah pemasukan ke kas negara dan tumbuh
kembangnya investasi reksa dana harus sejalan. Jika
pemberlakuan pajak reksa dana tersebut akan mengakibatkan
shock bagi pelaku pasar terutama bagi investor yang baru saja
memiliki kepercayaan terhadap pasar modal dan akan merusak
pasar.
Jika hal yang dikhawatirkan tersebut terjadi maka
pemerintah perlu membuat kebijakan-kebijakan yang diharapkan
dapat membantu menstabilkan pertumbuhan investasi reksa dana
yang baru saja mulai meningkat seperti menaikkan suku bunga,
menjaga stabilitas inflasi, meningkatkan cadangan devisa,
menguatkan pertukaran rupiah terhadap USD, menjaga
pertumbuhan perekonomian dan membuat kebijakan investasi,
serta membuat regulasi atau peraturan yang tidak hanya
menguntungkan pemerintah. Selain itu, para manajer investasi
perlu melakukan usaha-usaha meningkatkan profesionalisme dan
kinerjanya dalam mengelola dana dan portfolio reksa dana para
investor. Hal tersebut dilakukan guna memberikan kepercayaan
kepada investor agar tetap berminat melakukan investasi.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan jumlah Nilai Aktiva Bersih (NAB), hasil uji menunjukan
nilai uji z -2,404. Untuk tingkat kepercayaan 95% didapat nilai z tabel
adalah ±1,96. Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan pertumbuhan
investasi reksadana pada saat sebelum dan sesudah Penerapan UU pajak
No.36 Tahun 2008. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan Ria Nurhafiza (2009) yang menyatakan bahwa Undang-undang
pajak No 17 Tahun 2000 berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
investasi reksa dana.
2. Terdapat peningkatan sebesar 57,09% rata-rata pertumbuhan investasi
reksadana sebelum dan sesudah penerapan undang-undang pajak
penghasilan No 36 Tahun 2008. Pajak merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan investasi reksadana. Namun,
pertumbuhan investasi reksadana juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kondisi makro ekonomi yang relatif stabil. tingkat suku bunga dan
kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
77
B. Implikasi
1. Bagi Investor Domestik
Pengenaan pajak terhadap bunga obligasi reksa dana akan
menyebabkan investor enggan untuk investasi di reksa dana karena
return yang diperoleh tidak menarik, bahkan dapat mendekati deposito
bank. Sebab return reksa dana dibawah lima tahun menjadi relatif lebih
kecil akibat potongan pajak.
2. Bagi Investor Asing
Pemberlakuan UU pajak Nomor 36 Tahun 2008 dikhawatirkan akan
berdampak negatif terhadap minat investor asing untuk berinvestasi di
reksa dana. Hal ini dikarenakan investor asing cenderung mudah untuk
profit taking sehingga untuk tahun 2011 dan seterusnya minat investor
asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia akan menurun
sehingga akan menghambat pemerintah untuk menyediakan dana untuk
pembangunan nasional.
3. Bagi Pemerintah
Pemerintah perlu membuat kebijakan-kebijakan yang diharapkan dapat
membantu menstabilkan pertumbuhan investasi reksa dana yang baru
saja mulai meningkat seperti menaikkan suku bunga, menjaga stabilitas
inflasi, meningkatkan cadangan devisa, menguatkan pertukaran rupiah
terhadap USD, menjaga pertumbuhan perekonomian dan membuat
kebijakan investasi, serta membuat regulasi atau peraturan yang tidak
hanya menguntungkan pemerintah.
78
DAFTAR PUSTAKA
Amelia. Korelasi kebijakan pajak reksa dana dan minat investor dalam
berinvestasi di reksa dana. Skripsi UIN 2009.
Ariesta Hapsari. Analisis pencabutan fasilitas pajak pasal 4 ayat (3) huruf j UU
PPh Nomor 36 Tahun 2008. Jurnal perpajakan Indonesia.
Clemens Sialm. 2001. Taxation, portfolio choices, and asset return. Jurnal
Proquest.
Daniel Bergstrstler, James Poterba. 2000. Do After Tax Return Affect Mutual
fund inflow?. Journal of financial Economics 2002.
Darmadji, Tjiptono. 2006. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Fabozzi, Frank. Pasar dan Lembaga Keuangan. 1999. Jakarta: salemba Empat.
Haymans, Adler. Reksa Dana Investasiku. 1987. Jakarta: Kompas.
Kuwat,Indriyanto.2005. Perlakuan Pajak penghasilan Reksa Dana dari asas
keadilan dan Revenue Adequacy.Tesis Universitas Indonesia 2005
Michael Millstone. 2008. Mutual Funds: A study of Selected attributes on long
term. Jurnal Proquest.
Moeljoedi. 2006. Keputusan Investasi dalam Keadaan Pasti. Malang:
Bayumedia Publishing.
Opriani, Mutiara. Implikasi Ekstensifikasi Pajak Penghasilan Atas Instrumen
Reksa Dana Saham. Skripsi Universitas Indonesia 2008
Ponco Utomo. Peluang dan Tantangan Reksa Dana di Indonesia. Riset PT
Minna Padi Aset Manajemen April 2010.
Prasetyo, Bambang. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan:Teori dan Kasus edisi 4.Jakarta:Salemba Empat.
Ria Nurhafiza. Analisa Pengenaan Pajak Reksadana Terhadap Pertumbuhan
Investasi Reksadana Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan UU No 17
tahun 2000. Skripsi UIN 2009.
79
Ridiani Kurnia. Perkembangan Reksa Dana. Riset Bapepam 2005.
Rodoni, Ahmad. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: CSES
Press.
Sarwedi. Investasi Asing Langsung Di Indonesia dan Faktor yang
mempengaruhinya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan vol 4 No.1, Mei
2002.
Siti Rochmah Ika. Analisis Efisiensi Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
BEI sebelum dan sesudah Penerapan Undang-undang Perpajakan
Tahun 2000. Simposiun Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo 2005
Sugiyono.2009. Metode Penelitian dan Bisnis. Jakarta: Alfabeta.
Sumitro, Rahmat. Asas dan Dasar Perpajakan 2. Bandung: PT.Refika Aditama.
Wahana Komputer. 2009. SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Semarang:
Penerbit Andi.
Wahyono, Teguh. 2009. 25Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia. Jakrta: Salemba Empat.
www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125110...Analisis%20Pencabutan... di akses
29 oktober 2010
http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/warta/2005_dese
mber/Perkembangan Reksa Dana.pdf di akses 29 oktober 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana di akses 29 oktober 2010
http://www.bapepam.go.id/old/layanan/warta/Warta_des05_full.pdf di akses 29
oktober 2010
http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/warta/2005_juli/
perpajakan_pm.pdf di akses 29 oktober 2010
86
NPAR TESTS /M-W= TotalNAB BY Keterangan(1 2) /MISSING
ANALYSIS.
NPar Tests
[DataSet1]
Tahun Total NAB Keterangan Peringkat
Jan - Juni 2004 486.654.327.772.112.40 Sebelum 6
Juli – Des 2004 589.830.058.599.262.10 Sebelum 11
Jan - Juni 2005 583.790.904.392.968.00 Sebelum 10
Juli – Des 2005 268.400.710.217.958.97 Sebelum 3
Jan - Juni 2006 184.065.521.658.863.70 Sebelum 1
Juli – Des 2006 257.583.170.892.725.62 Sebelum 2
Jan - Juni 2007 360.627.900.177.250.00 Sebelum 4
Juli – Des 2007 493.263.951.722.125.94 Sebelum 7
Jan - Juni 2008 563.735.640.733.762.60 Sebelum 9
Juli – Des 2008 479.740.532.030.354.40 Sebelum 5
Jan - Juni 2009 493.936.728.652.953.56 Sesudah 8
Juli – Des 2009 633.099.440.031.234.10 Sesudah 12
Jan - Juni 2010 797.590.634.585.309.60 Sesudah 14
Juli – Des 2010 757.080.803.562.471.90 Sesudah 13
87
Mann-Whitney Test
Ranks
Keterangan N Mean Rank Sum of Ranks
Total
NAB
Sebelum 10 5.80 58.00
Setelah 4 11.75 47.00
Total 14
Test Statisticsb
Total NAB
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 58.000
Z -2.404
Asymp. Sig. (2-tailed) .016
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.014a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Keterangan