JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 Tema D...

4
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 AbstrakDalam merancang arsitektur seorang arsitek dapat menggunakan tema sebagai alat untuk mencapai kondisi yang diinginkan. Tema dalam arsitektur adalah ide yang harus dieksplor dan memasukkannya ke dalam desain untuk menciptakan makna pada bangunan dan menjadi aksi solutif dari masalah objek itu sendiri. Selanjutnya, eksplorasi tema tersebut dapat diterapkan ke dalam konsep perancangan. Konsep perancangan akan menentukan berbagai elemen rancangan seperti bentuk, ruang luar, material, dan sebagainya. Objek rancang adalah revitalisasi museum Trinil. Tema D.N.A diangkat karena mampu menyelasaikan masalah pada objek. Yaitu masalah dari segi luar yaitu tata letak dan tata bentuk di selesaikan dengan interprestasi evolusi sedangkan masalah dari segi dalam/interior di selesaikan dengan interprestasi dari penyimpan , pembawa dan pemberi informasi sehingga terbentuk ruang pameran yang edukatif dan inovatif. Sehingga pengunjung akan tertarik berkunjung. Kata KunciD.N.A, solutif, museum I. PENDAHULUAN Kabupaten Ngawi adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Luas wilayah keseluruhan 1.298,58 km2, di mana sekitar 39 persen atau sekitar 504,8 km 2 berupa lahan sawah. Sektor pertanian masih merupakan andalan bagi Kabupaten Ngawi. (Gambar.1) Struktur perekonomian Kabupaten Ngawi masih sangat tergantung pada sektor pertanian, karena kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB(Pendapatan Daerah Rata-rata Bulanan) sampai dengan tahun 2008 sebesar 36,9 % Sedangkan kontribusi sektor pariwisata terhadap total PDRB sangat kecil prosentasenya (Gambar.2). Pemerintah Kabupaten hanya konsen di bidang Pertanian saja, apabila suatu saat produksi Pertanian mengalami penurunan, maka struktur perekonomian kabupaten Ngawi akan tergonjang dan akan mengalami krisis. Seandairnya, pemerintah kabupaten Ngawi mau melihat dan mengoptimalkan ke sektor lain, contohnya sektor pariwisata. Dan memberikan perhatian yang besar di sektor tersebut, setidaknya krisis yang tidak diharapkan kemungkinan tidak akan terjadi. Salah satu tempat pariwisata yang mempunyai potensi tinggi untuk mendatangkan tourist/ pengunjung lokal maupun domestik adalah museum Trinil. Museum Trinil merupakan museum yang berkelas internasional dalam bidang arkeologi Gambar.1 Peta Kabupate Ngawi (Google Map) 0 10 20 30 40 50 60 2007 2008 2009 2010 pertanian perdagangan pariwisata Gambar.2 Diagram PDRB Kabupate Ngawi (Ngawi Dalam Angka 2010) Tema D.N.A Sebagai Aksi Solutif Dalam Penerapan Rancangan Revitalisasi Museum Trinil Jayadi dan Endrotomo Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected]

Transcript of JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 Tema D...

Page 1: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 Tema D ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-39524-3210100054...informasi tentang manusia purba baik dari zaman megalitikum sampai zaman

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7

1

Abstrak—Dalam merancang arsitektur seorang arsitek dapat

menggunakan tema sebagai alat untuk mencapai kondisi yang

diinginkan. Tema dalam arsitektur adalah ide yang harus

dieksplor dan memasukkannya ke dalam desain untuk

menciptakan makna pada bangunan dan menjadi aksi solutif dari

masalah objek itu sendiri. Selanjutnya, eksplorasi tema tersebut

dapat diterapkan ke dalam konsep perancangan. Konsep

perancangan akan menentukan berbagai elemen rancangan

seperti bentuk, ruang luar, material, dan sebagainya. Objek

rancang adalah revitalisasi museum Trinil. Tema D.N.A diangkat

karena mampu menyelasaikan masalah pada objek. Yaitu

masalah dari segi luar yaitu tata letak dan tata bentuk di

selesaikan dengan interprestasi evolusi sedangkan masalah dari

segi dalam/interior di selesaikan dengan interprestasi dari

penyimpan , pembawa dan pemberi informasi sehingga terbentuk

ruang pameran yang edukatif dan inovatif. Sehingga pengunjung

akan tertarik berkunjung.

Kata Kunci—D.N.A, solutif, museum

I. PENDAHULUAN

Kabupaten Ngawi adalah sebuah wilayah kabupaten di

Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Luas wilayah keseluruhan

1.298,58 km2, di mana sekitar 39 persen atau sekitar 504,8

km2 berupa lahan sawah. Sektor pertanian masih merupakan

andalan bagi Kabupaten Ngawi. (Gambar.1)

Struktur perekonomian Kabupaten Ngawi masih sangat

tergantung pada sektor pertanian, karena kontribusi sektor

pertanian terhadap total PDRB(Pendapatan Daerah Rata-rata

Bulanan) sampai dengan tahun 2008 sebesar 36,9 %

Sedangkan kontribusi sektor pariwisata terhadap total PDRB

sangat kecil prosentasenya (Gambar.2). Pemerintah Kabupaten

hanya konsen di bidang Pertanian saja, apabila suatu saat

produksi Pertanian mengalami penurunan, maka struktur

perekonomian kabupaten Ngawi akan tergonjang dan akan

mengalami krisis. Seandairnya, pemerintah kabupaten Ngawi

mau melihat dan mengoptimalkan ke sektor lain, contohnya

sektor pariwisata. Dan memberikan perhatian yang besar di

sektor tersebut, setidaknya krisis yang tidak diharapkan

kemungkinan tidak akan terjadi.

Salah satu tempat pariwisata yang mempunyai potensi tinggi

untuk mendatangkan tourist/ pengunjung lokal maupun

domestik adalah museum Trinil. Museum Trinil merupakan

museum yang berkelas internasional dalam bidang arkeologi

Gambar.1 Peta Kabupate Ngawi

(Google Map)

0

10

20

30

40

50

60

2007 2008 2009 2010

pertanian

perdagangan

pariwisata

Gambar.2 Diagram PDRB Kabupate Ngawi

(Ngawi Dalam Angka 2010)

Tema D.N.A Sebagai Aksi Solutif Dalam

Penerapan Rancangan Revitalisasi Museum

Trinil Jayadi dan Endrotomo

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: [email protected]

Page 2: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 Tema D ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-39524-3210100054...informasi tentang manusia purba baik dari zaman megalitikum sampai zaman

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7

2

dan antropologi, seharusnya banyak pengunjung yang datang

kesana karena ketersohorannya, dari penemuan manusia

purbanya yaitu Pithecanthropus erectus. Tetapi kenyataannya

kebanyakan hanya para peneliti dan peminat di bidang

arkeologi saja yang berminat mengunjungi nya, hanya sedikit

warga sekitar atau orang umum yang berkunjung kesana.

Di dapati disana mengalami berbagai masalah, seperti

manajemen yang ala kadarnya, promosi yang kurang,

infrastruktur ke lokasi yang tidak memadai, fisik bangunan

yang sudah mulai rusak(maintenance yang buruk), sirkulasi

yang kurang jelas dan di tambah lagi sekaligus yang paling

penting, adalah ruang pamerannya yang kurang edukatif,

inovatif dan rekreatif, sehingga para pengunjung kurang

tertarik untuk kesana.

Untuk mewujudkan tujuan awal dari pembangunan museum

Trinil yaitu memberikan edukasi ke masyarakat, sebagai

tempat penelitian dan sekaligus tempat rekreasi maka

pemilihan tema D.N.A hadir sebagai penyelesaian masalah,

dengan menganlisis serta menyelesaikan masalah dari segi luar

maupun dalam bangunan.

II. METODA PERANCANGAN

Metoda yang digunakan dalam penjabaran tema disini

adalah metafora. Metafora adalah suatu cara memahami suatu

hal seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga

dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu

topik dalam pembahasan.

Kategori metafora yang digunakan dalam penjabaran tema

ini adalah intangible metaphors. Menurut Anthony C.

Antoniades intangible metaphors menggunakan subyek

kreasinya berupa : konsep, gagasan, kondisi manusia, atau

suatu kualitas tertentu. Memetaforakan sesuatu tidak

dimunculkan dalam “bentuk” arsitekturnya melainkan

dimunculkan melalui konsep, ide, sebuah kondisi atau

sebagian dari karakternya. Jadi, metode yang digunakan adalah

dengan menggali karakteristik tema tersebut untuk diterapkan

kedalam rancangan.

Berdasarkan pengkajian tema melalui metode intangible

metaphors diperoleh interprestasi dari tema D.N.A sebagai

berikut :

A. Evolusi

Evolusi berarti berubah tetapi tidak semuanya (masih ada

kesamaan antara yang gen induk dengan hasil perubahan),

serta evolusi bisa diartikan lagi dengan kata terhubung,

terhubung adalah antara satu hal dengan hal lain bisa saling

terikat.

B. Penyimpan, pembawa dan pemberi informasi

DNA terdiri atas dua rantai yang berpilin membentuk struktur

heliks ganda. Masing-masing makhluk hidup memiliki materi

genetik yang khas. Materi tersebut akan diturunkan kepada

keturunannya. Di situlah DNA berperan, sebagai penyampai

informasi materi genetik sehingga setiap organisme dapat

teridentifikasi dengan baik.

Dari kedua interprestasi tema D.N.A tersebut apabila dibuat

Gambar 3. Bagan proses pembentukan tema

Gambar 4.Proses pembentukan bentuk berdasarkan tema

MUSEUM TRINIL

Persyaratan

Tampilan

Arsitektural

Persyaratan

Teknis

Arsitektural

Tampilan

perubahan

tapi masih

memiliki

kesamaan

Konsep Interior

yang edukatif dan

komunikatif

Konsep sirkulasi

yang jelas dan

dinamis

Teknologi

Struktur,

konstruksi

dan material

Tampilan

bangunan

yang terlihat

atraktif dan

modern

Membawa,meny

impan dan

memberi

informasi

genetika

EVOLUSI 3P.

INFORM

ASI

Konsep

Eksterior

Konsep

Interior

Penggunaan

Pendekatan

Tema DNA

DNA

BENTUK

& SITE

RUAN

G

Page 3: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 Tema D ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-39524-3210100054...informasi tentang manusia purba baik dari zaman megalitikum sampai zaman

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7

3

sebuah bagan dan dihubungkan semua mulai dari

permasalahan sampai penerapan tema akan terlihat seperti

pada Gambar.3. Proses pembentukan bentuk (belum bentuk

finish) berdasarkan dari tema D.N.A dan akan mendasari

proses pengembangan rancangan (eksplorasi desain) terlihat

pada Gambar .4.

III. HASIL DAN EKSPLORASI

Dari interprestasi D.N.A yang telah didapat dilakukan

pendekatan arsitektural sehingga, interprestasi tersebut dapat

diterapkan ke dalam rancangan.

A. Evolusi

Kata evolusi terdapat 2 inti kata yaitu berubah tetapi tidak

semua dan terhubung, penerapan ke arsitekturalnya di

titikberatkan ke racikan site dan bentuk, penjelasannya sebagai

berikut:

-Berubah tetapi tidak semua.

Tatanan massa(racikan site)

konsep tatanan massa bangunan yang lama berbentuk grid

dengan aula sebagai pengawalnya, dengan tipe grid ini seolah-

olah pengunjung hanya berputar di tempat itu saja ,dan

pengunjung enggan untuk melihat rekreasi alamnya.

maka dari itu dengan menarik garis lurus dari aula yang

merupakan perpanjangan dari garis grid tapi setelah itu,

tatanan massa menjadi linear yang bertujuan memudahkan

pengunjung untuk menuju gedung baru dan rekreasi alam

sekaligus menggiring menuju bangunan baru.

Bentukan massa(racikan bentuk )

bentukan massa antara bangunan lama dengan baru memang

berbeda (segitiga dan kotak),tetapi masih ada kesamaan

kotaknya yang berada di massa lantai 2 bagunan baru.

-Hubungan Sesuai dengan rancangan awalnya,sang arsitek membuat ide

sebuah museum yang yang terhubung antara bangunan dan

alam sekitar. tetapi dalam pelaksanaan di lapangan nya,

pengunjung enggan untuk menuju rekreasi alam sekitarnya.

salah satu alasan nya karena sirkulasi dari spot utama yaitu

ruang pameran menuju ke rekreasi alam tidak langsung

terhubung(harus putar balik).maka dari itu untuk

menyelesaikan masalah tersebut dibuat lah jalan/sirkulasi yang

menuju langsung menuju ke rekreasi alam.karena untuk

menghubungkan satu titik ke titik lainnya,seperti halnya

DNA(evolusi). (Gambar 5-6)

B. Penyimpan, pembawa dan pemberi informasi

Penyimpan, pembawa dan pemberi informasi di terapkan

pada racikan ruang/interior. Di interior ruang pameran yang

baru ini terdapat wahana-wahana yang memberikan segala

informasi tentang manusia purba baik dari zaman megalitikum

sampai zaman modern, sekaligus juga termasuk di dalamnya

mengenai pithecanthropus erectus, wahana-wahana tersebut di

kemas dengan lebih edukatif, rekreatif dan inovatif. (Gambar .

7)

Hasil akhir dari eksplorasi bentuk yang berdasarkan dari

Gambar 5. Interprestasi Dari Evolusi (Hubungan & Berubah Tapi Tidak

Semua )

Gambar 6. Interprestasi Dari Evolusi (Hubungan & Berubah Tapi Tidak

Semua )

Gambar 7. Wahana-wahana di ruang pameran gedung baru

Page 4: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 Tema D ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-39524-3210100054...informasi tentang manusia purba baik dari zaman megalitikum sampai zaman

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7

4

interprestasi tema D.N.A yaitu evolusi (hubungan dan berubah

tetapi tidak semua) yang kemudian diterapkan pada racikan

site dan bentuk dapat dilihat pada Gambar. 8. Ditambah lagi

pada perancangan selasar yang sebelumnya di buat hanya

untuk duduk-duduk saja, pada rancangan yang baru ini selasar

fungsinya di tambah lagi sebagai tempat area komunal dan

pusat souvenir khas ngawi dan museum trinil. Yang di

harapkan pengunjung semakin tertarik mengunjungi museum

trinil ini.(Gambar .9)

IV. KESIMPULAN

Dengan metode intangible metaphors tema di

interprestasikan kemudian hasil dari interprestasi tersebut

dipergunakan sebagai dasar dalam menentukan konsep dari

rancangan. Interprestasi dari tema D.N.A yang dipergunakan

antara lain evolusi dan penyimpan, pembawa, pemberi

informasi.

Interprestasi evolusi diterapkan pada racikan site dan bentuk

rancangan yang menjadi problem solving dari kurang jelasnya

sirkulasi dan menarik pengunjung dari segi tampilan,

sedangkan Interprestasi penyimpan, pembawa dan pemberi

informasi diterapkan pada racikan ruang yang kemudian

menyelesaikan masalah dari ruang pameran lama yang kurang

edukatif, inovatif dan rekreatif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami ucapkan kepada Ketua Jurusan

Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Teknologi Sepuluh Nopember, Ir. Purwanita Setijanti, M.Sc.,

Ph.D.; Pembimbing dan Pengarah: Ir.Endrotomo, MT.;

Prof.Dr. Ir.Happy Ratna, MT.; Collinthia Ewindy, S.T., M.T.;

Ir. Sudradjat, MBA.; dan Koordinator Tugas Akhir periode

Genap 2013/2014 Ir. M. Salatoen Poejiono, M.T yang telah

memberikan bimbingan serta arahan dalam pembuatan jurnal

ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Antoniades, Anthony C. 1992. Poetics of Architecture. New York : Van

Nostrand Reinhold.

[2] Ching, Francis D.K. 2007. Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Tatanan

Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga.

[3] Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.

[4] White, Edward T. 2004. Site Analysis Diagramming Information for

Architectural Design. Florida : Architectural Media.

[5] http://www.thefreedictionary.com/D.N.A

http://carramedia.wordpress.com/2012/10/30/

Gambar. 8 Rancangan akhir

Gambar. 9 Rancangan selasar/runag komunal, pusat souvenir