Jurnal Kimia Bahan Alam
-
Upload
diah-astini-paramita -
Category
Documents
-
view
90 -
download
0
description
Transcript of Jurnal Kimia Bahan Alam
JURNAL KIMIA BAHAN ALAM Vol. 1. No. 1 Juni 2014
PENGUJIAN AKTIVITAS ANTI BAKTERI DAN ANTI JAMUR EKSTRAK TUMBUHAN DI KAWASAN KARST KABUPATEN
MAROS PANGKEP
Riska Nuramelia, Nurul FajratullahProgram Studi Biologi, FMIPA Universitas Negeri Makassar
ABSTRACT
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya,
Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap
komponen lain dalam campuran. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
memahami prinsip dasar alat ekstraksi dan mengisolasi senyawa/ komponen yang
terdapat dalam sampel padat dengan menggunakan sampel daun dan batang
tumbuhan dari family anacardiaceae. Anti bakteri merupakan antimikroba yang
digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Bakteri yang digunakan pada
penelitian ini adalah bakteri uji standar, yaitu Escherichia coli (E.coli),
Staphylococcus aureus (S.aureus) dan biakan jamur Candida albicans.
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan hasil Berat ekstrak batang yaitu 2,82%
dan berat ekstrak daun yaitu 8,02%, Ekstrak sampel batang dan daun tidak
menghambat bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, biakan jamur
Candida albicans.
Kata kunci : Ekstraksi, Bakteri, Escherichia coli dan Staphylococcus aureus,
Candida albicans.
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara dengan ketersediaan sumber daya alam
hayati yang sangat melimpah. Secara turun-temurun, masyarakat Indonesia telah
memanfaatkan tanaman yang hidup di alam Indonesia untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidup mereka. Salah satu pemanfaatan yang banyak ditemui adalah
penggunaan tanaman sebagai obat-obatan. Sampai saat ini. Tanaman asli
Indonesia masih banyak dipakai oleh masyarakat secara tradisional untuk
mengobati berbagai jenis penyakit. Walaupun dunia kedokteran dan pengobatan
telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, namun obat tradisional masih tetap
JURNAL KIMIA BAHAN ALAM Vol. 1. No. 1 Juni 2014
populer di kalangan masyarakat suatu daerah tertentu. Untuk memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang pengaruh bahan-bahan bioaktif yang
terdapat di dalam obat-obatan tradisional, maka perlu dilakukan langkah-langkah
pengujian secara ilmiah terhadap tanaman obat tersebut (Heyne, 1987).
Kawasan karst menyimpan potensi yang unik. potensi sumber daya alam
kawasan karst sebenarnya tidak hanya pada sumber daya mineral/tambang saja,
tetapi ada pula sumber daya lain yang potensial untuk dikembangkan, salah
satunya sumber daya hayati. Karst dikenal identik dengan kapur, tandus, panas,
kering dan terjal dengan kekokohan bebatuan yang cenderung berwarna putih.
Sulawesi Selatan memiliki kawasan karst Taman Nasional Bantimurung-
Bulusaraung sudah sejak lama dikenal sebagai pegunungan kapur, yang
merupakan kawasan karst terluas kedua setelah karst yang terdapat di China
bagian Selatan (Wijayakusuma, 1992).
Kemampuan tanaman karst yang tergolong besar dalam beradaptasi
dipengaruhi pula oleh keadaan fisiologis dan senyawa yang dikandung tumbuhan
tersebut. Untuk mampu bertahan hidup di lingkungan yang ekstrim, tentunya
tumbuhan di kawasan karst harus mampu menghadapi hama, baik berupa
makroorganisme maupun mikroorganisme. Keadaan ini menunjukkan bahwa,
tanaman di kawasan karst memiliki potensi sebagai antimikrobia
(Suryawiria, 1978).
Anti bakteri merupakan antimikroba yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri. Pengertian anti mikroba secara umum adalah zat yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba dan digunakan untuk kepentingan pengobatan
infeksi pada manusia dan hewan. Antimikroba terdiri dari antibakteri,
antiprotozoa, antifungi dan antivirus (Jewezt ,1996).
Senyawa anti bakteri merupakan Senyawa yang dapat mengganggu
pertumbuhan atau metabolisme bakteri.Berdasarkan sifat toksisitasnya, antibakteri
dibagi menjadi dua bagian yaitu antibakteri yang bersifat bakterisida (membunuh)
dan bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Antibakteri bakteriostatik
bekerja dengan cara menghambat perbanyakan populasi bakteri dan tidak
mematikan, sedangkan bakterisida bekerja membunuh bakteri. Bakteriostatik
JURNAL KIMIA BAHAN ALAM Vol. 1. No. 1 Juni 2014
dapat bertindak sebagai bakterisida dalam konsentrasi yang tinggi. Sifat selektif
zat antibakteri berarti senyawa berbahaya bagi suatu bakteri tetapi tidak berbahaya
bagi inangnya (Suradikusumah, 1989).
Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah bakteri uji standar, yaitu
Escherichia coli (E.coli) Dan Staphylococcus aureus (S.aureus). Bakteri E.coli
pada umumnya merupakan mikroba yang secara normal terdapat dalam saluran
pencernaan hewan dan manusia. Bakteri ini berbentuk batang, bersifat anaerobik
fakultatif dan tergolong sebagai bakteri Gram negatif. Bakteri E.coli sering
ditemukan dalam tubuh. Pada pencernaan, bakteri ini dapat juga menyebabkan
terjadinya infeksi pada saluran urin dan diare. Bakteri ini juga menyebabkan
infeksi pada daerah pantat dan paha serta ditemukan dalam feses dengan
pewarnaan metal merah yang menunjukkan reaksi positif. Makanan yang sering
terkontaminasi adalah daging ayam, daging sapi, ikan, makanan hasil laut, telur,
produk telur, sayuran, buah-buahan dan sari buah (Winarno, 1997).
S.aureus merupakan bakteri Gram positif, berbentuk kokus dengan
diameter 0.7-0.9 μm. Bakteri ini dapat hidup secara aerob ataupun anaerob,
bersifat non motil, dan tidak membentuk spora Bakteri ini sering ditemukan pada
makanan yang mengandung protein tinggi seperti telurdan sosis (Fardiaz, 1989).
METODOLOGI
WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian di lakukan pada bulan April-Juni 2014 di laboratorium Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak tumbuhan yaitu oven,
pisau, blender, corong, toples kaca dan botol fial. Kemudian, alat-alat yang
digunakan dalam pengujian antibakteri dan antijamur yaitu cawan petri, autoklaf,
Laminar Air Flow (LAF), mikropipet, bunsen, kawat ose sederhana (berujung
cotton bud), gelas erlenmeyer, kapas, alumunium foil dan hot plate.
JURNAL KIMIA BAHAN ALAM Vol. 1. No. 1 Juni 2014
Bahan utama yang digunakan adalah daun dan batang dari spesies
tumbuhan yang di Kawasan Karst Maros-Pangkep Sulawesi Selatan. Bahan yang
digunakan dalam pembuatan ekstrak yaitu pelarut methanol dan etil asetat.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian antibakteri dan anti jamur adalah
medium Potato Dextrose Agar (PDA) sintetik, medium Nutrien Agar (NA),
biakan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, diakan jamur Candida
albicans.
PROSEDUR KERJA
Tumbuhan yang diambil dari kawasan karst, sebanyak Satu spesies,
selanjutnya diberi kode tumbuhan a dan b. Tumbuhan kemudian diidentifikasi
dengan kunci determinasi, yang dilakukan di Labolatorium Jurusan Biologi
FMIPA UNM lantai 2 barat. Diketahui bahwa tumbuhan a yaitu daun dari family
Anacardiaceae dan tumbuhan b yaitu batang Anacardiaceae (pohon). Tumbuhan
dipisah antara daun dan batangnya. Bagian tumbuhan dikeringkan dengan oven
bersuhu 500C sampai kering, dihaluskan, dan dimaserasi dengan pelarut metanol
dan etil asetat. Hasil ekstraksi kemudian disimpan di dalam botol fial.
Kemudiandi ujikan dengan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus,
biakan jamur Candida albicans.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi (penyaringan) adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat
maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan
pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran
(Dwijoseputro, 1990).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami prinsip dasar alat
ekstraksi dan mengisolasi senyawa/ komponen yang terdapat dalam sampel padat.
Pada percobaan ini digunakan sampel daun dan batang tumbuhan. Hal yang
pertama dilakukan adalah memotong kecil sampel, fungsi dari pemotongan secara
JURNAL KIMIA BAHAN ALAM Vol. 1. No. 1 Juni 2014
kecil agar metabolit sekunder dapat keluar dari sampel kemudian keringkan
selama 1 hari didalam oven dengan suhu 100 derajat celcius.
Setelah proses pengovenan selesai sampel dihaluskan kemudian ditimbang
dan kemudian masing-masing sampel direndam selama 48 jam dengan pelarut etil
asetat dan methanol. Fungsi dari perendaman sampel tersebut agar semua senyawa
metabolit sekunder dapat larut dalam pelarut etil asetat dan methanol (Widarto H.
1990), Pada percobaan ini digunakan pelarut etil asetat dan methanol dikarenakan
pelarut etil asetat dan methanol merupakan pelarut yang paling sempurna dalam
melarutkan metabolit sekunder yang ada pada sampel. Selanjutnya menyaring
hasil rendaman sampel tersebut dengan menggunakan kertas saring agar endapan
yang ada pada sampel tidak ikut ke dalam ekstrak cair yang disaring. Setelah
didapatkan ekstrak yang cair maka dilanjutkan dengan menguapkan sampel
sehingga akan terpisah antara pelarut yang digunakan dengan ekstrak sampel
kental yang diperoleh. Dari hasil percobaan tersebut didapatkan warna sampel
daun hijau muda dan sampel dan batang berwarna hijau tua.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai.
Kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Fardiaz, 1983).
Berat awal ekstrak setelah ditimbang dengan menggunakan neraca
analitik, yaitu pada batang dengan berat 24,80 gram dan pada daun dengan berat
27,40 gram.
Tabel 1. Berat awal ekstrak
Sampel Berat awal (gram)
Batang 24,80
Daun 27,40
Adapun berat akhir ekstrak setelah direndam dengan menggunakan pelarut
methanol dan etil asetat, yaitu pada batang dan daun yang direndam dengan
methanol seberat 0,55 gram dan 0,10 gram . Pada batang dan daun yang direndam
dengan pelarut etil asetat seberat 0,15 gram dan 2,10 gram
JURNAL KIMIA BAHAN ALAM Vol. 1. No. 1 Juni 2014
Tabel 2. Berat akhir ekstrak setelah ditambahkan etil asetat dan methanol
Sampel Berat akhir (gram)
Batang + etil asetat 0,15
Daun + etil asetat 2,10
Batang + methanol 0,55
Daun + methanol 0,10
Berat masing-masing botol kosong, yaitu pada botol kosong untuk ekstrak
daun dan batang yang direndam dengan methanol seberat 10,00 gram dan 9,75.
Pada botol kosong untuk daun dan batang yang direndam dengan etil asetat
seberat 9,80 gram dan 9,95 gram.
Tabel 3. Berat wadah kosong (botol kosong) sampel
SampelBerat botol kosong
(gram)
Botol kosong ekstrak methanol
daun10,00
Botol kosong ekstrak methanol
batang9,75
Botol kosong ekstrak etil asetat
daun9,80
Botol kosong ekstrak etil asetat
batang9,95
Pada berat akhir ekstrak beserta botol diperoleh hasil, yaitu pada botol
kosong ekstrak daun batang yang direndam dengan pelarut methanol seberat
10,10 gram dan 10,30. Pada botol kosong ekstrak daun dan batang yang direndam
dengan pelarut etil asetat seberat 11,90dan 10,10.
Tabel 4. Berat wadah kosong (botol kosong) ditambah ekstrak sampel
SampelBerat botol kosong +
ekstrak sampel (gram)
Botol kosong ekstrak daun +
methanol10,10
Botol kosong ekstrak batang + 10,30
JURNAL KIMIA BAHAN ALAM Vol. 1. No. 1 Juni 2014
methanol
Botol kosong ekstrak daun +
etil asetat11,90
Botol kosong ekstrak batang +
etil asetat10,10
Setelah diperoleh data diatas maka dilakukan analisis data sebagai berikut:
Untuk batang sebagai berikut;
berat akhir ekstrak direndam methanol+berat akhir ekstrak direndametil asetatberat awalekstrak batang
x100 %
Batang = 0,55+0,15
24,80x 100 %=2,82 %
Untuk daun sebagai berikut;
berat akhir ekstrak direndam methanol+berat akhir ekstrak direndametil a setatberat awalekstrak daun
x 100 %
Daun = 0,10+2,10
27,40x 100 %=8,02 %
Pada percobaan ini dihasilkan ekstrak sampel batang dan daun yang tidak
menghambat Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, biakan jamur Candida
albicans.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah ekstrasi merupakan suatu cara yang
digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa. Dimana pada
ekstraksi ini diperoleh hasil zat murni atau beberapa zat murni dari suatu
campuran. Berat ekstrak batang yaitu 2,82% dan berat ekstrak daun yaitu 8,02%,
Dari hasil pengujian yang dilakukan Ekstrak sampel batang dan daun tidak
menghambat bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, biakan jamur
Candida albicans.
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL KIMIA BAHAN ALAM Vol. 1. No. 1 Juni 2014
Dwijoseputro. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Ed ke-11. Jakarta: Djambtan.
Fardiaz S. 1983. Bakteriologi Keamanan Pangan. Jilid I. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan.Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Ed ke-3. Jakarta : Balitbang Kehutanan.
Jewezt E, Melnick JL, Adelberg EA. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Ed ke-20. Jakarta: EGC.
Suryawiria U. 1978. Mikroba Lingkungan.Ed ke- 2. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Suradikusumah E. 1989. Kimia Tumbuhan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Wijayakusuma. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Pustaka Kartini.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
Widarto H. 1990. Pengaruh minyak atsiri daun sirih terhadap pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus. Bogor: 10 Fakultas Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor