Jurnal Isos Minggu 2
Transcript of Jurnal Isos Minggu 2
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
1/24
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya
manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya
maupun dengan lingkungannya. Hubungan interpersonal yang positif dapat terjadi apabila
masing-masing individu merasakan kedekatan, saling mernbutuhkan dan saling
tergantung untuk membangun jati diri individu dalam lingkungan sosial yang kondusif.
Individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan
dengan lingkungan sosial. Kepuasaan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara
aktif dalam proses interpersonal. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai
dengan respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerjasama dan
hubungan timbal balik yang sinkron !alami, "##$%.
Pemutusan proses hubungan terkait dengan ketidak mampuan individu terhadap
hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respon lingkungan yang negatif.
Ketidak mampuan individu dalam mempertahankan hubungan interpersonal yang positif
dapat mengakibatkan terjadinya stress. &tress yang meningkat dapat mengakibatkan
reaksi yang negatif dan dapat mengakibatkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga dapat menurunkan produktivitas individu tersebut, hal ini dapat
Mengakibatkan munculnya gejala gangguan kesadaran dan gangguan perhatian.
Kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan psikiatri atau gangguan
ji'a &tuart ( &undeen "##) dalam &urtiningrum,"#**%
Menurut +o'nsend "##$% gangguan ji'a merupakan respon maladaptif terhadap
stressor dari dalam dan luar lingkungan yang berhubungan dengan perasaan dan perilaku
yang tidak sejalan dengan budaya kebiasaannorma setempat dan mempengaruhi interaksi
sosial individu, kegiatan dan fungsi tubuh. &alah satu jenis gangguan ji'a berat adalah
skiofrenia. &kiofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
berbagai area fungsi individu termasuk fungsi berpikir dan berkomunikasi, menerima dan
menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku yang
dapat diterima secara rasional.
ejala skiofrenia dibagi dalam dua kategori utama / gejala positif atau gejala nyata
dan gejala negatif atau gejala samar. ejala positif terdiri dan delusi 'aham% yaitu
keyakinan yang keliru yang tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan dengan cukup
bukti tentang kekeliruannya, serta tidak serasi dengan latar belakang pendidikan dan
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
2/24
sosial budaya Mien, halusinasi yaitu penghayatan seperti persepsi% yang dialami dengan
pancaindera dan terjadi tanpa adanya stimulus eksternal, dan perilaku aneh biarre%.
ejala negatif defisit perilaku% meliputi afek tumpul dan datar, menarik diri dari
masyarakat, tidak ada kontak mats, tidak mampu mengekspresikan perasaan. +idak
mampu berhubungan dengan orang lain, tidak ada spontanitas dalam percakapan,
motivasi menurun dan kurangnya tenaga untuk beraktivitas. ejala negatif pada
skiofrenia menyebabkan Mien mengalami gangguan fungsi sosial dan isolasi sosial
0idebeck,"##1%
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain 2osep, "##$%. Perilaku yang sering ditampilkan Mien
isolasi sosial adalah menunjukkan menarik diri, tidak komunikatif, mencoba menyendiri,
asyik dengan pikiran dan dirinya sendiri, tidak adakontak mats, sedih, afek tumpul,
perilaku bermusuhan, menyatakan perasaan sepi atau ditolak kesulitan membina
hubungan di lingkungannya, menghindari orang lain, dan mengungkapkan perasaan tidak
dimengerti orang lain 3anda,"#*"%.
Menurut 4orld Health 5rganiation 4H5%, sampai tahun "#** tercatat penderita
gangguan ji'a sebesar )6".7##.### ji'a atau 1,*8 dari jumlah keseluruhan penduduk
dunia Khusus !aerah Provinsi &ula'esi &elatan, "#*"%.
Penatalaksanaan kepera'atanklien dengan isolasi sosial selain dengan pengobatan
psikofarmaka juga dengan pemberian terapi modalitas yang salahsatunya adalah +erapi
9ktifitas kelompok kepera'atan yang sama. +erapi 9ktifitas digunakan sebagai terapi,
dan kelompok digunakan sebagai target asuhan :ortinash ( 4orret, "##1%
+erapi 9ktivitas Kelompok sangat efektif mengubah perilaku karena di dalam
kelompok terjadi interaksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. !alam
kelompok akan terbentuk satu sistem sosial yang saling berinteraksi dan menjadi tempat
klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif ;hristopher, "#**%.
+9K dibagi sesuai dengan masalah kepera'atan klien, salah satunya adalah +9K
&osialisasi. +9K &osialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah
klien dengan masalah hubungan sosial. !engan +9K sosialisasi maka klien dapat
meningkatkan hubungan sosial secara bertahap dari interpersonal satu dan satu%,
kelompok dan masyarakat Keliat, Panjaitan, Helena, "##
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
3/24
=eberapa penelitian mengenai pengaruh +erapi 9ktivitas Kelompok terhadap klien
dengan masalah kepera'atan isolasi sosial seperti penelitian yang dilakukan oleh
9ndaryani'ati "##>% di rumah sakit ji'a !r. ?adjiman 4edioningrat @a'ang,
menunjukkan persentasi pelaksanaan yang memuaskan yaitu mencapai
tingkatkeberhasilan $#8 dimana mampu meningkatkan kemampuan pasien untuk
berinteraksi sosial. 9ndaryani'ati "##>% menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna
dari pelaksanaan +erapi 9ktivitas Kelompok &osialisasi. Keberhasilan ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah peran pera'at di rumah sakit tersebut yang
turut membantu pelaksanaan +9K &osialisasi yang senantiasa dikembangkan di dalam
kegiatan sehari-hari melalui proses kepera'atan.
=erdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh +erapi 9ktivitas Kelompok &osialisasi terhadap
kemampuan pasien berinteraksi sosial guna membantu klien dalam menangani masalah
kesehatan yang dihadapi melalui penerapan asuhan kepera'atan dalam bentuk +erapi
9ktivitas Kelompok +9K% &osialisasi.
B. Tujuan Penelitian
Antuk mengidentifikasi pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi
terhadap kemampuan pasien berinteraksi sosial
C. Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam
pengembangan pelayanan kepera'atan khususnya kepera'atan ji'a. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai / Pedoman pelaksanaan +erapi
9ktivitas Kelompok &osialisasi +erhadap Kemampuan bersosialisasi Pada Klien
isolasi &osia lmenarik !iri pengaruh +erapi 9ktivitas Kelompok &osialisasi +erhadap
Kemampuan bersosialisasi Pada Klien isolasi &osial Menarik !iri
BAB 2
TINJAUAN PUSTAA
A. Defini!i Tera"i Aktifita! el#$"#k %TA&
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
4/24
+erapi 9ktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
pera'at kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah yang sama Kelliat =9
dan 9kemat,"##6%. +erapi aktivitas kelompok ini dapat digunakan sebagai media
dalam hubungan antara pera'at dan klien, dan sesama klien. 9ktivitas kelompok
dapat juga digunakan sebagai suatu media untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapi klien. 5leh karena itu kami tertarik untuk melakukan terapi aktivitas
kelompok.
+ujuan
+ujuan Amum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
+ujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri. b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan.
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain.
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
g. Klien mampu menyampikan pendapat tentang manfaat kegiatan tentang +9K&
yang telah dilakukan.
!aftar Pemimpin dan Keahlian
*. @eader /
+ugas /
a. Menyiapkan proposal kegiatan +9K& .
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum
kegiatan dimulai.
c. Menjelaskan permainan.
d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kclompok dan memperkenalkan
dirinya.
e. Mampu memimpin tcrapi aktilitas kelompok dengan baik dan tertib.f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
". ;o-leader /
+ugas /
a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien.
b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
>. :asilitator /
+ugas /
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
b. Memotivasi klien yang kurang aktif.
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
5/24
c. Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan memfasilitasi
anggota kelompok.
6. 5bserver /
+ugas /
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat prilaku 0erbal dan 3on- verbal klien selama kegiatan berlangsung.
&osialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan
orang lain ail 4. &tuart, "##7%. Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada individu
yang menarik diri, yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
?o'lins, *$$>%. !imana individu yang mempunyai mekanisme koping adaptif, maka
peningkatan sosialisasi lebih mudah dilakukan. &edangkan individu yang mempunyaimekanisme koping maladaptif skiofrenia%, bila tidak segera mendapatkan terapi atau
penanganan yang baik akan menimbulkan masalah-masalah yang lebih banyak dan
lebih buruk. Keliat dan 9kemat, "##)% menjelaskan bah'a untuk peningkatan
sosialisasi pada klien skiofrenia bisa dilakukan dengan pemberian +erapi 9ktifitas
Kelompok sosialisasi. 3amun kenyatannya pada saat ini di ?umah &akit Bi'a Menur
&urabaya pengaruh +9K sosialisasi masih diragukan, hal ini disebabkan karena
jumlah klien dengan ri'ayat menarik diri masih relatif banyak meskipun +9K
sosialisasi sudah dilakukan.
!aftar Kriteria 9nggota Kelompok
*. Kriteria klien
a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.
b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus.
c. Klien yang mengalami gangguan bersosialisasi.
d. Klien dengan keadaan harga diri rendah.
". Proses seleksi
a. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.c. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut +9K, meliputi/ menjelaskan
tujuan +9K pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam
kelompok
B. Defini!i I!#la!i S#!ial
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal atau perasaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena akibat penolakan dan sikap negatif
serta kepribadian yang tidak fleksibel sehingga muncul perilaku maladaptif seperti
menghindarikehilangan hubungan dengan orang, tidak mempunyai kesempatan
untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan, yang dimanifestasikan
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
6/24
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian sehingga fungsi hubungan
sosial seseorang terganggu. &uatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi
dalam suatu kuantitas yang tidak cukupkualitas interaksi social yang tidak efektif.
Mary. ;. +o'nsend, *$$1%.
&uatu pola gangguan kepribadian yang didominasi oleh ketidakpedulian dan
pelanggaran terhadap tata tertib, norma, etika dan hokum yang berlaku !adang
Ha'ari, "##)%.
angguan hubungan sosial adalah keadaan dimana individu kurang
berpartisipasi dalam jumlah berlebihan atau hubungan sosial yang tidak efektif
?a'lins, *$$>%. &edangkan definisi dari isolasi sosial adalah keadaan dimana
individukelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatannya dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
membuat kontak.;arpenito, *$$1%. !ari dua definisi tersebut terlihat bah'a
individu menarik diri mengalami gangguan dan kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain.
+erjadinya pemutusan proses hubungan terkait erat dengan dengan
ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan kurangnya
peran serta respon lingkungan yang negatif. Kondisi dapat mengembangkan rasa
tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindari dari orang lain rasa tidak
percaya dengan orang lain%. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering
melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien
melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga pasien jadi pasif dan
berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan isolasi
diri%, termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri,
semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial
dan emosional dengan orang lain &tuart dan &undeen, *$$1%.
C. Eti#l#gi
a. Kelainan pada konsep diri
b. Perkembangan ego yang terlambat atau lemah
c. Kelainan fungsi dari system keluarga
d. Penganiayaan dan pengabaian anak
e. @ingkungan yang tidak terorganisir
f. Kurangnya rasa percaya pada orang lain
g. Perilaku egosentris
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
7/24
h. +akut akan penolakan atau kegagalan dalam berinteraksi
i. Harga diri rendah
j. Kurang pengetahuan tentang cara untuk meningkatkan kebersamaan
D. Ciri ' Ciri (angguan Hu)ungan S#!ial
;iri - ciri secara umum/
a. Menyendiri dalam ruangan
b. Menarik diri
c. Mengekpresikan perasaan penolakan atau kesepian kepada orang lain
d. +idak komunikatif dengan rekan sebaya, keluarga, orang lain
e. Menampakkan keetidak nyamanan dalam situasi-situasi social
f. Mengeksploitasi orang lain untuk memenuhi hasrat pribadinya
;iri - ciri usia C *) tahun
a. &ering membolos
b. Kenakalan kanak-kanak atau remaja ditangkap atau diadili pengadilan anak,
karena tingkah lakunya%.
c. !ikeluarkan atau diskors dari sekolah karena sering berkelakuan buruk
d. &elalu berbohong
e. =erulang-ulang melakukan hubungan seks 'alaupun hubungannya belum akrab
f. &eringkali mabuk atau menyalahgunakan narkoba
g. &ering mencuri
h. &ering merusak barang milik orang lain
i. &ering memulai perkelahian
;iri - ciri pada usia D *" tahun
a. &eringkali berganti pekerjaan yang tidak disebabkan oleh sifat pekerjaan, keadaan
ekonomi atau kerja musiman
b. &eringkali menganggur, padahal mampu dan mempunyai kesempatan untuk
bekerja
c. &ering absen bekerja
d. &ering berhenti bekerja tanpa alasan
Karakteristik Perilaku Menarik !iri
a. angguan pola makan yaitu tidak ada nafsu makan minum berlebihan
b. =erat badan menurun meningkat dratis
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
8/24
c. Kemunduran kesehatan fisik
d. +idur berlebihan
e. +inggal di tempat tidur dalam 'aktu yang lama
f. =anyak tidur siang
g. Kurang bergairah
h. +idak memperdulikan lingkungan
i. 9ktivitas menurun
j. Mondar-mandir sikap mematung, melakukan gerakan secra berulang jalan
mondar-mandir%
k. Menurunnya kegiatan seksual
E. *akt#r Pre+i!"#!i!i +an Pre!i"ita!i (angguan Hu)ungan S#!ial
Pre+i!"#!i!i
*. :aktor perkembangan
a. angguan dalam pencapaian tingkat perkembangan
Pada masa tumbuh kembang individu mempunyai tugas perkembangan yang
harus dipenuhi, setiap tahap perkembangan mempunyai spesifikasi tersendiri.
=ila tugas dalam perkembangan tidak terpenuhi akan menghambat tahap
perkembangan selanjutnya dan dapat terjadi gangguan hubungan sosial.
b. &istem keluarga yang terganggu
angguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan hubungan sosial, termasuk komunikasi yang tidak jelas
double blind komunikation%, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga dan
pola asuh keluarga yang tidak menganjurkan anggota keluarga untuk
berhubungan di luar lingkungan keluarga.
c. 3orma keluarga kurang mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain di
luar keluarga
Merupakan faktor pendukung untuk terjadinaya ada gangguan hubungan
sosial. Hal ini disebabkan oleh norma - norma yang dianut keluarga yang
salah, dimana tiap anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari
hubungan sosialnya misalnya / usia lanjut, penyakit kronis, penyandang cacat
dan lain - lain.". :aktor biologi
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
9/24
enetik, neurotransmiter
>. :aktor sosio kultural
a. Isolasi akibat dari norma yang tidak mendukung
b. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan
Pre!i"ita!i (angguan Hu)ungan S#!ial
*. &tressor sosio cultural
a. Menurunya satabilitas unit keluarga
b. =erpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya atau perceraian dan lain -
lain
". &tresor psikologik
c. 9nsietas berat yang berkepenjangan dengan keterbatasan untuk mengatasi
&umber Koping
*. Keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman
". Hubungan dengan he'an peliharaan
>. unakan kreatifitas utuk mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian,
musik, tulisan
Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang digunakan /
a. ?egresi
Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu
taraf perkembangan yang lebih dini.
b. ?epresi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan dari kesadaran seseorang.
c. Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat
sementara atau jangka panjang.
*. ,entangan ,e!"#n+en S#!ial
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
10/24
?. 9dapati ?. Maladapatif
&osial Kesepian Manipulasi
5tonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan 3arkisisme
&aling ketergantungan
&tuart and &undeen,hal 66*%
Perilaku 2ang =erhubungan !engan ?esponden &osial Maladaptif
Perilaku $enarik +iri -
9dalah usaha menghidari interaksi dengan orang lain dimana individu merasa bah'a
kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan membagi rasa, fikiran, prestasi
kegagalan, ia mempunai kesulitan berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tak sanggup
membagi pengalaman dengan orang lain.
(. Diagn#!a e"eraatan
Masalah kepera'atan yang berubungan dengan hubungan sosial double
diagnosa%. !iagnosa menurut 393!9 /
*. ?esiko terjadi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan menarik diri
". Isolasi sosial berhubungan dengan kemampuan hubungan sosial inadekuat
>. angguan persepsi harga diri rendah% berhubungan dengan persepsi keluarga
nonrealistik dalam berhubungan
6. Menarik diri berhubungan dengan 'aham curiga
). angguan hubungan sosial berhubungan dengan kurangnya perhatian terhadaplingkungan
Perilaku arakteri!tik
Manipulasi 5rang lain diperlakukan seperti obyek hubungan terpusat pada
masalah pengendalian individu, berorientasi pada diri sediri atau
pada tujuan, bukan berorintasi pada orang lain.
3arkisisme Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
Inplusif Mendapatkan penghargaan, pujian, sikap egosentris, pencemburu,
marah jika orang lain tidak mendukung. +ak mampu
merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman ,
penilaian yang buruk tidak dapat diandalkan
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
11/24
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
12/24
menjelaskan tujuan pertemuan, menunjukkan sikap tenang dan penuh perhatian dengan
menemani klien dan membuat kontrak yang jelas. Melakukan interaksi sering dan singkat.
Membicarakan dengan klien penyebab menarik diri. Mendiskusikan akibat menarik diri,
mendiskusikan keuntungan dalam berinteraksi dengan orang lain. Memotivasi klien untuk
bersosialisasi dengan pera'at lain, klien lain secara bertahap. Memberikan pujian saat klien
mau berinteraksi dengan pera'at lain dan klien lain. Mendampingi klien saat memulai
interaksi dengan pera'at lain atau klien lain, menyusun aktivitas sehari - hari klien sesuai
kemampuannya, kesanggupannya serta dengan perencanaan di ruangan.
Evaluasi /
Pada pertemuan ke > hubungan saling percaya sudah dapat terbina dengan lebih baik.
+etapi klien masih belum bisa menyebutkan penyebab menarik dirinya. Klien juga belum
mampu menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain. Pada pertemuan ke 6 sudah
bisa bersosialisasi dengan pera'at lain dan klien lain, tapi masih belum bisa menyebutkan
penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain. Pada pertemuan ke ) klien dapat menjelaskan
keuntungan berhubungan dengan orang lain dan klien sudah mau berinteraksi dengan klien
lain, bahkan bergandengan tangan dengan klien lain.
+indak lanjut
Mempertahankan implementasi yang telah diberikan. Melakukan kerja sama dengan
pera'at ruangan untuk melatih aktifitas yang teratur dan mendiskusikan mengenai partisipasi
keluarga dalam mera'at klien .
Diagn#!a 2-
(angguan k#n!e" +iri - Harga +iri ren+a0
+ujuan Kepera'atan /
Klien dapat meningkatkan harga dirinya, sehingga klien dapat berhubungan dengan orang
lain.
+indakan Kepera'atan/
*. =ina hubungan saling percaya
". Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien
>. =eri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
13/24
6. =antu klien menilai kemampuannya
). !iskusikan dengan klien mengenai kemampuan yang dimilikinya
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
14/24
bernyanyi atau memainkan gitar. 3amun klien masih sulit untuk memulai pembicaraan.
Pertemuan ke < klien lebih dapat berinteraksi dengan klien lain dan dapat tersenyum
membalas sapaan pera'at.
+indak lanjut /
Mempertahankan interaksi yang sudah dicapai klien dan merencanakan untuk
diikutkan dalam terapi aktivitas kelompok.
Diagn#!a -
Defi!it Peraatan +iri %)er"akaian )er0ia! ke)er!i0an +iri $akan eli$ina!i +an
akti/ita! !e0ari'0ari&
+ujuan Kepera'atan /
Klien dapat meningkatkan motivasi tentang kebersihan diri, sehingga kebutuhan klien terjaga
dan terpelihara
+indakan Kepera'atan /
*. =ina hubungan saling percaya
". Melatih klien cara pera'atan kebersihan diri
>. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
6. Menjelaskan alat - alat untuk menjaga kebersihan diri
). Menjelaskan cara - cara menjaga kebersihan diri
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
15/24
Mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina, dengan cara
mengucapkan salam dan menunjukkan sikap ramah saat berinteraksi dengan klien.
Menciptakan lingkungan yang tenang saat berinteraksi. Memberikan kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan perasaannya dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Memotivasi
klien untuk mandi memakai sabun, menggosok gigi, mengganti pakaian setiap hari,
memotivasi klien untuk memotong kuku seminggu sekali bila terlihat kotor dan panjang,
mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah melakukan pera'atan diri,
memberikan pujian atas perilaku klien yang mendukung pada pera'atan diri.
Evaluasi /
Pada pertemuan * dan " klien belum bersedia untuk melakukan pera'atan diri, klien selalu
menunggu ayahnya untuk pera'atan diri, klien terlihat kusam ,rambut acak - acakan, baju
lusuh karena klien menolak untuk pera'atan diri. Pertemuan ke > klien sudah bersedia ke
kamar mandi di antar ayahnya, sudah bersedia mandi tetapi belum bersedia memakai baju
yang rapi dan menyisir rambut.
Pertemuan ke >, 6 ,) klien sudah mandi sendiri tapi tidak bersedia memakai handuk sehingga
baju terlihat basah. &ai pertemuan terakhir klien bersedia mandi bila disuruh , bukan atas
kemauan sendiri, tapi klien sudah bisa melakukan sendiri dengan penga'asan.
+indak lanjut /
Mempertahankan pemberian motivasi kepada klien dalam melakukan pera'atan diri,
membuat jadual kegiatan klien sehari-hari. Meningkatkan kualitas 9!@ klien dengsn
mendorong klien untuk melaksanakan semua 9!@ yang telah dibuat dan mengikut sertakan
keluarga dalam memonitor 9!@ klien.
I. P#0#n Ma!ala0
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
16/24
BAB
ANALISIS JU,NAL
MET3DE PENELITIAN
!esain penelitian menggunakan rancangan The one group pretest-postest design,
dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling terhadap ># responden dengan
lama ra'at kurang dari > bulan.Kemampuan berinteraksi sosial diukur sebelum dan setelah
dilakukan intervensi +9K menggunakan lembar observasi. 9nalisa data dengan uji Fwilcoxon
sign rank test”. Pengolahan data menggunakan komputer &P&& versi *
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
17/24
kepera'atan isolasi sosial karena +9K merupakan salah satu tindakan kepera'atan yang
efektif
JUDUL PENELITIAN
Pengaruh penerapan terapi aktifitas kelompok terhadap
kemampuan bersosialisasi pada kelompok perlakuan di
?&K! Prov &ul-&el.
JU,NAL I&&3
43LUME 5 HAL 0olume " ( Hal "-<
TAHUN "#*>
PENULIS
*. Hasriana &tikes, 3ani Hasanuddin Makasar
". Muhammad 3ur, Poltekes Kemenkes Makasar
>. &ri 9nggraini, Poltekes Kemenkes Makasar
,E4IE6Kelompok 6
ABST,A
Penjelasan tentang metodologi sudah tercantum yaitu
menggunakan model penelitian kuantitatif Penelitian
bertujuan Antuk mengidentifikasi pengaruh terapi aktivitas
kelompok sosialisasi terhadap kemampuan pasien berinteraksi
sosial. Kesimpulan dalam penelitian ini membuktikan adanya
peningkatan kemampuan klien dalam bersosialisai setelah
dilakukan +9K.
LATA, BELAAN( DAN
TUJUAN PUSTAA
!alam pemaparan latar belakang terhadap alasan penelitian
bertujuan Antuk mengidentifikasi pengaruh terapi aktivitas
kelompok sosialisasi terhadap kemampuan pasien berinteraksi
sosial +erapi aktifitas kelompok ini merupakan salah satu
intervensi modifikasi perilaku yang dapat diberikan pada
klien yang mengalami masalah Isolasi &osial / Menarik diri.
HIP3TESA 7 PE,TAN8AAN
PENELITI
Hipotesa yang akan di uji sudah dalam bentuk pertanyaan
yang jelas, yaitu peneliti ingin mengetahui apakah ada
pengaruh kelompok sosialisasi terhadap kemampuan pasien
berinteraksi sosial.
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
18/24
MET3DE
!alam penentuan subyek, peneliti menggunakan kuantitatif
dengan ciri inklusi yang kriterianya telah ditetapkan sesuai
yang di harapkan. =esar sampel dalam penelitian ini
didapatkan berjumlah ># klien .
CA,A E,JA PENELITIAN
*. Kegiatan ini dia'ali dengan bina hubungan saling
percaya =H&P% pada pasien skiofrenia dengan
masalah defisit pera'tan diri.
". !ilanjutkan dengan pengunmpulan data berupa
checklist observasi pre test pada pasien skiofrenia
dengan masalah isolasi sosial>. &etelah melakukan pengukuran pre test, peneliti
melakukan terapi aktifitas kelompok
6. +erapi aktifitas kelompok sosialisasi terhadap
kemampuan klien dalam berinteraksi sosial.dengan
metode berkenalan dengan teman dilingkungan ruang
pera'atan. &etelah itu dilanjutkan pengukuran pot test
menggunakan uesioner observasi
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian membuktikan hasil uji t diperoleh nilai hitung pG#,>>6 lebih besar dari nilai G#,#). !ari analisis tersebut
dapat diartikan bah'a Ha ditolak atau tidak ada pengaruh
yang terapeutik untuk mencegah pasien larut dalam
kesendiriannya sehingga pasien tidak terus menarik diri.
ESIMPULAN
=erdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan
yaitu terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi
terhadap kemampuan pasien berinteraksi sosial dan klien
yang sudah dilakukan terapi aktifitas kelompok Post%
sebagian besar masih telah mampu bersosialisasi sebanyak *6
responden
$>,>8%sedangkan Klien yang kurang mampu bersosialisasi
sebanyak * responden
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
19/24
INST,UMEN
+ehnik pengumpulan data yang di pergunakan dalam bentuk
observasi.
,ANCAN(AN DAN
P,3SEDU,
!idalam rancangan sudah jelas model alur penelitiannya,
pengukuran dengan melakukan observasi setelah dilakukan pre-test dan post-test .
HASIL PENELITIAN
Pada hasil penelitian telah dicantumkan dengan jelas ,hasil
penelitian dalam bentuk table berupa perbandingan pre-test
dan post-test intervensi terapi aktivitas kelompok sosialisasi
terhadap kemampuan pasien berinteraksi sosial
PEMBAHASAN
Hasil dari penelitihan di bahas sesuai dengan hipotesa, isi
pemabahasan sudah sesuai dengan hasil penelitian yang
berdasarkan statistik.
PEN8AJIANHasil penelitian yang di tulis secara umum sudah sesuai,tata bahasa yang di gunakan sesuai dengan kaidah, namun ada
beberapa pembahasan yang kurang detail. 9bstrak sudah
mencantumkan keseluruhan penelitian.
BAB I4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di ?&. Khusus !aerah Makassar dari tanggal *6 Banuari
"#*" sd *6 :ebruari "#*>. !ilakukan di ruang pera'atan Kenanga. +eknik pengambilan
sampel dengan cara purposive sampling , dengan jumlah sampel ># orang, *) orang sampel
perlakuan dan *) orang sampel kontrol. !ata primer diambil melalui observasi langsung yang
dilakukan pada responden untuk mencari data pre-test dan data post-test . Pre-test dilakukan
pada kedua kelompok,setelah pre-test kelompok perlakuan dilakukan +erapi aktifitaskelompok mulai dari sesi * sampai sesi 7 sedangkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan
+erapi aktifitaskelompok. Kemudian dilakukan post-test pada kedua kelompok baik
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol.
+abel *. Pengaruh terapi aktifitas kelompok terhadap Kemampuan bersosialisasi pada
kelompok kontrol di ?&K! Prov. &ul-&el.
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
20/24
Pada tabel diatas menunjukkan bah'a pada kelompok kontrol responden yang
belum dilakukan terapi aktifitas kelompok Pre% seluruh responden kurang mampu
dalam bersosialisasi. Pada responden yang sudah dilakukan terapi aktifitas kelompok
Post% sebagian besar masih kurang mampu bersosialisasi sebanyak *6 responden
$>,>8%sedangkan responden yang mampu bersosialisasi sebanyak * responden
>6 lebih beasr dari nilai
G#,#). !ari analisis tersebut dapat diartikan bah'a Ha ditolak atau tidak ada pengaruh
yang terapeutik untuk mencegah pasien larut dalam kesendiriannya sehingga pasien
tidak akan terus menarik diri ;opel, "##7%.
+erapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah upaya memfasilitas kemampuan
sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial Keliat, "##>%. &alah satu
intervensi kepera'atan terhadap pasien dengan masalah kepera'atan isolasi sosial
adalah +erapi 9ktivitas Kelompok &osialisasi.Melalui proses +9K klien dilatih
berinteraksi sosial dengan cara berkenalan dengan orang lain, bercakap-cakap,
mengekspresikan perasaannya kepada orang lain Keliat,9kemat, "##)%.
Pender dalam =asford ( &levin "##
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
21/24
terdekat, keluarga yang mendukung klien secara konsisten akan membuat klien
mandiri dan patuh mengikuti program pera'atan.
+eori &ulis'ati, Payapo, Maruha'a et.al, "##)%bah'a &etelah pelaksanaan
+9K &osialisasi, sebagian besar responden mampu berinteraksi sosial seperti terlihat
pada tabel ", tetapi masih terdapat ) responden yang kurang mampu berinteraksi
sosial.=erdasarkan hasil observasi dari peneliti hal ini disebabkan karena kondisi
lingkungan tempat pelaksanaan +9K yang kurang kondusif seperti adanya pasien lain
yang menonton dan membuat gaduh sehingga mengalihkan perhatian dan
mempengaruhi respon psikologis pasien yang dapat meningkatkan kecemasan
responden. Ini sesuai dengan bah'a kecemasan dapat mempengaruhi aspek
interpersonal maupun personal. 9pabila kecemasannya berlanjut sampai pada tahap
kecemasan tinggi maka akan mempengaruhi koordinasi dan gerak refleks, sehingga
akan mengganggu hubungan dengan orang lain yang dapat membuat klien menarik
diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain.
!alam proses +9K klien mendapat kesempatan untuk belajar cara berinteraksi
sosial atau bersosialisasi, yaitu memperkenalkan diri pada anggota kelompok, cara
berkenalan dengan orang lain, bercakapcakap dengan orang lain, dan melakukan
kegiatan sehari-hari. !engan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut klien dilatih untuk
tidak menarik diri dan klien akan mampu melakukan interaksi dengan orang lain.
&elain itu, dengan bercakap-cakap maka terjadi distraksiJ fokus perhatian pasien akan
beralih untuk dapat beraktivitas karena dengan beraktivitas klien tidak akan
mengalami banyak 'aktu luang untuk seringkali menyendiri yang berakibat pasien
menarik diri 3ick,"###%
Mini ,i!et
+erapi 9ktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
pera'at kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah yang sama Kelliat =9
dan 9kemat,"##6%.
Macam-macam terapi aktivitas kelompok /
?a'lins, 4illiams dan =eck ;it Kelliat = 9 dan 9kemat "##6% membagi terapi
aktivitas kelompok menjadi 6 /
*. +erapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
Klien dilatih mempersiapkan stimulasi yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien di evaluasi danditempatkan pada tiap sesi. !engan proses ini diharapkan respon klien
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
22/24
pada berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. 9ktivitas dapat
berupa baca artikel atau buku atau majalah, nonton tv.
". +erapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
9ktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi sensori pada klien.
Kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau
perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. 9ktivitas dapat
berupa / musik, menari, menyanyi.
>. +erapi aktivitas kelompok orientasi realita
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekitar klien, lingkungan yang pernah
mempunyai hubungan dengan klien dan 'aktu saat ini dan yang lalu.
9ktivitas dapat berupa orientasi 'aktu,orang,tempat.benda yang ada
disekitarnya.6. +erapi aktivitas kelompok sosialisasi
Menurut ?a'lins dan 4illiam dan =ack dalam Kelliat = 9 dan
9kemat,"##6 adalah )-*# orang jika terlalu besar maka tidak semua
anggota mendapat kesamaan mengungkap perasaan, pendapat dan
pengalamannya. Bika terlalu kecil maka tidak cukup variasi dan interaksi
yang terjadi.
=erdasarkan penelitian yang ditemukan di ruang =angau ?&B dr.?adjiman
'idiodiningrat dari *1 diantaranya 1 pasien gangguan ji'a mengalami isolasi sosial,
menunjukkan bah'a klien tidak mampu melakukan interaksi sosial seperti hanya
diam dan menyendiri, dan tidak mau berinteraksi dengan orang sekitar, di dapatkan
dari 1 pasien gangguan ji'a sebelum diberikan terapi +9K sosialisasi pasien
cenderung hanya diam dan menyendiri, dan tidak mau berinteraksi dengan orang di
sekitarnya, setelah di berikan +9K sosialisasi yang pada hari pertama dari 1 pasien
gangguan ji'a yang mengalami isolasi sosial diantaranya 6 pasien )# 8 % , klien ada perubahan untuk memperkenalkan diri dengan orang lain dan mampu memperagakan
cara berkenalan dengan orang lain, dan setelah di lakukan +9K sosialisasi pada hari
kedua dari 1 *##8% pasien, diantaranya " pasien mampu untuk melakukan
perkenalan dengan orang lain. &etelah dilakukan 7 sesi +9K sosialisasi dari 1 pasien
diantaranya < 7)8% sebagian besar pasien sudah ada perubahan dan mampu untuk
bersosialisasi dengan orang lain dan " pasien lainnya hanya mampu mengikuti
kegiatan +9K sosialisasi. &ecara keseluruhan 1 *##8% pasien mampu mengikuti
kegiatan +9K sosialisasi dari a'al sampai selesai hal ini terbukti bah'a penelitian
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
23/24
yang dilakukan oleh Peneliti Hasriana, Muhammad 3ur, &ri 9ngraini "#*> %, ada
pengaruh terapi aktifitas kelompok terhadap Kemampuan bersosialisasi pada pasien
isolasi sosial di ?umah &akit Khusus !aerah Provinsi &ula'esi &elatan.
Kesulitan yang ditemukan pada terapi aktifitas kelompok terhadap
kemampuan bersosialisasi yang dilakukan di ruang bangau yaitu adalah kurang
kooperatifnya pasien dalam mengikuti kegiatan terapi aktifitas kelompok sosialisasi.
Keuntungan klien mampu untuk bersosialisasi dan tidak lagi untuk menarik diri dari
lingkungan sosialnya.
BAB 4
PENUTUP
A. ESIMPULAN
=erdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap
kemampuan pasien berinteraksi sosial dan klien yang sudah dilakukan terapi aktifitas
kelompok Post% dari 1 *##8% pasien sebagian besar masih telah mampu bersosialisasi
sebanyak < responden 7)8% sedangkan Klien yang kurang mampu bersosialisasi
sebanyak " responden ")8%.
B. SA,AN
*. =agi instalasi rumah sakit
Perlunya dilakukan replikasi pada rumah sakit lainnya di ?&B diseluruh
Indonesia, terutama pada ?&B dr. ?adjiman 4idioningrat untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan sehingga diketahui keefektifan penggunaan terapi aktifitas
kelompok dalam menangani masalah isolasi sosial atau menarik diri dan kesempurnaan
modul. Perlu penelitian kualitatif untuk melengkapi informasi tentang sejauh mana
-
8/16/2019 Jurnal Isos Minggu 2
24/24
terapi aktifitas kelompok sosialisasi dapat menyelesaikan masalah isolasi sosial yang
sesuai dengan klien skioprenia Perlu dilakukan penyempurnaan pelaksanaan terapi
aktifitas kelompok sosialisasi untuk menjadikan terapi aktifitas kelompok sosialisasi
sebagai salah satu model pelayanan kepera'atan.
". =agi institusi kepera'atan
+erapi aktivitas kelompok dapat diterapkan pada klien gangguan ji'a dengan isolasi
sosial.