Jurnal Hubungan Faktor Sosiodemografi

download Jurnal Hubungan Faktor Sosiodemografi

of 9

Transcript of Jurnal Hubungan Faktor Sosiodemografi

1

Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Sekolah Negeri di Kelurahan 16 Ulu Palembang Tahun 2012 Egha1, Mutiara Budi Azhar2, Trisnawati2 1 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah 2 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Abstract Background: Nutritional status is a nutritional condition of someone as a result of metabolism and utilization nutrition substance or daily of food substance. Based Health Research Association in South Sumatra is 5,6% malnutrition and 5,1% severe nutrition. Perpose: The purpose of this research are to know the factors which affected nutritional status in elementary students at Kelurahan 16 Ulu Palembang. Metods: This research is analytic survey research using cross sectional design. Samples is selected by propostional random based on class of the student with minimal total sample 274 students. Statistic analysis doing by Chi square test and logistic regression test by backward method. The result of research showed that malnutrition proportion in elementary students at Kelurahan 16 Ulu Palembang is 5,8%. Chi square test result showed there are relation between nutritional status in elementary students and parent income (p=0,000). Result: The result of logistic regression multivariat showed that the parent income is the most dominat factor which affect nutritional status in elementary students at Kelurahan 16 Ulu Palembang (exp(B)=8,093). Conclusion: The most dominant factor which have relation with nutritional status in elementary students at Kelurahan 16 Ulu is parent income. Intervention to control incidence of malnutrition and planned health promotion balance menu for low income family. Keywords : nutritional status, children age, education, income Pendahuluan Status gizi adalah suatu keadaan gizi seseorang sebagai hasil dari metabolisme dan utilisasi zat-zat gizi atau zat makanan sehari-hari. Status gizi yang baik terjadi apabila tubuh memeroleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang optimal.1 Timbulnya masalah gizi menurut United Nations Children Funds (UNICEF) terdapat dua penyebab langsung gizi buruk, yaitu intake zat gizi (dari makanan) yang kurang dan adanya infeksi. Kedua penyebab langsung tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yang merupakan penyebab tidak langsung, yaitu ketersediaan pangan keluarga yang rendah akibat dari rendahnya pendapatan keluarga dan perilaku kesehatan (termasuk pola asuh atau perawatan ibu dan anak).2 Gizi yang terganggu, misalnya asupan gizi atau pengeluaran energi dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukkan,

2

dapat menyebabkan terjadinya kekurangan energi protein (KEP), dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal dengan KEP berat atau gizi buruk.3 Akibat bagi anak yang kurang gizi akan mengalami retardasi fisik dan intelektual sebanyak 20 30% dibanding anak dengan gizi baik. Anak yang pendek dan kecil karena sebelumnya menderita gizi kurang, akan menjadi anak yang tidak responsif, sulit berkonsentrasi, sulit berkomunikasi, tidak bersemangat dan mempunyai tingkat intelegensi yang rendah, sehingga kemampuan akademiknya juga rendah.4 Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah baik di kota maupun pedesaan di Indonesia didapatkan kenyataan bahwa pada umumnya berat dan tinggi badan rata-rata anak sekolah dasar berada di bawah ukuran normal. Tidak jarang pula pada anak sekolah dasar ditemukan tanda-tanda penyakit gangguan gizi, baik dalam bentuk ringan, maupun dalam bentuk berat.5 Lebih dari sepertiga (36,1%) anak umur sekolah dasar di Indonesia menderita gizi kurang.6 Menurut FAO (2006) sekitar 820 juta orang yang berada di negara berkembang menderita kelaparan kronis, dari jumlah tersebut 350-450 juta diantaranya adalah anak-anak, dan 13 juta diantaranya berada di Indonesia.7 Pada tahun 2004, terdapat 18% anak umur sekolah dan remaja usia 517 tahun berstatus gizi kurang. Prevalensi gizi kurang paling tinggi pada anak usia sekolah dasar sebesar 21%.8 Penelitian mengenai faktor risiko kejadian gizi buruk di Kabupaten Lombok Timur menyimpulkan sebesar 27,5% anak sekolah dasar mengalami gizi buruk. Dari 16 faktor yang diteliti, terdapat 5 faktor yang berpengaruh secara statistik antara lain: faktor pengetahuan ibu mengenai pemantauan pertumbuhan (berpeluang 15,64 kali), status imunisasi (berpeluang 10,28 kali), pengasuhan anak (berpeluang

7,87 kali), berat badan lahir (berpeluang 5,73 kali), karakteristik keluarga dan pola asuh, yaitu: pendapatan keluarga (berpeluang 5,03 kali), pola makan anak (berpeluang 3,27 kali), lama pemberian ASI eksklusif (berpeluang 2,57 kali), dan tingkat pendidikan ibu (berpeluang 2,32 kali). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap faktor risiko gizi buruk di Kabupaten Lombok Timur.8 Pada tahun 2010 di Sumatera Selatan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk anak umur sekolah (umur 6-12 Tahun) berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) per umur standar WHO, sebesar 5,6% dan 5,1%, sedangkan berdasarkan tinggi badan (TB) per umur sebesar 22,8% dan 23,6% yang menunjukan masih cukup besarnya prevalensi masalah gizi.9 Kelurahan 16 Ulu merupakan bagian dari kelurahan dalam Kecamatan Seberang Ulu II. Kelurahan 16 Ulu menurut data Bappenas tahun 2010 memiliki jumlah penduduk miskin sebesar 1001-1500 keluarga. Data itu merupakan yang terbesar dibanding kelurahan lain di Kecamatan Seberang Ulu II. Masih besarnya prevalensi gizi buruk dan belum diketahuinya faktor yang paling berpengaruh terhadap status gizi di Sumatera Selatan dan besarnya penduduk miskin di Kelurahan 16 Ulu Palembang menjadi alasan untuk dilakukannya penelitian mengenai hubungan faktor sosiodemografi dan pola makan dengan status gizi anak sekolah dasar negeri di Kelurahan 16 Ulu Palembang. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi (umur anak, jenis kelamin anak, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, dan jumlah anak) dan pola makan dengan status gizi

3

anak sekolah dasar negeri di Kelurahan 16 Ulu Palembang. Metode Penelitian Penelitian hubungan faktor sosiodemografi dan pola makan dengan status gizi anak sekolah dasar negeri di Kelurahan 16 Ulu Palembang berbentuk penelitian survei analitik dengan rancangan pendekatan studi potong lintang (crosssectional). Dari survei pendahuluan terdapat 5 sekolah dasar yang ada di Keluruahn 16 Ulu. Kemudian . Jumlah sampel minimal penelitian ini sebesar 274 anak. Pembagian sampel menggunakan teknik acak proporsional. Pada penelitian ini akan dilakukan pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer yang terdiri dari karakteristik anak yaitu jenis kelamin; genetik; pola makan anak. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung berdasarkan kuesioner terrhadap responden. Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan dan tinggi badan. Data sekunder terdiri dari data kesiswaan berupa: nama, kelas, dan jumlah siswasiswi tiap kelas yang diperoleh dari arsip sekolah yang bersangkutan. Sedangkan untuk jumlah energi dan protein diperoleh dari hasil food recall 2 x 24 jam dihitung dalam gram lalu dikonversikan ke jumlah energi dan protein yang terkandung dalam setiap bahan makanan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau menggunakan Software Food Processor Processor. Metode teknis analisis data yang digunakan pada penelitian ini berupa analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran dari variabel dependent, yaitu status gizi dan variabel independent, yaitu umur anak, jenis kelamin, pendidikan oarng

tua, pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, dan jumlah anak dan pola makan. Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependent dan variabel independent menggunakan uji chi-square. Variabel yang akan diikutsertakan dalam analisis selanjutnya adalah variabel yang memiliki nilai p 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna usia dengan status gizi pada anak. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai Ratio Prevalence 0,620 dengan interval kepercayaan 95% antara 0,266-1,809 menunjukkan bahwa jenis kelamin anak belum tentu dikatakan sebagai faktor protektif terhadap status gizi anak sekolah dasar negeri, sebab nilai RP lebih dari satu dan rentang interval kepercayaan mencakup angka satu. ada hubungan antara asupan energi dan status gizi (p=0,000).12 Jumlah Anak Tabel 4. Hubungan Jumlah Anak dengan Status Gizi Anak SD.

5

Hubungan jumlah anak dalam keluarga dengan status gizi anak SD dapat dilihat pada tabel 4. Hasil penelitian menunjukkan status gizi kurang sebesar 2,2% dengan jumlah anak maksimal 2 orang dan 12,9% dengan jumlah anak lebih dari 2 orang. Dari uji chi square diperoleh nilai Fisher's Exact Test untuk p value 0,624 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna jumlah anak dalam keluarga dengan status gizi pada anak. Dari hasil uji statistik nilai Ratio Prevalence 5,968 dengan interval kepercayaan 95% antara 1,979-17,997 menunjukkan bahwa jumlah anak dalam keluarga merupakan faktor risiko yang memengaruhi status gizi anak sekolah dasar negeri, sebab nilai RP lebih dari 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka satu. jumlah anak yang banyak dalam keluarga meningkatkan risiko gizi kurang 5 kali lebih besar dibanding jumlah keluarga yang kecil,14 dan Amos (2008) menyatakan ada hubungan yang bermakna jumlah anak dengan status gizi (OR=1,12).15 Tingkat Pendidikan Ayah Tabel 5. Hubungan Tingkat Pendidikan Ayah dengan Status Gizi Anak SD.

Hubungan tingkat pendidikan ayah dengan status gizi anak SD dapat dilihat pada tabel 5. Hasil penelitian menunjukkan status gizi kurang sebesar 2,0% dengan tingkat pendidikan ayah tinggi dan 14,8% dengan tingkat pendidikan ayah rendah. Dari uji chi square diperoleh nilai Fisher's Exact Test untuk p value 0,764 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna tingkat pendidikan ayah dengan status gizi pada anak. Dari hasil uji statistik nilai Ratio Prevalence 7,286 dengan interval kepercayaan 95% antara 2,425-21,955 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ayah dikatakan sebagai faktor risiko yang memengaruhi status gizi anak sekolah dasar negeri, sebab nilai RP lebih dari satu dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka satu. Tingkat Pendidikan Ibu Tabel 6. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Anak SD.

Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak SD dapat dilihat pada tabel 4.13. Hasil penelitian menunjukkan status gizi kurang sebesar 1,9% dengan tingkat pendidikan ibu tinggi dan 11,2% dengan tingkat pendidikan ibu rendah. Dari uji Chi Square diperoleh nilai Fisher's Exact Tes untuk p value 0,569

6

(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna tingkat pendidikan ibu dengan status gizi pada anak. Dari hasil uji statistik nilai Ratio Prevalence 6,025 dengan interval kepercayaan 95% antara 1,764-20,757 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu dikatakan sebagai faktor risiko yang memengaruhi status gizi anak sekolah dasar negeri, sebab nilai RP lebih dari satu dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka satu. pendidikan, maka semakin tinggi pendapatan sehingga daya beli makanan untuk kebutuhan gizi keluarga akan tercukupi.17 Pekerjaan Orang Tua Tabel 7. Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Status Gizi Anak SD.

Hubungan pekerjaan orang tua dengan status gizi anak SD dapat dilihat pada tabel 7. Hasil penelitian menunjukkan status gizi kurang sebesar 5,8% dengan orang tua bekerja dan tidak ada anak status gizi kurang dengan orang tua tidak bekerja. Hubungan pekerjaan dengan status gizi anak tidak bisa dianalis karena ada variabel yang tidak ada data. Syarat untuk analisis data 2x2 harus mempunyai nilai setiap variabel. Pendapatan Orang Tua Tabel 8. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Status Gizi Anak SD.

Hubungan pendapatan orang tua dengan status gizi anak SD dapat dilihat pada tabel 8. Hasil penelitian menunjukkan status gizi kurang sebesar 2,4% dengan pendapatan orang tua baik dan 16,4% dengan pendapatan orang tua kurang. Dari uji chi square diperoleh nilai Continuity Correction untuk p value 0,000 (p