Jurnal Guru Volume I, No. 1 Mei - Juni (2015)

109
Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015) ISSN : 1234-5678 Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015) ISSN : 2459-9743 JurnalGuru JURNAL GURU Vol. I No. 1 Hal. 1-104 Indralaya Mei Juni 2015 ISSN: 2459-9743 Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran Diterbitkan oleh: Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK) Sumatera Selatan – INDONESIA www.e-jurnalguru.com

description

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran (www.e-jurnalguru.com)

Transcript of Jurnal Guru Volume I, No. 1 Mei - Juni (2015)

  • Volume I, No. 1, Mei Juni (2015) ISSN : 1234-5678

    Volume I, No. 1, Mei Juni (2015) ISSN : 2459-9743

    JurnalGuru

    JURNAL GURU Vol. I No. 1 Hal. 1-104 Indralaya Mei Juni 2015 ISSN: 2459-9743

    Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran

    Diterbitkan oleh: Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK) Sumatera Selatan INDONESIA

    www.e-jurnalguru.com

  • Volume I, No. 1, Mei Juni (2015) ISSN : 1234-5678

    JurnalGuru

    Diterbitkan oleh: Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)

    Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK) Sumatera Selatan INDONESIA 30862

    www.e-jurnalguru.com

    Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran

    Volume I, No. 1, Mei Juni (2015) ISSN : 2459-9743

  • JurnalGuru | Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran Volume I, No. 1, Mei Juni (2015)

    ii | ISSN : 2459-9743

    JURNAL GURU

    Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran

    www.e-jurnalguru.com

    ISSN (International Standard of Serial Number) : 2459-9743

    PENERBIT

    Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)

    Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)

    Sumatera Selatan, INDONESIA

    Akta Notaris No. 45, tanggal 28 Agustus 2003 (Notaris Ristiana, S.H.)

    KETUA DEWAN PENYUNTING

    Benny Hendrawan, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

    ANGGOTA DEWAN PENYUNTING

    Irwan Pachrozi, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang

    Bastudin, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang

    Ihsanudin, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

    Sugianto, S.Pd., M.M. Universitas Bina Darma, Palembang

    Drs. Catur Pramono, M.Hum. Universitas Sebelas Maret, Surakarta

    MITRA BESTARI

    Prof. Dr. Anoesyirwan Moeins, M.Sc., M.M. Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta

    Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

    Dr. H. Nawawi Nurdin, M.Pd. BDK Palembang, Palembang

    Dr. Silvi Hevria, M.Pd. LPMP Sumatera Barat, Padang

    Dr (Cand). Abjan Halek, S.E., M.Si. STIE Budi Utomo Manado, Sulawesi Utara

    Dr (Cand). Dedi Royadi, S.Sos., M.Si. STMIK Bina Sarana Global, Banten

    Dr (Cand). H.M. Arbi Syarif, M.M. STIE Dr. Mochtar Talib, Jakarta

    Dr (Cand). Marlia Saridewi, M.M. Universitas Maritim Raja Ali Haji , Kepulauan Riau

    Dr (Cand). Solahuddin, S.Kom., M.M. Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat

    Drs. H. Tadjuddin Nural, M.M. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya

    Fawziana Mustika, S.Psi., M.Si. LPMP Lampung, Bandar Lampung

    Drs. H. Muhlisin, M.Si. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya

    Inekhe Dyah Kusumawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Universitas Mercu Buana, Yogyakarta

    ADMINISTRASI

    Karwan Sugiarto, S.A.P.

    ALAMAT PENYUNTINGAN

    Graha InSEK, Komplek Bunga Mas Blok A-31, Jl. Sarjana, Timbangan, Indralaya Utara,

    Ogan Ilir, Sumatera Selatan, INDONESIA 30862

    Telp : +62 852-6731-4774

    Email : [email protected]

    Website : www.e-jurnalguru.com

    Penerbit menerima kiriman dan sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media lain.

    Tulisan dikirim dalam bentuk softcopy dengan format penulisan seperti tercantum di laman Pedoman

    Penulisan di www.e-jurnalguru.com, dan dikirim via e-mail ke alamat: [email protected]. Setiap

    naskah yang masuk akan direview substansinya oleh mitra bestari yang relevan dengan tema tulisan, dan

    disunting oleh dewan penyunting sesuai dengan ketentuan penulisan yang berlaku di jurnal ini.

    Copyright 2015. All Right Reserved

    Backgroud Cover: https://septiancaesarsumantri15.wordpress.com

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): iii -iv

    ISSN : 2459-9743 | iii

    DAFTAR ISI

    Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui In House Training (IHT) di Gugus 1 Kecamatan Keluang

    INDRAWATI ................................................................................................................ 1-4

    Peningkatan Mutu Program Kerja Kepala Sekolah Melalui Supervisi Manajerial di SD Negeri Bilik Pajang Kecamatan Sekayu

    ABDUL HALIM ........................................................................................................... 5-9

    Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru dalam Menyusun RKH Melalui Bimbingan KKG TK Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin

    NURLELA .................................................................................................................... 10-14

    Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal Melalui Bimbingan Teknis di Gugus I Kecamatan Sekayu

    NURMALAH ................................................................................................................ 15-21

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Operasi Bilangan Bulat di Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas V SD Negeri 7 Sekayu

    NAYA MURNI ............................................................................................................. 22-26

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Konsep Pecahan Biasa di Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode Demonstrasi dan LKS pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sekayu

    NURBAYA SUKRI ...................................................................................................... 27-31

    Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Melalui Metode Karyawisata pada Siswa Kelas IV SD Negeri 6 Lumpatan

    SITI ISYAH ................................................................................................................... 32-36

    Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP Melalui Bimbingan Teknis di SD Negeri 3 Lumpatan

    ROIHAN ........................................................................................................................ 37-41

    Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan pada Siswa Kelas IA SD Negeri 2 Sekayu Melalui Penggunaan Media Kartu Huruf

    WAKIAH ....................................................................................................................... 42-45

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA tentang Energi dan Perubahannya Melalui Metode Demonstrasi di Kelas VIB SD Negeri 2 Sekayu

    EKA NURSANI ............................................................................................................ 46-49

    Peningkatan Keterampilan Berbicara dalam Berpidato dengan Menggunakan Lembar Kegiatan (LK) Terbimbing pada Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Lumpatan

    MALINDA ..................................................................................................................... 50-55

    Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pesawat Sederhana Melalui Pendekatan Kontekstual

    MUSIANA ..................................................................................................................... 56-63

  • Daftar Isi |

    iv | ISSN : 2459-9743

    Peningkatan Hasil Belajar Konsep Perkalian dan Pembagian Melalui

    Penggunaan Papan Planel Pada Siswa Kelas IVB SD Negeri 10 Sekayu

    MARIYANI .................................................................................................................... 64-68

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SD Negeri 3 Sekayu

    dalam Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Desimal Melalui Model

    Pembelajaran Kooperatif Tipe TGF

    RUSLINAH ................................................................................................................... 69-73

    Meningkatkan Keterampilan Membaca Lancar dengan Menggunakan Kartu

    Huruf pada Siswa Kelas IIB SD Negeri 10 Sekayu

    KOMARIA ..................................................................................................................... 74-78

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Gaya Gerak Benda di Mata

    Pelajaran IPA Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas III SD Negeri 1

    Sekayu

    ERMALIZA ................................................................................................................... 79-82

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan

    Pecahan melalui Pendekatan Pembelajaran PAKEM pada Siswa Kelas IVA

    SD Negeri 2 Sekayu

    INDRIATI ..................................................................................................................... 83-87

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Energi dan Perubahannya

    Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas VIA SD Negeri 2 Sekayu

    MASINA ........................................................................................................................ 88-92

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Materi

    Kemerdekaan Melalui Penggunaan Media Gambar dan LKS pada Siswa Kelas

    V SD Negeri 1 Sekayu

    RITA HARTATI ......................................................................................................... 93-97

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan

    Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas VIII.3 SMP Negeri 2 Sekayu

    HIDAYATI ................................................................................................................... 98-101

    PEDOMAN PENULISAN JURNAL GURU

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 1 - 4

    ISSN : 2459-9743 | 1

    Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas

    dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Melalui In House Training (IHT)

    di Gugus 1 Kecamatan Keluang

    Indrawati Pengawas SD Kecamatan Keluang, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

    Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015

    ABSTRAK

    Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru kelas dalam

    membuat rencana pelaksanaan pembelajaran di Gugus 1 Kecamatan Keluang. Penelitian

    dilaksanakan di sekolah Gugus 1 Kecamatan Keluang pada tahun pelajaran 2014/2015 dengan

    kemampuan yang heterogen berjumlah 30 orang guru kelas binaan. Metode penelitian ini

    menggunakan analisis data kuantitatif yaitu dengan membandingkan kemampuan guru kelas dalam

    membuat RPP pada siklus pertama dan siklus kedua melalui In-House Training (IHT). Observasi

    dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan IHT dan lembar

    penilaian RPP. Penelitian berlangsung dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa meningkatkan

    kemampuan guru kelas dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran di Gugus 1 Kecamatan

    Keluang dapat dilakukan melalui In-House Training (IHT). Dengan nilai rata-rata kemampuan guru

    kelas dalam membuat RPP sebelum dilaksanakan IHT 72,75. Setelah dilaksanakan In-House Training

    (IHT) pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 76,30. Dari hasil siklus I kemudian dilakukan perbaikan

    pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 83,62

    Kata Kunci: kemampuan guru, rencana pelaksanaan pembelajaran, IHT

    A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang

    Salah satu dari delapan standar

    pendidikan adalah standar isi. Standar isi

    memuat standar kompetensi (SK) dan

    kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai

    siswa setelah mengikuti pembelajaran dalam

    jenjang dan waktu tertentu, sehingga pada

    gilirannya mencapai standar kompetensi

    lulusan (SKL). Agar siswa dapat mencapai SK,

    KD dan SKL secara maksimal maka perlu

    didukung dengan oleh berbagai standar lainnya

    dalam sebuah sistem yang utuh. Salah satunya

    tertuang dalam standar proses.

    Berdasarkan Peraturan Menteri

    Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007

    tentang Standar Proses menyatakan bahwa

    guru diharapkan dapat mengembangkan

    perencanaan pembelajaran seperti rencana

    pembelajaran (RPP) khususnya pada jenjang

    pendidikan dasar dan menengah. Menurut

    Mulyasa (2006: 167), rencana pelaksanaan

    pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

    menggambarkan prosedur dan manajemen

    pembelajaran untuk mencapai salah satu atau

    lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam

    Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP

    adalah salah satu komponen penting dari KTSP

    yang pengembangannya harus dilakukan oleh

    guru secara profesional.

    Setiap pendidik pada satuan pendidikan

    berkewajiban membuat rencana pelaksanaan

    pembelajaran (RPP) secara lengkap dan

    sistematis agar pembelajaran berlangsung

    secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

    menantang, memotivasi siswa untuk

    berpartisipasi aktif serta memberikan ruang

    cukup bagi prakarsa, kreativitas dan

    kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

    perkembangan fisik serta psikologis siswa.

    Dalam penyusunan RPP ini, setiap guru harus

    berpedoman pada program pengajaran setiap

    bidang studi serta kalender akademik pada saat

    tahun pelajaran berlangsung. Ketika guru

    membuat RPP dengan baik, maka guru tersebut

    dimudahkan dalam mengajar.

    Akan tetapi lain halnya dengan sebagian

    besar guru yang mengajar di lima sekolah, yang

    berada di Gugus 1 Kecamatan Keluang. Sekolah

    Dasar yang berada pada gugus 1 Kecamatan

    Keluang seperti: SDN 1 Keluang, SDN 2

    Keluang, SDN 3 Keluang, SDN 4 Keluang dan

  • Indrawati | Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas

    2 | ISSN : 2459-9743

    SDN Mekarsari masihbanyak gurunya lamban

    dalam penyusunan RPP. Jadwal pengumpulan

    RPP sudah ditentukan, tetapi masih banyak

    yang terlambat mengumpulkannya. Bahkan ada

    yang baru mengumpulkan sudah hampir

    selesai semester. Dengan demikian, guru perlu

    meningkatkan kemampuan dalam membuat

    RPP.

    Mengacu pada Permenpan RB RI nomor

    21 tahun 2010 tentang jabatan fungsional

    pengawas sekolah dan angka kreditnya,

    Peraturan pemerintah No. 74 Tahun 2008

    Tentang Guru, dapat dikemukakan tentang

    tugas pokok dan tanggung jawab pengawas

    sekolah yang meliputi: melaksanakan

    pengawasan akademik dan manajerial pada

    satuan pendidikan yang meliputi penyusunan

    program pengawasan, pelaksanaan pembinaan,

    pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar

    Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan

    dan pelatihan profesional Guru, evaluasi hasil

    pelaksanaaan program pengawasan dan

    pelaksanaan tugas kepengawasan daerah

    khusus.

    Dengan demikian berdasarkan tugas

    pokok tersebut, salah satu kegiatan yang dapat

    dilakukan pengawas adalah memberikan

    arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru

    tentang proses pembelajaran/ bimbingan yang

    bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan

    hasil belajar/ bimbingan siswa. Salah satu cara

    yang dapat dilakukan pengawas dalam hal ini

    adalah melalui In-House Training (IHT).

    Untuk mengatasi masalah guru dalam

    pembuatan RPP dan sesuai dengan tugas pokok

    pengawas dapat dilakukan melalui In-House

    Training (IHT). Berdasarkan latar belakang di

    atas peneliti mengambil judul Upaya

    Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas Dalam

    Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Melalui In-House Training (IHT) Di Gugus 1

    Kecamatan Keluang.

    2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka

    dapat dirumuskan permasalahan sebagai

    berikut: apakah In- House Training (IHT) dapat

    meningkatkan kemampuan guru kelas dalam

    membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP) di Gugus 1 Kecamatan Keluang?

    3. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk

    meningkatkan kemampuan guru kelas dalam

    membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

    di Gugus 1 Kecamatan Keluang melalui In-

    House Training (IHT).

    4. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    a. Bagi guru, sebagai pedoman untuk

    membuat rencana pelaksanaan

    pembelajaran.

    b. Bagi kepala sekolah, sebagai sumbangan

    untuk meningkatkan kinerja dalam

    membina guru yang menjadi tugas kepala

    sekolah.

    c. Bagi pengawas, dapat meningktakan

    kemampuan dan keterampilan pengawas

    dalam melaksanakan tugas kepengawasan

    di satuan pendidikan binaan.

    B. Kajian Teori

    1. Kemampuan Guru

    Guru sebagai tenaga professional dibidang

    kependidikan, di samping memahami hal-hal

    yang bersifat filosofis dan konseptual, harus

    juga mengetahui dan melaksanakan hal-hal

    yang bersifat teknis. Hal yang bersifat teknis

    terutama kegiatan mengelola dan

    melaksanakan proses belajar mengajar.

    Didalam kegiatan pegelolaan proses belajar

    mengajar guru paling tidak harus memiliki dua

    modal dasar, yakni kemampuan mendisain

    program pengajaran dan ketrampilan

    mengkominikasikan program itu kepada

    peserta didik.

    Proses penampilan dapat dikatakan tatap

    muka di kelas, merupakan bagian terpenting

    dalam proses kegiatan belajar mengajar,

    dimana terjadi interaksi atau hubungan timbal

    balik antara siswa dengan guru, antara siswa

    dengan siswa atau antara siswa dengan materi.

    Dengan demikian perlu dikaji secara mendalam

    bahwa penyusunan RPP perlu dipersiapkan

    oleh guru dengan sebaik-baiknya. Proses

    penampilan ini, membutuhkan kesiapan

    mental, kestabilan emosi dan menuntut

    penguasaan materi serta kemampuan atau

    teknik penyampaian materi, sehingga akan

    terciptanya suasana belajar yang kondusif,

    edukatif, dan komunikatif. Secara tidak

    langsung siswa akan memperoleh waktu aktif

    belajar sesuai dengan perencanaan.

    Pada saat proses penampilan di kelas,

    kegiatan pembelajaran harus sesuai Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun.

    Namun pada kenyataannya terkadang terjadi

    penyimpangan dari rencana yang telah disusun.

    Meskipun RPP telah ada namun terkadang

    kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan RPP

    yang telah disusun oleh seorang guru setaip

    menyampaikan materi pelajaran.

    Pendidik/ Guru professional yang

    memiliki sikap profesionalitas dituntut untuk

    memenuhi persyaratan kompetensi yang

    dibutuhkan oleh pekerjaan tersebut, berupa

    kompetensi pengetahuan dan ketrampilan

    (Webster 1989). Kompetensi untuk tenaga

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 1 - 4

    ISSN : 2459-9743 | 3

    professional pendidikan mengacu pada

    perbuatan dalam melakukan tugas-tugas

    kependidikan.

    Perilaku pengajar atau pembelajar yang

    ditampilkan guru di depan kelas akan menjadi

    acuan mutu pembelajaran, mengapa demikian,

    karena guru adalah orang yang memfasilitasi

    terjadinya proses pembelajaran pada diri

    siswa, disamping itu kreativitas yang

    ditampilkan guru biasanya mendorong siswa

    untuk kreatif belajar (Permendiknas RI Nomor

    41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses) . Guru

    yang kompeten, harus juga mengelola program

    belajar mengajar, dalam hal ini ada beberapa

    langkah yang harus ditempuh oleh guru

    menurut Sardiman ( 2000:163) antara lain:

    a. Merumuskan tujuan pembelajaran

    b. Mengenal dan dapat menggunakan proses

    instruksional yang tepat

    c. Melaksanakan program belajar mengajar

    d. Mengenal kemampuan peserta didik

    2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Untuk melihat mutu pembelajaran guru

    dapat dilihat dari kemampuan guru dalam

    merencanakan pembelajaran, kemampuan

    melakukan kegiatan pembelajaran,

    kemampuan mengumpulkan hasil belajar

    untuk melakukan tindak lanjut (remidi dan

    pengayaan). Menurut Mulyasa (2006: 167),

    rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

    adalah rencana yang menggambarkan prosedur

    dan manajemen pembelajaran untuk mencapai

    salah satu atau lebih kompetensi dasar yang

    ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan

    dalam silabus. RPP adalah salah satu komponen

    penting dari KTSP yang pengembangannya

    harus dilakukan oleh guru secara profesional.

    RPP dikembangkan berdasarkan

    karakteristik dan kondisi sekolah, serta

    kemampuan guru dalam menjabarkan menjadi

    rencana pelaksanaan pembelajaran yang siap

    dijadikan pedoman pembentukan kompetensi

    siswa. Agar guru dapat membuat RPP yang

    efektif dan berhasil guna dituntut untuk

    memahami berbagai aspek yang berkaitan

    dengan hakikat, fungsi, prinsip dan prosedur

    pengembangan serta cara mengukur efektivitas

    pelaksanaannya dalam pembelajaran.

    Menurut Anwar (2010: 181), beberapa

    prinsip yang harus diperhatikan dalam

    pengembangan RPP antara lain sebagai berikut:

    a. Memperhatikan perbedaan individu

    peserta didik

    b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik

    c. Mengembangkan budaya membaca dan

    menulis proses pembelajaran dirancang

    untuk mengembangkan kegemaran

    membaca, pemahaman beragam bacaan,

    dan berekspresi dalam berbagai bentuk

    tulisan

    d. Memberikan umpan balik dan tindak

    lanjut

    e. Keterkaitan dan keterpaduan

    f. Menerapkan teknologi informasi dan

    komunikasi.

    Rencana pelaksanaan pembelajaran

    secara umum berisi apa yang akan dikerjakan

    oleh guru dan siswa selama proses

    pembelajaran, baik untuk satu kali pertemuan

    maupun beberapa kali pertemuan. Adapun

    langkah-langkah minimal dari penyusuan RPP

    dimulai dari mencamtumkan identitas RPP,

    tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

    metode pembelajaran, langkah-langkah

    kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan

    penilaian.

    3. In-House Training (IHT)

    Pelatihan dibagi dalam dua pengertian;

    IHT (In-House Training) dan PT (Public

    Training). In-House Training adalah pelatihan

    yang terjadi atas permintaan suatu komunitas

    tertentu apakah itu lembaga profit ataupun

    nonprofit. Secara umum, tujuan In-House

    Training yaitu untuk meningkatkan kualitas

    sumberdaya manusia yang didayagunakan

    instansi terkait, sehingga pada akhirnya dapat

    lebih mendukung dalam upaya pencapaian

    sasaran yang telah ditetapkan. Selain hal

    tersebut di atas, sasaran pelatihan internal ini

    antara lain: menciptakan interaksi antara

    peserta dilingkungan instansi yang terkait serta

    mempererat rasa kekeluargaan/ kebersamaan,

    meningkatkan motivasi baik bagi peserta

    maupun bagi narasumber untuk membiasakan

    budaya pembelajaran yang

    berkesinambungan, untuk mengeksplorasi

    permasalahan-permasalahan yang dihadapi di

    lapangan yang berkaitan dengan peningkatan

    efektifitas kerja, sehingga dapat diformulasikan

    solusi pemecahannya secara bersama-sama.

    Merujuk pada pendapat tersebut, pada

    dasarnya In-House Training adalah Program

    pelatihan yang diselenggarakan di tempat

    peserta pelatihan. Dengan program ini peserta

    akan lebih mudah menyerap dan

    mengaplikasikan materi pelatihan untuk

    menyelesaikan dan mengatasi permasahan

    kerja yang sering dialami dan mampu secara

    langsung meningkatkan kualitas dan kinerja

    dari sumber daya manusia dilingkungan

    instansi peserta pelatihan.

    4. Hipotesis Tindakan

    Melalui In-House Training (IHT) dapat

    meningkatkan kemampuan guru kelas dalam

    membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

    di Gugus 1 Kecamatan Keluang.

  • Indrawati | Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas

    4 | ISSN : 2459-9743

    C. Pembahasan

    Dari hasil pengamatan selama proses

    pelaksanaan tindakan terlihat bahwa adanya

    perkembangan ke arah yang lebih baik pada

    peningkatan kemampuan guru dalam membuat

    rencana pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil

    observasi pelaksanaan tindakan In-House

    Training (IHT) siklus I dan siklus II terlihat

    jelas adanya perkembangan yang positif. Pada

    siklus I, hasil observasi pelaksanaan In-House

    Training (IHT) yang dilakukan oleh peneliti

    memperoleh nilai 77,78 sedangkan pada siklus

    II mencapai 92,22.

    Dari data awal yang diperoleh nilai rata-

    rata kemampuan guru kelas dalam membuat

    RPP adalah 72,75. Setelah dilaksanakan siklus I

    diperoleh nilai rata-rata 76,30 meningkat 3,55

    dari data awal sebelum menggunakan In-House

    Training (IHT). Hal ini menunjukkan adanya

    peningkatan antara kondisi awal dengan siklus

    I, namun indikator keberhasilan belum tercapai

    dikarenakan hanya 63 % guru kelas yang

    mencapai nilai dengan kriteria baik.

    Dari hasil siklus I kemudian dilakukan

    perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-

    rata 83,62 dan indikator keberhasilan tercapai.

    Hal ini dapat dilihat dari jumlah guru yang

    mencapai kategori baik sebanyak 24 orang dari

    30 orang guru kelas. Ini artinya telah mencapai

    80 % dari seluruh guru kelas.Peningkatan

    kemampuan guru kelas dalam membuat

    rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

    melalui In-House Training (IHT) dapat dilihat

    pada tabel berikut.

    Tabel 1. Perbandingan Kemampuan

    Guru Pada Siklus I dan Siklus II

    Dari tabel diatas, terlihat bahwa adanya

    peningkatan jumlah guru kelas dengan nilai 76-

    89. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam

    grafik berikut.

    Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I,

    siklus II dapat disimpulkan bahwa

    meningkatkan kemampuan guru kelas dalam

    membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

    (RPP) dapat melalui In-House Training (IHT).

    D. Kesimpulan dan Saran

    1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

    bahwa adanya peningkatan kemampuan guru

    kelas dalam membuat RPP. Sebelum dilaksankan

    In-House Training (IHT) diperoleh nilai rata-rata

    kemampuan guru kelas dalam membuat RPP

    adalah 72,75. Setelah dilaksanakan In-House

    Training (IHT) pada siklus I diperoleh nilai rata-

    rata 76,30. Dari hasil siklus I kemudian dilakukan

    perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata

    83,62 dan indikator keberhasilan tercapai.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

    meningkatkan kemampuan guru kelas dalam

    membuat rencana pelaksanaan pembelajaran di

    Gugus 1 Kecamatan Keluang dapat dilakukan

    melalui In-House Training (IHT).

    2. Saran

    Berdasarkan kesimpulan di atas, ada

    beberapa saran yang bisa dipertimbangkan yaitu

    sebagai berikut:

    a. Guru hendaknya terus menerus dapat

    meningkatkan kompetensi dan

    keterampilannya dalam membuat rencana

    pelaksanaan pembelajaran sehingga mampu

    meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

    b. Kepala sekolah hendaknya selalu

    meningkatkan kualitas pembelajaran dengan

    memberikan pembinaan dan pelayanan

    kepada guru untuk meningkatkan

    kemampuan keprofesionalannya dalam

    proses pembelajaran. Salah satu upaya yang

    dapat dilakukan melalui In-House Training

    (IHT)

    c. Pengawas hendaknya selalu meningkatkan

    kemampuan dan keterampilan pengawas

    dalam melaksanakan tugas kepengawasan di

    satuan pendidikan, salah satunya adalah

    pembinaan dan dapat melalui In-House

    Training (IHT)

    Daftar Pustaka

    Anwar, Dkk. 2011. Perencanaan Sistem

    Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan KTSP. Bandung: Elfabeta.

    Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan.

    Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang

    Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    Jakarta: Depdikbud.

    Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

    tentang Standar Nasional Pendidikan.

    Jakarta: Depdikbud.

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 5 - 9

    ISSN : 2459-9743 | 5

    Peningkatan Mutu Program Kerja Kepala Sekolah

    Melalui Supervisi Manajerial di SD Negeri Bilik Pajang

    Kecamatan Sekayu

    Abdul Halim

    Pengawas TK/ SD Kec. Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

    Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015

    ABSTRAK

    Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Negeri Bilik Panjang Kecamatan Sekayu,

    Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk

    mendeskripsikan dampak pelaksanaan supervisi manajerial kepala sekolah terhadap mutu

    program kerja kepala sekolah. Prosedur penelitian menggunakan supervisi dan analisis terhadap

    administrasi kepala sekolah, bimbingan teknis penggunaan analisis SWOT, dan penyusunan

    Program Kerja Tahunan Kepala Sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis kondisi

    sekolah dapat terlaksana dengan baik sehingga menghasilkan Program Kerja Tahunan Kepala

    Sekolah Tahun Pelajaran 2014/2015 yang lebih berkualitas.

    Kata kunci: peningkatan mutu, administrasi, supervisi, dan program kerja

    A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang

    Salah satu permasalahan pendidikan

    yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah

    rendahnya mutu pendidikan pada setiap

    jenjang dan satuan pendidikan, khususnya

    pendidikan dasar dan menengah.

    Berbagai usaha telah dilakukan untuk

    meningkatkan mutu pendidikan nasional,

    antara lain melalui berbagai pelatihan dan

    peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru,

    pengadaan buku dan alat pelajaran,

    perbaikan sarana dan prasarana

    pendidikan lainnya, dan peningkatan mutu

    manajemen sekolah. Namun demikian

    berbagai indicator mutu pendidikan belum

    menunjukkan peningkatan yang merata.

    Sebagian sekolah, terutama di kota-kota,

    menunjukkan peningkatan mutu pendidikan

    yang cukup menggembirakan, namun sebagian

    lainnya masih memprihatinkan.

    Permasalahan sekitar rendahnya mutu

    penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar

    yang menjadi binaan Pengawas selama ini

    pada dasarnya bermuara pada lemahnya

    pengelolaan, pengorganisasian dan

    pengembangan institusi.

    Upaya peningkatan mutu pendidikan

    persekolahan harus lebih dititik beratkan pada

    peningkatan mutu sumber daya manusia.

    Dalam konteks ini, program peningkatan

    mutu kinerja kepala sekolah sangat

    relevan dan sangat startegis, mengingat fungsi

    dan perannya sebagai pemimpin dan

    pengelola lembaga satuan pendidikan di

    tingkat operasional. Hal ini sejalan dengan

    Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang

    standar kompetensi kepala sekolah (Pasal 1)

    kepala sekolah wajib memenuhi standar

    kepala sekolah/ madrasah yang berlaku

    nasional.

    Dalam penelitian ini difokuskan pada

    kompetensi supervisi yaitu: (1).

    Merencanakan program supervisi manajerial

    dalam rangka peningkatan profesionalisme

    kepala sekolah, (2) Melaksanakan supervisi

    manajerial terhadap kepala sekolah dengan

    menggunakan pendekatan dan teknik

    supervisi yang tepat, (3).

    Menindaklanjuti hasil supervisi

    manajerial terhadap kepala sekolah dalam

    rangka peningkatan profesionalisme. Sebagai

    pemimpin dan pengelola lembaga satuan

    pendidikan, kinerja kepala sekolah akan

    memberikan dampak yang positif atau

    negatif terhadap aspek-aspek sistemik yang

    terkait dengan mutu pendidikan di sekolah

    yang dipimpinnya. Asumsinya ialah bahwa

    mutu kinerja kepala sekolah akan

    berpengaruh terhadap mutu kinerja guru

    dan warga sekolah lainnya.

    Salah satu aspek penting dari mutu kinerja

    kepala sekolah adalah pengelolaan

    manajemen sekolah. Sebagai seorang

    manajerial, kepala sekolah dihadapkan pada

    banyak tugas yang menuntut

    tanggungjawab yang sungguh-sungguh

    dalam pelaksanaannya.

  • Abdul Halim | Peningkatan Mutu Program Kerja Kepala Sekolah

    6 | ISSN : 2459-9743

    Dari hasil penilaian kinerja kepala

    Sekolah Dasar (SD), Kecamatan Sekayu

    khususnya 10 (sepuluh) sekolah binaan

    pengawas yang dilaksanakan dengan masa

    penilaian tanggal 1 Juli 2014 - 30 Desember

    2014 di dapat hasil sebagai berikut:

    Tabel 1. Data Penilaian Kinerja Sekolah

    Dari data tersebut di atas terlihat bahwa:

    1. Untuk administrasi nilai tertinggi 3,5 dan

    nilai terendah 2,8 menandakan terdapat

    sekolah yang nilai administrasinya baik

    dan masih ada beberapa sekolah yang nilai

    administrasinya kurang baik.

    2. Untuk manajemen nilai tertinggi 3,8 dan

    nilai terendah 3,0 menandakan terdapat

    sekolah yang nilai manajemennya sangat

    baik dan masih ada beberapa sekolah yang

    nilai manajemennya kurang baik.

    3. Untuk kepemimpinan nilai tertinggi 4,0

    dan nilai terendah 3,0 menandakan

    terdapat sekolah yang nilai

    kepemimpinannya sangat baik dan masih

    ada beberapa sekolah yang nilai

    kepemimpinannya baik.

    4. Nilai rata-rata SDN Bilik Panjang untuk

    ketiga komponen penilaian adalah sebesar

    2,93 dengan rincian sebagai berikut:

    administrasi (2,80), manajemen (3,0),

    dan kepemimpinan (3,00).

    Grafik Data Penilaian Kinerja Kepala

    Sekolah SDN Bilik Panjang

    Jika kita lihat nilai di atas, maka yang

    harus segera diadakan Penelitian Tindakan

    Sekolah (PTS) adalah SDN Bilik Panjang

    Kecamatan Sekayu dan masalah yang diteliti

    adalah Mutu Program Kerja Kepala Sekolah

    pada bidang manajerial, khususnya pada

    penyusunan Program Kerja Tahunan Kepala

    Sekolah, dengan alasan bahwa:

    1. Sesuai dengan rekomendasi hasil penilai

    kinerja kepala SD Negeri Bilik Panjang

    Kecamatan Sekayu yaitu:

    a. Sekolah harus mengupayakan agar

    Visi dan Misi sekolah dapat dipahami

    oleh seluruh warga sekolah,

    b. Penyusunan program kerja janka

    menengah dan program kerja

    tahunan agar melibatkan semua

    warga sekolah melalui proses diskusi

    yang objektif dan rasional.

    2. Penelitian ini adalah penelitian yang

    hasilnya dapat langsung dimanfaatkan

    oleh sekolah.

    3. Alternatif/ strategi: Monitoring dan

    evaluasi pelaksanaan supervisi manajerial

    kepala sekolah.

    2. Rumusan Masalah

    a. Apakah Supervisi Manajerial Kepala

    Sekolah dapat Meningkatkan Mutu

    Program Kerja Kepala Sekolah SD

    Negeri Bilik Panjang Kecamatan

    Sekayu?

    b. Bagaimana cara meningkatkan

    keterampilan kepala sekolah dalam

    membuat program kerja dan melakukan

    supervisi manajerial?

    3. Cara Pemecahan Masalah

    Melakukan supervisi manajerial secara

    kontinu dan hasilnya diterapkan saat

    memlakukan bimbingan teknik kepada kepala

    sekolah tentang cara menyusun/ membuat

    program kerja dan supervisi dengan

    menyajikan contoh format supervisi:

    a. Program Kerja Kepala Sekolah

    b. Program Kerja Jangka Panjang

    c. Program Kerja Jangka Pendek/Menengah

    d. Program Kerja Tahunan Kepala Sekolah

    4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    a. Tujuan yang ingin dicapai dalam

    Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini

    adalah:

    1) Untuk mendeskripsikan dampak

    pelaksanaan supervise manajerial

    kepala sekolah terhadap mutu

    program kerja kepala sekolah.

    2) Agar kepala sekolah mampu

    meningkatkan mutu program kerja

    kepala sekolah, sehingga kepala

    sekolah dapat memberikan

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 5 - 9

    ISSN : 2459-9743 | 7

    pelayanan pendidikan dengan

    efektif, efisien dan berkelanjutan.

    3) Memberi pengertian dan

    pemahaaman tentang makna dan

    pentingnya supervise manajerial

    bagi kepala sekolah.

    4) Memberi keterampilan kepada

    kepala sekolah dalam meningkatkan

    profesi pelayanan pendidikan.

    5) Mengubah sikap tradisional yang

    merasa puas dengan apa yang ada

    menjadi sikap terbuka terhadap

    pembaharuan.

    b. Manfaat Hasil Penelitian

    1) Bagi Sekolah: a) Untuk meningkatkan mutu

    pelayanan pendidikan di

    sekolah.

    b) Meningkatkan kinerja sekolah.

    2) Bagi Kepala Sekolah:

    a) Kepala sekolah termotivasi

    untuk melaksanakan

    pengelolaan administrasi

    kepala sekolah yang terprogram

    dan berkesinambungan

    b) Kepala Sekolah dapat

    merancang program supervisi

    manajerial dan supervisi

    akademik.

    c) Kepala sekolah dapat

    menyusun program kerja

    sesuai dengan aturan yang

    berlaku .

    d) Kepala sekolah dapat

    melaksanakan, dan

    mengevaluasi pelaksanaan

    pelaksanaan program kerja

    tersebut.

    e) Kepala sekolah dapat

    mempedomani program kerja

    yang dibuatnya untuk

    melaksanakan pelayanan

    pendidikan yang menjadi

    tanggung jawabnya.

    f) Kepala Sekolah dapat

    berkembang secara profesional.

    g) Mendorong Kepala Sekolah lebih

    percaya diri.

    3) Bagi Pengawas:

    a) Pengawas termotivasi untuk

    melaksanakan supervisi

    manajerial. Kepala sekolah

    yang terprogram dan

    berkesinambungan.

    b) Pengawas dan Kepala Sekolah

    dapat merancang program

    supervisi manajerial dan

    supervisi manajerial bersama-

    sama.

    c) Memperbaiki pengelolaan

    kepengawasan yang menjadi

    tanggung jawabnya.

    d) Pengawas dapat berkembang

    secara profesional.

    e) Mendorong pengawas lebih

    percaya diri.

    f) Menunjukkan peran nyata

    dalam pengembangan ilmu

    pengetahuan.

    B. Tinjauan Pustaka

    Secara etimologi (asal usul kata)

    adminstrasi berasal dari bahasa Latin, ad +

    minstare. Ad berarti intensif, sedangkan

    ministare berarti melayani, membantu, dan

    memenuhi. Administrare adalah kata kerja,

    sedangkan kata bendanya adalah adminstratio

    dan kata sifatnya adalah adminstration, dalam

    bahasa Belanda menjadi administratie, dan

    dalam bahasa Indonesia menjadi administrasi.

    Jadi administrasi berarti melayani secara

    intensif (Usman, 2006).

    Menurut Simon (1987) adminstrasi

    sebagai tugas (kewajiban) dalam konteks

    pendidikan disebut administrasi sekolah.

    Berdasarkan kajian pustaka diatas, maka dapat

    dikemukakan bahwa prioritas tindakan

    penelitian adalah: Dengan metode ceramah

    dan bimbingan teknik dari pengawas sekolah

    maka kemampuan kepala sekolah dalam

    menyusun program kerja dan melakukan

    sepervisi majanjerial menunjukkan persentase

    tingkat pencapaian kompetensi sehingga

    penyelenggaraan pendidikan yang menjadi

    tanggung jawabnya dapat berjalan dengan baik,

    terprogram, terencana dan berkesinambungan.

    C. Hasil Penelitian

    1. Deskripsi dan Hasil Pembahasan

    Siklus I

    a. Hasil analisa dari laporan Penilaian

    kinerja kepala SD tahun 2014 khususnya

    untuk Kecamatan Sekayu, kinerja SDN

    Bilik Panjang menempati urutan ke 10

    dari 10 SDN yang dinilai kinerjanya

    dengan nilai administrasi: 2,8, nilai

    manajemen: 3,0 dan nilai kepemimpinan

    kepala sekolah: 3,0. Nilai rata-rata: 2,93.

    b. Hasil supervisi Administrasi Kepala SDN

    Bilik Panjang tahun 2014 adalah sebagai

    berikut:

    1) Laporan awal / akhir tahun pelajaran

    dibuat tidak sesuai dengan data yang

    sebenarnya , data/jumlah siswa yang

    dibuat dalam laporan awal tahun

    tersebut tidak sesuai dengan jumlah

    siswa yang ada.

  • Abdul Halim | Peningkatan Mutu Program Kerja Kepala Sekolah

    8 | ISSN : 2459-9743

    2) Program Kerja Kepala Sekolah dibuat

    tidak melalui tahapan analisis kondisi

    sekolah.

    3) Program Kerja hanya merupakan

    syarat administrasi saja, sehingga

    tidak dipedomani dalam pengelolaan

    sekolah.

    4) Supervisi yang dilaksanakan kepala

    sekolah belum berjalan baik dan

    program tindak lanjut tidak ada.

    5) Catatan kepala sekolah mengenai:

    pembinaan, kasus guru dan pegawai,

    dan reward and punishment tidak

    ada.

    6) Kelengkapan lain seperti: buku tamu

    umum, buku tamu khusus, buku tamu

    supervisi, buku pengaduan dan

    agenda kegiatan kepsek terisi tetapi

    kurang terawat dengan baik.

    2. Refleksi Kegiatan Siklus I

    Dari kegiatan siklus I yang dilaksnakan

    diperoleh hal-hal sebagai berikut:

    a. Kepala sekolah telah membuat analisis

    kondisi dengan menggunakan teknik

    analisis SWOT, tetapi setelah dicermati

    oleh peneliti analisis

    tersebut masih harus

    diperbaiki karena:

    1) Masih banyak sub

    aspek kegiatan sekolah

    yang belum dianalisis.

    2) Hasil analisis SWOT

    disusun tidak

    sistematis.

    3) Kesenjangan dan

    alternatif pemecahan

    masalah belum dibuat.

    b. Kepala Sekolah telah

    membuat Program Kerja

    Tahunan, tetapi setelah dicermati oleh

    peneliti Program Kerja tersebut masih

    harus diperbaiki karena ;

    1) Terjadi salah penafsiran antar tujuan

    dan sasaran serta hasil yang

    diharapkan.

    2) Progam Kerja yang dibuat belum

    mengacu kepada hasil analisis

    kondisi.

    3) Masih ada aspek-aspek kegiatan

    sekolah yang belum dimasukkan ke

    dalam program kerja.

    4) Skala prioritas dalam program kerja

    belum kelihatan dengan jelas.

    3. Deskripsi dan Hasil Pembahasan

    Siklus II

    Dari kegiatan siklus II diperoleh hal-hal

    sebagai berikut:

    a) Kepala Sekolah telah membuat perbaikan

    analisis kondisi dengan menggunakan

    teknik analisis SWOT danhasilnya sudah

    cukupmemuaskan.

    b) Kepala Sekolah telah membuat perbaikan

    Program Kerja Tahunan, dan hasilnya

    sudah cukup baik.

    Tabel 2. Penilaian Adminstrasi Sekolah

    No

    Unsur Yang

    Dinilai

    Nilai

    Siklus

    1

    Siklus

    2

    1. Program kerja

    jangka panjang

    2,80 3,90

    2. Program kerja

    jangka menengah

    2.80 3,90

    3. Program kerja

    jangka pendek

    2.70 4,00

    4. Program kerja

    tahunan

    2.90 4,00

    Jumlah 11,20 15,80

    Rata-rata 2,80 3,95

    Grafik Siklus 1 dan Siklus 2

    C. Kesimpulan dan Saran

    1. Kesimpulan

    Setelah diadakan supervisi manajerial

    Kepala Sekolah, dan hasil supervisi

    ditindaklanjuti dengan bimbingan teknis secara

    langsung terhadap kepala sekolah, maka dapat

    disimpulkan:

    a. Mutu hasil penyusunan analisis kondisi

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 5 - 9

    ISSN : 2459-9743 | 9

    sekolah dengan menggunakan teknis

    analisis SWOT meningkat.

    b. Program Kerja Tahunan Kepala sekolah

    untuk tahun pelajaran 2014/2015

    tersusun dengan baik.

    2. Saran

    a. Dalam setiap penyusun program kerja

    tahunan sekolah sebaiknya diawali

    dengan melakukan analisis kondisi dengan

    menggunakan teknik analisis SWOT.

    b. Dalam penyusunan program kerja

    Tahunan Kepala Sekolah sebaiknya

    mengacu kepada hasil analisis kondisi.

    Sehingga skla prioritas dapat terlihat

    dengan jelas dan program kerja tersebut

    bisa menjadi acuan dalam melaksnaakan

    kegiatan-kegiatan di sekolah.

    c. Perlu diadakan pelatihan kepala sekolah

    tentang penyusunan program kerja

    tahunan sekolah dengan mengginakan

    teknik analisis SWOT .

    Daftar Pustaka

    LPMP Sumsel. 2010. Kumpulan Materi

    Pelatihan Penguatan Kemampuan

    Kepala Sekolah dan Pengawas

    Sumatera Selatan. Indralaya: LPMP

    Sumsel.

    Lutan, R. 2002. Supervisi Pendidikan Jasmani.

    Jakarta: Depdiknas.

    Republik Indonesia. 2007. Permendiknas

    Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar

    Kepala Sekolah. Jakarta: Biro Hukum

    dan Organisasi Kemdiknas.

    Sahertian, P.A . 2000. Konsep Dasar & Teknik

    Supervisi Pendidikan. Jakarta:

    Bhinneka Cipta.

    Slamet. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang

    mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

    Cipta.

    Wiriadihardja, M. 1987. Pedoman Administrasi

    Umum. Jakarta: Balai Pustaka.

  • Nurlela | Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru

    10 | ISSN : 2459-9743

    Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru dalam Menyusun RKH

    Melalui Bimbingan KKG TK Kecamatan Sekayu

    Kabupaten Musi Banyuasin

    Nurlela

    Pengawas TK/ SD Kec. Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

    Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015

    ABSTRAK

    Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun

    RKH pada guru-guru TK di Kecamatan Sekayu. Penelitian dilaksanakan di 10 sekolah TK binaan

    peneliti di Kecamatan Sekayu pada tahun pelajaran 2014/ 2015 dengan jumlah subyek sebanyak 34

    orang guru. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis data kuantitatif yaitu dengan

    membandingkan keterampilan guru dalam membuat RKH pada siklus pertama dan siklus kedua

    melalui bimbingan KKG TK. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian RKH.

    Penelitian berlangsung dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa melalui bimbingan KKG TK dapat

    meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun RKH. Hal ini dapat dilihat dari data yang

    diperoleh peneliti yang menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru dalam menyusun RKH,

    dimana pada siklus I, rata rata yang diperoleh 77,48 kemudian meningkat menjadi 85,29 pada siklus

    II. Dari hasil siklus I kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 85,29 dan

    indikator keberhasilan tercapai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah guru yang mencapai kategori baik

    sebanyak 26 orang dari 34 orang guru kelas atau sebanyak 76 persen.

    Kata Kunci: keterampilan guru , menyusun RKH, bimbingan KKG TK

    A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang

    Undang-undang Nomor 2 tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1

    Angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak

    usia dini (PAUD) adalah suatu upaya

    pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

    lahir sampai dengan usia enam tahun yang

    ditujukan memlalui pepmberian rangsangan

    pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

    perkembangan jasmani dan rohani agar anak

    memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan

    lebih lanjut.

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.

    19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

    Pendidikan menyebutkan standar PAUD terdiri

    atas empat kelompok yaitu: 1) Standar tingkat

    pencapaian perkembangan, 2) Standar

    pendidik dan tenaga kependidikan, 3) Standar

    Isi proses, dan penilaian, 4) Standar sarana dan

    prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.

    Dalam Permendiknas RI No. 58 Tahun 2009

    tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

    disebut standar isi, proses, dan penilaian

    meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan

    penilaian program yang dilaksanakan secara

    terintegrasi sesuai dengan kebutuhan anak.

    Perencanaan pembelajaran yang harus dimiliki

    oleh guru TK Rencana Kegiatan Mingguan

    (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH).

    Kemampuan guru dalam menyusun

    Rencana Kegiatan Harian (RKH) sangat penting

    untuk meningkatkan kegiatan proses belajar

    mengajar di sekolah sehingga mendapatkan

    hasil pembelajaran yang bermutu. Guru

    merupakan faktor yang dominan dalam proses

    pembelajaran sehingga merupakan faktor yang

    dominan dalam proses pembelajaran sehingga

    merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

    proses belajar siswa. Bloom (1982)

    menyatakan bahwa guru bertanggung jawab

    terhadap kualitas pembelajaran yang

    berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. .

    Walaupun demikian, dalam pelaksanaan

    sekolah masih menghadapi berbagai

    permasalahan, diantaranya adalah

    permasalahan ketenangan khuusnya guru

    seperti kurangnya jumlah guru,

    ketidaksesuaian latar belakang pendidikan,

    kompetensi guru, pemberdayaan, dan

    kinerjanya. Selain itu juga masih kurangnya

    sarana dan prasarana yang memadai untuk

    tercapainya peningkatan mutu pendidikan

    secara merata dan terpadu. Faktor-faktor di

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 10 - 14

    ISSN : 2459-9743 | 11

    atas sangat mempengruhi proses belajar

    mengajar disekolah, dan dalam mengatasi

    permasalahan tersebut dituntut perhatian dan

    berbagai pihak sebagai pihak yang berhadapan

    langsung pada permasalahan tersebut diatas

    maka kepala sekolah, pengawas dan guru

    dituntut lebih meningkatkan kinerjanya sesuai

    dengan tugas dan tanggungjawabnya masing-

    masing agar tercapainya suasana yang nyaman

    dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah

    dan nantinya bermuara pada peningkatan mutu

    pendidikan secara umum.

    Oleh karena itu pengawas dan kepala

    sekolah dituntut untuk menemukan strategi

    yang tepat untuk meningkatkan seluruh kinerja

    warga sekolah. Ada 4 (empat) prinsip yang

    menjadi pedoman penerapan manajemen

    personalia di sekolah (Depdikbud), 1999 oleh

    kepala sekolah yaitu:

    a. Dalam mengembangkan sekolah sumber

    daya adalah komponen yang paling

    berharga.

    b. Sumber daya manusia akan berperan

    secara optimal jika disekolah dengan baik,

    sehingga mendukung tercapainya tujuan

    institusional.

    c. Kultur dan suasana organisasi sekolah,

    Serta prilaku manajerial kepala sekolah

    sangat berpengaruh terhadap pencapaian

    tujuan pengembangan sekolah.

    d. Manajemen personalia disekolah pada

    prinsipnya mengupayakan agar setiap

    warga sekolah dapat bekerja sama dan

    saling mendukung untuk mencapai tujuan

    sekolah.

    Kemudian Wahjosumidjo (1999)

    menyatakan bahwa tanggung jawab Kepala

    Sekolah dalam rangka pembinaan guru harus

    diarahkan untuk :

    a. Mencapai tujuan sekolah.

    b. Membantu para guru untuk memperoleh

    kedudukan dan standar penampilan kerja

    kelompok.

    c. Memaksimalkan pengembangan karir

    guru.

    d. Mempersatukan antara tujuan-tujuan

    individu guru dengan tujuan sekolah.

    Hasil observasi awal penulis bahwa

    kinerja guru-guru di TK negeri kecamatan

    sekayu, pada saat ini masih belum optimal. Hal

    ini dapat dilihat dari masih banyak tugas-tugas

    yang belum terselesaikan dan dalam

    pelaksanaan pembelajaran masih belum

    memanfaatkan sarana alat peraga baik

    langsung ataupun sarana gambar. Dari hasil

    wawancara peneliti memperoleh informasi

    bahwa sebagian besar guru tidak paham

    menyusun RKH bahkan ada guru yang tidak

    tahu bagaimana menyusun RKH secara

    lengkap. Walaupun demikian, guru tersebut

    setuju bahwa guru harus menggunakan RKH

    dalam melaksanakan proses pembelajaran

    yang dapat dijadikan acuan/ pedoman dalam

    proses belajar mengajar. Selain itu,

    kebanyakan guru belum tahu dengan

    komponen-komponen RKH secara lengkap.

    Berdasarkan SK Menpan nomor 118 tahun

    1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan

    angka kreditnya, keputusan Bersama

    Mendikbud nomor 03420/ 0/ 1996 dan Kepala

    Badan Administrasi Kepegawaian Negara

    Nomor 38 tahun 1996 tentang petunjuk

    pelasanaan jabatan fungsional pengawas serta

    Keputusan Mendikbud Nomor 020/ U/ 1998

    tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan

    fungsional pengawas sekolah dan angka

    kreditnya, dapat dikemukakan tentang tugas

    pokok dan tenggung jawab pengawas sekolah

    yang meliputi:

    a. Melaksanakan pengawasan

    penyelenggaraan pendidikan di sekolah

    sesuai dengan penugasannya pada TK, SD,

    SLN, SLTP, dan SLTA.

    b. Meningkatkan Kualitas proses belajar-

    mengajar/ bimbingan dan hasil

    presentasi belajar/ bimbingan siswa

    dalam rangka mencapai tujuan

    pendidikan.

    Dengan demikian berdasarkan kedua

    tugas pokok tersebut, salah satu kegiatan yang

    dapat dilakukan pengawasan adalah

    memberikan arahan, bantuan dan bimbingan

    kepada guru tentang proses pembelajaran/

    bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan

    mutu proses dan hasil belajar/ bimbingan

    siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan

    pengawasan dalam hal ini adalah melalui

    bimbingan KKGTK. Oleh arena itu dengan

    adanya strategi ini diharapkan kinerja guru

    semakain meningkat baik dalam menyelesaikan

    tugas-tugas maupun dalam pelaksanaan proses

    belajar mengajar sehigga tujuan yang

    diharapkan cepat tercapai. Berdasarkan latar

    belakang di atas peneliti mengambil judul

    Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru TK

    Dalam Menyusun RKH Melalui Bimbingan

    KKGTK Kecamatan Sekayu Kabupaten MUBA .

    2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas

    rumusan masalah adalah Apakah melalui

    bimbingan KKGTK dapat meningkatkan

    keterampilan menyusun RKH Guru TK

    Kecamatan Sekayu?

    3. Tujuan Penelitian

    Dengan diadakannya bimbingan KKGTK

    dapat meningkatkan keterampilan guru dalam

    menyusun RKH pada guru-guru TK Kecamatan

    Sekayu.

  • Nurlela | Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru

    12 | ISSN : 2459-9743

    4. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    a. Bagi sekolah, dapat memberikan

    sumbangan pemikiran dalam lembaga

    pendidikan sebagai bahan bacaan atau

    rujukan.

    b. Bagi Kepala Sekolah, sebagai motivasi

    untuk bekerja lebih baik mencapai tujuan

    pendidikan yang diharapkan semua pihak.

    c. Bagi Guru, sebagai motivasi untuk bekerja

    lebih baik mencapai tujuan pendidikan

    yang diharapkan semua pihak.

    B. Kajian Teori

    1. Keterampilan Guru

    Guru sebagai orang yang berwenang dan

    bertangung jawab terhadap pendidikan siswa,

    baik secara individu maupun secara klasikal

    baik disekolah maupun diluar sekolah minimal

    harus memiliki dasar-dasar kompetensi

    sebagai wewenang dalam menjalankan

    tugasnya. Guru adalah orang yang

    pekerjaannya (mata pencariannya, profesi)

    mengajar, memiliki kompetensi menganalisa

    dan mengarahkan anak didik, untuk dapat

    mengembangkan potensi yang ada pada diri

    anak didik secara optimal, sehingga benar-

    benar menghasilkan siswa ang berkualitas

    tidak cukup sampai disitu, proses belajar

    mengajar yang menyenangkan merupakan hal

    terpenting dalam pendesainan belajar dengan

    murid-murid.

    Untuk itu seorang guru perlu memiliki

    kepribadian, menguasai bahan pelajaran dan

    menguasai cara-cara mengajar sebagai

    kompetensinya. Tanpa hal tesebut guru akan

    gagal dalam melaksanakan tugasnya. Karena

    kompetensi mengajar harus dimiliki oleh

    seoarang guru yang merupakan kecakapan atau

    keterampilan dalam mengelolah kegiatan

    pendidikan. Bahri Djamarah menyatakan

    bahwa seorang guru dikatakan profesional

    apabila mempunyai beberapa kompetensi,

    antara lain: 1) Kompetensi pedagogik; 2)

    Kompetensi kepribadian; 3) Kompetensi sosial;

    dan 4) Kompetensi professional. Berdasarkan

    penelitian penulis bahwa guru-guru yang

    kinerja mengajarnya itu dikerenakan beberapa

    faktor, antara lain:

    a. Rendahnya penguasaan materi pelajaran.

    b. Tidak menguasai metode mengajar.

    c. Pengaruh lingkungan sekolah seorang

    guru muda baru lulus dan memiliki

    semangat mengajar yang tinggi secara

    tidak sadar kurang disiplin.

    d. Kemampuan mengelola kelas

    e. Kemampuan melakukan penelitian dan

    evaluasi.

    2. Rencana Kegiatan Harian (RKH)

    Rencana Kegiatan Harian (RKH)

    merupakan penjabaran dari Rencana Kegiatan

    Minguan (RKM). RKH memuat kegiatan

    kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan

    secara Individual, kelompok, maupun klasikal

    dalam satu hari. RKH terdiri atas kegiatan

    pembukaan kegiatan inti, istirahat/ makan, dan

    kegiatan penutup.

    a. Kegiatan Pembukaan

    b. Kegiatan Inti

    c. Istirahat/ Makan

    d. Kegiatan Penutup

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

    menyusun RKH adalah sebagai berikut :

    a. RKH disusun untuk setiap KD yang dapat

    dilaksanakan dalam satu kali pertemuan

    atau lebih,

    b. tujuan pembelajaran menggambarkan

    proses dan hasil belajar yang harus di

    capai oleh peserta didik sesuai

    dengan kompetenrsi dasar,

    c. tujuan pembelajaran dapat mencakupi

    sejumlah indikator, atau satu tujuan

    pembelajaran untuk beberapa indikator,

    yang penting tujuan pembelajaran harus

    mengacu pada pencapaian indikator,

    d. Kegiatan pembelajaran (langkah-langkah

    pembelajaran) dibuat setiap pertemuan,

    bila dalam satu RKH terdapat 3 kali

    pertemuan, maka dalam RKH tersebut

    terdapat 3 langkah pembelajaran,

    e. Bila terdapat lebih dari satu pertemuan

    untuk indikator yang sama, tidak perlu

    dibuatkan langkah kegiatan yang lengkap

    untuk setiap pertemuannya.

    3. Bimbingan KKG TK

    Sejak tahun sembilan-puluhan arus

    informasi di berbagai bidang mengalir dengan

    deras. Sejak saat itu peningkatan di bidang

    komunikasi dan informasi semakin cangggih.

    Kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan

    tehnologi yang terus menerus mengalir dengan

    sendirinya menjadi sebuah perhatian serius

    bagi pemerintah agar guru juga diberikan

    pembinaan profesional guru secara terus

    menerus, sehingga guru tidak ketinggalan

    ilmu pengetahuan. Sebagaimana diungkapkan

    oleh Anwar Yasin: Kita menyadari bahwa

    tuntutan pembangunan akan sumber daya

    manusia (SDM) yang bermutu menuntut juga

    kemampuan profesional guru yang semakin

    tinggi. Oleh karena itu, perlu ada sistem

    pembinaan yang menjamin adanya dukungan

    profesional bagi guru dalam melaksanakan

    tugas mengajarnya sehari-hari sehingga mereka

    senantiasa dapat meningkatkan mutu KBM.

    Sistem pembinaan profesional yang dimaksud

    adalah tidak lain dari pada mekanisme

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 10 - 14

    ISSN : 2459-9743 | 13

    bagaimana membantu guru meningkatkan

    mutu kemampuan profesionalnya terutama

    dalam mengajar dan membelajarkan murid,

    atau dengan kata lain, dalam meningkatkan

    mutu proses/ kegiatan belajar-mengajar (KBM)

    sehingga hasil mutu hasil belajar murid pun

    meningkat.

    Kelompok kerja Guru yang beranggotakan

    semua guru TK di dalam gugus yang

    bersangkutan. KKG TK ini adalah wadah

    pembinaan profesional bagi para guru dalam

    meningkatkan kemampuan profesional guru

    khususnya dalam melaksanakan dan mengelola

    pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Secara

    operasional Kelompok Kerja Guru dapat dibagi

    lebih lanjut menjadi kelompok yang lebih kecil

    berdasarkan jenjang kelas atau permata

    pelajaran. Kelompok-kelompok di atas

    diberlakukan melalui SK Dirjen Dikdasmen No.

    070/ C/ Kep/ 1/ 93 tanggal 7 April 1993.

    Semenjak itulah Kelompok Kerja Guru (KKG)

    mulai dilaksanakan.

    Menurut Hasibuah Botung dikutip oleh

    Ginting, Kelompok Kerja Guru (KKG)

    merupakan suatu wadah dalam pembinaan

    kemampuan profesional guru, pelatihan dan

    tukar menukar informasi, dalam suatu mata

    pelajaran tertentu sesuai dengan tuntutan

    perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi.

    Menurut Julia Kelopok Kerja Guru (KKG)

    merupakan wadah dalam pembinaan

    profesional guru yang dapat dimamfaatkan

    untuk berkomunikasi, bertukar fikiran dan

    berbagi pengalaman, melaksanakan berbagai

    demonstrasi, atraksi dan simulasi dalam

    pembelajaran.

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan

    bahwa kelompok kerja (KKG) adalah sebuah

    forum/ organisasi atau perkumpulan guru-

    guru mata pelajaran yang mempunyai kegiatan

    khusus memberikan informasi-informasi

    pendidikan dalam rangka meningkatkan

    kualitas pribadi guru dalam proses belajar

    mengajar.

    4. Hipotesis Tindakan

    Melalui bimbingan KKGTK dapat

    meningkatkan keterampilan guru TK dalam

    menyusun RKH di Kecamatan Sekayu

    Kabupaten Musi Banyuasin.

    C. Pembahasan

    Dari hasil pengamatan selama proses

    pelaksanaan tindakan terlihat bahwa adanya

    perkembangan ke arah yang lebih baik pada

    peningkatan keterampilan guru dalam

    menyusun RKH.

    Dari rata-rata keterampilan guru dalam

    membuat RKH meningkat dan mencapai

    kategori baik. Hal ini menunjukkan adanya

    peningkatan kemampuan guru menyusun RKH,

    dimana pada siklus I sebesar 77,48 dan

    meningkat lagi pada siklus II menjadi 85,29.

    Dari hasil siklus I kemudian dilakukan

    perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-

    rata 85,29 dan indikator keberhasilan tercapai.

    Hal ini dapat dilihat dari jumlah guru yang

    mencapai kategori baik sebanyak 26 orang dari

    34 orang guru kela. Ini artinya telah mencapai

    76 % dari seluruh guru, seperti pada tabel

    berikut:

    Tabel 1

    Perbandingan Keterampilan Guru

    Menyusun RKH Pada Siklus I dan Siklus II

    Adapun nilai rata-rata keterampilan guru

    dalam siklus I dan siklus II dinyatakan dalam

    tabel berikut. 77,48 dan meningkat lagi pada

    siklus II menjadi 85,29.

    Tabel 2

    Perbandingan Nilai Rata-rata

    Keterampilan Guru Menyusun RKH Pada

    Siklus I dan Siklus II

    Dari tabel di atas dapat dinyatakan dalam

    bentuk grafik berikut:

    Grafik 1

    Rata-rata Keterampilan Guru Per-Siklus

  • Nurlela | Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru

    14 | ISSN : 2459-9743

    Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus

    I, siklus II dapat disimpulkan bahwa

    meningkatkan keterampilan guru dalam

    menyusun RKH dapat dilakukan melalui

    bimbingan KKG TK.

    D. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

    maka dapat disimpulkan bahwa melalui

    bimbingan KKG TK dapat meningkatkan

    keterampilan guru dalam menyusun RKH. Hal

    ini dapat dilihat dari data yang diperoleh

    adanya peningkatan keterampilan guru dalam

    menyusun RKH dimana pada siklus I, rata rata

    yang diperoleh 77,48 kemudian meningkat

    menjadi 85,29 pada siklus II. Dari hasil siklus I

    kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II

    diperoleh nilai rata-rata 85,29 dan indikator

    keberhasilan tercapai. Hal ini dapat dilihat dari

    jumlah guru yang mencapai kategori baik

    sebanyak 26 orang dari 34 orang guru kela. Ini

    artinya telah mencapai 76 % dari seluruh guru.

    Daftar Pustaka

    Aziz, M.A. 1994. Mutu. Jakarta: PEQIP.

    Ginting, Proposal Penajuan Dana Pembinaan

    KKG Padang Barat. Padang: SDCA Padang.

    Julia, R. Pengembangan Kelompok Kerja Guru.

    Padang: Makalah KKG Padang Barat.

    Kementerian Pendidikan Nasional. 2010.

    Kepemimpinan Pembelajaran. Jakarta:

    Kemdiknas.

    Kementerian Pendidikan Nasional. 2010.

    Penelitian Tindaka Sekolah (PTS). Jakarta:

    Kemdiknas.

    Marnis. 1999. Arus Informasi dan Globalisasi.

    Jakarta: Pustaka Setia.

    Saleh, I. Guru dan Perubahan Zaman. Medan:

    Koran Mingguan Sangkakala.

    Universitas Terbuka. 2006. Statistik. Jakarta:

    UT

    Wahyudin, D. 1995. Monitoring dan Evaluasi

    Petunjuk bagi para Pelaksana. Jakarta:

    PEQIP.

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 15 -21

    ISSN : 2459-9743 | 15

    Peningkatan Kemampuan Guru dalam

    Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal

    Melalui Bimbingan Teknis di Gugus I Kecamatan Sekayu

    Nurmalah

    Pengawas TK/ SD Kec. Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

    Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015

    ABSTRAK

    Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di Gugus I Kecamatan Sekayu. Masalh yang

    diteliti adalah kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Prosedur

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah mensupervisi dan menganalisa KKM yang telak

    ditentukan oleh guru kelas dan memberikan bimbingan teknis tentang cara menentukan KKM. Dari

    hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi peningkatan kesiapan dan kinerja guru dalam menetapkan

    Kriteria Ketuntasan Minimal dari siklus I ke siklus II dan peningkatan ketercapaian indikator

    kinerja pada tindakan siklus II. Dari penelitian ini dapat disimpulan bahwa pemberian bimbingan

    teknis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

    Sekolah Dasar di Gugus I Kecamatan Sekayu.

    Kata kunci : peningkatan kemampuan guru, menetapkan KKM

    A. Pendahuluan

    1. Latar belakang

    Secara umum guru kelas pada Sekolah

    Dasar dalam wilayah gugus I Kecamatan

    Sekayu belum begitu memahami langkah-

    langkah dalam menetapkan KKM, sehingga

    dalam menentukan KKM tidak berdasarkan

    analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta

    langkah-langkah penetapan, oleh karena itu

    perlu ada kegiatan pada awal tahun pelajaran

    yang dapat memberikan informasi kepada guru

    yang dijadikan pedoman dalam penetapan

    KKM. Dalam kebijakan pemerintah di bidang

    pendidikan telah bergulir dengan

    ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor

    19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

    Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi,

    standar proses, standar kompetensi lulusan,

    standar pendidik dan tenaga kependidikan,

    standar sarana- prasarana, standar

    pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar

    penilaian pendidikan.

    Undang-Undang No. 20 tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP

    No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

    Pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum

    pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

    dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

    Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar

    merupakan tahapan awal pelaksanaan

    penilaian hasil belajar sebagai bagian dari

    langkah pengembangan kurikulum berbasis

    kompetensi yang menggunakan acuan kriteria

    dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan

    satuan pendidikan menetapkan kriteria

    minimal yang menjadi tolok ukur pencapaian

    kompetensi. Oleh karena itu, diperlukan

    panduan yang dapat memberikan informasi

    tentang penetapan kriteria ketuntasan

    minimal yang dilakukan di satuan pendidikan.

    2. Rumusan Masalah

    a. Bagaimana cara meningkatkan

    kemampuan guru kelas di gugus I

    Kecamatan Sekayu dalam menetapkan

    Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)?

    b. Apakah pemberian bimbingan teknis

    dapat meningkatkan kemampuan guru

    kelas dalam menetapkan Kriteria

    Ketuntas Minimal (KKM)?

    3. Pemecahan Masalah

    Berdasarkan kajian dan analisis peneliti

    bahwa untuk meningkatkan kemampuan guru

    dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan

    Minimal, kegiatan bimtek dapat menyelesaikan

    masalah, karena melalui bimtek dapat

    meningkatkan kemampuan guru khusunya

    dalam menetapakan Kriteria Ketuntasan

    Minimal di Gugus I Kecamatan Sekayu tahun

    2014/2015.

    4. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mendiskripsikan dampak

    pelaksanaan bimtek peningkatan

  • Nurmalah | Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM

    16 | ISSN : 2459-9743

    kemampuan guru kelas dalam

    menetapkan KKM

    b. meningkatkan kemampuan guru kelas

    dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan

    Minimal (KKM) Gugus I kecamatan

    Sekayu tahun 2014/2015

    c. Memberi pengertian dan pemahaman

    kepada guru kelas tentang makna dan

    pentingnya penentuan KKM

    d. Mengubah sikap tradisional yang merasa

    puas dengan apa yang ada, menjadi sikap

    terbuka terhadap pembaharuan .

    5. Manfaat Penelitian

    a. Bagi Guru :

    1) Guru dapat menambah wawasan

    tentang cara menetapkan

    Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

    sesuai dengan mata pelajara di kelas

    yang menjadi tanggung jawabnya.

    2) Guru memiliki kemampuan dalam

    menetapkan Kriteria Ketuntasan

    Minimal sehingga proses belajar

    mengajar lebih baik.

    b. Bagi Sekolah :

    1) Untuk meningkatkan mutu penilaian

    pendidikan di sekolah.

    2) Meningkatkan kinerja sekolah.

    c. Bagi Kepala Sekolah :

    1) Kepala sekolah dapat melaksanakan

    dan mengevaluasi pelaksanaan

    pelaksanaan kegiatan belajar

    mengajar di kelas.

    2) Kepala sekolah dapat mempedomani

    standar penilaian yang dilakukan

    oleh guru untuk melaksanakan

    pelayanan pendidikan yang menjadi

    tanggung jawabnya.

    3) Medorong kepala sekolah untuk lebih

    percaya diri.

    d. Bagi Pengawas :

    1) Pengawas termotivasi untuk

    melaksanakan supervisi akademik

    guru yang menjadi binaan yang

    terprogram dan berkesinambungan.

    2) Pengawas dan guru binaan dapat

    merancang menetapan KKM

    3) Memperbaiki pengelolaan

    kepengawasan yang menjadi

    tanggung jawabnya.

    4) Mendorong pengawas lebih percaya

    diri.

    5) Menunjukkan peran nyata dalam

    pengembangan ilmu pengetahuan.

    B. Kajian Pustaka

    1. Pengertian Kriteria Ketuntasan

    Minimal (KKM)

    Berdasar Permendiknas RI No. 20

    Tahun 2007, dijelaskan bahwa Kreteria

    Ketuntasan Minimal (KKM) adalah

    kreteria ketuntasan belajar (KKB) yang

    ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM

    harus ditetapkan sebelum awal tahun

    ajaran dimulai. Seberapapun besarnya

    jumlah peserta didik yang melampui batas

    ketuntasan minimal, tidak mengubah

    keputusan pendidik dalam menyatakan

    lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan

    Kriteria tidak diubah secara serta merta

    karena hasil empirik penilaian. Acuan

    Kriteria mengharuskan pendidik untuk

    melakukan tindakan yang tepat terhadap

    hasil penilaian, yaitu memberikan layanan

    remedial bagi yang belum tuntas dan atau

    layanan pengayaan bagi yang sudah

    melampui Kriteria ketuntasan minimal.

    Kriteria Ketuntasan Minimal

    ditetapkan oleh satuan pendidikan

    berdasarkan hasil musyawarah Kelompok

    Kerja Guru (KKG) di satuan pendidikan

    atau beberapa satuan pendidikan yang

    memiliki karakteristik yang hampir sama.

    Pertimbangan pendidik atau forum

    KKG/KKKS secara akademis menjadi

    pertimbangan utama penetapan KKM.

    Kriteria ketuntasan minimal menjadi

    acuan bersama pendidik, peserta didik,

    dan orang tua peserta didik. Oleh karena

    itu pihak-pihak yang berkepentingan

    terhadap penilaian di sekolah berhak

    untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan

    perlu melakukan sosialisasi agar informasi

    dapat diakses dengan mudah oleh peserta

    didik dan atau orang tuanya. Kriteria

    Ketuntasan Minimal harus dicantumkan

    dalam Laporan Hasil Belajar (LHB)

    sebagai acuan dalam menyikapi hasil

    belajar peserta didik.

    2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM)

    Merupakan target satuan pendidikan

    dalam pencapaian kompetensi tiap aata

    pelajaran. Satuan pendidikan harus

    berupaya semaksimal mungkin untuk

    melampui KKM yang ditetapkan.

    Keberhasilan pencapaian KKM

    merupakan salah satu tolok ukur kinerja

    satuan pendidikan dalam

    menyelenggarakan program pendidikan.

    Satuan pendidikan dengan KKM yang

    tinggi dan dilaksanakan secara

    bertanggung jawab dapat menjadi tolok

    ukur kualitas mutu pendidikan bagi

    masyarakat.

    3. Mekanisme Penetapan Kriteria

    Ketuntasan Minimal (KKM)

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 15 -21

    ISSN : 2459-9743 | 17

    Penetapan Kriteria Ketuntasan

    Minimalperlu mempertimbangkan

    beberapa ketentuan sebagai berikut:

    a. Penetapan KKM merupakan

    kegiatanpengambilan keputusan yang

    dapat dilakukan melalui metode

    kualitatif dan atau kuantitatif. Metode

    kualitatif dapat dilakukan melalui

    profesional judgement,

    mempertimbangkan kemampuan

    akademik dan pengalaman pendidik

    mengajar mata pelajaran di kelas

    yang menjadi tanggung jawab guru

    kelas masing-masing. Sedangkan

    metode kuantitatif dilakukan dengan

    rentang angka yang disepakati sesuai

    dengan penetapan kriteria yang

    ditentukan.

    b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan

    minimal dilakukan melalui analisis

    ketuntasan belajar minimal pada

    setiap indikator dengan

    memperhatikan kompleksitas, daya

    dukung, dan intake peserta didik

    untuk mencapai ketuntasan

    kompeteni dasar dan standar

    kompetensi.

    c. Kriteria ketuntasan minimal setiap

    Kompetensi Dasar (KD) merupakan

    rata-rata dari indikator yang terdapat

    dalam Kompetensi Dasar tersebut.

    Peserta didik dinyatakan telah

    mencapai ketuntasan belajar untuk

    KD tertentu apabila yang

    bersangkutan telah mencapai

    ketuntasan belajar minimal yang

    telah ditetapkan untuk seluruh

    indikator pada KD tersebut.

    d. Kriteria ketuntasan minimal setiap

    Standar Kompetensi (SK) merupakan

    rata-rata KKM Kompetensi Dasar

    (KD) yang terdapat dalam SK

    tersebut.

    e. Kriteria Ketuntasan Minimal mata

    pelajaran merupakan rata-rata dari

    semua KKM-SK yang terdapat dalam

    satu semester atau satu tahun

    pembelajaran, dan dicantumkan

    dalam Laporan Hasil Belajar (LHB

    /Rapor) peserta didik.

    f. Indikator merupakan acuan / rujukan

    bagi pendidik untuk membuat soal-

    soal ulangan, baik Ulangan Harian

    (UH), Ulangan Tengah Semester

    (UTS) maupun Ulangan Akhir

    Semester (UAS). Soal ulangan

    ataupun tugas-tugas harus mampu

    mencerminkan/ menampilkan

    pencapaian indikator yang diujikan.

    Dengan demikian pendidik tidak

    perlu melakukan pembobotan

    seluruh hasil ulangan, karena

    semuanya memiliki hasil yang setara

    g. Pada setiap indikator atau

    kompetensi dasar dimungkinkan

    adanya perbedaan nilai ketuntasan

    minimal.

    4. Langkah-langkah Penetapan Kriteria

    Ketuntasan Minimal (KKM)

    Penetapan KKM dilakukan oleh

    guru kelas atau guru mata pelajaran

    sesuai dengan jenjang kelas yang menjadi

    tanggung jawabnya. Langkah penetepan

    KKM adalah sebagai berikut:

    a. Guru atau kelompok guru

    menetapkan KKM mata Pelajaran

    dengan mempertimbangkan tiga

    aspek kriteria, yaitu komleksitas,

    daya dukung dan intake peserta

    didik dengan skema sebagai berikut:

    b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau

    kelompok guru mata pelajaran

    disahkan oleh Kepala Sekolah untuk

    dijadikan patokan guru dalam

    melakukan penilaian;

    c. KKM yang ditetapkan

    disosialisasikan kepada pihak-pihak

    yang berkepentingan, yaitu peserta

    didik, orang tua, dan dinas

    pendidikan;

    d. KKM dicantumkan dalam LHB pada

    saat hasil penilaian dilaporkan

    kepada orang tua / wali peserta

    didik.

    5. Penetuan Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM)

    KKM pada setiap indikator pada KD, SK

    dari mata pelajaran ditetapkan melalui

    analisis Komleksitas, Daya Dukung, dan

    Intake.

    a. Kompleksitas (S)

    S1 : tergolong ranah kognitif tinggi,

    S2 : konsep abstrak bagi siswa,

    S3 : kurangnya contoh yang

  • Nurmalah | Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM

    18 | ISSN : 2459-9743

    ditemukan siswa,

    S4 : mengandung banyak istilah

    asing,

    S5 : kurang didukung sarana,

    S6 : bahan sajian sulit dipahami

    Untuk komleksitas dibagi menjadi 3

    tingkat, yaitu :

    - Tinggi, jika 5 6 indikator diatas

    ia, maka poin 1,

    - Sedang, jika 4 indikator ia, maka

    poin 2,

    - Rendah, jika 0 3 indikator ia,

    maka poin

    b. Daya dukung (D)

    D1 : Sarana Prasarana,

    D2 : Ketersediaan tenaga,

    D3 : Kepdulian Stake Holders

    D4 : Biaya Operasional Pendidikan,

    D5 : Manajemen Sekolah,

    Daya dukung dibagi menjadi tiga

    tingkat yaitu :

    - Tinggi, jika 5indikator diatas ia,

    maka poin 3,

    - Sedang, jika 4 indikator diatas ia,

    maka poin 2,

    - Rendah jika 0 3 indikator ia,

    maka poin 1

    c. Intake

    Rata-rata nilai asal siswa

    Untuk intake dibagi menjadi tiga

    tingkat, yaitu :

    - Tinggi, jika rata-rata 80 100,

    maka poin 3

    - Sedang, jika rata-rata 60 79,

    maka poin 2

    - Rendah,jika rata-rata 59 kebawah,

    maka poin 1

    - KKM indikator pada KD,SK dalam

    mata pelajaran adalah jumlah

    poin yang didapat dibagi

    sembilan kali seratus.

    6. Bimbingan Tehnik

    Melalui kegiatan bimbingan tekhnik

    yang lebih menekankan pada metode

    kolaboratif konsultatif akan memberikan

    kesempatan sharing antara satu guru

    dengan guru lainnya. Dengan demikian

    pemahaman terhadap Kriteria Ketuntasan

    Minimal dapat ditingkatkan baik dalam

    teoritisnya maupun implementasinya.

    Dengan demikian dapat diduga bahwa

    melalui bimbingan ntehnik dapat

    meningkatkan kemampuan guru dalam

    penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal

    Sekolah Dasar Gugus I Kecamatan Sekayu

    Kabupaten Musi Banyuasin .

    7. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kajian pustaka diatas,

    maka dapat di kemukakan prioritas

    tindakan penelitian ini adalah sebagai

    berikut: dengan metode ceramah dan

    bimbingan teknik dari pengawas sekolah

    maka dapat di kemukakan ketuntasan

    menunjukkan persentase tingkat

    pencapaian kompetensi sehingga dengan

    angka maksimal 100 (seratus). Angka

    maksimal 100 merupakan kriteria

    ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara

    nasional diharapkan mencapai minimal

    75. Satuan Pendidikan dapat memulai dari

    kriteria ketuntasan minimal di bawah

    target nasional kemudian ditingkatkan

    secara bertahap.

    8. Tempat dan Subyek Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di 6 (enam)

    sekolah dasar di gugus I Kecamatan

    Sekayu dengan jumlah subyek sebanyak

    63 orang dengan rincian sebagai berikut:

    C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

    1. Deskrip dan Hasil Penelitian

    a. Deskripsi Kondisi Awal

    Dari kegiatan Para Siklus I

    menunjukan gambaran hasil yang

    didapat berdasarkan rekaman fakta/

    observasi para guru di Gugus I

    Kecamatan Sekayu, pada awalnya

    pemahaman terhadap Kriteria

    Ketuntasan Minimal masih sangat

    kurang, hal ini dikarenakan persepsi

    guru menganggap bahwa Kriteria

    Ketuntasan Minimal tidak terlalu

    penting, disamping itu acuan,

    pelatihan, atau sosialisasi KKM juga

    kurang.

    b. Deskripsi Siklus I

    1) Berkoordinasi dengan kepapal

    UTD Dikbud Kecamatan Sekayu

    untuk menyampaikan penelitian

    dan minta masukan tentang

    masalah yang ada sekaligus

    membicarakan masalah tekhnis,

    waktu pelaksanaan penelitian,

    dan hal-hal yang terkait dengan

    penelitian dan atau bimbingan

    yang dilaksanakan.

    2) Memberikan materi tentang

    Kriteria Ketuntasan Minimal.

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 15 -21

    ISSN : 2459-9743 | 19

    3) Bersama guru dan kepala sekolah

    Menelaah konsep Kriteria

    Ketuntasan Minimal

    4) Mendiskusikan konsep Kriteria

    Ketuntasan Minimal dan

    presentasi kelompok.

    5) Presentasi Kelas

    6) Menghasilkan KKM Mata

    Pelajaran disetiap jenjang kelas

    di SD dalam wilayah gugus I

    Kecamatan Sekayu.

    Kegiatan peserta juga diobservasi,

    mengenai: kesiapan mental dan fisik

    guru, kesiapan bahan-bahan yang

    dibawa guru pada waktu Bimtek,

    kehadiran guru, kesiapan laptop,

    kualitas KKM, dan respon guru. Dari

    hasil pengamatan terhadap aktivitas

    peserta yang berjumlah 63 orang

    dengan menggunakan lembar

    observasi yang telah disiapkan,

    diperoleh data sebagai berikut :

    Tabel 1. Rangkuman Hasil Observasi

    Keterangan : S = Siap, H = Hadir, TS = Tidak Siap

    TH = Tidak Hadir

    Dari tabel 1 di atas tampak bahwa

    pada aspek kasiapan mental dan fisik;

    47 orang atau 74,60% peserta siap

    dan 16 orang atau 25,40% tergolong

    belum siap. Pada aspek kesiapan

    bahan; tampak 42 orang atau 66,67%

    peserta siap dan 21 orang atau

    33,33% belum siap. Pada aspek

    kehadiran guru tampak 56 atau

    88,89% hadir dan 7 orang atau

    11,11% tidak hadir. Pada aspek

    kesiapan laptop tampak 12 orang atau

    19,05% siap dan 51 orang tidak siap

    atau 80,95 % belum siap. Berdasarkan

    dekripsi ini tempaknya kesiapan guru

    dalam mengikuti bimtek belum

    memenuhi kriteria keberhasilan

    untuk semua aspek.

    Dari hasil evaluasi terhadap

    penetapan KKM yang dibuat oleh 56

    orang yang mengikuti Bimtek pada

    siklus I seperti tampak pada tabel 2

    berikut :

    Tabel 2. Rangkuman Hasil Penilaian

    Guru Siklus I

    Keterangan :

    Amat Baik = 85

  • Nurmalah | Peningkatan Kemampuan Guru dalam