Jurnal Guru Volume I, No. 1 Mei - Juni (2015)
-
Upload
jurnal-guru -
Category
Documents
-
view
310 -
download
1
description
Transcript of Jurnal Guru Volume I, No. 1 Mei - Juni (2015)
-
Volume I, No. 1, Mei Juni (2015) ISSN : 1234-5678
Volume I, No. 1, Mei Juni (2015) ISSN : 2459-9743
JurnalGuru
JURNAL GURU Vol. I No. 1 Hal. 1-104 Indralaya Mei Juni 2015 ISSN: 2459-9743
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
Diterbitkan oleh: Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK) Sumatera Selatan INDONESIA
www.e-jurnalguru.com
-
Volume I, No. 1, Mei Juni (2015) ISSN : 1234-5678
JurnalGuru
Diterbitkan oleh: Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK) Sumatera Selatan INDONESIA 30862
www.e-jurnalguru.com
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
Volume I, No. 1, Mei Juni (2015) ISSN : 2459-9743
-
JurnalGuru | Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran Volume I, No. 1, Mei Juni (2015)
ii | ISSN : 2459-9743
JURNAL GURU
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
www.e-jurnalguru.com
ISSN (International Standard of Serial Number) : 2459-9743
PENERBIT
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan, INDONESIA
Akta Notaris No. 45, tanggal 28 Agustus 2003 (Notaris Ristiana, S.H.)
KETUA DEWAN PENYUNTING
Benny Hendrawan, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ANGGOTA DEWAN PENYUNTING
Irwan Pachrozi, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang
Bastudin, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang
Ihsanudin, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Sugianto, S.Pd., M.M. Universitas Bina Darma, Palembang
Drs. Catur Pramono, M.Hum. Universitas Sebelas Maret, Surakarta
MITRA BESTARI
Prof. Dr. Anoesyirwan Moeins, M.Sc., M.M. Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta
Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Dr. H. Nawawi Nurdin, M.Pd. BDK Palembang, Palembang
Dr. Silvi Hevria, M.Pd. LPMP Sumatera Barat, Padang
Dr (Cand). Abjan Halek, S.E., M.Si. STIE Budi Utomo Manado, Sulawesi Utara
Dr (Cand). Dedi Royadi, S.Sos., M.Si. STMIK Bina Sarana Global, Banten
Dr (Cand). H.M. Arbi Syarif, M.M. STIE Dr. Mochtar Talib, Jakarta
Dr (Cand). Marlia Saridewi, M.M. Universitas Maritim Raja Ali Haji , Kepulauan Riau
Dr (Cand). Solahuddin, S.Kom., M.M. Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat
Drs. H. Tadjuddin Nural, M.M. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya
Fawziana Mustika, S.Psi., M.Si. LPMP Lampung, Bandar Lampung
Drs. H. Muhlisin, M.Si. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya
Inekhe Dyah Kusumawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Universitas Mercu Buana, Yogyakarta
ADMINISTRASI
Karwan Sugiarto, S.A.P.
ALAMAT PENYUNTINGAN
Graha InSEK, Komplek Bunga Mas Blok A-31, Jl. Sarjana, Timbangan, Indralaya Utara,
Ogan Ilir, Sumatera Selatan, INDONESIA 30862
Telp : +62 852-6731-4774
Email : [email protected]
Website : www.e-jurnalguru.com
Penerbit menerima kiriman dan sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media lain.
Tulisan dikirim dalam bentuk softcopy dengan format penulisan seperti tercantum di laman Pedoman
Penulisan di www.e-jurnalguru.com, dan dikirim via e-mail ke alamat: [email protected]. Setiap
naskah yang masuk akan direview substansinya oleh mitra bestari yang relevan dengan tema tulisan, dan
disunting oleh dewan penyunting sesuai dengan ketentuan penulisan yang berlaku di jurnal ini.
Copyright 2015. All Right Reserved
Backgroud Cover: https://septiancaesarsumantri15.wordpress.com
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): iii -iv
ISSN : 2459-9743 | iii
DAFTAR ISI
Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui In House Training (IHT) di Gugus 1 Kecamatan Keluang
INDRAWATI ................................................................................................................ 1-4
Peningkatan Mutu Program Kerja Kepala Sekolah Melalui Supervisi Manajerial di SD Negeri Bilik Pajang Kecamatan Sekayu
ABDUL HALIM ........................................................................................................... 5-9
Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru dalam Menyusun RKH Melalui Bimbingan KKG TK Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin
NURLELA .................................................................................................................... 10-14
Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal Melalui Bimbingan Teknis di Gugus I Kecamatan Sekayu
NURMALAH ................................................................................................................ 15-21
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Operasi Bilangan Bulat di Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas V SD Negeri 7 Sekayu
NAYA MURNI ............................................................................................................. 22-26
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Konsep Pecahan Biasa di Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode Demonstrasi dan LKS pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sekayu
NURBAYA SUKRI ...................................................................................................... 27-31
Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Melalui Metode Karyawisata pada Siswa Kelas IV SD Negeri 6 Lumpatan
SITI ISYAH ................................................................................................................... 32-36
Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP Melalui Bimbingan Teknis di SD Negeri 3 Lumpatan
ROIHAN ........................................................................................................................ 37-41
Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan pada Siswa Kelas IA SD Negeri 2 Sekayu Melalui Penggunaan Media Kartu Huruf
WAKIAH ....................................................................................................................... 42-45
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA tentang Energi dan Perubahannya Melalui Metode Demonstrasi di Kelas VIB SD Negeri 2 Sekayu
EKA NURSANI ............................................................................................................ 46-49
Peningkatan Keterampilan Berbicara dalam Berpidato dengan Menggunakan Lembar Kegiatan (LK) Terbimbing pada Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Lumpatan
MALINDA ..................................................................................................................... 50-55
Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pesawat Sederhana Melalui Pendekatan Kontekstual
MUSIANA ..................................................................................................................... 56-63
-
Daftar Isi |
iv | ISSN : 2459-9743
Peningkatan Hasil Belajar Konsep Perkalian dan Pembagian Melalui
Penggunaan Papan Planel Pada Siswa Kelas IVB SD Negeri 10 Sekayu
MARIYANI .................................................................................................................... 64-68
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SD Negeri 3 Sekayu
dalam Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Desimal Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGF
RUSLINAH ................................................................................................................... 69-73
Meningkatkan Keterampilan Membaca Lancar dengan Menggunakan Kartu
Huruf pada Siswa Kelas IIB SD Negeri 10 Sekayu
KOMARIA ..................................................................................................................... 74-78
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Gaya Gerak Benda di Mata
Pelajaran IPA Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas III SD Negeri 1
Sekayu
ERMALIZA ................................................................................................................... 79-82
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan
Pecahan melalui Pendekatan Pembelajaran PAKEM pada Siswa Kelas IVA
SD Negeri 2 Sekayu
INDRIATI ..................................................................................................................... 83-87
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Energi dan Perubahannya
Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas VIA SD Negeri 2 Sekayu
MASINA ........................................................................................................................ 88-92
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Materi
Kemerdekaan Melalui Penggunaan Media Gambar dan LKS pada Siswa Kelas
V SD Negeri 1 Sekayu
RITA HARTATI ......................................................................................................... 93-97
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas VIII.3 SMP Negeri 2 Sekayu
HIDAYATI ................................................................................................................... 98-101
PEDOMAN PENULISAN JURNAL GURU
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 1 - 4
ISSN : 2459-9743 | 1
Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas
dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Melalui In House Training (IHT)
di Gugus 1 Kecamatan Keluang
Indrawati Pengawas SD Kecamatan Keluang, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru kelas dalam
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran di Gugus 1 Kecamatan Keluang. Penelitian
dilaksanakan di sekolah Gugus 1 Kecamatan Keluang pada tahun pelajaran 2014/2015 dengan
kemampuan yang heterogen berjumlah 30 orang guru kelas binaan. Metode penelitian ini
menggunakan analisis data kuantitatif yaitu dengan membandingkan kemampuan guru kelas dalam
membuat RPP pada siklus pertama dan siklus kedua melalui In-House Training (IHT). Observasi
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan IHT dan lembar
penilaian RPP. Penelitian berlangsung dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa meningkatkan
kemampuan guru kelas dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran di Gugus 1 Kecamatan
Keluang dapat dilakukan melalui In-House Training (IHT). Dengan nilai rata-rata kemampuan guru
kelas dalam membuat RPP sebelum dilaksanakan IHT 72,75. Setelah dilaksanakan In-House Training
(IHT) pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 76,30. Dari hasil siklus I kemudian dilakukan perbaikan
pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 83,62
Kata Kunci: kemampuan guru, rencana pelaksanaan pembelajaran, IHT
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Salah satu dari delapan standar
pendidikan adalah standar isi. Standar isi
memuat standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai
siswa setelah mengikuti pembelajaran dalam
jenjang dan waktu tertentu, sehingga pada
gilirannya mencapai standar kompetensi
lulusan (SKL). Agar siswa dapat mencapai SK,
KD dan SKL secara maksimal maka perlu
didukung dengan oleh berbagai standar lainnya
dalam sebuah sistem yang utuh. Salah satunya
tertuang dalam standar proses.
Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses menyatakan bahwa
guru diharapkan dapat mengembangkan
perencanaan pembelajaran seperti rencana
pembelajaran (RPP) khususnya pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Menurut
Mulyasa (2006: 167), rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai salah satu atau
lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP
adalah salah satu komponen penting dari KTSP
yang pengembangannya harus dilakukan oleh
guru secara profesional.
Setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang
cukup bagi prakarsa, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Dalam penyusunan RPP ini, setiap guru harus
berpedoman pada program pengajaran setiap
bidang studi serta kalender akademik pada saat
tahun pelajaran berlangsung. Ketika guru
membuat RPP dengan baik, maka guru tersebut
dimudahkan dalam mengajar.
Akan tetapi lain halnya dengan sebagian
besar guru yang mengajar di lima sekolah, yang
berada di Gugus 1 Kecamatan Keluang. Sekolah
Dasar yang berada pada gugus 1 Kecamatan
Keluang seperti: SDN 1 Keluang, SDN 2
Keluang, SDN 3 Keluang, SDN 4 Keluang dan
-
Indrawati | Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas
2 | ISSN : 2459-9743
SDN Mekarsari masihbanyak gurunya lamban
dalam penyusunan RPP. Jadwal pengumpulan
RPP sudah ditentukan, tetapi masih banyak
yang terlambat mengumpulkannya. Bahkan ada
yang baru mengumpulkan sudah hampir
selesai semester. Dengan demikian, guru perlu
meningkatkan kemampuan dalam membuat
RPP.
Mengacu pada Permenpan RB RI nomor
21 tahun 2010 tentang jabatan fungsional
pengawas sekolah dan angka kreditnya,
Peraturan pemerintah No. 74 Tahun 2008
Tentang Guru, dapat dikemukakan tentang
tugas pokok dan tanggung jawab pengawas
sekolah yang meliputi: melaksanakan
pengawasan akademik dan manajerial pada
satuan pendidikan yang meliputi penyusunan
program pengawasan, pelaksanaan pembinaan,
pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan
dan pelatihan profesional Guru, evaluasi hasil
pelaksanaaan program pengawasan dan
pelaksanaan tugas kepengawasan daerah
khusus.
Dengan demikian berdasarkan tugas
pokok tersebut, salah satu kegiatan yang dapat
dilakukan pengawas adalah memberikan
arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru
tentang proses pembelajaran/ bimbingan yang
bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan
hasil belajar/ bimbingan siswa. Salah satu cara
yang dapat dilakukan pengawas dalam hal ini
adalah melalui In-House Training (IHT).
Untuk mengatasi masalah guru dalam
pembuatan RPP dan sesuai dengan tugas pokok
pengawas dapat dilakukan melalui In-House
Training (IHT). Berdasarkan latar belakang di
atas peneliti mengambil judul Upaya
Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas Dalam
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Melalui In-House Training (IHT) Di Gugus 1
Kecamatan Keluang.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah In- House Training (IHT) dapat
meningkatkan kemampuan guru kelas dalam
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) di Gugus 1 Kecamatan Keluang?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan guru kelas dalam
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
di Gugus 1 Kecamatan Keluang melalui In-
House Training (IHT).
4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bagi guru, sebagai pedoman untuk
membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran.
b. Bagi kepala sekolah, sebagai sumbangan
untuk meningkatkan kinerja dalam
membina guru yang menjadi tugas kepala
sekolah.
c. Bagi pengawas, dapat meningktakan
kemampuan dan keterampilan pengawas
dalam melaksanakan tugas kepengawasan
di satuan pendidikan binaan.
B. Kajian Teori
1. Kemampuan Guru
Guru sebagai tenaga professional dibidang
kependidikan, di samping memahami hal-hal
yang bersifat filosofis dan konseptual, harus
juga mengetahui dan melaksanakan hal-hal
yang bersifat teknis. Hal yang bersifat teknis
terutama kegiatan mengelola dan
melaksanakan proses belajar mengajar.
Didalam kegiatan pegelolaan proses belajar
mengajar guru paling tidak harus memiliki dua
modal dasar, yakni kemampuan mendisain
program pengajaran dan ketrampilan
mengkominikasikan program itu kepada
peserta didik.
Proses penampilan dapat dikatakan tatap
muka di kelas, merupakan bagian terpenting
dalam proses kegiatan belajar mengajar,
dimana terjadi interaksi atau hubungan timbal
balik antara siswa dengan guru, antara siswa
dengan siswa atau antara siswa dengan materi.
Dengan demikian perlu dikaji secara mendalam
bahwa penyusunan RPP perlu dipersiapkan
oleh guru dengan sebaik-baiknya. Proses
penampilan ini, membutuhkan kesiapan
mental, kestabilan emosi dan menuntut
penguasaan materi serta kemampuan atau
teknik penyampaian materi, sehingga akan
terciptanya suasana belajar yang kondusif,
edukatif, dan komunikatif. Secara tidak
langsung siswa akan memperoleh waktu aktif
belajar sesuai dengan perencanaan.
Pada saat proses penampilan di kelas,
kegiatan pembelajaran harus sesuai Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun.
Namun pada kenyataannya terkadang terjadi
penyimpangan dari rencana yang telah disusun.
Meskipun RPP telah ada namun terkadang
kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan RPP
yang telah disusun oleh seorang guru setaip
menyampaikan materi pelajaran.
Pendidik/ Guru professional yang
memiliki sikap profesionalitas dituntut untuk
memenuhi persyaratan kompetensi yang
dibutuhkan oleh pekerjaan tersebut, berupa
kompetensi pengetahuan dan ketrampilan
(Webster 1989). Kompetensi untuk tenaga
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 1 - 4
ISSN : 2459-9743 | 3
professional pendidikan mengacu pada
perbuatan dalam melakukan tugas-tugas
kependidikan.
Perilaku pengajar atau pembelajar yang
ditampilkan guru di depan kelas akan menjadi
acuan mutu pembelajaran, mengapa demikian,
karena guru adalah orang yang memfasilitasi
terjadinya proses pembelajaran pada diri
siswa, disamping itu kreativitas yang
ditampilkan guru biasanya mendorong siswa
untuk kreatif belajar (Permendiknas RI Nomor
41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses) . Guru
yang kompeten, harus juga mengelola program
belajar mengajar, dalam hal ini ada beberapa
langkah yang harus ditempuh oleh guru
menurut Sardiman ( 2000:163) antara lain:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran
b. Mengenal dan dapat menggunakan proses
instruksional yang tepat
c. Melaksanakan program belajar mengajar
d. Mengenal kemampuan peserta didik
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Untuk melihat mutu pembelajaran guru
dapat dilihat dari kemampuan guru dalam
merencanakan pembelajaran, kemampuan
melakukan kegiatan pembelajaran,
kemampuan mengumpulkan hasil belajar
untuk melakukan tindak lanjut (remidi dan
pengayaan). Menurut Mulyasa (2006: 167),
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan manajemen pembelajaran untuk mencapai
salah satu atau lebih kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan
dalam silabus. RPP adalah salah satu komponen
penting dari KTSP yang pengembangannya
harus dilakukan oleh guru secara profesional.
RPP dikembangkan berdasarkan
karakteristik dan kondisi sekolah, serta
kemampuan guru dalam menjabarkan menjadi
rencana pelaksanaan pembelajaran yang siap
dijadikan pedoman pembentukan kompetensi
siswa. Agar guru dapat membuat RPP yang
efektif dan berhasil guna dituntut untuk
memahami berbagai aspek yang berkaitan
dengan hakikat, fungsi, prinsip dan prosedur
pengembangan serta cara mengukur efektivitas
pelaksanaannya dalam pembelajaran.
Menurut Anwar (2010: 181), beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam
pengembangan RPP antara lain sebagai berikut:
a. Memperhatikan perbedaan individu
peserta didik
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
c. Mengembangkan budaya membaca dan
menulis proses pembelajaran dirancang
untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan,
dan berekspresi dalam berbagai bentuk
tulisan
d. Memberikan umpan balik dan tindak
lanjut
e. Keterkaitan dan keterpaduan
f. Menerapkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Rencana pelaksanaan pembelajaran
secara umum berisi apa yang akan dikerjakan
oleh guru dan siswa selama proses
pembelajaran, baik untuk satu kali pertemuan
maupun beberapa kali pertemuan. Adapun
langkah-langkah minimal dari penyusuan RPP
dimulai dari mencamtumkan identitas RPP,
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
metode pembelajaran, langkah-langkah
kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian.
3. In-House Training (IHT)
Pelatihan dibagi dalam dua pengertian;
IHT (In-House Training) dan PT (Public
Training). In-House Training adalah pelatihan
yang terjadi atas permintaan suatu komunitas
tertentu apakah itu lembaga profit ataupun
nonprofit. Secara umum, tujuan In-House
Training yaitu untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia yang didayagunakan
instansi terkait, sehingga pada akhirnya dapat
lebih mendukung dalam upaya pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan. Selain hal
tersebut di atas, sasaran pelatihan internal ini
antara lain: menciptakan interaksi antara
peserta dilingkungan instansi yang terkait serta
mempererat rasa kekeluargaan/ kebersamaan,
meningkatkan motivasi baik bagi peserta
maupun bagi narasumber untuk membiasakan
budaya pembelajaran yang
berkesinambungan, untuk mengeksplorasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi di
lapangan yang berkaitan dengan peningkatan
efektifitas kerja, sehingga dapat diformulasikan
solusi pemecahannya secara bersama-sama.
Merujuk pada pendapat tersebut, pada
dasarnya In-House Training adalah Program
pelatihan yang diselenggarakan di tempat
peserta pelatihan. Dengan program ini peserta
akan lebih mudah menyerap dan
mengaplikasikan materi pelatihan untuk
menyelesaikan dan mengatasi permasahan
kerja yang sering dialami dan mampu secara
langsung meningkatkan kualitas dan kinerja
dari sumber daya manusia dilingkungan
instansi peserta pelatihan.
4. Hipotesis Tindakan
Melalui In-House Training (IHT) dapat
meningkatkan kemampuan guru kelas dalam
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
di Gugus 1 Kecamatan Keluang.
-
Indrawati | Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas
4 | ISSN : 2459-9743
C. Pembahasan
Dari hasil pengamatan selama proses
pelaksanaan tindakan terlihat bahwa adanya
perkembangan ke arah yang lebih baik pada
peningkatan kemampuan guru dalam membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil
observasi pelaksanaan tindakan In-House
Training (IHT) siklus I dan siklus II terlihat
jelas adanya perkembangan yang positif. Pada
siklus I, hasil observasi pelaksanaan In-House
Training (IHT) yang dilakukan oleh peneliti
memperoleh nilai 77,78 sedangkan pada siklus
II mencapai 92,22.
Dari data awal yang diperoleh nilai rata-
rata kemampuan guru kelas dalam membuat
RPP adalah 72,75. Setelah dilaksanakan siklus I
diperoleh nilai rata-rata 76,30 meningkat 3,55
dari data awal sebelum menggunakan In-House
Training (IHT). Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan antara kondisi awal dengan siklus
I, namun indikator keberhasilan belum tercapai
dikarenakan hanya 63 % guru kelas yang
mencapai nilai dengan kriteria baik.
Dari hasil siklus I kemudian dilakukan
perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-
rata 83,62 dan indikator keberhasilan tercapai.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah guru yang
mencapai kategori baik sebanyak 24 orang dari
30 orang guru kelas. Ini artinya telah mencapai
80 % dari seluruh guru kelas.Peningkatan
kemampuan guru kelas dalam membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
melalui In-House Training (IHT) dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 1. Perbandingan Kemampuan
Guru Pada Siklus I dan Siklus II
Dari tabel diatas, terlihat bahwa adanya
peningkatan jumlah guru kelas dengan nilai 76-
89. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
grafik berikut.
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I,
siklus II dapat disimpulkan bahwa
meningkatkan kemampuan guru kelas dalam
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dapat melalui In-House Training (IHT).
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
bahwa adanya peningkatan kemampuan guru
kelas dalam membuat RPP. Sebelum dilaksankan
In-House Training (IHT) diperoleh nilai rata-rata
kemampuan guru kelas dalam membuat RPP
adalah 72,75. Setelah dilaksanakan In-House
Training (IHT) pada siklus I diperoleh nilai rata-
rata 76,30. Dari hasil siklus I kemudian dilakukan
perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata
83,62 dan indikator keberhasilan tercapai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
meningkatkan kemampuan guru kelas dalam
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran di
Gugus 1 Kecamatan Keluang dapat dilakukan
melalui In-House Training (IHT).
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada
beberapa saran yang bisa dipertimbangkan yaitu
sebagai berikut:
a. Guru hendaknya terus menerus dapat
meningkatkan kompetensi dan
keterampilannya dalam membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran sehingga mampu
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
b. Kepala sekolah hendaknya selalu
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
memberikan pembinaan dan pelayanan
kepada guru untuk meningkatkan
kemampuan keprofesionalannya dalam
proses pembelajaran. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan melalui In-House Training
(IHT)
c. Pengawas hendaknya selalu meningkatkan
kemampuan dan keterampilan pengawas
dalam melaksanakan tugas kepengawasan di
satuan pendidikan, salah satunya adalah
pembinaan dan dapat melalui In-House
Training (IHT)
Daftar Pustaka
Anwar, Dkk. 2011. Perencanaan Sistem
Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan KTSP. Bandung: Elfabeta.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdikbud.
Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta: Depdikbud.
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 5 - 9
ISSN : 2459-9743 | 5
Peningkatan Mutu Program Kerja Kepala Sekolah
Melalui Supervisi Manajerial di SD Negeri Bilik Pajang
Kecamatan Sekayu
Abdul Halim
Pengawas TK/ SD Kec. Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Negeri Bilik Panjang Kecamatan Sekayu,
Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan dampak pelaksanaan supervisi manajerial kepala sekolah terhadap mutu
program kerja kepala sekolah. Prosedur penelitian menggunakan supervisi dan analisis terhadap
administrasi kepala sekolah, bimbingan teknis penggunaan analisis SWOT, dan penyusunan
Program Kerja Tahunan Kepala Sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis kondisi
sekolah dapat terlaksana dengan baik sehingga menghasilkan Program Kerja Tahunan Kepala
Sekolah Tahun Pelajaran 2014/2015 yang lebih berkualitas.
Kata kunci: peningkatan mutu, administrasi, supervisi, dan program kerja
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Salah satu permasalahan pendidikan
yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap
jenjang dan satuan pendidikan, khususnya
pendidikan dasar dan menengah.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional,
antara lain melalui berbagai pelatihan dan
peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru,
pengadaan buku dan alat pelajaran,
perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan lainnya, dan peningkatan mutu
manajemen sekolah. Namun demikian
berbagai indicator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang merata.
Sebagian sekolah, terutama di kota-kota,
menunjukkan peningkatan mutu pendidikan
yang cukup menggembirakan, namun sebagian
lainnya masih memprihatinkan.
Permasalahan sekitar rendahnya mutu
penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar
yang menjadi binaan Pengawas selama ini
pada dasarnya bermuara pada lemahnya
pengelolaan, pengorganisasian dan
pengembangan institusi.
Upaya peningkatan mutu pendidikan
persekolahan harus lebih dititik beratkan pada
peningkatan mutu sumber daya manusia.
Dalam konteks ini, program peningkatan
mutu kinerja kepala sekolah sangat
relevan dan sangat startegis, mengingat fungsi
dan perannya sebagai pemimpin dan
pengelola lembaga satuan pendidikan di
tingkat operasional. Hal ini sejalan dengan
Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang
standar kompetensi kepala sekolah (Pasal 1)
kepala sekolah wajib memenuhi standar
kepala sekolah/ madrasah yang berlaku
nasional.
Dalam penelitian ini difokuskan pada
kompetensi supervisi yaitu: (1).
Merencanakan program supervisi manajerial
dalam rangka peningkatan profesionalisme
kepala sekolah, (2) Melaksanakan supervisi
manajerial terhadap kepala sekolah dengan
menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat, (3).
Menindaklanjuti hasil supervisi
manajerial terhadap kepala sekolah dalam
rangka peningkatan profesionalisme. Sebagai
pemimpin dan pengelola lembaga satuan
pendidikan, kinerja kepala sekolah akan
memberikan dampak yang positif atau
negatif terhadap aspek-aspek sistemik yang
terkait dengan mutu pendidikan di sekolah
yang dipimpinnya. Asumsinya ialah bahwa
mutu kinerja kepala sekolah akan
berpengaruh terhadap mutu kinerja guru
dan warga sekolah lainnya.
Salah satu aspek penting dari mutu kinerja
kepala sekolah adalah pengelolaan
manajemen sekolah. Sebagai seorang
manajerial, kepala sekolah dihadapkan pada
banyak tugas yang menuntut
tanggungjawab yang sungguh-sungguh
dalam pelaksanaannya.
-
Abdul Halim | Peningkatan Mutu Program Kerja Kepala Sekolah
6 | ISSN : 2459-9743
Dari hasil penilaian kinerja kepala
Sekolah Dasar (SD), Kecamatan Sekayu
khususnya 10 (sepuluh) sekolah binaan
pengawas yang dilaksanakan dengan masa
penilaian tanggal 1 Juli 2014 - 30 Desember
2014 di dapat hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Data Penilaian Kinerja Sekolah
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa:
1. Untuk administrasi nilai tertinggi 3,5 dan
nilai terendah 2,8 menandakan terdapat
sekolah yang nilai administrasinya baik
dan masih ada beberapa sekolah yang nilai
administrasinya kurang baik.
2. Untuk manajemen nilai tertinggi 3,8 dan
nilai terendah 3,0 menandakan terdapat
sekolah yang nilai manajemennya sangat
baik dan masih ada beberapa sekolah yang
nilai manajemennya kurang baik.
3. Untuk kepemimpinan nilai tertinggi 4,0
dan nilai terendah 3,0 menandakan
terdapat sekolah yang nilai
kepemimpinannya sangat baik dan masih
ada beberapa sekolah yang nilai
kepemimpinannya baik.
4. Nilai rata-rata SDN Bilik Panjang untuk
ketiga komponen penilaian adalah sebesar
2,93 dengan rincian sebagai berikut:
administrasi (2,80), manajemen (3,0),
dan kepemimpinan (3,00).
Grafik Data Penilaian Kinerja Kepala
Sekolah SDN Bilik Panjang
Jika kita lihat nilai di atas, maka yang
harus segera diadakan Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) adalah SDN Bilik Panjang
Kecamatan Sekayu dan masalah yang diteliti
adalah Mutu Program Kerja Kepala Sekolah
pada bidang manajerial, khususnya pada
penyusunan Program Kerja Tahunan Kepala
Sekolah, dengan alasan bahwa:
1. Sesuai dengan rekomendasi hasil penilai
kinerja kepala SD Negeri Bilik Panjang
Kecamatan Sekayu yaitu:
a. Sekolah harus mengupayakan agar
Visi dan Misi sekolah dapat dipahami
oleh seluruh warga sekolah,
b. Penyusunan program kerja janka
menengah dan program kerja
tahunan agar melibatkan semua
warga sekolah melalui proses diskusi
yang objektif dan rasional.
2. Penelitian ini adalah penelitian yang
hasilnya dapat langsung dimanfaatkan
oleh sekolah.
3. Alternatif/ strategi: Monitoring dan
evaluasi pelaksanaan supervisi manajerial
kepala sekolah.
2. Rumusan Masalah
a. Apakah Supervisi Manajerial Kepala
Sekolah dapat Meningkatkan Mutu
Program Kerja Kepala Sekolah SD
Negeri Bilik Panjang Kecamatan
Sekayu?
b. Bagaimana cara meningkatkan
keterampilan kepala sekolah dalam
membuat program kerja dan melakukan
supervisi manajerial?
3. Cara Pemecahan Masalah
Melakukan supervisi manajerial secara
kontinu dan hasilnya diterapkan saat
memlakukan bimbingan teknik kepada kepala
sekolah tentang cara menyusun/ membuat
program kerja dan supervisi dengan
menyajikan contoh format supervisi:
a. Program Kerja Kepala Sekolah
b. Program Kerja Jangka Panjang
c. Program Kerja Jangka Pendek/Menengah
d. Program Kerja Tahunan Kepala Sekolah
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan yang ingin dicapai dalam
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini
adalah:
1) Untuk mendeskripsikan dampak
pelaksanaan supervise manajerial
kepala sekolah terhadap mutu
program kerja kepala sekolah.
2) Agar kepala sekolah mampu
meningkatkan mutu program kerja
kepala sekolah, sehingga kepala
sekolah dapat memberikan
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 5 - 9
ISSN : 2459-9743 | 7
pelayanan pendidikan dengan
efektif, efisien dan berkelanjutan.
3) Memberi pengertian dan
pemahaaman tentang makna dan
pentingnya supervise manajerial
bagi kepala sekolah.
4) Memberi keterampilan kepada
kepala sekolah dalam meningkatkan
profesi pelayanan pendidikan.
5) Mengubah sikap tradisional yang
merasa puas dengan apa yang ada
menjadi sikap terbuka terhadap
pembaharuan.
b. Manfaat Hasil Penelitian
1) Bagi Sekolah: a) Untuk meningkatkan mutu
pelayanan pendidikan di
sekolah.
b) Meningkatkan kinerja sekolah.
2) Bagi Kepala Sekolah:
a) Kepala sekolah termotivasi
untuk melaksanakan
pengelolaan administrasi
kepala sekolah yang terprogram
dan berkesinambungan
b) Kepala Sekolah dapat
merancang program supervisi
manajerial dan supervisi
akademik.
c) Kepala sekolah dapat
menyusun program kerja
sesuai dengan aturan yang
berlaku .
d) Kepala sekolah dapat
melaksanakan, dan
mengevaluasi pelaksanaan
pelaksanaan program kerja
tersebut.
e) Kepala sekolah dapat
mempedomani program kerja
yang dibuatnya untuk
melaksanakan pelayanan
pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya.
f) Kepala Sekolah dapat
berkembang secara profesional.
g) Mendorong Kepala Sekolah lebih
percaya diri.
3) Bagi Pengawas:
a) Pengawas termotivasi untuk
melaksanakan supervisi
manajerial. Kepala sekolah
yang terprogram dan
berkesinambungan.
b) Pengawas dan Kepala Sekolah
dapat merancang program
supervisi manajerial dan
supervisi manajerial bersama-
sama.
c) Memperbaiki pengelolaan
kepengawasan yang menjadi
tanggung jawabnya.
d) Pengawas dapat berkembang
secara profesional.
e) Mendorong pengawas lebih
percaya diri.
f) Menunjukkan peran nyata
dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
B. Tinjauan Pustaka
Secara etimologi (asal usul kata)
adminstrasi berasal dari bahasa Latin, ad +
minstare. Ad berarti intensif, sedangkan
ministare berarti melayani, membantu, dan
memenuhi. Administrare adalah kata kerja,
sedangkan kata bendanya adalah adminstratio
dan kata sifatnya adalah adminstration, dalam
bahasa Belanda menjadi administratie, dan
dalam bahasa Indonesia menjadi administrasi.
Jadi administrasi berarti melayani secara
intensif (Usman, 2006).
Menurut Simon (1987) adminstrasi
sebagai tugas (kewajiban) dalam konteks
pendidikan disebut administrasi sekolah.
Berdasarkan kajian pustaka diatas, maka dapat
dikemukakan bahwa prioritas tindakan
penelitian adalah: Dengan metode ceramah
dan bimbingan teknik dari pengawas sekolah
maka kemampuan kepala sekolah dalam
menyusun program kerja dan melakukan
sepervisi majanjerial menunjukkan persentase
tingkat pencapaian kompetensi sehingga
penyelenggaraan pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya dapat berjalan dengan baik,
terprogram, terencana dan berkesinambungan.
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi dan Hasil Pembahasan
Siklus I
a. Hasil analisa dari laporan Penilaian
kinerja kepala SD tahun 2014 khususnya
untuk Kecamatan Sekayu, kinerja SDN
Bilik Panjang menempati urutan ke 10
dari 10 SDN yang dinilai kinerjanya
dengan nilai administrasi: 2,8, nilai
manajemen: 3,0 dan nilai kepemimpinan
kepala sekolah: 3,0. Nilai rata-rata: 2,93.
b. Hasil supervisi Administrasi Kepala SDN
Bilik Panjang tahun 2014 adalah sebagai
berikut:
1) Laporan awal / akhir tahun pelajaran
dibuat tidak sesuai dengan data yang
sebenarnya , data/jumlah siswa yang
dibuat dalam laporan awal tahun
tersebut tidak sesuai dengan jumlah
siswa yang ada.
-
Abdul Halim | Peningkatan Mutu Program Kerja Kepala Sekolah
8 | ISSN : 2459-9743
2) Program Kerja Kepala Sekolah dibuat
tidak melalui tahapan analisis kondisi
sekolah.
3) Program Kerja hanya merupakan
syarat administrasi saja, sehingga
tidak dipedomani dalam pengelolaan
sekolah.
4) Supervisi yang dilaksanakan kepala
sekolah belum berjalan baik dan
program tindak lanjut tidak ada.
5) Catatan kepala sekolah mengenai:
pembinaan, kasus guru dan pegawai,
dan reward and punishment tidak
ada.
6) Kelengkapan lain seperti: buku tamu
umum, buku tamu khusus, buku tamu
supervisi, buku pengaduan dan
agenda kegiatan kepsek terisi tetapi
kurang terawat dengan baik.
2. Refleksi Kegiatan Siklus I
Dari kegiatan siklus I yang dilaksnakan
diperoleh hal-hal sebagai berikut:
a. Kepala sekolah telah membuat analisis
kondisi dengan menggunakan teknik
analisis SWOT, tetapi setelah dicermati
oleh peneliti analisis
tersebut masih harus
diperbaiki karena:
1) Masih banyak sub
aspek kegiatan sekolah
yang belum dianalisis.
2) Hasil analisis SWOT
disusun tidak
sistematis.
3) Kesenjangan dan
alternatif pemecahan
masalah belum dibuat.
b. Kepala Sekolah telah
membuat Program Kerja
Tahunan, tetapi setelah dicermati oleh
peneliti Program Kerja tersebut masih
harus diperbaiki karena ;
1) Terjadi salah penafsiran antar tujuan
dan sasaran serta hasil yang
diharapkan.
2) Progam Kerja yang dibuat belum
mengacu kepada hasil analisis
kondisi.
3) Masih ada aspek-aspek kegiatan
sekolah yang belum dimasukkan ke
dalam program kerja.
4) Skala prioritas dalam program kerja
belum kelihatan dengan jelas.
3. Deskripsi dan Hasil Pembahasan
Siklus II
Dari kegiatan siklus II diperoleh hal-hal
sebagai berikut:
a) Kepala Sekolah telah membuat perbaikan
analisis kondisi dengan menggunakan
teknik analisis SWOT danhasilnya sudah
cukupmemuaskan.
b) Kepala Sekolah telah membuat perbaikan
Program Kerja Tahunan, dan hasilnya
sudah cukup baik.
Tabel 2. Penilaian Adminstrasi Sekolah
No
Unsur Yang
Dinilai
Nilai
Siklus
1
Siklus
2
1. Program kerja
jangka panjang
2,80 3,90
2. Program kerja
jangka menengah
2.80 3,90
3. Program kerja
jangka pendek
2.70 4,00
4. Program kerja
tahunan
2.90 4,00
Jumlah 11,20 15,80
Rata-rata 2,80 3,95
Grafik Siklus 1 dan Siklus 2
C. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Setelah diadakan supervisi manajerial
Kepala Sekolah, dan hasil supervisi
ditindaklanjuti dengan bimbingan teknis secara
langsung terhadap kepala sekolah, maka dapat
disimpulkan:
a. Mutu hasil penyusunan analisis kondisi
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 5 - 9
ISSN : 2459-9743 | 9
sekolah dengan menggunakan teknis
analisis SWOT meningkat.
b. Program Kerja Tahunan Kepala sekolah
untuk tahun pelajaran 2014/2015
tersusun dengan baik.
2. Saran
a. Dalam setiap penyusun program kerja
tahunan sekolah sebaiknya diawali
dengan melakukan analisis kondisi dengan
menggunakan teknik analisis SWOT.
b. Dalam penyusunan program kerja
Tahunan Kepala Sekolah sebaiknya
mengacu kepada hasil analisis kondisi.
Sehingga skla prioritas dapat terlihat
dengan jelas dan program kerja tersebut
bisa menjadi acuan dalam melaksnaakan
kegiatan-kegiatan di sekolah.
c. Perlu diadakan pelatihan kepala sekolah
tentang penyusunan program kerja
tahunan sekolah dengan mengginakan
teknik analisis SWOT .
Daftar Pustaka
LPMP Sumsel. 2010. Kumpulan Materi
Pelatihan Penguatan Kemampuan
Kepala Sekolah dan Pengawas
Sumatera Selatan. Indralaya: LPMP
Sumsel.
Lutan, R. 2002. Supervisi Pendidikan Jasmani.
Jakarta: Depdiknas.
Republik Indonesia. 2007. Permendiknas
Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah. Jakarta: Biro Hukum
dan Organisasi Kemdiknas.
Sahertian, P.A . 2000. Konsep Dasar & Teknik
Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Bhinneka Cipta.
Slamet. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Wiriadihardja, M. 1987. Pedoman Administrasi
Umum. Jakarta: Balai Pustaka.
-
Nurlela | Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru
10 | ISSN : 2459-9743
Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru dalam Menyusun RKH
Melalui Bimbingan KKG TK Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin
Nurlela
Pengawas TK/ SD Kec. Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun
RKH pada guru-guru TK di Kecamatan Sekayu. Penelitian dilaksanakan di 10 sekolah TK binaan
peneliti di Kecamatan Sekayu pada tahun pelajaran 2014/ 2015 dengan jumlah subyek sebanyak 34
orang guru. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis data kuantitatif yaitu dengan
membandingkan keterampilan guru dalam membuat RKH pada siklus pertama dan siklus kedua
melalui bimbingan KKG TK. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian RKH.
Penelitian berlangsung dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa melalui bimbingan KKG TK dapat
meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun RKH. Hal ini dapat dilihat dari data yang
diperoleh peneliti yang menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru dalam menyusun RKH,
dimana pada siklus I, rata rata yang diperoleh 77,48 kemudian meningkat menjadi 85,29 pada siklus
II. Dari hasil siklus I kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 85,29 dan
indikator keberhasilan tercapai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah guru yang mencapai kategori baik
sebanyak 26 orang dari 34 orang guru kelas atau sebanyak 76 persen.
Kata Kunci: keterampilan guru , menyusun RKH, bimbingan KKG TK
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 2 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak
usia dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang
ditujukan memlalui pepmberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menyebutkan standar PAUD terdiri
atas empat kelompok yaitu: 1) Standar tingkat
pencapaian perkembangan, 2) Standar
pendidik dan tenaga kependidikan, 3) Standar
Isi proses, dan penilaian, 4) Standar sarana dan
prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.
Dalam Permendiknas RI No. 58 Tahun 2009
tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini
disebut standar isi, proses, dan penilaian
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian program yang dilaksanakan secara
terintegrasi sesuai dengan kebutuhan anak.
Perencanaan pembelajaran yang harus dimiliki
oleh guru TK Rencana Kegiatan Mingguan
(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH).
Kemampuan guru dalam menyusun
Rencana Kegiatan Harian (RKH) sangat penting
untuk meningkatkan kegiatan proses belajar
mengajar di sekolah sehingga mendapatkan
hasil pembelajaran yang bermutu. Guru
merupakan faktor yang dominan dalam proses
pembelajaran sehingga merupakan faktor yang
dominan dalam proses pembelajaran sehingga
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
proses belajar siswa. Bloom (1982)
menyatakan bahwa guru bertanggung jawab
terhadap kualitas pembelajaran yang
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. .
Walaupun demikian, dalam pelaksanaan
sekolah masih menghadapi berbagai
permasalahan, diantaranya adalah
permasalahan ketenangan khuusnya guru
seperti kurangnya jumlah guru,
ketidaksesuaian latar belakang pendidikan,
kompetensi guru, pemberdayaan, dan
kinerjanya. Selain itu juga masih kurangnya
sarana dan prasarana yang memadai untuk
tercapainya peningkatan mutu pendidikan
secara merata dan terpadu. Faktor-faktor di
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 10 - 14
ISSN : 2459-9743 | 11
atas sangat mempengruhi proses belajar
mengajar disekolah, dan dalam mengatasi
permasalahan tersebut dituntut perhatian dan
berbagai pihak sebagai pihak yang berhadapan
langsung pada permasalahan tersebut diatas
maka kepala sekolah, pengawas dan guru
dituntut lebih meningkatkan kinerjanya sesuai
dengan tugas dan tanggungjawabnya masing-
masing agar tercapainya suasana yang nyaman
dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah
dan nantinya bermuara pada peningkatan mutu
pendidikan secara umum.
Oleh karena itu pengawas dan kepala
sekolah dituntut untuk menemukan strategi
yang tepat untuk meningkatkan seluruh kinerja
warga sekolah. Ada 4 (empat) prinsip yang
menjadi pedoman penerapan manajemen
personalia di sekolah (Depdikbud), 1999 oleh
kepala sekolah yaitu:
a. Dalam mengembangkan sekolah sumber
daya adalah komponen yang paling
berharga.
b. Sumber daya manusia akan berperan
secara optimal jika disekolah dengan baik,
sehingga mendukung tercapainya tujuan
institusional.
c. Kultur dan suasana organisasi sekolah,
Serta prilaku manajerial kepala sekolah
sangat berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan pengembangan sekolah.
d. Manajemen personalia disekolah pada
prinsipnya mengupayakan agar setiap
warga sekolah dapat bekerja sama dan
saling mendukung untuk mencapai tujuan
sekolah.
Kemudian Wahjosumidjo (1999)
menyatakan bahwa tanggung jawab Kepala
Sekolah dalam rangka pembinaan guru harus
diarahkan untuk :
a. Mencapai tujuan sekolah.
b. Membantu para guru untuk memperoleh
kedudukan dan standar penampilan kerja
kelompok.
c. Memaksimalkan pengembangan karir
guru.
d. Mempersatukan antara tujuan-tujuan
individu guru dengan tujuan sekolah.
Hasil observasi awal penulis bahwa
kinerja guru-guru di TK negeri kecamatan
sekayu, pada saat ini masih belum optimal. Hal
ini dapat dilihat dari masih banyak tugas-tugas
yang belum terselesaikan dan dalam
pelaksanaan pembelajaran masih belum
memanfaatkan sarana alat peraga baik
langsung ataupun sarana gambar. Dari hasil
wawancara peneliti memperoleh informasi
bahwa sebagian besar guru tidak paham
menyusun RKH bahkan ada guru yang tidak
tahu bagaimana menyusun RKH secara
lengkap. Walaupun demikian, guru tersebut
setuju bahwa guru harus menggunakan RKH
dalam melaksanakan proses pembelajaran
yang dapat dijadikan acuan/ pedoman dalam
proses belajar mengajar. Selain itu,
kebanyakan guru belum tahu dengan
komponen-komponen RKH secara lengkap.
Berdasarkan SK Menpan nomor 118 tahun
1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan
angka kreditnya, keputusan Bersama
Mendikbud nomor 03420/ 0/ 1996 dan Kepala
Badan Administrasi Kepegawaian Negara
Nomor 38 tahun 1996 tentang petunjuk
pelasanaan jabatan fungsional pengawas serta
Keputusan Mendikbud Nomor 020/ U/ 1998
tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan
fungsional pengawas sekolah dan angka
kreditnya, dapat dikemukakan tentang tugas
pokok dan tenggung jawab pengawas sekolah
yang meliputi:
a. Melaksanakan pengawasan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah
sesuai dengan penugasannya pada TK, SD,
SLN, SLTP, dan SLTA.
b. Meningkatkan Kualitas proses belajar-
mengajar/ bimbingan dan hasil
presentasi belajar/ bimbingan siswa
dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
Dengan demikian berdasarkan kedua
tugas pokok tersebut, salah satu kegiatan yang
dapat dilakukan pengawasan adalah
memberikan arahan, bantuan dan bimbingan
kepada guru tentang proses pembelajaran/
bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil belajar/ bimbingan
siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan
pengawasan dalam hal ini adalah melalui
bimbingan KKGTK. Oleh arena itu dengan
adanya strategi ini diharapkan kinerja guru
semakain meningkat baik dalam menyelesaikan
tugas-tugas maupun dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar sehigga tujuan yang
diharapkan cepat tercapai. Berdasarkan latar
belakang di atas peneliti mengambil judul
Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru TK
Dalam Menyusun RKH Melalui Bimbingan
KKGTK Kecamatan Sekayu Kabupaten MUBA .
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
rumusan masalah adalah Apakah melalui
bimbingan KKGTK dapat meningkatkan
keterampilan menyusun RKH Guru TK
Kecamatan Sekayu?
3. Tujuan Penelitian
Dengan diadakannya bimbingan KKGTK
dapat meningkatkan keterampilan guru dalam
menyusun RKH pada guru-guru TK Kecamatan
Sekayu.
-
Nurlela | Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru
12 | ISSN : 2459-9743
4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Bagi sekolah, dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam lembaga
pendidikan sebagai bahan bacaan atau
rujukan.
b. Bagi Kepala Sekolah, sebagai motivasi
untuk bekerja lebih baik mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan semua pihak.
c. Bagi Guru, sebagai motivasi untuk bekerja
lebih baik mencapai tujuan pendidikan
yang diharapkan semua pihak.
B. Kajian Teori
1. Keterampilan Guru
Guru sebagai orang yang berwenang dan
bertangung jawab terhadap pendidikan siswa,
baik secara individu maupun secara klasikal
baik disekolah maupun diluar sekolah minimal
harus memiliki dasar-dasar kompetensi
sebagai wewenang dalam menjalankan
tugasnya. Guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencariannya, profesi)
mengajar, memiliki kompetensi menganalisa
dan mengarahkan anak didik, untuk dapat
mengembangkan potensi yang ada pada diri
anak didik secara optimal, sehingga benar-
benar menghasilkan siswa ang berkualitas
tidak cukup sampai disitu, proses belajar
mengajar yang menyenangkan merupakan hal
terpenting dalam pendesainan belajar dengan
murid-murid.
Untuk itu seorang guru perlu memiliki
kepribadian, menguasai bahan pelajaran dan
menguasai cara-cara mengajar sebagai
kompetensinya. Tanpa hal tesebut guru akan
gagal dalam melaksanakan tugasnya. Karena
kompetensi mengajar harus dimiliki oleh
seoarang guru yang merupakan kecakapan atau
keterampilan dalam mengelolah kegiatan
pendidikan. Bahri Djamarah menyatakan
bahwa seorang guru dikatakan profesional
apabila mempunyai beberapa kompetensi,
antara lain: 1) Kompetensi pedagogik; 2)
Kompetensi kepribadian; 3) Kompetensi sosial;
dan 4) Kompetensi professional. Berdasarkan
penelitian penulis bahwa guru-guru yang
kinerja mengajarnya itu dikerenakan beberapa
faktor, antara lain:
a. Rendahnya penguasaan materi pelajaran.
b. Tidak menguasai metode mengajar.
c. Pengaruh lingkungan sekolah seorang
guru muda baru lulus dan memiliki
semangat mengajar yang tinggi secara
tidak sadar kurang disiplin.
d. Kemampuan mengelola kelas
e. Kemampuan melakukan penelitian dan
evaluasi.
2. Rencana Kegiatan Harian (RKH)
Rencana Kegiatan Harian (RKH)
merupakan penjabaran dari Rencana Kegiatan
Minguan (RKM). RKH memuat kegiatan
kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan
secara Individual, kelompok, maupun klasikal
dalam satu hari. RKH terdiri atas kegiatan
pembukaan kegiatan inti, istirahat/ makan, dan
kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pembukaan
b. Kegiatan Inti
c. Istirahat/ Makan
d. Kegiatan Penutup
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun RKH adalah sebagai berikut :
a. RKH disusun untuk setiap KD yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
atau lebih,
b. tujuan pembelajaran menggambarkan
proses dan hasil belajar yang harus di
capai oleh peserta didik sesuai
dengan kompetenrsi dasar,
c. tujuan pembelajaran dapat mencakupi
sejumlah indikator, atau satu tujuan
pembelajaran untuk beberapa indikator,
yang penting tujuan pembelajaran harus
mengacu pada pencapaian indikator,
d. Kegiatan pembelajaran (langkah-langkah
pembelajaran) dibuat setiap pertemuan,
bila dalam satu RKH terdapat 3 kali
pertemuan, maka dalam RKH tersebut
terdapat 3 langkah pembelajaran,
e. Bila terdapat lebih dari satu pertemuan
untuk indikator yang sama, tidak perlu
dibuatkan langkah kegiatan yang lengkap
untuk setiap pertemuannya.
3. Bimbingan KKG TK
Sejak tahun sembilan-puluhan arus
informasi di berbagai bidang mengalir dengan
deras. Sejak saat itu peningkatan di bidang
komunikasi dan informasi semakin cangggih.
Kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi yang terus menerus mengalir dengan
sendirinya menjadi sebuah perhatian serius
bagi pemerintah agar guru juga diberikan
pembinaan profesional guru secara terus
menerus, sehingga guru tidak ketinggalan
ilmu pengetahuan. Sebagaimana diungkapkan
oleh Anwar Yasin: Kita menyadari bahwa
tuntutan pembangunan akan sumber daya
manusia (SDM) yang bermutu menuntut juga
kemampuan profesional guru yang semakin
tinggi. Oleh karena itu, perlu ada sistem
pembinaan yang menjamin adanya dukungan
profesional bagi guru dalam melaksanakan
tugas mengajarnya sehari-hari sehingga mereka
senantiasa dapat meningkatkan mutu KBM.
Sistem pembinaan profesional yang dimaksud
adalah tidak lain dari pada mekanisme
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 10 - 14
ISSN : 2459-9743 | 13
bagaimana membantu guru meningkatkan
mutu kemampuan profesionalnya terutama
dalam mengajar dan membelajarkan murid,
atau dengan kata lain, dalam meningkatkan
mutu proses/ kegiatan belajar-mengajar (KBM)
sehingga hasil mutu hasil belajar murid pun
meningkat.
Kelompok kerja Guru yang beranggotakan
semua guru TK di dalam gugus yang
bersangkutan. KKG TK ini adalah wadah
pembinaan profesional bagi para guru dalam
meningkatkan kemampuan profesional guru
khususnya dalam melaksanakan dan mengelola
pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Secara
operasional Kelompok Kerja Guru dapat dibagi
lebih lanjut menjadi kelompok yang lebih kecil
berdasarkan jenjang kelas atau permata
pelajaran. Kelompok-kelompok di atas
diberlakukan melalui SK Dirjen Dikdasmen No.
070/ C/ Kep/ 1/ 93 tanggal 7 April 1993.
Semenjak itulah Kelompok Kerja Guru (KKG)
mulai dilaksanakan.
Menurut Hasibuah Botung dikutip oleh
Ginting, Kelompok Kerja Guru (KKG)
merupakan suatu wadah dalam pembinaan
kemampuan profesional guru, pelatihan dan
tukar menukar informasi, dalam suatu mata
pelajaran tertentu sesuai dengan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Menurut Julia Kelopok Kerja Guru (KKG)
merupakan wadah dalam pembinaan
profesional guru yang dapat dimamfaatkan
untuk berkomunikasi, bertukar fikiran dan
berbagi pengalaman, melaksanakan berbagai
demonstrasi, atraksi dan simulasi dalam
pembelajaran.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa kelompok kerja (KKG) adalah sebuah
forum/ organisasi atau perkumpulan guru-
guru mata pelajaran yang mempunyai kegiatan
khusus memberikan informasi-informasi
pendidikan dalam rangka meningkatkan
kualitas pribadi guru dalam proses belajar
mengajar.
4. Hipotesis Tindakan
Melalui bimbingan KKGTK dapat
meningkatkan keterampilan guru TK dalam
menyusun RKH di Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin.
C. Pembahasan
Dari hasil pengamatan selama proses
pelaksanaan tindakan terlihat bahwa adanya
perkembangan ke arah yang lebih baik pada
peningkatan keterampilan guru dalam
menyusun RKH.
Dari rata-rata keterampilan guru dalam
membuat RKH meningkat dan mencapai
kategori baik. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan guru menyusun RKH,
dimana pada siklus I sebesar 77,48 dan
meningkat lagi pada siklus II menjadi 85,29.
Dari hasil siklus I kemudian dilakukan
perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-
rata 85,29 dan indikator keberhasilan tercapai.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah guru yang
mencapai kategori baik sebanyak 26 orang dari
34 orang guru kela. Ini artinya telah mencapai
76 % dari seluruh guru, seperti pada tabel
berikut:
Tabel 1
Perbandingan Keterampilan Guru
Menyusun RKH Pada Siklus I dan Siklus II
Adapun nilai rata-rata keterampilan guru
dalam siklus I dan siklus II dinyatakan dalam
tabel berikut. 77,48 dan meningkat lagi pada
siklus II menjadi 85,29.
Tabel 2
Perbandingan Nilai Rata-rata
Keterampilan Guru Menyusun RKH Pada
Siklus I dan Siklus II
Dari tabel di atas dapat dinyatakan dalam
bentuk grafik berikut:
Grafik 1
Rata-rata Keterampilan Guru Per-Siklus
-
Nurlela | Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru
14 | ISSN : 2459-9743
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus
I, siklus II dapat disimpulkan bahwa
meningkatkan keterampilan guru dalam
menyusun RKH dapat dilakukan melalui
bimbingan KKG TK.
D. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa melalui
bimbingan KKG TK dapat meningkatkan
keterampilan guru dalam menyusun RKH. Hal
ini dapat dilihat dari data yang diperoleh
adanya peningkatan keterampilan guru dalam
menyusun RKH dimana pada siklus I, rata rata
yang diperoleh 77,48 kemudian meningkat
menjadi 85,29 pada siklus II. Dari hasil siklus I
kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II
diperoleh nilai rata-rata 85,29 dan indikator
keberhasilan tercapai. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah guru yang mencapai kategori baik
sebanyak 26 orang dari 34 orang guru kela. Ini
artinya telah mencapai 76 % dari seluruh guru.
Daftar Pustaka
Aziz, M.A. 1994. Mutu. Jakarta: PEQIP.
Ginting, Proposal Penajuan Dana Pembinaan
KKG Padang Barat. Padang: SDCA Padang.
Julia, R. Pengembangan Kelompok Kerja Guru.
Padang: Makalah KKG Padang Barat.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010.
Kepemimpinan Pembelajaran. Jakarta:
Kemdiknas.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010.
Penelitian Tindaka Sekolah (PTS). Jakarta:
Kemdiknas.
Marnis. 1999. Arus Informasi dan Globalisasi.
Jakarta: Pustaka Setia.
Saleh, I. Guru dan Perubahan Zaman. Medan:
Koran Mingguan Sangkakala.
Universitas Terbuka. 2006. Statistik. Jakarta:
UT
Wahyudin, D. 1995. Monitoring dan Evaluasi
Petunjuk bagi para Pelaksana. Jakarta:
PEQIP.
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 15 -21
ISSN : 2459-9743 | 15
Peningkatan Kemampuan Guru dalam
Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
Melalui Bimbingan Teknis di Gugus I Kecamatan Sekayu
Nurmalah
Pengawas TK/ SD Kec. Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di Gugus I Kecamatan Sekayu. Masalh yang
diteliti adalah kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Prosedur
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mensupervisi dan menganalisa KKM yang telak
ditentukan oleh guru kelas dan memberikan bimbingan teknis tentang cara menentukan KKM. Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi peningkatan kesiapan dan kinerja guru dalam menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal dari siklus I ke siklus II dan peningkatan ketercapaian indikator
kinerja pada tindakan siklus II. Dari penelitian ini dapat disimpulan bahwa pemberian bimbingan
teknis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Sekolah Dasar di Gugus I Kecamatan Sekayu.
Kata kunci : peningkatan kemampuan guru, menetapkan KKM
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Secara umum guru kelas pada Sekolah
Dasar dalam wilayah gugus I Kecamatan
Sekayu belum begitu memahami langkah-
langkah dalam menetapkan KKM, sehingga
dalam menentukan KKM tidak berdasarkan
analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta
langkah-langkah penetapan, oleh karena itu
perlu ada kegiatan pada awal tahun pelajaran
yang dapat memberikan informasi kepada guru
yang dijadikan pedoman dalam penetapan
KKM. Dalam kebijakan pemerintah di bidang
pendidikan telah bergulir dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana- prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum
pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar
merupakan tahapan awal pelaksanaan
penilaian hasil belajar sebagai bagian dari
langkah pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi yang menggunakan acuan kriteria
dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan
satuan pendidikan menetapkan kriteria
minimal yang menjadi tolok ukur pencapaian
kompetensi. Oleh karena itu, diperlukan
panduan yang dapat memberikan informasi
tentang penetapan kriteria ketuntasan
minimal yang dilakukan di satuan pendidikan.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara meningkatkan
kemampuan guru kelas di gugus I
Kecamatan Sekayu dalam menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)?
b. Apakah pemberian bimbingan teknis
dapat meningkatkan kemampuan guru
kelas dalam menetapkan Kriteria
Ketuntas Minimal (KKM)?
3. Pemecahan Masalah
Berdasarkan kajian dan analisis peneliti
bahwa untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal, kegiatan bimtek dapat menyelesaikan
masalah, karena melalui bimtek dapat
meningkatkan kemampuan guru khusunya
dalam menetapakan Kriteria Ketuntasan
Minimal di Gugus I Kecamatan Sekayu tahun
2014/2015.
4. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendiskripsikan dampak
pelaksanaan bimtek peningkatan
-
Nurmalah | Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM
16 | ISSN : 2459-9743
kemampuan guru kelas dalam
menetapkan KKM
b. meningkatkan kemampuan guru kelas
dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) Gugus I kecamatan
Sekayu tahun 2014/2015
c. Memberi pengertian dan pemahaman
kepada guru kelas tentang makna dan
pentingnya penentuan KKM
d. Mengubah sikap tradisional yang merasa
puas dengan apa yang ada, menjadi sikap
terbuka terhadap pembaharuan .
5. Manfaat Penelitian
a. Bagi Guru :
1) Guru dapat menambah wawasan
tentang cara menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sesuai dengan mata pelajara di kelas
yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Guru memiliki kemampuan dalam
menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal sehingga proses belajar
mengajar lebih baik.
b. Bagi Sekolah :
1) Untuk meningkatkan mutu penilaian
pendidikan di sekolah.
2) Meningkatkan kinerja sekolah.
c. Bagi Kepala Sekolah :
1) Kepala sekolah dapat melaksanakan
dan mengevaluasi pelaksanaan
pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas.
2) Kepala sekolah dapat mempedomani
standar penilaian yang dilakukan
oleh guru untuk melaksanakan
pelayanan pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya.
3) Medorong kepala sekolah untuk lebih
percaya diri.
d. Bagi Pengawas :
1) Pengawas termotivasi untuk
melaksanakan supervisi akademik
guru yang menjadi binaan yang
terprogram dan berkesinambungan.
2) Pengawas dan guru binaan dapat
merancang menetapan KKM
3) Memperbaiki pengelolaan
kepengawasan yang menjadi
tanggung jawabnya.
4) Mendorong pengawas lebih percaya
diri.
5) Menunjukkan peran nyata dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
B. Kajian Pustaka
1. Pengertian Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Berdasar Permendiknas RI No. 20
Tahun 2007, dijelaskan bahwa Kreteria
Ketuntasan Minimal (KKM) adalah
kreteria ketuntasan belajar (KKB) yang
ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM
harus ditetapkan sebelum awal tahun
ajaran dimulai. Seberapapun besarnya
jumlah peserta didik yang melampui batas
ketuntasan minimal, tidak mengubah
keputusan pendidik dalam menyatakan
lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan
Kriteria tidak diubah secara serta merta
karena hasil empirik penilaian. Acuan
Kriteria mengharuskan pendidik untuk
melakukan tindakan yang tepat terhadap
hasil penilaian, yaitu memberikan layanan
remedial bagi yang belum tuntas dan atau
layanan pengayaan bagi yang sudah
melampui Kriteria ketuntasan minimal.
Kriteria Ketuntasan Minimal
ditetapkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan hasil musyawarah Kelompok
Kerja Guru (KKG) di satuan pendidikan
atau beberapa satuan pendidikan yang
memiliki karakteristik yang hampir sama.
Pertimbangan pendidik atau forum
KKG/KKKS secara akademis menjadi
pertimbangan utama penetapan KKM.
Kriteria ketuntasan minimal menjadi
acuan bersama pendidik, peserta didik,
dan orang tua peserta didik. Oleh karena
itu pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap penilaian di sekolah berhak
untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan
perlu melakukan sosialisasi agar informasi
dapat diakses dengan mudah oleh peserta
didik dan atau orang tuanya. Kriteria
Ketuntasan Minimal harus dicantumkan
dalam Laporan Hasil Belajar (LHB)
sebagai acuan dalam menyikapi hasil
belajar peserta didik.
2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
Merupakan target satuan pendidikan
dalam pencapaian kompetensi tiap aata
pelajaran. Satuan pendidikan harus
berupaya semaksimal mungkin untuk
melampui KKM yang ditetapkan.
Keberhasilan pencapaian KKM
merupakan salah satu tolok ukur kinerja
satuan pendidikan dalam
menyelenggarakan program pendidikan.
Satuan pendidikan dengan KKM yang
tinggi dan dilaksanakan secara
bertanggung jawab dapat menjadi tolok
ukur kualitas mutu pendidikan bagi
masyarakat.
3. Mekanisme Penetapan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM)
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 15 -21
ISSN : 2459-9743 | 17
Penetapan Kriteria Ketuntasan
Minimalperlu mempertimbangkan
beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Penetapan KKM merupakan
kegiatanpengambilan keputusan yang
dapat dilakukan melalui metode
kualitatif dan atau kuantitatif. Metode
kualitatif dapat dilakukan melalui
profesional judgement,
mempertimbangkan kemampuan
akademik dan pengalaman pendidik
mengajar mata pelajaran di kelas
yang menjadi tanggung jawab guru
kelas masing-masing. Sedangkan
metode kuantitatif dilakukan dengan
rentang angka yang disepakati sesuai
dengan penetapan kriteria yang
ditentukan.
b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan
minimal dilakukan melalui analisis
ketuntasan belajar minimal pada
setiap indikator dengan
memperhatikan kompleksitas, daya
dukung, dan intake peserta didik
untuk mencapai ketuntasan
kompeteni dasar dan standar
kompetensi.
c. Kriteria ketuntasan minimal setiap
Kompetensi Dasar (KD) merupakan
rata-rata dari indikator yang terdapat
dalam Kompetensi Dasar tersebut.
Peserta didik dinyatakan telah
mencapai ketuntasan belajar untuk
KD tertentu apabila yang
bersangkutan telah mencapai
ketuntasan belajar minimal yang
telah ditetapkan untuk seluruh
indikator pada KD tersebut.
d. Kriteria ketuntasan minimal setiap
Standar Kompetensi (SK) merupakan
rata-rata KKM Kompetensi Dasar
(KD) yang terdapat dalam SK
tersebut.
e. Kriteria Ketuntasan Minimal mata
pelajaran merupakan rata-rata dari
semua KKM-SK yang terdapat dalam
satu semester atau satu tahun
pembelajaran, dan dicantumkan
dalam Laporan Hasil Belajar (LHB
/Rapor) peserta didik.
f. Indikator merupakan acuan / rujukan
bagi pendidik untuk membuat soal-
soal ulangan, baik Ulangan Harian
(UH), Ulangan Tengah Semester
(UTS) maupun Ulangan Akhir
Semester (UAS). Soal ulangan
ataupun tugas-tugas harus mampu
mencerminkan/ menampilkan
pencapaian indikator yang diujikan.
Dengan demikian pendidik tidak
perlu melakukan pembobotan
seluruh hasil ulangan, karena
semuanya memiliki hasil yang setara
g. Pada setiap indikator atau
kompetensi dasar dimungkinkan
adanya perbedaan nilai ketuntasan
minimal.
4. Langkah-langkah Penetapan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM)
Penetapan KKM dilakukan oleh
guru kelas atau guru mata pelajaran
sesuai dengan jenjang kelas yang menjadi
tanggung jawabnya. Langkah penetepan
KKM adalah sebagai berikut:
a. Guru atau kelompok guru
menetapkan KKM mata Pelajaran
dengan mempertimbangkan tiga
aspek kriteria, yaitu komleksitas,
daya dukung dan intake peserta
didik dengan skema sebagai berikut:
b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau
kelompok guru mata pelajaran
disahkan oleh Kepala Sekolah untuk
dijadikan patokan guru dalam
melakukan penilaian;
c. KKM yang ditetapkan
disosialisasikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan, yaitu peserta
didik, orang tua, dan dinas
pendidikan;
d. KKM dicantumkan dalam LHB pada
saat hasil penilaian dilaporkan
kepada orang tua / wali peserta
didik.
5. Penetuan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
KKM pada setiap indikator pada KD, SK
dari mata pelajaran ditetapkan melalui
analisis Komleksitas, Daya Dukung, dan
Intake.
a. Kompleksitas (S)
S1 : tergolong ranah kognitif tinggi,
S2 : konsep abstrak bagi siswa,
S3 : kurangnya contoh yang
-
Nurmalah | Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM
18 | ISSN : 2459-9743
ditemukan siswa,
S4 : mengandung banyak istilah
asing,
S5 : kurang didukung sarana,
S6 : bahan sajian sulit dipahami
Untuk komleksitas dibagi menjadi 3
tingkat, yaitu :
- Tinggi, jika 5 6 indikator diatas
ia, maka poin 1,
- Sedang, jika 4 indikator ia, maka
poin 2,
- Rendah, jika 0 3 indikator ia,
maka poin
b. Daya dukung (D)
D1 : Sarana Prasarana,
D2 : Ketersediaan tenaga,
D3 : Kepdulian Stake Holders
D4 : Biaya Operasional Pendidikan,
D5 : Manajemen Sekolah,
Daya dukung dibagi menjadi tiga
tingkat yaitu :
- Tinggi, jika 5indikator diatas ia,
maka poin 3,
- Sedang, jika 4 indikator diatas ia,
maka poin 2,
- Rendah jika 0 3 indikator ia,
maka poin 1
c. Intake
Rata-rata nilai asal siswa
Untuk intake dibagi menjadi tiga
tingkat, yaitu :
- Tinggi, jika rata-rata 80 100,
maka poin 3
- Sedang, jika rata-rata 60 79,
maka poin 2
- Rendah,jika rata-rata 59 kebawah,
maka poin 1
- KKM indikator pada KD,SK dalam
mata pelajaran adalah jumlah
poin yang didapat dibagi
sembilan kali seratus.
6. Bimbingan Tehnik
Melalui kegiatan bimbingan tekhnik
yang lebih menekankan pada metode
kolaboratif konsultatif akan memberikan
kesempatan sharing antara satu guru
dengan guru lainnya. Dengan demikian
pemahaman terhadap Kriteria Ketuntasan
Minimal dapat ditingkatkan baik dalam
teoritisnya maupun implementasinya.
Dengan demikian dapat diduga bahwa
melalui bimbingan ntehnik dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam
penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal
Sekolah Dasar Gugus I Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin .
7. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka diatas,
maka dapat di kemukakan prioritas
tindakan penelitian ini adalah sebagai
berikut: dengan metode ceramah dan
bimbingan teknik dari pengawas sekolah
maka dapat di kemukakan ketuntasan
menunjukkan persentase tingkat
pencapaian kompetensi sehingga dengan
angka maksimal 100 (seratus). Angka
maksimal 100 merupakan kriteria
ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara
nasional diharapkan mencapai minimal
75. Satuan Pendidikan dapat memulai dari
kriteria ketuntasan minimal di bawah
target nasional kemudian ditingkatkan
secara bertahap.
8. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 6 (enam)
sekolah dasar di gugus I Kecamatan
Sekayu dengan jumlah subyek sebanyak
63 orang dengan rincian sebagai berikut:
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Deskrip dan Hasil Penelitian
a. Deskripsi Kondisi Awal
Dari kegiatan Para Siklus I
menunjukan gambaran hasil yang
didapat berdasarkan rekaman fakta/
observasi para guru di Gugus I
Kecamatan Sekayu, pada awalnya
pemahaman terhadap Kriteria
Ketuntasan Minimal masih sangat
kurang, hal ini dikarenakan persepsi
guru menganggap bahwa Kriteria
Ketuntasan Minimal tidak terlalu
penting, disamping itu acuan,
pelatihan, atau sosialisasi KKM juga
kurang.
b. Deskripsi Siklus I
1) Berkoordinasi dengan kepapal
UTD Dikbud Kecamatan Sekayu
untuk menyampaikan penelitian
dan minta masukan tentang
masalah yang ada sekaligus
membicarakan masalah tekhnis,
waktu pelaksanaan penelitian,
dan hal-hal yang terkait dengan
penelitian dan atau bimbingan
yang dilaksanakan.
2) Memberikan materi tentang
Kriteria Ketuntasan Minimal.
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 15 -21
ISSN : 2459-9743 | 19
3) Bersama guru dan kepala sekolah
Menelaah konsep Kriteria
Ketuntasan Minimal
4) Mendiskusikan konsep Kriteria
Ketuntasan Minimal dan
presentasi kelompok.
5) Presentasi Kelas
6) Menghasilkan KKM Mata
Pelajaran disetiap jenjang kelas
di SD dalam wilayah gugus I
Kecamatan Sekayu.
Kegiatan peserta juga diobservasi,
mengenai: kesiapan mental dan fisik
guru, kesiapan bahan-bahan yang
dibawa guru pada waktu Bimtek,
kehadiran guru, kesiapan laptop,
kualitas KKM, dan respon guru. Dari
hasil pengamatan terhadap aktivitas
peserta yang berjumlah 63 orang
dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disiapkan,
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Rangkuman Hasil Observasi
Keterangan : S = Siap, H = Hadir, TS = Tidak Siap
TH = Tidak Hadir
Dari tabel 1 di atas tampak bahwa
pada aspek kasiapan mental dan fisik;
47 orang atau 74,60% peserta siap
dan 16 orang atau 25,40% tergolong
belum siap. Pada aspek kesiapan
bahan; tampak 42 orang atau 66,67%
peserta siap dan 21 orang atau
33,33% belum siap. Pada aspek
kehadiran guru tampak 56 atau
88,89% hadir dan 7 orang atau
11,11% tidak hadir. Pada aspek
kesiapan laptop tampak 12 orang atau
19,05% siap dan 51 orang tidak siap
atau 80,95 % belum siap. Berdasarkan
dekripsi ini tempaknya kesiapan guru
dalam mengikuti bimtek belum
memenuhi kriteria keberhasilan
untuk semua aspek.
Dari hasil evaluasi terhadap
penetapan KKM yang dibuat oleh 56
orang yang mengikuti Bimtek pada
siklus I seperti tampak pada tabel 2
berikut :
Tabel 2. Rangkuman Hasil Penilaian
Guru Siklus I
Keterangan :
Amat Baik = 85
-
Nurmalah | Peningkatan Kemampuan Guru dalam