Jurnal Guru Rahayu No.1/2014

107

description

Jurnal Gur

Transcript of Jurnal Guru Rahayu No.1/2014

  • Penasehat :Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Ciamis

    Mitra Bestari :Prof. Dr. H.S. Koswara(Universitas Galuh Ciamis)Dr. Asep Saeful Rahmat, M.Si(Dinas Pendidikan Kab. Ciamis)Drs. H. Agus Kuncoro, S.IP., M.Pd.(STAI Putera Galuh Ciamis)

    Dewan Redaksi :Wawan Setiawan, S.IP. PimpinanBini, S.Pd. AnggotaHj. Eni Marliani, S.Pd., M.Pd. Anggota

    Penyunting :Hj. Ani Herniawati, S.Pd., M.Pd.Irwan Setiawan, S.Pd.Jusuf Nursjamsu

    Administrasi :Elis Rosliah, S.Pd.Atih Sahtini, S.Pd.SD.Nana S.Pd.

    Jurnal Guru Rahayu adalah jurnal hasilpenelitian dan kajian ilmiah yang berkaitandengan pendidikan dasar dan menengah.Terbit setiap bulan dengan memuat artikelyang dapat dibaca dan diunduh secara fulltextsecara gratis tanpa melanggar hak cipta padawebsite yang beralamat di http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id.

    Visi Jurnal adalah tersebar luasnya hasilpenelitian dan kajian ilmiah yang berkaitandengan bidang pendidikan dasar.Dengan misi :1. Mengakomodasi dan mendeseminasi

    berbagai hasil penelitian dan kajian ilmiahyang berkaitan dengan bidang pendidikandasar dan menengah.

    2. Menyediakan informasi hasil penelitiandan kajian ilmiah yang berkaitan denganpendidikan dasar dan menengah yangberkualitas.

    Semua artikel yang dipublikasikan pada Jurnal Guru Rahayu dapat dibaca dan/ataudiunduh fulltex secara gratis tanpa melanggar hak cipta, cukup dengan melakukanpendaftaran terlebih dahulu pada website kami tanpa dipungut bayaran apapun.Untuk penulis/kontributor yang berniat mempublikasikan karya ilmiahnya pada JurnalGuru Rahayu dikenakan biaya untuk administrasi peer review serta penyediaan naskahcetak lepas (off print). Untuk keterangan lebih lanjut silahkan hubungi Redaksi melaluiemail kami di: [email protected] atau silahkan hubungi sekretariat kami di Jl.Dr. Ciptomangunkusumo No.46 Ciamis.

  • DAFTAR ISINomor : 1, Volume: 1, Nopember2013 Hal. 1- 104

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR MACAM MACAM AGAMA MELALUI PENGGUNAANMEDIA PUZZLES PESERTA DIDIK KELAS I SD NEGERI 1 RAKSABAYA-CIMARAGASEti Hermayati

    1 10

    PENGGUNAAN BARANG BEKAS SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN DALAMMENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 7 CIAMISDALAM PEMBELAJARAN ATLETIK NOMOR LARI DAN LOMPATDiding Suryana

    11 22

    MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERINGKAS TEKS BACAAN DENGANMENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VISD NEGERI 7 CIAMISAan Suhanah

    23 33

    PENGGUNAAN MEDIA GELAS DAN KANCING UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA SISWA KELAS ISD NEGERI 7 CIAMISEka Gusmawati

    35 44

    UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUIMETODE NUMBER HEAD TOGETHER DENGAN BANTUAN MEDIA GENAILLE LUCASROD PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 7 CIAMISMariam Agustina

    45 56

    MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERKALIAN DAN PEMBAGIAN DENGANMENGGUNAKAN MEDIA BATANG NAPIER PADA SISWA KELAS IIISD NEGERI 7 CIAMISIis Rohayati

    57 68

    PENGGUNAAN PENDEKATAN INVESTIGASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANMENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG LINGKARANPESERTA DIDIK KELAS VI SDN 4 MALEBEREndin

    69 79

    MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG BAGIAN UTAMA TUBUH HEWAN DANTUMBUHAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE PADA PESERTA DIDIK KELAS IISDN 4 MALEBEREros Rostikah

    81 92

    IMPLEMENTASI ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) DENGAN MEDIAKARTU AKSELERASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMUTASIDAN KOMBINASIAhmad Saepulloh

    93 104

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 1 - 10

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 1

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR MACAM MACAM AGAMAMELALUI PENGGUNAAN MEDIA PUZZLES

    PESERTA DIDIK KELAS I SD NEGERI 1RAKSABAYA-CIMARAGAS

    Eti HermayatiSD Negeri 1 Raksabaya

    AbstractThis study reported around the using of puzzle as media to solve the learningproblems in Citizenship Education. The study focused on improving thelearning activities and learning outcomes of students in various religioussubjects. The subjects were all students of the first grade of SD Negeri 1Raksabaya in 2013/2014 school year, that consisted of 14 students. The studywas conducted collaboratively between the class teacher as principalinvestigator and a partner teacher as observe. Kemmis and Mc Taggarts modelwas used in two cycles that equivalent to four teaching appoinment. The studyresults showed an increase of learning outcom in the learning of variousreligious material from 56.8 in pre-CAR evaluation to 71.4 in the first cycletest and to 90 in the second test., as well as the learning activities of studentsincreased from 77.5% in the first cycle of CAR to 95% in the second cycle ofCAR.

    Keywords: Media Puzzle, learning outcomes

    AbstrakPenelitian tindakan kelas yang dilaksanakan mengetengahkan penggunaanmedia puzzle dalam upaya mengatasi permasalahan pembelajaran PendidikanKewarganega-raan. Penelitian difokuskan pada peningkatan aktivitas belajarserta hasil belajar peserta didik dalam pelajaran macam-macam agama.Subjek penelitian adalah seluruh peserta didik kelas I SD Negeri 1 RaksabayaKecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis tahun pelajaran 2013/2014 yangberjumlah 14 orang. Penelitian dilakukan secara kolaboratif antara guru kelassebagai peneliti utama dan seorang guru mitra sebagai observer. Model PTKyang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart dalam dua sikluspenelitian yang setara dengan empat kali pertemuan. Hasil PTK menunjukkanterjadinya peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran materimacam-macam agama dengan capaian nilai rata-rata sebesar 56,8 padaevaluasi pra- PTK menjadi 71,4 pada evaluasi akhir PTK siklus I dan menjadi90 pada evaluasi akhir PTK siklus II., serta aktivitas belajar peserta didikmeningkat dari 77,5% pada PTK siklus I menjadi 95% pada PTK siklus II.

    Kata kunci : Media Puzzle, hasil belajar

    PendahuluanPeserta didik yang berada di kelas rendah (kelas I - III sekolah dasar) adalah

    anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masayang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupanseseorang. Menurut Piaget (Suherman, 2003:25) peserta didik usia Sekolah Dasar(7 12 tahun) perkembangan mental dan berpikirnya berada pada tahap

  • PENINGKATAN HASIL BELAJAR MACAM MACAM AGAMA MELALUIPENGGUNAAN MEDIA PUZZLES (Eti Hermayati)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 2

    operasional konkret. Peserta didik yang berada pada tahap operasional konkret,dalam proses belajarnya memerlukan pengalaman fisik seperti memanipulasibenda konkret untuk membentuk pengalaman logika berpikirnya. Dengan katalain, pada tahap ini siswa sudah dapat berpikir logis tetapi masih memerlukanbenda-benda konkret (nyata) yang dapat mereka otak-atik sesuai dengankeinginannya, dan hal ini akan membantu perkembangan intelektualnya. Jadikegiatan manipulatif (hand on activities) dan kesempatan untuk mengeksplorasisangat penting bagi peserta didik pada tahap ini untuk membantu prosesberpikirnya agar seluruh potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secaraoptimal.

    Berkaitan dengan hal tersebut, dalam melaksanakan pembelajaran terhadappeserta didik yang berada pada rentang usia dini, guru dituntut untuk lebihmemperhatikan karakteristik peserta didik agar mereka tidak cepat merasa bosan,jenuh atau bahkan merasa tertekan dalam mengikuti pembelajaran khususnyapelajaran yang memerlukan hapalan-hapalan dan/atau penguasaan konseptermasuk pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Upaya guru dalammengoptimalkan hasil belajar peserta didik usia dini dapat dilakukan melaluiberbagai cara, diantaranya melalui optimalisasi penggunaan media pembelajaranyang sangat membantu peserta didik melakukan kegiatan-kegiatan manipulatif(hand on activities) selama proses pembelajaran.

    Salah satu media pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif dalampembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang relatif banyak hapalan adalahMedia Puzzle. Dalam penggunaannya, media puzzle membutuhkan kesabaranserta ketekunan dari peserta didik untuk dapat menyelesaikannya, sehinggamelalui penggunaan puzzle mental peserta didik akan dilatih untuk untuk bersikaptenang, tekun dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu. Kepuasan yang didapatsaat peserta didik menyelesaikan puzzle pun merupakan salah satu pembangkitmotivasi anak untuk hal-hal yang baru dalam mengeksplorasi pelajaran, yangpada akhirnya diharapkan akan mampu menambah daya hafal dan meningkatkanhasil belajar mereka.

    Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajarpeserta didik kelas I SD Negeri 1 Raksabaya dalam pembelajaran pendidikankewarganegaraan pada materi macam-macam agama melalui penggunaan mediapuzzle. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar padapeserta didik dalam upaya meningkatkan hasil belajar mereka, selain itu penelitianini pun diharapkan dapat memberikan wawasan serta pengetahuan bagi gurudalam mengatasi permasalahan pembelajaran pada peserta didik kelas rendah disekolah dasar khususnya pada mata pelajaran yang memerlukan hapalan sepertipelajaran kewarganegaraan.

    Kajian LiteraturBelajar dapat diartikan proses perubahan tingkah laku individu yang relatif

    tetap sebagai hasil dari pengalaman (Fontana dalam Suherman, 2003:8), dengandemikian disadari atau tidak kegiatan belajar akan berlangsung selama manusiaitu hidup, tumbuh dan berkembang. Witherington (Syaodih , 2005 : 155)mengungkapkan bahwa "belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 1 - 10

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 3

    dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentukketerampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan." Hal senadadikemukakan Hilgard (Syaodih , 2005 : 156) yang mengungkapkan "belajaradalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul berubah karena adanya responterhadap sesuatu situasi." Sementara itu Gagne (Sagala, 2011:17), memandangbahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupakapabilitas yang timbul dari simulasi dengan lingkungan dan proses kognitif yangdilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian dapat disarikan bahwa belajaradalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahantersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkahlaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

    Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan perilaku,misalya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadimengerti. Menurut Nashar (2004:77), hasil belajar merupakan kemampuan yangdiperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Sementara itu Keller (Nashar,2004:77) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan darihasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukandari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidakberpengaruh terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapaitujuan belajar. Dalam suatu pembelajaran hasil belajar merupakan hal yangpenting yang akan dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana keberhasilanseseorang dalam belajar. Dari hasil belajar, dapat menilai apakah sistempembelajaran yang diberikan berhasil atau tidak.

    Eggen dan Kauchak (dalam Dalyono, 2004: 73) menyatakan bahwa suatupembelajaran akan efektif bila peserta didik secara aktif dilibatkan dalampengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan). Hasil pembelajarandiharapkan tidak saja meningkatkan pengetahuan, melainkan meningkatkanketerampilan berpikir. Dengan demikian dalam pembelajaran perlu diperhatikanaktivitas peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.

    Untuk dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, guruperlu mengetahui karakteristik peserta didiknya, salah satu teori yang umumdigunakan dalam menilai karakteristik peserta didik adalah teori perkembangankognitif dari Jean Piaget (Suherman, 2003) yang membagi skema yangdigunakan anak dalam memahami dunianya melalui empat periode utama yangberkorelasi dengan pertambahan usia yaitu: (1) Periode sensorimotor (usia 02tahun); (2) Periode praoperasional (usia 27 tahun); (3) Periode operasionalkonkrit (usia 711 tahun); dan (4) Periode operasional formal (usia 11 tahunsampai dewasa).

    Pada umumnya peserta didik sekolah dasar berada pada rentang usia 7-12tahun yang menurut teori Piaget berada pada periode operasional konkrit. Padaperiode ini, peserta didik umumnya masih memerlukan bantuan kegiatanmanipulatif (hand on activities) untuk mengembangkan potensi berpikirnya, yangdapat diakomodasi melalui penggunaan dan optimalisasi media sesuai fungsinyasebagai penggerak peserta didik melakukan suatu kegiatan, terutama yang berkenaandengan hafalan-hafalan (fungsi psikomotoris) maupun sebagai pembantu peserta didikdalam memahami dan mengingat informasi atau pesan melalui suatu bentuk atau gambar

  • PENINGKATAN HASIL BELAJAR MACAM MACAM AGAMA MELALUIPENGGUNAAN MEDIA PUZZLES (Eti Hermayati)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 4

    (fungsi kognitif) dan tentu saja sebagai penarik dan pengarah perhatian peserta didikuntuk berkonsentrasi pada materi pelajaran yang diberikan (fungsi atensi).

    Salah satu media yang dapat menjalankan paling tidak fungsi psikomotoris, fungsikognitif maupun fungsi atensi adalah media puzzle. Puzzle pertama kali dipopulerkanoleh John Spilsbury, kartografer dan pengukir dari kota London pada tahun 1790,dia membuat puzzle dengan menempelkan peta pada selembar kayu sertamenggergajinya menjadi potongan-potongan dan menggunakan potongan-potongan tersebut sebagai alat bantu pengajaran geografi(http://en.wikipedia.org/wiki/puzzle). Penggunaan puzzle dalam pembelajaranmempunyai banyak manfaat karena penggunaan puzzle membutuhkan ketelitian,melalui puzzle peserta didik akan dilatih untuk memusatkan pikiran, karenapeserta didik harus berkonsentrasi ketika meyusun kepingan-kepingan puzzlehingga menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap.

    Karakteristik puzzle yang mengandung masalah atau misteri yang menantanguntuk dipecahkan dengan kepandaian serta kreativitas peserta didik diharapkanakan mampu membantu peserta didik dalam memusatkan perhatian dan pikiranmereka dalam mengekplorasi pembelajaran yang diberikan dan tentu saja bentukpuzzle yang menarik diharapkan dapat meningkatkan minat serta aktivitas belajarmereka dalam mengikuti pembelajaran dengan harapan akhir akan mampumeningkatkan hasil belajar mereka.

    Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas

    (Class Action Research) dengan mengadaptasi model Kemmis dan Mc Taggartdalam dua siklus penelitian yang diimplementasikan dalam 4 pertemuan, masing-masing pertemuan berdurasi selama 2x30 menit. Setiap siklus penelitian tindakanterdiri atas beberapa tahapan kegiatan yang meliputi : tahap perencanaan, tahappelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Secara diagramatis alur kerjapenelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart dapat digambarkanseperti pada gambar 1 berikut:

    Gambar 1. Alur kerja penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart(Wiriaatmadja, 2008:66)

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 1 - 10

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 5

    Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Raksabaya Kecamatan Cimaragaskabupaten Ciamis, subjek penelitian adalah seluruh peserta didik kelas I tahunpelajaran 2013/2014 yang berjumlah 14 orang, penelitian merupakan kolaborasiantara guru kelas sebagai peneliti utama dengan seorang guru mitra sebagaiobserver. Fokus penelitian dititikberatkan pada aktivitas belajar peserta didik danhasil belajar peserta didik dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan padamateri macam-macam agama.

    Secara garis besar prosedur penelitian tindakan kelas yang dilaksanakanmeliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:1. Tahap Orientasi dan Identifikasi Masalah

    Tahapan ini merupakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dan biasadilaksanakan. Solusi terhadap hasil refleksi dikonsultasikan dan didiskusikandengan kepala sekolah serta guru untuk menilai kelayakannya sebagai sebuahPTK.

    2. Tahap PersiapanKegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:a. Penentuan Siklus Penelitian

    Penentuan siklus penelitian disesuaikan dengan alokasi waktu yangdisediakan untuk materi pelajaran terkait dalam silabus SD negeri 1Raksabaya..

    b. Penyusunan Instrumen PenelitianInstrumen penelitian yang disusun meliputi :- Lembar Observasi aktivitas peserta didik selama mengikuti proses

    pembelajaran.- Butir soal untuk menilai hasil belajar peserta didik.

    3. Pelaksanaan PenelitianSesuai model PTK yang digunakan, setiap siklus penelitian tindakan kelasyang dilaksanakan meliputi tahapan kegiatan berikut:a. Tahap Perencanaan, setiap siklus diawali dengan perencanaan yang

    meliputi : (a) penyusunan skenario pembelajaran dalam bentuk rencanapelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan mengakomodasi hasil refleksisiklus sebelumnya, (b) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukungyang diperlukan dalam pembelajaran, (c) mempersiapkan instrumen yangakan dipergunakan.

    b. Tahap Pelaksanaan, pada tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan yangtelah direncanakan pada RPP. Secara garis besar tindakan yangdilaksanakan dalam setiap pertemuan dapat dideskripsikan sebagai berikut:Pertemuan pertama PTK siklus I:- Pemberian motivasi dan apersepsi- Penjelasan indikator dan tujuan pembelajaran serta metode yang

    digunakan.- Melaksanakan tes awal- Pembagian kelompok masing-masing beranggota 3 - 4 orang- Penjelasan guru mengenai keragaman agama yang ada dan diakui

    keberadaannya di Indonesia- Membuka forum tanya jawab.- Pembagian media puzzle mengenai tempat-tempat ibadah agama yang

  • PENINGKATAN HASIL BELAJAR MACAM MACAM AGAMA MELALUIPENGGUNAAN MEDIA PUZZLES (Eti Hermayati)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 6

    ada di Indonesia dan Lembar Kerja berisi latihan soal-soal yangjawabannya ada pada gambar puzzle yang harus disusun.

    - Menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran- Memberi tugas menyalin soal pada lembar kerja pada buku masing-

    masing dan mencari informasi mengenai agama dan tempat ibadahnya.Pertemuan kedua PTK siklus I:- Pemberian motivasi dan apersepsi- Penjelasan indikator dan tujuan pembelajaran serta metode yang

    digunakan.- Mempersilahkan peserta didik duduk berkelompok- Presentasi hasil kerja kelompok (menceritakan apa yang diketahui

    mengenai agama yang ada di Indonesia serta tempat ibadahnya)- Menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran- Melaksanakan tes akhir PTK siklus IPertemuan pertama PTK siklus II:- Sama dengan langkah-langkah pertemuan pertama PTK siklus I

    dengan materi mengenai hari-hari besar agama yang ada di Indonesia..Pertemuan kedua PTK siklus II:- Sama dengan langkah-langkah pertemuan kedua PTK siklus I

    c. Tahap Observasi, tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaanpenelitian tindakan, dalam tahap ini peran serta observer sangat diperlukanuntuk mempertajam hasil observasi.

    d. Tahap Analisis dan Refleksi, tahap ini merupakan tahap akhir dari setiapsiklus penelitian tindakan, hasil observasi serta evaluasi yang dilaksanakanselama tindakan penilaian dianalisis dan direfleksi sebagai bahanperbaikan penelitian tindakan siklus berikutnya.

    Data utama, metode pengumpulan data, serta instrumen yang digunakan untukpengumpulan data tercantum pada tabel 1 berikut :

    Tabel 1. Jenis Data, Metode dan Instrumen Pengumpulan DataNo Jenis Data Metode Instrumen1 Pengetahuan awal peserta didik terhadap materi

    pelajaranTest Lembar test

    2 Aktivitas belajar peserta didik selamapelaksanaan PTK

    Observasi Lembarpengamatan

    3 Pengetahuan peserta didik terhadap materipelajaran setelah mengikuti pelaksanaan PTK

    Test Lembar test

    4 Data pendukung yang berhubungn denganberbagi aspek pelaksanaan PTK

    Observasi CatatanLapangan

    Teknik pengolahan/analisis data yang digunakan dalam penelitian meliputiteknik analisis kualitatif yang ditujukan untuk menganalisis data hasil observasiaktivitas belajar peserta didik selama mengikuti pembelajaran dan teknik analisiskuantitatif yang dilakukan untuk menilai hasil belajar peserta didik dalamperkalian dan pembagian.

    Indikator keberhasilan pelaksanaan PTK yang dilaksanakan adalah :1. Aktivitas belajar peserta didik dapat mencapai paling tidak 75% dari skor

    maksimal sesuai lembar observasi yang digunakan2. 80% peserta didik berhasil memenuhi KKM untuk standar kompetensi yang

    bersangkutan yang ditetapkan sebesar 70.

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 1 - 10

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 7

    Hasil PenelitianHasil orientasi dan identifikasi masalah pada penelitian pendahuluan

    menunjukkan bahwa aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaranpendidikan kewarganegaraanrelatif masih kurang memuaskan, selama mengikutipembelajaran peserta didik duduk dengan tenang namun perhatian mereka kurangterfokus pada pembelajaran yang diberikan.

    Hasil evaluasi terhadap pengetahuan peserta didik tentang macam-macamagama sebelum pelaksanaan PTK menunjukkan hasil kurang memuaskan, nilairata-rata kelas baru mencapai 58,6 dengan peserta yang lulus KKM baru mencapai3 orang atau 21,4%.1. Hasil Pelaksanaan PTK Siklus I

    PTK siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 dan 9 September 2013. Padakegiatan awal pertemuan pertama aktivitas belajar peserta didik tidak lebih baikdibanding pembelajaran biasa, aktivitas mulai meningkat pada kegiatan intipembelajaran (saat menggunakan media puzzle), pada pertemuan kedua pesertadidik nampak antusias mengikuti pembelajaran. Rekapitulasi aktivitas belajarpeserta didik pada PTK siklus I dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

    Tabel 2. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Peserta Didik pada PTK Siklus IAktivitas Peserta didik

    No Aspek yang diobservasi Skor Rata-rata Skor Ideal %Pert. I Pert. II

    1. Kegiatan awal 12 16 13 20 652. Kegiatan inti 16 17 16,5 20 82,53. Kegiatan akhir 16 18 17 20 85

    Jumlah 44 51 46,5 60 77,5Hasil evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik dalam materi macam-

    macam agama pada akhir PTK siklus I menunjukkan peningkatan dibandingkanhasil evaluasi pra-PTK dengan nilai rata-rata kelas mencapai 71,4 dengan jumlahpeserta didik yang telah mencapai KKM sebanyak 6 orang orang atau 42,9%.2. Hasil Pelaksanaan PTK Siklus II

    Penelitian Tindakan Kelas siklus II dilaksanakan pada tanggal 23 dan 30September 2013 masing-masing selama 2x30 menit. Sejak pertemuan pertama,secara umum aktivitas belajar peserta didik menunjukkan antusiasme tinggi untukmengikuti pembelajaran dengan menggunakan media puzzle.

    Rekapitulasi aktivitas belajar peserta didik pada PTK siklus II dapat dilihatpada tabel 3 berikut:

    Tabel 3. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Peserta Didik pada PTK Siklus IIAktivitas Peserta didik

    No Aspek yang diobservasi Skor Rata-rata Skor Ideal %Pert. I Pert. II

    1. Kegiatan awal 19 19 19 20 952. Kegiatan inti 19 19 19 20 953. Kegiatan akhir 19 19 19 20 95

    Jumlah 57 57 57 60 95Hasil evaluasi terhadap hasil belajar pada akhir PTK siklus II secara konsisten

    menunjukkan perbaikan dengan terjadinya peningkatan dibanding hasil evaluasisiklus I. Hasil evaluasi siklus II mencapai nilai rata-rata kelas 90 dengan semuapeserta didik atau 100 % berhasil mencapai KKM.

  • PENINGKATAN HASIL BELAJAR MACAM MACAM AGAMA MELALUIPENGGUNAAN MEDIA PUZZLES (Eti Hermayati)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 8

    PembahasanHasil observasi selama pelaksanaan PTK menunjukkan bahwa penggunaan

    media puzzle dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan pada materimacam-macam agama ternyata berhasil meningkatkan aktivitas belajar pesertadidik dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan. Pada pertemuan pertamaPTK siklus I, aktivitas belajar peserta didik hanya mencapai persentase 77,5%.Masih rendahnya aktivitas belajar peserta didik khususnya pada kegiatan awalpertemuan pertama PTK siklus I menunjukkan adanya keengganan atau kurangtertariknya peserta didik untuk mengikuti mengikuti pembelajaran, hal inidibuktikan dengan meningkatnya aktivitas belajar mereka secara nyata pada tahapkegiatan inti pembelajaran saat mereka menggunakan puzzle sebagai mediapembelajaran. Ketertarikan mereka semakin terhadap penggunaan media puzzlesemakin nampak saat pertemuan kedua PTK siklus I, mereka telah menantikanpenggunaan media puzzle dalam pembelajaran. Pada pelaksanaan PTK siklus IIaktivitas belajar peserta didik tetap tinggi dengan mencapai persentase 95%.

    Peningkatan aktivitas belajar yang terjadi selama pelaksanaan penelitiantindakan kelas sebagai implikasi dari penggunaan media puzzle dapat dijelaskankarena sesuai dengan fungsi afektif dari media puzzle yaitu memberikankesenangan terhadap peserta didik selama melaksanakan pembelajaran denganmenggunakan media puzzle , dan penggunaan media puzzle sangant sesuai degansalah satu karakter peserta didik pada kelas awal sekolah dasar (kelas I-III) yaitukarakter mereka yang masih gemar bermain, kegiatan menyusun media puzzleyang mereka anggap permainan dapat meningkatkan minat serta aktivitas belajardalam mengikuti pembelajaran.

    Selain berhasil meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, penggunaanmedia puzzle juga juga berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik dalampembelajaran kewarganegaraan pada materi macam-macam agama. Hasil evaluasipra PTK menunjukkan hasil belajar peserta didik baru mencapai 58,6 denganpeserta yang lulus KKM baru mencapai 3 orang atau 21,4%. Pada evaluasi akhirpelaksanaan PTK siklus I hasil ini meningkat menjadi 71,4 dengan jumlah pesertadidik yang telah mencapai KKM sebanyak 6 orang orang atau 42,9% dan padaevaluasi akhir pelaksanaan PTK siklus II meningkat kembali menjadi 90 dengansemua peserta didik atau 100% berhasil mencapai KKM. Peningkatan yangterjadi baik dari evaluasi pra-PTK ke evaluasi akhir PTK siklus I maupun darievaluasi akhir PTK siklus I ke evaluasi akhir PTK siklus II menunjukkan bahwapeningkatan hasil belajar yang terjadi tidak hanya situasional saja namun benar-benar merupakan implikasi dari penggunaan media puzzle. Hasil ini sangat sesuaidengan beberapa penelitian terdahulu yang relevan, diantaranya hasil penelitianKhomsoh (2013) serta Anthaqo (2013), kedua-duanya berhasil membuktikanbahwa penggunaan media puzzle dapat meningkatkan hasil belajar peserta didikpada materi pelajaran bersifat hapalan

    Peningkatan hasil belajar yang terjadi sangat sesuai dengan fungsi sertamanfaat penggunaan media pembelajaran diantaranya media dapat mengungkapkanbahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahamidan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar (fungsi kognitif).Selain itu melalui penyusunan puzzle , fungsi psikomorik media pembelajaranyaitu dapat menggerakkan peserta didik melakukan suatu kegiatan untuk memperkuatmemori dalam menangkap dan mempertahankan hafalan-hafalan pun dapat terakomodasi.Dan yang terpenting penggunaan media puzzle sangat sesuai dengan karakter peserta

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 1 - 10

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 9

    didik kelas I sekolah dasar yang secara psikologis masih berada pada tahapoperasional konkret dimana penggunaan benda-benda konkrit sangat berpengaruhterhadap pengkonstruksian suatu pengetahuan atau konsep pada peserta didik.

    Kesimpulan dan SaranBerdasar berbagai data hasil observasi yang terkumpul, hasil analisis dan

    refleksi selama pelaksanaan penelitian, penulis menyimpulkan bahwa:1. Penggunaan media puzzle dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik

    dalam pembelajaran macam-macam agama pada peserta didik kelas I SDnegeri 1 Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis.

    2. Penggunaan media puzzle dapat meningkatkan hasil belajar peserta didikkelas I SD negeri 1 Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis yangdiindikasikan dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik secarakonsisten mulai dari rata-rata kelas 58,6 pada evaluasi pra- PTK menjadi 71,4pada evaluasi akhir PTK siklus I dan menjadi 90 pada evaluasi akhir PTKsiklus II.Sebagai tindak lanjut dari penelitian yang telah dilaksanakan, penulis

    menyampaikan saran sebagai berikut :1. Penggunaan media puzzle dapat digunakan sebagai alternatif untuk

    memecahkan permasalahan pembelajaran berupa rendahnya kemampuan/hasilbelajar peserta didik dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

    2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian tindakan kelaslain atau penelitian yang lebih komprehensif mengenai penggunaan mediapuzzle bagi peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik.

    Daftar PustakaAnthaqo,I.M.(2013) Penggunaan Media Puzzle Magnet Untuk Meningkatkan

    Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-A SMPN 1 Trawas Tentang Kubus DanBalok Melalui Model Problem Based Instruction (PBI). e-journal JurusanMatematika - Fakultas MIPA UM

    Arsyad. (2002). Media Pembelajaran.Jakarta: PT. Raja Grafindo PersadaDadang, S. (2009). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Struktural. Jakarta :

    Bumi AksaraDepdiknas (2008). Kamus Besar bahasa IndonesiaHakim, (2005), Belajar Secara Efektif, Jakarta: Puspa Swara.Hamalik. (2001). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

    Jakarta: Bumi Aksara.Heinich, R., Molenda, M., (2005). Instructional Media And The Technologies For

    Learning (7th Ed.). Columbus, OH: Merrill Publishing CompanyKhomsoh, R., Gregorius, J.(2013) Penggunaan Media Puzzle Untuk

    Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan

  • PENINGKATAN HASIL BELAJAR MACAM MACAM AGAMA MELALUIPENGGUNAAN MEDIA PUZZLES (Eti Hermayati)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 10

    Sosial Di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru SekolahDasar.Vol.1 No.2 (2103).

    Nashar, (2004), Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatanPembelajaran, Jakarta: Delia Press

    Sudjana. (2002). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Depdikbud.Sudjana dan Rivai. (2001). Media Pengajaran. Bandung: SinarBaruSuherman, E. ( 2003). Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung:

    Universitas Pendidikan IndonesiaSyah, (2002). Psikologi Belajar. Jakarta, PT.Raja Grafindo PersadaSyaodih, (2005), Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : PT Remaja

    RosdakaryaWinkel, W.S., (1987), Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta:Gramedia

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 11 - 22

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 11

    PENGGUNAAN BARANG BEKAS SEBAGAI ALAT BANTUPEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS

    BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 7 CIAMISDALAM PEMBELAJARAN ATLETIK

    NOMOR LARI DAN LOMPAT

    Diding SuryanaSD Negeri 7 Ciamis

    AbstractThe background of this research is a reality of the low activity at the fourthgrade students of SD Negeri 7 Ciamis in the Physical Education learningwhich expected as a result of the lack of facilities and infrastructure. Thisresearch purposed to increase the activity at the fourth grade students of SDNegeri 7 Ciamis through the use of used equipment as a learning tool in thePhysical Education learning. The focus of research was on the studentslearning activities especially in athletics learning for run and jump. Theexperiment was conducted in SD Negeri 7 Ciamis Kecamatan CiamisKabupaten Ciamis that consisted of 30 students. The method of research usedKemmis and Mc Taggart model in two study cycles, each cycle consisted ofplanning, action, observation and reflection. The result showed that the classaction research was improved students learning activity as indicated by theincreased activity observed during the research study, which reached 75% inthe first cycle PTK and increased to 95% in the second cycle of PTK.

    Keyword : used equipments, learning tools, athletic

    AbstrakPermasalahan yang melatar belakangi penelitian yang ini adalah realitaberupa masih rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 7 Ciamisdalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Jasmani yang disinyalir akibatkurang- nya sarana dan prasarana penunjang pembelajaran Penjas. Tujuanpenelitian adalah untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SD Negeri 7Ciamis melalui penggunaan barang bekas sebagai alat bantu pembelajaranPenjas, dengan fokus penelitian ditekankan pada aktivitas belajar siswa dalammengikuti pembelajaran Pendidikan Jasmani khususnya dalam pembelajaranatletik nomor lari dan lompat. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 7 CiamisKecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis dengan subjek penelitian seluruh siswakelas IVC SD Negeri 7 Ciamis yang berjumlah 30 orang. Metode yangdigunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan McTaggart dalam dua siklus penelitian yang masing-masing terdiri dari tahapperencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil observasimenunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakanberhasil meningkatkan aktivitas belajar yang diindikasikan denganmeningkatnya aktivitas belajar hasil observasi selama penelitian yaitumencapai 75 % pada PTK siklus I yang meningkat menjadi 95% pada PTKsiklus II .

    Kata kunci : barang bekas, alat bantu pembelajaran, atletik

  • PENGGGUNAAN BARANG BEKAS SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARANATLETIK NOMOR LARI DAN LOMPAT (Diding Suryana)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 12

    PendahuluanPendidikan Jasmani atau Penjas merupakan pendidikan yang memanfaatkan

    aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik. Dalam pelaksanaannya,Penjas tidak hanya menekankan pada aspek jasmani, tetapi juga mengembangkanaspek kognitif, sosial, moral, dan emosional, dan kesehatan. Penjas memilikiperanan penting untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan secarakeseluruhan, sekaligus merespon tuntutan dunia pendidikan. Penjas berfungsisebagai wahana yang efektif dalam membentuk peserta didik kearah yang lebihbaik.

    Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) tujuan dariPenjas adalah

    1). Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri upayapengembangan dan pemeliharaan kebugaraan jasmani serta pola hidupmelalui berbagai aktivitas jasmani. 2). Mengembangkan kemampuangerak dan ketrampilan berbagai macam permainan dan olahraga.Sesuai dengan tujuan Penjas tersebut maka kunci utama dari pembelajaran

    penjas adalah partisipasi atau aktiviatas siswa dalam mengikuti pembelajarankarena pemeliharaan serta pengembangan jasmani siswa tidak mungkin dapatdicapai tanpa partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

    Realita di lapangan termasuk yang dialami penulis sebagai pengajar penjas diSD Negeri 7 Ciamis, aktivitas siwa dalam mengikuti pembelajaran penjasumumnya masih cukup rendah, banyak sekali siswa yang setengah hati dalammengikuti pembelajaran dengan alasan yang sangat beragam. Analisis penulisberdasar pendekatan terhadap siswa serta diskusi dengan rekan sejawat,memperkirakan realita tersebut adalah akibat dari kurang variatifnya metodepembelajaran yang diimplementasikan dalam pembelajaran penjas. Selain iturealita yang ada tersebut adalah akibat terbatas sarana dan prasarana Penjas yangmenyebabkan kurangnya penggunaan media atau alat bantu dalam pembelajaranyang memang sangat diperlukan untuk lebih meningkatkan aktivitas belajar siswa.

    Untuk mengatasi permasalahan tersebut setiap guru penjas dituntut dapatkreatif menyediakan berbagai alat bantu pembelajaran dengan segala keterbatasanyang ada. Salah satu solusi yang dapat diupayakan dalam mengatasi kurangnyamedia/ alat bantu pembelajaran Penjas adalah dengan memanfaatkan berbagaibarang bekas yang ada di sekitar lingkungan sekolah maupun siswa. Pemanfaatanbarang bekas sebagai media/ alat bantu pembelajaran Penjas dapat dilakukandengan tetap memperhatikan berbagai aspek seperti kondisi siswa, ketertarikansiswa terhadap alat, kemudahan penggunaan, dan tujuan pembelajaran gerak yangdipelajari.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelasIV SD Negeri 7 Ciamis dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmanikhususnya dalam pembelajaran atletik nomor lari dan lompat. Melaluipelaksanaan penelitian ini diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman untukmengikuti pembelajaran pendidikan jasmani secara aktif dan menyenangkandengan memanfaatkan media pembelajaran yang ada di sekitar siswa. Bagi gurupenelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan solusi dalam menghadapirendahnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran jasmani khususnya dalam

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 11 - 22

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 13

    pembelajaran atletik nomor lari dan lompat yang biasanya enggan diikuti siswadengan serius. Sedangkan bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapatmemberikan kontribusi terhadap pengembangan metode dan media pembelajaranyang dapat diimplementasikan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP).

    Tinjauan PustakaIstilah atletik berasal dari bahasa Yunani athlon yang memiliki makna

    bertanding atau lomba. Atletik adalah induk dari cabang olahraga. Atletikmemiliki kegiatan yang sangat beragam dan dapat digunakan sebagai pembinaanpada setiap cabang olahraga.Seiring dengan perkembangan di dunia olahraga,sebagian besar para pelatih atau atlet menggunakan atletik sebagai media untukmemulai kegiatan olahraga, permainan dan kegiatan olahraga inti(Hendrayana,2003:5).

    Keberadaan olahraga atletik sangat mendominasi kegiatan manusia sehari-hari. Atletik dapat dikembangkan menjadi kegiatan yang dapat diperlombakandalam bentuk seperti estapet, berlari, jalan cepat, marathon. lompat tinggi, ataulempar lembing. Olahraga atletik secara garis besar dikelompokkan menjadinomor lempar, lari dan lompat. Seorang siswa yang mampu melakukan gerakanatletik akan mudah untuk bersosialisasi atau melaksanakan tugas-tugasperkembangannya. Atletik memiliki fungsi strategis baik sebagai kegiatanolahraga prestasi atau untuk menunjang kehidupan manusia dan mempermudahtugas-tugas perkembangannya. Olahraga adalah kegiatan yang dilakukan untukmenjaga kebugaran tubuh, pembinaan kesehatan dan daya tahan tubuh dalammelakukan aktivitas. Cabang yang disebut induk atau ibu dari olahraga adalahatletik (Kurniawan, 2011:13).

    Sebagai cabang olahraga induk, kemampuan atletik merupakan dasar bagipengembangan kemampuan pada cabang olahraga lainnya. Mengingatstrategisnya atletik dalam pengembangan kemampuan olah raga, sudahselayaknya atletik disosialisasikan dan dikembangkan pada siswa sedini mungkinagar potensi olahraganya dapat berkembang secara optimal, namun demikianpengembangan atletik pada siswa usia SD haruslah disesuaikan dengan tingkatkemampuan gerak dan keterampilan yang dimilikinya.

    Pelaksanaan pembelajaran atletik di sedolah dasar didasarkan pada KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjadi pedoman pelaksanaanpendidikan pada semua institusi pendidikan formal. Dalam KTSP pembelajaranatletik menjadi salah satu bagian dari Standar Isi mempraktikkan gerak dasar kedalam permainan dan olahraga dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya dankompetensi dasar mempraktikkan gerak dasar atletik yang dimodifikasi: lompat,loncat dan lempar, dengan memperhatikan nilai-nilai pantang menyerah,sportifitas, percaya diri, dan kejujuran. Dalam pelaksanaannya, pembelajaranatletik di sekolah dasar ditujukan untuk pengenalan olahraga atletik yangdilakukan melalui penyederhanaan bentuk serta permainan. Pembelajaran atletikdi sekolah dasar tidak ditujukan untuk memperoleh prestasi tinggi namun lebihkepada pemeliharaan dan pengembangan kesegaran jasmani serta sebagai saranauntuk menanamkan nilai-nilai pantang menyerah, percaya, diri, dan kejujuran.

  • PENGGGUNAAN BARANG BEKAS SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARANATLETIK NOMOR LARI DAN LOMPAT (Diding Suryana)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 14

    Sangat disayangkan peran atletik yang sangat strategis baik sebagai dasar bagipengembangan kemampuan pada cabang olah raga lain maupun untuk menjagakebugaran jasmani serta untuk menananmkan nilai-nilai pantang menyerah,percaya, diri, dan kejujuran seringkali kurang ditanggapi positif oleh siswa, padaumumnya siswa merasa enggan atau bosan untuk mengikuti pembelajaran atletikyang dianggapnya hanya itu dan itu lagi, sehingga upaya guru untuk mengatasikeadaan tersebut perlu segera diupayakan baik melalui penggunaan metodepembelajaran yang lebih bervariasi maupun melalui optimalisasi penggunaan alatbantu/ alat peraga/ media pembelajaran, karena jika tidak bukan mustahil akanmemberikan dampak yang kurang baik bagi kelangsungan pembelajaran atletikmaupun pembelajaran pendidikan jasmani secara umum.

    Salah satu upaya yang dapat diupayakan untuk mendongkrak aktivitas/minat belajar siswa untuk mengikuti pembelajaran atletik khususnya nomor laridan lompat dapat dilakukan melalui optimalisasi alat bantu/ alat peraga/ mediapembelajaran yang ada di sekitar lingkungan siswa/ sekolah. Alat bantupembelajaran atau kerap juga diistilahkan dengan media pembelajaran adalahberbagai alat yang digunakan untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajarnyang telah ditetapkan. Daryanto (1994) memberikan pengertian mediapembelajaran atau alat bantu pembelajaran sebagai semua benda yang menjadiperantara dalam terjadinya pembelajaran. Proses penciptaan lingkungan belajardengan menggunakan alat bantu dalam pembelajaran pendidikan jasmani haruslahmerupakan langkah yang disusun berdasarkan hasil observasi, karakteristiksiswa, serta kemampuan siswa. Lingkungan belajar yang kondusif merangsangminat siswa untuk bermain dan tanpa disadari anak sedang belajar. Sesuatu yangbaru cenderung disenangi anak-anak sepanjang bentuk modifikasi alatpembelajaran atau desain aktivitas pembelajaran mudah, menyenangkan, danmerupakan bagian dari dunia anak.

    Alat bantu yang dapat digunakan pada pembelajaran pendidikan jasmanipada dasarnya untuk mempermudah proses pembelajaran dan memberikanpengalaman belajar yang berbeda pada siswa, hasil dari pengalaman yang berbedadan keberhasilan pembelajaran dapat dilihat pada perubahan yang terjadi pada diripeserta didik. Alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran Penjas tidak selaluharus berupa peralatan yang memenuhi standar atau spesifiksi tentu, namun dapatmemanfaatkan berbagai barang yang ada di lingkungan sekitar dengan tetapmemperhatikan berbagai aspek seperti kondisi siswa, ketertarikan siswa terhadapalat, kemudahan penggunaan, dan tujuan pembelajaran gerak yang dipelajari.

    Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalampembelajran Penjas adalah pemanfaatan barang bekas yang banyak terdapat dilingkungan sekolah atau tempat tinggal siswa. Barang bekas yang dapatdimanfaatkan sebagai alat bantu dalam pembelajaran bekas antar lain :1) Kardus Bekas

    Kardus bekas merupakan barang bekas yang keberadaannya dengan mudahdapat ditemukan di lingkungan sekitar, sifatnya yang ringan, tidak mudah rusakserta nilai ekonomisnya yang tidak tinggi membuatnya cocok untuk dijadikanalat bantu pembelajaran khususnya pada pembelajaran atletik sebagai pembatasmaupun sebagai halang rintang dalam pembelajran lari dan lompat, sifatnya

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 11 - 22

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 15

    yang ringan membuat siswa tidak akan merasa takut untuk berbenturan dengankardus yang berdampak siswa dapat melaksanakan pembelajarannya denganrileks sehingga dapat mengoptimumkan kemampuannya.Contoh modifikasi pembelajaran atletik nomor lari dan lompat denganmemanfaatkan kardus bekas antara lain:a. Lari Estafet Menyusun Kardus

    Gambar 1. Gambar susunan kardus untuk aktivitas berlariUntuk aktivitas gerak ini kardus disusun pada ujung jauh satu trek lurusseperti nampak pada gambar 1, tugas yang harus dilakukan siswa adalahmemindahkan kardus tersebut satu persatu dan menyusunnya kembali diujung dekat (garis start) trek lurus bersangkutan. Untuk menambahmotivasi dan kerjasama siswa, pemindahan dapat dilakukan secara estafet.

    b. Lari Melompati Kardus

    Gambar 2. Posisi kardus untuk dilompatiUntuk melaksanakan aktivitas ini dus disusun dengan jarak sekitar 1 meterantar kardus pada satu trek lurus seperti nampak pada gambar 2, kemudiansiswa diminta berlari dari satu ujung ke ujung lain trek dengan melompatikardus-kardus yang berjajar tanpa menyentuh atau menendang kardustersebut.

    2) Ban BekasSama halnya dengan kardus bekas, ban bekas merupakan barang yangkeberadaannya sangat mudah ditemukan di lingkungan sekitar, sama dengankardus bekas ban bekas pun dapat dimanfaatkan dalam pembelajaranpendidikan jasmani khususnya pada pembelajaran atletik.Contoh modifikasi pembelajaran atletik nomor lari dan lompat denganmemanfaatkan ban bekas antara lain:

  • PENGGGUNAAN BARANG BEKAS SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARANATLETIK NOMOR LARI DAN LOMPAT (Diding Suryana)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 16

    a. Melompat ke dalam BanUntuk aktivitas ini ban yang digunakan adalah ban motor dengan sisipermukaannya dihaluskan untuk menghindari luka jika terjadi benturanatau gesekan dengan siswa. Ban disusun dalam jarak sama disesuaikandengan kemampuan siswa seperti nampak pada gambar 3. Selanjutnyasiswa diminta untuk berlari dengan melompati ban-ban tersebut. Untukaktivitas lainnya siswa diminta meloncat antar ban-ban tersebut dengankedua kaki harus berada di dalam ban.

    Gambar 3. Susunan Ban untuk dilompatib. Memindahkan Ban

    Aktivitas ini seperti lari estafet menyusun kardus, siswa diminta untukmemindahkan ban bekas dari satu sisi trek ke sisi lain trek denganmenjinjingnya atau memindahkan ban dari satu sisi trek ke sisi lainnyadengan cara menggelindingkannya sambil berlari.

    3) Bilah BambuSelain kardus dan ban bekas, bilah bambu pun dengan mudah dapat ditemukandi lingkungan sekitar. Sifatnya yang ringan membuat siswa tidak akan takutuntuk berbenturan dengan bambu saat harus melompati rintangan yang dibuatdari bilah bambu, sehingga cocok untuk digunakan sebagai alat bantu dalampembelajaran penjas khususnya nomor atletik lari dan lompat.Contoh modifikasi pembelajaran atletik nomor lari dan lompat denganmemanfaatkan kardus belas antara lain:a. Melompati Bilah Bambu

    Gambar 4. Susunan bilah bambu diatas kardusUntuk aktivitas ini dua buah kardus disusun sejajar sesuai panjang bilahbambu kemudian bambu diletakkan diatas kardus tersebut seperti nampakpada gambar 4, dalam aktivitas ini siswa diminta berlari dengan melompati

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 11 - 22

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 17

    bilah bambu yang diletakkan diatas kardus tersebut. Ketinggian bilahbambu dapat disesuaikan dengan menambah atau mengurangi tumpukankardus yang menjadi alasnya

    Metode PenelitianSesuai tujuan dari penelitian yang dilaksanakan yaitu untuk meningkatkan

    aktivitas belajar siswa dalam satu kelas, maka metode penelitian yang digunakanadalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan satu upaya guru ataupraktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilaksanakan, untuk memperbaikidan meningkatkan kemampuan guru serta meningkatkan mutu pembelajaran siswadi kelas (Arikunto, 2006:3 dan Wardani, 2006: 1.4). Model yang digunakanadalah adaptasi model Kemmis dan Mc Taggart yang secara diagramatismempunyai alur kerja seperti tampak pada gambar 5 berikut:

    Gambar 5. Alur kerja penelitian tindakan kelas adaptasi model Kemmis dan Taggart(Kasbollah, 1998:70)

    Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 7 Ciamis Kecamatan Ciamis KabupatenCiamis yang beralamat di Jalan Dr. Ciptomangunkusumo No.46 Ciamis. Subjekpenelitian adalah seluruh peserta didik kelas IV-C tahun pelajaran 2011/2012yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswaperempuan. Penelitian dilakukan dalam dua siklus yang identik dengan empatpertemuan selama bulan Maret 2012.

    Sesuai alur kerja penelitian sebagaimana digambarkan pada gambar 5,prosedur penelitian yang dilakukan meliputi:1. Tahap Perencanaan

    Tahap perencanaan penelitian terdiri dari kegiatan : (a) penyusunan rencanapelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai skenario pembelajaran; (b)

  • PENGGGUNAAN BARANG BEKAS SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARANATLETIK NOMOR LARI DAN LOMPAT (Diding Suryana)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 18

    mempersiapkan fasilitas dan sarana yang diperlukan dalam penelitian; (c)mempersiapkan instrumen penelitian.

    2. Tahap PelaksanaanTahap pelaksanaan setiap siklus penelitian tindakan kelas yang dilaksanakandapat dideskripsikan sebagai berikut:Penelitian tindakan kelas siklus IPertemuan pertama:Pembelajaran/tindakan penelitian dimulai dengan membimbing siswa keluarkelas dan membariskannya di lapangan dengan tertib. Setelah melakukanpresensi, selanjutnya dilakukan tindak motivasi dan apersepsi sertapenyampaian tujuan, indikator, serta metode pembelajaran yang akandigunakan. Sebagai kegiatan inti siswa dibagi dalam kelompok kemudian gurumenyusun barang bekas dalam formasi yang telah ditentukan danmempersilahkan siswa untuk melakukan permainan lari dan lompat secaraberkelompok. Selama pembelajaran guru melakukan pengawasan,memberikan bimbingan serta melakukan penilaian terhadap aktivitas belajarsiswa. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan hasilpembelajaran dan merefleksikannya dilanjutkan ndengan membimbing siswakembali ke kelas dengan tertib.Pertemuan kedua:Langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan kedua dilakukan samaseperti langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuanpertama.Penelitian tindakan kelas siklus IIPertemuan pertama:Secara garis besar langkah- langkah pembelajaran yang dilaksanakan padapertemuan pertama siklus II sama dengan yang telah dilaksanakan padapertemuan pertama dan kedua siklus I, variasi dilakukan dengan memberikantantangan pada tiap kelompok untuk membuat modifikasi penggunaan barangbekas yang disediakan dalam pembelajaran yang dilaksanakan.Pertemuan kedua:Langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan kedua siklus II inidilakukan sama seperti langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan padapertemuan pertama siklus II.

    3. Tahap ObservasiTahap ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan penelitian tindakan,dalam tahap ini guru memantau dengan seksama aktivitas belajar siswa.

    4. Tahap Analisis dan RefleksiTahap ini merupakan tahap akhir dari setiap siklus penelitian tindakan, hasilobservasi dilaksanakan selama tindakan penilaian dianalisis dan direfleksisebagai bahan perbaikan penelitian tindakan siklus berikutnya.

    Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi:1) Observasi.

    Metode observasi (pengamatan) digunakan untuk memantau aktivitas belajarsiswa selama mengikuti pembelajaran.

    2) Wawancara/interviewMetode ini digunakan untuk mengetahui secara langsung pendapat siswa

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 11 - 22

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 19

    mengenai penelitian tindakan yang dilakukan serta untuk melakukan ceksilang terhadap hasil observasi yang diperoleh..

    Sesuai metode pengumpulan data yang digunakan, instrumen penelitian yangdigunakan meliputi:1) Lembar pengamatan (observasi)

    Instrumen lembar observasi/ pengamatan menggunakan skala 15 untukmenilai aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran yang terdiridari 20 indikator dengan kriteria sebagai berikut:

    Tabel 1. Kriteria penilaian aktivitas siswaKriteria Skor

    Seluruh siswa aktif (100%)Sebagian besar siswa aktif (> 50% dan 0% dan

  • PENGGGUNAAN BARANG BEKAS SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARANATLETIK NOMOR LARI DAN LOMPAT (Diding Suryana)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 20

    pelaksanaan PTK siklus I dapat dilihat melalui gambar 6 berikut:

    Gambar 6. Peningkatan aktivitas belajar siswa pada PTK siklus IDari gambar 6 dapat diketahui bahwa selama pelaksanaan PTK siklus I telah

    terjadi kenaikan aktivitas belajar siswa dari rata-rata 75% pada pertemuan pertamamenjadi 83,3% pada pertemuan kedua. Meskipun pada pertemuan kedua PTKsiklus I kriteria keberhasilan PTK telah tercapai namun PTK siklus II tetapdilaksanakan sesuai rencana untuk mengetahui konsistensi kenaikan aktivitasbelajar siswa yang terjadi.2. Hasil Pelaksanaan PTK Siklus II

    Seperti pada pelaksanaan PTK siklus I, kecenderungan meningkatnya aktivitasbelajar siswa terus terjadi, pada pelaksanaan PTK siklus II aktivitas belajar siswatelah sangat baik sejak pertemuan pertama PTK siklus II. Peningkatan aktivitasbelajar siswa selama pelaksanaan PTK siklus I dapat dilihat melalui gambar 7berikut:

    Dari gambar 7 diketahui bahwa selama pelaksanaan PTK siklus II aktivitasbelajar siswa tetap konsisten bahkan mengalami peningkatan dibanding padapelaksanaan PTK siklus I, pada PTK siklus II pertemuan pertama aktivitas belajarsiswa mencapai rata-rata 95% dan pada pertemuan kedua mencapai 96,7%.

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 11 - 22

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 21

    PembahasanDari data-data yang terkumpul selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas

    dapat diketahui bahwa penggunaan barang bekas sebagai alat bantu pembelajaranpada pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pembelajaran atletik nomor danlompat benar-benar terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalammengikuti pembelajaran atletik yang biasanya enggan mereka ikuti dengansungguh-sungguh dengan berbagai alasan seperti membosankan, capai, merasatidak bermanfaat dan alasan-alasan lainnya. Keengganan mereka dalam mengikutipembelajaran pendidikan jasmani khususnya pembelajaran atletik sangat nampakpada kegiatan awal pertemuan pertama pelaksanaan PTK siklus I saat merekabelum mengetahui kegiatan pembelajaran apa yang akan mereka laksanakan, padatahap ini aktivitas belajar siswa hanya mencapai skor 50%, namun aktivitasbelajar siswa meningkat drastis pada kegiatan inti saat penggunaan barang bekasdiimplementasikan dalam pembelajaran dengan mencapai skor sebesar 95% atauhampir semua siswa aktif mengikuti berbagai kegiatan pembelajkaran.Ketertarikan siswa untuk mengikuti pembelajaran yang diindikasikan dengantingginya aktivitas mereka selama mengikuti pembelajaran terus berlangsung padapertemuan kedua PTK siklus I dengan capaian skor rata-rata sebesar 83,3%,aktivitas belajar sioswa pada pertemuan kedua PTK siklus I telah cukup baik sejakkegiatan awal pembelajaran yang telah mencapai skor 75%. Pengaruh penggunaanbarang bekas sebagai alat bantu pembelajaran ini ternyata tetap terus konsistenpada pelaksanaan PTK siklus II, sejak kegiatan awal pertemuan pertama PTKsiklus II aktivitas belajar siswa telah mencapai 95% dengan kata lain hampirsemua siswa telah aktif mengikuti pembelajaran sejak kegiatan awalpembelajaran.

    Hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan penelitian tindakan kelas yaituterjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaranatletik nomor lari dan lompat dengan menggunakan barang bekas sebagai alatbantu pembelajaran sangat sesuai dengan berbagai teori maupun penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Secara teoritis peningkatanaktivitas ini sangat sesuai dengan berbagai pendapat akhli pembelajaran yangmenyatakan bahwa salah satu fungsi media pembelajaran adalah untukmeningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan secaraempiris berdasar hasil wawancara dengan siswa subjek penelitian dapat diketahuibahwa peningkatan aktivitas belajar yang terjadi merupakan konsekuensi dariketertarikan mereka terhadap penggunaan barang-barang bekas disekitar merekayang selama ini mereka abaikan begitu saja, mereka tidak menyangka bahwabarang-barang bekas tersebut dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaranyang menyenangkan sehingga rasa enggan yang sering menghinggapi merekauntuk mengikuti pembelajaran pun sirna dan mereka bersemangat untukmengikuti pembelajaran. Bahkan yang lebih menarik banyak siswa yang bukansubjek penelitian ikut memanfaatkan barang bekas yang digunakan dalampelaksanaan penelitian tindakan kelas sebagai sarana bermain selama istirahatsekolah.

    Kesimpulan dan SaranBerdasar berbagai data hasil penelitian, sebagai hasil akhir penelitian penulis

    menyimpulkan bahwa:

  • PENGGGUNAAN BARANG BEKAS SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARANATLETIK NOMOR LARI DAN LOMPAT (Diding Suryana)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 22

    1. Penggunaan barang bekas sebagai alat bantu pembelajaran Penjas dapatmeningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 7 Ciamis dalalampembelajaran atletik nomor lari dan lompat.

    2. Selain berhasil meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaranpendidikan jasmani, penggunaan barang bekas sebagai alat bantupembelajaran Penjas telah merangsang siswa untuk memnfaatkan barangbekas disekeliling mereka sebagai sarana bermain.

    Sebagai tindak lanjut, penulis sampaikan sumbang saran sebagai berikut :1. Penggunaan barang bekas sebagai alat bantu pembelajaran dapat dijadikan

    solusi dalam mengatasi permasalahan berupa rendahnya aktivitas belajar siswadalam pembelajaran Penjas akibat minimnya sarana dan prasarana pendukungpembelajaran Penjas.

    2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dijadikan solusi dalam memecahkanpermasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pembelajaran sehari-hari olehguru, bahkan dapat dijadikan suatu tradisi dalam profesi keguruan dalamupaya meningkatkan profesionalisme guru.

    ReferensiAbduljabar, Bambang. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga.

    Bandung: FPOK UPI.

    Daryanto. (2011). Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting DalamMencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

    Husdarta, J.S, dan Saputra, Yudha M. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Depdiknas Dirjen Dikdasmen Bagian Proyek Penataran Guru SLTPSetara D-III

    Kurniawan, Feri (2011), Buku Pintar Olahraga. Laskar Aksara. JakaraLutan, Rusli. (2001). Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan Jasmani Kesehatan.

    Bandung: Depdikbud.

    Sudirman, dkk. (1989). Ilmu Pendidikan. Bandung ; Rosda Karya.

    Sukintaka (1992). Teori Bermain Untuk D2 PGSD Penjaskes, Jakarta: DepdiknasDirjen DiktiBagian Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan.

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 23 - 33

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 23

    MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERINGKASTEKS BACAAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK

    MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VISD NEGERI 7 CIAMIS

    Aan SuhanahSD Negeri 7 Ciamis

    AbstractThe background of this research is the low skill to make the reading textsummarizes at the sixth grade of SD Negeri 7 Ciamis students. In summarizinga reading text, sentences that expressed by them are often just the initialsentences or the final sentences and usually do not have the coherent structure,so that the meaning of the text reading summarized not revealed. The purpose ofthis research is to improve the skills of he sixth grade of SD Negeri 7 Ciamisstudents to make the reading text summarizes through the use of mind mappingtechniques. Class Action Research model used is a model Kemmis and McTaggart in two study cycles which each consisting of two meetings of learning.Location of the study carried out in SD negeri 7 Ciamis with research subjectsall students of VI A Class of SD Negeri 7 Ciamis that consisted of 28 students.The study results showed that there has been an increase in the skills of readingtext summarizing at the sixth grade of SD negeri 7 Ciamis students during thestudy, indicated with increasing average score of the students summary resultranging from 56.3 at the beginning of the test (pre CAR), increased to 68 in thefirst cycle test , and rose again to 77.7 in the second test cycle.

    Keywords: summarizing skills, text reading, mind mapping

    AbstrakLatar belakang penelitian ini adalah realita masih kurangnya kemampuanmeringkas teks bacaan pada siswa kelas VI SD Negeri 7 Ciamis, dalammeringkas suatu teks bacaan, kalimat-kalimat yang diungkapkan siswa isinyaseringkali hanya berupa kalimat awal atau kalimat akhir dari teks bacaantersebut dan tidak runtut, sehingga makna dari teks bacaan yang diringkastidak terungkap. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkanketerampilan meringkas teks bacaan pada siswa kelas VI SD Negeri 7 Ciamismelalui penggunaan teknik mind mapping. Model Penelitian Tindakan Kelasyang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart dalam dua sikluspenelitian yang masing-masing terdiri dua kali pertemuan pembelajaran.Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri 7 Ciamis dengan subjek penelitianseluruh siswa kelas VI A SD Negeri 7 Ciamis yang berjumlah 28 orang. Hasilpenelitian menunjukkan telah terjadinya peningkatan keterampilan meringkasteks bacaan siswa kelas VI SD Negeri 7 Ciamis selama penelitian yangdiindikasikan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil ringkasan siswa mulaidari 56,3 pada test awal (pra PTK), meningkat menjadi 68 pada test siklus I,dan meningkat kembali menjadi 77,7 pada test siklus II.

    Kata kunci : keterampilan meringkas, teks bacaan, mind mapping

  • MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERINGKAS TEKS BACAAN DENGANMENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING (Aan Suhanah)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 24

    PendahuluanKeterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

    berbahasa (membaca, mendengarkan, menulis dan berbicara) yang pentingdikuasai siswa sejak tingkat sekolah dasar, melalui keterampilannya dalammenulis siswa dapat menyampaikan berbagai pikiran atau gagasan, dan melaluitulisannya pula dapat diukur tingkat pemahaman siswa yang bersangkutanterhadap suatu materi pelajaran yang telah dipelajarinya.

    Sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pelajaran BahasaIndonesia di Sekolah Dasar, salah satu aspek keterampilan menulis yang harusdikuasai siswa sekolah dasar adalah keterampilan meringkas teks bacaan. MenurutKeraf (1994: 261-262) ringkasan (prcis) adalah suatu cara efektif untukmenyajikan karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat, dengan tetapmempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli.

    Dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang dihadapi penulis sebagai gurukelas VI SD Negeri 7 Ciamis, pada umumnya keterampilan siswa meringkas teksbacaan masih menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dalam menulisringkasan, kalimat-kalimat yang diungkapkan siswa seringkali kurang tepat dantidak runtut, sehingga makna dari teks yang diringkas tidak terungkap. Secarakuantitatif kurang memuaskannya keterampilan meringkas teks bacaan pada siswakelas III SD Negeri 7 Ciamis juga tercermin dari masih rendahnya KriteriaKetuntasan Minimum (KKM) untuk kompetensi dasar bersangkutan yang masihditetapkan sebesar 70 atu masih dibawah Standar Ketuntasan Minimum (SKM)yang diharapkan mencapai nilai 75. Untuk mencapai nilai KKM yang telahditetapkankan sebesar 70 pun acapkali secara klasikal maupun secara individuperlu dilakukan remidial. Realita tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalamikesulitan dalam meringkas teks bacaan dan memerlukan suatu teknik meringkasyang dapat membantu dan mempermudah siswa dalam memahami isi teks yangakan diringkas.

    Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilanmeringkas teks bacaan adalah melalui pembuatan kerangka tulisan yang disusundari pokok-pokok pikiran teks bacaan yang diringkas untuk kemudiandikembangkan kembali menjadi suatu ringkasan yang utuh, dan salah satualternatif teknik pencatatan pokok pikiran dalam meringkas teks bacaan dapatdigunakan teknik Mind Mapping (Pemetaan Otak) yaitu suatu teknik pencatatanpokok pikiran dengan menggunakan simbol dan gambar secara non linier. Mindmapping dikembangkan oleh Tony Buzan pada akhir tahun 1960-an sebagai carauntuk mendorong siswa mencatat hanya dengan menggunakan kata kunci dangambar (Buzan:2002).

    Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan yang ditujukan untukmeningkatkan keterampilan meringkas teks bacaan pada siswa kelas VI SDNegeri 7 Ciamis dengan menggunakan teknik mind mapping. Penelitian inidiharapkan dapat dapat memberikan manfaat baik bagi siswa, guru, maupuninstitusi pendidikan (sekolah). Bagi siswa penelitian ini diharapkan dapatmemberikan pengalaman dalam upaya meningkatkan hasil belajar mereka, bagiguru penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta pengetahuandalam mengatasi permasalahan berupa masih rendahnya keterampilan siswa

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 23 - 33

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 25

    dalam meringkas teks bacaan, sedangkan bagi institusi (sekolah) penelitian inidiharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan metode yangdapat dijadikan model dalam kurikulum satuan pendidikan (KTSP) yang menjaditanggung jawab sekolah dalam penmgembangannya.

    Kajian PustakaKeraf (1994: 261-262) menjelaskan bahwa meringkas adalah suatu cara yang

    efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yangsingkat. Karena suatu ringkasan bertolak dari penyajian suatu karya asli secarasingkat, maka meringkas merupakan suatu keterampilan untuk mengadakanreproduksi dari hasil- hasil karya yang sudah ada. Dalam Kamus Besar BahasaIndonesia (2004:1957) disebutkan ringkasan adalah hasil meringkas. Sedangkanmeringkas itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagaikegiatan memendekkan (cerita, pembicaraan) atau mengambil intisarinya saja.

    Dalam meringkas sebuah teks ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikanagar ringkasan yang dihasilkan dapat diterima sebagai suatu tulisan yang baik.Menurut Widyamartaya (1994:92-95) ada dua alat pokok untuk meringkas bacaanyaitu:1) Pemadatan, dengan memadatkan isi bacaan diusahakan untuk mengutarakan

    intisari dari bacaan. Ringkasan hanya memuat gagasan-gagasan penting saja,semua hal yang merupakan tambahan atau penjelas tidak dicantumkan. Hal-hal yang dilakukan dalam pemadatan antara lain : memadatkan dua kata ataulebih menjadi satu kalimat, penggunaan kata yang luas artinya, menggunakangeneralisasi, menggunakan kata majemuk untuk merangkum, danmenggunakan kata hubung yang paling ringkas;

    2) Penghapusan, tidak semua yang dikatakan dalam sebuah tulisan adalah hal-halyang penting, penjelas-penjelasan tambahan atau sampangan tidak perludicantumkan dalam ringkasan (dihapuskan). Tindakan penghapusan yangdapat dilakukan dalam meringkas antara lain menghapus : semuapengulangan, semua bunga bahasa, persamaan, peri bahasa, dan sebagainya,ilustrasi-ilustrasi yang hanya bersifat penjelasan tambahan, segala ucapan ataututuran yang hanya bersifat pelancar misalnya harus diingat bahwa, takboleh dilupakan bahwa, dan sebagainya.

    Menurut Keraf (1994: 263) untuk membuat suatu ringkasan yang baik dapatdilakukan dengan menempuh tiga langkah berikut: 1) Membaca naskah asli,pembacaan naskah asli perlu dilakukan, jika perlu diulang hingga beberapa kaliuntuk mengetahui kesan umum tentang karangan tersebut secara menyeluruh sertauntuk mengetahui maksud pengarang atau sudut pandang pengarang; 2) Mencatatgagasan utama, tujuan utama dari pencatatan ini adalah agar penulis dapat menulisringkasan tanpa ikatan teks asli, penyusunan ringkasan hanya menggunakanpokok-pokok pikiran yang telah dicatat; 3) Mengadakan reproduksi, dalamlangkah ini, dengan mempergunakan catatan pokok-pokok pikiran teks bacaanyang diringkas, penulis harus menyusun kalimat-kalimat baru, merangkai semuagagasan kedalam suatu wacana yang jelas dan dapat diterima akal sehat, dansekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya.

  • MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERINGKAS TEKS BACAAN DENGANMENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING (Aan Suhanah)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 26

    Dalam pencatatan butir-butir informasi atau yang menjadi ide-ide pokokdalam membuat suatu ringkasan dapat dapat digunakan berbagai cara atau teknik,antara lain:1) Teknik catat, tulis, susun (CTS), yaitu teknik mencatat yang mampu

    mensinergiskan kerja otak kiri dengan otak kanan, sehingga konsentrasibelajar dapat meningkat sepuluh kali lipat. Catat tulis susun,menghubungkan apa yang didengar/dibaca menjadi poin-poin utama danmenuliskan pemikiran dan kesan dari materi pelajaran yang telah dipelajari(Bobbi de Porter dan Hernacki, 2001: 160).

    2) Teknik peta pikiran (Mind Mapping) adalah teknik meringkas bahan yangakan dipelajari atau untuk memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalambentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah dalam memahaminya(Iwan Sugiarto, 2004:75).Teknik mind mapping (atau konsep serupa) sebenarnya telah digunakan

    selama berabad-abad oleh para pendidik, pemikir, engineer, psikolog, dan banyaklainnya untuk brainstorming, berpikir secara visual, dan dalam memecahkan suatumasalah. Salah satu mind map tertua dikembangkan oleh Porphyry of Tyros,seorang pemikir di abad ke 3 yang telah memvisualisasikan konsep berfikirAristoteles. Mind Map moderen dikembangkan oleh Tony Buzan yangmengatakan bahwa seorang pembaca menelusuri bacaannya secara keseluruhanhalaman dengan metode non-linier sehingga bentuk peta yang non-linier akanlebih mudah dipahami dari sistem penyusunan yang linier.

    Mind map dikembangkan oleh Tony Buzan sebagai cara untuk mendorongsiswa mencatat hanya dengan menggunakan kata kunci dan gambar (Buzan:2002). Dalam tabel 1. berikut disajikan perbedaan antara catatan tradisional(catatan biasa) dengan catatan dengan menggunakan teknik pemetaan pikiran(mind mapping).

    Tabel 1. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind MapingCatatan Biasa Peta Pikiran

    1. hanya berupa tulisan-tulisan saja.2. hanya dalam satu warna3. untuk mereview ulang memerlukan waktu

    yang lama4. waktu yang diperlukan untuk belajar lebih

    lama5. statis

    1. berupa tulisan, symbol dan gambar2. berwarna-warni3. untuk mereview ulang diperlukan waktu

    yang pendek4. waktu yang diperlukan untuk belajar lebih

    cepat dan efektif5. membuat individu menjadi lebih kreatif.

    Sumber Iwan Sugiarto, 2004 : 76.

    Metode PenelitianPenelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas (Class Action

    Research), model yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart yangdikembangkan Kasbollah. Penelitian dilaksankan dalam dua siklus penelitian dansetiap siklus penelitian dilaksanakan dalam dua pertemuan pembelajaran yangmasing-masing pertemuan berdurasi selama 2x35 menit. Sesuai dengan modelpenelitian tindakan kelas yang digunakan (Model Kemmis dan Mc Taggart),setiap siklus penelitian tindakan terdiri atas tahapan-tahapan kegiatan: tahap

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 23 - 33

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 27

    perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Secaradiagramatis alur kerja penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggartdapat digambarkan seperti pada gambar 1 berikut:

    Gambar 1. Alur kerja penelitian tindakan kelas adaptasi model Kemmis dan Taggart(Kasbollah, 1998:70)

    Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri 7 Ciamis Kecamatan CiamisKabupaten Ciamis yang beralamat di jalan Dr. Ciptomangunkusumo No.46Ciamis. Subjek penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VIA tahun pelajaran2010/2011 yang berjumlah 28 orang yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 15siswa perempuan. Penelitian dilakukan pada kurun waktu bulan Oktober 2010.Fokus penelitian dititikberatkan pada hasil belajar siswa berupa keterampilandalam meringkas teks bacaan dengan menggunakan teknik mind mapping.

    Sesuai model penelitiasn yang digunakan, prosedur pelaksanaan penelitiandilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:1. Tahap Perencanaan

    Setiap siklus diawali dengan perencanaan yang meliputi : (a) penyusunanrencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai skenario pembelajaran; (b)mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalampembelajaran; (c) mempersiapkan instrumen penelitian yang akandipergunakan.

    2. Tahap PelaksanaanTahap pelaksanaan merupakan tindakan yang dilakukan sesuai dengan yangtelah direncanakan pada RPP. Tindakan-tindakan yang dilaksanakan dalamsetiap pertemuan dapat dideskripsikan sebagai berikut:Pertemuan pertama (siklus I):Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan pengkondisian siswa agar dapatmengikuti pembelajaran secara optimal melalui pemberian motivasi dan

  • MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERINGKAS TEKS BACAAN DENGANMENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING (Aan Suhanah)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 28

    apersepsi dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran, indikarorpembelajaran yang harus dicapai serta metode pembelajaran yang akandigunakan dan diakhiri dengan melaksanakan tes awal. Kegiatan intipembelajaran diawali dengan tanya jawab mengenai cara membuat ringkasanyang baik dan benar melalui pembuatan kerangka karangan dari pokok-pokokpikiran teks bacaan.serta menerangkan cara membuat mind map untukmencatat pokok-pokok pikiran sebuah teks bacaan. Kegiatan inti diakhiridengan memberi kesempatan siswa berlatih membuat ringkasan teks bacaanyang disediakan melalui pembuatan mind map. Sebagai kegiatan akhirdilakukan pengambilan kesimpulan serta merefleksikan kegiatan pembelajaranyang telah dilaksanakan.Pertemuan kedua (siklus I):Kegiatan diawali dengan pemberian motivasi, apersepsi dan penyampaiantujuan, indikator serta metode pembalajaran yang akan digunakan. Sebagaikegiatan inti siswa dilatih meringkas teks bacaan yang disediakan melaluipembuatan mind map serta menunjuk beberapa siswa untuk mempresentasikanmind map serta hasil ringkasannya didepan kelas untuk didiskusikan. Kegiatanakhir pembelajaran diisi dengan pengambilan kesimpulan dan merefleksikegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, diakhiri dengan pelaksanaantes akhir siklus I.Pertemuan ketiga (siklus II):Kegiatan diawali dengan pemberian motivasi, apersepsi dan penyampaiantujuan, indikator serta metode pembalajaran yang akan digunakan. Sebagaikegiatan inti siswa diminta meringkas beberapa teks bacaan yang disediakanmelalui pembuatan mind map secara berkelompok serta menunjuk wakil tiapkelompok untuk mempresentasikan mind map serta hasil ringkasannyadidepan kelas untuk didiskusikan. Kegiatan akhir pembelajaran diisi denganpengambilan kesimpulan dan merefleksi kegiatan pembelajaran yang telahdilaksanakan.Pertemuan keempat (siklus II):Kegiatan diawali dengan pemberian motivasi, apersepsi dan penyampaiantujuan, indikator serta metode pembalajaran yang akan digunakan. Sebagaikegiatan inti siswa diminta meringkas beberapa teks bacaan yang pilihanmereka sendiri melalui pembuatan mind map secara berkelompok sertamenunjuk wakil tiap kelompok untuk mempresentasikan mind map serta hasilringkasannya didepan kelas untuk didiskusikan. Kegiatan akhir pembelajarandiisi dengan pengambilan kesimpulan dan merefleksi kegiatan pembelajaranyang telah dilaksanakan. Tindakan (pembelajaran) diakhiri denganpelaksanaan tes akhir siklus II.

    3. Tahap ObservasiTahap ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan penelitian tindakan,dalam tahap ini peran serta observer sangat diperlukan untuk mempertajamhasil observasi.

    4. Tahap Analisis dan RefleksiTahap ini merupakan tahap akhir dari setiap siklus penelitian tindakan, hasilobservasi serta evaluasi yang dilaksanakan selama tindakan penilaiandianalisis dan direfleksi sebagai bahan perbaikan penelitian tindakan siklusberikutnya.

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 23 - 33

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 29

    Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi:1) Observasi.

    Metode observasi (pengamatan) digunakan untuk memantau aktivitas belajarsiswa selama mengikuti pembelajaran.

    2) TesMetode tes digunakan untuk melihat perkembangan/peningkatan hasil belajarberupa keterampilan siswa dalam meringkas teks bacaan. Tes dilakukansebelum pemberian tindakan (tes awal) serta pada setiap akhir sikluspenelitian tindakan.Sesuai metode pengumpulan data yang digunakan, instrumen penelitian yangdigunakan meliputi:

    1) Lembar pengamatan (observasi)Instrumen lembar pengamatan menggunakan penilaian ya dan tidak untukmenilai terpenuhi atau tidaknya indikator aktivitas siswa yang ditentukan.

    2) TesBentuk tes yang digunakan adalah unjuk kerja (hasil produk) dengan aspekyang dinilai meliputi: ketepatan menentukan pokok isi atau gagasan utamatiap paragraf, kemampuan merangkai pokok isi atau gagasan utama dalambentuk kalimat efektif, kemampuan meringkas teks bacaan secara baik danbenar, dan kerapian serta kemampuan menggunakan tanda baca, ejaan yangbaik dan benar.Teknik pengolahan/analisis data yang digunakan dalam penelitian meliputi:

    1) Teknik analisis kualitatifTeknik ini digunakan untuk menganalisis data hasil observasi aktivitas belajarsiswa selama mengikuti pembelajaran yang selanjutnya dikuantifikasi dalambentuk persen.

    2) Teknik analisis kuantitatifTeknik ini digunakan untuk menilai hasil belajar siswa berupa keterampilanmereka dalam meringkas isi teks bacaan.Indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang

    dilaksanakan adalah :1) Aktivitas belajar siswa dapat mencapai paling tidak 75% dari skor maksimal

    sesuai lembar observasi yang digunakan2) 80% peserta didik berhasil memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM)

    untuk standar kompetensi pelajaran yang bersangkutan yang ditetapkansebesar 65.

    Hasil PenelitianHasil tes awal terhadap keterampilan siswa dalam meringkas teks bacaan

    menunjukkan hasil yang masih sangat kurang memuaskan, nilai rata-rata tes awalhanya mencapai 56,3 masih jauh dari nilai KKM yang telah ditentukan sebesar 65.Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar baru mencapai 8 orang atau 28,6%dari jumlah seluruh siswa.1. Hasil Pelaksanaan PTK Siklus I

    Secara umum aktivitas belajar siswa selama pelaksanaan penelitian tindakankelas siklus I masih kurang memuaskan baru mencapai persentase 71,6%.

  • MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERINGKAS TEKS BACAAN DENGANMENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING (Aan Suhanah)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 30

    Rekapitulasi aktivitas belajar peserta didik selama pelaksanaan penelitian tindakankelas siklus I dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

    Tabel 2. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa pada PTK Siklus IAktivitas Siswa

    No Aspek yang diobservasi Skor Rata-rata Skor Ideal %Pert. I Pert. II

    1. Kegiatan awal 12 14 13 20 652. Kegiatan inti 12 14 13 20 653. Kegiatan akhir 16 18 17 20 85

    Jumlah 40 46 43 60 71,6Hasil tes terhadap keterampilan siswa dalam meringkas teks bacaan setelah

    mengikuti penelitian tindakan siklus I menunjukkan peningkatan dibandingkanhasil tes awal, pada tes akhir siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 68, lebih besardari nilai KKM yang ditetapkan sebesar 65. Pada tes akhir siklus I siswa yangtelah mencapai KKM mencapai 21 orang atau 75%.2. Hasil Pelaksanaan PTK Siklus II

    Secara umum aktivitas belajar siswa selama pelaksanaan penelitian tindakankelas siklus II telah cukup memuaskan dengan mencapai persentase 71,6%.Rekapitulasi aktivitas belajar peserta didik selama pelaksanaan penelitian tindakankelas siklus I dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

    Tabel 3. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa pada PTK Siklus IIAktivitas Siswa

    No Aspek yang diobservasi Skor Rata-rata Skor Ideal %Pert. I Pert. II

    1. Kegiatan awal 16 18 17 20 852. Kegiatan inti 19 19 19 20 953. Kegiatan akhir 19 19 19 20 95

    Jumlah 54 56 55 60 91,6Hasil tes terhadap keterampilan siswa dalam meringkas teks bacaan setelah

    mengikuti penelitian tindakan siklus II menunjukkan peningkatan dibandingkanhasil tes awal maupun hasil tes akhir siklus I, pada tes akhir siklus II nilai rata-ratakelas mencapai 77,7. Jumlah siswa yang telah mencapai KKM mencapai 25 orangatau 89%.

    PembahasanBerdasar data-data hasil observasi dapat diketahui bahwa pada pelaksanaan

    penelitian tindakan kelas siklus I aktivitas belajar siswa masih belum memuaskandengan hanya mencapai persentase sebesar 71,6%. Hal ini menunjukkan bahwasecara umum siswa kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran meringkas teksbacaan, namun hasil observasi pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklusII teramati adanya peningkatan aktivitas belajar siswa yang mencapai 91,6%, halini menunjukkan adanya perubahan sikap siswa yang menjadi tertarik untukmengikuti pembelajaran setelah menggunakan teknik mind mapping, hasil inidiperkuat oleh teramati adanya beberapa siswa yang mengaplikasikan penggunaanmind mapping untuk mencatat materi mata pelajaran lain yang disampaikan.

    Data lain hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mind mappingternyata berhasil meningkatkan keterampilan siswa dalam meringkas isi teksbacaan, jika pada tes awal nilai rata-rata kelas tes hanya mencapai hanya

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 23 - 33

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 31

    mencapai 56,3 dan siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya mencapai 8orang atau 28,6% dari jumlah seluruh siswa, maka pada tes akhir pelaksanaanpenelitian tindakan kelas siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 68, mengalamikenaikan sebesar 20,7% dibanding nilai rata-rata pada tes awal, sedangkan jumlahsiswa yang telah mencapai KKM adalah 21 orang (75%) atau mengalamikenaikan. Trend kenaikan hasil belajar atau kemampuan meringkas teks bacaanini terus meningkat pada tes akhir penelitian tindakan kelas siklus II yangmencapai nilai rata-rata 77,7 atau mengalami kenaikan sebesar 38% dibandinghasil test awal dan mengalami kenaikan sebesar 14,27% dibandingkan hasil tesakhir PTK siklus I, sedangkan jumlah siswa yang telah mencapai KKM pada tesakhir siklus II mencapai 25 orang atau 89%.

    Peningkatan hasil belajar berupa kemampuan siswa dalam meringkas teksbacaan ternyata terjadi pada semua aspek penilaian kemampuan meringkas yangmeliputi: (A) ketepatan menentukan pokok isi atau gagasan utama tiap paragraf;((B) kemampuan merangkai pokok isi atau gagasan utama dalam bentuk kalimatefektif; (C) kemampuan meringkas teks bacaan secara baik dan benar; (D)kerapian serta kemampuan menggunakan tanda baca, ejaan yang baik dan benar.Secara diagramatis peningkatan kemampuan siswa dalam meringkas teks dengansegala aspeknya selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dilihatmelalui gambar 2 berikut:

    Gambar 2. Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar Siswa

    Peningkatan kemampuan siswa dalam meringkas teks bacaan selamapelaksanaan penelitian ini sangat sesuai dengan pendapat akhli yangmengemukakan bahwa teknik mind mapping membuat materi pelajaran menjaditerpola secara visual dan grafis sehingga dapat membantu merekam, memperkuat,dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari (Eric Jensen, 2002:95).Selain itu bentuk peta yang tidak linier akan lebih mudah dipahami dibandingkan

  • MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERINGKAS TEKS BACAAN DENGANMENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING (Aan Suhanah)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 32

    bentuk catatan yang bersifat linier mengingat bahwa seorang pembaca menelusuribacaannya secara keseluruhan halaman dengan metode non-linier (Buzan, 2002).

    Dan satu hal yang tidak dapat diabaikan adalah bentuk mind mapping yangterdiri dari simbol dan gambar memberikan daya tarik tersendiri bagi siswa untukmempelajarinya sehingga mereka merasa tidak bosan dibandingkan harusmencatat dan mencatat yang seringkali menimbulkan rasa bosan bagi siswa, danhal ini diindikasikan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa selamamengikuti penelitian tindakan kelas.

    Kesimpulan dan SaranBerdasar analisis terhadap berbagai data hasil penelitian, penulis

    menyimpulkan bahwa:1. Penggunaan teknik mind mapping dapat meningkatkan keterampilan

    meringkas teks bacaan pada siswa kelas VI SD Negeri 7 Ciamis, yangdiindikasikan dengan meningkatnya nilai rata-rata tes mulai dari 56,3 padatesawal (pra-PTK), menjadi 68 pada tes akhir siklus I dan menjadi 77,7 pada tesakhir siklus II.

    2. Penggunaan teknik mind mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar siswakelas VI SD Negeri 7 Ciamis pada pembelajaran meringkas teks bacaan.

    Sebagai tindak lanjut dari penelitian yang telah dilaksanakan, penulismenyampaikan saran sebagai berikut :1. Penggunaan teknik mind mapping dapat dijadikan alternatif pemecahan

    masalah bagi guru yang mempunyai masalah berupa rendahnya keterampilansiswanya dalam meringkas teks bacaan.

    2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi bagi guru/peneliti yangberniat melakukan penelitian mengenai pengaruh teknik mind mappingterhadap kemampuan siswa dalam meringkas teks bacaan.

    Referensi

    Buzan, T. (2002). How To Mind Map: The Ultimate Thinking Tool That WillChange Your Life. London: Thorsons

    Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia EdisiKetiga. Jakarta: BalaiPustaka.

    De Porter, B., Hernacki, M. (2001). Quantum Learning: Membiasakan BelajarNyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

    http://www.tonybuzan.edu.sg/old-site/, diunduh pada tanggal 20 Januari 2010

    Jensen, E. & Makowitz, K. (2002) Otak sejuta Gigabyte : Buku PintarMembangun Ingatan Super. Bandung: Kaifa.

    Kasbolah, K. (1998/1999), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Depdikbud DirjenDikti Proyek PGSD

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 23 - 33

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 33

    Keraf, G. (1995). Eksposisi Komposisi Lanjutan. Jakarta: Gramedia.Sugiarto, I. (2004). Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik

    dan Kreatif. Jakarta : Gramedia Pustaka UtamaWidyamartaya, A.H. (1994). Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar danMenengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP SETARA D-III.

  • MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERINGKAS TEKS BACAAN DENGANMENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING (Aan Suhanah)

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 34

  • GURU RAHAYU: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHISSN: 2407-3487, Volume: 1, Nomor: 1, Nopember 2014, Hal.: 35 - 44

    http://jurnal.kkggugus1ciamis.or.id 35

    PENGGUNAAN MEDIA GELAS DAN KANCING UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN

    DAN PENGURANGAN PADA SISWA KELAS ISD NEGERI 7 CIAMIS

    Eka GusmawatiSD Negeri 7 Ciamis

    AbstractThe low ability of the first grade of SD Negeri 7 Ciamis in addition andsubtraction operations are expected as a result of a less varied inteaching methods as well as less than optimal in use of media in learningmathematics has become the background of this study. This study has theobjective to improve the ability of of the first grade of SD Negeri 7Ciamis students in addition and subtraction operations through the useof "glass and buttons medium". Classroom action research model usedwas the Kemmis and Mc Taggart model in two study cycles was identicalto the four learning meetings. The experiment was conducted in SDNegeri 7 Ciamis, with study subjects were all students of I D class of SDNegeri 7 Ciamis that consisted of 36 students. The study results showedan increase in the ability of the first grade of SD Negeri 7 Ciamis inaddition and subtraction operations after following the action researchthat indicated by the increase in the evaluations conducted from anaverage of 41.2 on the pre test, to 72.5 on the first cycle test, and roseagain to 88.9 in the second cycle test.Keywords: addition and subtraction, and buttons medium

    AbstrakMasih rendahnya kemampuan siswa kelas I SD Negeri 7 Ciamis dalamoperasi penjumlahan dan pengurangan yang diperkirakan sebagai akibatdari kurang variatifnya metode pembelajaran serta kurang optimalnyapenggunaan media dalam pembelajaran matematika telah menjadi latarbelakang penelitian yang dilaksanakan. Penelitian ini mempunyai tujuanuntuk meningkatkan kemampuan penjumlahan dan pengurangan padasiswa kelas I SD Negeri 7 Ciamis melalui penggunaan media gelas dankancing. Model penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah modelKemmis dan Mc Taggart dalam dua siklus penelitian yang identikdengan empat pertemuan pembelajaran.. Penelitian dilaksanakan di SDNegeri 7 Ciamis dengan subjek penelitian seluruh siswa kelas I D SDNegeri 7 Ciamis yang berjumlah 36 orang. Hasil penelitian menunjukkanterjadinya peningkatan kemampuan penjumlahan dan pengurangansiswa kelas I SD Negeri 7 Ciamis setelah mengikuti pen