Jurnal Gizi

9
Nama : Ulva Yulianti NIM : 10101001015 Analisis Jurnal The American Of Clinical Nutrition : “Iron-fortified milk and noodle consumption is associated with lower risk of anemia among children aged 6–59 mo in Indonesia” By : Richard D Semba, Regina Moench- Pfanner, Kai Sun, Saskia de Pee, Nasima Akhter, Jee Hyun Rah, Ashley A Campbell,

Transcript of Jurnal Gizi

Nama : Ulva YuliantiNIM : 10101001015

Analisis Jurnal The American Of Clinical Nutrition :

“Iron-fortified milk and noodle consumption is associated with lower

risk of anemia among children aged 6–59 mo in Indonesia”

By : Richard D Semba, Regina Moench-Pfanner, Kai Sun, Saskia de Pee, Nasima

Akhter, Jee Hyun Rah, Ashley A Campbell,Jane Badham, Martin W Bloem, and Klaus

Kraemer.

Anemia merupakan kejadian yang umum yang terjadi pada anak-anak

dalam mengembangkan negara. Anemia berhubungan dengan penurunan kognitif dan fisik.

Fortifikasi zat besi pada makanan mungkin dapat menurunkan

kejadian anemia zat besi pada anak dan mungkin memiliki konsekuensi

jangka penjang dalam hal produktivitas fisik dan reproduksi di

masa dewasa

Penelitian yang berjudul “Iron-fortified milk and noodle consumption is

associated with lower risk of anemia among children aged 6–59 mo in

Indonesia” bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara susu yang diperkaya zat besi dan

mengkonsumsi mie yang diperkaya zat besi dengan anemia zat besi pada

anak usia 6-59 mo/bulan.

Subyek penelitian terdiri dari keluarga dari daerah pedesaan dan perkotaan kumuh

yang berpartisipasi dalam Sistem Surveilance Gizi (NSS) di Indonesia.

Selama masa penelitian, ada 17 putaran pengumpulan data dari 4800 rumah tangga di pedesaan dan 1.560 rumah

tangga perkotaan perputaran. Pengumpulan data melibatkan 5

populasi besar miskin kota dari daerah kumuh di kota jakarta, Surabaya,

makasar, Semarang, dan Padang, dan penduduk pedesaan dari provinsi

Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, dan Sulawesi Selatan.

• Hasil dari penelitian bahwa konsumsi susu dan mie yang di fortifikasi

memiliki hubungan dengan anemia anak berusia 6-59 bulan yang

menunjukkan bahwa anak-anak yang berusia 6-59 bulan ketika

mengkonsumsi susu yang diperkaya zat besi memiliki risiko kurang

mungkin menjadi anemia dibandingkan anak-anak yang tidak mengkonsumsi susu yang diperkaya

zat besi.

• . Pada penelitian ini, proporsi anak-anak yang menerima susu dan mie fortifikasi adalah 30,1 % dan 22,6%

masing-masing dalam keluarga yang tinggal di pedesaan. Sedangkan, 40,1%

dan 48,9% masing-masing dalam keluarga di daerah perkotaan. Pada

penelitian juga dihasilkan bahwa prevalensi anemia di kalangan anak-anak dari keluarga pedesaan adalah 55,9% dan dari keluarga perkotaan

kumuh adalah 60,8%.

• Dalam keluarga pedesaan, kemungkinan anemia lebih rendah ketika anak-anak mengkonsumsi

susu dan mie yang difortifikasi zat besi. Seperti halnya penelitian ini, di

Indonesia konsumsi susu dan mie fortifikasi dikaitkan dengan

penurunan anemia pada anak. Sehingga, susu dan mie yang

diperkaya dengan zat besi dapat menjadi strategi untuk mengurangi

anemia pada anak

• Penelitian ini menemukan sedikit intervensi untuk mengurangi anemia

defisiensi besi, bahwa dengan fortifikasi susu dan mie dengan mikronutrien di

Indonesia dapat membantu menurunkan anemia pada anak. Menurut saya,

walaupun dalam penelitian prevalensi anemia zat besi di perkotaan kumuh lebih

tinggi daripada di daerah pedesaan. Tetapi, dalam menindaklanjuti kejadian

AGB sebaiknya, ditekankan kedua daerah tersebut agar tidak menjadi masalah terus menerus. Maka, program aktif

penyediaan susu dan mie yang diperkaya/difortifikasi di Indonesia wajib

terus dilakukan.