jurnal ggk

download jurnal ggk

of 50

Transcript of jurnal ggk

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar belakangAngka kejadian GGK menurut Fitzpatrick berkisar 1 3 % pertahun, sedang beberapa penelitian mendapatkan 23%. Tidak semua penanganan yang dilakukan dapat berhasil dengan baik oleh karena banyak kesulitan yang ditemukan terutama pada pelaksanaan terapi pengganti fungsi ginjal. Namun berbagai upaya dilakukan untuk dapat menyelamatkan penderita tersebut walaupun mempunyai prognosis yang kurang baik.Cukup sulit untuk menentukan insidens sesungguhnya akan gagal ginjal akut pada anak, karena variasi dalam definisinya dari penelitian satu ke penelitian lainnya. Di FKUI-RSCM Jakarta, dari 38 pasien GGK yang dilaporkan, 13 pasien (34,2%) disebabkan oleh intoksikasi jengkol, 11 (28%) oleh sepsis, 5 (13,2%) oleh gastroenteritis berat, 2 (5,2%) oleh syok dan 2 (5,2%) oleh bronkopneumonia berat. Glomerulonefritis akut hanya ditemukan pada 3 orang (7,9%). Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Jumlah kasus penyakit ginjal kronis berkembang dengan pesat, terutama dalam mengembangkan dunia. Pada tingkat tertentu fungsi ginjal, perkembangan penyakit ginjal kronis untuk mengakhiri-stadium penyakit ginjal (ESRD) tidak bisa dihindari. ESRD telah menjadi masalah kesehatan utama karena adalah kondisi medis yang menghancurkan, dan biaya perawatan adalah beban ekonomi yang besar.

1.2 Tujuan Penulisan 1. Tujuan UmumUntuk mendapatkan gambaran Asuhan Keperawatan pada Ny.P dengan diagnosa medis Gagal Ginjal Kronik di Ruang Anggrek RSUD Saras Husada Purworedjo.2. Tujuan Khususa. Mampu melakukan pengkajian kepada Ny.H dengan diagnosa medis Gagal Ginjal Kronik di Ruang Anggrek RSUD Saras Husada Purworedjo, dan melakukan analisa data serta merumuskan diagnosa keperawatan pada klien sesuai dengan prioritas masalah.b. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan / intervensi sesuai dengan masalah yang telah diprioritaskan.c. Mampu mengobservasi tindakan keperawatan / implementasi sesuai intervensi yang telah disusun menurut prioritas pada asuhan keperawatan.d. Mampu mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan terhadap klien dengan Gagal Ginjal Kronik.e. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.f. Mendapat gambaran tentang kesenjangan antara teori danpelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ny.P dengan diagnosa medis Gagal Ginjal Kronik di Ruang Anggrek RSUD Saras Husada Purworedjo.

1.3 Metode penulisanDalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilaksanakan pada Ny.P dengan diagnosa medis Gagal Ginjal Kronik di Ruang Anggrek RSUD Saras Husada Purworedjo.1. Teknik pengumpulan dataa. Teknik wawancaraSalah satu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terhadap klien, keluarga, perawat, dan status perkembangan lainnya. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data yang di perlukan seperti identifikasi klien, kebiasaan sehari-hari, data tentang kesehatan keluarga aspek psikososial dan informasi lainnya.b. Teknik observasi Teknik observasi yang ditujukan langsung pada klien dan keluarga, tingkah laku dan respon dari klien dan keluarga. c. Pemeriksaan fisikTeknik pemeriksaan fisik yang ditujukan langsung pada klien yang menderita Gagal Ginjal Kronik dengan menggunakan 4 tekhnik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.d. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik lainnyaTujuan pemeriksaan laboratorium dan diagnostik adalah untuk mendukung penemuan data dari hasil wawancara dan obserfasi serta untuk mengetahui gangguan yang tidak dapat di peroleh dari wawancara dan observasi.e. Teknik dokumentasiTeknik dokumentasi yaitu mendapatkan data dengan cara pengumpulan data informasi dari catatan medik, catatan perkembangan klien, catatan perawat dan catatan lainnya yang ada di Ruang Anggrek RSUD Saras Husada Purworedjo.2. Sumber Dataa. Data primerDiperoleh langsung dari klien berupa data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah informasi yang di sampaikan langsung oleh klien terhadap perawat selama pengkajian dan data objektif adalah semua informasi yang dapat di obserfasi dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.b. Data sekunderDiperoleh dari keluarga catatan perkembangan klien catatan medikal record dan dari tim kesehatan lainnya.3. Pengolahan dataSetelah data terkumpul, selanjutnya data diolah dengan cara mengklasifikasikan, menginterpretasikan, mendokumentasikan dan selanjutnya di sajikan dengan menggunakan format asuhan keperawatan.

1.4 Ruang LingkupMengingat luasnya permasalahan dan adanya terbatasan kemampuan maupun waktu pada diri penulis, maka penulis membatasi masalah yaitu Bagaimana Mengkaji Asuhan Keperawatan pada Ny.P dengan diagnosa medis Gagal Ginjal Kronik di Ruang Anggrek RSUD Saras Husada Purworedjo.

1.5 Sistematika PenulisanMakalah ini disusun secara sistematis terdiri dari 4 bab, yaitu sebagai berikut :BAB I: Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.BAB II: Membahas Tinjauan teoritis yang berisi periode post partum, asuhan keperawatan gagal ginjal akut.BAB III: Membahas Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.BAB IV: PembahasanBAB V :Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB 2TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Medis2.1.1 Pengertian Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626).Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368).Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448).Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812).

2.1.2 Anatomi Fisiologia. Anatomi ginjal1) MakroskopisGinjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor). Ginjal pada orang dewasa penjangnya sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau ginjal beratnya antara 120-150 gram.2) MikroskopisTiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu kesatuan (nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995).

3) Vaskularisasi ginjalArteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen pada glomerulus (Price, 1995).Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap konstan ( Price, 1995).

4) Persarafan pada ginjalMenurut Price (1995) Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

b. Fisiologi ginjalMenurut Syaifuddin (1995) Fungsi ginjal yaitu mengeluarkan zat-zat toksik atau racun; mempertahankan keseimbangan cairan; mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh; mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh; mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir sari protein ureum, kreatinin dan amoniak.Tiga tahap pembentukan urine :1) Filtrasi glomerularPembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowmans disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowmans, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowmans serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.2) ReabsorpsiZat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.3) SekresiSekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen.Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular perjalanannya kembali jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.2.1.3 EtiologiPenyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626)Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:a. Infeksi misalnya pielonefritis kronikb. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritisc. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis.d. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresife. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjalf. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosisg. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbalh. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

2.1.4 PatofisiologiPada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368).Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814).

2.1.5 Manifestasi KlinisManifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:a. Sistem kardiovaskuler1) Hipertensi2) Pitting edema3) Edema periorbital4) Pembesaran vena leher5) Friction sub pericardiab. Sistem Pulmoner1) Krekel2) Nafas dangkal3) Kusmaull4) Sputum kental dan liatc. Sistem gastrointestinal1) Anoreksia, mual dan muntah2) Perdarahan saluran GI3) Ulserasi dan pardarahan mulut4) Nafas berbau amoniad. Sistem muskuloskeletal1) Kram otot2) Kehilangan kekuatan otot3) Fraktur tulange. Sistem Integumen1) Warna kulit abu-abu mengkilat2) Pruritis3) Kulit kering bersisik4) Ekimosis5) Kuku tipis dan rapuh6) Rambut tipis dan kasarf. Sistem Reproduksi1) Amenore2) Atrofi testis

2.1.6 Penatalaksanaan Medis1. Dialisis (cuci darah)2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat4. Transfusi darah5. Transplantasi ginjal

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang a. Urin Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria) Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1 Klirens kreatinin: mungkin agak menurun Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga adab. Darah BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl SDM: menurun, defisiensi eritropoitin GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2 Natrium serum : rendah Kalium: meningkat Magnesium; Meningkat Kalsium ; menurun Protein (albumin) : menurun

a. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kgb. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureterc. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atasd. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektife. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masaf. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

2.2 Asuhan Keperawatan2.2.1 Pengkajiana. Aktivitas/IstirahatGejala :Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise,gangguan tidur (insomania/gelisah,samnolen)Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.b. SirkulasiGejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi ; nyeri dada(angina)Tanda : Hipertensi; DVJ,nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki ,telapak tangan, distritmia jantung,nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada tahap akhir. Friction rub perikardial (respons terhadp akumulasisa), Pucat; kulit coklat kehijauan ,kuning. Kecenderungan pendarahan c. Integritas EgoGejala : Faktor stress, pernafasan tak berdaya tak ada harapan tak ada kekuatan.Tanda : Menolak,ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan keperibadian.d. EliminasiGejala : Penurunan frekuensi urine,oliguria,anuria,(gagal tahap lanjut), Abdomen kembung,diare, atau konstipasi.Tanda : Perubahan warna urine, oliguria, dapat menjadi anuria.e. Makanan / Cairan Gejala : peningkatan berat badan cepat(edema) penurunan berat badan(malnutrisi), Anoreksia,nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut, (pernapasan amonia).

Tanda :Distensi abdomen, pembesaran hati, perubahan turgokulit, kelembaban, edema, ulserasi gusi, perdarahan gusi, penurunan otot.f. NeurosensoriGejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kebas kesemutan dan kelemahan, khusus ekstremitas bawah. Tanda : Gangguan status mental, penurunan DTR, kejang,rambut tipis.g. Nyeri/ KenyamananGejala : nyeri panggul, sakit kepala:kram otot/ nyeri kaki, Tanda : perilaku berhati hati/ distraksi, gelisah.h. PernapasanGejala : napas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, Tanda : takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/ kedalaman (pernapasan kussmaul)i. KeamananGejala: kulit gatal: ada atau berulangnya infeksiTanda: demam,peteki,area ekimosis pada kulit.fraktur tulang.j. SeksualitasGejala : penurunan libido, amenorea;infertilitask. Interaksi Sosial Gejala: kesulitan menentukan kondisi, l. Penyulhan/Pembelajaran Gejala : riwayat DM, keluarga, (resiko tinggi untuk gagal ginjal)penyakit polikistik, nefritisherediter kalkulus urinaria, malgnansi.

2.2.2 DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL PADA PASIEN CKDNODIAGNOSATUJUAN/KRITERIA HASILINTERVENSI

1.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, klien dapat menoleransi aktifitas dan melakukan ADL dengan baik.Kriteria Hasil: Berpartisipasi dalam aktifitas fisik dengan vital sign dalam batas normal> (TD 140/90 mmHG, HR 60-90 x/menit, RR 16 20 x/menit). Warna kulit normal (tidak anemis, anikterik), hangat dan tidak kering. Memverbalisasikan pentingnya aktifitas secara bertahap. Mengekspresikan pengertian pentingnya keseimbangan latihan dan istirahat. Peningkatan toleransi aktifitas.

NIC: Toleransi Aktifitas1. Tentukan penyebab intoleransi aktifitas dan tentukan apakah apakah penyebab dari fisik, psikis/motivasi.2. Kaji kesesuaian aktifitas dan istirahat klien sehari-hari.3. Peningkatan aktifitas scara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dapat perubahan posisi, mobilisasis di tempat tidur, dan perawatan diri.4. Pastikan klien mengubah posisi secara bertahap.5. Lakukan latihan ROM jika pasien tidak dapat menoleransi aktifitas.

2.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperfentilasi, penurunan energi, dan kelemahan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, pola nafas klien menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan.Kriteria Hasil: Tidak ada dyspnea Kedalaman nafas normal Tidak ada retraksi dada/ penggunaan otot bantu pernafasan.Monitor Pernafasan:1. Monitor irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan.2. Perhatikan pergerakan dada.3. Auskultasi bunyi nafas.4. Monitor peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan dan sesak nafas.Pengelolaan Jalan Nafas1. Atur posisi tidur klien untuk maksimalkan ventilasi.2. Lakukan fisioterapi dada bila perlu.3. Monitor status pernafasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan.4. Auskultasi bunyi nafas.5. Bersuhkan secret jika ada dengan batuk efektif/suction jika perlu.

3.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, klien mengalami keseimbangan cairan dan elektrolit.Kriteria Hasil: Bebas dari edema. Suara paru bersih. Vital sign dalam batas normal (TD 140/90 mmHG, HR 60-90 x/menit, RR 16 20 x/menit).Fluid manajemen1. Kaji status dehidrasi (kelembapan, membrane, mukossa, nadi adekuat).2. Kaji vital sign.3. Monitor adanya indikasi overload/retraksi.4. Kaji daerah edema jika ada.

Fluit Monitoring1. Monitor intake dan output cairan.2. Monitor serum albumin dan protein total.3. Monitor Respiratori dan HR4. Monitor turgor kulit dan adanya kehaussan5. Monitor warna , kualitas dan BJ urine.

4.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.Kriteria Hasil: Berat badan stabil dan tidak terjadi mal nutrisi. Tingkat energy adekuat. Masukan nutrisi adekuat.

Menejemen Nutrisi1. Kaji pola makan klien.2. Kaji adanya alergi makanan.3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.4. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya.

5. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah konstipasi.6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien.

Monitor Nutrisi1. Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.2. Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.3. Monitor lingkungan selama makan.4. Monitor adanya mual dan muntah.5. Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan, misalnya perdarahan , bengkak, dan sebagainya.6. Monitor intake nutrisi dan kalori.

5.Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya berhubungan dengan kurangnya sumbeer informasi.Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam pengetahuan klien dan keluarga meningkat dengan kriteria hasil: pasien mampu, Menjelaskan kembali penjelesan yang diberikan. Mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas. Klien/ keluarga kooperatif saat dilakukan tindakan.Pendidikan : proses penyakit1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya.2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab.3. Jelaskan kondisi klien.4. Jelaskan tentang pengobatan dan alternative pengobatan.5. Diskusikan perubahan gaya hidup mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi.6. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya.7. Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan 8. Instruksikan kapan haarus kepelayanan kesehatan9. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan.

6.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasif, penurunan daya tahan tubuh primer.Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam resiko infeksi terkontrol dengan kriteria hasil: Bebas dari tanda-tanda infeksi Angka leukosit normal. Pasien mengatakan tahu tentang tanda-tanda dan gejala infeksi.Kontrol Infeksi1. Ajarkan tehnik mencuci tangan.2. Ajarkan tanda-tanda infeksi.3. Laporkan ke dokter segera bila ada tanda infeksi.4. Batasi pengunjung.5. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien.6. Tingkatkan asupan gizi cukup.7. Anjurkan istirahat cukup.8. Pastikan penanganan aseptic daerah IV.9. Berikan PENKES tentang risk infeksi.

Proteksi Infeksi1. Monitor tanda dan gejala infeksi2. Pantau hasil laboratorium3. Amati factor-faktor yang bisa meningkatkan infeksi.4. Monitor vital sign.

7.Sindrom deficit self care berhubungan dengan kelemahan.Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu perawatan self care : ADL dengan kriteria hasil: Pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan mandiri. Kebersihan diri pasien terpenuhi.Bantuan perawatan diri1. Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri.2. Monitor kebutuhan personal hygiene, berpakaian, toileting, dan makan.3. Beri bantuan sampai klien mempunyai kemampuan untuk merawat diri.4. Bantu klien alam memenuhi kebutuhannya.5. Anjurkan klien untuk melakukan aktifias sehari-hari sesuai kemampuannya.6. Evaluasi kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.7. Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan.

BAB 3LAPORAN KASUS

Nama Mahasiswa: Pradipto Saksono Putro, S.Kep dan Diah Wisda Ambarsari, S.KepTempat Praktek: Ruang Anggrek RSUD Saras Husada Purworedjo

I. Identitas diri klienNama: Ny. PUmur: 48 TahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: DK Malang, RT/RW. 004/001, Desa Ngampel, Kecamatan Pituruh, Kabupaten PurworedjoPendidikan: Tidak SekolahPekerjaan: PetaniStatus Perkawinan: MenikahAgama: IslamSuku: JawaTanggal Masuk RS: 17 September 2012Tanggal Pengkajian: 18 September 2012Sumber Informasi: Klien dan Keluarga

II. Riwayat Penyakit1. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah SakitKlien mengatakan sesak napas, kedua kaki bengkak, dan mudah lelah saat beraktivitas. Klien mengatakan kedua kaki bengkak sejak sebulan yang lalu.

2. Riwayat Penyakit SekarangKlien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, sering merasa mudah lelah saat bekerja, dan kedua kaki bengkak sejak sebulan yang lalu. Klien juga mengatakan terkadang mual dan tidak nafsu makan.3. Riwayat Penyakit DahuluKlien mengatakan pernah di rawat di rumah sakit sekitar 4 bulan yang lalu, karena mengalami sesak napas. Klien di rawat selama 3 hari di rumah sakit. 4. Diagnosa medis pada saat Masuk Rumah Sakit, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah dilakukanDiagnosa medis saat masuk rumah sakit : Chronic kidney diseasePemeriksaan Penunjang: 17 September 2012PemeriksaanHasilNilai Normal

Gula Darah SewaktuUreaCreatininSGOTSGPTHBsAgGolongan Darah96 mg/dl120 mg/dl8,29 mg/dl20 U/L12 U/L+B70-140 mg/dl10-50 mg/dl0,5 1,2 mg/dl0 37 U/L0 42 U/L-

III. Pengkajian Saat Ini1. Persepsi dan Pemeliharaan KesehatanSaat ditanyakan tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak mengetahui tentang gagal ginjal dan klien mengatakan tidak mengetahui perawatan yang harus dilakukan.

2. Pola nutrisi / metabolicIntake makanan :Pola makan klien 3 kali dalam sehari dan hanya habis porsi, Jenis makanan klien bubur, sayur dan lauk pauk nya. Klien tidak sulit menelan, klien mengatakan mual jika makan banyak.

Intake cairan :Klien menggunakan infuse D5% : Assering 20 tetes/menit. Klien mengatakan sehari minum air putih 750 ml/hari.

3. Pola Eliminasia. Buang air besarKlien mengatakan frekuensi buang air besar 3 hari sekali, feses berwarna coklat, dengan konsistensi lembak.

b. Buang air kecilKlien mengatakan frekuensi BAK 3-4 x/hari, warna urine kuning keruh.

4. Pola Aktivitas dan LatihanKemampuan perawatan diri01234

Makan / Minum

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi / ROM

0 : mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu dengan orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total

5. Pola tidur dan istirahatKlien mengatakan tidur 6 jam pada malam hari, dan terkadang tidur pada siang hari. Klien mengatakan sering terbangun tidur pada malam hari.

6. Pola PerceptualKlien mengatakan pandangan sudah mulai kabur jika melihat jarak jauh, klien masih dapat mendengar suara perawat dan mahasiswa dengan baik, klien mengatakan dapat merasakan makanan yang manis, asam atau asin. Klien dapat merasakan sensi tajam yang diberikan.

7. Pola Persepsi DiriKlien mengatakan cemas karena penyakit yang dideritanya.

8. Pola seksualitas dan reproduksiKlien mengatakan sejak 3 tahun yang lalu sudah tidak mengalami menstruasi, G6P6A0. Klien mengatakan tidak pernah memakai alat kontrasepsi.

9. Pola Peran dan HubunganKlien memiliki hubungan yang baik dengan suami dan anak-anak klien. Tampak setiap hari anak-anak klien merawat dan menjaga klien di rumah sakit. Klien dapat berkomunikasi dengan baik jika diajak berbicara.

10. Pola Managemen Koping StressKlien mengatakan mengalami sedikit stress karena penyakit yang dideritanya.

11. Sistem Nilai dan KepercayaanKlien mengatakan percaya terhadap agama yang dianutnya.

IV. Pemeriksaan Fisik1. Keadaan umumKeadaan umum klien sedang.

2. Tanda-tanda vital : Suhu tubuh: 36,7o CTD : 110/70 mmHgNadi : 86 x /menitRR: 26 x/menit

3. Pemeriksaan KepalaBentuk kepala klien bulat, tidak ada lesi di kulit kepala, penyebaran rambut klien merata, rambut klien berwarna hitam dan lembab.

4. MulutMukosa bibir lembab, jumlah gigi klien lengkap, terdapat karies, tidak terdapat pembengkakan gusi, perdarahan dan stomatitis.

5. LeherTidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening, tidak ada kaku kuduk, 6. Sistem PenglihatanKedua mata klien lengkap dan simetris antara kiri dan kanan. Konjungtiva anemis, sklera ikterik, tidak ada tekanan bola mata, klien mengatakan penglihatan kabur jika melihat jarak jauh.7. Sistem PernafasanTulang hidung dan posisi septum nasal simetris kiri dan kanan, frekuensi pernapasan (RR) 26 x/menit, irama pernapasan reguler, klien tidak menggunakan pernapasan cuping hidung, dan tidak ada retraksi dinding dada, bunyi napas vesikuler, terpasang O2 dengan menggunakan nasal kanul sebanyak 3 liter.

8. Sistem PendengaranTelinga klien simetris antara kiri dan kanan, terdapat lubang telinga, terdapat sedikit serumen, ketajaman pendengaran klien baik, klien dapat mendengar suara mahasiswa dan perawat.

9. Sistem IntegumenTidak terdapat lesi di kulit klien, kulit kering dan ikterik, terdapat edema pada kedua tungkai. Pitting udem +, turgor kulit kembali selama

10. Sistem Sirkulasi Tekanan darah klien 110/70 mmHg, nadi 86 x/menit, capillary refill selama 4 detik, BJ I-II reguler

11. Sistem SarafTingkat kesadaran : Compos MentisGCS : E = 4 M = 6 V = 5Klien berorientasi pada tempat orang, dan waktu.

12. AbdomenAbdomen klien kembung, tidak ada bayangan pembuluh darah, tidak teraba pembesaran hati (hepatomegali),tidak ada nyeri tekan pada abdomen dan tidak ada acites.

13. Sistem MuskuloskeletalKekuatan otot 55

44Tidak ada kelainan pada ekstremitas, terdapat oedem pada kedua tungkai bawah. Sehingga pasien belum bisa beraktifitas selain dari tempat tidur, karena bila berdiri kaki pasien sulit menopang anggota tubuhnya.

V. Program terapiNama ObatIndikasiDosis

Cefotaxime Infeksi saluran nafas; infeksi ginjal dan saluran kemih bagian bawah; profilaksis infeksi pada pasien dengan penurunan daya tahan tubuh2 x 1

FurosemidEdema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif; sirosis hati, penyakit ginjal. Terapi tambahan pada edema paru akut.2 x 2

FarbionNeuralgia, anemia, gangguan sirkulasi perifer1 x 1

AsseringTerapi cairan pengganti untuk kondisi kehilangan cairan secara akut20 tetes/menit

Transfusi PRC2 kolf

VI. Hasil Pemeriksaan Penunjang dan LaboratoriumPemeriksaan Laboratorium, 19 September 2012PemeriksaanHasilNilai Normal

Hemoglobin4,6%L : 13- 16 %P : 12 15 %

Pemeriksaan USG upper/lower abdomen, 20 September 2012Uterus: normoechoic, ukuran normalHepar: normoechoic, tak tampak lesi hyper/hypoechoic, sudut lancip, tepi licinLien: normoechoic, ukuran normalRen dekstra: echostructur meninggi, spc tak melebar, tak tampak lesi hyper.hypoechoic, ukuran 7,87 x 5,13Ren sinistra: echostructur in homogeny dengan bercak hyperechoci, spc tampak melebar, ukuran 9,67 x 6,37Hasil: Susp massa ren sinistra, CKD dekstra, uterus, hepar, lien normal.

VII. Analisa DataNoDataMasalahPenyebab

1Data Subjektif :a. Klien mengatakan sesak napasb. Klien mengatakan mudah lelah setelah melakukan kegiatan.Data Objektif :a. Tanda-tanda vitalSuhu tubuh: 36,7o CTD : 110/70 mmHgNadi : 86 x /menitRR : 26 x/menitb. Auskultasi paru : vesikulerc. Tidak ada retraksi dinding dada dan pernapasan cuping hidungKetidakefektifan pola nafasKelemahan

2Data Subyektif :a. Klien mengatakan sesak napasb. Klien mengatakan mudah lelah dalam beraktivitasData Obyektif :a. Terdapat edema +2 di kedua tungkai klien b. Bunyi napas vesikuler

Kelebihan volume cairanDisfungsi ginjal

3Data Subyektif :a. Klien mengatakan mudah lelahb. Klien mengatakan hanya bisa beraktifitas ditempat tidur.

Data Obyektif :a. Tanda-tanda vitalSuhu tubuh: 36,7o CTD : 110/70 mmHgNadi : 86 x /menit/RR : 26 x/menitb. Kulit klien ikterik, konjungtiva anemis, sclera ikterik

c. Kekuatan otot 5 5

4 4

d. Terdapat edema +2 pada kedua tungkai bawah

Intoleransi aktivitasKetidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2

PERENCANAAN KEPERAWATANNOHARI/TANGGALDIAGNOSA KEPERAWATAN/ MASALAH KOLABORASINOCNIC

1Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahanSetelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan klien tidak mengalami sesak napas.Kriteria Hasil: Kedalaman nafas normal Tidak ada retraksi dada/ penggunaan otot bantu pernafasan.Monitor Pernafasan:5. Monitor irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan.6. Perhatikan pergerakan dada.7. Auskultasi bunyi nafas.8. Monitor peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan dan sesak nafas.Pengelolaan Jalan Nafas6. Atur posisi tidur klien untuk maksimalkan ventilasi.7. Lakukan fisioterapi dada bila perlu.8. Monitor status pernafasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan.9. Auskultasi bunyi nafas.

2Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjalSetelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, klien mengalami keseimbangan cairan dan elektrolit.Kriteria Hasil: Bebas dari edema. Suara paru bersih. Vital sign dalam batas normal (TD 140/90 mmHG, HR 60-90 x/menit, RR 16 20 x/menit).Fluid manajemen5. Kaji status dehidrasi (kelembapan, membran, mukosa, nadi adekuat).6. Kaji vital sign.7. Kaji daerah edema

Fluid Monitoring6. Monitor intake dan output cairan.7. Monitor serum albumin dan protein total.8. Monitor Respiratori dan HR9. Monitor turgor kulit dan adanya kehaussan10. Monitor warna , kualitas dan BJ urine.

3Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, klien dapat menoleransi aktivitas dan melakukan ADL dengan baik.Kriteria Hasil: Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dengan vital sign dalam batas normal> (TD 140/90 mmHG, HR 60-90 x/menit, RR 16 20 x/menit). Warna kulit normal (tidak anemis, anikterik), hangat dan tidak kering. Memverbalisasikan pentingnya aktivitas secara bertahap. Mengekspresikan pengertian pentingnya keseimbangan latihan dan istirahat. Peningkatan toleransi aktivitas.NIC: Toleransi Aktivitas6. Tentukan penyebab intoleransi aktivitas dan tentukan apakah apakah penyebab dari fisik, psikis/motivasi.7. Kaji kesesuaian aktivitas dan istirahat klien sehari-hari.8. Peningkatan aktivitas scara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dapat perubahan posisi, mobilisasi di tempat tidur, dan perawatan diri.9. Pastikan klien mengubah posisi secara bertahap.10. Lakukan latihan ROM jika pasien tidak dapat menoleransi aktivitas.

CATATAN PERKEMBANGANNODIAGNOSA KEPERAWATANHARI/TANGGALIMPLEMENTASIEVALUASI

1.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahanRabu, 19 September 20121. Memonitor irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan.Hasil :Irama nafas reguler, RR : 22 x/menit, terpasang oksigen dengan nasal kanul sebanyak 2 liter/menit, tidak menggunakan pernapasan cuping hidung.2. Mengkaji pergerakan dada.Hasil : tidak ada retraksi dinding dada3. Melakukan Auskultasi bunyi nafas.Hasil : bunyi nafas vesikuler4. Memonitor peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan dan sesak nafas.Hasil :Klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang, ank lien mengatakan masih cemas akan kondisi kesehatannya.

Pengelolaan Jalan Nafas10. Mengatur posisi semi fowler untuk maksimalkan ventilasi.Hasil : Klien mengatakan nyaman dengan posisi yang diberikan, dan sesak nafas sedikit berkurang

Subjektif :Klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang, klien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler.

Obyektif :RR : 22 x/menitTerpasang oksigen dengan nasal kanul sebanyak 2 liter/menit,Irama nafas regular, tidak ada retraksi dinding dada, tidak menggunakan pernapasan cuping hidung, bunyi nafas vesikuler.

Assesment :Masalah teratasi sebagian

Planning :Lanjutkan intervensi :1. Monitor irama pernapasan, frekuensi pernapasan.2. Auskultasi bunyi napas3. Monitor adanya sesak dan kecemasan4. Berikan posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi

2.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjalRabu, 19 September 2012Fluid manajemen1. Mengkaji status dehidrasi (kelembapan, membran, mukosa, nadi adekuat).Hasil :Kulit klien kering, membrane mukosa lembab, Nadi teraba kuat dengan frekuensi 82 x/menit2. Mengkaji vital signHasil :TD : 140/90 mmHgSuhu : 36,2oCNadi : 82 x/menitRR : 22 x/menit3. Mengkaji daerah edemaHasil :Terdapat edema di kedua tungkai klien, pitting edema +2

Fluid Monitoring4. Memonitor intake dan output cairan.5. Memonitor turgor kulit dan adanya kehaussan, dan warna urineHasil : Klien mengatakan tidak merasa cepat haus, turgor kulit kembali selama Warna urine kuning keruh.Subyektif :Klien mengatakan tidak mersa cepat haus

Obyektif :Kulit klien kering, membrane mukosa lembab, nadi teraba kuat, terdapat edema di kedua tungkai.TD : 140/90 mmHgSuhu : 36,2oCNadi : 82 x/menitRR : 22 x/menit

Assesment :Masalah teratasi sebagianPlanning :Lanjutkan intervensi1. Kaji status dehidrasi2. Kaji vital sign3. Kaji daerah edema4. Kaji turgor kulit dan warna urine

3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2Rabu, 19 September 20121. Mentukan penyebab intoleransi aktivitas dan tentukan apakah apakah penyebab dari fisik, psikis/motivasi.Hasil :Penyebab dari intoleransi aktivitas adalah kelemahan fisik karena kedua tungkai mengalami edema dan klien mudah merasa lelah saat beraktivitas.2. Mengkaji kesesuaian aktivitas dan istirahat klien sehari-hari.Hasil :Klien mengatakan aktivitas yang dilakukan sehari-hari selama di rumah sakit adalah berbaring, mengobrol dengan keluarga, dalam 1 hari klien istirahat dan tidur selama 5-6 jam sehari.3. Meningkatan aktivitas klien secara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dalam perubahan posisi, mobilisasi di tempat tidur, dan perawatan diri.Hasil : Klien ikut aktif dalam melakukan aktivitasnya seperti perubahan posisi, dan perawatan diri.4. Menganjurkan klien mengubah posisi secara bertahap.Hasil :Klien tampak merubah posisi seperti duduk, semi fowler, dan miring.Subyektif :Klien mengatakan tidak dapat beraktivitas karena kelemahan fisik, klien mengatakan dalam sehari tidur 5-6 jam.

Obyektif :Klien tampak ikut berpartisipasi dalam melakukan aktivitas di rumah sakit.

Assesment :Masalah teratasi sebagian

Planning :Intervensi dilanjutkan1. Kaji kesesuaian aktivitas dan istirahat klien sehari-hari2. Tingkatkan aktivitas klien secara bertahap3. Anjurkan klien merubah posisi

4.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahanKamis, 20 September 20121. Memonitor irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan.Hasil :Irama nafas regular, RR : 18 x/menit, dan tidak terpasang oksigen lagi.2. Melakukan Auskultasi bunyi nafas.Hasil : bunyi nafas vesikuler3. Memonitor peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan dan sesak nafas.Hasil :Klien mengatakan tidak sesak nafas lagi dan klien mengatakan cemasnya berkurang karna kondisinya sudah sedikit membaik. Pengelolaan Jalan Nafas4. Mengatur posisi semi fowler untuk maksimalkan ventilasi.Hasil : Klien mengatakan nyaman dengan posisi yang diberikan, dan sesak nafas sedikit berkurang.Subjektif :Klien mengatakan sudah tidak sesak nafas lagi. Obyektif :RR : 18 x/menitPasien tampak tenang,Oksigen tidak terpasang lagi.Irama nafas regular dan bunyi nafas vesikuler.

Assesment :Masalah teratasi

Planning :Intervensi dihentikan

5.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjalKamis, 20 September 2012Fluid manajemen1. Mengkaji status dehidrasi (kelembapan, membran, mukosa, nadi adekuat).Hasil :Kulit klien kering, membrane mukosa lembab, Nadi teraba kuat dengan frekuensi 82 x/menit2. Mengkaji vital signHasil :TD : 140/80 mmHgSuhu : 36,2oCNadi : 82 x/menitRR : 18 x/menit3. Mengkaji daerah edemaHasil :Terdapat edema di kedua tungkai klien, pitting edema +2Fluid Monitoring4. Memonitor turgor kulit dan adanya kehaussan, dan warna urine

Hasil : Klien mengatakan tidak merasa cepat haus, turgor kulit kembali selama Warna urine kuning keruh.Subyektif :Klien mengatakan tidak merasa cepat haus

Obyektif :Kulit klien kering, membrane mukosa lembab, nadi teraba kuat, terdapat edema di kedua tungkai.TD : 140/80 mmHgSuhu : 36,2oCNadi : 82 x/menitRR : 18 x/menit

Assesment :Masalah teratasi sebagian

Planning :Lanjutkan intervensi1. Kaji status dehidrasi2. Kaji vital sign3. Kaji daerah edema4. Kaji turgor kulit dan warna urine

6.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2Kamis, 20 September 20121. Mentukan penyebab intoleransi aktivitas dan tentukan apakah apakah penyebab dari fisik, psikis/motivasi.Hasil :Penyebab dari intoleransi aktivitas adalah kelemahan fisik karena kedua tungkai mengalami edema dan klien masih mudah merasa lelah saat beraktivitas.2. Meningkatan aktivitas klien secara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dalam perubahan posisi, mobilisasi di tempat tidur, dan perawatan diri.Hasil : Klien ikut aktif dalam melakukan aktivitasnya seperti perubahan posisi, dan perawatan diri.3. Menganjurkan klien mengubah posisi secara bertahap.Hasil :Klien tampak merubah posisi seperti duduk, semi fowler, dan miring.

Subyektif :Klien mengatakan tidak dapat beraktivitas karena kelemahan fisik, klien mengatakan dalam sehari tidur 5-6 jam.

Obyektif :Klien tampak ikut berpartisipasi dalam melakukan aktivitas di rumah sakit.

Assesment :Masalah teratasi sebagian

Planning :Intervensi dilanjutkan1. Tingkatkan aktivitas klien secara bertahap2. Anjurkan klien merubah posisi

7.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjalJumat, 21 September 2012Fluid manajemen1. Mengkaji status dehidrasi (kelembapan, membran, mukosa, nadi adekuat).Hasil :Kulit klien kering, membrane mukosa lembab, Nadi teraba kuat dengan frekuensi 80 x/menit2. Mengkaji vital signHasil :TD : 130/90 mmHgSuhu : 36oCNadi : 80 x/menitRR : 18 x/menit3. Mengkaji daerah edemaHasil :

Terdapat edema di kedua tungkai klien, pitting edema +2Fluid Monitoring4. Memonitor turgor kulit dan adanya kehaussan, dan warna urineHasil : Klien mengatakan tidak merasa cepat haus, turgor kulit kembali selama Warna urine kuning keruh.Subyektif :Klien mengatakan tidak merasa cepat haus

Obyektif :Kulit klien kering, membrane mukosa lembab, nadi teraba kuat, terdapat edema di kedua tungkai.TD : 130/90 mmHgSuhu : 36oCNadi : 80 x/menitRR : 18 x/menit

Assesment :Masalah teratasi sebagian

Planning :Lanjutkan intervensi1. Kaji status dehidrasi2. Kaji vital sign3. Kaji daerah edema4. Kaji turgor kulit dan warna urine

8.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2Jumat, 21 September 20121. Meningkatan aktivitas klien secara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dalam perubahan posisi, mobilisasi di tempat tidur, dan menganjurkan klien mulai beraktifitas selain ditempat tidur.Hasil : Klien ikut aktif dalam melakukan aktivitasnya seperti perubahan posisi, dan perawatan diri. Klien masih belum bisa berjalan (beraktifitas selain ditempat tidur).2. Menganjurkan klien mengubah posisi secara bertahap.Hasil :Klien tampak merubah posisi seperti duduk, semi fowler, dan miring.

Subyektif :Klien mengatakan sudah dapat beraktivitas hanya ditempat tidur saja karena kelemahan fisik, khususnya pada tungkai

Obyektif :Klien tampak ikut berpartisipasi dalam melakukan aktivitas di rumah sakit.

Assesment :Masalah teratasi sebagian

Planning :Intervensi dilanjutkan1. Tingkatkan aktivitas klien secara bertahap2. Anjurkan klien merubah posisi

BAB 4PEMBAHASAN

Dalam BAB ini, penulis akan membahas dan membandingkan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny.P dengan Gagal Ginjal Akut diruang Anggrek RSUD Saras Husada Purworedjo yang dilakukan selama 3 hari pada tanggal 19 September 2012- 21 September 2012.Pada pembahasan kasus, penulis mencoba melakukan studi perbandingan antara landasan teori yang dikemukakan dalam BAB II dengan kenyataan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap Ny.P dengan diagnosa medis Gagal Ginjal Akut.Fokus pembahasan penulis berdasarkan pada setiap tahap dalam proses keperawatan yang dimulai dengan tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian1.Identitas Klien.Pada tinjauan teori dan kasus yang perlu dikaji dari identitas klien adalah nama, jenis kelamin, pendidikan, umur, status, pekerjaan, alamat, agama, tanggal masuk rumah sakit, ruangan, kamar klien, dan penanggung jawab dalam perawatan. Hal ini berguna agar Asuhan Keperawatan yang tepat dapat dilakukan sesuai dengan individu yang bersangkutan.

2. Riwayat Keperawatan Riwayat keperawatan perlu dikaji dalam membuat Asuhan Keperawatan yang diperoleh dari keluarga klien dan klien sendiri.

3. Keluhan Utama.Klien mengatakan sesak napas, kedua kaki bengkak, dan mudah lelah saat beraktivitas. Klien mengatakan kedua kaki bengkak sejak sebulan yang lalu.

4. Pemeriksaan Fisik.Pemeriksaan fisik dilakukan secara per sistem. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui status kesehatan klien dan dapat membuat rencana tindakan keperawatan serta melaksanakannya dengan tepat.

5. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dengan pada klien dengan gagal ginjal kronik adalah pemeriksaan ureum, creatinin. Pada tinjauan kasus pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan Hemoglobin, Gula Darah Sewaktu, Urea, Creatinin, SGOT, SGPT, HBsAg dan Golongan Darah

B. Diagnosa KeperawatanSetelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut diinterpretasikan dan dianalisa untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul. Kemudian penulis menentukan dan menegakkan diagnosa keperawatan utama terhadap pasien Ny.P dengan Gagal Ginjal Akut.Pada tinjauan kasus, penulis menemukan tiga diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu :1. Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluaran urine.2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, mual muntah.3. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan fisik.

Sedangkan pada teoritis diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kehamilan dengan malaria ada 3 (tiga) diagnosa keperawatan, yaitu :1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat.2. Cedera resiko tinggi terhadap profil darah abnormal berhubungan dengan penekanan produksi atau sekresi eritropoietin3. Perubahan proses pikir behubungan dengan disorentasi terhadap orang, tempat dan waktuKurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

C. PerencanaanDalam tinjauan teoritis perencanaan keperawatan ditujukan pada setiap masalah yang muncul, sedangkan pada kasus penulis menambahkan jangka waktu pencapaian tujuan. Hal ini juga penting untuk mengevaluasi tindakan yang diberikan pada klien untuk mengetahui perkembangan status kesehatan klien.

D. Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap perencanaan didalam tindakan yang nyata yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan intervensi yang disusun, walaupun ada sebagian yang tidak bisa dilaksanakan karena minimnya waktu yang diberikan dan sarana yang kurang memadai. Walaupun demikian dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis mendapat hambatan dan kesulitan yang berupa ketidak mampuan dalam mengawasi pasien selama 2 x 24 jam terhadap klien.

E. EvaluasiEvaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

BAB 5PENUTUP

A. KesimpulanSetelah diberikan Asuhan Keperawatan pada Ibu hamil dengan malaria, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi dilapangan.Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368).Dalam melaksanakan asuhan keperawatan dari tanggal 10 Juni 2010 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :1. Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluaran urine.2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, mual muntah.3. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan fisik.Rencana tindakan keperawatan yang dibuat harus berdasarkan pada diagnosa keperawatan yang muncul pada klien untuk mengatasi masalah yang ada pada klien saat ini dan dilakukan berdasarkan prioritas masalah.

B. SaranDalam kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan saran saran sebagai berikut :1. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Akut perawat harus memahami konsep dasar asuhan keperawatan Gagal ginjal akut sehingga asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik2. Dalam melakukan tindakan keperawatan harus melibatkan pasien dan keluarganya serta tim kesehatan lainnya. Sehingga data yang diperoleh sesuai dengan tindakan yang dilakukan.3. Dalam melakukan tindakan keperawatan disarankan untuk mengevaluasi tindakan tersebut secara terus menerus