Jurnal Gabriel Fesonta Febri

22
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE OF MOTHERS ON THE DANGER OF SATURATED FAT FOR THE BODY AND HABITIN USING COOKING OIL AT JANTI CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN Gabriel Fesonta Febri 1 , Wahyu Ratna 2 , Siti Fadlilah 3 ABSTRACT Background: To achieve good nutrition status in the family requires good and proper knowledge, ability and behavior toward nutrition of every member of the family. Good and proper behavior toward nutrition means consuming food at adequate quantity as necessary, either in aspect of variety or quality. Objective: To identify association between knowledge of mothers on the danger of saturated fat for the body and habit in using cooking oil at Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman. Method: The study was descriptive correlation. Population consisted of 776 respondents and samples were taken through proportionate stratified random sampling technique; thus there were 89 respondents used as samples based on sample size formula. The study was undertaken at Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman. Results: As many as 73 respondents (82%) had high knowledge and 55 respondents (61.8%) had medium habit. The result of cross tabulation to find out association between knowledge of mothers and habit in using cooking oil at Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman showed score of r = 0.147 and p value = 0.169. Conclusion and Suggestion: There was no association between knowledge of mothers on the danger of saturated fat for the body and habit in using cooking oil at Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman. Janti community should not use cooking oil repeatedly and community nurses should support efforts to maintain public health, educational institution should use result of the study for learning materials, other researchers could find out other factors in the habit of using cooking oil. Keywords: knowledge of mothers, saturated fat, cooking oil 1 _ 2 Health Polytechnic, Yogyakarta 3 Nursing Study Program, Respati University, Yogyakarta

description

Intel Software License

Transcript of Jurnal Gabriel Fesonta Febri

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE OF MOTHERSON THE DANGER OF SATURATED FAT FOR THE BODY AND HABITIN USING COOKING OIL AT JANTI CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN

Gabriel Fesonta Febri1, Wahyu Ratna2, Siti Fadlilah3

ABSTRACT

Background: To achieve good nutrition status in the family requires good and proper knowledge, ability and behavior toward nutrition of every member of the family. Good and proper behavior toward nutrition means consuming food at adequate quantity as necessary, either in aspect of variety or quality.

Objective: To identify association between knowledge of mothers on the danger of saturated fat for the body and habit in using cooking oil at Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman.

Method: The study was descriptive correlation. Population consisted of 776 respondents and samples were taken through proportionate stratified random sampling technique; thus there were 89 respondents used as samples based on sample size formula. The study was undertaken at Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman.

Results: As many as 73 respondents (82%) had high knowledge and 55 respondents (61.8%) had medium habit. The result of cross tabulation to find out association between knowledge of mothers and habit in using cooking oil at Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman showed score of r = 0.147 and p value = 0.169.

Conclusion and Suggestion: There was no association between knowledge of mothers on the danger of saturated fat for the body and habit in using cooking oil at Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman. Janti community should not use cooking oil repeatedly and community nurses should support efforts to maintain public health, educational institution should use result of the study for learning materials, other researchers could find out other factors in the habit of using cooking oil.

Keywords: knowledge of mothers, saturated fat, cooking oil

1 _2 Health Polytechnic, Yogyakarta3 Nursing Study Program, Respati University, Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BAHAYA LEMAK JENUH BAGI TUBUH DENGAN KEBIASAAN PEMAKAIAN MINYAK GORENG DI DUSUN JANTI, CATURTUNGGAL, DEPOK, SLEMAN

Gabriel Fesonta Febri1, Wahyu Ratna2, Siti Fadlilah3

INTISARI

Latar Belakang: Untuk mendapatkan status gizi keluarga yang baik diperlukan pengetahuan, kemampuan dan perilaku gizi yang baik dan benar bagi setiap anggota keluarga. Perilaku gizi yang baik dan benar adalah perilaku untuk mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan, baik macam maupun kualitasnya.

Tujuan: Diketahuinya Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Bahaya Lemak Jenuh Bagi Tubuh dengan Kebiasaan dalam Pemakaian Minyak Goreng di Dusun Janti, Desa Caturtunggal, Sleman.

Metode Penelitian: Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Populasi penelitian 776 responden dan tekhnik sampling yang digunakan proportionate stratified random sampling sehingga ada 89 responden yang dijadikan sampel berdasarkan rumus sample size. Penelitian ini dilakukan di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman.

Hasil: Responden dengan tingkat pengetahuan tinggi 73 orang (82%), dan responden dengan kebiasaan sedang 55 orang (61,8%). Tabulasi silang untuk mengetahui hubungan tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kebiasaan Pemakaian Minyak Goreng di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, di peroleh nilai rs= 0,147 dan nilai p value=0,169.

Kesimpulan dan Saran: Tidak ada hubungan antara tingkat Pengetahuan Ibu tentang Bahaya Lemak Jenuh bagi Tubuh dengan Kebiasaan Pemakaian Minyak Goreng di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman. Masyarakat Dusun Janti jangan menggunakan minyak goreng berulang-ulang, perawat komunitas mendukung upaya kesehatan masyarakat, institusi pendidikan menggunakan hasil penelitian sebagai bahan ajar, peneliti lain dapat mencari faktor lain kebiasaan pemakaian minyak goreng.

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Bahaya Lemak Jenuh Bagi Tubuh, Kebiasaan Pemakaian Minyak Goreng.1Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta2Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Yogyakarta3Staf Pengajar Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta

PENDAHULUANMinyak goreng merupakan salah satu bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya untuk menggoreng dan menumis. Masyarakat sering menggunakan berkali-kali untuk menggoreng. Secara ilmiah perlakuan ini tidak sehat, karena asam lemak bebas mengandung ikatan rangkap yang dapat membentuk peroksida, keton maupun aldehid (Winarni et al., 2010).Di Indonesia makanan yang digoreng sangat disukai dan dikonsumsi secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat dari segala tingkat usia. Bahan makanan yang digoreng menempati porsi yang cukup besar dari menu makanan sehari-hari. Dalam proses penggorengan, minyak berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, dan menambah nilai gizi serta kalori dalam bahan pangan. Menggoreng merupakan suatu cara memasak bahan pangan yang banyak dilakukan di Indonesia yang menggunakan minyak goreng yang berfungsi sebagai penghantar panas yang mematangkan makanan (Oeij et al., 2007).Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan memiliki hubungan dengan kesehatan. Pengetahuan akan kesehatan, penyakit, serta pemeliharaan kesehatan sangat luas cakupannya. Secara otomatis, pengetahuan akan diet atau pola makan yang sehat merupakan bagian dari pengetahuan kesehatan tersebut. Pengetahuan akan pola makan juga erat hubungannya dengan pola konsumsi seseorang (Marks et al., 2005). Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila keluarga sehat, akan tercapai komunitas yang sehat pula. Budaya keluarga dan makanan memiliki hubungan yang sangat erat. Makanan berfungsi untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengendalikan kesehatan yang optimal (Sudiharto, 2007). Menurut Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin tahun 2011, untuk mendapatkan status gizi keluarga yang baik diperlukan pengetahuan, kemampuan dan perilaku gizi yang baik dan benar bagi setiap anggota keluarga. Perilaku gizi yang baik dan benar adalah perilaku untuk mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan, baik macam maupun kualitasnya.Beragamnya peran dalam keluarga mengarah pada peran ibu yang besar pada pekerjaan domestik, mencari nafkah menambah penghasilan keluarga. Meskipun demikian ibu tetap bertugas menyediakan makanan bagi keluarga (Puspita, 2004). Memasak, mencuci dan membersihkan rumah merupakan sebagian dari sekian banyak tugas dari ibu rumah tangga. Masakan yang sehat dan lingkungan tempat tinggal yang bersih tentunya menjadi kunci kesehatan bagi siapa saja (Ahira, 2011). Menggoreng dengan deep frying dengan suhu penggorengan tinggi akan menyebabkan banyak asam lemak tidak jenuh berubah menjadi asam lemak jenuh. Di samping itu, apabila bahan baku yang digoreng berasal dari produk hewani, kolestrol akan masuk kedalam minyak goreng jelantah dan akan menambah risiko penyakit degenerative (Sitepoe, 2008). Penggunaan minyak sebagai media penggorengan akan menyebabkan kerusakan minyak akibat pemanasan berulang-ulang pada suhu tinggi (Ketaren cit. Kusmanto et al, 2005). Menurut Oeij et al (2007), jika minyak dipanaskan berulang-ulang, maka proses destruksi minyak akan bertambah cepat, hal ini disebabkan meningkatnya kadar peroksida pada tahap pendinginan yang akan mengalami dekomposisi jika minyak tersebut dipanaskan kembali. Minyak yang sudah digunakan berulang-ulang apabila diberikan pada ternak atau disuntikkan ke dalam darah, akan timbul gejala diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, deposit lemak yang tidak normal, kanker, kontrol tidak sempurna pada pusat saraf, dan mempersingkat umur. Peroksida lipid dalam aliran darah mengakibatkan denaturasi lipoprotein yang mempunyai kerapatan rendah. Lipoprotein dalam keadaan normal berfungsi sebagai alat transportasi trigliserida, sehingga bila mengalami denaturasi akan mengakibatkan deposisi lemak dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala aterosklerosis.Lemak adalah substansi yang tampak seperti lilin dan tidak larut dalam air. Lemak yang terdapat dalam bahan makanan umumnya terdiri dari tiga gugus asam lemak dengan gliserol yang dikenal sebagai trigliserida. Lemak dalam bahan makanan dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu lemak jenuh (saturated fatty acid), lemak tidak jenuh tunggal (mono saturated fatty acid), lemak tidak jenuh ganda (poly-unsaturated fatty acid) (Soeharto, 2004). Lemak jenuh dari bahan nabati dapat ditemukan pada minyak kelapa, minyak sawit, dan beberapa minyak dari tumbuhan yang berasal dari daerah tropis lainnya. Lemak jenuh juga dikenal dengan sebutan lemak tidak baik karena mempunyai sifat yang dapat mengganggu tubuh, yaitu menyebabkan darah lengket dengan dinding pembuluh darah sehingga darah mudah menggumpal. Selain itu pula lemak jenuh ini mudah menumpuk pada dinding pembuluh darah dan mengakibatkan pergeseran dinding pembuluh darah dan mengganggu peredaran darah. Akibatnya beberapa penyakit seperti jantung, darah tinggi, stroke sering diderita oleh orang-orang yang mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak jenuh yang tinggi. Makanan yang mengandung lemak jenuh biasanya terdapat pada makanan yang digoreng, yang memang memiliki rasa yang khas dengan gurihnya, tetapi dalam makanan gorengan itu ternyata memiliki lemak jenuh yang tinggi pula (Graha, 2010).Kolesterol dan lemak (trigliserida) merupakan faktor resiko fundamental dalam proses penyumbatan pembuluh arteri. Untuk mencegahnya perlu dijaga agar dua substansi tersebut dalam darah berada dalam batas normal. Dilihat asalnya, kolesterol dan lemak datang dari zat makanan dan yang diproduksi oleh liver. Karena itu, kadarnya dalam darah tergantung dari diit, penyerapan di usus serta kemampuan liver memproduksi dan mengendalikannya (Soeharto, 2002).

METODE PENELITIANJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi menggunakan pendekatan waktu cross sectional dan analisis kuntitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret tahun 2012 di Dusun Janti, Desa Caturtunggal, Depok, Sleman.Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang ada di Dusun Janti, Desa Caturtunggal, Yogyakarta yang berjumlah 776. Dalam penentuan besarnya sampel dengan rumus sample size. Jadi besarnya sampel yang diperoleh adalah 89 responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik proportionate stratified random sampling.Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah questionnaire. Kuesioner untuk variabel tingkat pengetahuan ibu dan kabiasaan ibu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment. Untuk menguji realibilitas kuisioner peneliti menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS, versi 16,00 dengan rumus Alpha. Sementara itu untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang bahaya lemak jenuh bagi tubuh dengan kebiasaan pemakaian minyak goreng di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman dilakukan uji statistic dengan uji Spearman Rank.

HASIL1. Gambaran Umum Lokasi PenelitianDusun Janti adalah sebuah dusun yang terletak di Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dusun ini berbatasan dengan Jl. Adisucipto di sebelah utaranya, Dusun Gowok di sebelah barat, Pangkalan Adisucipto di sebelah timur, dan Banguntapan di sebelah selatan. Dusun Janti memiliki jumlah penduduk 3.028 orang, dengan jumlah keluarga 800 dan keluarga yang telah menikah lebih dari tiga tahun berjumlah 776 keluarga.Dusun Janti memiliki luas wilayah 35 hektar yang dibagi menjadi 15,7 hektar sawah dan pekarangan 19,3 hektar. Sebagian besar penduduk Janti beragama Islam yaitu 1989 orang, Kristen Khatolik 578 orang, Kristen Protestan 430 orang, Hindu 16 orang, dan Budha 15 orang. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Dusun Janti yaitu 58 orang PNS, 12 orang TNI/POLRI, 3 orang Dokter, 40 orang Wiraswasta, 55 orang Petani, dan 30 orang Buruh.

2. Karakteristik RespondenKarakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya jumlah responden yang telah ditentukan yaitu 89 orang, dengan tingkat sosial ekonomi menengah ke atas yang diobservasi dengan melihat rumah responden yang permanen dengan lantai porselin (keramik), luas rumah lebih dari 8m2, dan masing-masing keluarga memiliki usaha di rumahnya, seperti warung makan, laundry, maupun warung sembako. Setiap responden juga memiliki saran transportasi yang memadai, bahkan mewah seperti sepeda motor, bahkan mobil yang masing-masing jumlahnya lebih dari satu. Sarana hiburan dan sumber informasi seperti televisi juga dimiliki oleh setiap keluarga.Dilihat dari segi lingkungan, Dusun Janti sangat identik dengan Bubur Kacang Ijo (Burjo) dan Angkringan, yang mana masing-masing tempat makan tersebut menjual cemilan berupa gorengan yang dapat menstimulus masyarakat setempat untuk mengkonsumsi gorengan. Pada penelitian ini, semua responden sudah menikah lebih dari tiga tahun, dimana masing-masing keluarga seharusnya sudah paham dengan pola makan yang sehat bagi keluarganya dalam upaya pencegahan terhadap ancaman penyakit pada waktu yang akan datang. Adapun karakteristik responden dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

a. PendidikanBerikut tabel distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan responden di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman.Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden Pada Tingkat Pengetahuan Dengan Kebiasaan Dalam Pemakaian Minyak Goreng di Dusun Janti, Desa Caturtunggal, Depok, SlemanPendidikanFrekuensiPersentase (%)

SMA5056.2

SMP3943.8

Total89100.0

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden di Dusun Janti adalah SMA yaitu 50 responden (56, 2%).

b. Tingkat PengatahuanBerikut tabel distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pengetahuan responden di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman.Tabel 6: Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Pada Tingkat Pengetahuan Dengan Kebiasaan dalam Pemakaian Minyak Goreng di Dusun Janti, Desa Caturtunggal, Depok, SlemanTingkat PengetahuanFrekuensiPersentase (%)

Tinggi8191

Sedang 89

Total89100.0

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden termasuk dalam tingkat pengetahuan tinggi yaitu berjumlah 81 responden (91%).c. KebiasaanBerikut tabel distribusi frekuensi kebiasaan responden di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman.Tabel 7: Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Responden Pada Tingkat Pengetahuan Dengan Kebiasaan Dalam Pemakaian Minyak Goreng di Dusun Janti, Desa Caturtunggal, Depok, SlemanKebiasanFrekuensiPersentase (%)

Baik3033.7

Sedang5561.8

Buruk4 4.5

Total 89 100

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki kebiasaan sedang yaitu 55 responden (61,8%).

d. Tingkat Pengetahuan dan Kebiasaan Pemakaian Minyak GorengTabel 8 : Hubungan antara tingkat Pengetahuan Ibu tentang Bahaya Lemak Jenuh Bagi Tubuh dengan Kebiasaan dalam Pemakaian Minyak Goreng di Dusun Janti, Desa Caturtunggal, Depok, Sleman

TingkatPengetahuanKebiasaan PemakaianMinyak GorengJumlahrsP Value

Baik

SedangBuruk

n % n %n%

Tinggi

2932,584955,0733,37810,1630,126

Rendah

11,1266,7411,128

Jumlah3033,75561,8144,4989

Hasil analisa hubungan antara tingkat Pengetahuan Ibu tentang Bahaya Lemak Jenuh Bagi Tubuh dengan Kebiasaan dalam Pemakaian Minyak Goreng dapat dilihat pada tabel 8. Diperoleh hasil bahwa sebanyak 81 orang (91%) yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan termasuk dalam kebiasaan baik adalah 29 orang (32,58%), yang termasuk dalam kebiasaan sedang 49 orang (55,07%) dan yang termasuk dalam kebiasaan buruk 3 orang (3,37%). Sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 8 orang (9%) yang termasuk dalam kebiasaan baik 1 orang (1,12%), kebiasaan sedang 6 orang (6,74%), dan kebiasaan buruk 1 orang (1,12%).Hasil penelitian yang didapat, kemudian dilakukan uji statistik menggunakan uji korelasi spearmans rho dengan tingkat kepercayaan 90% dan 0,1. Dari hasil analisa tersebut dapat dilihat koefisien korelasi yaitu nilai yang menunjukan seberapa kuat hubungan antara dua variabel yaitu nilai rs = 0,163, kemudian P Value = 0,126, hal ini menunjukkan bahwa nilai P>0,1 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara tingkat Pengetahuan Ibu tentang Bahaya Lemak Jenuh dengan Kebiasaan dalam Pemakaian Minyak Goreng di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman.

PEMBAHASAN1. Pendidikan RespondenDalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan usaha sadar untuk meyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan agar peserta didik tersebut berperan dalam kehidupan masa depannya. Secara implisit pengertian ini menafikan dan menginginkan terdapatnya suatu usaha sadar yang dilakukan untuk memprsiapkan anak didik menghadapi tantangan masa depan dengan potensi yang dikembangkan melalui pendidikan (Depdiknas, 2005). Menurut Muhibbin (2003), pendidikan adalah suatu proses yang bermuara pada pemberdayaan dan pembinaan potensi yang dimiliki oleh manusia dengan melalui berbagai bentuk kegiatan pendidikan dan pengajaran. Pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu seiring dengan perubahan jaman. Itulah sebabnya pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.Pada penelitian yang dilakukan di Dusun Janti, Depok, Sleman, karakteristik pendidikan responden yang diteliti adalah SMP dan SMA. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu 50 orang (56,2%), sebagian kecil responden adalah SMP yaitu 39 orang (43,8%).Pendidikan SMA dan SMP ini dipilih dengan tujuan generalisasi pada penelitian ini. Selain itu, dengan mengenyam pendidikan di SMP maupun SMA, maka seseorang sudah dilatih untuk disiplin, karena mereka harus datang ke sekolah untuk menjalani tugasnya sebagai pelajar, selain kedisiplinan, jadwal yang padal untuk sekolah dan mengerjakan tugas di rumah akan membuat fisik serta mental seseorang menjadi lebih baik. Dengan bersekolah juga bisa mengembangkan tanggung jawab seorang pelajar, sebagai imbal balik dan kewajiban kepada orang yang membiayai sekolah orang tersebut, dengan demikian seseorang juga akan bertanggung jawab terhadap kehidupan yang akan dilaluinya dimasa yang akan datang sampai pada saat orang tersebut berkeluarga. Dengan bersekolah maka akan berkembang pula kreativitas orang tersebut untuk mencari informasi yang dianggap penting dalam menjalani kehidupan serta sesuatu yang menunjang kesehatan orang tersebut. Dengan demikian, pendidikan SMP dan SMA ini sudah sepenuhnya mengajarkan kepada seseorang untuk mengembangkan segala potensi diri yang dimiliki oleh seseorang, untuk bertanggung jawab terhadap dirinya dan keluarga, untuk menjadi disiplin, serta memiliki kreativitas untuk memperoleh berbagai informasi di lingkungan maupun di luar lingkungannya termasuk di dalamnya informasi yang diperoleh dari media televisi, radio, sirat kabar, koran, majalah, dan lain-lain.

Pada penelitian ini, peneliti tidak meneliti masyarakat dengan tingkat pendidikan SD dan Sarjana, Hal ini dilakukan untuk homogenitas penelitian. Karena apabila terdapat kesenjangan dalam tingkat pendidikan, bisa saja mempengaruhi hasil penelitian.

2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2007).Dari hasil penelitian terhadap 89 ibu-ibu di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, setelah dilakukan wawancara menggunakan kuisioner didapatkan hasil bahwa sebanyak 81 (91%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, 8 responden (9%) memiliki tingkat pengetahuan rendah. Masyarakat Dusun Janti merupakan masyarakat kota, karena terletak dekat dengan pusat perbelanjaan, supermarket, mall yang tidak di temukan di Desa. Di Dusun Janti juga memiliki akses keluar yang sangat mudah dengan alat transportasi yang tersedia, bahkan apabila ingin berpergian keluar kota menggunakan pesawat. Di Dusun Janti terdapat berbagai macam tempat hiburan, seperti karaoke keluarga, dan lapangan futsal, yang tidak di temukan di desa. Akses informasi juga sangat baik, seperti tersedianya media televisi di setiap rumah, koran-koran yang tersedia di setiap sudut kota, termasuk di lampu merah. Di Dusun Janti juga terdapat kemajemukan suku bangsa dan agama, terlihat kesenjangan pembangunan yang mencolok antara warga masyarakat.Tingkat pengetahuan masyarakat perkotaan yang sebagian besar tinggi ini juga tidak terlepas dari teori yang dikemukakan oleh Mutaqin (2007), yang menyatakan bahwa warga kota yakin bahwa iptek memiliki manfaat yang signifikan dalam meningkatkan kualitas kehidupan, dan masyarakat perkotaan terbuka dengan pengalaman-pengalaman baru.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut Erfandi (2009), yaitu:

a. PendidikanPendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Pada masyarakat Dusun Janti, responden sebagian besar berpendidikan SMA yaitu 50 orang (56,2%), dan sebagian kecil responden adalah SMP yaitu 39 orang (43,8%). Selain pendidikan formal, masyarakat Dusun Janti juga memperoleh pendidikan secara non formal baik dari media massa maupun dari orang lain. Hal ini menjadikan tingkat pengetahuan masyarakat Dusun Janti sebagian besar tinggi yaitu 81 responden (91%).b. Media massa (Informasi)Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.Dengan banyaknya pembicaraan tentang bahaya lemak jenuh bagi tubuh di media televisi menambah tingkat pengetahuan masyarakat tentang bahaya lemak jenuh bagi tubuh. Oleh karena itu sebagian besar masyarakat Dusun Janti memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang bahaya lemak jenuh bagi tubuh dengan jumlah 81 (91%) responden. Selain itu, dapat dikatakan bahwa perkembangan teknologi di Dusun Janti sangat menunjang masyarakat Janti untuk mengetahui berbagai informasi yang membawa pesan-pesan kesehatan, khususnya tingkat pengetahuan merekat tentang bahaya lemak jenuh bagi tubuh. c. Sosial Budaya dan EkonomiKebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pada penelitian yang dilakukan, responden memiliki status ekonomi menengah ke atas, dimana mereka mempunyai rumah yang lantainya porselin, luas rumah lebih dari 8m2, dan masing-masing keluarga memiliki usaha di rumahnya, seperti warung makan, laundry maupun warung sembako. Tingkat ekonomi masyarakat juga dapat dilihat oleh peneliti dengan melihat sarana dan prasarana yang digunakan keluarga. Sarana dan prasarana keluarga yang di observasi oleh keluarga antara lain, televisi, kulkas, sepeda motor, bahkan ada yang memiliki mobil. Mengingat bahwa minyak goreng bukanlah sebuah kebutuhan mewah, peneliti menyimpulkan bahwa semua responden bisa memenuhi kebutuhan minyak goreng yang merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari.

Tingkat ekonomi responden menengah ke atas ini sangat memungkinkan untuk terpenuhnya media sebagai sumber informasi di dalam masyarakat Janti. Dengan tersedianya media sebagai sumber informasi, maka akan bertambah juga sumber pengetahuan yang didapatkan oleh masyarakat Dusun Janti. Dengan demikian, tingkat ekonomi masyarakat Janti yang menengah ke atas, sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka yang sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang bahaya lemak jenuh bagi tubuh, yaitu 81 responden (91%).

d. LingkunganLingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.Lingkungan responden merupakan lingkungan yang maju, dengan berbagai macam alat telekomunikasi baik satu arah maupun dua arah. Di Dusun Janti juga terdapat beberapa tempat yang bisa digunakan untuk mengakses internet, dimana internet merupakan media yang dapat menambah wawasan dari warga Janti itu sendiri. Alat komunikasi televisi jaman sekarang juga sudah berubah menjadi alat komunikasi dua arah, dimana biasanya dibuka layanan telepon sebagai umpan balik dari penonton televisi. Dengan tersedianya berbagai macam teknologi di Dusun Janti, tidaklah heran apabila tingkat pengetahuan ibu di Dusun Janti sebagian besar tinggi, dan hanya sebagian kecil tingkat pengetahuan ibu yang rendah.

e. PengalamanPengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Dalam hal pemakaian minyak goreng, keluarga yang telah menikah lebih dari tiga tahun mengetahui, mana minyak goreng yang bagus dan mana minyak goreng yang tidak bagus. Responden dapat mengetahui kandungan minyak goreng dari komposisi yang tertulis di bungkus atau tempat penyimpanan minyak goreng tersebut, atau dari keluarga dan tetangga mereka yang mengetahui bahaya lemak jenuh bagi tubuh, maupun pengalaman mendapatkan informasi dari media televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain yang dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat Dusun Janti tentang bahaya lemak jenuh bagi tubuh.

f. UsiaUsia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pola pikir masyarakat yang belum menikah dengan yang sudah menikah tentu saja berbeda, apalagi yang sudah menikah lebih dari tiga tahun. Tentu saja masyarakat yang sudah menikah akan mencari informasi-informasi yang berguna demi kesehatan keluarganya. Termasuk pola makan yang sehat dan tidak menimbulkan bahaya bagi keluarganya, termasuk bahaya lemak jenuh bagi tubuh.Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa, tingginya tingkat pengetahuan masyarakat kota sangat erat kaitannya dengan informasi, baik yang diperoleh dari media elektronik maupun non-elektronik, misalnya televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Informasi tersebut tidak dapat dikendalikan pada penelitian ini, karena setiap keluarga memiliki sumber-sumber informasi seperti yang disebutkan diatas. Setiap keluarga memilikio televisi, radio, koran baik yang lokal maupun nasional.Selain tingkat pengetahuan yang tinggi, di Dusun Janti juga terdapat 8 responden (9%) yang memiliki tingkat pengetahuan rendah, hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang diperoleh oleh responden, padahal banyak sumber-sumber informasi bisa mereka peroleh salah satunya dengan media televisi yang belakangan ini banyak menyinggung masalah penyakit yang disebabkan oleh lemak jenuh. Hal ini juga dijelaskan oleh Supriadi (2009), yang menyatakan bahwa pengetahuan juga dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang dipahami dan diperoleh sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun lingkungannya. Dalam hal ini, pada masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan rendah ini belum menggunakan kemampuan mereka untuk memahami informasi yang seharusnya mereka gunakan sebagai alat untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, yang sebagian besar memiliki pengetahuan yang tinggi.

3. Kebiasaan Pemakaian Minyak GorengKebiasaan menurut Kartono (1996) dalam Sunaryo (2004) adalah bentuk tingka laku yang tetap dari usaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur efektif perasaan.Dari hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden memiliki kebiasaan sedang dalam kebiasaan pemakaian minyak goreng dengan jumlah 55 responden (61,8%), 30 responden (33,7%) memiliki kebiasaan baik, dan 4 (4,5%) responden memiliki kebiasaan buruk dalam pemakaian minyak goreng. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki kebiasaan yang tidak baik dan juga tidak buruk.

Responden yang memiliki kebiasaan sedang ini artinya mengetahui hal-hal yang tidak baik dalam pemakaian minyak goreng namun masih ada hal-hal yang tidak mereka ketahui dalam pemakaian minyak goreng yang baik dan benar, serta tidak mengetahui tindakan yang seharusnya mereka lakukan untuk menggunakan minyak goreng agar tidak merusak kesehatan mereka pada waktu yang akan datang. Misalnya, mereka tetap menggunakan minyak goreng apabila warnanya masih bagus walaupun sudah beberapa kali pemakaian. Dalam asumsi mereka, warna minyak goreng yang masih bagus ini masih layak dan baik digunakan. Kebiasaan masyarakat yang sedang ini di jelaskan dalam teori Erfandi (2009), yaitu sesuatu yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Roger (1974) dalam Notoadmodjo (2007), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.b. Interest yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.c. Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.e. Adoption dimana subjek telah perilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat Dusun Janti baru pada tahap mengetahui bahaya lemak jenuh, tetapi belum memiliki kelima faktor yang dikemukakan oleh Roger yang menunjang perilaku dan kebiasaan mereka dalam pemakaian minyak goreng. Dari 89 responden, hanya 29 orang (32,58%) yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan kebiasaan yang baik, yang artinya responden mengetahui bagaimana seharusnya menggunakan minyak goreng yang baik dan benar sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.Hasil penelitian ini juga menunjukkan masih banyak responden yang membutuhkan penyuluhan dan disertai pengawasan pelaksanaan pemakaian minyak goreng di Dusun Janti, Depok, Sleman, Yogyakarta, karena perilaku yang baik selain harus memiliki pengetahuan, memahami, dan dapat mengaplikasikan cara pemakaian minyak goreng yang baik, tetapi juga harus ada dukungan dan pengawasan dari petugas kesehatan, agar perilaku masyarakat benar-benar menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Bahaya Lemak Jenuh Bagi Tubuh dengan Kebiasaan Pemakaian Minyak Goreng

Pada penelitian ini mendapatkan beberapa karakteristik responden antara lain tingkat Pengetahuan Ibu tentang Bahaya Lemak Jenuh Bagi Tubuh dengan Kebiasaan Pemakaian Minyak Goreng. Dari data yang diperoleh dari 89 responden di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman yang termasuk dalam tingkat Pengetahuan tinggi dan termasuk dalam kebiasaan baik adalah 29 orang (32,58%). Ini dijelaskan oleh teori yang di kemukakan oleh Notoatmodjo (2007), yang menyatakan bahwa perubahan perilaku melalui beberapa tahapan yaitu melalui proses perubahan pengetahuan, lalu perubahan sikap, dan menjadi perubahan perilaku. Pada Masyarakat Dusun Janti yang memiliki pengetahuan baik dan perilaku yang baik ini artinya telah melalui tahapan-tahapan perubahan perilaku yaitu proses perubahan pengetahuan, lalu perubahan sikap, dan perubahan perilaku, khususnya dalam pemakaian minyak goreng.Dari hasil penelitian didapatkan responden dengan tingkat Pengetahuan tinggi yang termasuk dalam kebiasaan sedang berjumlah 49 orang (55,07%), Dari hasil penelitian juga didapatkan responden dengan tingkat Pengetahuan tinggi dan termasuk dalam kebiasaan buruk 3 orang (3,37%). Pada analisa dengan tingkat Pengetahuan rendah yang termasuk dalam kebiasaan baik berjumlah 1 orang (1,12%), Analisa dengan tingkat Pengetahuan rendah dengan kebiasaan sedang 6 orang (6,74%), Sedangkan analisa tingkat Pengetahuan rendah dengan kebiasaan buruk 1 orang (1,12%).Hasil analisa correlation bivariat tingkat Pengetahuan Ibu tentang Bahaya Lemak Jenuh Bagi Tubuh dengan Kebiasaan dalam Pemakaian Minyak Goreng di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, menggunakan uji korelasi Spearmans rho dengan tingkat kepercayaan 90% dan 0,1. Dari analisa tersebut dapat dilihat koefisien korelasi yaitu nilai yang menunjukkan seberapa kuat hubungan antara dua variabel yaitu rs=0,163 kemudian P Value=0,126, hal ini menunjukkan bahwa nilai p>0,1 dengan demikian Ho diterima, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara tingkat Pengetahuan Ibu tentang Bahaya Lemak Jenuh Bagi Tubuh dengan Kebiasaan Pemakaian Minyak Goreng di Dususn Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman.Dengan demikian, dari responden yang memiliki tingkat Pengetahuan tinggi belum tentu memiliki kebiasaan yang baik. Masyarakat Dusun Janti hanya mengetahui Bahaya Lemak Jenuh Bagi Tubuh tapi belum memiliki kebiasaan yang baik. Ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ajen dan Fishbein dalam Sulistiyani (2007), yang menyatakan bahwa keikut sertaan seseorang dalam aktivitas tertentu sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap, niat dan prakteknya.

Dari uraian diatas dapat kita katakan bahwa Ibu-ibu di Dusun Janti mengetahui bahaya lemak jenuh bagi tubuh, tetapi masih ada tahapan-tahapan yang masih belum dilakukan, misalnya sikap yang positif yang mempengaruhi niat untuk melakukan tindakan, dalam hal ini penggunaan minyak goreng dengan baik, yang pada akhirnya mempengaruhi suatu kegiatan dilakukan apa tidak, yaitu kebiasaan pemakaian minyak goreng. Kesenjangan antara tingkat pengetahuan dan kebiasaan inilah yang menurut peneliti menjadi penyebab tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang bahaya lemak jenuh bagi tubuh dengan kebiasaan pemakaian minya goreng di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman.Notoatmodjo (2007) juga menyatakan bahwa proses terbentuknya perilaku seseorang terdiri dari tiga bagian penting yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kognitif dapat diukur dengan pengetahuan, afektif dari sikap atau tanggapan, dan psikomotor diukur melalui tindakan atau praktek. Artinya hanya dengan pengetahuan belum mampu untuk mewujudkan suatu perilaku baru apabila tidak ditunjang dengan faktor afektif dan psikomotorik.

KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan:1. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang bahaya lemak jenuh bagi tubuh yaitu berjumlah 81 responden (91%).2. Pada penelitian ini sebagian besar responden memiliki kebiasaan sedang dalam pemakaian minyak goreng yaitu 55 responden (61,8%).3. Tidak ada hubungan antara tingkat Pengetahuan Ibu tentang Bahaya Lemak Jenuh dengan Kebiasaan dalam Pemakaian Minyak Goreng di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman.

DAFTAR PUSTAKA1. Winarni et al. (2010). Internet. Penetralan dan Absorbsi Minyak Goreng Bekas Menjadi Minyak Goreng Layak Konsumsi. Vol. 8. No. 1 http://journal.unnes.ac.id/index.php/sainteknol/article/view/338.1Desember 2011.2. Oeij et al. (2007). Internet. Gambaran Anatomi Mikroskopik Kadar Malondialdehida pada Hati Mencit setelah pemberian Minyak Kelapa Sawit Bekas Menggoreng. Volume 7. http://isjd.pdli.lipi.go.id/admin /jurnal/71071425 .pdf. 10 oktober 2011.3. Notoatmodjo, S. (2003). Prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatn masyarakat. Cet. Ke-2, Mei. Jakarta: Rineka Cipta.4. Marks, D.F et al. (2005). Health Psychology: Theory, Reseach, And Practice. 2nd ed. India: SAGE.5. Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC.6. Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. (2011). Internet. Peran Ibu Dalam Perbaikan Gizi Seimbang Keluarga. http://www.dinkesbanjarmasin.org/info-umum kesehatan/1393265778.html. 5 Januari 2010.7. Puspita, Y. (2004). Peran Ibu dalam Pembentukan Pola Konsumsi Pangan Keluarga Petani. Skripsi, Universitas Diponegoro.8. Ahira, A. (2011). Internet. Peran Ibu Rumah Tangga dalam Keluarga. 27 http://www.anneahira.com/peran-ibu-rumah-tangga.htm. 4 Januari 2012.9. Sitepoe, M. (2008). Corat-Coret Anak Desa Berprofesi Ganda. Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).10. Kusmanto, D et al. (2005). Penggunaan Minyak Goreng Bekas dan Minyak Segar dalam Pakan Ayam Petelur Terhadap Kualitas Fisik dan Kolesterol Telur. [Internet, Juli, 18 (3).11. Soeharto, I. (2004). Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan Kolesterol. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.12. Graha, K. (2010). 100 Qistion & Answers: Kolesterol. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.13. Soeharto, I. (2002). Kolesterol dan Lemak Jahat Kolesterol dan Lemak Baik dan Proses Terjadinya Serangan Jantung dan Stroke. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.14. Depdiknas. (2005).Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.15. Muhibbin, S. (2003).Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.16. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.17. Mutakin, A. (2007).Internet. Masyarakat Kota Sebagai Inovator. http://mgmpips .wordpress .com/2007/03/06/masyarakat-kota-sebagai-inovato r/. 4 Mei 2012.18. Erfandi. (2009). Internet. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor YangMempengaruhi. http:/ /forbetterhealth.wordpress.com/2009/04/19/pengetahuan-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi/. 5 Mei 2012.19. Supriadi, S. (2000). Pengembangan Model Pemberantasan Malaria Di Daerah Lombok, NTB. Laporan Penelitian Badan Penelitian Dan Pengembangan Depkes RI. Jakarta: Depkes RI.20. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.21. Sulistyani. (2007). Skripsi. Hubungan Pengetahuan tentang Penyakit Kusta pada Penderita Kusta dengan Pemanfaatan KelompokPerawatan Diri (KPD) di Wilayah Kerja Puskesmas Kunduran Kabupaten Blora. Yogyakarta: UNRIYO