Jurnal Fix Dicky

12
1 http://jurnal.fk.unand.ac.id Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1) Profil Pasien Psoriasis Vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2011 – Desember 2014 Dicky Zulkarnain 1 , Sri Lestari 2 , Abdiana 3 Abstrak Psoriasis vulgaris adalah suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronis residif. Penderita psoriasis diperkirakan sekitar 2% - 3% dari populasi dunia. Psoriasis mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, membatasi aktivitas sosial, serta penolakan dari orang yang tidak terbiasa melihatnya. Penyebab psoriasis belum diketahui secara pasti, namun diduga banyak faktor predisposisi dan faktor presipitasi yang berperan, sehingga prevalensinya berbeda di setiap daerah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui profil pasien psoriasis vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil padang periode 1 januari 2011 – 31 desember 2014. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data rekam medik pasien yang didiagnosis psoriasis vulgaris periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2014. Seluruh anggota populasi dijadikan sampel sesuai kriteria inklusi sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 43 orang. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu sebesar 51,16% adalah laki-laki, 46,51% merupakan kelompok usia 45 - <65 tahun, 83,72% tidak memiliki riwayat keluarga, 55,81% memiliki faktor pencetus stres psikologis, 34,88 % memiliki awitan penyakit 25 - <45 tahun, 41,86% memiliki lama menderita 1 - <5 tahun, 76,74% memiliki skor PASI derajat ringan, 34,88% merupakan pegawai negeri, dan 72,09% bertempat tinggal di kota Padang. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulakan bahwa pasien psoriasis terbanyak adalah laki-laki, pada kelompok umur 45 - <65 tahun, tidak memiliki riwayat keluarga, memiliki faktor pencetus stres psikologis, awitan penyakit 25 - <45 tahun, lama menderita 1 - <5 tahun, skor PASI derajat ringan, pegawai negeri, dan bertempat tinggal di kota Padang. Kata kunci: Psoriasis vulgaris, profil, faktor predisposisi, faktor presipitasi, kualitas hidup. Abstract Psoriasis vulgaris is an inflammatory skin diseases that is characterized by chronic recurrent. Patients with psoriasis is estimated around 2% - 3%. Psoriasis affects the quality of life of sufferers, limiting social activities, as well as rejection of people who are not used to seeing. The cause of psoriasis is not known, but suspected many predisposing factors Artikel

description

uuuhb

Transcript of Jurnal Fix Dicky

Page 1: Jurnal Fix Dicky

1http://jurnal.fk.unand.ac.id

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

Profil Pasien Psoriasis Vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2011 – Desember 2014

Dicky Zulkarnain1, Sri Lestari2, Abdiana3

AbstrakPsoriasis vulgaris adalah suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronis residif. Penderita psoriasis diperkirakan

sekitar 2% - 3% dari populasi dunia. Psoriasis mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, membatasi aktivitas sosial,

serta penolakan dari orang yang tidak terbiasa melihatnya. Penyebab psoriasis belum diketahui secara pasti, namun

diduga banyak faktor predisposisi dan faktor presipitasi yang berperan, sehingga prevalensinya berbeda di setiap

daerah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui profil pasien psoriasis vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin

RSUP Dr. M. Djamil padang periode 1 januari 2011 – 31 desember 2014. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan

menggunakan data rekam medik pasien yang didiagnosis psoriasis vulgaris periode 1 Januari 2011 – 31 Desember

2014. Seluruh anggota populasi dijadikan sampel sesuai kriteria inklusi sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak

43 orang. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu sebesar 51,16% adalah laki-laki, 46,51% merupakan kelompok usia

45 - <65 tahun, 83,72% tidak memiliki riwayat keluarga, 55,81% memiliki faktor pencetus stres psikologis, 34,88 %

memiliki awitan penyakit 25 - <45 tahun, 41,86% memiliki lama menderita 1 - <5 tahun, 76,74% memiliki skor PASI

derajat ringan, 34,88% merupakan pegawai negeri, dan 72,09% bertempat tinggal di kota Padang. Berdasarkan hasil

penelitian ini disimpulakan bahwa pasien psoriasis terbanyak adalah laki-laki, pada kelompok umur 45 - <65 tahun,

tidak memiliki riwayat keluarga, memiliki faktor pencetus stres psikologis, awitan penyakit 25 - <45 tahun, lama

menderita 1 - <5 tahun, skor PASI derajat ringan, pegawai negeri, dan bertempat tinggal di kota Padang.

Kata kunci: Psoriasis vulgaris, profil, faktor predisposisi, faktor presipitasi, kualitas hidup.

AbstractPsoriasis vulgaris is an inflammatory skin diseases that is characterized by chronic recurrent. Patients with psoriasis is

estimated around 2% - 3%. Psoriasis affects the quality of life of sufferers, limiting social activities, as well as rejection

of people who are not used to seeing. The cause of psoriasis is not known, but suspected many predisposing factors

and precipitation factors that play a role, so the prevalence is different in each place. The purpose of this study is to

determine the profile of psoriasis vulgaris patients in Dermatovenerology Clinic of Dr. M. DJamil hospital on January

1st 2011 - December 31st 2014. This is a descriptive study using medical records of patients diagnosed with psoriasis

vulgaris on January 1st 2011 – December 31st 2014. All members of the population sampled corresponding inclusion

criteria in order to obtain the total sample of 43 people.The results obtained in the amount of 51.16% were male,

46.51% is the age group 45 - <65 years, 83.72% do not have a family history, 55.81% had a precipitating factor of

psychological stress, 34.88 % had onset of illness 25 - <45 years, 41.86% have been suffering from 1 - <5 years,

76.74% had a mild degree PASI score, 34.88% are civil servants, and 72.09% live in the Padang city. Based on these

results concluded that the majority psoriasis patients were male, in the age group 45 - <65 years, did not have a family

history, have a precipitating factor of psychological stress, disease onset 25 - <45 years, long-suffering 1 - <5 years,

PASI score mild, civil servants, and resides in the city of Padang.

Keywords: Psoriasis vulgaris, profile, predisposition factor, precipitation factors, quality of life.

Artikel Penelitian

Page 2: Jurnal Fix Dicky

2http://jurnal.fk.unand.ac.id

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

Affiliasi penulis : 1. Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas, 2. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, 3. Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Korespondensi : Dicky Zulkarnain, email: [email protected],

Telp: 082382015962

PENDAHULUANPsoriasis adalah suatu penyakit inflamasi

kulit yang termasuk dalam kelompok dermatosis

eritroskuamosa, bersifat kronis residif yang ditandai

dengan proliferasi dan diferensiasi abnormal sel

keratinosit yang diperantarai oleh aktivasi sel T.

Psoriasis ditandai dengan lesi berupa plak eritem

berbatas tegas dengan skuama tebal, kering, dan

berwarna putih keperakan. Predileksinya adalah pada

ekstremitas bagian ekstensor (siku dan lutut), kulit

kepala pada batas rambut, lumbosakral bagian bawah,

bokong, dan genital.1-4

Penyakit psoriasis dapat mengganggu

penderitanya dari segi penampilan fisik secara

psikologis hingga menyebabkan penderita merasa

depresi bahkan bunuh diri karena terdapat perubahan

aktivitas sehari-hari. Penyakit ini tidak menular, tidak

menyebabkan kematian tetapi dapat menyebabkan

gangguan kosmetik sehingga mempengaruhi

penderita secara kejiwaan akibat perubahan kulit

berupa sisik yang tebal.5-6

Pada kulit normal, sel basal di stratum basalis

membelah diri, bergerak keatas secara teratur sampai

menjadi stratum korneum sekitar 28 hari, kemudian

lapisan keratin dipermukaan kulit dilepaskan serta

digantikan yang baru. Namun pada psoriasis, proses

tersebut hanya berlangsung beberapa hari sehingga

terbentuk skuama tebal, berlapis-lapis serta berwarna

keperakan. Penyebab yang pasti psoriasis belum

diketahui dengan pasti, namun, banyak faktor

predisposisi yang memegang peran penting seperti

predisposisi genetik dan kelainan imunologis.7

Prevalensi psoriasis bervariasi berdasarkan

wilayah geografis serta etnis. Prevalensi tertinggi pada

orang berkulit putih dan prevalensi terendah pada

beberapa etnik tertentu seperti Afrika, Alaska,

Amerika, Australia, dan Norwegia. Sementara itu,

psoriasis tidak ditemukan pada suku Aborigin Australia

dan Indian yang berasal dari Amerika Selatan tetapi

lebih sering ditemukan pada daerah beriklim dingin.8-10

Penyebab psoriasis belum diketahui secara

pasti, namun banyak faktor predisposisi yang

memegang peran penting seperti predisposisi genetik

dan kelainan imunologis.7 Secara genetik,

kemungkinan penderita psoriasis diwariskan secara

poligenik. Banyak faktor pemicu seperti yang diduga

sebagai pemicu timbulnya psoriasis seperti: infeksi

bakterial, trauma fisik, stres psikologis, dan gangguan

metabolisme, yang mana semuanya bergabung

menjadi salah satu keadaan yang mempengaruhi

dalam jalur efektor.11

Setiap negara melaporkan prevalensi

psoriasis vulgaris yang berbeda-beda. Sampai saat ini,

belum ada data yang jelas mengenai prevalensi

psoriasis vulgaris di Indonesia, hal ini dikarenakan

setiap daerah melaporkan angka kejadian yang

berbeda pula. Perbedaan ini diduga karena perbedaan

ras dan letak geografis suatu daerah.12-14

Melihat dampak negatif yang ditimbullkan dan

sedikitnya data mengenai psoriasis vulgaris serta

bervariasinya hasil penelitian pada setiap daerah

membuat peneliti tertarik melakukan penelitian

mengenai profil pasien psoriasis vulgaris pada 4 tahun

terakhir.

METODEDesain penelitian ini adalah deskriptif yang

dilakukan dengan melihat status rekam medik pasien

di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan RSUP Dr. M.

Djamil Padang.

Penelitian dilakukan selama Januari –

Februari 2015 di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan

RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder tersebut

merupakan data dari Januari 2011 – Desember 2014.

Populasi penelitian ini adalah pasien yang

berobat ke Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan RSUP Dr.

M. Djamil Padang selama Januari 2011 – Desember

2014 dan telah didiagnosis psoriasis vulgaris secara

klinis dan histopatologi. Sampel penelitian adalah

semua populasi yang memenuhi syarat kriteria inklusi

untuk melakukan penelitian.

Teknik pengambilan sampel adalah total

sampling dengan mengambil seluruh sampel yang

memenuhi kriteria inklusi mulai dari Januari 2011 –

Desember 2014.

Page 3: Jurnal Fix Dicky

3http://jurnal.fk.unand.ac.id

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

HASILTelah dilakukan penelitian di Instalasi Rekam

Medik RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan

mengumpulkan data sekunder berupa data pasien

psoriasis vulgaris di RSUP Dr. M. Djamil Padang

periode Januari 2011 – Desember 2014. Berdasarkan

data yang diperoleh, didapatkan 43 orang pasien

psoriasis vulgaris di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Grafik 1. Angka kejadian psoriasis vulgaris periode

Januari 2011 – Desember 2014

Berdasarkan grafik 1 dapat dilihat bahwa

angka kejadian psoriasis vulgaris periode 1 Januari

2011 – 31 Desember 2014 tidak mengalami

peningkatan yang berarti dari tahun ke tahun. Angka

kejadian psoriasis vulgaris tertinggi terjadi pada tahun

2012, tahun 2013, dan 2014 yaitu sebanyak 11 orang,

sedangkan tahun 2011 sebanyak 10 orang.

Diagram 1. Distribusi jenis kelamin pasien psoriasis

vulgaris

Berdasarkan diagram 1 dapat dilihat bahwa

pasien psoriasis vulgaris terbanyak berjenis kelamin

laki – laki yaitu sebanyak 51,16%, sedangkan

perempuan sebanyak 48,84%.

Grafik 2. Distribusi kejadian psoriasis vulgaris

berdasarkan tahun ditinjau dari segi usia

Berdasarkan grafik 2 dapat dilihat bahwa

mayoritas pasien adalah pada kelompok umur 45 -

<65 tahun sebanyak 20 orang, diikuti oleh umur ≥65

tahun sebanyak 9 orang, umur 25 - <25 tahun

sebanyak 8 orang, umur 15 - <25 tahun sebanyak 5

orang, dan umur 0 - <15 tahun sebanyak 1 orang.

Diagram 2. Distribusi riwayat keluarga pada pasien

psoriasis vulgaris

Berdasarkan diagram 2 dapat dilihat bahwa

Mayoritas terbanyak yaitu tidak memiliki riwayat

keluarga sebanyak 36 orang (83,72%), sedangkan

yang memiliki riwayat keluarga sebanyak 7 orang,

meliputi riwayat dari ibu sebanyak 9,30%, dari ayah

sebanyak 4,65%, dari saudara kandung sebanyak

2,23%.

Diagram 3. Distribusi awitan berdasarkan riwayat

keluarga

Berdasarkan diagram 3 dapat dilihat bahwa

riwayat keluarga terbanyak adalah awitan <40 tahun

Page 4: Jurnal Fix Dicky

4http://jurnal.fk.unand.ac.id

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

yaitu 16,66%, sedangkan awitan <40 tahun yaitu

16,66%.

Grafik 3. Distribsusi pasien psoriasis vulgaris

berdasarkan faktor pencetus.

Berdasarkan grafik 3 dapat dilihat bahwa

Stres psikologis merupakan faktor pencetus terbanyak

yaitu 24 orang. Faktor pencetus lainnya berupa papara

matahari sebanyak 8 orang, hipertensi sebanyak 4

orang, infeksi saluran pernapasan sebanyak 3 orang,

merokok sebanyak 2 orang, trauma sebanyak 1 orang,

dan diabetes melitus tipe 2 sebanyak 1 orang.

Grafik 4. Distribusi awitan penyakit pada pasien

psoriasis vulgaris

Berdasarkan grafik 4 dapat dilihat bahwa

awitan terbanyak pada kelompok umur 25 - <45 tahun

yaitu 16 orang, diikuti oleh umur 45 - <65 tahun

sebanyak 13 orang, umur 15 - <25 tahun sebanyak 7

orang, umur ≥65 tahun sebanyak 6 orang, dan umur 0

- <15 tahun sebanyak 1 orang.

Grafik 5. Distribusi awitan berdasarkan lama

menderita.

Berdasarkan grafik 5 dapat dilihat bahwa

lama menderita psoriasis vulgaris yang terbanyak

adalah 1-5 tahun sebanyak 18 orang, lama menderita

>5 – 10 tahun sebanyak 9 orang, sedangkan lama

menderita <1 tahun dan >10 tahun sebanyaak 8

orang.

Grafik 6. Distribusi awitan penyakit pada pasien

psoriasis vulgaris

Psoriasis Area and Severity Index (PASI)

adalah metode yang paling sering digunakan untuk

menilai keparahan psoriasis. Dibagi atas derajat

ringan (skor <8), sedang (skor 8-12), dan derajat berat

(skor >12). Berdasarkan grafik 6 dapat dilihat bahwa

mayoritas adalah skor PASI <8 (ringan) sebanyak 33

orang, sedangkan derajat sedang sebanyak 6 orang,

dan derajat berat sebanyak 4 orang.

Grafik 7. Distribusi pasien psoriasis vulgaris

berdasarkan jenis pekerjaan

Berdasarkan grafik 7 dapat dilihat bahwa

Mayoritas adalah pegawai negeri sebanyak 15 orang.

Page 5: Jurnal Fix Dicky

5http://jurnal.fk.unand.ac.id

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

Grafik 8. Distribusi daerah tempat tinggal pasien

psoriasis vulgaris

Berdasarkan grafik 8 dapat dilihat bahwa

Terbanyak berasal dari kota Padang yaitu 31 orang

(72,09%).

PEMBAHASANPada penelitian ini terbanyak yaitu laki – laki

sebanyak 22 orang (51,16%), perempuan sebanyak

21 orang (48,84%). Penelitian ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Icen dkk. pada tahun

2009 di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa 828

orang (51%) adalah laki-laki dan 805 orang (49%)

perempuan.15 Penelitian ini juga sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sari16 pada tahun 2007,

Primawati pada tahun 200717, dan Tanojo18 pada tahun

2013 di RSUP Dr. M. Djamil Padang yang

mendapatkan pria lebih banyak. Namun, penelitian ini

tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Suwarsa pada tahun 2002 di Bandung didapatkan

perempuan lebih banyak.19 Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Ekarini dkk. pada tahun 1999 di RSUP

Dr. Kariadi Semarang juga mendapatkan perempuan

lebih banyak.20 Sementara itu, beberapa kepustakaan

menyebutkan insiden psoriasis pada laki-laki hampir

sama dengan perempuan.17,18

Penelitian ini mendapatkan bahwa mayoritas

pasien psoriasis vulgaris terjadi pada kelompok umur

45 - < 65 tahun yaitu sebanyak 20 orang (46,51%).

Rata – rata umur pasien psoriasis vulgaris adalah

49,16 ± 16,94 tahun. Penelitian ini juga sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Tanojo18 pada tahun

2013 dan Sari16 pada tahun 2007 di RSUP Dr. M.

Djamil Padang yang mendapatkan hasil yang sama

yaitu umur 45-64 (47,5%) merupakan yang terbanyak.

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sakai dkk. pada tahun 2005 di Jepang,

menyimpulkan bahwa umur rata-rata pasien adalah 51

tahun atau pada kelompok umur 45-64 tahun.21

Sementara itu berbeda dengan Susilowati dkk. pada

tahun 2000 di Semarang, kelompok umur terbanyak

yaitu 20-29 tahun (34,78%).22 Suwarsa pada tahun

2002 di Bandung, terbanyak umur20-39 tahun (50%).19

Nijsten dkk. pada tahun 2001 di Boston melaporkan

yang terbanyak adalah <45 tahun yaitu 45,61%.23

Pada penelitian ini didapatkan mayoritas dari

pasien psoriasis vulgaris yaitu tidak memiliki riwayat

keluarga yang menderita psoriasis vulgaris sebanyak

36 orang (83,72%). Berdasarkan awitan, awitan <40

tahun ditemukan adanya riwayat keluarga sebanyak 6

orang (16,22%) dan awitan ≥40 tahun sebanyak 1

orang (2,70%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian

oleh Anca dkk. pada tahun 2014 di Romania, pasien

yang tidak memiliki riwayat keluarga sebanyak

70,47%.24 Hasil berbeda dengan penelitian Bahcetepe

dkk. pada tahun 2013 mendapat riwayat keluarga

sebanyak 56%.25 Riwayat keluarga pada psoriasis

disebabkan lokus PSORS1 (psoriasis susceptibility

gene 1) yang berkaitan lebih dari 50% kasus psoriasis.

Pada onset awal yang merupakan psoriasis tipe I

diperoleh hubungan dengan HLA-Cw6 (human

leukocyte antigen), HLA-B57, dan HLA-DR7. Onset

lanjutan merupakan tipe 2 didapatkan gambaran HLA-

Cw2 menonjol.9 Penelitian ini sesuai dengan

kepustakaan yaitu lebih banyak ditemukan awitan <40

tahun pada pasien yang memiliki riwayat keluarga.

Pada penelitian ini, faktor pencetus pasien

psoriasis terbanyak adalah stres psikologis sebanyak

(55,80%), lainnya berupa sering terpapar matahari

(18,60%), hipertensi (9,30%), infeksi saluran

pernapasan (6,98%), merokok (4,65%), trauma

(2,33%), dan diabetes (2,33%). Penelitian ini sesuai

dengan penelitian Szepietowskipada tahun 2004 di

Eropa melaporkan bahwa pasien psoriasis vulgaris

mengalami stres psikologis sebanyak 60%.26

Penelitian ini sesuai dengan kepustakaan yang

menyebutkan bahwa stres psikologis merupakan

faktor pencetus utama dari psoriasis vulgaris. Stimulus

stres akan diterima di sistem limbik, yang akhirnya

mengaktifkan korteks adrenal untuk memproduksi

kortisol. Seperti diketahui kortisol merupakan mediator

imunosupresan dan anti-inflamasi. Medula adrenal

akan melepaskan norepinefrin. Kortisol dan

norepinefrin akan meyebabkan terganggunya

Page 6: Jurnal Fix Dicky

6http://jurnal.fk.unand.ac.id

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

keseimbangan sel Th1 dan Th2 dengan berbagai

dampak klinisnya.27

Kelompok umur awitan terbanyak adalah

pada kelompok umur 25 - <45 tahun sebanyak 15

orang (34,88%). Pada penelitian ini didapatkan yang

memiliki awitan dini (<40 tahun) sebanyak 14 orang

(32,56%) sedangkan yang memiliki awitan lambat (≥40

tahun) sebanyak 29 orang (67,44%). Pada penelitian

ini, umur awitan atau waktu pertama kali timbulnya lesi

adalah antara 12 tahun yang paling dini dan 76 tahun

yang tertua. Rata-rata awitan adalah 43,45 tahun.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian

yang dilakukan oleh Icen dkk. pada tahun 2009 di

Amerika Serikat, menyimpulkan rata-rata umur awitan

adalah 43,2 tahun.15 Telah disebutkan sebelumnya,

awitan psoriasis dikenal dua tipe yaitu psoriasis tipe I

dengan awitan dini (<40 tahun) dan bersifat familial

dan psoriasis tipe II dengan awitan lambat (≥40 tahun)

dan bersifat nonfamilial kebanyakan penderita

mengalami kelainan awal psoriasis vulgaris pada

dekade ketiga kehidupan (<40 tahun).28 Penelitian ini

tidak sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan

bahwa awitan psoriasis kebanyakan timbul pada

dekade ke 3 kehidupan atau sebelum umur 40 tahun.

Penelitian ini mendapatkan bahwa lama

menderita yang terbanyak adalah 1 - <5 tahun

sebanyak 18 orang (41,86%), diikuti 5 - <10 tahun

sebanyak 9 orang (20,93%), >10 tahun sebanyak 8

orang (18,60%), dan <1 tahun sebanyak 8 orang

(18,60%). Lama menderita penyakit psoriasis vulgaris

sangat bervariasi dari beberapa minggu sampai

seumur hidup dan tidak dapat diprediksi. Papp dkk.29

pada tahun 2003 di Amerika Serikat, rata-rata lama

menderita adalah 19,01 tahun. Wiryadi 2004 di RSCM,

Jakarta mendapatkan rerata lama sakit pasien

psoriasis adalah 6,8 tahun. Penelitian ini didapatkan

lama menderita antara 2 minggu hingga 27 tahun dan

yang terbanyak 1 - <5 tahun sebanyak 18 orang

(41,86%) dengan rata-rata 43,30 ± 17,43 tahun.30

Penelitian ini mendapatkan bahwa pasien

psoriasis vulgaris terbanyak adalah kelompok skor

PASI <8 atau derajat ringan yaitu 33 orang (76,74%),

sedangkan derajat sedang sebanyak 6 orang

(13,95%), dan derajat berat sebanyak 4 orang

(9,30%). Rata – rata adalah 5,98 ± 3,84. Penelitian ini

sesuai dengan suatu survei di Amerika Serikat tahun

2003 yang melaporkan 42% mempunyai derajat

keparahan penyakit ringan, 24% sedang, dan 9%

berat.31 Berbeda dengan Sugianto dkk. pada tahun

2009 di Semarang menyimpulkan bahwa 11,5%

derajat ringan, 15,4% derajat sedang, dan 73,1%

derajat berat.32 Arican dkk. (2005) di Turki, dengan

sampel 30 orang penderita psoriasis, rata-rata PASI

9,3.30 Leonardi dkk. pada tahun 2003 di Amerika

Serikat melakukan penelitian pada 672 pasien

psoriasis, mendapatkan rata-rata PASI 18,35 (berat) ±

0,7 tahun.33 Suwarsa pada tahun 2002 di Bandung

mendapatkan rerata 18,4.19

Pekerjaan pasien pada penelitian ini

ditemukan cukup beragam, antara lain: pegawai

negeri, buruh, nelayan, pedagang, pegawai swasta,

petani, dan wiraswasta. Pekerjaan terbanyak pasien

adalah pegawai negeri (34,88%). Sebagian pasien

yang lain tidak bekerja sebanyak 40,54% antara lain:

ibu rumah tangga (IRT), mahasiswa, pelajar, dan

pensiunan. Pasien yang bekerja lebih merasakan stres

psikis dan penurunan ketahanan tubuh, sehingga

dapat memicu timbulnya gejala psoriasis. Pada

penelitian ini, didapatkan mayoritas pekerjaan pasien

adalah pegawai negeri. Belum ditemukan penelitian

secara pasti yang membuktikan adanya hubungan

antara jenis pekerjaan penderita dengan prevalensi

psoriasis hingga saat ini.

Pada penelitian ini mayoritas pasien psoriasis

vulgaris adalah pasien yang berasal dari kota Padang

sebanyak 31 orang (72,09%). Hal ini mungkin

disebabkan karena lokasi penelitian yang terletak di

RSUP Dr. M. Djamil yang berlokasi di kota Padang

dan RSUP Dr. M. Djamil dijadikan sebagian pusat

rujukan untuk kasus ini serta akses untuk ke rumah

sakit juga lebih besar berkesempatan bagi pasien

yang berada di kota Padang daripada pasien yang

berada di luar Padang.

KESIMPULAN1. Tidak terdapat peningkatan jumlah pasien

psoriasis vulgaris yang signifikan pada periode 1

Januari 2011 – 31 Desember 2014.

2. Jenis kelamin pasien psoriasis vulgaris yang

terbanyak adalah laki-laki.

3. Usia pasien psoriasis vulgaris yang terbanyak

adalah pada rentang usia 45-<65 tahun.

4. Didapatkan pasien psoriasis vulgaris terbanyak

tidak memiliki riwayat keluarga, riwayat keluarga

Page 7: Jurnal Fix Dicky

7http://jurnal.fk.unand.ac.id

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

pasien psoriasis vulgaris yang terbanyak adalah

berasal dari ayah, dan awitan pasien psoriasis

vulgaris yang memiliki riwayat keluarga

terbanyak adalah usia awitan ≥40 tahun.

5. Faktor pencetus pasien psoriasis vulgaris yang

terbanyak adalah stres psikologis.

6. Awitan penyakit psoriasis vulgaris pada pasien

psoriasis vulgaris yang terbanyak adalah pada

rentang usia 25-<45.

7. Lama menderita sakit pada pasien psoriasis

vulgaris yang terbanyak adalah selama 1-5

tahun.

8. Skor PASI pada pasien psoriasis vulgaris yang

terbanyak adalah Skor PASI derajat ringan (<8).

9. Pekerjaan pasien terbanyak adalah pegawai

negeri.

10. Daerah tempat tinggal pasien psoriasis vulgaris

yang terbanyak berasal dari kota Padang.

UCAPAN TERIMA KASIHPenulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Sri

Lestari, Sp.KK (K) dan Abdiana, SKM., M.Epid

sebagai pembimbing atas masukan dan bimbingan

dalam penyelesaian penelitian ini. Terima kasih

kepada staf poliklinik Kulit dan Kelamin dan staf rekam

medis RSUP Dr. M. Djamil Padang atas kerja

samanya dalam peneltian ini.

DAFTAR PUSTAKA1. Deny Fitra, Sri Lestari KS, Isramiharti, Zainal H,

Salmiah A. Respon Klinis dan Histologik pada

Psoriasis Vulgaris Tipe Plak Rekalsitran yang

Diterapi Metotreksat di RS Dr. M. Djamil Padang.

Majalah Kedokteran Andalas; 2004

2. Schon MP, Boehncke WH. Psoriasis. N Eng J.

Med. 2005; 352(18): 1899-1909

3. Simmons A. Psoriasis. Am Ost Col of Dermatol.

2007; 41: 15-20

4. Gudjonsson J, Elder J. Psoriasis Vulgaris. In:

Wolff K., Goldsmith L., Katz S., Gilchrest B., Paller

A., Leffell D. editors Fitzpatrick’s Dermatology in

General Medicine8th ed. New York: McGraw-Hill.

2012: 169–193.

5. Assourence MN, Bellujali H, Albes B, Marguery

MC, Fouriwe B, Bazi. Psoriasis, relastionships

Between junt and skin Disease in 20th world

congres of Dermatology Paris. 2002; 2: 4 - 5

6. Goodheart HP. Psoriasis. Diagnosis Fotografik

dan Penatalaksaan Penyakit Kulit. FKUI. 2009; 3:

87-113

7. Nestle FO, Kaplan DH. and Barker J..

Mechanisme of Disease Psoriasis. N Engl J Med.

2009; 361(5): 496-509.

8. Raychaudhuri SP, Farber EM. The Pravalence of

Psoriasis in the World. J Eur Acad Dermatol

Venereol. 2001; 15: 16-17

9. Christopers E. Psoriasis-Epidemiology and

Clinical Spectrum. Clin Exp Dermatol. 2001; 26:

314-320

10. Gelfand JM, Stern RS, Nijsten T. The Prevalensi

of Psoriasis in African Americans: Result from A

Population-Based Study. J Am Acad Dermatol.

2005; 52(1): 23-26

11. Kourosh AS, Miner A, Menter A.Psoriasis as the

marker of underlying systemic disease. Skin

Therapy Lett. 2008; 13: 1-5.

12. Basko JL, Plluska VP, Rosic. Psoriasis:

Epidemiology, Natural History, and Differential

Diagnosis. Dove Medical Press. USA. 2012; 2:

67-76

13. Langley RGB, Krueger, Griffiths. Psoriasis:

Epidemiology, Clinical Features, and Quality of

Life. Group BMJ Com. 2013; 2: 18-23

14. Mirawati S, Wieke T, Benny EW, Tjut N. Proporsi

sindrom metabolik pada pasien psoriasis vulgaris

berdasarkan kriteria National Cholesterol

Education Program Adult Treatment panel III Di

RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan sebuah klinik

swasta di Jakarta. MDVI. 2012; 39(1): 2-9

15. Icen M, Crowson CS, McEvoy MT, Dann FJ,

Gabriel SE, Kremers HM. Trends in incidence of

adult-onset psoriasis over three decades: a

population-based study. J Am Acad Dermatol.

2009; 60: 394-401

16. Sari Q. Perbandingan ekspresi limfosit CD4+ dan

CD8+ pada lesi dengan non lesi kulit penderita

psoriasis vulgaris. [Tesis] Padang; Universitas

Andalas; 2007

17. Primawati I. Perbandingan ekspresi tumor

necrosis factor-α pada lesi dengan non lesi kulit

penderita psoriasis vulgaris. [Tesis] Padang:

Universitas Andalas. 2007

Page 8: Jurnal Fix Dicky

8http://jurnal.fk.unand.ac.id

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

18. Tanojo H. Korelasi antara kadar cotinine serum

dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris.

[Tesis] Padang: Universitas Andalas. 2013

19. Suwarsa O. Penurunan jumlah limfosit pada lesi

kulit penderita psoriasis vulgaris setelah diobati

dengan krim klobetasol propionat 0,05%. [Tesis]

Bandung: Universitas Padjajaran. 2002

20. Ekarini D, Hadi S, Budiastuti A, Indrayanti

SPsoriasis di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Kumpulan naskah ilmiah kongres nasional

PERDOSKI IX Jilid I. Surabaya: Airlangga

University Press. 1999: 45-47

21. Sakai R, Matsui S, Fukushima M, Yasuda H,

Miyauchi H, Miyachi Y. Prognostic factor analysis

for plaque psoriasis. Dermatology . 2005; 11: 103-

6

22. Susilowati, Dewi TC, Budiastuti A, Indrayanti S.

Psoriasis di poliklinik Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang. PIT IV

PERDOSKI. 2000: 2-4

23. Nijsten T, Margolis DJ, Keldman SR, Rolstad T,

Stern RS. Traditional systemic treatment have not

fully met the needs of psoriasis patients: result

from a national survey. J Am Acad Dermatology.

2001; 52(3): 434-44

24. Anca C, Caius S, Anca EC, Liliana F, Piotr B. A

case-control study of epidemiological importance

risk of family history of psoriasis. Our Dermatol

Online. 2014; 5(1): 90-91.

25. Bahcetepe N, Kutlubay Z, Yilmaz E, Tuzun Y,

Eren B. The role of HLA antigens in the aetiology

of psoriasis. Med Glas (Zenica) . 2013; 10: 339-

42.

26. Szepietowski JC. Psoriasis: Stress, Depression

and Pruritus. Acta Dermatovenerologica Croatica.

2004; 12: 199-200.

27. Naldi L, Chatenoud L, Linder D, Fortina AB,

Paserico A, Virgili AR. Cigarette smoking, body

mass index, and stressful life events as risk factor

for psoriasis; result from an Italian case-control

study. J Invest Dermatol. 2005; 126: 61-7

28. Huerta C, Rivero E. Incidence and risk actors for

psoriasis in general population. Arch Dermatol.

2007; 143(12): 1559-65

29. Papp KA, Leonardi CL, Gordon KB, Feldman SR.

Extended efalizumab therapy improve chronic

plaque psoriasis. J Am Acad Dermatology. 2003;

52(4): 425-33

30. Wiryadi BE. Epidemiologic data of psoriatic

patient in Dr. Cipto Mangunkusumo General

Hospital (2000-2001). Psoriasis CLEAR Study

Group inaugural meeting May 7, 2004, Singapore.

31. Lebwohl M. Psoriasis. Lancet. 2003; 361: 1197-

204

32. Sugianto R. Hubungan Umur dan Lama Sakit

terhadap Derajat Keparahan Penderita Psoriasis.

[Tesis] Semarang: Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro. 2009

33. Leonardi GL, Powers JL, Matheson RI, Goffe BS,

Zitruk R, Wang A, et al. Etanercept as

monotherapy in patients with psoriasis. N Engl J

Med. 2003; 349: 2014-22