JURNAL Febriansyah
-
Upload
yanuar-d-alvin -
Category
Documents
-
view
32 -
download
4
Transcript of JURNAL Febriansyah
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN (MHP) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (Student Teams Achievement Divisions) MELALUI VIDEO YOUTUBE SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN (Studi Pada Kelas X TL 3 SMK N 5 Jakarta)
ENHANCEMENT OF LEARNING USING MEASUREMENTS (MHP) COOPERATIVE LEARNING LEARNING MODEL WITH TYPE STAD (Student Teams Achievement Divisions) THROUGH
YOUTUBE VIDEO AS A LEARNING MEDIA(Studies in X TL 3 Class SMK N 5 Jakarta)
Febriansyah Dinar Nugraha 1), Bambang Dharmaputra 2)dan Massus Subekti 3)
1. Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta2. Dosen Universitas Negeri Jakarta3. Dosen Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Berdasarkan observasi awal di SMKN 5 Jakarta yang dilakukan selama Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) selama satu semester, peneliti melihat adanya perbedaan ketika peserta didik diberikan teori dengan praktik, siswa cenderung tidak memperhatikan ketika diberikan teori. Peserta didik kurang termotivasi, kurang aktif dan kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas. Keadaan ini mengakibatkan tidak efektifnya kegiatan pembelajaran. Penelitian yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa pada standar kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), dengan bantuan media video YouTube. Media video YouTube dimasukkan ke dalam modul yang nantinya tugas pembahasan dari hasil modul akan dibahas melalui LKS. Hasil penelitian pada siklus I rata-rata nilai siswa sebesar 72,22 tetapi ada 5 siswa yang nilai di bawah KKM. Hasil penelitian pada siklus II nilai siswa sebesar 78,50 masih ada 1 siswa yang nilai di bawah KKM. Hasil penelitian pada siklus III sebesar 87,10 tidak ada siswa yang nilai di bawah KKM. Angket siswa pada siklus I 24,52% siswa menyatakan sangat setuju dan 58,33% siswa menyatakan setuju, siklus II 26,67% siswa menyatakan sangat setuju dan 64% siswa menyatakan setuju, siklus III 31,43% menyatakan sangat setuju dan 56,43% siswa menyatakan setuju. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa merasa setuju (merasa puas) penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) melalui video YouTube sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar Menggunakan Hasil Pengukuran sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 70 pada kelas X TL 3 SMK Negeri 5 Jakarta.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Teams Achievement Divisions), YouTube, KKM
ABSTRACT
Based on preliminary observations in SMKN 5 Jakarta conducted during the Practice Experience (PPL) for one semester, researchers noticed a difference when students are given theory and practice, students tend to not pay attention when given theory. Learners are less motivated, less active and less enthusiastic about work. This situation resulted in ineffective learning activities. Research carried out aimed at improving learning outcomes and student mastery in Measurement Results Using competency standards. The method used in this research is a method of Classroom Action Research (CAR) using cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievement Divisions), YouTube videos with the help of the media. Media YouTube videos inserted into a module that will be the task of the discussion of the results will be discussed through the worksheet module. The results in the first cycle an average value of 72.22 students but there were 5 students who score below KKM. The results of the students in the second cycle of 78.50 still 1 students who score below KKM. The results for the third cycle 87.10 no students who score below KKM. Student questionnaire on the first cycle 24.52% of students strongly agreed and stated 58.33% of students agreed, cycle II 26.67% of students stated strongly agreed and 64% of students agreed, cycle III 31.43% said strongly agree and 56 , 43% of students agreed. Thus, it can be concluded that the students felt disagree (are satisfied) implementation of cooperative learning type STAD (Student Teams Achievement Divisions) via YouTube video as a medium of learning can improve learning outcomes in accordance with the Measurement Results Using Criteria Minimal mastery in class X is 70 TL 3 SMK 5 Jakarta.
Keywords: Learning Outcomes, Cooperative Learning STAD (Student Teams Achievement Divisions), YouTube, KKM
I. PENDAHULUAN
Sampai sekarang persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut telah dan terus dilakukan, mulai dari berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum secara periodik, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, sampai dengan
peningkatan mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih baik, menarik dan disukai oleh peserta didik. Guru dituntut dapat berperan aktif dalam dunia pendidikan sehingga memberikan peluang untuk guru mengembangkan kreativitasnya, dapat dilakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif. Selain itu, peserta didik mampu mengikuti kegiatan-kegiatan mengajar dengan baik, aktif dan menyenangkan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6, Standar Proses Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Selain standar proses pendidikan ada beberapa standar lain yang ditetapkan dalam standar nasional itu, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Munculnya penetapan standar-standar tersebut di atas, tiada lain didorong untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan yang selama ini jauh tertinggal oleh negara-negara lain. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Seperti yang telah dikutip dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 antara lain: “Agar dapat bekerja secara efektif dan
efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya, dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan
pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri.”1
Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri atau dunia usaha atau asosiasi profesi, substansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokkan dan diorganisasikan menjadi program normatif, adaptif, dan produktif. Menggunakan Hasil Pengukuran merupakan program produktif yaitu dasar kompetensi kejuruan yang mempunyai durasi waktu 140 jam, alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit.2 Kelompok produktif adalah mata pelajaran yang alokasi waktunya disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian, dan dapat diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain.
Berdasarkan observasi awal di SMKN 5 Jakarta yang dilakukan selama Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) selama satu semester, peneliti melihat adanya perbedaan ketika peserta didik diberikan teori dengan praktik, siswa cenderung tidak memperhatikan ketika diberikan teori. Peserta didik kurang termotivasi, kurang aktif dan kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas, pekerjaan rumah banyak yang tidak mengerjakan dengan berbagai alasan, ada juga yang mengerjakan dengan asal jadi saja. Keadaan ini mengakibatkan tidak efektifnya kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran Menggunakan Hasil Pengukuran, guru lebih cenderung menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional ini kurang memberikan hasil yang maksimal, peserta didik merasa jenuh, motivasi peserta didik menjadi rendah dan nilai yang diperoleh kurang maksimal, selain itu pembelajaran konvensional membuat peserta didik hanya duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal. Terbukti dapat dilihat pada (Tabel.1).
1 Departemen Pendidikan Nasional. 2006. “ Permendiknas nomor 22 tahun 2006.” 2 Departemen Pendidikan Nasional. 2006. “ Permendiknas nomor 22 tahun 2006.”
Tabel 1. Nilai Menggunakan Hasil Pengukuran (MHP) kelas X TL-3 semester 1 SMK Negeri 5 Jakarta tahun pelajaran 2011/2012
Nilai Siswa Keterangan33 1 3367 1 6768 1 6869 4 27670 1 7071 4 28472 4 28873 4 29274 5 37075 2 15076 3 22878 2 15681 1 81
Rata-rata 71,61
Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas X TL 3 hanya mendapatkan nilai 71,61. Nilai tersebut sangat kurang walaupun nilai rata-ratanya sudah di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 untuk nilai mata pelajaran produktif.
Munculnya istilah “classroom action research” atau penelitian tindakan kelas (PTK) sebenarnya diawali dari istilah “action research”atau penelitian tindakan. Secara umum, “action research” digunakan untuk menemukan pemecahan permasalahan yang dihadapi seseorang dalam tugasnya sehari-hari di mana pun tempatnya, baik di kantor, di rumah sakit, di kelas, maupun di tempat-tempat tugas lain.3
Siswa saat ini melihat dan mengkomunikasikan informasi melalui layar pribadi, termasuk monitor komputer, ponsel, komputer genggam dan televisi. Siswa belajar dan menyebarkan informasi melalui media baru seperti YouTube, situs foto dan alat-alat presentasi online yang menampilkan visual. Burke dan Synder mencatat bahwa saat ini bagi seorang pendidik sangat penting untuk
memiliki tingkat pengetahuan tentang teknologi berbasis elektronik agar lebih efektif untuk bergerak cepat dalam masyarakat kita.4 Ditambahkan pula bahwa teknologi YouTube menawarkan strategi pengajaran yang inovatif untuk digunakan oleh pendidik atau tenaga-tenaga pengajar di bidang pendidikan. Dimasukannya YouTube ke dalam pendidikan adalah cara yang mudah dan user-friendly untuk meningkatkan keterampilan kerjasama dan mengintegrasikan teknologi ke dalam pendidikan.
Adapun tujuan dari penelitian ini secara garis besar adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar melalui hasil pengukuran, untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa terhadap cara pembelajaran yang telah diberikan guru dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dengan menggunakan video Youtube sebagai media pembelajaran
Kegunaan pene;itian tersebut antara lain dapat digolongkan sebagai berikut bagi siswa hasil penelitian dapat digunakan untuk membantu pembelajaran peserta didik dalam upaya peningkatan hasil belajar dan dapat memotivasi siswa dalam belajar, bagi guru antara lain memberikan pemahaman dan langkah – langkah operasional kepada guru terkait variasi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai salah satu usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Dan bagi sekolah mendapat masukan serta pengetahuantentang penelitian tindakan kelas serta kualitas sekolah menjadi terangkat
Sejalan dengan berkembangnya penelitian dibidang pendidikan maka ditemukan model-model pembelajaran baru yang dapat meningkatkan interaksi siswa dalam proses belajar mengajar, yang dikenal dengan model pembelajaran kooperatif yaitu merupakan aktivitas pelaksanaan pembelajaran dalam
3 Masnur Muslich, Melaksanakan PTK Itu Mudah (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal.7
kelompok, yang saling berinteraksi satu sama lain, dimana pembelajaran adalah bergantung kepada interaksi antara ahli-ahli dalam kelompok, setiap siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di kelas dan juga di dalam kelompoknya.
II. BAHAN,KERANGKA BERPIKIR DAN METODE
Belajar merupakan suatu tindakan atau perilaku kompleks yang didalamnya terkandung beberapa Aspek, aspek tersebut adalah (1) bertambahnya jumlah pengetahuan , (2) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, (3) adaya penerapan pengetahuan, (4) menyimpulkan makna, (5) menafsirkan dan mengaitkan dengan nurani dan (6) adanya perubahan sebagai pribadi . Jadi pengertian Belajar yang dapat disimpulkan adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang relatif konstan .Guru mempunyai tugas mendorong membimbingdan memberikan pengajaran yang baik bagi siswa untuk mencapai tujuan. Kapasitas yang dmaksud bagi guru disini adalah berkaitan dengan metode pembelajaran yang digunakan sehingga mampu mengembangkan dan meningkatkan motivasi siswa. Metode pembelajaran adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penggunaaan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan alat motivasi ekstrimik dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.
II.II KERANGKA BERPIKIR
Proses pembelajaran dalam pendidikan memegang peranan penting untuk menambah ilmu pengetahuan keterampilan dan penerapan konsep diri. Keberhasilan belajar merupakan komponen utama yang didambakan dalam pelaksanaan pendidikan.
Guru sebagai salah satu media sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik dikelas. mengapa menggunakan YouTube? Youtube adalah video sharing yang memungkinkan pengguna meng-upload file ke server YouTube yang tersedia secara online. Video dapat berupa cuplikan acara publik, animasi, rekaman pribadi atau umum yang ingin posting dang membaginya ke khayalak ramai. Video dapat bersifat persuasif, menghibur informatif, atau murni video pribadi. Penggunaan YouTube dalam pendidikan membantu memperkenalkan teknologi untuk para siswa, berfungsi sebagai strategi pembelajaran alami bagi pelajar yang terbiasa menggunakan teknologi seperti YouTube sebagai strategi belajar.
Burke dan Synder menyatakan bagi siswa yang belum terbiasa menggunakan media ini, YouTube memberikan kesempatan pengalaman penggunaan teknologi baru atau teknologi yang akan memberikan mereka keterampilan berharga untuk karir masa depan
II.III METODE YANG DIGUNAKAN
Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi, berani menyampaikan pendapat bersosialisasi dengan teman dan terutama dapat menghargai pendapat orang lain. Selain itu juga dengan metode pembelajaran tipe STAD mengajak siswa aktif dalam kegiatan pembelajarannya dengan membentuk kelompok kecil yang membuat anggotanya saling berinteraksi.
Peneliti beranggapan bahwa pada matapelajaran dengan menggunakan pengukuran sangat tepat bila dilakukan
4 Sumarti Endah, “YouTube: Sumber Belajar Yang Inovatif Untuk Program Pendidikan Keperawatan”, Jurnal Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, (2012), hal. 1.
dengan metode pembelajaran tipe STAD dengan bantuan media video YouTube.
Strategi mengajar dengan YouTtube sangat interakting dan partisipatif serta dapat menarik minat siswa untuk belajar. Mengintegrasikan dan menggabungkan video YouTube kedalam semua aspek pendidikan merupakan penerapan komponen penting dari dunia web 2.0 yang dapat dilakukan dengan baik. Media video YouTube yang membahas pelajaran alat ukur listrik dimasukkan ke dalam modul yang nantinya tugas pembahasan dari hasil modul akan dibahas melalui LKS (Lembar Kerja Siswa).
Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat dari siswa, guru/guru kolaborator penelitian menggunakan instrumen berupa lembar evaluasi (pre test, post test, modul dan LKS), lembar observasi (lembar penilaian guru kolaborator, lembar pengamatan afektifitas siswa dan psikomotorik siswa) dan angket siswa. Kemudian dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, memberikan kepuasan siswa terhadap pembelajaran yang guru berikan dan meningkatkan nilai afektif serta psikomotorik siswa.
Menurut Suhardjono penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan atau action reserch yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi dikelas bukan pada input kelas (silabuus,materi,dll) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal hal yang terjadi di dalam kelas. Tujuan PTK adalah memecahkan masalah nyata yang terjadi didalam kelas. Secara terperinci tujuan PTK adalah meningkatkan mutu, misi, masukan, proses sertta hasil pendidikan di dalam kelas,
membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan diluar kelas. Menngkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. Menumbuh kembangkan budaya akademik di ingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap produktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
III. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, hasil belajar siswa kelas X TL-3 dari siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dipresentasikan melalui Tabel 2
Tabel 2. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III
No SiklusNilai
Pre test
Post test
Kelompok Jumlah
1. I 47,42 71,79 72,76 72,222. II 33,23 81,33 75,96 78,503. III 34,35 83,44 89,42 87,10
Dari (Tabel 2) menunjukan ada peningkatan dari nilai post test dan nilai kelompok. Penjumlahan nilai post test dengan nilai kelompok dari siklus I ke siklus II, dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan.
Peningkatan hasil belajar siswa kelas X TL-3 selama tiga siklus penelitian tindakan kelas, dapat lebih jelas terlihat melalui Gambar 1.
Pre Te
st
Post Te
st
Kelompok
Keteran
gan
020406080
100
Siklus ISiklus IISiklus III
Gambar 1. Grafik Hasil belajar siswa selama tiga siklus penelitian tindakan kelas
Hasil afektivitas siswa ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Data hasil pengamatan afektivitas dan psikomotorik siswa pada siklus I, II dan III
No. SiklusRata-rata Afektivitas
Siswa
Rata-rata Nilai Psikomotorik
1. I 50,54% 53,53%2. II 69,17% 75,83%3. III 81,78% 94,53%
0%30%60%90%
Siklus 1Siklus IISiklus III
Gambar 2. Hasil pengamatan afektivitas siswa dan psikomotorik siswa selama tiga siklus penelitian tindakan kelas
Dari (Gambar 2) menunjukkan ada peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, data siklus I menunjukkan 50,54% siswa aktif, siklus II menunjukkan 69,17% siswa aktif dan siklus III menunjukkan 81,78% siswa aktif. Serta adanya peningkatan psikomotorik siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, data siklus menunjukkan 53,53%, siklus II
menujukkan 75,53%, dan siklus III menunjukkan 94,53%.
IV. KESIMPULAN
1. Hasil penelitian pada siklus I rata-rata nilai
siswa sebesar 72,22 tetapi ada 5 siswa
yang nilai di bawah KKM. Hasil penelitian
pada siklus II nilai siswa sebesar 78,50
masih ada 1 siswa yang nilai di bawah
KKM. Hasil penelitian pada siklus III
sebesar 87,10 tidak ada siswa yang nilai di
bawah KKM. Jadi dapat di simpulkan
Model pembelajaran cooperative learning
tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) melalui video YouTube sebagai
media pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar Menggunakan Hasil
Pengukuran.
2. Angket siswa pada siklus I 24,52% siswa
menyatakan sangat setuju dan 58,33%
siswa menyatakan setuju, siklus II 26,67%
siswa menyatakan sangat setuju dan 64%
siswa menyatakan setuju, siklus III 31,43%
menyatakan sangat setuju dan 56,43%
siswa menyatakan setuju. Jadi dapat di
simpulkan sebagian besar siswa merasa
puas (sangat setuju) dengan model
pembelajaran cooperative learning tipe
STAD (Student Teams Achievement
Divisions) melalui video YouTube sebagai
media pembelajaran untuk belajar
melakukan menggunakan hasil
pengukuran.
3. Rata-rata pengamatan afektivitas siswa
pada siklus I sebesar 2,02 (cukup), pada
siklus II sebesar 3,03 (baik), dan pada
siklus III pertemuan 1 sebesar 3,63 (baik),
pertemuan 2 sebesar 3,94 (sangat baik)
siswa sebesar. Rata-rata pengamatan
psikomotorik siswa pada siklus I sebesar
2,13 (cukup), pada siklus II sebesar 3,03
(baik), dan pada siklus III pertemuan 1
sebesar 3,63 (sangat baik), siklus III
petemuan 2 sebesar 3,94 (sangat baik). Jadi
dapat di simpulkan model pembelajaran
cooperative learning tipe STAD (Student
Teams Achievement Divisions) melalui
video YouTube sebagai media
pembelajaran dapat meningkatkan nilai
afektif dan psikomotorik siswa.
V. DAFTAR PUSTAKA
Ali, Iqbal. “STAD (Student Team-
Achievement Divisions)”,
http://iqbalali.com/2010/01/31/stad-
student-teams-achievement-divisions/
(akses 18 Januari 2012)
Arikunto, Suharsimi., Suhardjono, Supardi.
2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. “
Permendiknas nomor 22 tahun 2006.”
Depdiknas. 2003. Modul Alat Ukur dan
Teknik Pengukuran. Yogyakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dimyati., Mudjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. 2007. Panduan Penyusunan
Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. 2008. Teknik Penyusunan
Modul. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
E. Salvin, Robert. 2005. Cooperative
Learning Teori, Riset, dan Praktis.
Narulita Yusron, penerjemah;
Zubaedi, editor. Bandung: Nusa
Media. Terjemahan dari: Cooperative
Learning: theory, research and
practice.
Endah, Sumarti. 2012. Youtube: Sumber
Belajar Yang Inovatif Untuk Program
Pendidikan Keperawatan. Jurnal
Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia,
hal. 1
Istiany, Ari, et.al. 2009. Buku Pedoman
Skripsi. Jakarta: FT UNJ Press.
Kusumah, Wijaya., Dwitagama. 2010.
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT. Indeks.
Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK
Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.
Siregar, Evelin., Hartini Nara. 2007. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Solomon, Gwen., Lynne Schrum. 2011. Web
2.0: Panduan Bagi Pendidik. Ririn
Sjafriani, penerjemah; Bambang
Sarwiji, editor. Jakarta: PT. Indeks.
Terjemahan dari: Web 2.0: How-to for
Education.
Tim Penyusun Naskah PLPG FIS UNJ. 2011.
Modul Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta.
Waluyanti, Sri., Djoko Santoso, Slamet, Umi
Rochyati. 2008. Alat Ukur dan Teknik
Pengukuran Jilid I dan II untuk SMK.
Vol:1. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional.
Widyantini, Th, 2008. Penerapan Pendekatan
Kooperatif Tipe STAD dalam
Pembelajaran Matematika SMP.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. Direktoral Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. Pusat
pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Matematika .
“Pengertian Media Pembelajaran”.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-
media-pembelajaran/ (akses 17
Agustus 2012)
“Lembar Kerja Siswa (LKS)”.
http://www.sarjanaku.com/2011/02/lk
s-lembar-kerja-siswa.html (akses 17
Agustus 2012)
“Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)”.
http://lenterakecil.com/pengertian-
lembar-kerja-siswa-lks/ (akses 17
Agustus 2012)