Jurnal Elisabeth BX Dasilva

27
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN STATUS PERSONAL HYGIENE PADA ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DAN SEDANG DI SLB NEGERI II YOGYAKARTA Disusun untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta Disusun oleh ELISABETH B X DASILVA 08130454 PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

Transcript of Jurnal Elisabeth BX Dasilva

Page 1: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN STATUS PERSONAL HYGIENE PADA ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN

DAN SEDANG DI SLB NEGERI II YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar SarjanaProgram Studi S1 Ilmu Keperawatan

Universitas Respati Yogyakarta

Disusun oleh

ELISABETH B X DASILVA08130454

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATIYOGYAKARTA

2012

Page 2: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

ii

Page 3: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

ASSOCIATION BETWEEN REARING PATTERN OF PARENTS AND PERSONAL HYGIENE STATUS OF CHILDREN WITH SLIGHT AND

MEDIUM MENTAL RETARDATION AT SLB NEGERI II YOGYAKARTA

Elisabeth B X Dasilva1, Sri Hendarsih2, Sri Rahayu3

ABSTRACT

Background: Mentally retarded children are children are children that have intellectual as well as behavioral limitation and retardation including in aspect of personal hygiene. Most of parents leave personal hygiene of children to baby sitter or child minder. Self care of mentally retarded children in doing personal hygiene requires guidance and support of parents through rearing pattern. Preliminary study at SLB/CI Negeri II Yogyakarta reveals the children have untidy hair, dirty nails and do not clean their mouth after eating.Objective: To identify association between rearing pattern of parents and personal hygiene status of children with slight and medium mental retardation at SLB Negeri II Yogyakarta.Method: The study was descriptive correlation with cross sectional design. Population of the study comprised children with slight and medium mental retardation at SLB Negeri II Yogyakarta and parents as many as 47 people. Samples were taken through total sampling. The study was carried out from November 2011 to July 2012. Data were obtained through questionnaire and analyzed using chi square.Results: Rearing pattern of parents to mentally retarded children at SLB Negeri II Yogyakarta was mainly positive. Status of personal hygiene was adequate. The result of chi square analysis showed score of significance was 0.004 (p<0.05).Conclusion: There was association between rearing pattern of parents and status of personal hygiene of mentally retarded children slight and medium mental retardation at SLB Negeri II Yogyakarta.

Keywords: Rearing pattern, personal hygiene, mental retardation

1 Student of Bachelor’s Degree of Nursing Study of Respati University of Yogyakarta2 Health Polytechnic, Yogyakarta 3 Health UNRIYO

iii

Page 4: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dengan dicanangkannya Keluarga Kecil Sejahtera (KKS) dalam rangka menunjang perkembangan nasional

dan manusia Indonesia seutuhnya, maka diperlukkan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas anak. Anak

adalah individu yang unik, karena faktor genetik dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian

kemampuan perkembangannya juga berbeda, tetapi akan tetap menurut patokan umum. Anak retardasi mental

adalah tingkat fungsi intelektual yang secara signifikan berada dibawah rata-rata sebagaimana diukur oleh tes

intelegensi yang dilaksanakan secara individual. (1)

Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak, tempat anak pertama kali berinteraksi

dengan orang lain. Salah satu fungsi keluarga adalah pemenuhan kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan fisik yang

meliputi pemenuhan gizi, perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, kebersihan diri, lingkungan dan

rekreasi. Dalam pemenuhan kebutuhan perawatan kesehatan dan kebersihan diri, yaitu untuk mencegah terjadinya

gangguan kesehatan. Faktor yang menyebabkan anak Retardasi Mental ringan dan sedang kurang merawat

kebersihan dirinya adalah kemampuan IQnya terhambat, sehingga mempengaruhi kemampuan dalam menjaga dan

merawat kebersihan dirinya.(2)

Studi pendahuluan yang dilakukan penelitian, peneliti memutuskan untuk memilih lokasi penelitian di SLB

Negeri II Yogyakarta karena jumlah populasi mencukupi dan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan

peneliti dengan kepala sekolah SLB Negeri II Yogyakarta, kegiatan yang dilakukan untuk kebersihan diri pada

siswa SLB yang mengalami retadasi mental ringan dan sedang berupa membina diri yaitu setiap hari diajarkan

menyikat gigi, menyisir rambut dan lain-lain. Sedangkan dari hasil observasi peneliti, siswa-siswi SLB/CI Negeri II

Yogyakarta keadaan rambut tidak rapih, kuku anak kotor, sehabis makan anak tidak membersihkan mulutnya. Anak

mau berinteraksi dengan peneliti walaupun peneliti kurang memahami apa yang disampaikan.

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti ”Hubungan antara pola asuh

orang tua dengan status personal hygiene pada anak retardasi mental ringan dan sedang di SLB Negeri II

Yogyakarta”

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “Apakah

ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan status personal hygiene pada anak retardasi mental ringan dan

sedang di SLB Negeri II Yogyakarta”

1

Page 5: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara pola asuh orang tua pada anak retardasi mental ringan dan sedang di SLB

Negeri II Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya pola asuh anak Retardasi mental ringan dan sedang di SLB Negeri II Yogyakarta.

b. Diketahuinya status personal hygiene anak Retardasi Mental ringan dan sedang di SLB Negeri II

Yogyakarta.

Manfaat Penelitian

a. Bagi SLB Negeri II Yogyakarta

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru untuk membantu meningkatkan status personal

hygiene dengan memberikan pengarahan kepada orang tua untuk selalu menjaga kebersihan diri khususnya

bagi anak retardasi mental ringan dan sedang.

b. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber masukan informasi kesehatan khususnya tentang pola

asuh orang tua dan personal hygiene pada retardasi mental bagi peneliti lain dan dapat juga digunakan

sebagai dasar penelitian dan pengalaman untuk penelitian lebih lanjut.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukkan yang dapat digunakan dalam mendidik, membina, dan mengasuh anak retardasi

mental serta orang tua, khususnya dapat mengajarkan dan memberikan asuhan keperawatan untuk

meningkatkan status kesehatan anak dengan retardasi mental ringan dan sedang

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode penelitian cross

sectional atau potong lintang dimana variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek

penelitian diukur dan dikumpulkan secara stimulan (dalam waktu yang bersamaan).(3)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Dilaksanakan pada tanggal 19 Maret – 30 April 2012 bertempat di SLB Negeri II Yogyakarta.

2

Page 6: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak retardasi mental ringan dan sedang di SLB Negeri II

Yogyakarta serta orang tua sebanyak 47 orang.(4)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak retardasi mental ringan dan sedang di SLB Negeri II

Yogyakarta serta orang tua sebanyak 47 orang. Adapun teknik pengambilan sampel (sampling) yaitu dengan

total sampling atau sampel jenuh yaitu dengan cara mengambil semua anggota populasi untuk dijadikan sampel

penelitian.(4) Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi yaitu bersedia menjadi

responden.

Variabel Penelitian

a. Variabel bebas (independent variabel) dalam penelitian ini adalah Pola asuh orang tua

b. Variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah Status Personal Hygiene.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data tentang pola asuh orang tua diambil langsung dari responden yang

telah memenuhi kriteria inklusi dengan mengisi kuesioner pada tanggal 19 Maret – 30 April 2012. Sedangkan

data status personal hygiene diambil melalui observasi terhadap murid SLB/CI Negeri II Yogyakarta. Para

orang tua yang bersedia menjadi responden dan sesuai dengan kriteria inklusi dalam penelitian ini kemudian

mengisi kuisioner dengan memberikan tanda centang (√) pada pernyataan pilihan responden yang terdapat

dalam kuisioner.(5)

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa bagian yang terkait. Dalam penelitian ini, data

diperoleh dari bagian kepegawaian SLB Negeri II Yogyakarta yaitu data tentang jumlah anak SLB Negeri II

Yogyakarta.(6)

3

Page 7: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar kuisioner

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan diisi oleh responden yang

bersedia mengikuti penelitian atau responden yang masuk dalam kriteria inklusi. Dibuat dalam bentuk skala

likert 1-4 yang terdiri atas pernyataan Favourable yaitu pernyataan yang bersifat positif dan pernyataan

unfavourable yaitu pernyataan yang bersifat negatif. Favourable jika jawaban Selalu (SL) diberi skor 4, Sering

(SR) diberi skor 3, Kadang-Kadang (KK) diberi skor 2, Tidak Pernah (TP) diberi skor 1 dan unfavourable bila

jawaban Selalu (SL) diberi skor 1, Sering (SR) diberi skor 2, Kadang-Kadang (KK) diberi skor 3 dan Tidak

Pernah (TP)diberi skor 4.

Dengan menggunakan skala pengukuran nominal dengan kategori skor :

Positif : ≥ 60%

Negatif : < 60% (7)

2. Checklist observasi

Berjumlah 13 item meliputi macam-macam personal hygiene.

Skoring dalam checklist observasi perilaku caring yaitu:

a) YA dengan skor 1 ; jika pertanyaan sesuai yang ada dalam checklist observasi.

b) TIDAK dengan skor 0 ; jika pertanyaan tidak sesuai yang ada dalam checklist observasi.

Skala pengukuran pada variabel ini adalah skala ordinal dengan kriteria :

Baik : skor 76%-100%

Cukup : skor 40%-75%

Kurang : skor ≤ 40% (7)

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji validitas

Menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Pearson, dikenal dengan rumus korelasi product

moment.(3)

Uji validitas dilaksanakan pada tempat berbeda namun memiliki karakteristik yang sama dengan

populasi tempat peneliti melakukan penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di SLB CI Darma Rena

Ring Putra I Yogyakarta karena memilki karakteristik yang sama dengan SLB Negeri II Yogyakarta.

Dilakukan pada tanggal 1 Maret 2012 dengan menggunakan kuisioner dengan menggunakan kuisioner pola

asuh orang tua yang berisikan 25 butir pernyataan yang diberikan kepada 25 orang responden.

4

Page 8: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

Hasil analisa menggunakan program SPSS 16.00, dari 25 pernyataan pola asuh orang tua diperoleh 8

pernyataan dinyatakan tidak valid, sedangkan 17 pernyataan lainnya dinyatakan valid. Dari 7 item yang tidak

valid dimodifikasi untuk digunakan lagi dalam penelitian tanpa melakukan uji validitas ulang berhubung

adanya keterbatasan waktu dari peneliti. Item dimodifikasi karena memuat pernyataan yang mewakili isi dari

kuisioner. Pada 25 pernyataan pola asuh orang tua yang valid karena r hitung lebih besar dari r tabel dimana

nilai dari r tabel adalah = 0.396.

2. Uji reliabilitas

Untuk mengetahui reliabilitas dilakukan dengan cara melakukan uji Alpha, diperoleh hasil reliabilitas untuk

kuisioner motivasi kerja perawat sebesar 0.835 yang menurut Chronbach’s Alpha termasuk karena nilainya

lebih dari 0.6.

Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan data.

Langkah-langkah dalam rencana pengolahan data meliputi:

a. Penyuntingan (editing)

Dilakukan dengan memeriksa kembali data-data yang diperoleh, kelengkapan data dari kuisioner yang

diberikan kepada responden. dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul,

memeriksa data, menghindari hitungan atau perhitungan yang salah, memeriksa jawaban, pada tahap ini

tidak dilakukan pergantian atau penafsiran jawaban.

b. Pengkodean (coding)

Dilakukan dengan pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama

dalam bentuk angka-angka yang memberikan identitas dan petunjuk pada suatu informasi atau data yang

akan dianalisis. Untuk memudahkan dalam proses pembacaan yang terdiri atas pernyataan favorable dan

unfavorable dengan ketentuan dalam pernyataan Favourable jika jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 4,

Setuju (S) diberi skor 3, Ragu-ragu (RR) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi skor 1. Sedangkan

unfavourable bila jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 4, Ragu-ragu (RR) diberi skor 3, Setuju (S) diberi

skor 2 dan Sangat Setuju (SS) diberi skor 1.

c. Transfer data (transferring)

Dilakukan dengan memindahkan jawaban dari responden dalam bentuk kode ke dalam master table

program SPSS 16.00.

d. Tabulasi (tabulating)

Dilakukan dengan mengkoding dan mengelompokkan data sesuai dengan variabel yang diteliti.

5

Page 9: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

2. Teknik analisis data

a. Analisis univariat

Digunakan untuk menghitung distribusi frekuensi gambaran karakteristik, variabel bebas (pola asuh

orang tua) dan variabel terikat (status personal hygiene di SLB Negeri II Yogyakarta).(7)

b. Analisis bivariat.

Digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (pola asuh orang tua) dan variabel

terikat (status personal hygiene). Teknik statistik untuk analisis hubungan menggunakan analisa Chi-

square. Analisa data menggunakan program SPSS 16.0.

Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi (ρ) yaitu 0,05. Artinya apabila hasil uji statistik

menunjukkan taraf signifikansi (ρ) < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara pola

asuh orang tua dengan status personal hygiene. Apabila sebaliknya taraf signifikansi (ρ) > 0,05 maka Ho

diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan status personal hygiene.(7)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Orang Tua

Pada penelitian ini meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Orang Tua Murid di SLB Negeri II Yogyakarta.

No Karakteristik Distribusi N %1 Umur 30 - 40 tahun 10 21,3

41 - 50 tahun 29 61,751 - 60 tahun 8 17,0Total 47 100

2 Pendidikan Tidak Sekolah 1 2,1SD 4 8,5SLTP 12 25,5SLTA 25 53,2Perguruan Tinggi 5 10,6Total 47 100

3 Pekerjaan Wiraswasta 10 21,3Pedagang 7 14,9PNS 4 8,5IRT 18 38,3Pegawai Swasta 8 17,0Total 47 100

Sumber : Data Primer, 2012

6

Page 10: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua responden di SLB Negeri II

Yogyakarta mempunyai umur 41-50 tahun sebanyak 29 orang (61,7%) dengan mayoritas pendidikan adalah

SLTA yaitu sejumlah 25 orang (53,2%). Berdasarkan pekerjaan diketahui mayoritas pekerjaan orang tua adalah

ibu rumah tangga yaitu sebanyak 18 orang (38,3%).

b. Karakteristik Anak RM

Pada penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, dan jenis Retardasi Mental. Hasil analisis karakteristik

responden penelitian disajikan pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Anak Retardasi Mental Ringan dan Sedang di SLB Negeri II Yogyakarta

No Karakteristik Distribusi N %1 Umur 6 - 10 tahun 10 21,3

11 - 15 tahun 24 51,116 - 20 tahun 13 27,7Total 47 100

2 Jenis Kelamin Laki - Laki 33 70,2Perempuan 14 29,8Total 47 100

3 Jenis RM Ringan 5 10,6Sedang 22 89,4Total 47 100

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua responden di SLB Negeri II

Yogyakarta mempunyai umur 41-50 tahun sebanyak 29 orang (61,7%) dengan mayoritas pendidikan adalah

SLTA yaitu sejumlah 25 orang (53,2%). Berdasarkan pekerjaan diketahui mayoritas pekerjaan orang tua adalah

ibu rumah tangga yaitu sebanyak 18 orang (38,3%).

2. Analisis Univariat

a. Pola asuh orang tua anak SLB Negeri II Yogyakarta

Tabel 4.3 Distribusi Pola asuh orang tua murid di SLB Negeri II Yogyakarta

Pola asuh orang tua N %

Negatif 15 31,9

Positif 32 68,1

Jumlah 47 100

Sumber : Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pola asuh orang tua sebagian besar adalah positif yaitu

sebanyak 32 responden (68,1%). Sedangkan pola asuh orang tua pada anak retardasi mental di SLB Negeri II

Yogyakarta dengan kategori negatif yaitu sebanyak 15 responden (31,9%).

7

Page 11: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

b. Status personal hygiene murid SLB Negeri II Yogyakarta

Tabel 4.4 Distribusi Status Personal Hygiene Di SLB Negeri II Yogyakarta

Status Personal Hygiene

N Persentase (%)

Kurang 3 6,4

Cukup 34 72,3

Baik 10 21,3

Total 47 100

Sumber: Data Primer, 2012

Dari tabel 4.4, dapat diketahui status personal hygiene yang dilakukan orang tua kepada anak retadasi

mental di SLB Negeri II Yogyakarta mayoritas memiliki status personal hygiene cukup yaitu sebanyak 34

responden (72,3%), kemudian yang memiliki status personal hygiene kurang yaitu sebanyak 3 responden

(6,4%), dan responden yang memiliki status personal hygiene baik yaitu sebanyak 10 responden (21,3%).

3. Analisis Bivariat

Dari data penelitian yang diperoleh di SLB Negeri II Yogyakarta tentang pola asuh orang tua dan status

personal hygiene, berikut ini adalah hasil olah analisa bivariat antara kedua variabel yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Status Personal Hygiene Di SLB Negeri II Sumber: Data Primer, 2012

8

Pola AsuhStatus personal hygiene

P-ValueKurang Cukup Baik Total

f % f % f % f %

Negatif 3 6,4 12 25,5 0 0,0 15 31,90,004

Positif 0 0,0 22 46,8 10 21,3 32 68,1

Total 3 6,4 34 72,3 10 21,3 47 100,0

Page 12: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

Dari tabel 4.5, dapat dijelaskan bahwa orang tua yang memiliki pola asuh negatif dan status personal

hygiene kurang sebanyak 3 orang (6,4%), kemudian yang memiliki status personal hygiene cukup sebanyak 12

orang (25,5%) dan tidak ada yang memiliki status personal hygiene baik. Sedangkan tidak ada orang tua yang

memiliki pola asuh positif dan status personal hygiene kurang, kemudian dari pola asuh positif ini yang

memiliki status personal hygiene cukup sebanyak 22 orang (46,8%) dan yang memiliki status personal hygiene

baik sebanyak 10 orang (21,3%).

Hasil Uji Korelasi Chi-square diperoleh ρ-value adalah 0.004 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 yang

berarti ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua pada anak retardasi mental di SLB Negeri II

Yogyakarta dengan status personal hygiene

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pola Asuh Anak Retardasi Mental

Hasil penelitian ini menunjukkan pola asuh anak retardasi mental di SLB Negeri II Yogyakarta sebagian

besar (68,1%) dalam kategori positif. Hasil ini dapat diartikan bahwa orang tua telah mampu menerapkan pola

asuh yang baik pada anak. Pola asuh yang tepat akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pola asuh merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu

ke waktu. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua mencakup perilaku mengasuh, merawat, memenuhi

kebutuhan makanan bergizi dan pemenuhan akan kasih sayang. Pola asuh didalamnya juga mengandung unsur

pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis pada anak.(8)

Pola asuh positif orang tua dalam pengasuhan personal hygiene pada anak retardasi mental dapat

diartikan bahwa orang tua telah menunjukkan perannya dalam mengajarkan, mendidik dan membimbing anak

untuk melakukan personal hygiene. Selain itu orang tua juga telah mampu memenuhi kebutuhan akan sarana

penunjang. Keluarga penderita retardasi mental mempunyai peran penting dalam meningkatkan kompetensi dan

harga diri sambil mempertahankan harapan yang realistis pada anak retardasi mental. Anak retardasi mental

memerlukan pola asuh yang tepat serta dukungan dari keluarga. Hal ini disebabkan karena keluarga merupakan

lingkungan yang paling dekat dengan anak, tempat anak pertama kali berinteraksi dengan orang lain.(9)

Penerapan pola asuh yang baik dari orang tua kepada anak dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya

adalah pendidikan, lingkungan dan budaya. Faktor tersebut memberikan pengaruh pada orang tua untuk

memilih dan menerapkan pola asuh yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak. Pola pengasuhan yang tepat

sangat diperlukan agar mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara maksimal.(10)

Dilihat dari karakteristik tingkat pendidikan orang tua dalam penelitian ini diketahui, mayoritas orang

tua berpendidikan SLTA yaitu sebesar (53,2%). Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap

terbentuknya pola pikir yang terbuka terhadap hal baru. Orang tua dengan pendidikan SLTA telah mempunyai

pola pikir yang baik sebagai hasil dari proses pendidikan formal yang dijalaninya sehingga mempengaruhi

perilaku dalam pengasuhan anak.

9

Page 13: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

Orang tua akan bisa memilih dan menerapkan pola asuh yang tepat sesuai dengan kebutuhan anaknya.

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalamanya sangat berpengaruh dalam mengasuh anak.(10)

Berdasarkan karakteristik pekerjaan responden diketahui mayoritas pekerjaan orang tua adalah ibu

rumah tangga yaitu sebesar (38,3%). Orang tua yang berstatus sebagai ibu rumah tangga mempunyai

keleluasaan waktu untuk memberikan perhatian kepada anaknya yang mengalami keterbatasan mental serta

menambah informasi tentang pola asuh kepada anak melalui berbagai sumber informasi atau berkonsultasi

kepada ahli. Hal ini akan membentuk wawasan yang luas pada orang tua dan mendukung orang tua untuk

menerapkan pola asuh yang tepat. Orang tua akan mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam

mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat di sekitarnya dalam mengasuh anak karena pola-pola tersebut

dianggapnya berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua yang berstatus sebagai ibu rumah

tangga dapat meluangkan waktu yang cukup dalam memberikan perhatian kepada anaknya yang mengalami

keterbatasan mental.(10)

Pola asuh yang diterapkan orang tua mempunyai peran penting dalam perkembangan anak retardasi

mental. Melalui pola asuh yang baik, orang tua dapat memberikan pengasuhan, bimbingan, pemenuhan

kebutuhan serta kasih sayang kepada anak. Penerapan pola asuh yang baik juga akan mendukung dalam

pemenuhan kebutuhan perawatan kesehatan dan kebersihan diri, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan. Sesuai dengan pendapat pola asuh orang tua dapat mendukung dan mengembangkan potensi anak

seoptimal mungkin.(9)

2. Status Personal Hygiene Anak Retardasi Mental

Hasil penelitian ini menunjukkan status personal hygiene anak retardasi mental di SLB Negeri II

Yogyakarta sebagian besar (72,3%) dalam kategori cukup. Hasil ini dapat diartikan bahwa anak belum

mempunyai kemampuan dan kemandirian secara penuh untuk melakukan personal hygiene. Anak retardasi

mental masih banyak bergantung dan memerlukan dukungan dari orang lain seperti dari orang tua maupun

pengasuhnya.

Personal hygiene merupakan bentuk perilaku kesehatan untuk menjaga dan merawat kebersihan dirinya.

Personal hygiene dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan seseorang, memelihara kebersihan

diri seseorang, memperbaiki personal hygiene yang kuarang, mencegah penyakit, meningkatkna percaya diri

seseorang, mendapat keindahan (Potter dan Perry, 2005). Personal hygiene penting dilakukan oleh siapa saja

termasuk anak yang mengalami retardasi mental.

Seperti halnya anak normal, anak retardasi mental juga diupayakan untuk mampu melakukan personal

hygiene secara mandiri. Keterbatasan yang ada pada anak retardasi mental mencakup keterbatasan secara

intelektual maupun tingkah laku, keterbatasan ketrampilan konseptual, sosial, dan perilaku adaptasi

menyebabkan anak mengalami perkembangan yang lambat dibandingkan dengan anak sebayanya termasuk

dalam melakukan personal hygiene. Dalam melakukan personal hygiene, anak retardasi mental membutuhkan

adanya dukungan dan bantuan dari orang lain.

10

Page 14: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

Faktor yang menyebabkan anak retardasi mental ringan dan sedang kurang merawat kebersihan dirinya

adalah kemampuan IQ-nya terhambat, sehingga mempengaruhi kemampuan dalam menjaga dan merawat

kebersihan dirinya.(2)

Personal hygiene menunjuk pada perilaku kebersihan diri yang di dalamnya mencakup berbagai

tindakan dan perilaku sebagai bentuk upaya untuk menjaga dan memelihara kebersihan diri. Personal hygiene

dalam kehidupan sehari-hari meliputi perilaku untuk memelihara kebersihan rambut, mata, mulut dan gigi,

kuku, kulit, kaki dan kebersihan genetalia. Kemampuan personal hygiene pada anak retardasi mental

menunjukkan kesanggupan anak retardasi mental untuk melakukan semua aktivitas yang menyangkut upaya

menjaga kebersihan tubuh. Kemampuan dan kesanggupan tersebut sangat dipengaruhi oleh dukungan orang tua,

stimulasi yang diberikan serta pembiasaan dan bimbingan orang tua pada anak untuk melakukan personal

hygiene secara mandiri.(11)

Hasil penelitian dengan hasil status personal hygiene pada anak retardasi mental masih dalam kategori

cukup menunjukkan bahwa kemampuan anak untuk melakukan personal hygiene perlu untuk ditingkatkan. Hal

yang harus dilakukan adalah dengan mengajarkan dan membimbing anak melakukan personal hygiene. Selain

itu anak memerlukan stimulasi yang dilakukan secara terus-menerus agar dapat meningkatkan kemandirian

anak dalam melakukan personal hygiene. Selain itu perlu juga untuk membiasakan anak melakukan personal

hygiene secara mandiri dengan tetap mengawasi sehingga ketergantungan anak terhadap orang tua atau

pengasuhnya dalam melakukan personal hygiene dapat berkurang. Pemenuhan kebutuhan serta bimbingan yang

diberikan orang tua untuk perawatan kesehatan dan kebersihan diri akan meningkatkan kemampuan personal

hygiene anak.(12)

3. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Status Personal Hygiene Pada Anak

Retardasi Mental

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua pada anak

retardasi mental di SLB Negeri II Yogyakarta dengan status personal hygiene. Didukung dari hasil analisis uji

Chi Square diperoleh nilai signifikan sebesar 0,004 (p<0,05). Hasil ini dapat diartikan bahwa pola asuh orang

tua memberikan kontribusi yang signifikan dengan status personal hygiene anak retardasi mental. Orang tua

yang menerapkan pola asuh positif pada anak retardasi mental akan mendukung tercapainya status personal

hygiene menjadi baik.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa melalui pola asuh positif yang diterapkan orang tua telah mampu

mengajarkan anak, membimbing, mendukung dan membiasakan anak untuk berperilaku personal hygiene.

Perilaku tersebut mencakup pemeliharaan terhadap kebersihan diri yaitu kebersihan rambut, mata, telinga,

mulut dan gigi, kuku, kulit, kaki dan genetalia. Pola asuh positif orang tua menunjukkan orang tua tidak lagi

menyerahkan sepenuhnya perawatan kesehatan dan kebersihan diri anak pada pengasuh atau pembantu,

melainkan orang tua mengupayakan agar anak mempunyai kemandirian untuk melakukan personal hygiene.

Keluarga yang dapat menjalankan perannya secara optimal dapat memandirikan anak retardasi mental dalam

hal memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.(12)

11

Page 15: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

Pola asuh positif juga menunjukkan kemampuan orang tua dalam memberikan fasilitas kepada anak

retardasi mental dalam personal hygiene. Anak kebutuhan khusus dalam hal tertentu membutuhkan sarana dan

fasilitas yang berbeda dibandingkan dengan anak normal. Orang tua dengan pola asuh positif akan lebih peka

dalam memenuhi kebutuhan anak, sehingga akan mendukung peningkatan status personal hygiene pada anak

retardasi mental. Salah satu fungsi keluarga adalah pemenuhan terhadap kebutuhan dasar termasuk pemenuhan

terhadap perawatan kesehatan dasar.(12)

Keluarga terutama orang tua merupakan tempat belajar yang pertama dan utama bagi anak retardasi

mental termasuk belajar melakukan personal hygiene. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya berada di

tengah-tengah keluarga, sehingga pola asuh orang tua dalam mempunyai kontribusi signifikan terhadap

personal hygiene anak retardasi mental. Banyak faktor yang mempengaruhi personal hygiene seseorang antara

lain lingkungan, dan pola asuh orang tua.(12)

Hasil penelitian ini diketahui sebagian besar orang tua yang menerapkan pola asuh positif anaknya

mempunyai status personal hygiene cukup sebesar (46,8%). Hal ini dapat dijelaskan bahwa anak retardasi

mental memerlukan mengasuhan, bimbingan dan dukungan yang terus berkelanjutan karena anak retardasi

mental mempunyai keterbatasan dalam penyesuaian diri dan beradaptasi termasuk untuk mencapai kemandirian

dalam memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Didukung dengan pendapat yang menyebutkan anak retardasi

mental mempunyai keterbatasan penyesuaian diri, dan dengan adanya dukungan yang tepat dan terus-menerus

fungsi kehidupan individu dengan retardasi mental biasanya akan membaik (American Association on Mental

Retardation, 2002).

Terdapat kesamaan hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Lestari,

hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan

sosialisasi anak reterdasi mental di Panti Asih Pakem Seleman Yogyakarta. (13). Hasil penelitian Eka,

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi

anak retardasi mental di SLB.(14). Negeri II Gondomanan Yogyakarta. Kesamaan hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pola asuh orang mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan anak

termasuk perkembangan berbahasa, bersosialisasi serta kemandirian dalam melakukan personal hygiene.

Hasil penelitian ini berimplikasi bahwa sangat penting bagi orang tua untuk menerapkan pola asuh

positif pada anak retardasi mental untuk mendukung tercapainya kemampuan personal hygiene pada anak.

Tercapainya kemampuan personal hygiene pada anak retardasi mental membutuhkan adanya bimbingan,

pelatihan, dan bantuan yang tepat sehingga akan membuat anak bisa mandiri. Hal tersebut dapat dicapai melalui

penerapan pola asuh positif. Perawatan dan pemeliharaan anak reterdasi mental menggunakan pola asuh yang

tepat dapat mengembangkan potensi anak seoptimal mungkin.(9)

12

Page 16: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah adanya suatu kendala yang berada diluar kemampuan dari

peneliti sehingga peneliti tidak dapat memperoleh jumlah sampel sesuai yang diharapkan oleh peneliti dan

jumlah sampel yang kurang tidak dapat diganti. Sedangkan kelemahan dari penelitian ini peneliti tidak

melakukan observasi langsung terhadap orang tua dalam melakukan pola asuh tentang personal hygiene

terhadap anak retardasi mental ringan dan sedang.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan status personal hygiene pada anak

retardasi mental ringan dan sedang di SLB Negeri II Yogyakarta.

2. Mayoritas pola asuh orang tua pada anak retardasi mental ringan dan sedang di SLB Negeri II Yogyakarta

dalam kategori positif.

3. Mayoritas status personal hygiene pada anak Retardasi Mental ringan dan sedang di SLB Negeri II

Yogyakarta dalam kategori cukup.

2. Saran

1. Bagi SLB Negeri II Yogyakarta

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru untuk membantu meningkatkan status personal

hygiene dengan memberikan pengarahan kepada orang tua untuk selalu menjaga kebersihan diri khususnya

bagi anak retardasi mental ringan dan sedang.

2. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber masukan informasi kesehatan khususnya tentang pola

asuh orang tua dan personal hygiene pada retardasi mental bagi peneliti lain dan dapat juga digunakan

sebagai dasar penelitian dan pengalaman untuk penelitian lebih lanjut.

13

Page 17: Jurnal Elisabeth BX Dasilva

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukkan yang dapat digunakan dalam mendidik, membina, dan mengasuh anak retardasi

mental serta orang tua, khususnya dapat mengajarkan dan memberikan asuhan keperawatan untuk

meningkatkan status kesehatan anak dengan retardasi mental.

4. Bagi Ilmu Keperawatan

Sebagai bahan masukkan dan kajian dalam mengembangkan ilmu keperawatan khususnya pada keperawatan

anak yang difokuskan pada pola asuh keluarga tentang personal hygiene terhadap status personal hygiene

anak retardasi mental.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih, 2006. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC2. Muttaqin, Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :

Salemba Medika3. Notoatmojodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta4. Sabri Luknis dan Hastono Sosanto, 2006. Statistik Kesehatan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta5. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta6. Azwar, S, 2001. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar7. Arikunto, 2006. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta8. Riyadi S, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu9. Kaplan dan Sadock, 2007. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatrik Klinik. Edisi 7.Jakatra :

Binapura Aksara10. Wong, Dona L, 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s Essential of Pediatric Nursing). Edisi 6.

Jakarta : EGC 11. Potter, P & Perry, A.G. 2005. Buku Anjar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktek. Edisi

Empat. Jakarta : EGC12. Muttaqin, Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :

Salemba Medika13. Lestari, 2004 Hubungan antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental

di Panti Asih pakem Seleman Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta14. Eka, 2004. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental di SLB

Negeri II Gondomanan Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

14