Jurnal DINA Dr Setyoko

24
JOURNAL JOURNAL READING READING Dina Setya ningsih 01.208.5634

description

interna translate jurnal

Transcript of Jurnal DINA Dr Setyoko

JOURNAL JOURNAL READINGREADING

Dina Setyaningsih01.208.5634

Metabolic Syndrome Frequency in Inflammatory

Bowel DiseaseElif Yorulmaz, Guspe Adali, Hatice Yorulmaz, Celal Ulasoglu,

Guralp Tasan, Ilyas Tuncer

Department of Gastroenterology, Goztepe, Training and Research Hospital, Department of Nursing, Halic University School of Nursing, Istanbul, Turkey

ABSTRACT0Latar Belakang/Tujuan : Sindrom Metabolik adalah kondisi kilinis yang

dikarakteristikkan dengan obesitas sentral, peningkatan kadar trigliserida, LDL, gangguan kadar gula darah puasa, dan hipertensi. Sedikit data yang menunjukkan prevalensi dari sindrom metabolik pada pasien dengan Inflammatory Bowel Disease (IBD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dari sindrom metabolik di Turki secara cohort pada pasien dengan IBD dan hubungan antara Resistensi Insulin (IR) dan parameter sindrom metabolik pada populasi ini.

TUJUAN PENELITIAN

BAHAN dan METODE

HASIL PENELITIAN

0Tidak ada perbedaan secara signifikan antara durasi menderita IBD, gender, dan frekuensi sindroma metabolik.

0Frekuensi pasien dengan sindrom metabolik lebih tinggi n=34 (29.5%) dengan UC dibandingkan pasien n=11 (17.7%) dengan CD (p<0.01). Sindrom metabolik dideteksi pada 12 dari 117 pasien (10.3%) dengan IBD, dibawah usia 45 tahun, dan 33 dari 60 pasien (55%) berusia diatas 45 tahun.

0Kebiasan merokok lebih tinggi pada pasien CD daripada UC, walaupun tidak ada perbedaan dalam penggunaan alkohol

0Nilai lingkar perut pada UC lebih tinggi dibandingkan CD

0Pada pasien UC; TD, BMI, Kolesterol total, LDL, dan level HOMA lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan pasien CD

0Terdapat korelasi poitif antara BMI dan LP pada pasien dengan UC dan kriteria Sindroma Metabolik.

0Nilai HOMA pada pasien n=31 (27%) dengan UC adalah > 2.5. IMT, insulin (p<0.001), lingkar perut, GDP, jumlah leukosit (p<0.01), TG, CRP, dan nilai asam urat (p,0.05) bernilai tinggi secara signifikan pada pasien UC dengan IR dibandingkan dengan yang tanpa IR.

DISKUSI0MetS adalah masalah kesehatan utama di dunia dan

merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung dan DM tipe II.

0MetS meningkatan risiko morbiditas kardiovaskular 3x, dan mortalitas 2x. Dm tipe II sebanyak 5x.

0Kurangnya data mengenai prevalensi MetS pada pasien dengan IBD. Pada penelitian yang dilakukan di Jepang, tidak ada perbedaan prevalensi MetS dan IBD pada pasien yang dibandingkan dengan populasi umum berusia lebih dari 40 tahun. Penelitian ini menunjukkan bahwa MetS lebih banyak ditemukan pada pasien lansia dengan IBD.

0 Etiologi dari IBD tidak diketahui, tetapi kondisi ini merupakan hasil gabungan dari lingkungan, genetik, faktor imun, dimana respon imun tidak terkontrol dalam usus menyebabkan inflamasi pada individu yang memiliki predisposisi secara genetik. Disfungsi dari sistem imun intestinal dan perlawanan cross-reactivity terhadap sel epitel penjamu berpengaruh sebagai mekanisme utama bagaimana inflamasi dapat terjadi.

0 Atherosclerosis awal merupakan manifestasi klinis umum pada beberapa penyakit inflamasi dan imunologis, dimana atherothrombotic muncul sebagai komplikasi terpenting sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Parameter seperti inflamasi, dan IR, yang dipertimbangkan sebagai penanda awal dari atherosclerosis, diterima sebagai prediktor dari kejadian kardiovaskuler.

0 IR dan hiperinsulinemia dipertimbangkan sebagai kejadian awal yang menyebabkan terjadinya atherosclerosis. Fungsi insulin pada kejadian atherosclerosis dapat secara langsung – melalui stimulasi dari proliferasi sel otot polos pembuluh darah dan deposisi lemak pada dinding arteri, atau secara tidak langsung – melalui perkembangan dari kejadian hipertensi dan dislipidemia.

0 Pada penelitian ini nilai HOMA ≥ 2.5 ditemukan 27% pada UC dan 16.1% pada CD. Dengan pasien UC dengan IR memiliki level IMT, insulin, GDP, leukosit, TG, CRP, LP, dan asam urat lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa IR.

0 Inflamasi kronik dihibungkan dengan kejadian MetS dan PKV pada masa depan. Beberapa tahun ini, penanda inflamasi sistemik dan komponen tertentu dari sistem homeostatsis sebagai prediktor risiko aterosklerosis. CRP ditemukan secara independen berhubungan dengan BB, IR, dan SBP. Hitung jumlah Leukosit dan fibrinogen berhubungan dengan obesitas dan IR.

0C-Reaktiv Protein adalah penanda inflamasi dan diproduksi di hepar dengan stimulasi dari sitokin IL-1, IL-6, dan TNF . Hubungan antara CRP dan MetS αberhubungan dengan penglepasan sitokin pada jaringan adiposa. IR dapat menyebabkan peningkatan kadar penglepasan CRP dan efek ini mirip dengan efek insulin pada sintesis protein fase akut di hepar. Festa et al, menguak vahwa kondisi inflamasi kronik subklinik adalah bagian dari sindrom IR. FrÖhlich et al, memastikan tingginya kadar CRP dan IL-6 pada pasien dengan MetS.

0Hubungan yang kuat antara kadar CRP dan IR ditentukan dengan rumus HOMA-IR terkuak pada evaluasi hubungan antara kadar CRP sebagai penanda inflamasi dan faktor risiko lain dari PKV, dimana dari 1025 subyek berusia antara 35-60 tahun, yang tidak diketahui kondisi kesehatannya. Aktivasi kronik dari sistem imun penjamu juga termasuk bentuk MetS, dan inflamasi kronik dapat dijelaskan bentuk dari DM tipe II dan PKV. Kadar serum CRP berhubungan dengan BMI dan rasio pinggang-pinggul pada orang tanpa diabetes maupun dengan DM tipe II.

0 Pada penelitian ini, kadar CRP dan leukosit pada pasien UC dengan IR lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa IR. Pada pasien dengan CD, hitung jumlah leukosit lebih tinggi dengan nilai HOMA > 2.5. Tidak ada perbedaan antara BMI dan LP atau CRP dan kadar leukosit pada pasien UC.

0 Diketahui bahwa ada hubungan antara peningkatan kadar serum asam urat, PKV, HT, MetS, penyakit arteria koroner, penyakit serebrovaskuler, demensia vaskuler, pre eklampsia, dan penyakit ginjal. Dengan tingginya risiko MetS, asam urat dianggap sebagai variabel penentu perkembangan DM tipe II.

0 Penelitian prospektif yang dilakukan selama 8 tahun yang dilakukan oleh Kekalainen et al, ditemukan bahwa dislipidemia, HT, dan kadar asam urat berhubungan dengan IR; HT dan VLDL berhubungan dengan gangguan sekresi insulin fase awal. Pada pasien dengan IR, konsentrasi plasma asam urat lebih tinggi karena penurunan dari klirens asam urat di ginjal. Meskipun demikian, kadar asam urat plasma bukan merupakan indikator yang sensitif untuk IR. Kadar asam urat normal tidak berarti sensitivitas insulin. Pada penelitian ini, kadar asam urat pada pasien UC dengan IR lebih tinggi secara signifikan dibandingkan pada pasien tanpa IR

KESIMPULAN

0Kesimpulan :0MetS dapat diccegah, tetapi tidak disadari bahwa

merupakan penyakit infalmasi kronik dengan prevalensi tinggi dan diterapi secara tidak adekuat.

0 IR merupakan parameter penting dalam hubungan antara MetS dan penyakit cardiovaskuler. Walaupun, tidak ada data yang cukup untuk membandingkannya di seluruh dunia, tapi penelitian ini dapat menyimpulkan pentingnya MetS dan IR pada pasien dengan IBD.

0Untuk mencegah morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler dan mencegah kanker colorectal, strategi untuk mencegah faktor risiko yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin, seperti, kontrol BB, menurunkan level lipid sampai normal, dan TD, merupakan isu penting dalam penatalaksanaan IBD.