Jurnal Cakrawala Januari 2016

download Jurnal Cakrawala Januari 2016

of 159

Transcript of Jurnal Cakrawala Januari 2016

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    1/159

    Jurnal

    PENDIDIKAN

    ISSN: 2442-4846

    Vol. 2 No. 1 Hal. 401- 552 Januari 2016JURNALCAKRAWALA

    PENDIDIKAN

    Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Menengah, dan Tinggi

    ISSN: 2442-4846

    BPSDM-BJ

    BBPSDM-BJBR AIL YI AA JN

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    2/159

    CAKRAWALA PENDIDIKANJurnal Ilmiah Pendid ikan Dasar, Menengah, dan Tinggi

    ISSN: 2442-4846

    Cakrawala Pendidikan memuat hasil penelitian, gagasan, dan tinjauan ilmiah serta resensibuku- buku pendidikan. Jurnal ini terbit setahun tiga kali, pada bulan Januari, Mei, dan

    September. Redaksi mengundang para guru, dosen, widyaiswara, peneliti, dan praktisipendidikan untuk mengirimkan hasil penelitian dan gagasanya ke jurnal ini.

    Ketua Penyunting : Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.

    Sekretaris Penyunting : Hasan Zainuri, M.Pd.

    Penyunting Pelaksana : Memed Sudaryanto, M.Pd.

    Mitra Bestari : Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum. (FKIP Universitas Sebelas Maret) Sukarmin, M.Si., Ph.D. (FKIP Universitas Sebelas Maret)

    Syarifah Inayati, M.Si. (FKIP Universitas Sebelas Maret)

    Imam Baehaqi, M.Hum. (Universitas Negeri Semarang)

    Anggota Penyunting : Chafit Ulya, M.Pd. (FKIP UNS)

    Andi Wicaksono, M.Pd. (IAIN Surakarta)

    Muhammad Lahir, M.Pd. (IKIP PGRI Pontianak)

    Anang Sudigdo, M.Pd. (PGSD UST Yogyakarta)

    Samuel B.T. Simorangkir, M.Pd. (Univ. Nomensen Medan)

    Pelaksana Tata Usaha : Yuli Kusumawati, S.S.

    Muhammad Kavit, A.Md.

    Alamat Redaksi:

    Graha Yuma Perkasa GroupJl. Samudra Pasai No. 49, Lt. 2, Kleco RT 02/01, Kadipiro, Surakarta 57136

    Email: [email protected] Narahubung: 081391423540

    Diterbitkan:Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Brilian Jaya (BPSDM-BJ)

    Kota Surakarta

    Langganan tiga edisi dalam satu tahun Rp. 180.000, ditambah biaya pengiriman

    sesuai dengan alamat yang dituju, biaya langganan dapat ditransferKe rekening bank BNI cabang nusukan 0338489167 a.n. Muhammad Kavit.

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    3/159

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    4/159

    DAFTAR ISI

    Media Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Kelas XI SMA Negeri 7 Pontianak

    Mai Yuliastri Simarmata 401 - 409

    Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn melalui Metode Contextual Teachingand Learningpada Siswa Kelas XI IPS 1 Semester 2 SMAN 1 Pulokulon Tahun

    Pelajaran 2014/2015Endang Setiyowati 410 - 419

    Pemakaian Bahasa Masyarakat Pontianak di Berbagai Ranah atau Konteks(Kajian Sosiolinguistik)Al Ashadi Alimin 420 - 429

    Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Metode Eksperimen MataPelajaran Biologi Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Pulokulon TahunPelajaran 2014/2015

    Indri Yuniarti 430 - 438

    Analisis Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini (Kajian Feminisme)

    Adisti Primi Wulan 439 - 451

    Pemanfaatan Media Gambar Berseri dalam Metode Mind MappinguntukMeningkatkan Keterampilan Menulis Narrative Text pada Siswa Kelas XI IPA 3SMA Negeri 1 Pulokulon Tahun Pelajaran 2014/2015Puji Lestari 452 - 461

    Pemilihan Kode dalam Masyarakat Bilingual Melayu Sambas di Kota Pontianak

    dalam Lingkungan Pendidikan (Studi Kasus dalam Pembelajaran BahasaIndonesia di SMK Al-Madani Pontianak, Kalimantan Barat)

    Eti Ramaniyar 462 - 470

    Penerapan Model Kooperatif Tipe TPS(Think Pair Share) untuk MeningkatkanMotivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Segiempat pada SiswaKelas VII A SMP Negeri 1 Pulokulon Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

    Condro Kuncorowati 471 - 479

    The Effect of Applying Word Webbing Technique on The Students Ability in Writing

    Descriptive Paragraph at The Teacher Training Faculty of Nommensen

    University PematangsiantarEben Pasaribu 480 - 488

    Peningkatan Keterampilan Kreasi Gerak pada Kreativitas Berkarya melaluiMetode Jigsawdan Video Tari Nusantara di Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1Pulokulon Tahun Pelajaran 2014/2015Rita Sudarwahyuni 489 - 498

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    5/159

    Fonologi Bahasa Dayak Desa Empaci, Kecamatan Dedai, Kabupaten SintangMelia 499 - 508

    Upaya Meningkatkan Kemampuan Membacakan Teks Berita melalui Media SuratKabar Siswa Kelas XI MAN 2 Madiun

    Kasmini 509 - 520

    Peningkatan Keterampilan Membaca melalui Metode Cooperative IntegratedReading and Compositionpada Siswa Kelas VIII MTs Negeri SiantanTahun Pelajaran 2010/2011

    Mesterianti Hartati 521 - 532

    Trilogi (Ideologi, Demokrasi, dan Globalisasi)Konsep Marxisdalam Sajak-sajakKegelisahan Hidup Karya Putu Oka SukantaIka Arifiati 533 - 541

    Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Proposal dengan Model NumberedHead Togetherpada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 KaranganyarMuhammad Zikri Wiguna, Sarwiji Suwandi, Budhi Setiawan 542 - 552

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    6/159

    401

    MEDIA PEMBELAJ ARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI KELAS XI

    SMA NEGERI 7 PONTIANAK

    Mai Yuliastr i Simarm ata

    Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP PGRI PontianakAlamat korespondensi: [email protected]

    ABSTRACTThis study aims to explain the Indonesian media learning, especially learning speaking skills in

    class XI SMA 7 Pontianak. The method used in this research is descriptive method. Forms of

    research is qualitative, which is a form of research by analyzing the data obtained from the study.

    The use of qualitative research on the election form media learning speaking skills is intended

    to determine the ability of teachers in selecting instructional media in conducting teaching

    and learning activities. The research data was obtained through interviews and observation or

    direct observation of instructional media speaking skills contained in the teacher made lesson

    plans. The results showed that the media used by teachers among other examples exciting

    experience of a book or newspaper, examples of articles and books, text instance drama, as

    well as resource persons from various circles. The media is in conformity with the theme, point

    of learning, as well as the characteristics of the medium itself. The media used can provide

    innovation and motivation for students. In addition, the strategy used by teachers when using

    the media to help students in learning.

    Keywords:media, learning Indonesian, speaking skills

    ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan media pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnyapembelajaran keterampilan berbicara di kelas XI SMA Negeri 7 Pontianak. Metode yangdigunakan dalam penelitian iniadalah metode deskriptif. Bentuk penelitian yang digunakan

    adalah kualitatif, yaitu suatu bentuk penelitian dengan cara menganalisis data-data yangdiperoleh dari hasil penelitian. Penggunaan bentuk penelitian kualitatif terhadap pemilihanmedia pembelajaran keterampilan berbicara dimaksudkan untuk mengetahui kemampuanguru dalam memilih media pembelajaran dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan observasi atau pengamatan secaralangsung terhadap media pembelajaran keterampilan berbicara yang termuat dalam rencanapembelajaran yang dibuat guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media yang digunakanguru antara lain contoh pengalaman menarik dari buku atau surat kabar, contoh artikel dan buku,contoh teks drama, serta narasumber dari berbagai kalangan. Media tersebut sudah sesuaidengan tema, butir pembelajaran, serta karakteristik media itu sendiri. Media yang digunakandapat memberikan inovasi dan motivasi bagi siswa. Selain itu, strategi yang digunakan gurusaat menggunakan media membantu siswa dalam belajar.

    Kata kunci :media, pembelajaran Bahasa Indonesia, keterampilan berbicara

    PENDAHULUAN

    Dalam sistem pendidikan nasional di

    Indonesia, mata pelajaran Bahasa Indonesiasangat penting. Hal ini karena peran bahasaIndonesia yang sangat strategis, yaknisebagai bahasa pengantar pendidikan dan

    bahasa nasional. Oleh karena itu, mutupengajaran Bahasa Indonesia sangat

    kuat berpengaruh atas mutu pendidikannasional dan kekentalan kesatuan danpersatuan bangsa. Hal tersebut dipertegaslagi oleh Depdiknas (2003: 1) bahwa

    standar kompetensi mata pelajaran BahasaIndonesia berorientasi pada hakikat

    pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa

    adalah belajar berkomunkasi dan belajar

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    7/159

    402

    sastra adalah belajar mengahargai manusiadan nilai-nilai kemanusiaannya. Olehkarena itu, pembelajaran bahasa Indonesiadiarahkan untuk meningkatkan kemampuan

    siswa untuk berkomunkasi dalam bahasa

    Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis,serta menimbulkan penghargaan terhadaphasil hasil ciptaan manusia.

    Ada gejala bahwa minat pembelajar

    Bahasa Indonesia menurun sehinggapengajar perlu memberi terapi. Oleh karenaitu, pengajar harus bisa membuat pembelajarmenyenangi pelajaran Bahasa Indonesia.

    Apabila telah muncul rasa senang, makaminat belajar akan meningkat. Minat belajaryang tinggi dapat meningkatkan prestasibelajar. Untuk itu, pengajar hendaknya

    memberdayakan dirinya untuk lebih aktif,kreatif, dan inovatif demi pembelajarnya.

    Sikap ini perlu diterapkan pada materi,sumber belajar, dan media pembelajaran.Pengajar perlu mengembangkan materi,mengemas dan menyajikan materi secara

    lebih menarik dengan berbagai teknik danstrategi, serta mengembangkan berbagaisumber dan media pembelajaran, janganhanya terpancang dan mentransfer bahan

    dari buku wajib ke pembelajar. Tanpapengembangan kegiatan belajar mengajar,

    pembelajar akan cepat bosan.

    Pengajaran keterampilan berbicara

    tidak terlepas dari berbagai komponenyang saling berhubungan satu dengan yanglain. Komponen-komponen itu, antara lain

    siswa, guru, tujuan, materi, media, metode,dan evaluasi (penilaian). Memang perludiakui bahwa masih ada guru yang merasatidak perlu menggunakan media dalampengajaran bahasa Indonesia. Padahal

    media pembelajaran sangat penting dalamproses belajar mengajar karena dapat

    memberikan motivasi dalam belajar.

    Media bagi guru adalah alat bantuuntuk mempelancar proses belajar mengajar

    agar waktu, jarak, dan ruang dapat teratasi.

    Selain itu, proses belajar mengajar lebihmenarik, penyampaian materi dapatdiseragamkan, proses belajar dapatterjadi di mana saja, kualitas belajar dapat

    ditingkatkan, dan pengajaran pun bisa lebih

    menarik. Guru diharapkan dapat merancangmedia pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Media pembelajaran berfungsisebagai alat bantu mengajar dalam prosesbelajar mengajar keterampilan berbicara

    sehingga tujuan yang ingin dicapai oleh gurudapat berhasil dengan baik. Diharapkandengan media yang dipersiapkan guru dapatmempermudah guru dalam menyampaikan

    materi dan dapat meningkatkan minat belajar

    siswa terhadap pembelajaran keterampilanberbicara.

    Berdasarkan pengalaman penulisselama penelitian di lapangan, penulis masih

    menemukan rendahnya tingkat kemampuansiswa dalam hal keterampilan berbicara.Dalam pelaksanaan proses belajar mengajardi kelas, masih ditemukan kesulitan siswa

    untuk mengembangkan dan mengemukakanide dan pendapat secara lisan. Hal ini terlihatpada waktu guru menyuruh siswa bertanya,tidak ada satu pun siswa yang mau bertanya.

    Hal ini disebabkan kurangnya kemampuanguru dalam memilih media yang digunakan

    dalam kegiatan pembelajaran berbicara.

    Beberapaalasan penulis memfokuskan

    penelitian ini pada media pembelajaranketerampilan berbicara di kelas XI SMANegeri 7 Pontianak sebagai berikut.

    Pertama, pemilihan media pembelajaranyang digunakanguru dalam kegiatan belajarmengajar merupakan salah satu komponenyang turut berpengaruh dalam menunjangtercapainya tujuan pengajaran keterampilan

    berbicara siswa selama ini berdasarkanpengalaman penulis masih rendah. Kedua,

    objek penelitian ini difokuskan pada jenjangSMA Negeri 7 Pontianak kelas XI didasaripertimbangan bahwa masih banyak siswa

    yang tingkat keterampilan berbicaranya

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    8/159

    403

    kurang. Dengan dasar tersebut penulisberharap dapat mengetahui penyebabkurangnyaketerampilan berbicara siswa.

    Penelitian ini membahas kesesuaiankriteria yang digunakan oleh guru dalam

    pemilihan media, keterkaitan mediapembelajaran, dan strategi yang digunakan

    guru dalam menerapkan media pembelajarandalam proses belajar mengajar Bahasa

    Indonesia aspek keterampilan berbicara.Penelitian ini diharapkan dapat menjadibahan masukan dan pertimbangan bagi guruBahasa Indonesia, khususnya dalam memilih

    dan menggunakan media pembelajaranketerampilan berbicara.

    Pengertian Media Pembelajaran

    Menurut Soeparno (1988: 1), mediaadalah suatu alat yang dipakai sebagaisaluran (channel) untuk menyampaikan suatupesan (message) atau informasi dari suatu

    sumber (resource) kepada penerimanya(receiver). Selanjutnya menurut Robinson

    (1988: 69), media pengajaran merupakan

    sarana yang membantu belajar, terutamamelalui indra pendengaran dan penglihatan.Sarana ini menolong atau membantu

    proses belajar mengajar. Sarana ini dapatmempercepat proses pembelajaran muriddan dapat membuat pengajaran menarik danrelatif lebih mudah.

    Keuntungan Penggunaan Media

    Pembelajaran

    Ada beberapa keuntunganmenggunakan media pembelajaran. Menurut

    Harjanto (2003: 245 - 246), keuntunganmenggunakan media pengajaran sebagaiberikut. Pertama, guru dapat memperjelaspenyajian pesan agar tidak terlalu bersifat

    verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulisatau lisan belaka. Kedua, guru dapat

    mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan

    daya indra. Ketiga, dengan menggunakanmedia pendidikan secara tepat dan

    bervariasi dapat diatasi sikap pasif anakdidik. Keempat, dengan sifat yang unikpada setiap siswa, ditambah lagi denganlingkungan dan pengalaman yang berbeda,

    sedangkan kurikulum dan materi pendidikan

    ditentukan sama untuk setiap siswa, makaguru akan banyak mengalami kesulitanbilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.

    Menurut Subyakto-Nababan (1993:

    207), keuntungan penggunaan alat ataumedia sebagai berikut. Pertama, memberikesempatan kepada pelajar untuk berlatihsecara mandiri di dalam maupun di luar ruang

    kelas. Kedua, meringankan/membantu/melengkapi peran guru. Ketiga, memberimodel yang tetap (tidak berubah) kepadapelajar, khususnya kalau rekaman berisi

    ulangan-ulangan yang banyak dan intonasi-intonasi tertentu. Keempat, mendengarkan

    suara beberapa orang penutur asli di kelassehingga pelajar dapat membedakan suaraorang wanita, pria, anak, pemuda dengansegala ragamnya. Kelima, merekam suara

    pelajar agar dapat digunakan oleh gurudalam mengevaluasi penguasaan BT danoleh pelajar untuk mengevaluasi hasilproduksi diri sendiri.

    Fungsi Media Pembelajaran

    Media pendidikan digunakan dalamproses belajar mengajar pada dasarnya

    untuk meningkatkan efektivitas komunikasidan interaksi edukatif antara guru dan siswadi kelas. Soeparno (1988: 5) mengatakan

    tujuan utama penggunaan media ialah agarpesan atau informasi yang dikemukakandapat diserap sebanyak mungkin olehmurid sebagai penerima informasi. Belajaryang efektif harus dimulai dari pengalaman

    langsung atau pengalaman konkret menujupengalaman yang lebih abstrak. Belajar

    akan lebih efektif jika dibantu dengan mediapendidikan.

    Media merupakan bagian dari

    komponen pengajaran. Menurut Miarso,

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    9/159

    404

    dkk. (1986: 51) media mempunyai nilai-nilaipraktis berupa kemampuan/keterampilanyang berfungsi untuk 1) membuat konkretkonsep yang abstrak; 2) membawa objek

    yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam

    lingkungan belajar, seperti binatang buas;3)menampilkan objek yang terlalu besar,seperti pasar; 4) menampilkan objek yangtidak dapat diamati dengan mata telanjang,seperti kuman; 5) mengamati gerakan yang

    terlalu cepat;

    6) memungkinkan siswa berinteraksilangsung dengan lingkungannya; 7)

    memungkinkan keseragaman pengamatandan persepsi bagi pengalaman belajarsiswa; 8) memberi kesan perhatikanindividual untuk seluruh anggota kelompok

    belajar; 9) menyajikan informasi belajarsecara konsisten dan dapat diulang

    maupun disimpan menurut kebutuhan; 10)menyajikan pesan atau informasi belajarsecara serempak; 11) mengatasi batasanwaktu maupun ruang; dan 12) mengontrol

    arah maupun kecepatan belajar siswa.

    Kriteria dalam Pemilihan Media

    Pembelajaran

    Penggunaan media pendidikan dalampembelajaran keterampilan berbicarasangat menunjang keberhasilan siswabelajar. Hal itu karena menggunakan media

    berarti membangkitkan perhatian siswa,memotivasi siswa, menumbuhkan perhatian

    yang sama, memperoleh pengalaman yang

    nyata, serta membangkitkan siswa dalambelajar. Media pembelajaran bermanfaatuntuk memperlancar proses interaksi antara

    guru dan siswa yang pada gilirannya akanmembantu siswa belajar secara optimal.

    Sebelum proses belajar mengajar

    berlangsung, guru harus memilih mediapembelajaran yang digunakan. Menurut

    Harjanto (2003: 239), ada beberapa hal yang

    perlu diperhatikan guru dalam menggunakan

    media pendidikan untuk mempertinggi kualitaspengajaran. Pertama, guru perlu memilikipemahaman media pendidikan, antaralain jenis dan manfaat media pendidikan,

    kriteria memilih dan menggunakan media

    pendidikan, menggunakan media sebagaialat bantu mengajar, dan tindak lanjutpenggunaan media dalam proses belajar.Kedua,siswa, guru terampil membuat mediapendidikan sederhana untuk keperluan

    pengajaran, terutama media. Ketiga,grafis,beberapa media tiga dimensi, dan mediaproyeksi. Pengetahuan dan keterampilandalam menilai keefektifan penggunaan

    media dalam proses pengajaran. Menilai

    keefektifan media pendidikan penting bagiguru agar guru bisa menentukan apakahpenggunaan media mutlak diperlukan atautidak selalu diperlukan.

    Jenis-jenis Media Pembelajaran

    Media pendidikan beraneka ragam,dari benda asli atau duplikatnya dan dapat

    pula dalam bentuk sederhana, seperti papanflanel, papan tali, papan magnetis, berupa

    kertas, kartu kata atau kalimat yang terbuatdari karton dan dapat pula dalam bentukmewah, seperti radio, televisi, film, dan

    OHP. Sehubungan dengan hal itu, Robinson

    (1988: 81) mengemukakan ada beberapaalat bantu mengajar yang dioperasikansecara elektronis, antara lain 1) gramafonatau fonograf; 2) reel-to reel tape recorder;

    3) cassette recorder; 4) slide proyektor; 5)

    overheadproyektor (OHP); 6) loopproyektor;7) proyektor 8 mm dan super 8mm; 8)proyektor 16 mm.

    Miarso, dkk. (1986: 53) membagi mediapendidikan menjadi beberapa jenis. Pertama,

    media audio visual gerak merupakan mediayang paling lengkap, yaitu menggunakan

    kemampuan audio, visual, dan gerak. Kedua,media audio visual diam merupakan mediakedua dari segi kelengkapan kemampuannya

    karena ia memiliki semua kemampuan yang

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    10/159

    405

    ada pada golongan sebelumnya, kecualipenampilan gerak. Ketiga,media audio semigerak memiliki kemampuan menampilkansuara disertai gerakan titik secara linear,

    jadi tidak dapat menampilakn gerakan nyata

    secara utuh.Keempat,media visual gerak memiliki

    kemampuan seperti golongan pertama,kecuali penampilan suara. Kelima, media

    visual diam mempunyai kemampuanmenyampaikan informasi secara visual, tetapitidak dapat menampilakn suara maupungerak. Keenam, media audio adalah media

    yang hanya memanipulasikan kemampuan-kemampuan suara semata. Ketujuh, mediacetak merupakan media yang hanya mampumenampilkan informasi berupa huruf angka

    dan simbol-simbol verbal tertentu saja.

    Pengertian Keterampilan Berbicara

    Dalam keterampilan berbahasa, dikenal

    ada empat keterampilan, yaitu keterampilanmenyimak, berbicara, membaca, dan

    menulis. Keterampilan berbicara merupakan

    keterampilan yang kedua dari empatketerampilan berbahasa. Menurut Tarigan(1986), berbicara adalah kemampuan

    mengucapkan bunyi-bunyi artikulasiatau kata-kata untuk mengekspresikan,menyatakan, serta menyampaikan pikirangagasan, dan perasaan. Tidak dipungkiri

    bahwa keterampilan berbicara seseorangdapat mempermudah penyampaian ide

    kepada orang lain, baik secara individual

    maupun kelompok karena manusia adalahmakhluk sosial yang selalu mengadakaninteraksi antara yang satu dengan yang lain.

    Tujuan Pengajaran Keterampilan

    Berbicara

    Tujuan yang akan dicapai oleh siswaharus berdasarkan tuntutan kurikulum

    yang berlaku, sebab kurikulum merupakan

    pedoman guru dalam melaksanakan

    program pendidikan yang telah ditetapkansebelumnya. Tujuan pengajaranketerampilan berbicara pada dasarnya tidakdapat dipisahkan dengan tujuan pengajaran

    bahasa Indonesia secara umum, yaitu

    agar siswa mampu menggunakan bahasaIndonesia dengan baik dan benar dalamberbagai peristiwa, baik secara lisan maupuntulisan, serta mempunyai sikap yang positifterhadap bahasa Indonesia.

    Dari uraian di atas, dapat disimpulkanbahwa indikator yang disusun harusmenggunakan kata-kata yang operasional(dapat diukur), perilaku yang dimunculkan

    berbentuk hasil belajar yang memunculkan

    hanya satu jenis perilaku yang secarakeseluruhan berorientasi pada siswa.Dengan memperhatikan kriteria-kriteriadalam perumusan indikator di atas, akanmemberikan hasil yang baik dalam upaya

    guru merencanakan pengajaran untukmenentukan pemilihan materi yang akandiajarkan.

    Metode Pengajaran Keterampilan

    Berbicara

    Dalam proses pembelajaranketerampilan berbicara, metode digunakanoleh guru untuk mengajarkan materi kepadasiswa agar dapat memusatkan perhatiannya

    terhadap materi yang diberikan. Setiappengajaran selalu disertai denganpenggunaan metode. Tujuan dari metodetersebut adalah agar tujuan pengajaran yang

    telah dirumuskan dapat tercapai denganbaik.

    Dalam interaksi belajar mengajar,terdapat beberapa cara penyajian materipelajaran agar proses dapat berjalan denganbaik dan berhasil semaksimal mungkin sesuai

    dengan tujuan pembelajaran yang telahditetapkan. Cara penyajian materi pelajarandisebut juga dengan metode pengajaran.Menurut Semi (1990: 105), metode adalah

    suatu prosdur untuk mencapai suatu tujuanyang telah ditetapkan.

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    11/159

    406

    Dari pendapat tersebut, dapatdisimpulkan bahwa metode mengajaradalah cara yang digunakan guru dalammenyajikan materi pelajaranuntuk mencapai

    tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

    Ada beberapa hal yang berkenaan denganmetode yang digunakan guru dalammenyampaikan materi pelajaran, misalnyametode tanya jawab, diskusi, ceramah,simulasi, dan demontrasi.

    METODE PENELITIAN

    Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode deskriptif.

    Bentuk penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah kualitatif, yaitu suatubentuk penelitian dengan cara menganalisis

    data-data yang diperoleh dari hasilpenelitian. Menurut Moleong (2002: 6),penggunaan bentuk penelitian kualitatifterhadap pemilihan media pembelajaran

    keterampilan berbicara dimaksudkan untukmengetahui kemampuan guru dalam memilihmedia pembelajaran dalam melaksanakan

    kegiatan belajar mengajar, dalam hal iniketerampilan berbicara di kelas XI SMANegeri 7 Pontianak. Data dalam penelitian

    ini adalah hasil observasi dan wawancara,serta pengamatan secara langsung terhadapmedia pembelajaran keterampilan berbicaraoleh guru kelas XI yang termuat dalam

    rencana pembelajaran yang dibuat guru.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bagian analisis data ini diuraikandata yang didapat dari lapangan yangdilakukan peneliti terhadap kegiatan guru

    Bahasa Indonesia di kelas XI SMA Negeri7 Pontianak dalam mengajar di kelas.Penelitian ini dilakukan melalui observasi danwawancara dengan guru Bahasa Indonesia

    SMA Negeri 7 Pontianak yang mengajar dikelas XI sesuai dengan permasalahan yang

    diteliti. Datadianalisis sesuai dengan urutanpermasalahan penelitian. Penganalisisan

    data dilakukan secara kontekstual.Maksudnya, media pembelajaran aspekketerampilan berbicara keberadaannyadilihat atau digambarkan sebagai suatu

    komponen yang berkaitan.

    Kriteria Pemilihan Media Pembelajaranyang Digunakan Guru dalam Pembelajaran

    Bahasa Indonesia Aspek KeterampilanBerbicara

    Media pembelajaran Bahasa Indonesiaaspek keterampilan berbicara yang digunakanoleh guru Bahasa Indonesia di kelas XI SMANegeri 7 Pontianak, yaitu media yang dapat

    dilihat (contoh pengalaman menarik dari buku

    atau surat kabar, contoh artikel dan buku,serta contoh teks drama). Selain itu, mediayang dapat dilihat juga didengar (berupanarasumber dari berbagai kalangan). Mediayang digunakan sudah dicantumkan dalam

    rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).Data tersebut diperkuat pada saat observasilangsung dalam kelas.

    Pembelajaran Bahasa Indonesiaaspek keterampilan berbicara tentang

    menceritakan pengalaman atau kejadianyang dilihat. Media yang digunakan guruadalah contoh pengalaman menarik dari bukuatau surat kabar. Media yang digunakan guru

    sudah tepat dengan kompetensi dasar yangdiajarkan. Ketepatan media yang digunakanguru selain sesuai dengan karakteristik(tema, butir pembelajaran, jumlah siswa,

    ruang, metode, dan tujuan), juga merupakansuatu sistem yang tidak dapat dipisahkan

    satu sama lain. Dalam pemanfaatanmedia, harus sesuai dengan karakteristikpenggunaan media tersebut, serta adanyarelevansi dengan butir pembelajaran.

    Pembelajaran Bahasa Indonesiaaspek keterampilan berbicara media contoh

    pengalaman menarik dari buku atau surat

    kabar yang digunakan guru sudah sangattepat karena strategi yang digunakan tepat

    pula. Hal ini dilihat dari tugas yang dikerjakansiswa tentang menceritakan pengalaman

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    12/159

    407

    atau kejadian yang dilihat terlaksanadengan baik. Selain itu, guru dapat menarikkesimpulan berdasarkan media contohpengalaman menarik dari buku atau surat

    kabar terhadap pembelajaran Bahasa

    Indonesia aspek keterampilan berbicaradikarenakan media yang digunakan sama.Ini berarti strategi yang digunakan gurujuga tepat sebab metode, teknik, materi,dan tujuan sama, walaupun dilaksanakan di

    kelas yangberbeda.

    Pembelajaran Bahasa Indonesiaaspek keterampilan berbicara tentang

    menyampaikan uraian tentang topik-topik

    tertentu dari hasil membaca (artikel atau

    buku). Guru menggunakan media contohartikel dan buku. Media yang digunakan

    guru sudah tepat dengan kompetensi dasaryang diajar oleh guru. Ketepatan media

    yang digunakan guru selain sesuai dengankarakteristik (tema, butir pembelajaran,jumlah siswa, ruang, metode, dan tujuan).Ketepatan tersebut juga sesuai dengan

    kriteria pemilihan media pembelajaran.Selain keterampilan berbicara, siswajuga memperoleh keterampilan membacadan menulis karena dalam satu kegiatan

    belajar mengajar guru menerapkan strategipembelajaran terpadu.

    Pembelajaran Bahasa Indonesia aspekketerampilan berbicara tentang memerankan

    drama. Guru menggunakan media contohteks drama. Media yang digunakan gurusudah tepat dengan kompetensi dasar

    yang diajar oleh guru. Ketepatan mediayang digunakan guru selain sesuai dengankarakteristik (tema, butir pembelajaran,jumlah siswa, ruang, metode, dan tujuan).Praktik memerankan drama merupakan

    suatu kegiatan yang menuntut keberaniandan keterampilan berbicara yang baik.

    Kegiatan ini sangat tepat untuk melatihketerampilan berbicara siswa. Untuk mediayang digunakan guru, penulis menilai sangat

    tepat karena tanpa adanya contoh teks

    drama siswa akan kesulitan untuk membuatsebuah teks drama. Dengan adanya contohteks drama, siswa akan terbantu. Dalam halini, contoh teks drama sebagai alat bantu

    memperjelas dan memudahkan pemahaman

    materi yang disampaikan guru.Pembelajaran Bahasa Indonesia

    aspek keterampilan berbicara tentangberwawancara dengan narasumber dari

    berbagai kalangan. Guru menggunakanmedia narasumber dari berbagai kalangan.Media yang digunakan guru sudah tepatdengan kompetensi dasar yang diajar oleh

    guru. Ketepatan media yang digunakan guruselain sesuai dengan karakteristik (tema,butir pembelajaran, jumlah siswa, ruang,metode, dan tujuan). Dalam pembelajaran

    materi ini, guru melakukan pemodelanterlebih dahulu bersama siswa. Pertama,

    siswa diwawancarai oleh guru, setelah ituguru berperan sebagai media, khususnyasebagai narasumber yang memberikaninformasi. Pada kegiatan inti yang menjadi

    narasumber antara lain, kepala sekolah,guru BP, dan guru wali kelas. Menurutpenulis, para narasumber tersebut sangattepat untuk melatih kemampuan berbicara

    siswa. Siswa merasa tertantang dengankegiatan wawancara tersebut sehingga

    dapat membangkitkan minat dan motivasibelajar siswa.

    Keterkaitan Media Pembelajaranyang Digunakan Guru dengan MateriPembelajaran Keterampilan Berbicara

    Penjabaran materi pelajaran mestinyaberdasarkan kerangka yang terdapat dalamkurikulum. Guru harus mampu menjabarkanmateri pelajaran secara berbobot dan sesuai

    dengan kebutuhan, guru harus menguasaimateri yang akan diajarkan secara luas,mendalam, dan sistematis. Kemudian, gurudapat menyajikan materi pelajaran dengan

    menyiapkan media yang dapat melancarkandan memudahkan siswa dalam menerima

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    13/159

    408

    materi yang disampaikan guru dan prosesbelajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

    Keterkaitan media yang digunakan

    dalam proses belajar mengajar BahasaIndonesia aspek keterampilan berbicara

    sebenarnya sangat erat dan tidak dapatdipisahkan. Keterkaitan yang dimaksud

    adalah di dalam pelaksanaan kegiatanbelajar mengajar. Dengan media, guru dapat

    memotivasi siswa. Hal ini berarti mediayang digunakan guru dapat memberikanrangsangan agar daya pikir siswa dalammengembangkan ide-idenya tergambar

    dengan tepat, seolah-olah seperti melihat halyang sebenarnya.

    Media-media yang digunakan gurudalam proses belajar mengajar BahasaIndonesia aspek keterampilan berbicarasudah berkaitan dengan materi yang

    disampaikan guru. Adapun media-mediayang digunakan guru dalam pembelajaranketerampilan berbicara, antara lain contohpengalaman menarik dari buku atau surat

    kabar, contoh artikel dan buku, contoh

    teks drama, dan narasumber dari berbagaikalangan. Keempat media yang digunakanguru sudah tepat untuk membantu dalampenyampaian materi. Misalnya, media contohpengalaman menarik dari buku atau surat

    kabar. Media ini sudah berkaitan denganmateri yang disampaikan guru karena contoh

    cerita yang ditampilkan dapat membuatsiswa lebih mudah dalam mengembangkanide untuk membuat sebuah cerita.

    Strategi yang Digunakan Guru dalamMenerapkan Media Pembelajaran dalamProses Belajar Mengajar Bahasa IndonesiaAspek Keterampilan Berbicara

    Adapun strategi yang digunakan gurudalam menerapkan media pembelajaran

    aspek keterampilan berbicara sebagaiberikut.

    1. Media contoh pengalaman menarik daribuku atau surat kabarMedia ini ditampilkan guru denganbantuan media OHP sehingga guru

    membuat transparan terlebih dahulu.

    Sebelum media ini ditampilkan, gurumenjelaskan tentang OHP tersebutsehingga siswa mengetahui media yangdigunakan. Contoh pengalaman menarikditampilkan guru, kemudian siswa

    mengamati cerita yang mereka lihat.Setelah itu, guru melakukan tanya jawabdengan siswa tentang materi yang akandipelajari. Adapun cerita yang diambil

    guru berjudul Salah Memegang.

    2. Media contoh artikel dan bukuMedia contoh artikel ditampilkan guru jugadengan bantuan media OHP sehinggaguru membuat transparan terlebihdahulu. Contoh artikel ditampilkan guru,

    kemudian siswa mengamati artikel yangditampilkan. Setelah itu, guru melakukantanya jawab dengan siswa tentang materiyang akan dipelajari serta menjelaskan

    kompetensi yang harus mereka capai.

    Selanjutnya, guru membagi siswa dalambeberapa kelompok. Adapun artikel yangdiambil guru berjudul Alangkah IndahKetertiban Itu.

    3. Media contoh teks drama

    Media contoh teks drama ini jugaditampilkan guru dengan bantuanmedia OHP sehingga guru membuattransparan terlebih dahulu. Sebelum

    media ini ditampilkan, guru menjelaskantentang OHP karena media ini digunakandi kelas yang berbeda sehingga guruharus menjelaskannya lagi. Denganpenjelasan tersebut, diharapkan siswamengetahui media yang digunakan.

    Contoh teks drama ditampilkan guru,kemudian siswa mengamati contohteks drama yang ditampilkan. Setelahitu, guru melakukan tanya jawab

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    14/159

    409

    dengan siswa tentang materi yang akandipelajari serta menjelaskan kompetensiyang harus mereka capai Selanjutnya,guru membagi siswa dalam beberapa

    kelompok. Adapun contoh drama yang

    diambil guru berjudul Majalah Dinding.4. Media narasumber dari berbagai

    kalanganUntuk media narasumber dari berbagaikalangan, guru melakukan pemodelan

    terlebih dahulu bersama siswa, setelahitu baru dipraktikkan. Guru sebagainarasumber dan siswa melakukanwawancara kepada guru. Setelah

    melakukan pemodelan, guru melakukan

    tanya jawab dengan siswa seputarmateri pembelajaran. Pada kegiataninti pembelajaran, guru menentukannarasumber untuk mempermudah siswadalam belajar, antara lain kepala sekolah,

    guru BP, dan wali kelas yang akan siswawawancarai.

    PENUTUP

    Berdasarkan hasil dan pembahasan

    di atas, dapat diambil simpulan sebagaiberikut. Pertama, kriteria pemilihan media

    yang digunakan guru dalam pembelajaranbahasa Indonesia aspek keterampilan

    berbicara sudah sesuai dengan temadan butir pembelajaran karena dapatmenimbulkan motivasi siswa untuk belajar.Kedua, keterkaitan media pembelajaran

    yang digunakan guru dalam proses belajarmengajar Bahasa Indonesia sangat eratsebab media yang digunakan dapatmemberikan inovasi dan motivasi bagi

    siswa. Ketiga, strategi yang digunakan gurusaat menggunakan media membantu siswa

    dalam belajar.

    DAFTAR PUSTAKA

    Depdiknas. 2003.Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA. Jakarta: Departemen

    Pendidikan Nasional.Harjanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

    Miarso, Yusufhadi, dkk.. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbuddan Rajawali.

    Moleong, Lexy J.. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Robinson, d.n. Adjai.1988.Asas-Asas Praktik Mengajar. Jakarta: Bhratara.

    Semi, M. Atar. 1990. Rancangan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.

    Soeparno. 1988. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara

    Subyakto-Nababan, Sri Utari. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: GramediaPustaka Utama.

    Tarigan, H. G.. 1986. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: AngkaBandung.

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    15/159

    410

    PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKN MELALUI METODE

    CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNINGPADA SISWA

    KELAS XI IPS 1 SEMESTER 2 SMA N 1 PULOKULON

    TAHUN PELAJARAN 2014/2015

    Endang SetiyowatiSMA Negeri 1 Pulokulon

    [email protected] / 081325691649

    ABSTRACTThis study aims to determine the application of Contextual Teaching and Learning in improving

    the quality of the process and the quality of learning outcomes Civics in class XI IPS 1 SMAN 1

    Pulokulon Semester 2 Academic Year 2014/2015. This study consisted of two cycles. Each cycle

    there are four stages, which consisted of action planning, action, observation, and reflection.

    The subjects were students of class XI IPS 1 SMAN 1 Pulokulon the Academic Year 2014/2015

    the number of 35 students. Data obtained through observation, testing, and documentation.The data analysis technique used is descriptive qualitative analysis. The results showed the

    following results. 1) The application of cooperative learning CTL (Contextual Teaching and

    Learning) can improve the quality of learning civics. In the first cycle the percentage of active

    students in learning by 80% and increased to 94.2% in the second cycle. 2) Implementation of

    the learning CTL (Contextual Teaching and Learning) can improve learning outcomes Civics. In

    the first cycle of students learning completeness percentage is 74.2% and increased to 91.4%

    in the second cycle.

    Keywords: CTL, Civics learning, the quality of learning

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaranContextual Teaching andLearningdalam meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil belajar PKn pada siswa kelasXI IPS 1 SMA Negeri 1 Pulokulon Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini yangterdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdapat empat tahapan, yang terdiri dari perencanaantindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswakelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Pulokulon Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah 35 siswa.Data diperoleh melalui pengamatan, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yangdigunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan hasil sebagaiberikut. 1) Penerapan pembelajaran kooperatif CTL (Contextual Teaching and Learning)dapat meningkatkan kualitas proses belajar PKn. Pada siklus I persentase keaktifan siswadalam pembelajaran sebesar 80% dan meningkat menjadi 94,2% pada siklus II. 2) Penerapanpembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajarPKn. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa adalah 74,2% dan meningkat menjadi91,4% pada siklus II.

    Kata kunci: CTL, pembelajaran PKn,kualitas belajar

    PENDAHULUAN

    Pendidikan di Indonesia diharapkandapat mempersiapkan peserta didik menjadi

    warga negara yang memiliki komitmenkuat dan konsisten untuk mempertahankan

    Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Upaya yang dapat dilakukan adalahmenyelenggarakan program pendidikanyang memberikan berbagai kemampuan

    sebagai seorang warga negara melaluiberbagai mata pelajaran, salah satunya

    Pendidikan Kewarganegaraan

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    16/159

    411

    Keberhasilan pendidikan dapat dilihatdari hasil belajar siswa dalam prestasibelajarnya. Kualitas dan keberhasilanbelajar siswa sangat dipengaruhi oleh

    kemampuan dan ketepatan guru memilih

    dan menggunakan metode pengajaran. Olehsebab itu, guru harus memiliki strategi agarsiswa dapat belajar secara efektif dan efisien

    untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Guru harus memiliki kompetensi pengelolaan

    pembelajaran yang mencakup penyusunanperencanaan pembelajaran, pelaksanaaninteraksi belajar mengajar, penilaian prestasibelajar, serta pelaksanan tindak lanjut hasil

    penilaian.

    Pembelajaran PKn sebenarnyamempunyai peran yang sangat penting.

    Mata pelajaran PKn diharapkan mampumembentuk siswa yang ideal memiliki

    mental yang kuat sehingga dapat mengatasipermasalahan yang akan dihadapi. Selamaini proses pembelajaran PendidikanKewarganegaraan masih mengunakan

    paradigma lama, di mana guru memberikanpengetahuan kepada siswa yang pasif. Gurumengajar mengunakan metode konvensional,yaitu metode ceramah sehingga kegiatan

    belajar mengajar (KBM) menjadi monotondan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi

    seperti itu mengakibatkan siswa menjadi pasifdan hanya sebagai pendengar. Ketidakaktifansiswa dalam pembelajaran ini berdampakpada tingkat pemahaman siswa pada materi

    menjadi rendah. Pemahaman yang rendah

    mengakibatkan siswa mengalami kesulitanketika memecahkan masalah yang diberikanoleh guru dan hal ini juga berdampak pada

    hasil belajarnya yang rendah.

    Untuk meningkatkan pemahaman

    siswa terhadap materi, guru harus selalumelakukan inovasi dan improvisasi mengenai

    strategi pembelajaran di kelas. Strategipembelajaran tersebut disesuaikan dengankondisi dan kemampuan para peserta didik.

    Hasil pengamatan penulis menunjukkan

    bahwa partisipasi siswa kelas XI IPS 1 SMANegeri 1 Pulokulon dalam mengikuti pelajaranPendidikan Kewarganegaraan masih sangatrendah. Hanya ada beberapa siswa yang

    terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran.

    Keadaan ini menyebabkan prestasi belajarmereka secara klasikal rendah. Dari hasilrefleksi awal, diperoleh data bahwa banyak

    siswa yang merasa tidak senang denganmetode yang diterapkan guru selama ini.

    Mereka menginginkan adanya perubahansehingga mereka merasa tertarik untukmengikuti pelajaran.

    Dari refleksi awal, didapat data

    sebagai berikut. Sebanyak 50% (16siswa) tidak senang dengan metode yangditerapkan selama ini dan menginginkan

    adanya perubahan metode yang lebihmenyenangkan. Sebanyak 56,25% (19

    siswa) menyatakan tidak puas terhadaphasil ulangan yang diperoleh. Siswamenilai bahwa metode yang selama iniditerapkan tidak memotivasi mereka untuk

    lebih aktif. Hal inilah yang diperkirakanmenjadi penyebab rendahnya kualitas hasilbelajar siswa dalam mengikuti pelajaran.Lebih dari 50% siswa mengatakan bahwa

    Pendidikan Kewarganegaraan merupakanpelajaran yang membosankan. Keadaan

    ini segera direspons secara positif denganmencari alternatif model pembelajaran yangefektif, yang membuat siswa aktif mengikutipelajaran dan mudah memahami materi

    pelajaran.

    Dalam penelitian tindakan kelasini, penulis berupaya mengkaji masalahyang dipandang sering muncul dalampembelajaran PKn, khususnya yang ada didalam kelas karena proses pembelajaran

    di dalam kelas pada umumnya merupakangambaran nyata dari kegiatan persekolahan.

    Penelitian terhadap proses pembelajaranini diyakini pula oleh asumsi bahwa dalamproses pembelajaran yang baik akan

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    17/159

    412

    memiliki pengaruh atau signifikan terhadap

    hasil pembelajaran.

    Dalam proses pembelajaran PKn yang

    erat sekali hubungannya dengan kegiatandan kehidupan masyarakat, penulis mencoba

    memperbaiki pembelajaran PKn pada materiHubungan Internasional dan Organisasi

    Internasional. Untuk meningkatkanhasil pembelajaran penulis mencoba

    menggunakan metode Contextual Teachingand Learning (CTL). Metode ContextualTeaching and Learning adalah suatupendekatan pembelajaran yang menekankan

    kepada proses keterlibatan siswa secarapenuh untuk dapat menemukan materi yangdipelajari dan menghubungkannya dengansituasi kehidupan nyata sehingga mendorong

    siswa untuk dapat monerapkannya dalamkehidupan mereka. Hal itu dimaksudkan

    agar siswa mudah memahami dan menerimamateri yang disampaikan guru, yang secaratidak langsung memberi penekanan agarsiswa memperhatikan penjelasan guru dan

    pada akhirnya siswa akan lebih memahamikonsep Hubungan Internasional. Penerapanmetode Contextual Teaching and Learning(CTL) diharapkan mampu meningkatkan

    kualitas pembelajaran PKn siswa kelas XIIPS 1.

    1. Belajar dan Pembelajaran

    Belajar merupakan kegiatan yang palingpokok dalam keseluruhan proses pendidikandi sekolah. Hal ini berarti bahwa berhasil

    tidaknya pencapaian tujuan pendidikan,banyak bergantung pada bagaimana prosesbelajar yang dialami oleh siswa. Slameto(2010: 2) berpendapat bahwa belajar adalahsuatu proses usaha yang dilakukan individu

    untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan sebagai

    hasil pengalaman individu itu sendiri dalamberinteraksi dengan lingkungan.

    Perubahan yang terjadi dalam diri

    seseorang sangatlah banyak, baik sifat

    maupun jenisnya. Oleh karena itu, sudahtentu tidak setiap perubahan dalam diriseseorang merupakan perubahan dalamarti belajar. Perubahan tingkah laku dalam

    pengertian belajar mempunyai ciri-ciri,

    antara lain: a) perubahan itu terjadi secarasadar; b) perubahan dalam belajar bersifatkontinu dan fungsional; c) perubahan dalambelajar bersifat positif dan aktif; d) perubahndalam belajar bukan bersifat sementara;

    e) perubahan dalam belajar bertujuan atauterarah; f) perubahan mencakup seluruhaspek tingkah laku.

    Bell-Gredler (dalam Wiraputtra,2003) menyatakan bahwa belajar adalahproses yang dilakukan olah manusia untukmendapatkan aneka ragam competencies,skill, attitudes,yang diperoleh secara bertahapdan berkelanjutan, mulai dari masa bayi

    sampai masa tua melalui rangkaian prosesbelajar sepanjang hayat. Sedangkan Gagne(dalam Slameto, 2003: 13) memberikan duadefinisi. a) Belajar ialah suatu proses untuk

    memperoleh motivasi dalam pengetahuan,keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.b) Belajar adalah penguasaan pengetahuanatau keterampilan yang diperoleh dari

    instruksi.

    Dari pengertian tersebut di atas,

    dapat kita ketahui bahwa belajar adalahsuatu proses perubahan perilaku, baik

    perubahan yang menyangkut pengetahuan,keterampilan, maupun sikap. Seseorangdikatakan telah mengalami peristiwa belajar

    jika ia mengalami perubahan dari tidaktahu menjadi tahu, dari tidak berkompentenmenjadi kompenten.

    Istilah pembelajaran merupakan istilah

    baru yang digunakan untuk menunjukkankegiatan yang dilakukan oleh guru dansiswa. Gagne, Briggs, dan Wager (dalamWiraputtra, 2003) menyatakan bahwa

    pembelajaran adalah serangkaian kegiatanyang dirancang untuk memungkinkan

    terjadinya proses belajar pada siswa. Istilah

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    18/159

    413

    pembelajaran mengacu pada segala kegiatanyang berpengaruh langsung terhadap prosesbelajar siswa.2. Pendekatan Contextual Teachingand

    Learning

    Pendekatan Contextual Teaching andLearning (CTL) merupakan konsep belajar

    yang dapat membantu guru mengaitkanantara materi yang diajarkan dengan situasi

    dunia nyata siswa dan mendorong siswamembuat hubungan antara pengetahuanyang dimilikinya dengan penerapan dalamkehidupan mereka sebagai anggota keluarga

    dan masyarakat. Dari konsep tersebut, adatiga hal yang harus dipahami. Pertama,menekankan kepada proses keterlibatansiswa untuk menemukan materi. Artinya,

    proses belajar diorientasikan pada prosespengalaman secara langsung. Proses

    belajar dalam konteks metode kontekstualtidak mengharapkan siswa hanya menerimapelajaran, akan tetapi lebih pada prosesmencari dan menemukan sendiri materi

    pelajaran.

    Kedua,metode kontekstual mendorongagar siswa dapat menemukan hubunganantara materi yang dipelajari dengan situasikehidupan nyata. Artinya, siswa dituntutuntuk dapat menangkap hubungan antara

    pengalaman belajar di sekolah dengankehidupan nyata. Hal ini sangat penting

    sebab dengan dapat mengorelasikan materiyang ditemukan dengan kehidupan nyata,tidak hanya bagi siswa materi itu akan

    bermakna secara fungsional, tetapi materiyang dipelajarinya juga akan tertanam eratdalam memori siswa sehingga tidak akanmudah dilupakan.

    Ketiga,metode kontekstual mendorongsiswa untuk dapat menerapkannya dalamkehidupan. Artinya, metode kontekstualtidak hanya mengharapkan siswa dapat

    memahami materi yang dipelajarinya, tetapijuga bagaimana materi pelajaran itu dapat

    mewarnai perilakunya dalam kehidupansehari-hari. Materi pelajaran dalam konteksmetode kontekstual bukan untuk ditumpukdi otak kemudian dilupakan, akan tetapi

    sebagai bekal mereka dalam mengarungi

    kehidupan nyata.Secara garis besar, langkah-langkah

    penerapan pembelajaran contextual teachingand learning(CTL) sebagai berikut.

    a. Kembangkan pemikiran bahwa anakakan belajar lebih bermakna dengancara bekerja sendiri, menemukansendiri, dan mengonstruksi sendiri

    pengetahuan dan keterampilanbarunya.

    b. Laksanakan sejauh mungkin kegiataninkuiri untuk semua topik.

    c. Kembangkan sifat ingin tahu siswadengan bertanya.

    d. Ciptakan masyarakat belajar (belajardalam kelompok-kelompok).

    e. Hadirkan model sebagai contohpembelajaran.

    f. lakukan refleksi di akhir pertemuan.

    g. lakukan penilaian yang sebenarnyadengan berbagai cara.

    3. Kualitas Belajar

    Masih rendahnya kualitas belajar

    siswa dapat diketahui dari indikator kualitasproses dan hasil belajar. Menurut Kusumah

    & Dwitagama (2010: 73), indikator kualitasproses pembelajaran dapat dilihat dariaktivitas dan interaksi belajar mengajar.

    Sedangkan indikator kualitas hasilpembelajaran, dapat dilihat dari perasaanpuas, rasa ingin tahu, prestasi, dan produkbelajar yang dihasilkan siswa.

    Dalam artikel ini, kualitas prosesbelajar yang diamati adalah keaktifan siswadan hasil belajar yang dimaksud adalahprestasi kognitif, afektif, dan kepuasan siswa

    terhadap pembelajaran.

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    19/159

    414

    a. Kualitas Proses BelajarMenurut Sujana (2009: 59 - 62),

    dalam menilai proses belajar mengajar,terdapat beberapa kriteria yang biasa

    digunakan, antara lain sebagai berikut.

    1) Konsistensi belajar mengajardengan kurikulum

    Kurikulum adalah programbelajar mengajar yang telah ditentukansebagai acuan apa yang seharusnya

    dilaksanakan. Keberhasilan prosesbelajar mengajar dilihat dari sejauhmana acuan tersebut dilaksanakansecara nyata dalam bentuk dan

    aspek-aspek yang melikputi: a)

    tujuan-tujuan pengajaran; b) bahanpengajaran yang diberikan; c) jeniskegiatan yang dilaksanakan; d) caramelaksanakan setiap jenis kegiatan;e) peralatan yang digunakan untuk

    masing-masing kegiatan; dan f)penilaian yang digunakan untuksetiap tujuan.2) Keterlaksanaannya oleh guru

    Dalam hal ini adalah sejauh

    mana kegiatan dan programyang telah direncanakan dapatdilaksanakan oleh guru tanpamengalami hambatan dan kesulitanyang berarti. Dengan demikian, apa

    yang direncanakan dapat diwujudkansebagaimana seharusnya.Keterlaksanaan ini dapat dilihatdalam hal a) mengondisikan kegiatan

    belajar siswa; b) menyiapkan sumber,alat, dan perlengkapan belajar, (3)waktu yang disediakan untuk kegiatanbelajar mengajar; c) memberikanbantuan dan bimbingan belajarkepada siswa; d) melaksanakan

    penilaian proses dan hasil belajarsiswa; dan e) menggeneralisasikanhasil belajar mengajar saat itu dantindak lanjut untuk kegiatan belajar

    mengajar berikutnya.

    3) Keterlaksanaannya oleh siswaDalam hal ini, dinilai sejauh

    mana siswa melakukan kegiatanbelajar sesuai dengan program

    yang telah ditentukan guru tanpa

    mengalami hambatan dan kesulitanyang berarti. Keterlaksanaan olehsiswa dapat dilihat dalam hal a)memahami dan mengikuti petunjukyang diberikan guru; b) siswa

    turut serta melakukan kegiatanbelajar; c) tugas-tugas belajardapat diselesaikan sebagaimanamestinya; d) memanfaatkan sumber

    belajar yang disediakan guru; dan e)

    menguasai tujuan-tujuan pengajaranyang telah ditetapkan guru.4) Motivasi belajar siswa

    Keberhasilan proses belajarmengajar dapat dilihat dalam motivasi

    belajar yang ditunjukkan oleh parasiswa pada saat melaksanakankegiatan belajar mengajar. Hal inidapat dilihat dalam hal a) minat dan

    perhatian belajar siswa terhadap

    pelajaran; b) semangat siswa untukmelakukan tugas-tugas belajarnya;c) tanggung jawab siswa dalammengerjakan tugas-tugas belajarnya;dan d) reaksi yang ditunjukkan siswa

    terhadap stimulus yang diberikanguru.5) Keaktifan siswa dalam kegiatan

    belajar

    Penilaian proses belajarmengajar, terutama adalah melihatsejauh mana keaktifan siswadalam mengikuti proses belajarmengajar. Keaktifan siswa dapatdilihat dalam hal a) turut serta dalam

    melaksanakan tugas belajarnya; b)terlibat dalam pemecahan masalah;c) bertanya pada siswa lain atau guruterhadap masalah yang dihadapinya;

    d) melaksanakan diskusi kelompoksesuai dengan bimbingan guru; e)

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    20/159

    415

    menilai kemampuan diri dan hasil-hasil yang diperolehnya; f) melatihdiri dalam menyelesaikan soal ataumasalah sejenis; dan g) kesempatan

    menerapkan apa yang telah diperoleh

    dalam menyelesaikan tugas ataupersoalan yang dihadapinya.

    Menurut Fajri, dkk. (2003: 36),keaktifan adalah kegiatan, kesibukandalam bekerja atau berusaha. Kata

    keaktifan memiliki persamaam artidengan aktivitas. Klasifikasi aktivitas

    belajar, meliputi: a) visual activies,misalnya membaca, memperhatikan

    gambar demonstrasi, percobaan; b)

    oral activities,misalnya menyatakan,merumuskan, bertanya, memberisaran, mengeluarkan pendapat,mengadakan wawancara, diskusi,interupsi; c) listening activities,

    misalnya menguraikan, percakapan,diskusi, musik, pidato; d) writing

    activities, misalnya menulis cerita,karangan, laporan, angket, menyalin;

    e) drawing activities, misalnya

    menggambar, membuat grafik,peta, diagram; f) motor activities,misalnya melakukan percoban,membuat konstruksi, modelmereparasi, bermain, berkebun,

    dan berternak; f) mental activities,misalnya menanggapi, mengingat,memecahkan soal, menganalisis,melihat hubungan, dan mengambil

    keputusan; g) emotional activities,misalnya menaruh minat, merasabosan, gembira, bersemangat,bergairah, berani, tenang, dan gugup(Sardiman, 2010: 101).

    Yamin (2007: 84) sependapat

    dengan Sardiman yaitu adadelapan aktivitas belajar siswaseperti diatas, akan tetapi yangdimaksud oral activities, misalnya

    siswa mengemukakan fakta, ide,pendapat, gagasan, bertanya,

    maupun menjawab pertanyaan.Artikel ini hanya mengambil empataspek kegiatan siswa, meliputi visualactivities, oral activities, listening

    activities, dan writing activites.

    6) Interaksi Guru dengan SiswaInteraksi guru dengan siswa

    berkenaan dengan komunikasi atauhubungan timbal balik antara siswadengan guru atau siswa dengan siswa

    dalam melakukan kegiatan belajar.Hal ini dapat dilihat dalam a) tanyajawab antara guru dengan siswaatau antara siswa dengan siswa;

    b) bantuan guru terhadap siswa

    yang melakukan kegiatan belajarmengajar, baik secara individualmaupun kelompok; c) dapatnyaguru dan siswa tertentu dijadikansumber belajar; d) keberadaan

    guru senantiasa berperan sebagaifasilitator dan adanya kesempatanmendapat umpan balik secaraberkesinambungan.

    7) Kemampuan guru dalam

    mengajarKemampuan guru dalam

    mengajar merupakan puncakkeahlian guru yang profesionalkarena guru menerapkan semua

    kemampuan yang telah dimilikinyadalam pengajaran. Beberapaindikator dalam menilai kemampuanguru, antara lain: a) menguasai bahan

    pelajaran yang disampaikan kepadasiswa; b) terampil berkomunikasidengan siswa; c) menguasai kelassehingga dapat mengendalikansiswa; d) terampil menggunakanalat dan sumber belajar siswa; dan

    e) terampil mengajukan pertanyaan,baik lisan maupun tulisan.

    b. Kualitas Hasil Belajar

    Belajar adalah sebuah proses dimana hasil dari proses belajar adalah

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    21/159

    416

    perubahan tingkah laku, kecakapan, danberbagai sifat. Hasil dari proses belajartersebut dapat dinilai melalui evaluasi.Menurut Nana (2009: 22), hasil belajar

    adalah kemampuan-kemampuan yang

    dimiliki siswa setelah ia menerimapengalaman belajarnya. Dari uraiantersebut, dapat disimpulkan bahwa hasilbelajar adalah kemampuan yang dimilikisiswa setelah menerima pengalaman

    belajar yang tampak pada perubahantingkah lakunya. Hasil belajar selaludinyatakan dalam bentuk tujuan-tujuan(khusus) perilaku.

    Gagne (dalam Slameto, 2010:

    93) mengungkapkan bahwa adalima macam kemampuan manusiayang merupakan hasil belajar, antaralain: 1) keterampilan intelektual yangmerupakan hasil belajar terpenting; 2)

    strategi kognitif, mengatur cara belajardan berpikir seseorang, termasukkemampuan memecahkan masalah; 3)informasi verbal; 4) kemampuan motorik

    yang diperoleh di sekolah; 5) sikap dan

    nilai yang berhubungan dengan arahserta intensitas emosional yang dimilikiseseorang. Dalam sistem pendidikannasional, rumusan kompetensididasarkan pada klasifikasi hasil belajar

    dari Bloom, yang secara garis besardibagi menjadi tiga ranah, yaitu kognitif,afektif, dan psikomotor (Nana, 2009: 22- 23).

    Ismail (2006: 171) menyebutkanbahwa kepuasan belajar siswamerupakan hasil belajar. Variasi metodedan media merupakan faktor pentingpenentu keberhasilan pengajaran.Sedangkan menurut Rahayu (2009: 45),

    perasaan senang setelah pembelajaran,efektivitas, efisiensi media dan metode

    yang digunakan adalah indikatorkepuasan siswa terhadap pembelajaran

    yang diterapkan.

    Hasil belajar siswa dapatdigunakan untuk memotivasi siswa,memperbaiki dan meningkatkankualitas pembelajaran oleh guru. Selain

    itu, pemanfaatan hasil belajar untuk

    memperbaiki dan meningkatkan kualitaspembelajaran harus didukung olehsiswa, guru, kepala sekolah, serta orangtua siswa (Depdiknas, 2003: 21). Dengandemikian, dapat disimpulkan bahwa

    fungsi hasil belajar bagi siswa adalahsebagai indikator pencapaian tujuanpembelajaran dan umpan balik bagiguru dalam rangka peningkatan kualitas

    proses pembelajaran.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan PenelitianTindakan Kelas (Classroom Action

    Research), yang terdiri dari dua siklus. Setiapsiklus terdapat empat tahapan, yang terdiridari perencanaan tindakan, pelaksanaantindakan, observasi, dan refleksi. Subjek

    penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMANegeri 1 Pulokulon Tahun Ajaran 2014/2015.Data diperoleh melalui pengamatan, tes,dan dokumentasi. Teknik analisis data yang

    digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Kondisi Awal

    Pada pembelajaran PKn kelas XI. IPS1 sudah biasa dikondisikan berkelompoksehingga untuk materi-materi yang

    memerlukan kerja kelompok, guru tidak perlulagi membentuk kelompok. Dari 35 siswa,dibagi menjadi 6 kelompok sehingga tiapkelompok berjumlah 5 - 6 siswa. Sebelumpenelitian tindakan kelas ini, materi pokoknya

    adalah Hubungan Internasional.

    Pembelajaran berlangsung menarikkarena guru mengarahkan siswa untuk

    menghubungkan materi hubunganinternasional dengan kehidupan sehari-

    hari. Bagi sebagian siswa, ini merupakan

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    22/159

    417

    pengalaman yang menarik. Namun, masihada siswa yang kurang aktif dalam kerjakelompok, bahkan ada kelompok yangkurang serius berinteraksi dengan teman

    satu kelompoknya sehingga mereka

    lamban dalam memahami materi tersebut.Baru sekitar 62,8% siswa yang aktif dalamtiap kelompoknya. Ada siswa yang hanyamelihat temannya bekerja, ada pula siswayang kurang percaya diri. Mereka yang

    maju presentasi maupun bertanya hanyasiswa-siswa tertentu. Kurang aktifnya siswaini berakibat pada rendahnya ketuntasanbelajar kelas. Dari 35 siswa, siswa yang

    nilainya di atas nilai KKM sebanyak 23 siswa

    atau 65,7%.

    2. Siklus 1

    a. Perencanaan

    Berdasarkan kondisi awal di atas,maka rencana pembelajaran di siklus Imenggunakan pembelajaran ContextualTeaching and Learning(CTL). Pembelajaran

    Contextual Teaching and Learning (CTL)untuk meningkatkan kemampuan siswa dalambelajar PKn agar terasa lebih menyenangkan,meningkatkan motivasi siswa, kerja sama,

    dan keaktifan siswa semakin meningkat.Dengan demikian, pembelajaraan Contextual

    Teaching and Learning(CTL) ini diharapkanmampu meningkatkan aktivitas dan hasilpembelajaran materi Hubungan Internasional

    b. Tindakan

    Siklus pertama dilaksanakan dalam

    dua kali pertemuan, yaitu tanggal 11 dan 18Februari 2015 di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1Pulokulon. Setiap pertemuan, waktunya 2 jampelajaran, yaitu 2x45 menit, dengan materiHubungan Internasional. Tindakan yang

    dilakukan adalah pendekatan pembelajaranContextual Teaching and Learning

    Langkah-langkah yang dilakukan guru

    dalam pembelajaran Contextual Teachingand Learningpada siklus I ini sebagai berikut.

    1) Guru memberi apersepsi dan motivasi; 2)

    guru menyampaikan tujuan pembelajaranyang akan dicapai; 3) guru menjelaskanpembelajaran dengan model ContextualTeaching and Learning (CTL); 4) siswa

    berkelompok; 5) guru membagikan lembar

    kerja kelompok kepada masing-masingkelompok; 6) masing-masing kelompokmempresentasikan hasil kerja kelompoknyadi depan kelas dengan alokasi waktu sekitar15 menit; 7) guru memberi penghargaan

    pada kelompok dengan hasil terbaik; 8) gurudan siswa bersama-sama mengevaluasikegiatan pembelajaran yang telah dilakukan;9) guru memberi evaluasi materi Hubungan

    Internasional

    Pada siklus I pertemuan pertama,sebelum presentasi materi oleh guru

    pembelajaran, pembelajaran diawali denganpembentukan kelompok. Pembentukan

    kelompok didasarkan pada keheterogenan,tiap kelompok terdiri dari siswa berkemampuantinggi, rendah, laki-laki maupun perempuan.Dari 35 siswa dibagi dalam 6 kelompok, setiap

    kelompok beranggotakan 5 - 6 siswa. Siswamempresentasikan hasil kerja kelompoknyadi depan kelas tentang materi hubunganinternasional. Kelompok lain memberikan

    tanggapan dan pertanyaan dengan antusiasdan kelompok yang memperoleh prestasi

    terbaik mendapat penghargaan dilakukanevaluasi individu

    c. Observasi

    Berdasarkan pengamatan terhadapberlangsungnya proses pembelajaran PKn

    pada materi Hubungan Internasional yangtelah dilakukan pada siklus I, diperolehgambaran hasil tentang siswa cukup baikmemperhatikan pelajaran, yaitu sekitar30 dari 35 siswa yang hadir, yaitu 85,7%,

    namun keaktifan siswa selama pembelajaranbelum maksimal, yaitu sekitar 28 dari 35

    siswa yang hadir, yaitu 80%. Motivasi dankegairahan dalam mengikuti pembelajaran(meyelesaikan tugas mandiri atau tugas

    kelompok), yaitu 28 dari 35 siswa sekitar 80%.

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    23/159

    418

    Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkanbahwa 26 dari 35 siswa yang memperolehnilai di atas batas KKM, yaitu sekitar 74,2%. .

    d. Refleksi

    Dari hasil observasi pembelajaranContextual Teaching and Learning (CTL)dapat direfleksikan pada siklus I adalah

    bahwa siswa masih ada yang lebih sukauntuk berpikir sendiri, kurang tertarik untuk

    berbagi ide, gagasan, atau pendapatdengan temannya. Sebagian siswa belumterbiasa dengan kondisi belajar denganmenggunakan pembelajaran Contextual

    Teaching and Learning,tetapi ada juga yanglebih senang dan antusias dalam belajar. Halini mengakibatkan belum maksimalnya hasilbelajar siswa, yaitu nilai siswa masih banyak

    yang belum mencapai nilai KKM. Olehkarena itu, perlu pelaksanaan siklus II untuk

    meningkatkan pembelajaran ContextualTeaching and Learning(CTL).

    3. Siklus II

    a. Perencanaan

    Untuk memperbaiki kelemahandan mempertahankan keberhasilanyang telah dicapai pada siklus I, makapada pelaksanaan siklus II dapat dibuatperencanaan sebagai berikut. 1) Memberikan

    motivasi kepada kelompok siswa agarlebih aktif lagi dalam pembelajaran; 2) guru

    lebih intensif membimbing kelompok siswayang mengalami kesulitan; 3) memberikanpenghargaan kepada siswa (reward).

    b. TindakanTindakan pada siklus II dilaksanakan

    dalam dua pertemuan, yakni tanggal 25Februari 2015 dan 11 Maret 2015. Setiap

    pertemuan waktunya 2 jam pelajaran, yaitu2x45 menit, mulai jam ke 5 dan 6, yaitu pukul10.30 - 12.00 WIB. Rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP) yang digunakan pada

    siklus II sama dengan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP) pada siklus I karena

    pembelajaran ini adalah pengulangan siklus

    I yang telah dilaksanakan sebelumnya,dengan maksud untuk meningkatkanpembelajaran siswa.

    Pada pelaksanaan siklus I yangtelah dilakukan ternyata masih terdapat

    kelemahan dalam kegiatan proses belajarmengajar, seperti siswa masih kurang aktif,

    siswa masih kurang motivasi, siswa masihkesulitan mengerjakan tugas, masih kurang

    adanya interaksi guru dengan siswa sehinggaperlu dilakukan tindakan pemecahannya.Tindakan yang perlu ditempuh adalah 1)guru memberi umpan balik (reward) kepada

    siswa agar lebih aktif dalam pembelajarandan mau mengerjakan tugas yang diberikanguru dengan serius dan sungguh-sungguh;2) mencari cara agar siswa lebih tertarik

    dan memperhatikan pembelajaran; 3) dalampembelajaran, sebaiknya harus banyak

    interaksi dua arah; 4) perlu ada bimbinganpada siswa saat mengerjakan tugas sehinggasiswa lebih memahami; 5) sebaiknya jugamemberi balikan dan penguatan pada siswa

    tentang hasil tugasmya.c. Hasil Observasi

    Berdasarkan pengamatan peneliti,lewat kegiatan belajar mengajar yang telahdilaksanakan pada siklus II, diperoleh hasilsebagai berikut. Siswa memperhatikan

    pelajaran dengan baik, yaitu sekitar 33 dari35 siswa yang hadir 94,2%, keaktifan siswa

    selama pembelajaran sekitar 32 dari 35siswa yang hadir, yaitu 91,4%. Motivasi dankegairahan dalam mengikuti pembelajaran

    (meyelesaikan tugas mandiri atau tugaskelompok), yaitu 31 dari 35 siswa sekitar88,5%. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa33 dari 35 siswa memperoleh nilai di atasbatas KKM, yaitu sekitar 94,2%.

    d. Refleksi

    Dari hasil observasi, refleksi pada

    proses pembelajaran siklus II adalah siswa

    aktif bekerja sama dan diskusi dalamkelompok. Siswa mulai lancar dalam

    berkomunikasi dengan bahasa ilmiah. Hal

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    24/159

    419

    ini berakibat pada hasil pembelajaran yangsemakin meningkat, seperti perolehannilai di atas KKM mencapai 94,2% yangmenunjukkan daya serap klasikal telah

    tercapai sehingga pembelajaranContextual

    Teaching and Learning (CTL) tepatdigunakan untuk pembelajaran materihubungan internasional

    e. Pembahasan

    Dari hasil pelaksanaan siklus I dansiklus II, secara ringkas dapat dideskripsikandalam tabel berikut.Tabel 1. Data Aktivitas Siswa yang Relevan

    dengan Pembelajaran

    No Indikator Ketercapaian

    Siklus I Siklus II

    1 Untuk keaktifan siswa 80% 91,4%

    2

    Motivasi dankegairahandalam mengikutipembelajaran (meyelesaikan tugasmandiri atau tugaskelompok )

    80% 88,5%

    3Memperhatikanpelajaran dengan baik

    85,7% 94,2%

    4

    Untuk aspekpengetahuantercapainya nilai batastuntas (KKM= 78)

    74,2% 94,2%

    Dari tabel di atas, dapat dinyatakanbahwa terjadi peningkatan pada indikatoryang telah ditetapkan dari hasil pelaksanaansiklus I dan siklus II. Berdasarkan pengamatan

    selama proses pembelajaran, keaktifan

    siswa mengalami peningkatan dari siklusI ke siklus II sebesar 11,4%. Peningkatankemampuan siswa yang berani bertanya danmengemukakan pendapat sebesar 8,6%,peningkatan motivasi dan kegairahan dalam

    mengikuti pembelajaran 8,5%, peningkataninteraksi siswa dalam mengikuti diskusikelompok sebesar 9,4%. Hasil evaluasisiklus II menunjukkan bahwa 33 dari 35 siswa

    memperoleh nilai di atas batas KKM, yaitu

    sekitar 94,2%. Dari hasil evaluasi, aspekkognitif pada materi Hubungan Internasionalmengalami peningkatan sebesar 20%.

    PENUTUP

    Berdasarkan hasil analisis danpembahasan di atas, dapat disimpulkanbahwa penggunaan model pembelajaran

    Contextual Teaching and Learning dapatmeningkatkan Kualitas pembelajaran PKnmateri hubungan internasional siswa kelasXI IPS 1 SMA Negeri 1 Pulokulon.

    DAFTAR PUSTAKA

    Depdiknas. 2003. Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Psikomotor(Unpublised). Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

    Fajri, E. M. Zul, dkk.. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Utama.

    Ismail, Adang. 2006. Education Games.Yogyakarta: Nuansa Aksara.

    Kusuma, Wijaya & Dwitagama, Dedi. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PTIndeks.

    Nana, Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

    Rahayu, Evin Tri. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Disertai Metode NumberHeads Together dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi. Skripsi,FKIP UniversitasSebelas Maret, Surakarta.

    Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

    Wiraputtra, Udin S.. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    25/159

    420

    PEMAKAIAN BAHASA MASYARAKAT PONTIANAK DI BERBAGAI

    RANAH ATAU KONTEKS (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

    Al Ashadi A lim in

    Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP-PGRI PontianakJalan Ampera Pontianak 78116

    [email protected]

    ABSTRAKThis article provides the variations of language usage in various contexts by the society in

    Pontianak. The purposes of this research are: 1. to describe the variations of language that

    exist in the society, and 2. the existence of code switching and code mixing in language use.

    The method of this research is descriptive qualitative, object of this research is utterances that

    have been transcribed into text. The data collections method used listening and free listening

    technique. The result of the analysis showed the existence variation of Malay language with

    Sambasnese dialect, Ketapang dialect, Pontianak dialect, Dayaknese language, Javanese

    language, Indonesian slang and foreign language. The existence of code switching and code

    mixing was in form of the sentence from Malay Pontianak language to Indonesian language.

    The forms of code mixing that exist is in form of words from local language, foreign language

    and Indonesian slang.

    Keywords: society language use, language variation, code switching, code mixing

    ABSTRAKArtikel ini memuat analisis variasi pemakaian bahasa di berbagai ranah atau konteks olehmasyarakat Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan variasi-variasi bahasayang muncul dari pemakaian bahasa; dan 2) ragam alih dan campur kode yang muncul daripemakaian bahasa. Metode yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif dengan objek penelitian

    berupa pertuturan yang telah ditranskrip dalam bentuk teks dengan metode pengumpulan datamenggunakan teknik simak dan teknik simak bebas libat cakap. Hasil analisis menunjukkanbahwa varasi bahasa yang muncul meliputi variasi bahasa Melayu dialek Sambas, bahasaMelayu dialek Ketapang, bahasa Melayu dialek Pontianak, bahasa Dayak, bahasa Jawa,bahasa Prokem, serta bahasa asing. Ragam alih dan campur kode yang muncul adalah alihkode yang berwujud kalimat dari bahasa Melayu Pontianak ke dalam bahasa Indonesia. Wujudcampur kode yang muncul adalah campur kode berwujud kata dari bahasa daerah, bahasaasing, serta bahasa prokem.

    Kata kunci : pemakaian bahasa masyarakat, variasi bahasa, alih dan campur kode.

    PENDAHULUAN

    Komunikasi yang berlangsung dalam

    masyarakat bahasa merupakan tempat ataumedia untuk mengungkapkan ide, gagasan,

    isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya.Peristiwa komunikasi yang berlangsungantara pembicara kepada pendengarmerupakan suatu peristiwa yang sangat

    majemuk. Dalam hal ini, bahasa sebagai alat

    komunikasi yang mempunyai peranan sangatpenting. Begitu pentingnya bahasa, sehingga

    kajian tentang bahasa yang dihubungkandengan faktor sosial merupakan suatu kajian

    yang sangat menarik. Hal ini disebabkanoleh luasnya objek penelitian yang menarikdan dapat terus dikaji.

    Penelitian ini memfokuskan padapemakaian bahasa masyarakat Pontianakdi berbagai ranah atau konteks. Secara

    rinci, penelitian ini bertujuan untuk: 1)

    mendeskripsikan bentuk variasi bahasayang terdapat dalam pemakaian bahasa

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    26/159

    421

    masyarakat Pontianak? 2) mendeskripsikanragam alih dan campur kode yang terkandungdalam pemakaian bahasa masyarakatPontianak?

    Pada kenyataannya bahasa adalah

    kaya raya dengan keanekaragamanperwujudannya. Perwujudan bahasa itu

    sangat luasnya sehingga variasi-variasi ituseakan tanpa batas (Alwasilah, 1989: 65).

    Terjadinya keragaman atau kevariasianbahasa ini bukan hanya disebabkan olehpara penuturnya yang tidak homogen, tetapijuga karena kegiatan interaksi sosial yang

    mereka lakukan sangat beragam.

    Beberapa pengertian mengenai variasibahasa, seperti pendapat Suwito (1991:34) bahwa variasi bahasa merupakansejenis ragam bahasa yang pemakainnyadisesuaikan dengan fungsi dan situasi, tanpa

    mengabaikan kaidah-kaidah pokok yangberlaku dalam bahasa yang bersangkutan.Pendapat lain mengenai variasi bahasamenurut Soeparno (2002: 71) adalah bentuk-

    bentuk bagian atau varian dalam bahasa

    yang masing-masing memiliki pola-pola yangmenyerupai pola umum bahasa induknya.Sementara itu, menurut Chaer & Agustina(2010: 62), variasi bahasa dipandangsebagai bentuk-bentuk bagian atau varian

    dalam bahasa yang masing-masing memilikipola yang menyerupai pola umum bahasa

    induksinya.

    Berdasarkan beberapa pengertianpendapat ahli di atas, disimpulkan bahwa

    variasi bahasa adalah keanekaragamanbahasa yang dipakai penutur bahasa yangtidak jauh berbeda dengan bahasa induknyaakibat berbagai faktor yang mempengaruhi

    peristiwa tutur tersebut. Keragaman ataukevariasian bahasa ini bukan hanyadisebabkan oleh para penuturnya yangtidak homogen, tetapi juga karena kegiatan

    interaksi sosial yang mereka lakukan sangatberagam

    Faktor-faktor yang mempengaruhivariasi bahasa menurut Fishman (Chaer &Agustina, 1995: 204) adalah lokasi, topik,dan partisipan; seperti keluarga, tetangga,

    teman, transaksi pemerintahan, pendidikan,

    pekerjaan, dan sebagainya. Fenomenapemakaian bahasa tersebut tidak terlepasdari penggunaan berbagai jenis kodekebahasaan yang disesuaikan denganberbagai faktor, baik kebahasaan dan

    nonkebahasaan. Berikut ini akan dipaparkanteori alih dan campur kode.

    Alih kode merupakan salah satu aspek

    ketergantungan bahasa di dalam masyarakatdwibahaswan. Menurut Suwandi, 2008: 86;Saddhono, 2012: 78, di dalam masyarakatdwibahasawan, hampir tidak mungkin

    seorang penutur menggunakan satubahasa secara mutlak tanpa sedikitpun

    memanfaatkan bahasa lain. Alih kodemerupakan salah satu aspek tentangsaling ketergantungan bahasa di dalammasyarakat multilingual. Pendapat serupa

    juga diutarakan oleh Chaer & Agustina (2004:107) bahwa alih kode dipandang sebagaiperistiwa penggantian bahasa dari bahasasatu ke bahasa yang lain, dari ragam satu ke

    ragam yang lain atau perubahan dari situasiresmi ke situasi santai. Hal senada diutarakan

    oleh Iqbal, dkk. (2011: 15), alih kode sebagaifenomena beralih penutur dari satu bahasake dalam bahasa lain dalam satu ujaran ataupercakapan. Lebih lanjut, Iqbal menegaskan

    kedwibahasaan mengakibatkan tumpang

    tindih (percampuran) penggunaan unsursistem bahasa satu dengan sistem bahasalainnya.

    Berdasarkan beberapa pendapatdi atas, dapat disimpulkan bahwa yang

    dimaksud dengan alih kode adalahpertukaran dari satu bahasa ke bahasa lain

    atau pertukaran dari satu variasi bahasa kebahasa variasi bahasa lain dalam bahasayang sama, ataupun pertukaran dari satu

    gaya bahasa satu ke gaya bahasa yang

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    27/159

    422

    lain dalam bahasa yang sama. Berdasarkansifatnya, alih kode dapat dibedakan menjadidua, alih kode intern dan alih kode ekstern(Saddhono, 2012: 79). Alih kode intern

    dimaksudkan sebagai alih kode yang terjadi

    antarbahasa daerah dalam satu bahasanasional, sedangkan alih kode ekternmerupakan alih kode yang terjadi antarabahasa asli dengan bahasa asing.

    Dalam peristiwa tutur, campur kode jugasering digunakan. Pengertian campur kodemenurut Nababan (1991:32) adalah suatukeadaan berbahasa lain (speech act atau

    discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasiberbahasa yang menuntut pencampuranbahasa. Dalam keadaaan yang demikianlah,menurut Nababan hanya kesantaian penutur

    dan/atau kebiasaannya yang dituruti.Pendapat lain mengenai campur kode, yaitu

    dari Thelander (Chaer & Agustina, 2004: 115)menjelaskan bahwa apabila suatu peristiwatutur, klausa-klausa maupun frasa-frasa,yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa

    campuran (hybrid clauses, hybrid pharases),dan masing-masing klausa atau frasa itutidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri,maka peristiwa yang terjadi adalah peristiwa

    campur kode.

    Berdasarkan pendapat beberapa para

    ahli, dapat dinyatakan bahwa pengertiancampur kode adalah penggunaan unsur-

    unsur lain atau ketergantungan bahasaketika memakai bahasa tertentu yangsaling dibutuhkan. Peristiwa campur kode

    disebabkan oleh beberapa faktor yangmempengaruhi, seperti yang dikemukakanoleh Hoffman, Hamers, dan Blanc (Apriana,2006: 38 - 39) bahwa ada beberapa faktoryang dapat menyebabkan terjadinya alih

    dan campur bahasa, They are: 1) thecontent of the conversation; 2) the formality

    of the conversation; 3) the participants;

    and 4) the effectiveness of the message.Menurut mereka, faktor-faktor yang dapat

    menyebabkan terjadinya campur atau

    alih bahasa, yaitu isi dari pembicaraan,keformalan sebuah pembicaraan, parapendengar, dan keefektifan dari pesan yangdisampaikan. Selain itu, Hoffman dan Troike

    (Apriana, 2006: 38 - 39) juga menyatakan

    faktor penyebab terjadinya campurkode, yaitu mencakup alasan seseorangdalam melakukan campur kode. Merekamenyatakan,

    There are ten reasons why people mixor switch their languages. They are: 1)

    talking about a particular topic; 2) quoting

    somebody else; 3) being emphatic

    about something; 4) sentence fillers or

    sentence connectors; 5) repetition used

    for clarification; 6) intention of clarifying

    the speech content for interlocutor; 7)

    expressing group identity; 8) softening or

    strengthening request or command; 9)

    real lexical need; and 10) for the sake of

    efficiency. All those factors and reasons

    are used in the analysis.

    Ada 10 alasan seseorang mengalih ataumencampur bahasa, yaitu 1) membicarakan

    mengenai topik tertentu; 2) mengutippembicaraan orang lain; 3) mempertegassesuatu; 4) pengisi dan penyambungkalimat; 5) perulangan untuk mengklarifikasi;

    6) bermaksud untuk mengklarifikasi isi

    pembicaraan kepada lawan bicara; 7)menunujukkan identitas suatu kelompok; 8)

    memperhalus atau mempertegas permintaanatau perintah; 9) kebutuhan leksikal; dan 10)keefisiensian suatu pembicaraan.

    Dengan demikian, campur kodedapat dibagi menjadi enam jenis, yaitupenyisipan unsur-unsur yang berwujudkata, penyisipan unsur-unsur yang berwujud

    frasa, penyisipan unsur-unsur yang berwujudbentuk baster, penyisipan unsur-unsur yangberwujud kata ulang, penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom,

    dan penyisipan unsur-unsur yang berwujudklausa. Selanjutnya, faktor penyebab

    terjadinya campur kode mencakup alasan

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    28/159

    423

    seseorang dalam melakukan campurkode, yaitu membicarakan mengenaitopik tertentu, mengutip pembicaraanorang lain, mempertegas sesuatu, pengisi

    dan penyambung kalimat, perulangan

    untuk mengklarifikasi, bermaksud untukmengklarifikasi isi pembicaraan kepada

    lawan bicara, menunujukkan identitas suatukelompok, memperhalus atau mempertegaspermintaan atau perintah, kebutuhan leksikal,

    dan keefisiensian suatu pembicaraan.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan sebuah

    penelitian lapangan (field research)menggunakan metode deskriptif melaluipendekatan sosiolinguistik. Data dalampenelitian ini berupa pertuturan atau dialogpercakapan yang telah ditranskrip dalam

    bentuk teks dengan sumber data dalampenelitian adalah penutur yang melakukanpercakapan pada saat perekaman datapenelitian. Subjek dalam penelitian ini bersifatpurposive sampling. Data dikumpulkan

    dengan metode simak atau penyimakanselanjutnya dianalisis menggunakan metodepadan.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pontianak memiliki berbagai suku

    dan etnis yang multikultural, dalam interaksipercakapan sehari-hari, pemakain kode olehmasyarakat tutur sangat bervariasi.1. Analisi s Data 1

    Konteks: tiga orang mahasiswasedang duduk-duduk di kontrakan B5 DanauSintarum sedang membicarakan rencana

    pulang ke kampung halaman.Andi : Teg, bile kau nak balik ke

    Singkawang. (kapan mau pulang keSingkawang)

    Tegi : Ndaktaulah An, sian libornye masehtok be. Kau bile nak balik? (kurang

    tahu juga An, belum ada libur. Kamu

    kapan pulang?)Andi : Rencaneku nak balik hari Jumat itok.

    Dahlamak juak daanbalik tok e, kau

    nak balik ndak? Mun kau balik, serate

    jak kite baliknye hari Jumat

    itok. Cemane, oke?(rencanaku maupulang hari Jumat ini. Sudah lamatidak pulang ni, kamu mau pulangtidak? Kalau kamu pulang sama-sama kita, hari jumat ini, bagaimana,

    oke?)Ari : Andi, bahasa apa yang kalian

    gunakan. Aku tidak mengerti apayang kalian bicarakan.

    Andi : Ohitu bahasa Melayu Sambas.

    Aku dengan Tegi rencananya maupulang ke Singkawang hari jumat ini.

    Ari : Begitu tohceritanya. Berarti mingguini weekend-nya di Singkawang ya.

    Tegi : Pastinya

    a. Analisis Variasi Bahasa MelayuAnalisis bahasa Melayu berwujud katabalik, ndak, daan, dah.

    1) Penggunaan kata Balik dalam

    bahasa Melayu, yang bermaknapulang dalam bahasa Indonesia,

    terdapat beberapa variasi seperti[balek], [balEk]. Penggunaan kata inikonsisten pada wilayah atau daerah.Kata balik yang digunakan dalam

    percakapan di atas adalah bahasaMelayu dialek Sambas, sedangkankata [balek], dan [balEk] seringdigunakan oleh masyarakat yang

    berdomisili di wilayah Pontianakatau sering disebut bahasa Melayu

    dialek Pontianak.2) Pemakaian kata ndak dandan daan.

    Kata ndak dandaan dalam bahasaIndonesia bermakna tidak. Dalam

    bahasa melayu Pontianak, memilikibeberapa variasi lain seperti [Indak],[tadak]. Pemakaian kata ndakmerupakan bentuk pemenggalan

    dari kata indak, begitu juga kata

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    29/159

    424

    daan merupakan sebuah variasikata dari bahasa Melayu. Biasanyakosakata ini banyak digunakan olehmasyarakat Melayu dialek Sambas.

    Penggunaan kata tadakmerupakan

    variasi bahasa Melayu dialekPontianak yang sering digunakanterbatas pada daerah Pontianak.

    3) Pemakain kata dah. Kata dahdalambahasa Indonesia bermakna sudah,

    merupakan bentuk pemenggalankata udah. Pemakaian kata dahdalam pertuturan dengan tujuankomunikatif agar tujuan dan

    maksud tuturan lebih cepat tercapai

    dibandingkan jika harus memakaibentuk percakapan lengkap.

    b. Analisis Alih Kode dan Campur KodeCampur kode yang terdapat padapertuturan data 1 berasal dari bahasa

    daerah lain dan bahasa asing.Perhatikan kata, seperti oke, toh, danweekend. Pemakain kata toh merupakanserpihan partikel bahasa Jawa yang

    berfungsi untuk menegaskan maksudpembicaraan, sedangkan pemakaian

    kata oke(ia) dan weekend(akhir pekan)merupakan serpihan unsur bahasaInggris. Tujuan penggunaan katatersebut menunjukkan nilai prestiseatau

    gengsi dari penuturnya. Hal ini tampakbahwa identitas sosial penutur adalahkaum terpelajar yang mengerti bahasaInggris.

    Alih kode dapat dilihat pada pada data1 dialog percakapan ke 4, 5, 6, dan 7.

    Pada percakapan tersebut Andi dan Tegiberalih kode dari Bahasa Melayu DialekSambas ke Bahasa Indonesia karenakedatangan orang ketiga yaitu Ari yang

    tidak mengerti dengan bahasa yangdigunakan mereka.

    2. Analis Data II

    Konteks: komunikasi terjadi antaraPiktor (Dayak) dan Addul (Melayu) yang

    terjadi di salah satu toko tempat penjualansembako pada pagi hari.

    Piktor : Apa y2ang maok kau beli Dul?(apa yang mau kau beli Dul)

    Addul : Ini maok beli ikan kerring (ini maumembeli ikan kering)

    Piktor : Berapa harganya nean? (berapaharganya ini?)

    Addul : Sehibusatu ons (seribu satu ons)

    a. Analisis Variasi Bahasa

    Analisis bahasa difokuskan pada katamaok dansehibu.1) Penggunaan kata maok dalam

    bahasa Melayu yang bermakna ingin

    dalam bahasa Indonesia, terdapatbeberapa variasi penyebutan seperti

    [mau], [maOk]. Penggunaan variasikata [mau] dan [maOk] digunakandalam percakapan sehari- hari seringdigunakan oleh masyarakat yang

    berdomisili di wilayah Pontianak

    atau sering disebut bahasa Melayudialek Pontianak.

    2) Penggunaan kata sehibu.

    Masyarakat Melayu Pontianaksering memakai kata seribu atau

    sribu untuk menyebut nominaluang seribu rupiah. Penyebutansehibu di dalam bahasa MelayuPontianak merupakan bentuk

    yang jarang digunakan. Terjadinyavariasi penyebutan akibat adanya

    interferensi bahasa daerah lain, yaitubahasa Dayak. Hal ini karena dalamberkomunikasi dengan mitra tuturkelompok etnis lain, dalam kasus

    ini berkomunikasi dengan tetanggayang beretnis Dayak, mereka tidakmenggunakan bahasa Indonesiaataupun bahasa Dayak, akan tetapi

    menggunakan Bahasa MelayuPontianak. Hal ini disebabkan

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    30/159

    425

    kepasifan antara penutur terhadapbahasa lawan tutur. Mereka lebihmemilih menggunakan bahasayang netral, yakni Bahasa Melayu

    Pontianak.

    b. Analisis Alih Kode dan Campur Kode

    Konteks komunikasi yang terjadi antaraPiktor dan Addul yang tidak salingmendominasi bahasa, di antaranyakarena pengetahuan yang pasif

    mengenai bahasa mitra tutur. Merekasaling memahami namun tidak dapatmengucapkan secara aktif.Pertuturan di atas terdapat campur kode

    dari bahasa Dayak, yaitu nean. Maknakata nean dalam bahasa Indonesia

    adalah ini. Pemakaian kata tersebutdalam pertuturan disebabkan penuturtidak fasih berbahasa Melayu sehinggauntuk mengefisienkan pembicaraan

    agar komunikatif, penutur memilihmenggunakan bahasa pertama B1 yanglebih dikuasainya.

    3. Analis Data III

    Konteks: Percakapan terjadi suatusore di pinggir jalan, Dedi akan bermain bola,

    saat di perjalanan bertemu dengan sahabatakrabnya Andi. Pertuturan menggunakan

    bahasa melayu Dialek Ketapang.Andi : Maok kemane kau te,jang? (Mau

    kemana kamu, jang? sebutan anaklaki-laki)

    Dedi : Aku te maok maen bola, Di. Kaumau ikot ndak. (Aku mau bermain

    sepak bola, di. Kau mau ikut ndak?)Andi : Ayom , jang. Kebetolan, aku te ndak

    ade kegiatan. Bagusnye te aku ikut

    kau, jang! (ayolah, jang.kebetulan,

    aku tidak ada kegiatan(sibuk).Baiknya aku ikut(main bola) kau, jang!)

    Dedi : Ooh..........aoklah yok lahkite langsong kelapangan jak.

    (Oooh..........ayolah, sekarang kitalangsung ka lapangan .)

    Andi : Yok lah, jang.(ayo,jang)

    a. Analisis Variasi Bahasa

    Analisis bahasa difokuskan pada kata te,ayom, yok, jang, aok, dan maen.

    1) Pemakain partikel te. Partikelte merupakan unsur yang tidakmemiliki makna jika tidak melekatpada kata lain. Variasi partikel lain

    yang terdapat dalam bahasa Melayu,seperti be, bE, dan am berfungsisebagai penegas atau memberikantekanan pada kata tertentu yang

    dituturkan.2) Pemakaian kata ayom dan yok.

    Kata ayom dan yok dalam bahasaIndonesia bermakna ayo, merupakanvariasi kata dari bahasa Melayudialek Ketapang. Pemakaian kata

    ayom biasanya banyak digunakanoleh masyarakat Melayu Ketapang.

    3) Pemakaian kata jang. Katajang dalam bahasa Indonesia

    bermakna sapaan untuk anaklaki-laki. Sapaan ini dipakai oleh

    masyarakat penutur bahasa MelayuKetapang. Pemakaian sapaan initidak mengenal tingkatan, biasanyadipakai untuk menyapa teman

    sebaya atau menyapa orang yanglebih muda dari penutur. Variasi lainuntuk menyapa lawan bicara dalambahasa Melayu, misalnya budak

    (orang kedua tunggal) sapaan dalambahasa Melayu Pontianak. Bahasa

    melayu Sambas mengenal beberapasapaan, seperti along(anak pertama-- dipakai untuk persona pertamadan kedua tunggal), angah (anak

    kedua -- dipakai untuk personapertama dan kedua tunggal), ude,

    uning usu, dan sebagainya.4) Pemakain kata aok. Kata aok dalam

    bahasa Indonesia bermaksa iya,

  • 7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016

    31/159

    426

    merupakan bentuk variasi lain darikata ye, dan iye . Pemakaian kataaok dalam pertuturan digunakanuntuk orang yang sebaya, untuk

    pertuturan dengan orang yang lebih

    tua atau lebih dihormati biasanyamenggunakan kata iye.

    5) Pemakaian kata maen. Kata maendalam bahasa Indonesia bermaknamain. Dalam bahasa Melayu

    Pontianak, variasi kata