Jurnal Cakrawala Januari 2016
-
Upload
muhammad-rohmadi -
Category
Documents
-
view
310 -
download
0
Transcript of Jurnal Cakrawala Januari 2016
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
1/159
Jurnal
PENDIDIKAN
ISSN: 2442-4846
Vol. 2 No. 1 Hal. 401- 552 Januari 2016JURNALCAKRAWALA
PENDIDIKAN
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Menengah, dan Tinggi
ISSN: 2442-4846
BPSDM-BJ
BBPSDM-BJBR AIL YI AA JN
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
2/159
CAKRAWALA PENDIDIKANJurnal Ilmiah Pendid ikan Dasar, Menengah, dan Tinggi
ISSN: 2442-4846
Cakrawala Pendidikan memuat hasil penelitian, gagasan, dan tinjauan ilmiah serta resensibuku- buku pendidikan. Jurnal ini terbit setahun tiga kali, pada bulan Januari, Mei, dan
September. Redaksi mengundang para guru, dosen, widyaiswara, peneliti, dan praktisipendidikan untuk mengirimkan hasil penelitian dan gagasanya ke jurnal ini.
Ketua Penyunting : Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.
Sekretaris Penyunting : Hasan Zainuri, M.Pd.
Penyunting Pelaksana : Memed Sudaryanto, M.Pd.
Mitra Bestari : Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum. (FKIP Universitas Sebelas Maret) Sukarmin, M.Si., Ph.D. (FKIP Universitas Sebelas Maret)
Syarifah Inayati, M.Si. (FKIP Universitas Sebelas Maret)
Imam Baehaqi, M.Hum. (Universitas Negeri Semarang)
Anggota Penyunting : Chafit Ulya, M.Pd. (FKIP UNS)
Andi Wicaksono, M.Pd. (IAIN Surakarta)
Muhammad Lahir, M.Pd. (IKIP PGRI Pontianak)
Anang Sudigdo, M.Pd. (PGSD UST Yogyakarta)
Samuel B.T. Simorangkir, M.Pd. (Univ. Nomensen Medan)
Pelaksana Tata Usaha : Yuli Kusumawati, S.S.
Muhammad Kavit, A.Md.
Alamat Redaksi:
Graha Yuma Perkasa GroupJl. Samudra Pasai No. 49, Lt. 2, Kleco RT 02/01, Kadipiro, Surakarta 57136
Email: [email protected] Narahubung: 081391423540
Diterbitkan:Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Brilian Jaya (BPSDM-BJ)
Kota Surakarta
Langganan tiga edisi dalam satu tahun Rp. 180.000, ditambah biaya pengiriman
sesuai dengan alamat yang dituju, biaya langganan dapat ditransferKe rekening bank BNI cabang nusukan 0338489167 a.n. Muhammad Kavit.
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
3/159
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
4/159
DAFTAR ISI
Media Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Kelas XI SMA Negeri 7 Pontianak
Mai Yuliastri Simarmata 401 - 409
Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn melalui Metode Contextual Teachingand Learningpada Siswa Kelas XI IPS 1 Semester 2 SMAN 1 Pulokulon Tahun
Pelajaran 2014/2015Endang Setiyowati 410 - 419
Pemakaian Bahasa Masyarakat Pontianak di Berbagai Ranah atau Konteks(Kajian Sosiolinguistik)Al Ashadi Alimin 420 - 429
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Metode Eksperimen MataPelajaran Biologi Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Pulokulon TahunPelajaran 2014/2015
Indri Yuniarti 430 - 438
Analisis Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini (Kajian Feminisme)
Adisti Primi Wulan 439 - 451
Pemanfaatan Media Gambar Berseri dalam Metode Mind MappinguntukMeningkatkan Keterampilan Menulis Narrative Text pada Siswa Kelas XI IPA 3SMA Negeri 1 Pulokulon Tahun Pelajaran 2014/2015Puji Lestari 452 - 461
Pemilihan Kode dalam Masyarakat Bilingual Melayu Sambas di Kota Pontianak
dalam Lingkungan Pendidikan (Studi Kasus dalam Pembelajaran BahasaIndonesia di SMK Al-Madani Pontianak, Kalimantan Barat)
Eti Ramaniyar 462 - 470
Penerapan Model Kooperatif Tipe TPS(Think Pair Share) untuk MeningkatkanMotivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Segiempat pada SiswaKelas VII A SMP Negeri 1 Pulokulon Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015
Condro Kuncorowati 471 - 479
The Effect of Applying Word Webbing Technique on The Students Ability in Writing
Descriptive Paragraph at The Teacher Training Faculty of Nommensen
University PematangsiantarEben Pasaribu 480 - 488
Peningkatan Keterampilan Kreasi Gerak pada Kreativitas Berkarya melaluiMetode Jigsawdan Video Tari Nusantara di Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1Pulokulon Tahun Pelajaran 2014/2015Rita Sudarwahyuni 489 - 498
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
5/159
Fonologi Bahasa Dayak Desa Empaci, Kecamatan Dedai, Kabupaten SintangMelia 499 - 508
Upaya Meningkatkan Kemampuan Membacakan Teks Berita melalui Media SuratKabar Siswa Kelas XI MAN 2 Madiun
Kasmini 509 - 520
Peningkatan Keterampilan Membaca melalui Metode Cooperative IntegratedReading and Compositionpada Siswa Kelas VIII MTs Negeri SiantanTahun Pelajaran 2010/2011
Mesterianti Hartati 521 - 532
Trilogi (Ideologi, Demokrasi, dan Globalisasi)Konsep Marxisdalam Sajak-sajakKegelisahan Hidup Karya Putu Oka SukantaIka Arifiati 533 - 541
Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Proposal dengan Model NumberedHead Togetherpada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 KaranganyarMuhammad Zikri Wiguna, Sarwiji Suwandi, Budhi Setiawan 542 - 552
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
6/159
401
MEDIA PEMBELAJ ARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI KELAS XI
SMA NEGERI 7 PONTIANAK
Mai Yuliastr i Simarm ata
Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP PGRI PontianakAlamat korespondensi: [email protected]
ABSTRACTThis study aims to explain the Indonesian media learning, especially learning speaking skills in
class XI SMA 7 Pontianak. The method used in this research is descriptive method. Forms of
research is qualitative, which is a form of research by analyzing the data obtained from the study.
The use of qualitative research on the election form media learning speaking skills is intended
to determine the ability of teachers in selecting instructional media in conducting teaching
and learning activities. The research data was obtained through interviews and observation or
direct observation of instructional media speaking skills contained in the teacher made lesson
plans. The results showed that the media used by teachers among other examples exciting
experience of a book or newspaper, examples of articles and books, text instance drama, as
well as resource persons from various circles. The media is in conformity with the theme, point
of learning, as well as the characteristics of the medium itself. The media used can provide
innovation and motivation for students. In addition, the strategy used by teachers when using
the media to help students in learning.
Keywords:media, learning Indonesian, speaking skills
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan media pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnyapembelajaran keterampilan berbicara di kelas XI SMA Negeri 7 Pontianak. Metode yangdigunakan dalam penelitian iniadalah metode deskriptif. Bentuk penelitian yang digunakan
adalah kualitatif, yaitu suatu bentuk penelitian dengan cara menganalisis data-data yangdiperoleh dari hasil penelitian. Penggunaan bentuk penelitian kualitatif terhadap pemilihanmedia pembelajaran keterampilan berbicara dimaksudkan untuk mengetahui kemampuanguru dalam memilih media pembelajaran dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan observasi atau pengamatan secaralangsung terhadap media pembelajaran keterampilan berbicara yang termuat dalam rencanapembelajaran yang dibuat guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media yang digunakanguru antara lain contoh pengalaman menarik dari buku atau surat kabar, contoh artikel dan buku,contoh teks drama, serta narasumber dari berbagai kalangan. Media tersebut sudah sesuaidengan tema, butir pembelajaran, serta karakteristik media itu sendiri. Media yang digunakandapat memberikan inovasi dan motivasi bagi siswa. Selain itu, strategi yang digunakan gurusaat menggunakan media membantu siswa dalam belajar.
Kata kunci :media, pembelajaran Bahasa Indonesia, keterampilan berbicara
PENDAHULUAN
Dalam sistem pendidikan nasional di
Indonesia, mata pelajaran Bahasa Indonesiasangat penting. Hal ini karena peran bahasaIndonesia yang sangat strategis, yaknisebagai bahasa pengantar pendidikan dan
bahasa nasional. Oleh karena itu, mutupengajaran Bahasa Indonesia sangat
kuat berpengaruh atas mutu pendidikannasional dan kekentalan kesatuan danpersatuan bangsa. Hal tersebut dipertegaslagi oleh Depdiknas (2003: 1) bahwa
standar kompetensi mata pelajaran BahasaIndonesia berorientasi pada hakikat
pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa
adalah belajar berkomunkasi dan belajar
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
7/159
402
sastra adalah belajar mengahargai manusiadan nilai-nilai kemanusiaannya. Olehkarena itu, pembelajaran bahasa Indonesiadiarahkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa untuk berkomunkasi dalam bahasa
Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis,serta menimbulkan penghargaan terhadaphasil hasil ciptaan manusia.
Ada gejala bahwa minat pembelajar
Bahasa Indonesia menurun sehinggapengajar perlu memberi terapi. Oleh karenaitu, pengajar harus bisa membuat pembelajarmenyenangi pelajaran Bahasa Indonesia.
Apabila telah muncul rasa senang, makaminat belajar akan meningkat. Minat belajaryang tinggi dapat meningkatkan prestasibelajar. Untuk itu, pengajar hendaknya
memberdayakan dirinya untuk lebih aktif,kreatif, dan inovatif demi pembelajarnya.
Sikap ini perlu diterapkan pada materi,sumber belajar, dan media pembelajaran.Pengajar perlu mengembangkan materi,mengemas dan menyajikan materi secara
lebih menarik dengan berbagai teknik danstrategi, serta mengembangkan berbagaisumber dan media pembelajaran, janganhanya terpancang dan mentransfer bahan
dari buku wajib ke pembelajar. Tanpapengembangan kegiatan belajar mengajar,
pembelajar akan cepat bosan.
Pengajaran keterampilan berbicara
tidak terlepas dari berbagai komponenyang saling berhubungan satu dengan yanglain. Komponen-komponen itu, antara lain
siswa, guru, tujuan, materi, media, metode,dan evaluasi (penilaian). Memang perludiakui bahwa masih ada guru yang merasatidak perlu menggunakan media dalampengajaran bahasa Indonesia. Padahal
media pembelajaran sangat penting dalamproses belajar mengajar karena dapat
memberikan motivasi dalam belajar.
Media bagi guru adalah alat bantuuntuk mempelancar proses belajar mengajar
agar waktu, jarak, dan ruang dapat teratasi.
Selain itu, proses belajar mengajar lebihmenarik, penyampaian materi dapatdiseragamkan, proses belajar dapatterjadi di mana saja, kualitas belajar dapat
ditingkatkan, dan pengajaran pun bisa lebih
menarik. Guru diharapkan dapat merancangmedia pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Media pembelajaran berfungsisebagai alat bantu mengajar dalam prosesbelajar mengajar keterampilan berbicara
sehingga tujuan yang ingin dicapai oleh gurudapat berhasil dengan baik. Diharapkandengan media yang dipersiapkan guru dapatmempermudah guru dalam menyampaikan
materi dan dapat meningkatkan minat belajar
siswa terhadap pembelajaran keterampilanberbicara.
Berdasarkan pengalaman penulisselama penelitian di lapangan, penulis masih
menemukan rendahnya tingkat kemampuansiswa dalam hal keterampilan berbicara.Dalam pelaksanaan proses belajar mengajardi kelas, masih ditemukan kesulitan siswa
untuk mengembangkan dan mengemukakanide dan pendapat secara lisan. Hal ini terlihatpada waktu guru menyuruh siswa bertanya,tidak ada satu pun siswa yang mau bertanya.
Hal ini disebabkan kurangnya kemampuanguru dalam memilih media yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran berbicara.
Beberapaalasan penulis memfokuskan
penelitian ini pada media pembelajaranketerampilan berbicara di kelas XI SMANegeri 7 Pontianak sebagai berikut.
Pertama, pemilihan media pembelajaranyang digunakanguru dalam kegiatan belajarmengajar merupakan salah satu komponenyang turut berpengaruh dalam menunjangtercapainya tujuan pengajaran keterampilan
berbicara siswa selama ini berdasarkanpengalaman penulis masih rendah. Kedua,
objek penelitian ini difokuskan pada jenjangSMA Negeri 7 Pontianak kelas XI didasaripertimbangan bahwa masih banyak siswa
yang tingkat keterampilan berbicaranya
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
8/159
403
kurang. Dengan dasar tersebut penulisberharap dapat mengetahui penyebabkurangnyaketerampilan berbicara siswa.
Penelitian ini membahas kesesuaiankriteria yang digunakan oleh guru dalam
pemilihan media, keterkaitan mediapembelajaran, dan strategi yang digunakan
guru dalam menerapkan media pembelajarandalam proses belajar mengajar Bahasa
Indonesia aspek keterampilan berbicara.Penelitian ini diharapkan dapat menjadibahan masukan dan pertimbangan bagi guruBahasa Indonesia, khususnya dalam memilih
dan menggunakan media pembelajaranketerampilan berbicara.
Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Soeparno (1988: 1), mediaadalah suatu alat yang dipakai sebagaisaluran (channel) untuk menyampaikan suatupesan (message) atau informasi dari suatu
sumber (resource) kepada penerimanya(receiver). Selanjutnya menurut Robinson
(1988: 69), media pengajaran merupakan
sarana yang membantu belajar, terutamamelalui indra pendengaran dan penglihatan.Sarana ini menolong atau membantu
proses belajar mengajar. Sarana ini dapatmempercepat proses pembelajaran muriddan dapat membuat pengajaran menarik danrelatif lebih mudah.
Keuntungan Penggunaan Media
Pembelajaran
Ada beberapa keuntunganmenggunakan media pembelajaran. Menurut
Harjanto (2003: 245 - 246), keuntunganmenggunakan media pengajaran sebagaiberikut. Pertama, guru dapat memperjelaspenyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulisatau lisan belaka. Kedua, guru dapat
mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan
daya indra. Ketiga, dengan menggunakanmedia pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat diatasi sikap pasif anakdidik. Keempat, dengan sifat yang unikpada setiap siswa, ditambah lagi denganlingkungan dan pengalaman yang berbeda,
sedangkan kurikulum dan materi pendidikan
ditentukan sama untuk setiap siswa, makaguru akan banyak mengalami kesulitanbilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.
Menurut Subyakto-Nababan (1993:
207), keuntungan penggunaan alat ataumedia sebagai berikut. Pertama, memberikesempatan kepada pelajar untuk berlatihsecara mandiri di dalam maupun di luar ruang
kelas. Kedua, meringankan/membantu/melengkapi peran guru. Ketiga, memberimodel yang tetap (tidak berubah) kepadapelajar, khususnya kalau rekaman berisi
ulangan-ulangan yang banyak dan intonasi-intonasi tertentu. Keempat, mendengarkan
suara beberapa orang penutur asli di kelassehingga pelajar dapat membedakan suaraorang wanita, pria, anak, pemuda dengansegala ragamnya. Kelima, merekam suara
pelajar agar dapat digunakan oleh gurudalam mengevaluasi penguasaan BT danoleh pelajar untuk mengevaluasi hasilproduksi diri sendiri.
Fungsi Media Pembelajaran
Media pendidikan digunakan dalamproses belajar mengajar pada dasarnya
untuk meningkatkan efektivitas komunikasidan interaksi edukatif antara guru dan siswadi kelas. Soeparno (1988: 5) mengatakan
tujuan utama penggunaan media ialah agarpesan atau informasi yang dikemukakandapat diserap sebanyak mungkin olehmurid sebagai penerima informasi. Belajaryang efektif harus dimulai dari pengalaman
langsung atau pengalaman konkret menujupengalaman yang lebih abstrak. Belajar
akan lebih efektif jika dibantu dengan mediapendidikan.
Media merupakan bagian dari
komponen pengajaran. Menurut Miarso,
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
9/159
404
dkk. (1986: 51) media mempunyai nilai-nilaipraktis berupa kemampuan/keterampilanyang berfungsi untuk 1) membuat konkretkonsep yang abstrak; 2) membawa objek
yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam
lingkungan belajar, seperti binatang buas;3)menampilkan objek yang terlalu besar,seperti pasar; 4) menampilkan objek yangtidak dapat diamati dengan mata telanjang,seperti kuman; 5) mengamati gerakan yang
terlalu cepat;
6) memungkinkan siswa berinteraksilangsung dengan lingkungannya; 7)
memungkinkan keseragaman pengamatandan persepsi bagi pengalaman belajarsiswa; 8) memberi kesan perhatikanindividual untuk seluruh anggota kelompok
belajar; 9) menyajikan informasi belajarsecara konsisten dan dapat diulang
maupun disimpan menurut kebutuhan; 10)menyajikan pesan atau informasi belajarsecara serempak; 11) mengatasi batasanwaktu maupun ruang; dan 12) mengontrol
arah maupun kecepatan belajar siswa.
Kriteria dalam Pemilihan Media
Pembelajaran
Penggunaan media pendidikan dalampembelajaran keterampilan berbicarasangat menunjang keberhasilan siswabelajar. Hal itu karena menggunakan media
berarti membangkitkan perhatian siswa,memotivasi siswa, menumbuhkan perhatian
yang sama, memperoleh pengalaman yang
nyata, serta membangkitkan siswa dalambelajar. Media pembelajaran bermanfaatuntuk memperlancar proses interaksi antara
guru dan siswa yang pada gilirannya akanmembantu siswa belajar secara optimal.
Sebelum proses belajar mengajar
berlangsung, guru harus memilih mediapembelajaran yang digunakan. Menurut
Harjanto (2003: 239), ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan guru dalam menggunakan
media pendidikan untuk mempertinggi kualitaspengajaran. Pertama, guru perlu memilikipemahaman media pendidikan, antaralain jenis dan manfaat media pendidikan,
kriteria memilih dan menggunakan media
pendidikan, menggunakan media sebagaialat bantu mengajar, dan tindak lanjutpenggunaan media dalam proses belajar.Kedua,siswa, guru terampil membuat mediapendidikan sederhana untuk keperluan
pengajaran, terutama media. Ketiga,grafis,beberapa media tiga dimensi, dan mediaproyeksi. Pengetahuan dan keterampilandalam menilai keefektifan penggunaan
media dalam proses pengajaran. Menilai
keefektifan media pendidikan penting bagiguru agar guru bisa menentukan apakahpenggunaan media mutlak diperlukan atautidak selalu diperlukan.
Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pendidikan beraneka ragam,dari benda asli atau duplikatnya dan dapat
pula dalam bentuk sederhana, seperti papanflanel, papan tali, papan magnetis, berupa
kertas, kartu kata atau kalimat yang terbuatdari karton dan dapat pula dalam bentukmewah, seperti radio, televisi, film, dan
OHP. Sehubungan dengan hal itu, Robinson
(1988: 81) mengemukakan ada beberapaalat bantu mengajar yang dioperasikansecara elektronis, antara lain 1) gramafonatau fonograf; 2) reel-to reel tape recorder;
3) cassette recorder; 4) slide proyektor; 5)
overheadproyektor (OHP); 6) loopproyektor;7) proyektor 8 mm dan super 8mm; 8)proyektor 16 mm.
Miarso, dkk. (1986: 53) membagi mediapendidikan menjadi beberapa jenis. Pertama,
media audio visual gerak merupakan mediayang paling lengkap, yaitu menggunakan
kemampuan audio, visual, dan gerak. Kedua,media audio visual diam merupakan mediakedua dari segi kelengkapan kemampuannya
karena ia memiliki semua kemampuan yang
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
10/159
405
ada pada golongan sebelumnya, kecualipenampilan gerak. Ketiga,media audio semigerak memiliki kemampuan menampilkansuara disertai gerakan titik secara linear,
jadi tidak dapat menampilakn gerakan nyata
secara utuh.Keempat,media visual gerak memiliki
kemampuan seperti golongan pertama,kecuali penampilan suara. Kelima, media
visual diam mempunyai kemampuanmenyampaikan informasi secara visual, tetapitidak dapat menampilakn suara maupungerak. Keenam, media audio adalah media
yang hanya memanipulasikan kemampuan-kemampuan suara semata. Ketujuh, mediacetak merupakan media yang hanya mampumenampilkan informasi berupa huruf angka
dan simbol-simbol verbal tertentu saja.
Pengertian Keterampilan Berbicara
Dalam keterampilan berbahasa, dikenal
ada empat keterampilan, yaitu keterampilanmenyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Keterampilan berbicara merupakan
keterampilan yang kedua dari empatketerampilan berbahasa. Menurut Tarigan(1986), berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasiatau kata-kata untuk mengekspresikan,menyatakan, serta menyampaikan pikirangagasan, dan perasaan. Tidak dipungkiri
bahwa keterampilan berbicara seseorangdapat mempermudah penyampaian ide
kepada orang lain, baik secara individual
maupun kelompok karena manusia adalahmakhluk sosial yang selalu mengadakaninteraksi antara yang satu dengan yang lain.
Tujuan Pengajaran Keterampilan
Berbicara
Tujuan yang akan dicapai oleh siswaharus berdasarkan tuntutan kurikulum
yang berlaku, sebab kurikulum merupakan
pedoman guru dalam melaksanakan
program pendidikan yang telah ditetapkansebelumnya. Tujuan pengajaranketerampilan berbicara pada dasarnya tidakdapat dipisahkan dengan tujuan pengajaran
bahasa Indonesia secara umum, yaitu
agar siswa mampu menggunakan bahasaIndonesia dengan baik dan benar dalamberbagai peristiwa, baik secara lisan maupuntulisan, serta mempunyai sikap yang positifterhadap bahasa Indonesia.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkanbahwa indikator yang disusun harusmenggunakan kata-kata yang operasional(dapat diukur), perilaku yang dimunculkan
berbentuk hasil belajar yang memunculkan
hanya satu jenis perilaku yang secarakeseluruhan berorientasi pada siswa.Dengan memperhatikan kriteria-kriteriadalam perumusan indikator di atas, akanmemberikan hasil yang baik dalam upaya
guru merencanakan pengajaran untukmenentukan pemilihan materi yang akandiajarkan.
Metode Pengajaran Keterampilan
Berbicara
Dalam proses pembelajaranketerampilan berbicara, metode digunakanoleh guru untuk mengajarkan materi kepadasiswa agar dapat memusatkan perhatiannya
terhadap materi yang diberikan. Setiappengajaran selalu disertai denganpenggunaan metode. Tujuan dari metodetersebut adalah agar tujuan pengajaran yang
telah dirumuskan dapat tercapai denganbaik.
Dalam interaksi belajar mengajar,terdapat beberapa cara penyajian materipelajaran agar proses dapat berjalan denganbaik dan berhasil semaksimal mungkin sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telahditetapkan. Cara penyajian materi pelajarandisebut juga dengan metode pengajaran.Menurut Semi (1990: 105), metode adalah
suatu prosdur untuk mencapai suatu tujuanyang telah ditetapkan.
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
11/159
406
Dari pendapat tersebut, dapatdisimpulkan bahwa metode mengajaradalah cara yang digunakan guru dalammenyajikan materi pelajaranuntuk mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Ada beberapa hal yang berkenaan denganmetode yang digunakan guru dalammenyampaikan materi pelajaran, misalnyametode tanya jawab, diskusi, ceramah,simulasi, dan demontrasi.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode deskriptif.
Bentuk penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah kualitatif, yaitu suatubentuk penelitian dengan cara menganalisis
data-data yang diperoleh dari hasilpenelitian. Menurut Moleong (2002: 6),penggunaan bentuk penelitian kualitatifterhadap pemilihan media pembelajaran
keterampilan berbicara dimaksudkan untukmengetahui kemampuan guru dalam memilihmedia pembelajaran dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar, dalam hal iniketerampilan berbicara di kelas XI SMANegeri 7 Pontianak. Data dalam penelitian
ini adalah hasil observasi dan wawancara,serta pengamatan secara langsung terhadapmedia pembelajaran keterampilan berbicaraoleh guru kelas XI yang termuat dalam
rencana pembelajaran yang dibuat guru.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian analisis data ini diuraikandata yang didapat dari lapangan yangdilakukan peneliti terhadap kegiatan guru
Bahasa Indonesia di kelas XI SMA Negeri7 Pontianak dalam mengajar di kelas.Penelitian ini dilakukan melalui observasi danwawancara dengan guru Bahasa Indonesia
SMA Negeri 7 Pontianak yang mengajar dikelas XI sesuai dengan permasalahan yang
diteliti. Datadianalisis sesuai dengan urutanpermasalahan penelitian. Penganalisisan
data dilakukan secara kontekstual.Maksudnya, media pembelajaran aspekketerampilan berbicara keberadaannyadilihat atau digambarkan sebagai suatu
komponen yang berkaitan.
Kriteria Pemilihan Media Pembelajaranyang Digunakan Guru dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia Aspek KeterampilanBerbicara
Media pembelajaran Bahasa Indonesiaaspek keterampilan berbicara yang digunakanoleh guru Bahasa Indonesia di kelas XI SMANegeri 7 Pontianak, yaitu media yang dapat
dilihat (contoh pengalaman menarik dari buku
atau surat kabar, contoh artikel dan buku,serta contoh teks drama). Selain itu, mediayang dapat dilihat juga didengar (berupanarasumber dari berbagai kalangan). Mediayang digunakan sudah dicantumkan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).Data tersebut diperkuat pada saat observasilangsung dalam kelas.
Pembelajaran Bahasa Indonesiaaspek keterampilan berbicara tentang
menceritakan pengalaman atau kejadianyang dilihat. Media yang digunakan guruadalah contoh pengalaman menarik dari bukuatau surat kabar. Media yang digunakan guru
sudah tepat dengan kompetensi dasar yangdiajarkan. Ketepatan media yang digunakanguru selain sesuai dengan karakteristik(tema, butir pembelajaran, jumlah siswa,
ruang, metode, dan tujuan), juga merupakansuatu sistem yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Dalam pemanfaatanmedia, harus sesuai dengan karakteristikpenggunaan media tersebut, serta adanyarelevansi dengan butir pembelajaran.
Pembelajaran Bahasa Indonesiaaspek keterampilan berbicara media contoh
pengalaman menarik dari buku atau surat
kabar yang digunakan guru sudah sangattepat karena strategi yang digunakan tepat
pula. Hal ini dilihat dari tugas yang dikerjakansiswa tentang menceritakan pengalaman
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
12/159
407
atau kejadian yang dilihat terlaksanadengan baik. Selain itu, guru dapat menarikkesimpulan berdasarkan media contohpengalaman menarik dari buku atau surat
kabar terhadap pembelajaran Bahasa
Indonesia aspek keterampilan berbicaradikarenakan media yang digunakan sama.Ini berarti strategi yang digunakan gurujuga tepat sebab metode, teknik, materi,dan tujuan sama, walaupun dilaksanakan di
kelas yangberbeda.
Pembelajaran Bahasa Indonesiaaspek keterampilan berbicara tentang
menyampaikan uraian tentang topik-topik
tertentu dari hasil membaca (artikel atau
buku). Guru menggunakan media contohartikel dan buku. Media yang digunakan
guru sudah tepat dengan kompetensi dasaryang diajar oleh guru. Ketepatan media
yang digunakan guru selain sesuai dengankarakteristik (tema, butir pembelajaran,jumlah siswa, ruang, metode, dan tujuan).Ketepatan tersebut juga sesuai dengan
kriteria pemilihan media pembelajaran.Selain keterampilan berbicara, siswajuga memperoleh keterampilan membacadan menulis karena dalam satu kegiatan
belajar mengajar guru menerapkan strategipembelajaran terpadu.
Pembelajaran Bahasa Indonesia aspekketerampilan berbicara tentang memerankan
drama. Guru menggunakan media contohteks drama. Media yang digunakan gurusudah tepat dengan kompetensi dasar
yang diajar oleh guru. Ketepatan mediayang digunakan guru selain sesuai dengankarakteristik (tema, butir pembelajaran,jumlah siswa, ruang, metode, dan tujuan).Praktik memerankan drama merupakan
suatu kegiatan yang menuntut keberaniandan keterampilan berbicara yang baik.
Kegiatan ini sangat tepat untuk melatihketerampilan berbicara siswa. Untuk mediayang digunakan guru, penulis menilai sangat
tepat karena tanpa adanya contoh teks
drama siswa akan kesulitan untuk membuatsebuah teks drama. Dengan adanya contohteks drama, siswa akan terbantu. Dalam halini, contoh teks drama sebagai alat bantu
memperjelas dan memudahkan pemahaman
materi yang disampaikan guru.Pembelajaran Bahasa Indonesia
aspek keterampilan berbicara tentangberwawancara dengan narasumber dari
berbagai kalangan. Guru menggunakanmedia narasumber dari berbagai kalangan.Media yang digunakan guru sudah tepatdengan kompetensi dasar yang diajar oleh
guru. Ketepatan media yang digunakan guruselain sesuai dengan karakteristik (tema,butir pembelajaran, jumlah siswa, ruang,metode, dan tujuan). Dalam pembelajaran
materi ini, guru melakukan pemodelanterlebih dahulu bersama siswa. Pertama,
siswa diwawancarai oleh guru, setelah ituguru berperan sebagai media, khususnyasebagai narasumber yang memberikaninformasi. Pada kegiatan inti yang menjadi
narasumber antara lain, kepala sekolah,guru BP, dan guru wali kelas. Menurutpenulis, para narasumber tersebut sangattepat untuk melatih kemampuan berbicara
siswa. Siswa merasa tertantang dengankegiatan wawancara tersebut sehingga
dapat membangkitkan minat dan motivasibelajar siswa.
Keterkaitan Media Pembelajaranyang Digunakan Guru dengan MateriPembelajaran Keterampilan Berbicara
Penjabaran materi pelajaran mestinyaberdasarkan kerangka yang terdapat dalamkurikulum. Guru harus mampu menjabarkanmateri pelajaran secara berbobot dan sesuai
dengan kebutuhan, guru harus menguasaimateri yang akan diajarkan secara luas,mendalam, dan sistematis. Kemudian, gurudapat menyajikan materi pelajaran dengan
menyiapkan media yang dapat melancarkandan memudahkan siswa dalam menerima
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
13/159
408
materi yang disampaikan guru dan prosesbelajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Keterkaitan media yang digunakan
dalam proses belajar mengajar BahasaIndonesia aspek keterampilan berbicara
sebenarnya sangat erat dan tidak dapatdipisahkan. Keterkaitan yang dimaksud
adalah di dalam pelaksanaan kegiatanbelajar mengajar. Dengan media, guru dapat
memotivasi siswa. Hal ini berarti mediayang digunakan guru dapat memberikanrangsangan agar daya pikir siswa dalammengembangkan ide-idenya tergambar
dengan tepat, seolah-olah seperti melihat halyang sebenarnya.
Media-media yang digunakan gurudalam proses belajar mengajar BahasaIndonesia aspek keterampilan berbicarasudah berkaitan dengan materi yang
disampaikan guru. Adapun media-mediayang digunakan guru dalam pembelajaranketerampilan berbicara, antara lain contohpengalaman menarik dari buku atau surat
kabar, contoh artikel dan buku, contoh
teks drama, dan narasumber dari berbagaikalangan. Keempat media yang digunakanguru sudah tepat untuk membantu dalampenyampaian materi. Misalnya, media contohpengalaman menarik dari buku atau surat
kabar. Media ini sudah berkaitan denganmateri yang disampaikan guru karena contoh
cerita yang ditampilkan dapat membuatsiswa lebih mudah dalam mengembangkanide untuk membuat sebuah cerita.
Strategi yang Digunakan Guru dalamMenerapkan Media Pembelajaran dalamProses Belajar Mengajar Bahasa IndonesiaAspek Keterampilan Berbicara
Adapun strategi yang digunakan gurudalam menerapkan media pembelajaran
aspek keterampilan berbicara sebagaiberikut.
1. Media contoh pengalaman menarik daribuku atau surat kabarMedia ini ditampilkan guru denganbantuan media OHP sehingga guru
membuat transparan terlebih dahulu.
Sebelum media ini ditampilkan, gurumenjelaskan tentang OHP tersebutsehingga siswa mengetahui media yangdigunakan. Contoh pengalaman menarikditampilkan guru, kemudian siswa
mengamati cerita yang mereka lihat.Setelah itu, guru melakukan tanya jawabdengan siswa tentang materi yang akandipelajari. Adapun cerita yang diambil
guru berjudul Salah Memegang.
2. Media contoh artikel dan bukuMedia contoh artikel ditampilkan guru jugadengan bantuan media OHP sehinggaguru membuat transparan terlebihdahulu. Contoh artikel ditampilkan guru,
kemudian siswa mengamati artikel yangditampilkan. Setelah itu, guru melakukantanya jawab dengan siswa tentang materiyang akan dipelajari serta menjelaskan
kompetensi yang harus mereka capai.
Selanjutnya, guru membagi siswa dalambeberapa kelompok. Adapun artikel yangdiambil guru berjudul Alangkah IndahKetertiban Itu.
3. Media contoh teks drama
Media contoh teks drama ini jugaditampilkan guru dengan bantuanmedia OHP sehingga guru membuattransparan terlebih dahulu. Sebelum
media ini ditampilkan, guru menjelaskantentang OHP karena media ini digunakandi kelas yang berbeda sehingga guruharus menjelaskannya lagi. Denganpenjelasan tersebut, diharapkan siswamengetahui media yang digunakan.
Contoh teks drama ditampilkan guru,kemudian siswa mengamati contohteks drama yang ditampilkan. Setelahitu, guru melakukan tanya jawab
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
14/159
409
dengan siswa tentang materi yang akandipelajari serta menjelaskan kompetensiyang harus mereka capai Selanjutnya,guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok. Adapun contoh drama yang
diambil guru berjudul Majalah Dinding.4. Media narasumber dari berbagai
kalanganUntuk media narasumber dari berbagaikalangan, guru melakukan pemodelan
terlebih dahulu bersama siswa, setelahitu baru dipraktikkan. Guru sebagainarasumber dan siswa melakukanwawancara kepada guru. Setelah
melakukan pemodelan, guru melakukan
tanya jawab dengan siswa seputarmateri pembelajaran. Pada kegiataninti pembelajaran, guru menentukannarasumber untuk mempermudah siswadalam belajar, antara lain kepala sekolah,
guru BP, dan wali kelas yang akan siswawawancarai.
PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pembahasan
di atas, dapat diambil simpulan sebagaiberikut. Pertama, kriteria pemilihan media
yang digunakan guru dalam pembelajaranbahasa Indonesia aspek keterampilan
berbicara sudah sesuai dengan temadan butir pembelajaran karena dapatmenimbulkan motivasi siswa untuk belajar.Kedua, keterkaitan media pembelajaran
yang digunakan guru dalam proses belajarmengajar Bahasa Indonesia sangat eratsebab media yang digunakan dapatmemberikan inovasi dan motivasi bagi
siswa. Ketiga, strategi yang digunakan gurusaat menggunakan media membantu siswa
dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003.Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.Harjanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Miarso, Yusufhadi, dkk.. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbuddan Rajawali.
Moleong, Lexy J.. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Robinson, d.n. Adjai.1988.Asas-Asas Praktik Mengajar. Jakarta: Bhratara.
Semi, M. Atar. 1990. Rancangan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Soeparno. 1988. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara
Subyakto-Nababan, Sri Utari. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: GramediaPustaka Utama.
Tarigan, H. G.. 1986. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: AngkaBandung.
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
15/159
410
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKN MELALUI METODE
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNINGPADA SISWA
KELAS XI IPS 1 SEMESTER 2 SMA N 1 PULOKULON
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Endang SetiyowatiSMA Negeri 1 Pulokulon
[email protected] / 081325691649
ABSTRACTThis study aims to determine the application of Contextual Teaching and Learning in improving
the quality of the process and the quality of learning outcomes Civics in class XI IPS 1 SMAN 1
Pulokulon Semester 2 Academic Year 2014/2015. This study consisted of two cycles. Each cycle
there are four stages, which consisted of action planning, action, observation, and reflection.
The subjects were students of class XI IPS 1 SMAN 1 Pulokulon the Academic Year 2014/2015
the number of 35 students. Data obtained through observation, testing, and documentation.The data analysis technique used is descriptive qualitative analysis. The results showed the
following results. 1) The application of cooperative learning CTL (Contextual Teaching and
Learning) can improve the quality of learning civics. In the first cycle the percentage of active
students in learning by 80% and increased to 94.2% in the second cycle. 2) Implementation of
the learning CTL (Contextual Teaching and Learning) can improve learning outcomes Civics. In
the first cycle of students learning completeness percentage is 74.2% and increased to 91.4%
in the second cycle.
Keywords: CTL, Civics learning, the quality of learning
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaranContextual Teaching andLearningdalam meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil belajar PKn pada siswa kelasXI IPS 1 SMA Negeri 1 Pulokulon Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini yangterdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdapat empat tahapan, yang terdiri dari perencanaantindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswakelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Pulokulon Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah 35 siswa.Data diperoleh melalui pengamatan, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yangdigunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan hasil sebagaiberikut. 1) Penerapan pembelajaran kooperatif CTL (Contextual Teaching and Learning)dapat meningkatkan kualitas proses belajar PKn. Pada siklus I persentase keaktifan siswadalam pembelajaran sebesar 80% dan meningkat menjadi 94,2% pada siklus II. 2) Penerapanpembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajarPKn. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa adalah 74,2% dan meningkat menjadi91,4% pada siklus II.
Kata kunci: CTL, pembelajaran PKn,kualitas belajar
PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia diharapkandapat mempersiapkan peserta didik menjadi
warga negara yang memiliki komitmenkuat dan konsisten untuk mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Upaya yang dapat dilakukan adalahmenyelenggarakan program pendidikanyang memberikan berbagai kemampuan
sebagai seorang warga negara melaluiberbagai mata pelajaran, salah satunya
Pendidikan Kewarganegaraan
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
16/159
411
Keberhasilan pendidikan dapat dilihatdari hasil belajar siswa dalam prestasibelajarnya. Kualitas dan keberhasilanbelajar siswa sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan ketepatan guru memilih
dan menggunakan metode pengajaran. Olehsebab itu, guru harus memiliki strategi agarsiswa dapat belajar secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Guru harus memiliki kompetensi pengelolaan
pembelajaran yang mencakup penyusunanperencanaan pembelajaran, pelaksanaaninteraksi belajar mengajar, penilaian prestasibelajar, serta pelaksanan tindak lanjut hasil
penilaian.
Pembelajaran PKn sebenarnyamempunyai peran yang sangat penting.
Mata pelajaran PKn diharapkan mampumembentuk siswa yang ideal memiliki
mental yang kuat sehingga dapat mengatasipermasalahan yang akan dihadapi. Selamaini proses pembelajaran PendidikanKewarganegaraan masih mengunakan
paradigma lama, di mana guru memberikanpengetahuan kepada siswa yang pasif. Gurumengajar mengunakan metode konvensional,yaitu metode ceramah sehingga kegiatan
belajar mengajar (KBM) menjadi monotondan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi
seperti itu mengakibatkan siswa menjadi pasifdan hanya sebagai pendengar. Ketidakaktifansiswa dalam pembelajaran ini berdampakpada tingkat pemahaman siswa pada materi
menjadi rendah. Pemahaman yang rendah
mengakibatkan siswa mengalami kesulitanketika memecahkan masalah yang diberikanoleh guru dan hal ini juga berdampak pada
hasil belajarnya yang rendah.
Untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi, guru harus selalumelakukan inovasi dan improvisasi mengenai
strategi pembelajaran di kelas. Strategipembelajaran tersebut disesuaikan dengankondisi dan kemampuan para peserta didik.
Hasil pengamatan penulis menunjukkan
bahwa partisipasi siswa kelas XI IPS 1 SMANegeri 1 Pulokulon dalam mengikuti pelajaranPendidikan Kewarganegaraan masih sangatrendah. Hanya ada beberapa siswa yang
terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran.
Keadaan ini menyebabkan prestasi belajarmereka secara klasikal rendah. Dari hasilrefleksi awal, diperoleh data bahwa banyak
siswa yang merasa tidak senang denganmetode yang diterapkan guru selama ini.
Mereka menginginkan adanya perubahansehingga mereka merasa tertarik untukmengikuti pelajaran.
Dari refleksi awal, didapat data
sebagai berikut. Sebanyak 50% (16siswa) tidak senang dengan metode yangditerapkan selama ini dan menginginkan
adanya perubahan metode yang lebihmenyenangkan. Sebanyak 56,25% (19
siswa) menyatakan tidak puas terhadaphasil ulangan yang diperoleh. Siswamenilai bahwa metode yang selama iniditerapkan tidak memotivasi mereka untuk
lebih aktif. Hal inilah yang diperkirakanmenjadi penyebab rendahnya kualitas hasilbelajar siswa dalam mengikuti pelajaran.Lebih dari 50% siswa mengatakan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan merupakanpelajaran yang membosankan. Keadaan
ini segera direspons secara positif denganmencari alternatif model pembelajaran yangefektif, yang membuat siswa aktif mengikutipelajaran dan mudah memahami materi
pelajaran.
Dalam penelitian tindakan kelasini, penulis berupaya mengkaji masalahyang dipandang sering muncul dalampembelajaran PKn, khususnya yang ada didalam kelas karena proses pembelajaran
di dalam kelas pada umumnya merupakangambaran nyata dari kegiatan persekolahan.
Penelitian terhadap proses pembelajaranini diyakini pula oleh asumsi bahwa dalamproses pembelajaran yang baik akan
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
17/159
412
memiliki pengaruh atau signifikan terhadap
hasil pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran PKn yang
erat sekali hubungannya dengan kegiatandan kehidupan masyarakat, penulis mencoba
memperbaiki pembelajaran PKn pada materiHubungan Internasional dan Organisasi
Internasional. Untuk meningkatkanhasil pembelajaran penulis mencoba
menggunakan metode Contextual Teachingand Learning (CTL). Metode ContextualTeaching and Learning adalah suatupendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secarapenuh untuk dapat menemukan materi yangdipelajari dan menghubungkannya dengansituasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat monerapkannya dalamkehidupan mereka. Hal itu dimaksudkan
agar siswa mudah memahami dan menerimamateri yang disampaikan guru, yang secaratidak langsung memberi penekanan agarsiswa memperhatikan penjelasan guru dan
pada akhirnya siswa akan lebih memahamikonsep Hubungan Internasional. Penerapanmetode Contextual Teaching and Learning(CTL) diharapkan mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran PKn siswa kelas XIIPS 1.
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan kegiatan yang palingpokok dalam keseluruhan proses pendidikandi sekolah. Hal ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan,banyak bergantung pada bagaimana prosesbelajar yang dialami oleh siswa. Slameto(2010: 2) berpendapat bahwa belajar adalahsuatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalamberinteraksi dengan lingkungan.
Perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang sangatlah banyak, baik sifat
maupun jenisnya. Oleh karena itu, sudahtentu tidak setiap perubahan dalam diriseseorang merupakan perubahan dalamarti belajar. Perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar mempunyai ciri-ciri,
antara lain: a) perubahan itu terjadi secarasadar; b) perubahan dalam belajar bersifatkontinu dan fungsional; c) perubahan dalambelajar bersifat positif dan aktif; d) perubahndalam belajar bukan bersifat sementara;
e) perubahan dalam belajar bertujuan atauterarah; f) perubahan mencakup seluruhaspek tingkah laku.
Bell-Gredler (dalam Wiraputtra,2003) menyatakan bahwa belajar adalahproses yang dilakukan olah manusia untukmendapatkan aneka ragam competencies,skill, attitudes,yang diperoleh secara bertahapdan berkelanjutan, mulai dari masa bayi
sampai masa tua melalui rangkaian prosesbelajar sepanjang hayat. Sedangkan Gagne(dalam Slameto, 2003: 13) memberikan duadefinisi. a) Belajar ialah suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan,keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.b) Belajar adalah penguasaan pengetahuanatau keterampilan yang diperoleh dari
instruksi.
Dari pengertian tersebut di atas,
dapat kita ketahui bahwa belajar adalahsuatu proses perubahan perilaku, baik
perubahan yang menyangkut pengetahuan,keterampilan, maupun sikap. Seseorangdikatakan telah mengalami peristiwa belajar
jika ia mengalami perubahan dari tidaktahu menjadi tahu, dari tidak berkompentenmenjadi kompenten.
Istilah pembelajaran merupakan istilah
baru yang digunakan untuk menunjukkankegiatan yang dilakukan oleh guru dansiswa. Gagne, Briggs, dan Wager (dalamWiraputtra, 2003) menyatakan bahwa
pembelajaran adalah serangkaian kegiatanyang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa. Istilah
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
18/159
413
pembelajaran mengacu pada segala kegiatanyang berpengaruh langsung terhadap prosesbelajar siswa.2. Pendekatan Contextual Teachingand
Learning
Pendekatan Contextual Teaching andLearning (CTL) merupakan konsep belajar
yang dapat membantu guru mengaitkanantara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswamembuat hubungan antara pengetahuanyang dimilikinya dengan penerapan dalamkehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dari konsep tersebut, adatiga hal yang harus dipahami. Pertama,menekankan kepada proses keterlibatansiswa untuk menemukan materi. Artinya,
proses belajar diorientasikan pada prosespengalaman secara langsung. Proses
belajar dalam konteks metode kontekstualtidak mengharapkan siswa hanya menerimapelajaran, akan tetapi lebih pada prosesmencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran.
Kedua,metode kontekstual mendorongagar siswa dapat menemukan hubunganantara materi yang dipelajari dengan situasikehidupan nyata. Artinya, siswa dituntutuntuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengankehidupan nyata. Hal ini sangat penting
sebab dengan dapat mengorelasikan materiyang ditemukan dengan kehidupan nyata,tidak hanya bagi siswa materi itu akan
bermakna secara fungsional, tetapi materiyang dipelajarinya juga akan tertanam eratdalam memori siswa sehingga tidak akanmudah dilupakan.
Ketiga,metode kontekstual mendorongsiswa untuk dapat menerapkannya dalamkehidupan. Artinya, metode kontekstualtidak hanya mengharapkan siswa dapat
memahami materi yang dipelajarinya, tetapijuga bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupansehari-hari. Materi pelajaran dalam konteksmetode kontekstual bukan untuk ditumpukdi otak kemudian dilupakan, akan tetapi
sebagai bekal mereka dalam mengarungi
kehidupan nyata.Secara garis besar, langkah-langkah
penerapan pembelajaran contextual teachingand learning(CTL) sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran bahwa anakakan belajar lebih bermakna dengancara bekerja sendiri, menemukansendiri, dan mengonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilanbarunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiataninkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswadengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar (belajardalam kelompok-kelompok).
e. Hadirkan model sebagai contohpembelajaran.
f. lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. lakukan penilaian yang sebenarnyadengan berbagai cara.
3. Kualitas Belajar
Masih rendahnya kualitas belajar
siswa dapat diketahui dari indikator kualitasproses dan hasil belajar. Menurut Kusumah
& Dwitagama (2010: 73), indikator kualitasproses pembelajaran dapat dilihat dariaktivitas dan interaksi belajar mengajar.
Sedangkan indikator kualitas hasilpembelajaran, dapat dilihat dari perasaanpuas, rasa ingin tahu, prestasi, dan produkbelajar yang dihasilkan siswa.
Dalam artikel ini, kualitas prosesbelajar yang diamati adalah keaktifan siswadan hasil belajar yang dimaksud adalahprestasi kognitif, afektif, dan kepuasan siswa
terhadap pembelajaran.
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
19/159
414
a. Kualitas Proses BelajarMenurut Sujana (2009: 59 - 62),
dalam menilai proses belajar mengajar,terdapat beberapa kriteria yang biasa
digunakan, antara lain sebagai berikut.
1) Konsistensi belajar mengajardengan kurikulum
Kurikulum adalah programbelajar mengajar yang telah ditentukansebagai acuan apa yang seharusnya
dilaksanakan. Keberhasilan prosesbelajar mengajar dilihat dari sejauhmana acuan tersebut dilaksanakansecara nyata dalam bentuk dan
aspek-aspek yang melikputi: a)
tujuan-tujuan pengajaran; b) bahanpengajaran yang diberikan; c) jeniskegiatan yang dilaksanakan; d) caramelaksanakan setiap jenis kegiatan;e) peralatan yang digunakan untuk
masing-masing kegiatan; dan f)penilaian yang digunakan untuksetiap tujuan.2) Keterlaksanaannya oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh
mana kegiatan dan programyang telah direncanakan dapatdilaksanakan oleh guru tanpamengalami hambatan dan kesulitanyang berarti. Dengan demikian, apa
yang direncanakan dapat diwujudkansebagaimana seharusnya.Keterlaksanaan ini dapat dilihatdalam hal a) mengondisikan kegiatan
belajar siswa; b) menyiapkan sumber,alat, dan perlengkapan belajar, (3)waktu yang disediakan untuk kegiatanbelajar mengajar; c) memberikanbantuan dan bimbingan belajarkepada siswa; d) melaksanakan
penilaian proses dan hasil belajarsiswa; dan e) menggeneralisasikanhasil belajar mengajar saat itu dantindak lanjut untuk kegiatan belajar
mengajar berikutnya.
3) Keterlaksanaannya oleh siswaDalam hal ini, dinilai sejauh
mana siswa melakukan kegiatanbelajar sesuai dengan program
yang telah ditentukan guru tanpa
mengalami hambatan dan kesulitanyang berarti. Keterlaksanaan olehsiswa dapat dilihat dalam hal a)memahami dan mengikuti petunjukyang diberikan guru; b) siswa
turut serta melakukan kegiatanbelajar; c) tugas-tugas belajardapat diselesaikan sebagaimanamestinya; d) memanfaatkan sumber
belajar yang disediakan guru; dan e)
menguasai tujuan-tujuan pengajaranyang telah ditetapkan guru.4) Motivasi belajar siswa
Keberhasilan proses belajarmengajar dapat dilihat dalam motivasi
belajar yang ditunjukkan oleh parasiswa pada saat melaksanakankegiatan belajar mengajar. Hal inidapat dilihat dalam hal a) minat dan
perhatian belajar siswa terhadap
pelajaran; b) semangat siswa untukmelakukan tugas-tugas belajarnya;c) tanggung jawab siswa dalammengerjakan tugas-tugas belajarnya;dan d) reaksi yang ditunjukkan siswa
terhadap stimulus yang diberikanguru.5) Keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar
Penilaian proses belajarmengajar, terutama adalah melihatsejauh mana keaktifan siswadalam mengikuti proses belajarmengajar. Keaktifan siswa dapatdilihat dalam hal a) turut serta dalam
melaksanakan tugas belajarnya; b)terlibat dalam pemecahan masalah;c) bertanya pada siswa lain atau guruterhadap masalah yang dihadapinya;
d) melaksanakan diskusi kelompoksesuai dengan bimbingan guru; e)
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
20/159
415
menilai kemampuan diri dan hasil-hasil yang diperolehnya; f) melatihdiri dalam menyelesaikan soal ataumasalah sejenis; dan g) kesempatan
menerapkan apa yang telah diperoleh
dalam menyelesaikan tugas ataupersoalan yang dihadapinya.
Menurut Fajri, dkk. (2003: 36),keaktifan adalah kegiatan, kesibukandalam bekerja atau berusaha. Kata
keaktifan memiliki persamaam artidengan aktivitas. Klasifikasi aktivitas
belajar, meliputi: a) visual activies,misalnya membaca, memperhatikan
gambar demonstrasi, percobaan; b)
oral activities,misalnya menyatakan,merumuskan, bertanya, memberisaran, mengeluarkan pendapat,mengadakan wawancara, diskusi,interupsi; c) listening activities,
misalnya menguraikan, percakapan,diskusi, musik, pidato; d) writing
activities, misalnya menulis cerita,karangan, laporan, angket, menyalin;
e) drawing activities, misalnya
menggambar, membuat grafik,peta, diagram; f) motor activities,misalnya melakukan percoban,membuat konstruksi, modelmereparasi, bermain, berkebun,
dan berternak; f) mental activities,misalnya menanggapi, mengingat,memecahkan soal, menganalisis,melihat hubungan, dan mengambil
keputusan; g) emotional activities,misalnya menaruh minat, merasabosan, gembira, bersemangat,bergairah, berani, tenang, dan gugup(Sardiman, 2010: 101).
Yamin (2007: 84) sependapat
dengan Sardiman yaitu adadelapan aktivitas belajar siswaseperti diatas, akan tetapi yangdimaksud oral activities, misalnya
siswa mengemukakan fakta, ide,pendapat, gagasan, bertanya,
maupun menjawab pertanyaan.Artikel ini hanya mengambil empataspek kegiatan siswa, meliputi visualactivities, oral activities, listening
activities, dan writing activites.
6) Interaksi Guru dengan SiswaInteraksi guru dengan siswa
berkenaan dengan komunikasi atauhubungan timbal balik antara siswadengan guru atau siswa dengan siswa
dalam melakukan kegiatan belajar.Hal ini dapat dilihat dalam a) tanyajawab antara guru dengan siswaatau antara siswa dengan siswa;
b) bantuan guru terhadap siswa
yang melakukan kegiatan belajarmengajar, baik secara individualmaupun kelompok; c) dapatnyaguru dan siswa tertentu dijadikansumber belajar; d) keberadaan
guru senantiasa berperan sebagaifasilitator dan adanya kesempatanmendapat umpan balik secaraberkesinambungan.
7) Kemampuan guru dalam
mengajarKemampuan guru dalam
mengajar merupakan puncakkeahlian guru yang profesionalkarena guru menerapkan semua
kemampuan yang telah dimilikinyadalam pengajaran. Beberapaindikator dalam menilai kemampuanguru, antara lain: a) menguasai bahan
pelajaran yang disampaikan kepadasiswa; b) terampil berkomunikasidengan siswa; c) menguasai kelassehingga dapat mengendalikansiswa; d) terampil menggunakanalat dan sumber belajar siswa; dan
e) terampil mengajukan pertanyaan,baik lisan maupun tulisan.
b. Kualitas Hasil Belajar
Belajar adalah sebuah proses dimana hasil dari proses belajar adalah
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
21/159
416
perubahan tingkah laku, kecakapan, danberbagai sifat. Hasil dari proses belajartersebut dapat dinilai melalui evaluasi.Menurut Nana (2009: 22), hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerimapengalaman belajarnya. Dari uraiantersebut, dapat disimpulkan bahwa hasilbelajar adalah kemampuan yang dimilikisiswa setelah menerima pengalaman
belajar yang tampak pada perubahantingkah lakunya. Hasil belajar selaludinyatakan dalam bentuk tujuan-tujuan(khusus) perilaku.
Gagne (dalam Slameto, 2010:
93) mengungkapkan bahwa adalima macam kemampuan manusiayang merupakan hasil belajar, antaralain: 1) keterampilan intelektual yangmerupakan hasil belajar terpenting; 2)
strategi kognitif, mengatur cara belajardan berpikir seseorang, termasukkemampuan memecahkan masalah; 3)informasi verbal; 4) kemampuan motorik
yang diperoleh di sekolah; 5) sikap dan
nilai yang berhubungan dengan arahserta intensitas emosional yang dimilikiseseorang. Dalam sistem pendidikannasional, rumusan kompetensididasarkan pada klasifikasi hasil belajar
dari Bloom, yang secara garis besardibagi menjadi tiga ranah, yaitu kognitif,afektif, dan psikomotor (Nana, 2009: 22- 23).
Ismail (2006: 171) menyebutkanbahwa kepuasan belajar siswamerupakan hasil belajar. Variasi metodedan media merupakan faktor pentingpenentu keberhasilan pengajaran.Sedangkan menurut Rahayu (2009: 45),
perasaan senang setelah pembelajaran,efektivitas, efisiensi media dan metode
yang digunakan adalah indikatorkepuasan siswa terhadap pembelajaran
yang diterapkan.
Hasil belajar siswa dapatdigunakan untuk memotivasi siswa,memperbaiki dan meningkatkankualitas pembelajaran oleh guru. Selain
itu, pemanfaatan hasil belajar untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitaspembelajaran harus didukung olehsiswa, guru, kepala sekolah, serta orangtua siswa (Depdiknas, 2003: 21). Dengandemikian, dapat disimpulkan bahwa
fungsi hasil belajar bagi siswa adalahsebagai indikator pencapaian tujuanpembelajaran dan umpan balik bagiguru dalam rangka peningkatan kualitas
proses pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan PenelitianTindakan Kelas (Classroom Action
Research), yang terdiri dari dua siklus. Setiapsiklus terdapat empat tahapan, yang terdiridari perencanaan tindakan, pelaksanaantindakan, observasi, dan refleksi. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMANegeri 1 Pulokulon Tahun Ajaran 2014/2015.Data diperoleh melalui pengamatan, tes,dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Awal
Pada pembelajaran PKn kelas XI. IPS1 sudah biasa dikondisikan berkelompoksehingga untuk materi-materi yang
memerlukan kerja kelompok, guru tidak perlulagi membentuk kelompok. Dari 35 siswa,dibagi menjadi 6 kelompok sehingga tiapkelompok berjumlah 5 - 6 siswa. Sebelumpenelitian tindakan kelas ini, materi pokoknya
adalah Hubungan Internasional.
Pembelajaran berlangsung menarikkarena guru mengarahkan siswa untuk
menghubungkan materi hubunganinternasional dengan kehidupan sehari-
hari. Bagi sebagian siswa, ini merupakan
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
22/159
417
pengalaman yang menarik. Namun, masihada siswa yang kurang aktif dalam kerjakelompok, bahkan ada kelompok yangkurang serius berinteraksi dengan teman
satu kelompoknya sehingga mereka
lamban dalam memahami materi tersebut.Baru sekitar 62,8% siswa yang aktif dalamtiap kelompoknya. Ada siswa yang hanyamelihat temannya bekerja, ada pula siswayang kurang percaya diri. Mereka yang
maju presentasi maupun bertanya hanyasiswa-siswa tertentu. Kurang aktifnya siswaini berakibat pada rendahnya ketuntasanbelajar kelas. Dari 35 siswa, siswa yang
nilainya di atas nilai KKM sebanyak 23 siswa
atau 65,7%.
2. Siklus 1
a. Perencanaan
Berdasarkan kondisi awal di atas,maka rencana pembelajaran di siklus Imenggunakan pembelajaran ContextualTeaching and Learning(CTL). Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL)untuk meningkatkan kemampuan siswa dalambelajar PKn agar terasa lebih menyenangkan,meningkatkan motivasi siswa, kerja sama,
dan keaktifan siswa semakin meningkat.Dengan demikian, pembelajaraan Contextual
Teaching and Learning(CTL) ini diharapkanmampu meningkatkan aktivitas dan hasilpembelajaran materi Hubungan Internasional
b. Tindakan
Siklus pertama dilaksanakan dalam
dua kali pertemuan, yaitu tanggal 11 dan 18Februari 2015 di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1Pulokulon. Setiap pertemuan, waktunya 2 jampelajaran, yaitu 2x45 menit, dengan materiHubungan Internasional. Tindakan yang
dilakukan adalah pendekatan pembelajaranContextual Teaching and Learning
Langkah-langkah yang dilakukan guru
dalam pembelajaran Contextual Teachingand Learningpada siklus I ini sebagai berikut.
1) Guru memberi apersepsi dan motivasi; 2)
guru menyampaikan tujuan pembelajaranyang akan dicapai; 3) guru menjelaskanpembelajaran dengan model ContextualTeaching and Learning (CTL); 4) siswa
berkelompok; 5) guru membagikan lembar
kerja kelompok kepada masing-masingkelompok; 6) masing-masing kelompokmempresentasikan hasil kerja kelompoknyadi depan kelas dengan alokasi waktu sekitar15 menit; 7) guru memberi penghargaan
pada kelompok dengan hasil terbaik; 8) gurudan siswa bersama-sama mengevaluasikegiatan pembelajaran yang telah dilakukan;9) guru memberi evaluasi materi Hubungan
Internasional
Pada siklus I pertemuan pertama,sebelum presentasi materi oleh guru
pembelajaran, pembelajaran diawali denganpembentukan kelompok. Pembentukan
kelompok didasarkan pada keheterogenan,tiap kelompok terdiri dari siswa berkemampuantinggi, rendah, laki-laki maupun perempuan.Dari 35 siswa dibagi dalam 6 kelompok, setiap
kelompok beranggotakan 5 - 6 siswa. Siswamempresentasikan hasil kerja kelompoknyadi depan kelas tentang materi hubunganinternasional. Kelompok lain memberikan
tanggapan dan pertanyaan dengan antusiasdan kelompok yang memperoleh prestasi
terbaik mendapat penghargaan dilakukanevaluasi individu
c. Observasi
Berdasarkan pengamatan terhadapberlangsungnya proses pembelajaran PKn
pada materi Hubungan Internasional yangtelah dilakukan pada siklus I, diperolehgambaran hasil tentang siswa cukup baikmemperhatikan pelajaran, yaitu sekitar30 dari 35 siswa yang hadir, yaitu 85,7%,
namun keaktifan siswa selama pembelajaranbelum maksimal, yaitu sekitar 28 dari 35
siswa yang hadir, yaitu 80%. Motivasi dankegairahan dalam mengikuti pembelajaran(meyelesaikan tugas mandiri atau tugas
kelompok), yaitu 28 dari 35 siswa sekitar 80%.
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
23/159
418
Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkanbahwa 26 dari 35 siswa yang memperolehnilai di atas batas KKM, yaitu sekitar 74,2%. .
d. Refleksi
Dari hasil observasi pembelajaranContextual Teaching and Learning (CTL)dapat direfleksikan pada siklus I adalah
bahwa siswa masih ada yang lebih sukauntuk berpikir sendiri, kurang tertarik untuk
berbagi ide, gagasan, atau pendapatdengan temannya. Sebagian siswa belumterbiasa dengan kondisi belajar denganmenggunakan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning,tetapi ada juga yanglebih senang dan antusias dalam belajar. Halini mengakibatkan belum maksimalnya hasilbelajar siswa, yaitu nilai siswa masih banyak
yang belum mencapai nilai KKM. Olehkarena itu, perlu pelaksanaan siklus II untuk
meningkatkan pembelajaran ContextualTeaching and Learning(CTL).
3. Siklus II
a. Perencanaan
Untuk memperbaiki kelemahandan mempertahankan keberhasilanyang telah dicapai pada siklus I, makapada pelaksanaan siklus II dapat dibuatperencanaan sebagai berikut. 1) Memberikan
motivasi kepada kelompok siswa agarlebih aktif lagi dalam pembelajaran; 2) guru
lebih intensif membimbing kelompok siswayang mengalami kesulitan; 3) memberikanpenghargaan kepada siswa (reward).
b. TindakanTindakan pada siklus II dilaksanakan
dalam dua pertemuan, yakni tanggal 25Februari 2015 dan 11 Maret 2015. Setiap
pertemuan waktunya 2 jam pelajaran, yaitu2x45 menit, mulai jam ke 5 dan 6, yaitu pukul10.30 - 12.00 WIB. Rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP) yang digunakan pada
siklus II sama dengan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP) pada siklus I karena
pembelajaran ini adalah pengulangan siklus
I yang telah dilaksanakan sebelumnya,dengan maksud untuk meningkatkanpembelajaran siswa.
Pada pelaksanaan siklus I yangtelah dilakukan ternyata masih terdapat
kelemahan dalam kegiatan proses belajarmengajar, seperti siswa masih kurang aktif,
siswa masih kurang motivasi, siswa masihkesulitan mengerjakan tugas, masih kurang
adanya interaksi guru dengan siswa sehinggaperlu dilakukan tindakan pemecahannya.Tindakan yang perlu ditempuh adalah 1)guru memberi umpan balik (reward) kepada
siswa agar lebih aktif dalam pembelajarandan mau mengerjakan tugas yang diberikanguru dengan serius dan sungguh-sungguh;2) mencari cara agar siswa lebih tertarik
dan memperhatikan pembelajaran; 3) dalampembelajaran, sebaiknya harus banyak
interaksi dua arah; 4) perlu ada bimbinganpada siswa saat mengerjakan tugas sehinggasiswa lebih memahami; 5) sebaiknya jugamemberi balikan dan penguatan pada siswa
tentang hasil tugasmya.c. Hasil Observasi
Berdasarkan pengamatan peneliti,lewat kegiatan belajar mengajar yang telahdilaksanakan pada siklus II, diperoleh hasilsebagai berikut. Siswa memperhatikan
pelajaran dengan baik, yaitu sekitar 33 dari35 siswa yang hadir 94,2%, keaktifan siswa
selama pembelajaran sekitar 32 dari 35siswa yang hadir, yaitu 91,4%. Motivasi dankegairahan dalam mengikuti pembelajaran
(meyelesaikan tugas mandiri atau tugaskelompok), yaitu 31 dari 35 siswa sekitar88,5%. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa33 dari 35 siswa memperoleh nilai di atasbatas KKM, yaitu sekitar 94,2%.
d. Refleksi
Dari hasil observasi, refleksi pada
proses pembelajaran siklus II adalah siswa
aktif bekerja sama dan diskusi dalamkelompok. Siswa mulai lancar dalam
berkomunikasi dengan bahasa ilmiah. Hal
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
24/159
419
ini berakibat pada hasil pembelajaran yangsemakin meningkat, seperti perolehannilai di atas KKM mencapai 94,2% yangmenunjukkan daya serap klasikal telah
tercapai sehingga pembelajaranContextual
Teaching and Learning (CTL) tepatdigunakan untuk pembelajaran materihubungan internasional
e. Pembahasan
Dari hasil pelaksanaan siklus I dansiklus II, secara ringkas dapat dideskripsikandalam tabel berikut.Tabel 1. Data Aktivitas Siswa yang Relevan
dengan Pembelajaran
No Indikator Ketercapaian
Siklus I Siklus II
1 Untuk keaktifan siswa 80% 91,4%
2
Motivasi dankegairahandalam mengikutipembelajaran (meyelesaikan tugasmandiri atau tugaskelompok )
80% 88,5%
3Memperhatikanpelajaran dengan baik
85,7% 94,2%
4
Untuk aspekpengetahuantercapainya nilai batastuntas (KKM= 78)
74,2% 94,2%
Dari tabel di atas, dapat dinyatakanbahwa terjadi peningkatan pada indikatoryang telah ditetapkan dari hasil pelaksanaansiklus I dan siklus II. Berdasarkan pengamatan
selama proses pembelajaran, keaktifan
siswa mengalami peningkatan dari siklusI ke siklus II sebesar 11,4%. Peningkatankemampuan siswa yang berani bertanya danmengemukakan pendapat sebesar 8,6%,peningkatan motivasi dan kegairahan dalam
mengikuti pembelajaran 8,5%, peningkataninteraksi siswa dalam mengikuti diskusikelompok sebesar 9,4%. Hasil evaluasisiklus II menunjukkan bahwa 33 dari 35 siswa
memperoleh nilai di atas batas KKM, yaitu
sekitar 94,2%. Dari hasil evaluasi, aspekkognitif pada materi Hubungan Internasionalmengalami peningkatan sebesar 20%.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis danpembahasan di atas, dapat disimpulkanbahwa penggunaan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning dapatmeningkatkan Kualitas pembelajaran PKnmateri hubungan internasional siswa kelasXI IPS 1 SMA Negeri 1 Pulokulon.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Psikomotor(Unpublised). Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Fajri, E. M. Zul, dkk.. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Utama.
Ismail, Adang. 2006. Education Games.Yogyakarta: Nuansa Aksara.
Kusuma, Wijaya & Dwitagama, Dedi. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PTIndeks.
Nana, Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Rahayu, Evin Tri. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Disertai Metode NumberHeads Together dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi. Skripsi,FKIP UniversitasSebelas Maret, Surakarta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Wiraputtra, Udin S.. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
25/159
420
PEMAKAIAN BAHASA MASYARAKAT PONTIANAK DI BERBAGAI
RANAH ATAU KONTEKS (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)
Al Ashadi A lim in
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP-PGRI PontianakJalan Ampera Pontianak 78116
ABSTRAKThis article provides the variations of language usage in various contexts by the society in
Pontianak. The purposes of this research are: 1. to describe the variations of language that
exist in the society, and 2. the existence of code switching and code mixing in language use.
The method of this research is descriptive qualitative, object of this research is utterances that
have been transcribed into text. The data collections method used listening and free listening
technique. The result of the analysis showed the existence variation of Malay language with
Sambasnese dialect, Ketapang dialect, Pontianak dialect, Dayaknese language, Javanese
language, Indonesian slang and foreign language. The existence of code switching and code
mixing was in form of the sentence from Malay Pontianak language to Indonesian language.
The forms of code mixing that exist is in form of words from local language, foreign language
and Indonesian slang.
Keywords: society language use, language variation, code switching, code mixing
ABSTRAKArtikel ini memuat analisis variasi pemakaian bahasa di berbagai ranah atau konteks olehmasyarakat Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan variasi-variasi bahasayang muncul dari pemakaian bahasa; dan 2) ragam alih dan campur kode yang muncul daripemakaian bahasa. Metode yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif dengan objek penelitian
berupa pertuturan yang telah ditranskrip dalam bentuk teks dengan metode pengumpulan datamenggunakan teknik simak dan teknik simak bebas libat cakap. Hasil analisis menunjukkanbahwa varasi bahasa yang muncul meliputi variasi bahasa Melayu dialek Sambas, bahasaMelayu dialek Ketapang, bahasa Melayu dialek Pontianak, bahasa Dayak, bahasa Jawa,bahasa Prokem, serta bahasa asing. Ragam alih dan campur kode yang muncul adalah alihkode yang berwujud kalimat dari bahasa Melayu Pontianak ke dalam bahasa Indonesia. Wujudcampur kode yang muncul adalah campur kode berwujud kata dari bahasa daerah, bahasaasing, serta bahasa prokem.
Kata kunci : pemakaian bahasa masyarakat, variasi bahasa, alih dan campur kode.
PENDAHULUAN
Komunikasi yang berlangsung dalam
masyarakat bahasa merupakan tempat ataumedia untuk mengungkapkan ide, gagasan,
isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya.Peristiwa komunikasi yang berlangsungantara pembicara kepada pendengarmerupakan suatu peristiwa yang sangat
majemuk. Dalam hal ini, bahasa sebagai alat
komunikasi yang mempunyai peranan sangatpenting. Begitu pentingnya bahasa, sehingga
kajian tentang bahasa yang dihubungkandengan faktor sosial merupakan suatu kajian
yang sangat menarik. Hal ini disebabkanoleh luasnya objek penelitian yang menarikdan dapat terus dikaji.
Penelitian ini memfokuskan padapemakaian bahasa masyarakat Pontianakdi berbagai ranah atau konteks. Secara
rinci, penelitian ini bertujuan untuk: 1)
mendeskripsikan bentuk variasi bahasayang terdapat dalam pemakaian bahasa
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
26/159
421
masyarakat Pontianak? 2) mendeskripsikanragam alih dan campur kode yang terkandungdalam pemakaian bahasa masyarakatPontianak?
Pada kenyataannya bahasa adalah
kaya raya dengan keanekaragamanperwujudannya. Perwujudan bahasa itu
sangat luasnya sehingga variasi-variasi ituseakan tanpa batas (Alwasilah, 1989: 65).
Terjadinya keragaman atau kevariasianbahasa ini bukan hanya disebabkan olehpara penuturnya yang tidak homogen, tetapijuga karena kegiatan interaksi sosial yang
mereka lakukan sangat beragam.
Beberapa pengertian mengenai variasibahasa, seperti pendapat Suwito (1991:34) bahwa variasi bahasa merupakansejenis ragam bahasa yang pemakainnyadisesuaikan dengan fungsi dan situasi, tanpa
mengabaikan kaidah-kaidah pokok yangberlaku dalam bahasa yang bersangkutan.Pendapat lain mengenai variasi bahasamenurut Soeparno (2002: 71) adalah bentuk-
bentuk bagian atau varian dalam bahasa
yang masing-masing memiliki pola-pola yangmenyerupai pola umum bahasa induknya.Sementara itu, menurut Chaer & Agustina(2010: 62), variasi bahasa dipandangsebagai bentuk-bentuk bagian atau varian
dalam bahasa yang masing-masing memilikipola yang menyerupai pola umum bahasa
induksinya.
Berdasarkan beberapa pengertianpendapat ahli di atas, disimpulkan bahwa
variasi bahasa adalah keanekaragamanbahasa yang dipakai penutur bahasa yangtidak jauh berbeda dengan bahasa induknyaakibat berbagai faktor yang mempengaruhi
peristiwa tutur tersebut. Keragaman ataukevariasian bahasa ini bukan hanyadisebabkan oleh para penuturnya yangtidak homogen, tetapi juga karena kegiatan
interaksi sosial yang mereka lakukan sangatberagam
Faktor-faktor yang mempengaruhivariasi bahasa menurut Fishman (Chaer &Agustina, 1995: 204) adalah lokasi, topik,dan partisipan; seperti keluarga, tetangga,
teman, transaksi pemerintahan, pendidikan,
pekerjaan, dan sebagainya. Fenomenapemakaian bahasa tersebut tidak terlepasdari penggunaan berbagai jenis kodekebahasaan yang disesuaikan denganberbagai faktor, baik kebahasaan dan
nonkebahasaan. Berikut ini akan dipaparkanteori alih dan campur kode.
Alih kode merupakan salah satu aspek
ketergantungan bahasa di dalam masyarakatdwibahaswan. Menurut Suwandi, 2008: 86;Saddhono, 2012: 78, di dalam masyarakatdwibahasawan, hampir tidak mungkin
seorang penutur menggunakan satubahasa secara mutlak tanpa sedikitpun
memanfaatkan bahasa lain. Alih kodemerupakan salah satu aspek tentangsaling ketergantungan bahasa di dalammasyarakat multilingual. Pendapat serupa
juga diutarakan oleh Chaer & Agustina (2004:107) bahwa alih kode dipandang sebagaiperistiwa penggantian bahasa dari bahasasatu ke bahasa yang lain, dari ragam satu ke
ragam yang lain atau perubahan dari situasiresmi ke situasi santai. Hal senada diutarakan
oleh Iqbal, dkk. (2011: 15), alih kode sebagaifenomena beralih penutur dari satu bahasake dalam bahasa lain dalam satu ujaran ataupercakapan. Lebih lanjut, Iqbal menegaskan
kedwibahasaan mengakibatkan tumpang
tindih (percampuran) penggunaan unsursistem bahasa satu dengan sistem bahasalainnya.
Berdasarkan beberapa pendapatdi atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan alih kode adalahpertukaran dari satu bahasa ke bahasa lain
atau pertukaran dari satu variasi bahasa kebahasa variasi bahasa lain dalam bahasayang sama, ataupun pertukaran dari satu
gaya bahasa satu ke gaya bahasa yang
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
27/159
422
lain dalam bahasa yang sama. Berdasarkansifatnya, alih kode dapat dibedakan menjadidua, alih kode intern dan alih kode ekstern(Saddhono, 2012: 79). Alih kode intern
dimaksudkan sebagai alih kode yang terjadi
antarbahasa daerah dalam satu bahasanasional, sedangkan alih kode ekternmerupakan alih kode yang terjadi antarabahasa asli dengan bahasa asing.
Dalam peristiwa tutur, campur kode jugasering digunakan. Pengertian campur kodemenurut Nababan (1991:32) adalah suatukeadaan berbahasa lain (speech act atau
discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasiberbahasa yang menuntut pencampuranbahasa. Dalam keadaaan yang demikianlah,menurut Nababan hanya kesantaian penutur
dan/atau kebiasaannya yang dituruti.Pendapat lain mengenai campur kode, yaitu
dari Thelander (Chaer & Agustina, 2004: 115)menjelaskan bahwa apabila suatu peristiwatutur, klausa-klausa maupun frasa-frasa,yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa
campuran (hybrid clauses, hybrid pharases),dan masing-masing klausa atau frasa itutidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri,maka peristiwa yang terjadi adalah peristiwa
campur kode.
Berdasarkan pendapat beberapa para
ahli, dapat dinyatakan bahwa pengertiancampur kode adalah penggunaan unsur-
unsur lain atau ketergantungan bahasaketika memakai bahasa tertentu yangsaling dibutuhkan. Peristiwa campur kode
disebabkan oleh beberapa faktor yangmempengaruhi, seperti yang dikemukakanoleh Hoffman, Hamers, dan Blanc (Apriana,2006: 38 - 39) bahwa ada beberapa faktoryang dapat menyebabkan terjadinya alih
dan campur bahasa, They are: 1) thecontent of the conversation; 2) the formality
of the conversation; 3) the participants;
and 4) the effectiveness of the message.Menurut mereka, faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya campur atau
alih bahasa, yaitu isi dari pembicaraan,keformalan sebuah pembicaraan, parapendengar, dan keefektifan dari pesan yangdisampaikan. Selain itu, Hoffman dan Troike
(Apriana, 2006: 38 - 39) juga menyatakan
faktor penyebab terjadinya campurkode, yaitu mencakup alasan seseorangdalam melakukan campur kode. Merekamenyatakan,
There are ten reasons why people mixor switch their languages. They are: 1)
talking about a particular topic; 2) quoting
somebody else; 3) being emphatic
about something; 4) sentence fillers or
sentence connectors; 5) repetition used
for clarification; 6) intention of clarifying
the speech content for interlocutor; 7)
expressing group identity; 8) softening or
strengthening request or command; 9)
real lexical need; and 10) for the sake of
efficiency. All those factors and reasons
are used in the analysis.
Ada 10 alasan seseorang mengalih ataumencampur bahasa, yaitu 1) membicarakan
mengenai topik tertentu; 2) mengutippembicaraan orang lain; 3) mempertegassesuatu; 4) pengisi dan penyambungkalimat; 5) perulangan untuk mengklarifikasi;
6) bermaksud untuk mengklarifikasi isi
pembicaraan kepada lawan bicara; 7)menunujukkan identitas suatu kelompok; 8)
memperhalus atau mempertegas permintaanatau perintah; 9) kebutuhan leksikal; dan 10)keefisiensian suatu pembicaraan.
Dengan demikian, campur kodedapat dibagi menjadi enam jenis, yaitupenyisipan unsur-unsur yang berwujudkata, penyisipan unsur-unsur yang berwujud
frasa, penyisipan unsur-unsur yang berwujudbentuk baster, penyisipan unsur-unsur yangberwujud kata ulang, penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom,
dan penyisipan unsur-unsur yang berwujudklausa. Selanjutnya, faktor penyebab
terjadinya campur kode mencakup alasan
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
28/159
423
seseorang dalam melakukan campurkode, yaitu membicarakan mengenaitopik tertentu, mengutip pembicaraanorang lain, mempertegas sesuatu, pengisi
dan penyambung kalimat, perulangan
untuk mengklarifikasi, bermaksud untukmengklarifikasi isi pembicaraan kepada
lawan bicara, menunujukkan identitas suatukelompok, memperhalus atau mempertegaspermintaan atau perintah, kebutuhan leksikal,
dan keefisiensian suatu pembicaraan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan sebuah
penelitian lapangan (field research)menggunakan metode deskriptif melaluipendekatan sosiolinguistik. Data dalampenelitian ini berupa pertuturan atau dialogpercakapan yang telah ditranskrip dalam
bentuk teks dengan sumber data dalampenelitian adalah penutur yang melakukanpercakapan pada saat perekaman datapenelitian. Subjek dalam penelitian ini bersifatpurposive sampling. Data dikumpulkan
dengan metode simak atau penyimakanselanjutnya dianalisis menggunakan metodepadan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pontianak memiliki berbagai suku
dan etnis yang multikultural, dalam interaksipercakapan sehari-hari, pemakain kode olehmasyarakat tutur sangat bervariasi.1. Analisi s Data 1
Konteks: tiga orang mahasiswasedang duduk-duduk di kontrakan B5 DanauSintarum sedang membicarakan rencana
pulang ke kampung halaman.Andi : Teg, bile kau nak balik ke
Singkawang. (kapan mau pulang keSingkawang)
Tegi : Ndaktaulah An, sian libornye masehtok be. Kau bile nak balik? (kurang
tahu juga An, belum ada libur. Kamu
kapan pulang?)Andi : Rencaneku nak balik hari Jumat itok.
Dahlamak juak daanbalik tok e, kau
nak balik ndak? Mun kau balik, serate
jak kite baliknye hari Jumat
itok. Cemane, oke?(rencanaku maupulang hari Jumat ini. Sudah lamatidak pulang ni, kamu mau pulangtidak? Kalau kamu pulang sama-sama kita, hari jumat ini, bagaimana,
oke?)Ari : Andi, bahasa apa yang kalian
gunakan. Aku tidak mengerti apayang kalian bicarakan.
Andi : Ohitu bahasa Melayu Sambas.
Aku dengan Tegi rencananya maupulang ke Singkawang hari jumat ini.
Ari : Begitu tohceritanya. Berarti mingguini weekend-nya di Singkawang ya.
Tegi : Pastinya
a. Analisis Variasi Bahasa MelayuAnalisis bahasa Melayu berwujud katabalik, ndak, daan, dah.
1) Penggunaan kata Balik dalam
bahasa Melayu, yang bermaknapulang dalam bahasa Indonesia,
terdapat beberapa variasi seperti[balek], [balEk]. Penggunaan kata inikonsisten pada wilayah atau daerah.Kata balik yang digunakan dalam
percakapan di atas adalah bahasaMelayu dialek Sambas, sedangkankata [balek], dan [balEk] seringdigunakan oleh masyarakat yang
berdomisili di wilayah Pontianakatau sering disebut bahasa Melayu
dialek Pontianak.2) Pemakaian kata ndak dandan daan.
Kata ndak dandaan dalam bahasaIndonesia bermakna tidak. Dalam
bahasa melayu Pontianak, memilikibeberapa variasi lain seperti [Indak],[tadak]. Pemakaian kata ndakmerupakan bentuk pemenggalan
dari kata indak, begitu juga kata
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
29/159
424
daan merupakan sebuah variasikata dari bahasa Melayu. Biasanyakosakata ini banyak digunakan olehmasyarakat Melayu dialek Sambas.
Penggunaan kata tadakmerupakan
variasi bahasa Melayu dialekPontianak yang sering digunakanterbatas pada daerah Pontianak.
3) Pemakain kata dah. Kata dahdalambahasa Indonesia bermakna sudah,
merupakan bentuk pemenggalankata udah. Pemakaian kata dahdalam pertuturan dengan tujuankomunikatif agar tujuan dan
maksud tuturan lebih cepat tercapai
dibandingkan jika harus memakaibentuk percakapan lengkap.
b. Analisis Alih Kode dan Campur KodeCampur kode yang terdapat padapertuturan data 1 berasal dari bahasa
daerah lain dan bahasa asing.Perhatikan kata, seperti oke, toh, danweekend. Pemakain kata toh merupakanserpihan partikel bahasa Jawa yang
berfungsi untuk menegaskan maksudpembicaraan, sedangkan pemakaian
kata oke(ia) dan weekend(akhir pekan)merupakan serpihan unsur bahasaInggris. Tujuan penggunaan katatersebut menunjukkan nilai prestiseatau
gengsi dari penuturnya. Hal ini tampakbahwa identitas sosial penutur adalahkaum terpelajar yang mengerti bahasaInggris.
Alih kode dapat dilihat pada pada data1 dialog percakapan ke 4, 5, 6, dan 7.
Pada percakapan tersebut Andi dan Tegiberalih kode dari Bahasa Melayu DialekSambas ke Bahasa Indonesia karenakedatangan orang ketiga yaitu Ari yang
tidak mengerti dengan bahasa yangdigunakan mereka.
2. Analis Data II
Konteks: komunikasi terjadi antaraPiktor (Dayak) dan Addul (Melayu) yang
terjadi di salah satu toko tempat penjualansembako pada pagi hari.
Piktor : Apa y2ang maok kau beli Dul?(apa yang mau kau beli Dul)
Addul : Ini maok beli ikan kerring (ini maumembeli ikan kering)
Piktor : Berapa harganya nean? (berapaharganya ini?)
Addul : Sehibusatu ons (seribu satu ons)
a. Analisis Variasi Bahasa
Analisis bahasa difokuskan pada katamaok dansehibu.1) Penggunaan kata maok dalam
bahasa Melayu yang bermakna ingin
dalam bahasa Indonesia, terdapatbeberapa variasi penyebutan seperti
[mau], [maOk]. Penggunaan variasikata [mau] dan [maOk] digunakandalam percakapan sehari- hari seringdigunakan oleh masyarakat yang
berdomisili di wilayah Pontianak
atau sering disebut bahasa Melayudialek Pontianak.
2) Penggunaan kata sehibu.
Masyarakat Melayu Pontianaksering memakai kata seribu atau
sribu untuk menyebut nominaluang seribu rupiah. Penyebutansehibu di dalam bahasa MelayuPontianak merupakan bentuk
yang jarang digunakan. Terjadinyavariasi penyebutan akibat adanya
interferensi bahasa daerah lain, yaitubahasa Dayak. Hal ini karena dalamberkomunikasi dengan mitra tuturkelompok etnis lain, dalam kasus
ini berkomunikasi dengan tetanggayang beretnis Dayak, mereka tidakmenggunakan bahasa Indonesiaataupun bahasa Dayak, akan tetapi
menggunakan Bahasa MelayuPontianak. Hal ini disebabkan
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
30/159
425
kepasifan antara penutur terhadapbahasa lawan tutur. Mereka lebihmemilih menggunakan bahasayang netral, yakni Bahasa Melayu
Pontianak.
b. Analisis Alih Kode dan Campur Kode
Konteks komunikasi yang terjadi antaraPiktor dan Addul yang tidak salingmendominasi bahasa, di antaranyakarena pengetahuan yang pasif
mengenai bahasa mitra tutur. Merekasaling memahami namun tidak dapatmengucapkan secara aktif.Pertuturan di atas terdapat campur kode
dari bahasa Dayak, yaitu nean. Maknakata nean dalam bahasa Indonesia
adalah ini. Pemakaian kata tersebutdalam pertuturan disebabkan penuturtidak fasih berbahasa Melayu sehinggauntuk mengefisienkan pembicaraan
agar komunikatif, penutur memilihmenggunakan bahasa pertama B1 yanglebih dikuasainya.
3. Analis Data III
Konteks: Percakapan terjadi suatusore di pinggir jalan, Dedi akan bermain bola,
saat di perjalanan bertemu dengan sahabatakrabnya Andi. Pertuturan menggunakan
bahasa melayu Dialek Ketapang.Andi : Maok kemane kau te,jang? (Mau
kemana kamu, jang? sebutan anaklaki-laki)
Dedi : Aku te maok maen bola, Di. Kaumau ikot ndak. (Aku mau bermain
sepak bola, di. Kau mau ikut ndak?)Andi : Ayom , jang. Kebetolan, aku te ndak
ade kegiatan. Bagusnye te aku ikut
kau, jang! (ayolah, jang.kebetulan,
aku tidak ada kegiatan(sibuk).Baiknya aku ikut(main bola) kau, jang!)
Dedi : Ooh..........aoklah yok lahkite langsong kelapangan jak.
(Oooh..........ayolah, sekarang kitalangsung ka lapangan .)
Andi : Yok lah, jang.(ayo,jang)
a. Analisis Variasi Bahasa
Analisis bahasa difokuskan pada kata te,ayom, yok, jang, aok, dan maen.
1) Pemakain partikel te. Partikelte merupakan unsur yang tidakmemiliki makna jika tidak melekatpada kata lain. Variasi partikel lain
yang terdapat dalam bahasa Melayu,seperti be, bE, dan am berfungsisebagai penegas atau memberikantekanan pada kata tertentu yang
dituturkan.2) Pemakaian kata ayom dan yok.
Kata ayom dan yok dalam bahasaIndonesia bermakna ayo, merupakanvariasi kata dari bahasa Melayudialek Ketapang. Pemakaian kata
ayom biasanya banyak digunakanoleh masyarakat Melayu Ketapang.
3) Pemakaian kata jang. Katajang dalam bahasa Indonesia
bermakna sapaan untuk anaklaki-laki. Sapaan ini dipakai oleh
masyarakat penutur bahasa MelayuKetapang. Pemakaian sapaan initidak mengenal tingkatan, biasanyadipakai untuk menyapa teman
sebaya atau menyapa orang yanglebih muda dari penutur. Variasi lainuntuk menyapa lawan bicara dalambahasa Melayu, misalnya budak
(orang kedua tunggal) sapaan dalambahasa Melayu Pontianak. Bahasa
melayu Sambas mengenal beberapasapaan, seperti along(anak pertama-- dipakai untuk persona pertamadan kedua tunggal), angah (anak
kedua -- dipakai untuk personapertama dan kedua tunggal), ude,
uning usu, dan sebagainya.4) Pemakain kata aok. Kata aok dalam
bahasa Indonesia bermaksa iya,
-
7/25/2019 Jurnal Cakrawala Januari 2016
31/159
426
merupakan bentuk variasi lain darikata ye, dan iye . Pemakaian kataaok dalam pertuturan digunakanuntuk orang yang sebaya, untuk
pertuturan dengan orang yang lebih
tua atau lebih dihormati biasanyamenggunakan kata iye.
5) Pemakaian kata maen. Kata maendalam bahasa Indonesia bermaknamain. Dalam bahasa Melayu
Pontianak, variasi kata