Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
-
Upload
nisa-austriana-nuridha -
Category
Documents
-
view
236 -
download
0
Transcript of Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
1/17
Cairan intravena yang seimbang: tinjauan dari sisi fisiologis hingga bukti klinis
Abstrak
Cairan yang dianggap ”seimbang” biasanya didefinisikan sebagai cairan intravena yang
memiliki komposisi elektrolit mirip dengan cairan plasma. Dengan demikian, maka
cairan yang seimbang harus memiliki pengaruh terhadap keseimbangan asam-basa yang
minimal, tidak seperti aCl !,"# yang sering dilaporkan terkait dengan asidosis
metabolik hiperkloremik. $aru-baru ini, istilah % cairan seimbang% juga telah digunakan
untuk mendeskripsikan cairan infus dengan kadar klorida rendah, karena konsentrasi
elektrolit ini yang paling mengalami perubahan pada cairan aCl !,"# dibandingkan
dengan plasma, dan didasarkan pada perubahan merugikan dari fungsi ginjal terkait
dengan hiperkloremia. &eskipun upaya identifikasi telah sering dilakukan, namun
cairan yang seimbang dan ideal dengan efek minimal pada status asam-basa, konten
klorida rendah, dan tonisitas yang memadai hingga kini masih belum tersedia. 'etelah
akumulasi data pra-klinis dan klinis serta fisiologis, dalam tiga tahun terakhir beberapa
uji klinis baik observasional maupun retrospektif, telah membahas pertanyaan apakah
penggunaan cairan yang seimbang memiliki efek menguntungkan dibandingkan dengan
pera(atan standar, kadang-kadang bahkan menunjukkan peningkatan kelangsungan
hidup. &eskipun demikian, uji coba terkontrol acak besar pertama yang
membandingkan efek cairan seimbang vs cairan tidak seimbang pada fungsi ginjal
pasien sakit kritis )trial '*+, saline !,"# vs *lasma-+yte /0 untuk erapi Cairan
ntensive Care 1nit2 yang terbaru menunjukkan kesamaan yang identik antara dua
perlakuan tersebut. Dalam tinjauan ini, kami mena(arkan ringkasan yang komprehensif
dan terbaru tentang masalah ini, pertama, dengan memberikan latar belakang fisiologis
mengenai cairan yang seimbang3 kedua, dengan merangkum potensi efek patofisiologis
mereka3 dan terakhir, dengan menghadirkan bukti klinis yang tersedia untuk mendukung
penggunaannya pada saat ini.
4ata kunci: cairan seimbang, kristaloid, koloid, terapi cairan, keseimbangan asam-basa
Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian mengenai pera(atan kritis dan darurat telah
mengalami peningkatan yang pesat dalam studi eksperimental dan klinis mengenai
terapi cairan. 'elain berfokus pada target hemodinamik yang akan dicapai pada pasien
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
2/17
kritis, peneliti juga meneliti mengenai efek dari dari jenis-jenis cairan yang berbeda.
*otensi manfaat koloid vs. kristaloid terus berlangsung, sehingga kami mengarahkan
penelitian ke arah bah(a kedua jenis cairan koloid dan kristaloid dapat mempengaruhi
hasil klinis pasien, termasuk kelangsungan hidup.
Dalam debat ini, ketika mencari cairan intravena yang %ideal%, dan dengan kenyataan
bah(a kebiasaan lama menggunakan cairan kristaloid sederhana yang umum ditemui
yaitu aCl !,"# dapat memiliki efek yang membahayakan, kami menggunakan cairan
kristaloid baru dalam praktek klinis kami yaitu cairan intravena yang seimbang. stilah
%cairan yang seimbang% digunakan peneliti, dokter, dan industri untuk medeskripsikan
cairan intravena yang komposisi elektrolitnya lebih dekat dengan komposisi plasmadibandingkan dengan cairan yang telah ada sebelumnya. Cairan yang seimbang harus
memeiliki pengaruh minimal terhadap keseimbangan asam-basa dibandingkan dengan
cairan aC+ !,"# yang telah dilaporkan tmenyebabkan asidosis metabolik
hiperkloremik. $aru-baru ini, peneliti telah mulai menggunakan istilah cairan
%seimbang% untuk mendeskripsikan cairan intravena dengan kandungan klorida yang
rendah, karena konsentrasi elektrolit inilah paling dipengaruhi oleh aCl !,"#, dan
didasarkan pada perubahan merugikan dari fungsi ginjal terkait dengan hiperkloremia.
Dalam tiga tahun terakhir, beberapa uji klinis telah mendukung hipotesis bah(a
penggunaan cairan intravena yang seimbang mungkin memiliki efek yang lebih
menguntungkan dibandingkan dengan pera(atan standar. 'elain itu, uji coba terkontrol
besar pertama secara acak yang membandingkan efek pada fungsi ginjal dan
kelangsungan hidup di rumah sakit antara cairan seimbang intravena vs aCl !,"# pada
pasien sakit kritis yang baru-baru ini diterbitkan )'*+ trial - saline !,"# vs *lasma-
+yte /0 untuk erapi Cairan ntensive Care 1nit2 menunjukkan tidak ada perbedaan
antara dua perlakuan.
1ntuk lebih memperjelas kerangka keseluruhan topik ini, kami ingin mena(arkan
tinjauan komprehensif masalah ini, pertama, dengan memberikan latar belakang
fisiologis cairan yang seimbang3 kedua, dengan merangkum potensi efek patofisiologis
mereka3 dan terakhir, dengan menghadirkan bukti klinis yang tersedia saat ini untuk
mendukung penggunaannya atau tidak.
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
3/17
A*A 5A6 D&A4'1D CA7A 8'9&$A6”
;omeostasis komposisi air tubuh adalah landasan dari fungsi fisiologis manusia.
&anusia biasanya memiliki output harian air yang setara dengan asupan air per oral, dan
homeostasis air berfungsi untuk mempertahankan volume darah sirkulasi, serta kadar air
dan elektrolit secara keseluruhan. 4eseimbangan cairan pada manusia merupakan
proses homeostasis manusia di mana pada keadaan normal akan mempertahankan
jumlah cairan yang hilang dari tubuh agar harus sama dengan jumlah asupan cairan.
9uvolemia mendefinisikan keadaan volume cairan tubuh normal. *emberian cairan
intravena menjadi suaru keharusan pada keadaan-keadaan akut yang mengganggu
proses homeostasis. 4ebutuhan akan cairan ini memiliki dua faktor penting dalamrancangan terapi cairan intravena. *ertama, perlunya osmolaritas dan kebutuhan
elektrolit dalam larutan, karena kita tidak bisa memberi cairan tanpa tonisitas yang tepat
)di mana harus semirip mungkin dengan osmolaritas plasma2. 4edua, kebutuhan
tekanan onkotik, atau onkotisitas cairan dan molekul onkotik, idealnya ditujukan untuk
mempertahankan volume cairan dalam kompartemen intravaskular.
'ecara teoritis, cairan seimbang yang ideal harus memiliki kandungan elektrolit yang
sama dengan cairan plasma. *ada saat yang sama, masing-masing larutan air harus
memiliki karakteristik netralitas listrik: jumlah total muatan positif bebas terlarut dalam
larutan )sebagai kation2 harus selalu sama dengan jumlah total muatan negatif bebas
terlarut dalam cairan )sebagai anion2. Dalam upaya untuk merancang sebuah cairan
intravena seimbang yang ideal, asumsi ini telah mengungkapkan dua aspek yang
penting untuk diingat. *ertama, semua cairan intravena yang tersedia )dengan
pengecualian aCl !,"# dan larutan dekstrosa murni2 mengandung anion organik
)seperti asetat, laktat, malat, glukonat, dll2 sebagai prekursor dari ;C
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
4/17
perbedaan a > -Cl- dalam range ?/-=! m9@ +-2, kami meneliti cairan seimbang
dengan konsentrasi Cl- yang relatif supra-fisiologis )abel 2.
Dalam sejarah pengembangan cairan intravena baru, dan dengan mempertimbangkan
bah(a aCl !,"# dapat menyebabkan asidosis metabolik hiperkloremik, maka cairan
yang dianggap seimbang adalah cairan intravena yang menyebabkan efek minimal pada
keseimbangan asam-basa. 'ecara paralel, setelah diketahui adanya efek berbahaya dari
Cl- )dengan cairan yang mengandung Cl- supra-fisiologis2 dan hiperkloremia pada
fungsi ginjal, maka cairan yang seimbang didefinisikan sebagai cairan intravena dengan
kandungan Cl- yang normal )atau lebih rendah dari normal2. 'elain itu, (alaupun
konsep-konsep ini pertama kali diterapkan untuk cairan kristaloid, sekarang konsep-konsep tersebut telah dipakai pada larutan koloid, dengan penggunaan cairan
%seimbang% dan dengan memperhatikan pelarut dimana molekul koloid dilarutkan.
'eperti yang akan kita dirincikan berikut, dua aspek karakteristik cairan yang seimbang
)yaitu efek minimal terhadap keseimbangan asam-basa dan kandungan fisiologis Cl-2
tidak bisa ada bersamaan dalam suatu cairan saat ini, di mana cairan tersebut juga harus
memiliki osmolaritas yang mirip dengan plasma.
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
5/17
Dalam upaya untuk menjelaskan efek cairan intravena pada status asam-basa, prinsip-
prinsip pendekatan 'te(art untuk keseimbangan asam-basa dapat digunakan karena
prinsip ini mempertimbangkan baik keseimbangan hidro-elektrolit maupun asam-basa.
Dalam pendekatannya dari sisi fisika-kimia(i mengenai keseimbangan asam-basa dan
elektrolit, *eter 'te(art menga(alinya dengan menggambarkan komponen cairan
biologis:
a2 air, at pelarut, yang memiliki molalitas tinggi )E FF,F mol kg-2 dan sangat sulit
untuk mengalami disosiasi3
b2 elektrolit kuat )seperti a >, 4 >, Cl-2, yang selalu terdisosiasi atau terlarut
sepenuhnya dalam larutan biologis, dan dapat dianggap tidak bereaksi secara kimia(i3
c2, asam lemah non-volatil )terutama albumin dan fosfat2, yang didefinisikan sebagai at
mengalami disosiasi sebagian dalam larutan air sesuai dengan konstan disosiasi masing-
masing3
d2 karbon dioksida )C
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
6/17
)contohnya p;2 bervariasi sesuai dengan perubahan ini. Hariabel dependen pada
rumusan ini adalah ; >,
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
7/17
elektrolit tertentu, yang menentukan perbedaan ion kuat dari cairan infus )'Dinf2,
setelah metabolisme in-vivo dari anion organik terkait. 'elain itu cairan juga bisa
mengandung asam lemah.
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
8/17
'Dinf harus sama dengan 'D plasma agar plasma p; tidak berubah terlepas dari
jumlah cairan infus yang masuk.
*emahaman teoritis mengenai efek cairan intravena pada keseimbangan asam-basa
memiliki dua konsekuensi penting. *ertama, efek cairan intravena pada keseimbangan
asam-basa mungkin berbeda-beda pada tiap pasien, tergantung pada konsentrasi ;C
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
9/17
menjadi dasar dari cairan-cairan %seimbang% generasi baru )seperti cairan kristaloid
*lasma-+yte atau 'terofundin '
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
10/17
pemberian intravena juga dapat dipertimbangkan pada kasus-kasus yang berat. 'emua
cairan intravena seimbang yang tersedia mengandung konsentrasi 4 > dalam rentang
normal dan tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan 4 > harian. itur ini secara keliru
dijadikan alasan untuk penggunaan aCl !,"# sebagai satu-satunya cairan intravena
pada pasien dengan gagal ginjal akut atau kronis. 'eperti yang akan kita bahas di
ba(ah, hasil-hasil penelitian terbaru telah jelas menunjukkan bah(a kekha(atiran ini
keliru.
*97A 4+ namun ion ini memiliki peran sentral
dalam keseimbangan asam-basa. 4arena peran fisiologis yang dimiliki oleh ion ini, Cl-
juga merupakan anion utama dari setiap cairan kristaloid yang diberikan secara
intravena untuk resusitasi cairan dan pemeliharaan volume. &eskipun demikian, bukti-
bukti menunjukkan bah(a kandungan Cl cairan intravena, terutama pada tingkat supra-
fisiologis, memiliki dampak klinis yang relevan.
'alin normal, salah satu cairan kristaloid intravena yang paling sering dipakai, memiliki
kandungan Cl- )dan a >2 non-fisiologis yang tinggi , dan diketahui dapat
menyebabkan asidosis metabolik hiperkloremik bila diberikan dalam dosis yang tidak
teratur. Asidosis metabolik yang diakibatkan aCl !,"# dapat menjadi salah satu
penyebab pada pasien sakit kritis, sehingga berpotensi untuk memperparah keadaan
klinis )seperti selama pengobatan ketoasidosis diabetes, sebagai contoh2. 'elain itu,
asidosis metabolik hiperkloremik akibat aCl !,"# juga dapat meyulitkan dokter untuk
mencari penyebab asidosis metabolik pada pasien sehat. Oika dokter kelirumendiagnosis keadaan asidosis metabolik sebagai efek dari hipoperfusi jaringan )yang
merupakan penyebab paling umum dari asidosis metabolik pada pasien kritis2, lingkaran
setan dapat terjadi di mana pengobatan untuk gangguan asam-basa dengan pemberian
cairan lebih lanjut akan memperburuk hyperchloremia dan asidosis )6br. 2.
$elakangan ini pemakaian aCl !,"# intravena dikha(atirkan akan lebih
menyebabkan efek samping dibandingkan dengan cairan yang seimbang, terutama
setelah berbagai ditemukan mekanisme-mekanisme berbeda yang mendasari toksisitas
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
11/17
Cl-. $eberapa laporan menemukan bah(a Cl- akan menyebabkan kontraksi sel otot
halus pembuluh darah dependen-Ca? >, dapat memodifikasi respon vaskular terhadap
agen vasokonstriktor di ginjal dan juga dapat mempengaruhi aktivitas renin plasma dan
tekanan darah sistemik. 'elain itu, mekanisme fisiologis regulasi a > dan
keseimbangan air dalam sistem ginjal yang dikenal sebagai yaitu umpan balik tubulus-
glomerular )62 bersifat lebih tergantung pada pengiriman Cl- ke tubulus distal dan
serapannya di makula densa daripada pengiriman a >. &ekanisme ini secara fisiologis
mempertahankan 67 secara konstan dan relatif independen terhadap perubahan
tekanan darah sistemik, mencegah kehilangan air dan garam yang berlebihan pada
keadaan di mana tubulus proksimal tidak mampu menyerap kembali filtrat )seperti
keadaan diuresis osmotik2, dan bereaksi dengan lebih efisien pada kondisi rendah garam
.amun, mekanisme yang sama diduga juga terjadi pada pemberian cairan dengan
kandungan Cl G tinggi yang berlebihan. 'tudi pada individu sehat yang menerima cairan
kristaloid intravena mendukung hipotesis ini: pemberian aCl !,"#, ditemukan lebih
berhubungan dengan diuresis, natriuresis, kecepatan aliran darah arteri ginjal dan
perfusi kortikal ginjal yang lebih rendah dibandingkan dengan cairan 8seimbang”.
*roses evolusi manusia telah memilih mekanisme yang paling efisien untuk menjaga
homeostasis dari keadaan yang mengancam ji(a yang umum ditemui )dalam hal ini,
kekurangan air dan garam2, sedangkan pengobatan kami menyebabkan keadaan tubuh
manusia menjadi dalam situasi sebaliknya yaitu kelebihan air dan garam sehingga
terjadi respon fisiologis yang tidak sesuai )maladaptif2. Dengan memperhatikan hal ini,
kemungkinan konsekuensi merugikan lebih lanjut dari respon diuretik yang relatif
lambat setelah infus cairan kristaloid kaya Cl - adalah overload cairan. *eningkatan
volume ekstraseluler dapat menyebabkan peningkatan tekanan vena sentral dan
pembengkakan vena renal, yang akan mengurangi gradien tekanan dan aliran trans-ginjal, serta edema interstitial yang akan meningkatkan tekanan interstitial ginjal karena
capsula ginjal secara relatif tidak dapat berekspansi. 'elain itu, peningkatan tekanan
vena sentral umumnya berhubungan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen, yang
dapat menyebabkan akumulasi cairan akibat penurunan aliran balik vena dan curah
jantung. 'emua mekanisme ini dapat menyebabkan hipoperfusi ginjal dan kerusakan.
6injal bukanlah satu-satunya organ yang mengalami efek merugikan dari pemberian
cairan yang kaya Cl-. 'ubjek sehat yang diberikan cairan intravena aCl !,"# bolus
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
12/17
mengeluhkan ketidaknyamanan perut. *asien usia lanjut yang menerima pengganti
cairan intraoperatif dengan aCl !,"# mengalami penurunan perfusi mukosa lambung
yang dinilai dengan tonometry lambung. +aporan-laporan ini meningkatkan
kekha(atiran bah(a vasokonstriksi yang dimediasi Cl - dan penurunan aliran darah
juga terjadi di tingkat splanchnic, meskipun peran seutuhnya dari Cl- dan hiperkloremia
dalam kejadian asidosis masih belum dapat dijelaskan.
9fek asidosis hiperkloremik pada fungsi sistem kekebalan tubuh telah ditelitit
berdasarkan hasil studi eksperimental pada he(an septik, di mana dilakukan pemberian
;Cl intravena untuk mencapai peningkatan kadar oksida nitrat plasma dan sitokin pro-
inflamasi yang berhubungan dengan kadar p; tertentu. 'ebuah studi pada tikus septik yang diresusitasi dengan pemberian baik aCl !,"# atau larutan yang seimbang
)*lasma-+yte2 intravena menunjukkan adanya asidosis metabolik hiperkloremik yang
berhubngan dengan peningkatan kadar +-N, insiden cedera ginjal akut )A42 dan
tingkat kematian yang lebih tinggi pada subjek yang menerima aCl !,"#. &eskipun
hubungan antara hiperkloremia dan disfungsi sistem kekebalan tubuh jauh dari
hubungan kausalitas, namun hal ini tetap harus menjadi perhatian di mana sebuah
analisis retrospektif dari database rumah sakit besar menujukkan bah(a pasien yang
hanya menerima aCl !,"# perioperatif memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk
mengalami infeksi pasca operasi mayor dibandingkan dengan pasien yang hanya
menerima *lasma-+yte.
ransplantasi ginjal dan cairan intravena
*ilihan cairan intravena pada pasien dengan gagal ginjal )baik akut atau kronis2 adalah
suatu tantangan tersendiri, karena pasien dalam keadaan ini memiliki gangguan fungsi pengaturan air dan elektrolit dalam ginjal. ransplantasi ginjal adalah satu-satunya cara
agar pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir dapat menerima cairan intravena
sebagaimana pasien yang normal. &eskipun kontroversial, namun beberapa pusat
kesehatan memberikan cairan intravena dalam jumlah yang besar )hingga =! m+ kg-
h-2 pada pasien post-transplantasi ginjal dengan harapan untuk meningkatkan volume
intravaskular dan fungsi graft.
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
13/17
'ebuah survei di Amerika 'erikat menunjukkan bah(a aCl !,"# dan cairan intravena
lainnya yang berbasis aCl !,"# adalah cairan intravena yang paling sering digunakan
selama transplantasi ginjal. Alasan utamanya adalah bebasnya cairan tersebut dari
kandungan ion 4 > sehingga dapat menghindari hiperkalemia pada pasien dengan
kemampuan ekskresi kalium yang terganggu.
amun, seperti yang telah dibahas di atas, pemberian aCl !,"# intravena dalam
jumlah besar di mana cairan ini memiliki 'Dinf sama dengan nol akan menginduksi
asidosis metabolik hiperkloremik, sehingga berpotensi menyebabkan hiperkalemia dan
dapat mempengaruhi fungsi ginjal. $eberapa studi terkontrol acak telah
membandingkan antara pasien transplantasi ginjal yang menerima aCl !,"# intravenadengan pemberian cairan-cairan intravena yang seimbang, di mana semua cairan
mengandung 4 > yang mirip dengan cairan plasma )abel =2. &eskipun tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam fungsi graft, semua hasil melaporkan insiden
hiperkloremia dan asidosis yang lebih tinggi dari pada pasien yang menerima aCl
!,"# dibandingkan dengan pasien yang menerima cairan seimbang. *erlu dicatat bah(a
tidak ada perbedaan konsentrasi 4 > plasma dan insidensi hiperkalemia antara kedua
kelompok.
Data ini sangat mendukung penghindaran pemakaian aCl !,"# dan cairan intravena
lainnya yang berpotensi menyebabkan asidosis metabolik pada pasien dengan gagal
ginjal akut atau kronis serta selama transplantasi ginjal, dan juga menjadi data pertama
yang solid sebagai dasar penggunaan cairan seimbang yang mengandung 4> untuk
penggantian volume dan pemeliharaan dalam keadaan klinis tertentu.
$14 4+'
&eskipun terdapat alasan fisiologis yang kuat dan akumulasi data yang menunjukkan
adanya kerugian dalam pemakaian aCl !,"#, namun penelitian terkontrol acak
berskala besar pertama yang menyelidiki manfaat klinis jangka panjang yang relevan
dari cairan seimbang sebagai cairan resusitasi atau pemeliharaan volume baru dapat
dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
14/17
$eberapa penelitian prospektif dan acak telah dilakukan untuk membandingkan
beberapa efek fisiologis dari dua kategori cairan intravena, namun komunitas ilmu(an
dan peneliti masih mempertanyakan apakah efek fisiologis yang dimaksud
)keseimbangan asam-basa, fungsi ginjal dan organ lainnya2 berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup pasien )abel /2. 'eperti yang akan kita lihat di ba(ah, meskipun
percobaan '*+ telah menjadi langkah penting dalam masalah ini, namun masih
banyak pertanyaan mengenai keuntungan )atau efek klinis netral2 pemakian cairan
seimbang.
4urangnya bukti kuat yang mendukung penggunaan jenis kristaloid )atau koloid2
tertentu mungkin disebabkan oleh tidak adanya fokus yang jelas dari penelitian yangdilakukan sejauh ini, dan aspek-aspek yang berhubungan dengan hal tersebut akan
dirangkum dalam penjelasan di ba(ah.
CA7A 7AH9A 5A6 DA4 '9&$A6 DA ;A'+5A
*ertama, apakah cairan intravena aCl !,"# lebih berbahaya daripada cairan yang
seimbang Dalam analisis retrospektif besar dari database klaim rumah sakit, 'ha( AD
dkk. meneliti pasien yang menjalani operasi abdomen mayor dan hanya menerima aCl
!,"#, kemudian membandingkannya dengan pasien yang hanya menerima cairan
seimbang bebas Ca? > pada hari operasi. *asien yang menerima aCl !,"# ditemukan
memiliki insiden infeksi pasca operasi, penggunaan terapi penggantian ginjal dan
tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang menerima cairan
seimbang. *erlu dicatat bah(a ketika analisis telah disesuaikan dengan kemungkinan
kovariat perancu, tidak ada perbedaan tingkat kematian antara kedua kelompok.
4elompok peneliti yang sama melakukan studi kohort besar pada pasien yang menerimakristaloid selama /0 jam pertama sindrom respon inflamasi sistemik )'7'2. 'etelah
penerapan metodologi kohort, pasien kelompok aCl !,"# ditemukan memiliki angka
kematian di rumah sakit, lama ra(at inap dan frekuensi ra(at ulang pada "! hari
pertama yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dalam kelompok cairan
seimbang bebas Ca? >, bahkan setelah dilakukan penyesuaian untuk kovariat Acute
Physiology 'core dan baseline.
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
15/17
*9&$97A 4+
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
16/17
*99+A '*+
*ada bulan
-
8/18/2019 Jurnal Cairan Kls b Bahasa Indonesia
17/17
49'&*1+A
*engenalan praktek klinis cairan kristaloid intravena seimbang dan temuan selama
penggunaannya dibandingkan dengan pemberian aCl !,"# telah memba(a kesadaran
baru di bidang terapi cairan. Cairan intravena harus dianggap sebagai %obat% karena
berpengaruh langsung terhadap hasil akhir klinis. Oenis cairan, dosis, kecepatan
pemberian, (aktu dan durasi pengobatan adalah hal-hal yang sama penting. Cairan
intravena seimbang memiliki beberapa keuntungan fisiologis potensial yang relevan,
meskipun efek dari keuntungan tersebut terhadap hasil klinis masih belum jelas. 'elain
itu, cairan intravena seimbang yang %ideal% dan memenuhi semua karakteristik yang
diperlukan )pengaruh minimal pada keseimbangan asam-basa dan konten elektrolitsama dengan plasma2 masih belum tersedia.
*enelitian terkontrol acak prospektif '*+ besar pertama yang membandingkan efek
dari cairan yang seimbang )*lasma-+yte /02 dengan aCl !,"# pada pasien sakit kritis
menunjukkan hasil yang sama antara dua perlakuan, meskipun terdapat beberapa
keterbatasan. Apakah penggunaan cairan intravena seimbang bermanfaat pada pasien
berisiko tinggi )sepsis, trauma, luka bakar2, pasien yang menerima jumlah carian
intravena yang besar atau risiko A4 masih perlu diselidiki.
'elain itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang mekanisme yang mendasari efek
klinis pada masing-masing larutan kristaloid.
1CA*A 97&A 4A';
. *ara penulis menyatakan tidak ada kerancuan berkaitan keuangan pada isi tinjauan
ini.
?. *ara penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan pada isi tinjauan ini.