Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1...

15

Transcript of Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1...

Page 1: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan
Page 2: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah

Riset dan Inovatif

Jurnal yang mengkhususkan untuk mempublikasikan hasil riset dalam bidang

bimbingan dan konseling serta keilmuan pendidikan yang berwawasan inovatif.

Terbit teratur dua kali dalam setahun pada bulan Maret dan Oktober.

PENANGGUNGJAWAB

Dekan FKIP Universitas Lambung Mangkurat

PIMPINAN REDAKSI

Ali Rachman, M.Pd

WAKIL PIMPINAN REDAKSI

Nina Permata Sari, S.Psi, M.Pd

MITRA BESTARI

Dr. Budi Purwoko, M.Pd (Universitas Negeri Surabaya)

DEWAN REDAKSI

Muhammad Andri Setiawan, M.Pd

Akhmad Sugianto, M.Pd

Mubarak Al Qarni, S.Pd

ALAMAT PENYUNTING DAN PENERBIT

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lambung Mangkurat

Alamat: Jl. Brigjend. H. Hasan Basry KP.87 Telp. (0511)6741015 Banjarmasin

E-mail: [email protected] Website: -

Page 3: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING FITRAH

Riset dan Inovatif

Volume 1 Nomor 1 Oktober 2016, ISSN: 2541-6073

Konseling Proaktif dengan Strategi Simbolis untuk Meningkatkan Tanggung Jawab

Akademik Siswa di Bantaran Sungai

Akhmad Sugianto ............................................................................................................... 1-7

Analisis Faktor Pembentuk Kelompok Teman Sekelas pada Siswa Kelas X Khusus

SMA Negeri 1 Banjarmasin

Muhammad Andri Setiawan ............................................................................................... 8-15

Konsep Dasar Potensi Fitrah Manusia dalam Al Qur‟an: Studi Kearah Pengembangan

Kerangka Instrumen Need Assessment Program Bimbingan dan Konseling SMA

Karyono Ibnu Ahmad ......................................................................................................... 16-24

Keefektifan Model Konseling Trait and Factor untuk Meningkatkan Kemampuan

Pengambilan Keputusan Karier Siswa Kelas XI di SMA Negeri 5 Banjarmasin

Cintya Erlinda, Sulistiyana, Nina Permatasari dan Ririanti Rachamayanie ..................... 25-36

Efektivitas Manajemen Stres dalam Layanan Bimbingan Kelompok terhadap Pengurus

OSDA di Balai Pendidikan Pondok Darul Hijrah Cindai Alus Martapura

Najma Rusyady, Ali Rachman dan Muhammad Andri Setiawan ....................................... 37-47

Page 4: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING FITRAH VOL. 1 NO. 1 OKTOBER 2016

1 Alumni Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lambung Mangkurat.

2 Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat. 3 Dosen Tetap Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lambung Mangkurat.

37

EFEKTIVITAS MANAJEMEN STRES DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

TERHADAP PENGURUS OSDA DI BALAI PENDIDIKAN PONDOK DARUL HIJRAH CINDAI

ALUS MARTAPURA

Najma Rusyady, S.Pd1

Ali Rachman, M.Pd2

Muhammad Andri Setiawan, M.Pd3

[email protected]

Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stres pengurus OSDA di

BPP Darul Hijrah Cindai Alus Martapura sebelum dan sesudah diberikan

manajemen stres dalam layanan bimbingan kelompok, serta untuk mengetahui

efektivitas manajemen stres dalam layanan bimbingan kelompok terhadap

pengurus OSDA di BPP Darul Hijrah Cindai Alus Martapura. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan rancangan penelitian menggunakan

quasi-experimental (kuasi eksperimen), dan bentuk yang digunakan adalah non-

randomized pretest-posttest control group design, penarikan sampel

menggunakan dengan teknik sampling purposive. Penelitian ini dilaksanakan di

BPP Darul Hijrah Cindai Alus Martapura, dengan objek penelitian adalah

pengurus OSDA. Populasi pada penelitian ini sebanyak 67 orang. Sampel pada

penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, dan angket. Instrumen

penelitian yang digunakan adalah bahan perlakuan berupa “Pedoman

Pelaksanaan Manajemen Stres dalam Layanan Bimbingan Kelompok terhadap

Pengurus OSDA di Balai Pendidikan Pondok Darul Hijrah Cindai Alus

Martapura” dan instrumen pengumpulan data berupa skala pengukuran tingkat

stres. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat presentasi

stres pengurus OSDA sebelum diberikan manajemen stres dalam layanan

bimbingan kelompok dan sesudah diberikan.

Kata Kunci: manajemen stres, bimbingan kelompok

PENDAHULUAN

Secara umum orang yang mengalami stres

merasakan perasaan khawatir, tekanan, letih,

ketakutan, depresi, cemas dan marah. Terdapat tiga

aspek gangguan seseorang yang mengalami stres

yaitu gangguan dari aspek fisik, aspek kognitif

(pemikiran), dan aspek emosi. Hawari (2011: 18)

menyatakan, dalam kehidupan sehari-hari manusia

tidak bisa lepas dari stres, masalahnya adalah

bagaimana hidup beradaptasi dengan stres tanpa

harus mengalami distres. Salah satu cara untuk

beradaptasi dengan stres atau menghadapi stres

adalah dengan cara koping atau manajemen stres

dengan cara memahami penyebab stres kemudian

usaha untuk menghadapi penyebab stres, atau

meminimalisir penyebab stres tersebut dengan cara

menghindar dari penyebab stres tersebut.

Salah satu cara untuk mengetahui penyebab stres

adalah dengan bimbingan kelompok. Peserta didik

melalui dinamika kelompok dapat membahas secara

bersama-sama sebuah topik bahasan guna

menunjang pemahaman, mengembangkan dirinya,

Page 5: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING FITRAH VOL. 1 NO. 1 OKTOBER 2016

38

dan/atau dalam pengambilan keputusan.

Pembahasan dalam bimbingan kelompok merupakan

topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama

anggota kelompok.

Tujuan dan kepedulian bersama dalam pengurus

OSDA adalah menjalankan visi dan misi pondok.

Adapun Visi dan misi Balai Pendidikan Pondok

Darul Hijrah Cindai Alus Martapura, balai

pendidikan yang mempunyai konsep

“Mengembangkan pola pendidikan kader umat yang

mandiri, terampil, berkarakter ilmiah dan uswah,

mengamalkan ajaran islam dalam kehidupan sehari-

hari” serta mempunyai ciri khas pada pendidikan

“Berdisiplin Ketat Sesuai Syari'at Islam” serta

menjunjung tinggi “Bahasa Arab dan Bahasa Inggris

sebagai Bahasa Pengantar Percakapan Sehari-hari

dan Bahasa yang Digunakan dalam Pengajaran di

Kelas pada Pelajaran Agama.”

Semua aktivitas di Pondok terkecuali pengajaran

di kelas formal, semuanya digerakkan dan

dibebankan kepada OSDA, dan guru sebagai

pendamping juga sebagai pengawas semua aktivitas

serta kegiatan OSDA. Dari hal tersebut,

mengindikasikan pengurus OSDA mengalami stres.

Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan di

Balai Pendidikan Pondok Darul Hijrah Cindai Alus

Martapura, pada 12 Maret 2015, terhadap pengurus

OSDA (Organisasi Santri Darul Hijrah) yang terdiri

dari 18 bagian kepengurusan, dengan cara observasi

langsung serta menyebar angket yang berisikan

pernyataan-pernyataan yang berindikasi terjadinya

stres pada pengurus OSDA, dan peneliti juga

mengadakan wawancara secara berkelompok kepada

6 santri yaitu pada ketua dan wakil OSDA, 2 bagian

keamanan dan 2 bagian bahasa.

Dari 56 santri pengurus OSDA yang telah

mengisi angket, yang terindikasi mengalami stres

ada 43 santri. Serta dari wawancara yang

dilaksanakan secara garis besar bisa disimpulkan

mereka terindikasi mengalami frustrasi bahkan stres

baik itu secara sosial, organisasi, maupun belajar.

Dari semua hasil wawancara dan fakta di lapangan

didapatkan bahwa asal dari segala stres yang dialami

berasal dari kurang bisanya mereka dalam

manajemen waktu, tapi tidak menutup kemungkinan

akan adanya penyebab stres lain yang terjadi.

Dalam hal stres belajar, disebabkan karena pola

pembelajaran dan pendidikan di Darul Hijrah

bersifat 24 jam, dan juga karena pembelajaran

menggunakan bahasa Arab serta tugas menghafal

yang hampir selalu ada di setiap harinya dan mesti

disetorkan pada Minggu berikutnya, belum lagi

ketika ulangan tiba hampir semua soal bersifat buku

teks dan memerlukan pemahaman yang tinggi.

Seyogyanya dengan intensitas pembelajaran yang

tinggi seperti hal tersebut, santri mempunyai waktu

yang banyak setiap harinya untuk belajar guna

mencapai keberhasilan yang maksimal di sekolah.

Dalam hal stres organisasi, banyaknya tuntutan

organisasi yang harus dilaksanakan guna mencapai

tujuan yang diinginkan pada visi pondok. Terutama

dalam hal meningkatkan dan menjaga bahasa Arab

dan Inggris sebagai bahasa pengantar percakapan

sehari-hari, serta mendisiplinkan santri dalam segala

hal mulai dari disiplin waktu shalat, disiplin akan

segala peraturan yang telah ditetapkan oleh pondok,

menjaga kebersihan, menjaga keamanan pondok

baik itu siang maupun malam hari. Belum lagi

jikalau ada even wajib untuk olahraga dan kesenian

yang diadakan pondok setiap tahunnya, seperti:

Drama Arena, Panggung Gembira, Perlombaan

Pidato 3 Bahasa, Kemah Perkenalan dan

Pertengahan Tahun, itu belum termasuk jikalau ada

santri yang mengikuti even di luar pondok. Hal

tersebut akan semakin menyita waktu pengurus

OSDA untuk belajar.

Dalam hal stres, hal ini adalah muara dari semua

sebab yang dari stres belajar terutama stres

organisasi. Karena dalam menjalankan organisasi

tidak semua santri mempunyai motif yang sama

yakni ingin kepengurusan yang sekarang harus lebih

baik dari yang sebelumnya dan pengendalian emosi

Page 6: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING FITRAH VOL. 1 NO. 1 OKTOBER 2016

39

yang baik, hal ini menjadikan sering terjadinya

kesalahpahaman di antara mereka, belum lagi

pelanggaran-pelanggaran disiplin dan bahasa oleh

santri yang diurus yang pastinya ada setiap harinya

hal ini juga membuat tingkat kebosanan pelan-pelan

naik.

Sebab lainnya ialah konformitas teman sebaya

yang sangat kental. Disebabkan tidak ada

pendampingan oleh orang tua dari rumah secara

langsung dalam pembentukan sikap, sifat, serta

pemikiran (persepsi) dalam menghadapi berbagai

masalah pribadi, sosial, serta kelompok. Hal ini juga

bisa membuat beberapa santri yang tidak mampu

berinteraksi dengan baik bisa akan sangat terisolir.

Fakta lain menunjukkan pada data hasil

pengasuhan santri beberapa bulan terakhir, yaitu

peningkatan pelanggaran merokok, kabur, serta

membawa ponsel ke pondok. Bahkan kategori

hukuman untuk santri yang merokok dinaikkan, dari

yang sebelumnya hanya di gundul menjadi bila

ditemukan santri tersebut dua kali merokok akan

langsung dikeluarkan.

Secara mengejutkan setelah sesi wawancara

ketua OSDA datang kepada peneliti untuk

berkonsultasi perihal kebingungan dirinya dalam hal

mengambil keputusan dalam berbagai delik aduan

yang datang kepadanya, karena berbagai delik aduan

yang datang selalu dia simpan sendirian dan bingung

kepada siapa dia bisa mengungkapkannya. Dan dia

merasa banyak tugas sekolah yang mulai tertinggal

dan tidak fokus, serta ada komentar dari temannya

kalau dia beberapa hari terakhir sangat begitu

pendiam dan terlihat bingung.

Motif, Emosi, Frustasi dan Stres

Menurut Gerungan (2010: 151) motif

merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua

penggerak, alasan, atau dorongan atau dorongan

dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat

sesuatu. Menurut Khairani (2013 : 129) Motif dalam

psikologi berarti rangsangan, dorongan atau

pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah

laku. Dengan kata lain, motif berarti dorongan yang

melatarbelakangi individu untuk melakukan sesuatu.

Haus misalnya, adalah motif yang melatar belakangi

individu untuk mencari air minum.

Motif, seperti haus, lapar, istirahat, seks, dan

sebagainya, pada dasarnya bersifat fisiologis. Motif-

motif demikian sering disebut motif-motif primer.

Di samping itu motif yang tidak bersifat fisiologis

juga ada, seperti motif untuk belajar, bergaul,

memberi sesuatu pada orang lain, dan lain-lain.

Motif semacam itu disebut motif skunder. Motif

primer, terutama pada binatang sering kali disebut

pula drive.

Objek atau tujuan yang hendak dicapai oleh

aktivitas yang bermotif, biasanya disebut incentive.

Misalnya air, merupakan incentive yang akan

dicapai oleh motif haus. Dengan demikian motif dan

incentive merupakan suatu proses yang sama

ditinjau dari aspek yang berbeda.

Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia

selalu di mulai dengan motivasi (niat). Ormrod

(dalam Latifah, 2012: 159), motivasi adalah sebagai

suatu yang menghidupkan (energize), mengarahkan,

mempertahankan perilaku. Pemberian atau

penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau

keadaan menjadi motif.

Soemanto (dalam Khairani, 2013: 130) secara

umum mendefinisikan motivasi sebagai sesuatu

perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan

efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena

kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat

menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang

memberi kekuatan bagi tingkah laku mencapai

tujuan, telah terjadi di dalam diri seseorang.

Soemanto (dalam Khairani, 2013: 130) secara

umum mendefinisikan motivasi sebagai sesuatu

perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan

efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena

kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat

menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang

memberi kekuatan bagi tingkah laku mencapai

tujuan, telah terjadi di dalam diri seseorang.

Page 7: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING FITRAH VOL. 1 NO. 1 OKTOBER 2016

40

Secara faktor internal atau faktor yang berasal

dari dalam diri individu, terdiri atas: persepsi

individu mengenai diri sendiri yakni seseorang

termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu

banyak tergantung pada proses kognitif berupa

persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri

akan mendorong dan mengarahkan perilaku

seseorang untuk bertindak; harga diri dan prestasi

terkait dengan faktor ini mendorong atau

mengarahkan individu (memotivasi) untuk berusaha

agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan

memperoleh kebebasan serta mendapatkan status

tertentu dalam lingkungan masyarakat; serta dapat

mendorong individu untuk berprestasi; harapan

yakni adanya harapan-harapan akan masa depan.

Harapan ini merupakan informasi objektif dari

lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan

subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari

perilaku; kebutuhan agar manusia dimotivasi oleh

kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri yang

berfungsi secara penuh,sehingga mampu meraih

potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong

dan mengarahkan seseorang memberi respon

terhadap tekanan yang dialaminya dan terakhir

kepuasan kerja lebih yang merupakan sesuatu

dorongan afektif yang muncul dalam diri individu

untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan

dari suatu perilaku.

Adapun faktor eksternal atau faktor yang berasal

dari luar diri individu, terdiri atas: jenis dan sifat

pekerjaan agar dorongan untuk bekerja pada jenis

dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek

pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu

untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang

akan ditekuni. Kondisi ini juga dapat dipengaruhi

oleh sejauh mana nilai imbalan yang dimiliki oleh

objek pekerjaan dimaksud. Kelompok kerja tempat

individu bergabung; kelompok kerja atau organisasi

tempat di mana individu bergabung dapat

mendorong atau mengarahkan perilaku individu

dalam mencapai sesuatu tujuan perilaku tertentu;

peranan kelompok atau organisasi ini dapat

membantu individu mendapatkan kebutuhan akan

nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta

dapat memberikan arti bagi individu sehubungan

dengan kiprahnya dalam kehidupan sosial. Situasi

lingkungan pada umumnya; setiap individu

terdorong untuk berhubungan dengan rasa

mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif

dengan lingkungannya; sistem imbalan yang

diterima; imbalan merupakan karakteristik atau

kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh

seseorang yang dapat mengubah arah tingkah laku

dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai

imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan

dapat mendorong individu dipandang sebagai tujuan,

sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul

imbalan.

Motif dan emosi sering dibicarakan terpisah,

namun sebenarnya motif dan emosi erat kaitannya

dan satu sama lain. Latifah (2012: 191) emosi

biasanya diartikan sebagai state dari diri seseorang

pada suatu waktu. Juga Khairani (2013: 129) Suatu

tingkah laku yang bermotif, sedikit banyak akan

disertai emosi. Segala sesuatu yang dilakukan

seseorang hampir selalu disertai emosi. Sebaliknya

emosi yang didapat karena makan, dapat mendorong

individu untuk mencari makanan, sungguhpun ia

tidak lapar.

Kulsum dan Jauhar (2014: 230) emosi sendiri

dalam psikologi juga dapat disebut afek. Dua

karakteristik afek yang paling penting adalah

intensitas (kekuatan emosi) dan arah (apakah emosi

tersebut positif atau negatif). Khairani (2013: 129)

Pada umumnya perbuatan seseorang sehari-hari

disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu

perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang

yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan

seseorang sehari-hari itu disebut „efek warna.‟ Efek

warna ini kadang-kadang lemah atau samar-samar

saja. Dalam efek warna yang kuat, maka perasaan-

perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas dan

Page 8: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING FITRAH VOL. 1 NO. 1 OKTOBER 2016

41

lebih terarah. Perasaan-perasaan yang seperti ini

disebut emosi. Biasanya dikatakan saja, bahwa

emosi adalah keadaan yang bergerak dalam diri

individu yang menyimpang dari keadaan yang

normal dan tenang. Untuk memudahkan

pembicaraan, psikologi biasanya memandang emosi

dari 3 (tiga) segi, yaitu: Perasaan yang disadari,

perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi karena

emosi dan ekspresi yang tampak.

Ketika orang membahas masalah motif dan

emosi sebenarnya tidak dapat terlepas dari masalah

frustasi, stres dan konflik. Memang ketiga hal

tersebut sangat erat kaitannya dengan emosi maupun

motif (Khairani, 2013 : 161-162). Menurut Yusuf

dan Nurihsan (2012: 166) frustrasi dapat diartikan

sebagai kekecewaan dalam diri individu yang

disebabkan oleh tidak tercapainya keinginan. Juga

Hartono dan Soedarmadji (2012: 84) frustrasi adalah

bentuk kekecewaan yang tidak terselesaikan akibat

kegagalan yang sering terjadi di dalam mengerjakan

sesuatu atau akibat tidak berhasil dalam mencapai

cita-cita. Khairani (2013: 162) Frustasi adalah suatu

keadaan dalam diri individu yang disebabkan oleh

tidak tercapainya kepuasan atau suatu tujuan akibat

adanya halangan atau rintangan dalam usaha

mencapai kepuasan atau tujuan tersebut. Dalam

struktur masyarakat yang rumit ini, ada beberapa hal

yang dapat merupakan sumber frustasi itu

menimbulkan pula berbagai jenis frustasi yang dapat

di golongkan ke dalam 3 (tiga) macam, yaitu:

frustasi lingkungan, frustasi pribadi dan frustasi

konflik.

Stres pada prinsipnya sama dengan frustasi,

tetapi tekanan perasaan ini, kelangsungan atau

kontinuitas aktivitasnya yang menuju sasaran (goal)

tidak berhenti sama sekali. Jika seseorang berusaha

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu

yang sangat terbatas, maka dapat dikatakan orang itu

bekerja dalam keadaan stres (Khairani, 2013: 169).

Stres terjadi jika seseorang dihadapkan dengan

peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam

kesehatan fisik ataupun psikologisnya (Hartono dan

Soedarmadji, 2012 : 86).

Hanger dalam Waluyo (2013: 92) stres sangat

bersifat individual dan pada dasarnya merusak bila

tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental

individu dengan beban yang dirasakan. Hartono dan

Soedarmadji (2012 : 86) menyatakan bahwa stres

adalah bentuk gangguan emosi yang disebabkan

adanya tekanan yang tidak dapat diatasi individu.

Priyoto (2014: 2) Peristiwa disebut juga dengan

stresor, dan reaksi orang terhadap peristiwa tersebut

dinamakan respons stres. Stres yang berlanjut dapat

menimbulkan gangguan emosi yang menyakitkan

seperti kecemasan dan depresi.

Menurut Sarastika (2004: 54) Munculnya stres

dari dalam diri individu terjadi karena adanya

kesenjangan antara harapan dan kenyataan, dan

kesenjangan yang ada dalam diri individu akan

menimbulkan konflik yang akan mengakibatkan

stres. Juga Khairani (2013: 170) umumnya penyebab

stres adalah suatu keinginan yang tidak terpenuhi

atau suatu keinginan khawatir apabila tidak

terpenuhi. Penyebab stres yang kadang tidak

diketahui oleh yang bersangkutan antara lain: beban

fisik yang relatif lama, ketidakpuasan terhadap hasil

upaya/merasa superior, kekhawatiran terhadap

sesuatu/kurang percaya diri, kegagalan dalam usaha

dan kondisi lingkungan (Hanurawan, 2012: 171) dan

terakhir kekeliruan dalam berpikir (Surya, 2013:

312).

Khairani (2013 : 171) juga menambahkan

mereka yang mempunyai tipe kepribadian

Perfeksionis, sangat perasa, kurang percaya diri,

temperamental sangat mudah merasakan stres.

Menurut Selye dalam Hanuwaran (2012 : 171)

terdapat tiga tahap adaptasi terhadap stres, yaitu

tahap peringatan (alarm), perlawanan (resistance),

dan kelelahan (exhaustion). Priyoto (2014 : 8-9)

Berdasarkan gejalanya, stres dibagi menjadi tiga

tingkat yaitu: berat, sedang dan rendah.

Stres dapat berpengaruh positif maupun negatif

terhadap individu. Pengaruh positif, yaitu

Page 9: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING FITRAH VOL. 1 NO. 1 OKTOBER 2016

42

mendorong individu untuk melakukan sesuatu,

membangkitkan kesadaran, dan menghasilkan

pengalaman baru. Sedangkan pengaruh negatif, yaitu

menimbulkan perasaan-perasaan tidak percaya diri,

penolakan, marah, atau depresi; dan pemicu

berjangkitnya sakit kepala, insomnia, tekanan darah

tinggi, atau stroke (Yusuf & Nurihsan, 2012: 249).

Manajemen Stres

Nurihsan dan Yusuf (2012: 265) menyatakan

pengelolaan stres (manajemen stres) disebut dengan

istilah coping. Coping terdiri atas upaya-upaya yang

berorientasi kegiatan dan intrapsikis untuk

mengelola (seperti menuntaskan, tabah, mengurangi,

atau meminimalkan) tuntutan internal dan eksternal

dan konflik di antaranya. John (dalam Anggraeni,

2014:137) coping melibatkan upaya untuk

mengelola situasi yang membebani, memperluas

usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup,

dan berusaha untuk mengatasi atau mengurangi

stress. Keberhasilan dalam coping berkaitan dengan

sejumlah karakteristik, termasuk penghayatan

mengenai kendali pribadi, emosi positif, dan sumber

daya personal.

Salah satu faktor yang menentukan seberapa

parah seorang seorang individu dipengaruhi oleh

stres yang dirasakannya menurut Fauziah dan

Widuri (2005 : 15-16) adalah bagaimana dia

menghadapi peristiwa yang dialaminya. Dan di

dalam Waluyo (2013: 92) terganggu atau tidaknya

suatu individu, tergantung pada persepsinya

terhadap peristiwa yang dialaminya. Faktor kunci

dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian

terhadap situasi dan kemampuannya untuk

menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi

yang dihadapi.

Menurut Santrock (dalam Nursalim, 2013 : 79)

membedakan dua strategi coping.

Menghilangkan stres dengan penanganan yang

berfokus pada masalah ada 2 tipe coping yaitu

problem-focused coping dan emotion-focused

coping.

Problem-focused coping adalah strategi kognitif

untuk penenangan stres atau coping yang digunakan

oleh individu yang menghadapi masalahnya dan

berusaha menyelesaikannya (Nursalim, 2013: 79).

Biasanya langsung mengambil tindakan untuk

memecahkan masalah atau mencari informasi yang

berguna untuk membantu memecahkan masalah.

Sebagai contoh dalam menghadapi ujian, individu

akan menyusun jadwal belajar sejak awal semester

untuk menghadapi ujian sehingga ketika

menghadapi ujian di akhir semester tidak lagi terlalu

menegangkan (Fauziah dan Widuri, 2005: 14).

Emotion-focused coping adalah strategi

penanganan stres di mana individu menangani

respons terhadap situasi stres dengan cara

emosional, terutama dengan penilaian defensif

(Nursalim. 2013 : 80). Lebih menekankan pada

usaha untuk menurunkan emosi negatif yang

dirasakan ketika menghadapi masalah atau tekanan.

Sebagai contoh mengalihkan perhatian dari masalah

yang dihadapi dengan bersantai atau mencari

kesenangan dengan pergi ke bioskop, cafe, karaoke,

berenang dan sebagainya (Fauziah dan Widuri,

2005: 15).

Nursalim (2013: 79) menyebut ada dua strategi

yakni penanganan dengan mendekat dan

menghindar. Strategi mendekati (approach

strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami

penyebab stres dan usaha untuk menghadapi stres

tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres

tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya

secara langsung dan strategi menghindar (avoidance

strategies) meliputi usaha kognitif untuk

menyangkal atau meminimalkan penyebab stres dan

usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk

menarik diri atau menghindar dari penyebab stres.

Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Gazda (dalam Prayitno, 2008: 309)

bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan

kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk

membantu mereka menyusun rencana dan keputusan

Page 10: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING FITRAH VOL. 1 NO. 1 OKTOBER 2016

43

yang tepat. Juga Bimbingan Kelompok merupakan

bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam

situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat

berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas

kelompok membahas masalah-masalah pendidikan,

pekerjaan, pribadi, dan sosial (Nurihsan, 2006: 23).

Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan

bimbingan memungkinkan sejumlah peserta didik

secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan

dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing

atau konselor) yang berguna untuk menunjang

kehidupan sehari-hari baik individu maupun sebagai

pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Sukardi (2008: 78) menyatakan, pelayanan

bimbingan kelompok dimaksudkan untuk

memungkinkan siswa secara bersama-sama

memperoleh fungsi utama bimbingan yang didukung

oleh layanan konseling kelompok ialah fungsi

pengentasan. Bimbingan kelompok yang baik adalah

apabila dalam kelompok tersebut diwarnai oleh

semangat tinggi, dinamis, hubungan yang harmonis,

kerja sama yang baik dan mantap, serta saling

mempercayai di antara anggota-anggotanya.

Dinamika kelompok adalah suatu studi dalam

mengembangkan berbagai kekuatan yang

menentukan perilaku anggota dan perilaku

kelompok yang menyebabkan terjadinya gerak

perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan

bersama yang telah ditentukan (Hartinah, 2009: 62).

Agar dinamika kelompok yang maju tersebut dapat

secara efektif bermanfaat bagi pembinaan para

anggota kelompok, maka jumlah anggota sebuah

kelompok tidak boleh terlalu besar, sekitar 10 orang

atau paling banyak 15 orang.

Secara umum Tohirin (2011: 172) menyatakan

bahwa layanan bimbingan kelompok bertujuan

untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi,

khususnya kemampuan berkomunikasi peserta

layanan (siswa). Juga Nurihsan (2006: 43) tujuan

umum dari bimbingan untuk kebutuhan siswa

adalah: pertama, memahami, menerima,

mengarahkan, dan mengembangkan minat, bakat,

serta kemampuan siswa seoptimal mungkin; kedua,

Menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan,

keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta ketiga,

Merencanakan kehidupan masa depan siswa yang

sesuai dengan tuntutan pada saat ini ataupun masa

yang akan datang.

Oleh Yusuf dan Nurihsan (2012 : 13) tujuan

bimbingan agar individu dapat:

1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi,

perkembangan karier, serta kehidupan di masa

yang akan datang

2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan

yang dimilikinya seoptimal mungkin

3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,

lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya

4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi

dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan

pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Layanan bimbingan kelompok membahas materi

atau topik umum baik topik tugas yaitu topik atau

pokok bahasan yang diberikan oleh pembimbing

(pimpinan kelompok) kepada kelompok untuk

dibahas, dan topik bebas adalah suatu topik atau

pokok bahasan yang dikemukakan secara bebas oleh

anggota kelompok (Tohirin, 2011 : 172-173).

Menurut Hartinah (2009 : 106), topik-topik yang

dibahas mencangkup secara khusus materi dalam

bidang-bidang bimbingan:

1. Layanan bimbingan kelompok dalam bimbingan

pribadi (No. 6A), meliputi kegiatan

penyelenggaraan bimbingan kelompok yang

membahas aspek-aspek pribadi siswa.

2. Layanan bimbingan kelompok dalam bimbingan

sosial (No. 6B), meliputi kegiatan

penyelenggaraan bimbingan kelompok yang

membahas aspek-aspek perkembangan sosial

siswa.

3. Layanan bimbingan kelompok dalam belajar

(No. 6C), meliputi kegiatan penyelenggaraan

Page 11: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING FITRAH VOL. 1 NO. 1 OKTOBER 2016

44

bimbingan kelompok yang membahas aspek-

aspek kegiatan belajar siswa.

4. Layanan bimbingan kelompok dalam bimbingan

karier (No. 6D), meliputi kegiatan

penyelenggaraan bimbingan kelompok yang

membahas aspek-aspek pilihan pekerjaan dan

perkembangan karier siswa.

Pada umumnya, aktivitas kelompok

menggunakan prinsip dan proses dinamika

kelompok, seperti dalam kegiatan diskusi,

sosiodrama, bermain peran, simulasi, dan lain- lain,

bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif

karena selain peran individu lebih aktif, juga

memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran,

pengalaman, rencana dan penyelesaian masalah

(Nurihsan, 2012: 24).

Deskripsi Umum Pengurus OSDA

OSDA (Organisasi Santri Darul Hijrah) adalah

organisasi yang mirip namun tak serupa dengan

OSIS. Hal ini disebabkan karena ruang lingkup yang

disertakan adalah seluruh santri (siswa) dari kelas 1

sampai kelas 6. Untuk kelas 1 sampai kelas 3 setara

dengan kelas VII sampai kelas IX, untuk kelas 4

sampai kelas 6 setara dengan kelas X sampai kelas

XII.

Kepengurusan OSDA dilaksanakan oleh santri

kelas 5 (XI) selama satu priode (dua semester).

OSDA dipimpin oleh ketua OSDA terpilih dengan

terdapat 18 bagian struktural, yaitu: sekretariat,

bendahara, bahasa, keamanan, ta‟mir masjid,

informasi, kebersihan, tahfiz, olahraga, kesehatan,

koperasi, kantin, loundry, penerimaan tamu,

kesenian, perpustakaan, sarana dan prasarana, dan

dapur. Tugas 18 bagian tersebut untuk melayani,

mengawasi, serta membimbing seluruh santri, dan

menindak santri kelas 1 sampai kelas 4, terlebih

untuk bagian keamanan dan bagian bahasa.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif, yang penelitiannya bertolak dari studi

pendahuluan dari obyek yang diteliti (preliminary

study) untuk mendapatkan yang betul-betul masalah

(Sugiyono, 2014: 16). Rancangan penelitian ini

sendiri menggunakan quasi-experimental (kuasi

eksperimen), desain ini biasanya dipakai pada

eksperimen yang menggunakan kelas-kelas atau

kelompok-kelompok yang sudah ada. Bentuk yang

digunakan adalah non-randomized pretest-posttest

control group design, yaitu Desain eksperimen yang

dilakukan dengan prates sebelum perlakukan

diberikan, dan pascates sesudahnya (Latipun, 2006:

116).

Adapun variabel yang akan diteliti dalam

penelitian ini, adalah variabel bebas (X) adalah

efektivitas manajemen stres dan variabel terikat (Y)

adalah dalam layanan bimbingan kelompok untuk

stres.

PEMBAHASAN

Pembahasan ini merupakan hasil dari

pelaksanaan manajemen stres dalam layanan

bimbingan kelompok yang ditujukan kepada

Organisasi Santri Darul Hijrah (OSDA) di Balai

Pendidikan Pondok Darul Hijrah Cindai Alus

Martapura. Pelaksanaan ini diawali dengan

pemberian pre-test, hasil dari pengukuran stres

terhadap pengurus 32 pengurus yang dibagi ke

dalam 11 bagian OSDA di BPP Darul Hijrah Cindai

Alus Martapura maka diperoleh kategori data yaitu,

25 santri yang memiliki tingkat stres tinggi dengan

presentasi 78%, dan interpretasi “banyak” , dan 7

santri yang memiliki tingkat stres sedang dengan

presentasi 22%, dan interpretasi “sedikit”. Jika

dilihat akumulatif tingkat stres dalam satu bagian

maka ada 9 bagian dengan rata-rata stres tinggi

dengan presentasi 82%, dan interpretasi “sangat

banyak”, dan ada 2 bagian dengan rata-rata stres

sedang dengan presentasi 18%, dan interpretasi

“sedikit sekali”. Dapat disimpulkan bahwa hanya

ada 2 perbedaan tingkat stres yaitu sedang dan

tinggi.

Karena penelitian ini ditujukan pada bagian

OSDA yang memiliki rata-rata stres tinggi, maka

peneliti bermaksud mengambil sampel kategori

Page 12: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING FITRAH VOL. 1 NO. 1 OKTOBER 2016

45

tinggi, sehingga sampel yang diambil dari penelitian

ini berjumlah 7 bagian yaitu: keamanan pusat ada 4

orang semua dengan tingkat stres tinggi, bahasa

pusat ada 4 orang semua dengan tingkat stres tinggi,

ta‟mir masjid ada 2 orang semua dengan tingkat

stres tinggi, kebersihan ada 3 orang semua dengan

tingkat stres tinggi, dan pertamanan ada 3 orang

semua dengan tingkat stres tinggi. Kemudian

ditetapkan bagian keamanan dan bagian bahasa

sebagai kelompok treatment dan bagian ta‟mir

masjid, kebersihan, dan pertamanan sebagai

kelompok kontrol.

Penelitian manajemen stres dalam layanan

bimbingan kelompok ini dilakukan sebanyak 4 kali

pertemuan dengan hasil yaitu efektif, ditandai

dengan adanya penurunan tingkat stres. Bimbingan

melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena

selain peran individu lebih aktif, juga

memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran,

pengalaman, rencana dan penyelesaian masalah

(Yusuf dan Nurihsan, 2012: 24) dengan tujuan

mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi

dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan

pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Lingkungan kerja atau lingkungan organisasi

memerlukan sebuah manajemen waktu untuk

mencapai sebuah kepuasan kerja, menurut Sarastika

(2014: 70) manajemen waktu dapat didefinisikan

sebagai kemampuan untuk memprioritaskan,

menjadwalkan, dan melaksanakan tanggung jawab

demi suatu kepuasan. Tentunya dalam sebuah

pencapaian bersama diperlukan manajemen waktu

agar dapat berbagi beban tugas, maka dukungan

sosial juga berperan penting Neale, Davitson dan

Haaga dalam (Fauziah dan Widuri 2005 : 15-16)

adanya dukungan sosial, yaitu keberadaan para

saudara, teman dan kenalan dalam menghadapi stres

dapat membantu seseorang berhasil menggunakan

problem-focused atau emotion focused coping. Maka

dihasilkan dalam bimbingan kelompok tersebut

sistem penjadwalan dan komitmen bersama dalam

menjalankan penjadwalan serta konsekuensi apabila

melanggar komitmen tersebut.

Lebih spesifik, penurunan stres perindividu

setelah diberikan manajemen stres dalam layanan

bimbingan kelompok dapat dilihat dari skor hasil

post-tes yaitu: N007 persentase sebelumnya 77%

menjadi 67,50%, N008 persentase sebelumnya 78%

menjadi 70,83%, N009 persentase sebelumnya 71%

menjadi 64,17%, N010 persentase sebelumnya 80%

menjadi 70,83%, N011 persentase sebelumnya 75%

menjadi 66,67%, N012 persentase sebelumnya 83%

menjadi 73,33%, N013 persentase sebelumnya 73%

menjadi 65,00%, N014 persentase sebelumnya 73%

menjadi 65,83%. Hal ini diperkuat dengan

kesimpulan pernyataan bahwa kepala mereka terasa

ringan karena melihat beban yang sebelumnya terasa

banyak karena hanya tersimpan dikepala dan semua

terasa penting, sekarang sudah tertulis, terjadwal,

serta terbagi yang bertanggungjawab atas kegiatan

yang mereka rencanakan dan juga mereka tidak lagi

merasa terlalu segan untuk menegur sesama

pengurus di bagian karena adanya kesepakatan

bersama tentang konsekuensi yang akan diterima

apabila tidak sesuai dengan komitmen atau tanggung

jawab yang telah diemban.

Dari keseluruhan kegiatan manajemen stres

dalam layanan bimbingan kelompok dirasakan

secara tidak langsung adanya masalah lain yang

mereka alami baik itu secara personal, maupun

konflik sosial. Mestinya perlu diadakan penanganan

tindak lanjut seperti layanan konseling kelompok

sebagai fungsi pengentasan masalah, Sukardi (2008:

78) juga menyatakan, pelayanan bimbingan

kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa

secara bersama-sama memperoleh fungsi utama

bimbingan yang didukung oleh layanan konseling

kelompok ialah fungsi pengentasan, dan atau

dilaksanakan program layanan BK secara berkala.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

Page 13: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING FITRAH VOL. 1 NO. 1 OKTOBER 2016

46

1. Sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok

skor rata-rata stres pengurus OSDA sebesar

75,94% yang termasuk dalam kategori tinggi.

2. Setelah diberikan treatment melalui manajemen

stres dalam layanan bimbingan kelompok, stres

yang dialami pengurus OSDA mengalami

penurunan menjadi 68,02% dengan perbedaan

tingkat stres 7,92% masuk dalam kategori

sedang.

3. Dari perhitungan T-Test menunjukkan thit

sebesar 0,940 antara persentase stres sebelum

dan sesudah layanan bimbingan kelompok

dengan nilai t tab sebesar 0,691 yang artinya

terdapat perbedaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa:”manajemen stres dalam layanan bimbingan

kelompok efektif dalam mengurangi stres pengurus

OSDA, yang ditandai dengan menurunnya

persentase skala stres.”

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, B.D.S.(2014). Religious Coping dengan Stress pada Mahasiswa. Jurnal Online Psikologi Vol.

02, No. 01 Tahun. 2014, halaman 135. Tersedia http://ejournal.umm.ac.id [6 Maret 2015].

Arikunto, Suhaisimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Fauziah, Fitri dan Widuri, Julianti. (2008). Psikologi abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UI-Press

Gerungan,W.A.( 2010). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Hanurawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Hartinah, Sitti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT. Refika Aditama

Hartono dan Soedarmadji, Boy. (2012). Psikologi Konseling. Surabaya: Kencana Prenada Media Group.

Hawari, Dadang. (2011). Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 pada Lampiran IV

tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran pada Konsep dan Strategi Layanan

Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Kemendikbud.

Khairani, Makmun. (2013). Psikologi Umum. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Komar, Turheni. (2011). Pengembangan Strategi Coping Stress Konselor. Edisi Khusus No. 1 Tahun 2011,

halaman 154. Tersedia http://jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan-umum/author/turheni-komar [16

Maret 2015]

Kulsum, Umi dan Jauhar, Mohammad. (2000) Pikologi Sosial. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Latifah, Eva. (2012). Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia.

Latipun. (2006). Psikologi Eksperimen (Edisi Kedua). Malang: UMM Press

Margono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Mashudi, Farid. (2011). Psikologi Konseling. Sumenep: IRCiSoD

Nurihsan, Achmad Juntika. (2006). Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Belakang Kehidupan.

Bandung: Refika Aditama

Nursalim, Mohammad. (2013). Strategi dan Intervensi Konseling. Jakarta: Akademia Pemata

Priyoto. (2014). Konsep Managemen Stress. Yogyakarta: Nuha Medika

Safaria, Triantoro. (2011). Peran Religious Coping Sebagai Moderator dari Job Insecurity terhadap Stress

Kerja terhadap Staff Akademik. Humanitas, Vol. VIII No.2 Tahun 2011, halaman 155. Tersedia

http://uad-ic.academia.edu/TriantoroSafaria [16 Maret 2015].

Sarastika, Pradipta. (2014). Manajemen Pikiran untuk Mengatasi Stress Depresi Kemarahan & Kecemasan.

Yogyakarta: Araska

Sharma, Sunita, dkk. (2011). Level of Stres Incoping Strategies Used by Nursing Internasional. medind.nic.in.

Nursing and Midwifery Research Journal, Vol-7, No. 4 Tahun 2011, halaman 152. Tersedia

http://medind.nic.in/nad/t11/i4/nadt11i4p152.pdf [16 Maret 2015].

Sholichatun, Yulia. (2011). Stress dan Strategi Coping pada Anak Didik di Lembaga Kemasyarakatan Anak.

PSIKOISLAMIKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No . 1 Tahun 2011, halaman 23. Tersedia

http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/psiko/article/view/1544 [16 Maret 2015].

Slameto. (2010). Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukardi, Dewa Ketut dan Kusmawati, Nila. (2008). Proses Bimbingan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta

Sumanto. (2014). Teori dan Aplikasi Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic

Publishing Service)

Page 14: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan

JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING FITRAH VOL. 1 NO. 1 OKTOBER 2016

47

Surya, Mohammad. (2013). Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Tohirin. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja Grafindo

Waluyo, Minto. (2013). Psikologi Industri. Jakarta: Akademia Permata

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Achmad Juntika. (2012). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:

Rosdakarya

Page 15: Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitraheprints.ulm.ac.id/2413/1/8452_Jurnal BK Fitrah No.1 Vol...Jurnal Bimbingan dan Konseling: Fitrah Riset dan Inovatif Jurnal yang mengkhususkan