Jurnal 6 - Menda II

9
J-DA | 38 A DESCRIPTION CHARACTERISTIC RISK FACTOR OF THE KOLELITIASIS DISEASE IN THE COLOMBIA ASIA MEDAN HOSPITAL 2011 Oleh : Setiamenda Ginting ,SPd, MSi Lecture Faculty of Science Nurses University of Darma Agung ABSTRACT The risk of kolelitiasis disease : that is gender, age, pregnancy/fertile, overweight, metabolic syndrome, genetic, fiber low diet or the diagnose with abbreviation 4 F that is : female, forty, fertile, fat. The purpose of the research doing now to know describe the risk factor 4 F these conserning a victim of the kolelitiasis diseasein the Colombia Asia Medan Hospital. Kinds of the study using description design and secondary data only that has been in status/ victim frles. The populations in the research most of all them that has been diagnosis are about 82 people of victim them. The using method take away are sampling totally. The result of the research that have been doing at Colombia Asia Medan Hospital these show that most of all them among over weight about 57 people ( 69-51% ), obesitas about 10 people ( 12,19% ), and then those who female have pregnancy about 54 people ( 65,85 % ), mean while,that relate to factor age hacre are many frivety more about 36 people ( 43,90 % ), those who 40-49 age about 24 people ( 29,26 % ), happen the risk factor kolelitiasis disease which diagnose with obbreviation 4 F that find these are victing in the Colombia Asia Medan Hospital are high percentage. Key Word : Risk factor, the kolelitiasis disease I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu merupakan penyakit yang sudah di kenal sejak ribuan tahun yang lalu. Pada abad ke-17 telah dicurigai sebagai penyebab penyakit pada manusia. Batu empedu merupakan penyakit yang pada awalnya sering ditemukan di negara Barat dan jarang di negara berkembang. Tetapi dengan membaiknya keadaan sosial ekonomi, perubahan menu diet ala Barat serta perbaikan sarana diagnosis khususnya ultrasonografi, prevalensi penyakit empedu di negara berkembang termasuk Indonesia cenderung meningkat (Sjamsuhidajat, 2002). Penyakit batu kandung empedu ini sering ditemukan secara kebetulan saat melakukan USG perut. Sensitivitas pemeriksaan secara USG ini terhadap penyakit batu kandung empedu sekitar 95%. Prevalensi penyakit batu kandung empedu pada suku Indian di Amerika mencapai tingkat yang tinggi yaitu sekitar 40 – 70%. Di Amerika Serikat, insiden batu empedu diperkirakan 20 juta orang, dengan 70% diantaranya didominasi oleh batu kolesterol dan 30% sisanya terdiri dari batu pigmen dan komposisi yang bervariasi (menurut Healthy Lifestyle Desember 2008). Sedangkan di Asia, prevalensinya berkisar antara 3 - 15%, tetapi diAfrika prevalensi rendah yaitu

Transcript of Jurnal 6 - Menda II

Page 1: Jurnal 6 - Menda II

J-DA | 38

A DESCRIPTION CHARACTERISTIC RISK FACTOR OF THE KOLELITIASIS DISEASE IN THE COLOMBIA ASIA MEDAN HOSPITAL 2011

Oleh :

Setiamenda Ginting ,SPd, MSi Lecture Faculty of Science Nurses University of Darma Agung

ABSTRACT

The risk of kolelitiasis disease : that is gender, age, pregnancy/fertile, overweight, metabolic syndrome, genetic, fiber low diet or the diagnose with abbreviation 4 F that is : female, forty, fertile, fat. The purpose of the research doing now to know describe the risk factor 4 F these conserning a victim of the kolelitiasis diseasein the Colombia Asia Medan Hospital. Kinds of the study using description design and secondary data only that has been in status/ victim frles. The populations in the research most of all them that has been diagnosis are about 82 people of victim them. The using method take away are sampling totally. The result of the research that have been doing at Colombia Asia Medan Hospital these show that most of all them among over weight about 57 people ( 69-51% ), obesitas about 10 people ( 12,19% ), and then those who female have pregnancy about 54 people ( 65,85 % ), mean while,that relate to factor age hacre are many frivety more about 36 people ( 43,90 % ), those who 40-49 age about 24 people ( 29,26 % ), happen the risk factor kolelitiasis disease which diagnose with obbreviation 4 F that find these are victing in the Colombia Asia Medan Hospital are high percentage. Key Word : Risk factor, the kolelitiasis disease

I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu merupakan penyakit yang sudah di kenal sejak ribuan tahun yang lalu. Pada abad ke-17 telah dicurigai sebagai penyebab penyakit pada manusia. Batu empedu merupakan penyakit yang pada awalnya sering ditemukan di negara Barat dan jarang di negara berkembang. Tetapi dengan membaiknya keadaan sosial ekonomi, perubahan menu diet ala Barat serta perbaikan sarana diagnosis khususnya ultrasonografi, prevalensi penyakit empedu di negara berkembang termasuk Indonesia cenderung meningkat

(Sjamsuhidajat, 2002). Penyakit batu kandung empedu ini sering ditemukan secara kebetulan saat melakukan USG perut. Sensitivitas pemeriksaan secara USG ini terhadap penyakit batu kandung empedu sekitar 95%.

Prevalensi penyakit batu kandung empedu pada suku Indian di Amerika mencapai tingkat yang tinggi yaitu sekitar 40 – 70%. Di Amerika Serikat, insiden batu empedu diperkirakan 20 juta orang, dengan 70% diantaranya didominasi oleh batu kolesterol dan 30% sisanya terdiri dari batu pigmen dan komposisi yang bervariasi (menurut Healthy Lifestyle Desember 2008). Sedangkan di Asia, prevalensinya berkisar antara 3 - 15%, tetapi diAfrika prevalensi rendah yaitu

Page 2: Jurnal 6 - Menda II

J-DA | 39

< 5%. Di Indonesia angka kejadian penyakit batu kandung empedu ini diduga tidak berbeda jauh dengan angka negara lain yang ada di Asia Tenggara, hanya saja baru mendapatkan perhatian secara klinis, sementara penelitian batu empedu masih terbatas (Laurentius,2006).. Dari hasil penelitian mengatakan bahwa di negara Barat 80 % batu empedu adalah batu kolesterol. Berdasarkan penelitian di RSCM Jakarta dari 51 pasien di bagian Hepatologi ditemukan 73% pasien yang menderita penyakit batu empedu pigmen dan batu kolesterol pada 27% pasien (menurut divisi Hepatology, Departemen IPD, FKUI/RSCM Jakarta, Mei 2009). Dan ini sesuai dengan angka di negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina. Hal ini menunjukkan bahwa faktor infeksi empedu oleh kuman gram negatif E.Coli ikut berperan penting dalam timbulnya batu pigmen. Di wilayah ini insiden batu primer saluran empedu adalah 40-50% dari penyakit batu empedu, sedangkan di negara Barat sekitar 5% (Sjamsuhidajat, 2002).

Sekitar 80% dari batu empedu berasal dari batu koleserol dan batu pigmen terutama terdiri dari kalsium billiburate dan ini mengandung kolesterol kurang dari 20%. Batu kandung empedu dianggap sebagai gangguan pembuangan kolesterol. Cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan di luar empedu.Akibat dari endapan ini akhirnya membentuk batu.

Prevalensi penderita penyakit batu kandung empedu meningkat sehubungan dengan usia dan dua kali lebih tinggi pada pada wanita di bandingkan pada pria. Perbedaan gender ini karena faktor hormon esterogen yang meningkatkan

sekresi kolesterol empedu. Proses kehamilan meningkatkan resiko batu empedu karena terjadinya gangguan pada proses pengosongan kandung empedu. Gangguan pada proses ini disebabkan oleh penggabungan pengaruh antara hormon esterogen dan hormon progesteron. Akibat penggabungan ini meningkatkan hipersekresi kolesterol ke dalam empedu yang mempengaruhi pembentukan batu empedu. 2. Faktor resiko terjadinya

penyakit batu kandung empedu 2.1. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin, menurut penelitian penyakit batu kandung empedu lebih tinggi resikonya dua kali terjadi pada wanita di bandingkan pada pria. Karena pada wanita terdapat hormon progesteron dan esterogen yang apabila bergabung akan mempengaruhi kolesterol di dalam empedu sehingga mengalami suatu proses untuk pembentukan batu empedu.

2.2. Usia

Faktor usia mempengaruhi terjadinya resiko penyakit batu kandung empedu. Dan menurut penelitian pada usia 40 tahun keatas penyakit batu kandung empedu lebih mudah terbentuk karena tubuh cenderung mengeluarkan lebih banyak kolesterol ke dalam cairan tubuh (Mayo Clinic,2008). 2.3. Kehamilan/Kesuburan

Pada saat proses kehamilan terjadi penggabungan pengaruh hormon progesteron dan esterogen. Akibat penggabungan ini meningkatkan hipersekresi kolesterol yang mengakibatkan kolesterol di dalam empedu mengalami proses (predis proses) untuk pembentukan batu empedu. Bukan hanya pada masa kehamilan tetapi

Page 3: Jurnal 6 - Menda II

J-DA | 40

pada saat terapi sulih hormon atau penggunaan pil KB juga memudahkan terbentuknya batu.

2.4. Kegemukan Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25 -30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.

Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas. Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok: 1. Obesitas ringan : kelebihan berat

badan 20-40% 2. Obesitas sedang : kelebihan berat

badan 41-100% 3. Obesitas berat : kelebihan berat badan

>100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).

Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki risiko yang lebih tinggi.

Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun salah satunya adalah penyakit batu kandung empedu. Mereka lebih bayak mencerna dan mensintesis kolesterol sehingga mengeluarkan lebih banyak kolesterol ke dalam empedu. 2.5. Sindrom metabolik

Sindrom metabolik adalah kombinasi dari gangguan medis yang meningkatkan resiko suatu penyakit salah satunya adalah penyakit diabetes. Pada penderita yang mengalami masalah sindrom penyakit diabetes pada

umumnya memiliki kadar asam lemak atau trigliserida yang tinggi, sehingga resiko menderita penyakit batu kandung empedu semakin besar. 2.6. Faktor Genetik Faktor genetik juga terlibat pada pembentukan batu empedu ini dibuktikan oleh prevalensi batu empedu yang tersebar luas diantara berbagai bangsa dan kelompok etnik tertentu. Dan penyakit batu kandung empedu ini seringkali merupakan penyakit keturunan dalam keluarga dan berhubungan dengan pola hidup keluarga tersebut. 2.7. Diet rendah serat

Pola makan yang rendah serat tapi tinggi lemak serta kolesterol dapat mengakibatkan beberapa penyakit, salah satunya adalah penyakit batu kandung empedu. Dengan pola diet yang rendah serat ini menambah resiko terjadinya penyakit batu kandung empedu (PAPD,1996). 3. Manifestasi Klinik

Setengah sampai dua per tiga penderita batu kandung empedu adalah asimtomatik. Keluhan yang ada mungkin berupa dispepsia yang kadang di sertai intolerans terhadap makanan berlemak.

Pada yang simtomatik, keluhan utama adalah nyeri di daerah epigastrium, kuadran atas kanan atau prekordium. Rasa nyeri lainnya adalah koloikbilier yang mungkin memanjang lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbul awal nyeri kebanyakan perlahan-lahan, tetapi pada sepertiga kasus timbul tiba-tiba.

Penyebaran nyeri dapat ke punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri menghilang

Page 4: Jurnal 6 - Menda II

J-DA | 41

setelah makan antasida. Kalau terjadi kolesistitis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam dan sewaktu kandung empedu tersentuh ujung jari tangan sehingga pasien berhenti menarik nafas, yang merupakan tanda rangsang peritoneum setempat (Sjamsuhidajat, 2002).

4. Pemeriksaan Penunjang 4.1. Pemeriksaan Laboratorium

Batu kandung empedu yang asimptomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan laboratorik. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi leokositosis. 4.2. Pemeriksaan radiologi

1. Foto polos abdomen 2. Ultrasonografi (USG) 3. Kolesistografi 4. Computed Tomografi (CT) 5. Foto Rontgen dengan endoskopi

redrograd di papila Vater (ERCP) II. Metode Penelitian 2.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu dengan melihat data sekunder yang ada di status atau file pasien yang menderita penyakit batu kandung empedu yang datang ke Rumah Sakit Columbia Asia Medan. 2. 2. Populasi dan Sampel 2.2.1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Notoadmodjo, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang sudah di diagnose menderita penyakit batu empedu yang datang ke Rumah Sakit Columbia Asia Medan.

2.2.2. Sampel Sampel adalah sebagian yang

diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). 2.3. Teknik Pengambilan Sampel

Tehnik pengambilan sampel ini disebut teknik total sampling. Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang datang ke Rumah Sakit Columbia Asia Medan selama masa penelitian. III. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel . Distribusi frekwensi

terjadinya penyakit batu kandung empedu berdasarkan faktor resiko jenis kelamin,usia, kesuburan/kehamilan, kegemukan (4F) terhadap pasien di Rumah Sakit Columbia Asia Medan

Faktor Resiko

Frekwensi

Persentase - Jenis kelamin

Pria Wanita

28 54

34,14% 65,85%

Total 82

100,00%

- Usia 20 – 29 tahun 30 – 39 tahun 40 – 49 tahun ≥ 50 tahun

1 21 24 36

1,21% 25,60% 29,26% 43,9 %

Page 5: Jurnal 6 - Menda II

J-DA | 42

Total 82

100,00%

- Kesuburan/kehamilan Pernah hamil(wanita) Tidak hamil(pria)

54 28

100,00% -

Total 82

100,00%

- Kegemukan Berat badan kurang Normal Kelebihan berat badan Gemuk sekali

- 15 57 10

- 18,29% 69,51% 12,19%

Total 82

100,00%

4.2. Pembahasan 4.2.1. Faktor resiko terjadinya

penyakit batu kandung empedu berdasarkan faktor jenis kelamin ( female ) Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa penderita penyakit batu kandung empedu yang datang ke Rumah Sakit Columbia Asia Medan yang totalnya 82 orang tersebut,maka didapati penderita yang berjenis kelamin wanita sebanyak 54 orang ( 65,85 % ) dan pria 28 orang ( 34,14 % ). Menurut NHANES III (National Health and Nutrition Examination Survey ) penyakit batu kandung empedu lebih tinggi resikonya terjadi pada wanita di bandingkan pada

pria. Prevalensi penderita batu kandung empedu di Amerika Serikat yaitu sekitar 7,9 % pada pria dan 16,6 % pada wanita,di Americans Mexican 8,9 % pada pria dan wanita 26,7 % , di Africa sekitar 5,3 % pria dan wanita 13,9 % ( Greenberger, 2009 ). Maka dapatlah di simpulkan bahwa penderita penyakit batu kandung empedu yang datang ke Rumah Sakit Columbia Asia Medan yang berjenis kelamin wanita lebih mayoritas dibandingkan dengan penderita yang pria. Dan ini sama dengan penelitian yang dilakukan NHANES III bahwa penderita wanita lebih tinggi resikonya dibandingkan dengan pria. Perbedaan gender ini karena dipengaruhi oleh adanya faktor hormon esterogen dan progesteron pada wanita. Faktor hormon esterogen ini dapat meningkatkan sekresi kolesterol empedu. Apalagi pada saat wanita tersebut sedang mengalami proses kehamilan. Maka akan terjadi pengg 4.2.2.Faktor resiko penyakit batu

kandung empedu berdasarkan faktor usia 40 tahun keatas ( ≥ 40 )

Berdasarkan data yang diperoleh di Rumah sakit Columbia Asia Medan bahwa penderita penyakit batu kandung empedu yang berusia 20 – 29 tahun yaitu 1 orang (1,21%), yang usia 30 – 39 tahun 21 orang (25,60 %), yang berusia 40 – 49 tahun 24 orang (29,26 %) dan 50 keatas 36 orang (43,90%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan NHANES III secara keseluruhan penyakit batu kandung empedu di Eropa yaitu pada usia 30 – 69 tahun. Sedangkan di Asia Tenggara batu empedu sering ditemukan pada usia rata – rata 40 – 50 tahun, tapi banyak juga di usia di bawah 30 tahun. Sedangkan pada usia 60 tahun lebih sering terjadi batu saluran empedu. Pada usia ini lebih mudah terbentuk batu

Page 6: Jurnal 6 - Menda II

J-DA | 43

empedu karena tubuh cenderung mengeluarkan lebih banyak kolesterol ke dalam cairan tubuh (Greenberger, 2009). Pada penelitian yang telah dilakukan di Rumah sakit Columbia Asia Medan, penderita batu kandung empedu yang ada yaitu sebanyak 82 orang yang berusia 40 tahun keatas yaitu 60 orang(73,17%). Jadi tidak berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan NHANES III dan yang di lakukan di Asia Tenggara. 4.2.3. Faktor resiko penyakit batu

kandung empedu berdasarkan faktor kehamilan / kesuburan (fertile) Hasil penelitian di Rumah Sakit

Columbia Asia Medan bahwa penderita penyakit batu kandung empedu yang pernah mengalami proses kehamilan / kesuburan dari total penderita wanita yang berjumlah 54 orang, maka didapati bahwa seluruhnya penderita yang wanita tersebut pernah mengalami proses kehamilan yang berarti (100% ). Karena memang pada masa kehamilan dapat meningkatkan resiko terjadinya batu kandung empedu.Ini berhubungan dengan terjadinya gangguan pada proses penggosongan gallbladder. Hal ini di sebabkan oleh penggabungan penggaruh hormon progesteron dan esterogen sehingga mengakibatkan hipersekresi kolesterol yang mengakibatkan kolesterol di dalam empedu mengalami proses untuk pembentukan batu (Sjamsuhidayat, 2002).

4.2.4. Faktor resiko terjadinya batu

empedu berdasarkan faktor resiko kegemukan (Fat) Untuk penelitian faktor resiko

terjadinya penyakit batu kandung empedu berdasarkan faktor kegemukan ( Fat ) digunakan metode BMI ( Body Mass Index ), yaitu dengan cara membagi berat badan ( kg ) dengan kuadran dari tinggi

badan (meter). Nilai yang di dapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin. Dan ini terbagi atas 4 bagian yaitu underweight, healthy, overweight dan obese (wikipedia,obesitas,www.google com.2008). Data dari hasil penelitian di Rumah Sakit Columbia Asia Medan bahwa penderita yang yang mengalami penyakit batu kandung empedu berdasarkan faktor resiko kegemukan dari total penderita 82 orang yang memiliki berat tubuh berlebih yaitu yang kelebihan berat badan sekitar 57 orang ( 60,97 % ), yang gemuk sekali sekitar 11 orang (13,41 % ), yang berat badan normal 21 orang (25,60 % ). Penderita yang memiliki berat badan yang berlebih atau kegemukan mempunyai resiko untuk menderita batu kandung empedu karena mengeluarkan lebih banyak kolesterol ke dalam empedu. Sebab mereka lebih banyak mencerna dan mensitesis kolesterol.Dari hasil penelitian mengatakan bahwa batu empedu itu dominan batu kolesterol ( 80 % di negara Barat ), di Indonesia juga batu kolesterol lebih umum tetapi kejadian batu pigmen lebih tinggi dibanding dengan negara Barat.Batu pigmen ini terdiri dari kalsium biliburet yang mengandung kolesterol 20 % ( Sjamsuhidayat, 2002 ). Batu kandung empedu dianggap sebagai gangguan pembuangan kolesterol. Cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan di luar empedu. Akibat dari endapan ini akhirnya membentuk batu. Jadi penderita batu kandung empedu di Rumah Sakit Columbia Asia Medan yang mayoritas memiliki berat badan yang berlebih karena memang mereka lebih banyak mencerna dan mensintesis kolesterol,

Page 7: Jurnal 6 - Menda II

J-DA | 44

sehingga mengeluarkan lebih banyak kolesterol ke dalam empedu. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Setelah peneliti selesai melakukan penelitian di Rumah Sakit Columbia Asia Medan maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa faktor resiko terjadinya penyakit batu kandung empedu pada pasien yang ada di Rumah Sakit Columbia Asia Medan yang tertinggi adalah pada pasien yang memiliki berat badan yang berlebih atau kegemukan. disusul dengan yang berjenis kelamin wanita dan yang pernah mengalami proses kehamilan, Sedangkan faktor resiko usia lebih tinggi pada pasien yang berusia 50 tahun keatas selanjutnya baru yang berusia 40 tahun keatas. Jadi keempat faktor resiko tertinggi secara teori tersebut juga ada pada penderita di Rumah Sakit Columbia Asia Medan dan juga memiliki nilai persentase yang tinggi. 5.2. Saran

1. Setelah mengetahui fakor resiko tertinggi terjadinya penyakit batu kandung empedu tersebut maka diharapkan yang memiliki berat badan berlebih atau kegemukan untuk mengurangi konsumsi makanan yang berlemak khususnya yang berjenis kelamin wanita sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit batu kandung empedu.

2. Bagi kita tenaga paramedis yang ada apabila kita melihat pasien atau keluarga yang memiliki resiko faktor 4f tersebut ditambah dengan seringnya mengalami gejala seperti sakit maag, maka sebaiknya kita mengarahkan untuk melakukan pemeriksaan penyakit batu kandung

empedu dan pemeriksaan yang paling efisien adalah dengan melakukan pemeriksaan Ultrasonografi (USG) yang ketepatannya mencapai 95%.

DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz, 2007. “Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi Kedua”. Jakarta: Salemba Medika.

Dosen FIK UDA, 2010. “Pedoman Tatalaksana Skripsi”. Medan: Fakultas Ilmu Keperawatan UDA.

Greenberger, N.J, 2009. “Current Diagnosis and Treatment: Gatroenterology, Hepatology and Endoscopy”. USA: McGraw Hill.

Hidayat, A. A, 2007. “Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi Kedua”. Jakarta: Salemba Medika.

Lesmana L. 2007. Batu Empedu dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mayo Clinic, 2008. “Gastroenterology and Hepatology Board Review Third Edition”. Canada: Mayo Clinic Scientific Press And Informa Healthcare USA.

Mardalis. 2009. “Metode Penelitian”. Jakarta: Bumi Aksara.

Notoadmodjo, 2005. “Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi,. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 1996. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”Jilid I Edisi Ketiga”, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Page 8: Jurnal 6 - Menda II

J-DA | 45

Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 2006. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”Jilid I Edisi Keempat”, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Schwartz’s, 2006. “Manual Of Surgery Eighth Edition”. USA: McGraw Hill.

Syamsuhidajat, M dan Wim De Jong, 2002. “Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi”, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syamsuhidajat, M dan Wim De Jong, 2004. “Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua”, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syaifuddin, 1997. “Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat Edisi Kedua”. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Setiadi,2007. “Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan”,Jakarta: Graha Ilmu

Wikipedia. Obesitas, 2010. www.google.com. Jakarta.

Wikipedia. Umur. 2010, www.google.com. Jakarta.

Wasis,NS, 2008. “Pedoman Riset Praktis Untu Profesi Perawat”.Jakarta: EGC.

Page 9: Jurnal 6 - Menda II

J-DA | 46