JURNAL
-
Upload
adhil-yuser -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of JURNAL
PEMBUATAN PAKAN TAMBAHAN SAPI DARI FERMENTASI AMPAS TAHU
DAN ANALISISNYA
Rian Rahadi1, Syiffa Fauzia1, Zelfiarti, S.Si., M.T.2, Herna2
1Siswa Kelas XIII SMAK Padang2Guru Pembimbing SMAK Padang
ABSTRAK
Ampas tahu merupakan salah satu limbah padat yang berasal dari limbah industri tahu. Ampas tahu telah banyak digunakan oleh masyarakat menjadi tempe gambus, krupuk ampas tahu dan pakan sapi. Namun ampas tahu ini tidak dapat bertahan lama karena kandungan air yang tinggi yang merupakan tempat ideal mikroba untuk tinggal. Oleh karena itu penulis tertarik membuat dan menganalisis produk yang berbahan dasar ampas tahu yang difermentasikan. Proses fermentasi ini akan menyederhanakan partikel makanan dan mengingkatkan nilai gizinya. Setelah melakukan pengujian diperoleh hasil kadar abu 2,15 %, kadar air 7,16 %, lemak 15,07 %, protein sebesar 25,78 %, kalsium sebesar 0,167 %, kadar tembaga (Cu) 1,27 ppm, ALT 4 x 103 koloni/gram, e-coli dan Salmonella “negatif”. Dengan keunggulan yang dimilikinya, produk ini dapat menghasilkan manfaat karena dapat dijual.
Kata kunci : Ampas tahu, fermentasi, pakan sapi
ABSTRACT
Tofu waste is one of the solid waste of tofu industry. Usually people used it to make tempe gambus, kerupuk and cows feed. But tofu waste can’t keep in a long time because it consist of much water makes tofu waste became the best place for microorganism to grow. Therefore the writter interested to make and analyze a product by tofu waste fermentation as a raw matterial. Fermentation process will make a simply particles of food and increase its nutrition. After doing some test, the writter make conclusion that product content of ashes 2,15 %, water 7,16 %, fat 15,07 %, protein 25,78 %, calsium 0,617 %, copper (Cu) 1,27 ppm, Total Plate Count 4 x 103 Coloni/gram, e-coli and Salmonella is negative. By all of the superiority of product, it can be benefit because it can sale.
Keyword : Tofu waste, Fermentation, cows feed
PENDAHULUAN
Ampas tahu merupakan limbah dalam
bentuk padatan dari bubur kedelai
yang diperas yang tidak berguna lagi
dalam pembuatan tahu dan cukup
potensial dipakai sebagai bahan
makanan ternak karena ampas tahu
masih mengandung gizi yang baik dan
dapat digunakan sebagai ransum
ternak besar dan kecil. Penggunaan
ampas tahu masih sangat terbatas
bahkan sering sekali menjadi limbah
yang tidak termanfaatkan sama sekali
(Wiriano, 1985). Ampas tahu yang
terbentuk besarannya berkisar antara
25-35% dari produk tahu yang
dihasilkan.
Ampas tahu kebanyakan dijual dan
diolah menjadi tempe gembus,
kerupuk ampas tahu, pakan ternak,
dan diolah menjadi tepung ampas
tahu yang akan dijadikan bahan dasar
pembuatan roti kering dan cake.
Namun ampas tahu lebih umum
digunakan sebagai pakan. Sapi
merupakan salah satu ternak yang
diberi pakan ampas tahu. Masyarakat
biasanya mencampurkannya dengan
dedak dan berbagai jenis pakan sapi
lainnya. Karena kandungan
proteinnya yang tinggi ampas tahu ini
cocok untuk menunjang pertumbuhan
sapi terutama sapi pedaging.
Ampas tahu dalam keadaan segar
mengandung air sekitar 84,5 % dari
bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat
menyebabkan umur simpannya
pendek. Ampas tahu kering
mengandung air sekitar 10,0-15,5%,
sehingga umur simpannya lebih lama
dibandingkan dengan ampas tahu
segar (Widyatmoko,1996). Ampas
tahu mengandung protein dan lemak
yang tinggi yaitu protein 8,66%; lemak
3,79%; air 51,63% dan abu 1,21%
(http//bisniskum.com).
Ampas tahu basah akan segera
menjadi asam dan busuk dalam 2-3
hari sehingga tidak disukai oleh
ternak. Hal ini dapat diatasi dengan
berbagai cara salah satunya dengan
proses fermentasi. Proses fermentasi
akan menyederhanakan partikel
bahan pakan, sehingga akan
meningkatkan nilai gizinya. Bahan
pakan yang telah mengalami
fermentasi akan lebih baik kualitasnya
dari bahan bakunya. Fermentasi
ampas tahu dengan ragi akan
mengubah protein menjadi asam-
asam amino, dan secara tidak
langsung akan menurunkan kadar
serat kasar ampas tahu
(http://uripsantoso.wordpress.com).
Sapi maupun ternak lainnya
mempunyai keterbatasan dalam
mengonsumsi pakan. Hijauan atau
rumput-rumputan yang tumbuh di
daerah tropis seperti Indonesia relatif
cepat tumbuh, tapi kandungan gizinya
relatif rendah. Oleh karena itu ternak
khususnya sapi pedaging bila hanya
diberi hijauan tanpa penambahan
pakan lain tidak mungkin mencapai
pertambahan bobot badan yang tinggi
(Siregar,2003).
Saat ini kondisi bumi sedang tidak
stabil karena Global Warming akibat
penebangan pohon dan banyaknya
limbah industri yang tidak terolah.
Untuk kita harus menjaga bumi tetap
hijau dengan membuat inovasi
makanan ternak, sapi khususnya
dengan memanfaatkan limbah
sehingga tidak mencemari lingkungan.
Hal ini membuat penulis tertarik
menjadikan ampas tahu sebagai
pakan tambahan sapi. Melalui proses
fermentasi dengan menggunakan ragi
yang mengandung kapang Rhizopus
oligosporus dan R. oryzae. Penulis
optimis keberhasilan proyek ini dapat
mencapai 80 % disebabkan oleh
bahan baku yang mudah didapat dan
merupakan limbah yang hampir tidak
terpakai dan cara pembuatan yang
tidak sulit.
METODOLOGI
Penetapan kadar lemak dengan
metode ekstraksi langsung dengan
alat soklet, cemaran mikroba yaitu
Salmonella secara mikrobiologi
berdasarkan tes biokimia Salmonella
terhadap media tertentu, ALT (Angka
lempeng total) dan MPN (Most
Probable Number) untuk uji e-coli,
kadar protein dengan metode mikro
kjedhal, kadar kalsium dengan
metode kompleksometri, kadar abu
dan kadar air dengan metode
thermogravimetri dan kadar tembaga
(Cu) dengan metode
Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA).
EKSPERIMENTAL
Alat
Labu lemak , ekstraktor, bulb
condensor , cawan porselen, gelas
ukur, gelas piala, erlenmeyer, buret,
lampu spritus, batang pengaduk, pipet
gondok, pipet tetes, labu ukur corong,
cawan petri, cawan penguap, pipet
takar, test tube, jarum ose, SSA,
furnace, oven, autoklaf dan neraca
analitik digital
Bahan
CaCO3 0,05 M, CuSO4.5H2O, EDTA
0,05 M, H2SO4 pa , HCl 0,01 N, HCl 4
N, H3BO3 2%, Indikator MM, Indikator
murexid, Indikator PP, K2SO4, KOH
40%, buffer pH 10, Na2B4O7 0,01 N,
NaOH 30%, NaOH 4 N, SeO2 , HNO3
pekat, Media BGLB, Media Endoagar,
Media LB, Media NA, Media PCA,
Media PW, Media BGA, SSA, Selenite
Crystine Broth dan ragi tempe.
Pemilihan Bahan Baku Produk
Ampas tahu yang digunakan sebagai
bahan baku adalah ampas tahu yang
masih segar dan tidak busuk. Ampas
tahu ini diperoleh dari salah satu
pabrik tahu di kota Padang.
Pembuatan Produk
100 gram ampas tahu ditimbang
dengan menggunakan neraca kasar
kemudian dicampurkan dengan 5
gram ragi tempe yang mengandung
jamur Rhizopus oryzae dan Rhizopus
oligosporus. Kemudian diinkubasi
selama 48 jam secara aerob. Setelah
itu dihaluskan dan dikeringkan pada
suhu 55 – 75 oC agar produk dapat
tahan lama.
CARA KERJA
Lemak
Timbang 2 gram sampel kemudian
dimasukan kedalam selongsong,
kemudian dimasukan kedalam alat
soklet dan rangkaikan dengan labu
lemak yang telah diketahui beratnya,
tambahkan pelarut n-hexan hingga 1
½ kali tinggi alat ekstraktor, kemudian
diekstraksi. Suling kembali n-hexan
dan keringkan ekstrak lemak dalam
oven pada suhu 105 oC. Dinginkan
dan ditimbang hingga bobot konstan.
Protein
Timbang sebanyak 0,5100 g sampel,
kemudian didestruksi dengan H2SO4
pekat. Setelah itu hasil destruksi
didestilasi dengan penampung asam
borak. Kemudian hasil destilasi
dititrasi dengan HCl dengan TAT
orange.
Calsium
Timbang 5 g sampel dan diabukan.
Kemudian dilarutkan dengan HCl dan
disaring. Sebanyak 10 mL filtrat
ditambahkan dengan NaOH dan 5
mL buffer pH 10. Kemudian dititrasi
dengan EDTA (Ind. Murexid) hingga
TAT timbulnya warna biru.
ALT
Timbang 1 g sampel, masukan
kedalam 9 mL larutan pengencer.
Lakukan pengenceran hingga 10-5.
Masing – masing 1 mL dari tiap 2
pengenceran terakhir diinokulasi
kedalam cawan petri steril dan
kemudian masukan media PCA.
Inkubasi selama 2 x 24 jam. Hitung
jumlah koloni mikroba yang tumbuh
dalam cawan.
E – coli
Pengujian e-coli dengan seri 9
tabung. Uji tahap pertama, uji dugaan
sebanyak 1 mL sampel dari tiap
pengenceran dimasukan kedalam
tabung berisi media LB. Kemudian
diinkubasi selama 2 x 24 jam. Tes
positif bila terdapat gelembung udara.
Tahap kedua, uji penguat, tabung
yang positif diinokulasi sebanyak 1
sengkelit sampel kedalam media
BGLB dan endoagar. Tes positif bila
terdapat gelembuang udara pada
tabung BGLB dan koloni kilap logam
pada endoagar. Tahap ketiga, uji
pelengkap dengan menggunakan
pewarnaan gram dan media LB.
Salmonella
Timbang 25 gram cuplikan dimasukan
kedalam 225 mL PW (Pepton Water),
kocok 25 kali. Kemudian diinkubasi
selama 24 jam. Setelah itu diinokulasi
kedalam media BGA, SSA dan SCB
disebut uji pengkayaan. Bila tes positif
dibuktikan dengan terbentuknya koloni
berwarna merah muda tes dilanjutkan
dengan uji penegasan dengan media
TSIA.
Air
Timbang 2 g sampel dimasukan
kedalam cawan penguap yang telah
diketahui beratnya. Kemudian
dipanaskan dalam oven suhu 105 oC.
Dan ditimbang hingga bobot konstan.
Abu
Timbang 2 g sampel, dimasukan
kedalam cawan porselen yang telah
diketahui beratnya. Sebelum diabukan
pada suhu 900 oC sampel arangkan
terlebih dahulu. Abu yang didapat
ditimbang hingga bobot konstan.
Tembaga
Timbang 2 g sampel dan diabukan.
Abu dilarutkan denga asam nitrat
pekat lalu disaring. Filtrat ini
dimasukan kelabu ukur dan dipaskan
dengan aquabidest. Untuk
pengukuran, terlebih dahulu dibuat
deret standar dengan konsentrasi 0,
0,5, 1, 1,5, 2, dan 2,5. Kemudian deret
standar dan sampel diukur dengan
menggunakan SSA pada panjang
gelombang 324,7 nm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Uji Produk
I IIKadar Abu 2,17 2,14 2,15 Maks. 12 Kadar Air 6,88 7,44 7,16 Maks. 14Protein 27,15 24,44 25,78 Min. 14Lemak 14,99 15,15 15,07 Maks. 7Kalsium 0,15 0,17 0,16 0,8 - 1,0Logam Cu (Tembaga) 1,42 ppm 1,12 ppm 1,27 ppm Maks. 100 ppm ALT < 3,0 x 104
Maks. 3000.000E - coli Negatif NegatifSalmonella negatif Negatif
< 3,0 x 104
Negatif Negatif
Paremeter Uji Rata - rata (%) SNI 3148.2:2009 (%)Hasil (%)
Kadar abu berhubungan erat dengan
kemurnian serta kebersihan suatu
bahan yang dihasilkan. Semakin tinggi
kadar abu berarti sampel tersebut
kurang bersih dalam pengolahannya.
Kadar abu yang diperoleh setelah
melakukan pengujian adalah 2,15 %
dan memenuhi standar yang telah
ditetapkan.
Dalam praktikum ini diperoleh kadar
air sebesar 7,16 % serta sesuai
dengan standar yang ada. Hal ini
berarti produk dapat disimpan dalam
jangka waktu yang cukup lama karena
semakin kecil jumlah kadar air maka
akan semakin lama produk dapat
bertahan tanpa adanya perubahan
fisik atau kimia akibat serangan
mikroba. Hal ini disebabkan karena
mikroba menyukai subtrat yang
lembab sebagai tempat tumbunya.
Dari pengujian yang telah dilakukan,
diperoleh kandungan protein didalam
produk sebesar 25,78%. Dan dari
hasil yang didapatkan tersebut
kandungan protein nya berada dalam
range SNI yang telah ditetapkan,
yakni minimal 14%. Sehingga produk
ini memiliki kandungan gizi protein
yang baik terhadap ternak sapi.
Hasil percobaan untuk kadar lemak
adalah 15,07 %. Meskipun tidak
sesuai dengan standar yang ada
namun produk tetap dapat diberikan
kepada ternak karena tingginya kadar
lemak berarti memberikan asupan
energi yang lebih besar. Energi yang
dihasilkan oleh lemak lebih besar
dibandingkan dengan protein dan
karbohidrat yaitu 9 kkal, sedangkan
protein dan karbohidrat hanya
menghasilkan 4 kkal.
Pada pengujian ini didapatkan
kandungan kalsium sekitar 0,167%,
walaupun hasil nya relatif masih kecil
dari SNI yang telah ditetapkan, yakni
sekitar 0,8-1,0%. Mungkin salah satu
nya disebabkan karena volume
sampel yang didapatkan tergolong
kecil atau kurang dari 1ml. Selain itu,
agar memperoleh hasil yang lebih teliti
lagi, sebaiknya dalam penentapan
kalsium ini menggunakan peralatan
instrument AAS, tapi karena lampu
katoda untuk Ca itu sendiri, tidak ada
maka dari pada itu penulis
menggunakanmetoda kompleksometri
untuk mengetahui kandungan Ca
dalam produk tersebut.
Logam Cu yang diperoleh dalam
produk adalah sebesar 1,27 ppm dan
memenuhi standar yang ada.
Kemungkinan logam ini hanya berasal
dari air pencuci kedelai karena ketika
selesai pengolahan limbah ampas
tahu yang merupakan bahan dasar
produk langsung dimasukan kedalam
karung.
Dari pengujian yang dilakukan,
diperoleh jumlah koloni / gram sekitar
(4 x 103) atau kurang dari 3 x 104. Ini
dikarenakan mengacu pada aturan
Standar Plate Count (SPC) apabila
jumlah koloni yang dihasilkan kurang
dari 30 koloni maka jumlah koloni
pada pengenceran terendah lah yang
dihitung, serta hasil yang dilaporkan
pun kurang dari 30 dan dikalikan
dengan besarnya pengenceran, tetapi
jumlah yang sebenarnya harus
dicantumkan dalam tanda kurung.
Serta dari hasil yang didapatkan
tersebut maka produk ini berada
dalam range SNI yang telah
ditetapkan, yakni kandungan
maksimum nya yang boleh terdapat
yaitu sekitar 3 x 106. Dengan demikian
produk ini masih belum tercemar dari
mikroorganisme lainnya dan baik
masih untuk dikonsumsi.
Untuk e – coli dengan menggunakan
media endoagar, hasil yang
didapatkan yaitu negatif (-), karena
tidak adanya terbentuk kilap logam
pada cawan petri tersebut, oleh sebab
itu pengujian ini tidak dilanjutkan pada
tahap berikut nya, yaitu uji Pelengkap
serta Uji IMVIC (Biokimia), yang
dikarenakan mungkin saja didalam
produk tersebut tidak terdapat bakteri
E-coli. Dan dari hasil tersebut sesuai
dengan SNI yang telah ditetapkan.
Oleh sebab itu produk fermentasi
ampas tahu ini baik untuk dikonsumsi
oleh ternak sapi yang menbutuhkan
asupan gizi yang cukup untuk
pertumbuhan dan penggemukkan.
Pada pengujian Salmonella media –
media uji yang digunakan tidak
menunjukan perubahan yang
menandakan adanya kegiatan
Salmonella dalam media uji. Seperti
pada media SSA (Salmonella
Shigella Agar) bila terdapat
Salmonella akan menujukan warna
koloni merah muda sampai buram.
Namun hasil percobaan menunjukan
koloni berwarna putih. Pada BGA
(Brilliant Green Agar) hasil positif bila
menunjukan koloni berwarna merah
muda hingga merah atau bening
dengan lingkaran merah muda sampai
bening, dalam percobaan menunjukan
koloni yang berwarna putih.
Sedangkan Selenite Crystine Broth
akan berubah warna dari merah darah
menjadi merah muda bila tes positif
namun dalam percobaan media ini
tidak mengalami perubahan warna.
KESIMPULAN
Setelah melaksanakan serangkaian
percobaan pada produk yang telah
dibuat diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Kadar abu : 2,15 %
b. Kadar air : 7,16 %
c. Kadar protein : 25,78 %
d. Kadar lemak : 15,07 %
e. Kalsium : 0,16 %
f. Kada Cu : 1,27 ppm
g. ALT : < 3.0 x 104
h. E – coli : Negatif
i. Salmonella : Negatif
Produk ini dapat dipasarkan karena
telah sesuai dengan syarat mutu yang
ada pada SNI 3148.2:2009 tentang
Pakan Konsentrat – Bagian 2 : Sapi
Potong.
SARAN
Disarankan kepada peternak untuk
memilih pakan yang sehat, memiliki
nilai gizi yang tinggi, cara pengolahan
yang sederhana dan dapat
memanfaatkan limbah disekitarnya
sehingga memiliki nilai tambah dan
secara tidak langsung menjaga
kelestarian lingkungan ditengah
maraknya globalwarming akibat ulah
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abun, dkk.2005.Efek Ransum Mengandung Ampas Umbi Garut Produk Fermentasi oleh Kapang Aspergillus niger Terhadap Imbangan Efisiensi Protein dan Konversi Ransum pada Ayam Boiler.Skripsi Universitas Padjadjaran.Tidak Dipublikasikan.
Baedhowie dan Sri Pranggonowati.1982.Petunjuk Praktek Pengawasan Mutu dan Hasil Pertanian edisi 1.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bassett, dkk.1994.Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.Edisi Keempat.Terjemahaan Hadyana Pudjaatmaka. Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
Cahyadi, Boby.2009.Studi tentang Kesensitifan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Teknik Vapour Hydride Generation Accesories (VHGA) Dibandingkan dengan SSA Nyala pada Analisis Unsur Arsen (Ar) yang Terdapat Dalam Air Minum.Skripsi Universitas Sumatera Utara.Tidak Dipublikasikan.
Eli, Gusti, dkk.2005.Modul Proksimat.SMAK.Padang
Fardiaz, Srikandi.1993.Analisis Mikrobiologi Pangan.PT Raja Grafindo Persada:Jakarta.
http://bisnisukm.com/peluang-usaha-pembuatan-kerupuk-ampas-tahu.htmL Sabtu,08 Januari 2011 jam 10:15 WIB.
http:// id .wikipedia.org/wiki/ Salmonella Kamis, 03 Maret 2011 jam 15:16 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasi Selasa, 18 Januari 2011 jam 21:42 WIB
http://infoternak.com/jenis-jenis-zat-kalsium-yg-dibutuhkan-ternak-sapi-dan-kambing Kamis, 03 Februari 2011 jam 14:34 WIB
http://requestartikel.com/kandungan-ampas-tahu-dan-kegunaannya-20101053.html Jumat 07 Januari 2011 jam 20:57 WIB
http://uripsantoso.wordpress.com/2009/12/01/pemanfaatan-ampas-tahu-pada-unggas/ selasa, 18 Januari 2011 jam 22:50 WIB.
Kaswinarni, Fibria.2007.Kajian Pengolahan Limbah Padat dan Cair Ampas Tahu.Skripsi Universitas Diponegoro.Tidak Dipublikasikan.
Siregar, Sori Basya.2003. Penggemukan Sapi .Penebar Swadaya:Jakarta.42.
Sudarmadji, Slamet, dkk.2003.Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Liberty Yogyakarta:Yogyakarta.
Sylvi dan Silvania Lorina.2007.Analisis Fotometri Nyala dan Spektrofotometri Serapan Atom.SMAK.Padang.
Volk, Wesley A. dan Margaret F. Wheeler.1993.Mikrobiologi dasar.Edisi Kelima.Jilid Pertama.Erlangga:Jakarta.
Winarno.1992.Kimia Pangan dan Gizi.PT Gramedia Pustaka Utama:Jakarta