Jurnal-4-Naskah 6 JURNAL PDGI Vol 59 No 3

5
Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis kronis dewasa (The initial treatment of mobile teeth closure diastema in chronic adult periodontitis) Trijani Suwandi Departemen Periodonti Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti Correspondence: Trijani Suwandi, Departemen Periodonti, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti, email: [email protected] ABSTRACT Background: Chronic adult periodontitis (CAP) is an infectious disease resulting in inflammation within the supporting tissues of teeth, progressive attachment loss, and bone loss. The clinical characteristics of the disease are periodontal inflammation, bleeding on probing, pocket formation, tooth mobility, suppuration, recession, drifting and can be accompanied with by patologis migratio. The initial treatment is started with plaque control, scaling and root planing, oclusal therapy, local antimicrobial metronidazole gel and usage of splinting to treat the mobile teeth and closure diastema. Intra coronal splinting with Fibre Reinforced Composite (FRC) have higher fracture strength. Purpose: By combining of chemical adhesive and esthetic characterists of composite with strength enhancement of a plasma treated, high modulus, reinforcing ribbon, so FRC splint will resist the load- bearing forces of occlusion and mastication and improves the healing response. Case: Male, 40 years old with CAP, tooth mobility in 12, 11, 21 and 22 begining from 6 months before. Additionally there were diastema and tooth extrusion. Case managemenent: Affected teeth were subjected to periodontal treatment and intracororonal splinting to overcome tooth mobility, diastema closure and improving healing response. Conclusion: Comprehensive initial periodontal treatment won able to treat tooth mobility and diastema in CAP. Key words: Chronic adult periodontitis, initial treatment, mobile teeth, closure diastema PENDAHULUAN Periodontitis kronis merupakan penyakit peradangan pada jaringan periodontal yang disebabkan terutama oleh bakteri spesifik pada subgingiva, yang dapat menimbulkan respon inflamasi gingiva, dan berlanjut ke struktur jaringan penyangga gigi yaitu sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Keadaan ini mengakibatkan hilangannya perlekatan gingiva dan terjadinya kerusakan tulang alveolar lebih dalam, pembentukan poket periodontal, migrasi patologis yang menimbulkan diastema, dan kegoyangan gigi yang dapat berakibat tanggalnya gigi. 1 Penyebab utama keradangan gingiva pada periodontitis adalah plak bakteri subgingiva meliputi bakteri obligat anaerobik gram negatif seperti Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Bacteroides forsythus, Fusobacterium nucleatum, Selenomonas dan Campylobacter , serta fakultatif anaerob gram negatif seperti Actinobacillus actinomycetemcomitans, Capnocytophaga dan Eikenella corrodens. 2 Vol. 59, No. 3, September-Desember 2010, Hal. 105-109 | ISSN 0024-9548

Transcript of Jurnal-4-Naskah 6 JURNAL PDGI Vol 59 No 3

Page 1: Jurnal-4-Naskah 6 JURNAL PDGI Vol 59 No 3

105

Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang padapenderita periodontitis kronis dewasa

(The initial treatment of mobile teeth closure diastema in chronic adultperiodontitis)

Trijani SuwandiDepartemen PeriodontiFakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti

Correspondence: Trijani Suwandi, Departemen Periodonti, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti, email: [email protected]

ABSTRACTBackground: Chronic adult periodontitis (CAP) is an infectious disease resulting in inflammation within the supporting

tissues of teeth, progressive attachment loss, and bone loss. The clinical characteristics of the disease are periodontal inflammation,bleeding on probing, pocket formation, tooth mobility, suppuration, recession, drifting and can be accompanied with by patologismigratio. The initial treatment is started with plaque control, scaling and root planing, oclusal therapy, local antimicrobialmetronidazole gel and usage of splinting to treat the mobile teeth and closure diastema. Intra coronal splinting with FibreReinforced Composite (FRC) have higher fracture strength. Purpose: By combining of chemical adhesive and esthetic characteristsof composite with strength enhancement of a plasma treated, high modulus, reinforcing ribbon, so FRC splint will resist the load-bearing forces of occlusion and mastication and improves the healing response. Case: Male, 40 years old with CAP, toothmobility in 12, 11, 21 and 22 begining from 6 months before. Additionally there were diastema and tooth extrusion. Casemanagemenent: Affected teeth were subjected to periodontal treatment and intracororonal splinting to overcome tooth mobility,diastema closure and improving healing response. Conclusion: Comprehensive initial periodontal treatment won able to treattooth mobility and diastema in CAP.

Key words: Chronic adult periodontitis, initial treatment, mobile teeth, closure diastema

PENDAHULUANPeriodontitis kronis merupakan penyakit

peradangan pada jaringan periodontal yangdisebabkan terutama oleh bakteri spesifik padasubgingiva, yang dapat menimbulkan responinflamasi gingiva, dan berlanjut ke struktur jaringanpenyangga gigi yaitu sementum, ligamentumperiodontal dan tulang alveolar. Keadaan inimengakibatkan hilangannya perlekatan gingiva danterjadinya kerusakan tulang alveolar lebih dalam,pembentukan poket periodontal, migrasi patologis

yang menimbulkan diastema, dan kegoyangan gigiyang dapat berakibat tanggalnya gigi. 1

Penyebab utama keradangan gingiva padaperiodontitis adalah plak bakteri subgingiva meliputibakteri obligat anaerobik gram negatif sepertiPorphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia,Bacteroides forsythus, Fusobacterium nucleatum,Selenomonas dan Campylobacter, serta fakultatifanaerob gram negatif seperti Actinobacillusactinomycetemcomitans, Capnocytophaga dan Eikenellacorrodens. 2

Vol. 59, No. 3, September-Desember 2010, Hal. 105-109 | ISSN 0024-9548

Page 2: Jurnal-4-Naskah 6 JURNAL PDGI Vol 59 No 3

106

Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejalapenyakit periodontal yang ditandai denganhilangnya perlekatan serta kerusakan tulangvertikal.3,4

Kegoyangan dapat disebabkan adanya kerusakantulang yang mendukung gigi, trauma dari oklusi, danadanya perluasan peradangan dari gingiva ke jaringanpendukung yang lebih dalam, serta proses patologikrahang. Menurut Fedi dkk5 kegoyangan gigidiklasifikasikan menjadi tiga derajat. Derajat 1 yaitukegoyangan sedikit lebih besar dari normal. Derajat 2yaitu kegoyangan sekitar 1 mm, dan derajat 3 yaitukegoyangan > 1 mm pada segala arah dan/atau gigidapat ditekan ke arah apikal.

Salah satu cara untuk mengontrol danmenstabilisasi kegoyangan gigi adalah splinting.Splinting diindikasikan pada keadaan kegoyangangigi derajat 3 dengan kerusakan tulang berat. 5,6

Adapun indikasi utama penggunaan splint dalammengontrol kegoyangan yaitu imobilisasikegoyangan yang menyebabkan ketidaknyamananpasien serta menstabilkan gigi pada tingkatkegoyangan yang makin bertambah.7 Ditambahkanoleh Strassler dan Brown3 splinting juga digunakanuntuk mengurangi gangguan oklusal dan fungsimastikasi.

Splinting dilakukan pada terapi inisial (faseetiotropik) dalam rencana perawatan penyakitperiodontal. Tindakan yang dilakukan pada fasepertama adalah pemberian kontrol plak yangmeliputi motivasi, edukasi dan instruksi, skeling danpenghalusan akar, splinting dan terapi oklusal, sertapemberian terapi penunjang berupa antimikroba.1

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untukmnunjukkan bahwa intra koronal splint dengan fibrereinforced composite splinting merupakan kombinasiperlekatan kimia dan estetik yang baik sehinggadapat menahan tekanan yang besar saat oklusi danmastikasi, menutup diastema serta meningkatkanrespon penyembuhan.

KASUSSeorang pasien pria usia 40 tahun datang ke

klinik spesialis bagian Periodonsia Rumah Sakit Gigidan Mulut Trisakti dengan keluhan gigi depan atasgoyang sejak satu tahun yang lalu. Pasien merasakankegoyangan gigi tersebut makin bertambah sejak 6bulan terakhir, dan gigi depan atas kiri mulairenggang. Gusi daerah tersebut mudah berdarahpada saat menggosok gigi. Pasien merasa tidakpercaya diri dengan keadaan tersebut.

Berdasarkan anamnesis diketahui pasien tidakmempunyai penyakit sistemik. Pada pemeriksaanekstra oral tidak terdapat kelainan. Pemeriksaan intraoral ditemukan kegoyangan pada gigi 11, 12, 21, dan22, gingiva mudah berdarah saat probing, odem,poket gigi 12 - 22 rata-rata sebesar 5-8 mm, antaragigi 21 dan 22 tampak diastema. Hasil pengukuranpapilla bleeding index 2,4 dan interdental hygiene index65%. Pemeriksaan radiografis menunjukkkanadanya kerusakan tulang alveolar arah vertikal padagigi 11, 12, 21, 22 (Gambar 1).

Suwandi : Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis kronis dewasaJurnal PDGI 59 (3) Hal. 105-109 © 2010

Gambar 1. Kerusakan tulang vertikal 12-22.

Diagnosa klinis adalah periodontitis kronis tipecompound pada gigi 12-22. Prognosis baik karenapasien tidak menderita penyakit sistemik, pasienmempunyai motivasi yang tinggi dan sangatkooperatif. Etiologi disebabkan karena iritasi lokalberupa plak, predisposisi kalkulus dan adanyatraumatik oklusi pada gigi 12 dan 42 serta 21 dan 31.

TATALAKSANA KASUSKunjungan awal dilakukan kontrol plak,

skeling supragingiva dan subgingiva, serta aplikasigel metronidasol plus asam mefenamat. Pasien tidakboleh berkumur maupun meludah selama satu jam.Pada kunjungan satu minggu terlihat poketberkurang, warna sedikit kemerahan dan tidakmudah berdarah. Hasil pemeriksaan papilla bleedingindex mencapai 0,4 dan interdental hygiene indexmencapai 95%. Tindakan yang dilakukan occlusaladjustment pada gigi 12 dan 42, 21 dan 31.

Pemasangan intra koronal splint pada gigi 12-22 dilakukan dengan fibre reinforced composite (FRC)sekaligus penambalan untuk menutup diastemapada gigi 21 dan 22. Adapun prosedur tersebutmeliputi : preparasi bagian palatal pada titik kontakdengan cara membuat alur dengan kedalaman 2x1.5mm. Pada kontak proksimal dari gigi paling distaltidak dipreparasi. Gigi dibersihkan dengan pumice.Panjang alur diukur dengan wire (Gambar 2). Fibredipotong sesuai panjang wire, kemudian diletakkan

Page 3: Jurnal-4-Naskah 6 JURNAL PDGI Vol 59 No 3

107

di atas glassplate. Isolasi daerah kerja dengangulungan kapas. Gigi dietsa dengan asam phosporik30% selama 30 detik, bilas dengan air dan keringkan.Lalu aplikasi bonding (Gambar 3) dan disinar selama10 detik (Gambar 4). Aplikasi selapis komposit resinflow ke dalam alur (Gambar 5). Fibre yang telahdipotong dibasahi dengan bonding lalu diletakkan diatas flow composite, dan ditekan-tekan dengan plasticfilling (Gambar 6). Penyinaran dilakukan bertahapmasing-masing gigi dengan cara membatasi sinardengan cement spatel ditekan ke interdental gigi.Kemudian flow composite diaplikasikan diatas fiberdan dibentuk dengan plastic filling (Gambar 7).Dilakukan penyinaran masing-masing gigi 20 detik.Pada daerah diastema dilakukan penambalandengan komposit dan dibentuk (Gambar 8).Pemolesan dilakukan bila diperlukan.

Setelah itu dilakukan penyesuaian oklusal kembalidan dilakukan aplikasi gel metronidasol dengantambahan asam mefenamat ke dalam poket (Gambar9). Pasien diinstruksikan tidak makan dan minum,meludah ataupun berkumur selama 1 jam.

Kontrol pertama (satu minggu) setelahpemasangan splinting pasien tidak ada keluhansakit, merasa lebih nyaman, tidak goyang, gingivatidak berdarah saat menyikat gigi. Pemeriksaan intraoral terlihat gingiva pada labial dan interdental 12-22 sedikit kemerahan, secara estetik baik (Gambar10). Tindakan yang dilakukan adalah aplikasi gelmetronidasol dan asam mefenamat.

Kontrol kedua (dua minggu) pasien merasakannyaman dan tidak ada keluhan. Pemeriksaan intra oralgingiva 12-22 terlihat normal, merah muda, dan tidakada perdarahan atau pembengkakan.

Suwandi : Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis kronis dewasaJurnal PDGI 59 (3) Hal. 105-109 © 2010

Gambar 2. Pengukuran alur dengan wire gigi 13-23.

Gambar 3. Dilakukan bonding.

Gambar 4. Penyinaran 20 detik.

Gambar 5. Pemberian selapis flow komposit.

Gambar 6. Aplikasi fibre.

Gambar 7. Flow komposit di atas fibre.

Page 4: Jurnal-4-Naskah 6 JURNAL PDGI Vol 59 No 3

108

PEMBAHASANTerapi inisial disebut juga terapi fase I atau terapi

higienik. Terapi inisial bertujuan untuk membuangsemua faktor lokal yang menyebabkan peradangangingiva serta pemberian instruksi dan motivasipasien dalam melakukan kontrol plak. Terapi inisialjuga disebut sebagai fase etiotropik karena bertujuanuntuk menghilangkan faktor etiologi penyakitperiodontal. Terapi inisial mencakup kontrol plakyang meliputi motivasi, edukasi dan instruksi daripasien, skeling dan penghalusan akar, rekonturingrestorasi, pembuangan karies, pemberianantimikroba serta evaluasi jaringan. Pencapaianperawatan melalui bedah periodontal dapatdilakukan bilamana terapi inisial berhasil denganbaik. 1

Splinting adalah suatu alat yang bertujuan untukimobilisasi atau stabilisasi kegoyangan gigi. Splintingbiasanya dilakukan pada fase I, sebelum fase bedah,baik berupa splinting sementara maupun splintingpermanen. Beberapa penelitian menunjukkansplinting dapat meningkatkan resistensi jaringan

terhadap kerusakan periodontal lebih lanjut danmempercepat respon penyembuhan. 2

Dahulu splinting pada gigi depan menggunakanwire splinting, kombinasi wire-komposit atau mesh-komposit. Terkadang wire splinting menimbulkanrasa sakit bagi pasien, mudah kendor atau patah.Material tersebut hanya dapat secara mekanikterkunci di sekitar resin, dan secara kemis tidakbersatu dengan resin. Kegagalan klinis disebabkankarena muatan beban hanya ditempatkan pada splintdalam keadaan normal dan parafungsi, sertamenyulitkan dalam pembersihan dan mendorongterjadinya retensi plak, serta menimbulkan rasa sakitdan ketidaknyamanan.8 Adanya kelemahan padabahan tersebut, maka pada dekade terakhirdikembangkan penggunaan FRC yaitu materialberbahan dasar resin yang mengandung fibre yangbertujuan untuk meningkatkan stabilitas gigi.9

Fibre FRC dapat digunakan untuk palatal ataulingual splinting, labial splinting atau occlusal splintingdan dapat digunakan untuk menutup diastema.Keuntungan dari bahan ini adalah mudahpemeliharaan, bebas logam, transparan, estetik dantampak natural. FRC Splinting merupakan suatuterobosan baru, modern, efektif, estetik, danmemberikan kenyamanan bagi pasien sertamemudahkan dalam pembersihan, sehingga dapatmenjadi alternatif sebagai pengganti wire splintingbaik dalam hal kekuatan maupun estetik.3

Keberhasilan perawatan tergantung padaberhentinya proses kerusakan jaringan, penurunanatau hilangnya faktor penyebab serta perubahankondisi mikroba. Pembersihan secara mekanik(skeling dan penghalusan akar) merupakan terapistandar untuk menghilangkan deposit yang berupaplak, kalkulus maupun endotoksin pada subgingivayang menyebabkan kerusakan jaringan periodontaldan berperan pada rekolonisasi mikroorganismeyang bersifat patogen. Tindakan mekanik jugamenghilangkan sejumlah mikroorganisme subgingivadan mengubah komposisi mikroorganisme plak daridominasi bakteri anaerob gram negatif menjadidominasi fakultatif gram positif.10

Kombinasi terapi antimikroba dan terapimekanik memberikan hasil yang lebih efektif dalammeningkatkan perlekatan serta menurunkankedalaman poket bila dibandingkan denganperawatan mekanik saja.4 Menurut penelitianSuwandi11 aplikasi gel metronidasol sebagai terapitambahan skeling dan penghalusan akar memberikanhasil yang efektif. Metronidasol adalah suatunitroimidazol dengan aktivitas bakterisidal

Suwandi : Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis kronis dewasaJurnal PDGI 59 (3) Hal. 105-109© 2010

Gambar 8. Penutupan diastema 21-22.

Gambar 9. Aplikasi gel metronidasol.

Gambar 10. Kontrol 1. Gingival 12-22 kemerahan.

Page 5: Jurnal-4-Naskah 6 JURNAL PDGI Vol 59 No 3

109Suwandi : Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis kronis dewasaJurnal PDGI 59 (3) Hal. 105-109 © 2010

melawan bakteri obligat anaerobik yang merupakanpenyebab utama periodontitis.Gel metronidasoldapat langsung diaplikasikan ke dalam poketperiodontal dan setelah berkontak dengan cairankrevikular, maka metronidasol akan berubahmenjadi semisolid dan secara bertahap akandilepaskan, sehingga didapatkan konsentrasiterbesar dalam cairan sulkus.12,13

Cara kerja metronidasol adalah setelahmenembus membran sel bakteri, metronidasol akanmengikat DNA dan merusak struktur heliks darimolekul. Kerusakan DNA akan mengakibatkankematian sel dan hasil proses ini sangat cepatmembunuh mikroorganisme anaaerob.8 Setelahwaktu paruh delapan jam konsentrasi metronidasoladalah sekitar 128μg/mL yaitu sekitar 100x kadarhambat minimal dari bakteri paling anaerobsekalipun. Setelah 24 jam konsentrasi metronidasolmasih di atas kadar hambat minimal (KHM) 50%untuk membunuh kuman periodontal pathogen.14,15

Kesimpulan yang dapat diambil adalah FRCsplinting merupakan suatu terobosan bahan splintingbaru, modern, efektif, estetik, dan memberikankenyamanan bagi pasien serta memudahkan dalampembersihan, dapat digunakan sebagai kombinasisplint periodontal sekaligus menutup diastema,sehingga dapat menjadi alternatif sebagai penggantiwire splinting baik dalam hal kekuatan maupun estetik.Selain itu FRC splinting dapat meningkatkan resistensijaringan terhadap kerusakan periodontal lebih lanjutdan mempercepat respon penyembuhan. KeuntunganFRC splinting adalah mudah pemeliharaan, bebaslogam, transparan, estetik dan tampak natural. FRCsplinting dilakukan pada tahap terapi inisial yangmeliputi kontrol plak, skeling dan penghalusan akar,penyesuaian oklusal, serta aplikasi gel metronidasolmemberikan hasil yang terbaik pada pasien yangmengalami kegoyangan gigi akibat poketperiodontal.

DAFTAR PUSTAKA1. Carranza FA. Clinical diagnosis. Dalam: Carranza FA,

Newman MG, (eds). Clinical periodontology. Ed ke-8.Philadelphia: WB Saunders; 2006. p. 349-50.

2. Noyan U, Yilma S, Kuru B. A clinical and microbiologicalevaluation of sistemic and local metronidazole deliveryin adult periodontitis patients. J Clin Periodontol 1997;24: 158-65.

3. Strassler HE., Brown C. Periodontal splinting with a thin-high modulus polyethylene ribbon. Compend ContinEduc Den 2001; 22: 610-20.

4. Strassler HE. Periodontal splinting with fiber reinforcedcomposite resin. Compend Contin Educ Dent 2004;25: 53-9.

5. Fedi PF, Vernini AR, Gray JL. The Periodontics syllabus.Lippincott : Williams and Wilkins; 2000: p. 52.

6. Kegel W, Kelsinki H., Philip C. The Effect of splinting ontooth mobility during initial therapy. J Clin Periodontol.1979; 6: 45-58

7. Mc-Guire MK. Periodontal-restorative interrelationships.Dalam: Carranza FA, Newman MG, (eds). Clinicalperiodontology. Ed ke-8. Philadelphia: WB Saunders;1996. p. 739-40.

8. Lie T, Bruun G, Boe OE. Effect of topical metronidazoleand tetracycline in the treatment of adult Perioidontitis.J Periodontol 1998; 69: 819-27.

9. Ganesh M, Tandon S. Versatility of ribbond incontemporary dental practice. Trend Biometer ArtifOrgans 2006; (1): 53-8.

10. Brunsvold MA. Non surgical periodontal therapy. DalamNevins M, Mellonig JT, (eds). Periodontal therapy.Clinical approaches and evidence of success. Chicago:Quintessense Publ Co; 1998. p. 117-27.

11. Suwandi T. Efek klinis aplikasi subgingival racikan gelmetronidazole 25% dan larutan povidon-iodine 10%sebagai terapi penunjang skeling penghalusan akar padaperiodontitis kronis. Jurnal Kedokteran Gigi UniversitasIndonesia 2003; 10(Edisi Khusus): 669-74.

12. Stelzel M, Flores de-Jacoby L. Topical metronidazoleapplication compared with sub gingival scaling (Aclinical and microbiological study on recall patients).J Clin Periodontol 1996; 23: 24-9.

13. Thomas Er, Jorgen S. Local delivery of antimicrobialagents in the periodontal pocket in systemic and topicalantimicrobial therapy in periodontics. Periodontology2000, 1996; 10: 139-54.

14. Pedrazoli V, Kilian M, Karring T. Comparable clinicaland microbiological effects of topical subgingivalapplication of a 25% metronidazole gel and scaling inthe treatment of adult periodontitis. J Clin Periodontol1992; 19: 715-22.

15. Drisko CH. Non-surgical peruiodontal therapy.Periodontology 2000, 2001; 25: 77-88.