jump 3 -,-
-
Upload
nur-pramono -
Category
Documents
-
view
12 -
download
4
description
Transcript of jump 3 -,-
![Page 1: jump 3 -,-](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082500/577c84061a28abe054b73f2d/html5/thumbnails/1.jpg)
Kasus 1
1. Meradang dapat menyebabkan demam, contohnya pada kasus infeksi. Infeksi
akan menyebabkan makrofag memfagosit antigen selain itu dia juga akan
mengeluarkan zat endogenus pirogen yang akan merangsang hipothalamus
dalam pengaturan suhu tubuh.
2. Jawab
a. Dimualai dengan adanya jejas yang mengenai tubuh. Stelah itu akan
timbul vasokontriksi prearteriol singkat untuk mengurangi perdarahan.
Kemudian akan terjadi vasodilatasi untuk memperbesar aliran darah
disekitar jejas, selain itu untuk memperlambat aliran darah di daerah jejas.
Kapiler ini menjadi lebih permeabel disebabkan oleh histamin. Dalam
aliran itu terdapat sel-sel leukosit yang menuju daerah jejas itu lalu
melewati dinding kapiler dengan gerakan kemotaksis.
b. Tanda-tanda cardinal inflamsi :
1) Rubor
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di
daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul,
terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah
peradangan. Dengan demikian, lebih banyak darah mengalir ke
mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh
dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti,
menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya
hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik
secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat
seperti histamin (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
2) Kalor
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi
peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam
keadaan normal lebih dingin dari 37 °C yaitu suhu di dalam tubuh.
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya
sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena
lebih banyak daripada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena
panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang
![Page 2: jump 3 -,-](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082500/577c84061a28abe054b73f2d/html5/thumbnails/2.jpg)
jauh di dalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah
mempunyai suhu inti 37°C, hyperemia lokal tidak menimbulkan
perubahan (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
3) Dolor ( nyeri )
Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan
dengan berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-
ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat
seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf.
Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat
pembengkakan jaringan yang meradang. Pembengkakan jaringan yang
meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa
diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit (Abrams, 1995;
Rukmono, 1973).
4) Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang
tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang. Pada
keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar eksudat adalah cair,
seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar
ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan
aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat. (Abrams,
1995; Rukmono,)
5) functio laesa
Adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002). Functio laesa
merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum
diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan
yang meradang (Abrams, 1995).
c. Pada pemeriksaan lab didapat darah mengandung leukosit lebih dari
normal dan suhu tubuh meningkat. Hal ini menandakan adanya infeksi
yang bisa menyebabkan daerah jejas mengalami inflamasi
3. Analgetik dan anti inflamasi digunakan untuk mengurangi gejala pasien.
Analgetik mengurangi nyeri. Antiinflamasi mengurangi tanda-tanda inflamasi
![Page 3: jump 3 -,-](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082500/577c84061a28abe054b73f2d/html5/thumbnails/3.jpg)
4. Hal ini disebabkan karena pembesaran kelenjar limfe. Pembesaran ini
dikarenakan kelenjar limfe berusaha memproduksi leukosit yang lebih banyak
dalam rangka mengatsi infeksi yang terjadi di daerah jejas
5. Jenis leukosit
GRANULOPOESIS
Merupakan proses pembentukan leukosit granular yaitu basofil, netrofil,
dan eusinofil.
a. Mieloblast
Sel termuda dengan inti bulat yang berwarna biru kemerahan. Memiliki
satu atau lebih anak inti. Kromatin halus. Sitoplasma berwarna biru.
b. Promielosit / Proagranulosit
Sitoplasma telah memperlihatkan granula berwarna biru tua. Berbentuk
bulat tidak teratur. Granula tampak menutupi inti. Inti bulat besar.
Kromatin kasar. Anak inti masih ada tapi tidak jelas.
c. Mielosit
Pada fase ini, granula sudah mengalami diferensiasi menjadi basofil,
netrofil, atau eusinofil. Inti sel bulat atau lonjong pada satu sisi. Anak inti
tak tampak lagi. Kromatin menebal. Sitoplasma sel lebih banyak
d. Metamielosit
Proses pematangan. Inti sel membentuk lekukan sehingga berbentuk
seperti kacang merah. Kromatin menggumpal. Sitoplasma mengandung
granula kecil kemerahan.
Jika lekukan melebihi setengah ukuran inti, akan terbentuk netrofil
batang. Lalu akan berubah menjadi netrofil segmen
e. Granulosit
![Page 4: jump 3 -,-](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082500/577c84061a28abe054b73f2d/html5/thumbnails/4.jpg)
6. Infeksi yang menyebabkan leukositoosis atau leukositosis yang disebabkan
leukemia
Kasus 2
1. Jawab
a. Leukemia adalah penyakit yang menyebabkan leukosit imatur terbentuk
berlebih dan sel imatur ini tidak dapat mengalami maturisasi. Akibatnya
![Page 5: jump 3 -,-](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082500/577c84061a28abe054b73f2d/html5/thumbnails/5.jpg)
dia menekan HSC untuk brubah jadi leukosit imatur terus dan produksi
HSC yang lain tidak terjadi.seperti eritrosit dann trombosit. Kekurangan
eritrosit menyebabkan anemia. Kekurangan trombosit menyebabkan
mudah terjadi perdarahan contohnya mimisan
b. Demam kasus 1 oleh infeksi bakteri dari jejas yang disebabkan parang
sedangkan demam kasus 2 oleh penurunan leukosit matur. Sehingga
penurunan ini menyebabkan imunosupresan. Tubuh mudah terkena infeksi
2. Karena terjadi infiltrasi sel sel leukosit imatur ke lien dan hepar. Sehingga
menyebabkan pembesaran
3. Kasus 1 dilakukan penanganan infeksi pada jejas dan perawatan luka. Kasus
2 dilakukan rencana pemeriksaan penunjang leukemia dan terapi leukemia
4. Terapi leukemia
Penatalaksanaan Leukemia
Pengobatan utama untuk keganasan hematologi selama beberapa dekade adalah pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi (Baldy, 2006). Saat ini, pengobatan yang lain tersedia terbatas tetapi penggunaannya meningkat, dengan kemajuan dalam uji klinis, yang dikenal sebagai Biological. Kelompok obat ini adalah zat alami yang diambil dari sumber alami atau disintesis dalam laboratorium untuk menyerang target biologi tertentu (Finley, 2000). Biological dianggap menjaga sel induk hematopoietik dan oleh karena itu kurang toksik dan bersifat kuratif (Baldy, 2006).
Kemoterapi atau Terapi Obat Sitotoksik. Obat sitotoksik merusak kapasitas sel untuk reproduksi. Tujuan terapi sitotoksik mula-mula menginduksi remisi dan selanjutnya mengurangi populasi sel leukemik yang tersembunyi, dan memulihkan sumsum tulang dengan kombinasi siklik dua, tiga atau empat obat. Pemulihan ini tergantung pada pola pertumbuhan kembali (differential regrowth pattern) sel hemopoietik normal dan sel leukemik.
Transplantasi Sumsum Tulang. Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memulihkan sistem hemopoietik pasien setelah penyinaran seluruh tubuh dan kemoterapi intensif diberikan dalam usaha membunuh semua leukemmik yang tinggal (Hoffbrand and Petit, 1996).
Terapi ALL dibagi menjadi:
1) Induksi remisi
Terapi ini biasanya terdiri dari prednisone, vinkristin, antrasiklin dan L-asparaginase.
![Page 6: jump 3 -,-](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082500/577c84061a28abe054b73f2d/html5/thumbnails/6.jpg)
2) Intensifikasi atau konsolidasi
Berbagai dosis mielosupresi dari obat yang berbeda diberikan tergantung protocol yang dipakai.
3) Profilaksis SSP
Terdiri dari kombinasi kemoterapi intratekal, radiasi cranial, dan pemberian sistemik obat yang mempunyai bioavailabilitas yang tinggi seperti metotreksat dosis tinggi dan sitarabin dosis tinggi.
4) Pemeliharaan jangka panjang
Terapi ini terdiri dari 6-merkaptopurin tiap hari dan metotreksat seminggu sekali selama 2 tahun (Fianza, 2007).
5. Dalam kasus terdapat kelainan leukosit lebih dari normal. Kemudian ditemukan limfoblas yang menunjukan bahwa sel leukosit banyak yang belum matang. Perdarahan lewat hidung dan trombositopenia diakibatkan terjadinya penekanan hematopoiesis lainnya di sumsum tulang, maka produksi trombosit menurun. Padahal, trombosit berperan penting dalam sistem hemostasis primer. Jika trombosit berkurang, maka akan terjadi perdarahan yang waktunya lebih panjang daripada jika kondisi dan jumlah trombositnya normal. Kapiler pada keadaan normal memang sering mengalami ruptur, tetapi hal ini dapat cepat diatasi oleh sistem hemostasis primer, yaitu trombosit. Jika terjadi trombositopenia maka salah satu gejala yang timbul adalah perdarahan hidung akibat pecahnya dinding kapiler.
6. Gangguan leukosit ada 2 yaitu leukositosis dan leukopeni. Leukositosis
adalah peningkatan jumlah leukosit. Leukopeni adalah penurunan jumlah
leukosit