jump 3 -,-

9
Kasus 1 1. Meradang dapat menyebabkan demam, contohnya pada kasus infeksi. Infeksi akan menyebabkan makrofag memfagosit antigen selain itu dia juga akan mengeluarkan zat endogenus pirogen yang akan merangsang hipothalamus dalam pengaturan suhu tubuh. 2. Jawab a. Dimualai dengan adanya jejas yang mengenai tubuh. Stelah itu akan timbul vasokontriksi prearteriol singkat untuk mengurangi perdarahan. Kemudian akan terjadi vasodilatasi untuk memperbesar aliran darah disekitar jejas, selain itu untuk memperlambat aliran darah di daerah jejas. Kapiler ini menjadi lebih permeabel disebabkan oleh histamin. Dalam aliran itu terdapat sel-sel leukosit yang menuju daerah jejas itu lalu melewati dinding kapiler dengan gerakan kemotaksis. b. Tanda-tanda cardinal inflamsi : 1) Rubor Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Dengan demikian, lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut

description

bacaan

Transcript of jump 3 -,-

Page 1: jump 3 -,-

Kasus 1

1. Meradang dapat menyebabkan demam, contohnya pada kasus infeksi. Infeksi

akan menyebabkan makrofag memfagosit antigen selain itu dia juga akan

mengeluarkan zat endogenus pirogen yang akan merangsang hipothalamus

dalam pengaturan suhu tubuh.

2. Jawab

a. Dimualai dengan adanya jejas yang mengenai tubuh. Stelah itu akan

timbul vasokontriksi prearteriol singkat untuk mengurangi perdarahan.

Kemudian akan terjadi vasodilatasi untuk memperbesar aliran darah

disekitar jejas, selain itu untuk memperlambat aliran darah di daerah jejas.

Kapiler ini menjadi lebih permeabel disebabkan oleh histamin. Dalam

aliran itu terdapat sel-sel leukosit yang menuju daerah jejas itu lalu

melewati dinding kapiler dengan gerakan kemotaksis.

b. Tanda-tanda cardinal inflamsi :

1) Rubor

Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di

daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul,

terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah

peradangan. Dengan demikian, lebih banyak darah mengalir ke

mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh

dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti,

menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya

hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik

secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat

seperti histamin (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).

2) Kalor

Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi

peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam

keadaan normal lebih dingin dari 37 °C yaitu suhu di dalam tubuh.

Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya

sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena

lebih banyak daripada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena

panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang

Page 2: jump 3 -,-

jauh di dalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah

mempunyai suhu inti 37°C, hyperemia lokal tidak menimbulkan

perubahan (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).

3) Dolor ( nyeri )

Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan

dengan berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-

ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat

seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf.

Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat

pembengkakan jaringan yang meradang. Pembengkakan jaringan yang

meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa

diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit (Abrams, 1995;

Rukmono, 1973).

4) Tumor

Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar

ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke

jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang

tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang. Pada

keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar eksudat adalah cair,

seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar

ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan

aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat. (Abrams,

1995; Rukmono,)

5) functio laesa

Adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002). Functio laesa

merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum

diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan

yang meradang (Abrams, 1995).

c. Pada pemeriksaan lab didapat darah mengandung leukosit lebih dari

normal dan suhu tubuh meningkat. Hal ini menandakan adanya infeksi

yang bisa menyebabkan daerah jejas mengalami inflamasi

3. Analgetik dan anti inflamasi digunakan untuk mengurangi gejala pasien.

Analgetik mengurangi nyeri. Antiinflamasi mengurangi tanda-tanda inflamasi

Page 3: jump 3 -,-

4. Hal ini disebabkan karena pembesaran kelenjar limfe. Pembesaran ini

dikarenakan kelenjar limfe berusaha memproduksi leukosit yang lebih banyak

dalam rangka mengatsi infeksi yang terjadi di daerah jejas

5. Jenis leukosit

GRANULOPOESIS

Merupakan proses pembentukan leukosit granular yaitu basofil, netrofil,

dan eusinofil.

a. Mieloblast

Sel termuda dengan inti bulat yang berwarna biru kemerahan. Memiliki

satu atau lebih anak inti. Kromatin halus. Sitoplasma berwarna biru.

b. Promielosit / Proagranulosit

Sitoplasma telah memperlihatkan granula berwarna biru tua. Berbentuk

bulat tidak teratur. Granula tampak menutupi inti. Inti bulat besar.

Kromatin kasar. Anak inti masih ada tapi tidak jelas.

c. Mielosit

Pada fase ini, granula sudah mengalami diferensiasi menjadi basofil,

netrofil, atau eusinofil. Inti sel bulat atau lonjong pada satu sisi. Anak inti

tak tampak lagi. Kromatin menebal. Sitoplasma sel lebih banyak

d. Metamielosit

Proses pematangan. Inti sel membentuk lekukan sehingga berbentuk

seperti kacang merah. Kromatin menggumpal. Sitoplasma mengandung

granula kecil kemerahan.

Jika lekukan melebihi setengah ukuran inti, akan terbentuk netrofil

batang. Lalu akan berubah menjadi netrofil segmen

e. Granulosit

Page 4: jump 3 -,-

6. Infeksi yang menyebabkan leukositoosis atau leukositosis yang disebabkan

leukemia

Kasus 2

1. Jawab

a. Leukemia adalah penyakit yang menyebabkan leukosit imatur terbentuk

berlebih dan sel imatur ini tidak dapat mengalami maturisasi. Akibatnya

Page 5: jump 3 -,-

dia menekan HSC untuk brubah jadi leukosit imatur terus dan produksi

HSC yang lain tidak terjadi.seperti eritrosit dann trombosit. Kekurangan

eritrosit menyebabkan anemia. Kekurangan trombosit menyebabkan

mudah terjadi perdarahan contohnya mimisan

b. Demam kasus 1 oleh infeksi bakteri dari jejas yang disebabkan parang

sedangkan demam kasus 2 oleh penurunan leukosit matur. Sehingga

penurunan ini menyebabkan imunosupresan. Tubuh mudah terkena infeksi

2. Karena terjadi infiltrasi sel sel leukosit imatur ke lien dan hepar. Sehingga

menyebabkan pembesaran

3. Kasus 1 dilakukan penanganan infeksi pada jejas dan perawatan luka. Kasus

2 dilakukan rencana pemeriksaan penunjang leukemia dan terapi leukemia

4. Terapi leukemia

Penatalaksanaan Leukemia

Pengobatan utama untuk keganasan hematologi selama beberapa dekade adalah pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi (Baldy, 2006). Saat ini, pengobatan yang lain tersedia terbatas tetapi penggunaannya meningkat, dengan kemajuan dalam uji klinis, yang dikenal sebagai Biological. Kelompok obat ini adalah zat alami yang diambil dari sumber alami atau disintesis dalam laboratorium untuk menyerang target biologi tertentu (Finley, 2000). Biological dianggap menjaga sel induk hematopoietik dan oleh karena itu kurang toksik dan bersifat kuratif (Baldy, 2006).

Kemoterapi atau Terapi Obat Sitotoksik. Obat sitotoksik merusak kapasitas sel untuk reproduksi. Tujuan terapi sitotoksik mula-mula menginduksi remisi dan selanjutnya mengurangi populasi sel leukemik yang tersembunyi, dan memulihkan sumsum tulang dengan kombinasi siklik dua, tiga atau empat obat. Pemulihan ini tergantung pada pola pertumbuhan kembali (differential regrowth pattern) sel hemopoietik normal dan sel leukemik.

Transplantasi Sumsum Tulang. Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memulihkan sistem hemopoietik pasien setelah penyinaran seluruh tubuh dan kemoterapi intensif diberikan dalam usaha membunuh semua leukemmik yang tinggal (Hoffbrand and Petit, 1996).

Terapi ALL dibagi menjadi:

1) Induksi remisi

Terapi ini biasanya terdiri dari prednisone, vinkristin, antrasiklin dan L-asparaginase.

Page 6: jump 3 -,-

2) Intensifikasi atau konsolidasi

Berbagai dosis mielosupresi dari obat yang berbeda diberikan tergantung protocol yang dipakai.

3) Profilaksis SSP

Terdiri dari kombinasi kemoterapi intratekal, radiasi cranial, dan pemberian sistemik obat yang mempunyai bioavailabilitas yang tinggi seperti metotreksat dosis tinggi dan sitarabin dosis tinggi.

4) Pemeliharaan jangka panjang

Terapi ini terdiri dari 6-merkaptopurin tiap hari dan metotreksat seminggu sekali selama 2 tahun (Fianza, 2007).

5. Dalam kasus terdapat kelainan leukosit lebih dari normal. Kemudian ditemukan limfoblas yang menunjukan bahwa sel leukosit banyak yang belum matang. Perdarahan lewat hidung dan trombositopenia diakibatkan terjadinya penekanan hematopoiesis lainnya di sumsum tulang, maka produksi trombosit menurun. Padahal, trombosit berperan penting dalam sistem hemostasis primer. Jika trombosit berkurang, maka akan terjadi perdarahan yang waktunya lebih panjang daripada jika kondisi dan jumlah trombositnya normal. Kapiler pada keadaan normal memang sering mengalami ruptur, tetapi hal ini dapat cepat diatasi oleh sistem hemostasis primer, yaitu trombosit. Jika terjadi trombositopenia maka salah satu gejala yang timbul adalah perdarahan hidung akibat pecahnya dinding kapiler.

6. Gangguan leukosit ada 2 yaitu leukositosis dan leukopeni. Leukositosis

adalah peningkatan jumlah leukosit. Leukopeni adalah penurunan jumlah

leukosit