Juknis upuk

20
1 JUKNIS UPUK/UPUB BALAI PERSUTERAAN ALAM BAB I PENDAHULUAN Ulat sutera pada dasarnya sangat rentan terhadap kondisi lingkungan dan penyakit. Oleh karena itu dalam pemeliharaannya harus mengikuti standar-standar teknis pemeliharaan yang berlaku sehingga dalam pemeliharaannya ulat dapat berkembang dan menghasilkan kokon yang berkualitas. Sering terjadi pemeliharaan ulat sutera alam dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan tahapan kegiatan pemeliharaan ulat dan kebutuhan optimal dari ulat sehingga ketika kualitas kokon yang dihasilkan rendah maka sering menimpakan kesalahan pada faktor bibit/telur yang kurang baik. Ulat sutera termasuk ke dalam golongan binatang berdarah dingin sehingga suhu badannya akan sangat mudah terpengaruh oleh suhu dan kelembaban tempat pemeliharaannya. Selain itu ulat sutera sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di lokasi pemeliharaan selain suhu dan kelembaban nisbi, yaitu kualitas udara, aliran udara, cahaya, dll. Kecocokan iklim mikro di tempat pemeliharaan ulat sutera juga dipengaruhi oleh kesegaran udara dan tingkat pergantian udara. Ventilasi yang baik akan menyebabkan temperatur dan kelembaban nisbi yang diinginkan dapat dicapai. Misalnya ketika udara cukup panas atau justru terlalu lembab, maka dengan adanya ventilasi yang baik kondisi yang lebih optimal dapat diciptakan. Hal yang penting juga menjadi pertimbangan adalah bahwa kondisi ruang pemeliharaan harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ulat, karena tingkat pertumbuhan ulat yang berbeda akan berpengaruh pada kondisi optimal lingkungan yang dibutuhkan. Sebagai contoh, ulat kecil dengan tingkat pertumbuhan yang masih lemah akan membutuhkan suhu dan kelembaban yang berbeda dibanding ulat

Transcript of Juknis upuk

Page 1: Juknis upuk

1

JUKNIS UPUK/UPUB

BALAI PERSUTERAAN ALAM

BAB I

PENDAHULUAN

Ulat sutera pada dasarnya sangat rentan terhadap kondisi lingkungan dan

penyakit. Oleh karena itu dalam pemeliharaannya harus mengikuti standar-standar

teknis pemeliharaan yang berlaku sehingga dalam pemeliharaannya ulat dapat

berkembang dan menghasilkan kokon yang berkualitas. Sering terjadi pemeliharaan

ulat sutera alam dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan tahapan kegiatan

pemeliharaan ulat dan kebutuhan optimal dari ulat sehingga ketika kualitas kokon

yang dihasilkan rendah maka sering menimpakan kesalahan pada faktor bibit/telur

yang kurang baik.

Ulat sutera termasuk ke dalam golongan binatang berdarah dingin sehingga

suhu badannya akan sangat mudah terpengaruh oleh suhu dan kelembaban tempat

pemeliharaannya. Selain itu ulat sutera sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di

lokasi pemeliharaan selain suhu dan kelembaban nisbi, yaitu kualitas udara, aliran

udara, cahaya, dll. Kecocokan iklim mikro di tempat pemeliharaan ulat sutera juga

dipengaruhi oleh kesegaran udara dan tingkat pergantian udara. Ventilasi yang baik

akan menyebabkan temperatur dan kelembaban nisbi yang diinginkan dapat

dicapai. Misalnya ketika udara cukup panas atau justru terlalu lembab, maka

dengan adanya ventilasi yang baik kondisi yang lebih optimal dapat diciptakan.

Hal yang penting juga menjadi pertimbangan adalah bahwa kondisi ruang

pemeliharaan harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ulat, karena tingkat

pertumbuhan ulat yang berbeda akan berpengaruh pada kondisi optimal lingkungan

yang dibutuhkan. Sebagai contoh, ulat kecil dengan tingkat pertumbuhan yang

masih lemah akan membutuhkan suhu dan kelembaban yang berbeda dibanding ulat

Page 2: Juknis upuk

2

besar yang kondisi tubuhnya sudah relatif lebih kuat. Oleh karena itu dalam

pemeliharaan ulat sutera harus diperhatikan untuk senantiasa menyesuaikan iklim

mikro di tempat pemeliharaan supaya cocok dengan pertumbuhan ulat sutera,

sehingga dapat memproduksi kokon yang berkualitas.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka petani sutera alam

hendaknya mengerti tentang kondisi-kondisi optimal lingkungan yang dibutuhkan

oleh ulat sutera dalam setiap tahapan pertumbuhannya (setiap instarnya). Selain

itu juga harus diketahui kebutuhan luas tempat untuk pemeliharaan ulat dengan

mempertimbangkan tingkat pertumbuhan ulat. Secara garis besar kondisi

lingkungan ini dapat dikelompokkan dalam ulat kecil (kondisi lingkungan dalam

UPUK) dan ulat besar (kondisi lingkungan dalam UPUB). Sementara kebutuhan luas

tempat pemeliharaan ulat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan luas tempat ulat

Luas Tempat Ulat

(m2) Instar I Instar II Instar III Instar IV Instar V

Awal 0.4 1.6 3.2 5.0 15.0

Akhir 1.6 3.2 3.2 14.0 15.0

Page 3: Juknis upuk

3

BAB II

UNIT PEMELIHARAAN ULAT KECIL (UPUK)

A. Pembuatan Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK)

Pemeliharaan ulat kecil sebaiknya dilaksanakan dalam ruangan khusus yang

disebut dengan Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK), dimana kondisi pemeliharaan

seperti temperatur, kelembaban, cahaya dan aliran udara dapat diatur. UPUK

berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ulat kecil dari hakitate sampai Instar III.

Selain itu UPUK juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat dan bahan yang

berhubungan dengan pemeliharaan ulat kecil.

Beberapa hal umum yang penting diperhatikan pada bangunan Unit

Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK) antara lain:

1. Bangunan tempat pemeliharaan harus dekat dengan kebun murbei, sumber

air dan ada tempat pencucian alat

2. Lingkungan di sekitar bangunan bersih

3. Ruang pemeliharaan bersih dan kering serta tersedia jendela yang cukup

untuk pergantian udara dan ruangan cukup mendapat sinar matahari

4. Lantai diperkeras dan lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya

5. Ruangan harus dapat dibuka dan ditutup rapat agar memudahkan dalam

melaksanakan desinfeksi dan terhindar dari gangguan binatang

6. Tersedia ruang atau tempat penyimpanan daun, terpisah dari ruang

pemeliharaan

7. Tempat pembuangan kotoran ulat diletakkan jauh dari bangunan, minimal 50

meter dari tempat pemeliharaan atau dibuat lubang pembuangan dan

dibakar.

8. Suhu ruangan ideal 26O – 28O C dengan kelembaban sekitar 75 – 90%

Page 4: Juknis upuk

4

Gambar 1. Kondisi Lingkungan Sekitar Bangunan Pemeliharaan Ulat

Sementara itu sebagai perlengkapan dari sebuat bangunan UPUK maka harus

disediakan juga peralatan serta bahan-bahan yang diperlukan dalam pemeliharaan

ulat kecil antara lain adalah:

1. Sasag atau kotak pemeliharaan dari kayu beserta rak (sebagai contoh rak

kayu atau besi dibuat 8 tingkat dengan jarak tingkat 15 – 20 cm)

2. Thermometer

3. Keranjang daun

4. Gunting stek

5. Pisau perajang daun

6. Ember dan baskom plastik

7. Jaring ulat

8. Ayakan plastik

9. Bulu ayam yang bersih

10. Sumpit bambu

11. Kain belacu

12. Kertas alas

Page 5: Juknis upuk

5

13. Kertas parafin atau kertas minyak

14. Sapu

15. Sikat

16. Lap tangan

17. Kapur

18. Kaporit

Bangunan rumah/unit pemeliharaan ulat kecil menurut standar teknis,

sebaiknya posisi bangunan memanjang dari arah timur – barat agar tempat

pemeliharaan ulat tidak terkena langsung sinar matahari. Apabila tidak

memungkinkan memanjang ke arah timur – barat maka dapat juga memanjang ke

arah utara – selatan dengan syarat di kiri dan kanan ditanami pohon pelindung.

Bangunan rumah/unit pemeliharaan ulat kecil dalam Model Usaha Tani Sutera Alam

oleh Balai Persuteraan Alam terbagi menjadi 4 ruangan kapasitas bangunan dapat

untuk menampung sekitar 30 box (1 box = 20.000 butir). Keempat ruangan tersebut

adalah sbb.:

1. ruang kerja 3 m x 3 m

2. ruang peralatan 3 m x 3 m

3. ruang pemeliharaan 12 m x 6 m

4. ruang penyimpanan daun 3 m x 3 m

Page 6: Juknis upuk

6

Gambar 2. Contoh rancangan ruang pemeliharaan ulat kecil PT Indo Jado Sutera Pratama (Ryu, 1998)

B. Kondisi Lingkungan pada Pemeliharaan Ulat Kecil

Kondisi lingkungan optimal untuk pertumbuhan ulat kecil adalah pada

temperatur 26O – 28 OC dengan kelembaban 80% - 90%. Selain itu ulat kecil

membutuhkan tempat yang cukup terang. Suhu dan kelembaban nisbi dalam ruang

pemeliharaan ulat kecil perlu disesuaikan untuk mempertahankan suhu antara 26 –

28 OC dan kelembaban nisbi 90% sebelum pemeliharaan dimulai. Kondisi ini perlu

dipertahankan selama Instar I. Pada Instar II, suhu dan kelembaban nisbi harus ada

di sekitar 26 – 28 OC dan 85% dan pada Instar III 25 - 26 OC dan 80%. Akan tetapi

pada saat ulat berganti kulit maka kelembaban nisbi di tempat pemeliharaan perlu

diturunkan sampai 70% untuk mengeringkan tempat pemeliharaan. Standar

Pemeliharaan Ulat Kecil dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar Pemeliharaan Ulat Kecil

Instar Temperatur

Optimal

Kelembaban

Optimal

Perkiraan Umur

Ulat

Luas Tempat

Ulat Per Boks

I 26 OC – 28 OC 80% - 90% 3 – 4 hari 0,4 – 1,6 m2

II 26 OC – 28 OC 80% - 90% 2 – 3 hari 1,6 – 3,2 m2

III 26 OC 80% 3 – 4 hari 3,2 – 3,5 m2

Page 7: Juknis upuk

7

BAB II

UNIT PEMELIHARAAN ULAT BESAR (UPUB)

A. Bangunan Unit Pemeliharaan Ulat Besar (UPUB)

Unit Pemeliharaan Ulat Besar berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ulat

besar dari Instar IV sampai menghasilkan kokon serta sebagai tempat penyimpanan

alat dan bahan yang berhubungan dengan pemeliharaan ulat besar. Secara umum

beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan rumah/unit pemeliharaan

ulat besar:

1. Terdapat pembagian ruang terdiri atas tempat daun, tempat pemeliharaan

dan tempat peralatan

2. Cahaya dan aliran udara baik

3. bebas dari gangguan hama dan penyakit

4. Suhu ruangan ideal 22O – 25O C dengan kelembaban sekitar 70 – 75%

Pemeliharaan ulat besar dapat dilakukan di tempat khusus seperti bangsal

atau di tempat yang tersedia di kolong rumah petani seperti yang biasa dilakukan

oleh para petani sutera alam di Sulawesi Selatan. Dan beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pemeliharaan ulat besar yang dilakukan di kolong rumah antara

lain:

1. Langit-langit dilapisi dengan lembaran plastik atau kertas, untuk mencegah

jatuhnya kotoran dari bagian atas ke tempat ulat

2. Tempat penyimpanan daun di tempat terpisah di luar ruang pemeliharaan

ulat

3. Kebersihan lingkungan agar dijaga dengan baik (sampah, kotoran ulat, dsb)

4. Menaburkan kapur pada lantai tanah di dalam dan di luar ruang

pemeliharaan untuk mengurangi kelembaban.

5. Melapisi dinding yang terbuat dari bambu dengan kapur

Page 8: Juknis upuk

8

Sementara pada pemeliharaan ulat yang dilakukan di tempat khusus berupa

bangsal pemeliharaan, diusahakan ruangan mempunyai ventilasi yang baik agar

lingkungan pemeliharaan sejuk, misalnya dengan menanami sekitar tempat

pemeliharaan dengan pohon-pohon pelindung. Ukuran bangsal tergantung kepada

kapasitas pemeliharaan ulat. Untuk memudahkan pekerjaan dalam pemeliharaan

ulat besar, sebaiknya rak dibuat bersusun dua dengan ukuran tinggi 1 meter dan

lebar kurang lebih 1,5 meter. Rak dialasi dengan karoro (karung) agar ulat dan sisa

daun tidak berjatuhan ke bagian bawah. Harus dihindari penggunaan kain untuk

alas rak. Pada setiap kaki rak dipasang wadah kecil berisi air atau diikatkan kain

yang telah dicelupkan ke dalam oli bekas untuk mencegah ganguan semut.

Ruang penyimpanan daun ditempatkan terpisah dari ruang pemeliharaan

ulat besar pada tempat yang sejuk. Daun tidak boleh ditetakkan langsung di atas

tanah. Oleh karena itu daun dapat disimpan dengan menggunakan semacam balai-

balai yang terbuat dari bambu dan dialasi lembaran plastik.

Pedoman luas tempat pemeliharaan ulat besar yaitu sebanyak 1 boks ulat

sutera (1 boks = 25.000 butir) untuk Instar IV adalah seluas 10 m2 dan ulat Instar V

adalah seluas 10 – 18 m2. Jika tempat pemeliharaan terlalu sempit, mengakibatkan

ulat terlalu padat dan daun yang termakan sedikit sehingga terjadi persaingan

mendapatkan daun yang menyebabkan pertumbuhan ulat tidak merata dan akhirnya

produksi kokon menjadi menurun. Jadi agar ulat dapat berkembang dengan baik,

maka tempat ulat pada rak pemeliharaan harus sering dibersihkan dan diperluas.

Sebagaimana halnya dalam pemeliharaan ulat kecil maka sebelum

pemeliharaan dimulai ruang dan peralatan pemeliharaan ulat besar harus

dibersihkan dan desinfeksi. Desinfeksi dilakukan minimal 2 hari sebelum

pemeliharan ulat besar dimulai. Pelaksanaannya sama seperti pada pemeliharaan

ulat kecil, menggunakan bahan desinfeksi larutan kaporit (5 gram kaporit per liter

air). Sementara setelah panen kokon, ruang dan peralatan yang digunakan dalam

pemeliharaan ulat besar segera didesinfeksi kembali. Hal tersebut dimaksudkan

Page 9: Juknis upuk

9

agar bibit penyakit tidak berkembang dan menyebar. Setelah didesinfeksi ruang

pemeliharaan dibersihkan, alat-alat dicuci dan dijemur untuk digunakan kembali

pada periode pemeliharaan berikutnya. Apabila sampai pemeliharaan ulat periode

berikutnya terdapat tenggang waktu yang cukup lama, maka alat-alat disimpan dan

diatur dengan baik di dalam ruang pemeliharaan. Ruang dan alat pemeliharaan

tersebut didesinfeksi kembali sebelum digunakan.

Di negara-negara tropis suhu udara pada umumnya berada pada kisaran

yang cocok untuk pemleiharaan ulat sutera atau berada di atasnya. Diberbagai

daerah terdapat musim hujan dan musim kemarau dengan batas waktu yang jelas.

Selain dari itu terdapat berbagai macam hama seperti lalat, semut, dsb. Karena itu

ruang pemeliharaan ulat sutera memerlukan atap yang memadai untuk memmberi

perlindungan terhadap hujan dan teriknya cahaya matahari dan perlu ada fasilitas

untuk menurunkan suhu dan mengatur ventilasi. Pada saat membuat ruangan

pemeliharaan ulat perlu diusahakan fasilitas-fasilitas untuk mencegah masuknya

berbagai hama serangga. Untuk menghindari masuknya semut di sekeliling ruangan

dibuat parit kecil atau sekitar kaki rak-rak pemeliharaan ditempatkan wadah air

atau kakinya diolesi penolak serangga yang efektif.

Ruang pemeliharaan perlu mempunyai daya insulasi yang tinggi, misalnya di

jendelanya dipasang kasa logam dan langit-langit ditempatkan tinggi-tinggi dan

dibuat lubang-lubang udara secukupnya. Jendela ventilasi sebaiknya dibuat cukup

besar, agar suhu udara di dalam ruangan tidak menjadi terlampau tinggi dan terjadi

pergantian udara segar yang memadai. Selain itu, atap dan dinding ruangan ditutup

dengan tirai alang-alang atau rumput-rumputan kering untuk menghindari cahaya

atau panas matahari langsung yang menyorot masuk ke tempat pemeliharaan.

Penanaman pohon di sekitar ruang pemeliharaan berpengaruh baik untuk

menurunkan suhu di dalam ruangan, akan tetapi pepohonan ini jangan sampai

menghalangi masuknya hawa bersih ke dalam ruangan. Bila air mudah didapat

Page 10: Juknis upuk

10

maka penyemprotan air ke atap sangat berpengaruh kepada penurunan suhu di

dalam ruangan, begitu pula dengan membasahkan lantai.

Dalam pembangunan unit/rumah pemeliharaan ulat maka harus juga

dipertimbangkan dalam hal kelengkapan peralatn pemeliharaan. Peralatan

pemeliharaan ulat besar antara lain:

1. Rak pemeliharaan dari kayu atau bambu

2. Alas plastik

3. Tali plastik

4. Ember plastik

5. Lap tangan

6. Kapur

7. Alat desinfeksi

8. Obat desinfeksi

9. Gunting stek

10. Timbangan besar

11. Kain belacu untuk penyimpanan daun

Contoh kebutuhan ruangan, peralatan pemeliharaan dan bahan penolong

untuk pemeliharaan ulat per boks (± 20.000 butir) yang disarankan oleh Omura

(1980) :

1. Ruang pemeliharaan ulat sutera : 16 m2

2. Ruang penyimpanan daun murbei : 5 m2

3. Peralatan pemeliharaan

Rak pemeliharaan : 4 set @ 2 jalur rak ; 10 tingkat

Sasag pemeliharaan : lebar 15 m x panjang 10 m ; luas 15 m2

Papan gantung : 2 set x 5 rak ; lebar 1 m x panjang 3 m

Tempat pemeliharaan

- Pemeliharaan dalam rak : ± 80 tampah ; lebar 0,8 m x panjang 1,1 m

- Pemeliharaan sasag : 15 m2 dari kasa agak tebal

Page 11: Juknis upuk

11

- Papan gantung : ± 80 papan ; lebar 0,8 m x panjang 1,1 m

Meja pakan murbei : 2

Thermometer : 1

Hygrometer : 1

Pisau : 1

Alas pemotongan : 1

Mesin rajang : 1

Mesin desinfeksi : 1

Gunting tunas : 2

Alat pembuang floss : 1

Saringan halus : 1

Jaring pembersih alas ulat kecil : 20 jaring ; 1 m x 0,8 m ; mata 1 cm

Jaring pembersih alas ulat besar : 80 lembar; 1 m x 0,8 m; mata 3 cm

Tempat pengokonan berombak : 80 set

Tempat pengokonan berputar : 15 set

Keranjang

- Untuk mengumpulkan daun : 2 keranjang ( 0,3 m x dalam 0,3 m)

- Untuk menyimpan daun : 8 keranjang ( 0,8 m x panjang

1 meter x dalam 0,3 m)

- Untuk memberi pakan : 4 keranjang ( 0,3 m x dalam 0,2 m)

Bahan penolong (untuk satu periode pemeliharaan)

Kertas untuk ditempatkan

- di atas tempat pemeliharaan (0,8 m x 10 m) : 80 lembar

- di atas kertas koran tua : 200 lembar

Penyapu debu dari bulu ayam : 1

Tempat dari bambu : 2 pasang

Obat desinfeksi : 100 gram

Arang sekam padi : 50 liter

Page 12: Juknis upuk

12

B. Kondisi Lingkungan pada Pemeliharaan Ulat Besar

Pemeliharaan ulat besar memerlukan tempat yang lebih luas, pertukaran

udara yang baik serta temperatur berkisar 24O C – 26O C dengan kelembaban sekitar

75%. Tempat pemeliharaan dengan keadaan temperatur dan kelembaban tinggi

serta berventilasi buruk akan menghambat pertumbuhan ulat sutera (ulat besar).

Standar kebutuhan lingkungan pemeliharaan ulat besar dapat dilihat pada Tabel 3 .

Tabel 3. Standar Pemeliharaan Ulat Besar

Instar Temperatur

Optimal

Kelembaban

Optimal

Perkiraan

Umur Ulat

Luas Tempat Ulat

Per Boks

IV 24 OC – 26 OC 70% - 75% 4 – 5 hari 5,0 – 10 m2

V 24 OC – 26 OC 70% - 75% 6 – 7 hari 14 – 18 m2

Pada beberapa sumber di sebutkan bahwa ulat besar Instar IV memerlukan

suhu agak rendah yaitu 24 – 25 OC dan kelembaban udara 75% sedangkan ulat Instar

V memerlukan suhu 23 – 24 OC dengan kelembaban udara 70%. Jika suhu dan

kelembaban udara melebihi kebutuhan maka nafsu makan ulat akan menurun.

Sehingga rentan terhadap penyakit dan ukuran kokon yang dihasilkan menjadi

relatif kecil dan kualitas suteranya rendah. Selain itu juga perlu diperhatikan agar

suhu tidak lebih rendah dari 20 OC selama Instar IV dan tidak melebihi 30 OC selama

Instar V dengan membiarkan udara segar memasuki ruangan dan dengan usaha-

usaha lain.

Untuk daerah-daerah pegunungan, suhu dan kelembaban udara sudah sesuai

dan tinggal mengatur tempat pemeliharaan agar pertukaran udara lancar. Pada

musim hujan diusahakan agar ruangan pemeliharaan tidak terlalu lembab, oleh

karena itu dinding ruangan yang dilapisi dengan lembaran plastik kurang baik

terhadap ulat. Sisa air hujan jangan sampai menggenang sehingga perlu dibuatkan

saluran air agar tanah dan kotoran tidak masuk ke tempat pemeliharaan.

Page 13: Juknis upuk

13

Penempatan tempat pemeliharaan dalam ruangan harus diatur sedemikian

rupa sehingga kegiatan pemeliharaan dan pengokonan dapat dilakukan dengan

leluasa dan ruangan dapat digunakan secara efisien. Ruang tempat mengokon

sebaiknya mempunyai aliran udara yang baik dengan pencahayaan merata serta

tidak terlalu terang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari segi tempat

pemeliharaan selama ulat mengokon adalah sebagai berikut:

1. Suhu

Bentuk kokon dipengaruhi oleh keadaan suhu, kelembaban dan peredaran

udara di dalam ruang pengokonan. Untuk itu perlu diusahakan agar tempat

pengokonan dalam keadaan kering dan ventilasi lancar.

Suhu yang paling ideal untuk pengokonan adalah 24 OC. Pada daerah rendah

yang mempunyai temperatur tinggi maka hal tersebut sulit diusahakan

sehingga untuk mengimbanginya peredaran udara harus cukup baik

2. Kelembaban

Selama ulat mengokon dibutuhkan kelembaban antar 60% - 90%. Makin

rendah kelembaban udara, maka kokon yang dihasilkan akan mempunyai

mutu lebih baik dan benang akan rata serta bersih. Salah satu usaha untuk

menurunkan kelembaban di ruangan pengokonan adalah dengan mengatur

ventilasi. Kotoran dan cairan kencing ulat juga harus dibuang untuk

menghindari timbulnya penyakit dan mengurangi kelembaban.

3. Peredaran udara

Di dalam ruang pengokonan, peredaran udara harus dapat diatur dengan

baik. Oleh karena itu ruangan harus mempunyai jendela yang cukup. Apabila

keadaan ruangan lembab, jendela-jendela dibuka agar udara dapat mengalir

sehingga kelembaban menurun.

4. Cahaya

Kebutuhan cahaya antara 10 – 20 lux (seperti keadaan di bawah meja).

Cahaya harus merata karena bila cahaya hanya datang dari salah satu arah,

Page 14: Juknis upuk

14

maka ulat akan mengokon di tempat yang lebih gelap dan mengumpul

sehingga banyak terjadi kokon kembar.

Page 15: Juknis upuk

15

LAMPIRAN

Page 16: Juknis upuk

16

Gambar . Contoh Rancangan UPUB Tampak Depan.

Gambar . Contoh Rancangan UPUB Tampak Kiri.

Gambar . Contoh Rancangan UPUB Tampak Kanan.

Page 17: Juknis upuk

17

Gambar . Contoh Denah Rancangan UPUK.

Gambar . Contoh Denah Rancangan UPUB

Page 18: Juknis upuk

18

Page 19: Juknis upuk

19

Page 20: Juknis upuk

20

Gambar . Contoh Desain Tempat Pemeliharaan Ulat Sutera

Gambar . Contoh Desain Rak Pemeliharaan Ulat Sutera

Gambar . Contoh Desain Alat Pengokonan