jtstikesmuhgo-gdl-harkiisnuu-1338-2-hal.159-9

download jtstikesmuhgo-gdl-harkiisnuu-1338-2-hal.159-9

of 11

description

JURNAL KEP JIWA

Transcript of jtstikesmuhgo-gdl-harkiisnuu-1338-2-hal.159-9

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

    159

    PENGARUH TERAPI SENAM AEROBIC LOW IMPACT TERHADAPSKOR AGRESSION SELF-CONTROL PADA PASIEN DENGAN

    RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SAKURARSUD BANYUMAS

    Harki Isnuur Akhmad1, Handoyo2, Tulus Setiono31 Jurusan Keperawatan Unsoed Purwokerto

    2Prodi Keperawatan Purwokerto, Poltekkes Kemenkes Semarang3Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas

    ABSTRACTAggression refers to behavior between members of the same

    species that is intended to cause humiliation, pain, or harm. Based on,some studies show that exercise therapy could reduce aggression levelfor mentally ill.This study applied Low Impact-Aerobic exercise therapy toreduce Agression Self-Control score of patients with risk for violentbehaviour. The aim of this study was to show the impact of Low Impact-Aerobic exercise therapy toward Agression Self-Control score of patientswith risk for violent behaviour in Sakura Room RSUD Banyumas.

    Quasy-Experiment study, pre-testpost-test with control groupdesign was applied. The number of respondents was 60 patients withrisk for violent behaviour and chosen by purposive sampling method.Experimental groups were trained by Low Impact-Aerobic exercisetherapy and control groups were given usual therapy based on standardoperating procedure in the hospital. Samples were divided into 30experimental and 30 control groups. Paired t-test and t-test 2nindependent statistical analysis were used to analyze the data. The resultshows that Aggression Self-Control score in control groups during preand post test were 52, 3 and 52, 7 respectively. Meanwhile, paired t testshows at (t=0, 26, p=0, 79).

    This result indicates that there was no significant differences ofAggression Self-Control score in the control groups. Furthermore,Aggression Self-Control score in the experimental groups show at 53, 3and 73, 5 and statistical test shows at (t=5, 32, p=0, 00). That means,there was significant differences of Aggression Self-Control score in theexperimental groups. By t-test 2n Independent show at (t=7,74, p=0,00)when comparing between control and experimental groups. Thisstatistical analysis explained that there was significant differences ofAggression Self-Control score of control and experimental groups. Thestudy revealed that Low Impact-Aerobic exercise therapy could reduceAgression Self-Control score of patients with risk for violent behaviour inSakura Room RSUD Banyumas.

    Keywords: Low Impact- Aerobic, Aggression Self-Control, Risk for Violent

    PENDAHULUANGangguan kesehatan jiwa

    merupakan masalah kesehatan

    masyarakat dan sosial di duniayang semakin meningkat daritahun ke tahun. Hampir 1 %

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

    160

    penduduk dunia menderitapsikotik selama hidup mereka, diAmerika Serikat penderitapsikotik lebih dari dua jutaorang. Prevalensi gangguanpsikotik di Indonesia adalah tigasampai lima perseribupenduduk. Bila diperkirakanjumlah penduduk sebanyak 220juta orang maka akan terdapatgangguan jiwa kurang lebih 660ribu sampai satu juta orang(Sulistyowati, 2007). Coleman(1984) dalam Slamet (2007)menyatakan bahwa penyebabtingkah laku abnormal dangangguan jiwa tidaklah tunggal,tetapi terkait dengankompleksnya perkembangankepribadian. Gangguan jiwaumumnya memiliki banyakpenyebab (multicausal) danberkaitan dengan apa yang telahada sebelum gangguan itumuncul, yaitu faktor-faktorbawaan, predisposisi, kepekaan(sensitivity) dan kerapuhan(vulnerability). Predisposisi,kepekaan, dan kerapuhanmerupakan hasil interaksiantara faktor-faktor bawaan danpengaruh-pengaruh luar yangterjadi pada seseorang. Faktor-faktor bawaan ada yang bersifatbiologis atau herediter.

    Berbagai terapi dalammengatasi gangguan jiwa telahbanyak dikembangkan,salahsatunya adalah terapisenam. Dalam sebuah studi,sebanyak tiga puluh pasiendepressi yang diberikanbeberapa terapi, didapatkanhasil bahwa dari semua terapiyang dilakukan, terapi olahragamemiliki pengaruh yang cukupsignifikan terhadap penurunantingkat depressi dari pada yangtidak diberi terapi senam (Daley,

    2002). Cukup banyak penelitiantentang pengaruh terapiolahraga dan aktivitas fisikterhadap gangguan kejiwaan,namun sebagian besar daripenelian tersebut lebih banyakdilakukan terhadap pasiendengan gangguan depresi(Lawlor & Hopker, 2001).

    Faulkner dan Sparkes(1999) melakukan sebuah ujitentang pengaruh senam sebagaiterapi bagi pasien denganskizofrenia, dan didapatkan hasilbahwa dengan rentang waktu 10minggu dapat membantumengurangi gangguan halusinasidengar dan meningkatkan polatidur yang lebih baik. (Daley,2002). Beberapa penelitiantentang aktivitas fisik dan terapiolahraga terhadap gangguankejiwaan membuktikan, bahwaaktivitas fisik tersebut dapatmeningkatkan kepercayaanpasien terhadap orang lain(Campbell & Foxcroft, 2008), danjuga membantu mengontrolkemarahan pasien (Hassmen,Koivula & Uutela, 2000).

    Marah adalah perasaanyang timbul sebagai responsterhadap perasaan cemas yangdirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1987 citKeliat 1996). Marah merupakansalah satu gejala perilakukekerasan, perilaku kekerasanadalah tingkah laku individudimana dia berisikomemperlihatkan secarapsikologis, emosional dan atauseksual melukai orang lainmaupun diri sendiri (NANDA,2005). Beberapa gangguanmental memiliki risiko perilakukekerasan yang lebih besar(Nestor, 2002), salahsatunyaadalah skizofrenia yang sering

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

    161

    menunujukkan gejala perilakukekerasan (Arseneault, Cannon,& Murray, 2003).

    Berdasarkan hasil studipendahuluan di RSUDBanyumas, terapi senam sudahrutin diberikan pada pasiendengan risiko perilaku kekerasansetiap satu minggu sekali padahari jumat. Hasil wawancaradengan terapis Ruang SakuraRSUD Banyumas menyatakanbahwa terapi senam sangatefektif untuk menyalurkanenergi pada pasien dengan risikoperilaku kekerasan. Hingga saatini belum pernah dilakukanpenelitian tentang pengaruhterapi senam terhadap skorperilaku kekerasan. Oleh karenaitulah peneliti tertarik untukmelakukan penelitian tentangpengaruh terapi senam aerobikterhadap penurunan skorAgression Self-Control padapasien dengan risiko perilakukekerasan di Ruang SakuraRSUD Banyumas.

    METODE PENELITIANJenis penelitian yang

    digunakan adalah Quasy-Experiment dengan rancanganpenelitian pre-testpost-test withcontrol group yangmengungkapkan hubungansebab akibat dengan caramelibatkan kontrol disampingkelompok eksperimental. Tetapipemilihan kedua kelompok initidak menggunakan teknik acak(Nursalam, 2003). Penelitian inimenggunakan kelompok kontroluntuk mengetahui secara pastiakibat dari perlakuan (Arikunto,2002).

    Pendekatan yangdigunakan adalah kuantitatifdengan pre-test and post-test

    with control group design,dimana ada satu kelompokpasien yang diberikan perlakuandan mempunyai kelompokkontrol (Sugiyono, 2007).Perlakuan yang dimaksud yaitudengan memberikan terapisenam aerobik dengan 2 kalidalam satu minggu senamAerobic Low Impact dalam satuminggu, sedangkan kelompokkontrolnya yaitu pasien perilakukekerasan yang tidak diberisenam Aerobic Low Impact .Pertama-tama dilakukanpengukuran, lalu dikenakanperlakuan, kemudian dilakukanpengukuran untuk keduakalinya. Waktu pretest dan posttest dilakukan berbarenganantara dua kelompok sampel.Pengaruh terapi adalah nilai pretest dikurangi post test(Suryabrata, 2005).

    Desain Penelitian sebagaiberikut:Experimen group T1

    Xa T2Control group T3

    Xb T4(T2 T1) (T4 T3)Keterangan:T1 = pre test kelompokperlakuanT2 = post testkelompok perlakuanT3 = pre test kelompokkontrolT4 = post testkelompok kontrolXa = 2 kali senamAerobic Low Impactdalam satu minggu.Xb = tidak diberisenam Aerobic LowImpact.

    Populasi dalam penelitianini adalah seluruh pasien

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

    162

    dengan perilaku kekerasan diRuang Sakura RSUD Banyumas.Jumlah populasi sebanyak 65orang. Teknik pengambilansampel menggunakan purposivesample. Purposive sampledilakukan dengan caramengambil subjek bukandidasarkan atas strata, random,atau daerah tetapi didasarkanatas adanya tujuan tertentu.Teknik ini dilakukan karenabeberapa pertimbangan sepertiketerbatasan waktu, tenaga, dandana sehingga tidak dapatmengambil sampel dalam jumlahbesar (Arikunto, 2002). Roscoe(1992) dalam Sugiyono (2007)berpendapat bahwa untukpenelitian eksperimensederhana, maka jumlah anggotamasing-masing sampel 10-20.Namun dalam penelitian iniuntuk memenuhi kelayakandalam penelitian, memenuhidistribusi normal, dan dengantaraf kesalahan sebesar 5%maka peneliti mengambil besarsampel sebanyak 60 sampelyaitu 30 sampel untukperlakuan dan 30 sampelsebagai kontrol. Sampel yangdigunakan dalam penelitianharus memenuhi kriteria inklusidan kriteria eksklusi.Kriteria Inklusi:a. Pasien dengan risiko

    perilaku kekerasan yangdirawat di Ruang SakuraRSUD Banyumas.

    b. Usia 16-55 tahun.c. Diagnosa medis skizofrenia.d. Skor Kategori Pasien

    Gangguan Jiwa < 119e. Persentasi gerakan lebih

    dari 60 %.

    f. Pasien dengan terapi kejanglistrik.

    g. Pasien denganPsikofarmaka.

    h. Keluarga pasienmemberikan izin agarpasien menjadi respondenpenelitian.

    Kriteria Eksklusi:a. Pasien dengan gangguan

    mental organik.b. Pasien yang sudah pernah

    mengikuti terapi senamAerobic Low Impactsebelum dilakukanyapenelitian ini.

    Prosedur OperasionalStandar Senam Aerobic Low-Impact yang dilakukan padazona hijau (Yulistanti, 2003).Lembar Obsevasi Five-pointrating scale Aggression Self-Control adalah salah satu skalaoutcome kesehatan psikososisalyang terdapat di NursingOutcomes Classification, SkorAgression Self-Control digunakanuntuk mengukur kemampuankontrol diri terhadap adanyakemungkinan tindakan untukmelakukan penyerangan,perlawanan, dan perusakansecara fisik. Skor Agression Self-Control diukur dengan 22 poinpenilaian, total skor 22-110dengan 5 kriteria (IOWAOutcomes Project, 2003). Untukmenguji reliabilitas pengamatanatau observasi dilakukan dengancara koefisien kesepakatan agardiperoleh observasi yang samamelalui pengetesan reliabilitasobservasi atau pengamatandengan menggunakan rumussebagai berikut:

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

    163

    Tabel kesepakatan Pengamat I Tabel kesepakatan Pengamat I

    ya tidak Jumlahamatan ya tidakJumlahamatan

    Ya 1,2,5,6, 8,10 5 2,5,6, 4, 8,10 5Tidak 4, 3,7,9, 5 4, 3,7,9, 5

    5 5 10 4 6 10

    Keterangan:KK = koefisien kesepakatanS = sepakat, jumlah skor yang sama untuk setiap obyek

    yang diamatiN1 = jumlah skor yang diperoleh dari observasi penelitiN2 = jumlah skor yang diperoleh dari observasi asisten

    penelitianNilai KK yang ideal adalah

    1, namun dalam hal ini tidakpernah diperoleh. Nilai antara0,81 dianggap tinggi; antara0,60,8 cukup; antara 0,40,6agak rendah; antara 0,20,4rendah; 00,2 sangat rendah(Arikunto, 2002). Perhitungannilai KK dilakukan pada hasilobservasi peneliti denganobservasi asisten penelitian.Apabila nilai koefisienkesepakatan diperoleh 0,6maka bisa diterima sebagaiasisten penelitian sedangkanapabila nilai koefisien yangdiperoleh < 0,6 maka akandilakukan pemahaman kembaliSkala Agression Self-Controlsampai diperoleh nilai KK yang 0,6. Pada penelitian inididapatkan koefisien

    kesepakatan sebesar 0, 7, dan0,6 maka asisten 1 dan 2 dapatditerima. Analisa data telahdilakukan secara bertahap danmelalui proses komputerisasiyaitu dengan membandingkanskor Agression Self-Control padapasien dengan risiko perilakukekerasan yang dilakukanterapi senam Aerobic-Low Impactsebanyak dua kali dalam satuminggu dengan skor AgressionSelf-Control pada pasien denganrisiko perilaku kekerasan yangtidak dilakukan terapi senamAerobic-Low Impact dalam satuminggu.

    Sebelum dilakukanpengujian hipotesis, maka akanterlebih dahulu dilakukanpengujian normalitas data. Datadiuji normalitasnya dengan

    Pengamat 1

    212

    NNSKK

    = 2 x 710+10

    = 1420

    = 0,7

    Pengamat 2

    212

    NNSKK

    = 2 x 710+10

    = 1420

    = 0,7

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

    164

    menggunakan Chi Kuadratdengan langkah sebagai berikut(Sugiyono, 2007): Data diolahsecara statistik denganmenggunakan analisis univariat,uji pair t test, dan uji t test 2nindependen. MenurutNotoatmojo (2002) analisa dataterdiri dari: Sesuai data yangdigunakan, data yangdikumpulkan serta tujuan yangakan dicapai dalam penelitianini, maka teknik analisa bivariatyang digunakan adalah denganuji paired t test untukmengetahui perbedaan skorresiko perilaku kekerasansebelum dan setelah dilakukanterapi senam aerobik Aerobic-Low Impact pada kelompokperlakuan dan t test 2nindependen untuk mengetahui

    perbedaan skor aggression self-kontrol pada pasien denganrisiko perilaku kekerasan padakelompok perlakuan dankelompok kontrol (Riwidikdo,2007).HASIL DAN BAHASAN

    Penelitian ini telahdilaksanakan pada tanggal 31Juli 2009 -14 Agustus 2009.Selama periode tersebutdidapatkan responden yangsesuai dengan kriteria inklusidan eksklusi sebanyak 60 orang.Responden dalam penelitian iniadalah pasien dengan risikoperilaku kekerasan di RuangSakura RSUD Banyumas

    Pengaruh terapi SenamAerobik Low-Impact terhadapSkor Agression Self-Control.

    Tabel 1 Pengaruh terapi Senam Aerobik Low-Impact terhadap SkorAgression Self-Control.

    Berdasarkan Tabel 1dapat dilihat bahwa hasil ujipaired t test pada kelompokkontrol didapatkan nilai rata-rata pre-test pada kelompokkontrol adalah 52,33, nilaistandar deviasi (SD) = 10,81.Nilai rata- rata post-test padakelompok kontrol adalah 52,67,nilai standar deviasi (SD) = 10,74dan nilai t = -2,28 (p= 0,03),selisih rata-rata post-test danpre-test adalah 0,33. Hal inimenunjukkan bahwa adapengaruh pada perubahan skor

    Pre-Test dan Post-Test AgressionSelf-Control pada kelompok yangtidak diberikan terapi senamAerobik Low-Impact.

    Pada kelompok perlakuan,nilai rata- rata pre-test padakelompok perlakuan adalah53,33, nilai standar deviasi (SD)= 17,84. Nilai rata- rata post-testadalah 73,53, nilai standardeviasi (SD) = 18,59,nilai t = -7,88 (p=0,00), selisih rata-ratapost-test dan pre-test adalah20,20. Hal ini menunjukkanbahwa ada pengaruh pada

    No. Skor AgressionSelf-ControlKelompokSampel Mean SD

    SelisihMean Uji t P

    1. Pre-test Kontrol 52,33 10,810,33 -2,28 0,03

    2. Pos-ttest Kontrol 52,67 10,74

    3. Pre-test Perlakuan 53,33 17,8420,20 -7,88 0,004. Post-test Perlakuan 73,53 18,59

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

    165

    perubahan skor Pre-Test danPost-Test Agression Self-Controlyang lebih besar pada kelompokyang diberikan terapi senamAerobik Low-Impact. Ho ditolakHa diterima (p=0,00 < = 0,05)Senam aerobik merupakan salahsatu terapi yang efektif untukmenyalurkan energi yangtertahan pada pasien jiwa.Senam aerobik ini tidak hanyamembantu merasa lebih baik,tetapi juga dapat membantuuntuk tidur lebih nyaman,menghilangkan stres danmemberikan saat yangmenyenangkan selamamelakukan latihan (Yulistanti,2003).

    Olahraga aerobik dapatberhasil dalam mengatasi stresemosi kekhawatiran, depressi,keletihan dan kebingungan yangmerupakan salah satu faktorrisiko terjadinya perilakukekerasan pada pasien derngangangguan jiwa. Senam aerobikdengan mengandalkanpenyaluran energi dan

    penyerapan oksigen yangberimbang dapat meningkatkanendorphin yang memiliki efekrelaksan sehingga dapatmengurangi risiko kekerasansecara efektif (Yulistanti,2003).Kecemasan dankemarahan terbukti dapatdikurangi secara efektif denganmelakukan gerakan ritmik padabeat tertentu setelah melakukanolahraga aerobik (Daley, 2002).Salah satu kelompok risikokekerasan, yaitu pasien denganpenyalahgunaan obat danalkohol terbukti dapat diperbaikikesehatan mentalnya untukmengurangi kebiasaan dalampenyalahgunaan obat danalkohol tersebut denganmelakukan program senamaerobik yang cukup singkat(Hassmen et al, 2000).

    Perbedaan Skor Agression Self-Control Pre-Test dan Post-Testpada kelompok kontrol dankelompok perlakuan.

    Tabel 2 Perbedaan skor Agression Self-Control pada kelompok dankelompok perlakuan.

    Berdasarkan Tabel 2,dapat dilihat bahwa selisihantara pre-test dan post-testpada kelompok kontrol memilikirata-rata = 0,33, standar deviasi(SD) = 0,80. Pada kelompokperlakuan diketahui rata-rata =0,33, standar deviasi (SD) =14,40, t = 7,74 dan p = 0,00.Maka ada beda secara signifikankenaikan skor Agression Self-Control antara kelompok yang

    diberikan terapi senam AerobikLow-Impact dan yang tidakdiberikan terapi senam AerobikLow-Impact Pada kelompokperlakuan memiliki intensitassenam sebanyak 3 kali dalamsatu minggu, yaitu 2 kali terapisenam Aerobik Low-Impact dan 1kali senam konvensional(stretching). Intensitas terapisenam meningkatkanmetabolisme dan meningkatkan

    No Skor Agression Self-Control Mean SD t-hitungp

    1 Kontrol 0,33 0,807,74 0,002 Perlakuan 20,20 14,04

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

    166

    massa otot dan juga efekrelaksasi, semakin seringdilakukan maka akan semakinbaik (Wallsh, 2003). Pengaruhdari perbedaan jumlah skor pre-test dan post-test pada kelompokperlakuan dan sampel jugadipengaruhi oleh karakteristikgerakan yang terstruktur, ritmikdengan diiringi musik yangsemangat. Dalam penelitian initerapi senam Aerobic Low-Impactmemberikan gerakan senamyang lebih terstruktur dan ritmikuntuk mencapai hal tersebut.Terapi senam aerobik secararitmik dapat meningkatkansebesar 50 % dari heart ratemaksimal pada pasien dengangangguan jiwa Item dalam skorAgression Self-Control menilaiperilaku pasien dari segikomunikasi dan hubungandengan lingkungan dan oranglain. Dalam sebuah penelitianyang dilakukan pada pasiendengan gangguan jiwadidapatkan hasil bahwa efekterapi senam dapat menurunkantingkat depresi, meningkatkankemampuan sosial dan interaksijuga afek positif pada orangdengan gangguan jiwa(Nabkasorn et al, 2005).

    Keteraturan gerakanmenjadi salah satu faktorpenting peningkatan skorAgression Self-Control, selain itupemberian terapi senam yangefektif adalah sebanyak 2-3 kalipertemuan tiap minggu, danidealnya adalah dilakukan tidakkurang dari 4 minggu dengandurasi selama 20-30 menit terapisenam aerobic. Pemberian terapisenam sebanyak satu kali dalamsatu minggu tidak begitu banyakmembawa perubahan padapasien jiwa, begitu pula dengan

    intensitas senam aerobicsebanyak 4-7 kali seminggutidak membawa perubahan yangberarti dibandingkan denganterapi senam aerbik yangdilakukan selama 2-3 kaliseminggu (Daley, 2002).

    SIMPULANBerdasarkan uraian pada hasilpenelitian dan pembahasandapat diambil kesimpulansebagai berikut :1. Tidak terdapat perbedaan

    significant antara skorAgression Self-Control padakelompok kontrol

    2. Terdapat perbedaansignificant antara skorAgression Self-Control padakelompok Perlakuan

    3. Terdapat pengaruh terapisenam Aerobik-Low Impactterhadap skor Agression Self-Control pada pasien denganrisiko perilaku kekerasan diRuang Sakura RSUDBanyumas (p=0,00).

    DAFTAR PUSTAKAAlimul, A, 2007, Riset

    keperawatan dan teknikpenulian ilmiah, SalembaMedika, Jakarta.

    Appelbaum, PS, Pamela C R, andMonahan, J, 2000, Violenceand Delusions: Data Fromthe MacArthur ViolenceRisk Assessment Study. AmJ Psychiatry; 157:566572.

    Arikunto, S, 2002, Prosedurpenelitian suatu pendekatanpraktek. Edisi revisi kelima,PT Renika Cipta, Jakarta.

    Arseneault, L, Cannon, M, andMurray, R, 2003, ChildhoodOrigins Of ViolentBehaviour In Adults WithSchizophreniform Disorder,

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

    167

    British Journal OfPsychiatry, 183, 520 525.

    Brick, R. 2001, Aerobic exercisetherapy for mental disorder,American Journal ofPsychiatry, 154, 675-690.

    Brook, David, 2003, Early RiskFactor for Violence inColombian Adolescence.American Journal ofPsychiatry, 160, 8.

    Campbell P, Foxcroft D, 2008,Exercise Therapy ForSchizophrenia (Protocol), TheCochrane Collaboration.Published by JohnWiley &Sons, Ltd, Liverpool.

    Cannon M, and Moffit, 2002,Evidence for Early, Specific,pan developmentalimpairment inschizophreniform disorder:Results from longitudinalbirth cohort, British Journalof Psychiatry, 183, 520-536.

    Clare P, Bailey S, Clark A, 2000,Relationship BetweenPsychotic disorders inadolescence and criminallyViolent Behavior, BritishJournal Of Psychiatry, 177.275-279.

    Craft LL, Landers DM, 1998, Theeffect of exercises on theclinical depression anddepression resulting frommental illness: a meta-analysis. J Sports ExercPsychol, 20:33957.

    Daley, A. J, 2002, ExerciseTherapy And Mental HealthIn Clinical Populations: IsExercise Therapy AWorthwhile Intervention?.Advances in PsychiatricTreatment, vol. 8, pp. 262270.

    Donaghy, M. E, 1997, AnInvestigation Into TheEffects Of Exercise As AnAdjunct To The TreatmentAnd Rehabilitation Of TheProblem Drinker. Ph.D.Thesis, MedicalFaculty,Glasgow University,Glasgow.

    Faulkner, G. & Sparkes, A, 1999,Exercise As Therapy ForSchizophrenia, Journal ofSport & ExercisePsychology, 21, 5269.

    Gary, V. & Guthrie, D, 1972, Theeffects of jogging on physicalfitness and self-concept onhospitalized alcoholics.Quarterly Journal ofStudies on Alcohol, 33,10731078.

    Gray, N.S, et al, 2008, PredictingViolent Reconvictions UsingThe HCR20, British Journalof Psyschiatry, 192, 384387.

    Hassmen, P, Koivula, N, UutelaA, 2000, Physical ExerciseAnd PsychologicalWellbeing: A PopulationStudy In Finland.PreventiveMedicine;30(1):1725.

    IOWA Outcomes Projects, 2003,Nursing OutcomesClassification (NOC), 3rdEdition, IOWA, Mosby.

    Keliat, 1999, Proses keperawatankesehatan jiwa, EGC,Jakarta.

    Lawlor, D.A, Hopker S.W, 2001,The Effectiveness OfExercise As An Interven-Tion In The Management OfDepression: SystematicReview And Meta-Regression Analysis OfRandomised ControlledTrials. BMJ, 322: 18.

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

    168

    Martinsen, E.W,1993,Therapeutic Implications OfExercise For ClinicallyAnxious And DepressedPatients. InternationalJournal of SportsPsychology, 24, 185199.

    Mather, AS, Rodriguez, C,Guthrie MF, McHarg, Reid,IC, and Mc.Murdo, MET,.2002, Effects Of ExerciseOn Depressive SymptomsIn Older Adults With PoorlyResponsive DepressiveDisorder, British JournalPsychiatry, 180, 411-415.

    McCloskey & Bulecheck, 2000,Nusing IntervensionClassification, Mosby. IOWA

    Mutrie, N, 2000, The RelationshipBetween Physical ActivityAnd Clinically DefinedDepression. In PhysicalActivity and PsychologicalWell-being (eds S. J. H.Biddle, K. Fox & S.H.Boutcher), pp. 4662.London: Routledge.

    Nabkasorn, C, Miyai N,Sootmongkol A, Junprasert,S, Yamamoto H, Arita M,and Miyashita, K, 2005,Effects Of Physical ExerciseOn Depression,Neuroendocrine StressHormones And PhysiologicalFitness In AdolescentFemales With DepressiveSymptoms, EuropeanJournal of Public Health,Vol. 16, No. 2, 179184.

    NANDA International, 2005,Nursing Diagnoses:Definiton And Classification2003-2005, Philadelphia:Author.

    Nestor, Paul G., 2002, MentalDisorder andViolence:Personality

    Dimensions and ClinicalFeatures, Am J Psychiatry;159:19731978.

    Notoatmojo, S. 2002, MetodologiPenelitian Kesehatan, Edisirevisi, Rineka Cipta,Jakarta

    North, T. C., McCullagh, P. &Tran, Z. V, 1990, Effects OfExercise In Depression.Exercise and Sport ScienceReviews, 18, 379415.

    Nursalam, 2003, Konsep &penerapan metodologipenelitian ilmukeperawatan, SalembaMedika, Jakarta.

    Palmer, J., Vacc, N. & Epstein, J,1988, Adult InpatientAlcoholics: PhysicalExercise As A TreatmentIntervention. Journal ofStudies on Alcohol, 49, 418421.

    Pelham, T and Campagna, P.,1991, Benefits Of ExerciseIn Psychiatric RehabilitationOf Persons WithSchizophrenia. CanadianJournal of Rehabilitation, 4,159168.

    Poulton, R., and Caspi, 2000,Childrens self-reportedpsychotic symptoms andadult schizophreniformdisorder: a 15-yearlongitudinal study. Archivesof General Psychiatry,57,1053-1058

    Preedy, V. R. and Peters, T. J.,1990, Alcohol And SkeletalMuscle Disease. Alcohol andAlcoholism, 25, 177187.

    Riwidikdo, 2007, Statistikkesehatan. Jogjakarta:Mitra Cendekia Press.

    Sinyor, D., Brown, T., andRostant, L,1982, The RoleOf A Physical Fitness

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

    169

    Program In The TreatmentOf Alcoholism. Journal ofStudies on Alcohol, 43, 380386.

    Slamet, I. S, 2007, PengantarPsikologi Klinis, edisi 3,Jakarta: UI Press.

    Stuart, G. W, 2006, Buku SakuKeperawatan Jiwa, edisi 5.Jakarta: EGC

    Sugiyono, 2007, Statistik untukpenelitian, Alfabeta,Bandung.

    Sulistyowati, 2007, GambaranPenerapan DiagnosisNANDA, NOC DAN NIC PadaKlien Skizofrenia DenganKasus Halisinasi. JIK, (02):37-77, PSIK FakultasKedokteran UGM.Yogyakarta.

    Suryabrata, S, 2005, MetodologiPenelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

    Swanson JB, Swartz MS, HidayVA, 2000, Involuntery Out-patient Commitment andreduction of violentbehaviorin person withsevere mentall illness.

    Walsh, E, 2003, Prevalence OfViolent Victimisation InSevere Mental Illness,British Journal ofPsychiatry, 183, 233-238.

    Watik, A, 2007, Dasar-dasarmetodologi penelitiankedokteraan & kesehatan,PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.

    Yulistanti, Y, 2003, Tingkatdepresi sebelum dan setelahmelakukan terapi senamaerobic low impact padapasien gangguan jiwa di RSGhrasia Propinsi DIY,Skripsi FakultasKedokteraan, UniversitasGajah Mada

    .