Jtptunimus Gdl Irmayvitah 6973 3 Babii
-
Upload
aldi-sadega -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
description
Transcript of Jtptunimus Gdl Irmayvitah 6973 3 Babii
-
9BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. PERILAKU
1. Teori perilaku
Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat
diamati secara langsung maupun secara tidak. Perilaku dan gejala perilaku
yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor
genetik (keturunan) dan lingkungan. Perilaku merupakan hasil hubungan
antara perangsang atau stimulus dan tanggapan atau respon. Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, serta lingkungan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan
adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Beberapa faktor
yang merupakan penyebab perilaku menurut Green dan Kreuter dibedakan
dalam tiga jenis, yaitu:8
a. Faktor Pendorong (predisposing faktors)
Faktor pendorong adalah merupakan faktor anteseden terhadap
perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Dalam arti
umum, kita dapat mengatakan faktor pendorong sebagai preferensi
pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok ke dalam suatu
pengalaman belajar. Preferensi ini mungkin mendukung atau
menghambat perilaku sehat, dan dalam setiap kasus faktor ini
mempunyai pengaruh.
Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan
sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif akan mempermudah
terwujudnya perilaku baru maka sering disebut faktor yang
memudahkan.
-
10
Pengukuran pengetahuan biasanya menggunakan pengaktegorian
dengan presentase. Skor yang sering digunakan untuk mempermudah
dalam mengkategorikan jenjang/peringkat dalam penelitian biasanya
ditulis dalam prosentase. Misalnya, pengetahuan : baik = 76-100 %;
cukup = 56-75 %; dan kurang 56%.11
b. Faktor pemungkin (enabling faktors)
Faktor pemungkin adalah faktor enteseden terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu atau motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk
di dalamnya keterampilan dan sumber daya pribadi di samping sumber
daya masyarakat. Faktor pemungkin mencakup berbagai ketrampilan
dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan.
Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, sekolah, klinik,
atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga
menyangkut keterjangkauan sumber daya, biaya, jarak, ketersediaan
transportasi, jam buka atau jam pelayanan, dan sebagainya, termasuk
pula di dalamnya petugas kesehatan seperti perawat, bidan, dokter, dan
pendidikan kesehatan sekolah. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung
untuk atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka
faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.
c. Faktor penguat (reinforcing faktors)
Faktor penguat merupakan faktor penyerta (yang datang sesudah)
perilaku yang memberikan ganjaran, insentif, atau hukuman atas
perilaku dan berperan bagi menetap atau melenyapnya perilaku itu.
Yang termasuk dalam faktor ini adalah manfaat sosial dan jasmani serta
ganjaran nyata ataupun tidak nyata yang pernah diterima pihak lain.
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan
kesehatan, memperoleh dukungan atau tidak. Faktor-faktor ini meliputi
faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga),
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk
-
11
juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun
pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan.
Lingkungan juga menjadi faktor nonbehavioral yang dapat
mempengaruhi terbentuknya perilaku spesifik. Hal ini meliputi faktor-
faktor individu yang sangat sulit dikontrol baik oleh tindakan individu
maupun kolektif namun mempunyai pengaruh dalam masalah-masalah
kesehatan. Faktor-faktor ini di antaranya adalah genetik, umur,jenis
kelamin, penyakit bawaan, kelainan fisik dan mental, dan tempat
bekerja atau tempat tinggal. Beberapa faktor risiko nonbehavioral dapat
dikontrol oleh individu sendiri, misalnya risiko terpapar sinar matahari
yang berlebihan, individu dapat menghindari atau membatasi paparan
ini.10
2. Perilaku Merokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap
asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Merokok
merupakan suatu aktivitas yang sudah tidak lagi terlihat dan terdengar
asing lagi bagi kita. Sekarang banyak sekali bisa kita temui orang-orang
yang melakukan akitivitas merokok yang disebut sebagai perokok. Rokok
itu sendiri adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga
120 mm, dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau
yang telah dicacah.12
Merokok telah banyak dilakukan pada zaman Tiongkok kuno dan
romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang
mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap
melalui hidung dan mulut. Saat ini, perilaku merokok sudah menjadi
perilaku yang umum dijumpai dimana saja dan kapan saja. Perokok
berasal dari berbagai kelas sosial, serta kelompok umur yang berbeda.13
-
12
a. Tipe Perilaku Merokok
Tipe perokok dapat diklasifikasikan menurut banyaknya jumlah rokok
yang dihisap, tipe perokok tersebut adalah 14
1. Perokok berat yang menghisap > 15 batang per hari
2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang per hari
3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang per hari
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok.
Berdasarkan tempat merokok, perokok dapat digolongkan :14
a) Merokok di tempat umum
1) Kelompok Homogen terdiri dari orang-orang yang memang
sama-sama perokok. Mereka secara bersama-sama berkumpul
dalam suatu tempat untuk merokok seperti diwilayah khusus
merokok (smoking area). Perokok tipe ini memiliki sikap
menghormati orang lain.
2) Kelompok Heterogen terdiri dari berbagai macam orang, baik
yang merokok maupun tidak. Mereka tidak secara khusus
merokok ditempat khusus, jadi cenderung mengabaikan orang
lain.
b) Merokok di tempat yang bersifat pribadi
1) Kantor, kamar tidur, perokok yang gemar merokok di kantor
atau kamar memiliki kecenderungan sikap kurang menjaga
kebersihan diri dan mudah gelisah.
2) Toilet, perokok yang gemar merokok di toilet memiliki
kecenderungan sikap suka berfantasi.
Selain itu ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect
theory, keempat tipe tersebut adalah ;14
a) Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan positif
1) Pleasure relaxtion adalah tipe perokok yang merokok hanya
untuk menambah kenikmatan saja, biasanya merokok
dilakukan sambil minum kopi.
-
13
2) Simulation of pick them up adalah tipe perokok yang merokok
untuk menyenangkan perasaan.
3) Pleasure of handling the cigarette adalah tipe perokok yang
merokok hanya karena memiliki rasa kesenangan dengan
memegang rokok
b) Tipe perokok dipengaruhi perasaan negative
Perokok tipe ini mengganggap rokok adalah penyelamat saat
kondisi emosi sedang tidak baik. Mereka merokok lebih banyak
pada saat marah, cemas, dan gelisah.
c) Tipe perokok adiksi
Tipe perokok ini selalu menambah dosis rokok yang
dikonsumsi.Mereka memiliki rasa puas bila jumlah rokok yang
dikonsumsi terus meningkat.
d) Perilaku merokok yang menjadi kebiasaan
Tipe perokok ini sudah menjadikan rokok sebagai kebiasaan
sehari-hari yang tidak bisa di tinggalkan.
b. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
Permulaan untuk merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan
sosial. Modeling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu
determinan dalam memulai perilaku merokok. Sejalan dengan
pernyataan di atas, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa perilaku
merokok merupakan fungsi dari lingkungan sosial dan individu, artinya
perilaku merokok selain dari faktor dirii sendiri juga dipengaruhi faktor
lingkungan.8
Ada beberapa faktor resiko bagi remaja sehingga mereka menjadi
perokok. Faktor-faktor tersebut antara lain :8
1. Faktor Psikologik
a) Faktor Psikososial
Aspek perkembangan sosial remaja antara lain:
menetapkan kebebasan dan otonomi, membentuk identitas diri
-
14
dan penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan
maturasi fisik. Merokok menjadi sebuah cara agar mereka
tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri
dengan teman sebayanya. Istirahat, santai dan kesenangan,
penampilan diri rasa ingin tahu rasa bosan, sikap menentang
dan stress mengkontribusi remaja untuk mulai merokok. 2
Selain itu rasa rendah diri, hubungan interpersonal yang
kurang baik, putus sekolah sosial ekonomi yang rendah dan
tingkat pendidikan orangtua yang rendah serta tahun-tahun
pertama transisi antara sekolah dasar dan sekolah menengah
juga menjadi faktor resiko lain yang mendorong remaja mulai
merokok.2
b) Faktor psikiatrik
Studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan asosiasi
antara merokok dengan gangguan psikiatrik seperti
skizofrenia, depresi, cemas dan penyalahgunaan zat-zat
tertentu.7 Pada remaja, didapatkan asosiasi antara merokok
dengan depresi dan cemas. Gejala depresi lebih sering pada
remaja perokok daripada bukan perokok. Merokok
berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi mayor
dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Remaja yang
menperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai resiko
lebih besar untuk merokok dari pada remaja yang
asimtomatik. Remaja dengan gangguan cemas menggunakan
rokok untuk menghilangkan kecemasan yang mereka alami.15
2. Faktor Biologik
a) Faktor Kognitif
Kesulitan untuk menghentikan kebiasaan merokok
akibat dari kecanduan nikotin disebabkan karena perokok
merasakan efek bermanfaat dari nikotin. Beberapa perokok
dewasa mengungkapkan bahwa merokok memperbaiki
-
15
konsentrasi. Telah dibuktikan bahwa deprivasi nikotin
menganggu perhatian dan kemampuan kognitif, tetapi hal ini
akan berkurang bila mereka diberi nikotin atau rokok. Studi
yang dilakukan pada dewasa perokok dan bukan perokok,
memperlihatkan bahwa nikotin dapat meningkatkan finger-
tapping rate, respon motorik dalam tes fokus perhatian, dan
pengenalan memori.
b) Jenis kelamin
Pada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya
terjadi pada remaja laki-laki. Begitupun dengan wanita, wanita
yang merokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka
menentang dan secara sosial lebih cakap.7
c) Faktor Etnik
Kejadian merokok di Amerika Serikat cenderung lebih
tinggi terjadi pada orang-orang kulit putih dan penduduk asli
Amerika, serta terendah pada orang Amerika keturunan Afrika
dan Asia. Laporan tersebut memberi kesan bahwa perbedaan
asupan nikotin dan tembakau serta waktu paruh kotinin antara
perokok dewasa Amerika keturunan Afrika dengan orang kulit
putih adalah substansial. Hal ini dapat menjelaskan mengapa
ada perbedaan resiko pada beberapa etnik dalam hal penyakit
yang berhubungan dengan merokok.5
d) Faktor genetik
Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin
dan enzim hati yang memetabolisme nikotin. Kensekuensinya
adalah meningkatnya resiko kecanduan nikotin pada beberapa
individu. Variasi efek nikotin dapat diperantarai oleh
polimorfisme gen dopamin yang mengakibatkan lebih besar
atau lebih kecilnya reward dan mudah kecanduan obat. Pada
studi genetik molekular beberapa tahun terakhir, individu
dengan alela TaqIA (A1 dan A2) dan TaqIB (B1 dan B2) dari
-
16
reseptor dopamin D2 lebih mungkin merokok 100 kali atau
lebih dalam hidupnya dan mereka lebih awal memulai
merokok dan lebih sedikit meninggalkannya.16
3. Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan
rokok antara lain orangtua, saudara kandung maupun teman sebaya
yang merokok. Selain itu juga karena paparan iklan rokok dimedia.
Orangtua sepertinya memegang peranan penting, dalam
pembentukan perilaku merokok remaja. Sebuah studi kohort
terhadap siswa SMU didapatkan bahwa prediktor bermakna dalam
peralihan dari kadang-kadang merokok menjadi merokok secara
teratur adalah orangtua perokok dan konflik keluarga.7
4. Faktor Regulatori
Peningkatan harga jual atau diberlakukannya cukai yang
tinggi, diharapkan dapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap
rokok. Selain itu pembatasan fasilitas merokok dengan menetapkan
ruang atau daerah bebas rokok diharapkan dapat mengurangi
konsumsi. Akan tetapi kenyataannya masih terdapat peningkatan
kejadian mulainya merokok pada remaja, walaupun telah banyak
dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya.7
5. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang
menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan
atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti
perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. 7
-
17
c. Motif Perilaku Merokok
Motif seseorang merokok secara umum terbagi menjadi dua, yaitu : 17
1. Faktor psikologis
a) Kebiasaan
Perilaku merokok menjadi sebuah kebiasaan perilaku yang harus
tetap dilakukan tanpa ada motif yang bersifat positif maupun
negatif. Merokok dilakukan tanpa ada tujuan tertentu, seperti sudah
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
b) Reaksi emosi yang positif
Merokok dilakukan untuk menghasilkan reaksi yang positif seperti
perasaan senang dan kenikmatan tersendiri. Merokok juga menjadi
simbol rasa kenjatantan dan kedewasaan bagi sebagian laki-laki.
c) Reaksi untuk penurunan emosi
Merokok digunakan sebagai cara untuk menghilangkan perasaan
tegang dan cemas ketika akan menghadapi sesuatu. Merokok
diyakini mampu menurunkan perasaan negatife tersebut.
d) Alasan sosial
Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok
(umumnya remaja dan anak), identifikasi dengan perokok lain dan
untuk menentukan image diri seseorang. Merokok pada anak
biasanya terjadi akibat paksaan dari teman sebayanya.
e) Kecanduan dan Ketagihan
Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan.
Motivasi merokok pertama kali karena alasan coba-coba namun
Nikotin yang terdapat di dalam rokok mempengaruhi tubuh
seseorang untuk terus mengonsumsi rokok.16
2. Faktor Biologis
Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang terdapat dalam
rokok. Nikotin sudah terbukti mempengaruhi ketergantungan secara
biologis.7
-
18
d. Tahap Tahap Dalam Perilaku Merokok
Ada beberapa tahapan dalam dalam perkembangan perilaku merokok
yaitu : 7
1. Tahap persiapan (preparatory)
Tahap ini berlangsung saat individu belum mengenal rokok. Pada
tahap ini terjadi pembentukan opini terhadap perilaku merokok. Hal
ini disebabkan karena adanya pengaruh perkembangan sikap dan
intense tentang rokok serta citra yang diperoleh dari perilaku
merokok. Informasi dan perilaku merokok diperoleh dari observasi
terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun juga lewat
media. Pengaruh media salah satunya melalui iklan rokok dengan
menggunakan artis atau model terkenal, sehingga menimbulkann
kesan bahwa merokok adalah sesuatu yang glamour. Ada juga
anggapan bahwa rokok adalah simbol kedewasaan dan kemandirian.
Merokok dianggap sesuatu yang prestise, simbol pemberontakan dan
salah satu upaya untuk menenangkan diri dalam situasi yang
menegangkan. Pembentukan sikap dan opini terhadap rokok ini
merupakan awal dari kebiasaan merokok.
2. Tahap inisiasi (initiation)
Pada tahap ini adalah tahapan yang kritis pada seorang individu
karena tahap ini adalah tahap coba-coba dimana ia beranggapan
bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa. Tahap coba-coba ini
dimulai dengan beberapa batang, apabila seseorang mulai mencoba 1-
2 batang maka kemudian nantinya ia tidak akan menjadi seorang
perokok. Akan tetapi seseorang yang awalnya mulai mencoba-coba
dengan jumlah rokok > 10 batang, dikemudian hari ia memiliki
kemungkinan sebesar 80% untuk menjadi seorang perokok.
3. Tahap menjadi seorang perokok (becoming a smoker)
Pada tahap ini individu mulai memberikan label bahwa dirinya
adalah seorang perokok dan mulai ketergantungan pada rokok. Pada
tahap ini terjadi pembentukan konsep belajar tentang kapan dan
-
19
bagaimana berprilaku merokok serta menyatakan peran perokok pada
konsep dirinya. Pada umumnya mereka percaya bahwa rokok
berbahaya bagi kesehatan orang lain tapi tidak bagi dirinya.
4. Tahapan tetap menjadi perokok ( maintenance of smoking)
Pada tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis di
gabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktor faktor
psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan kecemasan, dan
ketegangan relaksasi yang menimbulkan rasa senang, cara berteman,
memperoleh penghargaan sosial dan stimulasi. Ada 2 faktor
mekanisme biologis yang berperan utama dalam tahapan menjadi
seorang perokok tetap yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin
yang dibutuhkan dalam aliran darah.7
e. Klasifikasi perokok
Pengukuran perilaku merokok pada seseorang dapat ditentukan
pada suatu kriteria yang dibuat berdasarkan anamnesis atau
menggunakan kriteria yang telah ada, biasanya batasan yang digunakan
berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap hari atau lamanya
kebiasaan merokok.2 Perokok terdiri atas tiga kategori, yaitu 1). Bukan
perokok adalah seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama
sekali; 2) Perokok eksperimen adalah seseorang yang pernah mencoba
merokok tapi tidak menjadikannya suatu kebiasaan, dan 3) perokok
tetap adalah perokok yang teratur merokok baik dalam hitungan
mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi.7
f. Dampak Perilaku Merokok
Dampak perilaku merokok dibagi menjadi dua yaitu : 16
a. Dampak positif
Merokok menimbulkan dampak positif kesehatan yang sangat sedikit.
Perokok menyatakan bahwa dengan merokok dapat menimbulkan
mood positif dan menghilangkan segala emosi negatif pada diri
-
20
seorang perokok. Keuntungan merokok bagi perokok adalah
mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial
dan menyenangkan.
b. Dampak negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi
kesehatan. Merokok tidak penyebab suatu penyakit tetapi merokok
dapat memicu suatu jenis penyakit, sehingga bisa dikatakan merokok
tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat mendorong jenis penyakit
tertentu yang dapat menyebabkan kematian. Beberapa penyakit yang
dapat dipicu karena rokok antara lain kardiovaskular atau penyakit
jantung, kanker, gangguan saluran nafas, peningkatan tekanan darah,
penurunan kesuburan, maag, gondok, gangguan pembuluh darah,
pengahambat pengeluaran air seni, penglihatan kabur, kulit menjadi
kering, pucat, keriput, serta polusi udara dalam ruangan sehingga
terjadi iritasi mata, hidung, telinga.
B. ROKOK
1. Pengertian
Silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada
salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup
lewat mulut pada ujung lainnya.4
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau
kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam
kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut
juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok
akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya
kanker paru-paru atau serangan jantung (walaupun pada kenyataannya
itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).4
-
21
2. Kandungan pada rokok
Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-
bahan yang dapat menimbulkan kanker (karsinogen). Kandungan racun
pada rokok antara lain :4
a. Tar
Tar terbentuk selama pemanasan tembakau. Tar merupakan
kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau
sendiri, maupun yang ditambahkan dalam proses pertanian dan
industri sigaret. Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada
dalam asap rokok, tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang
dapat menumbuhkan kanker. Kadar zat yang terkandung dalam asap
rokok inilah yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker.
b. Nikotin
Nikotin adalah alkolid toksis yang terdapat dalam tembakau.
Sebatang rokok umumnya berisi 1-3 mg nikotin. Nikotin diserap
melalui paru-paru dan kecepatan absorbsinya hampir sama dengan
masuknya nikotin secara intravena. Nikotin masuk ke dalam otak
dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati
barrier otak dan diedarkan ke seluruh bagian otak, kemudian
menurun secara cepat, setelah beredar ke seluruh bagian tubuh dalam
waktu 15-20 menit pada waktu penghisapan terakhir. Efek bifasik
dari nikotin pada dosis rendah menyebabkan rangsangan ganglionik
yang eksitasi. Tetapi pada dosis tinggi yang menyebabkan blokade
gangbionik setelah eksitasi sepintas.
c. Karbon Monoksida
Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berwarna.
Kandungannya didalam asap rokok 2-6%. Karbon monoksida pada
paru-paru mempunyai daya pengikat (afinitas) dengan hemoglobin
(Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2)
dengan Hb. Dalam waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dari Hb
dapat terisi oleh karbon monoksida (CO) dalam bentuk COHb
-
22
(Carboly Haemoglobin), dan akibatnya sel darah merah akan
kekurangan oksigen, yang akhirnya sel tubuh akan kekurangan
oksigen. Pengurangan oksigen dalam jangka panjang dapat
mengakibatkan pembuluh darah akan terganggu karena menyempit
dan mengeras. Bila menyerang pembuluh darah jantung, maka akan
terjadi serangan jantung.
3. Penyakit yang diakibatkan oleh rokok
Melihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam
rokok tersebut, sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat
berbahaya bagi tubuh dan dapat menimbulkan berbagai macam
gangguan pada sistem yang ada dalam tubuh manusia. Berbagai penyakit
mulai dari rusaknya selaput lendir sampai penyakit keganasan seperti
kanker dapat ditimbulkan bari perilaku merokok. Beberapa penyakit
tersebut antara lain :4
a. Penyakit paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel
mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak
(hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir.
Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang
dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada
perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala
macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit
paru obstruksi menahun (PPOM) bahkan kanker paru merupakan jenis
penyakit paling banyak yang diderita perokok. Sekitar 90% kematian
karena kanker paru terjadi pada perokok .4
b. Penyakit jantung koroner
Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zat yang
terkandung dalam rorok. Pengaruh utama pada penyakit jantung terutama
-
23
disebakan oleh dua bahan kimia penting yang ada dalam rokok, yakni
nikotin dan karbonmonoksida. Nikotin dapat mengganggu irama jantung
dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah jantung, sedangkan
CO menyebabkan supply oksigen untuk jantung berkurang karena
berikatan dengan Hb darah. Hal inilah yang menyebabkan gangguan
pada jantung, termasuk timbulnya penyakit jantung koroner.4
c. Impotensi
Tjokronegoro, seorang dokter spesialis andrologi universitas
Indonesia mengungkapkan bahwa, nikotin yang beredar melalui darah
akan dibawa ke seluruh tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan
menggangu proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi
buruk. Sedangkan Taher menambahkan, selain merusak kualitas sperma,
rokok juga menjadi faktor resiko gangguan fungsi seksual terutama
gangguan disfungsi ereksi (DE). Dalam penelitiannya, sekitar seperlima
dari penderita DE disebabkan oleh karena kebiasaan merokok.4
d. Kanker
Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir
dapat diberbagai organ tubuh seperti ginjal, pankreas, leher rahim,
kantung kemih, dan juga selaput lendir yang terdapat dimulut, bibir dan
kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah sifat sel-sel normal
menjadi sel ganas yang menyebakan kanker.4 Selain itu, kanker mulut
dan bibir ini juga dapat disebabkan karena panas dari asap. Sedangkan
untuk kanker kerongkongan, didapatkan data bahwa pada perokok
kemungkinan terjadinya kanker kerongkongan dan usus adalah 5-10 kali
lebih banyak daripada bukan perokok .14
Perokok beresiko 10 kali lebih tinggi menderita periodontitis
(gusi terbakar yang mengarah ke infeksi) yang akan merusak jaringan
halus dan tulang. Jadi kandungan Tar dalam rokok dapat menyebabkan
kanker ginjal, kanker pankreas, kanker leher rahim, kanker kantung
kemih, kanker mulut, kanker kerongkongan, dan kanker darah.14
-
24
e. Merusak otak dan indera
Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga
disebabkan karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan
karena efek nikotin terhadap pembuluh darah dan supply oksigen yang
menurun terhadap organ termasuk otak dan organ tubuh lainnya,
sehingga sebetulnya nikotin ini dapat mengganggu seluruh system
tubuh.4 Sistem tubuh yang dapat terganggu karena penggunaan nikotin
antara lain; Mata: perokok beresiko 3 kali lebih tinggi menderita katarak
yang menyebabkan kebutaan14
f. Mengancam kehamilan.
Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok. Banyak hasil
penelitian yang menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok
meiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah,
kecacatan, keguguran bahkan bayi meninggal saat dilahirkan.4
C. ANAK
Anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi
hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan
periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun
sekolah dasar.1 Pada usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa
intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian
bersekolah ini secara relative, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa
sebelumnya dan sesudahnya. Usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah
dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas
belajar yang menuntut kemampuan intelaktual atau kemampuan kognitif
(seperti : membaca, menulis dan menghitung).17
Pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, sehingga anak-
anak mulai masuk kedalam dunia baru, dimana mulai banyak berhubungan
dengan orang-orang diluar keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan
lingkungan baru dalam hidupnya.9
-
25
Beberapa gambaran karakteristik anak sekolah dasar antara lain sebagai
berikut: karakteristik anak sekolah dasar yang pertama adalah senang
bermain, karakteristik yang kedua senang bergerak, karakteristik yang ketiga
senang bekerja dalam kelompok dan karakteristik keempat senang
merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Anak sekolah dasar
senang bergerak dan dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30
menit. Dalam pergaulan dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek
yang penting dalam proses sosialisasi. Seperti: belajar memenuhi aturan-
aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada orang
lain dan diterima di lingkungannya, belajar menerima tanggung jawab,
belajar bersaing dengan orang lain secara sehat dan sportif.9
Anak usia sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang
menguras banyak tenaga, dengan demikian terjadi ketidakseimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar. Akibatnya tubuh anak
menjadi kurus, untuk mengatasinya dengan mengontrol waktu bermain anak
sehingga anak memiliki waktu istirahat yang cukup. Kurangnya nafsu
makan dapat disebabkan banyak jajan, untuk meningkatkannya dapat
diberikan obat nafsu makan sesuai dosis yang dianjurkan. Makanan jajanan
yang kurang mengandung nilai gizi dan kebersihannya kurang terjaga, maka
akan menimbulkan dampak yang merugikan kesehatan.9
Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau
masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara
relatif, anak-anak lebih mudah untuk dididik dari pada masa sebelum dan
sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi 2 fase, yaitu:18
1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai
umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain
sebagai berikut:
a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh).
b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang
tradisional.
-
26
c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menebut nama sendiri).
d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.
e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu
dianggap tidak penting.
f) Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun) anak menghendaki nilai
(angka rapor) yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya
memang pantas di beri nilai baik atau tidak.
2) Masa kelas tinggi sekolah dasar kira-kira kira umur 9 atau 10 tahun
sampai 12 atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini
ialah:
a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkret.
Hal ini menimbulkan adnya kecenderungan untuk membandingkan
pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
b) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.
c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata
pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor
ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat
khusus).
d) Sampai umur kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau
orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan
memenuhi keinginnanya. Selepas umur ini pada umumnya anak
menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk
menyelesaikannya.
e) Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran
yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
f) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya
biasanya untuk dpat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu
biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang
trdisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.17
-
27
D. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok
Salah satu faktor pembentuk perilaku seseorang adalah faktor
pendorong. Salah satu unsur dari faktor pendorong adalah pengetahuan.8
Dalam proses pembentukan perilaku pengatahuan ini sering diimbangi oleh
faktor pembentuk perilaku lainnya. Faktor lainnya inilah yang terkadang
membentuk perilaku menerima terhadap rokok sehingga siswa setuju untuk
mengadopsi perilaku merokok menjadi kebiasaan sehari-harinya. Hal ini
sesuai dengan penelitian Alamsyah yang menunjukan meskipun seseorang
memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya dan kandungan rokok tetap
memiliki kebiasaan merokok. Pada penilitian Alamsyah justru menunjukan
bahwa remaja yang mengetahui bahaya merokok lebih banyak yang merokok
daripada yang tidak tahu.19 Sukaenah juga menyatakan bahwa pengetahuan
yang baik tidak diiringi dengan perilaku yang baik pula terhadap rokok.
E. Hubungan Lingkungan Sosial dengan Perilaku Merokok
Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penguat untuk
mendorong perilaku merokok.8 Lingkungan sosial yang mungkin sangat
berpengaruh dalam perilaku merokok siswa adalah orang tua dan teman
sebaya. Menurut beberapa penelitian teman sebaya mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam tahapan seseorang menjadi perokok, dalam
penelitian itu juga disebutkan bahwa sebagian besar siswa sekolah dasar
mulai merokok karena ajakan teman sebayanya. Selain teman sebaya, orang
tua juga memmiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku merokok anak.19
Seorang anak memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku orang tuanya,
anak yang merokok biasanya juga memiliki orang tua yang merokok juga.
Anak menjadi tidak asing dengan rokok, bau rokok, dan perilaku merokok
keluarganya.2
Pada penelitian Amelia bahwa penyebab perilaku merokok pada remaja
adalah pengaruh orang tua, teman sebaya,dan faktor kepribadian.20 Keluarga
yang orang tuanya merokok berperan dalam perilaku merokok anak.2
-
28
Penelitian Safrudin juga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
dukungan orang tua dan teman sebaya dengan perilaku merokok.21
F. Hubungan Ketersediaan Sarana Prasarana dengan Perilaku Merokok
Ketersediaan sarana dan prasarana adalah salah satu faktor pemungkin
yang memungkinkan terhadap perilaku yang memungkinkan suatu atau
motivasi atau aspirasi terlaksana.8 Berdasarkan penelitian Alamsyah
mengatakan bahwa remaja memperoleh uang untuk membeli rokok dari uang
saku yang diberikan orangtuanya. Pada usia tersebut seorang anak masih
mendapatkan uang dari kedua orangtuanya. Remaja memiliki tempat-tempat
khusus yang digemarinya untuk merokok yaitu rumah,sekolah dan tempat
bermain. Sebagian melakukan aktivitas merokok pada sore atau malam
hari.19 Penelitian tersebut menunjukan bahwa tersedianya sarana mendukung
seorang remaja untuk berperilaku merokok.
G. Kerangka Teori
Berdasarkan teori perilaku, perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh
organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun secara tidak.8
Perilaku siswa merokok pada siswa sekolah dasar adalah siswa sekolah dasar
yang melakukan kegiatan merokok, baik sebagai perokok tetap, coba-coba
ataupun bukan perokok.7 Perilaku siswa sekolah dasar untuk merokok juga
dipengaruhi oleh faktor pembentuk perilaku, yaitu faktor pendorong, faktor
pemungkin dan faktor penguat.8
Faktor pendorong yang mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai,
dan persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk
bertindak. Faktor pemungkin adalah faktor enteseden terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu atau motivasi atau aspirasi terlaksana Faktor
pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan sumber daya, biaya, jarak,
ketersediaan transportasi, ketersediaan sarana prasarana dan sebagainya,
termasuk pula di dalamnya petugas kesehatan seperti perawat, bidan, dokter,
dan pendidikan kesehatan sekolah.8
-
29
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan
kesehatan, memperoleh dukungan atau tidak. Faktor-faktor ini meliputi faktor
sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan
perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan,orang tua,teman atau
orang-orang yang berada di sekitar lingkungan seseorang, serta undang-
undang dan peraturan-peraturan. Kerangka teori faktor perilaku seseorang
dapat terlihat pada bagan berikut.
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Faktor Pendorong1. Pengetahuan2. Motivasi3. S ikap4. Kepercayaan5. Persepsi
Faktor Pemungkin1. Ketersediaan sarana
dan prasarana2. Pendidikan
Kesehatan disekolah
3. Petugas Kesehatan
Faktor Penguat1. Orang tua2. Teman sebaya3. Tokoh agama4. Tokoh masyarakat5. Peraturan (undang-
undang)
Perilaku merokok siswaSekolah Dasar
-
30
H. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini tidak semua faktor resiko yang berpengaruh
terhadap perilaku siswa sekolah dasar untuk berperilaku merokok diteliti
karena adanya beberapa hal keterbatasan. Variabel yang akan diteliti adalah
variabel bebas (pengetahuan, lingkungan sosial, dan ketersediaan sarana
prasarana) dan variabel terikatnya adalah perilaku merokok yang selanjutnya
terlihat pada bagan kerangka konsep berikut;
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
PengetahuanSiswa SD tentang rokok
Ketersediaan sarana danprasarana bagi siswa untukberprilaku merokok dirumah dan sekolah meliputitempat yang menjual rokok,tempat yang biasadigunakan untuk aktivitasmerokok, jarak rumahresponden dengan tempatyang menjual rokok,keberadaan iklan-iklanrokok disekitar rumahresponden.
Lingkungan Sosial : orangtua, teman sebaya, sahabatdan guru terhadap perilakumerokok
Perilaku merokok siswaSekolah Dasar
Variabel bebas: Variabel terikat:
-
31
I. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah
a. Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok pada siswa
sekolah dasar SDN Ungaran 02.04
b. Ada hubungan lingkungan sosial dengan perilaku merokok pada
siswa sekolah dasar SDN Ungaran 02.04
c. Ada hubungan ketersediaan sarana prasarana dengan perilaku
merokok pada siswa sekolah dasar SDN Ungaran 02.04