Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

download Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

of 25

Transcript of Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    1/25

    BAB II

    KONSEP DASAR

    A. PengertianSirosis hati adalah penyakit hati menurun yang difus ditandai dengan

    adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan

    adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan ikat

    dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan

    sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat

    dan nodul tersebut. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. 2001)

    Sirosis hati adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus

    dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan

    regenerasi sel hati sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. (Arif

    Mansjoer,FKUI. 1999)

    Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya

    dengan pasti, merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis yang tidak

    diketahui penyebabnya dengan pasti, merupakan stadium terakhir dari penyakit

    hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati. (Sujono Hadi, 1991)

    Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sirosis hati

    adalah penyakit hati kronis yang ditandai oleh adanya peradangan nekrosis sel

    hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel hati

    disertai nodul sehingga terjadi pengerasan dari hati.

    B. Anatomi dan Fisiologi1. Anatomi

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    2/25

    Hati terletak dibelakang tulang-tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen

    daerah kanan atas, hati memiliki berat sekitar 1500 g dan dibagi menjadi empat

    lobus. Setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang

    membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit

    yang lebih kecil, yang disebut lobulus.

    Sirkulasi darah kedalam dan keluar hati sangat penting dalam

    penyelenggaraan fungsi hati. Darah yang mengalir ke dalam hati berasal dari dua

    sumber. Kurang lebih 75% suplai darah datang dari vena porta yang mengalirkan

    darah yang kaya akan nutrien dari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai

    darah tersebut masuk kedalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung

    oksigen. Cabang-cabang terminalis kedua pembuluh darah ini bersatu untuk

    membentuk capillary beds bersama yang merupakan sinusoid hepatik. Dengan

    demikian, sel-sel hati (hepatosit) akan terendam oleh campuran darah vena dan

    arterial. Sinusoid mengosongkan isinya kedalam venule yang berada pada bagian

    tengah masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena sentralis. Vena

    sentralis bersatu membentuk vena hepatika yang merupakan drainase vena dari

    hati dan akan mengalirkan isinya kedalam vena kava inferior didekat diafragma.

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    3/25

    Jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan darah masuk kedalam hati dan hanya

    terdapat satu lintasan keluarnya.

    Disamping hepatosit, sel-sel fagositik yang termasuk dalam sistem

    retikuloendotelial juga terdapat dalam hati. Organ lain yang mengandung sel-sel

    retikuloendotelial adalah limpa, sumsum tulang, nodus limfatikus (kelenjar limfe)

    dan paru-paru. Dalam hati, sel-sel ini dinamakan sel kupfer. Fungsi utama sel

    kupfer adalah memakan benda partikel (seperti bakteri) yang masuk kedalam hati

    lewat darah portal.

    2.

    Fisiologi:

    a. Metabolisme glukosaSesudah makan glukosa diambil dari darah vena portal oleh hati dan

    diubah menjadi glikogenyang disimpan dalam hepatosit. Selanjutnya

    glikogen diubah kembali menjadi glukosa dan jika diperlukan dilepaskan

    kedalam aliran darah untuk mempertahankan kadar glukosa yang normal.

    Glukosa tambahan dapat disintesis oleh hati lewat proses yang dinamakan

    glukoneogenesis. Untuk proses ini hati menggunakan asam-asam amino

    hasil pemecahan protein atau laktat yang diproduksi oleh otot yang

    bekerja.

    b. Konversi amoniaPenggunaan asam-asam amino untuk glukoneogenesis akan membentuk

    amonia sebagai hasil sampingan. Hati mengubah amonia yang dihasilkan

    olehproses metabolik ini menjadi ureum. Amonia yang diprodukdi oleh

    bakteri dalam intestinum juga akan dikeluarkan dari dalam darah portal

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    4/25

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    5/25

    larut. Hasil konjugasi tersebut dapat diekskresikan kedalam feses atau

    urine seperti ekskresi bilirubin.

    g. Pembentukan empeduEmpedu dibentuk oleh hepatosit dan dikumpulkan dalam kanalikulus serta

    saluran empedu. Fungsi empedu adalah ekskretorik seperti ekskresi

    bilirubin dan sebagai pembantu proses pencernaan melalui emulsifikasi

    lemak oleh garam-garam empedu.

    h. Ekskresi bilirubinBilirubin adalah pigmen yang berasal dari pemecahan hemoglobin oleh

    sel-sel pada sistem retikuloendotelial yang mencakup sel-sel kupfer dari

    hati. Hepatosit mengeluarkan bilirubin dari dalam darah dan melalui reaksi

    kimia mengubahnya lewat konjugasi menjadi asam glukuronat yang

    membuat bilirubin lebih dapat larut didalam larutan yang encer. Bilirubin

    terkonjugasi disekresikan oleh hepatosit kedal kanalikulus empedu

    didekatnya dan akhirnya dibawa dalam empedu ke duodenum.

    Konsentrasi bilirubin dalam darah dapat meningkat jika terdapat penyakit

    hati, bila aliran empedu terhalang atau bila terjadi penghancuran sel-sel

    darah merah yang berlebihan. Pada obstruksi saluran empedu, bilirubin

    tidak memasuki intestinum dan sebagai akibatnya, urobilinogen tidak

    terdapat dalam urin.

    C. Etiologi

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    6/25

    Menurut FKUI, 1999, penyebab sirosis hepatis antara lain :

    1. Malnutrisi2. Alkoholisme

    Alkohol adalah salah satu penyebab terjadinya sirosis hepatis karena sifat

    olkohol itu sendiri yang merupakan zat toksik bagi tubuh yang langsung

    terabsorbsi oleh hati yang dapat juga mengakibatkan perlemakan hati.

    3. Virus hepatitisHepatitis virus yang telah menginfeksi sel hati semakin lama akan

    berkembang menjadi sirosis hepatis.

    4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika5. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)

    Kelebihan zat besi juga akan semakin memperberat kerja hati sehingga hati

    tidak dapat mengolah zat besi yang dapat diabsorbsi tubuh tetapi zat besi akan

    tertimbun dalam jumlah banyak yang dapat menyebabkan sirosis hepatis.

    6. Penyakit wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan)7. Zat toksik

    D. PatofisiologiAdanya faktor etiologi menyebabkan peradangan dan nekrosis meliputi

    daerah yang luas (hapatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu

    timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel

    hati. Septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga kolaps dan berubah

    menjadi jaringan parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah portal

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    7/25

    yang satu dengan yang lain atau portal dengan sentral (bridging necrosis).

    Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai ukuran, dan

    ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran

    daerah portal dan menimbulkan hipertensi portal. Tahap berikutnya terjadi

    peradangan dan nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi

    fibrogenesis dan septa aktif jaringan kologen berubah dari reversibel menjadi

    irrevensibel bila telah terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah portal

    dan parenkhim hati sel limfosit T dan makrofag menghasilkan limfokin dan

    monokin sebagai mediator fibrinogen, septal aktif ini berasal dari portal menyebar

    keparenkim hati. Kolagen sendiri terdiri dari 4 tipe yaitu dengan lokasi daerah

    sentral, sinusoid, jaringan retikulin (sinusoidportal), dan membrane basal. Pada

    semua sirosis terdapat peningkatan pertumbuhan semua jenis kologen tersebut.

    Pembentukan jaringan kologen dirangsang oleh nekrosis hepatoseluluer dan

    asidosis laktat merupakan faktor perangsang. Dalam hal mekanisme terjadinya

    sirosis secara mekanik dimulai dari kejadian hepatitis viral akut, timbul

    peradangan luas, nekrosis luas dan pembentukan jaringan ikat yang luas disertai

    pembentukan jaringan ikat yang luas disrtai pembentukan nodul regenerasi oleh

    sel parenkim hati, yang masih baik. Jadi fibrosis pasca nekrotik adalah dasar

    timbulnya sirosis hati. Pada mekanisme terjadinya sirosis secara imunologis

    dimulai dengan kejadian hepatitis viral akut yang menimbulkan peradangan sel

    hati, nekrosis / nekrosis bridging dengan melalui hepatitis kronik agresif diikuti

    timbulnya sirosis hati. Perkembangan sirosis dengan cara ini memerlukan waktu

    sekitars 4 tahun sels yang nengandung virus ini merupakan sumber rangsangan

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    8/25

    terjadinya proses imunologis yang berlangsung terus menerus sampai terjadi

    kerusakan hati.

    E. Manifestasi KlinisManifestasi klinis atau tanda gejala yang menyertai dari penyakit sirosis hepatis

    ini diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Pembesaran hatiNyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat.

    2. Obstruksi portal dan asitesPasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita dispepsia kronis atau

    diare

    3. Varises gastrointestinalDistensi pembuluh darah akan membentuk varises/hemoroid tergantung

    lokasinya. Adanya tekanan yang tinggi dapat menimbulkan ruptur dan

    pendarahan. Kurang lebih 25% pasien akan mengalami hematemesis

    ringan/varises pada lambung dan esofagus.

    4. EdemaKosentrasi albumin plasma menurun, produksi aldosteron yang berlebihan akan

    menyebabkan retensi natrium serta air dan kalium.

    5. Defisiensi Vitamin dan AnemiaDefisiensi vitamin dan anemia Karena pembentukan, penggunaan dan

    penyimpanan vitamin tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin A, C dan

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    9/25

    K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya

    sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K.

    Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet

    yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia yang

    sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan

    pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu

    kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.

    6. Kemunduran mentalKemunduran fungsi mental dengan ensefalopati dan koma hepatik yang

    membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis

    hepatis dan mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi

    terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara. (Suzanne, C. Smeltzer, 2001)

    F. Penatalaksanaan klinis

    Penatalaksanaan pada pasien dengan sirosis hepatis dapat dilakukan dengan

    beberapa cara berikut sesuai dengan kondisi yang dialami klien:

    1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang cukup dilakukan kontrol yangteratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori tinggi protein, lemak

    secukupnya

    2. Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui, seperti :a. Alkohol dan obat-obatan di anjurkan menghentikan penggunaanyab. Hemokromatosis

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    10/25

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    11/25

    e. Sindrom hepatorenal/nefropati hepatikKeseimbangan cairan dan garam diatur dengan ketat

    G. Komplikasi

    Bila penyakit sirosis hati berlanjut progresif, maka gambaran klinis, prognosis dan

    pengobatan tergantung pada 2 kelompok besar komplikasi:

    1. Kegagalan hati (hepatoseluler); timbul spider nevi, eritema palmaris, atropi testis,ginekomastia, ikterus, ensefalopati, dll.

    2. Hipertensi portal; dapat menimbulkan splenomegali, pemekaran pembuluh venaesophagus/cardia, caput medusa, hemoroid, vena kolateral dinding perut.

    3. Asites4. Ensefalopati5. Peritonitis bacterial spontan6. Sindrom hepatorenal7. Transformasi ke arah kanker hati primer (hepatoma)

    H. Pengkajian Fokus1. Aktifitas / istirahat

    Gejala : kelemahan, kelelahan

    Tanda : letargi, penurunan masa otot/ tonus

    2. SirkulasiGejala : riwayat perikarditis, penyakit jantung rematik, kanker (malfungsi hati

    menimbulkan gagal hati), disritmia, distensi vena abdomen.

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    12/25

    3. EliminasiGejala : flatus

    Tanda : distensi abdomen (hepatosplenomegali, ascites), penurunan bising

    urus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap dan pekat

    4. Makanan/cairanGejala : anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat mencerna,

    dan mual muntah

    Tanda : penurunan berat badan / peningkatan cairan, kulit kering, furgor buruk

    edema umum pada jaringan, ikterik, nafas berbau, perdarahan gusi

    5. NeurosensoriGejala : orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan

    mental

    Tanda : perubahan mental, bicara lambat/tak jelas

    6. Nyeri/kenyamananGejala : nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas

    Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi pada diri sendiri

    7. PernafasanGejala : dispnea

    Tanda : takipnea, pernafasan dongkal, hipoksia, bunyi nafas tambahan,

    ekspansi paru terbatas (asites)

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    13/25

    8. KeamananGejala : pruritus

    Tanda : demam, ikterik, ekimosis, ptekie

    9. SeksualitasGejala : gangguan menstruasi, impoten

    Tanda : atropi testis, ginekomastia

    10.Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan laboratorium

    1) Darah lengkap : hemoglobin (Hb)/hematokrit (Ht) dan sel darah merah(sdm) mungkin menurun karena perdarahan

    2) Kenaikan kadar serum glutamic oksaloasetic transaminase (SGOT),serum glutamic piruvic transaminase (SGPT)

    3) Albumin serum menurun4) Hipokalemi (pada pemeriksaan kadar elektrolit)5) Pemanjangan masa protrombin6) Glukosa serum : hipoglikemi7) Fibrinogen menurun8) Blood urea nitrogen (BUN) meningkat

    b. Pemeriksaan Jasmani Hati :1) HatiPerkiraan besar hati, biasanya hati membesar pada awal sirosis, bila hati

    mengecil artinya prognosis kurang baik. Besar hati normal selebar telapak

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    14/25

    tangan sendiri (7-10 cm). pada sirosis hati, konsistensi hati biasanya

    kenyal/firm, pinggir hati biasanya tumpul dan ada sakit pada perabaan

    hati.

    2) LimpaPembesaran limpa diukur dengan 2 cara:

    a) Schuffner: hati membesar ke medial dan kke bawah umbilicus (SI-IV) dan dari umbilicus ke SIAS kanan (SV-VIII).

    b) Hacket: bila limpa membesar kea rah bawah saja (HI-V).c)

    Perut dan ekstra abdomen: pada perut diperhatikan vena kolateral

    dan ascites. Perhatikan spider navy pada tubuh bagian atas, bahu,

    leher, dada, pinggang, caput medusa, dan tubuh bagian bawah.

    Perlu diperhatikan adanya eritema palmaris, ginekomastia, dan

    atrofi testis pada pria. Bisa juga dijumpai hemoroid.

    c. Pemeriksaan penunjang lain:1) Radiologi: dengan barium swallow dilihat adanya varises esifagus

    untuk konfirmasi hipertensi portal.

    2) Esofagoskopi: dapat dilihat varises esofagus sebagai komplikasi sirosishati/hipertensi portal. Kelebihan endoskopi adalah dapat melihat

    langsung sumber perdarahan varises esofagus, tanda-tanda yang

    mengarah akan kemungkinan terjadinya perdarahan berupa cherry red

    spot, red whale marking, kemungkinan perdarahan yang lebih besar

    akan terjadi bila dijumpai tanda diffus redness. Selain tanda tersubut,

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    15/25

    dapat dievaluasi besar dan panjang varises serta kemungkinan terjadi

    perdarahan yang lebih besar.

    3) Ultrasonografi: pada saat pemeriksaan USG sudah mulai dilakukansebagai alat pemeriksaan rutin pada penyakit hati. Diperlukan

    pengalaman seorang sonografis karena banyak faktor subjektif. Yang

    dilihat pinggir hati, pembesaran, permukaan, homogenitas, asites,

    splenomegali, gambaran vena hepatika, vena porta, pelebaran saluran

    empedu,atau adanya SOL (space occuping lession). Sonografi bisa

    mendukung diagnosis sirosis hati terutama stadium dekompensata,

    ikterus obstruktif batu kandung empedu dan saluran empedu.

    4) Sidikan hati: radionukleid yang disuntikkan secara intravena akandiambil oleh parenkim hati, sel retikuloendotel dan limpa. Bisa dilihat

    besar dan bentuk hati, limpa, kelainan tumor hati, kista, filling defek.

    Pada sirosis hati dan kelainan difus parenkim terlihat pengambilan

    radionukleid secara bertumpu-tumpu (patchy) dan difus.

    5) Tomografi komputerisasi: walaupun mahal sangat berguna untukmendiagnosa kelainan fokal, seperti tumor atau kista hidatid. Juga

    dapat dilihat besar, bentuk dan homogenitas hati.

    6) Endoscopie cholangio pancreatography (ERCP): digunakan untukmenyingkirkan adanya obstruksi ekstrahepatik.

    7) Angiografi: angiografi selektif, selia gastrik atau splenotofografiterutama pengukuran tekanan vena porta. Pada beberapa kasus,

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    16/25

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    17/25

    Bilirubin tak darah gangguan asam rasa penuh

    terkonjugasi folat pada perut

    anoreksia

    Resti perdarahan

    Feses pucat ikterik urine gelap penurunan sel darah merah

    Gangguan nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh

    anemia kelemahan intoleransi aktifitas

    penumpukan garam empedu

    di bawah kulit pruritus (Price, 2005)

    Gangguan

    body imagekerusakan integritas kulit

    J. Diagnosa Keperawatan

    1. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intakemakanan kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan penurunan berat badan

    2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedudibawah kulit ditandai dengan eritema, pruritus

    3. Gangguan pola nafas tak efektif berhubungan dengan terganggunya sistemkerja paru ditandai dengan ekspansi paru terganggu, nafas cepat dan dangkal

    4. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan gangguan faktor pembekuanditandai dengan penurunan hemoglobin

    5. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan terganggunya metabolisme penghasilenergi ditandai dengan kelemahan

    6. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada hatiditandai dengan adanya respon nyeri

    7. Gangguan body image berhubungan dengan ikterik ditandai denganpeningkatan kadar albumin dalam darah

    K. Intervensi dan Rasional

    1. Diagnosa I

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    18/25

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

    kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi

    Kriteria hasil: memperlihatkan asupan makanan yang tinggi kalori tinggi

    protein dengan memadai, mengenali makanan dan minuman

    yang bergizi dan diperbolehkan dalam diet, pertambahan berat

    badan tanpa memperlihatkan penambahan edema dan

    pembentukan asites, melaporkan peningkatan nafsu/selera

    makan, turut serta dalam upaya memelihara oral hygiene

    sebelum makan dan menghadapi mual

    Intervensi :

    a. motivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makananRasional : motivasi sangat penting bagi penderita anoreksia

    b. tawarkan makan makanan dengan porsi sedikit tapi seringRasional : makanan dengan porsi kecil dan sering lebih di

    tolerir oleh penderita anoreksia

    c. pelihara hygiene oral sebelum makanRasional : mengurangi cita rasa yang tidak enak dan

    merangsang selera makan

    d. berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual dan muntahRasional : mengurangi perasaan tidak enak diperut yang

    mengurangi selera makan

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    19/25

    2. Diagnosa IITujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

    intergritas kulit pasien tetap terjaga

    Kriteria hasil: memperlihatkan turgor kulit yang normal pada ekstrimitas,

    tidak memperlihatkan luka pada kulit, memperlihatkan jaringan

    yang normal tanpa gejala eritema, perubahan warna/peningkatan

    suhu.

    Intervensi :

    a. batasi natrium sesuai yang diresepkanRasional : meminimalkan pembentukan edema

    b. berikan perawatan pada kulitRasional : jaringan dan kulit yang edema menganggu suplai

    nutrien rentan terhadap tekanan serta trauma

    c. ubah posisi klien dengan seringRasional : meminimalkan tekanan yang lama dan

    meningkatkan mobilisasi edema.

    d. lakukan latihan gerak secara pasif, tingkatkan ekstremitas edemaRasional : meningkatkan mobilisasi edema

    3. Diagnosa III

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    20/25

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit,

    pola nafas pasien menjadi efektif

    Kriteria hasil: mengalami perbaikan status pernafasan, melaporkan

    pengurangan gejala sesak napas, memperlihatkan frekuensi

    pernapasan yang normal (16-24 x/menit) tanpa terdengarnya

    suara pernafasan tambahan, memperlihatkan gas darah yang

    normal, tidak mengalami sianosis

    Intervensi:

    a. Tingkatkan bagian kepala tempat tidur.Rasional : mengurangi tekanan abdominal pada diafragma dan

    memungkinkan pengembanngan thorak dan ekspansi paru yang maximal.

    b. Hemat tenaga pasienRasional : mengurangi kebutuhan metabolik dan oksigen

    pasien.

    c. Ubah posisi dengan intervalRasional : meningkatkan ekspansi dan oksigenasi pada semua

    bagian paru.

    4. Diagnosa IVTujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,

    terjadi pengurangan resiko perdarahan dan tidak terjadi

    perdarahan.

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    21/25

    Kriteria hasil: tidak memperlihatkan adanya perdarahan yang nyata dari

    traktus gastrointestinal, memperlihatkan tanda-tanda vital yang

    normal, memperlihatkan hasil pemeriksaan yang negatif untuk

    perdarahan, melakukan tindakan untuk mencegah trauma.

    Intervensi :

    a. amati feces yang diekskresikan untuk memeriksa warna, konsistensi danjumlah.

    Rasional : memungkinkan deteksi perdarahan dalam traktus

    gastrointestinal

    b. amati manifestasi hemoragi : ekimosis, epistaksis, ptekie, danperdarahan gusi.

    Rasional : menunjukkan perubahan pada mekanisme

    pembekuan darah.

    c. catat tanda-tanda vital dengan interval waktu tertentuRasional : memberikan dasar dan bukti adanya syok dan

    hipovolemia

    d. jaga agar klien tenang dan membatasi aktivitasnyaRasional : meminimalkan resiko perdarahan dan mengejan

    e. berikan vitamin K seperti yang diresepkan

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    22/25

    Rasional : meningkatkan pembekuan dengan memberikan

    vitamin larut lemak yang diperlukan untuk mekanisme pembekuan darah

    5. Diagnosa VTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam

    pasien melaporkan peningkatan energi dan partisipasi dalam

    aktivitas

    Kriteria hasil : melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan pasien,

    merencanakan aktivitas untuk memberikan kesempatan istirahat

    yang cukup, meningkatkan aktivitas dan latihan bersamaan

    dengan bertambahnya kekuatan.

    Intervensi :

    a. Tawarkan diet tinggi kalori tinggi proteinRasional : memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi

    proses penyembuhan

    b. Berikan suplemen vitamin ( A, B kompleks, C,dan K )Rasional : memberikan nutrien bagi pasien

    c. Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahatRasional : menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien

    untuk melakukan latihan dalam batas toleransi pasien

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    23/25

    d. Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktuyang di tingkatkan secara bertahap

    Rasional : memperbaiki perasaan sehat secara umum dan

    percaya diri

    6. Diagnosa VITujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam rasa

    nyeri dapat terkontrol sampai hilang.

    Kriteria hasil: melaporkan pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa

    nyaman pada abdomen, mempertahankan tirah baring dan

    mengurangi aktivitas ketika nyeri terasa, ekspresi wajah rileks

    Intervensi :

    a. pertahankan tirah baring ketika pasien mengalami gangguan rasa nyamanpada abdomen

    Rasional : mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi

    hati

    b. berikan anti spasmodik dan sedatif seperti yang diresepkanRasional : mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan

    nyeri

    c. ajarkan manajemen nyeriRasional : mengurangi keluhan nyeri

    7. Diagnosa VII

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    24/25

    Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan seama 1x24 jam, harga

    diri tidak terganggu

    Kriteria hasil: mengatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan

    diri pada situasi yang ada, mengidentifkasi perasaan dan metode

    koping terhadap persepsi diri negatif

    Intervensi :

    a. diskusikan situasi/dorong pernyataan takut/masalah, jelaskan hubunnganantara gejala dengan asal penyakit

    Rasional : pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh

    b. dukung dan dorong pasien, berikan perawatan dengan positif perilakubersahabat

    Rasional : memungkinkan penilaian perasaan untuk

    mempengaruhi perawatan pasien

    c. dorong keluarga atau orang terdekat untuk menyatakan,berkunjung/berpartisipasi pada perawatan

    Rasional : partisipasi pada perawatan membantu mereka

    merasa berguna

    d. bantu pasien/orang terdekat untuk mengatasi perubahan pada penampilanRasional : memberikan dukungan dapat meningkatkan harga

    diri

  • 8/14/2019 Jtptunimus Gdl Diahsarihe 5207 2 Bab2

    25/25