Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
-
Upload
nur-ilhaini-sucipto -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
8/7/2019 Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-tuli-sensorik-mendadak-idiopatik 1/11
1
JOURNAL READING
“Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik”
The new england journal of medicine
Idiopathic Sudden Sensorineural Hearing Loss Steven D. Rauch, M.D.
Oleh:
Nur Ilhaini Sucipto, S.Ked
052011101047
Pembimbing:
dr. Maria Kwarditawati, Sp.THT
dr. Bambang Indra, Sp.THT dr. Djoko Kuntoro, Sp.THT
Disusun untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Anak di RSUD. Dr. Soebandi Jember
Fakultas Kedokteran
Universitas Jember
2011
8/7/2019 Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-tuli-sensorik-mendadak-idiopatik 2/11
2
Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik
Steven D. Rauch, M.D.
Seorang wanita sehat berusia 58 tahun, saat menerima telepon menyadari bahwa pada telinga
sebelah kiri pendengarannya berkurang. Dia merasa telinganya penuh dan tinitus keras di
telinga yang terganggu. Kemudian pada hari itu ia mengalami vertigo ringan selama beberapa
jam yang membaik keesokan paginya. Selama beberapa hari gejala yang dia rasakan tidak
berkurang meskipun dia sudah membersihkan telinganya menggunakan alat pembersih
telinga. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan dan apakah perlu diobati?
Masalah Klinik
Insiden terjadinya tuli sensorik mendadak idiopatik (yaitu tuli sensorik unilateraltanpa sebab yang jelas dan timbul kurang dari 72 jam) 5-10 per 100.000 orang pertahun. Hal
ini seringkali diabaikan karena membaik sendiri tanpa perlu pengobatan. Di United States,
Eropa, dan Jepang sekitar 7500 kasus tuli sensorik mendadak terjadi antara usia 43-53 tahun,
dengan distribusi yang sama antara pria dan wanita. Dari total tersebut, 28-57% pasien
mengalami gejala vestibular.
Diduga pulihnya pendengaran tergantung dari derajat keparahan tuli. Pasien dengan
tuli yang ringan (mild) biasanya dapat pulih total, tuli sedang dapat pulih secara spontan
namun jarang pulih total kecuali dengan terapi, dan tuli berat jarang bisa pulih spontan
maupun pulih total. Prognosis pulihnya pendengaran pada pasien usia tua dan disertai gejala
vestibular lebih buruk.
Kira-kira 1% kasus tuli sensorik mendadak disebabkan oleh gangguan "retrocochlear"
yang mungkin didapatkan pada schwannoma vestibular, penyakit demielinisasi, atau stroke.
Penyebab lainnya, 10-15% disebabkan oleh penyakit menier, trauma, autoimun, sifilis, Lyme,
atau fistula perilimfe. Selebihnya adalah idiopatik dan hampir selalu unilateral. Tuli
mendadak bilateral yang jarang sekali terjadi pada umumnya menggambarkan gangguan jiwa
disebabkan proses neurologis (misalnya infiltrasi dural neoplastik di fosa kranial posterior,
sindroma paraneoplastik, atau ensefalitis). Tuli sensorik mendadak bilateral sementara dapat
disebabkan penurunan tekanan intrakranial secara tiba-tiba selama spinal tap atau setelah
operasi intrakranial.
Masalah utama pada tuli sensorik mendadak adalah keterlambatan diagnosis. Telinga
terasa penuh, merupakan gejala yang sering timbul, seringkali pasien maupun klinisi
8/7/2019 Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-tuli-sensorik-mendadak-idiopatik 3/11
3
menganggap hal tersebut sebagai akibat dari adanya serumen atau kongesti dari penyakit
pernapasan bagian atas atau alergi. Sejauh ini terbukti bahwa tuli sensorik yang menetap
terjadi akibat keterlambatan dalam pemberian terapi, sehingga sangat penting sekali untuk
dapat mendiagnosis tuli sensorik mendadak dan segera merujuknya pada spesialis THT.
Strategi dan Bukti
Diagnosis
Tuli sensorik mendadak seringkali disertai dengan rasa penuh atau tekanan yang
sangat pada telinga dan tinitus. Pasien akan mendengar suara yang kasar dan menyimpang
pada bagian telinga yang sakit (seolah-olah mendengar pengeras suara yang “meledak”).
Rasa penuh pada telinga bukan merupakan tanda spesifik dan sering bukan disebabkan oleh
gangguan telinga (nonotologik), misalnya disfungsi temporomandibular joint / TMJ atau
kongesti jalan napas bagian atas), langkah awal dalam mendiagnosis adalah dengan
menentukan apakah gejala yang timbul tersebut disebabkan oleh gangguan pendengaran
(Gambar 1).
8/7/2019 Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-tuli-sensorik-mendadak-idiopatik 4/11
4
Gambar 1. Penatalaksanaan Tuli Sensorik Mendadak (SNHL)
Skrining untuk ketulian dapat dilakukan menggunakan telepon (misalnya, oleh seorang
perawat klinik). Pasien harus secara eksplisit ditanya apakah pendengaran berkurang. Pasien
dapat memindahkan telepon dari telinga yang satu ke telinga atau menaruh rambut di
samping telinga pada setiap sisi untuk memeriksa asimetris pendengaran. Untuk menilai
apakah asimetris pendengaran jelas ini mungkin merupakan indikasi gangguan pendengaran
sensorineural, pasien harus diinstruksikan untuk bersenandung dan melaporkan apakah suara
dia terdengar lebih keras di salah satu telinga (lateralisasi). Pada tuli konduktif, lateralisasi
pada telinga yang sakit, sedangkan pada tuli sensorik, lateralisasi pada telinga yang sehat.
Tes pendengaran dapat dilakukan dengan membisikkan kata-kata sederhana atau
nomor pada setiap telinga pasien dan memintanya untuk mengulangi dengan keras. Inspeksi
pada saluran telinga dan membran timpani dengan penggunaan lampu pneumatik sangat
penting dilakukan untuk menilai keutuhan membran (untuk menyingkirkan efusi telinga
tengah). Jika membran timpani tidak tampak akibat terhalang oleh serumen yang tidak bisa
dikeluarkan atau dibersihkan maka sebaiknya konsultasikan dengan spesialis THT. Tes
Weber dan Rinne harus dilakukan dengan menggunakan garpu tala 512-Hz (Gambar. 2).
Pemeriksaan neurologis terfokus harus dilakukan untuk menilai apakah ada disfungsi sistem
pusat atau vestibular. Terutama penilaian motilitas okular dan sinusoidal.
Audiometri
Audiogram lengkap, termasuk pengukuran ambang dengar konduksi tulang dan udara
dengan audiometri tutur dan nada murni (pure tones), diperlukan untuk diagnosis definitif
pada pasien yang curiga kehilangan pendengaran asimetri. Ambang dengar dan audiometri
tutur menilai kerasnya dan kejelasan pendengaran, masing-masing (Gambar. 3). Pada tuli
sensorik, sensitivitas terhadap suara disampaikan melalui rangsangan konduksi tulang dan
sensitivitas tersebut sama di telinga yang terkena, tetapi keduanya berkurang (yaitu, ambangbatas terangkat). Pada Tuli konduktif, konduksi tulang normal, tetapi ambang konduksi
udara lebih buruk (meningkat) di telinga yang terkena.
Gadolinium-enhanced Magnetic Resonance Imaging (MRI) dari tulang temporal dan
otak diperlukan pada kasus tuli sensorik mendadak untuk menyingkirkan kelainan
"retrocochlear“ (misalnya, neoplasma, stroke, atau demielinasi). Pada pasien yang tidak dapat
dilakukan pemeriksaan MRI otak, pilihan lainnya adalah CT-scan, audiometri respon
8/7/2019 Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-tuli-sensorik-mendadak-idiopatik 5/11
5
pendengaran batang otak, atau keduanya, meskipun ini kurang sensitif untuk mendeteksi
kelainan retrocochlear dibandingkan MRI.
Gambar 2. Tes Weber dan Rinne
Terapi Medikamentosa
Kortikosteroid Oral
Terapi standar pada tuli sensorik mendadak adalah kortikosteroid oral (prednison atau
metilprednisolon). Namun, data untuk mendukung rekomendasi ini terbatas. Awalnya secara
acak dilakukan placebo-controlled trial yang melibatkan 67 subyek dengan tuli sensorik
mendadak. Hasilnya, penggunaan methylprednisolone oral atau deksametason (selama
periode 10 sampai 12 hari) menunjukkan pemulihan yang lebih signifikan dibandingkan
plasebo (61% vs 32%, P <0,05). Namun ditempat lain menyebutkan, tingkat pemulihan
dengan menggunakan terapi kortikosteroid (menggunakan metode kohort) adalah sama
dengan pemulihan yang terjadi tanpa mendapatkan terapi (65%). Ramdomized trial terbaru
gagal menunjukkan perbaikan pendengaran dengan penggunaan kortikosteroid dibandingkan
dengan penggunaan carbogen (suatu vasodilator inhalasi yang terdiri dari 5% karbon dioksida
dan 95% oksigen) atau plasebo. Penelitian ini sangat tidak bernilai: 41 subjek dipilih secara
acak menjadi empat kelompok (yaitu kelompok yang mendapat perlakuan kortikosteroid oral,
8/7/2019 Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-tuli-sensorik-mendadak-idiopatik 6/11
6
plasebo oral, carbogen atau plasebo inhalasi), hasilnya hanya 9-11 subyek per kelompok
selama 5 hari pengobatan.
Gambar 4. Audiogram Standard, Menunjukkan Tuli Sensorik Pada Telinga Kiri
Pengamatan terbaru Cochrane berdasarkan kedua percobaan tersebut, serta
pengamatan yang lain, menyimpulkan bahwa manfaat terapi kortikosteroid, untuk tuli
sensorik mendadak, tidak terbukti. Penggunaan kortikosteroid oral jangka pendek umumnya
dikaitkan dengan pertimbangan tentang manfaat dan ruginya, saat ini kortikosteroid oral
diberikan maksimal selama 10 sampai 14 hari (misalnya, 60 mg sehari selama 4 hari
prednison, diikuti oleh penurunan dosis 10 mg tiap 2 hari). Data mengenai perbandingan
dosis atau waktu terapi kortikosteroid terbatas. Sebuah penelitian menggunakan metode
double blind , uji acak terkontrol (RCT-double blind) membandingkan penggunaan prednison
selama 7 hari dibandingkan pemberian 300 mg deksametason per hari selama 3 hari (3-day
pulse) (diikuti dengan 4 hari plasebo) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
terhadap pemulihan pendengaran. Efek samping pengobatan kortikosteroid antara lain
peningkatan kadar gula darah atau tekanan darah, perubahan mood, berat badan, gastritis, dan
gangguan tidur; efek tersebut akan hilang saat obat dihentikan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemulihan spontan terjadi hampir dalam
2 minggu pertama setelah timbulnya tuli sensorik mendadak. Banyak penelitian mempelajari
tentang hubungan antara durasi tuli sensorik mendadak sebelum pengobatan dan hasilnya,
sebagian besar pemulihan pendengaran terjadi jika pemberian kortikosteroid dimulai dalam 1
sampai 2 minggu pertama setelah gejala muncul, dan manfaatnya menjadi berkurang jika
dimulai 4 minggu atau lebih setelah onset symptoms. Beberapa pasien pendengarannya pulih
kembali dengan cepat dalam waktu 48 hingga 72 jam pertama setelah pemberian awal
8/7/2019 Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-tuli-sensorik-mendadak-idiopatik 7/11
7
kortikosteroid, beberapa membaik sejak dimulainya pengobatan dan terus membaik setelah
pengobatan selesai, sedangkan yang lainnya tidak ada perbaikan. Proporsi pasien di masing-
masing kelompok tersebut tidak pasti. Semakin cepat respon terhadap kortikosteroid, maka
prognosisnya semakin baik, sedangkan pasien yang yang tidak membaik hingga pengobatan
selesai maka prognosisnya buruk. Gejala tinnitus dan rasa penuh di telinga cenderung mereda
secara bertahap, tidak berhubungan dengan hasil pemulihan pendengaran.
Akan sangat bijaksana jika terapi dimulai sedini mungkin, karena, masa yang efektif
untuk pengobatan tuli sensorik mendadak hanya 2-4 minggu. Idealnya, sebuah audiogram
harus dilakukan sebelum atau dalam waktu 24 hingga 48 jam setelah dimulainya pengobatan
untuk mendokumentasikan besarnya tuli sensorik tersebut. Jika pencitraan tidak dapat
diperoleh segera, pengobatan harus dimulai menunggu evaluasi ini. Peningkatan pendengaran
setelah pengobatan dengan kortikosteroid tidak menghilangkan kebutuhan untuk pencitraan.
Demielinasi lesi dapat memiliki respon yang berfluktuasi atau sementara terhadap
kortikosteroid, dan kadang-kadang, pembesaran akut dari neuroma akustik (misalnya, dari
perdarahan) dapat mengakibatkan tuli sensorik mendadak yang progresif selama beberapa
hari atau minggu.
Injeksi Steroid Intratimpanik
Sebagai pengganti kortikosteroid oral, beberapa otolaryngologists merekomendasikan
terapi kortikosteroid lokal untuk tuli sensorik mendadak, baik melalui suntikan intratimpanik
(metilprednisolon atau deksametason) atau sebagai obat tetes telinga melalui tuba ventilasi
(ventilating tube) atau "sumbu“ dari tabung ventilasi menuju tingkap bundar di dinding
medial telinga tengah. Alasan diberikan pengobatan kortikosteroid intratimpanik karena
dengan cara tersebut konsentrasi obat yang diberikan menjadi tinggi di jaringan target dengan
paparan sistemik yang minimal. Sama halnya dengan terapi oral, data mengenai keberhasilan
penggunaan kortikosteroid intratimpanik sebagai terapi primer saat ini masih terbatas. Pada
beberapa kasus, pendengarannya membaik meskipun pengobatannya terlambat 6 minggu atau
lebih. Beberapa laporan menyebutkan bahwa kortikosteroid intratimpanik sebagai "terapi
penyelamatan" pada pasien yang tidak membaik dengan penggunaan terapi oral,
menyarankan terapi intratympanic semoga dapat menjadikan pendengaran lebih baik
daripada plasebo atau tanpa pengobatan, namun penelitian ini kecil atau retrospektif. Terapi
Intratimpanik jauh lebih mahal daripada terapi oral, dengan biaya lebih dari $ 2.000 untuk
suatu program pengobatan di beberapa pusat.
Terapi lainnya
8/7/2019 Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-tuli-sensorik-mendadak-idiopatik 8/11
8
Uji acak membandingkan antara penggunaan kortikosteroid sendiri dengan
kortikosteroid ditambah antivirus pada tuli sensorik mendadak telah gagal untuk
menunjukkan manfaat tambahan untuk terapi antivirus, dalam uji tersebut tidak ada
kelompok plasebo. Pengobatan lain, termasuk meperluas volume, antikoagulan, vasodilator
inhalasi, obat herbal, dan oksigen hiperbarik, telah diusulkan, tapi uji acak tersebut kurang
adekuat untuk mendukung manfaat klinisnya. Sebuah studi observasional retrospektif
terhadap 112 pasien dengan tuli sensorik mendadak yang diobati dengan tapered
kortikosteroid setelah bolus dosis tinggi intravena baik 600 mg atau 1200 mg hidrokortison
menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pemulihan lengkap pada dosis yang lebih tinggi,
namun uji acak dari pengobatan dengan dosis tinggi kortikosteroid intravena masih kurang.
Beberapa rekomendasi harus dilakukan untuk semua pasien dengan gangguan
pendengaran unilateral baru untuk meminimalkan risiko gangguan pendengaran di telinga
yang sehat. Pertama, dilarang menyelam (scuba diving ) karena risiko cedera telinga antara
lain pecahnya membran timpani (dilaporkan dalam 5,9% dari 709 penyelam berpengalaman)
serta cacat permanen seperti gangguan pendengaran, tinnitus, dan masalah keseimbangan
(dalam 2,3% dari 709 penyelam berpengalaman). Bahkan pasien yang telah kembali
mendengar penuh setelah mengalami tuli sensorik mendadak harus waspada jika menyelam,
karena tidak disebutkan pasti apakah riwayat gangguan pendengaran meningkatkan
kerentanan pada telinga yang terkena. Kedua, perlindungan kebisingan harus digunakan bila
ada indikasi. Trauma akustik dapat terjadi akibat paparan suara misalnya musik keras, suara
alat-alat listrik dan peralatan kebun. Penyumbat atau penutup telinga (earplugs atau earmuffs)
dirancang untuk perlindungan kebisingan, murah, banyak tersedia, dan sangat efektif bila
digunakan dengan benar. Akhirnya, periksa ke THT segera (yaitu, dalam waktu 24 jam
setelah timbulnya gejala) dianjurkan untuk menilai adanya gejala pada telinga yang sehat.
PrognosisMeskipun data jangka panjang kurang, ada kekhawatiran bahwa orang-orang yang
pernah mengalami tuli sensorik mendadak mungkin menghadapi risiko gangguan
pendengaran yang lebih tinggi semakin bertambahnya usia. Tidak ada bukti bahwa tuli
sensorik mendadak lebih sering terjadi pada telinga kontralateral dari orang yang terkena
dibandingkan populasi umum. Sebuah studi kohort prospektif baru-baru ini menyebutkan,
stroke memiliki risiko sedikit lebih besar (rasio resiko disesuaikan selama periode 5 tahun
follow up, interval kepercayaan 95%) di antara pasien dengan tuli sensorik mendadak
8/7/2019 Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-tuli-sensorik-mendadak-idiopatik 9/11
9
dibandingkan kelompok pembanding pasien yang telah menjalani operasi usus buntu,
meskipun masih perlu konfirmasi.
Pasien yang secara permanen pendengarannya tidak sembuh simetris, akan kehilangan
kemampuan mereka untuk melokalisasi darimana suara berasal. Pasien merasa tidak
nyaman(misalnya, situasi dengan lingkungan yang sangat bising, suara yang lemah, banyak
orang bicara, atau pembicara yang memiliki aksen asing). Meskipun kedua dapat dipakai dan
implan yang tersedia untuk menerima suara pada sisi telinga yang sakit dan menjadikan
telinga tersebut lebih baik, alat bantu dengar konvensional penggunaan terbatas jika telinga
kontralateral normal, namun penggunaan pada salah satu atau kedua telinga mungkin akan
bermanfaat jika telinga kontralateral tidak normal.
Pada umumnya hal tersebut disarankan jika pasien dengan tuli sensorik mendadak
telah dilakukan pemantauan audiometri ulang selama satu tahun (yaitu, pada 2 bulan, 6 bulan,
dan 12 bulan setelah terjadinya gangguan pendengaran) untuk mendokumentasikan
pemulihan, pedoman untuk rehabilitasi pendengaran(terutama pemasangan alat bantu
dengar), dan memantau tanda-tanda kekambuhan di telinga yang sakit atau timbulnya
gangguan pendengaran di telinga kontralateral, yang akan memerlukan pertimbangan adanya
penyakit lain (misalnya, penyakit Meniere atau penyakit autoimun) yang mungkin telah salah
didiagnosis sebagai tuli sensorik mendadak. Terutama pada pasien dengan gangguan
pendengaran frekuensi rendah, ketulian mendadak mungkin merupakan manifestasi awal
penyakit Meniere. Jika demikian, selanjutnya akan terjadi gangguan pendengaran yang
hilang timbul (berfluktuasi) dan serangan vertigo yang mungkin terjadi dalam jangka waktu 3
tahun. Penyakit Meniere juga telah dilaporkan 4-8% merupakan penyebab tuli sensorik
mendadak (yaitu, beberapa tahun setelah onset) .
Bidang Ketidakpastian
Penyebab gangguan pendengaran sensorineural mendadak masih belum pasti, seperti
halnya kerusakan tertentu pada telinga bagian dalam. Kortikosteroid oral secara rutin
digunakan untuk pengobatan primer tuli sensorik mendadak, meskipun data ini untuk
mendukung penggunaannya terbatas, sama halnya dengan terbatasnya yang mendukung
penggunaan kortikosteroid intratimpanik untuk terapi utama atau pengobatan bagi mereka
yang pendengarannya tidak membaik dengan awal terapi. Saat ini sedang berlangsung,
sebuah uji klinis yang disponsori oleh Institut Kesehatan Nasional yang membandingkan
terapi kortikosteroid oral dengan intratimpanik untuk terapi utama (ClinicalTrials.gov nomor,
8/7/2019 Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-tuli-sensorik-mendadak-idiopatik 10/11
10
NCT00097448). Uji acak juga dibutuhkan untuk menilai berbagai regimen kortikosteroid lain
dan untuk mengevaluasi terapi selain kortikosteroid. Penelitian longitudinal hasil jangka
panjang masih kurang pada setiap pengobatan tuli sensorik mendadak.
Pedoman
Tidak ada panduan untuk evaluasi atau pengelolaan tuli sensorik mendadak.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Pasien seperti wanita yang dijelaskan dalam kasus diatas, datang dengan keluhan
telinga tersumbat atau rasa penuh ditelinga unilateral, harus segera dievaluasi untuk
kemungkinan tuli sensorik mendadak. Tuli sensorik mendadak dianggap sebagai keadaan
yang benar-benar darurat oleh otologists, mengingat akan terjadinya pemulihan yang tidak
maksimal jika terapi tertunda. Gangguan pendengaran dapat dinilai melalui telepon
(misalnya, dengan meminta pasien untuk memindahkan telepon dari telinga ke telinga untuk
perbandingan). Jika pendengaran berkurang, pasien harus diminta untuk bersenandung dan
melaporkan di sisi mana suara yang keras, walaupun tes ini tidak sempurna, suara biasanya
melokalisasi menuju ke telinga yang tuli konduktif dan terdengar jauh pada telinga yang tuli
sensorik. Evaluasi dan audiogram lengkap diindikasikan jika ada dugaan tuli sensorik. Jika
audiogram menunjukkan adanya tuli sensorik unilateral, maka diperlukan MRI dengan
gadolinium untuk menyingkirkan kelainan retrocochlear, seperti demielinasi penyakit,
neoplasma, atau stroke. Dengan tidak adanya temuan ini, maka dianggap sebagai tuli sensorik
mendadak. Pengobatan tidak boleh ditunda, bahkan jika pencitraan tidak dapat dilakukan
segera.
Meskipun datanya terbatas, terapi kortikosteroid (biasanya selama 2 minggu dan
pemberian prednison oral, mulai dari 60 mg per hari, atau dosis setara dengan
metilprednisolon) adalahmerupakan standar saat perawatan, menurut uji coba secara acak
diharapkan dapat memperbaiki atau mengembalikan pendengaran terutama karena belum
diketahui adanya terapi yang lebih efektif. Injeksi kortikosteroid Intratimpanik bisa menjadi
alternatif, terutama bagi pasien yang memiliki atau berisiko tinggi mengalami komplikasi
dengan terapi oral, meskipun bukti untuk mendukung strategi ini bahkan lebih terbatas.
Setelah mengalami tuli sensorik mendadak maka akan mudah menyebabkan
kerusakan pada satu telinga, sangat penting untuk melindungi telinga yang pendegaranya
masih lebih baik dari tekanan yang berlebihan (misalnya, tidak boleh menyelam) atau
8/7/2019 Journal Reading "Tuli Sensorik Mendadak Idiopatik"
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-tuli-sensorik-mendadak-idiopatik 11/11
11
paparan terhadap kebisingan. Jika gangguan pendengaran bertambah parah, tinitus, nyeri,
atau keluar sekret telinga maka diperlukan segera pemeriksaan oleh spesialis THT.