Journal kesehatan
description
Transcript of Journal kesehatan
ANALISIS KEBERHASILAN IBU-IBU BEKERJA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NARAS
KOTA PARIAMAN TAHUN 2012
Oleh : Nelda Amir
ABSTRAK
Menurut profil kesehatan propinsi Sumatera Barat cakupan pemberian ASI Eksklusif Tahun 2010 adalah 54,61 %, untuk kota Pariaman berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Pariaman capaian ASI Eksklusif Tahun 2011 adalah 69,41 % dan capaian Puskesmas Naras Tahun 2011 yaitu 69 %, hal tersebut sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 67 %. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman ibu-ibu bekerja yang berhasil dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Naras kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman tahun 2012.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, desain penelitiannya adalah deskriptif untuk melihat gambaran keberhasilan ibu-ibu bekerja dalam pemberian ASI Eksklusif, subjek dalam penelitian ini sebanyak 10 orang yaitu 5 orang adalah staf/pegawai di Puskesmas Naras, 5 orang lagi di luar staf/pegawai Puskesmas Naras dengan pekerjaan sebagai guru, jualan, tani, dan perangkat desa.
Hasil penelitian adalah yang menjadi faktor pendorong keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada ibu-ibu bekerja salah satunya yaitu pengetahuan dan tingkat pendidikan yang tinggi tentang ASI Eksklusif dimana sebagian besar subjek ketika ditanya pengetahuan tentang ASI Eksklusif mereka mengetahui pengertian ASI Eksklusif, kolostrum, manfaat ASI bagi bayi dan ibu.
Faktor pendorong keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada ibu-ibu bekerja adalah pengetahuan dan pendidikan yang tinggi tentang ASI Eksklusif, motivasi yang kuat, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan. Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan promosi dan penyuluhan kepada masyarakat agar ASI Eksklusif berhasil, dan bagi kantor tempat ibu bekerja agar menyediakan ruangan khusus laktasi.
Daftar bacaan: 26 (1992-2012)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi akan mendapat zat-zat gizi
yang penting dan perlindungan dari
berbagai penyakit dengan pemberian ASI
pada satu jam pertama kelahirannya,
untuk itu Inisiasi Dini menjadi tema
“Pekan ASI se-Dunia”, sesuai dengan
ketetapan yang dikeluarkan oleh Asosiasi
ASI Dunia. (Sutjiningsih dalam Sumami.
2008)
Faktor keberhasilan dalam
menyusui adalah dengan menyusui
secara dini dengan posisi yang benar,
teratur dan eksklusif, oleh karena itu
salah satu yang perlu mendapat perhatian
adalah bagaimana ibu yang bekerja dapat
tetap memberikan ASI kepada bayinya
secara eksklusif sampai 6 (enam) bulan
dan dapat dilanjutkan sampai anak
berumur 2 (dua) tahun. Sehubungan
dengan hal tersebut telah ditetapkan
Kepmenkes RI No.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
450/MENKES/IV/2004 tentang
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif pada bayi Indonesia. Program
Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI)
khususnya ASI eksklusif mempunyai
dampak yang luas terhadap status gizi ibu
dan bayi. (Pusat Kesehatan Kerja Depkes
RI. 2011)
Berdasarkan data Susenas
(Survei Sosial Ekonomi Nasional) Tahun
2010, terdapat 33,6 persen bayi umur 0-6
bulan yang mendapatkan ASI eksklusif
dan data Riskesdas (2010) menunjukkan
15,3 persen bayi umur kurang dari 6
bulan yang mendapat ASI eksklusif.
Menurut profil kesehatan propinsi
Sumatera Barat cakupan pemberian ASI
Eksklusif Tahun 2010 adalah 54,61 %,
untuk kota Pariaman berdasarkan profil
Dinas Kesehatan Kota Pariaman capaian
ASI Eksklusif Tahun 2011 adalah 69,41
% dan capaian Puskesmas Naras Tahun
2011 yaitu 69 %, hal tersebut sudah
mencapai target yang ditetapkan yaitu
sebesar 67 %. (DinKes Kota Pariaman
profil kes. 2011)
Berdasarkan survey awal yang
dilakukan terhadap subjek penelitian
untuk melihat pengetahuan, motivasi,
dukungan tenaga kesehatan dan
dukungan keluarga terhadap pemberian
ASI Eksklusif melalui kuesioner, pada
umumnya ibu-ibu bekerja mengetahui
dan termotivasi untuk memberikan ASI
Eksklusif, dari dukungan tenaga
kesehatan saat ini sudah cukup baik
untuk peningkatan pencapaian ASI
Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Naras seperti kegiatan konseling ASI,
sedangkan dari dukungan keluarga
banyak yang tidak paham mengenai
manfaat ASI Eksklusif sehingga
dukungan yang diberikan kepada ibu
masih kurang.
Sebenarnya bekerja bukan alasan
untuk menghentikan pemberian ASI
secara Eksklusif sampai 6 bulan,
meskipun cuti hamil hanya 3 bulan
(Roesli, 2007). Pada pekan ASI sedunia
(1993) tema peringatannya adalah
Mother Friendly Workplace atau tempat
kerja sayang bayi menunjukkan bahwa
adanya perhatian dunia terhadap peran
ganda ibu menyusui dan bekerja. Untuk
itu diperlukan dukungan dari pihak
manajemen, lingkungan kerja dan
pemberdayaan pekerja wanita sendiri.
(Depkes RI. 2007)
Memberikan ASI Eksklusif tidak
hanya menguntungkan bayi tetapi juga
bagi tempat ibu bekerja, hal ini didukung
oleh bukti ilmiah bahwa yang diberikan
ASI Eksklusif akan lebih sehat, sehingga
ibu jarang meninggalkan pekerjaanya.
Hasil penelitian Cohen, dkk (1995) di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa ibu
bayi dengan pemberian ASI Eksklusif
lebih jarang absen bekerja (25%)
dibandingkan ibu dengan pemberian susu
formula kepada bayinya (75%).
Penelitian Auerbach, dkk (1984)
terhadap 567 ibu bekerja menunjukkan
bahwa ibu yang memberikan ASI
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
Eksklusif mempunyai prestasi kerja.
(Kristiyansari. 2009)
Berdasarkan uraian di atas
penulis sangat tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Analisis Keberhasilan
Ibu-ibu Bekerja dalam Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Naras Kecamatan Pariaman Utara Kota
Pariaman Tahun 2012. Semoga dengan
adanya penelitian ini diharapkan bisa
menjadi dorongan dan semangat bagi
semua ibu bekerja untuk tetap
memberikan ASI Ekslusif kepada
bayinya dan tidak menjadikan pekerjaan
sebagai alasan untuk tidak memberikan
ASI Ekslusif.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka
tujuan umum penelitian ini adalah untuk
menggali pengalaman ibu-ibu bekerja yang
berhasil dalam pemberian ASI Eksklusif.
Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk
mengetahui faktor pendorong ibu-ibu bekerja
yang berhasil dalam pemberian ASI
Eksklusif, faktor penghambat ibu-ibu bekerja
yang berhasil dalam pemberian ASI
Eksklusif, kiat mengatasi kesulitan oleh ibu-
ibu bekerja dalam pemberian ASI Eksklusif
di wilayah kerja Puskesmas Naras Kota
Pariaman Tahun 2012.
METODOLOGI PENELITIAN
1.3 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif, desain
penelitiannya adalah deskriptif untuk
melihat gambaran keberhasilan ibu-ibu
bekerja dalam pemberian ASI eksklusif
di wilayah kerja Puskesmas Naras Kota
Pariaman Tahun 2012.
1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Naras Kecamatan
Pariaman Utara Kota Pariaman
Sumatera Barat. Penelitian dilakukan
pada Bulan November - Desember 2012.
1.5 Populasi dan Subjek Penelitian
Populasi penelitian adalah ibu-
ibu yang bekerja di luar rumah dan
meninggalkan anak lebih dari 6 jam,
mempunyai anak umur 6-24 bulan yang
berhasil ASI Eksklusif, berdomisili dan
bekerja di wilayah kerja Puskesmas
Naras Kecamatan Pariaman Utara Kota
Pariaman pada Tahun 2012.
Pengambilan subjek
menggunakan metode purposive
sampling, yang didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, yaitu berdasarkan ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya, yaitu sebanyak
10 orang subjek.
Kriteria subjek penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Ibu-ibu yang bekerja di luar rumah
lebih dari 6 jam.
2. Berdomisili dan bekerja di wilayah
kerja Puskesmas Naras.
3. Ibu yang mempunyai anak umur 6-
24 bulan.
4. Bayi tidak memiliki kelainan atau
cacat bawaan.
5. Bersedia diwawancarai.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
6. Mudah berkomunikasi.
Sedangkan informan yang
diwawancarai sebagai crosscheck adalah
orang-orang yang terlibat dalam
pengasuhan dan perawatan bayi,
meliputi keluarga (suami, ibu, ibu
mertua, kakak, adik) dan pengasuh.
Adapun kriteria informan sebagai
crosscheck adalah sebagai berikut:
1. Bersedia diwawancarai.
2. Mudah berkomunikasi.
Informan dari tenaga kesehatan
adalah 3 orang bidan desa dan 1 orang
pimpinan Puskesmas Naras.
1.6 Metode Pengumpulan Data
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara semi terstruktur,
wawancara ini termasuk dalam
kategori indeep interview.
Pelaksanaannya lebih bebas
dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Pewawancara membawa
panduan pertanyaan lengkap dan
terperinci sesuai dengan objek
penelitian.
b. Pengamatan (Observasi)
Observasi yang digunakan adalah
observasi partisipatif yang tergolong
partisipasi partiil atau sebagian
dimana peneliti mengambil bagian
pada kegiatan tertentu saja yang
berkaitan dengan topik. Yaitu
kegiatan memerah ASI oleh ibu di
kantor dan observasi di rumah subjek
ketika bayi diasuh oleh keluarga atau
pengasuh.
c. Dokumentasi
Merupakan cara pengumpulan data
dengan pengumpulan catatan
peristiwa yang telah lalu, baik
berbentuk tulisan ataupun gambar.
1.7 Instrumen Penelitian
Agar penelitian yang dilakukan
tersimpan dan terekam dengan jelas,
peneliti harus memiliki bukti bahwa
telah melakukan penelitian kepada
sumber data, maka dalam penelitian ini
diperlukan bantuan alat-alat pengumpul
data sebagai berikut :
a. Pedoman wawancara yaitu
sekumpulan pertanyaan yang
berhubungan dengan objek
penelitian.
b. Buku catatan yaitu buku yang
digunakan untuk mencatat semua
percakapan dengan nara sumber
(informan) yang diringkas dalam
suatu matriks.
c. Tape recorder, berfungsi untuk
merekam semua percakapan atau
pembicaraan dengan informan
sehubungan dengan objek penelitian.
d. Kamera, berfungsi memotret objek
penelitian sebagai bukti penelitian
Pedoman observasi yaitu daftar
pernyataan yang menggambarkan
kondisi objek yang diobservasi
berupa tabel checklist.
1.8 Pengolahan dan Analisa Data
Sesudah dilakukan wawancara
mendalam, peneliti menyususn kembali
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
catatan-catatan atau membuat transkrip.
Kemudian data akan dikembangkan
dengan cara melengkapinya dengan
informasi yang diperoleh dari rekaman.
Setelah itu dilakukan pengaturan data,
melakukan koding atau pengkodean data,
lalu meringkas data dengan
menggunakan matriks dan
menginterpretasikan data serta menarik
kesimpulan. Analisa data dilakukan
dengan analisa isi (content analisys).
Pengolahan dan analisis data pada studi
kualitatif bersifat sinambung, simultan
dan saling memperkaya hubungan
timbale balik antara pengolahan dan
analisis data memungkinkan terwujudnya
hasil penelitian yang lebih dalam dan
lebih kaya. Transkrip adalah bahan dasar
bagi pengolahan dan anlisis data.
Analisis data dalam penelitian ini
adalah dengan mengikuti langkah-
langkah yang dilakukan sebagai berikut:
a. Hasil catatan lapangan dari
jawaban subjek
b. Transkrip
c. Mengatur data yang
diperoleh
d. Koding
e. Meringkas dengan matriks
f. Kesimpulan
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 4.2
Karakteristik Informan Ibu Menyusui
No Kriteria Nama Kode Usia Pekerjaan Pendidikan terakhir
1 Staf/pegawai Puskesmas Naras
LF R1 27 tahun PNS (SKM) S12 OV R2 28 tahun PNS (Dokter) S13 LA R3 29 tahun PNS (S.
Keperawatan)S1
4 BW R4 29 tahun PNS (SKM) S15 ND R5 30 tahun PNS (Rekam
Medik)DIII
6 Luar staf/pegawai Puskesmas Naras
NY R6 26 tahun Jualan SMA
7 ML R7 35 tahun Tani SMP8 DN R8 30 tahun Jualan SMP9 DT R9 38 tahun Kaur desa +
kaderSMA
10 NE R10 38 tahun PNS (Guru) S1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
4.2 Faktor Pendorong Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif
4.3.1 Pengetahuan tentang ASI Eksklusif
Hasil penelitian dengan 10
orang subjek menunjukkan 7 orang
subjek mengetahui tentang
pengertian ASI Eksklusif, sedangkan
3 diantaranya tidak tahu dan lupa
tentang pengertian ASI Eksklusif.
Mereka mengetahui dari membaca
buku, internet dan diskusi dengan
rekan-rekan kerja di puskesmas,
sedangkan ibu-ibu lain tahu dari
kegiatan kelas ibu dari bidan
puskesmas dan dari bidan desa.
“Pemberian ASI tanpa ada
makanan yang lain, seperti
air putih, air teh mulai dari
lahir sampai umur 6 bulan”
(R5).
Sedangkan ibu-ibu lain
ketika ditanya pengertian ASI
Eksklusif mereka menjawab lupa dan
tidak tahu. Berikut jawabannya:
“…..Lupo pi…..” (R8).
Ketika ditanya tentang
kolostrum, dari 10 subjek penelitian
yang diwawancarai pada umumnya
mereka mengetahui apa itu
kolostrum, hanya 2 orang subjek
yang tidak tahu kolostrum, tapi
setelah disebutkan susu jolong
mereka semua mengetahui, tahu
warna dan manfaatnya. Berikut
jawabannya:
“….kekuning-kuningan”
(R8).
“…tinggi immunoglobulin,
baik untuk daya tahan tubuh
anak, zat pencahar,
mengeluarkan mekonium,
mengandung protein” (R5).
“untuk memberikan
kekebalan pada tubuh bayi” (R9).
Ketika ditanya manfaat ASI
bagi bayi semua subjek mengetahui
manfaatnya. Mereka menyebutkan
manfaatnya sebagai makanan terbaik,
untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi, untuk daya
tahan tubuh anak, dan bonding.
Berikut hasil wawancaranya:
“untuk pertumbuhan bayi,
mengandung zat gizi yang
dibutuhkan, mengandung
anti bodi” (R3).
“sebagai makanan, pertumbuhan
dan perkembangan, sumber zat
gizi, perekat kasih sayang ibu
dan anak” (R4).
“untuk mencegah segala
penyakit, cerdas, aktif” (R6).
Dari 10 orang subjek
penelitian ketika ditanya manfaat
ASI bagi ibu pada umumnya mereka
mengetahui manfaatnya, hanya 1
orang subjek yang menjawab tidak
tahu. Sebagian ibu (5 dari 10)
menyebutkan manfaatnya untuk
menjarangkan kehamilan/KB alami,
sedangkan sebagian ibu (5 dari 10)
menyebutkan manfaatnya untuk
menghemat biaya/pengeluaran
(ekonomis). Manfat lain disebutkan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
(3 dari 10) untuk mencegah penyakit
kanker. Hal tersebut dapat dilihat
dari jawaban subjek sebagai berikut:
“untuk membantu ibu KB
alami, mengurangi berat
badan setelah melahirkan,
praktis kapan saja,
ekonomis” (R3).
“untuk mencegah kanker
payudara/serviks,
menurunkan berat badan,
bonding, menghemat
pengeluaran, ekonomis,
cepat penyajian” (R5).
4.2.2 Motivasi Pemberian ASI Eksklusif
Hasil dari penelitian ketika
subjek ditanya tentang keinginan
memberikan ASI Eksklusif, pada
umumnya (9 dari 10) orang subjek
menjawab “ya” mempunyai
keinginan memberikan ASI
Eksklusif, hanya 1 orang subjek yang
menjawab tidak tahu. Berikut kutipan
wawancaranya:
“ya,………pingin yang terbaik
untuk anak, daya tahan tubuh,
emosional, IQ” (R5).
“….tidak tahu” (R6).
Ketika ditanya seberapa besar
keinginan ibu untuk memberikan
ASI Eksklusif, pada umumnya (8
dari 10) menjawab sebesar-besarnya
dan 100 %. Hanya ada satu orang
subjek yang menjawab 90 % dan satu
orang subjek menjawab tidak tahu.
Satu orang subjek yang menjawab 90
% karena 10 % lagi jika ada kendala
seperti pekerjaan. Berikut
kutipannya:
“90 %,…..10 % lagi?...
mungkin bisa menjadi
apa..mm..kalau seandainya
ada kendala” (R1).
4.2.3 Praktik Pemberian ASI Eksklusif
Ketika subjek ditanya mengenei
praktik IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
setelah melahirkan sebagian kecil
subjek (3 dari 10) ada melakukan
praktik IMD, Berikut kutipan
wawancaranya:
“yo lai ado,….siap ti
malahiaan anak dilatakan di
ateh paruik, tu kiro-kiro 3-5
minik ndak lamo siap tu anak
mancucuik putiang susu”
(R4).
Sedangkan ada 1 orang subjek
melakukan IMD tapi tidak berhasil, hal
ini disebabkan karena persalinan ibu
dilakukan dengan Caesar sehingga sulit
untuk meletakkan bayi di atas perut si
ibu. Satu orang subjek yang tidak
berhasil menyebutkan:
“setelah bayi keluar dari
perut ibu, bayi diletakkan di
dada siibu….ndak sampai
saminik….pas dilatakan ka
dado tu langsuang se ca
angkek.…..ya dilakukan IMD
tapi alun berhasil lai” (R1).
Sedangkan kebiasaan menyusui ibu
di rumah semua responden menjawab
disusukan langsung, tapi kalau ibu
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
bekerja sebagian ibu (6 dari 10)
menjawab dengan memerah ASI,
sedangkan 3 orang ibu pulang ke rumah
menyusui anak dan 1 orang ibu
membawa anaknya ke tempat kerja, hal
ini dapat dilihat dari jawaban subjek
sebagai berikut:
“kalau n…karajo, anak n…
diagiah ASI perah, disuokan
pakai sendok,… kiro-kiro
300 cc lah nyo habisan
salamo n… karajo” (R5).
“Kalau manangih e…
diimbauan e awak k sawah,
pulang awak manyusuan”
(R7).
Kemudian untuk persiapan
menyusui, sebagian besar subjek (7 dari
10) menyatakan persiapan sebelum
menyusui adalah dengan cuci tangan
dan membersihkan putting susu, berikut
hasil wawancaranya:
“…cuci tangan, areola dan
putting dibersihkan,…
disusukan..” (R3).
Mengenai fasilitas di kantor tempat
ibu-ibu bekerja ketika ditanya apakah di
kantor tempat ibu bekerja sudah ada
ruang untuk memerah ASI, sebagian ibu
(3 dari 6 orang ibu bekerja di kantor)
menjawab belum, tapi mereka
menggunakan salah satu ruangan
(ruangan data dan pojok gizi, ruangan
meeting) untuk memerah ASI, dimana
ruangan tersebut kurang nyaman dan
perlengkapannya tidak memadai,
berikut kutipannya:
“…belum tapi kalo bisa ya
ada,..di ruangan se nyo, tu
tutuik pintu …..ruangan
data….keamanan dan
kenyamanannyo masih
kurang” (R4).
dan saran ibu-ibu bekerja di kantor agar
mereka dapat memerah ASI ketika
bekerja adalah dengan adanya ruangan
khusus memerah ASI, disediakan
peralatan dan perlengkapan seperti:
kulkas, wastafel, air panas.
“yo kalau bisa ado ruangan
khusus laktasi, dilengkapi do
kulkas, wastafel, air panas”
(R5).
Sesuai dengan observasi yang
dilakukan peneliti memang di
Puskesmas Naras tidak ada ruangan
khusus untuk memerah ASI, tapi
mereka menggunakan ruangan
data/POZI dibalik lemari komputer
untuk memerah ASI, pintu ditutup, dan
ibu-ibu tersebut membawa pompa dan
cooler bag dari rumah. Ada juga ibu
yang memerah ASI di ruangan staff
meeting, yang tentu saja keamanan dan
kenyamanannya kurang.
4.2.4 Dukungan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian
ketika ditanya tentang dukungan
keluarga tentang pemberian ASI
Eksklusif semua ibu menjawab ya
suami/keluarga mendukung terhadap
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
pemberian ASI Eksklusif, dukungan
suami/keluarga tersebut dapat berupa
support, menyediakan alat-alat untuk
memerah, menyuruh banyak-banyak
makan sayur, membelikan susu untuk
ibu, dan tidak membolehkan kerja berat.
Berikut kutipannya:
“…membelikan susu buat
ibu,…dalam segi makanan
disuruah acok-acok buek
sayua” (R8).
“…dia memfasilitasi…
membelikan alat untuk
mompa, trus mengingatkan
dah diperas susunya” (R2).
Sesuai hasil cross check
wawancara dengan salah satu nenek
bayi (yang mengasuh bayi ketika ibu
bekerja) memang diketahui bahwa si
nenek mempunyai pengetahuan tentang
ASI Eksklusif yang didapat dari ibu,
dan dukungan penuh sang nenek ketika
ibu bekerja memang menjadi pendorong
keberhasilan pemberian ASI Eksklusif.
Ketika ibu bekerja dan ketika anak
menangis sang nenek berusaha
menenangkan dengan dibuai-buai dalam
buaian, tanpa memberi apa-apa selain
ASI perah yang ditinggalkan ibu,
seperti hasil wawancara berikut:
“ya dibuai-buailah, habis tu
tidur dia” (IF 5).
4.2.5 Dukungan Tenaga Kesehatan
Dari segi dukungan tenaga
kesehatan mengenai apakah petugas
kesehatan pernah menjelaskan
tentang ASI Eksklusif atau tidak,
sebagian kecil ibu-ibu (3 dari 10)
menjawab tidak pernah, mereka
mendapatkan pengetahuan ASI
Eksklusif dari buku-buku dan
internet ditambah pengetahuan
mereka yang memang petugas
kesehatan, berikut kutipannya:
“….tidak…..taunya dari
buku-buku, internet” (R5).
dan sebagian besar ibu-ibu (6 dari
10) menjawab pernah mendapat
penjelasan mengenei ASI Eksklusif
dari dokter spesialis kandungan,
bidan-bidan puskesmas dan bidan
desa dalam kegiatan kelas ibu hamil,
berikut kutipannya:
“…lai,ibuk-ibuk bidan
puskesmas samo buk bidan
desa ko mah di kelas ibu
hamil” (R9).
Sesuai cross check dengan
tenaga kesehatan (bidan desa) maka
diketahui bahwa bidan mempunyai
pengetahuan tentang ASI Eksklusif,
jika menolong persalinan mereka
menganjurkan IMD kecuali karena
situasi tertentu IMD tidak dilakukan.
Upaya yang ingin mereka lakukan
agar pencapaian ASI Eksklusif
meningkat yaitu dengan
meningkatkan promosi kesehatan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
penyuluhan dan bides/kader
mendatangi rumah ibu untuk
mengajak ASI Eksklusif. Berikut
hasil wawancaranya:
“pasti dianjurkan IMD
tergantung badan bayinya,
jika seandainya
apgascorenya bagus dan
memungkinkan untuk
dilakukan IMD, maka
dilakukan IMD….apgascore
(tujuh penilaian yaitu
gerakannya aktif/ndak,
menangisnyo kuat/ndak,
kalau seandainyo napasnya
tersendat manangihnyo ndak
tersendat doh tu wak
mamaksoan untuak IMd tu
ndak bisa do ndak, beko
maningga bayi” (IF 2).
Berikut solusi menurut bidan
desa untuk mengatasi hambatan
tersebut adalah sesuai kutipan
berikut:
“yo suruah se bidan desa
turun ke ibu nifas kan,
kasihnyo penjelasan
pengertian kalau menyusui
tu tu lebih baik, lebih bagus
dari…(memberi penyuluhan)
….kalau seandainyo ibu nyo
bekerja suruah se nyo peras
aia susunyo tu….” (IF 3).
Begitu juga hasil cross check
dengan atasan ibu bekerja yang
mendukung pemberian ASI Eksklusif
dengan memfasilitasi ibu-ibu
menyusui, adanya dispensasi
terhadap waktu pulang ibu-ibu
menyusui yaitu 2 jam lebih awal
pulangnya dibanding staf yang lain,
seperti kutipan berikut:
“..ya,…dengan
memfasilitasi….adanya
dispensasi terhadap waktu
pulang ibu-ibu menyusui
yaitu 2 jam lebih awal
dibanding staf lain selama
umur anak 1 tahun” (IF 1).
4.3 Faktor Penghambat Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif
Dari hasil penelitian ketika
ditanya apa yang menjadi faktor
penghambat dalam pemberian ASI
Eksklusif pada umumnya subjek
menjawab pekerjaan, dimana ibu harus
bekerja di luar rumah dan
meninggalkan anak mereka. Ibu-ibu
yang bekerja sebagai staf/pegawai
Puskesmas Naras pada umumnya
mereka memberikan ASI perah kepada
bayi sewaktu ibu bekerja, dan ibu-ibu
tersebut harus meluangkan waktu ketika
di rumah untuk memerah ASI untuk
stock besok ketika ibu bekerja, kadang
ibu memerah ASI pada malam hari,
selain itu ketika pulang dari tempat
kerja ibu harus mensterilkan alat-alat
untuk menyimpan ASI perah. Berikut
hasil wawancaranya:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
“…kurang istirahat, kurang
waktu untuk mesterilkan alat-alat”
(R5).
Salah seorang ibu yang bekerja
sebagai petani menjawab yang menjadi
penghambat dalam pemberian ASI
Eksklusif adalah kelelahan karena
pekerjaan, makan kurang teratur.
Berikut hasil wawancaranya:
“ kalatiahan dek karajo, makan
kurang taratur” (R6).
4.4 Kiat Mengatasi Hambatan dalam
Pemberian ASI Eksklusif
Dari penelitian dapat diketahui
kiat ibu-ibu bekerja dalam mengatasi
hambatan dalam pemberian ASI
Eksklusif adalah dengan memerah ASI
di kantor, atau membawa anak ke
tempat kerja. Ada juga subjek yang
menjawab kiat mengatasi hambatan
dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu
dengan pulang ke rumah untuk
menyusui bayi dan kembali lagi ke
tempat kerja, namun ada juga subjek
yang menjawab dengan dijalani saja
tanpa itu dijadikan suatu hambatan.
Berikut hasil wawancaranya:
“Tidak ada, bawa anak ke
kantor, perah ASI di rumah,
sekali-kali di kantor” (R2).
“…..dijalani aja…” (R5).
Tabel 4.3
Hasil Penelitian yang Didapat
Jenis Pekerjaan Pendidikan Pengetahuan Motivasi Internal
Dukungan Keluarga
Dukungan Tenaga Kesehatan
Ibu-ibu bekerja sebagai staf/pegawai di Puskesmas Naras
Pendidikan ibu cukup baik, minimal D III
Mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang ASI Eksklusif
Mempunyai motivasi yang kuat dari dalam diri sendiri untuk memberikan ASI Eksklusif
Mendukung sepenuhnya
Ada yang merasakan dukungan nakes dan ada yang tidak
Ibu-ibu bekerja di luar staf/pegawai Puskesmas Naras (guru, jualan, tani, perangkat desa)
Pengetahuan ibu ada yang tinggi (S1) dan ada yang rendah (SMP)
Ada yang mempunyai pengetahuan dan ada yang kurang mepunyai pengetahuan tentang ASI Eksklusif
Mempunyai motivasi dari diri sendiri dan dari petugas kesehatan untuk memberikan ASI Eksklusif
Mendukung sepenuhnya
Ada yang merasakan dukungan nakes dan ada yang tidak
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
PEMBAHASAN
5.1 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini
adalah dalam pelaksanaan wawancara
dengan subjek berupa adanya berbagai
gangguan ketika wawancara
berlangsung seperti dari teman
seruangan atau nenek si anak yang ikut
menjawab pertanyaan yang diajukan
peneliti, namun peneliti bisa
memisahkan jawaban dari subjek dan
hanya menganalisis jawaban dari
subjek. Gangguan lain yaitu dari anak
balita ibu yang menangis-nangis ketika
wawancara berlangsung, karena si balita
hanya mau digendong ibunya.
5.2 Faktor Pendorong Ibu-ibu Bekerja
dalam Pemberian ASI Eksklusif
5.2.1 Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan
Dari hasil penelitian yang
dilakukan terhadap ibu-ibu bekerja
tersebut ternyata tingkat pengetahuan
dan pendidikan sangat membantu
dalam praktik ASI Eksklusif, dapat
dilihat ibu-ibu yang mempunyai
pendidikan sarjana ketika ditanya
tentang pengertian ASI Eksklusif,
manfaat ASI bagi bayi dan ibu, jadwal
pemberian ASI, cara meningkatkan
produksi ASI, penyakit yang dapat
dicegah dengan ASI, dan pengertian
IMD pada umumnya ibu-ibu dapat
menjawabnya.
5.2.2 Jenis Pekerjaan
Dari penelitian yang dilakukan
ternyata jenis pekerjaan ibu bisa
mempengaruhi praktik pemberian ASI
Eksklusif, hal ini dibuktikan dengan
ibu yang bekerja di kantor lebih tinggi
tingkat pengetahuan dalam
memberikan ASI Eksklusif kepada
anaknya dibanding ibu-ibu yang
bekerja di luar kantor.
Bagi ibu yang bekerja di kantor
mereka bisa memerah ASI mereka di
kantor dan pekerjaan mereka tidak
terlalu berat secara fisik dibanding
pekerjaan ibu yang bertani dan
berjualan, tapi ibu yang bertani, jualan,
dan kaur desa mereka bisa pulang
sewaktu-waktu ketika ingin menyusui
bayi atau mereka bisa membawa ke
tempat kerja mereka.
5.2.3 Motivasi
Ibu-ibu yang mempunyai
pengetahuan dan pendidikan yang
tinggi pada umumnya mempunyai
motivasi yang kuat untuk memberikan
ASI Eksklusif, hal ini dapat dilihat dari
praktik ASI Eksklusif ketika mereka
bekerja mereka bisa meluangkan waktu
untuk memerah ASI di kantor dan
membawanya dengan cooler bag.
5.2.4 Dukungan Keluarga
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
Dari hasil penelitian yang
dilakukan sudah semua subjek
mendapat dukungan yang besar dari
suami/keluarga untuk memberikan ASI
Eksklusif. Hal ini menjadi faktor
pendorong untuk keberhasilan ASI
Eksklusif. Terbukti cross check dengan
nenek yang mengasuh bayi ketika ibu
bekerja diketahui bahwa terdapat
dukungan dan motivasi yang besar dari
sang nenek agar cucu ASI Eksklusif
yaitu sang nenek berusaha
menenangkan bayi yang menangis
ketika ditinggal ibu bekerja tanpa
memberi makanan lain selain ASI
perah yang ditinggalkan oleh ibu.
Begitu juga dengan ibu-ibu yang lain
mendapat dukungan yang penuh dari
suami agar ASI Eksklusif dengan ikut
membelikan peralatan memerah ASI,
mengingatkan agar ibu banyak makan
buah dan sayur, dan mengingatkan agar
anak sering disusui.
5.2.5 Dukungan Tenaga Kesehatan
Sejalan dengan penelitian
tersebut, ketika coss check dengan
informan tenaga kesehatan dalam hal
ini bidan desa, maka tingkat
pengetahuan bidan desa tentang ASI
Eksklusif cukup tinggi dan lama
mereka bekerja sebagai bidan desa
kira-kira 5-6 tahun. Jadi faktor
pendorong dari segi dukungan tenaga
kesehatan adalah bagaimana
pengetahuan yang tinggi tentang ASI
Eksklusif dari tenaga kesehatan dalam
hal ini bidan desa dan bagaimana
tenaga kesehatan tersebut melakukan
promosi, penyuluhan, dan konseling
kepada masyarakat akan pentingnya
ASI Eksklusif. Jika tenaga kesehatan
kurang dalam penyuluhan, maka
rendah keberhasilan ASI Eksklusif,
kecuali ibu-ibu yang tinggi
pengetahuannya, maka mereka yang
aktif bertanya dan mencari tahu lewat
buku atau internet. Begitu juga jika
tenaga kesehatan rajin melakukan
promosi, penyuluhan, dan konseling
maka tinggi keberhasilan ASI
Eksklusif.
5.3 Faktor Penghambat Ibu-ibu Bekerja
dalam Pemberian ASI Eksklusif
5.3.1 Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan
Dari penelitian juga dapat dilihat
bahwa ibu-ibu dengan pengetahuan dan
tingkat pendidikan yang rendah kurang
memahami tentang pengertian ASI
Eksklusif, penyakit yang dapat dicegah
dengan ASI, dan pengertian IMD,
hanya saja mereka tahu dari bidan desa
yang menjelaskan tentang pentingnya
ASI Eksklusif bagi anak, namun
mereka tidak begitu memahaminya,
jadi mereka melakukannya karena
bagus kata bidan, bukan pengetahuan
yang dalam dari diri mereka sendiri.
5.3.2 Jenis Pekerjaan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
Faktor yang menjadi penghambat
adalah pekerjaan tersebut, bagi ibu
yang bekerja di kantor ketika mereka
bekerja mereka tidak bisa menyusui
anaknya langsung dan harus diberi ASI
perah, mereka harus membawa cooler
bag pulang pergi, harus memerah ASI
ketika di rumah (kadang malam-
malam) untuk stock besok ketika ibu
bekerja, kurang istirahat, kurang waktu
untuk mesterilkan alat-alat. Ditambah
stress secara pemikiran karena
pekerjaan yang deadline.
5.3.3 Motivasi
Dari hasil penelitian, ibu-ibu
yang rendah pengetahuan dan tingkat
pendidikannya, ibu-ibu tersebut lebih
repot bolak-balik pulang menyusui
anaknya atau membawa anak ke
tempat bekerja karena mereka tidak
mempunyai pengetahuan tentang ASI
perah, jadi ibu-ibu yang mempunyai
motivasi internal yang kuat dari dalam
diri sendiri lebih bisa mengatasi
hambatan dalam praktik ASI Eksklusif
dibanding ibu-ibu yang mempunyai
pengetahuan dan tingkat pendidikan
yang rendah.
5.3.4 Tenaga Kesehatan
Dukungan tenaga kesehatan
mempunyai peranan yang penting
dalam keberhasilan pemberian ASI
Eksklusif. Dari hasil penelitian
ditemukan bahwa sebagian kecil ibu-
ibu ketika hamil tidak mendapatkan
penjelasan tentang ASI Eksklusif dari
petugas kesehatan dan tidak mendapat
anjuran dari tenaga kesehatan untuk
tidak memberikan susu formula, tapi
mereka mempelajari dan mencari tahu
sendiri dari buku-buku, internet, dan
sharing dengan rekan kerja. Hal ini
tentu saja menjadi faktor penghambat
dalam keberhasilan pemberian ASI
Eksklusif.
5.4 Kiat Mengatasi Hambatan
Kiat ibu bekerja untuk mengatasi
hambatan tersebut adalah bagi ibu di
kantor dengan memerah ASI di kantor
dan di rumah, tapi mereka dengan senang
hati menjalaninya karena motivasi yang
kuat untuk memberikan anak yang
terbaik dan tahu akan manfaat ASI, bagi
ibu-ibu lain kiat mereka dengan makan
banyak-banyak, kurangi stress, tapi
hambatan tersebut tidak begitu berarti
karena niat yang tulus ingin memberikan
anak yang terbaik.
Dari hasil penelitian, yang menjadi
kunci keberhasilan pemberian ASI
Eksklusif pada ibu-ibu bekerja adalah
pengetahuan yang tinggi tentang ASI
Eksklusif, motivasi yang kuat untuk
memberikan ASI Eksklusif, dukungan
dari keluarga (suami, ibu, mertua) untuk
memberikan ASI Eksklusif, dan
dukungan dari tenaga kesehatan (dokter
kandungan, bidan puskesmas, bidan desa,
TPG) tentang penjelasan ASI eksklusif,
penjelasan tentang Inisiasi Menyusu Dini
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
(IMD), perawatan payudara ketika hamil,
KB yang bisa menghambat pengeluaran
ASI, bagaimana meningkatkan produksi
ASI, bagaimana cara menyusui yang baik
dan benar. Begitu juga dukungan dari
atasan ibu bekerja untuk memberikan
dispensasi kepada ibu menyusui agar
bisa pulang lebih awal dibanding
pegawai lain, bisa membawa anak ke
tempat kerja, tapi yang paling penting
adalah menyediakan fasilitas untuk
memerah ASI di kantor, yaitu ruangan
khusus untuk memerah ASI dan segala
perlengkapannya (kulkas, dispenser,
washtafel, waslap, tisu). Jadi jika semua
faktor tersebut mendukung maka
hambatan dalam pemberian ASI
Eksklusif bisa diatasi dan ASI Eksklusif
akan berhasil.
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Faktor pendorong keberhasilan
pemberian ASI Eksklusif pada ibu-ibu
bekerja adalah pengetahuan dan
pendidikan yang tinggi tentang ASI
Eksklusif, motivasi yang kuat,
dukungan keluarga dan dukungan
tenaga kesehatan.
6.1.2 Faktor penghambat dalam pemberian
ASI Eksklusif adalah ibu yang harus
bekerja dan meninggalkan anak di
rumah.
6.1.3 Walaupun bekerja menjadi hambatan
untuk memberikan ASI Eksklusif tapi
ibu-ibu dapat mengatasi hambatan
tersebut karena pengetahuan yang
tinggi tentang ASI Eksklusif, motivasi
yang kuat untuk memberikan anak
ASI Eksklusif, ditambah dukungan
dari keluarga dan tenaga kesehatan.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi tenaga kesehatan agar lebih
meningkatkan promosi, penyuluhan,
dan konseling kepada ibu-ibu hamil,
ibu-ibu menyusui, dan keluarga ibu
agar pemberian ASI Eksklusif
berhasil.
6.2.2 Bagi puskesmas/instansi lain agar
menyediakan ruangan khusus laktasi
dan segala perlengkapannya seperti
kulkas, dispenser, washtafel, waslap
untuk memerah ASI ketika ibu
bekerja di kantor.
6.2.3 Dalam penelitian ini masih kurang
jumlah sampel, jenis pekerjaan ibu
dan penelitian dengan kuantitatif,
untuk itu perlu dilakukan penelitian
lanjutan agar praktik pemberian ASI
Eksklusif pada ibu bekerja bisa
tercapai dengan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Diana Nur. 2007. Faktor yang
Berperan dalam Kegagalan Praktik
Pemberian ASI Eksklusif. Tesis
Program Pascasarjana Gizi
Masyarakat Universitas Diponegoro,
Semarang 2007
Depkes RI, 1997. Petunjuk Pelaksanaan
Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR
Depkes RI, 2005. Manajemen Laktasi.
Jakarta
Depkes RI, 2007. Pelatihan Konseling
Menyusui Panduan Peserta. Jakarta
Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta
Depkes RI, 2009. Petunjuk Pelaksanaan
Kelas Baduta. Jakarta
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan
Nasional. Jakarta
Dinas Kesehatan Kota Pariaman. 2011. Profil
Kesehatan Kota Pariaman. Pariaman
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
2010. Profil Kesehatan Sumatera Barat.
Padang
ENN, IBFAN-GIFA, Foundation Terre des
Hommes, Action Contre la Faim,
Case USA, Lingakes, UNICEF,
UNHCR, WHO and WFP. 2007.
Pemberian Makanan Bayi pada
Keadaan Darurat
Handayani Heni. 2012. Kendala
Pemanfaatan Ruang ASI dalam
Penerapan ASI Eksklusif di
Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak
Tahun 2011. Skrispsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Program
Studi Kesehatan Reproduksi
Universitas Indonesia. Depok
Http://WWW. Jurnas. Com/news/1784/ASI
Berperan Capai MDGs
2015/9/Sosial Budaya/perempuan
Kemenkes RI. 2004. Rekomendasi
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di
Indonesia. Jakarta
Kemenkes RI. 2011. Profil Kesehatan
Indonesia 2010. Jakarta
Kristiyansari, W. 2009. ASI, Menyusui dan
Sadari. Nuha Medika. Yogyakarta
Moleong, L. J. 2007. Metode Penelitian
Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-prinsip Dasar
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Novianti, R. 2009. Menyusui itu Indah, Cara
Dahyat Memberikan ASI untuk Bayi
Sehat dan Cerdas. Oktopus.
Yogyakarta
Puskesmas Naras. 2012. Profil Kesehatan
Puskesmas Naras Tahun 2011. Pariaman
Purwanti, H.S. 2004. Konsep Penerapan ASI
Eksklusif. EGC. Jakarta
Roesli. 2000. Mengenal ASI Eksklusif.
Trubus Agriwidya. Jakarta
Soetjningsh, 1997. ASI Petunjuk untuk
Tenaga Ksehatan. EGC. Jakarta
Rosita, Syarifah. 2008. ASI untuk
Kecerdasan Bayi. Ayyana. Yogyakarta
Suhardjo. 1992. Pemberian Makanan pad
Bayi dan Anak. Kanisius. Yogyakarta
Weni, K. 2012. Direktorat Bina Kesehatan
Anak Wujudkan ASI Eksklusif dengan Pojok
ASI
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR