Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

14
Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat Nuklir PRPN- BATAN, 14 November 2013 DESAIN PERANGKA T PENGUKUR DOSIS PAD A RENOGRAF Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon PRPN - SATAN, Kawasan Puspiptek, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK DESAIN PERANGKA T PENGUKUR AKTIVITAS DOSIS PADA RENO GRA F. Desain perangkat pengukur dosis (dose calibrator) pada renograf telah dilakukan. Dose calibrator tersebut digunakan sebagai alat pengukur aktivitas radiofarmaka di bidang kedokteran nuklir sesuai dosis pasien pada pemeriksaan renograf. Alat ini dirancang secara kompak dan praktis dengan komponen yang mudah didapat di pasaran. Perangkat ini terdiri dari subsistem deteksi dengan dua buah detektor Geiger Muller, subsistem pengolah sinyal secara koinsiden, subsistem pengendali proses menggunakan mikrokontroler, dan subsistem penampil hasil pengukuran menggunakan LCD 16x2. Kata kunci: Dose Calibrator, Detektor Geiger Muller, Aktivitas, Radiofarmaka ABSTRACT AN EQUIPMENT DESIGN FOR DOSE ACTIVITY MEASUREMENT OF RENOGRAF. An equipment design for dose activity measurement (dose calibrator) of renograf has been implemented. The dose calibrator is used as a measurement equipment for activity in the field of nuclear medicine radiopharmaceutical according to the patient's dose by renograf examination. The equipment is designed with compact and practical using components that are readily available in the market. The equipment consists of two subsystems detection with Geiger Muller detector, coincident signal processing subsystem, control subsystem processes using a microcontroller, and a viewer subsystem measurement results using a 16x2 LCD. Keywords: Dose Calibrator, Geiger Muller detector, Activities, Radiopharmacies. 1. PENDAHULUAN Radiofarmaka adalah zat kimia yang mengandung atom radioaktif dalam strukturnya dan telah memenuhi persyaratan khusus, sehingga aman digunakan untuk diagnosis penyakit.[1,2]. Dengan semakin berkembangnya aplikasi zat radioaktif/radiofarmaka di bidang kedokteran nuklir, maka alat bantu elektronik yang dapat digunakan untuk mendeteksi radiofarmaka tersebut sang at dibutuhkan. Alat yang lazim diperlukan untuk pengukuran radiasi di bidang kedokteran nuklir meliputi: - 232 -

Transcript of Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Page 1: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN- BATAN, 14 November 2013

DESAIN PERANGKA T PENGUKUR DOSIS PAD A RENOGRAF

Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

PRPN - SATAN, Kawasan Puspiptek, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310

ABSTRAK

DESAIN PERANGKA T PENGUKUR AKTIVITAS DOSIS PADA RENO GRA F.

Desain perangkat pengukur dosis (dose calibrator) pada renograf telah dilakukan. Dosecalibrator tersebut digunakan sebagai alat pengukur aktivitas radiofarmaka di bidangkedokteran nuklir sesuai dosis pasien pada pemeriksaan renograf. Alat ini dirancangsecara kompak dan praktis dengan komponen yang mudah didapat di pasaran. Perangkatini terdiri dari subsistem deteksi dengan dua buah detektor Geiger Muller, subsistempengolah sinyal secara koinsiden, subsistem pengendali proses menggunakanmikrokontroler, dan subsistem penampil hasil pengukuran menggunakan LCD 16x2.

Kata kunci: Dose Calibrator, Detektor Geiger Muller, Aktivitas, Radiofarmaka

ABSTRACT

AN EQUIPMENT DESIGN FOR DOSE ACTIVITY MEASUREMENT OFRENOGRAF. An equipment design for dose activity measurement (dose calibrator) ofrenograf has been implemented. The dose calibrator is used as a measurementequipment for activity in the field of nuclear medicine radiopharmaceutical according to thepatient's dose by renograf examination. The equipment is designed with compact andpractical using components that are readily available in the market. The equipmentconsists of two subsystems detection with Geiger Muller detector, coincident signalprocessing subsystem, control subsystem processes using a microcontroller, and a viewersubsystem measurement results using a 16x2 LCD.

Keywords: Dose Calibrator, Geiger Muller detector, Activities, Radiopharmacies.

1. PENDAHULUAN

Radiofarmaka adalah zat kimia yang mengandung atom radioaktif dalam

strukturnya dan telah memenuhi persyaratan khusus, sehingga aman digunakan untuk

diagnosis penyakit.[1,2]. Dengan semakin berkembangnya aplikasi zat

radioaktif/radiofarmaka di bidang kedokteran nuklir, maka alat bantu elektronik yang dapat

digunakan untuk mendeteksi radiofarmaka tersebut sang at dibutuhkan. Alat yang lazim

diperlukan untuk pengukuran radiasi di bidang kedokteran nuklir meliputi:

- 232 -

Page 2: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Presiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN - BA TAN, 14 November 2013

1. Surveymeter portable Geiger Muller-GM yang digunakan untuk mengukur paparan

radiasi dalam cacah per menit atau mili roentgen per jam. Alat ini dipakai untuk

memonitor daerah kerja.

2. Pencacah sintilasi tipe sumur, merupakan alat paling sensitip yang digunakan untuk

mengukur contoh/sampel yang mengandung radioaktif dengan aktivitas kurang dari

satu mikro Curie.

3. Dose calibrator untuk mengukur aktivitas radiofarmaka atau dosis pasien [2].

Badan Tenaga Nuklir Nasional-BATAN telah mengembangkan perangkat renograf

dual probe sebagai sarana penunjang diagnostik fungsi ginjal dengan teknik nuklir. Pada

pemeriksaan renograf dual probe diperlukan dose calibrator untuk mengukur dosis pasien

sebelum disuntikan.

Sayangnya penggunaan perangkat renograf tersebut belum dilengkapi dose

calibrator, hal ini dikarenakan harga dose calibrator yang ada masih mahal. Disamping itu

jika terjadi kerusakan biayanya juga mahal, karena suku cadangnya masih

ketergantungan dari luar. Sehingga penentuan dosis pasien masih menggunakan

perhitungan peluruhan isotop radiofarmaka yang ada pad a sertifikat saat tiba ditempat.

Hal ini dimungkinkan karena saat ini pengoperasian renograf masih menggunakan 1-131

IOH yang ada sertifikatnya. Jika menggunakan radiofarmaka Tc-99m, maka diharuskan

menggunakan dose calibrator untuk mengukur aktivitas Tc-99m yang diperoleh saat

dilakukan elusi dari generator Tc-99m. Selanjutnya dose calibrator digunakan pula untuk

menentukan/mengukur dosis pasien yang akan disuntikan.

Dalam penelitian ini akan dilakukan perancangan perangkat dose calibrator yang

digunakan untuk mengukur aktivitas radiofarmaka Tc-99m dan 1-131 IOH pada

pemeriksaan renograf dalam rangka penguasaan teknologi. Penguasaan teknologi ini

dilakukan dengan mengembangkan perangkat dose calibrator yang mengacu pad a dose

calibrator Victoreen model 34-061 menggunakan mikrokontroler sebagai pengontrol dan

pengolah datanya. Dengan rancangan ini, diharapkan dapat dihasilkan perangkat dose

calibrator untuk menunjang pemeriksaan renograf di rumah sakit.

2. TEORI

Dose calibrator merupakan instrumen yang digunakan secara rutin di unit

kedokteran nuklir untuk mengukur aktivitas radiofarmaka. Dose calibrator tersebut

mempunyai sistem yang terdiri dari detektor kamar pengion dan alat bantu elektronik yang

berfungsi untuk mengukur arus atau banyaknya pulsa yang sebanding dengan aktivitas

- 233 -

Page 3: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN- SATAN, 14 November 2013

radiofarmaka yang diukur. Banyak jenis dan desain dari dose calibrator, namun secara

umum tipikal kamar pengion terdiri dari tabung berisi gas dan elektrode. Jenis gas yang

digunakan berbeda-beda, demikian pula tekanan dan tegangan kerjanya.[3,4].

Radiasi yang masuk melewati kamar pengion akan mengionisasi molekul gas

menjadi ion positip dan elektron. Oi bawah pengaruh medan listrik, ion positip dan

elektron tersapu ke arah yang berlawanan menuju elektroda yang sesuai. Pengumpulan

partikel bermuatan tersebut akan menghasilkan arus ionisasi atau jumlah pulsa yang

sebanding dengan aktivitas dari radiofarmaka yang diukur. Setiap radionuklida

memancarkan energi dan kuantitas radiasi gamma yang berbeda. Untuk aktivitas yang

sam a dari setiap radionuklida akan menghasilkan tingkat ionisasi yang berbeda di dalam

gas kamar pengion. Oleh karena itu setiap radionuklida mempunyai tanggapan sendiri

sesuai karakteristiknya.[5,6].

Dose calibrator umumnya menggunakan detektor jenis isian gas (gas filled detector)

yang bekerja berdasarkan prinsip ionisasi. Pad a dasarnya dose calibrator dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Menggunakan detektor kamar pengion, seperti dose calibrator Capintec, Vinten

271/671, Comp-U-Cal, dan lain-lain.

2. Menggunakan detektor Geiger Muller seperti: Victoreen model 34-061.

Oetektor ionisasi terdiri dari dua elektroda terisolasi, anoda dan katoda yang berada

dalam medium gas. Gas yang biasa digunakan sebagai medium adalah gas dari

golongan gas mulia, seperti Helium (He) atau Argon (Ar). Oetektor ionisasi umumnya

berbentuk silinder dengan dinding tabung berupa logam sebagai katoda dan sebuah

kawat di dalam tabung sebagai anoda. [6]. Skema detektor ionisasi diperlihatkan pada

Gambar 1.

AMda

(}J~--1i"J- Kawda C

+

lsolalOl' c

j f--R

Gambar 1. Skema detektor ionisasi.

Radiasi yang memasuki detektor akan mengionisasi gas dan menghasilkan ion-ion

positip dan ion-ion negatip. Jumlah ion yang dihasilkan dari interaksi ini sebanding

- 234 -

Page 4: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN - BA TAN, 14 November 2013

dengan energi radiasi dan daya ionisasi gas. Jumlah ion yang dihasilkan dapat

memberikan kontribusi terbentuknya pulsa listrik atau arus listrik yang selanjutnya dapat

diolah oleh rangkaian berikutnya menjadi informasi yang dapat dibaca.[7,8].

3. TATAKERJA/METODOLOGI

Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-PRPN akan mengembangkan perangkat

pengukur dosis yang digunakan untuk mengukur aktivitas radiofarmaka 1-131 OIH atau

Tc-99m sesuai dosis pasien pada pemeriksaan renograf. Perangkat ini terdiri dari

beberapa sistem, antara lain: sistem mekanik, sistem elektronik serta sistem perangkat

lunak pad a mikrokontroler.

Tahapan pembuatan desain perangkat dose calibrator meliputi:

• Penetapan persyaratan desain perangkat. Pada tahap ini ditetapkan persyaratan

desain yang harus dipenuhi oleh perangkat yang akan dibuat.

• Penetapan persyaratan teknis perangkat. Pad a tahap ini ditetapkan persyaratan

teknis yang harus dipenuhi perangkat.

• Desain perangkat. Pada tahap ini dilakukan perancangan perangkat dengan

memperhatikan persyaratan desain dan persyaratan teknis yang telah ditetapkan.

dalam bentuk gambar atau diagram yang merangkai subsistem/modul/komponen

untuk memenuhi spesifikasi fungsi dan unjuk kerja perangkat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil kegiatan yang dilakukan berupa persyaratan desain, persyaratan teknis,

spesifikasi teknis, desain perangkat dose calibrator yang meliputi: sistem mekanik, sistem

elektronik, dan sistem perangkat lunak pada mikrokontroler.

4.1. Persyaratan Desain

Persyaratan desain ini mengacu pada kreteria yang diminta pelanggan yaitu

perangkat dapat digunakan untuk mengukur aktivitas dosis radiofarmaka 1-131 dan Tc­

99m pada pemeriksaan fungsi ginjal dengan renograf.

4.2. Persyaratan Fungsi

Persyaratan fungsi dose calibrator yang ditetapkan sebagai berikut:

• Perangkat mampu mengukur aktivitas dosis radiofarmaka 1-131 dan Tc-99m

dalam satuan milicurie.

- 235 -

Page 5: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN - BA TAN, 14 November 2013

• Sistem deteksi berfungsi mengubah zarah radiasi gamma dari radiofarmaka

menjadi pulsa listrik.

• Sistem elektronik pengolah pulsa berfungsi untuk membentuk pulsa TTL 0,5

mikrosekon, agar dapat di hitung melalui counter pad a mikrokontroler.

• Perangkat lunaknya mampu mengontrol seluruh sistem dan melakukan akuisisi

data serta mengkonversinya ke dalam satuan milicurrie.

• Sistem penampilnya mampu menampilkan data hasil pengukuran minimal 6 digit.

4.3. Persyaratan teknis

.Sistem mekanik yang didalamnya terdapat Subsistem deteksi harus dapat

mengatasi faktor geometri dari sam pel.

• Dapat mengukur aktivitas radiofarmaka 1-131 IOH dan Tc-99m dengan rentang

batas ukur pengukuran 0,1 milicurie sid 999 milicurie dengan ketelitian 2 digit

dibelakang koma.

4.4. Spesifikasi Teknis

Konsumsi daya

Catu daya HV

Catu daya LV

Tegangan kerja detektor

Detektor

Output pengkondisi sinyal :

Pencacah

Sistem penampil

220Vac I 60 Watt.

dapat diatur 0 Vdc sampai 1000 Vdc.

+5 Vdc; ±12 Vdc; Ground.

500 Vdc.

dua buah Geiger Muller

koinsiden pulse TTLberbasis mikrokontroller

6 digit.

LCD 2x16 karakter

4.5. Deskripsi

Perangkat pengukur aktivitas radiofarmaka yang dikenal dengan dose calibrator

adalah alat penunjang keselamatan di bidang kedokteran. Perangkat ini terdiri dari bagian

elektronik, mekanik, dan perangkat lunak pada mikrokontroler. Bagian elektronik

merupakan rangkaian elektronik yang terdiri beberapa sub sistem antara lain: sub sistem

deteksi, sub sistem pengolah sinyal, sub sistem counter timer, dan konversi data jumlah

cacah ke satuan dosis menggunakan mikrokontroler, sub sistem penampil data hasil

pengukuran menggunakan LCD 16x2 karakter.

Bagian mekanik terdiri dari pengungkung yang terbuat dari Pb untuk menekan latar

radiasi dari luar. Di dalamnya terdapat sistem deteksi dan tempat sumber radiofarmaka

- 236 -

Page 6: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN - BA TAN, 14 November 2013

yang akan diukur. Tata letaknya disusun sedemikian rupa dengan memperhitungkan

faktor geometri. Bagian perangkat lunak berupa program akuisisi data, pengkonversi data

ke satuan aktivitas sumber, serta menampilkan hasilnya ke sistem penampil LCD atau

seven segmen 6 digit. Perangkat lunak ini akan disimpan dalam sebuah mikrokontroler

yang akan mengontrol seluruh sistem.

4.6. Desain Perangkat

Pad a desain perangkat, komponen utama yang digunakan sebagai berikut:

• Subsistem holder dengan pengungkung sheilding yang terbuat dari Pb. Holder

digunakan sebagai tempat meletakkan sumber isotop yang akan diukur. Sheilding Pb

digunakan untuk menghilangkan cacah latar akibat dari sumber radiasi dari luar.

• Subsistem deteksi sebagai tranduser yang mengubah intensitas sinar radiasi menjadi

sinyal listrik yang dapat diolah oleh sistem elektronik selanjutnya. Sistem deteksi ini

menggunakan dua buah detektor Geiger Muller-GM dari tipe LND 716. Visualisasi

detektor GM tipe LND716 diperlihatkan pad a Gambar 2. Sedangkan karakteristik

detektor ini diperlihatkan pad a Gambar 3. Sistem holder dan subsistem deteksi di

dalam sheilding Pb diletakkan sedemikian rupa untuk mengurangi faktor geometri yang

mempengaruhi hasil pengukuran.

Gambar 2. Visualisasi detektor GM tipe LND716

- 237 -

Page 7: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN-BATAN, 14 November 2013

GA!\UI'L"-SENSfnVlTY5

10

llJBETI"PE·716

101103104

- 101

"103104-105

Gambar 3. Karakteristik detektor Geiger Muller tipe LND 716 .

• Subsistem pengolah sinyal dengan koinsiden dua masukan pulsa menggunakan

gerbang TTL NOR dari IC 4001. Mikrokontroler AVR 8535 digunakan untuk

mengendalikan seluruh perintah akuisisi dan konversi data ke satuan aktivitas dosis

dalam miliCurie. LCD 2x16 karakter digunakan untuk menampilkan hasil pengukuran,

isotop yang diukur. Subsistem catudaya tegangan tinggi yang dapat diatur sampai

1000 Vdc dan catu daya tegangan rendah +5 V, +12 V, dan -12 V. Menggunakan

regulator 7805,7812 dan 7912.

Siok diagram rancangan perangkat dose calibrator diperlihatkan pada Gambar 4.

SubsistemSubsistemkonversi dataSubsistem

deteksi 1

Subsistem-+dengan

-.penampil has

pengolah sinyal

mikrokontrolerpengukuran4. 'TO Q~'1~Isotop

Tyang

Subsistem pengaturSubsistem

-kalibrasi timer

Subsistem-tombol pemilih isotop (1-131, Tc-99)

deteksi 2

-catu daya HV-Tombol star pengukurandan LV -Tombol reset sistem,.

iI

9

Gambar 4. Siok diagram rancangan perangkat dose calibrator

- 238 -

Page 8: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Perlemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN- BATAN, 14 November 2013

4.7. Prinsip Kerja

Prinsip kerja secara umum dimana sumber isotop 1-131 atau Tc-99 dengan wadah

tertentu dimasukkan ke holder yang telah dikungkung timbal Pb. Subsistem deteksi

menggunakan dua buah detektor GM sebagai tranduser akan mengubah sinar radioaktip

menjadi pulsa. Pulsa tersebut akan diproses secara koinsiden pada subsistem pengolah

sinyal. Jumlah pulsa yang diperoleh sebanding dengan aktivitas radioisotop yang diukur.

Data jumlah pulsa yang diperoleh selanjutnya dikonversi menjadi data aktivitas sumber

radiofarmaka yang diukur dalam satuan mili Currie. Hasil konversi selanjutnya ditampilkan

pada layar LCD 2x16 karakter. Kalibrasi dilakukan dengan mengatur waktu timer

pengukuran untuk masing masing radioisotop yang diukur.

Hasil rancangan rangkaian subsistem deteksi diperlihatkan pada Gambar 5. Pada

Gambar 5. terlihat bahwa detektor GM akan menghasilkan pulsa positip dengan lebar

pulsa sekitar orde milisekon. Selanjutnya pulsa tersebut diolah menjadi pulsa TTL . untuk

mendapatkan pulsa TTL dengan lebar pulsa 0,5 mikrosekon digunakan rangkaian

differensiator dengan memasang C4 dan R4, serta dua buah gerbang TTL. Dari 4001.

Rangkaian ini dibuat dua buah dan dihubungkan secara coinsiden dengan menambah

gerbang OR untuk mengurangi faktor geometri dose calibrator.

,- .

I'"'

C-'101

f

Gambar 5. Hasil rancangan sebuah rangkaian subsistem deteksi.

Hasil rancangan subsistem pengendali dan pemroses data dengan mikrokontroler

AVR ATMega8535 diperlihatkan pad a Gambar 6. Gerbang AND (IC 7408) berfungsi untuk

melewatkan pulsa selama waktu (timer) yang telah ditentukan. Jumlah pulsa yang masuk

- 239 -

Page 9: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN- BATAN, 14 November 2013

selama waktu tertentu terse but akan dihitung oleh mikrokontroler ATMega 8535 melalui

port T1. T1 ini memiliki kuota data hingga 16 bit atau 65535, dimana data akan disimpan

melalui register TCNT1. Pencacahan pulsa dilakukan oleh register TCCR1 B, dim ana

register TCCR1 Bini diset dengan nilai heksa Ox06 yang mengartikan sumber clock

ekternal pada pin T1 (PB.1), dim ana perhitungan clock dilakukan pad a posisi falling edge

(pulsa bernilai low "0". Jadi setiap pulsa low yang masuk pad a PB.1 (T1) ini akan dihitung

satu cacah, dan diakumulasikan serta disimpan pad a register TCNT1.Nilai pada TCNT1

ini selanjutnya akan ditampilkan pada LCD 16x2 dengan format tampilan 3 angka

dibelakang koma dan satuan dalam mCi.

Pengaturan register dan format tampilan serta pengolahan data cacahan dapat

diatur dengan perangkat lunak berupa bahasa C, dim ana dengan perangkat lunak ini nilai

cacahan dibagi dengan 400 untuk menjadi mCi, serta ditampilkan pada LCD 16x2 melalui

port A dengan 3 angka dibelakang koma. Perangkat lunak ini dapat menjadikan kuota

cacahan dalam TCNT1 lebih dari 16 bit atau 65535 hingga batas bilangan float, yaitu

dengan menaktifkan register TIMSK atau register interupsi pada ATMEGA 8535 yang

selanjutnya setiap interupsi yang terjadi dikalikan dengan 65536 lalu ditambahkan dengan

nilai TCNT1 yang sedang dicacah. Sehingga jumlah cacahan dapat melebihi kuota yang

tersedia dalam register TCNT1 .

./7

HAPT

C/duiu:.1 Down

(!:--=- I ••_IGoiop

C3

Gambar 6. Skematik Rancangan Sub Sistem Pencacah Berbasis Mikrokontrolerdengan Penampil LCD yang digunakan pad a Dose Calibrator

- 240 -

Page 10: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat Nuk/irPRPN - BA TAN, 14 November 2013

Diagram alir operasional perangkat lunak diperlihatkan pada Gambar 7.

Aktivitas ;;= 0 mCi

1·131 or TC·99

T up or T down

Led Nyala

Gambar 7. Diagram alir operasional perangkat lunak dose calibrator.

Pemrograman perangkat lunak dose calibrator

: Small:0: 305

Project : Dose Calibrator rev. 1Version : 1Date : 7/24/2013Author : Joko SumantoCompany : PRPN - SATANComments:Chip type : ATmega8535Program type : ApplicationAVR Core Clock frequency: 12.000000MHzMemory modelExternal RAM sizeData Stack size***********************************************/

#include <mega8535.h>#include <alcd.h>#include <stdio.h>

#include <delay.h>#define start PINC.O

#define stop PINC.1#define up PINC.2#define down PINC.3#define set PINCA#define lampu PORTSAunsigned char buff[1 03];unsigned int a;unsigned int b;unsigned int e;eeprom unsigned int io;eeprom unsigned int tc;eeprom unsigned int x=O;unsigned char loop=O;int t;float c;float d;II Declare your global variables here

void tampilO

- 241 -

Page 11: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN - BA TAN, 14 November 2013

{a=TCNT1 ;e=(b*65536)+a;d=e/400;

if(d>=999.999){TCCR1 B=OxOO;TCCRO=OxOO;

delay_ms(100);b=O;t=O;loop=O;lampu=O;

led_elearO;//led_90toxy(0,1 );//Ied_puts(" ");led_90toxy(0, 1);led_puts(" OVER");

}

if( d<=999. 999){led_90toxy(11,0);led_puts("t=");led_90toxy(15,0);led_puts("s");sprintf(buff, "%2d",e);led_90toxy(13,0);led_puts(buff);led_90toxy(8, 1);Icd_putsf("mCi");sprintf(buff, "%3. 3f', d);Icd_90toxy(0,1 );led_puts(buff) ;sprintf(buff, "%2d", t);led_90toxy(13,1 );led _puts( buff);

}}

void settin90

{switch(x)

{case 0: if(!up)

{delay_ms(250);io++;

if(io==61 )io=O;};

t=O;

if(!down){delay_ms(250);io--;if(io==0)io=60;};e=io;

Icd_90toxy(0,0);led_puts("1-131 ");tampilO; break;

case 1: if(!up){delay _ms(250);te++;

if(te==61 )te=O;};

if(!down){delay_ms(250);te--;if(tc==0)tc=59;};e=te;

led_90toxy(0,0);led_puts("Tc-99 ");tampilO; break;

}}

void kerjaO

{if(!start)

{delay_ms(100);TCNTO=Ox8A;TCNT1 =OxOOOO;TCCRO=Ox05;TCCR 1B=Ox06;b=O;t=O;

lampu=1 ;led_clearO;}

if(t>=e){TCCR1 B=OxOO;TCCRO=OxOO;b=O;

PORTC=OxFF;

- 242 -

Page 12: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN- SATAN, 14 November 2013

loop=O;lampu=O;

Icd_gotoxy(11,0);Icd_puts("t=") ;Icd_gotoxy(15,0);Icd_puts("s");sprintf(buff, "%2d" ,e);Icd_gotoxy(13,0);Icd_puts(buff);Icd_gotoxy(13, 1);Icd_putsf("mCi");sprintf(buff, "%3. 3f' ,d);Icd_gotoxy(0,1 );Icd_puts(buff);}

if(!stop){TCCR1 B=OxOO;TCCRO=OxOO;

delay_ms(100);b=O;t=O;loop=O;lampu=O;}

if(!set){delay_ms(250);x++;if(x==6)x=0;}

}

void main(void)

{PORT A=OxOO;DDRA=OxOO;

PORTB=OxOF;DDRB=OxFO;

DDRC=OxOO;

PORTD=OxOO;DDRD=OxOO;

TCCRO=OxOO;TCNTO=OxOO;

TCCR1 B=OxOO;TCNT1 =OxOOOO;

TIMSK=Ox05;TI FR=OxOO;

Icdjnit(16);#asm ("sei");

while (1){settingO;kerjaO;}

}

interrupt [TIMO_OVF] voidtimerO _ ovCisr(void){TCNTO=Ox8A;loop++;if (loop>=1 00)

{t++' ,loop=O;}

}

interrupt [TIM1_0VF] voidtimer1_ overflow(void){b=b+ 1;

}

- 243 -

Page 13: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN - BA TAN, 14 November 2013

5. KESIMPULAN

Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa telah dirancang perangkat pengukur dosis

pada renograf dengan kompak dan praktis sesuai persyaratan desain, fungsi, teknis, dan

sepsifikasi yang telah ditetapkan. Dengan rancangan ini, diharapkan dapat dihasilkan

perangkat dose calibrator untuk menunjang pemeriksaan renograf di rumah sakit.

6. DAFT AR PUST AKA

1. KOWALSKY, RJ., and PERRI, JR., "Radiopharmaceuticals in Nuclear Medicin

Practice, USA, 1987.

2. NAZAROH, "Dose Calibrator, Alat Ukur Aktivitas Radiofarmaka di Rumah sakit",

Suletin ALARA 1(2), Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi,

SATAN, Jakarta, 1997.

3. RICHARD J.KOWALSKY dan J.RANDOLPH PERRY, Radiopharmaceuticals in

Nuclear Medicine Practice, Appleton & Lange, USA, 1987.

4. NAZAROH, ERMI JUITA dan HEMAWAN CANDRA, Evaluasi Seberapa Dose

Calibrator Untuk Pengukuran Tc-99m, Prosiding Seminar Nasional Keselamatan

Kesehatan dan Lingkungan, P3KRSiN, SATAN, 2001.

5. User manual book of Radionuclide Calibrator- Vinten 271/671.

6. NRCP REPORT NO.58, A Handbook of Radioactivity Measurements Procedures,

1985.

7. PUSDIKLAT- SATAN, ProsedurQC Perawatan Instrumentasi Nuklir, 2006.

8. HOLNISAR, DKK, Penentuan Calibrasi Setting Dose Calibrator Capintec CRC-7ST

Untuk Ce-139, Prosiding Pertemuan IImiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang, 2010.

9. ANONIM, "Perangkat Dose calibratorVictroreen Model 34-061", Victoreen Inc., USA.

10. ANONIM, Pemrograman Mikrokontroler Atmega8535 dengan SASCOM AVR,

Inkubator Teknologi MITI Yogyakarta.

- 244 -

Page 14: Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon

Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan Perangkat NuklirPRPN-BATAN, 14 November 2013

TANYA JAWAB

Pertanyaan:

1. Perlu diperbaiki dalam pembuatan diagram alir agar logikanya mudah dipahami.

(Atang Susila)

2. Proses kalibrasi dibandingkan dengan alat referensi apa? (Rony D.)

3. Bagaimana menentukan resolving time rangkaian koinsiden supaya optimal?

(Kristedjo)

4. Berapa nilai resolving time yang digunakan dan bag aim ana mengaturnya? (Kristedjo)

Jawaban:

1. Saran diterima

2. Proses kalibrasi dilakukan dengan mengatur lamanya waktu pengukuran (timer) yang

hasil pengukurannya dibandingkan dengan alat yang sudah proven sebagai alat

standar dalam hal ini Victoreen Model 34-061.

3. Dilakukan dengan mengukur lebar pulsa keluaran rangkaian menggunakna

osiloskop.

4, Nilai lebar pulsa keluaran koinsiden ditentukan yaitu antara 0,5 I-ls sampai dengan

1 I-ls. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai resistor dan kapasitor yang sesuai

pad a rangkaian differensiator.

- 245 -