Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

download Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

of 157

Transcript of Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    1/157

    ISSN: 2085-2517

    Jurnal Otomasi, Kontrol &InstrumentasiJournal of Automation, Control and

    Instrumentation

    Volume 8, No.2, Tahun 2016

    Diterbitkan oleh/Published by:Masyarakat Otomasi, Kontrol dan InstrumentasiSociety of Automation, Control and Instrumentation

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    2/157

     

    ISSN: 2085-2517

    Jurnal Otomasi, Kontrol &InstrumentasiJournal of Automation, Control and

    Instrumentation

    Volume 8, No.2, Tahun 2016

    Masyarakat Otomasi, Kontrol dan InstrumentasiAlamat : Litbang (ex.PAU) Lt.8 Jl. Ganesa 10 Bandung 40132, Indonesia

    Tel. +62-22-2514452 Tel / Fax. +62-22-2534285.Email : [email protected]

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    3/157

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    4/157

     i

    Tim Editor / Board of Editors

    Ketua/Chairman

    Deddy Kurniadi

    (Institut Teknologi Bandung, Indonesia)

    Anggota/Member

    Endra Joelianto

    (Institut Teknologi Bandung, Indonesia)

    Estiyanti Ekawati

    (Institut Teknologi Bandung, Indonesia)

    Suprijadi

    (Institut Teknologi Bandung, Indonesia)

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    5/157

     ii

    Mitra Bestari / Advisory Board

    Abdullah Nur Aziz, Dr.

    (Universitas Jenderal Soedirman)Ade Haryanto

    (Direktorat Metrologi)

    Adhitya Sumardi Sunarya, M.Si

    (Politeknik  Manufaktur Negeri Bandung)

    Agus Muhammad Hatta, Ph.D

    (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

    Ahmad Qurthobi, ST., MT.

    (Universitas Telkom)

    Ajat Sudrajat, Ir., MT

    (Universitas Nasional)Anton Irawan, ST., MT,. Dr.-Ing

    (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

    Awang Noor Indra Wardana, Dr.-Ing

    (Universitas Gadjah Mada)

    Emir Mauludi Husni, Ir., M.Sc., Ph.D

    (Institut Teknologi Bandung)

    Endarko, Ph.D

    (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

    Fitria Hidayanti, S.Si., M.Si.(Universitas Nasional)

    Khairurrijal, Dr. Eng., Prof

    (Institut Teknologi Bandung)

    Mitra Djamal, Dr. Ing., Prof

    (Institut Teknologi Bandung)

    Ni Njoman Manik Susantini, ST, MT

    (Institut Teknologi dan Sains Bandung)

    Nuryanti, ST, M.Sc

    (Politeknik Manufaktur Negeri Bandung)

    Ruminto Subekti, SST, MT(Politeknik Manufaktur Negeri Bandung)

    Siti Nurmaini, Ir., MT., Dr., Prof

    (Universitas Sriwijaya)

    Suprijanto, Dr

    (Institut Teknologi Bandung)

    Sutanto Hadisupadmo, Dr.

    (Institut Teknologi Bandung)

    Tua Agustinus Tamba, Ph.D

    (Pusat Teknologi Instrumentasi dan Otomasi-ITB)

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    6/157

     iii

    Kata Pengantar

    Minat, pemahaman dan apresiasi masyarakat dan industri Indonesia pada bidang otomasi,

    kontrol dan instrumentasi makin meningkat dalam dua puluh tahun terakhir. Hal ini

    ditunjukkan antara lain dengan bertambahnya permintaan akan ahli kontrol, instrumentasidan otomasi di berbagai bidang kerja, juga bertambahnya berbagai seminar ilmiah yang

    secara khusus membahas perkembangan ilmu dan teknologi instrumentasi, baik dilembaga penelitian maupun perguruan tinggi.

    Salah satu seminar ilmiah tersebut adalah Seminar Instrumentasi Kontrol dan Otomasi,

    Seminar yang diselenggarakan dua tahun sekali oleh Pusat Teknologi Instrumentasi dan

    Otomasi, Institut teknologi Bandung ini melibatkan peserta dari berbagai Perguruan Tinggidan Instansi Pemerintah. Seminar ini mengangkat tema meningkatkan kompetensi dan

    kemandirian bangsa dalam bidang instrumentasi dengan topik-topik Akuisisi Data dan

    Instrumentasi Analisis, Instrumentasi Pendidikan, Instrumentasi untuk Industri danKesehatan, Sensor dan Teknologinya, Pengolahan Sinyal dan Citra, Telemetri dan

    Instrumentasi Berbasis Web, Telekomunikasi, Sistem Otomasi dan Kontrol. Keberagamantema ini menunjukkan betapa luasnya aplikasi instrumentasi dalam kehidupan manusia.

    Makalah-makalah tersebut direview oleh Mitra Bestari independen dari berbagaiUniversitas. Besar harapan pengelola jurnal, pelibatan para Mitra Bestari ini akan

    memperkuat kerjasama publikasi akademik di Indonesia, memicu produktivitas publikasiilmiah dan berujung pada peningkatan peringkat mutu publikasi ilmiah di Indonesia.

    Selamat membaca.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    7/157

     iv

    Preface 

    The public’s and industries’ acknowledgement for instrumentation, control and automationas a one essential competence have been growing for the last twenty years. These havebeen shown by increasing demands for control, instrument and automation engineers in

    various workplaces, as well as the increasing numbers of scientific seminars embracing the

    development of instrumentation science and technology organized by various research

    institutions and universities in Indonesia.

    One such events is the biannual “Instrumentation, Control and Automation NationalConference”. This seminar is organized by the  Centre of Instrumentation and TechnologyOtomation, Institut Teknologi Bandung. This seminar has been attended by researchers

    from various universities and research institutions, aiming to improve the nation’scompetence and independence in instrumentation field. The topic of interests include, but

    not limited to, Data Acquisition and Instrumentation Analyses, Instrumentation forEducation and Industries, Sensor and Technology, Signal and Image Processing, Web-basedTelemetry and Instrumentation, Telecommunication, Automation and Control Systems.

    These wide variety shows how instrumentation has became the essential part of human

    life.

    These papers have been independently peer reviewed by fellow researchers from variousuniversities. This involvement, we hope, will strengthen the research collaboration; will

    improve the productivity of scientific publication and finally increasing the citation rating of

    Indonesia’s scientific publications. 

    Happy reading.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    8/157

     v

    Daftar Isi / Table of Contents

    Tim Editor / Board of Editors i 

    Mitra Bestari / Advisory Board ii 

    Kata Pengantar iii 

    Preface iiv 

    Daftar Isi / Table of Contents v

    Desain Kerjasama Mobile Manipulator Robot 

    Rafiuddin Syam, Jumaddil Hair 127 

    Gestur Berbasis Estimasi Sudut Gulung untuk Pengendalian Manipulator

    Muhammad Fuad 141

    Integrasi Rancangan Sistem Observasi Kapal Permukaan Otomatis dengan Google

    Earth

    Mahesa G. A. Satria, Indra Jaya, Yopi Novita 153 

    Komparasi Metode Deteksi Friksi Statis Katup Berbasis Pencocokan Grafis

    Daniel Kristanto, Awang N.I. Wardana, Widya Rosita 167

    Komparasi Pemodelan dan Identifikasi Sistem pada Dinamika Temperatur Gas Buang

    Ruang Bakar pada Circulated Fluidized Bed Boiler

    Muhammad N. Anis, Awang N. I. Wardana, Ester Wijayanti 181 

    Modifikasi Penggerak Proses Dressing untuk Mengatasi Trouble Roundness Valve NG

    pada Mesin Seat Grinder Ntvs-2894

    Muhammad Hidayat, Suhartinah, Sri Lestari 197

    Pengembangan Monitoring System dan Electronic Load Controller pada Pembangkit

    Listrik Tenaga Arus Sungai (PLTAS)

    Dominikus Sulistiono, Alfeus Sunarso, Agato, IG. Gunawan Widodo, Halasan

    Sihombing 215

    Pengontrolan Penjejak Dinding dengan Batasan Orientasi pada Kursi Roda Robotik

    Stephen Andronicus, Amrizal Nainggolan, Antony Anggriawan Siswoyo, Augie

    Widyotriatmo 227

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    9/157

     vi

    Pengembangan Instrumen Berbasis Konduktivitas untuk Mendeteksi Cemaran Pangan

    dalam Produk Pertanian

     Ani Mulyasuryani, Akhmad Zainuri 241

    Rancang Bangun Pencitraan Multispektral Cahaya Tampak untuk Deteksi Kesegaran

    Ikan Gurami (Osphronemus Goramy)

    Reza Arraffi Birahmatika, Aulia M. T. Nasution 247

    Rancang Bangun Troller dengan Menggunakan Sistem Remote Kontrol RF YS-1020

    Randy Rahmat Saleh , Anwar Mujadin, Viktor Vekky Ronald Repi 261

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    10/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    127

    Desain Kerjasama Mobile Manipulator Robot

    1,2Rafiuddin Syam*), 1Jumaddil Hair

    1

    Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin2Program Studi Teknik Mekanisasi Pengolahan Politeknik Palu

    [email protected]*) and [email protected] 

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membuat dua mobile robot yang mampu bekerjasama

    mengangkut objek serta membuat sistem kontrol kedua robot agar dapat berjalan dengan benar danbekerjasama dengan baik melakukan proses pengangkutan objek. Tahap perancangan padapenelitian ini dimulai dengan pemilihan komponen mekanik dan elektronika, serta pembuatanprogram pada mikrokontroller minimum system ATMega16 dan Arduino Uno, menganalisakinematika gerak mobile robot dan pengujian dengan membuat area kerja berupa lintasan linefollower  dan menghitung errornya. Dari proses perancangan, diperoleh dimensi mobile robot denganukuran 235mm x 187mm x 165mm. Dimensi rangka penyangga 86mm x 60mm x

    154mm.Perhitungan kinematika mobile robot, diperoleh kecepatan sudut ω(t) = 0,31 rad/s,kecepatan linear 0,17m/s dan posisi robot pada 0,315(t)+θ0. Beban maksimum yang bisa diangkatoleh mobile robot adalah 34 newton.

    Kata Kunci: mobile robot, line follower, mikrokontroller

    1

     

    Pendahuluan

    Kerjasama antar dua atau lebih robot merupakan salah satu cabang ilmu robotika yang

    terus dikembangkan. Hal ini terinspirasi dari fenomena perilaku makhluk hidup yang

    melakukan kerja kolektif di alam. Semut dan lebah yang bekerja mengangkut makanan,gerak maneuver sekelompok ikan dilaut, serta kawanan burung yang terbang membentuk

    formasi merupakan beberapa contoh dari sekian banyak yang terjadi di alam raya. Pola

    gerak, lintasan, pengaturan posisi, pembagian peran, ketelitian kerja hingga proses

    harmoni yang terjadi oleh organisme mengilhami para ilmuwan untuk mendesain halserupa dalam bentuk robot[1]. Studi kritis tentang robot kerjasama telah dilakukan oleh

    Uny Cao, Alex Fukunaga dan Andrew Kahng yang menekankan pada berbagai hal secara

    teoritis yang dapat menjadi masalah dalam rancang bangun tentang robot kerjasama[2].

    Dalam perkembangannya Tamio Arai, Enroco Pagello dan Lynne Parker membagi

    pembahasan mengenai robot kerjasama ini dalam beberapa kategori untuk memudahkan

    rancang bangun agar lebih fokus dan terarah.

    Salah satu kategori rancang bangun robot kerjasama adalah transportasi objek. Yaituproses memindahkan objek tertentu menggunakan dua robot atau lebih. Sujan dan

    Meggiolaro melakukan rancang bangun tentang mobile robot kerjasama memindahkan dan

    menyisipkan objek pada proses perakitan komponen menggunakan sistem kontrolgabuangan PID dan model prediksi umpan maju[3]. Rancang bangun yang lain dilakukan

    oleh Hou Su menggunakan kontrol algoritma dinamis untuk mobile robot kerjasamamengangkut beban[1].

    Mobile Robot  merupakan salah satu jenis robot yang banyak diminati untuk diteliti dandikembangkan. Pengunaan analisa kinematik dan dinamik akan menghasilkan kontrol

    gerakan robot yang baik. Analisa kinematik yaitu dalam hal persamaan matematis dankontrol dasar dari konfigurasi robot untuk menjaga kestabilan robot. Sedangkan anlisa

    mailto:[email protected]*mailto:[email protected]*mailto:[email protected]*

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    11/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    128

    dinamik berupa pemodelan matematik sistem robot untuk meningkatkan kekokohan robotdalam gangguan maupun kondisi lingkungan yang dihadapi oleh robot[4]

    Dalam rancang bangun ini dibuat dua mobile robot beroda yang bekerjasama berbasis line

    follower (pengikut garis) yang menyelesaikan tugas mengangkut beban dengan pengendali

    berupa mikrokontroller ATMega 16.

    Adapun tujuan rancang bangun ini adalah untuk Merancang dan membuat dua mobile

    robot  yang mampu bekerjasama, erencanakan sistem kontrol agar kedua robot dapat

    berjalan dengan benar dan bekerjasama dengan baik serta Menentukan stabilitas kedua

    robot yang bekerjasama dalam pergerakannya.

    2  Tinjauan Pustaka

    2.1

     

    Konsep Kerjasama dalam Robotika

    Penelitian tentang robot kerjasama (Cooperative Robotics) pertama kali muncul dalamkonsep pemikiran rekayasa robotika modern pada akhir tahun 1980an dengan

    menitikberatkan pada beberapa manipulator dan mobile robot menunjukkan perilakubekerjasama antar robot[5]. Penelitan tentang robot kerjasama mengalami perkembangan

    dikeranakan sistem multi robot dapat menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang tidak dapat

    dilakukan oleh robot tunggal, karena pada akhirnya seberapapun kemampuan sebuah

    robot tentunya memiliki kemampuan yang terbatas[3].

    Uny Cao dan kawan-kawan mendefinisikan perilaku kerjasama pada multi robot sebagai

    berikut: "Sistem multi robot akan menunjukkan perilaku kerjasama apabila saat diberikan

    tugas tertentu oleh programmer, terjadi peningkatan utilitas (kegunaan) sistem tersebutyang terjadi karena penggunaan mekanisme mendasar yaitu mekanisme kerjasama"[2]

    Tamio Arai dkk memberikan pembagian tentang sistem kerjasama multi robot dalam tujuhtopik riset, yaitu: model inspirasi biologis, sistem komunikasi, sistem arsitektur, mekanisme

    lokalisasi, manipulasi/transportasi objek, koordinasi pergerakan dan rekonfigurasi robot[5].Hou Su menampilkan topik riset ini seperti pada gambar di bawah ini

    Gambar 1 bidang penelitian robot kerjasama

    Proses rancang bangun yang bekerja sama mengangkat dan memindahkan bebantermasuk dalam topik sistem komunikasi, manipulasi/transportasi objek dan koordinasi

    pergerakan.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    12/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    129

    Komunikasi adalah sentral dari sistem robot majemuk karena menentukan bagaimanarobot dapat berinteraksi dengan robot lain. Biasanya di bedakan menjadi komunikasi

    implisit dan eksplisit, dimana implisit merupakan komunikasi terjadi sebagai akibat efeksamping dari aksi yang lain sementara komunikasi ekplisit adalah aksi yasng khusus

    dirancang untukmenyampaikan informasi ke robot yang lain dalam satu team[5]. Bentuk

    interaksi komunikasi dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Melalui lingkungan, penggunaan

    lingkungan sendiri sebagai media komunikasi; 2. Melalui sensor penggunaan sensor untuk

    observasi dan persepsi aksi dari kelompok; 3. Melalui penggunaan sinyal komunikasi untuk

    pertukaran pesan antara agen[6].

    Manipulasi/transportasi objek bertujuan untuk memungkinkan beberapa robot

    bekerjasama membawa, mendorong atau mengangkat benda-benda yang menjadi

    tugasnya. Banyak penelitian yang menangani topik ini dimana lebih sedikit lagi yang telah

    diperlihatkan melalui sistem robotik. Wilayah penelitian ini memiliki sejumlah aplikasipraktis yang membuatnya menarik untuk dipelajari[5].

    2.2

     

    Mobile Robot

    Mobile robot adalah konstruksi robot yang ciri khasnya adalah mempunyai aktuator berupa

    roda untuk menggerakkan keseluruhan badan robot tersebut sehingga robot tersebut

    dapat melakukan perpindahan posisi dari satu titik ke titik yang lain seperti pada gambar 2di bawah ini

    Gambar 2 mobile robot line follower

    Kinematika mobile robot

    Pada model mobile robot dengan dua roda independent, setiap roda memiliki motor yang

    mengendalikannya. Perhitungan kinematika seperti pada gambar menggunakan sistem

    koordinat Cartesian. XA dan Y A merupakan bidang acuan global sementara  x dan  y  adalahmenyatakan posisi mobile robot pada bidang acuan XA  dan Y A. θ menyatakan enyatakanposisi mobile robot terhadap koordinat acuan XA dan Y A.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    13/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    130

    Gambar 3 kinematika gerak mobile pada sistem koordinat kartesian

    Kecepatan robot ditentukan oleh kecepatan Linear (V) dan kecepatan sudut (ω), dimana Ladalah jarak antara dua roda, r merupakan jari-jari kedua roda, R adalah jarak antara titk

    tengah kedua roda dengan titik pusat perputaran C.

    Kecepatan linear dari setiap roda, masing masing roda kiri Vl dan kanan Vr ditentukan

    oleh hubungan antara kecepatan sudut dan jari-jari roda sebagai berikut:

    Vr(t) = ωr(t) . rr (1)

    Vl(t) = ωl(t) . rl (2)

    karena roda kiri dan kanan sama besar maka jari-jarinya sama besar r.

    ωr(t) =

      (3)

    ωl(t) =   (4)

    Ketika robot melakukan gerak memutar (berotasi) sesaat dengan panjang jari– jari R diukurdari pusat rotasi C dan titik tengah kedua roda maka kecepatan rotasi disetiap titik robot

    tersebut selalu sama (robot adalah sistem mekanis yang rigid), sehingga Persamaan (5)dan/atau (6) berlaku untuk menghitung kecepatan rotasi dari robot tersebut:

    ω(t) =

      (5)

    ω(t) =

      (6)

    berdasarkan persamaaan (5) dan (6) kecepatan rotasi robot tersebut dapat dihitung

    dengan berdasarkan informasi dari kedua kecepatan linear roda robot tersebut.

    ω(t) =

      (7)

    Sedangkan jari-jari lintasan dapat dicari dengan mensubstitusikan persamaan (6) kedalam

    persamaan (5), dan memecahkannya untuk R:

    R =  (8)

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    14/157

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    15/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    132

    Gambar 5 logika sensor line follower

    3

     

    Metodologi Penelitian

    Proses ini dilakukan dengan merancang, membuat sampai dengan merakit komponen

    menjadi sebuah mobile robot yang lengkap.

    Tahapan ini dibagi menjadi 3 (tiga) proses: Perencanaan, yaitu pemilihan desain mobile

    robot yang akan digunakan; penyusunan dan pembuatan alat, meliputi pembuatan sistemmekanik, sistem elektronik, dan pembuatan program; uji coba, yaitu proses untuk

    mengevaluasi hasil pekerjaan apakah sesuai dengan yang dingingkan atau belum.

    3.1  Perencanaan

    Hal-hal yang dilakukan pada tahapan ini adalah: penentuan rancangan desain berdasarkan

    dimensi panjang, lebar dan tinggi seperti pada gambar 6; .

    Gambar 6 desain tiga dimensi mobile robot yang digunakan

     

    3.2  Penyusunan dan pembuatan alat

    Sistem mekanik

    , dibuat dengan menggunakan bahan lembar akrilik sebagai base, yang

    dipasangi 2 (dua) motor gearbox,serta roda bantu roll ball dibagian belakang.Untuk

    mekanisme angkat menggunakan batang aluminium sebagai rangka, motor gearbox dan

    fork (garpu angkat) dari bahan akrilik.

    Sistem elektronik

    , menggunakan komponen elektronik sesuai dengan yang dibuthkan.

    Komponen elektronik yang digunakan meliputi microcontroller   Arduino dan ATMega16,

    motor driver  dan radio control.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    16/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    133

    Pembuatan program, program dibuat berdasarkan mekanisme dari keseluruhan gerak dankerjasama mobile robot menggunakan software arduino dan minimum system ATMega16.

    3.3  Eksperimen

    Proses ujicoba dimulai dengan mengaktifkan mobile robot master dengan menekan pushbutton pada robot. Selanjutnya robot master akan membaca lintasan garis pada area kerja.

    Robot master akan membaca lintasan garis sepanjang 90cm dengan kombinasi data

    pengaturan PWM roda kiri dan kanan. Proses ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh

    nilai PWM yang menyebabkan robot bergerak konsisten pada lintasannya. PengaturanPWM kedua roda dilakukan sampai dengan robot master persis berada di depan beban

    yang akan diangkat. Selanjutnya microcontroller   mengaktifkan transmitter   pada robot

    master dan reciever  robot slave untuk menggerakkan robot slave sampai di depan beban.

    Tahap selanjutnya, kedua robot, bekerjasama mengangkat beban, kemudian keduan robot

    bergerak menuju target tempat diturunkannya beban.

    4

     

    Hasil dan Pembahasan

    4.1  Mendesain mobile robot kerjasama

    Desain ini menjadi patokan perancangan robot dalam menyusun komponen sistem

    mekanik dan sistem elektronik pada mobile robot. Pada gambar 6 memperlihatkan desainmekanik mobile robot dalam gambar tiga dimensi. Model robot mobile ini terbagi atas dua

    bagian yaitu bagian base dan pengangkat. Base merupakan utama yang berfungsi sebagai

    dudukan dari komponen pengangkat maupun komponen mekanik lainnya yang padagambar menunjukkan bagian yang berwarna putih. Dibagian kiri dan kanan depan terdapat

    roda yang berwarna abu-abu yang digerakkan oleh motor gearbox yang ditunjukkan dengan

    warna kuning. Pada rancangan mobile robot ini, dilengkapi dengan tiga motor gearbox, duauntuk menggerakkan roda, satu untuk mekanisme angkat dari garpu/lengan angkat.

    Dibagian belakang terdapat roda bantu berupa roll ball. Batang penyangga berwarna abu-

    abu sebagai tempat peletakkan poros katrol / pulley dan tempat naik turunya lengan

    angkat. Tali pengangkat berwarna putih menghubungkan lengan angkat dengan motor

    gearbox melalui katrol.Penyusunan sistem elektronik mobile robot menggunakan

    komponen elektronik yang meliputi minimum system ATMega16, arduino uno, radio

    control, DC motor gearbox dan driver motor.

    Gambar 7 komponen elektronik pada mobile robot

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    17/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    134

    4.2  Sistem kontrol mobile robot kerjasama

    Tujuan pengontrolan pada mobile robot line follower adalah berupa  setpoint dalam bentuk

    suatu keadaan dimana mobile robot diharuskan untuk tetap berada di tengah-tengah garis.

    Implementasi sistem kontrolnya dilakukan dengan pembuatan program pada

    mikrokontroller.

    Tahap pembuatan program dilakukan untuk mengendalikan semua gerak mobile robot

    sesuai dengan yang diinginkan. Software yang digunakan meliputi Code Vision AVR pada

    minimum system ATMega16 untuk pergerakan mobile, dan Arduino 1.5.6 untuk koneksi

    radio kontrol antara mobile robot master dan mobile robot slave. Gambar dibawah

    menunjukkan tampilan software Code Vision AVR yang memuat program untuk mobile

    robot kerjasama. Program tersebut selanjutnya di upload ke microcontroller melalui kabel

    USB. Selanjutnya dilakukan uji coba dengan menjalankan mobile robot pada area kerjanya.

    Apabila pada proses uji ini coba belum sesuai, maka dilakukan pengecekan ulang pada

    program sehingga berjalan dengan benar.

    Gambar 8 tampilan software code vision AVR

    Pengambilan data dilakukan dengan ukuran garis pada lapangan dengan lintasan awal90cm dan lintasan pertemuan dengan panjang total 134cm. Lebar garis track adalah

    3cm. Gambar dibawah menunjukkan lintasan yang dilalui oleh mobile robot master dan

    mobile robot slave.

    Gambar 9 lintasan mobile robot

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    18/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    135

    Pada bahasa pemrogramaan, digunakan 10 case. Case 1 sampai 9 untuk gerak lurussepanjang lintasan dan case 10 untuk gerak belok kiri dan kanan. Untuk mengetahui

    hubungan antara case/data dengan kerja sensor dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

    Tabel 1 sensor aktif pada setiap case

    Sensor yang digunakan pada robot sebanyak delapan sensor yang pada pemrograman

    ditulis dengan kode SB1, SB2, SB3, SB4, SB5, SB6, SB7 dan SB8. Tanda check (√)menunjukkan sensor yang aktif pada tiap case. Case 10 memperlihatkan jumlah sensor

    aktif terbanyak yaitu sebanyak 6 (enam) sensor, hal ini dikarenakan case 10 adalah

    menyatakan proses mobile robot saat melakukan gerak belok ke kiri maupun ke kanan.

    Robot master dijalankan dengan menset nilai PWM pada roda kiri dana kanan pada

    microcontroller ATMega16. Pengambilan data menggunakan 9 case (kondisi) nilai pwm

    kedua roda untuk gerak lurus, dan 1 case, yaitu case 10 untuk gerak belok kiri maupun

    kanan. Pengambilan data dilakukan beberapa kali sehingga diperoleh nilai PWM yang

    menunjukkan robot bergerak sesuai lintasan. Tabel 2 menunjukkan pengambilan datauntuk robot master yang bergerak sesuai lintasan. Data nilai PWM ini digunakan juga pada

    robot slave pada lintasan lurus.

    Tabel 2 nilai PWM roda kanan dan kiri

    No. Nilai PWMroda kiri

    Nilai PWMroda kanan

    1. 90 50

    2. 100 60

    3. 140 90

    4. 150 100

    5. 170 170

    6. 100 150

    7. 90 140

    8. 60 100

    9. 50 90

    No SB

    1

    SB

    2

    SB

    3

    SB

    4

    SB

    5

    SB

    6

    SB

    7

    SB

    8

    Case

    1. √  √  √  √  √  √  - - 10

    2. √  √  - - - - - - 8

    3. √  - - - - - - - 9

    4. - - - - - - - √  1

    5. - - - - - - √  √  2

    6. - - - - -√

     √

      - 37. - - - - √  √  - - 4

    8. - - - √  √  - - - 5

    9. - - √  √  - - - - 6

    10 - √  √  - - - - - 7

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    19/157

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    20/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    137

    sebesar 90° dan bergarak berlawanan arah sumbu x sejauh 40 cm. Hal serupa dilakukanoleh robot slave dari arah yang berlawanan.

    Gambar dibawah memperlihatkan grafik error mobile master. Garis biru menyatakan nilai

    error x yaitu nilai penyimpangan sensor yang menjauhi lintasan searah sumbu x,

    sedangkan garis merah menyatakan nilai error y yaitu nilai penyimpangan sensor yangmenjauhi lintasan searah sumbu y.

    Gambar 11 grafik error vs jarak mobile master

    Gambar 12 grafik error vs jarak mobile slave

    Gambar 11 dan 12 diatas memperlihatkan grafik nilai error yang terjadi pada jarak 0-130

    cm. Error terbesar terjadi pada jarak 40 cm dan 90 cm. Kondisi ini disebabkan karena

    pada jarak tersebut mobile robot melakukan transformasi (perubahan posisi) berbelok arahmembentuk sudut 90° yang mengakibatkan sensor menjauh dari track dan menimbulkan

    nilai error yang besar. Nilai error terbesar adalah 8. Hasil perhitungan error dapat dilihatsebagai berikut

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    21/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    138

    Perhitungan kinematika mobile robot

    Perhitungan kinematika berdasarkan asumsikan bahwa mobile robot bergerak dalam

    kawasan sumbu XY saja, dikarenakan mobile robot hanya bergerak dalam kawasan 2

    dimensi (2D) dengan kontur medan kerja rata sehingga tidak memasukkan unsur sumbu Z.

    1 rad/s ≈ 0.159155 rotation per second ≈ 9.5493 rpm. ωr = 50 rpm = 5,2rad/s; ωl = 70rpm = 7,33rad/s; r = 28 mm = 0,028 m diperoleh kecepatan masin-masing roda,

    roda kanan Vr(t) = 0,14 m/s, roda kiri V l(t) = 0,20 m/s. Dengan nilai jarak antara dua roda L

    = 0,19m diperoleh kecepatan rotasi robot ω(t) = 0,31 rad/s.

    Kecepatan linear robot diperoleh berdasarkan persamaan (9) V(t) = 0,17 m/s. Posisi robot

    ditentukan dengan integrasi dari kecepatan sudut 

    θ(t)=∫ω(t)dt yang disubstitusi ke persamaan menjadi θ(t)=

    + θ0 = 0,315(t) + θ0.

    Perhitungan beban maksimum objek yang diangkat

    Perhitungan beban dilakukan berdasarkan data sheet  motor DC yang digunakan

    mengangkat objek, yang memiliki tegangan V = 6 volt dan kuat arus I = 0,36 ampere.

    Diperoleh daya P = 2,16 watt. Selanutnya nilai daya dimasukkan di perhitungan torsi τ = d

    . P / (2.π.n)= 3 . 2,16/(2 . 3,14 . 200)  =0,0051Nm. Nilai torsi digunakan untukmenghitung gaya tali pengungkit F =

    τ

     / R = (0,051)/(0,0015) = 34 newton. Resultan gaya

    sesuai ƩF = 0 sehingga gaya F = beban W. Beban maksimum yang dapat diangkat oleh

    kedua mobile robot sebesar 34 newton.

    5  Kesimpulan

    Berdasarkan kajian teori, perancangan serta pengujian alat, dapat disimpulkan sebagaiberikut

    Dimesi mobile robot  baik robot master maupun slave panjang 235mm, lebar 187mm,

    tinggi 165mm. Rangka penyangga panjang 86mm, lebar 60mm dan tinggi 154mm.

    Diameter roda 55mm.

    Perhitungan kinematika mobile robot, diperoleh kecepatan sudut ω(t) = 0,31 rad/s,kecepatan linear 0,17m/s dan posisi robot pada 0,315(t)+θ0. Beban maksimum yang bisadiangkat oleh mobile robot adalah 34 newton.

    6  Nomenklatur

    Daftar nomenklatur

    θ  = sudut arah hadap robot

    etotal  =

    Nilai error total pada sensor terhadap

    lintasan

    F = Gaya

    L=

    Jarak antara dua roda pada mobile

    robot

    P = Daya

    https://id.wikipedia.org/wiki/Rotasi_per_menithttps://id.wikipedia.org/wiki/Rotasi_per_menithttps://id.wikipedia.org/wiki/Rotasi_per_menit

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    22/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    139

    R = Jarak tengah roda & pusat rotasi

    r = Jari-jari roda

    τ  = torsi

    Vl  = kecepatan linear roda kiri

    Vr  = kecepatan linear roda kanan

    ω  = kecepatan sudut

    7  Daftar Pustaka

    [1]  SuHao, “Cooperative Contol of Payload Transport by Mobile Manipulator Collectives ,”New York,s.n.,2008.

    [2]  U.Y Cao, A. Fukunaga, A Kahng, “Cooperative Mobile Robotics: Antecedents and

    Directions,” Boston,KluwerAcademicPublishers,1997.[3]  T. Arai, E. Pagello, L. Parker, “Editorial: Advances in Multi-Robot Systems,”  IEEETransactions On Robotics And Automation Vol.18, No.5,pp.655-661, 2002.

    [4] 

    A. Korodi, M. Corman, “Wheeled Mobile Robot Model and Cooperative FormationControl,” WSEAS Transactions on Systems, November 2012,Vol. XI,pp.618-627.

    [5] 

    R. Syam, “Konsep dan Cara Membuat Mobile Robot,”Makassar,Membumi Publishing,2012.

    [6] 

     Yuliza “Komunikasi Antar Robot Menggunakan RF Xbee dan Arduino Microcontroller,” IncomTech, Jurnal Telekomunikasi dan Komputer,2013,Vol. IV,pp.53-68.

    [7]  R. Syam, “Fuzzy Logic Control for Pneumatic Excavator Model,” International Journal of

    Applied Engineering Research (IJAER),Vol. X,pp.21647-21657, 2015.

    [8] 

    A. Pratama, N. Suweden, A. Swamardika, “Sistem Kontrol Pergerakan Pada Robot LineFollower Berbasis Hybrid PID-Fuzzy Logic,” Prosiding Conference on Smart-GreenTechnology Systems,2013(ISBN: 978-602-7776-72-2).

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    23/157

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    24/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    141

    Gestur Berbasis Estimasi Sudut Gulung untuk Pengendalian

    Manipulator

    Muhammad Fuad

    Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura

    [email protected], [email protected]

    Abstrak

    Salah satu tantangan dalam pengendalian robot manipulator dengan menggunakan gestur tubuhsecara intuitif terletak pada kesulitan penentuan sudut gulung dari end-effector . Penelitian inimengusulkan suatu metoda untuk melakukan estimasi sudut gulung dengan menafsirkan perubahantata letak dari fitur-fitur citra yang terbaca dari aliran data video. Sebuah kamera web yang dipasangpada lengan pengguna menangkap perubahan dari lingkungan dan mengubah informasi ini menjadi

    perintah untuk mengendalikan sudut gulung. SCORBOT -ER 9 Pro digunakan dalam percobaan

    dengan menerapkan kemampuan untuk mengendalikan sumbu kelima dari manipulator ini.Kata Kunci: gestur tubuh, sudut gulung, SCORBOT -ER 9 Pro, kamera web

    1  Pendahuluan

    Pengendalian robot manipulator dapat dilakukan dengan beberapa cara. Menggunakanfasilitas teach pendant, atau memanfaatkan antar muka pemrograman secara off-line 

    berbasis PC yang dilengkapi kontroler robot [1] merupakan teknik yang lazim dipakai dalam

    pengendalian robot jenis ini. Proses mengajarkan lintasan yang harus dilalui robot dengan

    cara pemrograman cukup mudah dilakukan namun membutuhkan waktu yang tidak

    singkat. Di samping itu, cara ini juga memerlukan adanya pelatihan kepada operator yang

    akan memandu proses ini agar dapat melaksanakan proses ini dengan benar. Hal inimenegaskan bahwa pengendalian manipulator dengan pemrograman tidak dapat

    dilakukan sebarang orang yang tidak memiliki cukup pengetahuan mengenai robot.Dengan kata lain, pemrograman robot manipulator bukan merupakan cara pengendalian

    yang intuitif.

    Berlandaskan fakta ini, lahirlah riset dalam bidang interaksi antara manusia dan robot

    (Human-Robot interaction, HRI) untuk mengeksplorasi suatu pendekatan dalam

    pengendalian robot yang dilakukan secara alami dengan menggunakan bahasa tubuh atau

    gestur. Diharapkan dari riset HRI berbasis gestur tubuh, dapat dicapai suatu teknik

    pengendalian yang intuitif sehingga dapat dengan mudah digunakan oleh pengguna yangbahkan tidak atau kurang memiliki pengetahuan tentang robot. Beberapa perangkat yang

    digunakan dalam riset gestur untuk HRI diulas dalam [2].

    Perangkat yang digunakan di antaranya berupa sarung tangan bersensor (wired gloves),

    pakaian khusus yang dilengkapi dengan sensor Electro Myo Graphy   (EMG), hinggamenggunakan sistem komputasi visual yang memanfaatkan kamera. Perangkat yang

    disebutkan terakhir memiliki keunggulan dari segi harga yang relatif lebih murahdibandingkan dengan perangkat yang lain.

    Pengenalan gestur secara visual memanfaatkan kamera PTZ dengan mengkombinasikanbeberapa teknik di antaranya deteksi warna, pencocokan bentuk,  dan Dynamic Time

    Warping   (DTW) dikerjakan dalam [3] untuk mengendalikan gerakan memungut bola darirobot mobil ActivMedia PIONEER -2DX. Gerakan robot berotasi dalam sumbu Y sebesar

    sudut  yaw   dikendalikan berdasarkan interpretasi sudut yang terbentuk dari terangkatnya

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    25/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    142

    lengan operator. Terdapat beberapa tipe kamera yang dapat digunakan dalam riset ini. Diantaranya terdapat jenis kamera yang menyediakan kemampuan untuk mengestimasi

     jarak obyek yang berada di dalam jangkauan tertentu dalam lingkup sudut tangkapankamera. Kinect, sebuah sensor untuk mesin permainan yang pada empat tahun terakhir ini

    dimanfaatkan dalam riset terkait HRI berbasis gestur.

    Terdapat beberapa capaian yang mendayagunakan Kinect dalam Implementasi gestur

    untuk pengendalian manipulator berdasarkan teknik inverse kinematics, seperti dibahaspada bagian riset pendahulu dalam [4]. Posisi dari end-effector   suatu robot manipulator

    ditentukan berdasarkan gestur satu tangan. Sedangkan orientasi diperoleh dari tangan

    yang lain dengan perangkat bantuan  smartphone terintegrasi sensor accelerometer , atau

    dengan menginterpretasikan gestur dari tangan tersebut. Dengan demikian, pada

    umumnya untuk mengendalikan sebuah lengan robot menggunakan gestur secara visual,

    dibutuhkan dua tangan dan satu atau dua sensor. Riset [4] mengimplementasikan teknikforward kinematics dan gestur berbasis ciitra  skeleton pada robot manipulator SCORBOT -

    ER 9Pro dengan kemampuan 5 derajat kebebasan (Degree Of Freedom,  DOF) sehingga

    dapat mengendalikan 4 dari 5 sendi. Sendi base  merepresentasikan sudut putar padasumbu Y ( yaw ). Sedangkan sendi  shoulder , elbow , dan wrist, kombinasi ketiganya

    menyatakan sudut angguk pada sumbu X (pitch).

    Sendi kelima yang belum dapat dikendalikan dengan gestur berbasis citra  skeleton  ini,membutuhkan kemampuan estimasi terhadap sudut gulung dari pergerakan lengan bawah

    dari operator. Kemampuan ini digunakan untuk melakukan kontrol terhadap gerak rotasi

    dari end-effector  di sumbu Z sebesar sudut gulung (roll angle).

    Riset [5] meneliti teknik untuk estimasi sudut gulung dengan menerapkan  statisticallearning   pada histogram orientasi gradien dari video yang diletakkan pada kendaraan

    bermotor roda dua. Arah hadap robot mobil dalam [6] dipersepsikan sebagai sudut putar di

    sumbu Y ( yaw ) berdasarkan kemunculan vanishing point dalam bidang horizontal. Orientasi

    robot mobil sebagai hasil gerak rotasi terhadap sumbu Y dalam [7] didekati denganpelacakan pasangan fitur visual dengan RANSAC. Sudut gulung robot mobil diperoleh dari

    ekstraksi local direction detector   yang dihitung menggunakan teknik statistik dandinyatakan dalam arah gravitasi dan horizon diteliti dalam [8]. Penelitian mengenai

    estimasi sudut gulung dengan menerapkan algoritma citra gradien pada garis horizon yang

    terbaca kamera diteliti dalam [9] untuk meningkatkan kemampuan pengendalian suatu

     Automatic Aerial Vehicle (AAV).

    Riset ini memiliki kontribusi untuk merepresentasikan pengendalian pada sendi kelima dari

    SCORBOT -ER 9 Pro 5 DOF menggunakan gestur tangan secara visual dengan melakukan

    interpretasi terhadap perubahan yang terjadi pada posisi fitur-fitur citra. Aliran data videodari kamera web digunakan sebagai masukan pada proses estimasi sudut gulung

    sedemikian hingga dapat dihasilkan luaran berupa kemampuan pengendalian gerakanmenggulung (roll) dari end-effector .

    2

     

    Metode Penelitian

    SCORBOT -ER 9 Pro terdiri dari lima sendi, yaitu Base, Shoulder , Elbow , Pitch, dan Roll 

    seperti ditampilkan pada Gambar 1.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    26/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    143

    Gambar 1. Sendi dalam SCORBOT -ER 9 Pro [1].

    Masing-masing sendi memiliki spesifikasi jangkauan rotasi sebagaimana ditunjukkan pada

    Tabel 1. Gerak Yaw  berputar di sumbu Y dikerjakan dengan memutar sendi Base dengan jangkauan 270˚. Kombinasi gerakan dari sendi Shoulder , Elbow , dan Wrist Pitch menghasilkan gerak Pitch  berputar di sumbu X. Masing-masing dari ketiga sendi ini

    berturut-turut memiliki jangkauan 145˚, 210˚, dan 196˚. Sendi Wrist Roll  mampumelakukan gerak Roll  sehingga dapat berotasi pada sumbu Z lebih dari pada dua kali

    putaran penuh sehingga mencapai nilai 737˚. Pada riset sebelumnya [4] telah dilakukanpemetaan antara robot manipulator pada jenis yang sama dengan sendi yang bersesuaian

    dari sebuah lengan. Proses pemetaan berhasil mengendalikan empat sendi dan masihkesulitan dalam mengendalikan sendi kelima.

    Riset ini mengusulkan suatu pendekatan untuk untuk merotasi sendi kelima dari robot

    manipulator ini terhadap sumbu Z dengan gestur gerakan menggulung dari lengan bawah.

    Gambar 2 mengilustrasikan sebuah tangan kanan dengan sumbu Y mengarah tegak luruske atas, sumbu X tegak lurus terhadap sumbu Y dalam arah horisontal, sedangkan sumbu

    Z tegak lurus terhadap dua sumbu yang lain dalam arah keluar dari telapak tangan.

    Gerakan tangan memutar searah jarum jam terhadap sumbu Z dinyatakan sebagai gerak

    negatif, sedangkan gerakan tangan memutar berlawanan arah jarum jam terhadap sumbu

    Z merepresentasikan gerak positif.

    Table 1. Spesifikasi Jangkauan dari Sendi [1].

    SendiNamaSendi

    RotasiJangkauanRotasi

    1 Base Yaw 270˚ 2 Shoulder

    Pitch

    145˚ 

    3 Elbow 210˚ 

    4 Wrist Pitch 196˚ 

    5 Wrist Roll Roll 737˚ 

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    27/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    144

    Gambar 2. Arah Gerak Gestur Tangan untuk Mengendalikan Sendi

    Wrist

     

    Roll

    .

    Arah gerakan tangan positif atau negatif sebagai gestur untuk menerbitkan perintah sudut

    gulung untuk memutar Wrist Roll didasarkan pada karakteristik dari plant. Nilai negatif dari

    sudut gulung akan merotasi sendi kelima searah jarum jam. Sebaliknya, nilai positif akanmenyebabkan sendi berputar berlawanan arah jarum jam. Gestur gerakan pada riset ini

    dipersepsikan sebagai perintah sudut gulung dengan memanfaatkan sebuah kamera.

    Lengan pengguna dilengkapi dengan sebuah kamera web sedemikian hingga jika

    pengguna menggerakkan tangan maka kamera menangkap citra dan mempersepsikannya

    sebagai suatu perintah sudut gulung.

    Formula untuk menghitung besaran sudut gulung didasarkan pada transformasi dari fitur

    visual pada bidang citra. Deteksi fitur menggunakan algoritma Harris atau SURF

    dimanfaatkan untuk mendapatkan fitur-fitur visual. Fitur visual dari dua buah citra

    dibandingkan untuk memperoleh sudut gulung. Fitur visual pada citra awal dibandingkandengan fitur visual pada citra berikutnya. Kedua pasang fitur visual dipasangkan dengan

    algoritma cross correlation  atau dengan K-Nearest Neighbor   (KNN). Terdapat banyakpasangan fitur visual yang jumlahnya diperkecil dengan menggunakan RANSAC. Pasangan

    titik dalam jumlah lebih kecil ini yang dihitung transformasinya menggunakan hukum

    cosinus dalam Trigonometri. Urutan langkah dalam proses estimasi sudut gulung yang

    terdiri dari deteksi fitur visual, penentuan pasangan fitur visual yang bersesuaian,

    eleminasi data outlier  dari pasangan fitur, dan perhitungan besaran dan arah sudut gulung

    disajikan pada diagram blok dalam Gambar 3.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    28/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    145

    Gambar 3. Diagram Blok Proses Persepsi Gestur untuk Estimasi Sudut Gulung.

    Urutan proses deteksi fitur visual, pemasangan fitur visual yang bersesuaian, dan eleminasi

    outlier   menghasilkan pasangan titik fitur dalam jumlah terbatas yang diperoleh dari

    sepasang citra. Citra awal merepresentasikan gestur dalam posisi bersiap. Citra berikutnyamewakili kondisi saat gestur sudut gulung telah diperagakan.

    Jika diketahui titik fitur visual pada citra awal, titik fitur visual pada citra berikutnya, dan

    titik pusat origin dari sumbu koordinat Cartesius di tengah layar maka dapat dihitung sudut

    gulung terhadap sumbu Z. Sudut gulung ini diapit dengan dua buah garis dan berada di

    hadapan sebuah garis lain. Dua buah garis yang mengapit sudut ini yaitu garis yang

    menghubungkan titik origin dan titik fitur visual di citra awal; dan garis yangmenghubungkan titik origin dan titik fitur visual di citra berikutnya. Garis yang berada di

    hadapan sudut gulung ini merupakan garis yang menghubungkan titik fitur visual di citra

    awal dan titik fitur visual di citra berikutnya. Dengan bermodalkan tiga garis ini, sudut

    gulung dapat dihitung dengan memanfaatkan hukum Cosinus.

    Gambar 4 menampilkan ilustrasi penerapan Trigonometri dalam perhitungan sudut gulung.

    Titik A merupakan simbol titik fitur visual pada citra awal. Titik B menyatakan titik fitur

    visual pada citra berikutnya. Titik pusat origin koordinat Cartesius dilambangkan dengan O.

    Panjang ruas garis OA, OB, dan AB dapat dihitung berdasarkan pasangan titik fitur visual A

    dan B relatif terhadap O. Panjang ruas garis ini dihitung menggunakan Persamaan (1) yangdikenal dengan formula Euclidean Distance.

    Setelah panjang setiap ruas garis dalam segitiga OAB diketahui, besaran sudut gulung Ψ dapat ditentukan dengan menggunakan hukum Cosinus seperti ditampilkan padaPersamaan (2).

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    29/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    146

    Gambar 4. Perhitungan Sudut Gulung dengan Penerapan Trigonometri.

    OA2 = (xO - xA)2 + (yO - yA)2 

    OB2 = (xO - xB)2 + (yO - yB)2 

    AB2 = (xA - xB)2 + (yA - yB)2 

    (1)

    Ψ = arcos[ (OA2+OB2 - AB2) / 2*OA*OB ] (2)

    3  Hasil dan Pembahasan

    Disediakan 25 citra dalam format jpg untuk menguji algoritma estimasi sudut gulung

    dengan menerapkan Persamaan (1) seperti ditampilkan pada Gambar 6. Citra dalam posisi

    netral diwakili dengan file 0.jpg yang menyatakan sumbu vertikal kamera berada pada

    posisi tegak lurus terhadap bidang datar. Selanjutnya, berturut-turut citra dimodifikasidengan melakukan rotasi terhadap sumbu Z di titik pusat citra sejauh 15 ˚  searah jarum

     jam dan berlawanan arah jarum jam.

    Tahap pertama dari proses estimasi sudut gulung diawali dengan melakukan akuisisi data.

    Dua buah citra disusun berdampingan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7. Citra

    Awal merepresentasikan citra yang dibaca dari kamera pada suatu saat tertentu. Citra

    Berikutnya menggambarkan citra yang tertangkap kamera setelah gestur diperagakan.

    Dalam contoh ini, citra Berikutnya merupakan hasil rotasi 30˚ dari citra Awal. Deteksi fitur

    visual diterapkan pada kedua citra sehingga diperoleh sejumlah fitur yang dinyatakan

    dengan titik-titik merah seperti diperlihatkan pada Gambar 8. 

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    30/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    147

    Gambar 6. Citra dalam Proses Uji Algoritma Estimasi Sudut Gulung. 

    Gambar 7. Citra Awal (kiri) dan Citra Berikutnya (kanan) disusun berdampingan.

    Gambar 8. Deteksi Fitur Visual pada Citra dengan Harris. 

    Algoritma Cross-Correlation diterapkan pada dua citra untuk memasangkan fitur-fitur visual

    yang bersesuaian. Pasangan fitur berupa titik-titik merah dihubungkan dengan garis-garisberwarna biru sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 9. Dalam contoh ini, terdapat 17

    pasang fitur.

    Untuk memperkecil jumlah data dan menghilangkan data yang salah, diterapkan algoritmaRANSAC. Data yang salah atau outlier  dihilangkan dari kumpulan data sedemikian hingga

    tersisa 5 pasang fitur seperti ditunjukkan pada Gambar 10.

    Koordinat dari masing-masing titik fitur visual ditampilkan beserta sumbu koordinat

    Cartesius seperti ditampilkan pada Gambar 11. Sumbu koordinat digambarkan berupa

    garis berwarna hijau.

    Seluruh titik fitur visual yang bersesuaian dari dua citra dikumpulkan dan digambarkan kedalam suatu bidang dua dimensi yang dilengkapi dengan sumbu koordinat Cartesius

    seperti diilustrasikan pada Gambar 12.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    31/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    148

    Gambar 9. Pemasangan Fitur Visual yang Bersesuaian pada Dua Citra dengan Cross-Correlation.

    Gambar 10. Penghilangan

    Outlier

     dengan RANSAC.

    Gambar 11. Menampilkan Sumbu Cartesius dan Koordinat dari Setiap Pasang Titik Fitur Visual.

    Gambar 12. Perhitungan Sudut Gulung Menggunakan Hukum Cosinus.

    Setiap pasang fitur yang saling terhubung dengan titik pusat origin menghasilkan sebuah

    segitiga. Setiap segitiga dapat dihitung panjang sisi-sisinya berdasarkan koordinat titik-titikpenyusunnya dengan menggunakan Persamaan (1). Setelah setiap sisi dari segitiga

    diketahui panjangnya, sudut gulung dapat dihitung dengan menerapkan Persamaan (2).Estimasi sudut gulung dinyatakan sebagai rata-rata dari jumlahan setiap sudut gulung yang

    ada di dalam setiap segitiga. Estimasi sudut gulung menghasilkan nilai 30.36˚  untuk

    pasangan citra yang menerapkan Harris dalam deteksi fiturnya dan Cross-Correlation dalam tahap pemasangan titik fitur yang bersesuaian.

    Berbeda dengan hasil yang ditunjukkan algoritma Harris, deteksi fitur visual yang

    mengimplementasikan algoritma SURF menghasilkan lebih banyak titik fitur seperti

    ditunjukkan pada Gambar 13. Jumlah pasangan fitur yang diperoleh dengan penerapanalgoritma K-NN jauh melebihi dari luaran Cross-Correlation sebagaimana ditampilkan pada

    Gambar 14. Eleminasi outlier   dilengkapi dengan visualisasi koordinat menyisakan 12

    pasangan fitur seperti ditunjukkan pada Gambar 15. Dari pasangan fitur yang sudah bersihdari

    outlier , dapat disusun 12 segitiga seperti diperlihatkan pada Gambar 16. Rata-rata

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    32/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    149

    dari jumlahan sudut gulung dari setiap segitiga, dengan menggunakan SURF untuk deteksifitur dan K-NN untuk pemasangan fitur, menghasilkan estimasi sudut gulung sebesar

    30.05˚.

    Pengujian terhadap algoritma estimasi sudut gulung dilakukan terhadap 25 data citra

    seperti ditampilkan pada Gambar 6.

    Gambar 13. Implementasi SURF untuk Deteksi Fitur.

    Gambar 14. Penerapan K-NN untuk Pemasangan Fitur.

    Gambar 15. Eleminasi

    outlier

     dan visualisasi koordinat.

    Gambar 16. Estimasi Sudut Gulung.

    Citra tanpa rotasi atau 0˚ diatur sebagai citra  awal. Sedangkan 24 citra yang laindiposisikan sebagai citra berikutnya. Hasil estimasi sudut gulung dari dua pendekatan iniditampilkan dalam Tabel 2.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    33/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    150

    Table 2. Perbandingan Hasil Estimasi Sudut Gulung antara Harris dan

    Cross-Correlation

    dengan

    SURF dan k-NN.

    CitraAwal

    CitraBerikut nya

    Estimasi Sudut Gulung

    (dalam˚ )

    Harris,

    Cross-

    Correlation 

    SURF,

    K-NN

    Ψ  Error Ψ  Error

    015

    38.41 23.41

    34.39 19.39

    0 30 30.36  0.36 30.05 0.05

    0 45 46.81 1.81 45.17 0.17

    0 60 58.62 1.38 59.37 0.63

    0 75 75.18 0.18 74.97 0.03

    0 90 90.49 0.49 89.42 0.58

    0

    105

    104.1

    0

    0.9 104.6

    1

    0.39

    0120

    119.27

    0.73 120.79

    0.79

    0135

    133.28

    1.72 135.34

    0.34

    0150

    148.80

    1.2 150.09

    0.09

    0

    165

    152.7

    1

    12.2

    9

    144.9

    5

    20.05

    0

    180

    171.6

    0

    8.4 168.6

    0

    11.4

    0-15

    46.94 31.94

    38.77 23.77

    0 -30 29.76 0.24 30.10 0.1

    0 -45 47.64 2.64 43.79 1.21

    0 -60 59.30 0.7 60.26 0.26

    0 -75 74.26 0.74 75.01 0.01

    0 -90 89.67 0.33 90.39 0.39

    0-105

    85.04 19.96

    105.24

    0.24

    0-120

    121.27

    1.27 120.19

    0.19

    0

    -135

    134.3

    8

    0.62 134.7

    0

    0.3

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    34/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    151

    0-150

    152.65

    2.65 150.18

    0.18

    0-165

    160.15

    4.85 159.75

    5.25

    0-180

    171.60

    8.4 168.50

    11.5

    Rata-rata Error   5.30 4.05

    Secara umum, rata-rata error   dari kombinasi SURF dan K-NN lebih kecil 1.25 dari pada

    kombinasi Harris dan Cross-Correlation. Kedua pendekatan ini memiliki keterbatasan

    dalam jangkauan sudut yang bisa diestimasi. Sudut yang lebih kecil dari pada 30 ˚  atau

    sudut yang lebih besar dari pada 150˚  tidak dapat diestimasi dengan baik. Hal ini dapat

    dijelaskan berdasarkan sifat suatu segitiga dengan total jumlah sudut 180˚, Persamaan (2)

    tidak dapat menghasilkan nilai sudut gulung yang benar ketika suatu rotasi mendekati 0˚

    atau mendekati 180˚. Implementasi dari Persamaan (1) dan Persamaan (2) dalam estimasi

    sudut gulung ini hanya dapat menghasilkan besaran sudut namun tidak dapat menyajikan

    arah putaran. Sehingga pada saat aplikasi diujicobakan pada robot manipulator SCORBOT -

    ER 9Pro, sendi Wrist Roll  hanya dapat bergerak berlawanan arah jarum jam sebagaimanifestasi dari perintah gerakan berupa sudut gulung yang bernilai positif. Gambar 17

    menampilkan sendi Wrist Roll  yang bergerak berdasarkan gestur gerakan tangan yang

    menggulung sebesar 30˚.

    Gambar 17. Wrist Roll Berotasi 30˚ Mengikuti Gestur.

    4

     

    Kesimpulan

    Suatu pendekatan untuk mengendalikan gerakan sendi Wrist Roll dari SCORBOT -ER 9 Pro

    secara alamiah dan intuitif diusulkan dalam riset ini dengan menggunakan gestur berupa

    gerakan tangan menggulung. Estimasi sudut gulung diimplementasikan dengan melakukan

    persepsi terhadap perubahan tata letak dari fitur-fitur visual pada citra yang terbaca dari

    aliran data video. Cara kerja dari gestur ini dengan memanfaatkan gerakan lenganpengguna yang dilengkapi sebuah kamera web. Sistem menangkap perubahan dari

    lingkungan sebagai akibat gerakan tangan. Perubahan visual diubah sebagai informasirotasi dari titik fitur dengan menggunakan algoritma estimasi sudut gulung. Besaran sudut

    ini dikirim ke server yang terhubung dengan robot SCORBOT -ER 9 Pro sebagai perintah

    untuk mengendalikan gerakan menggulung dari end-effector . Algoritma estimasi sudut

    gulung ini mampu bekerja pada jangkauan sudut antara 30˚ hingga 150˚. Risetselanjutnya diarahkan untuk meneliti estimasi pada jangkauan sudut yang lebih luas dan

    dilengkapi dengan kemampuan untuk mendeteksi arah gerakan gestur.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    35/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    152

    5  Ucapan Terima Kasih

    Terima kasih diucapkan kepada Lab. Sistem Otomasi & Robotika, Lab. Robotics and

    Intelligent Systems, Lab. Multimedia Computing  atas fasilitas aktuator, sensor serta lokasi

    percobaan sehingga riset ini dapat dilaksanakan.

    6  Daftar Pustaka

    [1]  Scorbot ER 9Pro User Manual, Intelitek Inc., 2008

    [2] 

    M. Fuad, “Pengembangan Deteksi Gestur Tangan Berbasis Citra Depth MenggunakanPencocokan Fitur,” Seminar Nasional Ilmu Komputer (SEMINASIK). Universitas GadjahMada. Yogyakarta, Indonesia. pp. 114–149, 18 Oktober 2014.

    [3] 

    K. Qian, C. Hu, “Visually Gesture Recognition for an Interactive Robot GraspingApplication,” in International Journal of Multimedia & Ubiquitous Engineering, vol. 8, no.3, May 2013, pp. 189–196.

    [4] 

    M. Fuad, “Skeleton Based Gesture to Control Manipulator,” International Conference

    on Advanced Mechatronics, Intelligent Manufacture, and Industrial Automation(ICAMIMIA). Insitut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya, Indonesia. 16 Oktober2015.

    [5]  M. Schlipsing, J. Schepanek, and J. Salmen, “Video-Based Roll Angle Estimation forTwo-Wheeled Vehicles” in Proceedings of the IEEE  Intelligent Vehicles Symposium,2011, pp. 876–881.

    [6]  M. Fuad, “Estimasi Arah Hadap Robot Menggunakan Kamera RGB-D untuk Navigasidalam Koridor,” Seminar Nasional Sistem & Teknologi Informasi (SNASTI), 2012, pp.ICCS 1 - 6.

    [7]  M. Fuad, “Visual Odometry Menggunakan Sensor Kinect,” Seminar Nasional TeknologiInformasi dan Multimedia (SNASTIA), 2013, pp. B 23 - 31.

    [8] 

    X. Liu, Z. Chao, and C. Zhou, K. Ai, M. Tan, “A Universal Vision-Based Roll AngleEstimation Method for Mobile Robots” in the IEEE  9th  Conference on IndustrialElectronics and Applications (ICIEA), 2014, pp. 468–472.

    [9]  F. Gavilan, M.R. Arahal, C. Ierardi, “Image Debluring in Roll Angle Estimation for VisionEnhanced AAV Control,” International Federation of Automatic Control Conference,2015, pp. 31 - 36.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    36/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    153

    Integrasi Rancangan Sistem Observasi Kapal Permukaan

    Otomatis dengan Google Earth

    1Mahesa G. A. Satria*), 2Indra Jaya**) & 3 Yopi Novita***) 

    1Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan Program Sarjana IPB

    2Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK IPB Kampus IPB Dramaga Bogor

    3Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perairan FPIK IPB Kampus IPB Dramaga Bogor

    [email protected]* ) , [email protected]**) , [email protected]***)

    Abstrak

    Wahana permukaan tak berawak (unmanned surface vehicle  (USV)) atau wahana permukaanotomatis (autonomous surface vehicle (ASV)) merupakan sebuah wahana (vehicle) berbentuk kapal di

    permukaan (surface) air yang dapat bergerak tanpa awak di dalamnya secara otomatis. USV dapatdigunakan di perairan yang tidak dapat dilalui kapal dengan awak. Perkembangan USV di duniasudah pesat, namun belum diimbangi dengan baik perkembangannya di Indonesia. Penelitian ini

    bertujuan membuat USV yang bersifat autonomous, yaitu bergerak secara otomatis berdasarkanwaypoint. Tahapan penelitian meliputi perancangan USV, uji coba sistem observasi kapal permukaanotomatis. Uji coba dilakukan dengan mengukur durasi oleng wahana di atas air dan mengukurakurasi GPS, kemudian menjalankan wahana pada lintasan lurus, zigzag, parallel, dan berbentuk S.Waktu oleng wahana sebesar 3 detik, akurasi GPS CEP 50% sebesar 1,9 meter dan 2DRMS 95%

    sebesar 4,7 meter. Selisi jarak terbesar waypoint dengan lintasan aktual pada lintasan lurus sumbu xsebesar 2,05 m dan sumbu y sebesar 1,27 m, lintasan zigzag sumbu x sebesar 2,63 m dan sumbu ysebesar 3,73 m, lintasan parallel sumbu x sebesar 4,82 m dan sumbu y sebesar 3,98 m, lintasan Ssumbu x sebesar 3,85 m dan sumbu y sebesar 4,49 m.

    Kata Kunci: 2drms; cep; earth; gps; kapal; usv; waypoint

    1  Pendahuluan

    Unmanned surface vehicle (USV) adalah suatu wahana tanpa awak yang dioperasikan di

    permukaan ( surface) untuk keperluan tertentu. USV juga dikenal dengan sebutan

    autonomous surface vehicle (ASV) atau wahana permukaan otomatis karena menggunakan

     global positioning system (GPS) dalam penentuan arah tujuan pergerakan wahana tersebut

    [1].

    USV dapat digunakan di perairan yang tidak dapat dilalui oleh kapal dengan awak,

    termasuk lingkungan dengan tingkat ancaman yang tinggi atau area yang telah

    terkontaminasi nuklir, biologi, atau bahan kimia [2]. Selain itu, USV juga dapat digunakanuntuk survei perairan dangkal, militer untuk mengantar senjata, pengumpulan datalingkungan, dan berkoordinasi dengan wahana otomatis bawah air (AUV). Jika

    dibandingkan dengan AUV dalam system otomasi, tingkat akurasi USV jauh lebih baik dariAUV karena ketersediaan g lobal positioning system (GPS) [3].

    Perkembangan USV di dunia sudah pesat. Saat ini survei batimetri dan oseanografi dapat

    dilakukan dengan menggunakan USV, seperti Delfim, Sesamo, IRIS, SCOUT,  dan ROAZ ,

    yang dapat digunakan pada perairan tawar maupun laut [4]. USV memiliki manfaat yangcukup besar dalam observasi perairan. Namun perkembangan ini belum diikuti dengan

    baik di Indonesia, sehingga perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut pada teknologi

    USV.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    37/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    154

    Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu rancang bangununmanned surface vehicle (USV) yang bersifat autonomous secara sederhana dan mudah

    digunakan, serta mendapatkan informasi mengenai kinerja unmanned surface vehicle(USV) yang telah dibuat.

    2

     

    Diskusi

    2.1  Perancangan USV

    Perancangan Mekanik

    Mekanik yang dibuat berupa kapal yang dirancang dengan koncep katamaran. Tipe kapal

    ini memiliki dua buah lambung utama (hulls) yang simetris pada sisi kanan dan kiri.

    Konstruksi lambung yang demikian memungkinkan kapal bergerak (maneuver ) lebih

    seimbang dengan ukuran kapal yang relative besar serta memiliki daya angkut yang lebih

    besar. Pembuatan kapal mengikuti tahapan pada Gambar 1.Daftar barang muatan diperlukan untuk mengestimasi panjang, lebar dan tinggi kapal yang

    akan dibuat. Kapal jenis katamaran  dipilih karena tujuan pembuatan kapal ini lebih

    mengedepankan faktor daya muat dan stabilitas kapal dibandingkan kemampuan

    maneuver kapal. Sistem propulsi diletakkan pada bagian belakang hull untuk

    menggerakkan wahana di atas permukaan air. Motor yang digunakan pada sistem propulsiadalah motor brushless.

    Mempersiapkan daftar barang muatan

    Menghitung dimensi / ukuran wahana

    Memilih jenis dan bentuk lambung kapal

    Memperkirakan bobot wahana dengan dan tanpa muatan

    Membuat desain rancangan wahana

    Pemilihan material pembuatan wahana

    Pembuatan wahana  

    Gambar 3 diagram alir pembuatan kapal [5]

    Pembuatan wahana kapal mengikuti desain pada Gambar 2.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    38/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    155

    Gambar 4 desain kapal permukaan otomatis

    Hasil rancang bangun unmanned surface vehicle (USV) dapat dilihat pada Gambar 3.Pembuatan hull  kapal menggunakan bahan pipa PVC berukuran 3 inchi sehingga mudah

    untuk dibuat. Lambung kapal dibuat berbentuk bundar untuk meminimalisir resistansiketika kapal melaju di atas permukaan air. Bagian rangka atas yang dibuat dengan bahan

    alumunium memiliki bobot yang ringan namun kokoh, sehingga tidak membuat bobot

    wahana menjadi berat. USV ini memiliki panjang total 77 cm, lebar total 52,5 cm dan tinggi

    total 50 cm sudah termasuk antenna. Kapal dengan muatan elektronik memiliki bobot 4

    kg, sedangkan bobot tanpa muatan elektronik sebesar 2,7 kg. Wahana mampu

    mengangkut beban sebesar 4 kg selain perangkat elektronik di dalamnya.

    Wahana menggunakan propeller berbahan alumunium dengan dua buah daun propeller ,diameter propeller 72 mm dan diameter hub propeller   6,73 mm. Propeller   sangat

    berpengaruh terhadap kecepatan suatu kapal, karena fungsinya adalah mengubah daya

    putar dari motor menjadi daya dorong [6].

    Gambar 5 hasil rancang bangun kapal permukaan otomatis

    Desain propeller yang buruk menjadi penyebab borosnya bahan bakar, dalam hal ini

    baterai. Jumlah daun propeller mempengaruhi efisiensi propeller , semakin sedikit jumlah

    daun propeller maka semakin tinggi nilai efisiensi propeller . Beban yang ditanggung oleng

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    39/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    156

    masing-masing daun propeller akan semakin tinggi jika jumlah daun propeller   semakinsedikit.

    Perancangan Sistem Elektronik

    Sistem elektronik USV terdiri atas beberapa bagian, yaitu Arduino Mega 2560 sebagaipusat pengendali, GPS sebagai penentu posisi koordinat, HMC5883L, ADXL345, Electronic

    Speed Control (ESC) sebagai driver pada motor brushless, motor brushless, motor servo

    untuk mengendalikan arah gerak wahana, micro SD, dan KYL-1020U untuk mengirimkan

    data ke  ground segment. Hubungan fungsional antara semua bagian elektronik dapatdilihat pada Gambar 4.

    UBEC 3A 5V

     Arduino Mega 2560

    HMC5883L

     ADXL345

    GPS U-blox Neo 6M

    KYL-1020U

    Motor Servo

    Motor BrushlessESC 30A

    Tegangan

    Data (wired ) Laptop KYL-1020U

    Data (wireless)

    Batt Li-Po 3S 3000mAh

    Batt Li-Po 2S 5000mAh

    Batt Li-Po 2S 5000mAh ESC 30A   Motor Brushless

    RX

    TX

     

    Gambar 6 hubungan fungsional elektronik kapal permukaan otomatis

    Arduino Mega 2560 (Gambar 5) merupakan sebuah modul dengan rangkaian minimum

    mikrokontroler ATmega2560. Mikrokontroler ini sudah memiliki bootloader   di dalamnya,sehingga dapat deprogram ulang dengan menggunakan Arduino IDE melalui jalur

    komunikasi Universal Asynchronous Receiver  /  Transmitter (UART). Dalam rangkaianminimum ini terdapat kristal eksternal sebesar 16 MHz yang merupakan nilai maksimum

    Kristal yang dibutuhkan ATmega2560, sehingga memungkinkan proses instruksi perintah

    berjalan lebih cepat [7].

    Gambar 7 modul arduino mega 2560

    Konfigurasi pin Arduino dengan beberapa perangkat ditunjukan Tabel 1.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    40/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    157

    Table 2 konfigurasi arduino dengan perangkat lain

    Perangkat Pin Keterangan

    HMC5883L SDA SDA

    SCL SCLADXL345 SDA SDA

    SCL SCL

    GPS U-blox Neo 6M RX1 RX Data

    KYL-1020U RX3 RX Data

    Micro SD Card

    Module Catalex D50 MISO

    D51 MOSI

    D52 SCK

    D53 CS

    ESC D7 PWM signal

    Motor Servo D6 PWM signal 

    Receiver RemoteControl

    D23 Input Channel 3D25 Input Channel 1

    D27 Input Channel 2

    Modul HMC5883L digunakan sebagai sensor magnetometer yang menghasilkan nilai

    kompas atau arah dalam bentuk derajat dengan antarmuka I2C (Two Wire).

    ADXL345 merupakan sensor akselerometer yang digunakan untuk menentukan nilai roll

    dan pitch pada kapal. ADXL345 menggunakan antarmuka I2C.

    GPS digunakan untuk menentukan posisi koordinat dari wahana pada suatu lokasi. GPS u-blox Neo 6M memiliki akurasi GPS 2,5 meter, kecepatan 0,1 m/s, dan arah 0,5 derajat

    pada CEP 50% [8]. Komunikasi antara mikrokontroler dan GPS menggunakan jalur UART

    dengan BaudRate 9600. Format data yang dikirimkan dari GPS ke mikrokontrolermenggunakan format data NMEA 0183. Contoh data NMEA 0183 yang didapatkan dapat

    dilihat pada Gambar 6.

    Gambar 8 data nmea 0183 gps

    Modul micro SD card Catalex digunakan untuk membaca dan menulis data pada kartumicro SD. Antarmuka yang digunakan pada modul ini adalah Serial Peripheral Interface

    (SPI).

    Modul KYL-1020U merupakan modul radio yang bersifat transceiver , yaitu dapat berlaku

    sebagai transmitter dan receiver , dengan antarmuka UART dengan BaudRate 9600.Komunikasi antar KYL-1020U secara wireless  menggunakan gelombang radio pada

    frekuensi 433 MHz.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    41/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    158

    Perancangan Perangkat Lunak

    Perangkat lunak merupakan sebuah instruksi tetap yang tersimpan dalam flash memory

    program. Mikrokontroler tidak dapat bekerja tanpa adanya perangkat lunak yang tertanam

    di dalamnya [9]. Perangkat lunak pada system mikrokontroler disebut juga dengan

    firmware. Perancangan firmware dilakukan dengan menggunakan Arduino IDE versi 1.6.3.Firmware  yang telah dibuat kemudian diunduh ke mikrokontroler Arduino Mega 2560.Perangkat lunak yang dibuat memiliki empat fungsi utama yaitu, menentukan arah tujuan

    wahana berdasarkan waypoint, menerima data kompas, roll, posisi koordinat berdasarkanGPS, melakukan penyimpanan data, serta mengirimkan data ke  ground segment. Data

    yang diterima oleh ground segment ditampilkan dalam user interface. Alur perangkat lunak

    kapal permukaan otomatis dapat dilihat pada Gambar 7.

    Mikrokontroler melakukan inisialisasi sensor akselerometer (ADXL345), sensor

    magnetometer (HMC5883L) dan micro SD card pada saat awal dihidupkan. Jika micro SD

    card rusak atau belum dimasukkan maka mikrokontroler melakukan proses inisialisasi

    hingga micro SD card terdeteksi. Jika micro SD card serta sensor berfungsi dengan benar

    maka mikrokontroler membaca file WAYPOINT.TXT yang berisi titik-titik waypoint yang akandituju sehingga akan diketahui jumlah waypoint. 

    Mulai

    Inisialisasi:

    1. Micro SD Card 

    2. ADXL345

    3. HMC5883L

     Ada Micro SD Card  ?

    Tidak

    Baca file WAYPOINT.TXT

    GPS Valid ?

     Ada

    Tidak

    Inisialisasi servo

    Motor BLDC berputar 

    ya

    Hitung jarak kapal dengan waypoint 

    Hitung kurs ke waypoint 

    Servo mengarahkan kapal ke waypoint 

    Baca data GPS, Kompas, Roll 

    Jarak

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    42/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    159

    sin2 2⁄ +cos(1) .cos(2) .sin2( 2⁄ ) 

    √ a, 1-a)    (1)sin.cos2  , cos1 .sin2 - sin1 .cos2 .cos)  (2)

    Setelah mikrokontroler membaca banyaknya waypoint, kemudian servo digerakkan kekanan dan ke kiri masing-masing selama dua detik kemudian kembali ke posisi normal

    untuk memastikan kapal dapat bermanuver dengan baik. Ketika semua komponen telah

    berfungsi dengan baik, mikrokontroler mengambil data posisi dalam bentuk koordinatdengan menggunakan modul GPS U-blox Neo 6M, arah orientasi kapal dengan sensor

    magnetometer dan nilai roll kapal dengan menggunakan sensor akselerometer.

    Posisi yang didapatkan melalui GPS harus merupakan data yang valid agar penentuan arahtujuan kapal menjadi akurat. Ketika data GPS yang didapatkan tidak valid maka

    mikrokontroler terus mengambil data hingga data GPS valid. Ketika data GPS sudah valid,

    maka kapal kemudian dijalankan untuk mengikuti waypoint yang ada. Perhitungan jarak

    kapal dengan waypoint menggunakan persamaan (1) dan arah tujuan kapal menuju

    waypoint menggunakan persamaan (2).

    2.2  Antarmuka Pengguna dengan Google Earth

    Tampilan user interface dapat dilihat pada Gambar 8. User interface  terdiri dari GoogleEarth dan juga Python. Data yang ditampilkan menggunakan Python terdiri dari data roll,

    Gambar 10 tampilan antarmuka pengguna 

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    43/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    160

    pitch, yaw  / kompas, arah target, arah saat ini, selisih arah, jarak ke target, serta waypoint

    saat ini dan jumlah maksimal waypoint. Data yang ditampilkan menggunakan Google Earth

    adalah data posisi saat ini dari wahana dan lintasan yang akan dilalui oleh wahana.

    Pemilihan Google Earth untuk menampilkan posisi wahana dikarenakan penggunaan yang

    cukup mudah dan tampilan yang user friendly   atau mudah digunakan. Google Earth  jugatersedia dengan peta tak berbayar sehingga mudah untuk mengakses lokasi yang

    digunakan. Lokasi wahana ditunjukkan dengan tool placemark.  Posisi placemark  berpindah sesuai posisi wahana sebenarnya (real time) dengan memperbaharui file *.kml

    yang berisi posisi koordinat placemark . Rute waypoint yang ditampilkan dengan

    menggunakan tool path pada Google Earth.

    Dalam penggunaannya, pengguna hanya perlu membuka file *.kml dengan menggunakanGoogle Earth  kemudian menjalankan  script  python yang telah dibuat. Agar dapat

    berkomunikasi antara Arduino dengan perangkat komputer, port pada script python harus

    disesuaikan dengan port yang terbaca pada perangkat komputer.

    2.3

     

    Perancangan dan Uji Coba Sistem Observasi Kapal Permukaan Otomatis

    Uji Stabilitas

    Uji stabilitas dilakukan dengan melihat nilai rolling duration. Nilai tersebut didapat denganmenghitung lama waktu yang dibutuhkan oleh kapal pada saat dimiringkan secara

    maksimal hingga kembali ke posisi tegak.

    Gambar 11 grafik

    rolling duration

     

    Gambar 9 menunjukkan kapal membutuhkan waktu 3077 ms atau sekitar 3 detik untuk

    kembali pada keadaan tegak setelah dimiringkan secara maksimal. Wahana mengalami 6kali oleng. Pada oleng pertama, sudut saat dimiringkan sebesar 13,4° ke kiri dan kapal

    mendapat dorongan untuk kembali ke posisi semula sehingga mencapai kemiringan 24°

    ke kanan. Pada oleng kedua, kapal miring ke kiri sebesar 4,7° lalu ke kanan hingga 3,1°.

    Rata-rata waktu yang dibutuhkan kapal untuk kembali ke posisi 0° pada tiap olengnyaadalah 114,3 ms dengan reduksi oleng dari oleng pertama ke oleng kedua sebesar 86,8%.

    Persen reduksi oleng yang besar tersebut dikarenakan kapal yang digunakan berjenis

    katamaran. Kapal berjenis mono hull memiliki nilai persen reduksi oleng yang lebih kecildibandingkan kapal berjenis katamaran, yaitu sebesar 30 – 35 % [10]. Nilai reduksi olengyang besar akan mengakibatkan kapal akan lebih cepat kembali ke posisi semula setelahmengalami oleng.

    -20

    -10

    0

    10

    20

    30

     0    1  0  0  0 

    2  0  0  0 

     3  0  0  0 

       R   o   l   l   D   e   g   r   e   e

    dT (ms)

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    44/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    161

    Uji Akurasi GPS

    Uji akurasi GPS dilakukan dengan meletakkan GPS pada satu lokasi dalam waktu 60 menit

    untuk merekam posisi koordinat yang didapatkan. Peletakkan GPS harus di tempat yang

    terbuka dan tidak ternaungi agar GPS mendapatkan data posisi yang akurat. Untuk

    menghitung nilai akurasi GPS, nilai posisi yang digunakan dalam bentuk Easting danNorthing. Nilai posisi yang didapatkan dari GPS dalam bentuk Latitude dan Longitude

    kemudian diubah kedalam bentuk Easting dan Northing .

    Gambar 12 uji akurasi gps selama 60 menit

    Gambar 10 memberikan data akurasi GPS menggunakan CEP bernilai 1,9377 m dan

    2DRMS bernilai 4,7570 m. Perhitungan nilai akurasi GPS menggunakan CEP (Circular Error

    Probable) 50% dan 2DRMS (Twice the Distance Root Mean Square) 95% dengan

    persamaan (3) dan (4).

    x+ y)  (3)

     x2+ y2  (4)CEP 50% berarti radius 50% dari jarak akurasi GPS, sedangkan 2DRMS 95% berarti radius95% dari jarak akurasi GPS. GPS memiliki tingkat akurasi yang semakin tinggi jika nilai

    akurasinya semakin mendekati nol. Nilai akurasi GPS yang didapatkan pada CEP 50% lebihkecil dibandingkan dengan nilai akurasi GPS pada CEP 50% berdasarkan datasheet, yaitu

    1,9377 meter dibandingkan 2,5 meter. Hal tersebut menunjukan bahwa GPS yang

    digunakan masih memiliki tingkat akurasi yang tinggi

    Uji Coba Sistem Observasi Kapal Permukaan Otomatis

    Uji coba dilakukan untuk melihat kemampuan wahana dalam mengikuti lintasan  yang telah

    dibuat, seperti lintasan lurus, zigzag, parallel, dan berbentuk huruf “S” dengan bentukwahana yang ada. Wahana dikatakan mampu mengikuti lintasan yang ada jika nilai selisih

     jarak wahana dengan waypoint tidak lebih besar dari nilai 2DRMS 95% GPS, yaitu sebesar

    4,757 meter. Selisih jarak dihitung pada tiap titik waypoint  terhadap posisi wahana yang

    sebenarnya pada sumbu X dan/atau sumbu Y.

    Pada lintasan lurus terdapat 11 titik waypoint yang dimulai dari titik -6,5526 LS dan

    106,7473 BT menuju -6,5532 LS dan 106,7481 BT. Jarak antar waypoint rata-rata

    -8

    -6

    -4-2

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    -20 -15 -10 -5 0 5 10

       D   e   l   t   a   Y

    Delta X

    Posisi

    CEP

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    45/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    162

    sebesar 11,4 meter, dengan panjang lintasan sebesar 114,7 meter. Nilai error   terhadapsumbu x terbesar terdapat pada waypoint ke-7 yaitu sebesar 2,1 meter. Nilai error  

    terhadap sumbu y terbesar terdapat pada waypoint ke-7 yaitu sebesar 1,2 meter. Nilaitersebut masih berada dibawah nilai 2DRMS 95% GPS sehingga dapat dikatakan bahwa

    wahana masih tepat mengikuti lintasan lurus. Hasil uji lapang pada lintasan lurus dapat

    dilihat pada Gambar 11.

    Gambar 13 perbandingan waypoint dengan posisi aktual kapal pada lintasan parallel

    Pada lintasan zigzag terdapat 9 titik waypoint yang dimulai dari titik -6,5527 LS dan

    106,7473 BT menuju -6,5531 LS dan 106,7479 BT. Jarak antar waypoint rata-rata

    sebesar 11,3 meter, dengan panjang lintasan sebesar 83,9 meter. Nilai error   terhadap

    sumbu x terbesar terdapat pada waypoint ke-4 yaitu sebesar 2,6 meter. Nilai error  

    terhadap sumbu y terbesar terdapat pada waypoint ke-1 yaitu sebesar 3,7 meter. Nilai

    tersebut masih berada dibawah nilai 2DRMS 95% GPS sehingga dapat dikatakan wahana

    tepat dalam mengikuti lintasan zigzag. Hasil uji lapang pada lintasan zigzag dapat dilihatpada Gambar 12.

    Gambar 14 perbandingan waypoint dengan posisi aktual kapal pada lintasan parallel

    Pada lintasan parallel terdapat 16 titik waypoint yang dimulai dari titik -6,5527 LS dan106,7474 BT menuju -6,5532 LS dan 106,7477 BT. Hasil uji lapang pada lintasan parallel

    dapat dilihat pada Gambar 13. Jarak antar waypoint rata-rata sebesar 7,8 meter, dengan

    panjang lintasan sebesar 141,9 meter. Nilai error   terhadap sumbu x terbesar terdapat

    -6,5534

    -6,5532

    -6,553

    -6,5528

    -6,5526

    -6,5524

     

    i

    n

    t

    a

    n

    g

    Bujur

    Waypoint USV

    -6,5532

    -6,5531

    -6,553

    -6,5529

    -6,5528

    -6,5527

    -6,5526

     

    i

    n

    t

    a

    n

    g

    Bujur

    Waypoint USV

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    46/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    163

    pada waypoint ke-5 yaitu sebesar 4,8 meter. Nilai error   terhadap sumbu y terbesarterdapat pada waypoint ke-15 yaitu sebesar 3,9 meter.

    Gambar 15 perbandingan waypoint dengan posisi aktual kapal pada lintasan parallel

    Nilai error pada sumbu y masih berada dibawah nilai 2DRMS 95% GPS, sedangkan nilai

    error pada sumbu x lebih besar dari nilai 2DRMS 95% GPS. Hal ini disebabkan posisi

    lintasan yang diagonal terhadap sumbu x dan sumbu y, sehingga jarak menjadi lebih jauh

    pada sumbu x dan sumbu y. Pada waypoint ke-5, jarak terdekat terhadap posisi GPS aktualsebesar 2,4 meter. Nilai tersebut masih masuk kedalam toleransi wahana dalam

    penghitungan jarak sehingga wahana melanjutkan perjalanan meskipun jarak pada sumbu

    x tersebut lebih besar dari nilai 2DRMS 95% GPS. Selain itu, kapal dengan jenis katamaran

    memiliki kekurangan dalam maneuver dan semua jenis kapal tidak dapat melakukan

    maneuver secara patah. Sehingga pada lintasan parallel gerak maneuver kapal akan lebih

    memutar dan menghasilkan jarak error antara titik waypoint dan posisi wahana yang lebih

    besar.

    Pada lintasan berbentuk huruf S terdapat 16 titik waypoint yang dimulai dari titik -6,5526

    LS dan 106,7474 BT menuju -6,5533 LS dan 106,7478 BT. Jarak antar waypoint rata-rata

    sebesar 8,9 meter, dengan panjang lintasan sebesar 134,8 meter. Nilai error   terhadapsumbu x terbesar terdapat pada waypoint ke-9 yaitu sebesar 3,8 meter. Nilai error  

    terhadap sumbu y terbesar terdapat pada waypoint ke-7 yaitu sebesar 4,4 meter. Nilaitersebut masih berada dibawah nilai 2DRMS 95% GPS sehingga dapat dikatakan bahwa

    wahana masih mengikuti lintasan dengan tepat. Hasil uji lapang pada lintasan S dapatdilihat pada Gambar 14.

    -6,5533

    -6,5532

    -6,5531

    -6,553

    -6,5529

    -6,5528

    -6,5527

    -6,5526

     

    i

    n

    t

    a

    n

    g

    Bujur

    Waypoint USV

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    47/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    164

    Gambar 16 perbandingan waypoint dengan posisi aktual kapal pada lintasan S

    Pada uji lapang dapat dilihat bahwa USV merespon titik waypoint yang telah dibuat dan

    dapat mengikuti bentuk lintasan yang telah dibuat, yaitu lintasan lurus, lintasan zigzag,lintasan parallel, dan lintasan berbentuk huruf S. Nilai error yang ada dikarenakan adanya

    toleransi yang diberikan pada algoritma wahana. Hal ini menunjukkan bahwa USV bersifat

    autonomous yang dapat berjalan secara otomatis. Selain itu USV juga dapat dikendalikanmenggunakan remote  sebagai transmitter dengan jarak hingga 200 meter. Pemilihan

    mode manual dan otomatis dilakukan menggunakan remote kendali. Ketika remote

    kendali dihidupkan, maka wahana secara otomatis menjadi manual dan dapat

    dikendalikan. Namun ketika remote kendali dimatikan, maka wahana secara otomatisberjalan mengikuti waypoint. Nilai rataan error posisi wahana terhadap lintasan pada

    sumbu x dan sumbu y sebesar 1,5 meter.

    3

     

    Kesimpulan

    Rancang bangun wahana permukaan tak berawak (unmanned surface vehicle (USV)) telahberhasil dilakukan. USV berjalan secara otomatis dengan mengikuti waypoint  yang telah

    ditentukan. USV yang dibuat cukup sederhana dengan bahan dasar pembuatannyamenggunakan pipa PVC dan alumunium yang mudah didapatkan dan mudah dalam

    perancangannya. Waypoint yang ingin dituju dimasukkan kedalam micro SD pada wahana.

    Nilai error terbesar pada sumbu x yaitu 4,8 meter dan pada sumbu y 4,4 meter. Nilaiakurasi GPS dengan CEP 50% sebesar 1,9 meter dan 2DRMS 95% sebesar 4,7 meter.

    Wahana mampu mengikuti lintasan dengan baik pada lintasan lurus, zigzag dan lintasan S

    dan cukup baik pada lintasan parallel dengan rataan error pada sumbu x dan sumbu y

    sebesar 1,5 meter. Pada lintasan parallel wahana kurang mampu melakukan maneuver

    pada lintasan yang berbelok patah. Wahana cukup stabil dengan waktu yang dibutuhkanuntuk kembali pada keadaan semula sekitar 3 detik setelah diolengkan.

    4

     

    Nomenklatur

      = Latitude

    -6,5534

    -6,5533

    -6,5532

    -6,5531

    -6,553

    -6,5529

    -6,5528

    -6,5527

    -6,5526

     

    i

    n

    t

    a

    n

    g

    Bujur

    Waypoint USV

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    48/157

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    49/157

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    50/157

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    51/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    168

    untuk mendeteksi adanya friksi statis  [3]. Teknik pencocokan grafis juga digunakan olehCoudhury, Shah, Thornhill, dan Shook untuk merumuskan metode pencocokan elips dalam

    mendeteksi friksi statis [6,7].

    Pada makalah ini, dibandingkan dua metode dengan teknik pencocokan grafis, yaitu

    pencocokan kurva oleh He [4] dan pencocokan elips oleh Choudhury [7]. Makalah inidisajikan sebagai berikut: Bab 2 memberikan penjelasan mengenai metodologi penelitian

    yang digunakan. Metodologi penelitian ini terdiri dari penjelasan friksi statis  dan metodedeteksi friksi statis  yang digunakan. Bab 3 memberikan hasil dari deteksi friksi statis 

    menggunakan input data simulasi dan data industri. Data industri diambil dari salah satu

    pabrik petrokimia. Pada Bab 4 terdapat kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan.

    2  Diskusi

    2.1  Friksi statis

    Friksi statis  atau gesekan statis  merupakan salah satu masalah pada katup yangmenyebabkan ketidaklinieran [1]. Friksi statis  dapat direpresentasikan oleh 2 parameter,

    yaitu S (deadband ditambah stickband) dan J (slip jump). Friksi statis dan kedua parameter

    ini dapat dilihat pada Gbr. 1.

    Gambar 1. Grafik hubungan input-output katup kontrol karena friksi statis

     

    [3]

    Dari Gambar 1, titik A merupakan titik di mana katup akan mulai bergerak. Jika nilai inputdari katup tidak melebihi nilai gesekan statis (fs), output yang merupakan posisi katup

    tidak akan berubah. Tetapi jika nilai input melebihi nilai fs dan fd (S) , seperti A` hingga D’,posisi katup akan beruba ke posisi B dan langsung melompat (J) ke posisi C. Setelah itu,

    katup akan bergerak dari C ke D dan hanya akan dipengaruhi oleh gesekan kinetis saja.

    Karena kecepatan yang terlalu kecil, mendekati nol, kemungkinan katup akan mengalamilengket (stick) lagi. Pada kondisi ini nilai deadband adalah nol, dan hanya  stickband yang

    berpengaruh di sini. Katup akan terus bergerak jika nilai input lebih dari nilai  stickband.

    Pada saat sampai di titik G, input katup berubah arah. Dalam kondisi ini, friksi statis  juga

    akan memberikan nilai S yang harus dilampaui oleh input agar katup bergerak berubah

    arah.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    52/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    169

    Dalam memudahkan analisis, pemodelan friksi statis  telah banyak dirumuskan. Salahsatunya adalah pemodelan mekanis dengan hukum Newton kedua. Namun karena

    pemodelan ini membutuhkan beberapa parameter yang sulit didapatkan, pemodelanberdasarkan skema friksi statis dikembangkan. Pemodelan friksi statis yang dipakai pada

    penelitian yang diacu oleh penelitian ini adalah pemodelan friksi statis   menurut He dan

    Coudhury.

    Pemodelan friksi statis He [4] merumuskan bentuk kurva keluaran pengendali  (OP) darikatup yang mengalami friksi statis  akan membentuk kurva kotak. Dengan adanya

    integrator yang ada pada sebuah loop kontrol, maka kurva ini akan menjadi berbentuk

    segitiga sebagai hasil dari integral kotak. Namun jika katup tidak mengalami friksi statis ,

    kurva akan berbentuk sinusoidal [4]. Berbeda dengan pemodelan He, pemodelan friksi

    statis Choudhury [9] menggunakan data OP dan PV. Menurut pemodelan Choudhury, kurva

    OP-PV sebuah katup yang mengalami friksi statis akan membentuk kurva elips.

    2.2  Program Deteksi Friksi statis

    Untuk mendeteksi keberadaan friksi statis , awalnya data harus terdeteksi tidak linier.Dalam penelitian yang diacu oleh makalah ini, deteksi ketidaklinieran menggunakan

    bicoherence yang juga dirumuskan oleh Choudhury [6]. Gambar 2 menunjukkan

    bagaimana diagram alir dari deteksi friksi statis yang terdiri dari 2 bagian yaitu bicoherence

    dan deteksi friksi statis.

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    53/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    170

    Gambar 2. Diagram alir deteksi friksi statis [5]

    1. 

    Bicoherence: Sebelum mendeteksi keberaan stiction, terlebih dahulu data harus

    terdeteksi tidak Gaussian dan tidak linier. Parameter IKG (Indeks Ketidak-Gaussian)

    dan IKL (Indeks Ketidaklinieran digunakan untuk menentukannya. Jika IKG dan IKLlebih dari batas yang ditentukan, maka data terdeteksi tidak Gaussian dan tidak linier

    [8]. Dalam penelitian yang diacu oleh makalah ini, digunakan batas 0,004 untuk IKG

    dan 0,04 untuk IKL sesuai dengan jumlah data yang dipakai, 1024 [8]. Untuk

  • 8/15/2019 Joki Vol 8 No 2 Tahun 2016

    54/157

    J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 8 (2), 2016 ISSN : 2085-2517

    171

    mendapatkan nilai IKG dan IKL, digunakan bicoherence yang merupakan normalisasidari bispectrum. Bispectrum sendiri merupakan representasi frekuensi dari parameter

    statistik cumulant orde ketiga. Cumulant orde ketiga ini merepresentasikankecondongan kurva yang akan merepresentasikan nilai IKG dan IKL. Nilai IKG dan IKL

    dapat dihitung dengan persamaan 1 dan persamaan 3 [8].

    IKG ∑   ̂

      (1)

    dengan  adalah bicoherence estimasi yang memenuhi persamaan 2.̂ 

      (2)

    IKL ̂ ̂   ̂   (3)

    dengan ̂   adalah nilai maksimal bicoherence estimasi, ̂   adalah reratabicoherence estimasi, dan   ̂  adalah standar deviasi bicoherence estimasi.2.

     

    Deteksi Friksi statis: Dalam deteksi friksi statis ini, digunakan 2 metode, yaitu

    pencocokan kurva dan pencocokan elips. Deteksi friksi statis yang pertama adalah

    menggunakan metode pencocokan kurva yang dirumuskan oleh He [4]. Pada metode

    ini, dibuat 2 kurva estimasi untuk dicocokkan dengan data, yaitu kurva sinusoidal dan

    kurva segitiga.