Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan...

59

Transcript of Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan...

Page 1: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesiahttp://www.bi.go.id

Page 2: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

BANK INDONESIAUntuk informasi lebih lanjut hubungi:Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id

Page 3: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

i

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam

rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana

telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama,

yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada

prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii)

sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat

luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan

kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Deputi Gubernur Senior

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Siti Ch. Fadjrijah Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN I-2010

Page 4: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

ii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Page 5: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

iii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 sasaran inflasi untuk periode tahun 2008 – 2010, masing-masing sebesar 5,0%, 4,5%, dan 4,0% dengan deviasi ±1%. Namun demikian, berdasarkan perkembangan terkini, Bank Indonesia mengusulkan kepada Pemerintah tentang perubahan sasaran inflasi tahun 2010-2012 menjadi sebesar 5% ± 1%, 5% ± 1%, dan 4,5% ± 1%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah

Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.

Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Frameworks)

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 6: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

iv

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Page 7: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Kata Pengantar

Proses pemulihan perekonomian global masih terus berlanjut dan turut mendukung kinerja perekonomian

domestik. Proses pemulihan tersebut ditandai oleh penguatan ekonomi kawasan Asia yang terus berlangsung

dan pemulihan ekonomi negara maju yang semakin kuat. Perekonomian negara maju diperkirakan akan mencatat

pertumbuhan positif tahun ini walaupun masih dibayangi oleh tingginya angka pengangguran dan ketatnya penyaluran

kredit. Sementara itu kebijakan moneter global saat ini masih cenderung akomodatif meski beberapa bank sentral

negara berkembang Asia dan bank sentral negara maju mulai menempuh kebijakan moneter lebih ketat.

Kinerja perekonomian domestik menunjukkan perkembangan yang membaik seiring dengan masih

berlanjutnya proses pemulihan perekonomian global. Pertumbuhan PDB pada triwulan I 2010 diprakirakan

sebesar 5,7% (yoy). Pada triwulan dimaksud, kinerja ekspor diprakirakan semakin membaik seiring dengan mulai

pulihnya perekonomian global dan perkembangan harga komoditas internasional. Kinerja impor juga diprakirakan

meningkat sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik dan eksternal. Investasi juga diperkirakan akan

mengalami peningkatan didukung oleh berbagai upaya Pemerintah. Sementara itu, konsumsi juga berada dalam

arah yang membaik ditopang oleh daya beli masyarakat yang masih cukup kuat. Di sisi penawaran, penyumbang

utama dalam pertumbuhan triwulan I 2010 diprakirakan berasal dari sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor

industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Di sisi stabilitas harga, tekanan inflasi masih menunjukkan kecenderungan yang rendah selama triwulan

I 2010, yaitu pada level 3,43% (yoy). Terkendalinya inflasi pada tingkat yang relatif rendah sejalan dengan nilai

tukar rupiah yang cenderung terapresiasi, kecukupan sisi pasokan dalam merespons kenaikan permintaan, serta

relatif terjaganya ekspektasi inflasi.

Kinerja perekonomian Indonesia yang solid dan didukung oleh kondisi eksternal yang positif mampu

menopang solidnya kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) selama triwulan I 2010. Transaksi berjalan

diprakirakan mencatat surplus sejalan dengan membaiknya kinerja ekspor terutama yang berbasis komoditas sumber

daya alam. Di sisi lain, kinerja impor juga menunjukkan peningkatan sejalan dengan akselerasi permintaan domestik

dan ekspor. Selain itu, kenaikan harga komoditas ekspor Indonesia turut mendukung perbaikan transaksi berjalan.

Neraca modal dan finansial diprakirakan juga mencatat surplus ditopang oleh aliran modal masuk dan penerbitan

Gubernur Bank Indonesia

Page 8: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

vi

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

obligasi valas pemerintah. Sejalan dengan perkembangan NPI tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir

Maret 2010 tercatat sebesar 71,8 miliar dolar AS atau setara dengan 5,8 bulan impor dan pembayaran Utang Luar

Negeri (ULN) pemerintah.

Di sektor perbankan, stabilitas sistem perbankan nasional relatif terjaga. Secara mikro, industri perbankan

nasional tetap stabil yang tercermin dari masih terjaganya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio - CAR) dan

rasio gross maupun net dari Non-Performing Loan (NPL) tetap terkendali di angka cukup rendah. Di sisi lain, respons

suku bunga perbankan masih membaik terbukti dengan menurunnya suku bunga simpanan yang pada akhirnya

akan mendorong turunnya suku bunga kredit lebih lanjut. Diharapkan respon penurunan suku bunga kredit akan

diikuti oleh penyaluran kredit secara optimal oleh perbankan. Sementara itu, likuiditas perbankan masih mencukupi

untuk pembiayaan perekonomian.

Ke depan, prospek perekonomian Indonesia tahun 2010 dan 2011 diprakirakan akan tumbuh lebih baik

dari prakiraan di akhir 2009. Percepatan kegiatan perekonomian tersebut didukung oleh membaiknya sisi eksternal

serta permintaan domestik yang tetap kuat. Pemulihan yang terjadi di negara-negara mitra dagang Indonesia akan

mendorong peningkatan akan barang-barang ekspor Indonesia sehingga diharapkan hal tersebut akan mendorong

sektor-sektor yang terkait ekspor seperti sektor industri pengolahan dan perdagangan. Di samping itu, kinerja konsumsi

rumah tangga juga diprakirakan akan tetap tumbuh tinggi sejalan dengan pendapatan yang lebih tinggi dan terjaganya

tingkat keyakinan konsumen. Di sisi penawaran, pertumbuhan berbagai sektor usaha diperkirakan dalam arah yang

membaik. Dengan optimisme tersebut, perekonomian Indonesia yang pada triwulan I 2010 diprakirakan tumbuh

sekitar 5,7% sepanjang 2010 akan dapat tumbuh mencapai 5,5 - 6,0% dengan bias ke atas.

Di sisi stabilitas harga, inflasi diprakirakan belum akan memberikan tekanan yang signifikan sampai

dengan semester I 2010. Inflasi tahun 2010 diprakirakan disumbang dari peningkatan inflasi impor dan permintaan

domestik sejalan dengan prakiraan membaiknya ekonomi global dan perekonomian domestik. Selain itu, eskpektasi

inflasi menunjukkan kecenderungan membaik terlihat dari hasil berbagai survei yang menunjukkan menurunnya

ekspektasi inflasi pada tahun 2010. Secara keseluruhan, inflasi ke depan diprakirakan akan tetap mencapai target

jangka pendek yang ditetapkan yakni 5%+1% pada tahun 2010 dan 2011 serta target jangka menengah yaitu

4%+1% pada tahun 2014.

Dengan mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut di atas, Rapat Dewan Gubernur

Bank Indonesia pada 6 April 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5%. Keputusan

mempertahankan BI Rate tersebut diambil setelah Rapat Dewan Gubernur menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga

BI Rate sebesar 6,5% masih konsisten dengan target inflasi pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 5+1% serta target

inflasi jangka menengah pada tahun 2014 sebesar 4+1%. Stance kebijakan saat ini juga dipandang masih kondusif

bagi proses pemulihan perekonomian dan intermediasi perbankan.

Jakarta, 23 April 2010

Pjs. Gubernur Bank Indonesia

Dr. Darmin Nasution

Page 9: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

vii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009daftar Isi

Daftar Isi

1. Tinjauan Umum ............................................................................ 1

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini ...................................... 5

Perkembangan Ekonomi Dunia ...................................................... 5

Pertumbuhan Ekonomi .................................................................... 7

Neraca Pembayaran Indonesia ......................................................... 15

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan .................... 17

Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 17

Inflasi .............................................................................................. 19

Kebijakan Moneter ......................................................................... 21

4. Perekonomian Indonesia ke Depan ............................................ 28

Asumsi dan Skenario yang Digunakan ............................................ 28

Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 30

Prakiraan Inflasi ............................................................................... 37

5. Respon Kebijakan Moneter Triwulan I-2010 .............................. 39

Tabel Statistik ................................................................................... 40

Page 10: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

viii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 daftar Isi

Page 11: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Tinjauan Umum

1

1. Tinjauan Umum

Penguatan ekonomi domestik terus berlanjut didukung oleh kinerja ekonomi

global yang kondusif. Aktivitas ekonomi Indonesia menunjukkan peningkatan yang

cukup signifikan pada triwulan IV 2009. Pada triwulan tersebut perekonomian Indonesia

mampu tumbuh sebesar 5,4% (yoy), sehingga secara keseluruhan tahun 2009 perekonomian

tumbuh sebesar 4,5% (yoy). Kondisi perekonomian yang semakin menunjukkan suasana

optimis tersebut mendukung prospek ekonomi yang lebih baik dari perkiraan semula.

Perekonomian Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan tumbuh mencapai kisaran

5,5%-6,0% dan pada tahun 2011 mencapai 6,0%-6,5%. Stabilitas harga masih terjaga

sebagaimana tercermin pada perkembangan IHK yang rendah selama triwulan I 2010.

Hal ini sejalan dengan perkiraan tekanan inflasi yang signifikan, yang belum akan muncul

setidaknya sampai semester I 2010. Untuk keseluruhan tahun, inflasi IHK tahun 2010 akan

berada pada kisaran sasaran sebesar 5%±1%.

Bank Indonesia memandang bahwa proses pemulihan ekonomi global terus

berlangsung dan semakin kuat. Ekonomi negara maju, terutama di AS dan Jepang terus

membaik. Demikian juga pemulihan ekonomi Asia non-Jepang, terutama China dan India

juga semakin kuat. Sementara itu, indikasi perbaikan ekonomi di Eropa mulai terlihat meski

masih terbatas. Penyelesaian krisis Yunani sejauh ini direspons secara positif oleh pelaku

ekonomi dan hanya berdampak terbatas di pasar finansial.

Pemulihan ekonomi global yang disertai dengan perbaikan persepsi risiko memicu

optimisme di pasar finansial dan pasar komoditas. Hal ini dicerminkan oleh indeks harga

di bursa saham global yang mencatat kenaikan dan harga komoditas di pasar internasional

yang cenderung meningkat. Aliran modal asing ke pasar keuangan emerging market terus

berlangsung seiring dengan semakin membaiknya persepsi risiko. Kondisi ini mendorong

penguatan nilai tukar mata uang di kawasan tersebut. Optimisme yang semakin kuat

terhadap pemulihan ekonomi global dan permintaan global yang membaik, mendorong

kenaikan harga berbagai komoditas. Kenaikan harga yang dibarengi oleh penguatan mata

uang sejauh ini belum memicu kenaikan inflasi global secara signifikan terutama di negara

maju. Dalam kondisi proses pemulihan ekonomi dunia yang belum sepenuhnya kembali

normal, otoritas moneter terutama di negara maju cenderung masih menerapkan stance

kebijakan moneter yang akomodatif. Sinyal kebijakan pengetatan moneter lebih banyak

tampak di emerging market terkait dengan meningkatnya tekanan inflasi seiring dengan

ekspansi ekonomi yang tinggi.

Kinerja ekonomi domestik pada triwulan I 2010 berpotensi lebih baik dibandingkan

dengan perkiraan sebelumnya. Pada triwulan I 2010, ekonomi domestik diperkirakan

tumbuh 5,7% (yoy). Perkembangan tersebut didukung oleh hal-hal sebagai berikut.

Pertama, kinerja ekspor diperkirakan meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi global

dan membaiknya harga komoditas internasional. Kedua, konsumsi diperkirakan masih kuat

didukung oleh daya beli masyarakat dan ekspektasi konsumen yang terjaga. Ketiga, sejalan

dengan peningkatan ekspor dan konsumsi rumah tangga, pemulihan investasi diperkirakan

lebih kuat didukung oleh berbagai upaya Pemerintah untuk mendorong proyek infrastruktur.

Page 12: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

2

Selain itu, iklim investasi pada tahun 2010 yang lebih baik juga didukung oleh perbaikan

sovereign credit rating Indonesia oleh S&P dari BB- ke BB. Dengan peningkatan tersebut,

rating Indonesia tinggal 1 notch menuju investment grade. Keempat, sejalan dengan

perbaikan kinerja di sisi eksternal, sejumlah sektor diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi

yakni sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Pertumbuhan sektor industri

pengolahan yang lebih tinggi didorong oleh membaiknya industri yang berorientasi ekspor

dan industri otomotif. Sementara itu, pertumbuhan sektor perdagangan yang lebih tinggi

sejalan dengan kenaikan kegiatan ekspor dan impor serta membaiknya kinerja industri

pengolahan. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang menjadi tantangan untuk

mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi terutama terkait dengan upaya mempercepat

implementasi program-program infrastruktur dan memanfaatkan secara optimal peluang

dari implementasi ASEAN-China Free Trade Agreement (AC-FTA).

Berlanjutnya penguatan ekonomi juga terlihat dari perkembangan ekonomi daerah

yang terus menunjukkan perbaikan. Kinerja perekonomian daerah terutama ditopang oleh

perekonomian di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Kali-Sulampua), dan

Jakarta. Sementara itu, kegiatan ekonomi di wilayah lainnya (Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara

atau Jabalnustra) menunjukkan perlambatan. Kinerja ekonomi daerah yang meningkat

bersumber dari peningkatan ekspor, investasi, dan konsumsi. Membaiknya kinerja ekspor di

masing-masing wilayah bersumber dari kenaikan ekspor komoditas utama, seperti produk

pertambangan dan CPO di Sumatera dan Kali-Sulampua, serta produk kimia di Jabalnustra.

Dari sisi negara tujuan utama, ekspor masing-masing wilayah mengalami pergeseran

yang semula ke Jepang, Amerika dan Eropa, beralih ke negara ASEAN dan China karena

pemulihan ekonomi terutama terjadi di kawasan tersebut. Bahkan porsi ekspor Sumatera

dan Kali-Sulampua ke India menunjukkan peningkatan, terutama untuk produk CPO dan

batubara. Sejalan dengan peningkatan kegiatan ekonomi, investasi terindikasi menguat. Hal

itu tercermin dari indikator pertumbuhan konsumsi semen dan impor barang modal yang

pertumbuhannya masih positif. Dari sisi investasi Pemerintah Daerah, belanja modal juga

menunjukkan peningkatan. Peningkatan investasi terutama terkait dengan proyek-proyek

infrastruktur seperti perbaikan dan pembangunan jalan, bendungan, jembatan, dan bandara.

Dari sisi lapangan usaha, sektor industri mengalami peningkatan terkait dengan membaiknya

permintaan domestik dan eksternal. Kinerja sektor industri yang membaik tercermin dari

kapasitas produksi dan impor bahan baku yang meningkat di seluruh daerah. Dari sektor

pertambangan, membaiknya kinerja di sektor ini terutama bersumber dari peningkatan

produksi pertambangan nonminyak dan gas (nonmigas), khususnya batubara dan tembaga,

sedangkan produksi migas masih cenderung melambat.

Dari sisi harga, inflasi tetap terkendali pada triwulan I 2010. Tekanan inflasi pada

triwulan I 2010 cenderung rendah ditandai oleh deflasi pada Maret 2010 sebesar 0,14%

(mtm), sehingga secara tahunan inflasi IHK mencapai 3,43% (yoy). Terkendalinya inflasi pada

tingkat yang relatif rendah sejalan dengan kecenderungan penguatan nilai tukar rupiah dan

kecukupan pasokan dalam merespons kenaikan permintaan. Selain itu, rendahnya inflasi di

bulan Maret 2010 juga didukung oleh meredanya tekanan inflasi yang bersumber dari volatile

food (terutama beras) karena mulainya musim panen di beberapa daerah dan minimalnya

tekanan inflasi yang bersumber dari administered price.

Page 13: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Tinjauan Umum

3

Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2010 diperkirakan masih tetap

solid yang didukung oleh pemulihan ekonomi dunia. Transaksi berjalan diperkirakan

akan mencatat surplus. Hal tersebut sejalan dengan kinerja ekspor yang terus membaik

terutama berasal dari komoditas berbasis sumber daya alam (SDA) di antaranya batubara dan

tembaga. Di sisi lain, impor juga meningkat sejalan dengan akselerasi permintaan domestik

dan ekspor. Dari sisi neraca transaksi modal dan finansial (TMF) triwulan I 2010 diperkirakan

juga mencatat surplus terkait dengan aliran modal masuk dan penerbitan obligasi valas

pemerintah. Indikator risiko Indonesia membaik, tercermin pada indikator credit default

swaps (CDS) Indonesia yang saat ini berada pada level terendah, penurunan yield spread

Government Bond Indonesia dengan US Treasury Note, serta perbaikan rating Indonesia.

Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir Maret 2010 diperkirakan

mencapai 71,8 miliar dolar AS atau setara dengan 5,8 bulan impor dan pembayaran utang

luar negeri Pemerintah.

Sejalan dengan kinerja NPI yang solid, nilai tukar rupiah cenderung menguat. Secara

keseluruhan, selama triwulan I 2010 rupiah rata-rata menguat 2,2% ke level Rp9.254/USD.

Pada akhir triwulan I 2010, rupiah mencapai level Rp9.090/USD atau menguat 3,7% (point

to point). Penguatan nilai tukar rupiah didukung oleh kondisi fundamental makroekonomi

yang kondusif, tercermin pada kinerja NPI yang cukup baik dan membaiknya persepsi risiko.

Selain itu, penguatan rupiah juga didukung oleh imbal hasil rupiah tetap menarik tercermin

pada uncovered interest parity (UIP), covered interest parity (CIP) dan yield spread Government

Bond Indonesia yang relatif tinggi, bahkan tertinggi dibandingkan dengan negara kawasan

lainnya. Penguatan rupiah yang terjadi juga diikuti oleh volatilitas nilai tukar yang relatif stabil

mencapai 0,57% dibandingkan dengan triwulan IV 2009 yang mencapai 0,56%.

Kinerja sektor keuangan membaik sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan

domestik. IHSG selama triwulan I 2010 mengalami penguatan yang cukup signifikan, yaitu

mencapai 10,2%. Kinerja IHSG tersebut merupakan yang tertinggi di negara kawasan.

Beberapa faktor yang mendorong perbaikan IHSG antara lain prospek perekonomian

Indonesia yang membaik, diikuti oleh menurunnya persepi risiko, perbaikan credit rating,

dan masih tingginya imbal hasil rupiah. Hal serupa juga tercermin pada indikator keuangan

lainnya seperti yield SUN yang menurun. Di pasar uang antar bank, ekses likuiditas masih

cukup besar sehingga mendorong suku bunga PUAB O/N mendekati koridor bawah BI

Rate. Langkah Bank Indonesia memperpanjang jangka waktu SBI antara lain dalam rangka

mendalamkan pasar (financial deepening) berjalan dengan baik tercermin dari menurunnya

spread suku bunga tertinggi dan terendah di pasar PUAB O/N. Selain itu, porsi SBI dengan

tenor 3 bulan saat ini porsinya meningkat menjadi 67,04% dari 24,64% di akhir triwulan

sebelumnya. Sejalan dengan menurunnya persepsi risiko perbankan, suku bunga deposito

dan kredit masih mengalami penurunan meskipun belum sebesar yang diharapkan. Ke

depan, transmisi kebijakan moneter diperkirakan akan semakin membaik seiring dengan

meningkatnya optimisme perbankan pada kondisi perekonomian.

Di sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional tetap stabil. Hal itu tercermin

dari masih terjaganya rasio kecukupan modal (CAR) per Februari sebesar 19,3%. Sementara

itu, rasio gross non-performing loan (NPL) tetap terkendali pada 4% dengan rasio neto NPL

Page 14: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

4

sebesar 1%. Selain itu likuiditas perbankan, termasuk likuiditas di pasar uang antar bank

semakin membaik. Demikian pula dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan peningkatan.

Perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan I-2010

diperkirakan akan terus berlanjut ke depan. Hal ini memperkuat keyakinan Bank

Indonesia bahwa prospek perekonomian Indonesia akan lebih baik dari perkiraan

semula. Pertumbuhan ekonomi pada 2010 diperkirakan mencapai kisaran 5,5%-6,0%,

lebih tinggi dari perkiraan semula sebesar 5,0%-5,5%. Perbaikan ekonomi tidak hanya

ditopang oleh konsumsi yang tetap kuat, tetapi juga didukung oleh peningkatan ekspor

sejalan dengan pemulihan ekonomi global. Peningkatan permintaan yang dibarengi oleh

perbaikan iklim investasi diperkirakan mendorong peningkatan investasi secara signifikan.

Perbaikan ekonomi tersebut diperkirakan terus berlanjut pada 2011 dengan pertumbuhan

ekonomi dapat mencapai 6,0%-6,5%. Peningkatan permintaan yang dapat direspons sisi

penawaran secara memadai diharapkan dapat menjaga tekanan inflasi ke depan pada

tingkat yang rendah. Prospek ekonomi jangka menengah panjang (medium-terms) tahun

2010-2014 secara lengkap tersaji dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2009 yang dapat

diakses melalui website Bank Indonesia.

Dengan mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5% masih konsisten dengan

sasaran inflasi tahun 2010 sebesar 5%±1% dan arah kebijakan moneter saat

ini juga dipandang masih kondusif bagi proses pemulihan perekonomian dan

berlangsungnya intermediasi perbankan. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia

pada 6 April 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5%

dengan koridor suku bunga sebesar +/- 50bps di sekitar BI Rate.

Page 15: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perkembangan Makroekonomi Terkini

5

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

Berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global turut mendukung kinerja perekonomian

domestik. Selama triwulan I 2010, pemulihan ekonomi global semakin merata yang didukung

oleh tetap solidnya perekonomian di kawasan Asia. Kondisi tersebut memberikan dampak

positif pada perkembangan ekonomi di dalam negeri. Pada triwulan I 2010, perekonomian

akan tumbuh lebih baik dari prakiraan semula yang didorong oleh adanya perbaikan ekspor

serta didukung oleh adanya indikasi peningkatan investasi. Membaiknya permintaan negara

mitra dagang yang disertai oleh masih tingginya harga komoditas berdampak positif pada

kinerja ekspor. Sejalan dengan itu, optimisme pelaku usaha terhadap membaiknya kondisi

perekonomian yang disertai dengan perbaikan iklim investasi domestik dan berbagai rencana

proyek infrastruktur pemerintah berdampak pada perbaikan kinerja investasi. Sementara itu,

konsumsi rumah tangga berada dalam arah yang membaik ditopang oleh masih kuatnya

daya beli masyarakat serta terjaganya optimisme konsumen. Di sisi penawaran, membaiknya

kinerja ekspor dan impor diprakirakan mendorong peningkatan kinerja sektor industri

pengolahan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Membaiknya permintaan ekspor

akan memberikan kontribusi positif terhadap sektor industri pengolahan, sementara kenaikan

impor akan berdampak positif terhadap kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Di sisi lain, sektor pertanian diperkirakan tumbuh melambat pada triwulan I 2010 terutama

dipengaruhi oleh adanya pergeseran masa panen ke awal triwulan II 2010. Sektor lainnya yang

diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi adalah sektor listrik, gas dan

air bersih sejalan dengan berlanjutnya program konversi minyak tanah di beberapa daerah

dan sudah mulai beroperasinya beberapa proyek listrik 10.000 MW tahap I, serta sektor

pengangkutan dan komunikasi terkait dengan penetrasi bisnis usaha telekomunikasi.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Proses pemulihan ekonomi global diperkirakan berjalan semakin pesat pada triwulan

I 2010. Laju perbaikan ekonomi dunia masih disokong oleh kelompok negara berkembang

khususnya Asia. Sementara perekonomian negara maju diperkirakan akan mencatatkan

pertumbuhan positif meski masih dihadapkan pada tingginya angka pengangguran dan

ketatnya penyaluran kredit. Di sisi lain, pemulihan negara-negara kawasan Uni Eropa sedikit

tertinggal akibat krisis defisit fiskal yang melilit beberapa negara seperti Yunani serta lemahnya

indikator-indikator konsumsi. Sementara itu, kinerja produksi di negara maju tumbuh solid

seiring berhasilnya program stimulus fiskal yang memicu aktivitas industri serta didukung

oleh rendahnya level inventory. Di negara berkembang, solidnya permintaan domestik di

China menyebabkan tingginya permintaan impor di negara kawasan Asia dan memberikan

efek spill-over pada pertumbuhan ekonomi kawasan Asia lainnya.

Perekonomian AS pada triwulan IV-2009 tumbuh solid didorong oleh aktivitas

industri yang menguat. Stimulus fiskal yang dikucurkan oleh Pemerintah AS mampu

Page 16: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

6

menggerakkan produksi yang juga ditopang oleh semakin rendahnya level inventory. Ekonomi

AS pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 5,6% (qtq, annualize) atau sudah tumbuh positif

secara year-on-year sebesar -0,1%. Melihat perkembangan tersebut, ekonomi AS pada

triwulan I 2010 diprakirakan akan tumbuh positif. Berdasarkan informasi terkini, konsumsi di

AS mulai menguat ditopang oleh tertahannya laju peningkatan PHK. Membaiknya konsumsi

rumah tangga tercermin dari meningkatnya penjualan eceran selama 4 bulan berturut-turut.

Peningkatan konsumsi tersebut juga dipicu oleh pemutusan hubungan kerja yang semakin

melambat dan tertahannya peningkatan laju pengangguran yang kini mencapai 9,7%.

Kondusifnya pasar tenaga kerja tercermin dari penurunan rata-rata initial jobless claim pada

triwulan I 2010 sebesar 467 ribu orang dari 500 ribu orang pada triwulan sebelumnya. Selain

itu, pertumbuhan negatif angka payroll juga semakin mengecil. Sisi produksi AS semakin

membaik bahkan terindikasi sudah memasuki fase ekspansi. Stimulus fiskal pemerintah AS

berupa pembangunan proyek infrastruktur mampu memicu aktivitas produksi AS. Di sisi

lain, menguatnya penjualan eceran memicu turunnya level inventory dan direspons dengan

peningkatan produksi seperti tercermin dari indeks pembelian kalangan pabrikan (PMI) dan

industrial production yang meningkat.

Kinerja pasar keuangan global kembali dalam tren menguat setelah sempat jatuh

akibat ketidakpastian penyelesaian krisis fiskal di Eropa pada pertengahan triwulan.

Optimisme investor pada pasar keuangan global terus meningkat sebagaimana tercermin

pada bursa saham di negara maju yang menguat sepanjang triwulan I 2010. Namun

demikian, bursa saham sempat anjlok dipicu oleh membengkaknya defisit fiskal negara

GIPSY (Greece, Ireland, Portugal, Spain, dan Italy) serta ketidakjelasan solusi penyelesaiannya.

Memasuki akhir triwulan I 2010, risk appetite investor kembali membaik seiring dengan

solusi pendanaan defisit fiskal Yunani yang melibatkan Uni Eropa dan IMF. Pasar global

juga meningkat dipicu oleh rilis data fundamental ekonomi global yang terus mengalami

perbaikan dan laporan keuangan emiten yang sesuai dengan perkiraan.

Proses pemulihan ekonomi Asia pada triwulan IV-2009 mengalami kemajuan pesat

dan telah mencapai angka pertumbuhan positif. Sebagian besar pertumbuhan ekonomi

Asia telah rebound setelah mengalami kejatuhan cukup dalam pada semester pertama tahun

2009. Beberapa negara di Asia yang perekonomiannya bertumpu pada sektor eksternal

mengalami perbaikan yang signifikan seiring dengan tingginya permintaan ekspor ke China

dan India. Selain itu, permintaan domestik juga cenderung meningkat yang didorong oleh

positive wealth assets seiring dengan meningkatnya harga rumah dan bursa saham Asia serta

tertahannya suku bunga di level yang rendah. Sementara itu, beberapa negara Asia lainnya

yang perekonomiannya lebih bertumpu pada permintaan domestik terus melanjutkan tren

positif. Ke depan, ekonomi China dan India masih menjadi motor utama perekonomian

di Asia. Perekonomian China dan India diperkirakan masing-masing akan tumbuh sebesar

11,1% (yoy) dan 7,9% (yoy) pada triwulan I 2010.

Tekanan inflasi dunia sepanjang triwulan I 2010 relatif terjaga. Berdasarkan data

realisasi inflasi yang dikompositkan, tekanan inflasi dunia masih relatif stabil jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi dunia pada Maret 2010 berada pada level

3,1% (yoy), tidak berubah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Harga komoditas

Page 17: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perkembangan Makroekonomi Terkini

7

internasional yang meningkat terindikasi belum memberikan tekanan inflasi seiring dengan

aktivitas ekonomi dunia yang belum sepenuhnya pulih.

Kebijakan moneter masih cenderung akomodatif meski sinyal pengetatan mulai

terlihat di beberapa emerging market. Pada triwulan I 2010 sebagian besar Bank Sentral

utama seperti Fed, BoJ, dan ECB masih menahan kenaikan suku bunga sebagai upaya

mendorong pemulihan ekonomi domestik. The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga

di kisaran 0%-0,25% terkait masih tingginya angka pengangguran dan masih terjaganya

prakiraan inflasi. Sementara ECB tetap mempertahankan suku bunga pada level 1,0% untuk

memberikan iklim kondusif pada penyelesaian krisis defisit fiskal Yunani. Di sisi lain, BoJ

meningkatkan 3 month loan facility menjadi 20 triliun yen (222 milliar dolar AS), dua kali

lipat dari sebelumnya untuk mendorong terjadinya inflasi pada jangka menengah meskipun

suku bunga masih bertahan di level yang rendah yakni sebesar 0,1%. Beberapa bank sentral

negara berkembang Asia dan bank sentral negara maju mulai beralih menempuh kebijakan

ketat. Sinyal pengetatan moneter terlihat jelas di negara China dan India yang menaikkan giro

wajib minimumnya masing-masing 100bps dan 75bps sepanjang triwulan I 2010. Beberapa

bank sentral Asia yang sudah menaikkan suku bunga acuannya diantaranya Malaysia dan

India. Bank sentral negara maju seperti Australia dan Israel juga sudah menaikkan suku bunga

acuannya seiring tekanan inflasi yang meningkat serta ekonomi yang sudah berekspansi.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Permintaan Agregat

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2010 diprakirakan semakin membaik.

Peningkatan kinerja ekspor yang cukup tinggi dan masih kuatnya konsumsi rumah tangga

mampu mendorong berlanjutnya perbaikan pertumbuhan ekonomi. PDB triwulan I 2010

diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yakni mencapai

5,7% (yoy). Hal tersebut didukung oleh perkembangan indikator penuntun PDB yang

mengindikasikan peningkatan (Grafik 2.1).

Pertumbuhan PDB diperkirakan meningkat dengan bertopang pada

perbaikan ekspor dan konsumsi rumah tangga (Tabel 2.1). Kinerja

ekspor diprakirakan tumbuh semakin membaik seiring dengan perbaikan

ekonomi global dan masih tingginya harga komoditas internasional. Impor

juga diprakirakan tumbuh lebih tinggi sebagai respons dari membaiknya

permintaan eksternal terhadap komoditas industri pengolahan. Sejalan

dengan perbaikan kinerja ekspor, investasi diperkirakan akan meningkat,

baik berupa investasi yang dilakukan pemerintah maupun swasta.

Sementara itu, konsumsi berada dalam arah yang membaik meskipun

angka pertumbuhannya pada triwulan I 2010 diprakirakan melambat.

Hal tersebut lebih dipengaruhi oleh base effect factor periode tahun

sebelumnya yang tumbuh tinggi terkait Pemilu Legislatif.

Grafik 2.1

Indikator Penuntun PDB

��������� ���������������

�����

����

����

����

�����

�����

�����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ��

�������������������� ���� �����

������������������� ���� �����

�����

�����

�����

����

����

�����

����

�������������������������������������������������������

Page 18: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

8

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2010 diprakirakan masih

akan tumbuh positif. Hal tersebut dikonfirmasikan oleh pergerakan indikator penuntun

konsumsi rumah tangga yang terus mengindikasikan perbaikan (Grafik

2.2). Membaiknya konsumsi rumah tangga didukung oleh daya beli

masyarakat yang masih cukup kuat. Kenaikan UMP dengan rata-rata

sebesar 8,8% (yoy) pada awal tahun 2010 yang juga disertai kenaikan

gaji PNS, TNI, dan Polri sebesar 5% menjadi salah satu faktor yang

menopang perbaikan daya beli masyarakat. Pergerakan nilai tukar petani

dan upah buruh hingga Februari 2010 yang relatif stabil menjadi salah

satu indikator yang menunjukkan masih cukup kuatnya penghasilan

masyarakat. Sementara itu, optimisme masyarakat terhadap pendapatan

yang diterimanya berpotensi mendorong kenaikan konsumsi rumah

tangga lebih lanjut. Indikasi membaiknya konsumsi rumah tangga

juga terlihat dari penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang

meningkat. Namun, jika dibandingkan dengan realisasi konsumsi rumah

tangga triwulan I 2009, pertumbuhan konsumsi rumah tangga periode

laporan diprakirakan lebih rendah daripada konsumsi triwulan I 2009

tersebut terkait dengan tingginya pengeluaran konsumsi lembaga

nonprofit menjelang Pemilu Legislatif (base effect factor). Berdasarkan

perkembangan tersebut, konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2010

diprakirakan masih tumbuh positif sebesar 3,4% (yoy).

Perkembangan beberapa indikator dini juga turut mendukung

perbaikan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2010. Konsumsi

barang tahan lama seperti penjualan mobil, sepeda motor, dan barang

elektronik masih mencatat pertumbuhan yang tinggi (Grafik 2.3).

Indeks penjualan eceran (IPE) Februari 2010 tercatat sebesar 209,2

atau tumbuh mencapai 41,3% (yoy), meningkat dibandingkan dengan

bulan sebelumnya yang sebesar 40,3% (yoy). Pertumbuhan IPE tersebut

ditopang oleh terus membaiknya beberapa kelompok komoditas seperti

makanan dan tembakau, pakaian dan perlengkapan, serta peralatan

tulis. Di sisi lain, indeks keyakinan konsumen juga bergerak membaik.

Grafik 2.2

Indikator Penuntun Konsumsi Rumah Tangga

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����������������������������������

���������� ���������������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �

������������������������������������������������������������

����

Grafik 2.3

Pert. Penjualan Barang Elektronik

I II III IV I II III IV I*Indikator

Tabel 2.1

Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Permintaan

* Angka Proyeksi Bank Indonesia Sumber : BPS

Total Konsumsi 4,9 5,5 5,5 6,3 6,4 5,9 7,3 6,3 5,4 5,9 6,2 4,4

Konsumsi Swasta 5,0 5,7 5,5 5,3 4,8 5,3 6,0 4,8 4,7 4,0 4,9 3,4

Konsumsi Pemerintah 3,9 3,6 5,3 14,1 16,4 10,4 19,2 17,0 10,3 17,0 15,7 12,3

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 9,4 13,9 12,2 12,3 9,4 11,9 3,5 2,4 3,2 4,2 3,3 6,9

Ekspor Barang dan Jasa 8,5 13,6 12,4 10,6 2,0 9,5 -18,7 -15,5 -7,8 3,7 -9,7 19,0

Impor Barang dan Jasa 9,0 18,0 16,1 11,1 -3,7 10,0 -24,4 -21,0 -14,7 1,6 -15,0 21,1

PDB 6,3 6,2 6,3 6,2 5,3 6,0 4,5 4,1 4,2 5,4 4,5 5,7

20072008

20082009

20092010

Page 19: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perkembangan Makroekonomi Terkini

9

Perbaikan pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari kenaikan

pertumbuhan impor barang konsumsi hingga Februari 2010. Searah

dengan hal tersebut, indikator yang terkait dengan pembiayaan konsumsi

seperti pertumbuhan M1 riil juga menunjukkan tren yang meningkat.

Kinerja investasi diprakirakan tumbuh meningkat pada triwulan

I 2010 sebagai dampak berlanjutnya perbaikan permintaan

domestik dan eksternal. Perbaikan pertumbuhan investasi tersebut

sejalan dengan perkembangan indikator penuntun investasi yang

menunjukkan peningkatan investasi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (Grafik 2.4). Peningkatan investasi juga tercermin dari

impor barang modal (Grafik 2.5) yang tumbuh membaik dan realisasi

investasi bangunan sebagaimana ditunjukkan oleh masih tingginya

konsumsi semen. Sementara itu, terjaganya optimisme pelaku usaha

terkait dengan perkiraan kenaikan order luar negeri dan iklim investasi

yang kondusif berdampak positif mendorong kenaikan investasi pada

triwulan I 2010. Sejalan dengan perkembangan tersebut, investasi

pada triwulan I 2010 diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,9% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari

strukturnya, pangsa utama pertumbuhan investasi pada triwulan I 2010

diperkirakan masih didominasi oleh investasi bangunan.

Peningkatan pertumbuhan investasi didukung oleh perkembangan

berbagai indikator dini investasi. Investasi nonbangunan

mengindikasikan perbaikan yang tercermin dari impor barang modal

yang cenderung meningkat hingga Februari 2010. Pola yang sama

juga tercermin pada pertumbuhan konsumsi semen (Grafik 2.6) yang

membaik hingga Februari 2010 sejalan dengan bergulirnya realisasi

sektor bangunan dan proyek infrastruktur. Selain itu, perkembangan

kegiatan investasi tersebut sejalan dengan perkembangan realisasi PMA

dan PMDN yang cenderung membaik hingga akhir tahun 2009. Hal

tersebut didukung informasi BKPM bahwa realisasi investasi PMA pada

triwulan I 2010 diperkirakan meningkat pada kisaran 9,2 – 11,7 miliar

dolar AS dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009. Selain

itu, peningkatan investasi didukung oleh perbaikan pada sisi pembiayaan

sebagaimana ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit investasi yang mulai

membaik (Grafik 2.7).

Semakin membaiknya kondisi perekonomian negara mitra

dagang dan harga komoditas mendorong kinerja ekspor tumbuh

meningkat. Hal tersebut tercermin dari kenaikan permintaan negara

maju seperti Amerika dan negara emerging markets terutama China

(Grafik 2.8). Tren peningkatan indeks produksi, tingkat kepercayaan

konsumen serta sentimen bisnis negara G3 dan China hingga Februari

Grafik 2.4

Indikator Penuntun Investasi

���� ���

��

��

��

���

���

���

���

���

���������������������������������������������������������������

��������������������������������������������������������������������������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� ��� �����

��������������������������������������������������������������

Grafik 2.5

Pertumbuhan Impor Barang Modal

��

��

��

��

�������� ��������

���

���

��

��

��

��

���

������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���������������������

�����

���� ���� ����

Grafik 2.6

Pertumbuhan Konsumsi Semen

��

��

��

��

�������� �������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������

�����

���� ���� ����

��

��

��

��

��

��

���

���

���

Page 20: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

10

2010 juga mendukung akselerasi pertumbuhan ekspor. Selain itu, harga

komoditas yang cenderung meningkat di pasar internasional turut

berdampak positif pada tingginya volume perdagangan global yang

tercermin dari indeks Baltic Dry. Perdagangan dengan negara lainnya

seperti India juga diperkirakan semakin membaik sehubungan dengan

disepakatinya Free Trade Agreement (AI-FTA) negara-negara ASEAN

dengan India serta mulai diimplementasikannya ACFTA secara penuh

pada awal tahun 2010. Data ekspor BPS terkini mencatat nilai ekspor

pada Februari 2010 mencapai 11,20 miliar dolar AS atau meningkat

tajam 57,05% (yoy) dibandingkan dengan Februari 2009. Berdasarkan

perkembangan tersebut, ekspor pada triwulan I 2010 diperkirakan

tumbuh meningkat yaitu sebesar 19,0% (yoy). Sejalan dengan hal

tersebut, pertumbuhan ekspor non migas masih ditopang oleh ekspor

komoditas primer berupa produk pertambangan seperti batubara dan

produk hasil industri seperti minyak kelapa sawit.

Tren positif pertumbuhan impor diprakirakan berlanjut pada

triwulan I 2010 sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik

dan peningkatan permintaan eksternal. Hal tersebut ditunjukkan

oleh pergerakan indikator penuntun impor yang membaik dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.9). Setelah menunjukkan tren positif

pada akhir tahun, pada Februari impor kembali menunjukkan peningkatan

baik secara tahunan maupun bulanan. Berdasarkan data BPS, nilai impor

pada Februari 2010 mencapai 9,50 miliar dolar AS atau meningkat

sebesar 63,23% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, impor pada triwulan I 2010

diperkirakan tumbuh mencapai 21,1% (yoy). Pangsa pertumbuhan impor

terutama masih bersumber dari impor bahan baku/penolong yang tumbuh

membaik. Dilihat dari golongan komoditas HS 2 dijit, pertumbuhan nilai

impor pada Februari 2010 didorong oleh pertumbuhan impor beberapa

komoditas yang terkait dengan penambahan kapasitas produksi seperti

mesin/pesawat mekanik serta mesin dan peralatan listrik.

Operasi Keuangan Pemerintah

Realisasi kinerja operasi keuangan Pemerintah selama Januari-

Februari 2010 diwarnai oleh pencapaian target APBN yang lebih

baik untuk penerimaan dan belanja negara dibandingkan tahun

2009. Sebagaimana pola di tahun-tahun sebelumnya, realisasi APBN di dua

bulan pertama 2010 mencatat surplus anggaran dan jumlah surplus di 2010

tersebut relatif sama dibandingkan tahun 2009. Namun demikian, realisasi

pendapatan dan belanja negara tersebut terhadap targetnya,mengalami

perbaikan dibandingkan dengan tahun lalu. Penerimaan dan hibah negara

telah mencapai 11,4% dari target APBN, atau lebih tinggi dari tahun

Grafik 2.8

Pertumbuhan Ekspor ke Negara Maju

����������

���

��

���

���������

��

��

��

���

���

���

���

���� ���� ���� ����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� ���

������������������

���������������

����������������

�������������������

Grafik 2.9

Indikator Penuntun Impor

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

��

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����

���������

��������������

�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

���������������������������������������������������������������������������

�������

���������

����

��������������������������������������������������������������

��

�����������������������������������������������������������

���������

��

��

��

��

��

��

���

���������

��

��� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �

�����������������

������������

���� ���� ���� ����

Grafik 2.7

Pertumbuhan Kredit Investasi dan PMTB

Page 21: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perkembangan Makroekonomi Terkini

11

2009 yang sebesar 10,7%. Peningkatan tersebut terutama bersumber dari hasil penerimaan

perpajakan yang membaik. Kondisi yang sama juga ditunjukkan oleh kinerja belanja negara yang

telah mencapai 9,3% dari target APBN, sedikit meningkat dari 9,2% dari target APBN di 2009.

Kondisi tersebut didorong oleh penyaluran belanja ke daerah yang lebih tinggi. Sementara itu,

realisasi Belanja Modal di awal tahun masih minimal. Di sisi pembiayaan, realisasi penerbitan

SBN telah mencapai sepertiga dari target APBN sejalan dengan perkembangan pasar SUN yang

kondusif, walaupun operasi keuangan masih mengalami surplus anggaran.

Membaiknya aktivitas perekonomian pada tahun 2010 mampu mendorong kinerja

sektor perpajakan. Selama dua bulan pertama tahun 2010, penerimaan perpajakan

mencapai 12,2% dari target APBN, atau lebih baik dari tahun 2009 yang baru sebesar

11,5%. Meningkatnya penerimaan perpajakan tersebut berasal dari penerimaan PPN, pajak

ekspor dan cukai. Kenaikan penerimaan PPN dan pajak ekspor diindikasi akibat aktivitas

perekonomian yang membaik, termasuk meningkatnya kegiatan ekspor. Selain karena

kondisi global tersebut, kenaikan Pajak Ekspor juga dikarenakan oleh kebijakan yang

membebankan tarif Bea Keluar untuk komoditas crude palm oil (CPO) yang lebih tinggi sesuai

dengan perkembangan harganya di pasar internasional.1 Sebaliknya, penerimaan PPh relatif

menurun terutama dari sektor migas. Menurunnya penerimaan terkait migas juga terjadi pada

penerimaan nonpajak. Namun secara pencapaian target APBN, penerimaan nonpajak relatif

sama dengan tahun sebelumnya sebesar 8,6% seiring dengan target yang lebih rendah.

Penyerapan belanja negara membaik yang ditopang oleh peningkatan penyaluran

transfer ke daerah. Sampai dengan Februari 2010, realisasi transfer ke daerah mencapai

16,4% dari target APBN. Pencapaian tersebut lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu

sebesar 14,7% seiring dengan pembayaran Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus

(DAK) yang lebih besar. Namun secara umum, perbaikan belanja negara relatif terbatas

akibat rendahnya belanja Pemerintah pusat yang hanya mencapai 6,2% dari target APBN,

atau lebih rendah dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 6,7%. Kondisi ini dikarenakan

masih rendahnya pengeluaran yang bersifat non-discretionary seperti pembayaran Subsidi dan

Bunga Utang. Minimnya pengeluaran juga terjadi pada Belanja Modal yang baru mencapai

2,3% dari target APBN. Di sisi lain, realisasi Belanja Pegawai dan Bantuan Sosial mampu

mencatat perbaikan dari periode sama tahun lalu.

Di sisi pembiayaan, tingginya minat pelaku pasar berdampak pada penerbitan SBN

yang lebih besar dari targetnya selama triwulan I 2010. Total penerbitan SBN dan SBSN

(gross) selama triwulan I 2010 mencapai sekitar 66,5 triliun rupiah atau 38% dari target

APBN. Namun demikian, pencapaian tersebut masih lebih rendah dari tahun 2009 akibat

besarnya penerbitan global bond pada triwulan I 2009. Selain minat pelaku pasar yang

besar, tingginya penerbitan SBN juga didukung oleh pasar SUN yang kondusif sebagaimana

tercermin dari yield SUN pasar sekunder di hampir seluruh tenor yang mengalami penurunan

dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2009. Kondisi tersebut berimbas pada yield di pasar

primer yang juga menurun pada Maret 2010.

1 Terjadi kenaikan tarif Bea Keluar CPO dari 0% di tahun 2009 menjadi 3% sejak awal tahun 2010 akibat mulai meningkatnya harga CPO

Page 22: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

12

Penawaran Agregat

Kinerja sektor usaha pada triwulan I 2010 mengindikasikan perbaikan sejalan

dengan perkembangan indikator sektoral yang menunjukkan peningkatan (Tabel

2.2). Sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi,

sektor bangunan, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh diprakirakan tumbuh

membaik pada triwulan I 2010 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Membaiknya

sektor perdagangan, hotel dan restoran terutama didorong oleh peningkatan subsektor

perdagangan besar (impor) serta terkait juga dengan penerapan Asean China Free Trade

Agreement (ACFTA). Sementara peningkatan pertumbuhan sektor pengangkutan dan

komunikasi masih didorong oleh subsektor telekomunikasi. Penyumbang utama dalam

pertumbuhan PDB triwulan I 2010 diprakirakan berasal dari sektor pengangkutan dan

komunikasi, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Sementara itu, pangsa terbesar terhadap perekonomian masih berasal dari sektor industri

pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pertanian.

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan I 2010 berada dalam arah yang

membaik dengan angka pertumbuhan yang diprakirakan relatif stabil. Membaiknya

permintaan eksternal menjadi faktor positif bagi perkembangan sektor industri pengolahan

terutama industri yang berorientasi ekspor seperti subsektor alat angkutan, mesin dan

peralatannya, subsektor kimia dan barang dari karet, subsektor tekstil, barang kulit dan alas

kaki, serta subsektor barang kayu dan hasil hutan. Indikator permintaan domestik sektor

industri seperti penjualan mobil dan sepeda motor juga menunjukkan tren perbaikan seiring

dengan masih cukup kuatnya daya beli masyarakat. Perkembangan kinerja sektor industri

juga dikonfirmasi oleh indikator penuntun sektor industri pengolahan yang berada dalam

fase ekspansi. Hal serupa juga ditunjukkan oleh perkembangan indeks dan utilisasi kapasitas

produksi Survei Produksi BI serta impor bahan baku industri yang berada dalam tren yang

meningkat pada pertengahan triwulan I 2010. Impor bahan baku tumbuh sebesar 68,9%

(yoy) disertai peningkatan indeks produksi dan kapasitas utilisasi yaitu masing-masing sebesar

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

I II III IV I II III IV I*Indikator

Tabel 2.2

Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Penawaran

20072008

20082009

20092010

Pertanian 3,4 6,4 4,8 3,2 5,1 4,8 5,9 2,9 3,3 4,6 4,1 4,5

Pertambangan & Penggalian 2,0 -1,6 -0,4 2,3 2,4 0,7 2,6 3,4 6,2 5,2 4,4 5,0

Industri Pengolahan 4,7 4,3 4,2 4,3 1,8 3,7 1,5 1,5 1,3 4,2 2,1 4,2

Listrik, Gas & Air Bersih 10,3 12,3 11,8 10,4 9,3 10,9 11,2 15,3 14,5 14,0 13,8 14,0

Bangunan 8,6 8,2 8,3 7,8 5,9 7,5 6,2 6,1 7,7 8,0 7,1 8,1

Perdagangan, Hotel & Restoran 8,4 6,7 7,7 7,6 5,5 6,9 0,6 0,0 -0,2 4,2 1,1 5,1

Pengangkutan & Komunikasi 14,0 18,1 16,6 15,6 16,1 16,6 16,8 17,0 16,4 12,2 15,5 14,2

Keuangan, Persewaan & Jasa 8,0 8,3 8,7 8,6 7,4 8,2 6,3 5,3 4,9 3,8 5,0 4,2

Jasa-jasa 6,6 5,5 6,5 7,0 5,9 6,2 6,7 7,2 6,0 5,7 6,4 5,2

PDB 6,3 6,2 6,3 6,2 5,3 6,0 4,5 4,1 4,2 5,4 4,5 5,7

* Angka Proyeksi Bank Indonesia Sumber : BPS

Page 23: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perkembangan Makroekonomi Terkini

13

5,7% (yoy) dan 7,3% (yoy) pada Januari 2010. Di sisi pembiayaan, kredit perbankan yang

disalurkan kepada sektor industri sampai dengan pertengahan triwulan I 2010 tumbuh stabil

namun masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan tahun 2009.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diprakirakan tumbuh meningkat pada

triwulan I 2010. Faktor utama yang memengaruhi peningkatan kinerja sektor perdagangan,

hotel, dan restoran adalah meningkatnya impor serta membaiknya kinerja sektor industri

pengolahan. Impor pada Februari 2010 tumbuh sebesar 63,23% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, kinerja sektor

industri pengolahan yang membaik mengindikasikan adanya peningkatan jumlah barang

yang diperdagangkan di sektor perdagangan. Meskipun di sisi lain, sektor pertanian dan

sektor pertambangan yang juga turut memengaruhi kinerja sektor perdagangan diprakirakan

mengalami sedikit perlambatan. Indikasi meningkatnya kinerja sektor perdagangan juga

tercermin dari naiknya indeks penjualan riil Survei Penjualan Eceran (SPE) BI dan tingkat hunian

hotel di Bali. Indeks penjualan riil pada Februari 2010 tumbuh meningkat yaitu dari 36,5%

(yoy) pada Januari 2010 menjadi 40,0% (yoy). Di sisi pembiayaan, kredit perbankan yang

disalurkan pada sektor perdagangan menunjukkan perkembangan yang relatif stabil.

Sektor pertanian mengindikasikan adanya perlambatan pada triwulan I 2010.

Melambatnya kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2010 terutama dikarenakan oleh

adanya pergeseran musim panen raya padi. Masa panen raya tahun 2010 diperkirakan

berlangsung pada periode Maret-April. Adanya pergeseran masa tanam yang terjadi pada

akhir tahun 2009 berpengaruh pada konsentrasi produksi panen padi yang bergeser ke bulan

April sehingga produksi pada akhir triwulan I 2010 lebih rendah dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya. Produksi padi pada masa panen ini diperkirakan masih cukup

baik seiring dengan tingkat kegagalan panen padi akibat banjir ataupun puso periode Januari-

Februari 2010 yang lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama dalam 5 tahun

terakhir. Berdasarkan ARAM I BPS tahun 2010, produksi padi tahun 2010 diperkirakan hanya

meningkat 0,88% dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 64,9 juta ton. Meskipun berada di

bawah target awal Pemerintah, perkiraan produksi padi ini masih mampu untuk memenuhi

kebutuhan domestik. Sementara itu, kinerja subsektor perkebunan pada triwulan I 2010

diperkirakan masih dapat menopang kinerja sektor pertanian seiring dengan masih cukup

tingginya ekspor beberapa komoditas perkebunan. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit

perbankan kepada sektor pertanian menunjukkan perkembangan yang relatif stabil.

Sektor pertambangan masih menunjukkan kinerja yang membaik pada triwulan I

2010. Perbaikan sektor tersebut tercermin dari perkembangan beberapa indikator dini yaitu

ekspor batubara, nikel, tembaga, bijih, kerak dan abu logam serta produksi minyak yang

berada dalam arah yang meningkat sampai dengan awal triwulan I 2010. Hal itu terutama

dipengaruhi oleh permintaan negara mitra dagang yang membaik. Di sisi lain, permintaan

eksternal komoditas batubara juga didukung oleh sistem penjualan ekspor jangka panjang.

Dari sisi pembiayaan, kredit yang disalurkan kepada sektor pertambangan menunjukkan

peningkatan sampai dengan pertengahan triwulan I-2010.

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I 2010 diprakirakan

tumbuh membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terindikasi

Page 24: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

14

dari perkembangan beberapa indikator dini sektor pengangkutan dan komunikasi yang

menunjukkan perbaikan. Masih tingginya pertumbuhan subsektor komunikasi tercermin dari

masih meningkatnya jumlah pelanggan seluler sampai dengan triwulan IV 2009. Beberapa

operator seluler utama mencatat terjadinya peningkatan jumlah pelanggan. Selain dari seluler,

meningkatnya sektor telekomunikasi juga didorong oleh meningkatnya penggunaan internet.

Sementara itu, membaiknya kinerja subsektor pengangkutan terindikasi dari meningkatnya

jumlah penumpang angkutan udara dan kereta api sampai dengan Februari 2010 yaitu

masing-masing tunbuh sebesar 23,3% (yoy) dan 1,4% (yoy). Indikator lain yaitu angkutan

kargo pada lima pelabuhan utama (Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Balikpapan, dan

Makassar) sampai dengan awal triwulan I 2010 tumbuh cukup tinggi sebesar 5,6% (yoy).

Di sisi pembiayaan, kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor pengangkutan dan

komunikasi tumbuh sedikit menurun sampai dengan pertengahan triwulan I 2010.

Sektor bangunan pada triwulan I 2010 diprakirakan tumbuh membaik yaitu sebesar

8,1% (yoy). Membaiknya pertumbuhan sektor bangunan terindikasi dari beberapa indikator

dini diantaranya yaitu konsumsi dan produksi semen yang mengalami peningkatan sampai

dengan pertengahan triwulan I 2010. Konsumsi semen pada Februari 2010 tumbuh sedikit

meningkat yaitu dari 13,2% (yoy) pada Januari 2010 menjadi 13,4% (yoy). Sementara

produksi semen tumbuh membaik dari 13,3% (yoy) pada Januari 2010 menjadi 14,5% (yoy)

pada Februari 2010. Di sisi pembiayaan, kredit yang disalurkan perbankan kepada sektor

bangunan hingga Februari 2010 diperkirakan sudah tidak akan mengalami perlambatan

yang lebih dalam lagi.

Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi daerah pada triwulan I 2010 diprakirakan semakin membaik

yang didukung oleh masih kuatnya ekonomi di Jakarta, Sumatera, dan Kali-

Sulampua. Sementara itu, berlakunya AC-FTA telah menjadi peluang bagi daerah yang

berbasis sumber daya alam (SDA). Kinerja perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

cukup signifikan pada triwulan IV tahun 2009 yang tumbuh sebesar 5,4%. Sehingga

secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun 2009 relatif kuat yakni mencapai 4,5%

(yoy). Secara umum, kuatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun

2009 bersumber dari kinerja konsumsi di Jakarta dan Jabalnustra serta

kinerja ekspor di Sumatera dan Kali-Sulampua ke negara China dan

India. Sumber kuatnya kinerja konsumsi di daerah antara lain tingginya

realisasi belanja konsumsi APBD rata-rata sebesar 92,6%, lebih tinggi

dari tahun 2008 yang sebesar 83,1%, khususnya untuk belanja barang/

jasa dan bantuan sosial.

Menguatnya perekonomian daerah diprakirakan berlanjut

pada triwulan I 2010 yang disumbang oleh meningkatnya

pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Kali-Sulampua serta masih

tingginya pertumbuhan ekonomi Jakarta. Di sisi permintaan,

terjadi penguatan ekspor khususnya perkebunan (CPO, kopi) dan

pertambangan (batubara, nikel) di Sumatera dan Kali-Sulampua (Grafik

Grafik 2.10

Pertumbuhan Volume Ekspor

��������

���

��

��

��

��

���

���

���� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� �

���� ��������� �������� ������� ���������� ������������

Page 25: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perkembangan Makroekonomi Terkini

15

2.10), sedangkan kinerja konsumsi cenderung melambat. Sementara itu,

kinerja investasi menunjukkan perbaikan khususnya di Jakarta seiring

dengan meningkatnya belanja modal swasta. Di sisi sektoral, sektor

industri meningkat di Jakarta dan Jabalnustra yang didukung oleh sektor

pertambangan di Sumatera dan Kali-Sulampua dan sektor perdagangan

di Jakarta dan Sumatera. Penerapan AC-FTA telah memberikan peluang

bagi daerah yang memiliki basis ekspor CPO, kopi di Sumatera dan

pertambangan di Kali-Sulampua. Namun, pada industri TPT dan makanan

di Jabalnustra akan menghadapi tantangan meskipun industri lainnya

(furniture, kerajinan) akan memiliki peluang.

Meskipun inflasi daerah pada triwulan I 2010 relatif rendah, namun

terdapat beberapa daerah yang diperkirakan di atas inflasi nasional

terkait permasalahan distribusi. Beberapa daerah yang mengalami inflasi

di atas inflasi nasional sebagian besar berada di wilayah Kali-Sulampua.

Masih rendahnya inflasi daerah disebabkan oleh masuknya panen pada

bulan Maret di beberapa daerah, sedangkan hambatan distribusi barang

akibat faktor cuaca menjadi faktor yang menekan harga di daerah,

kecuali di Jakarta. Di sisi permintaan, daya beli masyarakat di daerah

yang masih cukup tinggi dapat direspons dengan peningkatan produksi.

Namun, hambatan terjadi terkait dengan keterbatasan pasokan (gula,

beras) dan bahkan terdapat potensi tekanan inflasi yang berasal dari

turunnya aktivitas arus barang ke Jawa dan luar Jawa.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Kondisi makroekonomi domestik yang kuat serta positifnya kondisi

eksternal menopang solidnya kinerja eksternal Indonesia selama

triwulan I 2010. Beredarnya sentimen positif seputar pemulihan ekonomi

dunia tetap menjadi faktor utama penopang kinerja Neraca Pembayaran

Indonesia, terutama di sisi perdagangan barang. Secara keseluruhan, NPI triwulan I 2010

diprakirakan akan mencatat surplus. Pencapaian surplus tersebut mendukung pencapaian

cadangan devisa sebesar 71,8 miliar dolar AS atau setara dengan 5,8 bulan impor dan

pembayaran Utang Luar Negeri (ULN) pemerintah. Kinerja ekspor diprakirakan membaik

ditopang oleh membaiknya perkembangan harga komoditas serta kuatnya permintaan atas

komoditas berbasis sumber daya alam oleh beberapa negara terutama negara berkembang.

Meski demikian, meningkatnya daya serap perekonomian domestik mendorong kenaikan impor

sehingga mampu mengimbangi kenaikan nilai ekspor. Dengan perkembangan tersebut, neraca

perdagangan diprakirakan akan mencatat surplus. Sementara itu, laju pemulihan kawasan

Asia yang relatif lebih cepat memberi tambahan daya tarik investasi pada aset finansial. Meski

sempat mengalami goncangan akibat sentimen negatif instabilitas fiskal di Yunani, kinerja

surplus transaksi modal dan finansial mencatat surplus di sisi portofolio yang lebih tinggi akibat

membaiknya minat investor asing. Namun, peningkatan surplus tersebut dibarengi dengan

meningkatnya penempatan aset domestik di luar negeri serta defisit transaksi ULN swasta.

Grafik 2.11

Pertumbuhan Semen Wilayah

���� ����

����� �������� ������� ���������� ������������

�������

��

��

��

����

����

� � � � � � � � ��

����������������

����

Grafik 2.12

Perkembangan Inflasi Jakarta

���������

��

����������

��

��

��������

���� ���� ���� ����

��������

����

����

�����

����

����

����

���� ����

����

����

����

����

����

�������� ����

����� �����

����

�����

���� �������� ����

����

����

�����

��������

����

����

�����

�����

�������

�����

�������

���������������������������

�����������������������������������

�����

����������������������������������

����������������������������������������������

��������������������

�����������

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � �

����������������

Page 26: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

16

Transaksi Berjalan

Kinerja transaksi berjalan diprakirakan akan tetap mencatat surplus meski lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2009. Porsi utama surplus transaksi berjalan

tetap berasal dari neraca perdagangan. Prakiraan surplus transaksi berjalan disumbang oleh

penurunan defisit neraca jasa (karena menurunnya pembayaran jasa travel) dan pendapatan

(terutama penurunan pembayaran bunga ULN korporasi).

Berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global mendorong perbaikan kinerja ekspor

sehingga mampu menopang kinerja transaksi berjalan. Penelusuran data selama

periode Januari-Februari 2010 menunjukkan kinerja ekspor komoditas berbasis sumber daya

alam cenderung lebih baik dari komoditas manufaktur. Kondisi tersebut diprakirakan akan

berlanjut pada Maret 2010, sejalan dengan bergesernya basis pertumbuhan ekonomi dunia

ke emerging market yang menjadi pasar utama ekspor bahan baku asal Indonesia. Sementara

itu, perbaikan kinerja ekspor komoditas manufaktur diperkirakan masih terbatas sejalan

dengan lambatnya pemulihan ekonomi negara maju. Perkembangan harga komoditas juga

turut menopang perbaikan kinerja ekspor. Hingga akhir triwulan, mayoritas komoditas ekspor

utama nonmigas Indonesia mengalami kenaikan harga. Faktor fundamental berupa masih

kuatnya sentimen pemulihan ekonomi global menjadi penggerak utama harga komoditas

di pasar internasional. Sementara itu, komponen transaksi berjalan lainnya yaitu neraca jasa

akan mengalami penurunan disebabkan realisasi penerimaan devisa turis yang meningkat,

sementara membaiknya neraca pendapatan di antaranya disebabkan oleh menurunnya

pembayaran bunga ULN.

Neraca Modal dan Finansial

Transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2010 diprakirakan akan tetap mencatat

surplus. Surplus transaksi modal dan finansial tersebut ditopang antara lain dari arus masuk

modal investasi langsung (FDI) yang diprakirakan meningkat, terutama di sektor nonmigas.

Peningkatan arus masuk FDI tersebut disebabkan oleh prakiraan membaiknya perekonomian

domestik yang disertai dengan meningkatnya harga komoditas. Secara umum, membaiknya

iklim investasi tersebut tercermin juga dari tren peningkatan investasi, baik dalam bentuk

penarikan dana (cash call) maupun pinjaman. Di sisi portofolio, kondisi makroekonomi

domestik yang kuat serta imbal hasil rupiah yang relatif tinggi mampu menopang peningkatan

arus masuk modal jangka pendek. Dana asing yang ditempatkan pada instrumen SBI dan

SUN mengalami peningkatan.

Cadangan Devisa

Dengan perkembangan pada transaksi berjalan serta neraca modal dan finansial tersebut

di atas, posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan I 2010 mencapai 71,8

miliar dolar AS atau setara dengan 5,8 bulan impor dan pembayaran Utang Luar Negeri

Pemerintah.

Page 27: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2010

17

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2010

Proses pemulihan ekonomi global yang masih terus berlangsung menunjukkan perkembangan

yang semakin baik. Kondusifnya perkembangan eksternal tersebut ditambah dengan solidnya

kondisi perekonomian domestik memberikan dukungan bagi pergerakan nilai tukar dan

inflasi selama triwulan I 2010. Nilai tukar rupiah bergerak menguat selama triwulan I

2010. Rata-rata nilai tukar Rupiah terapresiasi sebesar 2,2% ke level Rp9.254 per dolar AS

yang diiringi dengan tingkat volatilitas yang tetap stabil dari 0,56% pada triwulan IV 2009

menjadi 0,57% pada triwulan I 2010. Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan I 2010

mulai menunjukkan sedikit peningkatan. Secara tahunan, inflasi IHK pada triwulan I

2010 mencapai 3,43% (yoy) atau lebih tinggi dari akhir tahun 2009 yang sebesar 2,78%

(yoy). Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi dari

faktor non-fundamental khususnya inflasi volatile food, sedangkan tekanan inflasi dari faktor

fundamental yang tercermin pada inflasi inti justru mengalami penurunan.

Di sisi lain, transmisi kebijakan moneter melalui berbagai jalur berlangsung semakin baik.

Di jalur suku bunga, kebijakan moneter ditransmisikan dengan baik khususnya di

suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) dan simpanan. Selain itu, penurunan suku

bunga kredit juga masih terus berlangsung. Di jalur kredit, transmisi kebijakan moneter

mengalami perbaikan pada triwulan I 2010. Pertumbuhan kredit sampai dengan Februari

2010 meningkat menjadi 9,4% (yoy), lebih tinggi dari pencapaian akhir tahun 2009 yang

hanya sebesar 8,7% (yoy). Sementara itu, transmisi kebijakan moneter di pasar modal,

pasar SUN, dan pasar reksadana juga positif. Di pasar saham, IHSG meningkat cukup

signifikan dan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan bursa di beberapa negara

di kawasan regional. Di pasar SUN, yield SUN menunjukkan penurunan di hampir seluruh

tenor. Sementara itu, pasar reksadana juga menunjukkan perkembangan yang baik searah

dengan dengan kinerja underlying assetnya.

NILAI TUKAR RUPIAH

Rupiah menunjukkan kinerja yang positif pada triwulan I 2010.

Terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi global serta semakin

kuatnya kondisi fundamental ekonomi domestik memberikan dukungan

yang positif bagi pergerakan nilai tukar. Secara rata-rata, rupiah menguat

sebesar 2,2% menjadi Rp9.254 per dolar AS (Grafik 3.1). Selain menguat,

volatilitas rupiah pun tetap terjaga (Grafik 3.2). Pada akhir triwulan I

2010, rupiah ditutup pada level Rp9.090 per dolar AS.

Berkembangnya sentimen negatif di pasar keuangan global terkait

masalah defisit fiskal yang dialami beberapa negara di Eropa sempat

memberikan tekanan pada mata uang regional Asia, termasuk rupiah.

Grafik 3.1

Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����������

�����������

��������������������

�����������������

����

����

�����

�����

�����

����

���������� ����� �����

������

������

������

�����

�����

�����

����

�����

�����

�����

����

�����

�����

�����

�����

�����

����

�����

����

�����

���

�����

����

�����

���

���� ���� ����

Page 28: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

18

Masalah defisit fiskal yang dialami negara GIPSY (Greece, Ireland,

Portugal, Spain dan Italy) menimbulkan kekhawatiran akan kelanjutan

pemulihan ekonomi global. Namun, perkembangan ekonomi global

yang terus membaik, terutama di kawasan Asia, pada gilirannya mampu

membuat mata uang regional Asia kembali stabil bahkan cenderung

menguat seiring dengan kepercayaan investor terhadap ekonomi

regional Asia yang terus meningkat.

Selain dipengaruhi oleh kondisi eksternal, penguatan rupiah juga

turut didukung oleh kondisi perekonomian domestik yang kian solid.

Perekonomian Indonesia berhasil mencatat pertumbuhan yang cukup

tinggi sebesar 5,4% (yoy) pada triwulan IV 2009. Sementara itu, laju

inflasi hingga triwulan I 2010 tetap terkendali. Kedua hal tersebut, disertai

dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang positif, mampu

mendukung pergerakan nilai tukar rupiah yang apresiatif selama triwulan

I 2010. Solidnya kinerja ekonomi domestik menyebabkan kepercayaan

investor asing terus meningkat. Meningkatnya kepercayaan investor

terhadap kondisi ekonomi Indonesia ditandai oleh peningkatan rating

obligasi Indonesia yang dilakukan oleh dua lembaga rating internasional,

yaitu Fitch dan S&P. Kedua lembaga tersebut menaikkan rating Indonesia

menjadi BB+ dengan outlook positif, sehingga dengan demikian, posisi

Indonesia saat ini hanya tinggal 1 notch di bawah investment grade.

Kondisi fundamental perekonomian yang solid diikuti oleh

persepsi risiko domestik yang terus membaik. Indikator Credit

Default Swap (CDS) Indonesia masih berada pada level rendah (163

bps). Hal itu sejalan dengan indikator risiko lainnya yaitu yield spread

antara obligasi pemerintah Indonesia dan US T-Note yang mengalami

penurunan. Pergerakan indeks EMBIG yang mengukur faktor risiko

negara-negara emerging markets tetap stabil, bahkan cenderung turun

dari level 294 pada akhir tahun 2009 menjadi 261 pada akhir triwulan

I 2010 (Grafik 3.3). Sementara itu, premi swap yang merupakan salah

satu indikator ekspektasi arah pergerakan rupiah tetap bergerak stabil

untuk semua tenor (Grafik 3.4).

Membaiknya faktor risiko domestik membuat daya tarik investasi

dalam rupiah semakin besar. Indikator imbal hasil rupiah yang

tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP –

Uncovered Interest Parity) berada pada level 6,33%, masih merupakan

yang tertinggi dibandingkan dengan negara kawasan Asia lainnya (Grafik

3.5). Dengan membaiknya premi risiko maka daya tarik investasi dalam

rupiah semakin besar, tercermin dari indikator CIP (Covered Interest

Parity) yang berada dalam tren meningkat selama tahun 2010. Pada akhir

Maret 2010, indikator CIP berada pada level 4,69%, merupakan yang

tertinggi dibandingkan negara kawasan Asia lainnya (Grafik 3.6).

Grafik 3.2

Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

�����������

�����

�����

�����

�����

�����

����

����

����

������� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ����

��

�����

����

����������������� ��������������������������������

����

��� ��� ������ ��� ������ ��� ������ �������

Grafik 3.3

Indikator Persepsi Risiko

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����������� �����������

������������������

������ ������� ������ ������ ������ ������ ������

������������

�������������

������������������

Grafik 3.4

Premi Swap Berbagai Tenor

�������� ��������

�������� ���������

���

��

��

���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� �������

Page 29: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2010

19

INFLASI

Inflasi tetap terkendali pada triwulan I 2010. Secara tahunan, inflasi

IHK pada triwulan I 2010 tercatat sebesar 3,43% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan akhir tahun 2009 sebesar 2,78% (yoy)(Grafik 3.7).

Meskipun mengalami peningkatan, inflasi IHK masih tetap terkendali.

Hal itu tercermin pada kecenderungan pergerakan inflasi IHK yang terus

menurun setiap bulannya, bahkan tercatat mengalami deflasi pada Maret

2010 sebesar 0,14% (mtm).

Lebih tingginya inflasi IHK pada triwulan I 2010 dibandingkan

dengan akhir tahun 2009 terutama disebabkan oleh tekanan

pada kelompok bahan makanan yang bergejolak (volatile food).

Mundurnya masa panen beras mengakibatkan pasokan komoditas

tersebut mengalami kendala yang pada gilirannya menyebabkan

kenaikan harga. Sementara itu, rendahnya imported inflation, terjaganya

ekspektasi inflasi serta belum adanya kebijakan Pemerintah yang bersifat

strategis mampu mengimbangi tekanan pada kelompok volatile food

sehingga inflasi tetap dapat dikendalikan.

Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluarannya, tekanan

inflasi pada triwulan I 2010 terutama berasal dari kelompok

bahan makanan dan kelompok makanan jadi (Grafik 3.8). Tingginya

tekanan kenaikan harga beras dan beberapa komoditas lainnya pada

awal triwulan meningkatkan indeks kelompok bahan makanan menjadi

129,59 pada triwulan I 2010, dari akhir tahun 2009 sebesar 127,46.

Selain itu, pertumbuhan indeks kelompok barang lainnya seperti

kelompok makanan jadi juga meningkat cukup signifikan dibandingkan

dengan periode sebelumnya akibat kenaikan harga produk turunan

beras dan gula pasir.

Inflasi inti menurun pada triwulan I 2010. Secara tahunan, inflasi

inti tercatat sebesar 3,56% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

akhir tahun 2009 yang mencapai 4,28% (yoy). Penurunan tersebut

dipengaruhi baik oleh faktor eksternal maupun domestik. Dari sisi

eksternal, masih rendahnya harga komoditas internasional serta nilai

tukar rupiah yang cenderung terapresiasi mendorong turunnya imported

inflation. Meskipun di sisi lain, inflasi mitra dagang mulai meningkat

seiring dengan proses pemulihan ekonomi dunia, hal itu belum secara

signifikan memengaruhi inflasi inti (Grafik 3.9). Kondisi tersebut

tercermin pada beberapa indikator seperti inflasi komoditas impor dan

inflasi IHPB impor yang masih bergerak menurun (Grafik 3.10).

Sementara itu, dari sisi domestik, kondisi fundamental ekonomi yang

solid mendorong terjaganya ekspektasi inflasi. Pertumbuhan ekonomi

yang cukup tinggi mencapai 5,4% pada triwulan IV 2009, tingkat inflasi

Grafik 3.5

Perbandingan UIP Beberapa Negara

�����

���

���

���

���

���

����

����

���������

���������

��������

�����

����

����

����

����

��� ��� ������������ ������ ��� ������ ���

���� ����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ���

����

Grafik 3.6

Perbandingan CIP Beberapa Negara

��������� ���������

�������� �����

����

����

����

����

����

���

���

���

���

���

����

����

����

����

����

��� ��� ������������ ������ ��� ������ ���

���� ����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ���

����

Grafik 3.7

Perkembangan Inflasi

��

��

��

��

��

������

�������������������

�������������������������������

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ����

���� ����

�� � � �

���� ����

Page 30: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

20

yang relatif rendah serta nilai tukar rupiah yang menguat memberikan

pengaruh positif pada perkembangan ekspektasi inflasi. Hasil survei

Consensus Forecast (CF) pada Maret 2010 menunjukkan terjadinya

penurunan ekspektasi inflasi untuk tahun 2010, sedangkan untuk tahun

2011 ekspektasi inflasi relatif stabil (Grafik 3.11). Survei lainnya yakni

Survei Konsumen dan Survey Penjualan Eceran Bank Indonesia juga

mencerminkan ekspektasi konsumen dan ekspektasi pedagang yang

terjaga (Grafik 3.12 dan Grafik 3.13).

Di sisi kesenjangan output, mulai naiknya permintaan masih

dapat direspon oleh sisi penawaran secara memadai. Hal tersebut

menyebabkan tekanan dari sisi kesenjangan output pada inflasi

relatif minimal. Indikasi mulai meningkatnya permintaan ditunjukkan

oleh pertumbuhan penjualan riil yang mengalami kenaikan (Grafik

3.14). Kenaikan tersebut terutama terjadi pada kelompok pakaian

dan perlengkapannya serta konstruksi. Sementara itu, indikator sisi

penawaran yang tercermin dari indeks produksi sektor pengolahan

terlihat menunjukkan tren meningkat (Grafik 3.15). Kondisi itu sejalan

dengan kapasitas produksi terpakai di sektor industri pengolahan yang

juga berada pada tren yang meningkat (Grafik 3.16).

Inflasi volatile food pada triwulan I 2010 menunjukkan

peningkatan. Kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 4,41%

(yoy), lebih tinggi dari akhir tahun 2009 sebesar 3,95% (yoy). Peningkatan

tersebut terutama bersumber dari tingginya harga komoditas beras pada

awal triwulan I 2010 yang disebabkan oleh mundurnya waktu musim

panen serta kendala distribusi. Naiknya harga beras pada gilirannya

mendorong terjadinya peningkatan harga pada kelompok makanan jadi

terutama produk-produk turunan beras. Namun, kondisi tersebut dapat

teratasi memasuki akhir periode laporan. Sejak Maret 2010, kondisi

pasokan beras membaik dan mampu menahan kenaikan harga beras

lebih lanjut, bahkan menyebabkan kelompok volatile food mengalami

deflasi sebesar 1,14% (mtm).

Pada kelompok administered prices, tekanan inflasi pada triwulan

I 2010 relatif minimal sejalan dengan tidak adanya kebijakan yang

bersifat strategis. Belum adanya rencana kebijakan administered prices

yang direalisasikan oleh Pemerintah sepanjang triwulan I 2010 dapat

menjaga terkendalinya inflasi administered prices. Komoditas rokok dan

bahan bakar rumah tangga merupakan dua komoditas yang dominan

memberikan sumbangan inflasi pada kelompok administered price, yakni

sebesar 0,06% dan 0,03%. Sementara itu, komoditas bensin hanya

memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,02% sepanjang triwulan I

2010. Hal itu terkait dengan naiknya harga minyak mentah internasional

sebesar 87,8% sejak awal tahun 2010. Dengan perkembangan tersebut,

Grafik 3.8

Inflasi per Kelompok

����

����

����

����

���

���

���

����

����

������

���������������������������������������������������������������������

����������������������������������������������������

� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ����

������������

���

�� � � �

����

Grafik 3.10

Inflasi Komoditas Impor, inflasi inti dan IHPB Impor

���

��

��

��

������������

�����������������������

�����������������������

��

��

��

���

��

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � �

���� ���� ���� ���� ���� ����

������

Grafik 3.9

Inflasi Mitra Dagang dan Nilai Tukar

��������������������������

����������������������������������

�������������������������������

��� ������

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����

���

���

���

���

���

����

����� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � �

Page 31: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2010

21

pada triwulan I 2010 inflasi administered prices tercatat sebesar 0,71%

(qtq) atau 2,31% (yoy).

KEBIJAKAN MONETER

Suku Bunga

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga jangka

pendek pada triwulan I 2010 berjalan dengan baik. Kondisi itu

khususnya didorong oleh melimpahnya likuiditas perbankan yang

menyebabkan suku bunga PUAB O/N (Pasar Uang Antar Bank – Over

Night) bergerak cenderung turun mendekati koridor bawah BI Rate.

Rata-rata harian PUAB O/N pada triwulan I 2010 menurun sebesar

11bps menjadi 6,19% atau 31bps berada di bawah BI Rate (Grafik 3.17).

Perkembangan tersebut kemudian ditransmisikan ke suku bunga PUAB

dengan jangka waktu yang lebih panjang dengan struktur suku bunga

PUAB yang terus membaik. Sebagaimana pergerakan suku bunga PUAB

O/N, suku bunga PUAB dengan jangka waktu di atas O/N juga menurun

dengan besaran yang relatif sama (Grafik 3.18). Rata-rata tertimbang

suku bunga PUAB jangka waktu 2-6, 7, 8-26 dan di atas 30 hari masing-

masing menurun sebesar 7-11bps kecuali untuk suku bunga PUAB tenor

27-30 hari yang mengalami penurunan yang lebih besar yaitu 57bps.

Kondisi tersebut mengindikasi persepsi counterparty risk yang terus

membaik sejalan dengan terus membaiknya risiko di pasar uang.

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga deposito

semakin membaik. Perbaikan transmisi tersebut terjadi baik pada

periode BI Rate tetap maupun menurun. Pada triwulan I 2010, suku

bunga deposito 1 bulan diindikasi menurun sebesar 18bps (Tabel 3.1).

Dengan perkembangan tersebut, BI Rate yang tetap pada level 6,5%

sejak September 2009 telah direspon positif dengan penurunan suku

bunga deposito 1 bulan total sebesar 117bps (s.d Februari 2010), lebih

baik bila dibandingkan dengan periode BI Rate tetap pada periode

sebelumnya (Agustus 2007 s.d Januari 2008). Sementara itu, sejak

Desember 2008 hingga Februari 2010, suku bunga deposito 1 bulan

telah menurun sebanyak 335bps dari total penurunan BI Rate sebesar

300bps, atau lebih baik daripada periode penurunan BI Rate sebelumnya

(Mei 2006 s/d Juli 2007) sebesar 283bps dari total penurunan BI Rate

sebesar 425bps.

Penurunan suku bunga deposito juga diikuti oleh perbaikan struktur

suku bunga deposito berbagai tenor. Hal itu tercermin pada struktur

suku bunga deposito yang cenderung datar (flat), meskipun suku bunga

deposito jangka waktu 12 bulan masih lebih tinggi dibandingkan dengan

suku bunga deposito tenor 24 bulan.

Grafik 3.11

Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast

�������

�� � � � � � � � �� �� �� � � ��

������������������������������� ����

��������������������������

��������������������������

Grafik 3.12.

Ekspektasi Inflasi Konsumen

(Survei Konsumen Bank Indonesia)

���������

���

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � �

��������

��

��

������������������������������������������

������������������������������������������

��������������������������������

Grafik 3.13.

Ekspektasi Inflasi Pedagang

(Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia)

������������������������������������������

��������������������������������������������������������������������������

������

���

���

���

���

���

���

���

���

������ ��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � �

Page 32: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

22

Berdasarkan kelompok banknya, penurunan suku bunga deposito

terbesar terjadi di bank asing dan campuran. Pada triwulan I 2010,

bank asing dan campuran tercatat menurunkan suku bunga deposito

sebesar 20bps, atau terbesar di antara kelompok bank lainnya yaitu

bank persero (-12bps), BPD (-10bps) dan bank swasta (-7bps). Meskipun

demikian, selama periode BI Rate tidak berubah (sejak September 2009)

bank persero tetap menjadi kelompok bank yang paling agresif dalam

menurunkan suku bunga depositonya yaitu sebesar 149bps diikuti

oleh bank swasta sebesar 102bps. Secara level, kelompok bank asing

dan campuran merupakan kelompok bank yang menawarkan rata-rata

suku bunga deposito yang terendah (7,3%) sementara kelompok BPD

menawarkan rata-rata suku bunga tertinggi (8,7%).

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga kredit

masih terus berlangsung. Pada triwulan I 2010, penurunan suku

bunga kredit diindikasi masih berlanjut seiring dengan menurunnya persepsi risiko ekonomi

perbankan. Rata-rata penurunan suku bunga kredit hingga Februari

2010 (sejak September 2009) mencapai sebesar 56bps, atau hanya

separuh dari penurunan suku bunga deposito 1 bulan yang mencapai

117bps. Hal itu di antaranya terkait dengan masih tingginya persepsi

risiko penyaluran kredit dan upaya bank untuk mempertahankan margin

yang tinggi di tengah rendahnya permintaan kredit.

Berdasarkan jenis penggunaannya, suku bunga KMK diperkirakan

menurun dengan besaran yang lebih signifikan. Seiring dengan

membaiknya persepsi risiko ekonomi oleh perbankan, suku bunga

KMK diperkirakan menurun secara lebih agresif, sedangkan suku

bunga Kredit Konsumsi (KK) diprediksi mengalami penurunan paling

tipis terkait dengan karakteristiknya yang tidak terlalu elastis dengan

perubahan suku bunga (Tabel 3.1). Sementara itu, berdasarkan kelompok

Grafik 3.14

Pertumbuhan Penjualan Riil

��

��

��

��

��

���

���� � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� �� � � � � � � � �������

����������������������������������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ����

Grafik 3.15

Indeks Produksi Sektor Industri Pengolahan (SP)

���

���

���

��� � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � �������� � � � � � � � �������

���� ���� ���� ���� ����

������������������������������������������

Suku Bunga (%) Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

Triwulan I-2009 Triwulan II-2009 Triwulan III-2009

Tabel 3.1

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 8,75 8,25 7,75 7,50 7,25 7,00 6,75 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50

Penjaminan Deposito 9,50 9,00 8,25 7,75 7,75 7,50 7,25 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00

Dep 1 bulan (Weighted Average) 10,52 9,88 9,42 9,04 8,77 8,52 8,31 7,94 7,43 7,38 7,16 6,87 7,09 na na

Base Lending Rate 14,18 13,98 13,94 13,78 13,64 13,40 13,20 13,00 12,96 13,01 12,94 12,83 12,65 12,66 12,65

Kredit Modal Kerja (KMK) 15,23 15,08 14,99 14,82 14,68 14,52 14,45 14,30 14,17 14,09 13,69 13,69 13,75 na na

Kredit Investasi (KI) 14,37 14,23 14,05 14,05 13,94 13,78 13,58 13,48 13,20 13,20 13,03 12,96 13,24 na na

Kredit Konsumsi (KK) 16,46 16,53 16,46 16,48 16,57 16,63 16,66 16,62 16,67 16,53 16,47 16,42 16,32 na na

Triwulan IV-2009 Triwulan I-2010

Page 33: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2010

23

banknya, secara agregat bank persero merupakan kelompok bank

yang memberikan suku bunga kredit terendah. Rata-rata suku bunga

KMK tertinggi ditawarkan oleh Bank Umum Swasta Nasional dan BPD,

sedangkan rata-rata suku bunga KK tertinggi masih ditawarkan oleh

Bank Asing dan Campuran.

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Pertumbuhan DPK pada triwulan I 2010 diperkirakan melambat

sesuai pola historisnya pada awal tahun. Sampai dengan Februari

2010, pertumbuhan DPK hanya sebesar 9,3% (yoy), lebih rendah dari

akhir tahun 2009 yang mencapai 12,5% (yoy) (Grafik 3.19). Dengan

perkembangan tersebut, pada triwulan I 2010 (sampai dengan Februari

2010), posisi DPK menurun sebesar Rp41,4 triliun menjadi Rp1.931,6

triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

(Februari 2009), posisi DPK justru mengalami peningkatan sebesar

Rp13,8 triliun. Hal itu terjadi karena pada saat krisis masyarakat enggan

menggunakan dananya untuk melakukan kegiatan ekonomi dan lebih

memilih untuk menempatkan dananya di perbankan. Dengan kembali

normalnya perkembangan DPK pada triwulan I 2010 sesuai dengan pola

historisnya, hal itu memberikan indikasi positif terhadap perkembangan

aktivitas perekonomian masyarakat pada triwulan I 2010.

Di sisi lain, pertumbuhan kredit pada triwulan I 2010 menunjukkan

perkembangan yang positif. Pertumbuhan kredit (dengan channeling)

pada triwulan I 2010 (sampai dengan Februari 2010) mencapai 9,4%

(yoy), meningkat dari akhir tahun 2009 yang sebesar 8,7% (yoy) (Grafik

3.19). Jika dibandingkan dengan akhir tahun 2009, posisi kredit pada

triwulan I 2010 (sampai dengan Februari 2010) masih mengalami

penurunan sebesar Rp11,2 triliun. Namun, jika dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun sebelumnya (Februari 2009), penurunan

posisi kredit pada saat itu jauh lebih besar dibandingkan dengan

penurunan posisi kredit saat ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa

perkembangan kredit telah mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya

yang juga dikonfirmasi oleh pola perubahan kredit bulanan di Februari

2010 yang telah lebih baik dibandingkan dengan pencapaian selama 3

tahun terakhir. Perkembangan kredit diperkirakan terus membaik seiring

dengan mulai pulihnya permintaan domestik dan luar negeri.

Perbaikan transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit berasal

baik dari sisi permintaan (demand side) maupun sisi penawaran

(supply side). Dari sisi permintaan, perbaikan pertambahan kredit

dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi domestik maupun eksternal yang

mulai pulih, disertai dengan terus menurunnya suku bunga kredit yang

Grafik 3.16

Kapasitas Produksi Terpakai Industri Pengolahan (SP)

���

��

��

��

��

�����������������������������������������������

� � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � �������� � � � � � � � ����������� ���� ���� ���� ����

�����

Grafik 3.17

Suku Bunga PUAB O/N & Instr. Moneter

���

���

���

���

���

���

���������������������

�������������������������

�����

�����

����

�����

����

�����

����

�����

����

�����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

�����

����

�����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

�����

����

�����

���� ������������������������

�������������������

��������������

����������������������������

Grafik 3.18

Suku Bunga PUAB Berbagai Tenor

����

���

���

���

���

���� �������� ������ ��������� ���������� ���������

������ ������ ������ ������

�����������������������

Page 34: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

24

diindikasi dari spread antara suku bunga kredit dengan BI Rate yang

semakin mengecil. Sementara itu, dari sisi penawaran, persepsi risiko

ekonomi oleh perbankan yang mulai membaik memberikan kontribusi

pada suku bunga kredit untuk turun.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit konsumsi (KK) dan

kredit investasi (KI) telah tumbuh positif, sedangkan kredit modal

kerja (KMK) masih tumbuh negatif. Sampai dengan Februari 2010,

pertumbuhan KMK masih tercatat mengalami pertumbuhan negatif

sebesar 4,8% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan KI dan KK mengalami

peningkatan mencapai 14,7% (yoy) dan 34% (yoy). Pertumbuhan KK

merupakan yang paling agresif sebagai penopang pertumbuhan kredit

secara agregat. Berdasarkan valutanya, perbaikan pertumbuhan kredit

pada triwulan I 2010 terutama terlihat pada kredit dalam Rupiah,

sedangkan kredit dalam valas (dalam USD) masih menunjukkan

pertumbuhan yang negatif.

Berdasarkan sektoral, meningkatnya pertumbuhan kredit

terutama disumbang oleh sektor lainnya. Pada triwulan I 2010,

sektor lainnya mengalami akselerasi pertumbuhan penyaluran kredit

yang mencapai 43,5% (yoy), meningkat dari 18,8% (yoy) pada akhir

tahun sebelumnya (Grafik 3.20). Beberapa sektor lainnya yang juga

mengalami akselerasi pertumbuhan penyaluran kredit ialah sektor

pertambangan, pengangkutan dan jasa sosial. Sektor listrik, air dan

gas juga masih memiliki pertumbuhan penyaluran kredit yang relatif

tinggi. Di sisi lain, seiring dengan mulai membaiknya kondisi eksternal,

diharapkan pertumbuhan kredit khususnya di sektor industri pengolahan

dan perdagangan diharapkan akan semakin membaik terkait dengan

meningkatnya permintaan luar negeri.

Likuiditas perekonomian khususnya M1 terus meningkat pada

triwulan I 2010. Pertumbuhan likuiditas perekonomian khususnya M1

yang terus meningkat sejak Oktober 2009, mencapai 13,7% (yoy) pada

Februari 2010 (Grafik 3.21). Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan

pencapaian inflasi yang lebih rendah dari perkiraan merupakan faktor

penyumbang dari pertumbuhan M1 yang terus meningkat. Pertumbuhan

M1 terutama disumbang oleh pertambahan giro, sedangkan uang kartal

juga menunjukkan tren peningkatan. Meningkatnya giro khususnya

yang dimiliki oleh perseorangan serta badan usaha milik swasta –

lainnya 1 sejalan dengan peningkatan kredit. Selain itu, pertumbuhan

giro perseorangan yang selaras dengan pergerakan IHSG merefleksikan

meningkatnya aktifitas masyarakat untuk melakukan transaksi di sektor

finansial.Hal itu diindikasi masih terus terjadi pada triwulan I 2010 terkait

dengan masih positifnya return dari pasar saham. Berbagai kondisi

1 Data Moneter dari LBU sampai dengan Desember 2009

Grafik 3.19

Pertumbuhan Dana, Kredit dan BI Rate

������������

��

��

��

��

��

��

��

����

�������������

���

���

���

���

���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ���

���� ���� ����

��������� ������������ �������

Grafik 3.20

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Sektoral

���������

���

���

���

��

��

��

��

���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ���

���� ���� ���������������������� ������������ ����������� �������

Grafik 3.21

Pertumbuhan Uang Beredar Nominal

��

�����

��

��

��

��

�� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� �

���� ���� ���� ���� ���� ����

���������

Page 35: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2010

25

tersebut mengkonfirmasi semakin membaiknya kondisi perekonomian

domestik. Di sisi lain, sampai dengan Februari 2010, pertumbuhan

likuiditas perekonomian M2 dan M2 Rupiah tercatat sebesar 10,4% dan

12,3% (yoy) melambat dari akhir tahun 2009 yang mencapai 13,2%

dan 14,0% (yoy) (Grafik 3.21). Posisi M2 dan M2 Rupiah masing-masing

menurun sebesar Rp44,4 triliun dan Rp40,8 triliun seiring dengan

berkurangnya komponen uang kuasi pada awal tahun.

Pasar Keuangan

IHSG menunjukkan kinerja yang positif selama triwulan I 2010.

IHSG mengalami penguatan sebesar 10,2% selama triwulan I 2010

dan ditutup pada level 2.777,3. Kebijakan Bank Indonesia untuk

mempertahankan BI Rate pada level 6,5% pada akhir triwulan I

2010 menjadi salah satu pendorong menguatnya IHSG. Kebijakan

tersebut diterjemahkan oleh pasar sebagai upaya Bank Indonesia

untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dengan tetap

menjaga pencapaian sasaran inflasi pada tahun 2010. Selain itu,

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi mencapai 5,4% pada triwulan

IV 2009 disertai dengan perbaikan sovereign bond rating oleh S&P dan

Fitch menyebabkan IHSG mampu mencetak pertumbuhan tertinggi

dibandingkan dengan negara kawasan.2

Di sisi lain, relatif terjaganya faktor fundamental mikro emiten mampu

cukup kuat menopang pertumbuhan IHSG selama triwulan I 2010.

Fundamental emiten tersebut tercermin pada kemampuan sebagian besar

perusahaan yang telah melakukan rilis laporan keuangan membukukan

laba operasional, bahkan di antaranya mampu meningkatkan laba

operasional. Rata-rata peningkatan laba operasional pada tahun

2009 ialah sebesar 23% (yoy). Sejalan dengan membaiknya indikator

profitabilitas, terdapat juga kecenderungan Debt to Equity Ratio (DER)

yang menurun. Posisi DER rata-rata emiten turun dari 3,7% pada tahun

2008 menjadi 3,1% pada tahun 2009. Kondisi tersebut pada akhirnya

mendorong perbaikan rating secara sektoral oleh beberapa instansi.

Dari sisi sektoral, penguatan IHSG tercermin oleh perkembangan

sektoralnya, kecuali infrastruktur. Perkembangan sektoral IHSG tersebut

sejalan dengan relatif kuatnya fundamental emiten. Sektor berbasis

komoditas seperti pertambangan dan perkebunan kembali tumbuh

meski sempat terkoreksi cukup dalam pada Februari 2010. Rencana

ekspansi beberapa emiten tambang turut membawa sentimen positif

pada sektor tersebut. Perkembangan di sektor tambang tersebut

merupakan resultansi dari kenaikan harga minyak dunia (WTI) sebesar

2 Data Moneter dari LBU sampai dengan Desember 2009

Grafik 3.22

IHSG dan Net Beli Asing

������������

��

��

���

�����

�����

�����

�����

�����

���

�� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �

���� ���� ���� ����

��������������

��������������������

Grafik 3.23

IHSG dan Volume Perdagangan

������������

�� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �

���� ���� ���� ����

���

��

��

��

��

��

����������������������������

�����������

Grafik 3.24

Yield SUN, BI Rate dan SBI 1 Bulan

���

��

��

��

��

��

��

���

����������

����������������������

�����������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ����������

���� ���� ���� ���� ����

Page 36: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

26

3,5% dan penurunan Baltic Dry Index sebesar 0,8%. Searah dengan

perkembangan tersebut, terjadi kenaikan kapitalisasi sektor tradeable3

dari 47,7% menjadi 48,9% terhadap total kapitalisasi pasar.

Penguatan IHSG terjadi di tengah terbatasnya arus modal asing selama

triwulan I 2010. Kondisi pasar keuangan global sempat kembali

bergejolak pada Februari 2010 sehingga menyebabkan besarnya

net jual yang dilakukan oleh investor asing. Gejolak pasar keuangan

tersebut akibat ketidakpastian penyelesaian permasalahan fiskal pada

negara-negara yang tergabung dalam PIGS (Portugal, Irlandia, Greece/

Yunani, dan Spanyol) serta kecemasan yang melanda pasar AS setelah

indeks kepercayaan konsumen AS terkoreksi pada level terendah dalam

10 bulan terakhir. Namun dalam perkembangan selanjutnya, investor

asing kembali masuk menyusul prakiraan bahwa negara berkembang

cenderung akan menerapkan exit policy lebih awal dibandingkan

dengan negara maju yang juga cenderung lunak terhadap inflasi.

Dengan perkembangan tersebut, pada triwulan I 2010 investor asing

mencatatkan net beli sebesar Rp3,68 triliun atau lebih tinggi dari triwulan

IV 2009 sebesar Rp2,52 triliun. (Grafik 3.22). Perkembangan itu diikuti

oleh volume perdagangan di bursa domestik selama triwulan I 2010 yang

naik menjadi Rp4,12 triliun per hari dibandingkan dengan triwulan IV

2009 yang hanya mencapai Rp3,93 triliun per hari (Grafik 3.23).

Di pasar Surat Utang Negara (SUN), kebijakan Bank Indonesia

mempertahankan BI Rate direspons hampir secara merata

untuk seluruh tenor Surat Berharga Negara (SBN), kecuali untuk

tenor 1 tahun. Perkembangan kinerja SBN tersebut disebabkan oleh

ekspektasi pelaku pasar terhadap tekanan inflasi jangka pendek yang

masih minimal yang didukung oleh stabilitas nilai tukar sehingga belum

akan mendorong penyesuaian BI Rate secara lebih lanjut. Faktor lain

yang turut mendorong kinerja SBN adalah membaiknya sovereign bond

rating yang mendekati investment grade. Sementara itu, naiknya yield

pada tenor 1 tahun sebesar 55bps lebih disebabkan oleh permasalahan

likuiditas yang tipis. Dengan perkembangan tersebut, yield SUN untuk

tenor jangka pendek, jangka menengah dan panjang bergerak turun

masing-masing sebesar 13bps, 74bps dan 64bps (Grafik 3.24).

Penurunan yield SUN selama triwulan I 2010 tidak terlepas

dari membaiknya kondisi pasar keuangan global. Meskipun

sempat kembali bergejolak pada Februari 2010 akibat ketidakpastian

penyelamatan di negara PIGS, pasar keuangan global mampu kembali

menuju fase pemulihan. Dalam perkembangannya, kinerja pasar

keuangan global kembali pulih setelah kebijakan moneter global kembali 3 Meliputi sektor: pertambangan, perkebunan, industri dasar, aneka industri, dan barang konsumsi

Grafik 3.25

Yield SUN dan CDS

�����������������������

���������������������

���

��

��

����

����

���

���

���

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���������������������� ����������������������

Grafik 3.26

Yield SUN dan EMBIG

�����������������������

�����������

���

��

��

����

���

���

���

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���������������������� ����������������������

Grafik 3.27

Nilai Perdagangan SUN

������������

��

��

��

��

��

��

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� ����� ���� ���� ����

����������������������������

�����������

Page 37: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2010

27

menerapkan kebijakan suku bunga rendah. Berbagai indikator yang

mendukung kondisi tersebut ialah penurunan faktor risiko EMBIG dan

CDS. Posisi EMBIG dan CDS pada akhir triwulan I 2010 mencapai 259,2

dan 158,2 atau turun dari posisi triwulan IV 2009 yang mencapai 294,2

dan 192,0 (Grafik 3.25 dan Grafik 3.26).

Membaiknya risiko di pasar keuangan global pada gilirannya mendorong

aliran modal asing ke pasar SBN.4 Pada triwulan I 2010, net beli asing

di pasar SBN mencapai sekitar Rp24 triliun atau naik dibandingkan

dengan net beli asing pada triwulan IV 2009 yang hanya berkisar

Rp14 triliun. Sejalan dengan peningkatan aliran modal asing, likuiditas

pasar SBN turut membaik. Volume perdagangan SBN secara rata-rata

naik menjadi Rp4,1 triliun per hari pada triwulan I 2010 dari rata-rata

triwulan IV 2009 yang mencapai sebesar Rp3,3 triliun perhari (Grafik

3.27). Meningkatnya aktivitas perdagangan di pasar SBN belum diikuti

oleh frekuensi rata-rata harian perdagangan SBN yang turun menjadi

sebesar 247 kali perhari pada triwulan I 2010 dibandingkan dengan

frekuensi perdagangan pada bulan triwulan IV 2009 yang mencapai

260 kali per hari (Grafik 3.28).

Perbaikan kinerja underlying asset performance khususnya saham

dan SBN menyebabkan kinerja reksadana meningkat cukup

pesat. Beberapa kelompok reksadana yang mengalami peningkatan

cukup pesat diantaranya reksadana saham, pendapatan tetap dan

campuran, sedangkan reksadana ber basis surat utang tergolong stabil.

Indeks reksadana saham, pendapatan tetap dan campuran bergerak

naik sebesar 7,9%, 3,2% dan 8,9%. Dengan perkembangan tersebut,

NAB per Februari 2010 mencapai sebesar Rp113 triliun dan berpotensi

meningkat 30% pada tahun 2010.

4 Posisi SBN termasuk SBSN dan SPN.

Grafik 3.28

Frekuensi Perdagangan SUN

�������������

���

���

���

���

���

���

��

���

��

��

��

��

��

�� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �

���� ���� ���� ����

Grafik 3.29

Indeks Reksadana Campuran, Pendapatan Tetap dan Saham

�������������������������������������

���

���

���

���

���

��

���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ���� ����

Page 38: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

28

4. Perekonomian Indonesia ke Depan

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6,0% pada tahun 2010 dan

meningkat menjadi 6,0-6,5% pada tahun 2011. Dengan demikian, prospek ekonomi

Indonesia akan lebih baik dari prakiraan semula. Pemulihan ekonomi global yang lebih cepat

daripada prakiraan mendorong lebih optimisnya outlook pertumbuhan ekonomi dunia.

Pemulihan ekonomi terutama didorong oleh negara-negara berkembang Asia. Sejalan

dengan pemulihan perekonomian dunia tersebut, volume perdagangan dunia diprakirakan

meningkat di atas prakiraan sebelumnya. Dengan kondisi eksternal tersebut, pemulihan yang

terjadi di negara-negara mitra dagang Indonesia akan mendorong peningkatan barang-

barang ekspor Indonesia baik komoditas berbasis sumber daya alam maupun komoditas

manufaktur. Sementara itu, iklim investasi yang membaik disertai dengan konsumsi yang

tetap kuat merupakan faktor penopang pertumbuhan ekonomi dari sisi domestik. Perbaikan

iklim investasi tercermin pada peningkatan sovereign credit rating Indonesia. Peningkatan

kegiatan investasi tersebut disertai dengan perbaikan kinerja ekspor akan mendorong

terciptanya pendapatan masyarakat yang lebih tinggi. Berdasarkan imbangan risikonya,

volume perdagangan dunia merupakan faktor utama yang memengaruhi kinerja ekspor

dan sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi harga, secara keseluruhan inflasi ke depan diprakirakan tetap terjaga

pada sasaran yang ditetapkan yakni 5%±1% pada tahun 2010 dan 2011. Tekanan

inflasi diprakirakan belum signifikan sampai dengan paro pertama tahun 2010. Berdasarkan

sumbernya, tekanan inflasi dari eksternal terutama disumbang oleh peningkatan inflasi mitra

dagang sejalan dengan prakiraan membaiknya ekonomi global dan meningkatnya harga-

harga komoditas internasional. Dari sisi domestik, tekanan inflasi

diprakirakan berasal dari peningkatan permintaan sejalan dengan

prakiraan membaiknya perekonomian domestik. Namun, prakiraan

tersebut disertai dengan faktor risiko yang dapat timbul apabila sisi

produksi dan ekspektasi bergerak di luar dari yang diskenariokan.

ASUMSI DAN SKENARIO YANG DIGUNAKAN

Kondisi Perekonomian Internasional

Pemulihan ekonomi global yang lebih cepat daripada

prakiraan sebelumnya mendorong lebih optimisnya outlook

pertumbuhan ekonomi dunia. Pemulihan ekonomi terutama

didorong oleh negara-negara berkembang Asia seiring dengan

tingginya ekspor dan permintaan domestik yang kuat. Khusus di

Asia, dampak stimulus fiskal China mengakibatkan proses pemulihan

ekonomi China berjalan cukup cepat dan berhasil mendorong sektor

manufaktur China. Sementara itu, pertumbuhan perekonomian

negara Eropa diprakirakan relatif tertinggal terkait dengan masih

Tabel 4.1

Proyeksi PDB Dunia (% yoy)

2010 2011 2008 2009

Proyeksi

PDB Dunia 3,0 -0,8 3,9 4,3

Negara Maju 0,5 -3,2 2,1 2,4

Amerika Serikat 0,4 -2,5 2,7 2,4

Kawasan Euro 0,6 -3,9 1,0 1,6

Jepang -1,2 -5,3 1,7 2,2

Negara Maju Lainnya 1,7 -1,3 3,3 3,6

Negara Berkembang 6,0 2,0 6,0 6,3

Afrika 5,3 1,8 4,2 5,3

Eropa Timur dan Tengah 3,1 -4,3 2,0 3,7

Negara Persemakmuran 5,5 -7,5 3,8 4,0

Negara Berkembangan Asia 7,6 6,4 8,3 8,3

China 9,0 8,5 10,0 9,7

India 7,3 5,6 7,7 7,8

Negara Timur Tengah 5,3 2,2 4,5 4,8

Amerika Latin 4,2 -2,3 3,7 3,8

Sumber : MF, World Economic Outlook Update Januari 2010

Page 39: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perekonomian Indonesia ke Depan

29

tingginya level pengangguran dan persoalan defisit fiskal di beberapa negara Eropa. Namun,

fundamental perekonomian Asia yang cukup kuat mengakibatkan dampak lanjutan (spill-

over) krisis fiskal Uni Eropa menjadi relatif terbatas.

Perkembangan perekonomian dunia yang membaik tersebut menyebabkan IMF dalam

publikasinya di World Economic Outlook Update bulan Januari 2010 memprakirakan

pertumbuhan ekonomi dunia dapat mencapai 3,9% pada tahun 2010 dan meningkat menjadi

4,3% pada tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi dunia tersebut lebih tinggi dari prakiraan

sebelumnya sebesar 3,1% pada tahun 2010 (IMF, dalam publikasinya di World Economic

Outlook bulan Oktober 2009). Negara-negara berkembang, yang terutama didominasi oleh

China dan India, diprakirakan dapat tumbuh sebesar 6,0% pada tahun 2010. Pertumbuhan

tersebut menyamai kinerja pada tahun 2008. Sementara itu, negara maju diprakirakan dapat

tumbuh sebesar 2,1% pada tahun 2010 dan 2,4% pada tahun 2011 (Tabel 4.1).

Sejalan dengan pemulihan perekonomian dunia tersebut, volume perdagangan dunia

diprakirakan meningkat di atas prakiraan sebelumnya. IMF dan World Bank pada bulan

Januari 2010 merevisi ke atas prakiraan pertumbuhan volume perdagangan dunia pada

tahun 2010 menjadi sebesar 5,8% dan 4,3% (yoy), melonjak tajam dibandingkan dengan

prakiraan sebelumnya sebesar masing-masing 2,5% dan 3,8%. Sementara untuk tahun 2011,

lembaga-lembaga tersebut memprakirakan volume perdagangan dunia kembali meningkat

menjadi sebesar 6,3% dan 6,2% (yoy). Lembaga internasional lainnya yaitu World Trade

Organisation (WTO) memprakirakan volume perdagangan dunia pada tahun 2010 meningkat

sangat tajam menjadi sebesar 9,5% (yoy).

Skenario Kebijakan Fiskal

Seiring dengan perkembangan ekonomi makro Pemerintah merencanakan perubahan

APBN 2010 atau RAPBNP 2010. Perubahan APBN 2010 ditujukan antara lain untuk (i)

mengantisipasi perubahan indikator ekonomi makro, (ii) menjaga stabilitas harga barang

dan jasa di dalam negeri; serta (iii) mempercepat pelaksanaan program-program prioritas

pembangunan nasional di tahun 2010 dan jangka menengah. Perubahan tersebut berdampak

pada melebarnya defisit APBN dari sebelumnya 1,6% PDB menjadi 2,1% PDB akibat lebih

besarnya kenaikan pengeluaran dibandingkan dengan kenaikan penerimaan.

Di sisi penerimaan, terjadi tambahan pendapatan yang terutama bersumber dari penerimaan

migas sejalan dengan asumsi harga minyak mentah yang lebih tinggi. Di sisi pengeluaran,

terjadi tambahan belanja yang dilakukan dalam rangka mengakomodir perubahan asumsi

ekonomi makro, menjaga stabilitas harga barang dan jasa, menampung anggaran belanja

untuk program-program prioritas pembangunan yang belum diakomodir di dalam APBN

2010 dan menjaga rasio anggaran pendidikan agar tetap sebesar 20% dari total belanja

negara. Di sisi pembiayaan defisit, meningkatnya defisit tersebut sebagian besar akan dibiayai

melalui tambahan sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA).

Page 40: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

30

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5%-6,0% pada tahun 2010 (lebih

baik dari prakiraan semula sebesar 5,0%-5,5%) dan meningkat menjadi 6,0%-6,5% pada

tahun 2011. Akselerasi kegiatan perekonomian didukung oleh sisi eksternal yang membaik

serta permintaan domestik yang tetap kuat. Dari sisi eksternal, kegiatan ekspor barang

dan jasa terutama bersumber dari pemulihan ekonomi global baik di negara maju maupun

negara berkembang. Pemulihan yang terjadi di negara-negara mitra dagang Indonesia

akan mendorong peningkatan barang-barang ekspor Indonesia. Selanjutnya, hal tersebut

akan mendorong sektor-sektor yang terkait ekspor untuk tumbuh tinggi seperti sektor

industri pengolahan serta sektor perdagangan. Di samping kinerja ekspor yang membaik

tersebut, kegiatan konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap tumbuh tinggi sejalan dengan

pendapatan yang lebih tinggi karena income effect dari perbaikan ekspor dan terjaganya

tingkat keyakinan konsumen.

Prospek Permintaan Agregat

Konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap mencatat pertumbuhan yang cukup

tinggi, yakni sebesar 4,5%-5,0% pada tahun 2010 dan 2011. Cukup tingginya

pertumbuhan konsumsi rumah tangga disebabkan oleh perbaikan yang terjadi di sisi

eksternal. Ekspor yang telah menunjukkan kinerja positif pada triwulan IV 2009 memberikan

dampak bagi meningkatnya pendapatan masyarakat. Hal tersebut tercermin pada ekspektasi

penghasilan 6 bulan yang akan datang hasil Survei Konsumen Bank Indonesia.

Di sisi lain, iklim investasi yang semakin kondusif dan prospek perekonomian yang cerah akan

mendorong investor untuk melakukan investasi baik dalam bentuk peningkatan kapasitas

produksi maupun perluasan usaha. Investasi yang lebih tinggi akan turut berkontribusi pada

peningkatan pendapatan. Dalam situasi demikian, daya beli masyarakat akan semakin kuat.

Prakiraan akselerasi konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi juga didukung oleh terjaganya

tingkat keyakinan konsumen dan inflasi. Berbagai indikator menunjukkan perkembangan

yang sangat baik bahkan tren yang terus meningkat. Pertumbuhan penjualan motor dan

I II III IVKomponen

Tabel 4.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 5,3 6,0 4,8 4,7 4,0 4,9 4,5 - 5,0 4,8 - 5,3

Konsumsi Pemerintah 10,4 19,2 17,0 10,3 17,0 15,7 5,9 - 6,9 8,8 - 9,8

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 11,9 3,5 2,4 3,2 4,2 3,3 8,8 - 9,3 10,8 - 11,3

Ekspor Barang dan Jasa 9,5 -18,7 -15,5 -7,8 -3,7 -9,7 10,2 - 11,0 11,0 - 12,0

Impor Barang dan Jasa 10,0 -24,4 -21,0 -14,7 1,6 -15,0 12,5 - 13,5 14,8 - 15,8

PDB 6,0 4,5 4,1 4,2 5,4 4,5 5,5 - 6,0 6,0 - 6,5

20082009

2010* 2011*2009

YOY, Tahun Dasar 2000

Page 41: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perekonomian Indonesia ke Depan

31

mobil menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Demikian juga, impor barang

konsumsi tercatat mengalami akselerasi.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada tahun 2010 diprakirakan mengalami

perlambatan sebesar 5,9%-6,9%, dan kembali meningkat menjadi sekitar 8,8%-

9,8% pada tahun 2011. Pada tahun 2010, perlambatan konsumsi pemerintah diprakirakan

terjadi baik di pusat maupun daerah, yang disebabkan oleh menurunnya alokasi bantuan

sosial dan belanja lainnya. Sementara pada tahun 2011, meningkatnya alokasi belanja

pegawai dan belanja barang serta kembali meningkatnya dana bantuan sosial akan

mendorong akselerasi konsumsi pemerintah. Selain itu, dana perimbangan untuk daerah

juga mengalami peningkatan seiring dengan prakiraan meningkatnya penerimaan pajak

dan migas pemerintah.

Perbaikan iklim investasi serta prospek perekonomian yang lebih cerah akan

mendorong akselerasi pertumbuhan investasi. Investasi diprakirakan mampu

tumbuh mencapai 8,8%-9,3% dan 10,8%-11,3% pada tahun 2010 dan 2011. Iklim

investasi pada tahun 2010 diprakirakan mengalami perbaikan seiring dengan peningkatan

credit rating oleh beberapa lembaga pemeringkat Internasional. Pada tanggal 25 Januari

2010, Fitch Ratings menaikkan sovereign rating Indonesia menjadi BB+ dari semula BB

dengan stable outlook. Dengan peningkatan tersebut, peringkat Indonesia tinggal 1 notch

lagi di bawah investment grade. Selain itu, pada tanggal 12 Maret 2010, S&P juga menaikan

sovereign rating Indonesia dari BB- ke BB.

Optimisme akan cerahnya prospek investasi turut diperkuat oleh beberapa hasil survei Bank

Indonesia. Hasil Survei Persepsi Pasar menunjukkan 80,3% dari responden menyatakan bahwa

tahun 2010 merupakan saat yang tepat melakukan investasi, sedangkan hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha menunjukkan peningkatan nilai investasi ke depan. Di sisi lain, akselerasi

pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pemulihan ekspor akan mendorong peningkatan

aktivitas di sisi produksi. Indikasi tersebut diperlihatkan oleh beberapa indikator seperti impor

bahan baku dan impor barang modal yang tercatat meningkat sejak triwulan IV 2009.

Berdasarkan jenis investasi, investasi nonbangunan diprakirakan mencatat pertumbuhan

yang tinggi. Relatif murahnya biaya kredit serta kondusifnya fundamental perekonomian

menjadi faktor pendorong bagi pertumbuhan investasi nonbangunan. Meskipun suku bunga

BI Rate tidak lagi mengalami penurunan sejak Agustus 2009 hingga saat ini namun suku

bunga kredit diprakirakan masih akan mengalami penurunan dikarenakan adanya jeda (lag)

kebijakan moneter. Secara historis, bunga kredit yang lebih murah diikuti oleh pertumbuhan

investasi nonbangunan yang meningkat karena kucuran kredit investasi yang diprakirakan

akan semakin tinggi.

Sementara itu, investasi bangunan pada tahun 2010 dan 2011 diprakirakan tumbuh

stabil. Pertumbuhan investasi bangunan didorong oleh berjalannya program-program

pemerintah terkait infrastruktur serta maraknya pembangunan properti. Optimisme terhadap

pertumbuhan investasi bangunan didukung oleh berbagai indikator seperti konsumsi semen

dan penjualan semen yang berada pada tren yang meningkat.

Page 42: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

32

Perkembangan ekonomi global yang semakin membaik akan meningkatkan

permintaan barang-barang dari Indonesia sehingga ekspor diprakirakan tumbuh

sebesar 10,2%-11,0% pada tahun 2010 dan meningkat 11,0%-12,0% pada tahun

2011. Berdasarkan karakteristik negara tujuan ekspor, mitra dagang Indonesia terdiri dari

negara-negara berkembang (seperti China, India, dan negara-negara ASEAN) maupun negara

maju (terutama AS, Jepang dan Eropa). Namun, porsi ekspor dari Indonesia berdasarkan

negara tujuan tersebut menunjukkan perkembangan yang berbeda. Ekspor ke negara-negara

berkembang menunjukkan porsi yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, sementara

ekspor ke negara-negara maju menunjukkan hal yang sebaliknya.

Kondisi di atas menyebabkan ekspor dari Indonesia mempunyai potensi untuk terakselerasi

pada periode mendatang, karena negara-negara berkembang cenderung menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding dengan negara-negara maju. Potensi

akselerasi ekspor dari Indonesia tercermin pada prakiraan pertumbuhan ekonomi negara-

negara mitra dagang Indonesia. IMF memprakirakan bahwa negara-negara berkembang

kemungkinan tumbuh sebesar 6,0% pada tahun 2010 dan 6,3% pada tahun 2011.

Sementara itu, negara-negara maju diprakirakan tumbuh sebesar 2,1% pada tahun 2010

dan 2,4% pada tahun 2011.

Selain didukung oleh permintaan yang meningkat dari negara mitra dagang, prospek ekspor

juga didukung oleh karakteristik ekspor Indonesia yang sebagian besar adalah komoditas-

komoditas berbasis sumber daya alam. Pada semester kedua 2009 di saat pemulihan

ekonomi global mulai terjadi, komoditas ekspor berbasis sumber daya alam memberikan

kontribusi pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding dengan komoditas manufaktur.

Komoditas tersebut terdiri dari barang-barang hasil pertanian (seperti karet, kayu, hasil laut),

hasil pertambangan (seperti batu bara, nikel, dan tembaga), serta CPO (Crude Palm Oil).

Komoditas berbasis sumber daya alam merupakan input di bagian awal dari mata rantai

produksi untuk menghasilkan barang-barang sekunder seperti barang manufaktur. Dalam

kondisi pascakrisis, aktivitas proses produksi akan berlangsung dengan intensif sehingga

permintaan hasil ekspor Indonesia akan meningkat lebih tinggi.

Sementara itu, komoditas manufaktur juga akan mengalami peningkatan seiring dengan

prospek pemulihan ekonomi yang membaik terutama di negara-negara maju. Komoditas

manufaktur hasil ekspor Indonesia antara lain produk-produk kimia, kertas serta tekstil.

Pertumbuhan ekspor dan aktivitas permintaan domestik yang meningkat akan

mendorong kegiatan impor barang dan jasa untuk tumbuh mencapai 12,5%-13,5%

pada tahun 2010, dan selanjutnya tumbuh 14,8%-15,8% pada tahun 2011. Kegiatan

ekspor terutama ke negara-negara mitra dagang yang meningkat akan membutuhkan bahan

baku baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Kebutuhan bahan baku dari luar

negeri akan dipenuhi dalam bentuk impor sehingga mendorong impor barang dan jasa untuk

tumbuh meningkat. Hubungan yang kuat antara ekspor dan pemenuhan kebutuhan bahan

baku dalam bentuk impor ini terlihat pada pertumbuhan ekspor dan impor yang searah.

Dari sisi domestik, meningkatnya kegiatan investasi juga akan mendorong impor barang

modal dan penggunaan bahan baku impor yang meningkat. Impor barang modal antara lain

Page 43: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perekonomian Indonesia ke Depan

33

berupa mesin/pesawat mekanik, peralatan listrik, dan lain-lain. Impor bahan baku berupa

besi dan baja, bahan-bahan kimia, dan lain-lain, yang akan menjadi input bagi sektor industri

di dalam negeri. Selain untuk memenuhi kegiatan investasi dalam negeri, kegiatan impor

juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan barang konsumsi rumah tangga. Barang-barang

konsumsi yang dominan diimpor antara lain bahan makanan dan minuman jadi, pakaian,

dan juga kendaraan bermotor.

Prospek Penawaran Agregat

Secara umum, prakiraan sektor-sektor PDB terkini mengalami koreksi ke atas

dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya. Pemulihan ekonomi negara mitra dagang

telah mendorong sektor industri berorientasi ekspor tumbuh lebih tinggi. Sejalan dengan itu,

sektor perdagangan mulai menggeliat, didorong oleh meningkatnya impor.

Pertumbuhan sektor pertanian di tahun 2010 diprakirakan lebih tinggi dari tahun

sebelumnya (mencapai 4,1-4,4%) meskipun terkena imbas fenomena El Nino.

Selanjutnya pada tahun 2011, sektor pertanian diprakirakan dapat tumbuh 4,4%-

4,6%. Kinerja sektor pertanian diprakirakan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah.

Pemerintah berupaya melakukan pengawalan dan pemantauan intensif daerah-daerah yang

berpotensi terjadi kekeringan akibat El Nino. Pemerintah juga akan memberikan batuan

berupa pompa air dan bantuan benih unggul. Selain itu, Pemerintah telah berencana untuk

tetap menjaga swasembada beras dalam rangka ketahanan pangan. Program ketahanan

dan swasembada pangan mendorong pemerintah untuk mengembangkan sektor pertanian

melalui ekspansi lahan tanam, penyediaan bibit unggul dan perbaikan infrastruktur

pertanian.

Pengembangan pertanian yang kini tengah digarap pemerintah terfokus pada 3 kawasan

yaitu Dumai (Riau), Sumatera Utara (bekas Inalum) dan Merauke (Papua). Untuk Dumai dan

Sumatera Utara, pengembangan lahan pertanian ditujukan dalam rangka mendukung daerah

I II III IVS e k t o r

Tabel 4.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 4,8 5,9 2,9 3,3 4,6 4,1 4,1 - 4,4 4,4 - 4,6

Pertambangan & Penggalian 0,7 2,6 3,4 6,2 5,2 4,4 4,2 - 4,4 4,4 - 4,6

Industri Pengolahan 3,7 1,5 1,5 1,3 4,2 2,1 4,1 - 4,4 4,4 - 4,7

Listrik, Gas & Air Bersih 10,9 11,2 15,3 14,5 14,0 13,8 13,6 - 14,2 14,2 - 14,5

Bangunan 7,5 6,2 6,1 7,7 8,0 7,1 8,1 - 8,5 8,3 - 9,2

Perdagangan, Hotel & Restoran 6,9 0,6 (-0,0) (-0,2) 4,2 1,1 5,1 - 5,5 5,7 - 6,2

Pegangkutan & Komunikasi 16,6 16,8 17,0 16,4 12,2 15,5 12,6 - 14,3 12,8 - 14,2

Keuangan, Persewaan & Jasa 8,2 6,3 5,3 4,9 3,8 5,0 4,9 - 5,3 5,5 - 5,9

Jasa - Jasa 6,2 6,7 7,2 6,0 5,7 6,4 4,9 - 5,2 5,7 - 6,0

PDB 6,0 4,5 4,1 4,2 5,4 4,5 5,5 - 6,0 6,0 - 6,5

20082009

2010* 2011*2009

YOY, Tahun Dasar 2000

Page 44: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

34

tersebut menjadi basis industri minyak kelapa sawit mentah (CPO). Di Merauke, Papua,

pemerintah mengembangkan lahan pangan yang cukup luas (food estate). Lahan pangan

tersebut berupa kawasan penanaman kelapa sawit, kedelai, tebu, jagung dan padi. Saat ini,

seluas 500 ribu hektar lahan telah digunakan untuk mengembangkan tanaman jagung sejak

tahun 2008. Pengembangan tanaman jagung tersebut dilakukan dalam rangka mendukung

swasembada pangan nasional.

Dalam rangka mendorong produksi beras, pemerintah mendorong pengembangan produksi

padi unggul. Data Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian

menunjukkan bahwa lembaga tersebut telah mampu mengembangkan 7 varietas padi

hibrida, yaitu Galur CMS A1, Galur CMS A2, Galur Restorer R.17, Galur Restorer R.32, Hipa

5 Ceva, Hipa 6 Jete dan IR 8025A/BR827-35. Namun produktivitas dari benih padi hibrida

tersebut masih kalah dengan varietas yang dimiliki China. Persaingan dari sisi harga dan

produktivitas beras China menjadi tantangan yang berat di tahun 2015. Untuk itu pemerintah

akan mendorong para peneliti di Kementerian Pertanian untuk menyiapkan dan menghasilkan

varietas padi unggul yang dapat bersaing dengan China.

Konsumsi jagung ke depan diprakirakan akan terus meningkat. Upaya pemerintah

mendorong peningkatan konsumsi jagung oleh masyarakat dimaksudkan untuk menurunkan

ketergantungan pada beras sebagai makanan pokok. Selain itu, pengembangan tanaman

jagung juga didorong oleh permintaan yang meningkat dari peternakan unggas. Produksi

unggas diprakirakan tumbuh cukup tinggi rata-rata sekitar 30% dan jagung merupakan

bahan pakan utama untuk peternakan unggas.

Kinerja sektor pertambangan pada tahun 2010 diprakirakan mencapai 4,2%-4,4%, dan

pada tahun 2011 tumbuh sebesar 4,4%-4,6%. Penurunan produksi tambang tercermin

pada target penjualan emas yang menurun di tahun 2010 dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Penetapan target tersebut telah mempertimbangkan ekspektasi kadar emas

serta jumlah produksi bijih. Selain itu produksi minyak dan gas Indonesia diprakirakan akan

di bawah harapan. Beberapa hal menjadi penyebab rendahnya produksi migas nasional, yaitu

(i) usia sumur yang sudah tua, rata-rata memiliki natural decline 12%, sehingga diperlukan

temuan lapangan sumur yang baru, (ii) kondisi peralatan penunjang produksi sebagian besar

telah memasuki usia tua dan membutuhkan investasi tambahan untuk pemeliharaan atau

penggantian, (iii) anggaran eksplorasi migas yang relatif masih terbatas.

Kinerja sektor pertambangan terutama didukung oleh pertambangan batubara. Produksi

batubara tahun 2010 diprakirakan malampaui produksi tahun 2009. Produksi batubara

tahun 2010 diprakirakan mencapai 280 juta ton, lebih tinggi dari produksi tahun 2009

yang mencapai 250 juta ton. Prakiraan meningkatnya produksi batubara nasional didukung

oleh perkembangan terakhir produksi batubara yang meningkat signifikan menjelang akhir

kuartal pertama tahun 2010. Permintaan pasokan batubara diprediksi datang dari negara-

negara seperti India, China dan Jepang. Meskipun permintaan dari eksternal diprakirakan

meningkat, hal itu tidak akan memengaruhi pasokan batubara domestik.

Sektor industri pengolahan diprakirakan tumbuh sebesar 4,1%-4,4% pada tahun

2010 dan 4,4%-4,7% pada tahun 2011. Membaiknya perekonomian domestik dan global

Page 45: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perekonomian Indonesia ke Depan

35

mendorong optimisme di sektor industri pengolahan. Ekspor yang mulai membaik, daya beli

yang meningkat baik dari eksternal maupun domestik, mendorong peningkatan produksi

di sektor ini. Dengan komitmen pemerintah untuk memperbaiki berbagai kendala dalam

kegiatan usaha seperti infrastruktur (jalan dan energi) serta penyederhanaan berbagai aturan

akan mendorong kian berkembangnya sektor ini.

Industri makanan dan minuman merupakan industri yang tetap berkinerja baik di tahun

lalu sementara industri lain terpuruk. Kinerja yang baik tersebut diprakirakan tetap berlanjut

pada tahun-tahun mendatang. Produksi air minum dalam kemasan sepanjang tahun 2010

diprakirakan mencapai 13,7 miliar liter, atau tumbuh 7,03% dibandingkan dengan produksi

tahun 2009 yang mencapai 12,8 miliar liter. Kementrian Perindustrian telah menerbitkan

Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk air minum dalam kemasan (AMDK). Penerbitan

SNI tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 69/2009 tanggal 3

Juli 2009 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) AMDK secara wajib. Dengan

berlakunya SNI, maka produk AMDK Indonesia diharapkan siap bersaing secara global.

Sementara itu, aktivitas yang meningkat dari pembangunan infrastruktur dan berbagai

pembangunan pabrik mendorong meningkatnya kegiatan di industri-industri terkait dengan

sektor bangunan. Untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan ke depan beberapa

pelaku di industri semen berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Tren

konsumsi yang meningkat juga mendorong peningkatan produksi industri baja dan industri

komponen otomotif.

Industri alas kaki akan menerima relokasi pabrik sepatu dari 10 investor yang berasal dari

Taiwan, China, Korea dan Thailand. Investasi dari investor-investor tersebut diprakirakan

mencapai 20 juta dolar AS. Sejumlah lokasi di Indonesia yang dinilai kondusif dan strategis

untuk pengembangan industri alas kaki dari investor-investor tersebut yakni Tangerang,

Sidoarjo, Mojokerto, Pasuruan dan Bandung. Dari sisi infrastruktur daerah-daerah tersebut

dinilai relatif siap dijadikan sebagai basis produksi. Investasi kesepuluh investor itu diprakirakan

dapat menyerap sekitar 10.000 tenaga kerja baru. Rencana relokasi perusahaan sepatu asing

ke Indonesia disebabkan oleh upah buruh yang relatif lebih murah di Indonesia. Selain itu,

perizinan dan kondisi politik di Indonesia terus membaik.

Kondisi ekonomi yang membaik serta daya beli yang meningkat diprakirakan

mendorong sektor perdagangan, hotel dan restoran untuk tumbuh mencapai

5,1%-5,5% pada tahun 2010, lalu berlanjut sebesar 5,7%-6,2% pada tahun 2011.

Peningkatan kegiatan subsektor perdagangan tercermin pada indeks penjualan eceran yang

berada dalam tren yang meningkat. Seiring dengan berlakunya pasar bebas Asean-China

Free Trade Agreement (ACFTA), para pedagang akan mempunyai sumber pasokan yang

lebih besar untuk diperdagangkan. Barang-barang impor diprakirakan cukup mempunyai

pasar yang besar di Indonesia, hal itu tercermin dari besarnya keterkaitan impor dengan

perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh tinggi dalam kisaran

12,6%-14,3% pada tahun 2010, dan 12,8%-14,2% pada tahun 2011. Aktivitas ekonomi

yang meningkat, seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi, diprakirakan mendorong

Page 46: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

36

peningkatan kegiatan transportasi. Untuk mengantisipasi meningkatnya aktivitas perjalanan,

beberapa maskapai penerbangan berinvestasi untuk peremajaan dan penambahan armada

baru serta membuka rute penerbangan baru. Investasi tersebut selanjutnya akan diikuti

oleh perbaikan pelayanan kepada konsumen agar maskapai penerbangan domestik dapat

bersaing dalam menghadapi ASEAN Open Sky Policy.

Untuk meningkatkan kinerja industri penerbangan pemerintah memberikan insentif

fiskal dalam bentuk pemberian bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) untuk suku

cadang pesawat di Indonesia. Sebanyak 30 maskapai penerbangan berjadwal dan sewa

memanfaatkan insentif tersebut. Ke-30 maskapai itu akan memanfaatkan insentif fiskal

suku cadang pesawat dengan pagu Rp312 miliar.

Di subsektor komunikasi, saat ini produsen industri telekomunikasi memfokuskan diri pada

pengembangan broadband dalam rangka perluasan penetrasi internet. Pengembangan mobile

broadband dipercaya dapat bermanfaat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat, baik

dari segi sosial maupun ekonomi. Hal tersebut dapat terwujud bila layanan broadband dapat

tersedia dalam jumlah yang cukup dan dengan kualitas yang baik. Untuk itu Kementerian

Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bertekad mendorong keberadaan broadband agar

mampu mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi. Untuk mengembangkan mobile broadband

pemerintah telah mengeluarkan sebanyak 8 WiMAX licenses yang diberikan di beberapa zona

sejak Juli 2009, dan diprakirakan akan mulai melayani secara komersial awal 2010.

Sektor bangunan diprakirakan dapat tumbuh mencapai 8,1%-8,5% pada tahun 2010

dan 8,3%-9,2% pada tahun 2011. Aktivitas sektor bangunan diprakirakan didorong oleh

pembangunan infrastruktur. Pemerintah telah berkomitmen untuk memperbaiki kondisi

infrastruktur di Indonesia untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Dari proyek energi

10.000 MW tahap I telah beroperasi sekitar 1.900 MW tahun 2009. Tambahan sebesar 2.400

MW akan terealisir di tahun 2010 dan sebesar 5.000 MW di tahun 2011. Proyek 10.000

MW yang siap beroperasi tahun 2010 yaitu PLTU Labuan unit 1 dan 2, PLTU Rembang unit

1 dan 2, PLTU Suralaya, PLTU Indramayu unit 1,2, dan 3 serta Paiton. Dengan beroperasinya

beberapa PLTU dari program energi 10.000 MW tahap I diharapkan dapat memperkuat sistem

kelistrikan Jawa-Bali, mengingat kebutuhan listrik tiap tahun meningkat sekitar 7%.

Sementara itu, proyek energi 10.000 MW tahap II baru mulai ditenderkan pada pertengahan

April 2010 dan diprakirakan sudah beroperasi tahun 2014. Pembangunan proyek energi

10.000 MW tahap II akan dibagi dalam beberapa termin. Termin I akan dibangun sebesar

3.976 MW pada tahun 2010 dan termin II akan dibangun sebesar 3.500 MW. Sisanya

akan dilanjutkan pada tahun berikutnya. Nilai investasi proyek energi 10.000 MW tahap II

diprakirakan sebesar 16,34 miliar dolar AS, yang terdiri dari proyek pembangkit senilai 15,96

miliar dolar AS dan pembangunan transmisi sebesar 383 juta dolar AS. Pendanaan dari proyek

ini berasal dari APBN, kas PT PLN, Japan International Cooperation Agency (JICA), pinjaman

dari China, dan Bank Pembangunan Asia (ADB). Proyek-proyek pembangkit listrik yang akan

dibangun akan menggunakan bahan bakar energi terbarukan, batubara dan gas.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa diprakirakan tumbuh 4,9%-5,3% pada tahun

2010, dan meningkat sebesar 5,5%-5,9% pada tahun 2011. Kegiatan ekonomi yang

Page 47: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Perekonomian Indonesia ke Depan

37

lebih aktif diprakirakan meningkatkan permintaan akan jasa intermediasi sektor keuangan.

Sementara itu, dengan munculnya tanda-tanda pemulihan ekonomi global dan domestik

yang kian menguat, respons perbankan terhadap perkembangan suku bunga ke depan

diprakirakan semakin membaik. Beberapa bank telah menyatakan keinginannya untuk

mendukung perkembangan sektor riil, terutama UMKM. Dengan demikian dukungan

pendanaan bagi kegiatan ekonomi akan tersedia dengan lebih mudah dan murah.

PRAKIRAAN INFLASI

Di sisi harga, tekanan inflasi diprakirakan belum akan signifikan sampai dengan semester

I-2010. Secara keseluruhan, inflasi ke depan diprakirakan tetap terjaga pada

sasaran yang ditetapkan yakni 5%±1% pada tahun 2010 dan 2011. Pada tahun

2010, tekanan inflasi dari sisi eksternal terutama disumbang oleh peningkatan inflasi mitra

dagang sejalan dengan prakiraan membaiknya ekonomi global dan meningkatnya harga-

harga komoditas internasional. Dari sisi domestik, tekanan inflasi diprakirakan berasal dari

peningkatan permintaan sejalan dengan prakiraan membaiknya perekonomian domestik. Hal

tersebut sebagaimana diindikasikan oleh total kapasitas utilisasi yang menunjukkan sedikit

peningkatan. Di sisi lain, ekspektasi inflasi cenderung membaik, terlihat dari hasil berbagai

survei yang menunjukkan menurunnya ekspektasi inflasi pada tahun 2010. Membaiknya

ekspektasi inflasi ini sejalan dengan komitmen Bank Indonesia untuk tetap menjaga inflasi

berada dalam kisaran sasaran. Dari sisi inflasi volatile food, gangguan cuaca berupa banjir

di beberapa sentra produksi beras diprakirakan hanya memberikan tekanan inflasi yang

moderat di tengah meningkatnya harga pangan internasional.

Selanjutnya pada tahun 2011, tekanan inflasi inti diprakirakan sejalan dengan perbaikan

perekonomian domestik dan global yang terus berlanjut. Sementara itu, inflasi volatile food

diprakirakan relatif tetap. Relatif tetapnya inflasi volatile food terutama karena produksi dan

distribusi bahan makanan diprakirakan berjalan lancar sebagaimana tahun 2010. Inflasi

administered diprakirakan sedikit meningkat sejalan dengan kenaikan harga komoditas

internasional dan harga minyak dunia. Selain itu, pada 2011 juga diprakirakan tidak terjadi

kenaikan harga barang/jasa yang bersifat strategis (strategic administered) seperti BBM

subsidi, tarif listrik, serta tarif angkutan.

Faktor Risiko

Pertumbuhan PDB yang lebih optimis dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya tetap

mengandung beberapa risiko baik yang bersumber dari faktor eksternal maupun domestik.

Tingginya ketidakpastian yang memengaruhi prakiraan tersebut menyebabkan diperlukannya

metode untuk mengkuantifisir berbagai imbangan risiko, salah satunya dengan menggunakan

fan chart.

Pemulihan ekonomi global yang terus menunjukkan perbaikan dapat mendorong volume

perdagangan dunia pada tahun 2010 tumbuh lebih tinggi dibanding dengan prakiraan.

Sejalan dengan peningkatan volume perdagangan dunia tersebut, harga komoditas nonmigas

Page 48: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

38

berpotensi tumbuh lebih tinggi dibanding dengan prakiraan. Apabila aktivitas perdagangan

dunia tumbuh lebih tinggi, permintaan barang-barang ekspor Indonesia diprakirakan

meningkat. Sementara itu, peningkatan harga komoditas akan mendorong eksportir untuk

melakukan ekspor lebih banyak.

Selanjutnya, pada tahun 2011 perkembangan perekonomian dunia

secara umum diprakirakan membaik. Namun, terdapat faktor risiko

global yang bersumber dari (i) kemungkinan timbulnya financial system

distress, (ii) masih terbatasnya ketersediaan kredit, dan (iii) risiko inflasi

karena ekses likuiditas global dan asset price bubbles. Hal-hal tersebut

menyebabkan pertumbuhan ekonomi global berisiko tumbuh lebih

rendah dari prakiraan. Dengan demikian, pada 2011 masih terdapat

downside risk dari volume perdagangan dunia.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, prakiraan PDB ke depan beserta

imbangan risikonya pada 2010 dan 2011 tergambar pada fan chart PDB

(Grafik 4.1). Fan chart PDB juga menggambarkan tingkat ketidakpastian/

uncertainty prakiraan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi pada

tahun 2011 dibanding dengan prakiraan PDB 2010, tercermin pada kisaran

grafik fan chart yang semakin melebar dari tahun 2010 ke 2011.

Seperti halnya dengan prakiraan PDB, prakiraan inflasi juga disertai

oleh faktor ketidakpastian yang cukup besar, terutama risiko terjadinya

kenaikan harga administered. Selain itu, faktor risiko juga timbul apabila

produksi dan distribusi pangan lebih buruk dari yang diprakirakan.

Selain faktor risiko yang dapat membawa proyeksi inflasi lebih tinggi

dari yang diprakirakan, juga terdapat faktor yang dapat menurunkan

tekanan inflasi yang berasal dari membaiknya ekspektasi inflasi. Potensi

lebih membaiknya ekspektasi inflasi diprakirakan bersumber dari

meningkatnya keyakinan masyarakat terhadap upaya Bank Indonesia

dalam mencapai sasaran inflasi. Berdasarkan faktor-faktor tersebut,

prakiraan inflasi ke depan beserta imbangan risikonya pada 2010 dan

2011 tergambar pada fan chart inflasi (Grafik 4.2).

Grafik 4.1

Fan Chart PDB 2010-2011

���� ���� ��� ��� �� ��� ��� �� ��� ��� ��

���� ���� ���� �������� ��

������

Grafik 4.2

Fan Chart Inflasi 2010-2011

��

��

��

��

��

��

��

��

����� �����

��� �� ��� ��� �� ��� ��� �� ��� ��� ������ ���� ���� ����

���� ������

��

Page 49: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV-2009

39

5. Respons Kebijakan Moneter Triwulan I-2010

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 6 April 2010 memutuskan untuk

mempertahankan BI Rate sebesar pada level 6,50%. Keputusan tersebut diambil setelah

mencermati dan mengevaluasi perkembangan perekonomian pada triwulan I 2010 dan

membahas prospek ekonomi ke depan. Bank Indonesia memandang bahwa tingkat BI Rate

sebesar 6,50 % masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2010 sebesar 5%+1% dan

arah kebijakan moneter saat ini juga dipandang masih kondusif bagi proses pemulihan

perekonomian dan berlangsungnya intermediasi perbankan.

Inflasi pada Maret 2010 menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Secara bulanan,

IHK tercatat deflasi sebesar 0,14% (mtm) atau secara tahunan tercatat sebesar 3,43% (yoy).

Mencermati perkembangan tersebut, inflasi tahun 2010 secara keseluruhan diyakini akan

berada pada kisaran sasaran sebesar 5%±1%.

Kondisi perbankan hingga saat ini masih relatif terjaga. Likuiditas perekonomian menunjukkan

peningkatan selama triwulan I 2010. Hingga Februari 2010, pertumbuhan kredit juga

menunjukkan perkembangan yang positif hingga mencapai 9,4% (yoy). Di sisi mikro, industri

perbankan dalam kondisi stabil seperti tercermin dari masih tingginya tingkat kecukupan

modal CAR dan terjaganya NPL gross di level 4%.

Ke depan, kebijakan moneter diarahkan untuk secara konsisten menjaga inflasi yang

rendah dengan tetap memerhatikan upaya percepatan pemulihan ekonomi. Berbagai

upaya akan dilakukan untuk semakin mendorong efektifitas transmisi kebijakan moneter,

termasuk melalui peningkatan efisiensi perbankan. Di samping itu, Bank Indonesia juga

akan melakukan upaya untuk mengelola risiko agar stabilitas moneter dan stabilitas sistem

keuangan tetap dapat dipertahankan. Sejumlah langkah yang akan ditempuh antara lain

mengelola ekses likuiditas di pasar uang dan perbankan agar kondusif bagi upaya memelihara

stabilitas moneter dan stabilitas sistem keugangan, dan penguatan sinergi kebijakan antara

Bank Indonesia dan Pemerintah. Di tingkat pusat, sinergi dilakukan melalui Tim Koordinasi

Penetapan Sasaran, Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI), dan di tingkat daerah

dilakukan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Melalui forum tersebu, diupayakan

tekanan-tekanan inflasi yang bersumber dari sisi penawaran (supply) dapat diatasi.

Page 50: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

40

Tabel Statistik

Tabel 1

Suku Bunga Pasar Uang. Deposito Berjangka. dan Kredit

(Persen per Tahun)

PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*

Tingkat Diskonto

SBI*

Suku Bunga Deposito Berjangka ** Suku Bunga Kredit**

1bulan

3bulan

6bulan

12bulan

24bulan

5.95 7.44 6.50 6.93 7.35 8.04 9.42 13.31 13.78

6.95 8.25 6.98 7.19 7.11 7.11 8.05 13.36 13.65

6.92 10.00 9.16 8.51 8.01 8.65 8.82 14.51 14.47

9.44 12.75 11.98 11.75 10.17 10.95 12.39 16.23 15.66

10.28 12.73 11.61 12.19 12.10 12.02 12.64 16.35 15.90

10.23 12.50 11.34 11.70 12.09 12.28 12.61 16.15 15.94

8.90 11.25 10.47 11.05 11.52 12.36 12.47 15.82 15.66

5.97 9.75 8.96 9.71 10.70 11.63 11.84 15.07 15.10

7.52 9.00 8.13 8.52 9.29 10.17 11.73 14.49 14.53

5.58 8.75 7.46 7.87 8.40 9.54 11.73 13.88 13.99

6.83 8.25 7.13 7.44 7.80 8.91 11.24 13.31 13.45

4.33 8.00 7.19 7.42 7.65 8.24 10.83 13.00 13.01

8.01 7.96 6.88 7.26 7.57 7.79 10.06 12.88 12.59

8.43 8.73 7.19 7.49 7.79 7.78 9.91 12.99 12.51

9.37 9.71 9.26 9.45 9.14 9.34 9.83 13.93 13.32

9.40 10.83 10.75 11.16 10.34 10.43 8.62 15.22 14.40

8.04 8.21 9.42 10.65 10.45 11.31 8.33 14.99 14.05

6.96 6.95 8.52 9.25 9.75 11.37 9.03 14.52 13.78

6.30 6.48 7.43 8.35 8.71 10.80 9.14 14.17 13.20

6.28 6.46 6.87 7.48 7.87 9.55 9.10 13.69 12.96

6.18 6.41 7.09 7.31 7.59 9.12 7.68 13.75 13.24

ModalKerja

Investasi

2005Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2006Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2007Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2008Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010Trw. I

* Posisi Pebruari 2010** Posisi Januari 2010

Page 51: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Tabel Statistik

41

Tabel 2

Perkembangan Transaksi di Pasar Uang

(Miliar Rupiah)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)

Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi

2005

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2006

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2007

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw.IV

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

1) Transaksi pagi hari 2) Hanya mencakup transaksi antar Bank Indonesia dengan perbankan. Sejak Maret 1994 termasuk SBPU Repo.

16.751 369.495 415.784 5 7 . 5 3 6

18.589 362.770 315.996 1 0 1 . 0 5 8

17.430 230.026 289.657 4 1 . 4 2 7

20.316 183.663 150.534 7 4 . 6 3 2

23.866 415.638 356.471 1 3 3 . 7 9 9

23.910 517.853 483.967 1 6 7 . 6 8 5

25.383 599.495 586.715 1 8 0 . 4 6 4

27.706 665.673 636.381 2 0 9 . 7 5 6

37.341 774.866 740.951 2 4 3 . 6 7 1

38.323 846.655 832.325 2 5 8 . 0 0 2

36.615 895.562 887.411 2 6 6 . 1 5 2

32.061 777.247 795.475 2 4 7 . 9 2 6

37.482 858.289 906.767 2 1 2 . 4 6 3

23.510 489.529 543.655 1 6 5 . 1 4 5

27.115 389.138 437.313 1 1 6 . 9 6 9

14.029 404.071 340.913 1 8 0 . 1 2 8

22.897 398.394 397.703 2 3 3 . 7 5 4

30.656 324.806 324.775 2 3 1 . 3 9 2

29.038 451.257 449.566 2 1 7 . 2 8 7

24.566 631.233 592.046 2 5 3 . 7 5 6

Page 52: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

42

I II III IV I II III IV I II III IV I*

* Data Januari 20101) Tidak termasuk pemerintah pusat. bukan penduduk. nilai lawan valas. RDI dan kredit kelolaan

Tabel 3

Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)

(Miliar Rupiah)

1 Bank Pemerintah - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

4 Bank Asing & Campuran - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

6 Sub jumlah (1 s.d. 4) - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

282.633 301.186 314.427 348.973 350.232 394.065 432.850 461.877 466.605 495.440 504.649 533.945 520.865 24.222 26.805 28.433 30.281 30.711 32.381 35.153 37.409 38.367 42.041 41.313 45.091 32.789

7.414 9.006 6.556 10.647 13.371 14.922 14.778 13.807 13.363 11.923 14.205 16.795 14.196

71.600 69.959 69.450 72.810 72.706 81.038 88.181 96.838 98.660 99.825 92.634 92.485 90.957

63.561 68.172 75.722 85.601 79.209 92.719 98.865 102.017 103.408 113.130 118.580 129.497 65.460

39.477 44.868 47.465 55.587 55.271 64.182 77.295 87.505 83.540 88.540 91.532 93.320 93.431

76.359 82.376 86.801 94.047 98.964 108.823 118.578 124.301 129.267 139.981 146.385 156.757 224.031

335.998 367.168 394.451 432.595 451.967 500.718 534.599 552.617 530.642 529.687 549.349 593.400 578.640 11.312 12.053 12.467 15.533 15.571 18.298 18.169 19.150 18.722 19.353 19.112 21.359 20.049

5.409 7.321 7.076 10.678 9.621 10.137 10.850 11.137 8.979 9.697 10.861 15.013 14.409

59.826 63.319 68.670 73.840 77.952 84.610 90.896 97.042 93.414 84.488 86.575 92.738 88.948

86.783 95.549 100.883 108.726 111.756 123.057 125.908 130.687 120.114 121.956 124.949 134.434 129.676

80.252 90.497 98.503 110.144 115.400 131.115 143.486 148.332 144.072 145.936 151.281 162.535 143.922

92.416 98.429 106.852 113.674 121.667 133.501 145.290 146.269 145.341 148.257 156.571 167.321 181.636

58.851 65.123 70.937 71.921 75.065 85.339 93.991 96.440 100.817 110.968 119.552 120.701 118.671 2.090 2.130 2.248 2.274 2.379 2.710 3.067 3.182 3.143 3.289 3.749 3.706 3.397

58 58 55 43 53 182 187 270 312 388 615 675 643

487 520 543 631 710 770 787 814 829 943 1.082 1.146 1.891

8.386 8.762 9.295 9.617 10.191 11.504 12.042 12.055 12.638 14.006 14.898 15.278 13.685

6.776 7.747 9.850 8.879 8.615 10.831 13.456 13.356 13.153 15.716 18.790 17.565 16.083

41.054 45.906 48.946 50.477 53.117 59.342 64.452 66.763 70.742 76.626 80.418 82.331 82.973

117.232 121.509 127.445 141.622 151.908 161.998 178.061 189.245 184.654 168.614 168.509 170.748 167.735 5.395 5.460 5.933 7.817 7.449 6.425 6.505 6.419 7.020 6.669 5.535 5.236 4.725

2.287 2.540 2.629 3.972 4.591 3.910 4.478 5.327 6.081 4.712 6.235 9.076 8.810

50.219 51.029 51.259 56.527 60.265 65.896 68.739 74.458 71.358 61.420 58.833 59.314 54.578

7.691 9.035 10.379 11.726 11.383 13.022 14.256 13.246 15.113 13.598 13.364 12.873 14.857

30.709 31.540 34.679 37.831 43.878 46.763 56.523 60.766 57.418 53.919 55.326 52.828 51.962

20.931 21.905 22.566 23.749 24.342 25.982 27.560 29.029 27.664 28.296 29.216 31.421 32.802

117.232 121.509 20.334 20.469 21.592 23.856 25.706 25.413 25.333 26.382 27.434 28.014 28.353 5.395 5.460 1.294 1.339 1.498 1.672 1.769 1.733 1.774 1.915 1.934 2.002 2.036

2.287 2.540 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

50.219 51.029 324 333 367 391 436 426 433 456 486 505 507

7.691 9.035 7.831 7.664 7.973 8.866 9.516 9.307 8.998 9.368 9.746 9.801 9.866

30.709 31.540 2.084 2.093 2.185 2.433 2.684 2.672 2.705 2.861 2.935 3.054 3.084

20.931 21.905 8.801 9.040 9.569 10.494 11.301 11.275 11.423 11.782 12.333 12.652 12.860

794.714 854.986 913.158 1.004.178 1.038.912 1.148.891 1.249.970 1.313.873 1.308.051 1.331.091 1.369.493 1.446.808 1.414.264 43.019 46.448 49.654 57.203 57.562 61.413 64.623 67.828 69.026 73.267 71.643 77.394 62.996

15.168 18.925 16.310 25.336 27.634 29.151 30.293 30.541 28.735 26.720 31.916 41.559 38.059

182.132 184.827 190.242 204.141 212.000 232.705 249.039 269.578 264.694 247.132 239.610 246.188 236.881

166.421 181.518 192.985 214.804 211.719 235.898 249.762 259.953 260.271 272.058 281.537 301.883 233.544

157.214 174.652 188.838 210.561 221.123 249.700 286.740 306.141 300.888 306.972 319.864 329.302 308.482

230.760 248.616 275.129 292.133 308.874 340.024 369.513 379.832 384.437 404.942 424.923 450.482 534.301

2007 2008 2009 2010

Page 53: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Tabel Statistik

43

* Posisi Januari 2010 1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan

Tabel 4

Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar

AkhirPeriode

Jumlah 1) Jumlah2)

M1

UangKartal

UangGiral

UangKuasi

AktivaLuar

NegeriBersih

TagihanBersih

PemerintahPusat3)

Tagihan Pada

LembagaPemerintah

BUMN

Tagihan Pada

PerusahaanSwasta danPerorangan

LainnyaBersih4)

2004

2005

2006

2007

2008

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I*

1.033.877 245.946 109.028 136.918 785.261 253.260 500.318 13.908 605.927 -90.113

1.202.762 271.140 123.991 147.149 929.343 301.573 495.686 17.220 733.183 -87.639

1.382.493 347.013 150.654 196.359 1.032.865 401.710 507.337 27.648 821.649 -107.498

1.649.662 450.055 182.967 267.089 1.196.119 509.843 507.120 39.891 1.005.739 -102.955

1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144

1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992

1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902

1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287

1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144

1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.885 -109.433

1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.320.131 -103.076

2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 688.891 390.295 55.139 1.348.814 -139.119

2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 663.635 449.977 66.589 1.408.724 -125.445

2.108.857 494.698 211.852 282.846 1.607.204 688.591 414.780 65.304 1.361.997 -117.003

Page 54: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

44

Tabel 5

Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

272,239 289,727 310,265 379,582 325,044 349,649 392,136 344,688 304,718 322,994 354,297 402,118 380,145

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

155,498 173,888 189,221 220,785 198,940 224,342 270,243 264,391 226,672 244,634 273,744 279,029 255,418

129,618 146,715 160,327 183,419 164,995 189,453 223,166 209,378 186,538 203,838 210,822 226,382 207,226

25,880 27,173 28,894 37,366 33,945 34,889 47,077 55,013 40,134 40,796 62,923 52,646 48,192

116,558 115,524 120,740 158,452 125,705 124,811 121,302 79,648 77,404 77,744 79,920 89,903 87,743

183 315 304 345 399 496 591 650 642 616 633 601 649

305,744 330,295 337,523 356,883 351,874 351,561 355,967 338,692 354,727 356,930 376,681 403,858 434,958

-33,505 -40,569 -27,258 22,699 -212,380 -192,491 -137,121 -213,668 -323,022 -259,388 -211,887 -183,794 -235,956

200,460 187,081 184,961 249,069 128,907 117,614 123,797 172,012 105,571 136,202 144,747 200,956 146,762

18,186 18,136 18,136 8,847 8,838 8,800 8,800 8,711 8,715 8,715 8,715 8,665 8,660

10,598 10,366 10,206 9,994 9,751 9,353 9,227 9,009 8,783 8,622 8,458 8,231 8,169

5,366 5,389 5,357 3,074 3,089 3,295 3,155 3,815 2,546 2,472 2,415 2,415 11,236

-247,525 -264,280 -254,096 -281,164 -219,099 -191,525 -152,563 -233,866 -257,701 -267,412 -242,991 -289,892 -303,893

-239,977 -257,998 -265,034 -247,688 -212,463 -165,145 -116,967 -179,879 -232,700 -232,731 -220,676 -226,887 -270,784

-19,298 -21,615 -4,750 -48,933 -5,737 -4,989 -1,403 -4,223 -15,288 -28,277 -22,824 -36,416 -25,442

11,750 15,333 15,688 15,457 -899 -21,391 -34,193 -49,764 -9,714 -6,404 509 -26,589 -7,666

-139,050 -121,610 -131,204 -141,151 -143,866 -140,027 -129,538 -173,348 -190,936 -147,987 -133,230 -114,170 -106,892

2007 2008 2009 2010

I II III IV I II III IV I II III IV I*

I. Uang Primer

a. Statutory Reserve Shortfall

b. Uang yang diedarkan

- Uang kartal di masyarakat

- Kas bank umum

c. Saldo Giro Positif Bank

d. Giro Sektor Swasta

II. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Uang Primer

a. Net International Reserve 1)

b. Net Domestic Assets

- Tagihan Bersih pada Pemerintah

- Bantuan Likuiditas

- Kredit Likuiditas

- Tagihan Lainnya

- Operasi Pasar Terbuka

- SBI (net) 2)

- FASBI

- Lain-Lain 3)

- Net Other Items

* Posisi Februari 2010 1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $

sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)

Page 55: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Tabel Statistik

45

Tabel 6

Neraca Pembayaran Indonesia 1)

(Juta $)

2006 2007 2008* 2009**

Total I II III IV Total I II III IV Total I II III IV

I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portfolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6) *) Angka sementara **) Angka sangat sementara 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004. perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988. posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000. posisi cadangan devisa memakai konsep

Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah. BUMN di luar bank. dan Bank Indonesia.

10.859 2.638 2.271 2.152 3.431 10.492 2.742 -1.013 -967 -637 126 2.509 2.481 2.150 3.442 29.660 7.710 8.108 7.488 9.448 32.754 7.536 5.443 5.771 4.166 22.916 6.886 8.367 8.491 11.454 103.528 26.626 29.202 30.009 32.177 118.014 34.412 37.345 38.081 29.768 139.606 24.179 28.130 31.273 35.932 -73.868 -18.916 -21.095 -22.521 -22.729 -85.260 -26.876 -31.902 -32.309 -25.603 -116.690 -17.293 -19.763 -22.781 -24.478 -9.874 -3.163 -2.991 -2.764 -2.922 -11.841 -3.071 -3.387 -3.313 -3.227 -12.998 -2.743 -3.310 -3.517 -4.585 -13.790 -3.163 -4.023 -3.811 -4.527 -15.525 -3.093 -4.425 -4.756 -2.881 -15.155 -2.742 -3.776 -4.072 -4.742 4.863 1.254 1.178 1.240 1.432 5.104 1.371 1.356 1.331 1.305 5.364 1.109 1.200 1.247 1.315 3.025 1.836 2.029 -934 661 3.592 -529 2.105 2.370 -5.822 -1.876 1.502 -1.757 2.523 1.405 350 43 127 255 122 547 17 62 187 29 294 19 29 34 14 2.675 1.793 1.902 -1.189 539 3.045 -546 2.043 2.184 -5.850 -2.170 1.483 -1.785 2.489 1.390 2.211 -246 1.426 764 309 2.253 630 197 1.871 720 3.419 453 400 472 988 -2.703 -1.282 392 -1.427 -2.358 -4.675 -1.730 -1.436 -1.517 -1.217 -5.900 -1.451 -1.047 -515 26 4.914 1.037 1.034 2.191 2.667 6.928 2.360 1.633 3.388 1.937 9.318 1.904 1.447 987 962 4.174 2.491 3.810 466 -1.200 5.567 1.984 4.188 -74 -4.377 1.721 1.859 1.959 2.988 3.298 -1.933 -497 -1.897 -1.257 -764 -4.415 -823 60 -65 -467 -1.294 133 362 -331 -403 6.107 2.988 5.707 1.723 -437 9.982 2.807 4.128 -9 -3.910 3.015 1.726 1.597 3.319 3.701 -3.791 -452 -3.334 -2.419 1.430 -4.775 -3.160 -2.342 387 -2.194 -7.309 -829 -4.144 -970 -2.896 -1.588 -105 -2.283 -2.360 262 -4.486 -2.672 -1.974 -1.610 -4.498 -10.755 -307 -2.271 -6.325 -3.729 -2.204 -348 -1.051 -59 1.168 -289 -489 -367 1.998 2.304 3.446 -522 -1.873 5.355 833 13.885 4.475 4.300 1.218 4.092 14.085 2.213 1.091 1.404 -6.459 -1.750 4.011 724 4.673 4.847 625 -95 -664 -38 -572 -1.369 -1.181 233 -1.493 2.246 -195 -56 328 -1.127 -893 14.510 4.379 3.637 1.179 3.520 12.715 1.032 1.324 -89 -4.212 -1.945 3.955 1.052 3.546 3.954 -14.510 -4.379 -3.637 -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -6.902 -4.379 -3.637 -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -7.608 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -7.608 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 42.586 47.221 50.924 52.875 56.920 56.920 58.987 59.453 57.108 51.639 51.639 54.840 57.576 62.287 66.105 2.9 2.6 2.1 1.9 3.0 2.4 2.3 -0.8 -0.7 -0.5 0.0 2.2 1.9 1.5 2.2 24.8 19.8 21.4 15.2 21.2 19.4 16.2 17.8 15.2 24.2 18.1 23.4 24.4 19.3 23.9 14.2 5.6 9.4 5.1 9.0 7.3 4.4 7.7 4.7 9.2 6.4 6.0 10.0 5.2 8.5

Page 56: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

46

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2002

(2002 = 100).

* Mulai 1 Juli 2008, perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100), data triwulan II-2008 adalah data inflasi mtm (month to month) bulan Juni 2008

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 7

Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

(Persen)1)

3,71 -1,21 4,00 4,43 5,91 1,28 4,75 0,60 1,44 -1,76 4,94 -0,67 1,67 12,16 -6,50 0,69 3,48 2,59 2,11 0,60 0,91 2,76 -0,75 1,06 3,17 6,90 -2,93 5,12 9,08 -2,04 4,14 0,29 13,94 -4,64 2,39 -0,26 6,47 -4,14 0,72 1,37 -2,71 4,65 2,11 5,84 2,01 12,12 2,94 2,25 -2,52 4,63 -3,25 0,09 0,35 0,39 3,06 0,73 7,87 1,84 8,04 4,32 2,24 -0,88 1,60 0,14 0,44 -1,02 4,05 11,46 0,26 6,88 -0,19 8,94 -2,51 -0,34 -0,54 1,57 -0,51 0,01 -0,30 -1,04 2,17 7,39 2,42 1,68 3,79 6,60 2,59 -5,97 6,34 -0,97 4,13 3,81 2,61 4,49 7,90 28,51 1,84 5,93 0,42 0,18 -2,59 1,18 0,47 -18,67 2,21 1,39 2,87 1,79 1,38 0,89 7,30 1,68 0,71 3,11 8,14 -1,81 0,34 -3,70 -8,06 -0,43 25,17 2,85 -0,07 -10,49 8,28 1,66 -8,24 23,17 0,07 -4,89 8,63 12,79 7,09 6,71 15,72 1,47 -1,65 -6,81 -0,81 0,12 -1,30 -1,57 0,85 1,32 1,50 0,75 -1,47 2,02 1,00 3,57 1,20 1,62 0,61 2,37 -1,40 0,67 1,89 1,19 1,33 1,85 4,02 1,33 2,62 2,43 2,40 1,18 2,12 1,90 2,62 1,67 1,00 1,35 2,36 5,50 1,63 2,83 2,35 1,59 1,03 1,46 1,42 2,69 1,75 0,20 0,46 -0,20 1,47 1,06 2,15 1,50 5,39 2,15 5,61 2,46 2,86 2,24 2,60 1,85 2,28 1,89 0,73 2,60 3,70 2,42 0,82 1,06 3,13 1,81 1,81 0,75 1,27 0,97 2,79 1,14 3,58 1,00 0,42 0,26 0,47 0,67 0,67 2,12 0,83 1,11 1,58 2,22 1,67 2,16 0,73 1,00 0,12 0,53 0,70 0,83 1,69 0,15 1,92 -0,45 4,69 -0,12 8,94 1,66 -1,48 0,29 0,55 0,83 0,51 1,20 0,52 0,57 1,05 1,45 0,97 1,66 1,10 0,95 0,68 0,75 0,67 0,31 1,70 1,79 1,61 1,30 2,71 0,86 1,71 1,08 1,00 0,53 -0,21 0,25 0,62 0,72 0,39 2,34 4,78 4,30 0,49 0,77 2,58 4,48 -1,88 1,06 2,31 -0,66 0,37 0,29 1,29 1,70 0,81 0,27 3,02 0,35 0,38 0,55 2,49 0,45 1,02 0,10 0,71 0,94 1,45 0,68 0,46 2,15 0,30 0,44 0,29 1,24 0,49 0,44 0,50 0,32 1,34 0,86 0,56 0,64 2,13 0,23 0,26 0,39 1,67 0,37 0,69 2,09 0,35 5,53 13,60 12,66 0,59 -2,46 7,26 13,49 -6,30 -0,37 6,13 -2,88 1,39 0,71 1,03 1,12 3,00 0,83 1,64 1,10 1,27 1,20 0,77 0,59 0,58 1,92 0,45 0,32 0,44 5,12 0,47 1,07 0,69 1,60 1,72 0,85 0,69 0,52 1,32 0,82 1,08 1,46 1,96 1,31 2,19 1,60 1,14 1,39 0,42 0,86 0,65 1,16 1,85 0,61 0,73 1,15 1,10 2,36 1,61 1,39 0,73 1,38 1,38 0,84 1,46 0,80 1,56 1,52 2,32 0,90 1,76 1,26 1,01 0,42 0,83 0,41 0,57 0,36 0,01 7,97 0,43 0,14 0,44 3,77 0,82 0,22 0,22 2,94 0,48 0,18 0,46 0,03 12,73 0,36 0,09 0,18 6,76 0,70 0,04 0,06 4,86 0,62 0,03 1,04 0,26 0,87 0,48 0,72 0,45 4,95 0,32 0,59 0,46 1,27 0,77 0,77 0,36 0,36 1,58 0,66 0,30 0,72 1,14 1,11 0,37 0,16 0,74 0,19 0,30 0,13 -0,23 0,01 0,64 0,20 0,92 0,51 1,02 0,48 0,55 0,74 0,30 0,37 0,79 0,36 0,35 2,23 0,47 0,20 0,91 0,49 0,51 0,33 0,52 0,75 0,87 0,22 0,46 0,15 0,42 0,37 8,72 0,92 -2,94 -4,66 0,32 1,16 -0,44 0,34 0,24 0,60 0,00 0,49 0,27 12,98 1,03 -4,46 -6,95 0,54 1,70 -0,73 0,50 0,05 0,01 -0,02 0,00 0,01 -0,12 0,02 0,20 -0,07 -0,31 -0,32 -0,23 -0,40 0,50 0,24 2,43 1,27 1,40 0,84 1,34 1,64 1,38 0,34 0,87 1,07 0,96 0,01 0,01 0,00 0,00 4,90 0,01 3,89 0,00 0,00 0,00 0,65 0,00 0,00 1,91 0,17 2,28 2,09 3,41 2,46 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99

Kelompok/Sub Kelompok 2007 2008 2009 2010 I II III IV I II III IV I II III IV I

I. Bahan Makanan A. Padi-padian. umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur. susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi. Minuman. Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol

III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga

IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya

V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M

Page 57: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Tabel Statistik

47

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota

(Persen)1)

2,16 -2,16 5,34 -1,05 4,84 4,38 2,92 2,97 -0,56 -0,37 4,37 0,53 -0,09 4,61 -1,67 5,85 1,94 3,49 2,75 1,36 1,39 0,35 0,14 4,12 -1,08 0,44 1,92 -2,34 3,76 2,51 4,65 2,53 1,27 1,56 -0,03 -1,07 2,66 0,33 0,38 6,92 -0,29 1,15 2,69 4,63 2,31 3,06 2,22 -0,52 -0,01 3,45 -1,28 1,21 2,98 -0,55 3,78 1,97 3,07 2,88 1,37 1,33 -0,20 0,10 3,26 -0,41 1,04 1,63 -0,51 1,96 3,23 2,19 2,07 1,21 2,26 -0,84 -0,17 3,35 0,38 1,05 3,68 -1,96 2,06 3,05 4,35 4,09 2,04 2,07 0,04 -1,34 2,79 0,59 1,02 3,67 -1,49 1,92 3,31 4,15 2,46 3,17 0,55 0,48 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,40 -0,34 2,15 1,56 2,91 2,29 1,72 0,58 0,64 -0,43 1,76 -0,09 1,72 3,17 -1,22 2,57 2,75 2,16 4,19 1,76 -0,19 0,26 -0,72 2,37 0,58 1,53 0,64 0,85 3,23 3,28 3,11 3,41 3,20 -0,29 -0,06 0,09 1,57 0,25 0,58 1,36 -0,88 3,10 1,37 4,09 4,14 3,61 0,34 0,09 -0,74 4,06 -0,48 1,35 0,71 0,12 3,40 2,22 3,29 2,93 4,95 0,74 0,92 -1,29 4,85 -0,25 0,15 2,62 -0,98 0,67 0,33 6,53 4,20 4,26 0,13 -0,78 -0,74 3,16 0,57 1,37 - - - - - 3,80 3,04 1,22 -0,74 -0,77 3,52 -1,14 0,26 - - - - - 2,45 3,33 1,19 0,32 -0,73 1,29 0,55 0,80 1,95 0,51 1,85 1,61 3,51 1,94 2,54 - - - - - - 3,73 -0,04 1,65 2,20 2,57 2,54 3,64 - - - - - - - - - - - 2,21 4,50 - - - - - - - - - - - 3,04 3,21 0,00 0,32 -0,06 2,03 0,19 0,74 - - - - - 2,11 0,88 1,57 0,63 0,36 1,89 0,20 0,87 - - - - - 1,15 2,38 0,46 0,79 -0,27 1,72 -0,08 1,11 - - - - - 2,80 3,42 1,32 1,67 0,35 1,25 0,18 0,61 - - - - - 1,24 3,82 0,03 0,01 -0,26 1,76 0,41 1,26 - - - - - 2,45 3,49 0,18 -0,87 -0,20 2,43 -0,03 0,75 1,13 -0,26 2,48 1,82 2,81 2,76 2,28 -0,07 0,11 -0,14 1,64 0,50 0,84 3,24 0,15 2,22 2,06 3,52 3,33 4,04 0,19 0,91 0,04 2,49 0,62 0,36 2,22 1,33 2,21 0,26 3,60 2,75 3,53 1,16 0,78 0,11 1,17 0,73 1,11 1,19 -0,34 0,99 1,42 2,74 2,13 1,74 0,13 1,06 0,19 1,21 0,14 0,68 2,37 0,52 1,98 1,72 4,18 2,40 2,83 0,18 0,72 0,06 1,96 0,41 1,02 1,66 1,24 2,84 2,88 2,72 1,82 2,36 0,45 1,05 1,05 3,15 0,47 0,62 1,86 0,18 3,17 2,59 2,85 2,51 3,16 - - - - - - 1,26 0,78 2,13 2,91 2,73 3,46 2,77 - - - - - - - - - - - 1,62 2,83 1,05 0,25 0,14 1,90 0,42 0,52 2,50 -0,11 1,55 2,76 2,94 2,11 3,10 -0,35 0,90 0,02 2,04 0,61 0,63 1,30 0,13 2,12 2,28 4,06 2,77 2,93 0,38 1,28 0,16 1,38 0,54 1,00 - - - - - 1,81 3,85 0,00 0,60 0,07 1,84 1,00 0,72 - - - - - 4,05 2,27 -0,32 1,02 0,00 1,52 0,82 0,83 1,09 0,90 2,02 2,12 3,59 2,00 2,56 0,14 1,06 -0,41 1,97 0,74 0,63 2,19 0,29 1,36 1,95 3,35 1,78 3,14 - - - - - - 3,59 1,00 1,14 2,78 3,23 3,21 3,23 - - - - - - - - - - - 4,94 3,16 0,77 2,41 -1,12 2,06 0,71 1,53 - - - - - 2,24 6,66 -2,44 0,39 1,10 3,47 0,19 2,11 5,29 -0,39 0,90 2,47 3,33 2,31 0,46 - - - - - - 2,56 1,14 2,12 2,49 4,21 2,27 3,21 - - - - - - - - - - - 2,94 2,73 0,02 0,38 -0,90 2,44 -0,74 3,55 0,81 0,39 1,84 4,38 1,60 2,87 1,72 - - - - - - 0,62 -0,14 2,38 4,95 4,48 2,22 3,62 - - - - - - 3,29 -0,66 2,60 2,39 4,12 2,48 2,23 - - - - - - 0,81 0,39 4,54 1,40 3,75 2,88 1,84 - - - - - - 1,72 0,52 4,84 1,85 3,97 3,32 2,96 - - - - - -

K o t a 2007 2008 2009 2010

I II III IV I II* III IV I II III IV I

1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda

Page 58: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

48

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2002 (2002 = 100).

* Mulai 1 Juli 2008. perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100) dengan jumlah kota menjadi 66 kota. data triwulan II-2008 adalah data inflasi mtm

(month to month) bulan Juni 2008

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)

(Persen)1)

- - - - - 2,48 5,54 0,82 0,53 1,34 3,52 1,66 2,89 3,34 -0,43 3,45 3,46 1,04 3,63 3,02 0,17 1,18 -2,08 0,74 2,50 0,72 0,60 1,87 1,60 3,84 1,49 2,44 5,01 -0,63 1,78 -0,36 3,35 0,87 -0,64 - - - - - 6,26 3,62 0,27 2,14 0,84 2,85 0,87 1,42 2,28 0,51 3,38 -0,54 4,45 3,39 3,50 - - - - - - - - - - 2,76 4,21 0,43 0,40 -0,53 1,85 -0,32 0,48 - - - - - 3,15 3,50 1,16 1,14 -0,12 2,00 1,11 0,75 1,94 2,20 0,15 2,94 2,91 6,49 3,30 0,74 2,99 -0,34 2,20 -0,28 -0,20 -1,24 0,46 3,22 4,51 -0,04 2,59 4,01 0,16 2,33 0,59 0,85 0,53 1,59 - - - - - 3,04 5,86 -0,29 -0,35 0,06 1,45 0,62 0,84 1,77 0,51 2,38 1,07 2,92 1,76 5,06 -4,80 2,26 -2,43 1,82 4,81 2,84 2,39 2,06 0,44 5,21 4,71 1,17 4,30 -0,92 1,25 -0,27 1,32 1,54 1,79 - - - - - 5,78 8,31 0,62 3,52 0,36 2,39 1,07 -0,44 - - - - - 5,72 7,29 -1,86 0,77 0,52 0,42 0,87 1,34 4,93 0,15 0,52 4,45 6,49 5,86 2,88 0,31 -0,06 -0,36 1,55 0,78 1,31 1,91 0,17 2,28 2,09 3,41 2,46 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99

K o t a 2007 2008 2009 2010

I II III IV I II* III IV I II III IV I

52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura

NASIONAL

Page 59: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar,

Tabel Statistik

49

Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya.

Perhitungan IHPB menggunakan tahun dasar 2000 (2000 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)

Tabel 9

Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar

(Persen) 1)

1,26 9,77 1,18 3,10 3,91 2,90 6,75 2,35

3,20 1,55 2,34 6,67 7,32 2,26 21,16 4,37

-1,29 0,35 0,60 3,41 4,68 0,89 13,39 1,80

1,84 1,02 0,52 0,34 -1,48 2,42 -9,47 0,18

3,80 3,00 8,04 9,11 10,73 4,61 24,20 8,02

0,00 0,70 1,34 0,69 1,43 0,00 5,13 1,38

2,76 0,70 1,32 6,85 9,15 3,28 20,49 4,08

4,03 13,19 22,22 0,64 -3,87 2,38 -13,77 9,15

3,87 0,61 1,60 -0,64 -1,34 -4,65 3,29 -1,20

4,97 1,83 2,11 5,13 8,84 6,50 13,64 4,85

5,33 2,40 2,58 0,61 0,00 2,29 -3,60 2,31

6,74 3,51 1,51 1,82 -5,00 1,49 -16,18 0,56

6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,68 1,49 3,93

2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 2,84 14,63 4,32

7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 -0,69 6,38 3,63

7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 2,08 24,40 8,50

7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 5,44 6,43 6,45

7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 5,16 28,10 12,55

4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 2,45 -15,09 -1,92

0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 9,58 -47,22 -6,67

2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 13,96 -31,67 1,80

3,72 -0,51 1,42 0,93 -0,87 -5,92 23,91 1,23

5,48 0,37 1,57 2,83 0,33 0,70 14,00 2,17

3,52 1,65 0,93 -2,28 -0,64 0,00 0,00 0,53

Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor Ekspor Umum

Periode Total Nonmigas Migas

2004

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2005

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2006

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2007

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2008

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV