Jenis Dan Akuntabilitas

7
LO.4 JENIS-JENIS PENGUKURAN Proses pengukuran pada dasarnya sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan pengujian. Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang perbedaan jenis-jenis pengukuran. Campbell membagi jenis pengukuran kedalam dua jenis yaitu pengukuran fundamental dan turunan. Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi teori-teori empiri (hukum) untuk mendukung pengukuran. Selain itu, tipe pengukuran yang lebih jauh adalah pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi tambahan atas pengukuran fundamental. Pengukuran Fundamental (Fudamental Measurement) Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka- angka dapat ditentukan pada hal dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran variabel apapun. Misalnya: panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang dapat diukur secara fundamental. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada benda-benda yang sudah ada. Interpretasi angka- angka bergantung pada teori empiris yang telah diuji yang mempengaruhi operasi pengukuran. Seperti dijelaskan sebelumnya, sifat yang mendasar dalam pengukuran adalah yang berkaitan dengan penjumlahan karena dapat dengan mudah dipahami dengan operasi aritmatika atau ilmu hitung. Sebagai contoh, penjumlahan panjang objek X dan panjang objek Y, dapat disamakan dengan operasi penempatan dua balok kayu lurus dari ujung ke ujung, dimana salah satu balok mempunyai panjang yang sama dengan X dan yang satu memiliki panjang yang sama dengan Y. Secara fisik kita dapat menentukan berapa total panjang X dan Y. Pengukuran Turunan (Derived Measurement) Menurut Campbell, pengukuran turunan merupakan pengukuran yang bergantung dari pengukuran dua atau lebih besaran lain. Contohnya adalah pengukuran masa jenis, yang bergantung pada

description

Jenis Dan Akuntabilitas

Transcript of Jenis Dan Akuntabilitas

Page 1: Jenis Dan Akuntabilitas

LO.4 JENIS-JENIS PENGUKURAN

Proses pengukuran pada dasarnya sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan pengujian. Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang perbedaan jenis-jenis pengukuran. Campbell membagi jenis pengukuran kedalam dua jenis yaitu pengukuran fundamental dan turunan. Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi teori-teori empiri (hukum) untuk mendukung pengukuran. Selain itu, tipe pengukuran yang lebih jauh adalah pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi tambahan atas pengukuran fundamental.

Pengukuran Fundamental (Fudamental Measurement)

Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka dapat ditentukan pada hal dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran variabel apapun. Misalnya: panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang dapat diukur secara fundamental. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada benda-benda yang sudah ada. Interpretasi angka-angka bergantung pada teori empiris yang telah diuji yang mempengaruhi operasi pengukuran.

Seperti dijelaskan sebelumnya, sifat yang mendasar dalam pengukuran adalah yang berkaitan dengan penjumlahan karena dapat dengan mudah dipahami dengan operasi aritmatika atau ilmu hitung. Sebagai contoh, penjumlahan panjang objek X dan panjang objek Y, dapat disamakan dengan operasi penempatan dua balok kayu lurus dari ujung ke ujung, dimana salah satu balok mempunyai panjang yang sama dengan X dan yang satu memiliki panjang yang sama dengan Y. Secara fisik kita dapat menentukan berapa total panjang X dan Y.

Pengukuran Turunan (Derived Measurement)

Menurut Campbell, pengukuran turunan merupakan pengukuran yang bergantung dari pengukuran dua atau lebih besaran lain. Contohnya adalah pengukuran masa jenis, yang bergantung pada pengukuran massa dan volume. Operasi pengukuran turunan  bergantung pada hubungan yang sudah diketahui dengan ha-hal mendasar lainnya. Adanya hubungan seperti ini didasarkan pada teori emperis yang telah disepakati dan dikaitkan dengan sifat-sifat  lainnya. Operasi matematika dapat dilakukan pada bilangan-bilangan yang berasal dari pengukuran turunan karena adanya kesamaan antara operasi secara matematika dan fisik pada hal-hal yang mendasar.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat jenis pengukuran, seperti  pengukuran  suhu, yang hanya bergantung pada satu bahkan dua atau lebih besaran. Untuk mengukur suhu perlu mengukur tekanan, volume atau resistansi  elektrik. Meski demikian, pengukuran selalu didasarkan pada  hukum alam.

Saat ini, ilmuan menaruh perhatian lebih terhadap banyaknya hubungan yang sudah diketahui dengan adanya di antara sifat-sifat yang berbentuk fisik. Namun cara berpikir seperti ini tidak dapat dikatakan sebagai cara berpikir ilmuwan sosial, sebab tidak ada

Page 2: Jenis Dan Akuntabilitas

kesepakatan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan apa yang disebut  sifat-sifat  yang mendasar seperti yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial. Dalam akuntansi misalnya, contoh pengukuran turunan adalah keuntungan, diturunkan dari penjumlahan dan pengurangan atas pendapatan dan beban.

Pengukuran Fiat (Fiat Measurement)

Jenis pengukuran ini terdapat dalam ilmu sosial dan akuntansi, dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berkaitan untuk dihubungkan dengan hal-hal yang dapat diamati dengan pasti (variabel) pada konsep yang telah ada, tanpa perlu teori yang teruji untuk mendukung hubungan tersebut. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana mengukur konsep keuntungan secara langsung. Sehingga, kita mengasumsikan variabel pendapatan, laba, beban, dan kerugian untuk dihubungkan dengan konsep keuntungan dan dapat digunakan untuk mengukur keuntungan secara tidak langsung. Kita menggunakan pengertian/definisi yang berkaitan untuk menghubungkan variable dengan konsep Namun, berdasarkan klasifikasi Campbell, pengukuran dapat dilakukan apabila terdapat teori-teori emperis yang mendukung. Atas dasar tersebut, maka banyak pengukuran di ilmu sosial, termasuk pengukuran keuntungan/profit tersebut tidak dapat disebut sebagai sebuah pengukuran.

Untuk membenarkan pengukuran di ilmu sosial, Torgerson  mengomentari salah satu kategori pengukuran lainnya harus ditambahkan pada daftar Campbell, yaitu pengukuran fiat (fiat measurement). Pengukuran tersebut mencakup pengukuran dengan berdasarkan pengertian yang berkaitan (seperti pada contoh pengukuran keuntungan). Torgerson menyatakan bahwa yang menjadi permasalahan utama pengukuran berdasar fiat, karena tidak  adanya pada teori yang telah ada (kuat) yang dapat dijadikan acuan, adalah banyaknya cara skala-skala dapat dibuat atau dikembangkan. Sebagi contoh dalam akuntansi, berbagai dewan standar akuntansi menetapkan skala akuntansi berdasarkan fiat, tidak mengacu pada teori pengukuran yang teruji. Kembali ke contoh awal, apakah kita mengetahui bahwa cara khusus mengukur keuntungan adalah valid? Bisa jadi satu diantara seratus cara untuk mengukur keuntungan dan selama cara yang kita gunakan tidak berdasarkan teori yang teruji, tidak ada alasan yang baik untuk meyakini hasilnya.

Salah satu alasan perlunya pendekatan pengukuran untuk formulasi teori akuntansi adalah dengan harapan apabila teori akuntansi dapat secara empiris teruji, pengukuran secara fiat dapat menjadi pengukuran yang mendasar dan seseorang dapat lebih yakin terhadap hasil pengukuran.

Untuk dapat menguji keabsahan pengukuran, maka para ilmuwan sosial telah berupaya mengaitkan sifat-sifat berdasarkan hasil studi dengan variabel-variabel lain hingga akhirnya  dapat diketahui apakah keabsahan  pengukuran tersebut bermakna atau tidak. Dengan cara seperti ini, kita dapat mengetahui  adanya korelasi positif yang sangat tinggi, sehingga mampu memberikan keyakinan dalam  operasi pengukuran tertentu.

Page 3: Jenis Dan Akuntabilitas

LO. 5 KEANDALAN DAN AKURASI

Apa yang dimaksud dengan keandalan dan ketepatan dari kegiatan pengukuran? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan terlebih dahulu bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan. Kita dapat menghitung  jumlah kursi di ruangan tertentu dengan benar. Tetapi semua pengukuran mengandung kesalahan satau eror.

Sumber Kesalahan Operasi pengukuran dinyatakan tidak jelas. Ketentuan di dalam menentukan jumlah sifat-

sifat tertentu biasanya terdiri dari serangkaian operasi. Serangkaian operasi tidak dapat dijelaskan secara akurat dan oleh karenanya dapat  juga diinterpretasikan secara tidak akurat oleh pengukur. Sebagai contoh misalnya, penghitungan pendataan mencakup berbagai operasi seperti klasifikasi dan alokasi antara aset dan pengeluaran yang sering diinterpretasikan secara beragam oleh akuntan yang lain. Salah satu alasan lainnya adalah tidak jarang “kesesuaian operasi matematik tidak selaras   dengan hubungan aktual sifat-sifat yang diukur.

Pengukur. Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, menjadi bias, atau menerapkan atau membaca instrumen dengan tidak benar. Sebagai contoh, apabila sepuluh orang mengukur panjang suatu ruangan, ada kemungkinan akan menghasilkan sepuluh hasil yang berbeda, yang mungkin hampir sama, tetapi tetap saja berbeda satu dengan yang lain.

Instrumen. Banyak operasi membutuhkan penggunaan alat fisik, seperti penggaris atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat. Terdapat potensi kesalahan bahkan ketika alat yang digunakan bukan alat fisik, sebagai contoh: diagram, grafik, tabel atau indeks harga.

Lingkungan. Keadaan/kondisi di mana pengukuran akan dilakukan dapat mempengaruhi hasil. Kita dapat mengambil contoh adalah kebisingan. Kebisingan ketika pengukuran dapat mempengaruhi pengukurnya, atau dalam akuntansi bisa diambil contoh tekanan dari manajemen dapat mempengaruhi atas keputusan dari akuntan.

Atribut yang tidak jelas. Apa yang akan diukur mungkin tidak jelas, terutama jika pengukuran melibatkan suatu konsep yang tidak dapat diukur secara langsung. Sebagai contoh ketika kita hendak mengukur kemampuan mekanikal seseorang. Apa yang kita lihat dalam mengukurnya? Faktor kemaskulinitasnya atau kah jam terbangnya. Atribut ini sulit untuk didefinisikan. Pengukuran hanya dapat disimpulkan secara tidak langsung dari berbagai respon yang ada.

Resiko dan Ketidakpastian. Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset berwujud/ rasio pengembalian pada aset berwujud. Sebagai contoh pengembalian masa depan atas aset berwujud seperti bangunan dan peralatan adalah sangat beresiko tapi mereka (kurang atau lebih) bersifat homogen dan harganya dapat diobservasi. Resiko ini timbul karena memperkirakan belum tentu ada kepastian, dapat tidak sesuai harapan. Dari ketidakpastian inilah maka resiko timbul.

Jika semua pengukuran kecuali menghitung secara inheren mengakibatkan kesalahan, maka yang kita butuhkan adalah untuk menetapkan batas kesalahan yang diterima. Jika

Page 4: Jenis Dan Akuntabilitas

pengukuran masih dalam batas-batas ini maka dapat dianggap benar dan adil dalam hal akuntansi.

Pengukuran yang dapat diandalkanApa yang dimaksud dengan pengukuran handal? Keterhandalan erat kaitannya dengan

konsistensi yang telah terbukti pada setiap operasi untuk memperoleh hasil-hasil yang memuaskan atau hasil-hasil (jumlah) nya sendiri dalam pemakaian tertentu. Dalam statistik, keterhandalan memerlukan pengukuran yang dapat diulang atau hasilkan ulang, karena itu, perlu dibuktikan konsistensinya.

Keterhandalan dapat dianggap bertentangan dengan variabilitas. Dalam  SAC 3 paragraf 16 dinyatakan bahwa: “Kehandalan dalam informasi finansial dapat ditentukan berdasarkan tingkat hubungan antara informasi apa yang melibatkan pengguna dan penetapan transaksi serta kejadian-kejadian yang timbul, diukur dan dipaparkan.”  Informasi yang dianggap handal adalah informasi yang tanpa bias dan dapat menggambarkan transaksi dan kejadian-kejadian.

Gagasan kehandalan menggabungkan dua aspek: keakuratan dan kepastian pengukuran, serta keakuratan penjelasan yang digambarkan   dikaitkan dengan penentuan transaksi ekonomi dan kejadian-kejadian lainnya. Aspek  pengukuran erat kaitannya dengan ukuran kecermatan (presisi). Istilah kecermatan kerap digunakan dalam dua konteks. Pertama, dikaitkan dengan angka/bilangan,  dimana merupakan lawan dari perkiraan. Misalnya angka 90.4 dianggap lebih  akurat dari angka 90. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dimana yang menjadi permasalahannya berkaitan dengan: Tingkat pembaharuan operasi  atau kinerja. Persetujuan tentang hasil-hasil diantara penggunaan operasi pengukuran yang diulang

sebagaimana yang diaplikasikan pada sifat-sifat tertentu.Pengertian terakhir seperti ini sama dengan keterhandalan. Secara bersamaan dari

kedua istilah tersebut, kita dapat menyatakan bahwa keterhandalan pengukuran erat kaitannya dengan presisi atau keakuratan sehingga sifat-sifat khusus dapat diukur dengan melakukan serangkaian operasi tertentu.

Pengukuran yang akuratMeskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang

sangat tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat. Hasil yang konsisten, tepat dan handal tidak berarti akan menghasilkan keakuratan. Alasanya adalah akurasi berkaitan dengan seberapa dekat pengukuran dengan “nilai sebenarnya” (true value) dari atribut yang diukur. Panjang dan objek dapat ditentukan secara akurat dengan membandingkan antara objek dengan standar yang merepresentasikan nilai sebenarnya. Misalnya, kita dapat menggunakan penggaris untuk ukuran panjang.

Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak diketahui. Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis tentang ‘azas manfaat’, tetapi akuntan tidak sepakat pada apa yang dianggap spesifik, sehingga standar kuantitatiflah yang ditetapkan. Perlu dipahami, seberapa pun pengulangan yang

Page 5: Jenis Dan Akuntabilitas

dilakukan tidak dapat memastikan akurasi. Kita dapat menghitung biaya persediaan dengan FIFO dan mengulang perhitungan ratusan kali dan mendapatkan hasil yang sama. Namu, hal tersebut tidak berarti bahwa hasilnya adalah akurat. Daripada menggunakan istilah “akurasi” yang mana lebih berkaitan dengan ketepatan aritmatik, mungkin akan lebih bijaksana menggunaknan istilah dalam ilmu sosial, yaitu “validitas”.