Jeko (Teologi Agama-Agama)
-
Upload
friskilya-mani -
Category
Documents
-
view
8 -
download
1
Transcript of Jeko (Teologi Agama-Agama)
-
5/25/2018 Jeko (Teologi Agama-Agama)
1/3
Secara mendapat etimologi kata Buddha berasal dari kata buddh, yang artinya
bangun. Orang Buddha ialah orang yang bangun, artinya orang yang telah bangun dari
malam kesesatan dan sekarang ada di tengah-tengah cahaya pemandangan yang benar. Orang
Buddha adalah orang yang mendapat pengetahuan dengan kekuatannya sendiri. Jadi ia
mendapat pengetahuan itu tidak dengan mendapat wahyu sesuatu dari Tuhan, juga tidak
dengan pengajaran seorang guru. Demikian diutarakan ucapan Budha sendiri: Aku sendiri
yang mencapai pengetahuan, akan ku katakan pengikut siapakah aku ini? Aku tak
mempunyai guru, akulah guru yang tidak ada bandingnya (Mahavagga I,6,7).
Seorang Budha berbeda dari orang lainnya. Ia telah mencapai tingkatan yang lebih
tinggi dan telah menyelesaikan perkembangannya. Dia telah mengalahkan segala goda dan
mengekang segala nafsunya. Karena itulah ia dapat memiliki berbagai kekuatan mujizat. Dari
seorang bodhisatwa ( orang yang mengharapkan martabat Budha ) telah menjadi seorang
Budha yakni, orang yang bangun
Asal-usul Budha
Budha bukanlah nama orang, melainkan suatu gelar. Nama pendiri agama Budha
ialah Siddhartha yang berarti mencapai maksud tuujuannya. Tetapi biasanya ia disebut
Gautama, karena keluarganya menganggap dirinya sebagai keturunan guru Weda Gautama.Dia adalah anak raja dari golongan keturunan Shakya. Kaum Shakya ini membentuk suatu
repoblik kaum bangsawan di daerah pegunungan Himalaya diantara hulu sungai Rapti dan
Gandak, kira-kira 170 km disebelah utara Benares di perbatasan India dan Nepal sekarang.
Ibu kotanya ialah Kapilawasto. Kaum Shakya mengakui kedaulatan kerajaan tetangganya
yakni Kosala atau Oudh. Bentuk pemerintahannya menyerupai repoblik dari pada kerajaan.
Ayah Siddartha ialah rajanya tapi bukan berarti ayahnya seorang raja yang memerintah
dengan kekuatan absolut tetapi bersama suatu dewan yang memegang kekuasaan memerintah
kerajaan. Ayah Siddartha bernama Suddhodana dan ibunya bernama ratu Maya.
Sekitar tahun 560 SM, pada suatu pesta Maya mengucapkan sumpah untuk tidak
bersetubuh. Pada malam berikutnya terjadilah pengandungan atau penurunan biji secara gaib
pada bulan purnama dan dibawah bintang mengkara. Bodhisattwa, dalam wujud seekor gajah
putih, masuk dengan penuh kesadaran kedalam kandungan Maya yang pada waktu itu
sendirian dalam kamarnya. Dan Maya mengalami kejadian itu sebagai mimpi, dalam mimpi
itu ia pergi ke Himalaya dan disana dia dipelihara oleh Dewa-Dewi dan akhirnya ia dalam
keadaan hamil. Selanjutnya Maya mengajak suaminya pergi ke sebuah hutan disana, ia
-
5/25/2018 Jeko (Teologi Agama-Agama)
2/3
menceritakan mimpinya kepada suaminya dan para Brahmana. Para Brahmana meramalkan
bahwa anak yang akan dilahirkan Maya akan menjadi Raja besar yang menguasai seluruh
dunia atau akan menjadi seorang Budhha. Pada saat ia hampir bersalin ia pergi taman
Lumbini. Di taman itu secara tiba-tiba ia merasa akan bersalin dan bersalinlah ia dengan
berdiri sambil berpegangan pada sebatang pohon. Tujuh hari setelah bersalin Maya wafat dan
Siddartha diasuh oleh kakak perempuan ibunya Mahaprajapati.
Pada saat Siddartha sekolah ia mencengangkan gurunya karena luas pengetahuannya.
Pada suatu hari ia mencari kesunyian di dalam kebun dan bersemedi di bawah pohon jambu
dan pada saat itu ia mencapai ketetraman jiwa dalam semedi. Orang tuanya ingin ia menjalani
hidup untuk memperhatikan keduniawian dari pada mengabdikan diri sebagai Rahib. Sebagai
anak raja ia menjalani hidup mewah dan manja dalam kerajaan. Pada usia 29 tahun ia
rupanya menginsafi bahwa segala kesukaan dunia tidak ada yang memuaskan. Ia sangat
terharu pada orang-orang renta, orang sakit, dan orang mati. Lalu ia mengambil keputusan
untuk meninggakan istana dan mengundurkan diri dari dunia ramai. Kemudian ia
mengembara selama 44 tahun. Dalam pengembaraannya sambil menyebarkan ajaran terjadi
banyak mujizat. Banyak orang yang percaya kepadanya. Ia hidup dari pemberian-pemberian
pengikutnya. Ia meninggal sekitar tahun 480 SM, kemudian tahun ini dijadikan tahun
permulaan tarich agama Buddha.
Kitab suci agama Buddha ialah Tipitaka. Tipitaka ini merupakan kumpulan ajaran
Buddha selama 45 tahun dalam bahasa Pali. Sang guru Sidharta Gautama tidak meninggalkan
catatan tertulis bagi murid-muridnya. Kumpulan ajaran dihimpun dan disusun Arantha yang
adalah murid dari Sang guru. Tipitaka terdiri dari Sutta-doktrin umum, Vinaya-kode disiplin
dan Abhidhamma-psikologi mutlak. Sutta Pitaka terdiri dari ceramah-ceramah utama yang
diberikan oleh sang Buddha sendiri dalam berbagai peristiwa. Ada juga beberapa ceramah
yang disampaikan oleh murid-muridnya yang terkemuka. Vinaya Pitaka,berkaitan dengan
aturan tata tertib bhikku dan bhikkuni. Di sini digambarkan secara rinci perkembangan
bertahap sistim pengajaran Buddha, serta catatan kehidupan dan petapaan Buddha.
Abhidhamma Pitaka adalah kumpulan kitab yang paling penting dan menarik, karena
mengandung filosofi dan psikologi mendalam dari ajaran Buddha.
Ajaran agama Buddha
Ajaran Buddha mengenal dua jenis kebenaran, yaitu kebenaran konvensional yang
tampak dan kebenaran sejati atau tertinggi. Kebenaran tertinggi hanya dapat ditembusi
-
5/25/2018 Jeko (Teologi Agama-Agama)
3/3
dengan pengembangan batin melalui meditasi atau semadi, bukan dengan berteori atau
berspekulasi. Samadhi ini terbagi dalam empat tingkatan :
1. Dalam tingkatan pertama orang terlepas dari segala keinginan daerah, dan segalanikmat hawa nafsu dan dari segala keadaan yang cemar, tetapi orang masih
mempunyai angan-angan tentang benda-benda di luar dirinya sendiri.
2. Selanjutnya segala pikiran dan pertimbangan dan segala angan-angan tentangbenda di luar diri sendiri menjadi tenang dan tercapailah suatu keadaan yang
penuh rasa damai dan rasa kesatuan dalam jiwa.
3. Rasa senangpun dikalahkan. Terjadilah suatu keadaan kesadaran yang terpikirkan.Ini adalah suatu keadaan kebahagiaan yang lebih tinggi, dimana orang terlepas
dari segala emosi atau getaran jiwa. Rasa suka dan duka pun dihilangkan.
4. Disini orang mencapai suatu keseimbangan yang tanpa dukacita maupun sukacita,dimana orang tersinari cahaya terang dan cahaya kesucian.
Umat Buddha akan karma, percaya bahwa kita akan menuai apa yang sudah kita
tabur; kita saat ini adalah hasil dari diri kita pada masa sebelumnya, dan kita akan menjadi
hasil diri kita saat ini. Dengan kata lain, kita tidaklah mutlak tetap seperti diri kita
sebelumnya, dan kita tidak akan terus menjadi seperti diri kita sekarang. Ini berarti bahwa
karma bukanlah ketentuan mutlak. Buddha menunjukkan bahwa jika semuanya sudah
ditetapkan, maka tidak aka nada kehendak bebas dan tidak akan ada kehendak bebas dan
tidak akan ada kehidupan moral atau spiritual.