JBM September 2006

download JBM September 2006

of 130

Transcript of JBM September 2006

BISNIS & MANAJEMENJurnal Ilmiah Berkala Empat Bulanan, ISSN 1411 - 9366 Volume 3 No.1, September 2006 Analisis Pengaruh Dimensi Wisata Terhadap Loyalitas Wisatawan (Studi Kasus Di Propinsi Lampung) Rinaldi Bursan Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Kegagalan Perusahaan Di Indonesia Rindu Rika Gamayuni Indentifikasi Potensi Retribusi Daerah Di Kabupaten Lampung Selatan Moneyzar Usman Evaluasi Kepuasan Nasabah atas Layanan Perbankan Berbasis Mobile Banking Network (Studi Kasus pada Bank Central Asia cabang Bandarlampung) Aida Sari Analisis Perancangan Agroindustri Berbasis Karet Erlina Faktor-faktor yang Mempengaruhi Brand Switching pada pengguna SIM Card di Fakultas Ekonomi Univesitas Lampung Ribhan

Jurnal

JURNAL BISNIS dan MANAJEMEN

Vol. 3

No.1

Hal. 01 -127

Bandarlampung September 2006

ISSN 1411 - 9366

Volume 3 No. 1, September 2006

ISSN 1411 - 9366

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMENTIM REDAKSIPenanggung Jawab : Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc. (Rektor Universitas Lampung) : Prof. Dr. Ir. Tirza Hanum, M.Sc. (Pembantu Rektor I Universitas Lampung) : Dr. John Hendri, M.S. (Ketua Lembaga Penelitian Universitas Lampung) : Toto Gunarto, S.E., M.S. (Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung) : Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

Pembina

Pemimpin Umum

Dewan Editor Ketua Anggota

: Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. : Dr. Irham Lihan, S.E., M.Si. : Dr. Wispandono, S.E.. S.Si. Iban Sofyan, S.E., M.Si. Mahrinasari M.S., S.E., M.P.M. Asep Unik, S.E., M.Si. M. Syatibi Ch., S.E.

Redaksi Pelaksana Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara Tata Usaha dan Kearsipan Distribusi dan Sirkulasi Alamat Redaksi

: : : : : : :

Habibullah Djimat, S.E., M.Si. Rinaldi Bursan, S.E., M.Si. Muslimin, S.E. Aida Sari, S.E., M.Si. Nasir Teguh Gedung A Lantai 2, Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro no. 1 Gedungmeneng - Bandarlampung, 35145 Telp. (0721)704622

Jumal Bisnis dan Manajemen merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan tiga kali setahun oleh Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, berisikan ringkasan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.

Volume 3 No. 1, September 2006

ISSN 1411 - 9366

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN

DAFTAR ISIAnalisis Pengaruh Dimensi Wisata Terhadap Loyalitas Wisatawan (Studi Kasus Di Propinsi Lampung) Rinaldi Bursan ................................................................................................... Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Kegagalan Perusahaan Di Indonesia Rindu Rika Gamayuni ...................................................................................... Indentifikasi Potensi Retribusi Daerah Di Kabupaten Lampung Selatan Moneyzar Usman ............................................................................................... Evaluasi Kepuasan Nasabah atas Layanan Perbankan Berbasis Mobile Banking Network (Studi Kasus pada Bank Central Asia cabang Bandarlampung) Aida Sari ............................................................................................................... Analisis Perancangan Agroindustri Berbasis Karet Erlina ................................................................................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Brand Switching pada pengguna SIM Card di Fakultas Ekonomi Univesitas Lampung Ribhan ...................................................................................................................

1

15

39

61 73

93

Analisis Pengaruh Dimensi Wisata Terhadap Loyalitas Wisatawan (Studi Kasus Di Propinsi Lampung)Oleh :

Rinaldi Bursan 1ABSTRACT On the basis of literature, marketing strategy is an analysis, planning, implementation, and control process designed to satisfy customer needs and wants by providing superior customer value. The aim of this research is to know perception of tourist after they have been consumed the object of tourism in Lampung Province. This research used Tourism Satisfaction Model (TOURSAT) to know relationship between satisfactions of accommodation, object of tourism, transportation and facilities with loyalty of tourist, recommendation and complain of customers. From the analysis, we know some tourist come from Singapore, China, Canada, United Stated and Europe. The have been stayed in Lampung 2 until 5 days. They show some object like Way Kambas Conservation for elephant and other object like Pasir Putih Beach. The results, satisfaction of accommodation, object of tourism, transportation and facilities are factors that influent satisfaction of consumers after they have been consumes some object of tourism in Lampung. Most of them satisfy after the show the object of tourism and some of them want to give recommendation for their friends to come to Lampung. Keys word : marketing strategy, satisfaction model satisfaction, recommendation, tourism

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Era otonomi daerah, sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang perekonomian suatu daerah. Sektor ini memiliki efek multiplier pada industri yang bergerak dan menunjang sektor pariwisata. Apabila sektor1

Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung

ini berkembangan dengan baik, maka akan menggerakkan industri lainnya seperti industri perhotelan,industri rumah makan, industri kerajinan, transportasi dan industri-industri lainnya. Propinsi Lampung sebagai daerah tujuan wisata ke-18 di Indonesia tentunya harus mempersiapkan daerahnya sebagai tujuan wisata baik bagi wisatawan asing maupun wisatawan domestic. Propinsi Lampung sebagai daerah yang dekat dengan salah satu pintu utama masuknya wisatawan, yaitu Jakarta harus mengambil keuntungan keberadaan daerahnya. Obyek wisata yang ada di Lampung sebagian telah mendunia seperti Taman Nasional Way Kambas dan Anak Gunung Krakatau. Untuk menjaring wisatawan ini Lampung perlu mempersiapkan daerahnya baik dari segi obyek wisata, sarana dan prasasrana pendukung, kemampuan sumber daya manusia ,transportasi sampai dengan masalah keamanan bagi wisatawan. Tabel 1.1 berikut ini menunjukan jumlah wisatawan yang berkunjung di Lampung sampai dengan tahun 2002. Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan Ke Propinsi Lampung Tahun 1997-2002No. Tahun Jumlah Wisatawan Nusantara 384,016 241,508 345,877 373,223 407,239 241,218 341,962 Mancanegara 23,713 13,508 11,767 9,584 10,418 5,942 11,200 Total 407,729 254,540 357,644 382,807 417,657 247,160 353,162 Nusantara 2.50 -37,11 43.22 7.91 9.11 0.00 5.78 Pertumbuhan Mancanegara 3.48 -45,04 -9,71 -18,55 8.70 0.00 -16,15 Total 2.55 -37,57 40.51 7.04 9.10 0.00 4.77

1 1997 2 1998 3 1999 4 2000 5 2001 6 2002*) Rata-rata

Sumber: Dinas Promosi,Investasi dan Pariwisata Propinsi Lampung (2004) *)Data sampai dengan Juni 2002. Berdasarkan data tahun 2002,jumlah wisatawan baik nusantara maupun mancanegara cenderung menurun. Hal ini harus segera diantisipasi agar penurunan yang cukup signifikan ini tidak terjadi pada tahun-tahun mendatang. Tabel 1.1 menunjukan komposisi jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lampung didominasi olehj wisatawan nusantara. Pertumbuhan jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Lampung rata-rata sebesar 5,78% selama periode 1997-2002.Tingkat pertumbuhan ini masih jauh jika dibandingkan dengan Propinsi Sumatera Utara yang menjadi tujuan utama wisatawan asing ke Pulau Sumatra yaitu sebesar 12,3%.

2

Data lain menunjukan, perkembangan jumlah wisatawan cenderung mengalami kemerosotan. Pertumbuhan junlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Propinsi Lampung sebesar -16,15%. Keadaan ini sangat memprihatinkan karena Lampung yang memiliki keuntungan geografis tidak mampu meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara . Usaha yang dilakukan oleh Propinsi Lampung dalam mempromosikan daerahnya baik ke mancanegara maupun ke propinsi lain di Indonesia sudah sering dilakukan. Usaha ini belum mampu meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Penelitian dibidang pariwisata dengan mengedepankan segmentasi psikografis belum banyak dilakukan. Penelitian ini berjudul Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Propinsi Lampung; Penerapan Tourism Satisfication Model/ TOURSAT diharapkan dapat mengembangkan model penelitian tentang kepuasan dan kebutuhan Wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang berkunjung ke Lampung. Output dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan bagi pengembangan pariwisata Lampung, dan pada akhirnya dapat menentukan strategi pengembangan pariwisata Propinsi Lampung. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang berikut: 1. ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

Merancang instrument penelitian untuk mengetahui tingkat kepuasan wisatawan terhadap unsu akomodasi,transportasi,destinasi dan prasarana wisata Lampung serta untuk mengetahui atribut apa yang paling signifikan terhadap keempat unsur tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana akomodasi , transportasi , destinasi dan prasarana wisata mempengaruhi kepuasan wisatawan. Untuk mengetahui kolerasi dari kesetiaan(loyalty),kesediaan memberikan rekomendasi (recommend) dan keluhan (complaint) wisatawan pada saat pasca kunjungan dengan kepuasan wisatwan. Untuk mengetahui kolerasi dari kesediaan memberikan rekomendasi (recommend) dan keluhan (Complaint) wisatwan dengan kesetiaan (Loyalty) wisatawan. Untuk mengetahui kebutuhan ,keinginan dan preferensi dari wisatawan Eropa terhadap potensi pariwisata yang ada di Lampung.

2. 3.

4.

5.

3

1.3 Manfaat Penelitian Kontribusi penelitian ini dapat dijabarkan dari dua dimensi yakni : 1. Dimesin Akademis. Dari dimensi akademis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan model pariwisata serta pengukurannya dari segi-segi unsur yang menentukan kepuasan dan kesetian wisatawan secara komprehensif. Dimensi Kebijakan Praktis. Dari dimensi kebijakan praktis,penelitian ini diharapkan bermanfaat terhadap pemerintah Propinsi Lampung dalam mengambil kebijaksanaan terhadap pembangunan industri pariwisata Lampung dalam mengambil kebijaksanaan terhadap pembangunan industri pariwisata Lampung, terutama bagi pelaku bisnis pariwisata dalam mengambil kebijaksanaannya terhadap perusahaannya.

2.

II. Metodologi Penelitian 2.1 Variabel-Variabel Penelitian dan Alat Analisis Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable-variable laten yang terbentuk dari pertanyaan-pertanyaan didalam kuisioner yang berjumlah 34 pertanyaan. Model Penelitian yang digunakan adalah Model Tourism Satisfaction (TOURSAT). Berdasarkan model tersebut, Kepuasan wisatawan di ukur dari pengalamannya melakukan perjalanan wisata selama berada di Lampung. Ada empat kegiatan atau pengalaman wisatawan yang hendak diukur dalam penelitian ini yakni: 1. 2. Pengalaman terhadap akomodasi, transportasi, destinasi dan terhadap prasarana wisata. Setelah wisatawan melakukan kunjungannya ke Lampung, ada tiga tindakan yang akan diukur yakni, pertama tindakan akan kembali berkunjung di masa mendatang, kedua tindakan akan mempromosikan kepad keluarga atau teman, ketiga tindakan akan menytakan keluhan (Complaint/Negative Word Of Mouth). Keempat faktor kegiatan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisatanya disebut variabel antecedent, dan ketiga faktor tindakan yang akan dilakukan wisatwan setelah kunjugannya ini disebut dengan variabel outcome (Ginting; 2002). Secara detail model pengukuran TOURSAT tergambar pada Gambar 1.1 berikut ini:

3.

4

Gambar 1.1 Model Penelitian Kepuasan Terhadap Akomodasi (F1) Kepuasan Terhadap Transportasi (F2) Kepuasan Terhadap Obyek Wisata (F3) Kepuasan terhadap Prasaranana (F3)

Kesetiaan wisatawan

Kepuasan Wisatawan

Rekomendasi Wisatawan

Keluhan Wisatawan

Variable laten tersebut akan dikonfirmasi dengan variable kepuasan menyeluruh wisatawan dan selanjutnya akan diukur variable-variable kinerja kepuasan, yaitu: 1. Kesetiaan wisatawan 2. Rekomendasi wisatawan 3. Keluhan wisatawan Keseluruhan variable tersebut akan dianlisis dengan mengunakan alat ukur dan pengujian sebagai berikut: 1. 2. 3. Cronbach Alpha digunakan untuk menguji realibilitas instrument pertanyaan. Analisis Factor digunakan untuk mereduksi variable-variable penelitian Korelasi bivariat digunakan untuk mengukur tingkat korelasi antar variable penelitian.

2.2 Metode Sampling dan Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan unit sampling wisatawan yang berkunjung ke Lampung baik wisatawan domestic maupun mancanegara. Ukuran besarnya sampel didasarkan pada Bentler (1993) dan Hair (1998) yang menyatakan bahwa perbandingn besarnya sampel dengan jumlah parameter dalam model 5:1. Agar 5

uji keberartian secara statistic dapat dipercaya, disarankan perbandingan sampel yang akan dibambil dengan jumlah parameter pada suatu konstruk 50:1. Berdasarkan pandangan tersebut maka parameter terbanyak dalam penelitian ini terdapat pada kunstruk obyek wisata berjumlah 10 parameter. Dengan demikian sampel penelitian ini berjumlah 500, dengan menggunkan metode kuota sampling maka responden terdiri dari 400 wisatawan domestik dan 100 wisatawan mancanegara. III. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Karakteristik Wisatawan Asing Analisis terhadap karakterisitik responden dilakukan terpisah antara wiatawan asing dan wisatawan domestik, mengingat wisatawan domestik sifatnya lebih homogen jika dilihat dari asal negaranya. Secara umum wisatawan asing yang berkunjung ke Lampung berasal dari berbagai negara antar lain: China, Amerika Serikat, Singapore, Hongkong, Thailand, Malaysia dan beberapa negara dari benua Eropha lainnya. Keadaan ini mengindikasikan cukup dikenalnya Propinsi Lampung sebagai tujuan wisata oleh berbagai wisatawan dunia. Wisatawan asing yang berkunjung ke Lampung secara umum memiliki 3 tujuan, yaitu: bisnis, berlibur dan pendidikan. Tujuan untuk berlibur mendominasi motif untuk berkunjung sebesar 83%, motif bisnis sebesar 14% dan pendidikan sebesar 3%. Jumlah wisatawan asing yang terbanyak mengunjungi daerah Lampung berasal dari Singapore sebanyak 13% dengan motif bisnis. Ini sejalan dengan banyaknya bisnis hasil bumi Propinsi Lampung seperti: kopi, lada, tapioka yang diekspor melalui Singapore. Motif pendidikan terdapat 3% dengan Negara asal Australia dan China. Khusus untuk 2 wisatawan China mereka menjadi volunteer mengajar bahasa Cina di Universitas Lampung. Sedangkan 1 orang wisatawan yang berasal dari Australia merupakan pertukaran pelajar antara Indonesia dan Australia. 3.2 Karakteristik Wisatawan Domestik Karakteristik wisatawan domestic yang berkunjung ke Lampung didominasi motif hanya untuk berlibur dengan jumlah 342 orang, sedangkan yang berkunjung dengan motif bisnis berjumlah 49 orang. Melihat sebaran wisatawan 6

domestic yang berkunjuung ke Lampung, terlihat banyaknya wisatawan yang hanya berlibur ke Lampung. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh para pelaku industri bisnis pariwisata di Bandar Lampung untuk membuat paket-paket wisata yang lebihh menarik lagi sehingga para wisatawan tersebut lebih lama lagi tinggal sehingga pendapat industri ini dapat meningkat. 3.3 Hasil Uji Hipotesis Hipotesis 1 yang menyatakan variabel Iaten kepuasan terhadap akomodasi berkolerasi positif dengan kepuasan wisatawan. Hipotesis ini tidak signifikan karena berdasarkan niiai koefisien korelasi -0.086. Angka ini menunjukan hubungan yang negatif antar kedua variabel. Nilai sebesar -0.086 seeara statistik menyatakan hubungan yang sangat leniah antara akomodasi terhadap kepuasan wisatawan. Hal ini disebabkan sebagian besar wisatawan domestik tidak menginap di hotel, tetapi menginap dirumah keluarga atau familinya. Sehingga menyebabkan hubungan yang tidak signifikan antara variabel akomodasi terhadap kepuasan wisatawan. Hipotesis 2 yang nienyatakan variabel laten kepuasan transportasi berkorelasi positif dengan kepnasan wisatawan dapat diterima. Hal ini terlihat dari besamya koefisien korelasi sebesar 0.568. Angka mi rnenunjukan hubungan yang cukup erat antar kedua variatel. Transportasi sangat memegang peranan dalarn industri pariwisata. Secara umum fasilitas transportasi yang menuju Lampung terbagi kedalarn 3 bagian. Wisatawan yang berasal dan pulau Sumatra biasanya menggunakan jalur darat yaitu melalui Lintas Sumatra. Jalur yang lain untuk wisatawan dan luar pulau Sumantra biasanya menggunakan jalur laut dan udara. Kbusus untuk jalur laut hampir tidak ada masalah, karena layanan ferry 24 jam. Untuk angkutan udara menuju Lampung tanya terdapat 2 penerbangan yaitu pagi dan sore setiap. Bendasarkan faktafakta tersebut responden menyatakan cukup erat hubungan antara vaniabel transportasi dengan kepuasan wisatawan. Hipotesis 4 yang menyatakan variabel laten kepuasan terhadap obyek wisata berkorelasi positif dengan kepuasan wisatawan dapat ditenima berdasarkan nilai koefisien korelasi setesar 0.668. Angka mi menunjukan hubungan yang cukup erat antar kedua variabel tersetut. Fakta yang tentang obyek wisata yang dirniliki Propinsi Lampung cukup beraneka ragam, mulai dan wisata bahari sampai wisata petualangan. Beterapa obyek wisata yang eukup terkenal di Larnpung antana lain Anak Gunung Knakatau, Taman Nasional Way Kamtas, Pantai Pasin Putih dan masih banyak lagi obyek wisata yang lain. Hipotesis 4 yang menyatakan vaniabel laten kepuasan terhadap prasarana dan sarana berkonelasi positif dengan kepuasan wisatawan dapat diterima 7

berdasarkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.307. Hubungan yang cukup erat tenjadi antara kedua vaniabel ini. Saat ini Propinsi Lampung rnemiliki cukup banyak hotel kelas melati dan 3 hotel berbintang 3 dan hotel berbintang 4. Hipotesis 5 yang menyatakan variabel kepuasan menyeluruh berkorelasi positif dengan variabel kesetiaan berdasarkan koefisien korelasi sebesar 0.599 diterima. Secara teoritis perilaku konsumen setelah mengevaluasi sebuah produk atau jasa yang dikonsumsi akan menghasilkan perilaku kesetiaan. Berdasarkan angka tersebut dapat dinyatakan hnbungan antara variabel kepuasan berkorelasi eukup kuat dengan variabel kesetiaan. Hipotesis 6 yang menyatakan variabel kepuasan rnenyeluruh berkorelasi positif dengan variabel rekomendasi tidak diterima. Hal ml karena hubungan yang terjadi antar kedua variabel mi sebesar -0.06 1 dan hubungan mi merupakan hubungan yang negatif. Artinya kepuasan yang diterima oleh wisatawan tidak akan diteruskan kepada calon wisatawan yang lain. Hipotesis 7 yang menyatakan variabel kepuasan menyeluruh berkorelasi negatif dengan variabel keluhan wisatawan. Hipotesis mi juga tidak dapat diteriina. Berdasarkan nilai koefisien korelasi justru terjadi hubnngan yang positif antara vartabel kepuasan dengan keluhan. Besarnya koefisien korelasi unutk kedua variabel ini relatif kecil sebesar 0.097. Hipotesis 8 yang menyatakan variabel rekomendasi berkorelasi positif dengan variabel kesetiaan wisatawan juga tidak dapat diterima karena nilai koefisien korelasi sebesar -0.189. Hal ml terjadi karena hasil evaluasi wisatawan yang berkunjung ke Larnpung terhadap obyek wisata justru tidak mau rnerekomendasikan kepada orang lain. Hipotesis 9 yang menyatakan variabel keluhan berkorelasi negatif dengan variabel kesetiaan diterima berdasarkan nilai koesisien korelasi sebesar -0.464. Angka mi menunjukan hubungan yang cukup erat antara variabel keluhan dengan variabel kesetiaan. Iniplikasi dan diterimanya hipotesis mi adalah banyaknya keluhan yang disampaikan oleh para wisatawan yang haruss ditanggapi secara serius oIeh para pelaku yang bergerak di industri ini. 3.4 Implikasi Manajerial Pengujian yang dilakukan untuk rnelihat strategi pemasaran pariwisata Lampung dengan menggunakan pendekatan TOURSAT bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yanng berhubungan dengan perilaku wisatawan terhadap berbagai macam variabel pendukungnya. Variabel pendukung tersebut antara lain: prasarana dan sarana, akomodasi, obyek wisata dan 8

transportasi terhadap kepuasan wisatawan. Variabel mediator kepuasan wisatawan kemudian diuji lagi untuk melihat hubungan dengan variabel perilaku wisatawan yaitu kesediaan memberi rekomendasi, keluhan pelanggan dan kesetiaan wisatawan. Karakteristik wisatawan yang diteliti terbagi menjadi wisatawan asing dengan proporsi 20% dan wisatawan domestik dengan proporsi 80%. Berdasarkan asal wisatawan asing yang berkunjung ke Lampung, hampir mewakili seluruh benua. Hal mi tentu menmpakan hal yang mengernbirakan bagi perkernbangan pariwisata Lampung. Berdasarkan data ini Pemda Lampung dapat memetakan negara mana yang harus lebih diperhatikan dalam penekanan promosi pariwisata yang akan diadakan. Promosi yang paling efektif guna menarik wisatawan asing adalah dengan mengedepankan keunikan yang dimiliki oleh Larnpung. inii dapat dilakukan dengan mengadakan misi pertukaran budaya antar kota, misalnya dengan kota-kota di Cina. Selain itu Pemda Lampung perlu mengikuti pameran-pameran industri pariwisata dunia dengan menampilkan keunikan yang dimiliki oleh Propinsi Lampung. Wisatawan domestik potensinya sangat besar dan harus dimanfaatkan dengan membuat paket-paket wisata dengan biro perjalanan yang kredibel. Pemda harus mampu memaksimalkan pesisirnya mulai dan Bakauheni sampai dengan Kota Agung dan berakhir di Pantai Krui. Ini perlu dilakukan untuk menarik wisatawan domestik yang berkunjung ke Anyer dan Banten. Mengingat sarana transportasi penyeberangan yang sangat lancar yang menghubungkan Merak dengan Bakauheni. Selain itu Pemda Lampung perlu meningkatkan Festival Krakatau dengan menciptakan acara-acara yang lebih diminati oleh kalangan muda. Wisatawan menyatakan kepuasan akomodasi sangat ditentukan oleh fasilitas, kebersihan, kenyamanan, kerarmahan petugas, keamanan, tarif hotel dan image hotel. Berdasarkan data mi Pernda Lampung haruss rnemperhatikan tingkat kebersihan dan kenyamanan hotel yang ada di Bandar Lampung. Hal ini mutlak harus dilakukan apabila rnenginginkan wisatawan untuk lebih lama tinggal dan menikmati obyek-obyek wisata yang ada di Lampung. Waktu yang dihabiskan oleh para wisatawan sangat erat kaitannya dengan uang yang dibelanjakan. Makin banyak uang yang dibelanjakan makin baik bagi perkembangan industri pariwisata dan pada akhirnya akan membawa dampak bagi perekonomian Lampung. Pemda Lampung juga perlu memperhatikan sarana transportasi yang nyaman dan aman bagi wisatawan. Sarana ini juga harus didukung dengan kecakapan sumber daya manusia yang terlibat didalamnya. Pemda Lampung perlu menambah frekuensi penerbangan menuju Lampnng. Saat mi penerbangan 9

hanya 2 kali dalam satu han. Disamping itu angkutan laut perlu diperhatikan mengingat wisatawan yang menuju Lampung lebih banyak menggunakan jalur laut. Waktu tempuh antara Merak dan Bakauheni sebaiknya diperpendek menjadi 1,5 jam. Obyek wisata yang adapun perlu dilakukan perbaikan secara terus menerus. Perbaikan ini juga perlu dibarengi dengan perbaikan caara berpromosi dan memperkenalkan berbagai obyek yang ada di Lampung. Pemda juga perlu menyediakan guide yang profesional bagi wisatawan. Kebersihan obyek wisatapun perlu diperhatikan oleb pemerintah daerah. Selain itu prasarana dan sarana yang menunjang industri pariwisata perlu juga mendapat perhatian, antara lain perbaikan jalan raya, mengingat letak antar obyek wisata yang ada di Lampung relatif jauh. Hal mi perlu dilakukan agar kenyaman wisatawan untuk berpindah-pindah dalam menikmati obyek wisata kenyamanannya tetap terjaga. Selain itu keamanan baik keamanan di obyek wisata, dihotel, di bandana, pelabuhan maupun di jalan raya perlu terus ditingkatkan. Sektor paniwisata harus mendapat perhatian karena memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkan perekonomi daerah Lampung. Apabila industri ini dapat berjalan dengan baik akan memberikan multiplier efek kepada sektor lainnya, seperti industri perhotelan, industri kerajinan, industri makanan dan menciptakan berbagai lapangan pekerjaan. Pada akhirnya akan membawa darnpak yang besar bagi peningkatan pendapatan daerah Lampung. IV. Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan 1. Kepuasan terhadap obyek wisata dapat diprediksi oleh variabel-variabel kepuasan terhadap obyek wisata ditentukan oleh : keindahan alam lokasi, kebersihan lokasi, kenyamanan lokasi, kearnanan lokasi, keunikan fisik lokasi, keunikan budaya, keramahan masyarakat, keterampilan pemandn wisata, tarif jasa pemandu, dan image destinasi sebesar 89.5% dan sisanya oleh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. Kepuasan obyek wisata dapat diprediksi oleh variabel-variabel fasilitas jalan raya, kenyamanan jalan raya, keamanan jalan raya, fasilitas sosial bandara/pelabuhanlterminal, kecepatan layanan bandara/pelabuhan/ terminal, kenyamanan, keramahan, sarana komunikasi, ketepatan waktu dan image destinasi sebesar 79.5% dan sisanya oleh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.

2.

10

3.

Kepuasan menyeluruh wisatawan dipengaruhi oleh kepuasan akomodasi,transportasi, obyek wisata dan prasarana dan sarana wisata yang ada sebesar 97.2% dan sisanya oleh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.

4.2 Saran Pemerintah Daerah Lampung perlu memperhatikan hal-hal beriknt mi apabila ingin meningkatkan pendapatan dan sektor paniwisata, hal-hal tersebut antana lain: 1. Perlu melakukan promosi paniwisata dengan melibatkan selunmh daerah tingkat II memperkenalkan obyek-obyek wisata yang ada dengan melakukan berbagai misi budaya dengan satu kota tertentu, seperti kotakota di Cina. Selain itu Pemda Propinsi Lampung perlu memperbaiki sarana trasportasi baik darat, maupun udara yang nyaman dan aman serta tepat waktu. Perlu membuat paket-paket wisata yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Apabila hal ini bisa dilakukan akan menambah lama tinggal wisatawan di Lampung. Khusus untuk wisatawan asing, pihak pemda perlu memikirkan keberadaan pemandu wisata yang profesional yang mampu menerangkan obyek wisata secara lengkap.

2.

Guna mendapatkan tambahan informasi yang lebih luas perlu dilakukan penelitian lanjutan atas program-program kepariwisataan yang telah dilakukan oleh setiap Daerah Tingkat II manpun pihak Propinsi Lampung sebagai bahan evaluasi dan dasar bagi penyusunan strategi pengembangan pemasaran pariwisata yang lebih kompehensif bagi daerah Lampung DAFTAR PUSTAKA Agung, IGN. Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Penerbit PT. Gramcdia Pustaka Utama, 1998. Anderson, Eugene W & Mary W. Sullivan, The Anticedents and Concequences of Customer Satisfaction for Firms, Marketing Science, Vol.12, no.2 page 125 143, 1993. Augustyne, Marcjanna & Samuel K, Ho, Service Quality and Tourism, Journal of Travel Research, Vol. 37, page 71 75, 1998.

11

Biro Pusat Statistik, Foreign Visitor Statistic 1999, Jakarta, Penerbit Central Bereau of Statistics, 2000. Churchill, Gilbert A. & Carol Surprnanl,An Investigation into the Determinants of Customer Satisfaction, Journal of Marketing Research, 19 (Nov), page 491 504, 1997. Hayes, Bob E, Measuring Customer Satisfaction, Developing and Using Quetionnaires Milwaukee, ASQS Quality Prcss, 2002. Ginting, Paham,Pemasaran Pariwisata Sumantra Utara, Disertasi tidak dipubhkasikan, Universitas Indonesia, 2003. Kasali, Rhenald Menbidik Pasar Indonesia, Segmentasi, Targeting dan Positioning, Jakarta, PT. Grarnedia Pustaka Utama, 1998. Kotler,Philip,Marketing Management; The Melleniuni Edition, Upper Saddle River, NewJersey, Ncw York, 2003. Laws, Eric, Tourism Marketing, Service and Quality Management Perpective, Stanley Thomson (Publisher) Ltd, 1998. Naumann, Earl; Giel, Kathleen, Customer Satisfaction Measurement and Management: Using the Voice of The Customer, USA; International Thomson Publishing, 1995. Oliver, Richard L, A. Cognitive Model of The Antecedents and Coscequences of Statistic on Decisions, Journal of Marketing Research, No. 17 (Nov), page 460 469, 1997. Parasurarnan A, Valarie Zeithaml & Leonard Berry, A. Conceptual Mode~ of Service Quality and its Implication for Future Research, Journal of Marketing, 49 (Fall), page 41 -50, 1997. Patterson, Paul G. Lester W. Johnson, & Richard A. Spreng,Modeling the Determinants of Customer Satisfaction for Business to Business, Professional Services, Journal of Acadcrniy of Marketing Science, Vol. 25 No.1 page 4 17, 1997. Pawitra, Teddy,Kepuasan Pelanggan Sebagai Keunggulan Daya Saing: Konsep, Pengukuran, dan Implikasi Strategik, Dalam Pemasaran; Dimense Falsafah, Disiplin dan Keahlian, Jakarta; Penerbit Seklah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya, 1993. 12

Tribe, John & Snaith Tim, From SERVQUAL to HOLSAT; Holiday Satisfaction m Varadero, Cuba, Tourism Management, Vol.19 No. 1, page 25 34, Printed in Great Britain, 1998.

13

RASIO KEUANGAN SEBAGAI PREDIKTOR KEGAGALAN PERUSAHAAN DI INDONESIARindu Rika Gamayuni 2

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada tahun-tahun sebelum terjadinya kebangkrutan, sehingga dapat diketahui rasio keuangan apa saja yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Variabel penelitian yang digunakan adalah Net income to total asset ratio, Total debt to total asset ratio, Sales to total asset. Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di BEJ dari tahun 1997 2005. Perusahaan bangkrut diwakili oleh perusahaan yang di-delisting di BEJ selama periode tahun 2000-2005. Perusahaan tidak bangkrut sebagai sampel pembanding adalah perusahaan yang tidak bangkrut yang sejenis atau dalam bidang usaha yang sama dengan perusahaan yang bangkrut. Pengujian untuk membuktikan hipotesis dilakukan dengan uji beda independent t test, dengan menggunakan alat SPSS (Statistical Package for Social Science). Hasil pengujian membuktikan bahwa rasio keuangan yang berbeda signifikan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut adalah rasio rasio net income to total asset (yaitu dua dan tiga tahun sebelum terjadi kebangkrutan), dan rasio total debt to total asset (yaitu pada dua tahun sebelum terjadi kebangkrutan). Artinya rasio net income to total asset dan total debt to total asset dapat digunakan untuk memprediksi terjadiya kebangkrutan perusahaan. Sedangkan rasio sales to total asset tidak dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan karena dari hasil pengujian nilai rasio tersebut tidak berbeda signifikan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut.

I. PENDAHULUAN Rasio keuangan banyak dipakai oleh berbagai penelitian karena rasio keuangan terbukti berperan penting dalam evaluasi kinerja keuangan dan dapat digunakan untuk memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat maupun2

Staf pengajar Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Unila

yang tidak sehat (Chen, 1981). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan untuk memprediksi kegagalan suatu usaha antara lain dilakukan oleh Beaver (1966, 1968), Altman (1968, 1984), Blum (1974), Ohlson (1980), dan Zmijewski (1983). Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1990-an telah mengakibatkan kegagalan ekonomi dan keuangan. Banyak perusahaan yang mengalami kegagalan usahanya. Oleh karena itu muncul riset-riset di Indonesia untuk menguji apakah rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan suatu usaha. Penelitian tersebut antaralain dilakukan oleh Surifah (1999), Aryati dan Manao (2000), Mongid (2000), dan Wilopo (2000). Penelitianpenelitian tersebut ingin membuktikan apakah rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan bank di Indonesia. Penelitian dilakukan beberapa tahun sebelum terjadinya kegagalan bank. Hasilnya membuktikan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan bank pada beberapa tahun sebelumnya. Atas dasar berbagai penelitian tersebut, peneliti ingin mengidentifikasikan rasio-rasio keuangan apa saja yang dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan perusahaan di Indonesia. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisis Laporan Keuangan dan Tujuannya Analisis Laporan Keuangan (Financial statement analysis) terdiri atas aplikasi alat-alat dan teknik-teknik analitis laporan keuangan dan data relevan lainnya untuk menggali informasi yang berfaedah. Analisis laporan keuangan biasanya didasarkan pada laporan keuangan terbitan perusahaan dan informasi ekonomi lainnya tentang perusahaan dan industrinya. Sumber utama informasi ini adalah laporan tahunan. Laporan tahunan terdiri dari laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas), serta laporan tahunan lainnya yang terdiri dari catatan atas laporan keuangan, ringkasan dari metode akuntansi yang digunakan, pembahasan dan analisis manajemen terhadap hasil-hasil keuangan, laporan akuntan, data keuangan komparatif untuk beberapa tahun. Tujuan pokok analisis keuangan adalah memprediksi kinerja yang akan datang. Walaupun laporan keuangan ini historis sifatnya, namun laporan ini biasanya memberikan indikator-indikator bagaimana sebuah perusahaan kemungkinan berkiprah dalam periode-periode berikutnya. Indikator-indikator ini mungkin saja tidak langsung terbukti, dan pemakai yang berkepentingan perlu menganalisis laporan secara cermat guna memperoleh informasi tertentu yang sesuai dengan tujuan-tujuan mereka. Pengguna informasi keuangan ini adalah 16

pihak intern dan ekstern perusahaan. Pihak intern adalah manajemen perusahaan, pihak ekstern adalah investor dan kreditor. Pihak ekstern ini menggunakan analisis laporan keuangan untuk meramalkan jumlah pengembalian yang akan diterima dan mempertimbangkan resiko yang berkaitan dengan pengembalian tersebut. Kreditor adalah pihak yang paling berkepentingan terhadap penilaian likuiditas dan solvabilitas perusahaan, karena kreditor akan memperkirakan menerima sejumlah pengembalian tertentu yang jumlahnya dapat dipastikan, dan memiliki hak klaim pertama atas aktiva. Likuiditas jangka pendek adalah kemampuan organisasi untuk memenuhi pembayaran hutang-hutang lancar pada saat jatuh tempo. Solvabilitas jangka panjang adalah kemampuan untuk menghasilkan kas dalam jumlah yang cukup untuk membayar hutang-hutang jangka panjang pada saat jatuh tempo. Sedangkan para investor lebih berkepentingan terhadap profitabilitas, deviden, dan harga saham masa depan, karena pembayaran deviden tergantung dari operasi yang menguntungkan, dan kenaikan harga saham tergantung dari penilaian pasar terhadap prospek perusahaan. Para kreditur juga menghitung profitabilitas karena operasi yang menghasilkan laba merupakan sumber utama kas untuk membayar pinjaman. 2.2. Rasio-rasio yang dipergunakan dalam analisis laporan keuangan Analisis rasio menunjukkan hubungan di antara pos-pos yang terpilih dari data laporan keuangan. Rasio memperlihatkan hubungan matematis di antara satu kuantitas dengan kuantitas lainnya. Hubungan ini dinyatakan dalam persentase, tingkat, maupun proporsi tunggal. Rasio merupakan pedoman yang bermanfaat dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaan-perusahaan lain. Tujuan pokok rasio-rasio ini adalah untuk menyoroti bidang-bidang yang memerlukan investigasi lebih dalam. Banyak rasio yang sudah terstandarisasi, rasio tersebut sudah diakui sebagai indikator yang bermanfaat mengenai kinerja keuangan dan dihitung secara rutin serta dipublikasikan berdasarkan keuangan atau industri oleh perusahaanperusahaan analisis keuangan. RASIO-RASIO LIKUIDITAS Rasio Lancar (Current Ratio) Aktiva lancar = ---------------------------------Kewajiban jangka pendek

Rasio lancar

17

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva lancarnya. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek. Rasio ini sering pula disebut rasio modal kerja (working capital ratio) karena modal kerja merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar. Kreditor jangka pendek sangat peduli dengan rasio lancar ini karena konversi persediaan dan piutang dagang menjadi kas merupakan sumber pokok darinya perusahaan dapat mendulang kas untuk membayar kreditor jangka pendek. Dari sudut pandang kreditor jangka pendek, semakin tinggi rasio lancar perusahaan maka semakin besar pula perlindungannya. Walaupun begitu, perusahaan gampang mempunyai rasio lancar yang tinggi. Rasio lancar yang terlalu tinggi biasanya diakibatkan oleh dimilikinya aktiva lancar yang tidak diperlukan, yang tidak memberikan pendapatan, jumlah dana yng sangat banyak yang terbenam dalam bentuk piutang dagang yang mungkin terbukti tidak tertagih, atau dalam persediaan yang mengandung banyak jenis persediaan yang sudah usang atau lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan normal perusahaan. Rasio lancar sebesar 2 sudah dianggap memuaskan, tetapi perlu dipertimbangkan beberapa faktor antaralain: praktik yang berlaku dalam industri, lamanya siklus operasi perusahaan, dan bauran aktiva lancar perusahaan. Rasio lancar yang terlalu tinggi dalam perusahaan serupa dalam industri yang sama dapat mengindikasikan pengelolaan aktiva lancar yang tidak efiien. Bauran aktiva lancar adalah proporsi berbagai unsur yang membentuk aktiva lancar. Bauran ini akan berdampak pada seberapa cepat aktiva lancar dapat dikonversikan menjadi kas. Rasio Cepat (Acid Test Ratio) Aktiva cepat = ------------------------------------Kewajiban jangka pendek

Rasio cepat

Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva cepatnya. Aktiva cepat adalah aktiva yang dapat segera dikonversikan menjadi kas. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah kas, surat berharga, dan piutang dagang bersih dengan kewajiban jangka pendeknya. Rasio cepat merupakan pelengkap penting untuk rasio lancar. Banyak kreditor yang lebih menyukai rasio cepat daripada rasio lancar sebagai ukuran solvensi jangka pendek perusahaan karena rasio cepat tidak menyertakan persediaan dan beban dibayar di muka sebagai dasar aktiva lancarnya, karena persediaan dan beban dibayar di muka merupakan aktiva lancar yang paling tidak likuid.

18

RASIO-RASIO PROFITABILITAS Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan leberhasilan perusahaan. Laba, atau kurangnya laba akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan, dan kemampuan perusahaan untuk berubah. Profitabilitas (kemampulabaan) sering dipakai sebagai tes akhir efektifitas opasei manajemen. Profitabilitas perusahaan sangat terkait dengan likuiditasnya karena pendapatan pada akhirnya akan menghasilkan arus kas. Rasio profitabilitas antara lain rasio marjin laba (profit margin ratio), rasio putaran aktiva (asset turnover), rasio imbalan aktiva (return on asset ratio), earning per share (EPS), Price/Earning ratio, dividend yield ratio, dividend Payout ratio. Profit Margin Ratio Rasio marjin laba merupakan suatu ukuran persentase dari setiap rupiah penjualan yang menghasilkan laba bersih (net income). Hubungan laba bersih dengan penjualan bersih kerap dipakai untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam negendalikan biaya dan beban yang berkaitan dengan penjualan. Kelemahan rasio ini adalah bahwa rasio ini tidak mempertimbangkan investasi (jumlah aset atau ekuitas pemegang saham) yang diperlukan untuk menghasilkan penjualan dan laba. Rasio marjin laba Rasio Imbalan Aktiva Rasio ini mengukur keberhasilan perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan laba. Tingkat imbal hasil atas total aktiva dihitung dengan rumus: Laba bersih --------------------------------Jumlah rata-rata aktiva Rasio ini merupakan ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah memakai dananya, tanpa memperhatikan besaran relatif sumber dana tersebut (kreditor jangka pendek, kreditor jangka panjang, pemegang saham, pemegang obligasi). Rasio ini sering digunakan majemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis dalam suatu perusahaan multidivisional. 19 = laba bersih -------------------------------Penjualan bersih

Sales to Total Asset Ratio Rasio penjualan bersih terhadap aktiva adalah ukuran profitabilitas yang menunjukkan seberapa efektif suatu perusahaan menggunakan aktivanya. Atau mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Sebagai contoh, dua perusahaan yang bersaing memiliki aktiva yang sama. Jika penjualan salah satu perusahaan berjumlah dua kali dari perusahaan lainnya, maka perusahaan yang nilai penjualannya lebih besar telah menggunakan aktivanya dengan lebih baik. Dalam menghitung rasio ini sebaiknya setiap invetasi jangka panjang tidak dimasukkan ke dalam total aktiva, karena investasi seperti itu tidak berhubungan dengan operasi normal yang berhubungan dengan penjualan barang dan jasa. RASIO-RASIO SOLVENSI Rasio solvensi (solvency ratios) mengukur kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup selama jangka waktu yang panjang. Kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang berkepentingan dalam solvensi jangka panjang, yaitu kesanggupannya dalam membayar bunga dan pokok pinjamannya pada saat jatuh tempo. Tujuan analisis solvensi jangka panjang adalah mendeteksi sinyal awal bahwa perusahaan sedang berada di ambang kebangkrutan. Krisis moneter yang melanda Indonesia berimbas pada banyaknya perusahaan yang mengalami kegagalan atau kebangkrutan. Kegagalan atau kerugian besar sebenarnya bisa dicegah kalau saja tersedia informasi yang lebih baik menyangkut solvensi perusahaan. Ada dua rasio yang memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya yaitu rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) dan rasio waktu perolehan bunga (times interest earned). Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio jumlah kewajiban = -----------------------------------Jumlah ekuitas pemilik

Debt to equity ratio melihat struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. Rasio ini mengindikasikan sejauhmana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dari sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan perusahaan dapat dianggap sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa terdapat aset yang memadai untuk menutup klaim pihak lain. Rasio yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih besar ketimbang aset yang tersedia untuk 20

menutupnya, meningkatkan resiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh bilamana terjadi likuidasi. Times Interest Earned Ratio TIER Laba sebelum beban bunga dan pajak penghasilan = -----------------------------------------------------------------------Beban bunga

Untuk mengevaluasi lebih lanjut besarnya utang perusahaan, analis dapat mengamati hubungan beban bunga dengan pendapatan. DER yang tinggi dari sebuah perusahaan mengindikasilan pinjaman yang besar, namun bila pendapatannya memadai untuk menutupi beban bunga atas utangnya, maka analis boleh berpendapat bahwa situasinya lumayan menguntungkan. Mengukur kemampuan untuk membayar hutang jangka panjang Rasio hutang = kewajiban total ---------------------------Aktiva total

Menunjukkan persentase aktiva yang dibiayai dengan pinjaman. Jika rasio sebesar 1, maka hutang telah digunakan untuk membiayai semua aktiva. Rasio kewajiban sebesar 0.5 artinya perusahaan telah menggunakan utangnya untuk membiayai setengah aktivanya. Pemilik usaha telah membiayai setengah yang lain. Semakin besar rasio kewajiban, semakin sulit untuk membayar bunga tiap tahun dan jumlah pokoknya saat jatuh tempo. Semakin rendah rasionya, semakin sedikit kewajiban masa depan perusahaan tersebut. 2.3. Perusahaan Delisting di BEJ Peraturan Delisting di Bursa Efek Jakarta Penelitian ini menggunakan perusahaan delisting di BEJ sebagai proksi perusahaan yang bangkrut. Perusahaan yang di-delisting dari Bursa Efek Jakarta artinya perusahaan tersebut dihapuskan atau dikeluarkan dari daftar perusahaan di BEJ, dikarenakan alasan-alasan tertentu. Delisting dapat dilakukan atas permintaan perusahaan yang menerbitkan saham atau atas perintah BEJ. Delisting atas perintah BEJ biasanya karena perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban dan aturan yang telah ditetapkan.

21

Kriteria Delisting Kriteria delisting adalah sebagai berikut sebagaimana terdapat pada website Jakarta Stock Exchange (www.jsx.co.id): 1. Delisting dapat terjadi atas permintaan perusahaan yang menerbitkan saham atau atas perintah bursa efek. Jika delisting atas perintah bursa efek, maka sebelumnya telah mendapat rekomendasi dari securities listing committee. Delisting atas permintaan perusahaan yang menerbitkan saham hanya dapat terjadi jika telah disetujui dalam general meeting yang dilakukan oleh shareholders, dan pihak perusahaan telah menyelesaikan semua kewajibannya terhadap bursa efek. Permintaan delisting oleh perusahaan penerbit saham harus dikumpulkan 2 bulan sebelum tanggal efektif delisting, berikut alasan delisting dan melampirkan secara detail hasil dari general meeting shareholders. Bursa efek harus mengumumkan rencana delisting paling lambat 30 hari sebelum tanggal efektif delisting. Perusahaan yang terdaftar di bursa akan di-delisting oleh bursa efek jika mengalami kondisi berikut: a. Selama tiga tahun berturut-turut menderita kerugian keuangan, atau kerugian 50% atau lebih dari modal disetor yang terlihat pada neraca perusahaan pada akhir tahun terakhir.

2.

3.

4. 5.

b. Selama tiga tahun berturut-turut tidak membayar deviden saham secara tunai dan telah 3 kali gagal memenuhi kewajiban obligasi. c. Total ekuitas shareholders kurang dari 3 milyar rupiah. d. Jumlah shareholders kurang dari 100 investor dalam tiga bulan berturutturut. Setiap satu investor atau institusi individu harus memiliki sekurangnya satu unit pedagangan (satu unit perdagangan = 500 saham). e. f. Tidak terjadi transaksi selama 6 bulan berturut-turut. Laporan keuangan tidak sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum dan regulasi yang ditetapkan BAPEPAM.

g. Pelanggaran terhadap regulasi pasar modal secara umum dan regulasi bursa efek khususnya. 22

h. Tindakan perusahaan membahayakan kepentingan publik sehubungan dengan keputusan yang dibuat. i. j. Perusahaan mengalami likuidasi disebabkan merger, konsolidasi, bangkrut, pembubaran dana investasi, atau alasan lainnya. Perusahaan dinyatakan bangkrut oleh pengadilan.

k. Perusahaan menghadapi gugatan yang secara material mempengaruhi kondisi dan ketahanan hidup perusahaan. 6. Khusus untuk dana investasi, nilai aktiva bersih mengalami penurunan sampai 50% dari nilai pokoknya disebabkan kerugian operasi.

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beaver (1966) melaporkan sebuah studi yang membandingkan masing-masing rasio-rasio perusahaan bangkrut dengan perusahaan yang tidak bangkrut yang dilakukan terhadap kondisi lima tahun sebelum kebangkrutan. Ada lima rasio yang digunakan Beaver dalam memprediksi kegagalan perusahaan, yaitu: cash flow to total debt ratio, net income to total asset ratio, current asset to current liabilities ratio, total debt to total asset ratio, working capital to total asset ratio. Penelitian ini membuktikan bahwa analisa rasio keuangan dapat berguna untuk memprediksi kebangkrutan. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Edward I Altman pada tahun 1968, menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis dengan lima jenis rasio keuangan yaitu working capital to total asset, retained earning to total asset, earning before interest and taxes to total asset, market value of equity to book value of total debts, dan seles to total asset. Penelitian ini menggunakan sampel 66 perusahaan yang terbagi dua masing-masing 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut. Hasil studi Altman ternyata mampu memperoleh tingkat ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan. Untuk data dua tahun sebelum kebangkrutan 72%. Penelitian prediksi kebangkrutan yang lain dilakukan oleh Ohlson (1980) dengan menggunakan model analisa logit kondisional dengan sampel amatan 105 perusahaan bangkrut dan 2058 perushaan tidak bangkrut pada periode 1970 1976. Hasilnya menunjukkan bahwa model size merupakan prediktor yang paling penting dalam memprediksi kebangkrutan, dengan ketepatan prediksi untuk seluruh variabel laporan keuangan sebesar 96,3%. Penelitian di Indonesia berkenaan dengan prediksi kebangkrutan perusahaan dilakukan oleh Surifah (1996) menguji manfaat rasio keuangan dalam 23

memprediksi kebangkrutan bank dengan menggunakan model CAMEL. Sampel terdiri atas 26 bank bangrut dan 26 bank tidak bangkrut. Alat stasistik yang digunakan model statistik logit. Hasilnya menunjukkan bahwa (a) rata-rata rasio CAMEL bank yang tidak gagal lebih besar dari rata-rata rasio CAMEL bank yang gagal pada tahun-tahun sebelum mengalami kegagalan maupun ketidakgagalan, (b) rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan suatu bank. Aryati (2000) melakukan penelitian yang bertujuan menguji rasio-rasio keuangan yang diukur dengan rasio CAMEL apakah ada perbedaan antara bank sehat dengan bank yang gagal. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel yang signifikan untuk data lima tahun sebelum kebangkrutan adalah CAR, RORA, ROA, rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar, dan rasio kredit terhadap dana yang diterima. Variabel yang lain yaitu NPM dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional ternyata tidak signifikan. Atas dasar hasil-hasil penelitian terdahulu dan dilandasi teori yang ada maka hipotesis ditetapkan sebagai berikut: Hipotesis: Ha1.1.1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada net income to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada satu tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Ha1.1.2 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada net income to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada dua tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Ha1.1.3 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada net income to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada tiga tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Ha1.2.1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada total debt to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada satu tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Ha1.2.2 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada total debt to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada dua tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Ha1.2.3 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada total debt to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada tiga tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan.

24

Ha1.3.1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada sales to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada satu tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Ha1.3.2 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada sales to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada dua tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Ha1.3.3 : Terdapat perbedaan yang signifikan sales to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada tiga tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada Rasio keuangan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada tahuntahun sebelum terjadinya kebangkrutan. Untuk mengetahui rasio keuangan apa saja yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Untuk membandingkan karakteristik rasio keuangan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada tahun-tahun sebelum terjadinya kebangkrutan.

2. 3.

3.2. MANFAAT PENELITIAN 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan rasio-rasio keuangan mana saja yang dapat memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan, agar bagi pihak intern perusahaan dapat mengambil langkah preventiv yang tepat Hasil penelitian ini juga berguna bagi para pemakai informasi laporan keuangan seperti para pengambil keputusan agar mempertimbangkan rasio-rasio keuangan dalam berinvestasi Meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan pembaca mengenai manfaat rasio-rasio keuangan.

2.

3.

25

IV.

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis, sumber data, dan metode pengumpulan data Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang telah tersedia di BEJ. Kriteria pemilihan sampel: 1. Perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut yang terdaftar di BEJ pada tahun 1997 2005. Semua perusahaan tersebut tidak dibatasi jenis atau klasifikasi perusahaannya. Perusahaan bangkrut diwakili oleh perusahaan yang di-delisting di BEJ selama periode tahun 2000-2006. Perusahaan tidak bangkrut merupakan control group sebagai sampel pembanding. Perusahaan pembanding adalah perusahaan yang tidak bangkrut yang sejenis atau dalam bidang usaha yang sama dengan perusahaan yang bangkrut. Sampel pembanding diambil pada periode yang sama dengan perusahaan bangkrut. 2. Laporan keuangan tersedia lengkap untuk satu sampai tiga tahun terakhir sebelum kebangkrutan.

IV.2. Sampel Penelitian Tahun Perusahaan tidak bangkrut Bangkrut 2005 Bank Artaniaga Kencana Darya Varia Lab Texmaco Perkasa Engineering 2004 Bank Bumiputra Indonesia tbk BCA tbk Hotel sahid Jaya Tempo Inti Media Asia Plust Industri 2003 Dankos Laboratoies Siwani Trimitra Mustika Ratu Budi Acid Jaya Alumindo Light Metal Industry BBL Dharmala Finance 2001 Charoen Phokphan Indonesia Argo Pantes tbk

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 26

Nama Perusahaan Bangkrut Bank Global Internasional tbk Dankos Laboratories Komatsu Indonesia Bank Danpac tbk Bank Pikko tbk Aryaduta Hotels tbk Indosiar Visual Mandiri tbk Wahana Jaya Perkasa Bayer Indonesia Manly Unitama Finance tbk Procter & Gamble Indonesia Tri Polyta Indonesia Itamaraya Gold Industri tbk Panca Overseas Finance tbk Anwar Sierad tbk Concord Benefit Entertaintment

No. 17 18 19 20 21

Nama Perusahaan Bangkrut Bank Tiara Asia Fiskaragung Perkasa tbk Bank PDFCI Putra Surya Multidana tbk Aster Dharma Industri

Tahun Perusahaan tidak bangkrut Bangkrut 2000 Bank CIC Internasional Aqua Golden Misissippi BNI Mandiri Intifinance tbk Astra Graphia tbk

4.3. Variabel Penelitian 1. 2. 3. Net income to total asset ratio Total debt to total asset ratio Sales to total asset

4.4. Teknik pengujian / analisis Penelitian ini menggunakan alat analisis uji beda yaitu Independent Sampel T test (uji T untuk dua sampel independen). Teknik pengujian sebagai berikut: 1. Sebelum melakukan uji beda, terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pengujian ini untuk menentukan jenis uji beda yang akan dipakai. Jika data tidak normal maka uji beda dilakukan dengan uji beda nonparametrik yaitu Mann- Whitney U test, namun jika data normal maka digunakan uji T. Uji beda dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada rasio keuangan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada beberapa tahun sebelum terjadinya kebangkrutan. Ho diterima apabila probabilitas > 0.05. Ha diterima apabila probabilitas < 0.05. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.

3. V.

5.1. Data Rasio Keuangan Perusahaan Bangkrut dan Tidak Bangkrut Berikut adalah data rasio keuangan perusahaan bangkrut pada beberapa tahun sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan:No. 1 2 Nama Perusahaan Bangkrut Bank Global Internasional tbk Dankos Laboratories Tahun Bangkrut 2005 NI/TA 10/1795 34/436 1 tahun sebelum bangkrut TD/TA Sales/TA 1295/1795 121/1795 128/436 222/436

27

No. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 No. 1 2

Nama Perusahaan Bangkrut Komatsu Indonesia Bank Danpac tbk Bank Pikko tbk Aryaduta Hotels tbk Indosiar Visual Mandiri tbk Wahana Jaya Perkasa Bayer Indonesia Manly Unitama Finance tbk Procter & Gamble Indonesia Tri Polyta Indonesia Itamaraya Gold Industri tbk Panca Overseas Finance tbk Anwar Sierad tbk Concord Benefit Entertaintment Bank Tiara Asia Fiskaragung Perkasa tbk Bank PDFCI Putra Surya Multidana tbk Aster Dharma Industri Nama Perusahaan Bangkrut Bank Global Internasional tbk Dankos Laboratories Komatsu Indonesia Bank Danpac tbk Bank Pikko tbk Aryaduta Hotels tbk Indosiar Visual Mandiri tbk Wahana Jaya Perkasa Bayer Indonesia Manly Unitama Finance tbk Procter & Gamble Indonesia Tri Polyta Indonesia Itamaraya Gold Industri tbk Panca Overseas Finance tbk Anwar Sierad tbk Concord Benefit Entertaintment Bank Tiara Asia Fiskaragung Perkasa tbk Bank PDFCI Putra Surya Multidana tbk Aster Dharma Industri Nama Perusahaan Bangkrut Bank Global Internasional tbk Dankos Laboratories

Tahun Bangkrut 2004

2003

2001 2000

NI/TA (18)/2587 11/1302 (40)/1488 95/284 80/1649 (30)/1463 26/453 0.1/97 3/141 319/2160 (2)/62 (47)/909 (269)/1658 (60)/91 (437)/4389 (54)/622 23/1808 406/2184 (86645)/292564

1 tahun sebelum bangkrut TD/TA Sales/TA 2125/2587 27/2587 1165/1302 160/1302 1395/1488 133/1488 196/284 91/284 750/1649 152/1649 605/1463 91/1463 240/453 430/453 40/97 1/97 36/141 387/141 3055/2160 810/2160 45/62 15/62 1020/909 10/909 3047/1658 461/1658 558/91 107/91 3891/4389 445/4389 396/622 167/622 1438/1808 250/1808 2606/2184 353/2184 386643/292564 46879/292564

Tahun Bangkrut 2005

2004

2003

2001 2000

2 tahun sebelum bangkrut NI/TA TD/TA Sales/TA 10/2245 1749/2245 225/2245 97/772 404/772 875/772 30/690 85/690 408/690 3/818 697/818 74/818 (24)/495 1394/495 88/495 19/278 193/278 57/278 94/1014 442/1014 431/1014 (11)/1774 1672/1774 105/1774 5/408 233/408 502/408 1/97 39/97 5/97 4/203 97/203 116/203 471/(2994) 3974/(2994) 964/(2994) (5)/68 52/68 36/68 (47)/909 1020/909 10/909 337/921 2351/921 379/921 11/95 435/95 96/95 (457805(/5998360 6263393/5998360 473344/5998360 (316574/766479) 585343/766479 64733/66479 (199853)/4029745 4009246/4029745 171802/4009246 (3108893)/3650029 6001428/3650029 3650029/435640 (86645)/292564 386643/292564 46879/292564 3 tahun sebelum bangkrut TD/TA Sales/TA 1410/1748 114/1748 397/653 486/653

Tahun Bangkrut 2005

NI/TA 2/1748 49/653

28

No. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Nama Perusahaan Bangkrut Komatsu Indonesia Bank Danpac tbk Bank Pikko tbk Aryaduta Hotels tbk Indosiar Visual Mandiri tbk Wahana Jaya Perkasa Bayer Indonesia Manly Unitama Finance tbk Procter & Gamble Indonesia Tri Polyta Indonesia Itamaraya Gold Industri tbk Panca Overseas Finance tbk Anwar Sierad tbk Concord Benefit Entertaintment Bank Tiara Asia Fiskaragung Perkasa tbk Bank PDFCI Putra Surya Multidana tbk Aster Dharma Industri

Tahun Bangkrut 2004

2003

2001 2000

1 tahun sebelum bangkrut TD/TA Sales/TA 4/626 82/626 292/626 11/791 674/791 94/791 (1)/1109 993/1109 49/1109 (3)/293 208/293 82/293 115/899 644/899 589/899 (79)/1837 1598/1837 143/1837 65/329 140/329 502/329 1/78 40/78 7/78 72/175 90/175 458/175 (408)/2133 2383/2133 1193/2133 (2)/71 36/71 46/71 28/277 400/277 30/277 (2092625)/1302860 371323/1302860 474239/1302860 (256033)/156004 500474/156004 107253/156004 30.1/2554 2267/2554 286/2554 80.2/510 77/510 252/77 42.3/2591 2207/2591 249/2591 105.1/2723 1478/2723 313/2723 (3.2)/148 104/148 131/148 NI/TA

Berikut adalah data rasio keuangan perusahaan tidak bangkrut sebagai sampel pembanding:No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Perusahaan Bank Artaniaga Kencana Darya Varia Lab Texmaco Perkasa Engineering Bank Bumiputra Indonesia tbk BCA tbk Hotel sahid Jaya Tempo Inti Media Asia Plust Industri Dankos Laboratoies Siwani Trimitra Mustika Ratu Budi Acid Jaya Alumindo Light Metal Industry BBL Dharmala Finance Charoen Phokphan Indonesia Argo Pantes tbk Bank CIC Internasional Aqua Golden Misissippi BNI Mandiri Intifinance tbk Tahun Bangkrut 2005 NI/TA 4/924 34/436 (18)/2587 16/3277 1667/127609 27/778 (11)/127 1/293 49/653 6/319 15/311 25/961 46/1095 27/909 87/1832 (337)/2674 1/2218 13/204 (4618)/108846 (12)/126 1 tahun sebelum bangkrut TD/TA Sales/TA 811/924 49/924 128/436 222/436 2125/2587 27/2587 822/3277 334/3277 109393/122609 10399/122609 600/778 66/778 41/127 80/127 146/293 117/293 397/653 486/653 211/319 2/319 76/311 125/311 772/961 399/961 706/1095 913/1095 1169/909 102/909 1176/1832 2045/1832 2974/2674 791/2674 2043/2218 360/2218 134/204 294/204 101226/108846 7919/108846 199/126 12/126

2004

2003

2002 2001 2000

29

No.

Nama Perusahaan

Tahun Bangkrut

21 Astra Graphia tbk

NI/TA 211319/1565758

1 tahun sebelum bangkrut TD/TA Sales/TA 1256624/1565758 741888/1565758

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Nama Perusahaan Bank Artaniaga Kencana Darya Varia Lab Texmaco Perkasa Engineering Bank Bumiputra Indonesia tbk BCA tbk Hotel sahid Jaya Tempo Inti Media Asia Plust Industri Dankos Laboratoies Siwani Trimitra Mustika Ratu Budi Acid Jaya Alumindo Light Metal Industry BBL Dharmala Finance Charoen Phokphan Indonesia Argo Pantes tbk Bank CIC Internasional Aqua Golden Misissippi BNI Mandiri Intifinance tbk Astra Graphia tbk Nama Perusahaan Bank Artaniaga Kencana Darya Varia Lab Texmaco Perkasa Engineering Bank Bumiputra Indonesia tbk BCA tbk Hotel sahid Jaya Tempo Inti Media Asia Plust Industri Dankos Laboratoies Siwani Trimitra Mustika Ratu Budi Acid Jaya Alumindo Light Metal Industry BBL Dharmala Finance Charoen Phokphan Indonesia Argo Pantes tbk Bank CIC Internasional Aqua Golden Misissippi BNI

Tahun Bangkrut 2005

2004

2003

2002 2001 2000

2 tahun sebelum bangkrut TD/TA Sales/TA 3/928 822/928 92/928 42/400 132/400 303/400 (18)/2587 2125/2587 27/2587 *9/2055 1829/2055 175/2055 (24)/1495 1394/1495 88/1394 91/784 611/784 41/784 (5)/112 15/112 39/112 1/301 25/53 96/301 55/541 336/541 568/541 (3)/323 211/323 3/323 23/279 44/279 166/279 13/982 791/982 595/982 17/1041 676/1041 895/1041 (107)/890 1081/890 88/890 144/2300 1841/2300 1764/2300 (70)2701 2777/2701 819/2701 316/1884856 1728921/1884856 284478/1884856 9634/181028 130195/181028 252269/181028 70677/124135188 120662910/124135188 8234309/124135188 (42018)/259969 257248/259969 11520/259969 211319/1565758 1256624/1565758 90384/1565758 NI/TA 3 tahun sebelum bangkrut TD/TA Sales/TA 4/779 672/779 56/779 36/403 204/403 311/403 (6)/4556 5392/4556 60/4556 159/23703 21007/23703 2044/23703 1866/99980 91046/99980 10593/99980 (26)/806 683/806 123/806 8/117 12/117 37/117 5.65/238 79/238 120/238 37/457 297/457 397/457 (1)/151 189/151 4/151 28/273 50/273 145/273 (40)/879 646/879 282/879 58/938 561/938 659/938 (44)/1154 1345/1154 117/1154 (368301)/2059546 2099191/2059546 1171955/2059546 (354005)/3125849 3515739/3125849 1208744/3125849 17/809 649/809 95/809 85/121 79/121 150/121 283.8/44426 41287/44426 3590/44426 NI/TA

Tahun Bangkrut 2005

2004

2003

2002 2001 2000

30

No.

Nama Perusahaan

Tahun Bangkrut

20 Mandiri Intifinance tbk 21 Astra Graphia tbk

NI/TA 3.4/248 5.8/847

1 tahun sebelum bangkrut TD/TA Sales/TA 177/248 25/248 686/847 521/847

5.2. Deskriptif Data Rasio Perusahaan Bangkrut dan Tidak Bangkrut Beberapa Tahun Sebelum terjadi Kebangkrutan Group StatisticsRasio NITA1 TDTA1 SLTA1 NITA2 TDTA2 SLTA2 NITA3 TDTA3 SLTA3 Kelompok Bangkrut tidak bangkrut bangkrut tidak bangkrut bangkrut tidak bangkrut bangkrut tidak bangkrut bangkrut tidak bangkrut bangkrut tidak bangkrut bangkrut tidak bangkrut Bangkrut tidak bangkrut Bangkrut tidak bangkrut N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 Mean 2.4286E-03 2.4714E-02 1.07100 .74376 .37557 .38300 -5.53333E-02 1.5667E-02 1.05133 .74162 .75762 .36838 -.11290 3.7714E-02 .79714 .77462 .64438 .36586 Std. Deviation .19387 5.7072E-02 1.22483 .33409 .61998 .38941 .23899 7.2680E-02 1.15804 .27686 1.79530 .40003 .51534 .16548 .63214 .31114 .85589 .33552

pada

Std. Error Mean 4.2306E-02 1.2454E-02 .26728 7.2904E-02 .13529 8.4976E-02 5.2152E-02 1.5860E-02 .25271 6.0416E-02 .39177 8.7294E-02 .11246 3.6111E-02 .13794 6.7896E-02 .18677 7.3216E-02

Keterangan: NITA 1 TDTA1 SLTA 1 NITA 2 TDTA 2 SLTA 2 NITA 3 TDTA 3 SLTA 3 : : : Net income to total asset ratio pada 1 tahun sebelum bangkrut Total debt to total asset Ratio pada 1 tahun sebelum bangkrut Sales to total asset ratio pada 1 tahun sebelum bangkrut

: Net income to total asset ratio pada 2 tahun sebelum bangkrut : Total debt to total asset Ratio pada 2 tahun sebelum bangkrut : Sales to total asset ratio pada 2 tahun sebelum bangkrut : Net income to total asset ratio pada 3 tahun sebelum bangkrut : Total debt to total asset Ratio pada 3 tahun sebelum bangkrut : Sales to total asset ratio pada 3 tahun sebelum bangkrut

31

5.2.1. Deskriptif data Net income to total asset ratio Net income to total asset ratio menunjukkan tingkat pengembalian aktiva. Rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan laba. Pada perusahaan bangkrut nilai rata-rata NITA tiga tahun sebelum bangkrut sebesar 0,1, dua tahun sebelum bangkrut 0,05, satu tahun sebelum bangkrut 0,002. Nilai ratio mines disebabkan nilai ratarata net income perusahaan yang bangrut nilainya mines, artinya perusahaan bangkrut tidak menghasilkan laba bahkan merugi pada tiga tahun sebelum bangrut. Nilai ini lebih kecil daripada nilai rata-rata NITA perusahaan yang tidak bangkrut. Pada perusahaan tidak bangkrut nilai rata-rata NITA tidak mines. Pada tiga tahun sebelum bangkrut nilai rata-rata NITA 0,038, dua tahun sebelum bangkrut 0,0158, satu tahun sebelum bangkrut 0,025. 5.2.2. Deskriptif data Total debt to total asset Ratio Rasio ini menjelaskan proporsi aktiva perusahaan yang telah dibiayai dengan hutang. Pada perusahaan bangkrut, nilai rata-rata TDTA tiga tahun sebelum bangkrut nilainya 0,644, dua tahun sebelum bangkrut 1,051, satu tahun sebelum bangkrut 1,071. Nilai TDTA lebih dari satu artinya hutang perusahaan lebih besar dari aktiva yang dimiliki. Hal ini sangat tidak baik karena jika perusahaan bangkrut maka aktiva perusahaan tidak cukup untuk mengembalikan hutang perusahaan. Nilai TDTA semakin mendekati tahun bangkrut nilainya semakin besar, artinya hutang semakin besar. Semakin besar aktiva yang dibiayai dengan hutang. Hal ini ini tidak baik karena semakin besar rasio ini, perusahaan akan semakin sulit untuk membayar bunga tiap tahun dan jumlah pokoknya saat jatuh tempo. Semakin rendah rasionya, semakin sedikit kewajiban masa depan perusahaan tersebut. Jika perusahaan memiliki hutang yang banyak, atau rasio TDTA yang tinggi, biasanya para kreditur mengenakan tingkat bunga yang lebih tinggi terhadap pinjaman baru perusahaan, yang artinya perusahaan akan semakin sulit untuk mendapatkan pinjaman. Pada perusahaan tidak bangkrut nilai TDTA tiga tahun sebelum bangkrut 0,366, dua tahun sebelum bangkrut 0,742, satu tahun sebelum bangkrut 0,744. Semakin mendekati tahun kebangkrutan, nilai TDTA juga semakin besar tetapi nilainya masih dalam tahap wajar. 5.2.3. Deskriptif data Sales to total asset ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Pada perusahaan bangkrut nilai rata-rata SLTA tiga tahun sebelum bangkrut 0,644, dua tahun sebelum bangkrut 0,758, satu tahun sebelum bangkrut 0,376. Pada perusahaan tidak bangkrut, nilai 32

SLTA tiga tahun sebelum bangkrut 0,365, dua tahun sebelum bangrut 0,368, satu tahun sebelum bangkrut 0,383. 5.3. Hasil Pengujian Hipotesis Hasil uji beda dengan Independent Sample t test antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut. Variabel NITA 1 TDTA 1 SLTA 1 NITA 2 TDTA 2 SLTA 2 NITA 3 TDTA 3 SLTA 3 F 3.969 2.665 0.351 5.027 7.257 2.286 4.838 1.002 3.891 Sig 0.053 0.110 0.557 0.031 0.010 0.138 0.034 0.323 0.055 Kesimpulan Hipotesis ditolak Hipotesis ditolak Hipotesis ditolak Hipotesis diterima Hipotesis diterima Hipotesis ditolak Hipotesis diterima Hipotesis ditolak Hipotesis ditolak

5.3.1. Pengujian Rasio Net income to Total Asset satu sampai tiga tahun sebelum kebangkrutan pada perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut. Ha1.1.1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada net income to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada satu tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Hipotesis ini ditolak karena dari hasil pengujian, nilai signifikansi sebesar 0.053. Nilai probabilitas > 0.05, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada net income to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada satu tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Ha1.1.2 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada net income to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada dua tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Hipotesis ini diterima karena dari hasil pengujian, nilai signifikansi sebesar 0.031. Nilai probabilitas < 0.05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada net income to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada dua tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan.

33

Ha1.1.3 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada net income to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada tiga tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Hipotesis ini diterima karena dari hasil pengujian, nilai signifikansi sebesar 0.034. Nilai probabilitas < 0.05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada net income to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada tiga tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. 5.3.2 Pengujian Rasio Total debt to total asset satu sampai tiga tahun sebelum kebangkrutan pada perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut. Ha1.2.1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada total debt to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada satu tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Hipotesis ini ditolak karena dari hasil pengujian, nilai signifikansi sebesar 0.110. Nilai probabilitas > 0.05, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada total debt to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada satu tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Ha1.2.2 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada total debt to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada dua tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Hipotesis ini diterima karena dari hasil pengujian, nilai signifikansi sebesar 0.01. Nilai probabilitas < 0.05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada total debt to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada dua tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Ha1.2.3 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada total debt to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada tiga tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Hipotesis ini ditolak karena dari hasil pengujian, nilai signifikansi sebesar 0.323. Nilai probabilitas > 0.05, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada total debt to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada tiga tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan.

34

5.3.3 Pengujian Rasio Sales to total asset satu sampai tiga tahun sebelum kebangkrutan pada perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut. Ha1.3.1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada sales to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada satu tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Hipotesis ini ditolak karena dari hasil pengujian, nilai signifikansi sebesar 0.557. Nilai probabilitas > 0.05, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada satu tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Ha1.3.2 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada sales to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada dua tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Hipotesis ini ditolak karena dari hasil pengujian, nilai signifikansi sebesar 0.138. Nilai probabilitas > 0.05, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada total debt to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada satu tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Ha1.3.3 : Terdapat perbedaan yang signifikan sales to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada tiga tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan. Hipotesis ini ditolak karena dari hasil pengujian, nilai signifikansi sebesar 0.055. Nilai probabilitas > 0.05, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada sales to total asset ratio antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada tiga tahun sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pengolahan uji data diperoleh hasil bahwa pada beberapa tahun sebelum terjadi kebangkrutan, rasio keuangan yang memiliki perbedaan signifikan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut adalah rasio net income to total asset (yaitu dua dan tiga tahun sebelum terjadi kebangkrutan), dan rasio total debt to total asset (yaitu pada dua tahun sebelum terjadi kebangkrutan). Artinya rasio net income to total asset dapat digunakan untuk memprediksi terjadiya kebangkrutan perusahaan karena nilainya berbeda signifikan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut. Pada perusahaan bangkrut, satu sampai tiga tahun sebelum kebangkrutan, nilai rata-rata net income mines, artinya perusahaan bangkrut tidak menghasilkan laba bahkan merugi pada tiga 35

tahun sebelum bangkrut. Hal ini menyebabkan rasio net income to total asset mines. Rasio total debt to total asset pada dua tahun sebelum kebangkrutan juga berbeda signifikan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut artinya rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Pada perusahaan bangkrut, rasio TDTA pada satu sampai dua tahun sebelum bangkrut nilainya lebih dari satu artinya hutang perusahaan lebih besar dari aktiva yang dimiliki. Hal ini sangat tidak baik karena jika perusahaan bangkrut maka aktiva perusahaan tidak cukup untuk mengembalikan hutang perusahaan. Pada perusahaan tidak bakrut nilai TDTA masih dalam tahap wajar. Investor maupun manajemen perusahaan dapat melihat kondisi perusahaan melalui nilai rasio ini. Bagi pihak manajemen, rasio ini digunakan sebagai early warning atau peringatan awal untuk dapat memperbaiki kondisi perusahaan agar jangan sampai terjadi kebangkrutan. Bagi pihak investor agar berhati-hati jika hendak menanamkan modalnya pada perusahaan, dapat mengevaluasi rasio keuangan perusahaan terlebih dahulu. Rasio SLTA tidak berbeda signifikan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut, artinya rasio ini tidak dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Altman, E., Financial Ratio Discriminant Analysis and The Prediction of Corporate Bankruptcy, Journal of Finance, Vol XXIII, No.4, Sept, 1968. Aryati dan Manao, Rasio Keuangan sebagai Prediktor Bank Bermasalah di Indonesia , Seminar Nasional Akuntansi, Jakarta, 2000. Beaver, W., Financial Ratios as Predictors of Failure, Empirical Research in Accounting: Selected Studies, Supplement, Vol. 5, Journal of Accounting Research, 1966. Belkaoui, Ahmed, 1998, Accounting Theory, Penerjemah Marwata, dkk., Salemba Empat, Jakarta. Dajan, Anto, 1996, Pengantar Metode Statistik. Edisi kesebelas. LP3ES, Jakarta. IAI, 1999, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

36

Hongren, dkk., Akuntansi di Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Machfoedz, M., Financial Ratios Analysis and the Prediction of Earning Changes in Indonesia. Kelola, No. 7/III, 1994. Mongid, Accounting Data and bank Failiure, Seminar Nasional Akuntansi, Jakarta, 2000. Niswonger, Fess, Warren, 1993, Prinsip-prinsip Akuntansi, Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Ohlson, J.A, Financial Ratios and The Prediction of Corporate Bankcruptcy , Journal of Accounting Research, Spring, 1980. Wilopo, Prediksi Kebangkrutan Bank, Seminar Nasional Akuntansi, Jakarta, 2000. Simamora, Henry, Akuntansi: Salemba Empat, Jakarta. Basis Pengambilan Keputusan Bisinis, Penerbit

Sutanto, Singgih,1999, SPSS: Mengolah Data Statistik secara Profesional, PT Elex Medis Komputindo, Jakarta.

37

INDENTIFIKASI POTENSI RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN LAMPUNG SELATANMoneyzar Usman3

ABSTRAK Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber penerimaan daerah sebelumnya kurang mendapat perhatian, keadaan ini disebabkan ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Sumber dana pembangunan daerah sebagian besar diperoleh dari pemerintah pusat sementara kewenangan pemerintah daerah dalam mengatur penggunaan dana tersebut relatif terbatas. Penerimaan daerah merupakan hal penting dalam membangun kemandirian finansial, maka diperlukan upaya untuk menggali kemungkinan yang dapat ditindak lanjuti dengan tidak membebani ekonomi masyarakat. Hasil pengamatan diperkirakan ada tiga kelompok retribusi yang akan dikaji lebih mendalam dan menyeluruh yang terkait dengan dinas kesehatan, pasar, dan perhubungan. Atas dasar tersebut dan dengan memperhatikan pertimbangan letak geografis Kabupaten Lampung Selatan yang sangat strategis maka Pemerintah daerah Kabupaten Lampung Selatan memandang perlu melakukan Idetifikasi Potensi Penerimaan Retribusi utama di kabupaten Lampung Selatan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Umum Pembangunan Nasional merupakan program pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu, berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu masyarakat adil makmur yang merata materil dan spirituil. Upaya merealisasikan tujuan tersebut pada tingkat pusat dijabarkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja3

Staf pengajar Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Unila

Negara (RAPBN) sedangkan di propinsi dijabarkan dalam bentuk Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). APBN dan APBD menjadi landasan operasional bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk melaksanakan pembangunan. Dengan demikian pembangunan nasional maupun daerah menjadi rangkaian program yang dilaksanakan terus menerus dan berkesinambungan (continouse improvment) yang membutuhkan pendanaan besar, sementara dana yang tersedia sangat terbatas. Seiring dengan pelaksanaan Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pemerintah daerah harus dapat menyesuaikan terutama dengan terjadinya perubahan paradigma dari sentralisasi ke desentralisasi yang substansinya adalah demokratisasi dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pengawasan jalannya pemerintahan. Konsekuensi dari UU No 32 tahun 2004 adalah Daerah yang tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah dapat dihapus dan atau digabung dengan daerah lain. Hal ini berarti eksistensi dan prospek daerah kembali pada inisiatif, kreativitas dan inovasi daerah dalam menggalang dan mendayagunakan berbagai potensi aset dan akses ke arah yang lebih produktif dan ekonomis. Otonomi daerah menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah daerah. Kesiapan dan keseriusan dalam melaksanakan otonomi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan melaksanakan otonomi daerah. Ketersediaan dana pembangunan menjadi permasalahan umum yang dihadapi dalam melaksanakan otonomi daerah. Sesuai dengan paradigma otonomi daerah, pemerintah daerah mempunyai wewenang yang luas dalam mengatur penggunaan dana pembangunan, termasuk didalamnya adalah menggali sumber-sumber penerimaan dana atau pendapatan daerah. Sesuai dengan Undang-undang No.33 Tahun 2004, pada dasarnya pendapatan daerah dikelompokan menjadi : 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari pajak, retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain PAD. Dana perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah Pinjaman daerah Lain-lain pendapatan daerah yang syah

2. 3. 4. 40

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber penerimaan daerah sebelumnya kurang mendapat perhatian, keadaan ini disebabkan ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Sumber dana pembangunan daerah sebagian besar diperoleh dari pemerintah pusat sementara kewenangan pemerintah daerah dalam mengatur penggunaan dana tersebut relatif terbatas. Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, pemerintah daerah dituntut memiliki kejelian, inovasi dan kreatifitas dalam melihat dan menggali sumbersumber potensial dalam rangka meningkatkan pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam kerangka otonomi daerah memegang peranan penting terutama untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran publik. Kabupaten Lampung Selatan memiliki letak yang cukup menguntungkan karena kedekatannya dengan ibu kota negara dan penyangga Kota Bandar Lampung. Dampak positif dari letak ini adalah spread effect ekonomis dan informatif. Posisi geografis yang strategis memberi dampak ekonomis yang cukup tinggi karena di wilayah timur sebagai pintu gerbang pulau Sumatera dari pulau Jawa sehingga lalu lintas barang, dan orang melalui kabupaten ini cukup tinggi. Melihat potensi ini berbagai jenis layanan dapat disediakan untuk mendapatkan penghasilan bagi daerah. Jenis layanan apa yang patut disediakan sangat tergantung dengan kemampuan melakukan desain dengan harapan layanan tersebut tetap memenuhi syarat cost recovery namun tetap pula memenuhi syarat-syarat kepatutan, tidak membangun kembali high cost economy, selaras dengan rasa keadilan dipelihara sehingga memberi dampak menyenangkan (feel benefit). Dana yang diperlukan untuk membangun sistem penerimaan daerah melalui percepatan perputaran uang cukup besar. Hasil kajian sementara terlihat bahwa peningkatan penerimaan daerah terutama dari restribusi belum optimal. Pada tahun 2004 PAD Lampung Selatan mencapai 93,72 persen dari target yang ditetapkan sebanyak Rp 12,73 Milyar. Sementara pencapaian restribusi utama mencapai 106,75 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 2,05 Milyar. Perkembangan rencana anggaran tahun 2004 turun sebesar 16,04 persen dibanding dengan realisasi anggaran PAD tahun sebelumnya (tahun 2004). Rencana anggaran restribusi utama yang direncanakan pemerintah daerah turun sebesar 6,24 persen dari tahun sebelumnya. Kontribusi restribusi utama tahun 2004 terhadap PAD pada tahun yang sama sebesar 2,79 persen. Karena penerimaan daerah merupakan hal penting dalam membangun kemandirian finansial, maka diperlukan upaya untuk menggali kemungkinan yang dapat ditindak lanjuti dengan tidak membebani ekonomi masyarakat. 41

Hasil pengamatan diperkirakan ada tiga kelompok retribusi yang akan dikaji lebih mendalam dan menyeluruh yang terkait dengan dinas kesehatan, pasar, dan perhubungan: 1. Retribusi yang terkait dengan Dinas Kebersihan : (a) Retribusi pelayanan persampahan (perda no. 14 tahun 2001) (b) Retribusi penyedotan tinja (perda nomor. 19 tahun 2000) 2. Retribusi yang terkait dengan Dinas Pasar : (a) Retribusi Pasar (perda nomor. 9 tahun 2001) (b) Retribusi izin peruntukan penggunaan tanah (sewa toko/kios/los/hamparan diatur perda no. 11 tahun 2001). (c) Retribusi Kebersihan dilingkungan pasar (perda nomor.10 tahun 2001). 3. Retribusi yang berkaitan dengan Dinas Perhubungan terdiri dari : (a) Retribusi Terminal (perda Nomor 16 tahun 2000) (b) Retribusi Parkir : Retribusi Parkir di pinggir jalan umum (ketetapan bupati) Retribusi Parkir ditempat khusus (perda No 15 tahun 2000) (c) Retribusi Izin Trayek (perda Nomo. 17 tahun 2000) (d) Retribusi Pengujian Kendaraan bermotor (perda no 20/2001) (e) Retribusi yang terkait dengan pelabuhan penyeberangan Bakauheni (retribusi jasa peron dan parkir dalam wilayah pelabuhan)

Berkenaan dengan hal ini Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan memandang perlu melakukan identifikasi potensi peningkatan penerimaan retribusi utama dikabupaten Lampung Selatan. I.2. Tujuan Tujuan kegiatan yang ingin dicapai ialah : 1. Teridentifikasinya retribusi utama di Kabupaten Lampung Selatan

42

2. 3.

Mengukur potensi retribusi utama di kabupaten Lampung Selatan Menentukan besaran estimasi penerimaan retribusi di Kabupaten Lampung Selatan.

1.3 Keluaran/Output Secara keseluruhan keluaran/ouput kegiatan ini ialah laporan kajian identifikasi jenis retribusi dalam bentuk hasil kajian berupa: 1. 2. 3. Teridentifikasinya potensi retribusi utama di Kabupaten Lampung Selatan Terukurnya potensi retribusi utama di Kabupaten Lampung Selatan Terukurnya besaran estimasi penerimaan retribusi dari masing-masing potensi yang dikaji disertai dengan rencana tindakan.

II. METODE PENELITIAN 2.1. Lingkup Pekerjaan a. Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan diseluruh wilayah Kabupaten Lampung Selatan b. Lingkup Kajian Lingkup Kajian ini adalah : 1. Melakukan survei atas subyek dan obyek retribusi utama dalam rangka mengukur potensi dan penetapan target retribusi di Kabupaten Lampung Selatan. Menyusun rekomendasi untuk mendukung pengembangan penerimaan retribusi daerah.

2.

2.2 Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan ini memerlukan waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kerja atau setara dengan 6 (enam) bulan. Jadwal Terlampir.

43

2.3.

Analisis Data

Estimasi Besaran Retribusi melalui dua perdekatan : (1). Model pertama : Definitional Equation (persamaan identitas) Eti Eti Qi = Pi x Qi (estimasi optimis) = Estimasi Penerimaan retribusi jenis i Pi = Tarif persatuan retribusi jenis i. = Kuantitas potensi utama retribusi jenis i periode mendatang

Catatan : (i = 1, 2, n) (2). Model kedua : (analisis tren) a) Ey = (Qi) Eri b0 b1 Qi EY Eri Behavioral Equation ( analisis regresi) dan trend method Ey =b0 + b1Q1 + b2Q2 + + bnQn

= b0 + b1 Qi = Parameter konstanta = Koefisien pengaruh Variabel potensi utama = Kuantitas potensi utama restribusi jenisi, periode yang lalu. = Penerimaan restribusi jenis i periode yang lalu = Estimasi penerimaan restribusi jenis i (estimasi rendah)

Qi = Kuantitas potensi utama restribusi jenis i periode mendatang

Catatan : (i = 1, 2, n) b) Analisis Trend Linear Q = f (t) Q = a0 + at Keterangan : Q = Variabel yang di estimasi t = Variabel waktu

44

2.5 Sistem Pelaporan Output yang diharapkan dari kajian ini adalah tersusunnya dokumen kajian identifikasi potensi restribusi utama di Kabupaten Lampung Selatan Sistim pelaporan kegiatan ini terdiri atas 4 (empat) tahap pelaporan yaitu: Laporan Pendahuluan, berisikan tentang latar belakang dilakukannya Kajian identifikasi potensi restribusi utama di Kabupaten Lampung Selatan serta rencana kegiatan yang akan dilakukan tahap berikutnya.. Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar. Laporan Kemajuan, berisikan kegiatan yang telah dilakukan pada tahap awal, hasil kegiatan serta rencana kegiatan yang akan dilakukan pada tahap berikutnya. Laporan Kemajuan dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar. Laporan Akhir, merupakan laporan final tahapan kegiatan secara keseluruhan Laporan Akhir dibuat sebanyak 15 (lima belas) eksemplar. Executive Summary, merupakan summary dari laporan final, dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

-

-

III. PEMBAHASAN Retribusi dari Dinas Kebersihan di Kabupaten Lampung Selatan dituangkan dalam 2 (dua) PERDA yaitu : a. Retribusi pelayanan persampahan (perda No 14 Tahun 2000)

b. Retribusi penyedotan Tinja (perda No 19 Tahun 2000) Pada tahun 2004, ada 5 (lima) kecamatan diwilayah Kabupaten Lampung Selatan yang menjadi simpul potensi retribusi dinas kebersihan yaitu : a. b. c. Kalianda Penengahan Sidomulyo

d. Tanjung Bintang dan e. Natar

45

Retribusi kebersihan yang cukup potensial baik dari upaya pelayanan persampahan ataupun penyedotan tinja teridentifikasi dari 3 (tiga) objek retribusi yaitu : a. b. c. Bangunan sosial sebanyak 1.585 Unit Bangunan Industri sebanyak 307 Unit Bangunan Tempat Tinggal sebanyak 78.631 Unit

Secara rinci digambarkan pada Tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Jumlah Bangunan Sosial, Industri, dan Bangunan Tempat Tinggal di Wilayah Kerja Pelayanan Persampahan dan Penyedotan Tinja di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 Bangunan Bangunan Bangunan Sosial Industri Tempat (unit) * (unit) Tingal (unit) 1 Kalianda 211 56 14,700 2 Penengahan 200 16 9,648 3 Sidomulyo 340 108 16,008 4 Tanjung Bintang 365 51 10,833 5 Natar 469 76 27,442 Jumlah 1,585 307 78,631 Rata-rata 317 61 15,726 Sumber : Lampung Selatan dalam Angka, 2005 No Kecamatan Total (Unit) 14,967 9,864 16,456 11,249 27,987 80,523 16,105 % 19 12 20 14 35 100

Dengan memperhatikan objek retribusi kebersihan, bangunan tempat tinggal adalah potensi retribusi yang sangat penting (78.631 unit) meskipun sifat dan karakternya sangat bervariasi. Dari ketiga identifikasi potensi retribusi ini, Kecamatan Natar memiliki prosentase yang tertinggi dari kecamatan lainnya yaitu 35 persen dan secara berurutan diikuti oleh Kecamatan Sidomulyo dan Kalianda. Keadaan ini memang ditunjukkan dengan karakter populasi yang tinggi serta daerah ini merupakan pusat aktivitas kegiatan ekonomi. 1. Identifikasi Potensi Retribusi Persampahan Penerimaan retribusi dari persampahan di Kabupaten Lampung Selatan diperoleh dari 3 (tiga) identifikasi golongan retribusi yaitu dari : a. Rumah Tangga b. Rumah teratur dan c. Perkantoran 46

Tabel 4.2 Realisasi Retribusi Sampah Menurut Golongan Bangunan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2001 2004Tahun 2001 2002 2003 2004 Jumlah Rata-rata Rumah Tangga (2.07) (2.58) (3.58) (11.73) (19.96) (4.99) Persentase Kontribusi (%) Rumah Perkantoran dll teratur (9.64) (15.06) (11.72) (1