jawaban farmasetik

23
NARKOBA bukanlah kosakata baru dalam khazanah perbendaharaan kata kita. Narkoba juga bukan barang baru yang “dikonsumsi” sebagian masyarakat. Narkoba justru kini mulai mewabah dan menjadi hantu baru yang mengancam generasi muda. Boleh dibilang, narkoba sudah menjadi musuh masyarakat yang harus dihadapi bersama- sama. Meski narkoba bukan sesuatu yang asing, harus diakui, sebagian besar masyarakat kita masih belum mengetahui betul seluk-beluk dan hakikat narkoba. Secara bahasa, narkoba adalah akronim dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain. Dilihat dari asal usul bahasa, narkotika diambil dari istilah dalam bahasa Yunani nacosis, yang berarti obat bius yang melenakan atau menidurkan. Psikotropika adalah segala macam obat- obatan yang bukan termasuk jenis narkotika, namun memiliki efek dan bahaya mirip narkotika. Sedangkan zat adkitif adalah segala macam zat yang bukan narkotika, namun menimbulkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Secara umum, dilihat dari sisi semantika bahasa, narkoba berarti segala jenis obat atau zat, sintetis ataupun semisintetis, yang apabila diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, berpengaruh terhadap penurunan kesadaran/hilangnya rasa, atau memengaruhi kerja otak (susunan saraf pusat) dan menyebabkan ketergantungan. Ganja Narkoba banyak dipasarkan dalam kemasan lain dengan maksud untuk mengelabui pemakainya, misalnya sebagai obat antikantuk, obat pelangsing, obat peningkat kecerdasan, dan percaya diri. Ada dua golongan narkoba sesuai dengan tingkat bahaya dan penyalahgunaannya. Golongan I, berarti narkoba yang tidak memiliki kegunaan apa pun di dunia medis, misalnya heroin. Narkoba golongan II adalah narkoba yang memiliki

description

laporan

Transcript of jawaban farmasetik

Page 1: jawaban farmasetik

NARKOBA bukanlah kosakata baru dalam khazanah perbendaharaan kata kita. Narkoba juga bukan barang baru yang “dikonsumsi” sebagian masyarakat. Narkoba justru kini mulai mewabah dan menjadi hantu baru yang mengancam generasi muda. Boleh dibilang, narkoba sudah menjadi musuh masyarakat yang harus dihadapi bersama-sama.

Meski narkoba bukan sesuatu yang asing, harus diakui, sebagian besar masyarakat kita masih belum mengetahui betul seluk-beluk dan hakikat narkoba. Secara bahasa, narkoba adalah akronim dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain. Dilihat dari asal usul bahasa, narkotika diambil dari istilah dalam bahasa Yunani nacosis, yang berarti obat bius yang melenakan atau menidurkan. Psikotropika adalah segala macam obat-obatan yang bukan termasuk jenis narkotika, namun memiliki efek dan bahaya mirip narkotika.

Sedangkan zat adkitif adalah segala macam zat yang bukan narkotika, namun menimbulkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Secara umum, dilihat dari sisi semantika bahasa, narkoba berarti segala jenis obat atau zat, sintetis ataupun semisintetis, yang apabila diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, berpengaruh terhadap penurunan kesadaran/hilangnya rasa, atau memengaruhi kerja otak (susunan saraf pusat) dan menyebabkan ketergantungan.

Ganja

Narkoba banyak dipasarkan dalam kemasan lain dengan maksud untuk mengelabui pemakainya, misalnya sebagai obat antikantuk, obat pelangsing, obat peningkat kecerdasan, dan percaya diri. Ada dua golongan narkoba sesuai dengan tingkat bahaya dan penyalahgunaannya. Golongan I, berarti narkoba yang tidak memiliki kegunaan apa pun di dunia medis, misalnya heroin. Narkoba golongan II adalah narkoba yang memiliki sedikit kegunaan di dunia medis namun memiliki kemungkinan yang besar untuk disalahgunakan, contohnya morfin.

Saat ini ada banyak sekali obat yang telah diketahui berpotensi disalahgunakan sebagai narkoba. Sebagian besar tergolong sebagai obat sintetis yang dibuat oleh manusia, namun ternyata sebagian diproduksi secara alami oleh alam. Tentu saja, bukan berarti bahwa narkoba yang diproduksi alam menjadikannya lebih aman untuk dikonsumsi. Bahkan sebagian besar narkoba alami ini termasuk dalam narkoba golongan I, dan menjadi senyawa induk dalam produksi narkoba jenis lainnya.

Narkoba yang diproduksi alam di antaranya yang paling dikenal di Indonesia adalah ganja. Tanaman ganja banyak terdapat di Indonesia, salah satunya di Aceh. Bahkan tanaman ini sering kali ditemukan di

Page 2: jawaban farmasetik

pekarangan-pekarangan rumah dan dijadikan bumbu masak. Ganja termasuk jenis narkotika yang banyak diperdagangkan karena proses produksinya relatif mudah, cukup dengan menghilangkan kadar air dari tanaman sehingga menghasilkan ganja kering. Ganja kering ini dapat langsung dikemas, biasanya dalam bentuk rokok (dilinting).

Opium & koka

Jenis narkotika lainnya yang diproduksi langsung oleh alam adalah opium. Turunan dari opium juga merupakan obat yang bersifat adiktif dan berbahaya, di antaranya adalah morfin dan heroin. Morfin diisolasi dari crude opium melalui pelarutan dalam air dan reaksi dengan amonia. Morfin dapat pula direaksikan dengan anhidrida asetat–zat kimia yang juga digunakan pada produksi aspirin–melaui tahapan reaksi yang cukup kompleks, untuk kemudian menghasilkan turunan opium lainnya, yaitu heroin.

Kemurnian dari morfin sebagai bahan baku akan menetukan kualitas dari heroin yang dihasilkan. Produsen besar dari opium dan turunannya yang paling dikenal di Asia adalah daerah Segi Tiga Emas (Golden Triangle), sebuah kawasan perbatasan Vietnam, Laos, Thailand, dan Myanmar. Di samping itu, daerah Timur Tengah seperti Afganistan dan Irak termasuk produsen heroin yang cukup dikenal.

Ada cerita menarik dari heroin yang mungkin belum banyak diketahui. Pada tahun 1898 sampai 1910, heroin telah dipasarkan secara luas sebagai pengganti morfin yang nonadiktif dan sebagai obat batuk bagi anak-anak. Bahkan industri farmasi besar sekelas Bayer (asal Jerman), sempat memasarkan heroin sebagai obat dalam penyembuhan bagi ketergantungan morfin.

Namun kemudian, para ahli menemukan bahwa heroin sesungguhnya dikonversi menjadi morfin dalam hati. Semua turunan opium dikonversi di hati manusia menjadi molekul-molekul identik dengan tingkat konsentrasi yang berbeda-beda dalam aliran darah. Penemuan ini sempat menjadi blunder sejarah bagi Bayer.

Selain itu, ada pula kokain, narkotika yang berasal dari tanaman koka. Kokain banyak diproduksi di daerah Amerika Latin, seperti Cile, Kolombia, Peru, dan Meksiko.*** Kamis, 21 Desember 2006

Galuh Yuliani, M.Si.Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Kimia UPI Bandung.

https://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/22/ganja-opium-dan-kokain/

Page 3: jawaban farmasetik

Batuk merupakan gejala yang umum ditemukan pada pasien infeksi saluran napas, baik atas maupun bawah. Terkadang, seorang klinisi hanya terfokus pada terapi antibiotic tanpa memperhatikan terapi simtomatik batuknya. Salah satu obat batuk ‘lama’ yang masih dipercaya dan terbukti secara klinis efektif untuk mengatasi berbagai jenis batuk (batuk berdahak dan batuk tidak berdahak) adalah codein. Dalam kongres terbesar penyakit dalam, KOPAPDI XV, Medan, 12-15 Desember 2012, codein diinformasikan oleh PT Kimia Farma, perusahaan farmasi nasional yang memiliki kredibilitas yang sangat tinggi. Produk ini memiliki nama dagang Codipront.Sudah diketahui secara luas bahwa kodein adalah opium (turunan morfin) dari golongan fenantrena. Obat ini memiliki beberapa khasiat bagi pasien, baik dewasa maupun anak.Kodein dapat dikonversikan menjadi morfin sehingga memiliki efek anti-nyeri, meredakan batuk dan sesak napas, serta anti-diare. Kodein memiliki efek antinyeri. Kodein dapat diindikasikan sebagai pereda atau penghilang nyeri hebat yang tidak dapat diatasi dengan analgesic non-opioid. Sebuah studi menemukan bahwa kombinasi antara parasetamol 500 mg/kodein 30 mg tiga kali sehari ditambah natrium diklofenak 50 mg satu kali sehari memiliki efek analgesic yang sama dengan pemberian natrium diklofenak 50 mg dua kali sehari pada pasien artritis reumatoid. Substitusi natrium diklofenak dengan parasetamol dan kodein ini memiliki keuntungan mengurangi efek samping iritasi pada mukosa lambung.

    Secara umum, kodein dapat meredakan nyeri yang menyertai infark miokard, keganasan, kolikrenal atau kolik empedu, oklusi pembuluh darah perifer, pericarditis.akut, dan nyeri akibat trauma seperti luka bakar, fraktur, dan luka pasca-bedah.Efek lain dari kodein adalah anti- diare. Alkaloid morfin dan turunannya secara umum memiliki manfaat menghentikan diare dengan terlibat langsung pada otot polos kolon. Pada pengobatan diare yang disebabkan intoksikasi makanan atau obat lain, pemberian morfin harus didahului dengan pemberian garam katalitik untuk mengeluarkan racun dan mikroorganisme etiologi diare.Khasiat yang paling terkenal dari kodein adalah penghambatan terhadap refleks batuk. Penghambatan ini bermanfaat meredakan batuk iritatif, kering, dan batuk yang sangat mengganggu. Batuk yang seperti ini sangat mengganggu pasien karena menyebabkan pasien tidak dapat tidur, tidak dapat beristirahat, dan nyeri pada dada. Pemberian kodein sebagai antitusif dianjurkan bagi pasien dewasa dan anak-anak.Codipront Cum Expectorant mengandung codein, fenitoloksamin yang merupakan antihistamin yang mempunyai efek pada elergi, guafenesin yang bersifat mencairkan dan melarutkan dahak sehingga berfungsi sebagai ekspektoran, serta ekstrak Thymi yang bekerja sebagai ekspektoran ringan (pada sediaan syrup). Oleh Karen itu, obat ini diindikasikan bagi batuk berdahak yang disebabkan oleh alergi maupun non-alergi. Sementara itu, Codipront Prototype Antitusive mengandung dua zat aktif saja (tidak mengandung bahan ekspektoran), yaitu codein dan fenitoloksamin. Codein jelas berkhasiat untuk menekan refleks batuk pada

Page 4: jawaban farmasetik

sentral, serta fenitoloksamin berkhasiat antihistamin yang mempunyai efek anti-alergi. Obat ini dapat diberikan untuk batuk kering iritatif yang tidak berdahak. Penggunaan keduanya sama, yaitu diberikan pada pagi dan sore hari, terbagi menjadi anak-anak usia 2-4 tahun (setengah sendok takar @ 5 ml atau 2,5 ml), untuk anak-anak usia 4-6 tahun (1 sendok takar @ 5 ml atau 5 ml), untuk anak-anak 6-14 tahun (2 sendok takar @ 5 ml atau 10 ml), dan pada anak-anak di atas usia 14 tahun dan dewasa dapat dipakai 1 kapsul atau 3 sendok takar @ 5 ml atau 15 ml. Pemberian dosis ini membuat pasien tetap aktif di siang hari dan penuh ketenangan di malam hari serta meningkatkan kepatuhan pasien.

 

http://kaefproduk.com/news/codein_pilihan_terapi_simtomatik_untuk_batuk.html

Registrasi obat adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk mendapat izin edar. Proses registrasi ini dilakukan oleh Industri Farmasi yang akan memproduksi obat tersebut ke Badan POM, dengan tembusan kepada Menteri Kesehatan. Badan POM kemudian akan melakukan penilaian dan evaluasi apakah obat tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Jika obat tersebut dianggap telah memenuhi syarat registrasi yang dinyatakan dengan diberikannya no. registrasi, maka Menteri Kesehatan akan mengeluarkan ijin edar, yang pada pelaksanannya dilimpahkan kepada Badan POM.  Ijin edar ini berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang.

Tujuan dilakukannya registrasi obat adalah untuk melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan efikasi, keamanan, mutu dan kemanfaatannya.

KRITERIA OBAT YANG AKAN DIREGISTRASI

Obat yang akan di registrasi oleh Industrai Farmasi harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Aman dan berkhasiat, dibuktikan melalui uji preklinik dan uji klinik.2. Memenuhi persyaratan mutu yang dinilai dari proses produksi yang

sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metode pengujian bahan baku dan produk jadi dengan bukti yang sahih (ada sertifikatnya).

3. Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman.

Page 5: jawaban farmasetik

4. Khusus untuk psikotropika baru, kemanfaatan & keamanannya  lebih unggul dibandingkan  dengan  obat  standar  dan  obat  yang beredar di Indonesia untuk indikasi yang di klim.

5. Khusus untuk kontrasepsi untuk program nasional dan obat untuk program lainnya harus dilakukan uji klinik di Indonesia.

6. Sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat dan terjangkau (ditetapkan oleh Badan POM).

PERSYARATAN PENGAJUAN REGISTRASI OBAT

1.  Obat Produksi Dalam Negeri

Yaitu obat yang dibuat dan dikemas oleh industri di dalam negeri, meliputi obat tanpa lisensi, obat dengan lisensi, dan obat kontrak. Pendaftar obat produksi dalam negeri harus memiliki ijin Industri Farmasi dari Menteri Kesehatan dan sudah memenuhi syarat CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB dari Badan POM.

Khusus untuk obat narkotika, hanya boleh dilakukan oleh Industri Farmasi yang memiliki ijin khusus dari Menteri Kesehatan untuk memproduksi narkotika.

Untuk obat lisensi, harus ada dokumen perjanjian lisensi antara pemberi lisensi (Industri Farmasi luar negeri atau badan riset pemilik formula dan teknologi dalam negeri atau luar negeri)

Untuk obat kontrak, registrasi dilakukan oleh pemberi kontrak yang memiliki ijin Industri Farmasi dan minimal memiliki 1 fasilitas sediaan lain  yang memenuhi CPOB. Industri farmasi yang dikontrak harus memenuhi syarat CPOB.

2.  Obat Import

Yaitu obat produksi Industri Farmasi luar negeri. Diutamakan untuk obat program kesehatan, obat penemuan baru dan obat yang dibutuhkan tapi belum dapat diproduksi di dalam negeri. Registrasi obat import dilakukan oleh Industri Farmasi dalam negeri yang sudah memiliki ijin dari Industri Farmasi luar negeri, dan ada kesepakatan alih teknologi selambat-lambatnya 5 tahun harus sudah dapat diproduksi di dalam negeri, kecuali untuk obat yang masih dilindungi paten. Industri Farmasi luar negeri yang memproduksi obat tersebut harus memenuhi syarat CPOB.

3.  Obat Khusus Eksport

Page 6: jawaban farmasetik

Yaitu obat yang diproduksi di dalam negeri untuk keperluan ekspor (diedarkan di luar negeri). Pendaftar obat khusus eksport adalah Industri Farmasi yang telah memenuhi syarat dari negara tujuan.

4.  Obat yang Dilindungi Paten

Yaitu obat yang mendapatkan perlindungan paten berdasarkan Undang-Undang Paten yang berlaku di Indonesia. Registrasi obat yang dilindungi paten hanya boleh dilakukan oleh Industri Farmasi pemegang hak paten (dibuktikan dengan sertifikat paten), atau Industri Farmasi lain atau Pedagang Besar Farmasi yang ditunjuk oleh pemilik paten (dibuktikan dengan surat pengalihan paten).

KATEGORI REGISTRASI OBAT

Registrasi obat dibagi menjadi dua kategori, yaitu registrasi baru dan registrasi variasi. Masing-masing kategori kemudian dibagi lagi menjadi 5 kategori.

Registrasi baru meliputi:

1. Kategori 1: adalah registrasi obat baru dengan zat aktif baru atau derivat baru atau kombinasi baru atau produk biologi dengan zat aktif baru atau kombinasi baru atau dalam bentuk sediaan baru.

2. Kategori 2: adalah registrasi obat baru dengan komposisi lama dalam bentuk sediaan baru atau kekuatan baru atau produk biologi sejenis

3. Kategori 3: adalah adalah registrasi obat atau produk biologi dengan komposisi lama dengan : (a) indikasi baru dan (b) posologi baru

4. Kategori 4: adalah registrasi obat copy: (a) obat copy dengan nama dagang dan (b) obat copy dengan nama generik.

5. Kategori 5: adalah registrasi alat kesehatan yang mengandung obat.

Registrasi variasi meliputi:

1. Kategori 6: adalah adalah registrasi obat copy yang sudah mendapat izin edar dengan perubahan yang sudah pernah disetujui di Indonesia :

(a)    Perubahan atau penambahan bentuk sediaan dengan posologi atau cara pemberian yang berbeda.

(b)   Perubahan atau penambahan bentuk sediaan.

Page 7: jawaban farmasetik

(c)    Perubahan atau penambahan kekuatan sediaan.

(d)   Perubahan komposisi.

(e)    Perubahan obat copy dengan nama dagang menjadi obat copy dengan nama generik atau sebaliknya.

2.  Kategori 7: adalah registrasi obat yang sudah mendapat izin edar dengan perubahan klaim penandaan yang mempengaruhi keamanan.

3.  Kategori 8: adalah registrasi obat yang sudah mendapat izin edar dengan:

(a)    Perubahan zat tambahan.

(b)   Perubahan spesifikasi dan/atau metoda analisa.

(c)    Perubahan stabilitas.

(d)   Perubahan teknologi produksi dan/atau tempat produksi.

4.  Kategori 9: adalah adalah registrasi obat yang sudah mendapat izin edar dengan perubahan atau penambahan jenis kemasan.

5.  Kategori 10: adalah registrasi obat yang sudah mendapat izin edar dengan:

(a)    Perubahan klaim penandaan yang tidak mempengaruhi efikasi, keamanan dan mutu.

(b)   Perubahan desain kemasan.

(c)    Perubahan nama pabrik atau nama pemberi lisensi.

(d)   Perubahan importir.

(e)    Perubahan/penambahan besar kemasan.

(f)     Perubahan nama dagang tanpa perubahan formula dan jenis kemasan.

https://storiku.wordpress.com/2010/03/21/registrasi-obat/

Page 8: jawaban farmasetik

Nomor Registrasi Obat 29 March 2010

Filed under: Medical & Pharmacy — Mardhatillah @ 01:43

Pernahkah anda melihat no registrasi pada kemasan obat ?

Ternyata no registrasi itu memiliki petunjuk/keterangan tentang obat tersebut.

Let’s cekidot….!

Nomor registrasi obat terdiri dari 15 digit seperti tergambar di bawah ini :

Aturan pemahaman digit di atas adalah sebagai berikut :

Page 9: jawaban farmasetik

Misalkan suatu obat dengan no. registrasinya adalah GTI 7620001120B1, dapat dipahami sebagai berikut :

Page 10: jawaban farmasetik

G : obat dengan nama generikT : merupakan golongan obat bebas terbatasI : merupakan obat jadi impor76 : obat ini disetujui pada waktu daftar tahun 1976200 : nomor pabrik yang ke-200 yang ada di Indonesia011 : obat ke-20 yang disetujui dari pabrik tersebut.20 : macam bentuk sediaan dari pabrik tersebutB : kekuatan sediaan obat jadi yang kedua kali disetujui1 : kemasan utama

Nomor Registrasi Obat Tradisional

Untuk obat tradisional, nomor registrasinya terdiri dari kode huruf dan sembilan angka kode, seperti tergambar di bawah ini:

Aturan pemahaman digit di atas adalah sebagai berikut :

Page 12: jawaban farmasetik

Misalkan suatu obat tradisional dengan nomor registrasi BTL 023200203, dapat dipahami sebagai berikut :

BTL : menunjukkan obat ini tergolong obat berbatasan lisensi02 : menunjukkan mulai didaftarkan pada tahun 20023 : menunjukkan obat ini dibuat oleh perusahaan jamu2 : menunjukkan obat ini dibuat dalam bentuk serbuk0020 : menunjukkan obat memiliki nomor urut 0020 yang terdaftar dari perusahaan tersebut3 : menunjukkan obat mempunyai kemasan 45 ml.

Dengan memahami arti dari nomor registrasi obat ini, maka kita dapat mengetahui apakah obat tersebut sudah terdaftar pada Badan Pengawasan Obat dan Makanan, termasuk pada jenis obat apa, dibuat oleh pabrik mana, dan seterusnya, yang pada akhirnya keamanan dari penggunaan obat tersebut lebih terjamin.

About these ads

https://mardha120490.wordpress.com/2010/03/29/nomor-registrasi-obat/

PP No. 44 tahun 2010: Mengatur Prekursor Lebih Ketat Written by Azril Kimin    May 17, 2010 at 10:53 PM        Saat ini konsumen apotek tidak lagi bisa bebas membeli  cairan aceton (penghilang cat kuku), kristal Kalium Permanganat (larutannya bersifat desinfektan/ untuk kompres luka), dan tablet ephedrin generik (obat asma). Tentu banyak yang bertanya-tanya , mengapa  obat yang tadinya gampang diperoleh tiba-tiba berubah langka? Apakah obat tersebut sering disalah gunakan sehingga  diketatkan peredarannya ?

       Benar. Zat-zat  tersebut memang  sering disalah gunakan. Hanya saja penyalahgunaan dilakukan oleh pemilik pabrik narkoba dan ekstasi gelap - bukan oleh remaja teler seperti lazimnya. Akibat sering disalahgunakan  sebagai bahan pemula pembuat narkotika dan ekstasi maka peredaran zat tersebut dan beberapa bahan pemula lainnya kini diawasi sangat ketat. Bahan-bahan yang terlibat dalam pembuatan obat terlarang tersebut  disebut  prekursor. Prekursor didefinisikan  sebagai zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika. Pengawasan dan pemantauan Prekusor tersebut selama ini dilakukan oleh Badan POM berdasarkan Keputusan Badan POM RI No. HK 00.05.35.02771 tertanggal 4 September 2002.

Page 13: jawaban farmasetik

     Mengingat belakangan ini penyalahgunaan prekursor dalam pembuatan narkotika dan psikotropika telah menjadi ancaman yang sangat serius yang dapat menimbulkan gangguan bagi kesehatan, instabilitas ekonomi, gangguan keamanan, serta kejahatan internasional,   pada 5 April 2010 Presiden DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono telah menandatangani Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 tahun 2010 tentang Golongan dan jenis Prekursor.

       Pengaturan prekursor oleh PP ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan prekursor, mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor, mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan prekursor, dan menjamin ketersediaan prekursor untuk industri farmasi, industri non farmasi, dan pengembangan ilmu dan pengetahuan dan teknologi.

Dalam PP ini diatur tentang penggolongan dan jenis prekursor, mekanisme penyusunan rencana kebutuhan tahunan secara nasional, pengadaan, impor dan ekspor, peredaran, pencatatan dan pelaporan, pengawasan serta ketentuan sanksi. Menurut PP 44, Prekursor hanya dapat digunakan untuk tujuan industri farmasi, industri non farmasi, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

       PP no. 44 tahun 2010 menyebut 23 zat sebagai prekursor. Zat-zat tersebut dikelompokkan kedalam 2 tabel (tabel I dan Tabel II). Zat-zat yang terdapat dalam tabel I akan diawasi lebih ketat dibandingkan zat yang terdapat dalam tabel II.

LAMPIRAN:

Golongan Dan Jenis Prekursor

TABEL I TABEL II

Acetic Anhydride Acetone

N-acetylanthranilic Acid Anthranilic Acid

Ephedrine Ethyl Ether

Ergometrine Hydrochloric Acid

Ergotamine Methyl ethyl ketone

Isosafrole Phenylacetic Acid

Lysergic Acid Piperidine

3,4-Methylenedioxyphenyl-2propanone

Sulphuric Acid

Norephedrine Toluene

Page 14: jawaban farmasetik

1-phenyl-2-propanone  

Piperonal  

Potasium Permanganat  

Pseudoephedrine  

Safrole   

http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=175&Itemid=51

Aturan Nomor Registrasi dan Nomor Batch ObatPosted in uncategories by Dini

Aturan Nomor Registrasi dan Batch Obat

CARA PENOMORAN NO.REGISTRASI

PENGERTIAN NO. REGISTRASI(PERMENKES RI NO. 920/MENKES/PER/X/1995,TENTANG PENDAFTARAN OBAT JADI IMPOR)1  2  3  4  5  6  7  8  9  1o  11  12  13  14  15

Keterangan :

Kotak no 1 membedakan nama obat jadiD : Nama DagangG : Nama Generik

Kotak No 2 menggolongkan golongan obatN : Golongan obat narkotikP : Golongan obat PsikotropikaT : Golongan obat Bebas terbatasB : Golongan obat bebasK : Golongan obat keras

Kotak nomor 3 membedakan jenis produksiI : Obat jadi ImporE : Obat jadi untuk keperluan ekspor

Page 15: jawaban farmasetik

L : Obat jadi produksi dalam negeri/lokalX : Obat jadi untuk keperluan khusus

Kotak nomor 4 dan 5 membedakan priode pendaftaran obat jadi72 : Obat jadi yang telah di setujui pendaftarannya pada priode 1972-1974, dan seterusnya.

Kotak nomor 6,7 dan 8 menujukkan nomor urut pabrik.

Kotak no 9,10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing-masing pabrik.

Kotak no 12 dan 13 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi. Macam sediaan yang ada yaitu :12 : Tablet isap37 : Sirup24 : bedak/talk62 : Inhalasi33 : Suspensi30 : Salep29 : krim10 : Tablet01 : Kapsul46 : Collyria36 : Drops

Kotak nomor 14 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadiA : Menunjukkan kekuatan obat yang pertama di setujuiB : Menunjukkan kekuatan obat yang kedua di setujuiC : Menunjukkan kekuatan obat yang ketiga di setujui

Kotak nomor 15 menunjukkan kemasan yang berbeda untuk tiap nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat jadi.“1” : Menunjukkan kemasan yang pertama“2” : Menunjukkan beda kemasan yang pertama“3” : Menunjukkan beda kemasan.

Cara penomoran bets

Produksi RuahanDigit 1 : Untuk produk (tahun)1990 = 01991 = 1Digit 2 & 3 : Kode produk dari produk ruahan01 : Kloramfenikol salep mata02 : Sulfacetamid salep mata

Page 16: jawaban farmasetik

Digit 4,5 & 6 : Urutan produk001, 002, ….. 999 dan kembali ke 001misalnya 302025Produk jadi2-6 digit pada produk ruahan ditabah di depanDigit 1 : Untuk tahun pengemasan1990 = A1991 = BContoh : D 02302025

OBAT BEBAS TERBATAS (OBT)

Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam.

Obat ini sebenarnya termasuk dakam kategori obat keras, akan tetapi dalam jumlah tertentu masih dapat diperjualbelikan secara bebas tanpa resep dokter. Sebagai obat keras, penggunaan obat ini diberi batas untuk setiap takarannya. Seharusnya obat ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin yang dipegang oleh seorang asisten apoteker, serta apotek yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker. Hal ini karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat yang termasuk golongan ini.

Sesuai dengan SK MenKes RI No.6355/Dirjen/SK/1969, pada kemasan OBT harus tertera peringatan yang berupa kotak kecil berukuran 5×2 cm berdasar warna hitam atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan sebagai berikut:

Page 17: jawaban farmasetik

Contoh OBT adalah : pain relief (analgesik), obat batuk, obat pilek, obat influenza, obat penghilang rasa nyeri dan penurun panas pada saat demam (analgetik-antipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral, obat-obat antiseptik, obat tetes mata untuk iritasi ringan, dll.

Memang, dalam keadaaan dan batas-batas tertentu, sakit yang ringan masih dibenarkan untuk melakukan pengobatan sendiri (self medication) menggunakan obat-obatan dari golongan OB dan OBT yang dengan mudah diperoleh masyarakat. Dianjurkan untuk tidak sekali pun melakukan uji coba obat sendiri terhadap obat-obat yang seharusnya diperoleh dengan menggunakan resep dokter (SK MenKes RI No.2380 tahun 1983).

Setelah upaya self medication, apabila kondisi penyakit semakin serius, tidak kunjung sembuh setelah sekitar 3-5 hari, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Oleh karena itulah semua kemasan OB dan OBT wajib mencantumkan tanda peringatan “apabila sakit berlanjut segera hubungi dokter” (SK MenKes RI No.386 tahun1994).

Dalam rangka self medication menggunakan OB atau OBT, perhatikan kemasan dan brosur yang terdapat di dalamnya. Berdasarkan SK MenKes No.917 tahun 1993, pada setiap kemasan/brosur OB dan  OBT harus menyebutkan informasi obat sebagai berikut:

Page 18: jawaban farmasetik

Nama obat (merek dagang dan kandungannya) Daftar dan jumlah bahan berkhasiat yang terkandung di dalamnya Nama dan alamat produsen tertulis dengan jelas Izin beredar ditunjukkan dengan adanya nomor batch dan nomor

registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau Departemen Kesehatan (DepKes)

Kondisi obat masih baik. Perhatikan tanggal kadaluwarsa (masa berlaku) obat

Indikasi (petunjuk kegunaan obat) Kontra-indikasi (petunjuk penggunaan obat yang tidak

diperbolehkan) Efek samping (efek negatif yang timbul, yang bukan merupakan

kegunaan obat) Petunjuk cara penggunaan Dosis (takaran) dan aturan penggunaan obat Cara penyimpanan obat Peringatan Informasi tentang interaksi obat yang bersangkutan dengan obat

lain yang digunakan dan/atau dengan makanan yang dikonsumsi

https://fairuzly.wordpress.com/2012/08/31/obat-bebas-obat-bebas-terbatas-obat-keras/

tugas farmasetika selanjutnya yaitu

Page 19: jawaban farmasetik

Mengapa bahasa latin digunakan dalam penulisan resep ?????

Jawaban : bahasa latin digunakan dalam penulisan resep obat karena