Jantung, DM, Ginjal

download Jantung, DM, Ginjal

of 45

description

asuhan kebidanan

Transcript of Jantung, DM, Ginjal

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangBadan Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya, Senin (27/10/2008) mengumumkan bahwa penyakit jantung, infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan problemseputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan 29 persen kematian globalsetiap tahun. Gaya hidup masyarakat yang terus berubah membuat angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) meningkat. Bahkan saat ini kardiovaskuler menjadi pembunuh urutan nomor satu di Indonesia.Penyakit jantung adalah penyakit yang tersering ketiga kematian pada wanita berusia antara 25 dan 44 tahun (Martin dkk, 1999). Karena relatif sering terjadi pada wanita usia subur, penyakit jantung menjadi penyulit sekitar 1% kehamilan. Angka kejadian di Indonesia pada tahun 2005-2006 berkisar 1,2%.Diabetes menjadi salah satu dari sebab utama penyakit dini dan kematian pada banyak negara. Pada tahun 2000, 3,2 juta orang meninggal karena komplikasi terkait dengan diabetes. Diabetes adalah penyebab utama kebutaan, amputasi dan gagal ginjal. Komplikasi ini berdampak banyak pada sosial dan beban finansial dari diabetes. Umumnya 180 juta orang berpotensi menderita diabetes dan diprediksi akan meningkat pada tahun 2030. Indonesia menjadi negara tertinggi keempat dalam jumlah pasien diabetes setelah India, Cina dan USA.Di Amerika Serikat diabetes merupakan penyebab tertinggi kelimamenyebabkan kematian dan bertanggung jawab atas biaya langsung dan tidak langsung , Komponen terbesar dari pengeluaran medik dihubungkan dengan perawatan pasien diabetes rawat inap (50% dari biaya total), pengobatan diabetes (12%), peresepan untuk pengobatan komplikasi diabetes (11%) dan visit dokter (9%). Orang dengan diagnosis diabetes, rata-rata mempunyai pengeluaran medik 2,3 kali lebih besar daripada pengeluaran pasien tanpa diagnosis diabetes.Pandangan bahwa perempuan yang menderita penyakit ginjal sebaiknya menghindari kehamilan, telah ada sejak abad lalu, dipercaya akan kurang baik dan pasien yang menderita penyakit ginjal disarankan melakukan terminasi kehamilan.Setelah tahun 1975 rasa pesimis itu berganti menjadi optimis sehubungan dengan banyaknya publikasi studi kasus mengenai kehamilan dengan penyakit ginjal yang dikonfirmasi dengan biopsy ginjal, sehingga kebanyakan perempuan dengan gangguan ginjal dapat melewati kehamilan tanpa kelainan yang berarti. Selain itu, data-data mengenai perempuan hamil dengan transplantasi ginjal sejak tahun 2000 telah memberikan hasil yang menggembirakan. Kesemuanya ini memberikan pandangan bahwa sebagian besar perempuan yang mempunyai gangguan fungsi ginjal minimal dapat hamil dengan kemungkinan kehamilannya berhasil mencapai 90%.Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomik ginjal dan saluran kemih, yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik serta pemeriksaan hasil laboraturium. Apabila hal itu tidak diperhatikan dan diperhitungkan, ada kemungkinan salah membuat diagnosis, sehingga dapat merugikan ibu dan janin. Untuk itu, diperlukan asuhan yang tepat bagi ibu hamil dengan penyakit ginjal, dan dalam makalah ini akan dibahas tentang penyakit ginjal dalam kehamilan dan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan penyakit ginjal.

B. Tujuan dan ManfaatAdapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :1. Mengetahui etiologi dari jantung dalam kehamilan 2. Mengetahui faktor prediposisi dari jantung dalam kehamilan3. Mengetahui patofisiologi dari jantung dalam kehamilan4. Mengetahui manifestasi klinisdari jantung dalam kehamilan5. Mengetahui diagnosa dari jantung dalam kehamilan6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari jantung dalam kehamilan7. Mengetahui penatalaksanaan dari jantung dalam kehamilan8. Mengetahui pemberian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan penyakit jantung9. Untuk mengetahui perubahan anatomik dan fungsional ginjal dan saluran kemih selama kehamilan.10. Untuk mengetahui penyakit-penyakit ginjal dan saluran kemih yang sering terjadi pada kehamilan dan pengaruhnya terhadap kehamilan.11. Untuk mengetahui pengaruh kehamilan terhadap penyakit ginjal dan saluran kemih.12. Sebagai acuan untuk merencanakan asuhan kebidanan yang tepat bagi ibu hamil dengan penyakit ginjal.13. Untuk mengetahui standar profesi kebidanan dalam penanganan DM pada ib hamil14. Mengetahui patilogis dari DM dalam lkehailan15. Mengetahui diagnosa DM dalam penyakit kehamilan16. Mengetahui penatalaksanaan dari DM dalam kehamilan

48

17. Mengetahui asuhan terfokus Jantung, DM, dan Ginjal dalam kehamilan.49

BAB IITINJAUAN TEORISTIS

A. Penyakit Jantung dalam Kehamilan1. PengertianKehamilan akan menimbulkan perubahan pada sistem kardiovaskuler. Penyakit kerdiovaskuler dapat dijumpai pada wanita hamil atau tidak hamil. Jelaslah bahwa wanita dengan penyakit kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi pengaruh timbal balik yang dapat mengurangi kesempatan hidup wanita tersebut.Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan kerjanya terhadap perubahan-perubahan secara fisiologis. Perubahan itu disebabkan oleh :a. Hipovolemia : dimulai sejak kehamlan 8 minggu dan mencapai puncaknya 28-32 minggu lalu menetapb. Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh pembesaran rahim.Kondisi normal ibu dalam kehamilan :a. Denyut jantung dan nadi meningkat b. Pukulan jantung meningkatc. Volume darah meningkatd. Tekanan darah menurun sedikitMaka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat mebperbesar penyakit jantung bahkan menyebabkan payah jantung ( dekompensasi kordis )

2. Pengaruh Kehamilan terhadap Penyakit JantungTerdapat saat-saat yang berbahaya bagi penderita adalah :a. Pada kehamilan 32-36 minggu, dimana volume darah mencapai puncaknya ( hipervolume )b. Pada kala II, dimana wanita yang mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja yang beratc. Pada pasca persalinan, dimana darah dari ruang intervillus plasentayang sudah lahir, sekarang masuk ke dalam sirkulasi darah ibu. d. Pada masa nifas , ada kemungkinan infeksi.3. Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan :a. Dapat terjadi abortus b. Prematuritas : lahir tidak cukup bulanc. Dismaturitas, lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendahd. Lahir dengan APGAR rendah atau lahir matie. Kematian janin dalam rahim ( KIDR )4. Klasifikasi Penyakit Jantung Dalam Kehamilan :Kelas I :a. Tanpa pembatasan kegiatan fisik b. Tanpa gejala pada kegiatan biasaKelas II :a. Sedikit dibatasi kegiatan fisiknyab. Waktu istirahat tidak ada keluhan c. Kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala insufisiensi jantungd. Gejalanya adalah lelah, palpitasi, sesak nafas, dan nyeri dada ( angina pektoris )Kelas III :a. Kegiatan fisik sangat dibatasib. Waktu istirahat tidak ada keluhan c. Sedikit kegiatan fisik menimbulkan keluhan insufisiensi jantungKelas IV :a. Waktu istirahat dapat timbul keluhan insufisiensi jantung, apalagi kerja fisik yang tidak beratb. Kira-kira 80 % penderita adalah kelas I dan II serta kehamilan dapat meningkatkan kelas tersebut menjadi II, III, IV . Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adalah umur, anemia, adanya aritma jantung dan hipertrofi ventrikel , dan pernah sakit jantung.

5. Diagnosis :a. Anamnesis :1) Pernah sakit jantung dan berobat pada dokter untuk penyakitnya2) Pernah demam rematikb. Pemeriksaan : auskultasi/ palpasi Empat kriteria ( Burwell & Metcalfe )1) Adanya bising diastolik, presistolik, atau bising terus-menerus.2) Pembesaran jantung yang jelas3) Adanya bising jantung yang nyaring disertai thrill4) Aritmia yang berat5) Pemeriksaan elektrokardiogram ( EKG )Jika wanita hamil disangka menderita penyakit jantung, yang paling baik adalah yang paling baik dikonsultasikan kepada ahlinya.Keluhan dan gejala : mudah lelah, dispnea, palipitasi kordis, nadi tidak teratur, edema / pulmonal , dan sianosis. Hal ini dapat dikenal dengan muntah.

6. Penanganan a. Selama kehamilan 1) Memberikan pengertian kepada ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan ( misalnya sekali seminggu ) merupakan hal yang penting.2) Kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog , untuk penyakit jantung harus dibina sedini mungkin.3) Pencegahan terhadap kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan. Jika terdapat anemia harus diobati. 4) Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memberatkan jantung, hal ini harus diobati.5) Bila terjadi keluhan yang agak berat, seperti sesak nafas, infeksi saluran pernafasan,dan sianosis, penderita harus dirawat di rumah sakit untuk pengawasan dan pengobatan yang lebih intensif.6) Skema kunjungan antenatal : Setiap 2 minggu menjelang kehamilan 28 minggu dan 1 kali setelahnya.7) Wanita hamil dengan penyakit jantung harus cukup istirahat, cukup tidur, diet rendah garam, dan pembatasan jumlah cairan.8) Sebaiknya penderita dirawat 1-2 minggu sebelum taksiran persalinan.9) Pengobatan khusus bergantung pada kelas penyakit :10) Kelas I : Tidak memerlukan pengobatan tambahan.11) Kelas II: Biasanya tidak memerlukan terapi tambahan. Mengurangi kerja fisik terutama antara kehamilan 28-36 minggu. 12) Kelas III: Memerlukan digitalisasi atau obat lainny. Sebaiknya dirawat di rumah sakit sejak kehamilan 28-30 minggu.13) Kelas IV: Harus dirawat di rumah sakit dan diberikan pengobatan, bekerja sama dengan kardiolog.b. Selama Persalinan1) Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan bersalin pervaginam, namun dengan pengawasan yang baik serta bekerja sama dengan ahli penyakit dalam.2) Membuat daftar his : daftar nadi, pernafasan, tekanan darah yang diawasi dan dicatat setiap 15 menit dalam kala I dan setiap 10 menit dalam kala II. Bila ada tanda-tanda payah jantung ( dekompensasi kordis ) diobati dengan digitalis. Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambah dosis 1,2-1,6 mg intravena secara perlahan-lahan. Jika perlu, suntikan dapat diulang 1-2 kali dalam 2 jam. Di kamar bersalin harus tersedia tabung berisi oksigen, morfin, dan suntikan diuretikum.3) Kala II yaitu kala yang kritis bagi penderita. Bila tidak timbul tanda-tanda payah jantung, persalinan dapat ditunggu, diawasi, dan ditolong secara spontan. Dalam 20-30 menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek dengan ekstrasi vakum atau forseps. Kalau dijumpai disproporsi sefalopelvik, maka dilakukan sectio caesaria dengan lokal anestesi/ lumbal/ kaudal dibawah pengawasan beberapa ahli multi disiplin. 4) Untuk menghilangkan rasa sakit boleh diberikan obat analgesik seperti petidin dan lain-lain. Jangan diberikan barbiturat ( luminal ) atau morfin bila ditaksir bayi akan lahir dalam beberapa jam. 5) Kala II biasanya berjalan seperti biasa. Pemberian ergometrin dengan hati-hati, biasanya sintometrin intramuskuler adalah aman.c. Pasca persalinan dan nifas1) Setelah bayi lahir, penderita dapat tiba-tiba jatuh kolaps, yang disebabkan darah tiba-tiba membanjiri tubuh ibu sehingga kerja jantung menjadi sangat bertambah. Hal i9ni harus diawasi dan dipahami oleh penolong. Selain itu, perdarahan merupakan komplikasi yang cukup berbahaya. 2) Karena itu penderita harus tetap diawasi dan dirawat sekurang-kurangnya 2 minggu setelah persalinan. d. Penanganan Secara Umum1) Penderita kelas II dan kelas IV tidak boleh hamil karena kehamilan sangat membahayakan jiwanya.2) Bila hamil, sedini ungkin abortus buatan medikalis hendaknya dipertimbangkan untuk dikerjakan.3) Pada kasus tertentu sangat dianjuurkan tidak hamil lagi dengan melakukan tubektomi, setelah penderita afebris, tidak anemis, dan sedikit keluhan. 4) Bila tidak mau sterilisasi, dianjurkan menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi yang baik adalah IUD ( AKDR ).e. Masa laktasi1) Laktasi diperbolehkan pada wanita dengan penyakit jantung kelas I dan II, yang sanggup melakukan kerja fisik.2) Laktasi dilarang pada wanita dengan penyakit jantung kelas III dan IV.

7. Prognosisa. Bagi IbuPrognosis bergantung pada beratnya penyakit yang diderita, umur, dan penyulit-penyulit lain. Pengawasan pengobatan, pimpinan persalinan, dan kerjasama dengan penderita serta kepatuhan dalam menaati larangan, ikut menentukan prognosis.

b. Bagi Bayi1) Bila penyakit jantung tidak terlalu berat, tidak begitu mempengaruhi kematian perinatal.2) Namun pada penyakit yang berat, prognosis akan buruk karena akan terjadi gawat janin.

B. Diabetes Mellitus dalam KehamilanDiabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan penyebab yang beragam, ditandai adanya hiperglikemi kronis serta perubahan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat defek sekresi, atau kerja insulin, atau keduanya.Terdapat 4 macam klasifikasi diabetes yaitu:1) Diabetes tipe 1 (disebabkan oleh destruksi sel yang akan menyebabkan defisiensi absolut insulin)2) Diabetes tipe 2 (disebabkan oleh defek sekresi insulin yang progresif karena adanya insulin yang resisten).3) Tipe spesifik diabetes lainnya (disebabkan oleh faktor genetik, penyakit eksokrin pankreas, atau obat-obatan)4) Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)Ada dua macam perempuan hamil dengan diabetes mellitus, yaitu:1) Perempuan hamil dengan diabetes yang sudah diketahui sejak sebelum perempuan tersebut hamil (pregestasional/ diabetes overt).2) Perempuan hamil dengan diabetes yang baru diketahui setelah perempuan tersebut hamil (diabetes mellitus gestasional). Setelah ibu melahirkan, keadaan DMG sering akan kembali ke regulasi glukosa normal.

1. DefinisiDiabetes Mellitus Gestasional didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan keparahan bervariasi yang dimulai atau baru ditemukan saat hamil. a. Komplikasi pada IbuMeningkatkan risiko terjadinya abortus, preeklampsia, seksio sesarea, kelahiran prematur, dan terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di kemudian harib. Komplikasi pada Janin1) Meningkatkan risiko terjadinya makrosomia, pembesaran organ seperti hepar, kelenjar adrenal, dan jantung.2) Meningkatkan risiko terjadinya kelainan kongenital pada janin, terutama pada bayi yang ibunya mengalami hiperglikemi berat atau tidak terkontrol dengan baik.3) Janin makrosomia meningkatkan risiko terjadinya trauma persalinan seperti distosia bahu, fraktur tulang, dan injuri pleksus brakhialis4) Meningkatkan risiko terjadinya hiperbilirubinemia, hipoglikemi pada neonatal, hipokalsemia, polisitemia, hiperbilirubinemia neonatal, sindroma distres respirasi (RDS)5) Meningkatnya mortalitas atau kematian janin (IUFD), pada ibu hamil penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik.2. InsidensiPrevalensi global diabetes mellitus diperkirakan akan mencapai 380 pada tahun 2025. Pada tahun 2002, di Amerika terdapat lebih dari 131.000 perempuan hamil yang enderita komplikasi diabetes mellitus. Jumlah ini merupakan 3,3 % dari seluruh kelahiran hidup dan lebih dari 90%-nya menderita diabetes mellitus gestasional. Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus tipe 2, khususnya pada penduduk yang lebih muda, menyebabkan kehamilan dengan diabetes meningkat pula.3. PatofisiologiSebagian kehamilan ditandai dengan adanya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, yang pada beberapa perempuan akan menjadi faktor predisposisi untuk terjadinnya DM selama kehamilan. Resistensi ini berasal dari hormon diabetogenik hasil sekresi plasenta yang terdiri dari hormon pertumbuhan (growth hormon), corticotropin releasing hormon, placental lactogen, dan progesteron. Hormon ini dan perubahan endokrinologik serta metabolik akan menyebabkan perubahan dan menjamin pasokan bahan bakar dan nutrisi ke janin sepanjang waktu. Akan terjadi diabetes mellitus gestasional apabila fungsi pankreas tidak cukup untuk mengatasi keadaan resistensi insulin yang diakibatkan oleh perubahan diabetogenik selama kehamilan.4. Diagnosis dan Skrining DMGSkrining awal DMG adalah dengan cara melakukan pemeriksaan beban 50 g glukosa pada kehamilan 24-28 minggu, dan pasien tidak perlu puasa.Kadar glukosa serum atau plasma yang normal harus kurang dari 130 mg per dl (7,2 mmol per l) atau kurang dari 140 mg per dl (7,8 mmol per l). Dengan memakai nilai 130 mg per dl atau lebih akan meningkatkan sensitivitas tes sekitar 80 90 %, tetapi menurunkan spesifitasnya dibanding bila dipakai nilai 140 mg per dl atau lebih.Apabila yang dipakai hanya nilai 130 mg per dl, hal ini akan meningkatkan terdeteksinya kasus diabetes mellitus gestasional yang berarti akan meningkatkan hasil positif palsu. Oleh karena itu, untuk mendeteksi adanya diabetes mellitus gestasional sebaiknya dipakai dua nilai, yaitu 130 mg per dl dan 140 mg per dl.Hasil tes satu jam yang abnormal harus dilanjutkan dengan pemeriksaan beban 100 g glukosa. Selama tiga hari, pasien disuruh diet yang tidk ketat, kemudian dilakukan pemeriksaan darah puasa yang diambil dari pembuluh darah vena, setelah 1, 2, dan 3 jam pemberian 100 g glukosa. Selama periode pemeriksaan pasien harus tetap duduk dan tidak boleh merokok.Untuk kriteria diagnostik sering dipakai kriteria dari the National Diabetes Data Group (NDGG), tapi tidak memakai kriteria dari Carpenter dan Coustan. Diagnosis diabetes mellitus gestasional ditegakkan apabila didapatkan dua atau lebih nilai yang abnormal.Diagnosis yang praktis ialah digunakan beban 75 g glukosa dan apabila ditemukan nilai > 140 mg/dl dianggap DMG dan nilai > 200 mg/dl merupakan DM yang jelas (berat).5. Penatalaksanaan a. Pengelolaan1) Pemeriksaan dan pemantauan kadar gula darahPenanganan paling umum dan sering digunakan secara klinis adalah pemeriksaan konsentrasi gula darah ibu agar knsentrasinya dapat dipertahankan seperti kehamilan normal. Pada perempuan dengan DMG harus dilakukan pengamatan gula darah preprandial dan posprandial. Fourth International Workshop Conference on Gestasional Diabetes Mellitus menganjurkan untuk mempertahankan konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/ dl (5,3 mmol/l) sebelum makan dan kurang dari 140 dan 120 mg/ dl (7,8 dan 6,7 mmol/l), satu atau dua jam setelah makan.2) Pengaturan pola makanPengaturan pola makan yaitu dengan membatasi asupan karbohidrat hingga 40% - 50% dari keseluruhan kalori, protein 20%, lemak 30 40%, makan tinggi serat. Kenaikan berat badan selama kehamilan diusahakan hanya sekitar 11 12,5 kg saja. Program pengaturan gizi dan makanan yang dianjurkan oleh Ikatan Diabetes Amerika (American Diabetes Association) adalah pemberian kaloridan gizi yang adekuat unuk memenuhi kebutuhan kehamilan dan mengurangi hiperglikemi ibu. Kalori harian yang dibutuhkan bagi perempuan dengan berat badan normal pada paruh kedua kehamilan adalah 30 kcal per kg berat badan normal.Bila IMT lebih dari 30 kg per m2, maka dianjurkan asupan rendah kalori sampai 30 33 % (sekitar 25 kilo Kalori per kg). Diet ini akan mencegah terjadinya ketonemia. 3) Pemberian InsulinPerawatan yang lebih seksama dan pemberian insulin dilakukan pada perempuan yang memiliki gejala morbiditas janin (berdasarkan pemeriksaan glukosa atau adanya janin makrosom) atau perempuan yang mempunyai konsentrasi gula darah yang tinggi.Manfaat terapi insulin yakni menurunkan kejadian makrosomia janin dan morbiditas perinatal.Dosis insulin yang diberikan sangat individual. Pemberian insulin ditujukan untuk mencapai konsentrasi gula darah pascaprandial kurang dari 140 mg/dl sampai mencapai kadar glikemi di bawah rata-rata dan hasil perinatal yang lebih baik.Kejadian makrosomia dapat diturunkan dengan cara pemberian insulin untuk mencapai konsentrasi gula darah praprandial kurang lebih 80 mg/dl (4,4 mmol/l).Sebagai alternatif pemberian antideiabetik seperti metformin dan sulfonylurea dapat dipakai untuk mengendalikan gula darah.b. Implikasi dan Penatalaksanaan Antepartum1) Kemungkinan terjadinya peningkatan gangguan hipertensiDiperlukan pemantauan tekanan darah, kenaikan berat badan, dan ekskresi proteinuria, khususnya pada paruh kedua kehamilan secara baik. Kriteria diagnostik standar dan penatalaksanaan gangguan hipertensi dapat diterapkan pada perempuan dengan DMG.2) Risiko terjadinya kelainan kongenital dan makrosomia janin terutama pada bayi yang ibunya mengalami hiperglikemi berat.Diperlukan pemantauan pertumbuhan janin secara berkala dan terus-menerus (misalnya dengan USG yang terarah) untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan ukuran janin, dan mendeteksi kelainan janin sehingga dapat ditentukan saat dan cara persalinan yang tepat.3) Pemeriksaan antenatal dianjurkan dilakukan sejak umur kehamilan 32 sampai 40 minggu. Pemeriksaan antenatal dilakukan terhadap ibu hamil yang kadar gula darahnya tidak terkontrol, yang mendapat pengobatan insulin, atau yang menderita hipertensi. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan nonstress test, profil biofisik, atau modifikasi pemeriksaan profil biofisik seperti nonstress test dan indeks cairan amnion.4) Memperkirakan maturitas/ kematangan paru-paru janin (misalnya dengan amniosintesis) apabila ada rencana terminasi (seksio sesarea) apad kehamilan 39 minggu. 5) Kematian janin intruterinPasien hendaknya dirujuk ke pusat pelayanan yang lebih baikagar dapat dilakukan pemantauan gerakan janin dan pemeriksaan kardiotokografi.c. Cara dan Waktu PersalinanPerempuan hamil dengan DMG bukan merupakan indikasi seksio sesarea. Penanganan persalinan tetap harus berdasar indikasi ibu dan janin, sama halnya dengan pengelolaan hamil tanpa diabetes.Pengambilan keputusan untuk melakukan persalinan lebih awal (pada kehamilan 38 minggu) dengan cara induksi persalinan atau seksio sesarea dilakukan atas pertimbangan risiko terjadinya kematian perinatal dan morbiditas perinatal yang berhubungan dengan makrosomia, distosia bahu, gawat janin, dan terjadinya sindroma distres respirasi.Penatalaksanaan perempuan hamil dengan DMG pada kehamilan 38 minggu dengan cara induksi persalinan yang mendapatkan pengobatan insulin, dihubungkan dengan upaya menurunkan berat badan janin di atas 4000 gram.Bila berat janin diduga lebih dari 4.500 g, persalinan dianjurkan dengan cara seksio sesarea.d. Pengelolaan Pascapersalinan1) Perempuan dengan DMG jarang memerlukan insulin karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin pada periode pascasalin.2) Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet, setelah persalinan tidak perlu diperiksa kadar glukosanya. Namun, bila waktu kehamilan diberi pengobatan insulin, sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2 jam pascaprandial.3) Perlu dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75 g glukosa pada glocose tolerance test (kadar glukosa kurang dari 140 mg per dl berarti normal, kadar antara 140-200 mg per dl berarti ada gangguan toleransi glukosa, kadar lebih dari 200 berarti diabetes mellitus) dilakukan pada 6 minggu postpartum, untuk menurunkan risiko terjadinya tipe 2 diabetes mellitus di kemudian hari. Bila tes ini menunjukkan kadar normal, maka kadar gukosa darah puasa dievaluasi lagi setelah 3 tahun.4) Skrining diabetes dilakukan secara berkala, khususnya bagi pasien dengan kadar glukosa darah puasa yang meningkat waktu kehamilan.5) Perempuan yang pernah menderita DMG diberikan konseling agar menyusui anaknya, karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula darah.6) Segera dilakukan perencanaan penggunaan kontrasepsi, dikarenakan sekali perempuan hamil menderita diabetes, maka akan beresiko terkena hal yang sama pada kehamilan berikutnya. Tidak ada pembatasan penggunaan kontrasepsi hormonal pada pasien dengan riwayat DMG.7) Bagi perempuan yang obes, setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan berat badan denga diet dan olahraga secara teratur agar risiko terjadinya diabetes menjdai menurun.

C. Penyakit Ginjal dalam Kehamilan1. PengertianDalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomik ginjal dan saluran kemih, yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik serta pemeriksaan hasil laboratorium. Apabila hal itu tidak diperhatikan dan diperhitungkan, ada kemungkinan salah membuat diagnosis, sehingga dapat merugikan ibu dan janin. Perubahan anatomik terdapat peningkatan pembuluh darah, dan ruangan intertisiil pada ginjal dan juga ginjal akan memanjang kira-kira 1 cm. Semuanya itu akan kembali normal setelah melahirkan. Ureter, pielum dan kaliks mengalami pelebaran dalam kurun waktu yang pendek sesudah kehamilan 3 bulan, dan terutama pada sisi sebelah kanan. Pelebaran yang tidak sama ini mungkin karena perubahan uterus yang membesar dan mengalami dekstrorotasi atau karena terjadinya penekanan pada vena ovarium kanan yang terletak di atas ureter, sedangkan pada yang di sebelah kiri tidak terdapat karena adanya sigmoid sebagai bantalan. Pelebaran juga karena pengaruh progesterone, sehingga terjadi hidroureter dan hidronefrosis fisiologis dalam kehamilan. Ureter juga mengalami pemanjangan, melekuk, dan kadang berpindah letak ke lateral, dan akan kembali normal 8-12 minggu setelah melahirkan. Semua hal di atas dapat dilihat dengan pemeriksaan pielografi intravena (IVP=intravenosus pylography).Selain itu juga terjadi hyperplasia dan hipertrofi otot dinding ureter dan kaliks, dan berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh kehamilan. Dilatasi ureter ini memunginkan timbulnya refluks air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter. Akibat pembesaran uterus, hiperemi organ-organ pelvis dan pengaruh hormonal, terjadi perubahan pada kandung kemih yang dimulai pada kehamilan usia 4 bulan. Kandung kemih akan berpindah ke lebih anterior dan superior. Pembuluh-pembuluh di daerah mukosa akan membengkak dan melebar. Otot kandung kemih mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormone esterogen. Kapasitas kandung kemih meningkat sampai 1 Liter, kemungkinan karena efek relaksasi dari hormon progesteron.2. Perubahan FungsiSegera sesudah konsepsi, terjadi peningkatan aliran plasma (RPF) dan tingkat filtrasi glomerolus (GFR). Sejak kehamilan trimester 2 GFR akan meningkat sampai 30-50%, di atas nilai normal wanita tidak hamil. Akibatnya akan terjadi penurunan dari kadar kreatinin serum dan urea nitrogen darah. Nilai normal kreatinin serum adalah 0,5 mg-0,7 mg/100 ml dan urea nitrogen darah 8-12 minggu/100ml.3. Infeksi Saluran KemihInfeksi saluran kemih adalah bila pada pemeriksaan urin, ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urin yang diperiksa harus bersih, segar, dan dari aliran tengah (midstream) atau diambil dari pungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 103 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimtomatik, dan mungkin pula disertai dengan gejala-gejala disebut bakteriuria simptomatik. Walaupun infeksi ini dapat terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darahatau saluran limfe, akan tetapi yang terbanyak atau tersering adalah kuman-kuman naik ke atas melalui uretra, ke dalam kandung kemih dan saluran kemih yang lebih atas. Kuman yang tersering dan terbanyak sebagai penyebab adalah Escheria coli (E.coli), di samping kemungkinan kumn-kuman lain seperti Enterbacter aerogenes, Klebsiella, Psedomonas dan lain-lain.4. Gejala BakteriuriaGejala bakteriuria dibagi dalam :a. Bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik)Frekuensi bacterium tanpa gejala kira-kira 2-10 %, dan dipengaruhi oleh parietas, sosioekonomi wanita hamil.Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklamsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas dari bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian obat sulfonamide ampisilin, atau nitrofurantoin.b. Bakteriuria dengan gejala (simptomatik)1) SistisisSistitis adalah peradangan kandung kemih disebabkan oleh bakteri atau kuman-kuman lain. Sistitis ini cukup dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman penyebab utama adalah E.coli, di samping dapat pula oleh kuman-kuman lain. Factor predisposisi lain adalah uretra wanita yang pendek, sistokel, adanya sisa air kemih yang tertinggal, di samping penggunaan kateter yang sering dipakai dalam usaha mengeluarkan air kemih dalam pemeriksaan ginekologik atau persalinan. Penggunaan kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di uretra distal untuk masuk ke dalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak menggunakan kateter bila tidak perlu betul.Gejala-gejala sistitis yaitu disuria terutama pada akhir berkemih, meningkatnya frekuensi bekemih dan kadang-kadang disertai nyeri di bagian atas simpisis, perasaan ingin berkemih yang tidak dapat ditahan,air kemih kadang-kadang terasa panas, suhu badan mungkin normal atau meningkat, dan nyeri di daerah suprasimpisis. Pada pemeriksaan laboratorium, biasanya ditemukan banyak leukosit dan eritrosit dan kadang-kadang juga ada bakteri. Kadang-kadang dijumpai hematuria sedangkan proteinuria biasanya tidk ada.Pengobatan sama seperti bakteriuria di tambah bikarbonas natrikus untuk menetralisir kencing menjadi biasa.

2) Pielonefritis AkutMerupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai dalam kehamilan. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh Escheria coli, dan dapat pula oleh kuman-kuman lain seperti Stafilokokus aereus, Basillus proteus, dan pseudomonas aeruginosa. Kuman dapat menyebar secara hematogen atau limfogen, akan tetapi terbanyak berasal dari kandung kemih. Predisposisinya antara lain yaitu penggunaan kateter untuk mengeluarkan air kemih waktu persalinan atau kehamilan, air kemih yang tertahan sebab perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan, atau luka pada jalan lahir. Diajurkan tidak menggunakan kateter untuk mengeluarkan air kemih, bila tidak diperlukan betul. Penderita yang menderita pielonefritis kronik atau glomeroluneftitis kronik yang sudah ada sebelum kehamilan, sangat mendorong terjadinya pielonefritis akuta ini.Gejala-gejala penyakit biasanya timbul mendadak, wanita yang sebelumnya merasa sakit sedikit pada kandung kemih, tiba-tiba menggigil, badan panas, dan rasa nyeri di punggung (angulus kostovertebralis) terutama sebelah kanan. Nafsu makan berkurang, mual, muntah-muntah, dan kadang diare, dan dapat pula jumlah urin sangat berkurang (oligouria). Pada pemeriksaan air kemih ditemukan banyak sel leukosit dan sering bergumpal-gumpal, silinder sel darah, dan kadang-kadang ditemukan bakteri E.coli. pembiakan air kemih menunjukkan hasil positif. Pengobatan : penderita harus dirawat, istirahat berbaring, dan diberikan cukup cairan dan antibioitika seperti ampicilin atau sulfonamide, sampai tes kepekaan kuman ada, kemudian tes antibiotic disesuaikan dengan hasil tes kepekaan tersebut. Biasanya pengobatan berhasil baik, walaupun kadang-kadang penyakit ini dapat timbul lagi. Pengobatan sedikitnya dilanjutkan selama 10 hari, dan kemudian penderita harus tetap diawasi akan kemungkinan berulangnya penyakit. Perlu diingat ada obat-obat yang tidak boleh diberikan pada kehamilan walaupun mungkin baik untuk pengobatan infeksi saluran kemih seperti tetrsiklin, sedangkan pada hasil konsepsi seringkali menimbulkan keguguran atau persalinan premature.3) Pielonefritis KronikaPielonefritis kronik biasanya tidak atau sedikit menunjukkan gejala-gejala penyakit saluran kemih. Penderita mungkin menderita tekanan darah tinggi. Pada keadaan penyakit yang lebih berat didapatkan penurunan tingkat filtrasi glomerolus (GFR) dan pada urinalisis urin mungkin normal, mungkin ditemukan protein kurang dari 2 gr per hari, gumpalan sel-sel darah putih.Penderita yang hipertensi dan insufisiensi ginjal mempunyai prognosis buruk. Penderita ini sebaiknya tidak hamil, karena risiko tinggi. Pengobatan penderita yang menderita pielonefritis kronika ini tidak banyak yang dapat dilakukan, dan kalau menunjuk ke arah pielonefritis akuta, terapi sperti yang telah diuraikan. Perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan pada penderita yang menderita pielonefritis kronika.4) Glomerulonefritis AkutaGlomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Peyakit ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan, dan penderita nefritis dapat menjadi hamil. Yang menjadi penyebab biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. Gambaran klinik ditandai timbulnya hematuria dengan tiba-tiba, edema dan hipertensi pada penderita sebelumnya tampak sehat. Kemudian sindroma ditambah dengan oligouria sampai anuria, nyeri kepala, dan mundurnya visus (retinitis albuminika). Diagnosis menjadi sulit apabila timbul serangan kejang-kejang dengan atau tanpa koma yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi serebral, atau oleh uremia, atau apabila timbul edema paru-paru akut. Apabila penyakitnya diketahui dalam trimester III, maka perbedaan dengan preeklamsia dan eklampsia selalu harus dibuat.Pengobatan : istirahat baring, diet yang sempurna dan rendah garam, pengendalian hipertensi serta keseimbangan cairan dan elektrolit. Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi penicillin, karena streptococcus peka terhadap penicillin. Apabila ini tidak berhasil, maka harus dipakai antibiotika yang sesuai dengan hasil tes kepekaan.Kehamilan tidak banyak mempengaruhi jalan penyakit. Sebaliknya glomerulonefritis akuta mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasi konsepsi, terutama yang disertai tekanan darah yang sangat tingggi dan insufisiensi ginjal, dapat menyebabkan abortus, partus prematurus dan kematian janin.5) Glomerulonefritis KronikaPenyakit ini adalah menahun karena wanita sebelum hamil telah menderita glomerulonefritis kronika. Karena itu, pada pemeriksaan kehamilan pertama dapat dijumpai proteinuria, sedimen yang tidak normal, dan hipertensi. Diagnosis mudah dibuat bila dijumpai proteinuria, sedimen yang tidak normal, dan hipertensi. Apabila gejala-gejala penyakit penyakit baru timbul dalam kehamilan yang sudah lanjut, atau ditambah dengan pengaruh kehamilan (superimposed preeclampsia), maka lebih sulit untuk membedakannya dari preeklampsi murni.Bila penyakit tekah lama dan pengobatan tidak adekuat akhirnya fungsi ginjal bertambah buruk dan pada tingkat paling akhir terjadi ginjal kisut.Pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan yaitu pada kehamilan akan menyebabkan abortus, partus premaaturus dan kematian janin dalam kandungan. Sedangkan pada persalinan menyebabkan seperti pre-eklamsi, kala II pendek dengan bantuan vakum ektraksi atau forseps bila anak hidup dan embriptomi bila mati.6) Sindroma NefrotikSindroma nefrotik, yang dahulu dikenal dengan nama nefrosis, ialah suatu kumpulan gejala yang terdiri atas edema, proteinuria (lebih dari 5 gram sehari), hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. Keadaan ini dijumpai dalam kehamilan.Penyebabnya yaitu penyakit-penyakit seperti diabetes militus, lupus eritematosus, amiloidosis, sifilis, dan trombosis vena renal, keracunan oleh logam, obat dan racun lainya.Pengobatan yaitu cari penyebabnya dan obati sesuai penyababnya, biarkan diit tinggi protein, antibiotik untuk mencegah infeksi, berikan heparin untuk mencegah trombo-embolisme( pada nifas), kortikosteroid dosis tinggi (pengaruh terhadap kehamilan tergantung dari penyebab, berat dan ringannya penyakit).7) Gagal Ginjal AkutGagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan fungsi ginjalyang tidak bisa sembuh lagi.Kelainan ini didasari oleh 2 jenis patologi: a) Nekrosis tubular akut, apabila sumsum ginjal mengalami kerusakan.b) Nekrosis kortikal bilateral apabila sampai kedua ginjal yang menderita.Penderita yang mengalami gagal ginjal mendadak ini sering dijumpai pada kehamilan muda 12-18 minggu, dan kehamilan telah cukup bulan. Pada kehamilan muda, sering diakibatkan oleh abortus septic yang diakibatkan oleh bakteri Chlostridia welchii atau streptococcus. Gambaran klinik lain yaitu berupa sepsis, dan adanya tanda-tanda oligouria mendadak dan azothemia serta pembekuan darah intravaskuler (DIC), sehingga terjadi nekrosis tubular yg akut. Kerusakan ini dapat sembuh kembali bila kerusakan tubulus tidak terlalu luas dalam waktu 10-14 hari.Seringkali dilakukan tindakan tindakan histerektomi untuk menagatasinya, akan tetapi ada peneliti yang menganjurkan tidak perlu melakukan operasi histerektomi tersebut asalkan penderita diberikan antibiotic yang adekuat dan intensif serta dilakukan dialysis terus menerus sampai fungsi ginjal baik. Lain halnya dengan nekrosis kortikal yang bilateral, biasanya dihubungkan dengan solusio plasenta, preeclampsia berat atau eklampsia, kematian janin dalam kandungan yang lama, emboli air ketuban yang mnyebabkan terjadinya DIC, reaksi transfusi darah atau pada perdarahan banyak yang dapat menimbulkan iskemi. Penderita dapat meninggal dalam waktu 7-14 hari setelah timbulnya anuria. Kerusakan jaringan dapat terjadi di beberapa tempat yang tersebar atau ke seluruh jaringan ginjal. Gagal ginjal dalam kehamilan ini dapat dicegah bila dilakukan:a) Penangan kehamilan dan persalinan dengan baik.b) Perdarahan, syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik.c) Pemberian trannfusi darah dengan hati-hati8) Batu Ginjal (Nefrolitiasis) dan Saluran Kemih (Urolitiasis)Batu saluran kemih dalam kehamilan tidaklah biasa. Walaupun demikian perlu juga diperhatikan karena urotiasis ini dapat mendorong timbulnya infeksi saluran kemih, atau menimbulkan keluhan pada penderita berupa nyeri mendadak, kadang-kadang berupa kolik, dan hematuria. Kalau batu cukup besar maka operasi harus dilakukan, biasanya tidak mempengaruhi kehamilan. Yang penting adalah kerjasama multidisiplin.Diagnosis lebih tepat dengan melakukan pemeriksaan intravenous pielografi, akan tetapi janin harus dilindungi dari efek penyinaran. Hal ini dapat pula dengan USG dan MRI.Bila diketahui adanya urolitiasis dalam kehamilan, terapi pertama adalah analgetika untuk menghilangkan sakitnya, diberi cairan banyak agar batu dapat ke bawah, karena hampir 80% batu akan dapat turun ke bawah, serta antibiotika. Pada penderita yang membutuhkan tindakan operasi, sebaiknya operasi dilakukan setelah trimester pertama atau setelah post partum. Bila batu tersebut diperkirakan menghalangi jalannya persalinan, kehamilan diakhiri dengan SC, dan batu diangkat post partum dengan seksio alta atau lipotripsi.9) Ginjal PolikistikGinjal polikistik merupakan kelainan bawaan (herediter). Kehamilan umunya tidak mempengaruhi perkembangan pembentukan kista pada ginjal, begitu pula sebaliknya. Akan tetapi bila fungsi ginjal kurang baik, maka kehamilan akan memperberat atau merusak fungsinya. Sebaliknya wanita yang telah mempunyai kelainan sebaiknya tidak hamil karena kemungkinan timbul komplikasi akibat kehamilan selalu tingggi.10) Tuberkulosis GinjalJarang dijumpai wanita hamil dengan tuberculosis ginjal, walaupun dalam literature disebutkan ada. Kehamilan akan mempengaruhi TBC ginjal tersebut, bila tidak diobati. TBC pada ginjal dapat hamil terus, asal fungsi ginjalnya baik.Diagnosis TBC ginjal ditentukan bila ditemukan tuberkel kuman MIkrobakterium tuberculosis pada ginjal, tetapi hal ini sulit dilakukan karena diperlukan tindakan invasive. Tes Tuberkulin tidak dapat dijadikan patokan karena kehamilan mengurangi sensitivitas tuberculin. Diagnosis dapat ditegakkan bila ditemukan leukosit, eritrosit, dan tuberculosis dalam urin.Penanganan TBC ginjal dalam kehamilan:a) Konservatif, dengan mengobati gejala yang timbul sampai akhir kehamilan.b) Paliatif, dengan melakukan terminasi kehamilan bertujuan untuk mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh proses tuberculosis.c) Radikal, yang terdiri atas nefroktomi atau kombinasi aborsi dan nefrektomi. Nefrektomi merupakan pilihan apabila tuberculosis hanya terjadi pada 1 ginjal. Aborsi tidak menghentikan proses tuberculosis.Komplikasi yang dapat terjadi adalah abortus dan janin yang terinfeksi. Mortalitas ibu dan bayi apabila tidak diobati berkisar 30-40%. Terapi TBC ginjal sama dengan terapi TBC organ-organ lain. Untuk membuat diagnosis TBC ginjal diperlukan pemeriksaan laboraturium khusus.

BAB IIIANALISIS KEPROFESIAN

A. Tinjauan TeoriMenurut Permenkes RI No 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pada Bab III Tentang Penyelenggaraan Praktik.PASAL 9Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikanpelayanan yang meliputi:a. Pelayanan kesehatan Ibub. Pelayanan kesehatan anakc. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

PASAL 10(1) Pelayanan kesehatan Ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan(2) Pelayanan kesehatan Ibu sebagaiman dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. Pelayanan konseling pada masa pra hamilb. Pelayanan antenatal pada kehamilan normalc. Pelayanan persalinan normald. Pelayanan ibu nifas normale. Pelayanan ibu menyusuif. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.(3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berwenang untuk:a. Episiotomib. Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan perujukand. Pemberian tablet fe pada ibu hamil e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifasf. Fasilitas atau bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu Ibu ekslusifg. Pemberian uterotonika pada management aktif kala III dan post partumh. Penyuluhan dan konselingi. Bimbingan pada kelompok ibu hamilj. Pemberian surat keterangan kematiank. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

Menurut Kepmenkes RI No 369/Menkes/SK/III/2007Tentang Standar Profesi Bidan Pada Standar Kompetensi Bidan ke-3.

Menurut Draft Standar Kompetensi Bidan Indonesia (revisi November 2011 pada komponen area kompetensi 4 : Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan, pada bagian komponen kompetensi 4.2, yakni Bidan memiliki pengetahuan ynag diperlukan untuk dapat memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas tinggi guna memaksimalkan kesehatan selama kehamilan ermasuk deteksi dini dan pengobatan atau rujukan pada komplikasi tertentu, tepatnya pada 4.2.27 Tanda, gejala dan indikasi untuk melakukan rujukan dengan komplikasi tertentu yang mempengaruhi ibu atau janin (misalnya, asma, infeksi HIV, diabetes mellitus, kondisi jantung, malpresentations/ kelainan letak, gangguan plasenta, kelahiran prematur, kehamilan lewat waktu)

B. ANALISISBerdasarkan Permenkes 1464 disebutkan bahwa kewenangan bidan adalah pada kehamilan, persalinan, dan nifas normal. Sedangkan menurut Kepmenkes 396, Bidan harus memiliki pengetahuan tambahan tentang tanda, gejala, dan indikasi rujukan pada komplikasi tertentu dalam kehamilan, seperti asma, infeksi HIV, infeksi IMS, diabetes, kelainan jantung, postmatur/ serotinus serta akibat dari penyakit akut dan kronis tersebut bagi kehamilan dan janinnya. Selain itu bidan juga harus dapat melakukan identifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan tepat dari diabetes mellitus, dan hasil laboratorium yang tidak normal. Begitupun menurut Draft Standar Kompetensi Bidan Indonesia (revisi November 2011), bahwa kewenangan bidan hanya sebatas mendeteksi tanda, gejala, dan indikasi untuk melakukan rujukan dengan komplikasi diabetes, dan kondisi jantung).Artinya bidan hanya berwenang dalam identifikasi, penanganan awal termasuk konseling, serta melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan dengan tepat.

BAB IVASUHAN TERFOKUS

A. Penyakit Jantung dalam KehamilanAsuhan terfokus yang diberikan antara lain:1. Melakukan deteksi dini pada semua ibu hamil untuk mendeteksi adanya tanda dan gejala adanya penyakit jantung yang diderita ibu dengan anamnesa riwayat kesehatan ibu, dan keluarganya. Kemudian pendeteksian dini ini dapat dilanjutkan dengan pengujian diagnosis yaitu:a. Elektrokardiogram (mendeteksi aritmia atau denyut jantung tidak teratur, masalah dengan sistem konduksi listrik, atau bukti dari masalah jantung sebelumnya ) .b. Magnetic Resonance Imagining ( MRI ) juga dapat dilakukan setelah pertengahan trisemester IIc. Kateterisasi jantung dan angioplasti yang memerlukan paparan sinar x hanya dapat dilakukan bila secara klinis diperlukan. Perut terlindung untuk melindungi janin. Dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter.2. Melakukan pemeriksaan fisik seperti memonitor tekanan darah dengan baik. Selama kehamilan , suara jantung ketiga dan fungsional sistolik murmur mungkin normal. Denyut jantung biasanya meningkat. Setelah pemeriksaan fisik, pada ibu dapat ditemukan sianosis, kesulitan bernafas, dan oedema pada kaki.3. Memberikan pengertian mengenai dampak kehamilan baik bagi ibu tersebut maupun pada janinnya sehingga ibu hamil dapat memahami alasan untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan.4. Menjelaskan pada ibu mengenai keadaan kehamilannya dan dirinya sekarang setiap selesai melakukan antenatal care.5. Pengelolaan diet dengan melakukan konseling kepada ibu untuk mencegah kenaikan berat badan yang berlebihan.6. Memberikan konseling tentang waktu istirahat cukup, cukup tidur, diet rendah garam, dan pembatasan jumlah cairan.7. Kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog, dan harus dibina sedini mungkin.

B. Diabetes Mellitus dalam KehamilanAsuhan terfokus yang diberikan oleh bidan antara lain:1. Penapisan dan Deteksi DiniPenapisan dan deteksi dini dilakukan pada saat pemeriksaan kehamilan atau antenatal care, dengan cara:a. Anamnesa untuk mengetahui risiko tinggi terjadinya diabetes mellitus gestasional Kelompok resiko tinggi terjadinya diabetes melitus gestational, adalah:1) Riwayat kebidanan yang mencurigakana) Beberapa kali mengalami keguguranb) Pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelasc) Pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaand) Pernah melahirkan bayi dengan BBL: 4000 grame) Pernah keracunan kehamilanf) Pernah mengalami polihidramnion2) Riwayat ibu yang mencurigakana) Umur ibu waktu hamil lebih dari 30 tahunb) Riwayat DM dalam keluargac) Riwayat DMG sebelumnyad) Obesitase) Infeksi saluran kencing yang berulang selama hamilSkrining dilakukan sedini mungkin selama, namun beberapa sumber mengatakan bahwa skrining dilakukan pada kehamilan minggu ke-28 atau lebih dengan catatan pada kelompok ibu-ibu dengan resiko tinggi, skrining dilakukan pada minggu ke-24 kehamilan. Javanovic menganjurkan waktu skrining yang terbaik ialah pada minggu ke 27-31 kehamilan. Skrining ulang dilakukan pada minggu ke 33-36 kehamilan, pada ibu hamil dengan resiko tinggi atau tes toleransi glukosa positif.b. Pemeriksaan fisik : adanya obesitas dan edema.c. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah ini dapat berdasarkan WHO atau American Collage ofObstetricians and Gyenecologists1) Cara WHOSejak tahun 1980 WHO telah membuat cara skrining untuk diabetes mellitus. Untuk mendeteksi diabetes mellitus dilakukan tes toleransi glukosa oral dengan beban 75 gram. Dinyatakan diabetes mellitus bila kadar glukosa darah plasma vena puasa >140 mg/dL dan atau 2 jam setelah pembebanan >200 mg/dL. Kadar glukosa darah plasma vena puasa yang normal