Jadilah Pemimpin Demi Kristus
-
Upload
luci-oktaria-sitorus -
Category
Documents
-
view
165 -
download
12
Transcript of Jadilah Pemimpin Demi Kristus
Nama :Luci Octaria Sitorus
Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau 2011
“Jadilah Pemimpin Demi Kristus”
Krisis Kepemimpinan Global
Krisis kepemimpinan adalah masalah krusial. Kepemimpinan adalah sebuah fungsi,
krisis kepemimpinan mengakibatkan gereja telah kehilangan pengaruhnya karena
olehnya kepemimpinan yang efektif. Banyak masalah akut dan kronis yang
melumpuhkan berbagai jenis organisasi disebabkan yang dipimpin orang yang kurang
diperlengkapi dengan kompetensi kepemimpinan seperti cacat karakter, ambisi tidak
terhormat. Krisis kepemimpinan disebabkan karena hilangnya kapasitas institusional
dan interpersonal yang mampu mentransformasi individual secara utuh untuk
mencapai keefektifan kehendak Allah. Kapasitas institusional dan interpersonal
kurangnya kaderisasi pemimpin/banyaknya hal yang mematikan potensi pemimpin.
Krisis kepemimpinan dapat mengakibatkan masalah kepedulian. Untuk menghadapi
krisis ini diperlukan kemampuan kita untuk senantiasa berdoa dan memohon belas
kasihan Allah.
Memimpin di tengah dua pilihan Adopsi atau Aborsi
Ada dua sisi di dalam dunia bisnis yakni mengadopsi prinsip dan pola kepemimpinan
biblikal dan umat Allah yang mengaborsinya. Ada empat area proses aborsi dan
adopsi yakni :
Visi (konsep biblikal)
Visi dalam Alkitab menunjukkan arah dan pimpinan Allah kepada para
hamba-Nya. Tanpa visi orang menjadi akan liar. Saat ini, banyak orang tidak
memiliki visi baik itu lembaga, gereja maupun pribadi sehingga apa yang
hendak dilakukan tidak terarah dan jelas kemana tujuannya sehingga
seringkali menjadi motivasi yang tidak benar. Memiliki visi dapat menjadikan
kita bisa mencapai tujuan kita dengan senantiasa bergantung kepada Tuhan
dan senantiasa membangun komitmen dan semangat hidup.
Akuntabilitas
Pemimpin yang dipercayakan dan diberi tanggung jawab oleh orang yang
dipimpin jika semakin besar maka akuntabilitas atau kemampuan
memperhitungkan kondisi-kondisi yang ada semakin besar pula. Akuntabilitas
merupakan salah satu hal yang krusial dan harus dimiliki para pemimpin
dalam membangun kembali sistem yang kurang berintegritas.
Pemberdayaan
Kemampuan menggunakan karunia Allah untuk menjadi percaya dan
memberdayakan tubuh Kristus, awalnya ketika Rasul Paulus menasehati dan
mengajar orang semakin sempurna dalam Kristus.
Kepemimpinan yang Melayani
Kepemimpinan itu ada dalam teladan Yesus yakni membasuh kaki murid-
murid-Nya. Ketika memiliki orientasi melayani maka harus belajar
mempercayai orang lain. Tanpa hati melayani pemimpin tak mungkin
melakukan akan tumbuh kultur saling mempercayai yang otentik.
Kejatuhan Pemimpin Gereja
Kejatuhan pemimpin gereja yang memiliki sikap dan teladan dari Yesus berubah
menjadi sikap konsep moral, doktrinal, relasional, emosional dan finansial karena
cacat karakter. Kategori manifestasi kejatuhan pemimpin gereja yakni finansial,
seksual, relasional, intelektual, emosional, kuasa.
Pemimpin Visioner Berbahaya tapi Tidak Liar
Karakteristik pemimpin paling penting yang membedakannya.
Manusia liar
Manusia yang tidak memiliki visi disebut manusia liar karena manusia
tersebut berjalan tanpa ada arah dan tujuannya. Sedangkan visi merupakan
kehidupan di masa depan dengan bergantung kepada Tuhan berdasarkan
pengenalan akurat tentang Allah, diri sendiri dan lingkungan. Visi adalah
perpaduan atau fusi yang harmonis dari tiga elemen yang interdependen yakni
Allah : kehendak dan beban dari Allah, diri kita : talenta dan kapasitas yang
Allah berikan, lingkungan: kebutuhan zaman yang Allah tunjukkan. Visi
hidup kita adalah proses terhadap panggilan Allah. Setiap orang yang hidup di
dunia ini memiliki visi yang berbeda. Jadi, orang yang memberi hati kepada
visi itu maka dia akan mendapatkan kebahagian. Hidupnya akan lebih efektif
dan efisien. Visi akan menjadi alasan mengapa seseorang itu harus terus
berjuang.
Manusia berbahaya
Sebagai pemimpin diharapkan memiliki ide yang dapat mempengaruhi banyak
orang dan mampu mengubah dunia walaupun berbahaya. Namun, banyak
orang takut menjadi orang berbahaya karena berbagai alasan. Alasan ini
terjadi karena masih banyak yang dipikirkan tentang hal dunia. Visi dan
kepemimpinan tidak dapat dipisahkan, pemimpin tanpa visi adalah pemimpin
liar. Pemimpin dengan visi tunggal adalah pemimpin berbahaya, karena ia
mempengaruhi dunia baik secara positif maupun negatif.
Memimpin denganAir Mata
Allah mengambil setiap orang yang ia kehendaki sebagai pemimpin dengan cara
beragam. Terkadang ia memakai cara yang sederhana seperti percakapan Hanani-
Nehemia, untuk menunjukkan pimpinan dan kehendaknya. Kepemimpinan kristen
adalah kepemimpinan yang dimulai dan hanya dimulai dengan panggilan dari Allah.
Kepemimpinan Kristen bukanlah sebuah ambisi pribadi. Pemimpin kristen adalah
pemimpin yang peduli tentang hal-hal yang ada di hati Allah. Jika Tuhan menjawab
doa, seringkali ia memulainya dengan bekerja dalam dan melalui orang yang
memanjatkan doa itu. Air mata seseorang menunjukkan betapa seriusnya dia
menggumulkan perasaannya kepada Tuhan. Bahwa beban yang terjadi di hidup kita
terjadi karena ada tekanan di jiea kita maka dengan menggumulkannya kepada Tuhan
hal itu dapat terjadi. Selain berdoa juga ada renacana atau usaha yang harus dilakukan
dalam memenuhi panggilan Allah. Dengan kata lain, kita dapat mengetahui hubungan
saat ini dengan masa depan dan kita mempersiapkannya atau meminimilkan
ketidakpastian di masa depan. Allah bekerja tidak hanya dalam dan melalui diri orang
percaya. Seorang pemimpin yang dipanggil Allah adalah pemimpin yang pragmatis
yang beriman kepada Allah, tahu visi hidupnya, dan berserah total kepada Allah.
Meski visi dan integrasinya memiliki resiko tinggi ia tahu persis bahwa Allah
bersamanya. Setiap kali seorang pemimpin Kristen mulai melangkahkan imannya
menjalani panggilan Allah, akan muncul berbagai halangan dan tantangan. Dalam
menjalani panggilan Allah dibutuhkan keinginan untuk berjuang, semangat yang
tinggi, dan tetap bertolak kepada Allah.
Kualifikasi Eksklusif Pemimpin Kristen
Pemimpin Kristen harus memiliki visi, integritas, stamina, wawasan, dan seterusnya.
Hal tersebut sama dengan pemimpin sekuler yang membedakannya kualifikasi
pemimpin kristen dari 1 Timotius 3 dan Titus 1 adalah sebagai berikut:
Qualification Kualifikasi
Self-Controlled Bijaksana
Hospitable Suka memberi tumpangan
Able to teach Cakap mengajar orang
Not violent but gentle Bukan pemarah, melainkan peramah
Not quarrelsome Pendamai
Not a lover money Bukan hamba uang
Not a recent convert Bukan seorang yang baru bertobat
Has a good reputation with outsiders Punya nama baik di luar jemaat
Not overbearing Tidak angkuh
Not quick-tempered Bukan pemberang
Loves what is good Suka yang baik
Upright, holy Adil, saleh
disciplined Dapat menguasai diri
Above reproach (blameless) Tak bercacat
Husband of one wife Suami dari satu isteri
Temperate Dapat menahan diri
Respectable Sopan
Not given to drunkness Bukan peminum
Manages his on family well Kepala keluarga yang baik
Sees that his children obey him Disegani dan dihormati anak-anaknya
Does not pursue dishonest gain Tidak serakah
Keeps holds of deep truths Memelihara rahasia iman
Sincere Tidak bercabang lidah
Tested Harus diuji dulu
Downward Mobility
Yesus mengkonfrontasi Petrus sekaligus mengajarkan kepadanya sebuah
kebenaran yang sangat sulit yaitu bahwa pemimpin Kristen adalah pemimpin
yang rela dipimpin ke tempat yang ia tidak ingin dituju, ke tempat yang ia
tidak inginkan, ke tempat yang penuh air mata dan penderitaan. Jalan
pemimpin Kristen bukanlah upward mobility yang sangat dijunjung tinggi
oleh sistem dunia. Jalan pemimpin Kristen adalah downward mobility yang
berakhir pada salib.
Salib dan pemimpin Kristen
Paulus menyatakan bahwa Allah hanya bekerja di dalam orang-orang yang
mengakui kelemahannya. Kuasa ilahi dinyatakan dalam kelemahan manusia.
Hikmat Allah hanya ditunjukkan dalam kebodohan manusia, itu sebabnya
pemimpin Kristen yang merasa pandai, kuat dan hebat tidak akan dapat
dipakai oleh Allah sebagai alat menyatakan kuasa-Nya.
Proses Melemahkan Diri
Kepemimpinan Kristen bukanlah sebuah proses pembesaran diri yang
mengandalakan kemampuan sendiri untuk mencapai ambisi pribadi.
Kepemimpinan Kristen adalah proses pelucutan diri yang mengandalkan
penyerahan diri secara total kepada Allah untuk mencapai kehendak-Nya
dalam dan melalui diri pemimpin. Karakteristik eksklusif pemimpin
Kristenyang membedakannya dari pemimpin non-Kristen adalah kelemahan.
Semakin menonjol karakteristik ini, semakin leluasa Allah bekerja di dalam
dan melalui diri pemimpin.
Memimpin dengan Integrasi
Integrasi adalah modal seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang memiliki integrasi
membangun rasa percaya dan menunjukkan kepada orang lain bahwa apabila ia
diperhadapkan dengan tantangan moral segala keputusan dan aksinya dapat
diprediksi.
Mencermati integrasi
Integrasi dimengerti sebagai keseluruhan, kesempurnaan, keutuhan. Keutuhan
yang dimaksud adalah keutuhan dalam keseluruhan aspek hidup, khususnya
perkataan dan perbuatan. Yakobus memberikan definisi integritas sebagai
iman dan perbuatan menyatu. Integritas menunjukkan kita siapa sebenarnya.
Integrasi Etika dan Moralitas
Etika adalah standar tentang mana yang benar atau salah, baik atau jahat.
Moralitas adalah di level praktika. Integrasi adalah terletak diantara etika dan
moralitas. Anda dapat memiliki integritas tanpa menjadi pemimpin. Namun
kita tidak mungkin menjadi pemimpin tanpa integritas. Apalagi menjadi
pemimpin Kristen.
Saat Tiada Orang yang Tahu
Integritas kita diukur dari apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan pada
saat kita benar-benar sendirian. Pada saat kita menutupi perbuatan yang salah
dihadapan Tuhan dan dunia, Allah dalam kedaulatan-Nya dapat membukanya
dan menyatakannya kepada publik. Jika kita bersikeras menutupi dosa dan
kesalahan kita, Allah yang akan membukakannya dengan cara dan konteks
yang berbeda sesuai dengan kedaulatan-Nya. Dan kalau itu terjadi, biasanya
berakibat fatal.
Menipu Orang lain, Diri Sendiri, dan Allah
Orang yang tidak berintegritas adalah orang yangs sedang mengalami
dekadensi moral dan spritual. Tahap pertama menuju kegelapan, yaitu menipu
orang lain (munafik), tahap kedua kita bukan hanya menipu orang lain, tetapi
kita juga menipu diri sendiri dan menganggap kita benar. Kita bukan hanya
munafik, namun kita juga mengalami duplisitas, tahap ketiga kita bukan hanya
menipu orang lain dan menipu diri kita sendiri, tetapi kita juga menipu orang
Allah. Yang paling mengerikan semua ini dapat terjadi pada diri seseorang
saat ia aktif melayani Tuhan, saat ia sepintas tampak intim bersekutu dengan
Tuhan. Jalan menuju integritas begitu sulit dan berliku. Begitu banyak
pemimpin Kristen yang jatuh ke dalam area integritas, berkompromi dalam
area kuasa, uang dan seks.
Pemimpin dan Arogansi
Kesombongan dapat menjadi penyakit menular dan ganas apabila diderita oleh
pemimpin, karena pengaruh yang ia miliki , semakin besar pengaruh yang dimiliki
seorang pemimpin karena peran atau posisinya, semakin berbahaya bila ia menjadi
sombong.
Dari Rendah Hati menjadi Tinggi Hati
Yang dapat menyebabkan seorang pemimpin terjangkit kesombongan dapat
disebabkan sedikitnya tiga hal yakni kuasa, persepsi umum dan perlakuan
khusus, dan keberhasilan. Banyak pemimpin yang pada awal memimpinnya ia
rendah hati, berubah menjadi tinggi hati.
Pemimpin Sebagai Mentor
Setiap pemimpin cenderung memimpin sebagaimana ia pernah dipimpin. Jika
seseorang pemimpin tidak memilki mentor dengan prinsip, pola dan perilaku
kepemimpinan yang baik, maka kemungkinan besar ia juga tidak akan menjadi
pemimpin yang baik.
Faktor Manusiawi
Seperti halnya Timotius yang senantiasa belajar dari Paulus segala yang ia
perlu ketahui untuk menjadi pemimpin-pelayan yang berkenan bagi Allah dan
berpadanan dengan injil. Ia telah meneladani ajaran, cara hidup, pendirian
iman, kesabaran, kasih dan ketekunan Paulus, bahkan sama-sama merasakan
penderitaan aniaya dengan Paulus. Fungsi pemimpin bukan menciptakan
pengikut, tetapi melahirkan pemimpin.
Faktor Ilahi
Timotius bukan saja memiliki Paulus sebagai mentor yang berkualitas dan rela
membagi hidupnya, namun ia juga memiliki karunia yang Allah percayakan
kepadanya. Paulus menasehati Timotius dalam keterbatasannya terus ingat
untuk menggunakan dan menerapkan karunianya atau karunia tersebut akan
mubazir. Kepemimpinan Kristen pada dasarnya adalah kepemimpinan
berdasarkan karunia yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Paulus menulis
agar Timotius bersandar pada Allah yang membangkitkan tiga hal yakni
kekuatan, kasih dan ketertiban dalam menjalankan tugasnya yang berat.
Dengan bersandar kepada Roh Allah pemimpin Kristen dipersiapkan untuk
berhadapan dengan segala bentuk tantangan, kesulitan, dan bahya
kepemimpinan, bahkan kematian.
Harmonisasi
Faktor manusiawi dan ilahi bekerjasama dalam proses pengembvangan
kepemimpinan dalam diri calon pemimpi Kristen.
Gaya Hidup “Akribos”
Kata asli yang dipakai untuk “perhatikan dan seksama” adalah akribos. Hidup akribos
adalah hidup yang tidak sembarangan. Akribos yaitu ketelitian atau akurasi yang
begitu tinggi yang mampu dipertanggung jawabkan. Dalam Matius akribos digunakan
untuk orang Majus yang diminta Herodes menjadi detektif menyelidiki bayi kudus
yang baru lahir. Dalam injil Lukas dr. Lukas melihat dirinya sebagai seorang jurnalis
melaporkan pandangan mata dan pengalamannya bersama Yesus Kristus. Dalam
Kisah Para rasul digunakan Apolos sebagai seorang guru yang mengajar jemaat
Efesus dengan akurat , dan digunakan jemaat Tesalonika sebagai murid yang telah
menguasai ajaran dengan mendalam tentang kedatangan Kristus. Kita harus hidup
dengan akribos karena Kristus telah membangkitkan kita dari kematian rohani. Hidup
dengan akribos adalah hidup yang dipimpin oleh firman Allah. Hidup akribos adalah
hidup yang reflektif dalam penglaman hidup keseharian yang kita anggap sederhana,
sepele, yang remeh, namun seringkali itu semua tanapa kita sadari membnetuk
karakter kita. Hidup akribos memperhatikan apa yang kita katakan, pikirkan, perbuat
dalam keseharian hidup kita.
“Be-Know-Do” Pengembangan Kepemimpinan Efektif
Pengembangan kepemimpinan yang efektif terdiri dari tiga elemen : knowing, being,
dan doing. Elemen be adalah elemen karakter (know-why). Elemen know adalah
elemen pengetahuan (know-what) dan elemen do adalah elemen keterampilan (know-
how). Proses pengembangan kepemimpinan yang efektif akan menolong seseorang
menjadi seorang pemimpin, tahu kepemimpinan, dan kapabel memimpin. Know
adalah fungsi dari pendidikan, do adalah fungsi dari pelatihan. Dan be adalah konsep
diri, nilai hidup-hidup, prinsip moral, dan etika tidak akan ditelan oleh berjalannya
waktu.
Belajar dari Rasul Paulus
Pada saat Paulus berada di dalam penjara ia menulis surat kepada Timotius
bahwa injil, harta yang indah itu harus dipercayakan kepada orang-orang yang
memiliki dua karakteristik yaitu dapat dipercaya (karakter), dan cakap
mengajar orang lain (kompetensi).
Belajar dari West Point Academy
Ketiga elemen be. Know, do menjadi bagian integral kepemimpinan militer
bagi tentara Amerika. Proses pengkaderan kepemimpinan yang sangat baik
mempersiapkan mereka seja tahun pertama berhadapan dengan tanggung
jawab, keputusan, dan tantangan besar di bawah tekanan. Di West Point
Academy, kapasitas knowing dan doing realatif lebih mudah dibangun dan
dibentuk dalam setipa kader ketimbang untuk kapasitas being. Dalam suasana
belajar yang aman, di West Point Academy diperhadapkan dengan berbagai
dilema etis dan konflik moral yang memaksa mereka untuk keluar dari zona
aman.
Keseimbangan tiga elemen
Ketiga elemen tersebut harus diberikan dalam dosis yang seimbang dalam
pengkaderan kepemimpinan. Dari ketiga elemen tersebut yang paling sering
dilupakan dalam pengembangan kepemimpinan Kristen adalah elemen
karakter. Kerendahan hati, akuntabilitas pribadi, integritas dan kerelaan untuk
diajar, dan hati yang melayani adalah beberapa contoh klasik dari karakter
yang sering dilewati dalam proses pengkaderan pemimpin Kristen.
Memimpin Lewat Tulisan (Teladan C.S Lewis)
Defenisi kepemimpinan terpendek adalah pengaruh. Memimpin pada dasarnya adalah
mempengaruhi C.S Lewis adalah salah seorang pemimpin yang Allah pakai melalui
cendekiawan. Memimpin lewat tulisan teladan C.S Lewis untuk mempengaruhi,
membentuk dan mengukir sejarah gereja.
Perjumpaan Dengan Allah
Saat Clive Staple Lewis telah menganggap Tuhan sebagai musuhnya dia
menjadi orang yang tidak mengakui Allah. Namun, ketika ia membaca buku
dan bersahabat dengan Hugo Dyson dan J.R.R Tolkien dan berdiskusi tentang
kekristenan. Lalu dia bergumul dengan pandangannya terhadap Kristus. Dan
akhirnya ia mengakui bahwa Allah adalah Allah dan ia pun bertobat.
Reorientasi Konflik
Pengaruh C.S Lewis tetap hidup sampai hari ini, mengubah hati dan hidup
banyak orang. Tidaklah mengherankan bila begitu banyak orang Kristen yang
sangat mengagumi, terus belajar dari dan diinspirasikan oleh C.S Lewis.
Menulis Bagi pemimpin
Menulis adalah salah satu kapasitas yang seharusnya dimiliki oleh pemimpin
Kristen. Ada tiga alasan yang relevan :
1. Dengan menulis: pemimpin mau tidak mau dipaksa untuk menuangkan
buah-buah pikiran dengan sistematis, logis, dan jelas
2. Dengan menulis juga salah satu cara bagi pemimpin untuk membangun
legacy dari hidupnya yang singkat untuk dapat diambil hikmahnya
oleh orang lain
3. Menulis juga seni untuk mengenal diri sendiri
Pemimpin Kristen dan Pola Pikirnya
Berpikir itu penting
Manusia adalah makhluk berpikir dan inilah yang membedakannya dengan
ciptaan lain. Kita diwajibkan memiliki hikmat, berpengertian, mampu
membeda-bedakan, cinta kebenara, dsb. Dan ada peringatan keras bagi mereka
yang malas berpikir tak sembarangan dalam berpikir, tidak dewasa dalam
berpikir, mudah diombang-ambingkan dan memiliki kesombongan intelektual.
Ada hubungan yang erat antara intelekual dan karakater manusia. Ini menjadi
landasan filosofis yang penting untuk direfleksikan oleh setiap pemimpin
Kristen sebelum mereka terjun melayani sebagai pemimpin.
Kepunahan Pemimpin Kristen yang berpikir
Diera modern ini banyak orang Kristen yang tidak berpikir dengan kritis,
tajam, dan serius. Sebagai makhluk moral, orang Kristen masih berperilaku
dengan memegang prinsip dari Firman Allah. Sebagai makhluk spritual ia
masih berupaya dengan doa dan meditasi untuk memiliki dimensi kehidupan
yang tidak diketahui oleh orang bukan Kristen. Namun, sebagai makhluk
rasional, orang Kristen telah menyerahkan diri pada sekularisme.
Defenisi dan Implikasi
Seorang pemimpin yang memiliki pikiran Kristen secara konsisten
menginterpretasikan apa yang terjadi dalam hidupnya dari kacamata firman
Allah. Seringkali kita mengindentikkan berpikir secara Kristen dengan
berpikir tentang topik-topik rohani seperti doa, disiplin rohani, predestinasi,
akhir zaman, dll. Asumsi yang demikian mengesampingkan bagian yang lebih
besar dari hidup yang kompleks ini. Yesus adalah Tuhan atas dunia ekonomi,
dunia politik, dunia pendidikan, dan dunia segala dimensi lain dalam hidup
kita. Maka, setiap pemimpin Kristen dituntut untuk memiliki pikiran seperti
Kristus.
Membangun Kebiasaan Berpikir
Kita dipanggil untuk tidak berkompromi dengan kultur sekuler yang
melumpuhkan iman Kristen secara perlahan-lahan namun hendaklah
mengalami suatu pembaharuan. Transformasi bermula dari pikiran,
transformasi nilai hidup itu hanya bisa terjadi bial pikiran kita diperbaharui
bial cara pandang kita diubahkan, sehingga kita mampu membedakan mana
kehendak Allah, mana yang baik dan sempurna. Pemimpin Kristen perlu
membangun kebiasaaan berpikir yang baru yang diterangi oleh firman Allah
dan dipimpin Roh kudus saat ia menunaikan perannya sebagai pemimpin.
Sekolah Kepemimpinan Allah
Lebih dari pendidikan, lebih dari pengalaman, lebih dari pelatihan, tingkat resilince
seseorang yang akan membedakan siapa yang sukses dan siapa yang gagal.
Empat Respons
Orang-orang yang memiliki kapasitas untuk bangkit dari penderitaan hidup
menunjukkan empat respons yang tipikal : mereka menaruh derita hidup yang
mereka alami, dalam sebuah persepektif kebenaran yang kekal, mereka
mengacu kepada teladan hidup orang lain saat mereka merefleksikan derita
tersebut, mereka mengidentifikasikan diri mereka dengan orang lain dalam
penderitaan, mereka menata ulang prioritas mereka untuk lebih melayani
orang lain yang berada dalam penderitaan serupa.
Kelegaan Memikul Beban
Kristus yang menyadari misi-Nya di dunia naik ke atas Salib untuk
diremukkan Allah Bapa-Nya. Kelegaan yang Yesus tawarkan bukan kelegaan
tanpa beban hidup, tetapi justru kelegaan meskipun ada beban hidup. Yesus
tidak pernah memberi kita “kuk” (crucible) yang satu ukuran dan kita perlu
bersyukur untuk itu karena tugas kita hanyalah mengikuti arah dan gerakan
irama Kristus untuk menggenapi tugas yang dipercayakan kepada kita di dunia
ini. Karena ketenangan hidup tidak lagi bergantung kepada kondisi eksternal,
hidup lancar, karir mantap, keuangan solid, relasi dengan keluarga baik, tubuh
sehat. Ketenangan hidup itu berasal dari Allah sendiri yang sifat, rencana, dan
janjinya kekal dan tak pernah berubah.
Imitasi Kristus : Bonhoeffer dan Radikalisme Pemimpin Kristen
Setiap murid Kristus harus secara berkala bertanya pada dirinya sendiri beberapa
pertanyaan suli dengan jujur tanpa topeng, tanpa kosmetik. Tantangan Yesus yang
radikal kepada kita mengakui menjadi murid-Nya. Tantangan untuk menapaki jalan
salib yang telah ia tempuh. Tantangan untuk menjadi imitasi Allah, Allah tidak
memanggil kita untuk menjadi nyaman. Menyerahkan segala hak-Nya kepada Bapa
dan rela mati menjadi korban tebusan bagi banyak orang adalah bentuk dari kekuatan
Yesus.
Pemuas Hati Manusia
Tindakan pemimpin yang cenderung mengikuti selera publik maka segala hal diubah
demi memenuhi ekspektasi massa, tradisi ditinggalkan, karya klasik dibuang, ritual
yang bermakna ditiadakan. Sementara untuk memuaskan hati massa, peraturan terus
diperbaharui, kebijakan terus diubah, program kerja terus diganti.
Mencari Kesukaan Manusia
Panggilan dan substansi pelayanan yang dilakukan Paulus dan orang Kristen
bukanlah berasal dari manusia, namun dari Allah. Yang patut diperhatikan
adalah Kristus bukan manusia. Paulus tidak menginjilkan pelayanannya
dikendalikan oleh segelintir orang yang berhak memegang kendali bagi Paulus
yang memegang kendali pelayanan adalah Allah. Orang Kristen seharusnya
meneladani sikap Paulus yang mengorbankan kebebasannya dengan suka rela
menjadi budak bagi orang lain agar mereka juga memiliki kebebasan dalam
Kristus. Menerapkan disiplin hidup Paulus berarti pemimpin rela untuk tidak
menuntut hak-hak yang pantas ia dapatkan. Rela kehilangan hak dan
berkorban melakukan hal-hal ekstra bagi orang lain demi melayani mereka.
Motivasi Hati
Letak kunci kepemimpinan Paulus adalah ia menyenangkan hati orang bukan
untuk mendapat imbalan jasa, materi atau bantuan. Namun untuk melayani
mereka sehingga perannya sebagai pemimpin menjadi efektif.
Discontenment dan Contenment : Barometer Kepemimpinan Kristen
Alkitab tidak berdiam diri tentang kepemimpinan yang terbaik. Alkitab menghadirkan
Rasul Paulus, yang gaya hidupnya sebagai pemimpin bukan saja menjadi teladan
namun juga bersifat normatif. Rasul Paulus ternyata memiliki rasa tidak puas dan rasa
puas dalam hidupnya.
Tidak Berpuas Diri (Discontenment)
Paulus tidak akan pernah berpuas diri dalam hal penderitaan Yesus di kayu
Salib untuk menyelamatkan manusia berdosa. Bagi Paulus kesempurnaan
bukanlah kesempurnaan tetapi sebuah proses mencapai keserupaan dengan
Kristus yang tidak akan pernah berakhir. Keinginannya adalah menjadi serupa
dengan Kristus yang tidak akan pernah berakhir. Paulus tidak pernah berpuas
diri dalam mengenal Kristus, mengalami Kristus, bekerja bagi Kristus,
menderita bagi Kristus, dan bahkan mati bagi Kristus
Berpuas Diri (Contentment)
Paulus telah belajar bahwa Kristus itu cukup baginya. Ia belajar berserah
bukan lagi kepada berkat-berkat yang datang dari Kristus, tetapi kepada
Kristus sendiri. Paulus tidak mengizinkan kondisi eksternal, disekitarnya
mengendalikan modalnya, semangatnya, dan hidupnya. Kepuasan dirinya ada
di dalam Kristus, bukan manusia apalagi materi, ia telah belajar tidak
melekatkan diri dengan hal-hal eksternal agar ia dapat benar-benar melekat
dengan Kristus.
Pemimpin berukuran besar
Dunia membutuhkan pemimpin Krsiten yang memiliki discontentment dan
contentment dalam area yang tepat. Dunia memerlukan pemimpin Kristen
yang tidak pernah puas dengan status quo dalam dirinya maupun di luar dan
yang tidak pernah memusingkan dirinya dengan hidupnya sendiri. Dunia
menantikan pemimpin Kristen yang ambisinya adalah Kristus bukan dirinya
sendiri.
Ritme Engagement dan Withdrawal
Efektifitas adalah kapabilitas untuk melakukan sesuatu dengan prioritas dan misi
hidup yang Allah berikan dalam hidup kita. Pemimpin yang efektif bekerja dengan
kesadaran dan keyakinan bahwa ia sedang bekerja untuk merealisasikan misi hidup
yang Allah berikan kepadanya. Pemimpin harus memiliki pola hidup seimbang antara
engegement dan withdrawal.
Diamlah
Karena posisi dan keterburu-buruan kita sebagai pemimpin kita seringkali
terjebak dengan situasi eksternal yang menggiring kita untuk mengandalkan
pikiran rasional dan kekuatan kita dan berlaku seakan Tuhan tidak ada dalam
hidup kita. Pemimpin yang supersibuk perlu memperhatikan kata-kata
pengamsal ini : berdiam dirilah dihadapan Tuhan dan nantikanlah dia, diamlah
dan ketahuilah bahwa akulah Allah.
Teladan Yesus
Yesus adalah orang yang sangat sibuk, namun tidak pernah terburu-buru.
Yesus sibuk dengan arah yang jelas yaitu melakukan kehendak Bapa-Nya di
surga. Hidup Yesus berjalan sesuai dengan ritme engagement dan withdrawal.
Ada waktu yang aktif melakukan berbagai hal sesuai dengan tugasnya.
Namun, ada waktu untuk mengundurkan diri, berdiam diri dihadapan Allah.
Arti dan Tujuan Berdiam Diri
Withdrawal atau berdiam diri berarti mengalokasikan waktu bersama Tuhan
agar kita memiliki hati yang dengar-dengaran dan taat kepada-Nya. Saat kita
berkontempelasi di hadapan Allah, kita menciptakan ruang bagi Allah untuk
menata ulang orientasi hati dan persepektif hidup kita. Meditasi new age yakni
mengosongkan pikiran, mengajak kita memisahkan diri dari dunia dan
mendekat kepada Allah, untuk kepuasan batiniah yang dangkal dan semu.
Hasil meditasi terhadap firman Allah adalah perilaku yang diubahkan karena
perjumpaan dan relasi dengan Allah yang signifikan dan transformatif.
Berdiam diri di hadapan Tuhan bukan soal waktu, tempat, posisi tubuh, namun
berdiam diri dihadapan Allah adalah soal hati dan pikiran kita.
Manfaat berdiam diri
Ada tiga manfaat yang didapat dalam upaya berdiam diri dihadapan Tuhan:
1. Mendengarkan Tuhan
2. Penyerahan Diri
3. Menolong saya untuk mengalami perubahan yang real dan tahan lama
Seni Menegur Pemimpin
Tak seorang pun di dalam gereja yang memiliki status spesial sebagai orang yang
diurapai Allah karena setiap orang percaya diurapi Allah. Dan tidak ada satupun
manusia yang kebal terhadap nasehat, kritik dsb. Juga ada perintah Yesus agar kita
tidak menghakimi sesama manusia.
Ada beberapa hal yang Yesus sampaikan tentang hal menghakimi :
1. Relativisme yang kental yang mewarnai dunia berdosa justru semakin
membutuhkan penilaian dan penghakiman
2. Penghakiman berbeda dengan pendapat
3. Benang merah dari seluruh khotbah Yesus Kristus agar dapat menjadi
pengikutnya hidup berbeda dengan dunia
Kritik Bagi Pemimpin : Sahabat atau Musuh
Bagi pengikut fanatik buta (uncritical lovers) maupun pengkritik sadis (unloving
critics) keduanya melumpuhkan efektifitas pemimpin. Yang menarik reaksi pemimpin
terhadap aksi kedua kelompok ini sangat berbeda. Tentu pengikut fanatik lebih fatal
dan laten daripada pengkritik sadis. Karena pengkritik sadis, meskipun cara-cara
yang menyakitkan hati, mungkin memberi kritikan yang substansi dan benar adanya
sesuai fakta. Manfaat kritik bagi pemimpin adalah kritik mencegah sesuatu yang
destruktif terjadi pada diri si pemimpin,kritik penolong pemimpin untuk menyadar
“blind spots” dalam dirinya, kritik membuat pemimpin tetap tajam dalam kesaksian
hidup dan efektivitas pekerjaan pelayanan.
Berpacu melawan kuda sebuah tantangan kepemimpinan
Banyak orang yang mau memimpi menjadi pemimpin bahkan mereka berambisi. Ada
popularitas, hormat, akses, posisi, fasilitas, kebangga, kepuasan diri yang dapat
menikmati. Inilah sisi glamorous dari seorang pemimpin yang memang menjadi
rebutan orang.
Sisi yang membuat ia kesepian. Sisi yang membaut hati yang begitu padih
karena ditolak, dikecewakan, dibenci dan dimusuhi orang lain.
Tugas pemimpin kristen itu bagai pisau bermata dua. Disatu sisi, ia harus
comfort the afficted. Di sisi lain, ia harus affict the comforted.menghibur orang yang
susah dan menyusahkan orang yang terhibur. Keduanya memerlukan cadangan emosi
yang sangat besar.
Menghibur orang yang sedang kesusahan justru menolong kita untuk semakin
kuat secara spiritual, mental, dan emosional. Obat yang paling mujarab untuk
mengatasi penderitaan kita adalah menolong orang yang sangat menderita.
Berani mederita demi kebanaran
Tekadang, mau tak mau pemimpin harus terlibat dalam konflik. Bukan sebagai tujuan,
tetapi sebagai konsekuensi logis dari tugas yang dipikulnya dan prinsip yang
dipengangnya. Pada dasarnya, pemimpin harus siap dan rela berhadapan dengan
konflik, dan jatuh dalam pelukan kompromi. Karena konflik menimbulkan luka-luka
hati yang terkadang membutuhkan waktu lama untuk diobati.
Beban kasih yang dalam
Namun,yeremia tidak memilih kedua sifat tersebut. Reputasinya sebagai “ the
weeping prophet” muncul bukan karena ia mengasihi diri sendiri. Tapi karena ia
mengasihi dosa bangsanya. Matanya menjadi pancuran air mata karena cintanya
kepada Allah karena cintanya kepada orang-orng yang dilayani, bahkan termaksud
orang- orang yang membencinya, mencacimakinya, mengkhianatinya, dan ingin
membunuhnya. Namun yeremia membuktikan kebenarannya. Ia tetap taat melakukan
panggilan allah dalam dirinya. Ia tidak membiarkan penderitaan yang ia alami
membuat dia mengasihi diri dan patah semangat. Ia tidak mengizinkan kapahitan
hidupnya manjadikan hatinya tawar kapada Allah dan sesamanya. Ia tidak
mengizinkan kondisi sekitarnya dari orang di disekililingnya mengganggu
komitmennya menjalankan panggilan Allah dalam hidupnya.
Konflik internal : penjara ketakutan
saya kira inilah yang membedakan pemimpin dengan non-pemimpin: reaksi terhadap
konflik internal dalam diri kita.reaksi terhadap ketakutan.sering kali ketakutan
melumpuhkan pemimpin dengan ampuh. Pemimpin bergelut dengan rasa takut
tersebut, dan memilih untuk tidak tunduk kepadanya. Hal ini berlaku khususnya bagi
pemimpin kristen karena ia tahu hidupnya ada ditangan Tuhan Yesus telah mati dan
bangkit baginya. Dan karena Allah berdaulat mutlak, maka tidak ada sehelai rambut
yang akan lepas dari kapala kita tanpa sepengatahuan dan seizin Allah.
Konflik ekternal:intimidasi dan pengkhianatan
Kepemimpinan memang identik dengan konflik.memilih menjadi pendamping adalah
memilih untuk mengakrabi konflik.karena pemimpin pada esensinya memobilisasi
orang lain untuk bergerak dari status quo menuju kesuatu tujuan yang lebih
ideal.pendek kata, untuk berubah.dan perubahan yang riil selalu mengundang konflik
internal maupun eksterna. Semakin besar tanggung jawab seorang pemimpin,semikin
sepi jalan yang harus ia lalui. Dan ketika ia menggambilnya sebagai tanggung jawab
pribadi, tindakan menyuarakan kebenaran seperti ketiga wanita diata, hampir pasti
aku muncul resistensi.
Anarki dan tirani : penyimpangan otoritas pemimpin
Itu sebabnya mengapa pemahaman yang salah tentang otoritas dapat berakibat
fatal,khususnya bila pemahaman tersebut dimiliki oleh seorang pemimpin yang
memiliki pengaruh yang sangat besar.
Defenisi otoritas
Otoritas “hak seseorang untuk melakukan hal-hal tertentu karena posisi atau
kedudukan yang ia miliki” otoritas itu dibrikan kepada posisi, bukan induvidual,otoris
adalah hak induvidu yang memiliki posisi tersebut. Ada tiga hal tentang otoritas yang
sering kali menjadi sumber potensi intrik dan konflik dalam gereja.
A.natru otoritas
Otoritas intrinsik adalah otorits yang secara inheren dimiliki kerena natur dari
pemiliknya.hanya ada satu pribadi yang memiliki otoritas intrinsik,yaitu Allah. Allah.
Otoritasnya bersifat kekal dan absolut baik terhadap alam, pemerintahan, sejarah,
maupun manusia. Otoritas kedua adalah otoritas yang didelegasikan.Alkitab
memberitahu kita bahwa minimal ada empat jenis otoritas turunan yang Allah
tetapkan dan diberikan dalam kedaulatanya kepada empat institusi di dunia.
Tujuan otoritas
Yesus kristus yang memiliki seluruh otoritas disurga dan di bumi menggunakan
otoritas tersebut untuk manusia yang berdosa. Inilah salah satu tantangan terberat bagi
setiap pemimpin kristen meneladani kristus dalam menggunakan otoritas yang
memiliki bukan untuk memrintah orang lain,melainkan untuk melayani.
Memimpin tanpa mengontrol orang lain
Nature dan nurture keinginan untuk selalu mengontrol segala sesuatu yang ada
disekitar kita adalah suatu yang inheren dalam natur manusia. Kecendrungan diatas
cendrung mengalami pembesaran dalam diri seseorang pemimpin. Apalagi proses
kondisi sosial (nature) melegitamasi seorang pemimpin untuk selalu menjadi seorang
yang selalu incontrol.bahkan ia akan dicap tidak kompoten bila mulai timbul persepsi
bahwa kehilangan kntrol.ilusi kontrol dapat menjadi hal yang berbahaya karena
menciptakan ilusi bahwa sipemimpin harus selalu dapat mengontrol segala sesuatu
diluar dirinya.ilusi ini memberi kepuasan tersendiri dalam diri pemimipin.lalu ia
berupaya keras mengubah ilusi tersebut menjadi sebuah realitas. yang menarik, justru
pemimpin yang dicintai orang banyak cendrung memiliki ilusi kontrol dan kuasa.
Semakin ia disanjung dan dipuja orang. Semakin ia ingin mendomonasi dan
menguasai lebih banyak orang lain.gejala pisikologis seperti ini terjadi dengan sangat
gradual dan laten(subtle),sehingga sering kali luput dari perhatian pemimpin. Tidak
sedikit pemimpin yang awalnya rendah hati lalu menjadi pemimpin yang haus kuasa
karena digerogoti oleh ilusi kontrol. Penyerahan diri pada saat seorang pemimpin
berpikir ia sedang mengontrol orang lain,sebenarnya ia sedang dikontrol oleh
ambisinya. Pemimpin yang demikian perlu kembali kepada yesus, yang mengajar
bahwa pemimpin adalah pelayan dari sessamanya,dan bahwa kuasa (power) yang
otentik terletak pada penyerahan diri.saat pemimpin menyangkal diri,ia menyalibkan
ambisi dengan agenda pribadinya dan menuruh dirinya dibawah orang lain,demi
ketaatan kapada kristus. Saat pemimpin menyangkal diri, ia bahkan menyarahkan
hak-haknya kepada Allah,demi melayani orang lain. Yang di serahkan adalah hak-
hak yang selama ini yang dianggap menjadi milik seorang pemimpin by defaul. Hak
untuk mendapat penghargaan, hak untuk didengar, hak untuk membuat keputusan
akhir, hak untuk maran dan hak untuk mendapat imbalan dan bahkan hak untuk
mengatakan dirinya sebagai pemimpin. Ia memimpin dengan melayani orang lain,
bukan mengontrol orang lain. Banyak pemimpin tidak rela kehilangan kontrol karena
khawatir segalanya akan berantakan. Yang perlu dimiliki adalah kesadaran bahwa
yang memegang kontrol akhirnya adalah Allah, bukan manusia. Ketika pemimpin
selalu memegang kontrol maka ia sedang tergoda ingin menjadi Allah.