IV. XENOTRANSPLANTASI SEL ... - · PDF fileumur larva berkaitan dengan perkembangan sistem...
date post
21-Mar-2019Category
Documents
view
222download
0
Embed Size (px)
Transcript of IV. XENOTRANSPLANTASI SEL ... - · PDF fileumur larva berkaitan dengan perkembangan sistem...
37
IV. XENOTRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN
GURAMI PADA BERBAGAI UMUR LARVA IKAN NILA
ABSTRAK
Xenotransplantasi sel testikular merupakan suatu metode untuk melestarikan
dan mengembangkan plasma sel germinal dari ikan-ikan yang terancam punah
dan untuk produksi induk pengganti bagi ikan-ikan yang bernilai ekonomis
tinggi. Pada penelitian ini, ikan gurami digunakan sebagai model donor dan ikan
nila sebagai model resipien. Pengembangan xenotransplantasi sel testikular ini
diawali dengan penentuan umur resipien yang optimum untuk kegiatan
transplantasi sel germinal. Testis segar diisolasi dari ikan gurami ukuran 600
800 g, lalu dicacah dalam larutan disosiasi dan selanjutnya diinkubasi pada suhu
ruang selama 3 jam untuk mendapatkan suspensi sel testikular sebagai sumber
donor. Sel donor dilabel dengan PKH 26 fluorescent dye sebelum
ditransplantasikan ke dalam rongga peritoneal larva ikan nila umur 1, 3, 5 dan 7
hari pascamenetas (hpm). Parameter yang diamati adalah sintasan larva ikan nila
24 jam pascatransplantasi (pt) dan efisiensi kolonisasi sel donor pada resipien
umur 2 dan 3 bulan pt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintasan larva rata-
rata terendah adalah pada perlakuan umur larva 1 hpm (82,746,76%) dan
tertinggi pada larva 3 dan 5 hpm masing-masing 95,005,00% and 95,002,50%).
Efisiensi kolonisasi rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan umur transplantasi
larva 3 hpm (61,134,71% ) dan terendah pada larva umur 7 hpm
(19,4317,33%). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa larva ikan nila
umur 3 hpm adalah resipien terbaik untuk xenotransplantasi sel testikular ikan
gurami.
Kata kunci: xenotransplantasi, sel germinal jantan, ikan gurami, ikan nila,
efisiensi kolonisasi
38
IV. XENOTRANSPLANTATION OF GIANT GOURAMI
TESTICULAR GERM CELLS INTO DIFFERENT AGE OF
NILE TILAPIAS LARVAE
ABSTRACT
The recent study has been conducted to develop testicular germ cell
transplantation as a tool for preservation and propagation of male germ-plasm
from endangered fish species, as well as to produce surrogate broodstock of
commercially valuable fish. Giant gourami testis had been used as a model for
donor and Nile tilapia larvae as recipient. We developed testicular cell
xenotransplantation by optimizing the timing of intraperitoneal cell
transplantation to recipient larvae aged 1, 3, 5 and 7 days post hatching (dph).
Freshly isolated testis of giant gourami weighed 600800 g were minced in
dissociation medium and then incubated for 3 hours in room temperature to
collect monodisperce cell suspension. Donor cells labeled with PKH 26 were
transplanted into the peritoneal cavity of Nile tilapia larvae using glass
micropipettes. Parameters observed were survival rate of Nile tilapia larvae at 24
hours post transplantation (pt) and colonization efficiency of donor cells at 2 and
3 months pt. The incorporated donor cells were observed under fluorescent
microscope. The result showed that the lowest survival rate at 24 hours pt was 1
dph larvae (82.746.76%) and the highest survival rate were 3 and 5 dph larvae
(95.005.00% and 95.002.50%, respectively). The highest colonization
efficiency was on 3 dph larvae (61.134.71%) and the lowest colonization
efficiency was on 7 dph larvae (19.4317.33%). In conclusion, 3 dph Nile tilapia
larvae was the best recipient for giant gourami testicular germ cells
xenotransplantation.
Key words: xenotransplantation, testicular germ cell, giant gourami, Nile tilapia,
colonization efficiency
PENDAHULUAN
Teknologi xenotransplantasi sel testikular yang mengandung spermatogonia
pertama kali diaplikasikan pada ikan gurami (Osphronemus goramy)
menggunakan resipien larva ikan nila (Oreochromis niloticus). Pada penelitian
xenotransplantasi ini digunakan ikan gurami sebagai model donor dan ikan nila
sebagai model resipien, yang mana kedua jenis ikan ini berbeda pada tingkat
ordo. Saat ini xenotransplantasi antar dua spesies ikan yang berbeda famili telah
berhasil dilakukan. Spermatogonia ikan nibe (famili Scianidae) yang
39
ditransplantasikan ke larva ikan chub mackerel (famili Scombridae) telah berhasil
hingga tahap proliferasi sel spermatogonia ikan nibe pada gonad ikan chub
mackerel (Yazawa et al. 2010). Xenotransplantasi PGC ikan loach ke embrio
ikan zebra fase blastoderm (chimera) bahkan mampu menghasilkan spermatozoa
ikan loach yang fungsional tetapi belum mampu menghasilkan sel telur yang
fungsional (Saito et al. 2008).
Sementara itu xenotransplantasi PGC ikan pearl danio ke ikan zebra, yang
memiliki hubungan filogeni yang lebih dekat (satu genus) menghasilkan ikan
kimera pearl danio-ikan zebra. Hibrid dari kimera dan ikan zebra normal
menghasilkan individu yang normal namun sel gametnya tidak berkembang.
Fenomena ini menunjukkan bahwa terdapat mekanisme dan faktor-faktor yang
membatasi keberhasilan transplantasi antar dua spesies yang berbeda termasuk
peran imunokompetensi dari resipien terhadap sel donor, hubungan filogenetik
antar donor dan resipien, faktor intrinsik sel itu, dan peran sinyal ekstrinsik dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan sel donor pada resipien (Saito et al.
2008). Faktor-faktor tersebut dilaporkan berbeda-beda antar spesies (Dobrinski et
al. 1999, Johnston et al. 2000).
Ketersediaan resipien yang kompeten merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan kegiatan transplantasi sel germinal (Honaramooz & Yang 2011).
Ikan nila telah sering dijadikan ikan model untuk penelitian biologi reproduksi,
namun penggunaannya sebagai resipien dalam kegiatan transplantasi belum
banyak dilaporkan. Selama ini hanya Lacerda et al. (2008) yang telah berhasil
melakukan uji kompetensi ikan nila sebagai resipien untuk kegiatan transplantasi
sel germinal ikan nila dan katak. Resipien yang digunakan adalah ikan nila
dewasa yang saluran reproduksinya telah disterilkan dengan busulfan, suatu
senyawa yang berfungsi untuk merusak sel endogenus Meskipun menghasilkan
sel spermatozoa yang fungsional dan sel donor katak terkolonisasi pada gonad
ikan nila namun metode ini tidak aman digunakan dalam kegiatan pembenihan
karena busulfan bersifat karsinogenik bagi manusia.
Beberapa penelitian transplantasi sel germinal telah menggunakan larva
sebagai resipien dan hasilnya menunjukkan bahwa umur resipien juga
berpengaruh terhadap keberhasilan kolonisasi (Takeuchi et al. 2003, Takeuchi et
40
al. 2009, Yazawa et al. 2010). Kemampuan lingkungan mikro somatik resipien
mengarahkan sel donor ke rongga genital semakin berkurang dengan semakin
berkembangnya gonad resipien atau dengan semakin bertambahnya umur resipien
(Okutsu et al. 2006a). Manning & Nakanishi (1996) menyatakan interval umur
resipien sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi kolonisasi, karena
umur larva berkaitan dengan perkembangan sistem imunodefisiensi. Sistem
imun larva yang baru menetas belum berkembang sehingga antigen atau benda
asing belum dapat terdeteksi.
Pada tahap awal larva, organ limfomieloid (limpa, timus dan darah) sebagai
organ pembentuk respons imun belum berkembang dengan sempurna. Umumnya
respon imun pada tahap larva berasal dari transfer antibodi induk dalam bentuk
maternal immunoglobulin yang terdapat pada kuning telur dan dalam limfosit
beberapa jenis ikan (Mulero et al. 2007). Pada ikan Tilapia mossambica,
jaringan limfoid mulai terbentuk pada umur 5 hari pascamenetas (Ali 1987)
sehingga diduga pada umur tersebut respons imun mulai berkembang.
Ijiri et al. (2008) menyatakan bahwa larva ikan nila umur 5 hingga 6 hari
pascamenetas (hpm) adalah titik kritis bagi gonad untuk berdiferensiasi menjadi
ovari atau testis. Hal ini menunjukkan bahwa gonad larva umur lebih dari 6 hari
yang telah terdiferensiasi dapat menciptakan penghalang (barrier) bagi sel donor
untuk terkolonisasi pada gonad yang telah terdiferensiasi. Menurut Takeuchi et
al. (2009) epitel gonad yang telah terdiferensiasi dapat menghalangi inkorporasi
sel spermatogonia A.
Fenomena respons imun dan diferensiasi kelamin tersebut menunjukkan
bahwa terdapat keterbatasan waktu yang pendek bagi sel donor untuk bermigrasi.
Keterbatasan waktu tersebut dipengaruhi oleh tahap perkembangan larva. Oleh
karena itu umur larva merupakan salah satu faktor yang perlu dikaji. Tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis kemampuan kolonisasi sel donor ikan gurami
pada berbagai umur larva ikan nila sebagai resipien. Untuk mendapatkan umur
resipien yang optimum digunakan empat umur larva, yaitu 1, 3, 5 dan 7 hpm.
Xenotransplantasi sel spermatogonia ikan gurami ke berbagai umur larva ikan
nila diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kompetensi larva ikan
nila sebagai resipien untuk xenotransplantasi dengan parameter yang diamati
41
adalah sintasan larva pascatransplantasi dan kemampuan kolon